24
LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien Nama : Tn.Djaktar Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 70 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan Alamat : Pejaten, Pasar Minggu II. Anamnesis Autoanamnesis : 20 Januari 2011 Keluhan Utama : Mata kiri tidak bisa melihat dan silau apabila melihat cahaya semenjak 10 tahun yang lalu. ( mata tenang pengelihatan turun perlahan ) Keluhan Tambahan : Kedua matanya berair sejak 10 tahun yang lalu sehabis membaca lama. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke Poli Mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan utama mata kiri tidak bisa melihat dan silau pabila melihat cahaya sejak 10 tahun yang lalu. Penglihatannya menurun secara perlahan- lahan tanpa disertai mata merah. Awalnya penglihatan sedikit buram kemudian lama-kelamaan menjadi sperti tertutup kabut. Pasien juga mengeluh kedua matanya berair sehabis membaca lama. Mata kanan pasien pernah mengalami operasi katarak 14 tahun lalu bersamaan dengan mulai terganggunya mata yang sebelah kiri berupa penglihatan berkabut dan tampak silau ketika melihat cahaya. Pasien tidak mengeluh adanya kepala pening atau sakit, terasa berat pada sebelah mata yang disertai mual muntah. Pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit Hipoparatiroid atau penyakit metabolik lainnya dan penggunaan obat jangka panjang seperti kortikosteroid, Selain itu pasien juga tidak memiliki riwayat trauma atau benturan maupun terkena bahan-bahan kimia.

Laporan Kasus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn.Djaktar

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 70 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Pejaten, Pasar Minggu

II. Anamnesis

Autoanamnesis : 20 Januari 2011

Keluhan Utama : Mata kiri tidak bisa melihat dan silau apabila melihat cahaya semenjak 10 tahun yang lalu. ( mata tenang pengelihatan turun perlahan )

Keluhan Tambahan : Kedua matanya berair sejak 10 tahun yang lalu sehabis membaca lama.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien datang ke Poli Mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan utama mata kiri tidak bisa melihat dan silau pabila melihat cahaya sejak 10 tahun yang lalu. Penglihatannya menurun secara perlahan-lahan tanpa disertai mata merah. Awalnya penglihatan sedikit buram kemudian lama-kelamaan menjadi sperti tertutup kabut. Pasien juga mengeluh kedua matanya berair sehabis membaca lama.

Mata kanan pasien pernah mengalami operasi katarak 14 tahun lalu bersamaan dengan mulai terganggunya mata yang sebelah kiri berupa penglihatan berkabut dan tampak silau ketika melihat cahaya. Pasien tidak mengeluh adanya kepala pening atau sakit, terasa berat pada sebelah mata yang disertai mual muntah. Pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit Hipoparatiroid atau penyakit metabolik lainnya dan penggunaan obat jangka panjang seperti kortikosteroid, Selain itu pasien juga tidak memiliki riwayat trauma atau benturan maupun terkena bahan-bahan kimia.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi, riwayat trauma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien menyangkal keluarganya ada yang menderita penyakit mata yang sama dengannya dan menyangkal di keluarganya mempunyai penyakit lainnnya seperti DM dan hipertensi.

Page 2: Laporan Kasus

III. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

- Keadaan Umum: Baik- Kesadaran : Compos Mentis

B. Status Oftalmolgi

1. Visus

Keterangan OD OSTajam Penglihatan 0,6 1/300Koreksi C-0,75x90°=>1,0 Tidak dapat dikoreksiAddisi S+3 Tidak dapat dikoreksiDistansia Pupil 61/63 mmKacamata Lama Tidak Dibawa Tidak dibawa

2. Kedudukan bola mata

Keterangan OD OSEksoftalmos Tidak ada Tidak adaEndoftalmos Tidak ada Tidak adaDeviasi Tidak ada Tidak adaGerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. Supra silia

Keterangan OD OSWarna Hitam Hitam Letak Simetris Simetris

4. Palpebra superior et inferior

Keterangan OD OSNyeri Tekan Tidak ada Tidak adaEktropion Tidak ada Tidak adaEntropion Tidak ada Tidak adaBlefarospasme Tidak ada Tidak adaTrikiasis Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaFissura palpebra 10 mm 10 mmPtosis Tidak ada Tidak adaHordeolum Tidak ada Tidak adaKalazion Tidak ada Tidak adaPseudoptosis Tidak ada Tidak ada

Page 3: Laporan Kasus

5. Konjungtiva Tarsalis Superior et Inferior

Keterangan OD OSHiperemis Tidak ada Tidak adaFolikel Tidak ada Tidak adaPapil Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaAnemia Tidak ada Tidak adaKemosis Tidak ada Tidak ada

6. Konjungtiva Bulbi

Keterangan OD OSInjeksi konjungtiva Tidak ada Tidak adaInjeksi Siliar Tidak ada Tidak adaPerdarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak adaPterigium Tidak ada Tidak adaPinguekula Tidak ada Tidak adaNevus Pigmentosus Tidak ada Tidak adaKista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. Sistem Lakrimalis

Keterangan OD OSPunctum lacrimal Terbuka TerbukaTes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. Sklera

Keterangan OD OSWarna Putih PutihIkterik Tidak ada Tidak ada

9. Kornea

Keterangan OD OSKejernihan Jernih JernihPermukaan Licin LicinUkuran 11 mm 11 mmSensibilitas Baik BaikInfiltrat Tidak ada Tidak adaUlkus Tidak ada Tidak adaPerforasi Tidak ada Tidak adaArkus Senilis Ada AdaEdema Tidak ada Tidak adaTes Placido Bayangan Lonjong pada garis

vertikal Regular konsentris

Page 4: Laporan Kasus

10. Bilik Mata Depan

Keterangan OD OSKedalaman Normal DalamKejernihan Jernih JernihHifema Tidak ada Tidak adaHipopion Tidak ada Tidak adaEfek Tyndall Negatif Negatif

11. Iris

Keterangan OD OSWarna Coklat Coklat Kriptae Jelas JelasBentuk Bulat BulatSinekia Tidak ada Tidak adaKoloboma Tidak ada Tidak ada

12. Pupil

Keterangan OD OSLetak Di tengah Di tengahBentuk Bulat BulatUkuran 3 mm 3 mmRefleks cahaya langsung Positif PositifRefleks cahaya tdk langsung Positif Positif

13. Lensa

Keterangan OD OSKejernihan (jernih) Pseodofakia KeruhLetak Di tengah Di tengahShadow Test Negatif ( Terdapat 2 pantulan

cahaya di kornea dan lensa )Negatif ( pseudopos )

14. Badan Kaca

Keterangan OD OSKejernihan Jernih Tidak dapat dinilai

15. Fundus Okuli

Keterangan OD OSa. Papil

Page 5: Laporan Kasus

Bentuk Bulat Tidak dapat dinilaiBatas Tegas Tidak dapat dinilaiWarna Kuning Kemerahan Tidak dapat dinilaib. Makula LuteaRefleks Positif Tidak dapat dinilaiEdema Tidak Ada Tidak dapat dinilaic. RetinaPerdarahan Tidak ada Tidak dapat dinilaiC/D Ratio 0,3 mm Tidak dapat dinilaiRatio A:V 2:3 Tidak dapat dinilaiSikatriks Tidak ada Tidak dapat dinilai

16. Palpasi

Keterangan OD OSNyeri tekan Tidak Ada Tidak AdaMassa tumor Tidak Ada Tidak AdaTensi Okuli Normal pel palpasi Normal pelpalpasiTonometri Schiotz 7/7,5 (18,5 mmHg) 8/7,5 (15,6 mmHg)

17. Kampus Visi

Keterangan OD OSTes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Tidak dapat dinilai

IV. Resume

- Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan utama mata kiri tidak melihat dan silau jika melihat cahaya sejak 10 tahun yang lalu. Penglihatannya menurun perlahan-lahan tanpa disertai mata merah.

- Pasien juga mengeluh kedua matanya berair setelah membaca lama.- Pasien tidak menderita penyakit diabetes melitus, riwayat hipertensi dan trauma disangkal.- Pasien tidak mengeluh adanya kepala pening atau sakit, terasa berat pada sebelah mata

yang disertai mual muntah Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipoparatiroid atau penyakit metabolik lainnya serta penggunaan obat jangka lama seperti kortikosteroid

- Riwayat operasi katarak 14 tahun lalu pada mata kanan bersamaan dengan mulai terganggunya mata yang sebelah kiri berupa penglihatan berkabut dan tampak silau ketika melihat cahaya.

Pemeriksaan oftalmolgi :

1. Tajam penglihatan mata kiri 1/300, tidak dapat dikoreksi.2. Bilik mata depan OS dalam,

Page 6: Laporan Kasus

2. Lensa mata kiri keruh. Shadow test OD negatif tetapi didapatkan 2 pantulan sinar pada kornea dan lensa menandakan psudofakia OD, Shadowtest OS Psedopositif3. Tajam pengelihatan mata kanan 6/10 dikoreksi C-0,75 x 90° menjadi 6/64. Badan kaca, pemeriksaan fundus okuli, serta tes konfrontasi untuk mata kiri tidak dapat dinilai.

V. Diagnosis Kerja

OD Pseudofakia OS Katarak senile hipermature

VI. Diagnosis Banding

a. Kelainan refraksi -b. Kelainan media refraksi

- Kelainan kornea : -- Gangguan Aquous Humour : - Glaukoma simpleks

- Glaukoma Absolut- Gangguan lensa - > Katarak komplikata, katarak diabetes, katarak traumatik, katarak

sekunder- Gangguan Badan Kaca -> Perdarahan badan kaca, Endoftalmitis

c. Kelainan segmen posterior- Retinopati leukimia- Retinopati DM- Retinopati Anemia- Retinopati hipotensi- Retinis Pigmentosa

VII. Anjuran pemeriksaan

Pemeriksaan preoprasi yang meliputi :

- Gula darah

- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan

- Tekanan darah

- Elektrokardiografi

- Riwayat alergi obat

- Tekanan bola mata

- Uji Anel

- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri

Page 7: Laporan Kasus

-Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri

- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam

VIII. Penatalaksanaan

OS : Operasi Ekstraksi Lensa Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK)

IX. Prognosis

OD OS

Ad vitam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam Ad fungtionam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam Ad sanationam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam

X. Analisis Kasus

- Identitas

Umur Pasien 70 tahun , lebih mengarah ke katarak senil yaitu semua kekeruhan lensa pada usia lanjut diatas 50 tahun, biasanya dimulai pada usia 50 tahun.

-Anamnesis

Pasien tidak mengeluh adanya pening sebelah, pegal dan sakit pada bola mata sebelah kiri. Dari keluhan ini maka kemungkinan diagnosis yang dapat disingkirkan adalah kelainan humor aquous yaitu Glaukoma sudut terbuka. Pada Glaukoma gejala yang timbul adalah kepala pening atau sakit, terasa berat pada sebelah mata yang disertai mual muntah ( mata tenang ) Yang merupakan tanda-tanda peningkatan tekan bola mata.

Selain itu pasien juga tidak memiliki riwayat trauma atau benturan maupun terkena bahan-bahan kimia. Kemungkinan diagnosis yang dapat disingkirkan adalah katarak traumatik.

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipoparatiroid dan penggunaan obat steroid jangka panjang, dari keluhan ini kemungkinan yang dapat disingkirkan adalah katarak komplikata

Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus. Dari keluhan ini maka kemungkinan yang dapat disingkirkan adalah katarak diabetes, retinopati diabetik, dan retinopati hipertensi.

Pasien juga menyangkal pernah dilakukan operasi katarak pada mata katarak pada mata kanannya dari keluhan ini dapat disingkirkan kemungkinan katarak sekunder

Pasien menyangkal pada keluarganya ada yang memiliki keluhan yang sama dengannya. Hal ini menandakan bahwa penyakit pasien bukan penyakit keturunan.

- Pemeriksaan Fisik Mata ( Status Oftalmologi ):

Pada pemeriksaan visus,

Page 8: Laporan Kasus

o mata kiri 1/300. Mata tidak dapat dikoreksi dengan kacamata dan uji pinhole tidak maju. Visus 1/300 artinya pasien hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter. Dari uji pinhole, tidak terdapat perbaikan penglihatan maka kemungkinan pasien mengalami kekeruhan pada media penglihatannya. Oleh karena itu, kemungkinan diagnosis kelainan refraksi dapat disingkirkan karena pada kelainan refraksi apabila dilakukan koreksi dan uji pinhole penglihatan akan bertambah baik.

o Mata Kanan C -0,75 x 90° => 1,0 Shadow test

o OD (-) ditemukan refleks cahaya pada kornea dan lensa ini menandakan bahwa lensa OD pseudofakia

o OS (-) Pemeriksaan CoA

o OD Normalo OS Dalam menandakan lensa sudah memadat => katarak hipermatur

Pada pemeriksaan lensa o lensa mata kiri mengalami kekeruhan di seluruh lensa dan terdapat bagian korteks lensa

yang mencair ini mengarah ke penyakit katarak hipermatur. o Lensa mata kanan pseudofakia

Badan kaca dan pemeriksaan fundus okulio mata kiri tidak dapat dinilai. Hal ini disebabkan karena lensa yang keruh -> mengarah ke

penyakit katarak.o Mata kanan DBN

Pada pemeriksaan tonometri Schiotz didapatkan hasilo OS 8/7.5 yaitu tekanan bola mata sebesar (15,6 mmHg) dimana angka ini dalam batas

normal. Dengan pemeriksaan ini maka kemungkinan glaukoma simpleks dapat disingkirkan N 11-21 mmHg

o OD 7/7,5 ( 18,5 ) Tes konfrontasi untuk mata kanan juga tidak dapat dinilai karena penglihatan pasien mengalami

penurunan akibat lensa yang keruh tersebut.

Berdasarkan hasil pemeriksaan oftalmologi maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah katarak hipermatur OS karena kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa dan terdapat masa lensa yang mencair. Anjuran pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

Gula darah Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan Tekanan darah Elektrokardiografi Riwayat alergi obat Tekanan bola mata Uji Anel Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa

dengan alat retinometri

Page 9: Laporan Kasus

Biometri -> untuk mengukur panjang sumbu bola mata, kelengkungan kornea dan kedalaman bilik mata depan, sehingga didapatkan ukuran lensa intra okular yang akan ditanam dalam bola mata.

Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan pembedahan dengan mengangkat lensa yang keruh dan mengganti dengan lensa pengganti. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata. Lensa pengganti yang paling ideal adalah lensa tanam di dalam mata (intraocular lens).

Keuntungan pemasangan lensa ini antara lain penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat, tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat serta mobilisasi lebih cepat.

Tata laksana postoperatif o 24 jam postoperative verban dibuka dan mata dibersihkan o 2. Mata diperiksa seluruhnya terutama tajam penglihatan, secret dalam saccus

konjungtiva, aposisi luka, kejernihan cornea, kedalaman bilik mata depan dan hifema, pupil, IOL, kapsula posterior, retina, dan tekanan intra okuli.

o 3. Tetes antibiotic-steroid topical diberikan setiap 4-6 jam dan salep diberikan sebelum tidur, digunakan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi postoperatif dan diturunkan dosisnya dalam 4-6 minggu.

o 4. Pasien dianjurkan untuk menghindari mencuci kepala dalam waktu 1 minggu, mengangkat beban berat dalam 3 bulan.

Pasien juga diberitahukan hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan setelah pembedahan. Hal yang boleh dilakukan antara lain memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan, pakai penutup mata dan melakukan pekerjaan yang tidak berat. Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain : jangan menggosok mata, jangan menggosok mata terlalu dalam, jangan berbaring ke sisi mata yang belum dibedah.

Pasien juga harus diberikan edukasi agar selalu mengontrol gula darahnya dan harus selalu minum obat secara teratur. Tujuan dari pelaksaan DM adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Prognosis

Ad vitam OS :dubia ad bonam karena tidak menyebabkan kematian.

Ad functionam OS : dubia ad bonam karena penglihatan dapat kembali normal bila operasi dilakukan dengan baik dan pasien mengikuti anjuran yang telah diberikan pasca operasi serta tidak terdapat kelainan segmen posterior.

Ad sanactionam : dubia ad bonam.

Page 10: Laporan Kasus

Tinjauan Pustaka

Pendahuluan

Katarak merupakan keadaan dimana terjadinya kekeruhan pada serabut atau komponen lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi akibat:

Hidrasi cairan lensa : penimbunan air diantara serabut-serabut lensa/absorbsi intraseluler yang biasanya dipengaruhi oleh tekanan osmotik.

Denaturasi protein lensa : perubahan kimiawi dari kandungan protein lensa, dimana protein yang semula larut dalam air ->tidak larut dalam air

Penyebab kekeruhan lensa ini dapat:

Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa. Komplikasi penyakit lokal maupun umum.

Katarak dapat diklasifikasikan menurut berbagai macam kriteria, namun yang paling sering adalah berdasarkan usia:

Katarak Kongenital, pada usia kurang dari 1 tahun. Katarak Juvenil, pada usia setelah 1 tahun. Katarak Senil, pada usia setelah 50 tahun.

Secara umum faktor penyebab katarak:

Degenerasi Gangguan metabolik Radiasi Pengaruh zat kimia Fisik Infeksi virus Penyakit mata lainnya

Katarak senilis

semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.

Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa:

- distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.

-Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight).

- Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient

Page 11: Laporan Kasus

-Tanda dan Gejala: 1. Penglihatan kabur dan berkabut

2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata

3. Seperti ada titik gelap di depan mata

4. Penglihatan ganda

5. Sukar melihat benda yang menyilaukan

6. Halo, warna disekitar sumber sinar

7. Warna manik mata berubah atau putih

8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari

9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang

10. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari

11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah

12. Sering berganti kaca mata

13. Penglihatan menguning

14. Untuk sementara jelas melihat dekat

Etiologi

Konsep penuaan:

Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel

Teori “ a free radical “- Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat - Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi - Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E Teori “ a cross-link”

Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi

Perubahan lensa pada usia lanjut

1. Kapsul Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular

2. Epitel - makin tipis

Page 12: Laporan Kasus

Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa :

Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal.

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Klasifikasi katarak senilis berdasarkan : 1. Perubahan Morfologi.

2. Maturitas

Klasifikasi

Berdasarkan morfologi dikenal 3 bentuk katarak senil:

- katarak nuklear - katarak kortikal anterior - katarak kortikal posterior

a. Katarak Nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak BRUNESEN atau NIGRA.

Jenis katarak nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia tinggi . dimana tajam pengelihatan lebih baik dari sebelumnya , dan biasanya pada usia lebih dari 65 tahun

b. Katarak Kortikal

Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.

c. Katarak Kupuliform

Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.

Klasifikasi berdasarkan maturitas. katarak senil

Page 13: Laporan Kasus

o Katarak insipient :

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

- Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ).

- Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

- Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient.

- Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.

- Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

o Katarak Imatur :

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.

- Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.

- Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. - Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit

o Katarak Matur:

- Bila proses degenerasiberjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul.

- Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.

- Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.

- Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).

- Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

o Katarak Hipermatur :

- Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul.

- Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni).

-Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik

Page 14: Laporan Kasus

TABEL Perbedaan stadium katarak

Insipien imatur matur hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa normal Bertambah (air masuk)

normal Berkurang ( air keluar)

Iris normal Terdorong normal Tremulans

Bilik mata depan normal Dangkal normal Dalam

Sudut bilik mata normal Sempit normal Terbuka

Shadow tes - + - Pseudops

Penyulit - gloukoma - Uveitis + gloukoma

o Katarak Intumesen :

- Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air.

- Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.

- Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.

- Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.

- Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Diagnosis

1. Anamnesa

-Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)

-Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

-Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:

1.Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

2.Perubahan daya lihat warna

Page 15: Laporan Kasus

3.Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata

4. Lampu dan matahari sangat mengganggu

5. Sering meminta ganti resep kaca mata

6. Melihat ganda

7. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

2. Pemeriksaan fisik mata

1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

2. Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

3. slit lamp

4. Pemeriksaan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada katarak imatur dimana kita harus meluhat keadaan fundus . hal-hal yang perlu perhatian khusus:

-tajam pengelihatan kadang sering masih sangat baik pada katarak brunesen, walaupun terlihat kekeruhan sudah padat pada nucleusnya

-pengelihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun katarak yang terlihat belum berarti . hal ini mungkin disebabkan kelainan makula lutea

Terapi

-Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.

-Medika mentosa hanya diberikan dengan tujuan untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit :

O Jika silau pasien dapat memakai kaca mata

O Unutuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan

- Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.

- Dapat dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A, C, dan E, serta selenium dan anti oksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu memperlambat progresifitas katarak

Page 16: Laporan Kasus

-Indikasi operasi :

Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan

Indikasi medis: Kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun prognosis penglihatannya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan penglihatannya : -Katarak hipermatur -Lens induced glaucoma -Lens induced uveitis-Dislokasi / subluksasi lensa -Korpus alienum intralentikular-Retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser -Ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau tata laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa

Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

- Persiapan bedah katarak:

Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:

- Gula darah

- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan

- Tekanan darah

- Elektrokardiografi

- Riwayat alergi obat

- Tekanan bola mata

- Uji Anel

- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri

-Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri

- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam

Teknik anestesi yang digunakan:

1. Lokal

Page 17: Laporan Kasus

Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:

o Topikal anestesi obat anestesi yang dipakai Lidokain + Markain (1:1)

o Sub konjungtiva ( sering digunakan )

2. Umum

Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak

o Komplikasi Operasi:

Komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca operasi dilakukan sesuai prosedur. Adapun komplikasi yang dapat terjadi antara lain, endophthalmitis ( infeksi intraokuler ), iris prolaps . Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.

Operasi ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK

Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

Tahap-tahap ekstraksi katarak ekstrakapsular :

1. Setelah dilakukan anestesia, mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5% dan saccus konjungtiva diirigasi dengan saline fisiologis.

2. Kelopak mata diretraksi dengan spekulum.

3. Superior rectus bridle suture dipasang untuk mendorong limbus ke bawah dan stabilisasi bola mata. Forceps rectus superior dipasang pada insertion rectus superios dan benang silk 4.0 dipasangkan di bawahnya.

4. Forniks yang mendasari lipatan konjungtiva diangkat dengan memotong konjungtiva di tempat perlekatannya pada limbus dari jam 10 sampai jam 2. Titik-titik perdarahan dan pembuluh darah besar dikoagulai dengan elektrokauter bipolar.

5. Insisi dibuat setengah ketebalan pada limbus dengan menggunakan razor mounted on blade breaker-holder, sehingga akan tampak insisi dengan konfigurasi bi-planar.

Page 18: Laporan Kasus

6. Cairan visko-elastik (Poly-propyl hydroxy methyl cellulose or sodium hyaluronate) diinjeksikan ke bilik mata depan, cairan ini akan meliputi endotel kornea, melindunginya dari kerusakan, dan memperdalam bilik mata depan untuk memperluas area operasi.

7. Dilakukan kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum bent hypodermic 26 or 30 G, dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain bear-can opener, Christmas tree, envelope, capsulorrhexis, dan lain-lain

8. Insisi lumbal diperluas dengan menggunakan gunting kornea

9. Nukleus dinyatakan dengan memberikan tekanan lain pada jam 12 dan jam 6 meridian,

10. Korteks dikeluarkan dengan suction dilakukan dengan IA Cannula (Irrigation-Aspiration), kemudian diirigasi dengan saline fisiologis atau ringer laktat.

11. Jika akan dilakukan implantasi lensa, larutan viskoelastik diinjeksikan kembali ke bilik mata depan.

12. IOL (intraocular lens)

Dimasukkan ke dalam kapsula lensa kemudian dirotasikan sampai diperoleh kedudukan yang terbaik.

13. Larutan viskoelastik diaspirasi dengan IA Cannula.

14. Insisi lumbal dijahit dengan menggunakan Prolene 10.0 atau Nylon sekitar ¾ ketebalan kornea dan sklera dengan jahitan interuptus atau kontinu. Jahitan diangkat setelah 6-8 minggu. Adapun penyembuhan sempurna luka terjadi setelah 1-3 tahun.

15. Konjungtiva direposisikan menutup luka di daerah limbus.

16. Antibiotik kombinasi dan steroid diinjeksikan subkonjungtiva, dan mata ditutup selama 24 jam.

Tata laksana postoperatif

1. 24 jam postoperative verban dibuka dan mata dibersihkan

2. Mata diperiksa seluruhnya terutama tajam penglihatan, secret dalam saccus konjungtiva, aposisi luka, kejernihan cornea, kedalaman bilik mata depan dan hifema, pupil, IOL, kapsula posterior, retina, dan tekanan intra okuli.

3. Tetes antibiotic-steroid topical diberikan setiap 4-6 jam dan salep diberikan sebelum tidur, digunakan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi postoperatif dan diturunkan dosisnya dalam 4-6 minggu.

4. Pasien dianjurkan untuk menghindari mencuci kepala dalam waktu 1 minggu, mengangkat beban berat dalam 3 bulan.

Page 19: Laporan Kasus

Komplikasi operasi katarak

Intraoperatif

1. Kerusakan endotel kornea

2. Ruptura kapsula posterior lensa

3. Prolapsus dan degenerasi vitreus

4. Hyphaema

5. Hemoragik ekspulsif

6.Dislokasi nucleus ke dalam vitreus

Postoperatif

Dini

1.Edema kornea

2. Bekas luka

3. Prolapsus iris

4. Bilik mata depan yang dangkal

5. Hifema

6. Glaukoma

7. Dislokasi IOL

8.Endophthalmitis

Lanjut

1. After cataract

2. Cystoid macular edema (CME)

3. Vitreous touch syndrome

4. Vitreous wick syndrome

5. UGH syndrome (uveitis, glaucoma and hyphaema)

6. Bullous Keratopathy

7. Glaukoma

Page 20: Laporan Kasus

Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.