Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
PELAKSANAAN KEGIATAN
GERAKAN DUKUH TANGGAP HIPERTENSI (GDTH)
DUKUH PUNDONG II, DESA TIRTOADI
KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN
Dosen Pengampu :
dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH, Ph.D
Tutor :
Syafriani, MPH
PEMINATAN PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
Oleh :
1. Cati Martiyana 16/403205/PKU/16023
2. Dita Anugrah Pratiwi 16/403219/PKU/16037
3. Ida Susanti 16/403265/PKU/16083
4. Luqman Afifudin 16/403290/PKU/16108
BLOK III
KELOMPOK
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah kami, mahasiswa Minat Perilaku dan
Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pekerjaan tugas tersebut di
atas adalah benar - benar hasil pekerjaan kami, dan bukan hasil pekerjaan menyalin, atau
meniru keseluruhan maupun sebagian hasil pekerjaan teman atau orang lain.
Apabila kami sengaja ataupun tidak sengaja melakukan hal tersebut diatas, maka kami
bersedia menerima sanksi berupa: dianggap tidak mengumpulkan tugas tersebut. Selain
itu jika ada 2 (dua ) naskah yang sama tidak keseluruhan atau sebagian, keduanya dianggap
tidak mengumpulkan tugas.
Yogyakarta, Oktober 2017
Yang memberi pernyataan,
1. Cati Martiyana (.................)
2. Dita Anugrah Pratiwi (.................)
3. Ida Susanti (.................)
4. Luqman Afifudin (.................)
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Kader Peserta Pelatihan Penyuluhan Hipertensi ............................................... 12
Tabel 2. Karakteristik responden pre post test hipertensi (ibu-ibu PKK) ............................................. 14
Tabel 3. Karakteristik responden pre post identifikasi bahan makanan pemicu hipertensi .................. 20
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model of stage in the innovation-decision process (Rogers, 1983) ...................................... 4
Gambar 2. Kerangka Konsep .................................................................................................................. 5
Gambar 3.Mean Hasil Pre dan Post Test Pengetahuan Kader Kesehatan ............................................. 13
Gambar 4.Mean Hasil Pre Post Pengetahuan Ibu-Ibu PKK mengenai ................................................. 15
Gambar 5. Mean Hasil Pre-Post Test Identifikasi Bahan Makanan Pemicu ......................................... 21
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN .......................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... v
A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................................ 2
C. Landasan Teori dan Kerangka konsep............................................................................................. 2
D. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 5
E. Rancangan Penelitian Kualitatif ...................................................................................................... 5
F. Rancangan Penelitian Kuantitatif .................................................................................................... 6
G. Lokasi dan Populasi ......................................................................................................................... 7
H. Sampel Penelitian Kuantitatif ......................................................................................................... 8
I. Sampel Penelitian Kualitatif ............................................................................................................ 8
J. Pelaksanaan Program: .................................................................................................................... 9
1. Reviu dan adjustment program .................................................................................................. 9
2. Pelaksanaan program ............................................................................................................... 10
3. Evaluasi program ....................................................................................................................... 26
K. Hasil dan Pembahasan .................................................................................................................. 29
L. Kesimpulan dan Saran ................................................................................................................... 32
M. Daftar Pustaka ........................................................................................................................... 32
N. Lampiran ....................................................................................................................................... 33
1
A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan suatu penyakit yang berjangkit
secara terus menerus dalam waktu yang lama atau suatu penyakit yang bersifat kronis
yang tidak dapat ditularkan dari orang ke orang (Riskesdas 2013). Hipertensi adalah
salah satu jenis PTM yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah. Hipertensi sering disebut dengan istilah silent killer karena terjadi
tanpa gejala klinis yang nyata.Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan hasil
pengukuran tekanan darah, dimanatekanan darah sistoliknya mulai dari 140 mmHg
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan pada tekanan darah diastoliknya sebesar 90
mmHg atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Hipertensi secara umum merupakan penyakit
kronis di Negara Amerika Serikat, sekitar 50 persen masyarakat Amerika Serikat
terkena hipertensi secara tidak terkontrol (Milani et al., 2016). Prevalensi hipertensi
diMali sebesar 16 persen, Eritrea 17 persen, Kongo 17 persen, Kamerun 17 persen
dan Togo 19 persen (WHO, 2015).Kelima negara tersebut menunjukkan bahwa laki-
laki lebih berpotensi terkena hipertensi dibandingkan perempuan.
Berdasarkan data World Health Organization(WHO, 2013), paling sedikit
terdapat 839 juta kasus hipertensi dan diperkirakan akan menjadi 1,15 milyar pada
tahun 2025 atau sebesar 29 persen dari total jumlah penduduk di seluruh dunia.
Berdasarkan data Riskedas 2013, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 18 tahun
berdasarkan interviu (yang sudah pernah didiagnosis oleh kader atau tenaga
kesehatan) sebesar 9,4 persen. Sementara itu, prevalensi hipertensi pada usia lebih
dari 18 tahun berdasarkan dari hasil pengukuran sebesar 25,8 persen. Dengan
demikian diperoleh hasil cakupan dari tenaga kesehatan hanya sebesar 36,8 persen,
dan sebagian besar jumlah kasus hipertensi yang tidak terdiagnosis di masyarakat
sebesar 63,2 persen. Prevalensi hipertensi pada usia yang lebih dari 18 tahun,
berdasarkan interviewketahui persentase kejadian sebesar dari 7,6 persen pada tahun
2007 menjadi 9,5 persen pada tahun 2013 (Riskesdas 2007, 2013). Penyebab
mortalitas pada usia produktif akibat PTM pada tahun 2013 relatif meningkat (Dinkes
Kota Yogyakarta, 2015).
Berdasarkan data Puskesmas Mlati 2 penyakit tidak menular, hipertensi
termasuk dalam sepuluh besar penyakit pada tahun 2015 dengan prevalensi sebesar 81
kasus hipertensi per 1000 penduduk (Data Puskemas Mlati 2). Hipertensi termasuk
dalam 3 besar penyakit kasus tertinggi di Puskesmas Mlati 2 (Data 10 Besar Penyakit
2
tahun 2015, Puskesmas Mlati 2). Sementara itu di Pundong 2, berdasarkan data
pengukuran tekanan darah posyandu Lansia setiap pengukuran tekanan darah selalu
ada yang mengalami hipertensi (≥140/90 mmHg) yaitu 1-7 kasus per bulan dengan
total kasus sebanyak 24 dari bulan Januari-November 2016.
Terdapat faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat
dimodifikasi. Faktor resiko penyakit hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga dan genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kemudian
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang beraktifitas fisik,
stres, penggunaan estrogen (Kementerian Kesehatan RI, 2014).Di Indonesia terdapat
pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan
yang umumnya mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat.Dengan
mengetahui gejala dan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi diharapkan
masyarakat yang terkena hipertensi atau penderita hipertensi dapat melakukan
pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup sehingga
komplikasi dari berbagai jenis penyakit lainnya yang terjadi dapat dihindarkan,
(Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Faktor yang dapat dimodiikasi sangat terkait dengan
penerapan gaya hidup. Berdasarkan analisis masalah yang dilakukan, gaya hidup
seperti perilaku merokok, aktivitas fisik, kebiasaan makan menjadi faktor risiko
kejadian hipertensi di Pundong II.Selanjutnya, dilakukan implementasi program
kesehatan bersama masyarakat fokus pada promosi kesehatan masalah hipertensi yang
menitikberatkan pada ketiga faktor risiko tersebut.
B. Tujuan dan Manfaat
C. Landasan Teori dan Kerangka konsep
Implementasi kegiatan gerakan dukuh Pundong II tanggap hipertensi ini dapat
dikaji dengan teori difusi inovasi. Difusi adalah proses sebuah gagasan baru
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara para anggota
sistem sosial. Difusi merupakan jenis komunikasi khusus, hal ini disebabkan oleh
pesan tersebut berkaitan dengan gagasan yang baru (Rogers, 1983). Inovasi adalah
suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau
kelompok masyarakat. Difusi inovasi adalah suatu proses pengkomunikasian ide atau
hal yang baru dalam suatu masyarakat dalam upaya untuk merubah yang terjadi
secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke
3
kurun waktu yang berikut, kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Proses
inovasi-decision adalah proses individu (atau pengambil keputusan lainnya) beralih
dari pengetahuan pertama tentang inovasi, lalu membentuk sikap terhadap inovasi,
hingga keputusan untuk mengadopsi atau menolak gagasan tersebut, kemudian
menerapkan gagasan baru tersebut, dan konfirmasi keputusan yang telah diambil
(Rogers, 1983). Terdapat empat elemen utama dalam difusi inovasi, yaitu : (1)
inovasi; (2) saluran komunikasi; (3) jangka waktu; (4) sosial sistem.
1. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau benda yang dianggap baru oleh seseorang
atau lainnya yang mengadopsi. Dalam hal ini, kebaruan dari suatu inovasi diukur
secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya (Glanz, Rimer
and Viswanath, 2008).
2. Saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Saluran komunikasi termasuk media masa, saluran
interpersonal, dan komunikasi elektronik (Glanz, Rimer and Viswanath, 2008).
3. Waktu. Waktu adalah elemen penting dalam proses difusi. Jangka waktu yakni
proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan
untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat
berkaitan dengan dimensi waktu. Dimensi waktu terlihat dalam proses
pengambilan keputusan inovasi, waktu penerimaan inovasi, dan kecepatan
pengadopsian inovasi dalam sistem sosial (Rogers, 1983).
4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Sistem sosial memiliki struktur, termasuk norma dan
kepemimpinan (Glanz, Rimer and Viswanath, 2008).
Keputusan individu tentang sebuah inovasi bukanlah tindakan seketika yang
dapat terjadi secara cepat. Sebaliknya, ini adalah proses yang terjadi seiring
berjalannya waktu dan terdiri dari serangkaian tindakan (Rogers, 1983). Pada proses
inovasi model konseptualisasi saat ini terdiri dari lima tahap, yaitu :
1. Pengetahuan
Terjadi ketika individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) terpapar dengan
keberadaan inovasi atau gagasan yang baru dan memperoleh beberapa
pemahaman tentang bagaimana fungsinya.
2. Persuasi
4
Terjadi ketika individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap inovasi atau gagasan
yang baru.
3. Keputusan
Terjadi ketika individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) terlibat dalam
kegiatan yang mengarah pada pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Implementasi
Terjadi ketika individu (atau unit pembuat keputusan lainnya) menerapkan
inovasi atau gagasan yang baru.
5. Konfirmasi
Terjadi ketika individu (atau unit pengambilan keputusan lainnya) mencari
penguatan keputusan inovasi yang telah dibuat, namun dia dapat membalikkan
keputusan sebelumnya jika terpapar pesan yang bertentangan mengenai inovasi
tersebut.
Gambar 1. Model of stage in the innovation-decision process (Rogers, 1983)
Tahapan proses difusi inovasi meliputi innovation development, dissemination, adoption,
implementation, maintenance, sustainability dan institutionalization (Glanz et.al, 2008).
Kerangka konsep dalam pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut:
5
Ket: garis putus-putus tidak menjadi kajian dalam implementasi kegiatan.
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
E. Rancangan Penelitian Kualitatif
Pada pelaksanaan program “Gerakan Dukuh Pundong II Tanggap Hipertensi
(GDTH)” ini rancangan penelitian kualitatif digunakan untuk melakukan evaluasi
proses pada kegiatan yang dilakukan. Evaluasi proses dilakukan selama program
berjalan dengan melakukan pencatatan proses dan kendala selama pelaksanaan
kegiatan.Evaluasi kualitatif yang dilakukan dengan cara/ metode observasi, notulensi,
wawancara dan checklist. Masing-masing metode tersebut disertai dengan pedoman
saat pengumpulan data di lapangan.
1) Gerakan menanam buah dan sayur dan implementasi rumah bebas asap rokok
(RBAR)
Tahap 1. Innovation Development Program Gerakan dukuh Pundong II
tanggap hipertensi (raising awareness,
diskusi dengan perwakilan masyarakat,
menyampaikan/ sosialisasi/ menjaring ide
dalam forum masyarakat)
Tahap 2. Dissemination Target : kader kesehatan, tokoh
masyarakat, ibu-ibu PKK, lansia dan remaja.
Tahap 3. Adoption
Masyarakat merespon Program (menerima atau menolak)
Tahap 4. Implementation Pelaksanaan program
(edukasi+pelatihan, RBAR, gerakan tanam buah dan sayur dan peningkatan
aktivitas fisik)
Tahap 5. Maintenance and Sustainibility
6
Konten evaluasi meliputi partisipasi dan respon/ keaktifan masyarakat
dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan gerakan menanam buah dan sayur dan
implementasi RBAR yang dilakukan. Observasi dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung saat kegiatan, menghitung jumlah peserta yang hadir,
keaktifan peserta saat diskusi. Selain itu dilakukan wawancara dengan perwakilan
masyarakat untuk mengetahui hambatan yang dirasakan dalam tahapan
pelaksanaan kegiatan.
2) Pelatihan pengukuran tekanan darah (remaja, kader) dan penyuluhan mengenai
hipertensi (kader)
Rancangan kualitatif pada kegiatan ini dilakukan dengan observasi dan
pengisian checklist oleh tim saat kegiatan berlangsung untuk mengetahui apakah
tahapan kegiatan pengukuran tekanan darah dan penyuluhan mengenai hipertensi
oleh kader yang dilakukan sudah benar dan wawancara dilakukan sesuai
kebutuhan untuk menggali hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan.
3) Peningkatan aktivitas fisik pada lansia dan remaja
Rancangan kualitatif pada kegiatan ini dilakukan dengan melakukan
observasi dan wawancara dengan perwakilan masyarakat untuk mengetahui
tingkat partisipasi dan hambatan dalam pelaksanaan berbagai aktivitas fisik yang
ada di masyarakat, diantaranya senam lansia dan jalan santai.
F. Rancangan Penelitian Kuantitatif
Pada pelaksanaan program “Gerakan Dukuh Pundong II Tanggap Hipertensi
(GDTH)” ini rancangan penelitian kuantitatif digunakan untuk melakukan evaluasi
outcome pada kegiatan edukasi/ pelatihan yang dilakukan. Metode kuantitatif
digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan sebelum dan pasca intervensi
edukasi. Kegiatan edukasi dalam rangkaian kegiatan GDTH ini meliputi:
a. Edukasi mengenai hipertensi pada kader kesehatan
Edukasi/ penyuluhan mengenai hipertensi meliputi item definisi, sebab,
faktor risiko, akibat dan langkah pencegahan yang dapat dilakukan. Kader
diberikan pelatihan oleh narasumber, dosen pada minat Kesehatan Ibu dan Anak-
Kesehatan Reproduksi, Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan
Populasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, dr. Prima Dhewi R, M.
Biotech. Selanjutnya kader menyampaikan materi dalam kegiatan PKK. Media
lembar balik digunakan untuk kegiatan penyuluhan. Oleh karena itu, nantinya
7
kelompok ibu-ibu PKK akan dipilih secara random sebagai responden untuk
diberikan pre test dan post test juga untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mengenai hipertensi sebelum dan sesudah intervensi.
b. Edukasi mengenai hipertensi pada remaja
Konsep edukasi/ penyuluhan dan pelatihan pada kelompok remaja yaitu
remaja diberikan poster berseri berbasis smartphone sebanyak 4 kali dalam
sebulan (1 kali per minggu), akan diadakan 1 kali sesi diskusi untuk poster yang
telah diberikan melalui pertemuan karang taruna. Materi meliputi definisi, sebab,
faktor risiko, akibat dan pencegahan. Kegiatan diskusi tersebut dipimpin oleh
moderator dari tim dan narasumber yaitu dr. Prima Dhewi R, M.Biotech, dosen
pada minat Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi, Departemen
Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada. Sesaat sebelum intervensi dilakukan, dilakukan pre
test dan sehari setelah intervensi selesai dilakukan post test.
c. Edukasi mengenai pemilihan dan pengolahan menu sehat
Edukasi/ penyuluhan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pemilihan
(rendah garam dan lemak) dan pengolahan makanan RT yang sehat. Edukasi ini
akan diberikan kepada ibu-ibu dalam kegiatan PKK. Ibu dipilih sebagai tokoh
utama dalam penyajian makanan untuk RT/ keluarga. Edukasi ini akan
memanfaatkan penggunaan media berupa kalender. Pasca penyuluhan, kalender
dapat dibawa pulang oleh ibu-ibu untuk ditempel di rumah sebagai pengingat
terhadap bahan makanan dan cara mengolah bahan makan tersebut sebagai upaya
pencegahan hipertensi.
G. Lokasi dan Populasi
1. Lokasi
Lokasi implementasi program “Gerakan Dukuh Pundong II Tanggap
Hipertensi” dilakukan di Dukuh Pundong II, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman.
2. Populasi
Populasi implementasi program adalah semua warga yang ada di Dukuh
Pundong II, yaitu jumlah secara keseluruhan penduduk dukuh pundong II adalah
316 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebesar 159 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 157 jiwa. Sedangkan total jumlah KK dukuh
8
pundong II adalah 149, yang terdiri dari jumlah KK laki-laki adalah 122, dan
jumlah KK Perempuan adalah 27. Dukuh Pundong II terbagi menjadi 4 RT.
H. Sampel Penelitian
Pada tahap implementasi “Gerakan Dukuh Pundong II Tanggap Hipertensi”
sampel penelitian implementasi dilakukan secara sampel penelitian kuantitatif dan
sampel penelitian kualitatif. Sampel penelitian baik secara kuantitatif dan kualitatif
dalam implementasi program Gerakan Dukuh Tanggap Hipertensi II dilakukan sesuai
dengan kelompok sasaran yang terkait dari masing-masing implementasi program di
Dukuh Pundong II.
1. Kuantitatif
Adapun sampel penelitian kuantitatif diantaranya, yaitu:
a. Sampel penelitian kuantitatif implementasi program dari kegiatan penyuluhan
hipertensi melalui whats app dan pelatihan pengukuran tekanan darah pada
remaja adalah semua remaja yang ada di Dukuh Pundong II dengan jumlah
remaja 40 orang. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan
hipertensi melalui whats app dengan media poster berseri adalah 40 orang
remaja yang ada di Dukuh Pundong II.
b. Sampel penelitian kuantitatif implementasi program dari kegiatan penyuluhan
hipertensi dan pelatihan pengukuran tekanan darah pada kader adalah semua
kader yang ada di Dukuh Pundong II dengan jumlah kader 6 orang. Jumlah
peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan pengukuran tekanan darah pada
kader di rumah bapak dukuh Dukuh Pundong II sebanyak 5 orang.
c. Sampel penelitian kuantitatif implementasi program dari kegiatan penyuluhan
pemilihan dan pengolahan makanan sehat (rendah garam dan rendah lemak)
pada ibu PKK di rumah bapak dukuh Dukuh Pundong II dengan jumlah
perwakilan dari tiap-tiap RT 3 orang dengan jumlah 12 orang. Jumlah peserta
yang mengikuti kegiatan penyuluhan pemilihan dan pengolahan makanan
sehat (rendah lemak dan rendah garam) di rumah bapak dukuh Dukuh
Pundong II sebanyak 12 orang.
2. Kualitatif
Adapun sampel penelitian kualitatif diantaranya, yaitu:
9
a. Sampel penelitian kualitatif implementasi program dari kegiatan peningkatan
aktivitas fisik pada remaja di Dukuh Pundong II adalah semua remaja yang
ada di Dukuh Pundong II atau sebanyak 50 remaja.
b. Sampel penelitian kualitatif implementasi program dari kegiatan peningkatan
aktivitas fisik pada lansia di Dukuh Pundong II adalah semua lansia yang ada
di Dukuh Pundong II atau sebanyak 60 lansia.
c. Sampel penelitian kualitatif kegiatan pelatihan pengukuran tekanan darah
remaja adalah jumlah peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan pengukuran
tekanan darah di rumah bapak dukuh Dukuh Pundong II sebanyak 23 orang.
d. Sampel penelitian kualitatif implementasi program dari kegiatan rumah bebas
asap rokok adalah semua tokoh masyarakat yang ada di Dukuh Pundong II.
e. Sampel penelitian kualitatif implementasi program dari kegiatan gerakan
menanam buah dan sayur dengan sasaran semua ibu PKK yang ada di Dukuh
Pundong II.
Tehnik pengumpulan data secara kuantitatif pada implementasi program
“Gerakan Dukuh Pundong II Tanggap Hipertensi” dilakukan dengan menggunakan
kuesioner (pre post-test). Kuesioner pre-test dilakukan sebelum diberikan
penyuluhan dan pelatihan terkait masing-masing program implementasi yang
dilaksanakan dan kuesioner post-test diberikan setelah kegiatan penyuluhan dan
pelatihan program implementasi dilakukan. Sedangkan tehnik pengumpulan data
secara kualitatif pada implementasi program “Gerakan DukuhPundong II Tanggap
Hipertensi” dilakukan melalui lembar observasi, lembar checklis dan wawancara
mendalam (indept interview).
3. Pelaksanaan Program:
1. Reviu dan adjustment program
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh tim disesuaikan dengan
ketersediaan waktu di lapangan. Beberapa kegiatan tersebut diantaranya adalah:
a. Penyuluhan mengenai hipertensi kepada kader kesehatan.
Penyuluhan mengenai hipertensi yang dilakukan secara berjenjang
kepada kader kesehatan dilanjutkan ke masyarakat, pada awalnya
direncanakan akan dilakukan sampai pada PKK tingkat RT. Mengingat
keterbatasan waktu, maka skenario penyuluhan diubah menjadi penyuluhan
oleh kader kesehatan di tingkat pedukuhan dengan mengundang perwakilan
10
ibu-ibu PKK dari setiap RT. Dan harapannya, ada tindak lanjut bahwa ke
depan penyuluhan tersebut dapat dilakukan oleh kader secara mandiri di
berbagai kegiatan kemasyarakatan seperti PKK RT, pos lansia, kegiatan
keagaamaan, KWT dan sebagainya.
b. Penyuluhan mengenai hipertensi kepada remaja
Penyuluhan mengenai hipertensi kepada remaja pada awalnya diplot
menjadi 4 sesi sharing poster melalui diskusi via grup whatsapp (WA).
Kegiatan tersebut direncanakan akan dilakukan setiap minggu selama 1 bulan
penuh. Mengingat keterbatasan waktu, maka 4 sesi yang direncanakan
diubah menjadi 2 sesi dengan jeda waktu 1 minggu. Konten materi poster
yang direncanakan dalam 4 sesi berisi sama dengan pelaksanaan diskusi
dengan 2 sesi, dimana materi dalam 2 sesi digabung menjadi 1 sesi diskusi
WA. Sesi pertama berisi materi pengertian tekanan darah dan tekanan darah
tinggi (hipertensi), dan sesi kedua berisi materi akibat dan pencegahan
hipertensi.
2. Pelaksanaan program
a) Penyuluhan mengenai hipertensi kepada kader kesehatan dan ibu-ibu
PKK
Kegiatan ini diawali dengan melakukan uji coba terhadap media lembar
balik yang akan digunakan sebagai alat bantu penyuluhan. Uji coba
dilaksanakan pada tanggal 10 September 2017, diikuti oleh empat kader
kesehatan dan ibu dukuh. Dalam uji coba media lembar balik mengenai
hipertensi ini diperoleh masukan sebagai berikut:
1) Ada beberapa kata/ istilah yang dianggap sulit, seperti arteri, sistol dan
diastol, pemblokiran, dialisis, dampak, meminimalisir, berisiko. Kata/
istilah sulit tersebut dapat diganti dengan padanan kata yang lebih mudah
atau memberikan pengertian dari kata tersebut. Misal kata dampak menjadi
akibat, berisiko menjadi yang bisa.
2) Ada beberapa penjelasan materi dalam lembar kader yang masih
kepanjangan, dan bisa dibahasakan yang lebih mudah dipahami (halaman 3,
4, 6)
11
3) Pada materi terkait kelebihan berat badan dapat dicantumkan cara
pengukuran kelebihan berat badan tersebut, agar ketika kader ditanya bisa
memberikan penjelasan.
4) Pada materi faktor yang dapat menyebabkan hipertensi diberikan gambar
makanan yang dapat memicu hipertensi, mana yang boleh dan tidak boleh
dimakan, makanan yang banyak mengandung lemak dan garam.
5) Gambar burger pada materi faktor yang dapat menyebabkan hipertensi tidak
familiar di dukuh Pundong 2.
6) Gambar minuman bersoda pada materi faktor yang dapat menyebabkan
hipertensi diperjelas.
7) Gambar obesitas (laki-laki), pada materi faktor yang dapat menyebabkan
hipertensi diganti saja dengan gambar obesitas pada perempuan, karena
biasanya banyak terjadi pada perempuan.
8) Kalimat “mengurangi kegiatan duduk-duduk” diperjelas, bisa diganti
dengan kegiatan yang kurang bermanfaat.
Berdasarkan uji coba media yang dilakukan, maka tim melakukan
revisi terhadap media yang akan digunakan. Media yang telah direvisi
selanjutnya direviu olehnarsumber, yaitu dosen pada minat Kesehatan Ibu
dan Anak-Kesehatan Reproduksi, Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan
Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, dr.
Prima Dhewi R, M. Biotech sebelum digunakan untuk intervensi di
masyarakat. Ada beberapa masukan dari narasumber terkait content dan
redaksional materi lembar balik. Pasca revisi media, kegiatan dilanjutkan
dengan pelatihan penyuluhan mengenai hipertensi kepada kader kesehatan
pada tanggal 13 Oktober 2017. Kegiatan ini mengundang dr. Prima Dhewi R,
M. Biotech sebagai narasumber pelatihan. Dari tujuh peserta pelatihan yang
diundang, yaitu enam orang kader kesehatan dan ibu dukuh Pundong II, yang
hadir dalam kegiatan pelatihan ini adalah lima orang kader kesehatan.
Kegiatan berlangsung selama sekitar 30 menit. Tiga diantara lima peserta
mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan yang diajukan
diantaranya adalah:
1) Apakah bisa jika mengobati tekanan darah dengan obat-obatan herbal?
2) Apakah sering buang air kecil termasuk tanda hipertensi?
12
3) Jika sudah terkena hipertensi, sudah mendapatkan obat dan merasa
kondisi sudah membaik, apakah bisa tidak minum obat kembali?
4) Bagaimana jika hasil pengukuran tekanan darah yang atas (sistol) tinggi,
tetapi yang bawah (diastol) rendah?
Karakteristik kader yang mengikuti kegiatan pelatihan penyuluhan
hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Kader Peserta Pelatihan Penyuluhan Hipertensi
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia
40-50 tahun 1 20
> 50 tahun 4 80
Jenis Kelamin
Laki-laki 1 20
Perempuan 4 80
Pendidikan terakhir
Tamat SLTP 1 20
Tamat SMA 4 80
Kader di dukuh Pundong II umumnya sudah termasuk pra lansia dan lansia,
tetapi selalu tampak semangat dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan. Kegiatan
pelatihan penyuluhan mengenai hipertensi untuk kader kesehatan ini disertai dengan
pre dan post test. Kegiatan pre test diikuti oleh lima orang dan kegiatan post tets
diikuti oleh tiga orang kader kesehatan. Berdasarkan hasil pre dan post test
menunjukkan kader memiliki pengetahuan yang baik, dimana dapat menjawab ≥ 75
persen jawaban benar. Terjadi peningkatan mean pengetahuan kader kesehatan
sebelum dan sesudah intervensi pelatihan (gambar 1). Kegiatan pelatihan berjalan
dengan lancar. Pada akhir sesi, kader yang akan mengisi penyuluhan kepada ibu-ibu
anggota PKK pada hari Minggu, 15 Oktober 2017 masih belum diputuskan, kader
akan berdiskusi dahulu baru kemudian menghubungi tim siapa yang nantinya akan
menyuluh.
13
Gambar 3.Mean Hasil Pre dan Post Test Pengetahuan Kader Kesehatan
Pasca kegiatan pelatihan penyuluhan mengenai hipertensi pada kader
kesehatan, maka selanjutnya salah satu kader kesehatan berkesempatan untuk
menyuluh. Kegiatan edukasi/ penyuluhan mengenai hipertensi ini sasarannya
adalah perwakilan ibu-ibu PKK dukuh Pundong 2. Jumlah peserta yang hadir
sebanyak 15 orang. Kegiatan berlangsung selama sekitar 1,5 jam (14.00 s/d 15.30
WIB). Pada kesempatan ini, kader yang telah bersedia untuk menyuluh
mengundurkan diri karena alasan kurang percaya diri dan digantikan oleh kader
lainnya, sementara kader yang sebelumnya telah bersedia menyuluh membantu
menjelaskan pada materi tertentu. Pada hari sebelumnya, lembar balik telah
dibawa oleh kader yang mengundurkan diri dengan harapan menjadi media untuk
belajar sebelum menyuluh.
Tempat yang digunakan untuk pelatihan luas dengan lesehan sehingga
nyaman bagi peserta maupun penyuluh. Narasumber hadir pada kegiatan
penyuluhan ini untuk melakukan observasi terhadap kemampuan kader dalam
memberikan penyuluhan. Berdasarkan hasil obervasi terhadap kemampuan
penyuluh dapat disimpulkan sebagai berikut: kader kurang menguasai materi,
lebih banyak membaca materi yang ada di lembar balik, kurang berinteraksi
dengan peserta, dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan peserta dengan
benar meski belum dijelaskan secara detil. Peserta dalam kegiatan penyuluhan
sangat aktif dan banyak bertanya. Kader mencoba menjawab terlebih dahulu
pertanyaan peserta dan selanjutnya narasumber melengkapi jawaban kader.
Pertanyaan yang muncul dari peserta diantaranya:
1) Apakah KB IUD dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang?
2) Jika usia > 40 tahun, tekanan darah 140 atau 150 (sistol)-nya, apakah masuk
kategori hipertensi?
0
10
20
Pre Post
15,819
Mean
Mean
14
3) Kategori tekanan darah normal?
4) Jika saat akan diukur tekanan darahnya merasa takut, was-was apakah dapat
berpengaruh pada hasil pengukuran tekanan darah?
5) Bagaimana cara mengetahui seseorang terkena hipertensi selain dri
pengukuran tekanan darah?
6) Apakah hasil pengukuran tekanan darah tinggi dapat dipengaruhi oleh
pikiran tidak tenang, fisik lelah?
7) Bagaimana kaitan antara berat badan dengan tekanan darah tinggi?
8) Bagaimanakah menjamin keakuratan pengukuran tekanan darah? Baik digital
atau manual?
Pada kegiatan pelatihan kader maupun edukasi hipertensi kepada ibu-ibu
PKK, dilakukan kegiatan pre dan post test mengenai hipertensi. Kelemahan pada
kegiatan pre dan post test kader kesehatan adalah kader kesehatan sudah terlibat
dalam kegiatan uji coba media yang digunakan untuk kegiatan penyuluhan.
Karakteristik responden dalam kegiatan pre post test mengenai hipertensi kepada
ibu-ibu PKK sebagai berikut:
Tabel 2. Karakteristik Responden Pre Post Test Hipertensi (Ibu-Ibu PKK)
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia
30-40 tahun 3 37,50
> 40 tahun 5 62,50
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah (TS) 1 12,50
Tamat SMA 3 37,50
Tamat D3/ S1 2 25
Tidak menjawab 2 25
Asal
RT 1 2 25
RT 2 4 50
RT 3 1 12,50
RT 4 1 12,50
15
Kegiatan pre test diikuti oleh 8 orang dan post test diikuti oleh 7 orang,
namun yang melengkapi kuesioner pre dan post test hanya 7 orang saja.
Berdasarkan hasil pre dan post tes yang dilakukan diketahui bahwa pengetahuan
kader kesehatan dan ibu-ibu PKK pada kategori baik dimana sebagian peserta
menjawab 75 persen pertanyaan dengan benar. Mean sebelum dan sesudah
intervensi mengalami peningkatan. Mean hasil pre dan post test variabel
pengetahuan pada ibu-ibu PKK dapat dilihat pada diagram.
Gambar 4.Mean Hasil Pre Post Pengetahuan Ibu-Ibu PKK mengenai
Hipertensi
b) Pelatihan pengukuran tekanan darah pada kader kesehatan
Kegiatan ini diawali dengan kegiatan uji coba media video yang telah
dibuat oleh tim sebelumnya. Video yang dibuat melibatkan peran dari tim. Video
yang dibuat dinilai sudah baik dan runtutannya jelas, namun demikian tim
membuat video pengukuran tekanan darah dengan melibatkan perwakilan
masyarakat sebagai pemeran dalam video pengukuran tekanan darah tersebut.
Pemeran dalam video pengukuran tekanan darah ini telah didiskusikan terlebih
dahulu dengan kepala dukuh. Kegiatan pengambilan gambar untuk video
pengukuran tekanan darah ini dilakukan pada tanggal. Proses editing dilakukan
oleh tim selama sekitar dua minggu. Video yang dibuat berdurasi sekitar 5 menit.
Dalam video tersebut, orang yang berperan sebagai warga (diukur tekanan
darahnya), lengan baju ketika diukur tidak digulung ke atas, sehingga dalam
video tersebut diberikan marking tulisan bahwa “lengan baju wajib digulung ke
atas” dalam proses pengukuran tekanan darah. Selain itu narasumber juga
15
15,5
16
16,5
17
Pre Post
15,86
17
Mean
Mean
16
menyampaikan kembali secara lisan saat penjelasan pasca pemutaran video
pengukuran tekanan darah. Hal ini ditekankan, agar masyarakat tidak salah
persepsi terhadap prosedur pengukuran tekanan darah yang benar.
Kegiatan pengukuran tekanan darah pada kader kesehatan dilakukan
padatanggal 13 Oktober 2017. Kegiatan dilakukan setelah sesi pelatihan
penyuluhan mengenai hipertensi. Narasumber dalam pelatihan ini adalah dosen
pada minat Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi, Departemen
Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi, Fakultas
Kedokteran,Universitas Gadjah Mada,dr. Prima Dhewi R, M.Biotech. Rangkaian
acara pelatihan meliputi pemutaran video pengukuran tekanan darah, penjelasan
oleh narasumber dan praktik pengukuran tekanan darah. Peserta aktif bertanya
dalam kegiatan ini. Kegiatan ini diikuti oleh lima kader kesehatan dukuh
PundongII.Dalam kegiatan ini, tampak bahwa hanya dua orang yang masih agak
kesulitan melakukan pengukuran tekanan darah, terutama untuk mendengar suara
“dup” saat melakukan pengukuran tekanan darah. Salah satu kader yang diobervasi
oleh narasumber diketahui memiliki nilai dalam kategori baik sesuai panduan
checklist pengukuran tekanan darah yang disusun oleh tim.
c) Penyuluhan mengenai hipertensi kepada remaja via aplikasi Whats App
Kegiatan ini diawali dengan melakukan uji coba terhadap media poster berseri
yang akan digunakan sebagai media penyuluhan. Uji coba dilaksanakan pada
tanggal 8 September 2017, diikuti oleh 9 orang perwakilan remaja dan ketua
karang taruna Pundong II. Dalam uji coba media poster mengenai hipertensi ini
diperoleh masukan yaitu poster dapat dibuat semenarik mungkin, agak menarik
perhatian anggota grup dan menggunakan gambar-gambar yang menarik
perhatian pemuda.
Berdasarkan uji coba media yang dilakukan, maka tim melakukan revisi
terhadap media yang akan digunakan. Media yang telah direvisi selanjutnya direviu
oleh tim, sebelum digunakan untuk intervensi pada remaja. Isi poster mengikuti
materi dari media lembar balik yang telah direviu sebelumnya, sehingga ada
beberapa masukan terkait content dan redaksional materi poster. Semula poster
terdiri dari 4 seri, setelah melewati proses penyesuaian program maka poster hanya
menjadi 2 seri, namun tetap memuat materi yang sama.
17
Pasca revisi media, kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan mengenai
hipertensi kepada remaja yang di laksanakan menggunakan aplikasi Whats App
melalui grup, grup di bentuk oleh pemuda Pundong II, sesuai kesepakatan grup
diberi nama “Generasi Anti Hipertensi” yang dibuat pada tanggal 30September
2017. Anggota dalam grup ini sebanyak 47 orang, terdiri dari 40 orang remaja
Pundong II serta 7 orang Tim peneliti dan narasumber.
Kegiatan ini mengundang dr. Prima Dhewi R, M. Biotech sebagai narasumber
penyuluhan.Penyuluhan tahap pertama dilakukan pada tanggal pukul dan
penyuluhan tahap dua dilakukan tanggal pukul.Kegiatan dilakukan dengan alur
sebagai berikut, yaitu :
1) Pemberian poster digital yang berisi informasi tentang penyakit tekanan darah
tinggi sesuai dengan tema/seri posternya melalui grupWhats App. Diberikan
waktu untuk peserta selama 15 menit untuk membaca isi poster.
2) Sesi diskusi interaktif bersama narasumber. Semua peserta/anggota grup dapat
bertanya tentang materi/informasi yg telah dibaca di poster. Selanjutnya,
peserta dapat bertanya kepada narasumber untuk memperoleh informasi yang
tepat. Diskusi berlangsung selama ±30-60 menit.
Pada tahap pertama dengan poster seri 1, terdapat lima peserta yang
mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan yang diajukan diantaranya
adalah:
1) Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena hipertensi dan bagaimana cara
pencegahannya?
2) Apa resiko hipertensi berkepanjangan? Selain dari makanan, hal apa yang bisa
menurunkan darah tinggi?
3) Waktu yg ideal untuk mengecek tekanan darah itu berapa bulan sekali? Lantas,
apa ada persiapan khusus sebelum mengecek tekanan darah? Maksimal berapa
kali?
4) Apakah perokok sudah fix terkena hipertensi?
Pada tahap kedua dengan poster seri 2, terdapatterdapat empat peserta yang
mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan yang diajukan diantaranya
adalah :
1) Dari ke empat dampak tekanan darah tinggi di poster manakah komplikasi
yang paling berbahaya? Kenapa?
18
2) Masalah ginjal itu apa saja? Mohon diperjelas
3) Apakah penyakit hipertensi dapat menular melalui faktor keturunan?
4) Kalau sudah terindikasi darah tinggi, apakah harus mengonsumsi obat terus
secara rutin? Ada kemungkinan tidak nanti dapat berhenti mengonsumsi obat
dan bisa sembuh total?
5) Apabila seseorang dengan hipertensi kemudian oleh dokter dinyatakan DM
apakah lebih beresiko terkena gagal ginjal ?
d) Pelatihan pengukuran tekanan darah pada remaja
Pelatihan pengukuran tekanan darah pada remaja Dukuh Pundong II diawali
dengan kegiatan uji coba media video yang telah dibuat oleh tim sebelumnya.
Video yang dibuat melibatkan peran dari tim. Video yang dibuat dinilai sudah
baik dan runtutannya jelas, namun demikian tim membuat video pengukuran
tekanan darah dengan melibatkan perwakilan masyarakat sebagai pemeran dalam
video pengukuran tekanan darah tersebut. Pemeran dalam video pengukuran
tekanan darah ini telah didiskusikan terlebih dahulu dengan kepala dukuh.
Kegiatan pengambilan gambar untuk video pengukuran tekanan darah ini
dilakukan pada tanggal 21 September 2017 di rumah warga Dukuh Pundong II.
Proses editing dilakukan oleh tim selama sekitar dua minggu. Video yang dibuat
berdurasi sekitar 5 menit. Dalam video tersebut, orang yang berperan sebagai
warga (diukur tekanan darahnya), lengan baju ketika diukur tidak digulung ke
atas, sehingga dalam video tersebut diberikan marking tulisan bahwa “lengan
baju wajib digulung ke atas” dalam proses pengukuran tekanan darah. Selain itu,
narasumber juga menyampaikan kembali secara lisan saat penjelasan pasca
pemutaran video pengukuran tekanan darah. Hal ini ditekankan, agar masyarakat
tidak salah persepsi terhadap prosedur pengukuran tekanan darah yang benar.
Kegiatan pengukuran tekanan darah pada remaja dilakukan pada tanggal 12
Oktober 2017. Narasumber dalam pelatihan ini adalah 2 orangmahasiswa
pascasarjana pada minat Perilaku dan Promosi Kesehatan,Fakultas Kesdokteran,
Universitas Gadjah Mada, Wiradianto Putro, S.Kep dan Irma Alya Safira, S.Kp.G
yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu keperawatan umum dan
keperawatan gigi. Rangkaian acara pelatihan meliputi pemutaran video
pengukuran tekanan darah, penjelasan oleh narasumber dan praktik pengukuran
tekanan darah. Kegiatan ini diikuti oleh 23 remaja dukuh Pundong II. penjelasan
19
oleh narasumber di ikuti dengan menunjukan tata cara melakukan pengukuran
tekanna darah yang benar, setelah itu, peserta di bagi menjadi 4 kelompok laki-
laki dan perempuan. Setiap kelompok diberikan alat tensi dan di dampingi oleh
narasumber untuk mempraktikan cara pengukuran tekanan darah yang benar,
kemudian setiap kelompok menunjuk dua orang untuk mempraktikannya di
depan dan dinilai oleh narasumber untuk kelompok yang terbaik. Dalam kegiatan
ini, tampak bahwa masih ada beberapa orang yang masih agak kesulitan
melakukan pengukuran tekanan darah, terutama saat mendengar suara “dup” saat
melakukan pengukuran tekanan darah. Salah satu kelompok yang diobervasi oleh
narasumber diketahui memiliki nilai dalam kategori baik sesuai panduan checklist
pengukuran tekanan darah yang disusun oleh tim.
e) Penyuluhan mengenai pemilihan dan pengolahan menu sehat
Pada tahapan implementasi, kegiatan diawali dengan uji coba media kalender
yang akan digunakan saat edukasi pemilihan dan pengolahan menu sehat (rendah
garam dan lemak). Kegiatan uji coba media ini disampaikan kepada ibu-ibu
PKKpra lansia dan lansia pada tanggal 10 September 2017. Beberapa masukan
terkait kalender diantaranya adalah: memasukkan gambar buah-buahan dan
sayuran, gambar background tidak terlihat jelas dan pecah, warna tulisan tanggal
pada kelender perlu dipertajam, perlunya dikelompok bagian antara isi materi dan
foto, perlunya diberikan himbauan dibagian bawah kalender.
Pasca uji coba tersebut dilakukan revisi terhadap media yang akan digunakan
untuk intervensi edukasi. Mengingat content yang ada pada media intervensi hanya
fokus pada ajakan memperbanyak konsumsi buah dan sayur serta pentingnya
membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat memicu hipertensi seperti
makanan berlemak tinggi, makanan berkadar garam tinggi, makanan dan minuman
dalam kemasan kaleng, makanan berkolesterol tinggi, dan makanan yang
diawetkan. Oleh karena itu, dibutuhkan materi yang lebih mendalam terkait
pemilihan dan pengolahan menu sehat RT yang dapat menjadi upaya pencegahan
hipertensi. Materi tersebut disusun oleh narasumber, yaitu Resti Kurnia T, S.Gz
(terlampir). Narasumber adalah mahasiswa S2 minat gizi klinis, program
pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada.
Kegiatan penyuluhan pemilihan dan pengolahan menu sehat dilakukan pada
tanggal 15 Oktober 2017. Kegiatan dilakukan setelah penyuluhan mengenai
20
hipertensi oleh kader kesehatan selesai. Kegiatan berlangsung selama sekitar 1 jam
(16.00 s/d 17.00 WIB). Peserta penyuluhan sebanyak 14 orang, namun ketika sesi
tanya jawab sebagian peserta ada yang pulang duluan karena alasan urusan pribadi,
mengingat kegiatan pada hari tersebut telah dimulai sejak jam 14.00 WIB.
Sebagian peserta aktif bertanya. Pertanyaan yang muncul diantaranya adalah:
1) Kenapa saya pernah masak bayam, begitu dimakan membuat pusing?
2) Terkait manfaat pisang, kemarin ada studi banding di kebun plasma nutfah,
semua bagian dari tanaman pisang dimanfaatkan, termasuk bonggol pisang
dijadikan menu nugget, bagaimana dengan kandungan gizinya?
Peserta yang hadir dalam kegiatan eduaksi pemilihan menu sehat ini
mendapatkan kalender satu muka berisi ajakan perbanyak konsumsi buah dan
sayur dan batasai konsumsi bahan makanan pemicu hipertensi. Kalender
tersebut dapat dipasang di bagian rumah responden untuk pengingat terkait
pemilihan menu sehat bagi anggota rumah tangga. Pada kegiatan ini,
dilakukan kegiatan pre dan post test terkait identifikasi bahan makanan yang
dapat memicu terjadinya hipertensi. Kegiatan pre test diikuti oleh 10 orang
dan post test diikuti oleh 6 orang, namun demikian yang mengisi lengkap
kuesioner pre dan post test hanya 4 orang saja. Karakteristik responden pada
penyuluhan pemilihan dan pengolahan menu sehat sebagai berikut:
Tabel 3. Karakteristik Responden Pre dan Post Test Penyuluhan Pemilihan dan
Pengolahan Menu Sehat
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia
30-40 tahun 3 30
> 40 tahun 6 60
Tidak menjawab 1 10
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah (TS) 1 10
Tamat SMA 6 60
Tamat D3/ S1 3 30
Tidak menjawab 1 10
Asal
RT 1 2 20
21
RT 2 3 30
RT 3 1 10
RT 4 1 10
Tidak menjawab 3 30
Berdasarkan hasil pre dan post test yang dilakukan semua peserta memiliki
pengetahuan yang baik dalam mengidentifikasi bahan makanan yang dapat memicu
terjadinya hipertensi, yaitu sebagian besar responden dapat mengidentifikasi
dengan benar > 75 persen, bahan makanan yang dapat/ tidak memicu hipertensi
jika dikonsumsi secara berlebih. Sementara ada 1 orang responden pada pre test
yang menjawab benar < 75 persen. Terjadi peningkatan mean sebelum dan sesudah
intervensi (gambar 3).
Gambar 5. Mean Hasil Pre-Post Test Identifikasi Bahan Makanan Pemicu
Hipertensi
f) Peningkatan aktivitas fisik pada remaja dan lansia
Pada tahap implementasi “Gerakan Dukuh Pundong II Tanggap
Hipertensi”, kegiatan diawali dengan uji coba media poster aktivitas fisik pada
remaja dan leaflet aktivitas fisik dan hipertensi. Kegiatan uji coba media ini
disampaikan kepada remaja pada tanggal 8 september 2017 dan lansia pada
tanggal 10 september 2017. Beberapa masukan terkait poster aktivitas fisik pada
remaja, diantaranya adalah hindari istilah kata bahasa asing, kwalitas dan ukuran
gambar kurang jelas dan pecah, kurang menarik gambar fotonya, lebih baik
menggunakan foto kegiatan aktivitas fisik remaja Dukuh Pundong II seperti
futsal, voli, sepeda santai dan pimpong. Beberapa masukan/saran terkait leaflet
aktivitas fisik dan hipertensi pada lansia, diantaranya adalah warna background
leaflet aktivitas fisik terlalu tua sebaiknya diberikan warna yang lebih muda atau
0
5
10
15
Pre Post
10,7513,83
Mean
Mean
22
terang, warna pada tulisan fontnya perlu diperjelas, kata ajakan “Ayo” fontnya
lebih diperbesar kembali, lebih simpel lagi isi materi leaflet aktivitas fisik, foto
lansia sebaiknya diambil secara keseluruhan, setiap halaman leaflet sebaiknya
diberikan gambar atau foto yang menarik, sebaiknya foto lansia yang diambil
untuk dijadikan tampilan depan foto lansia yang memakai seragam, sebaiknya
foto yang dimasukkan orang yang benar-benar sudah lanjut usia seperti (mbah
pujo, mbah jito, dan mbah waginem).
Berdasarkan uji coba media yang dilakukan, maka tim melakukan revisi
terhadap media yang akan digunakan. Media yang telah direvisi selanjutnya
direviu oleh asisten dosen, minat Ilmu Perilaku dan Promosi, Departemen
Perilaku dan Promosi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada,
Fahmi Baiquni, S.Psi.,M.PH sebelum digunakan untuk intervensi di masyarakat.
Ada beberapa masukan/saran dari asisten dosen terkait content, warna
background dari poster dan leaflet. Pada tahap implementasi selain melakukan
pembahasan terkait uji coba media, tim juga melakukan diskusi dengan remaja
mengenai peningkatan jumlah partisipan kegiatan aktivitas fisik remaja pada
tanggal 8 september 2017, dan diskusi inovasi kegiatan aktivitas fisik remaja
seperti flashdance pada tanggal 12 oktober dan 15 oktober 2017, serta
peningkatan jumlah partisipasi aktivitas fisik lansia pada tanggal 10 september
2017. Adapun hasil tindak lanjut dari implementasi program peningkatan
aktivitas fisik diantaranya, yaitu:
1) Peningkatan aktivitas fisik pada remaja
Rencana tindak lanjut implementasi program peningkatan aktifitas
fisik dilakukan diskusi dengan remaja tanggal 8 september 2017, yang dihadiri
dari perwakilan remaja karang taruna Dukuh Pundong II sebanyak 10 orang.
Beberapa kendala pada remaja putri yang kurang dalam melakukan aktifitas
fisik seperti remaja putra diantaranya, yaitu umumnya remaja putri yang ada di
Dukuh Pundong II masih banyak yang diam atau duduk-duduk di rumah atau
sebutan istilahnya “mager”, masih banyaknya remaja putri khususnya pada
tingkat pendidikan SMP dan SMA, rata-rata lebih sibuk dengan gadget
masing-masing, remaja putri pada usia tingkat dewasa kesulitan dalam
mencarikan peminjaman sepeda terkait dengan aktivittas fisik bersepeda.
Upaya yang dilakukan dari remaja putra yaitu memberikan
masukan/saran kepada remaja putri agar bisa melakukan aktivitas fisik ringan
23
seperti bersepedaan, jogging atau olahraga lainnya. Sedangkan pengurus
karang taruna dari remaja putri sudah berusaha untuk mengajak remaja putri
yang belum aktif dalam beraktifitas fisik. Adapun kegiatan aktifitas fisik dari
remaja putra yang sudah terlaksana di Dukuh Pundong II yaitu sepak bola atau
futsal, voli, tenis meja atau pingpong. Kegiatan aktifitas fisik ini dilakukan
pada setiap sore, dikediaman rumah bapak dukuh Dukuh Pundong II. Kendala
yang dirasakan pada remaja putra dalam melakukan aktivitas fisik yaitu
kondisi lapangan. Terbatasnya luas/lebar lapangan dalam melakukan aktifitas
fisik seperti futsal. Upaya yang dilakukan dari remaja yaitu tetap melakukan
aktivitas fisik dengan tempat seadanya.
Terkait dengan meningkatkan jumlah partisipasi aktivitas fisik remaja
di Dukuh Pundong II yaitu dengan cara seperti mengikuti ajang kompetisi
futsal atau lomba olahraga lainnya dan menurut beberapa perwakilan dari
remaja Dukuh Pundong II menyampaikan, peran dari remaja putra sudah
cukup antusias dan ikut berpartisipasi terhadap kegiatan aktivitas fisik tersebut
tanpa perlunya diingatkan kembali baik dari pemuda-pemudinya atau pun dari
bapak Dukuh Pundong II.
Dilakukan diskusi dengan remaja tanggal 12 dan 15 Oktober 2017
yang nantinya kegiatan aktifitas fisik ringan seperti flash dance dapat
dilakukan oleh remaja pada setiap pertemuan rutin karang taruna di Dukuh
Pundong II. Kegiatan implementasi tindak lanjut aktivitas fisik flash dance
tanggal 12 oktober 2017 dihadiri sebanyak 23 remaja Dukuh Pundong II,
karena keterbatasan waktu dan kondisi remaja yang sudah tidak kondusif,
kegiatan tersebut dilanjutkan tanggal 15 oktober 2017 yang dihadiri dari
masing-masing perwakilan remaja dari tiap RT sebanyak 2 orang, jumlah
remaja yang menghadiri tindak lanjut aktifitas fisik ringan seperti flash dance
sebanyak 6 orang termasuk ketua remaja Dukuh Pundong
II.Masukan/tanggapan dari remaja terkait kegiatan flash dance, para
remajabersepakat dengan tim akan mencoba untuk memaparkan dan
menawarkan kegiatan flash dance pada remaja lainnya yang belum aktif yang
akan dilakukan dipertemuan karang taruna, tepatnya sabtu malam minggu
tanggal 28 oktober 2017.
Dari perwakilan remaja 6 orang tersebut, bersepakat mau untuk
melakukan kegiatan aktivitas fisik ringan seperti flash dance pada setiap
24
pertemuan karang taruna, akan tetapi ditakutkan remaja yang lain tidak mau
untuk mengikuti kegiatan aktifitas fisik ringan seperti flashdance
dikarenakan50% remaja Dukuh Pundong II didominasi dari pendidikan SLTP
dan SMA, rata-rata masih aktif belajar.
Beberapa kendala remaja terkait dalam melakukan kegiatan aktivitas
fisik ringan seperti flash dance diantaranya, yaitu tidak bisa menggerakan
sendiri untuk teman-teman karang taruna lainnya, belum tentu pemuda pemudi
yang lain mau atau setuju untuk kegiatan aktivitas fisik ringan seperti flash
dance yang akan dilakukan pada setiap pertemuan karang taruna, waktu
pertemuan karang taruna selesai malam dan remaja biasanya sudah
mengantuk, tidak perlu kegiatan aktifitas fisik seperti flash dance alasannya
karena sudah merasa cukup berolahraga.
Salah satu cara pengurus karang taruna mengaktifkan remaja Pundong
II yang belum aktif baik dalam kegiatan karang taruna dan aktivitas fisik
ringan yaitu dengan cara memperbanyak acara pertemuan/kumpulan dengan
pemuda pemudi. Seperti pada minggu lalu pemuda pemudi Pundong II telah
melakukan sepeda santai mulai dari Dukuh Pundong II hingga ke alun-alun
utara, melalui rute jalan selokan mataram dari Dukuh Pundong II. Kegiatan
tersebut dilakukan pada hari sabtu malam minggu tanggal 14 oktober 2017,
sampai dengan jam 23.00 WIB, dengan jumlah peserta 11 orang remaja
dengan mengendarai sepeda masing-masingdari milik sendiri. Rencana untuk
kegiatan sepeda santai di Dukuh Pundong II, akan diaktifkan kembali.
Hal ini yang melatarbelakangi atau yang manggagas remaja untuk mau
melakukan kegiatan aktivitas fisik seperti sepeda santai adalah dari mas farel,
beliau merupakan seseorang yang berkonstribusi, menyupport atau
mendukung kegiatan aktivitas fisik seperti sepeda santai, dukungan tersebut
berupa sumber dana/sepeda untuk remaja Dukuh Pundong II, beliau juga
menyatakan “daripada malam minggu kelabu tidak jelas lebih baik mbok pit
pit an saja, ujar beliau mengatakan hal demikian kepada remaja Dukuh
Pundong II”. Utuk setiap kegiatan aktivitas fisik remaja seperti (voli, sepak
bola dan pimpong) sudah mempunyai gruop whats app masing-masing dari
perkegiatan aktivitas fisik tersebut.
Rencana tindak lanjut dari implementasi program aktifitas fisik remaja
dilakukan penempelan poster aktivitas fisik remaja sebagai media intervensi
25
untuk remaja yang dilakukan mulai pada tanggal 15 oktober 2017 sampai
dengan tanggal 22 oktober 2017. Penempelan poster aktivitas fisik tersebut
melibatkan peran langsung dari remaja Dukuh Pundong II, dengan titik
penempelan yang telah ditentukan dan disepakati baik dari remaja Dukuh
Pundong II dan tim diantaranya, yaitu tempat perkumpulan pemuda pemudi
(tempat rumpi), warung, papan pengumuman, gapura dan masjid. Jumlah
poster aktivitas fisik yang ditempel sebanyak 31 poster, 2 RT akan ditempel
poster sebanyak 8 poster dan 2 RT lainnya akan ditempel 7 poster. Adapun
penanggung jawab penempelan poster aktivitas fisik remaja pada tiap RT di Pj
kan 2 orang per RT, diantaranya yaitu: RT 1: Johan dan Dian, RT 2: Niken
dan Nuri, RT 3: Aziz dan Muhadi, RT 4: Hakim dan Moko.
2) Peningkatan aktivitas fisik pada lansia
Pada akhir Desember 2016, berdasarkan hasil diskusi dengan kader
diperoleh kesepakatan bahwa salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan
untuk lansia adalah jalan santai. Kegiatan ini kemudian mulai berjalan sejak
awal tahun 2017 hingga kini, dilakukan setiap minggu terakhir setiap bulan
melalui rute sekitar padukuhan Pundong II. Peserta yang ikut sebagia besar
adalah peserta senam lansia. Selain itu saat diskusi dengan perwakilan lansia
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
ikut serta dalam senam lansia adalah saling mengajak/ mengajak lansia yang
rumahnya berdekatan atau pengumuman melalui masjid. Namun demikian,
upaya yang saat ini berjalan adalah saling mengajak satu sama lain yang
rumahnya berdekatan.
Rencana tindak lanjut dilakukan diskusi dengan lansia tanggal 10
september 2017, dilakukan usai kegiatan senam lansia di kediaman rumah
bapak Sukar Dukuh Pundong II, dengan jumlah peserta 22terdiri dari 15 orang
pra lansia dan lansia, 7 orang diantaranya kader. Berdasarkan hasil rencana
tindak lanjut implementasi program peningkatan aktifitas fisik lansia yang ada
di Dukuh Pundong II, lansiamau dan bersepakat untuk meningkatkan jumlah
partisipan pada kegiatan aktifitas fisik seperti senam lansia dan jalan sehat.
Upaya yang akan dilakukan ketika banyak jumlah partisipan lansia tidak
mengikuti kegiatan aktivitas fisik adalah masyarakat lansia bersepakat
perlunya diberikan semacam perangsang atau pemberian doorprize.
26
Pemberian doorprize tersebut dapat dilakukan 1 bulan sekali, pada saat
kegiatan aktivitas fisik senam lansia. Hal ini merupakan sebagai salah satu
proses untuk menarik dan memancing lansia lainnya yang belum aktif dalam
beraktifitas fisik agar mau ikut dan berpartsipasi serta menimbulkan motivasi
kepada lansia lainnya untuk mengikuti kegiatan aktifitas fisik tersebut.
Pemberian doorprize pada kegiatan senam lansia ini diperoleh dari hasil
anggaran atau iuran yang dikumpulkan usai dari kegiatan senam lansia
berakhir, kegiatan senam lansia tersebut dilakukan seminggu sekali, hari
minggu pagi jam 06.00 WIB sampai dengan selesai.
Selain itu juga, upaya lain yang akan dilakukan untuk meningkat
partisipasi senam lansia yang ada di Dukuh Pundong II yaitu dengan cara
mengadakan pertemuan, mengundang seluruh lansia yang ada di Dukuh
Pundong II dengan mengudang sumber atau ahli kesehatan untuk memberikan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya dalam beraktifitas fisik.
Pengarahan kumpulan lansia dapat dilakukan misalnya saat rapat pertemuan
RT, pertemuan PKK. Peningkatan aktifitas fisik lansia selain diskusi
dilakukan dengan pembagian media intervensi berupa leaflet kepada lansia
atau masyarakat Dukuh Pundong II. Pembagian leaflet dilakukan pada tanggal
15 oktober 2017 saat pertemuan rutin ibu PKK. Selain itu leaflet dibagikan
pasca senam lansia pada hari Minggu, tanggal 23 Oktober 2017. Kedatangan
tim pada kesempatan tersebut tidak diinformasikan kepada masyarakat.
3. Evaluasi program
Secara umum program gerakan dukuh Pundong II tanggap hipertensi
meliputi empat tema yaitu: peningkatan pengetahuan dan ketrampilan terkait
hipertensi, gerakan menanam buah dan sayur, implementasi rumah bebas asap
rokok dan peningkatan aktivitas fisik pada lansia dan remaja dapat direspon
dan diterima baik oleh masyarakat. Dukungan kepala dukuh dan tokoh
masyarakat terhadap semua pelaksanaan kegiatan yang dilakukan besar.
Berdasarkan evaluasi proses terhadap pelaksanaan kegiatan edukasi
dan pelatihan, maka dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut:
a) Partisipasi peserta yang diundang lebih dari 50 persen dalam setiap
kegiatan pelatihan dan edukasi yang dilakukan.
27
b) Peserta kader dan ibu-ibu PKK aktif bertanya dalam kegiatan edukasi dan
pelatihan yang dilakukan.
c) Ruangan dan pra sarana yang digunakan nyaman. Kegiatan umumnya
dilaksanakan dengan lesehan. LCD menggunakan inventaris yang dimiliki
dukuh Pundong II. Pertemuan untuk tokoh masyarakat, kader kesehatan
dan ibu-ibu PKK biasanya disediakan teh oleh ibu dukuh.
Berdasarkan hasil outcome terhadap pelaksanaan pelatihan
pengukuran tekanan darah diketahui bahwa peserta dapat melakukan
pengukuran tekanan darah dengan benar, dimana > 75 persen tahapan
pengukuran tekanan darah sesuai pedoman telah dilakukan. Sementara itu,
hasil semua pre post test pada edukasi penyuluhan mengenai hipertensi
(kader, remaja, ibu-ibu PKK) dan pemilihan dan pengolahan menu sehat
diketahui terjadi peningkatan mean pengetahuan partisipan menjadi lebih
baik. Namun demikian, belum semua partisipan dalam edukasi
berpartisipasi dalam kegiatan pre dan post test, karena beberapa alasan:
tidak bersedia, datang terlambat atau pulang duluan.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, tentu saja ditemui beberapa
kendala. Ada kesulitan penyesuaian jadual pelaksanaan kegiatan pada
bulan Oktober 2017, karena masyarakat sedang memiliki banyak kegiatan,
salah satunya adalah persiapan lomba P2WKSS tingkat propinsi.
Sementara itu, kegiatan pelatihan pengukuran tekanan darah pada remaja
yang disertai dengan kegiatan diskusi terkait aktivitas fisik dilakukan pada
malam hari sesuai dengan kesepakatan dengan kelompok remaja. Namun
demikian, siswa SMA sedang melaksanakan ujian tengah semester (UTS),
sehingga kegiatan yang dilaksanakan waktunya terbatas. Durasi
implementasi yang terbatas membuat beberapa pertemuan berisi lebih dari
satu kegiatan. Kendala lainnya adalah waktu pelaksanaan kegiatan yang
biasanya molor, karena budaya masyarakat untuk menghadiri undangan
sekitar 45-60 menit dari undangan yang disampaikan sebelumnya.
Berdasarkan evaluasi proses, kegiatan pemberdayaan berupa
gerakan menanam buah dan sayur dan implementasi RBAR dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a) Partisipasi peserta yang diundang lebih dari 50 persen dalam setiap
pertemuan yang dilakukan.
28
b) Partisipan aktif dalam merespon, tampak semangat, memberikan ide
dan menanggapi setiap rencana pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan.
c) Masyarakat bersepakat bahwa kegiatan ini nantinya harus dijaga agar
terus berjalan. Jangan hanya menjadi program saat ini saja.
Berdasarkan evaluasi proses, kegiatan peningkatan aktivitas fisik
(remaja dan lansia) dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Kegiatan aktivitas fisik pemuda yang kini eksis di dukuh Pundong II:
futsal, bersepeda, bola voli. Namun demikian, menurut beberapa
pemuda yang aktif di karang taruna masih banyak remaja yang belum
aktif dalam kegiatan olahraga apapun, terutama anak usia SMP-SMA.
b) Tidak semua remaja mau terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk
aktivitas fisik, terutama kelompok usia SMP-SMAdikarenakan 50%
remaja di Dukuh Pundong II masih banyak remaja yang aktif dalam
tugas belajar, sehingga keterbatasan waktu dari remaja khususnya
kelompok usia SMP dan SMA. Selain itu, tidak semua remaja aktif
dalam karang taruna maupun grup WA karang taruna.
c) Berbagai tawaran aktivitas fisik olah raga dan aktivitas fisik ringan,
seperti flash dance tidak bisa diterima oleh remaja. Sebagian
pengurus karang taruna menyampaikan bahwa sebagian remaja susah
untuk ikut kegiatan baru, biasanya sifatnya musiman ketika mau saja.
d) Kegiatan jalan santai yang umumnya diikuti kelompok lansia masih
berjalan hingga saat ini, sejak dirintis awal tahun 2017.
e) Partisipasi jumlah lansia dalam kegiatan senam lansia ada
kecenderungan meningkat. Dari kisaran < 25 orang menjadi > 25
orang saat tim ikut serta dalam senam lansia. Berdasarkan observasi,
setidaknya ada dua peserta pra lansia yang ikut serta saat tim
mengikuti kegiatan senam lansia.
f) Upaya meningkatkan partisipasi dari masyarakat untuk ikut serta
dalam senam lansia: saling mengajak satu sama lain yang rumahnya
berdekatan.
Pada dasarnya masih terlalu dini untuk melakukan evaluasi output
dengan kerangka RE-AIM seperti yang direncanakan sejak awal. Kegiatan
29
berbasis edukasi dan pelatihan, upaya peningkatan aktivitas fisik telah selesai,
namun kegiatan dalam konteks pemberdayaan seperrti gerakan menanam buah
dan sayur dan implementasi RBAR belum sepenuhnya selesai. Berdasarkan
evaluasi output dengan kerangka RE-AIM tersebut, melihat dari hasil yang
ada maka keterjangkauan/ partisipasi masyarakat terhadap program (reach)
tim nilai baik, ada kesesuaian hasil program (edukasi dan pelatihan) yang telah
selesai dengan tujuan serta luaran program yang telah ditetapkan
(effectiveness) yaitu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, ada
kemudahan program untuk diadopsi oleh masyarakat (adoption), misalnya
kader mau untuk menjadi penyuluh, namun demikian masih ada kesulitan atau
kendala dalam implementasi kegiatan (implementation) dan wacana
kemungkinan keberlanjutan program (maintenance) sangat potensial ke
depannya.
4. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan gerakan dukuh Pundong II tanggap hipertensi meliputi Kegiatan
gerakan dukuh Pundong II tanggap hipertensi yang dilakukan merupakan kegiatan
yang melibatkan peran masyarakat sejak awal penyusunan program, sehingga dapat
dilaksanakan. Kegiatan pemberdayaan tersebut setidaknya meliputi tiga level/
tingkatan intervensi yaitu: intrapersonal (individu) yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terkait hipertensi, level community yang
meningkatkan peran sumber daya yang ada dalam masyarakat untuk pelaksaaan
gerakan nyata pencegahan hipertensi dan policy terkait implementasi RBAR (Dignan
and Car, 1992). Lebih lanjut, pelaksanaan kegiatan di dukuh Pundong II dapat dikaji
melalui tahapan proses difusi meliputi innovation development, dissemination,
adoption, implementation, maintenance, sustainability dan institutionalization (Glanz
et.al, 2008). Selama proses innovation development, need assessment dilakukan,
social marketing digunakan untuk menentukan target dan intervensi promosi
kesehatan. Tahap dissemination menentukan kelompok target yang akan mengadopsi
program. Target dimulai dari tokoh kunci dan orang-orang yang mau ikut serta.
Keputusan mengadopsi dipengaruhi oleh (a) kesadaran bahwa inovasi (program) ada,
(b) pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan program: hasil analisis masalah
(hipertensi), bahaya hipertensi dan berbagai faktor risikonya, dan upaya/ tahapan
kegiatan yang dapat dilakukan. Adopsi program tidak hanya pada perubahan
30
pengetahuan tetapi juga perubahan sikap, mencoba program dan keputusan untuk
mengadopsi berbagai kegiatan yang ada (edukasi+pelatihan, rumah bebas asap rokok,
gerakan menanam buah dan sayur dan peran serta dalam kegiatan aktivitas fisik).
Pada proses implementasi program, masalah difokuskan adalah sumber daya dan
dukungan terhadap pelaksanaan program. Self efficacy sasaran untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang sudah ditentukan dilakukan dengan memberikan dorongan
kepada masyarakat oleh tokoh masyarakat. Kemudian pada fase maintenance,
sustainibility dan institutionalization dalam pelaksanaan kegiatan ini belum terbukti
ada keberlanjutan karena sebagian masih ada yang berproses dan baru selesai
dilakukan. Namun demikian, melihat antusias masyarakat dan dukungan besar dari
tokoh masyarakat kegiatan-kegiatan yang dilakukan memiliki peluang besar untuk
bisa berkelanjutan.
Semua kegiatan edukasi dan pelatihan yang melibatkan kader kesehatan , ibu-
ibu PKK, dan remaja direspon baik oleh partisipan. Kegiatan edukasi mengenai
hipertensi dan pengukuran tekanan darah dengan sasaran kader kesehatan berjalan
dengan baik. Penyuluhan berjenjang baik di tingkat narasumber ke kader kesehatan
maupun kader kesehatan ke ibu-ibu PKK yang dilakukan dapat meningkatkan
pengetahuan partisipan. Penyuluhan mengenai hipertensi pada kelompok remaja via
grup whatsapp diketahui juga meningkatkan pengetahuan partisipan. Kegiatan
edukasi serupa dilakukan di pedesaan di El Hormiguero, Nicaragua (Campbell, B.B.
et al., 2017). Edukasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (penyebab
dan dampak hipertensi), kesadaran mengenai hipertensi dan melatih pemimpin lokal
cara mengukur tekanan darah. Edukasi tersebut dilakukan sebagai upaya preventif
kesehatan laki-laki di Nikaragua yang memiliki budaya machismo, yaitu berupaya
untuk menghindari perawatan kesehatan/ pencarian pengobatan karena laki-laki
dipersepsikan sebagai orang yang kuat/ jantan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan
di Nicaragua diupayakan menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat yang ada/
bersifat kontekstual dan terbukti juga dapat meningkatkan pengetahuan terkait
hipertensi dan kemampuan pengukuran tekanan darah.
Kemampuan kader untuk memberikan penyuluhan belum maksimal. Namun
demikian, kemampuan kader untuk memberikan penyuluhan dapat ditingkatkan.
Kemampuan untuk menyuluh adalah ketrampilan yang perlu dilatih. Kemauan utnuk
menjadi penyuluh menunjukkan bahwa kader sangat berpotensi untuk menyampaikan
berbagai pesan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatan edukasi mengenai pemilihan
31
dan pengolahan menu sehat untuk ibu-ibu PKK direspon secara baik oleh peserta,
terbukti dengan banyaknya pertanyaan dari peserta penyuluhan. Kegiatan edukasi
tersebut juga terbukti meningkatkan pengetahuan dalam identifikasi bahan makanan
yang dapat/ tidak memicu hipertensi jika dikonsumsi secara berlebih. Memanfaatkan
sumber daya lokal sebagai pelaku dan sasaran yang memiliki peran sentral dan tepat
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program. Berbagai hasil pemberdayaan
masyarakat di India, diantaranya pemberdayaan terhadap remaja putri berhasil
mengatasi permasalahan nutrisi dan kemiskinan, pemberdayaan melalui peran
perempuan secara multi dimensi dapat berkontribusi terhadap kesadaran
permasalahan kesehatan dan pola pencarian kesehatan yang positif, dan konsep
community health workers oleh kader dapat memotivasi dan memberdayakan
perempuan lokal terhadap kesehatan masyarakat secara luas, adanya keinginan untuk
mendapatkan pengakuan sosial, tanggung jawab sosial dan self-efficacy memotivasi
mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut (Baker Amber et.al, 2009; Kelkar et. al,
2014; Gopalan Saji Saraswathy et. al, 2012).
Kegiatan implementasi RBAR dan gerakan menanam buah dan sayur
melibatkan peran aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan yang akan
dilakukan. Pelibatan masyarakat dalam porsi besar menjadi roh dari implementasi
pemberdayaan. Pemberdayaan merepresentasikan kendaraan yang membawa
partisipasi masyarakat, pendekatan melalui kelompok masyarakat dengan berdiskusi
secara langsung (focus group discussion) meliputi hubungan antara kesehatan dengan
perilaku, kondisi tempat tinggal dan penyelesaian masalah dengan sumber daya yang
ada dalam masyarakat, menyediakan upaya terbaik untuk mobilisasi masyarakat dan
stimulasi kegiatan (Van den Broucke S et. al, 2006). Model program berbasis
masyarakat merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat; partisipasi masyarakat menjadi kunci pemberdayaan dan
keberlangsungan intervensi kesehatan (Kema KM et. al, 2012).
Faktor pendukung kegiatan pelaksanaan gerakan dukuh Pundong II tanggap
hipertensi yaitu respon dan antusias masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan dan
dukungan tokoh masyarakat. Sementara faktor penghambat dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah durasi waktu implementasi dan evaluasi yang pendek, sehingga
kegiatan berbasis pemberdayaan masih belum sepenuhnya selesai. Selain itu
penyesuaian waktu pelaksanaan kegiatan dengan masyarakat agak sulit karena
masyarakat di waktu yang sama sedang sibuk dengan berbagai kegiatan lain.
32
5. Kesimpulan dan Saran
1) Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kegiatan edukasi dan pelatihan pada semua kelompok yang dilakukan dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta (perwakilan masyarakat)
menjadi lebih baik.
b. Kegiatan pemberdayaan meliputi implementasi RBAR dan gerakan menanam
buah dan sayur mendapat dukungan besar dari masyarakat dan setiap tahapan
pelaksanaan kegiatan direspon baik oleh masyarakat dan berjalan lancar.
2) Saran
a. Dukungan Dinas Kesehatan dan dinas terkait untuk mengawal berbagai
gerakan pemberdayaan (RBAR, gerakan menanam buah dan sayur) yang
mulai hidup di masyarakat agar bisa terus lestari.
b. Edukasi dan pelatihan yang telah diberikan dapat ditindaklanjuti dengan
sharing informasi dan kontribusi nyata dalam pelaksanaan kegiatan terkait
pencegahan hipertensi. Kader kesehatan dapat menyampaikan informasi
mengenai hipertensi dalam lingkup masyarakat yang lebih luas melalui forum-
forum yang telah melembaga di dukuh Pundong 2. Pengukuran tekanan darah
pada remaja dan pada kelompok lansia dapat terus lestari, dimana orang-orang
yang sudah mendapatkan pelatihan dapat berkontribusi secara maksimal dan
menularkan ilmunya kepada yang lain.
6. Daftar Pustaka
Baker Amber, Nakagami Mutsumi, Noronha Tara, Potaski Katherine, Puckart Emily.
A Qualitative Assessment of Girls Gaining Ground. 2009.
Campbell, B.B. et al., 2017. Men ’ s Educational Group Appointments in Rural
Nicaragua. American Journal of Men’s Health, 11(2), pp.294–299.
Dignan, Car. Program Planning for Health Education and Promotion. 1992.
Pensnsylvania: Lea and Febiger.
Glanz, K., Rimer, B. K. and Viswanath, K. (2008) Health Behavior and Health
Education. Theory, Research, and Practice. 4th edn. San Francisco: John Wiley
& Sons.
Gopalan Saji Saraswathy, Mohanty Satyanarayan, Das Ashis. Assessing community
health workers’performance motivation: a mixed-methods approach on India ’s
Accredited Social Health Activists (ASHA) programme. BMJ Open. 2012;2:1-10.
Kementerian Kesehatan RI (2014) Infodatin Hipertensi. Jakarta.
Kelkar, Shalini, Mahapatro, Meerambika. community health worker: a tool for
community empowerment. 2014. Health and population, perspectives and issues.
37 (1&2): 57-65.
33
Kema KM, Komwihangiro J, Kimaro S. Integrated community based child survival,
reproductive health and water and sanitation program in Mkuranga district,
Tanzania: a replicable model of good practices in community based health care.
Pan African Medical Journal. 2012;13(Supp 1):11:1.
Milani, R. V, Lavie, C. J., Wilt, J. K., Bober, R. M. and Ventura, H. O. (2016)
‘Science Direct New Concepts in Hypertension Management : A Population-
Based Perspective’, Progress in Cardiovascular Diseases. Elsevier Inc., 59(3),
pp. 289–294.
Rogers, E. M. (1983) Diffusion of Innovations. 3rd edn. New York: A Division of
Macmillan Publishing Co., Inc.
Van den Broucke S, Hennion W, Vernaillen N. Planning for empowerment in health
promotion with socio-economically disadvantaged communities: Experiences
with a small group approach. Arch Public Health. 2006. 64:143-158.
WHO (2013) ‘High Blood Pressure : The Silent Killer’, Wastern Pacific Region.
7. Lampiran