60
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM Nama : DIMAS FAISAL LUTFIANTO NIM : 2012-72-017 Kelompok : 1 LABORATORIUM ILMU LOGAM TEKNIK MESIN

LAPORAN ILMU LOGAM DIMAS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL II

DIMAS FAISAL LUTFIANTO2012-72-017

LAPORAN PRAKTIKUMILMU LOGAM

Nama: DIMAS FAISAL LUTFIANTO NIM: 2012-72-017Kelompok: 1

LABORATORIUM ILMU LOGAMTEKNIK MESINSTT-PLN JAKARTA2014BAB ITEORI DASAR

1.1 TEORI DASAR PENGUJIAN METALOGRAFI

Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur mikro dan sifat sifat logam serta paduan dengan potongan alat seperti : mikroskop optic, mikroskop electron dan fraksi sinar X, untuk mempelajari struktuk mikro logam tersebut haruslah dilakukan persiapan sample yang baik dan benar. Pada pratikum Metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu :1. Pengamatan MakroYaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 100 kali.2. Pengamatan MikroYaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100 kali.

Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka diperlukan persiapan sample. Tahapan Kerja Preparasi Sample :1) Penentuan Wilayah Kerja SampleDalam pemotongan dan pengambilan sample, perlu diperhatikan wilayah kerja sample yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar : Bidang Transversal : Tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi panas. Bidang Planar: Sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas permukaan yang paling bersinggungan dengan nol. Bidang Longitudinal : Tegak lurus dengan bidang planar dan sejajar dengan arah pengerjaanya.

2) Pemotongan SampleTeknik pemotongan sample dapat dilakukan dengan : Pematahan : Untuk bahan getas dan keras Penggutingan: Untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak Penggergajian: Untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB Pemotongan abrasi Bidang longitudinal : Tegak lurus terhadap bidang planar da sejajar dengan arah pengerjaan.

3) Pemasangan Sample (Mounting)Prosedur Mounting dilakukan apabila sample terlalu kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecahdan berongga.

4) Pengamplasan Pengamplasan bertujuan meratakan dan mengahaluskan permukaan sample yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu memakai amplas kasar hingga amplas halus (no # tinggi).

5) Pemolesan Pemolesan bertujuan untuk lebih mengahaluskan dan melincinkan permukaan sample yang akan diamati setelah pengamplasan.

6) Etsa/EcthingDilakukan untuk mengikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sample secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, ke dalam butir dan komposisi dari sample. Selama etsa, permukaan sample diusahakan harus selalu terendamdalam zat etsa.

7) Mikroskop OptikMikroskop yang umumnya dipakai dalam pengamatan metalografi adalah mikroskop optik, Mikroskop optik terdiri dari tiga lensa, yaitu :l. Lensa Okuler (lensa mata, eye piece)ll.Lensa pemantullll.Lensa Obyektif

BAB IIPELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN DATA PENGAMATAN

2.1. PENGUJIAN METALOGRAFII. Pelaksanaan PraktikumAlat dan Perlengkapan:1. Benda Uji2. Amplas dengan bermacam-macam kekerasan (grit) Kain poles (Wool, Bludru)3. Mesin Poles4. Batu Langsol5. Pasta Alumina untuk polis6. Larutan Etsa (HNO3 dan Alkohol)7. Mikroskop + Kamera

II. Langkah Percobaan

1. Tahapan Pemotongan Dipotong ( tanpa deformasi dan perubahan struktur) atau tidak dipotong. Bebas dari goresan akibat preparasi (Grinding dan Polishing) Permukaan halus dan rata (dari pinggir sampai ketengah specimen)2. Mounting Bentuk sandwich terdiri dari specimen lembaran tipis Compression (Hot Mounting) memanfaatkan temperatur dan tekanan. Material yang umum jenis thermosetting resin misalnya phenoic (Bakalite) atau termoplastik resin misalnya methyl methacrylate. Cold Mounting, tanpa panas dan tekanan. Material yang umum dimanfaatkan jenis epoxy resin, polyster dan ecrylics.3. Grinding Tahapan kasar grit size 280, untuk meratakan permukaan menghilangkan kerak (scale) dan lapisan lain dipermukaan logam. Tahapan halus (grit bertahap 400, 600, 1200, 1500 dan 2000) dengan kertas amplas silicon carbide 9SiC0 alumunium Oxide (AL2O3) atau emery (AL2O3 Fe3O4), Composite ceramic atau diamond, diperlukan media pendingin untuk menghindari terjadinya deformasi dan kenaikan temperatur pada specimen.

Ampelas 200Ampelas 400Ampelas 600

Ampelas 800Ampelas 1000Ampelas 1500Ampelas 2000

4. Mechanical Polishing Specimen dipegang dengan tangan (hand polishing) atau secara mekanis (automatic polishing) kemudian dipolishing pada permukaan rotating sampai mendapatkan permukaan yang rata dan halus dengan dipoles poles dengan kain

Etsa (etching), proses interaksi antara permukaan specimen logam dengan cairan kimia tertentu, sehingga tampak keadaan mikrostruktur specimen logam dibawah mikroskop

( Gambar Larutan ETSA ) ( Gambar Pasta Alumina )

( Gambar Mikroskop Optik )( Gambar Benda Uji )Bersihkan sample dengan air, lakukan poles kasar dan nyalakan mesin poles, atur kecepatan putarmeja poles pada putaran sedang, buka keran air dengan debit kecil, tekankan sample keatas meja yang berputar.MULAI

Pengamplasan Sample dengan amplas kasar dan gerakan amplas hanya satu arah, yaitu maju.

Lakukan poles halus dengan autosol.

Pengamplasan halus. Yang sebelumnya dibersihkan dulu dengan air.

Bersihkan permukaan sample dengan air an alcohol, lalu celupkan sample ke dalam larutan etsa selama dua detik, lalu angkat dan bersihkan dengan alcohol dan keringkan dengan blower.

Bersihkan sample dengan air, perhatikan permukaan sample tsb. Bila masih terlihat garis amplas ulangi pengamplasan halus.

Letakkan sample pada preparat, yang sebelumnya bagian sample ditempel lilin.

Nyalakan lampu mikroskop, tentukan perbesaran lensa obyektif.

Pengidentifikasian dan memfoto mikrostruktur.

Atur focus, amati mikrostruktur dan gambarkan apa adanya.

Letakkan sample di atas meja obyektif micros.

Letakkan sample di atas meja obyektif mikroskop optik.Ambil sample dari meja objektif dan matikan lampu mikroskop.

SELESAI

BAB IIIANALISA

3.1. ANALISA PENGUJIAN METALOGRAFIA. Analisa TeoriUntuk melakukan uji metalografi yang berguna untuk mempelajari struktur mikro logam haruslah disiapkan sample baik dan benar. Metalografi pada dasarnya suatu teknik atau metode persiapan material untuk mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia, orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya. Adapun secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan pada metalografi adalah:1. Pemotongan spesimen (sectioning)2. Pembikaian (mounting)3. Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding, abrasion and polishing)4. Pengetsaan (etching)5. Observasi pada mikroskop optikPada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu macrostructure (stuktur makro) dan microstructure (struktur mikro). Struktur makro adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada permukaan yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara khusus yang terlihat dengan menggunakan perbesaran minimum 25x.

Dalam praktikum melografi yang bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi struktur logam dengan bantuan optik. Alat yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari :1. Benda Uji2. Amplas dengan bermacam-macam kekerasan (hardeness) kain poles (wool,blundru)3. Mesin poles4. Batu langsol5. Pasta Alumina untuk polis6. Larutan ETSA ( dan Alkohol)7. Mikroskop dan KameraDari ketujuh alat tersebut semuanya dalam keadaan yang baik sehingga tidak memberikan pengaruh yang besar saat praktikum. Untuk benda uji (bahan) yang digunakan sebelumnya dipotong menggunakan gerinda untuk menyesuaikan ukurannya agar nanti dapat diletakkan dibawah mikroskop dan untuk menentukan daerah yang akan diamplas. Sedangkan untuk amplas (alat) praktikan menggunakan amplas 280,400,800,1500,dan 2000. Pasta Alumina yang digunakan ada 2 jenis sesuai dengan grade yang telah ditentukan sebelumnya. Dan untuk mikroskop yang digunakan adalah mikroskop elektron yang memiliki ketelitian lebih baik dari mikroskop pada umumnya.Penggunaan kamera pada praktikum melografi ini ditujukan untuk memfoto specimen yang diletakkan dibawah mikroskop yang sebelumnya sudah selesai melalui proses praktikum.Sehingga kamera sudah dipersiapkan dalam keadaan baik dan terpasang dengan mikroskop.Kemudian untuk larutan ETSA yang telah disediakan oleh asisten. Larutan itu sendiri harus digunakan secara hati-hati,sehemat mungkin,dan juga dengan pengawasan asisten karena larutan tersebut memiliki dampak yang buruk bagi praktikan jikak digunakan dengan baikdan benar. Pada praktikum melaografi ini menggunakan pasta alumina 2 jenis yang memiliki grade berbeda satu sama lainnya. Pasta ini disediakan yang bertujuan untuk proses polishing.Itulah beberapa analisa alat dan bahan yang dapat praktikan jelaskan.B. Analisa PercobaanPada uji metralografi kali ini praktikan akan mempelajari dan mengidentifikasi struktur mikro logam dengan bantuan mikroskop optic. Praktikan diberi benda uji berupa batang besi berbentuk bulat. Pada langkah ini, tahap 1 3 yang terdapat pada modul tidak dilakukan karena benda uji yang diberi sudah mengalami langkah 1 3 sebelumnya. Setelah benda uji diamplas dengan tingkat kekasaran amplas dimulai dari amplas kasar 220, 400, 600 dan 800 kemudian amplas halus 1000, 1500 dan 2000 secara bertahap untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sample. Kemudian masuk ke tahapan pemolesan, benda uji dipoles dengan menggunakan mesin poles yang berputar dengan dibarengi pemberian cairan yang merupakan campuran air + batu langsol. Tetapi pada kesempatan kali ini mesin poles tidak dapat digunakan sehingga pemolesan dilakukan dengan manual dengan menggunakan lap bersih dengan gaya berputar pada sampel. Pemolesan ini bertujuan untuk lebih memperhalus permukaan benda uji. Pada proses pemolesan ini diberikan juga pasta alumina untuk mengkilapkan benda uji. Setelah dipoles, sampel dicuci bersih kemudian dikeringkan.Setelah dikeringkan, benda uji diamati struktur kristalnya melalui mikroskop optic dengan perbesaran yang bervariasi guna mendapatkan gambaran sejelas-jelasnya mengenai struktur Kristal benda uji tersebut. Tak lupa diambil juga foto dari struktur Kristal yang berhasil diamati dengan variasi pembesaran.Setelah diamati, benda uji diberikan larutan etsa yang merupakan campuran dari larutan asam klorida (HCl) dan asam peroksida (H2O2) yang menimbulkan efek terbakar jika terkena permukaan logam. Setelah diberi larutan ETSA, kemudian benda uji diamati lagi dengan mikroskop optic dengan berbagai macam variasi pembesaran dan tidak lupa juga diambil foto struktur kristalnya. Faktor yang menentukan pada prinsipnya adalah keterampilan praktikan dalam preparasi sample mulai dari penentuan wilayah kerja sampai pemolesan. Selanjutnya, pada saat pengetsaan maka faktor yang menentukan keberhasilan adalah pengetahuan dalam memilih larutan ETSA berikut metode yang tepat. Faktor lain yang juga cukup penting adalah kemampuan dalam mengaplikasikan mikroskop terutama teknik pengaturan cahaya serta fokus gambar batas antar butir logam.C. Analisa Foto Poto benda uji sebelum diberi ETSA

Foto benda uji sesudah di beri ETSA

Dari foto-foto di atas terlihat bahwa pada permukaan benda uji terdapat garis-garis hal itu dikarenakan pada tahapan grinding praktikan terlalu cepat dalam pergantian amplasnya. Sehingga dalam pengamplasan menyebabkan tidak meratanya permukaan benda uji. Akan tetapi garis-garis tersebut terlihat lurus satu arah tidak berantakan sehingga dapat disimpulkan bahwa praktikan melakukan pengamplasan dalam satu arah tidak bolak balik.Selain hal tersebut terlihat pada foto tersebut perbedaan antara benda uji yang belum diberikan larutan etsa dengan benda uji yang sudah diberikan larutan etsa. Dimana tampak pada foto setelah dilakukan Etsa terlihat terbakar. Itu disebabkan karena praktikan terlalu lama dan tidak sesuai takaran dalam melakukan proses Etsa yang menyebabkan permukaan benda uji tersebut tampak terbakar. Dilihat pada foto struktur kristalnya padat dan tersusun menyebar serta majemuk. Pengaruh Etsa terhadap permukaan benda uji ialah seluruh permukaan akan nampak seperti garis- garis tidak teratur yang menunjukkan munculnya atau adanya batas- batas antara butir-butir kristal logam tersebut.

BAB IVKESIMPULAN

4.1. KESIMPULAN UJI METALOGRAFI Uji metalografi dapat digunakan untuk mempelajari dan mengidentifikasi struktur mikro logam. Bentuk dan susunan kristal mempengaruhi kekuatan logam. Perubahan bentuk suatu struktur logam dipengaruhi oleh berbagai hal seperti suhu,bahan kimia dan udara sehingga struktur setiap logam berbeda satu sama lainnya. Dengan melaksanakan praktikum ini kita dapat mengetahui sifat-sifat mekanis dan fisik material, kekerasan dan keuletan melalui struktur butirnya, fasa-fasa yang terjadi pada saat pendinginan melalui struktur butir juga, dan reaksi-reaksi pada pembentukan suatu struktur. Dalam praktikum melografi sangat diperlukan ketelitian yang tinggi dan kesabaran dalam setiap proses tahapannya.

BAB ITEORI DASAR

1.1. TEORI DASAR PENGUJIAN IMPAK

UJI IMPAK adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Pada uji impak terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan menggunakan prinsip perbedaan energi potensial.FRACTURE adalah pemisahan atau fragmentasi dari suatu material padat menjadi dua lebih akibat adanya suatu beban. Ada tiga proses fracture yaitu permulaan retak (crack initation ), perambatan retak ( crack propagation ) , dan patah ( retak akhir ). Ada dua jenis fracture, yaitu ductile fracture dan brittle fracture. Ductile fracture ditandai oleh adanya deformasi plastis sebelum atau sewaktu terjadinya perambatan retak. Pada permukaan patahan ductile fracture ditunjukkan oleh sejumlah bentuk gross deformation. Brittle fracture ditandai oleh adanya perambatan retak dalam kecepatan tinggi, dengan sedikit menimbulkan deformasi micro dan tidak adanya gross deformation. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan logam mengalami brittle fracture, yaitu :1. Laju deformasi yang tinggi, seperti diakibatkan oleh beban tumbukkan / impact.2. Adanya tegangan terpusat yang dapat menimbulkan tegangan Triaxial, seperti pada bagian-bagian logam yang mempunyai takikan ( notch ).3. Suhu yang rendah.Timbulnya Brittle fracture pada suatu konstruksi harus dihindari dalam keadaan apapun, karena kerusakan yang terjadi dapat dalam waktu yang singkat tanpa adanya suatu peringatan. Umumnya Brittle fracture terjadi pada logam yang memiliki bentuk Kristal b.c.c dan h.c.p, akan tetapi tidak terjadi pada material yang mempunyai bentuk Kristal f.c.c kecuali material tersebut mengalami grain boundary embrittlement (penggetaran pada batas butiran).

Untuk mengetahui sifat brittle fracture dari suatu material, perlu dilakukanlah uji impact. Ada dua jenis pengujian impact, yaitu dengan cara Charpy dan Izod. Pengujian yang paling umum digunakan adalah dengan metode Charpy karena Perbedaan charpy dengan izod adalah peletakan spesimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod, pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya.

CharpyIzod

Metode Izod : batang uji ditunjang/dijepit pada salah satu ujungnya, diletakkan vertikal dan arah pukulan berlawanan dengan takikan. Metode Charpy : Batang uji ditumpukan pada kedua ujungnya, diletakkan horizontal dan arah pukulan searah dengan takikan.Proses terjadinya impact test tersebut adalah sebagai berikut :Takikan (notch) pada tengah-tengah salah satu permukaan benda uji akan mengalami tensile stress ketika benda uji tersebut dibengkokkan oleh pendulum yang memukulnya. Reaksi material terhadap beban impact diukur dari energy yang diserap sewaktu mematahkan benda uji. Satuan yang umum dipakai adalah Nm dan nilainya dapat dibaca langsung seperti ditunjukkan oleh jarum dial yang terdapat pada mesin uji impact tersebut. Untuk menambah informasi sifat material yang telah mengalami pengujian impact perlu pula dipelajari jenis patahan yang terjadi, yaitu intergranular atau transganular. Khusus untuk mengetahui jenis patahn ini perlu dibantu dengan uji metalografi. Selain itu, perlu pula diselidiki bentuk permukaan patahannya yaitu fibrous atau granular.

Dalam pengujian impact ada beberapa efek (factor ) yang dapat dipelajari, seperti : Mempelajari efek dari notch.Dalam pengujian ini jenis material adalah sama. Perbedaan antara satu benda uji dengan yang lainya ialah bentuk notchnya. Mempelajari efek dari temperatur.Dalam pengujian ini jenis material dan bentuk notchnya adalah sama. Perbedaan antara satu benda uji dengan benda uji lainnya adalah temeratur. Mempelajari sifat material yang memiliki perbedaan komposisi atau perbedaan sifat mekanis akibat telah mengalami suatu proses mekanis (hot working atau cold working). Pada percobaan ini bentuk notch dan kondisi temperature dari benda uji tersebut adalah sama,

BAB IIPELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN DATA PENGAMATAN

2.1. PENGUJIAN IMPAKA. Alat dan perlengkapan1. Benda Uji2. Mesin uji impak3. Jangka sorong

B. Langkah percobaan cara Charpy1. Setiap benda uji (specimen) yang akan diuji dengan memberikan tanda masing-masing dengan tinta/spidol.2. Rendam benda uji ke dalam es batu dalam termos 10 menit.3. Selama menunggu proses perendaman, anda dapat melakukan uji coba pendahuluan yaitu dengan mengangkat pendulum setinggi mungkin ke arah kanan ho (lihat gambar bawah) dan kemudian lepaskan, maka pendulum mengayun beban ke kiri dan berhenti. Saat pendulum mengayun ke kiri sambil memuitar jarum busur, ukur dan catat penggeseran jarum busur, berapa derajat pergeserannya dan ukur tinggi h1 nya. Kemudian pendulum kembali mengayun ke kanan lagi.4. Setelah proses pendinginan benda uji dalam es selesai, masukkan benda uji ke dalam lubang slot dan kencangkan dua buah baut pengikatnya kuat-kuat.5. Angkat kembali pendulum setinggi h0 , seperti yang dilakukan pada no.3 dan kemudian lepaskan maka akan mengayun ke kiri sampai berhenti. Ukur pergeseran jarum busur dan ukur h2 nya6. Cara menghitung ketinggian h0, h1 dan h2. Ukur terlebih dahulu t, yaitu posisi sumbu putar terhadap posisi benda uji saat berhenti tidak mengayun.

Y = R cos a a h = t - y

y t

de

h0

7. Jadi ketentuan ukuran ketinggian di sini adalah :h0 : ketinggian pendulum saat diangkat ke arah kiri, baik sebelum pengujian ataupun saat penguhian dilakukan.h1 : ketinggian pendulum arah balik kanan saat awal sebelum benda uji dipasng.h2 : ketinggian pendulum arah balik kanan saat setelah benda uji dipasang.8. Hitung penyerapan energy Potensial (Ep).Ep1= m. g. h1(sebelum benda uji dipasang)Ep2= m. g. h2(sesudah benda uji dipasang)Ep2= Ep1 Ep2= m. g. h1 - m. g. h2= m . g . (h1 h2 )= W . (h1 h2 ) = [kgf.mm]Dimana,m = massa pendulum [kgm]g = gravitasi bumi [ 9.81 m/s2 ]W = berat pendulum [Kgf]

Hitung ukuran luas penampang (A) takikan benda uji satuan [mm2], maka energy yang terserap persatuan luasan :

E = [ ] = [ ]Atau: E = [ ]

9. Hitung perhitungan anda di no. 8 , konversikan satuan [kgf.mm] ke dalam satuan Standarisasi Internasional (SI), yaitu ke dalam [Joule] dan dalam [Nm].10. Perhatikan dan amatilah pada daerah patahan, apakah benda uji termasuk logam ulet atau getas. Berikan uraian jawaban anda.Catatan: 1 = g. N = 9, 807 N1 Joule = 1 Nm

C. Data percobaanDiketahui:

x: 9,68 cmy: 4,97 cmz: 6,065 cmrpendulum: 10,1 cmho: 62,5 cmrbahan uji: 0,49 cmh1: 60,74 cmh2: 56,01 cm

BAB IIIPENGOLAHAN DATA

3.1. TUGAS AKHIR PENGUJIAN IMPAK

1. Buatlah sketsa dan kedudukan pendulum sebelum dilepas.2.

3. Buat sketsa dari kedudukan pendulum pada kedudukan tinggi maksimal sesudah mematahkan specimen.

80o 60,74 cm 62,5 cm

4. Gambar setiap specimen baik sebelum maupun sesudah pengujian (bentuk dan jenis patahan setiap specimen pada setiap suhu pengujian). (Gambar specimen sebelum pengujian) (Gambar specimen sesudah pengujian) 5. Hitung berat pendulum berdasarkan dari hasil percobaan saudara.

Menghitung massa pendulum terlebih dahulu :m = V . berat jenisdimana : V = ( . t ) ( x . y . t ) - ( . . t )= ( . . 60,65mm ) (96,8mm .49,7mm .60,65mm )- ( . 60,65mm) = 1937904,999 291784,724 58830,62583 = 1587289,649 = 1,5872 m = V . berat jenis = 1,5872 . 7,8 = 12,3803 kg

Menghitung W (berat pendulum) ;W = m . g = 12,3803 kg. 9,81 = 121,4507 = 121,4507 kgfHitung penyerapan Energi Potensial (Ep). = - R = 625 mm (101 mm ) = 625 mm 17,54 mm = 607,46 mm

= - R = 625 mm (101 mm ) = 625 mm 64,92 mm = 560,08 mm

Menghitung Luas takikan : = = = 9,43 Menghitung Ep :Ep = W ( - ) = 121,4507 (607,4 mm 560,08 mm ) = 121,4507 ( 47,32 mm ) = 5747,047124 mm = = = 609,4429612

6. sumber sumber kesalahan terutama pada nilai energy yang digunakan untuk merusak specimen dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak adalah NotchNotch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.Pemasangan notch juga berpengaruh, yakni takikan atau notch tersebut harus benar-benar bagian tengahnya yang terkena pendulum.

7. Kesimpulan praktikum mengenai seluruh hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pengujian pukul takik yang telah dilakukan berikut saran saran.Kesimpulan mengenai praktikum ini akan dibahas pada bagian kesimpulan pada akhir laporan.

Saran : Pada praktikum uji impac ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan benda uji yang saat pelaksanaannya dengan suhu yang berbeda.Karena dengan begitu kita akan dapat memperbandingkan hasil uji impac dari kedua suhu yang berbeda pada benda uji tersebut dan juga dapat mengetahui apakah perbedaan suhu berpengaruh dalam ketahanan suatu logam terhadap beban kejut.

BAB IVANALISA

4.1. ANALISA PENGUJIAN IMPAKA. Analisa Alat dan PerlengkapanAlat dan perlengkapan yang digunakan dalam praktikum ilmu logam modul 2 yaitu Uji impact semuanya dalam keadaan baik sehingga tidak memberikan pengaruh saat praktikum berlangsung. Alat serta perlengkapan yang digunakan yaitu :1. Benda UjiBenda Uji yang digunakan pada praktikum ini terbuat dari Aluminium dan berbentuk dilinder dengan panjang yang telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi kami praktikan tidak mengetahui secara terperinci tentang materiall apa saja yang terkandung dalam benda uji tersebut. Hal ini sebenarnya harus diketahui karena akan memberikan pengaruh dalam pengujian impact itu sendiri dan analisa dari praktikan.2. Mesin uji impactMesin uji impact yang tersedia dalam laboratorium Ilmu logam dalam keadaan baik dan masih dapat digunakan dalam praktikum sehingga praktikan dapat dengan mudah dalam pengambilan data selama praktikm berlangsung.3. Jangka sorongDalam praktikum Uji impact ini jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter pada benda uji. Jangka sorong yang tersedia dalam kondisi baik sehingga masih dapat digunakan. Walaupun begitu sebagai praktikan dalam menggunakan jangka sorong harus benar-benar teliti karena hasil pengukuran dengan jangka sorong merupakan salah satu data yang harus didapatkan untuk perhitungan-perhitungan dalam rumus.Itulah tadi beberapa analisa untuk alat dan perlengkapan.B. Analisa teoriPada percobaan uji impact ini, benda akan diuji kekuatannya terhadap beban kejut. Pemberian beban kejut akan membuat bahan mengalami fracture, dari hasil percobaan kita dapat menentukan jenis fracture yang dialami oleh bahan. Apakah terjadi ductile fracture atau brittle fracture. Penentuan jenis fracture mana dapat ditentukan dengan melihat patahan dari bahan uji. Beberapa factor yang mempengaruhi bentuk patahan tersebut adalah:1. TemperaturPada temperature yang sangat rendah, specimen dapat bersifat getas. Hal tersebut disebabkan butiran-butiran atom specimen berotasi lebih cepat dan bervibrasi sehingga lebih leluasa untuk melakukan slip system.2. Jenis materialJenis material yang atom-atomnya membentuk struktur FCC cenderung lebih ulet dibandingkan yang membentuk struktur BCC. Hal tersebut terjadi karena atom-atom pada struktur FCC lebih banyak melakukan slip system sehingga banyak menyerap energy ketika dilakukan uji impak.3. Arah butiran specimenArah butiran specimen yang tegak lurus dengan arah pembebanan menyebabkan harga impak suatu specimen lebih tinggi daripada arah spesimen yang sejajar dengan arah pembebanan. Hal tersebut terjadi karena pembebanan memerlukan energy lebih untuk memecah butiran-butiran specimen tersebut.4. Kecepatan pembebanan Pembebanan yang terlalu cepat menyebabkan specimen mempunyai lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk menyerap energy sehingga hal tersebut mempunyai pengaruh harga impak yang berbeda pada kecepatan yang berbeda.

5. Tegangan triaxialTegangan triaxial adalah tegangan tiga arah yang hanya terjadi di takikan(notch). Tegangan pada specimen akan berpusat pada takikan tersebut sehingga bentuk takikan akan mempengaruhi nilai harga impak yang didapat.

Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri ciri antara lain: berserat, permukaanya kasar, gelap, dan terlihat sempat terjadi deformasi plastis. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kekuatan butir yang lebih kuat dari kekuatan batas butir sehingga jalur patahan terletak pada batas butir. Patah getas disebabkan oleh tegangan normal dengan cirri-ciri antara lain: tidak berserat, permukaannya halus, mengkilap, dan tidak terlihat adanya deformasi plastis. Hal tersebut disebakan oleh kekuatan batas butir yang lebih kuat dari kekuatan butir sehingga jalur patahan membelah butir-butir pada specimen tersebut.

C. Analisa PercobaanPada uji impact kali ini akan menguji ketahanan suatu logam/bahan terhadap beban kejut. Beban kejut adalah beban yang diberikan secara tiba tiba yang membuat specimen mengalami pembebanan secara tiba-tiba dan bisa mengalami fracture. Pada pengujian kali ini digunakan cara charpy. Pada metode ini spesimen diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang lain termasuk Indonesia. Sebenarnya perbedaan antara metode izod dan charpy hanya terletak pada peletakan specimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod, pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya.

Pada saat percobaan uji impact berlangsung ada beberapa hal yag perlu dianalisa oleh praktikan yang diantaranya yaitu : PengukuranDalam praktikum berlangsung ada beberapa pengambilan data yang dilakukan dengan cara mengukurnya. Alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong.Data yang didapat dalam pengukuran sendiri antara lain :1. Diameter benda uji2. Ketinggian pendulum saat diangkat ke arah kiri,baik sebelum pengujian ataupun saat pengujian dilakukan. ()3. Ketinggian pendulum arah balik kanan saat awal sebelum benda uji dipasang. ()4. Ketinggian pendulum arah balik kanan saat setelah benda uji dipasang. ()Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran sendiri adalah kurangnya teliti praktikan dalam pengukuran. Oleh karena itu dalam setiap pengukuran praktikan harus teliti agar dapat hasil yang akurat dan nantinya kemungkinan kesalahan dalam perhitungan kecil. Temperatur/SuhuDi dalam dasar teori terdapat 2 efek (faktor) dalam pengujian impact yang salah satunya adalah temperatur.Temperatur disini sendiri maksdnya adalah tempratur benda uji yang akan diujikan.Pada saat praktikum berlangsung temperatur benda uji disamakan dengan suhu ruangan. Dan juga dalam praktikum sendiri hanya digunakan benda uji yang temperaturnya dalam keadaan normal (suhu kamar) saja. Seharusnya dengan 2 keadaan temperatur yang berbeda yaitu temperatur normal dan rendah . Sehingga bila itu terlaksana hal tersebut menjadi perbandingan antara benda uji yang memiliki temperatur berbeda dalam pengujian impact. Karena temperatur sendiri merupakan efek (faktor) dalam pengujian impact. Tidak terlaksananya hal tersebut mungkin dikarenakan waktu praktikum yang sudah padat oleh kegiatan kuliah.

Sudut bandul pendulum yang digunakan pada alat Uji ImpactBesarnya sudut yang digunakan dalam uji impact ini adalah 85 derajat. Sudut tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu oleh asisten laboratorium.Besar kecilnya sudut yang digunakan dalam praktikum sendiri juga mempengaruhi kelangsungan uji impact. Semakin kecilnya sudut yang digunakan maka pendulum yang nantinya akan dilepaskan memiliki laju landai yang kecil sedangkan apabila dengan sudut yang besar pendulum akan memiliki laju landai yang besar ketika dilepaskan. Selain itu semakin besar sudutnya maka semakin tinggi h1 yang didapat. Benda UjiBenda uji yang digunakan terbuat dari almunium dan diberikan notch berbentuk segitiga di letakkan dengan jarak yang sudah ditentukan dari salah satu ujung benda uji.Bentuk benda uji sendiri adalah silinder panjang dengan diameter 9,95 mm.Benda uji sendiri dalam kondisi yang baik sehingga dapat digunakan dalam praktikum.Selain itu seharusnya praktikan dapat mengetahui lebih detail kandungan material dalam benda uji khususnya kandungan carbonnya. Karena besar kecilnya kandungan carbon yang terkandung dalam suatu specimen dapat mempengaruhi ketahanannya. Penempatan benda uji pada alat uji impactPenempatan benda uji dalam mesin uji impact yaitu dengan cara charpy. Praktikan menggunakan cara charpy karena disesuaikan dengan jenis mesin uji impactnya itu sendiri. Apabila terdapat mesin uji impact yang untuk cara izod tidak menutup kemungkinan pratikan dapat membandingkan hasil praktikum uji impact.Pada saat praktikum berlangsung benda uji yang dipasang dengan cara charpy putus setelah pendulum menghantamnya. Ini membuktikan praktikum berjalan dengan baik. Semua itu terjadi karena penempatan benda uji terhadap mesin uji impac dengan benar. Karena dalam praktikum uji impac sendiri ternyata ada kelompok lain yang tidak patah benda ujinya. Hal itu terjadi karena penempatan benda uji yang salah terhadap mesin uji impact (pada peletakan benda ujinya kedudukan takikan yang dipukul oleh bandul terbalik).Jadi ketelitian praktikan harus tinggi. Sifat patahan benda ujiSetelah praktikum selesai benda uji patah dan memiliki struktur patahan yang permukaan patahannya mengkilap, halus, dan tidak berserabut.D. Analisa perhitungan

= = = 609,4429612 Dari perhitungan di dapat E total sebesar 609,4429612 .Dimana benda uji dengan temperatur normal (suhu kamar). Praktikum uji impact ini dilakukan pada benda uji yang temperaturnya dalam keadaan normal saja tapi tidak menggunakan dengan temperatur benda uji yang dibuat rendah. Seharusnya dilakukan dengan keduanya yaitu benda uji dalam keadaan temperatur normal dan temperatur rendah (di bawah temperatur normal) sehingga praktikan dapat membandingkannya dalam hasil perhitungan.

BAB VKESIMPULAN

5.1.KESIMPULAN UJI IMPAK Spesimen dengan suhu es lebih getas dibandingkan dengan specimen dengan suhu kamar. Bisa dilihat dari hasil percobaan dan perhitungan dimana nilai E dan EP pada specimen suhu es lebih kecil dibanding suhu kamar. Ini berarti penyerapan energy lebih besar terjadi pada specimen bersuhu kamar. Hasil patahan bisa menjadi penunjuk apakah bahan tersebut masuk kategori ductile fracture atau brittle fracture. Suhu mempengaruhi ketahanan suatu logam terhadap benda. Dengan percobaan ini kita dapat mengetahui sifat perpatahan suatu bahan. Patahan ulet ditunjukan dengan permukaan patahan yang kasar, gelap dan berserabut. Sedangkan patahan getas ditunjukkan dengan permukaan patahan yang mengkilap, halus dan tidak berserabut. Hal itu bedasarkan ciri-ciri patahan pada specimen yang telah diamati baik pada specimen suhu es maupun suhu kamar. Pada patahan ulet, jalur patahan terletak pada batas butir. Sedangkan patahan getas, jalur patahan menembus batas butir. Uji impact penting dilakukan jika ingin mengetahui ketahan material dalam hal ini logam terhadap beban kejut. Dengan pengujian ini bisa juga menjadi bahan pertimbangan untuk dalam proses pemilihan bahan. Uji Impact adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu specimen terhadap pemberian beban secara tiba-tiba melalui tumbukan. Ada 2 metode yang digunakan pada uji impact ,yaitu : Metode Charpy Metode Izood Praktikan menyimpulkan bahwa almunium memiliki sifat patahan getas itu ditunjukkan dengan tidak adanya serabut dan permukaan patahan yang mengkilap serta halus setelah patah dihantam oleh pendulum.Saran :Pada percobaan ini tidak ada aktivitas pengukuran suhu, baik pengukuran suhu kamar dan suhu es. Menimbulkan kerancuan yaitu berapa suhu pasti specimen pada percobaan ini. Karena salah satu parameter ujian ini adalah mengamati factor suhu terhadap specimen yang diberikan beban kejut.

LAMPIRAN

Foto-foto saat praktikum berlangsung

BAB ITEORI DASAR

1.1. TEORI DASAR UJI TARIKNilai kekuatan tarik suatu bahan dapat diketahui dari hasil uji tarik atau dapat dilihat melalui table berdasarkan nilai kekerasannya.Sample atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu. Penampangnya specimen dapat berbentuk plat tipis maupun bulat seperti pada gambar.Specimen tersebut ditarik dengan beban kontinyu sambil diukur pertambahan panjangnya.

Data yang didapat berupa perubahan panjang dan perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan regangan, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar.

Keterangan Gambar :O=titik Awal penarikanA=batas elastis ( batas propotional )OA=daerah elastisAA=daerah plastisB=batas maksimumC=batas patah

Sumbu Y adalah sumbu tegangan dimana nilainya adalah :

Sumbu X adalah sumbu regangan dimana nilainya adalah :

Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :

a. Batas proposionalitas (Propotionality atau batas elastis)Merupakan daerah batas dimana tegangan (stress) dan regangan (strain) mempunyai hubungan proposionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proposional dalam hubungan linier =E, (E adalah modulus elastisitas dari bahan dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekuatan).b. Batas elastis (Elastic Limit)Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila regangan luar dihilangkan. Daerah proposionalitas merupakan bagian dari batas elastik ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan tagangan (deformasi) dari luar maka batas elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi permanen (plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas proposionalitasc. Titik luluh (Yield Point) dan kekuatan luluh (Yield Strenght)Titik luluh merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukan mekanisme luluh disebut tegangan luluh (yield stress). Kekuatan luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi permanent bila digunakan dalam penggunaan structural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran.

d. Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strenght)Merupakan tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum dapat ditentukan dari bahan maksimum Fmaks dibagi luas penampang

e. Kekuatan Putus (Breaking Strenght)Kekuatan putus ditentukan dengan mambagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaks) dengan luas penampang awal A0. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.

f. Keuletan (ductility)Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Pengujian tarik memberikan 2 metode pengukuran bahan yaitu : Persentase perpanjangan (elongation)Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan Terhadap panjang awalnya.

Dimana If adalah panjang akhir dan lo adalah panjang awal dari benda uji. Persentase pengukuran/reduksi penampangDiukur sebagai pengurangan luas penampang setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya.

Dimana Afadalah luas penampang akhir dan Ao luas penampang awal.

g. Modulus Elastisitas (E)Modulus elastisitas atau modulus young merupakan ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu. atau E=tan

Dimana adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antara atom atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan.

BAB II PELAKSANAAN PRATIKUM & DATA PENGAMATAN

2.1.PELAKSANAAN PRATIKUMAlat dan Perlengkapan:1. Benda Uji2. Mesin uji tarik3. Jangka SorongLangkah Percobaan Uji Tarik:1) Persiapan uji sampel Ukur dengan seksama diameter (untuk benda uji bulat) atau tebal dan lebar pada daerah takikan. Tentukan ukuran panjang awal () sebelum sampel diuji dengan membuat dua titik pada sisi takikan. Rendam sampel uji dalam es batu selama > 1 jam.2) Pasang Sampel uji pada gripnya dan kencangkan tuas penguncinya supaya kuat sehingga sampel uji tetap teguh pada gripnya dan tidak selip / tergelincir lepas.3) Pilih menu utama pada layar monitor komputer pada posisi tensil test dan perhatikan Kotak paling atas kiri menunjukan indikasi beban gaya dalam satuan Newton harus Nol. Kotak tengah atas yang menunjukan indikasi pemuluran (elongation) bertanda positif (+). Kotak kanan atas yang menunjukan indikasi pemendekan (shurtenation) bertanda negatif (-).Catatan: karena anda sedang melakukan uji tarik maka yang diperhatikan butir 2b.4) Perhatikan kotak tengah yang menunjukan indikasi kecepatan penarikan uji tarik, pilih sesuai yang anda inginkan, misalnya 5 mm/s klik di sisi angka 5.5) Perhatikan tombol star, tekan bila anda sudah siap melakukan pengujian.6) Perhatikan kembali kotak atas kiri untuk indikasi beban, tekan tombol stop, catat berapa besar beban saat ini, misalnya 700 N, dan catat pula berapa besarnya pemuluran (pada kotak tengah atas), misalnyua +0,002 mm, maka hitung:a. Tegangan Tarik

b. Regangan

c. Modulus Elastisitas

7) Lanjutkan kembali pengujian anda dengan mengklik tombol start, perhatikan kotak kiri atas dan kotak tengah atas pada harga tertentu silahkan klik tombol stop. Catat harga gaya bebannya, misalnya F=1000N dan pemuluran +0,005mm. Lakukan perhitungan pada langkah 6a, 6b, dan 6c.8) Lanjutkan lagi pengujian anda, dengan cara yang sama seperti pada langkah 6 sampai pada akhirnya pada indikator beban di komputer bebannya tidak naik lagi walaupun pengujian sedang berlangsung. Ini artinya pengujian tarik anda sudah sampai batas atau daerah plastis.9) Saat harga atau indikator beban uji tarik mulai lagi lakukan langkah yang sama seperti langkah 6, lakukan berulang ulang sampai putus.10) Dari langkah 6 yang telah anda lakukan berulang-ulang, sekarang anda membuat plot (diagram terhadap )11) Print out hasil uji anda dari monitor komputer dan bandingkan hasilnya dengan diagram yang anda buat.12) Buat laporan uraian detail komputer anda terutama harga Modulus elastisitasnya (E).

BAB III ANALISA DARI VIDEO UJI TARIKTujuan dari percobaan uji tarik sendiri yaitu untuk mengetahui sifat mekanis dari suatu logam dengan mendapatkan nilai-nilai dari uji tarik yang berupa kekuatan luluh (yield point), Kekeuatan maksimum (ultimate strength), kekuatan patah (breaking strength) dan ketangguhan (taoughness). Secara umum tujuan uji tarik dapat dikatakan sebagai pengujian untuk mengetahui sifat-sifat mekanis terhadap beban tarik searah (unaksial).Dengan melihat video yang telah diputar terdapat alat-alat yang digunakan yaitu terdiri dari alat uji tarik,benda uji (specimen),jangka sorong,dan tipe x (sebagai penanda).Benda uji yang digunakan dalam video tersebut terlihat oleh praktikan terbuat dari almunium yang berbentuk silinder panjang.Dimana sebelum dipasangkan pada alat uji tarik benda uji tersebut diukur panjangnya dan diameter yang berada ditengah menggunakan jangka sorong.Dapat kita lihat benda uji memiliki diameter yang berbeda antara kedua ujungnya dengan berada yang ditengah. Itu dikarenakan benda uji tersebut sudah dibentukan takikannya.Dari hasil pengukuran di dapat diameter yang berada ditengah antara batas panjang takikan (measuring diameter) adalah 9 mm. Dan panjang ASTM Standard 5 cm. Untuk benda uji yang digunakan sendiri hanya menggunakan 1 jenis dan juga menggunakan suhu normal benda. Seharusnya agar dapat membandingkan hasil data dari percobaan tersebut menggunakan benda uji yang memiliki suhu yang berbeda dan material yang berbeda pula. Misalkan benda uji yang menggunakan suhu es.Setelah selesai melakukan pengukuran benda uji tersebut langsung dipasangkan dalam alat uji tarik dimana kedua ujung benda dipasang pada grip dalam keadaan yang kuat.Kemudian percobaan uji tarikpun dimulai secara otomatis yang dioperasikan dengan komputer. Dimana sebelumnya data-data hasil pengukuran di masukkan dalam komputer terlebih dahulu.Percobaan dikatakan selesai pada saat benda uji tersebut putus menjadi 2 bagian. Dimana bagian yang terputus itu dapat kita ketahui bahwa di daerah tersebut memiliki kandungan carbon yang rendah. Setelah putus benda uji yang berada di video tersebut komputer langsung mengeluarkan data-data perhitungan terhadap uji benda beserta grafik tegangan dan regangan dari benda uji tersebut. Dengan begitu kita dapat mengetahui nilai-nlai yang terkandung didalamnya

Grafik Tegangan - Regangan

BAB IVKESIMPULAN Sebelum specimen mengalami fracture, specimen akan mengalami proses necking Dilihat dari grafik, spesimen melawati 3 tahap sebelum patah yaitu tahap deformasi elastis, tahap deformasi plastis dan tahap necking Jika benda uji masih dalam taha deformasi elastis, maka benda tsb akan kembali ke bentuk semua tetapi jika sudah masuk tahap deformasi plastis, maka benda tersebut tidak akan kembali ke bentuk semula. Dalam percobaan uji tarik kita suatu material memiliki sifat yang terdiri dari Tegangan,regangan,UTS,Elongasi dan modulus elastisitas Benda uji yang sedang dalam percobaan uji tarik, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bahan benda, dan suhu untuk benda yang ingin di uji sehingga di dapat kurva atau grafik yang berbeda.Perbedaan teori, faktor lingkungan, suhu,kesalahan dasar praktikan yang dapat mempengaruhi dan perbedaan hasil, dari perhitungan sebenar nya dalam percobaan uji tarik. Pada saat percobaan berlangsung benda uji mengalami 2 tahapan sebelum patah yaitu tahap deformasi elastis dan tahap deformasi plastis

LAMPIRANSelingan video dari percobaan uji tarik

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com.Materi tentang pengujian metoligrafi, impact dan uji tarik. Laboratorium Ilmu Logam Teknik Mesin STT-PLN Jakarta,2014. Buku Panduan Praktikum Ilmu Logam. Sekolah tinggi Teknik-PLN,Jakarta Buku Panduan Praktikum Ilmu Logam Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT PLN Jakarta

20LABORATORIUM ILMU LOGAMSTT-PLN JAKARTA