Upload
mc-keteqman
View
38
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Penyakit.
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) adalah
keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara
perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.
Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali
(irreversible). Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan,
mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kaki dan
tangan, serta uremia.
Gagal ginjal tahap akhir adalah gagal ginjal yang dapat mengakibatkan
mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi substitusi berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. Pada kondisi seperti ini ginjal telah
kehilangan banyak nefron yang fungsional sehingga kemampuan ginjal
untuk menjalankan fungsinya menjadi berkurang atau hampir hilang.
Ny.S masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kiri,
nafsu makan kurang dan tekanan darah tidak normal. Nyeri pinggang kiri
dialami ± 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan mendadak, hilang timbul dan
tembus ke belakang. Dilakukan URS + pemasangan Dj Stent Insitu S.
Riwayat dilakukan hemodialisa di bagian ginjal hipertensi sejak 3/12/11 3
kali perminggu.
B. . Data Dasar Pasien
1. Identitas Pasien
o N a m a : Ny. S
o U m u r : 27 tahun
o Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
o A g a m a : Islam
o Alamat : Takalar
o Nomor Rekam Medik : 470871
o Tanggal Masuk : 9 Desember 2011
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 1
o Diagnosa Penyakit : CKD st.V dan HD reguler
o Ruang Perawatan : Lontara 3 bawah kamar 2
2. Data Subjektif
a. Keluhan Utama
nyeri pinggang.
b. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Ny.S beragama islam, telah menikah dan mempunyai 2 anak.
Pekerjaan adalah ibu rumah tangga.
c. Kebiasaan Makan
Makan tidak teratur dengan frekuensi 2 kali sehari
Sumber makanan nasi, hewani, nabati, sayuran
Sering mengkonsumsi telur ayam, frekuensi 2x sehari
setiap hari.
Menyukai makanan yang manis seperti kue-kue dengan
frekuensi 2-3 kali sehari.
Tidak ada alergi makanan
d. Riwayat Penyakit Sekarang
CKD st.V + HD regular
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Nyeri pinggang kiri dialami ± 5 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan
mendadak, hilang timbul dan tembus ke belakang. Dilakukan URS
+ pemasangan Dj Stent Insitu S. Riwayat dilakukan hemodialisa di
bagian ginjal hipertensi sejak 3/12/11 3 kali perminggu.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien.
3. Data Objektif
a. Antropometri (31/10/11)
U = 27 tahun
BB = 38 kg
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 2
TB = 147 cm
BBI = 47 kg
IMT = 17,58 kg/ m2 (Gizi Kurang)
LILA = 21 cm
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal Interpretasi
ureum
kreatinin
HB
Natrium
Kalium
Klorida
38
4.1
6.8
137
4.8
110
10-50 mg/dl
<1.1 mg/dl
12-16
136-145
3.5-5.1
97-111
N
↑
↓
N
N
N
Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011
TKK = (140-27)x 47 72 x 4.1 = 18
c. Pemeriksaan Fisik Klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil
Keadaan Umum
Tensi
Nadi
Respirasi
Suhu
Sedang
100/60 mmHg
72x/i
18x/i
36,5ºC
Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011
d. Riwayat Makan
Makanan yang dimakan sebelum intervensi:
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 3
Tabel 3. Daftar menu recall 24 jam sebelum intervensi
Menu Bahan MakananJUMLAH
URT Gram
Pagi 06.00 :
Nasi
Telur Rebus
Beras Giling
Telur Ayam
1/2 gls
1/3 btr
50
20
Jam 10.00
Telur Rebus Telur Ayam 1 btr 55
Siang 12.00:
Gado-gado Telur
Mentimun
Tauge
Kangkung
Kacang Tanah
½ bj
1/5 mngkuk
1/5 mngkuk
30
50
Jam 16.00
Malam 19.00 :
Kue BoluTepung terigu
Gula pasirMargarine
Coklat manisTelur
1 sdm2 sdm1 sdm
½ bj
5 gr10 gr4 gr9 gr20 gr
Sumber : Data Primer Teolah, 2011
Asupan zat-zat Gizi seharí sebelum intervensi
Tabel 4. Asupan zat Gizi sebelum intervensi
Energi Protein Lemak KH
Asupan 567.68 38.7 26.9 63.1
Kebutuhan 2014.8 56.4 55.9 322
% Kebutuhan 28.17 38.71 48.1 19.6
Sumber : Data primer 2011
e. Skrining Gizi
Tabel 5. Skrining Gizi Terhadap Pasien
No Indikator Hasil
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 4
1 Perubahan LILA +
2 Nafsu makan kurang +
3 Mual dan muntah +
4 Diet khusus +
Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 5
BAB II
PENENTUAN MASALAH GIZI
A. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
Tabel 6. Distribusi Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Intake
Problem Etiologi Sign
Asupan kurang Mual Intake energi dan zat
gizi yang tidak
mencukupi yaitu:
E= 567,68 kkl (28.17%)
P= 21.8 gram (38.7%)
L= 26.9 gram (48.1%)
KH= 322 gram (19.6%)
NI 2.1
Intake makanan dan minuman kurang disebabkan oleh mual yang
dialami pasien ditandai dengan intake sebelum intervensi:
E= 567,68 kkal (28.17%) KH= 322 gram (19.6%)
P= 21.8 gram (38.7%) L= 26.9 gram (48.1%)
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 6
Domain klinik
Tabel 7. Distribusi Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain KlinikProblem Etiologi Sign
Perubahan nilai
laboratorium
gangguan fungsi
ginjal
Kreatinin = 4.1 mg/dl (↑)
Hgb = 6.8g/dl (↓)
NC 2.2
Perubahan nilai laboratorium yang disebabkan oleh gangguan
fungsi ginjal yang ditandai dengan
Kreatinin = 4.1 mg/dl (↑) dan Hgb = 6.8g/dl (↓)
Problem Etiologi sign
Status Gizi Kurang Intake gizi kurang IMT =17.58 kg/m2
NC 3.1
Berat badan kurang dari normal akibat intake gizi kurang ditandai
dengan
IMT = 17.58 kg/m2
B. Diagnosis Medis
Diagnosa medis yang diberikan oleh dokter adalah CKD st.V
dan HD regular.
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 7
BAB III
RENCANA TERAPI GIZI
A. Rencana Asuhan Gizi
1. Jenis Diet
Diet HD
2. Tujuan Diet
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
a. Membantu memenuhi kebutuhan zat gizi.
b. Meningkatkan status gizi hingga mencapai normal
c. Membantu meningkatkan kadar Hb dan menurunkan kadar
kreatinin mencapai normal.
d. Membantu meningkatkan TD.
3. Syarat Diet
- Energy sesuai kebutuhan
- Protein sesuai kebutuhan = 1,2 g/kgBBI untuk mengganti jaringan
tubuh yang rusak
- Lemak 25% dari total energi sebagai cadangan energi.
- Karbohidrat dari sisa total energi sebagai sumber energi utama bagi
tubuh.
- Vitamin yang cukup terutama vitamin B16, Asam Folat, dan Vitamin
C.
- Kalium < 3000 mg.
- Fe 13 mg
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
4. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat gizi
BBI : 47 kg
BEE
=655+(9,6xBBI)+(1,8xTB)-(4,7xU)
=655+(9,6x47)+(1,8x147)-(4,7x38)
=655+451.2+264.6-178.6
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 8
BEE= 1192.2 kkal
FA(Faktor Aktifitas)
Tidur: (1,00x8)/24=0.33
Duduk: (1,08x8)/24=0.36
Berdiri: (1,17x4)/24=0.195
Jalan : (2,37x4)/24=0.39
FA= 1,3
FS= 1,3
TEE= BEExFAxFS
TEE = 1192.2x1,3x1,3
TEE =2014.8 kkal
E = 2014.8 kkal
P= 1.2x47 =56.4 gr
%P = 56.4x4/2014.8 x100%
= 11%
L= 25%x 2014.8/9=55.9 gr
KH= 64%x2014.8/4=322.4 gr
5. Rencana Edukasi dan Konsultasi Gizi
a) Materi
Diet HD
Pola makan yang benar
b) Tujuan Diet:
- Memberikan informasi tentang kebutuhan gizi pasien
- Memberikan motifasi kepada pasien dan keluarga untuk
meningkatkan intake pasien
- Memberikan informasi makanan yang sebaiknya dikonsumsi
c) Sasaran :
Pasien dan keluarganya
d) Waktu :
+ 15 menit
e) Tempat
Lontara 3 bawah
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 9
f) Metode
Penyuluhan individu
6. Rencana Monitoring dan Evaluasi
A.Antropometri
Penimbangan BB awal dan akhir intervensi
B.Biokimia
Bila ada pemeriksaan Laboratorium
C.Fisik/linis
Setiap hari selama 3 hari:
KU
Tekanan darah
Pernapasan
Nadi
Suhu
D.Dietary
Intake/hari selama 3 hari
E. Edukasi
- Kepatuhan diet pasien
- Pemahaman materi konseling
- Kepatuhan diet pasien
- Monitoring konsumsi selama 3 hari
B. Implementasi Asuhan Gizi
1. Diet Pasien
Pada pasien diberikan diet HD dengan tujuan memperbaiki pola
dan kebiasaan makan yang salah, agar mengerti diet yang
dianjurkan, dapat menjalani diet yang dianjurkan dengan benar,
dan memberikan pemahaman agar menerapkan pola makan yang
benar
2. Susunan menu
Perencanaan susunan menu sehari adalah sebagai berikut :
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 10
Makan pagi : Nasi Ayam Goreng Tumis Kangkung
Selingan : PudingMakan siang : Nasi
Pepes Ikan Tempe Goreng Sup Wortel
BuahSelingan : Kue BoluMakan malam : Nasi
Telur bb Bali Gulai sayuran Buah
Tabel 8. Perencanaan Menu Sehari
Menu Bahan makananJumlah
URT Gram
Pagi (07.30)NasiAyam Goreng
Tumis Kangkung
Beras gilingAyamMinyak KelapaKangkungWortelMinyak kelapa
1 gls1 btr1 sdt------1 sdt
10050335303
Selingan (10.00) Puding Agar-agar
Telur AyamSantan peras dengan airGula pasir
1/7 sct1/5 butir2 sdm
2 sdm
1.51020
10Siang (12.30) Nasi Pepes Ikan Tempe Goreng
Sup Wortel
Buah
Beras gilingIkan masTempe kedele murniMinyak KelapaWortelMakaroniBihunApel
1 gls1 ptg 1 ptg1 sdt1 bh------1 bh
1005045515151560
Selingan (16.00)
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 11
Kue Bolu Tepung TeriguTelur AyamGula PasirMentega
2 sdk tkr1 btr2 sdm1 sdm
25151515
Malam (19.00) Nasi Telur bb. Bali Gulai sayuran
Buah
Beras giling Telur ayamLabu siamSantanJeruk manis
½ gls1 btr---½ gls1 bh
5050352060
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
CKD atau Gagal Ginjal Kronik merupakan sindrom klinik yang
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progressif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi
glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/mnt. Secara klinis CKD sesuai
dengan tahapannya dapat ringan, sedang atau berat. Gagal ginjal tahap
akhir (end stage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan
kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti. Insufisiensi ginjal kronik
adalah penurunan faal ginjal yang menahun tetapi lebih ringan dari CKD.
Adapun klasifikasinya, adalah:
TKK > 25 ml / mnt .........Insufisiensi ginjal kronik
TKK < 25 ml / mnt..........Stadium gagal ginjal kronik
TKK < 5 ml / mnt..........Gagal Ginjal terminal, dibutuhkan terapi
pengganti seperti haemodialisis. TKK antara 5 – 25 masih dapat
diterapi secara konservatif yaitu dengan diet dan obat
Umumnya bila kliren kreatinin menurun di bawah 25 ml/mnt baru
ditemukan tanda-tanda laboratorium, misalnya kreatinin serum mulai
meningkat. Walaupun kreatinin serum merupakan pemeriksaan penyaring
yang cukup baik, harus diingat bahwa bobot badan (otot) dan umur
mempunyai faktor yang mempengaruhi korelasi kreatinin. Rumus
menghitung kliren kreatinin digambarkan sebagai berikut:
TKK = (140 - U) X BB
KS x 72
Keterangan:
KK = Kliren Kreatinin dalam menit
U = Umur dalam tahun
BB = Berat Badan dalam kg
KS = Kreatinin serum dalam mg
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 13
1. Patogenesis
Penyebab kegagalan ginjal yang pasti belum jelas. Sebagian
besar menganggap bahwa toksin penyebab utama sindrom uremik
adalah bahan-bahan hasil metabolisme protein dan asam amino
antara lain: urea, asam guanidinosuksinat, asam urat dan sebagainya.
Komponen lain dari molekul-molekul ukuran sedang dan polipeptida
seperti PTH (Parathyroid Hormon) juga berperan pada timbulnya
sindroma uremik.
Sindroma uremik merupakan suatu gejala kompleks yang
diakibatkan atau berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen akibat
gagal ginjal. Pada uremia lanjut, sebagian fungsi dari hampir semua
sistem organ tubuh dapat menjadi abnormal.
Kerusakan yang kompleks yang disebabkan gagal ginjal kronik
ditandai dengan penurunan dalam ekskresi, endokrin dan fungsi
metabolik ginjal. Gagal ginjal biasanya diikuti dengan azotemia dan
uremia. Azotemia merupakan penumpukan nitrogen dalam darah,
sedangkan uremia merupakan kombinasi dari azotemia dengan gejala-
gejala berupa letih, lesu, nafsu makan menurun, mual, diare, gatal-
gatal pada kulit, kaku pada tangan dan kaki, tremor, mudah
tersinggung dan penurunan daya konsentrasi. Bau mulut yang tidak
enak sering dijumpai. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
pada gagal ginjal dapat menyebabkan gagal jantung dan hipertensi,
jika kekurangan natrium terlalu berlebihan terjadi penurunan volume
cairan ekstra selluler sehingga menyebabkan gangguan pada tekanan
darah.
2. Gangguan Sistem Yang Terjadi Pada CKD
a. Sistem Gastrointestinal
Anoreksia, nausea dan vomitus yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein dalam usus, terbentuknya zat-
zat toksin akibat metabolisme bakteri usus seperti amonia, metil
guanidin serta sembabnya mucosa usus.
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 14
Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air
liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas
berbau amonia. Akibat yang lain ádalah timbulnya stomatitis
dan parotitis.
Cegukan (hiccup), sebabnya yang pasti belum diketahui.
Gastritis erosif, ulkus peptik dan colitis uremia
b. Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemi dan kekuning-kuningan
akibat penimbunan urokrom.
Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremia dan
pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
Ekimosis akibat gangguan hematologik
Urea frost : akibat kristalisasi urea yang ada pada keringa
(jarang dijumpai)
Bekas-bekas garukan karena gatal
c. Sistem Hematologik
1) Anemia normokrom, normositer:
Dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain:
Berkurangnya produksi eritropoetin sehingga
rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang menurun
Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosis
dalam suasana uremia toksik
Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang
Pendarahan padasaluran pencernaan dan kulit
Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme
sekunder
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
Masa pendarahan memanjang
Pendarahan akibat agregasi dan adhesi
trombosityang berkurang serta menurunnya faktor trombosit
III dan ADP (Adenosin Difosfat)
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 15
3) Gangguan fungsi Leukosit
Hipersegmentasi leukosit
Fagositosis dan kemotaksis berkurang sehingga
memudahkan timbulnya infeksi
Fungsi limposit menurun
d. Sistem Syaraf dan Otot
1) Restless Leg syndrome
Penderita merasa pegal di tungkai bawah dan selalu
menggerakkan kakinya
2) Burning feet syndrome
Rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama pada telapak
kaki
3) Ensefalopati Metabolik
Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi
Tremor, asteriksis, mioklonus
Kejang-kejang
4) Miopati
Kelemahan dan hipotropi otot-otot terutama otot-otot
ekstremitas proksimal
e. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron
Oedama akibat penimbunan cairan
Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan hipertensi
Gangguan irama jantung akibat terosklerosis dini, gangguan
elektrolit dan kalsifikasi metastatik
f. Sistem Respirasi
Respirasi yang dalam disebabkan asidosis metabolik yang
berat (pernafasan kussmaul) sering ditemukan pada penderita
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 16
dengan uremia. Oedema paru dapat terjadi pada CKD dengan
gejala berupa: sesak nafas berat dan dengan sinar tembus rongga
dada ditemukan gambaran khas pada kedua lapangan paru.
Penderita uremia mudah timbul pnemonia oleh adanya penurunan
tahanan terhadap infeksi (gangguan imunitas sel mediated dengan
penurunan fagositosis lekosit), kalsifikasi jaringan paru/tulang.
Kesemua gejala ini disebut ”uremic lung”.
g. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat produksi testosteron dan spermatogenesis
menurun. Juga dihubungkan dengan metabolik tertentu (zink,
hormon paratiroid). Pada wanita timbul gangguan menstruasi,
gangguan ovulasi sampai amenorea, rigiditas,
Gangguan toleransi glucosa
Gangguan metabolismo lemak
Gangguan metabolismo vitamin D
h. Gangguan Sistem lain
Tulang : Osteodistrofi, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,
osteosklerosis dan kalsifikasi metastatik
Asam basa : asidosis metabolik
Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
3. Pemeriksaan Penunjang Pada CKD
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilau keadaan ginjal dan derajat komplikasi CKD
b. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa karena dehidrasi akan memperburuk
fungís ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu
atau obstruksi lain. Foto polos yang disertai tomogram memberi
keterangan yang lebih baik.
c. Pielografi Intra Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyeloraphy,
menilai sistem Pelviokalies dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 17
resiko penurunan faal ginjal, pada keadaan tertentu, seperti usia
lanjut, DM dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim Ginjal, anatomi sistem pelviolkalises dan ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kiri dan kanan, lokasi dan gangguan vaskuler,
parenkim, Ekskresi serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari kardiomegali, efusi perikardial
g. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteoditrofi, kalsifikasi metastatik
h. Pemeriksaan Radiologi Paru
Mencari ’uremic lung’ yang belakangan dianggap disebabkan
bendungan
i. Pemeriksaan Pielografi retrograt
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel. EKG untuk
melihat kemungkinan:
Hipertrofi ventrikel kiri
Tanda-tanda perikarditis (misalnya voltase rendah)
Aritmia
Gangguan elektrolit (hiperkalemi)
j. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila ada keraguan diagnostik CKD atau perlu diketahui
etiologinya.
k. Pemeriksaan Laboratorium
l. Dilakukan untuk menetapkan adanya CKD, menentukan ada
tidaknya Kegawatan, menentukan derajat GGK, menetapkan
gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi
Pemeriksaan – pemerksaan yang umumnya dianggap menunjang
kemungkinan adanya CKD, adalah:
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 18
a. Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemia
dan hipoalbumin
b. Anemi normositer normokrom dan jumlah retikulosit yang menurun
c. Ureum darah dan kreatinin serum meninggi. Biasanya
perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20:1.
Perbandingan ini bisa meninggi (ureum > kreatinin) pada
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, penyakit berat
dengan hiperkatabolisme, pengobatan steroid dan obstruksi
saluran kemih. Perbandingan ini berkurang (ureum < kreatinin)
pada diet rendah protein dan tes kliren kreatinin (TKK) yang
menurun.
d. Hiponatremi, umumnya karena kelebihan cairan
e. Hiperkalemi biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut (TKK < 5
ml/mnt) bersama dengan menurunnya diuresis. Hipokalsemia
terjadi pada penyakit ginjal tubuler atau pemakaian diuretik yang
berlebihan.
f. Hipikalsemia dan hiperfosfatemia
g. Hipokalsemia terutama terutama terjadi akibat berkurangnya
absorpsi kalsium di usus halus karena berkurangnya sintesis 1,25
(OH)2 vitamin D3 pada CKD hiperfosfatemia terjadi akiba
gangguan fungsi ginjal sehingga pengeluaran fosfor berkurang
h. Fosfatase lindi meningkat, akibat gangguan metabolisme tulang
yang meningkat terutama isoenzim fosfatase lindi tulang
i. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet yang tidak cukup atau rendah
protein.
j. Peningkatan gula darah akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal diperkirakan disebabkan oleh intoleransi terhadap
glukosa akibat resistensi terhadap insulin pada jaringan perifer dan
pengaruh hormon somatotropik
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 19
k. Hipertrigliseridemia, akibat gangguan metabolisme lemak yang
disebabkan oleh peningkatan hormon insulin, hormon somatotropik
dan menurunnya lipase lipoprotein.
l. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan PH
yang menurun, ”base excess” (BE) yang menurun, HCO3 yang
menurun dan PCO2 yang menurun semuanya disebabkan retensi
asam-asam organik pada gagal ginjal dan kompensasi paru-paru
4. Faktor-faktor Pemburuk Pada CKD
Faktor pemburuk yang harus dideteksi pada CKD karena dapat
diperbaiki, yaitu:
a. Infeksi traktus urinarius
Biasanya infeksi memperburuk faal ginjal bila disertai dengan
obstruksi,sehingga perbaikannya harus terpadu
b. Obstruksi traktus urinarius
Dapat terjadi pada daerah intra renal sampai uretra
c. Hipertensi
Hipertensi yang memperburuk CKD biasanya adalah hipertensi
berat, maligna. Penurunan tekanan darah yang erlebihan dari
tekanan darah menyebabka aliran darah ginjal berkurang.
d. Gangguan perfusi atau aliran darah ginjal dapat disebabkan
berbagai hal:
Gagal jantung
Dehidrasi akibat azotemia, ‘salt loosing nephropathy’,
diureti, gastroententeritis dan poliuria.
Tamponade jantung akibat pericarditis
Obstruksi arteri dan vena ginjal akibat emboli trombosis
e. Gangguan elektrolit seperti hiperkalemi, hipokalsemi,
hiperfosfatemia, dan hiperurikemia melalui berbagai mekanisme
dapat mengurangi faal ginjal
f. Pemakaian obat-obatan nefrotoksik
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 20
Obat nefrotoksik bukan hanya obat yang bersifat terapiutik tetapi
juga obat kontras, obat anastesi dan obat yang secara tak langsung
mempengaruhi faal ginjal.
5. Masalah-masalah khusus pada CKD
Cairan dan Natrium
Kekurangan air (dehidrasi) dan kekurangan garam (penurunan
volume cairan ekstraseluler) adalah 2 kelainan utama dan sering
terjadi pada CKD. Kelainan ini bersifat reversible dan apabila
koreksi tidak segera dilakukan akan merupakan tahap pertama dari
rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal ginjal. Hidrasi
dapat dipertahankan dengan pemberian 3 liter air, sehingga urin
yang terbentuk sekitar 2-2,5 liter. Dengan demikian keperluan
cairan sebagai pelarut dapat dipenuhi, karena ginjal memproduksi
urin yang isoosmotik. Selain itu urin diekskresikan secara maksimal
bila volume urin sebanyak 2ml/mnt atau 2880 ml/24 jam. Pasien
sering mengurangi minum untuk mencegah nokturi sehingga timbul
dehidrasi pada malam hari. Keperluan akan air harus diterangkan
dengan jelas. Rasa haus saja tidak cukup sebagai patokan adanya
dehidrasi, sebaiknya kelebihan cairan (> 3l) akan menyebabkan
munculnya gejala-gejala hiponatremi. Natrium perlu dibatasi,
karena natrium dipertahankan di dalam tubuh walaupun faal ginjal
sudah menurun. Pembatasan penting bila ada hipertensi, oedema
dan bendungan paru. Hati-hati terhadap sumber natrium yang
tersembunyi seperti yang terdapat pada obat, misalnya pada
preparat penisilin. Parameter yang dapat dipergunakan untuk
menilai kecukupan natrium adalah berat badan, kadar Natrium urin
dan serum, LFG. Pada CKD dengan kerusakan tubulointersisil
dapat terjadi kehilangan Natrium yang banyak. Pemberian Na
harus dengan mempertimbangkan keadaan tiap pasien. Natrium
harus diberikan dalam jumlah maksimal yang dapat diterima,
dengan tujuan untuk mempertahankan volume cairan ekstraseluler.
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 21
Kalium
Tidak selalu meningkat pada CKD, bila terjadi hiperkalemi maka
biasanya berkaitan dengan oliguri, keadaan katabolik, obat-obatan
yang mengandung kalium, spironolakton, kekurangan natrium dan
hiperkalemi spontan (pada Diabetes Mellitus). Hiperkalemi dapat
menimbulkan kegawatan jantung (AV-block). Pembatasan kalium
dari makanan, polisteren sulfonat dan sorbitol, furosemid dosis
tinggi (100 mg- 500mg) serta 9-fluorohidrokortison digunakan untuk
menurunkan kadar kalium. Pengobatan yang lebih definitif adalah
dialisis.
Diit Rendah Protein
Terdapat banyak bukti yang jelas tentang manfaat diit rendah
protein. Gejala uremi akan hilang bila dibatasi asalkan keperluan
energi dapat dicukupi dengan baik. Diit rendah protein dianggap
akan mengurangi akumulasi hasil akhir metabolisme protein, yakni
ureum dan toksin uremia yang lain. Selain itu telah dibuktikan pula
bahwa diit tinggi protein akan mempercepat timbulnya
glomerulosklerosis sebagai akibat meningkatnya beban kerja
glomerulus (hiperfiltering glomerulus).
Anemia
Anemi pada CKD sebabnya multifaktorial. Kehilangan darah dari
traktus gastrontestinal, umur eritrosit yang pendek, kadar
eritropoetin yang rendah serta adanya faktor penghambat
eritropoesis memegang peranan dalam terjadinya anemi. Selama
pasien asimptomatik tidak perlu diberikan terapi. Anabolic Steroid
tidak jelas bermanfaat guna memperbaiki anemi, sedangkan efek
sampingnya priapisme, ginekomastia. Transfusi darah hanya
diberikan bila sangat perlu, misalnya bila ada payah jantung,
insufisiensi koroner yang disebabkan oleh anemi, serta pada
pasien lanjut usia yang tidak dapat bertahan dengan Hb rendah.
Transfusi darah perlu untuk persiapan transplantasi. Bahaya lain
dari transfusi darah perlu dipertimbangkan seperti hemosiderosis,
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 22
hepatitis B atau NANB dan pembentukan antibodi terhadap antigen
HLA.
Asidosis metabolik
Diit rendah protein akan mengurangi produksi asam. Natrium
bikarbonat hanya diberikan bila ada gejala asidosis. Timbulnya
tetani (penurunan serum kalsium) dan kelebihan cairan ádalah efek
samping pemberian natrium bikarbonat. Diit rendah natrium dan
furosemid diberikan bila terjadi hipertensi atau oedema.
Kalsium dan Fosfor
Terdapat 3 mekanisme yang saling berkaitan, yaitu:
- Hipokalsemia dengan hiperparatiroid sekunder
- Retensi fosfor oleh ginjal dan hiperfosfatemia
- Gangguan pembentukan 1,25-dihidroksikalsiferol, metabolit aktif
vitamin
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Monitoring
1. Monitoring Diet Pasien
Dari hasil monitoring diet pasien menunjukkan bahwa
selama di rawat inap di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo,
pasien mendapatkan diet HD. Pemberian energi dan zat gizi
berdasarkan kebutuhan pasien, adapun hasil recall sebelum
intervensi adalah :
Tabel 9. Asupan zat Gizi sebelum intervensi
Energi Protein Lemak KH
Asupan 567,68 21.8 26.9 63.1
Kebutuhan 2014.8 56.4 55.9 322.4
% Kebutuhan 28.17 38.7 48.1 19.6
Sumber : Data Primer 2011
Dari hasil recall sebelum intervensi tanggal 12-12-2011,
asupan pasien kurang dari standar kebutuhan dengan domain
intake NI-2.1, asupan kurang. Berdasarkan hasil wawancara
dengan keluarga pasien, diperoleh informasi bahwa nafsu makan
pasien kurang bagus diakibatkan rasa mual. Dari hasil wawancara
tersebut diberi konsultasi dan motivasi tentang manfaat makanan
untuk proses penyembuhan pasien dan pemenuhan kebutuhan zat
gizi.
Berdasarkan hasil anamnesis makanan pasien selama
intervensi diketahui bahwa asupan makanan pasien meningkat
pada hari intervensi kedua namun menurun kembali dihari
intervensi ketiga dari standar kebutuhan, hal itu dapat terlihat pada
tabel berikut ini, yaitu :
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 24
Tabel 10. Asupan Zat Gizi Pasien Selama Intervensi
Tanggal Kons. Energi Kons. Protein
Kons.
Lemak Kons. KH
Kalori % Gram % Gram % Gram %
Sebelum 567.6 28.17 21.8 38.7 26.9 48.1 63.1 19.6
I. 13/12/2011 1229.9 64.47 33.9 60.39 42 75.1 194 60
II. 14/12/2011 1969.5 97.75 69.11 122.5 47.6 85.2 307 95.3
III 15/12/2011 1722.4 85.48 50.99 90.42 37.3 66.7 289 89.6
Kebutuhan 2014.8 56.14 55.9 322
Rata-rata % Asupan 3 hari
intervensi
82.56 91.1 75.66 81.6
Sumber : Data Primer 2011
Pada hari intervensi pertama dan kedua pasien secara bertahap
menghabiskan makanan yang dberikan oleh rumah sakit, namun pada
hari ketiga pasien tersebut melakukan hemodialisa yang mengurangi
nafsu makan pasien sehingga makanan yang diberikan dari rumah sakit
tidak dihabiskan.
Adapun grafik untuk tabel di atas, yaitu :
Grafik 1. Asupan Zat Gizi Pasien Selama Intervensi
Selama studi kasus berlangsung, pada intervensi hari pertama dan
intervensi hari kedua terjadi peningkatan asupan makanan di bandingkan
sebelum intervensi.
Ini menandakan bahwa hasil motivasi terhadap pasien akan diet yang
diberikan mendapat respon yang cukup baik dari pasien, walaupun pada
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 25
hari ketiga intervensi asupan makanan pasien menurun diakibatkan
transfusi darah dan hemodialisa. Disamping itu, sedikit demi sedikit
pasien juga menaati dan mematuhi penatalaksanaan diet yang diberikan
selama dirawat. Dari penjelasan tersebut di atas, diagnosa NI-2.1 tetap
menjadi masalah pasien.
2. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinik
Tabel 11. Data Klinis Pasien Selama Di Intervensi
No. Pemeriksaan Rujukan Satuan Tanggal
Pemeriksaan13/12/11 14/12/11 15/12/11
1Tekanan darah
< 120/80 mmHg 110/80 110/70 120/80
2. Nadi 80 – 100 x/i 72 72 72
3. Pernafasan 12 – 18 x/i 18 16 16
4. Suhu 36 – 37 C 36.5 36 36
Sumber : Rekam Medik Pasien 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tekanan darah pasien dari
hari pertama sampai hari ketiga mengalami peningkatan hingga mencapai
batas normal.
3. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 12. Distribusi Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal Ket.
GDS
HB
Ureum
Kreatinin
Fe
80 mg/dl
6.8 g/dl
38 mg/dl
4,1 mg/dl
25
140 mg/dl
12-16 g/dl
10-50 mg/dl
< 1,1 mg/dl
37-148
N
↓
N
↑
↓
Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011
Tidak terjadi perubahan nilai laboratorium selama 3 hari intervensi, data
laboratorium masih menunjukkan hasil yang tidak normal dalam hal ini
diagnosa NC. 2.2 masih ditegakkan karena perubahan nilai laboratorium
disebabkan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan nilai HB rendah , Fe
rendah, dan creatinin yang tinggi masih belum bisa diatasi.
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 26
4. Monitoring Status Gizi
Berdasarkan hasil monitoring status gizi pasien sebelum
intervensi dan setelah intervensi mengalami perubahan, yakni dari
status gizi kurang menjadi status gizi normal. Dengan peningkatan
asupan pada intervensi pertama dan kedua menyebabkan status
gizi mencapai normal. Sehingga dignosa NC-3.1 tidak berlaku bagi
pasien.
B. Hasil Motivasi Diet Pasien
1. Perkembangan Pengetahuan Gizi
Pada intervensi hari pertama, keluarga pasien diberitahukan
tentang makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi.
Dan selanjutnya, keluarga pasien sudah mengerti tentang diet
yang diberikan dan mulai menghabiskan makanan yang diberikan
dari RS secara bertahap.
Pada intervensi hari ketiga, keluarga pasien dan pasien
diberikan edukasi mengenai pola konsumsi yang baik sesuai
dengan penyakit yang diderita pasien.
Dengan adanya penambahan informasi ini, membuat pasien
dan keluarganya menjadi paham tentang bahan-bahan makanan
yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi pasien.
2. Sikap dan Perilaku Pasien Terhadap Diet
Dengan bertambahnya pengetahuan keluarga pasien maka
terjadi perubahan sikap dan perilaku pasien ditandai dengan pasien
bisa mengkonsumsi makanan lebih banyak dari sebelumnya. Hal
ini terlihat dari asupan makanan selama 3 hari intervensi yang
meningkat.
C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien
1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien
Tabel.10 (Asupan Zat Gizi Pasien Selama Intervensi) di atas
menunjukkan bahwa asupan pasien dari intervensi hari pertama
pada zat gizi sampai dengan hari ketiga mengalami cukup
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 27
peningkatan. Pemberian motivasi dan edukasi berupa konseling
kepada keluarga / penjaga pasien tentang pentingnya pengaturan
makanan untuk mempercepat penyembuhan penyakit memberikan
dampak yang cukup bagus, hal itu terlihat pada asupan yang mulai
meningkat dibandingkan sebelum intervensi.
2. Evaluasi Status Gizi
Tabel 13. Distribusi Perkembangan Data Antropometri Pasien
PARAMETER SEBELUM INTERVENSI SETELAH INTERVENSI
LILA 210 mm 215 mm
TB 147 cm 147 cm
BB 38 kg 40 kg
IMT 17.58 kg/m2 18.51 kg/m2
Status Gizi Kurang Baik
Adanya perubahan status gizi sebelum intervensi dari status gizi
kurang menjadi status gizi baik menandakan bahwa diagnose NC.3.1
tidak berlaku lagi.
3. Perkembangan Terapi Diet
Pemberian zat gizi berdasarkan kebutuhan pasien. Dapat dilihat
pada grafik 1. Berdasarkan grafik tersebut, kita bisa melihat bahwa
selama studi kasus berlangsung, asupan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat pasien pada intervensi hari pertama, intervensi hari kedua,
mengalami peningkatan asupan makanan. Tetapi pada hari ketiga
asupan makanan pasien mulai berkurang diakibatkan nafsu makan yang
tidak baik setelah melakukan hemodialisa. Hanya saja semuanya masih
kurang dari kebutuhan standar. Berdasarkan hasil wawancara dengan
keluarga pasien ternyata pasien mengalami penurunan nafsu makan
selama sakit akibat kondisi pasien yang mengalami rasa nyeri di perut.
Disamping itu, pasien tidak selalu menghabiskan makanan yang
disediakan dari rumah sakit. Dari hasil wawancara tersebut diberi
konsultasi dan motivasi supaya bisa patuh terhadap diet yang diberikan
agar pasien cepat sembuh.
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penyakit yang dialami Ny.S adalah CKD st.V + HD regular
2. Terapi diet yang diberikan berupa terapi diet HD
3. Asupan pasien sebelum intervensi kurang dan setelah diintervensi
asupan pasien membaik mesikpun belum mencapai kebutuhan.
4. Status gizi sebelum intervensi berubah setelah diintervensi dari
status gizi kurang menjadi status gizi baik.
5. Pada studi kasus ini diagnose gizi yang ditegakkan adalah NI-2.1,
NC-2.2, NC-3.1. Dengan hasil intervensi NI-2.1 dan NC-2.2 tetap
merupakan masalah bagi pasien.
.
B. Saran
1. Dibutuhkan pendekatan yang lebih intens untuk mengubah
keyakinan pasien terhadap makanan.
2. Dibutuhkan kerjasama antara dokter dan ahli gizi untuk
menanamkan pemahaman pasien tentang makanan.
3. Perlu adanya dukungan dan motivasi yang kuat dari pihak keluarga
agar pasien disiplin menjalani terapi yang diberikan.
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 29
DAFTAR PUSTAKA
1. Yustini, DCN, M.Kes dan Fatimah, St.,DCN, M.Kes. Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap. Makassar: Instalasi Gizi RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo; 2009
2. Rosnelly, S.Gz, dkk. Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Malang: Instalasi Gizi RSU. Dr.Saiful Anwar; 2009
3. Almatsier, S. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2004
4. Hartono, Andry, SpGK. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran; 2006
Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 [A. Yuniarsy Hartika-K21108283] 30