58
Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA KARYAWAN BADAN SAR NASIONAL 2015 Di SUSUN OLEH : SRI PUJIATI 2013727039 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

Unggul Dalam IPTEK

Kokoh Dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

PADA KARYAWAN BADAN SAR NASIONAL

2015

Di SUSUN OLEH :

SRI PUJIATI

2013727039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …
Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …
Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

iv

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Riset Keperawatan , Maret 2015

SRI PUJIATI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI

SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA KARYAWAN BADAN SAR

NASIONAL TAHUN 2015

VII BAB+52 halaman+5 lampiran

ABSTRAK

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung sampai

alveoli termasuk adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA

ini disebabkan oleh jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan faktor prilaku dengan

kejadian ISPA badan SAR Nasional. Desain yang dipakai dalam penelitian ini yaitu

crossectional dengan metode chi square. Hasil penelitian yang dilakukan di sana

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dan faktor

prilaku dengan kejadian ISPA di sana. Pada faktor lingkungan didapatkan Pvalue

0,799, sehingga H0 gagal ditolak(diterima) yang berarti tidak ada hubungan antara

faktor lingkungan dengan kejadian ISPA. Pada faktor prilaku di dapatkan Pvalue

0,290, sehingga H0 gagal ditolak(diterima) yang berarti tidak ada hubungan antara

faktor prilaku dengan kejadian ISPA. Saran ditujukan kepada Institusi pendidikan

perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional yang membuat

penyakit ISPA banyak diderita di sana, dan dapat di gunakan untuk pengembangan

pembelajaran dan penelitian. Untuk institusi pelayanan dapat digunakan sebagai

bahan masukan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

Kata kunci : Kejadian ISPA, Faktor lingkungan, Faktor prilaku

Daftar pustaka : 22 (2004-2013)

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammmadiyah Jakarta.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dari mulai perkuliahan sampai dengan

penyusunan skripsi ini berakhir.Terima kasih saya tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

2. Ibu Irna Nursanti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku ketua Program Study Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

3. Ibu Diana Irawati, M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing atas segala pengarahan,

perhatian dan saran yang diberikan selama penyusunan skripsi penelitian ini

4. Bapak MARSDYA.TNI F.H Bambang Sulistiyo,S.Sos.,M.A.P selaku Kepala

Badan SAR Nasional yang telah memberikan ijin penelitian di Badan SAR

Nasional

5. Bapak Agus Sukarno,S.H.,M.M selaku Kepala Biro Umum yang telah memberika

ijin dan dukungan moral sampai dengan penelitian ini selesai

6. Seluruh Staff Pengajar Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

vi

Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan dukungan dan

kerjasamanya sehingga penelitian mendapat bekal dalam penyusunan proposal

penelitian ini

7. Ibu dr Dian Andriani selaku Penanggung Jawab Balai Kesehatan Karyawan

Badan SAR Nasional

8. Seluruh karyawan yang terlibat dalam penelitian yang telah membantu dalam

pembuatan skripsi ini

9. Petugas kesehatan di poliklinik Badan SAR Nasional yang telah membantu dalam

pengambilan data untuk skripsi ini

10. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat hinga proposali ini

selesai

11. Semua teman-teman seperjuangan Program Study Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah angkatan 2013 yang selalu mendukung dan memberikan

semangat dalam penyelesaian proposali ini

12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu

terselesainya pendidikan dan proposal penelitian ini

Akhir kata, Saya berharap ALLAH SWT berkenan membalas semua kebaikan yang

telah diberikan kepada Saya . Semoga proposal ini bisa membawa manfaat khususnya

bagi pembaca dan Masyarakat pada umumnya guna pengembangan ilmu

keperawatan dan dalam memberikan pelayan keperawatan.

Jakarta , Maret 2015

Peneliti

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

vii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………. …. ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………… iii

KATA PENGATAR ………………………………………………… iii

ABSTRAK ………………………………………………………… v

DAFTAR ISI ………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………….............................. …… 1

B. Masalah Penelitian ……………………………………………… 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 7

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………. 9

A. TEORI DAN KONSEP TERKAIT………………………………. 9

1. Definisi ISPA…………………………………………………….. 9

2. Etiologi ISPA…………………………………………………… 10

3. Tanda dan Gejala Terjadinya ISPA …….……………………. 11

4. Penyebaran dan Penularan ISPA …………………………….. 12

5. Faktor Resiko Terjadinya ISPA ……………………………… 12

6. Pencegahan ISPA ……………………………………………. 15

B. PENELITIAN TERKAIT ………………………………………… 16

C. PERAN PERAWAT ……………………………………………… 18

BAB III KERANGKA KONSEP,

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL …………………….. 20

A. Kerangka Konsep…………………………………………………. 20

B. Hipotesis………………………………………………………….. 21

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

viii

C. Definisi Operasional …………………………………………… 22

BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………. 24

A. Desain Penelitian ………………………………………………. 24

B. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 24

C. Tempat Penelitian…………………………………………………. 27

D. Waktu Penelitian …………………………………………………. 27

E. Etika Penelitian…………………………………………………… 27

F. Alat dan Pengumpulan Data …………………………………… 29

G. Pengolahan Data ……………………………………………….. 31

H. Analisa Data………………………………………………………. 32

I. Validitas dan Reabilitas ………………………………………… 34

BAB V HASIL PENELITIAN …………………………………….. 36

A. Analisa Univariat…………………………………………………. 36

B. Analisa Bivariat…………………………………………………… 39

BAB VI PEMBAHASAN..................................................................... 41

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 41

B. Hubungan Teori Dan Penelitian...................................................... 42

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 44

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 45

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 45

B. Saran………………………………………………………………. 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu

bagian /lebih dari saluran nafas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya seperti

sinus,rongga telinga tengah dan pleura (DEPKES RI, 2012). Infeksi/radang ini dapat terjadi

pada bagian atas saluran nafas maupun pada bagian bawah pada saluran nafas. ISPA bagian

atas sering orang menyebutnya dengan pilek atau selesma. ISPA ini sendiri mempunyai

nama-nama lain yang artinya sama. Seperti influenza akut /flu ,coryza “batuk berat “, infeksi

karena virus, infeksi dada dan sakit kerongkongan. Penyakit ini juga disebut dengan

IRA(Infeksi Respiratori Akut) . Atau juga dalam bahasa Inggris disebut ARI (Acut

Respiratory Infection ).

ISPA ini dapat mengenai semua umur, dari anak sampai orang tua. Bahkan kadang dalam

satu keluarga bisa terkena ISPA semua. Tapi penyakit ini lebih sering diderita anak-anak

daripada orang dewasa. Hal ini di karenakan pada anak-anak belum memperoleh kekebalan

alamiah sehingga pada anak dapat menyebabkan infeksi yang berat. Sedangkan pada orang

dewasa karena daya tahan tubuhnya lebih baik dari anak dan orang tua , hanya menyebabkan

ketidaknyamanan saja.

Berbagai data menunjukkan bahwa penyakit ISPA ini sangat banyak jumlahnya, karena

hampir sering terjadi di masyarakat. Setiap tahunnya hampir empat juta orang meninggal

akibat ISPA , 98 % -nya disebabkan oleh infeksi saluran nafas bawah. Tingkat mortalitas

sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara – negara dengan

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

2

pendapatan perkapita rendah dan menengah ( WHO tahun 2008). Di Negara Amerika ,

kejadian pneumoni pada comuniti adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan

penyebab kematian utama akibat infeksi , pada orang dewasa . Dan 15 % merupakan angka

kematian karena Pneumonia (Wibisono.,M.J, Winarni & Hariadi.,S, 2010).

Di Indonesia sendiri dengan kondisi Negara kepulauan yang tingkat kelembabanya tinggi

dan memiliki musim kemarau yang menyebabkan kekeringan dan menimbulkan kebakaran

di mana-mana ,yang asapnya menyebabkan gangguan pada pernafasan, penyakit ini lebih

sering terjadi. Dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi ISPA adalah

25,5 % , sedangkan berdasarkan diagnose tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah

25,0%. Data Riskesdas pada bulan Mei-Juni tahun 2013 mengungkapkan bahwa prevalensi

pneumonia semua umur mengalami peningkatan dari 2,1% menjadi 2,7 %.

Fenomena di Balai Kesehatan Karyawan Badan SAR Nasional sendiri penderita ISPA

berdasarkan data di Medical Record pada tahun 2013 sebanyak 513 kunjungan dari 525

orang karyawan, dan selama Januari sampai dengan Juli 2014 sebanyak 275 kunjungan.

Jumlah tersebut menempati urutan pertama dari berbagai penyakit disana. Studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti pada 5 orang pasien yang datang ke poliklinik didapatkan

1orang ISPA disebabkan kontak dengan penderita ISPA ,1 orang karena sering terpapar

asap/udara di sekitar dan saat itu kondisi tubuh sedang turun, 2 orang karena merokok, dan 1

orang karena kelelahan.

Pada orang dewasa dampak ISPA ini tidak seberat yang diderita pada anak-anak , namun

akibat /efek dari penyakit tersebut menjadikan berkurangnya aktifitas fisik karyawan dan

menimbulkan ketidak nyaman. Manifestasi klinis yang dirasakan pasien meliputi:

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

3

batuk,flu,tenggorokan sakit, deman sampai dengan sakit kepala menjadikan mereka yang

terkena tidak merasa nyaman, walaupun penyakit ISPA ini dapat sembuh sendiri, namun

dalam kondisi yang memberat diperlukan penangganan serius. Karena tanda dan gejala yang

sama tapi kondisi makin berat ditakutkan seseorang terdapat komplikasi. Secara umum ISPA

sembuh dalam waktu kurang lebih 2 minggu/14 hari tanpa pengobatan dan dengan gejala

ringan.

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinnya penyakit meliputi faktor usia, faktor polusi

udara, faktor lingkungan, faktor adanya penyakit kronis, faktor daya tahan tubuh dan faktor

kontak dengan orang yang terinfeksi (Wong,2003). Lingkungan yang udaranya telah

tercemar oleh polutan membuat sel-sel epitel mukosa menjadi rusak, dengan rusaknya epitel

mukosa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas. Begitu juga dengan pencahayaan,

bila rumah atau kantor pencahayaan kurang serta sirkulasi udara kurang atau bahkan tidak

ada akan berpengaruh pada kesehatan. Begitu juga dengan penyakit kronis , daya tahan tubuh

rendah serta kontak dengan orang yang terinfesi akan mempercepat /mempermudah

seseorang tertular infeksi ini.

Hal ini telah dibuktikan pada penelitian yang di lakukan oleh The Swiss Cohort Study On

Air Pollution and Lung Disease In Adult (SAPALDIA) Pada America journal of Epidemology

(Team: Bayer – Oglesby,L.,Schindler,C.,Hazenkamp-von Arx ME.,Braun-

Fahrlender,C,Dec15,2006) yang dimulai pada tahun 1991 sampai dengan tahun 2002

menunjukkan bahwa tinggal di dekat jalan utama (20 M) meningkatkan resiko dahak rutin

sebanyak 15 %( 95 % confidence interval :0,31) tanpa merokok. Sedangkan mengi pada

pernafasan sebesar 34 % (95% confidence interval :0,79 ) dan pernah merokok. Hal ini

berarti tinggal di dekat jalan menyebabkan gangguan pada pernafasan.

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

4

Pada penelitian yang dilakukan pada Latihan Dasar Angkata Darat pada Barak Latihan

Tempur yang di lakukan oleh Fort Jackson di Carolina Selatan (pada bulan Februari-Mei

2004) membuktikan bahwa kepadatan jumlah orang yang tinggal dalam satu tempat atau

barak resiko terjadi ISPA lebih tinggi. Sampel yang diambil dari barak I yang dihuni 60

orang dengan barak II yang dihuni 8 orang menunjukan bahwa ISPA lebih banyak di derita

pada barak I. Dari penelitian tersebut juga menyebutkan dengan sering kontak dengan

penderita serta kurangnya sirkulasi menjadikan resiko ISPA meningkat. Hal ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardianto & Yudhastuti ( 2009 ) di mana dapatkan

hasil penelitian yang menunjukan faktor utama/dominan yang mempengaruhi kejadian

ISPA adalah kebiasaan merokok dan ventilasi.

Terjadinya infeksi saluran pernafasan ini dapat dicegah dengan menghindari factor resiko

seperti : lingkungan padat yang kurang sirkulasi udaranya, balita dan anak yang daya tahan

tubuh rendah yang di karenakan kurang gizi , berat badan rendah ataupun imunisasinya

tidak lengkap serta pemberian ASI yang kurang, mencuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan suatu tindakan misalnya makan, menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin

serta tidak meludah sembarangan.

Penatalaksanan untuk ISPA yang ringan cukup dengan istirahat, minum yang banyak dan

terapi suportif sesuai dengan gejala yang timbul, begitu pula dengan ISPA sedang. Bedanya

hanya pada ISPA sedang diberikan obat anti biotik. Untuk ISPA berat segera dirujuk ke

rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

5

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan data WHO tahun 2008 dan angka kejadian di Amerika menunjukan bahwa

angka prevalensi untuk ISPA sangat tinggi, dan bahkan pada anak –anak menyebabkan

kematian. Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penderita ISPA di semua

negara. Menurut Wong tahun 2003, faktor yang menyebabkan infeksi saluran nafas meliputi

faktor usia, faktor polusi udara, faktor lingkungan, faktor adanya penyakit kronis, faktor daya

tahan tubuh dan faktor kontak dengan orang yang terinfeksi.

Berdasarkan bukti –bukti penelitian yang telah dilakukan baik di dalam maupun di luar

negeri menunjukan bahwa penyakit ISPA di sebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor

lingkungan yang kurang ventilasi untuk pertukaran udara, kepadatan penghuni dalam suatu

tempat dan pulusi udara di sekitar, faktor prilaku yang biasa merokok serta faktor kontak

langsung dengan penderita ISPA itu sendiri.

Dari data –data tersebut membuat penulis tertarik untuk tahu lebih dalam tentang penyebab

ISPA yang terjadi di Basarnas. Dimana angka kunjungan di sana sangat tinggi dan

merupakan urutan pertama pada data penyakit di poliklinik tersebut. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan sebagai berikut : Apakah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada karyawan Badan SAR

Nasional tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data dan gambaran tentang Faktor-Faktor yang

berhubungan dengan banyaknya penderita/pasien ISPA pada karyawan Badan SAR Nasional.

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

6

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasinya gambaran data demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan,) pasien ISPA di Badan SAR Nasional

b. Teridentifikasinya gambaran kejadian ISPA di Badan SAR Nasional

c. Teridentifikasinya hubungan faktor Lingkungan dengan kejadian ISPA di Badan

SAR Nasional

d. Teridentifikasinya hubungan faktor Prilaku dengan kejadian ISPA di Badan SAR

Nasional

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Institusi Pendidikan Informasi yang

di dapat dalam penelitian ini dapat sebagai masukan dalam pengembangan

pembelajaran tentang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada orang dewasa

didalam masyarakat dan pada Instansi pemerintah.

2. Institusi Pelayanan

Penelitian dapat digunakan untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan atau masukan

dalam memberikan pelayan kepada penderita infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada

masyarakat umum dan di poliklinik – poliklinik pada Instansi pemerintah.

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

7

3. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi dasar atau rujukan bagi penelitian lebih lanjut tentang

infeksi saluran nafas akut (ISPA) yang terjadi orang dewasa yang mempunyai

kesibukan dan rutinitas kerja setiap hari. Dan diharapkan menjadi tambahan bahan

untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama yang berhubungan dengan infeksi

saluran nafas akut ( ISPA).

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan konsep dasar yang melandasi penelitian yang dilakukan tentang

Faktor –Faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA di Poliklinik Badan SAR Nasional.

A. TEORI DAN KONSEP TERKAIT

1. Definisi Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA)

Infeksi saluran nafas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah

satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk

adneksanya seperti sinus,rongga telinga tengah dan pleura (Kemenkes RI, Dirjen

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

Infeksi saluran nafas (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun

bawah yang disebabkan oleh jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia, tanpa

atau disertai radang parenkim paru ( Alsagaff,H.,Mukty,Abdul,H, 2010).

ISPA akibat polusi udara adalah ISPA yang disebabkan oleh factor resiko polusi

udara, seperti asap rokok, asap pembakaran rumah tangga, gas buang sarana

transportasi dan industry, kebakaran hutan dan lain –lain ( Depkes, 2009).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah penyakit infeksi /radang

pada saluran nafas baik bagian atas ataupun bagian bawah yang bersifat akut yang

disebabkan oleh jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia dan di pengaruhi oleh

polusi udara.

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

9

2. Etiologi ISPA

Infeksi ini dapat terjadi pada saluran nafas atas ataupun bawah tergantung pada

daerah atau organ yang terkena infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri,

virus dan riketsia. Jenis bakteri yang menyebabkan infeksi saluran nafas antara lain

dari jenis Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella dan

Korinebakterium. Sedangkan dari jenis virus antara lain dari golongan Miksovirus,

Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma Herpesvirus dan lain –lain.

Pada program penanggulangan penyakit ISPA di Indonesia, ISPA juga disebabkan

oleh akibat polusi udara. Bahan pencemar (polutan) yang ada diudara dicurigai

menjadikan salah satu penyebab masalah kesehatan di masyarakat, salah satunya

adalah ISPA. Bahan pencemar (polutan) itu yaitu : Partikulat (PM10 atau PM2,5),

Carbon Monoksida (CO), Ozon (O3), Nitrogen dioksida (NO2), dan Sulfur Dioksida

(SO2).

Infeksi bakteri sering menjadi penyulit pada ISPA yang disebabkan virus. Karena

pada infeksi bakteri umumnya disertai dengan peradangan pada parenkim . Pada

infeksi karena bakteri dapat dilihat dari sputum yang semula berwarna jernih berubah

menjadi kuning atau hijau.

ISPA ini disebut akut karena rentang sakitnya yang kurang dari 14 hari dengan gejala

ringan dan dapat sembuh dengan sendiri. Akan tetapi untuk mencegah perluasan

infeksi ini, biasanya dokter memberikan antibiotik sesuai dengan penyebabnya.

Walaupun infeksi ini dapat sembuh dalam jangka waktu tersebut. Bila infeksi ini

berlanjut bisa menjadi infeksi yang kronis.

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

10

3. Tanda dan Gejala Terjadinya ISPA

Gambaran infeksi saluran nafas akut dapat dilihat dari tanda dan gejala yang

ditimbulkan. Secara umum pada infeksi saluran nafas didapat rhinitis, nyeri pada

tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan

konjungtivitis. Suhu tubuh kadang mengalami peningkatan yang di sertai malaise,

mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Kadang juga disertai

dengan diare. Peningkatan suhu biasanya berlangsung 4-7 hari, bila berlangsung lama

menunjukkan adanya penyulit.

4. Penyebaran dan Penularan ISPA

Penyebaran dan penularan infeksi saluran nafas akut ini dapat terjadi melalui udara

ataupun secara langsung karena kontak dengan orang yang terinfeksi saluran

nafasnya. Sedangkan secara tidak langsung penularan melaui udara terjadi dalam

bentuk droplet yang keluar dari mulut ataupun hidung pada saat batuk dan bersin –

bersin. Karena sangat kecilnya partikel yang dikeluarkan sehingga tidak terlihat dan

dapat terhisap pada waktu bernafas dan masuk ke saluran pernafasan. Tempat- tempat

umum adalah faktor yang sangat penting dan berpengaruh dalam penyebaran dan

penularan ISPA ini.

5. Faktor Resiko Terjadinya ISPA

Faktor yang menjadikan pencetus timbulnya ISPA menurut WHO pada pencegahan

dan pengendalian ISPA (2007) meliputi : faktor penyebab, faktor lingkungan, faktor

penjamu. Sedangkan menurut Mayunani (2010), mengatakan faktor resiko terjadinya

ISPA meliputi : faktor lingkungan, faktor individu, faktor prilaku. Sedangkan dari

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

11

Depkes RI (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran

ISPA antara lain faktor lingkungan, faktor prilaku dan rendahnya gizi.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya ISPA

meliputi :

a. Faktor Lingkungan.

Lingkungan kerja yang tidak sehat karena pulusi udara menyebabkan terganggunya

saluran pernafasan. Lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai

penyakit salah satunya Infeksi saluran nafas itu sendiri. Polusi udara didapatkan dari

asap kendaraan, asap pembakaran ataupun asap rokok.

Berikut ini criteria polutan pencemar udara serta konsentrasi standard menurut :

Jusuf , Winariani & Slamet (2010).

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

12

Tabel 2.1

Kriteria Polutan Pencemar Udara Serta Konsentrasi Standart

Polutan Standard Efek terhadap kesehatan

Ozon(O3) 0,12 ppm konsentrasi

maksimum 1 jam dan

0,08 ppm sebagai 8

jam konsentrasi rerata

peningkatan gejala respirasi

penurunan fungsi paru

peradangan saluran nafas

peningkatan respon saluran nafas terhadap

rangsangan non spesifik

Nitrogen

dioksid (Nox)

0,053 ppm konsentrasi

rerata

Meningkatkan gejala respirasi dan kesakitan

pada anak

Partikulate

matter

PM 10

PM 2,5

50 µg/m3 sebagai

konsentrasi rerata tahunan

dan 150 µg/m3 sebagai

konsentrasi rerata 24 jam

15µg/m3 sebagai

konsentrasi rerata dan 150

µg/m3 sebagai konsentrasi

rerata 24 jam

Peningkatan gejala respirasi

Peningkatan penyakit respirasi

Peningkatan respirasi morbidity pada

penderita asma dan COPD

Peningkatan pada kaeriovaskuler

Morbiditi pada penderita penyakit jantung

Iskemik.

Peningkatan kematian

Penyakit kardiovaskuler pada orang tua

Sulfur dioksida

(SO2)

0,03ppm sebagai

konsentrasi reratatahunan

dan 0,14ppm sbg

konsentrasi rerata 24 jam

Peningkatan gejala respirasi

Peningkatan morbidity dan mortaliti respirasi

Penurunan fungsi paru pada penderita asma

Lead (timah) 1,5µg/m3 konsentrasi rerata

quarter

Penurunan kognitif(pengertian) pada anak

Karbon

monosida (CO)

9 ppm sebagai konsentrasi

rerata 8 jam dan 35 ppm

sebagai konsentrasi rerata

dalam 1 jam

Meningkatkan efek samping thd reproduksi

Mengurangi kapasitas kerja orang dewasa

Memperpendek durasi onset dan peningkatan

angina pada penderita PJK

COPD= cronic obstruksi pulmonary disease; PM 10 = particulate matter diameter < 10µm;

PM 2,5 = particulate matter diameter < 2,5 µm; ppm = part per million

b. Faktor Prilaku

Prilaku dan gaya hidup masyarakat sangat mempengaruhi sehat dan sakit seorang

individu, baik prilaku yang positif yang meningkatkan kesehatan ataupun prilaku

negative yang menyebabkan sakit. Prilaku merokok, memasak dengan bahan

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

13

bakar kayu, sisa pembuangan bahan bakar pada transportasi yang berlebihan ,

pembukaan lahan dengan pembakaran hutan menyebabkan polusi udara yang

berpengaruh pada kesehatan. Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah

makan, menggunakan APD (alat proteksi diri),menjaga kebersihan pernafasan dan

etika saat batuk serta tidak sembarangan meludah merupakan prilaku yang baik

yang harus kita dukung dan kita sebar luaskan.

Faktor pendukung dalam berperilaku di Indonesia telah banyak dilakukan seperti

adanya Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat), Askes(ansuransi kesehatan),

BPJS(badan penyelengara jaminan social) dan lain–lain. Namun untuk gaya hidup

masih tergantung pada individu masing-masing. Gaya hidup yang kurang

memperhatikan kesehatan menjadikan resiko tinggi menderita suatu penyakit.

Gaya hidup sehat dan berolah raga secara teratur dapat meningkatkan kesehatan

seseorang.

6. Pencegahan ISPA

Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi :

a. Menjaga gizi agar tetap baik

Gizi yang terpenuhi untuk kebutuhan tubuh dapat meningkatkan dan

mencegah tertularnya atau berkembangbiaknya suatu penyakit.

b. Imunisasi/Pemberian Vaksin

Imunisasi dibutuhkan oleh tubuh untuk memberikan kekebalan terhadap suatu

penyakit. Program imunisasi/vaksinansi di Indonesia telah di adakan sejak

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

14

anak lahir, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dan

kematian dari penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Untuk ISPA

sendiri imunisasi belum ada secara lengkap, hanya ada beberapa saja yang

telah ada di Indonesia seperti : pertusis, BCG dan Influenza. Kekebalan

seseorang terhadap suatu penyakit dipengaruhi oleh : usia, jenis kelamin,

kehamilan gizi dan trauma. Apabila kekebalan seseorang atau masyarakat

rendah akan mudah terjangkit penyakit atau akan lebih mudah terjadi suatu

wabah penyakit. Begitu pula sebaliknya. Untuk itu jika terlalu lelah dalam

bekerja beristirahatlah , karena terlalu lelah bekerja dapat menurunkan daya

tahan tubuh.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

Dengan menjaga kebersihan perorangan seperti cuci tangan sebelum dan

sesudah makan, tidak meludah sembarangan , memakai APD seperti masker

dapat mengurangi resiko tertular ISPA. Kebersihan perorangan dimulai dari

ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Sedangkan kebersihan lingkungan

harus dijaga agar tetap terjadi keseimbangan didalamnya. Karena lingkungan

yang tidak bersih dan telah tercemar polusi sangat beresiko timbulnya suatu

penyakit.

d. Mencegah kontak dengan penderita ISPA.

Sebisa mungkin menghindari kontak langsung dengan penderita ISPA dengan

cara memakai masker/penutup hidung untuk mengurangi resiko penularan.

Apalagi kalau kondisi badan sedang tidak bagus.

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

15

B. PENELITIAN TERKAIT

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui factor yang menyebabkan

penularan dan penyebaran penyakit ISPA ini, Seperti pada :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sakti, tahun 2012 tentang kwalitas udara dengan

kejadian ISPA di kota Bekasi tahun 2004-2011 yang berhubungan secara signifikan

berdasarkan hasil analisa korelasi dan regresi. Dimana konsentrasi zat pencemar

udara yang cenderung mengalami peningkatan akan berdampak negative pada

kesehatan terutama pada saluran pernafasan yang berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukamawa,Sulistyorini & Keman (2006) yang mengatakan tidak ada

pengaruh pencemaran udara dalam rumah terhadap kejadian ISPA.

2. Penelitian oleh Halim,tahun 2012 di Desa Bondo Bngsi Jepara Jawa Tengah dengan

jumlah responder ± 97 orang, mengungkapkan bahwa prilaku merokok memiliki

resiko 14,02 kali untuk terkena ISPA dibandingkan dengan responder yang tidak

merokok.

3. Penelitian yang di lakukan oleh The Swiss Cohort Study on Air pollution and Lung

Disease in Adult ( SAPALDIA) pada America journal of Epidemology (Team ,

Bayer – Oglesby,L., Schindler,C., Hazenkamp-von Arx ME., Braun-Fahrlender,C ,

Dec 15,2006 )yang dimulai pada tahun 1991 sampai dengan tahun 2002

menunjukkan bahwa tinggal di dekat jalan utama (20 M) meningkatkan resiko dahak

rutin sebanyak 15 %( 95 % confidence interval :0,31)tanpa merokok. Sedangkan

mengi pada pernafasan sebesar 34 % (95% confidence interval :0,79 ) dan pernah

merokok.Hal ini berarti tinggal di dekat jalan menyebabkan gangguan pada

pernafasan.

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

16

4. Penelitian yang dilakukan pada latihan Dasar Angkata Darat pada Barak Latihan

tempur yang dilakukan oleh Fort Jackson di Carolina selatan (pada bulan Februari-

Mei 2004) membuktikan bahwa kepadatan jumlah orang yang tinggal dalam satu

tempat atau barak resiko terjadi ISPA lebih tinggi.Sampel yang diambil dari barak I

yang dihuni 60 orang dengan barak II yang dihuni 8 orang menunjukan bahwa Ispa

lebih banyak di derita pada barak I. Dari penelitian tersebut juga menyebutkan

bahwa kepadatan, sering kontak dengan penderita serta kurangnya sirkulasi

menjadikan resiko ISPA meningkat. Hal ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukamawa ,dkk(2006) serta Susilo, dkk (2011) yang keduanya

menyatakan kepadatan hunian tidak berpengaruh pada kejadian ISPA.

C. PERAN PERAWAT

Perawat sebagai tenaga kesehatan menjadi jembatan bagi para pekerja dengan perusahan

atau penyelenggara yang bertanggung jawab akan kesehatan dan keselamatan pekerja.

Kesehatan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja. Upaya

pengenalan, penilaian/pengujiandan pengendalian lingkungan kerja dan pemeriksaan

kesehatan dan pemantauan biomedik pekerja sangat diperlukan sebagai upaya untuk

pencegahan dan deteksi dini terhadap kemungkinan timbulnya masalah gangguan

kesehatan pekerja.

Untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan diperlukan program

kesehatan kerja. Program kesehatan kerja menurut Budiono, Jusuf & Pusparini dalam

Bunga Rampai Hiperkes & KK, tahun 2005 meliputi :

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

17

1. Identifikasi potensi bahaya yakni dengan mengenal kondisi di tempat kerja

2. Analisa resiko melalui penilaian kemungkinan potensi bahaya

3. Survailan kesehatan pekerja melalui pengujian kesehatan secara awal

4. Pemantauan biologik yaitu upaya yang lebih spesifik untuk memantau pengaruh

pekerjaan atau lingkungan kerja pada kesehatan pekerja

5. Pengendalian lingkungan kerja dengan kerja sama dengan bagian lain

6. Pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif

7. Konsultasi dan komunikasi yang berkelanjutan

8. Pelatihan kesehatan kerja

Dengan program yang terencana di harapkan adanya peningkatan kesehatan para

pekerja terutama di Badan SAR Nasional.

Perawat berperan sebagai tenaga promotif dan preventive dapat melakukan Program

kesehatan kerja yang dapat di terapakan pada lingkungan kerja di manapun.

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

18

BAB III

KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini membahas tentang kerangka konsep yang menjelaskan variabel independent,

dependent, hipotesis penelitian dan definisi operasional.

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal yang khusus,

yang hanya dapat di amati atau diukur melalui konstruktur atau yang lebih dikenal dengan

nama variabel (Notoatmodjo,2005). Variabel adalah symbol atau lambang yang

menunjukan nilai atau bilangan dari konsep( Notoatmodjo,2005). Variabel tersebut terdiri

dari variabel independent dan variabel dependent.

1. Variabel Independent ( bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dinamakan sebagai variabel

bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2010).

Variabel independent pada penelitian ini adalah faktor lingkungan dan faktor prilaku.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang di pengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Dinamakan terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel

bebas/independent (Notoatmodjo, 2010). Variabel dependen pada penelitian ini adalah

kejadian ISPA.

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

19

Hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dijabarkan pada bagan

dibawah ini :

Bagan 3.1

Hubungan antara variabel independen dan variabel dependet

Hubungan tersebut dijabarkan pada bagan di bawah ini

Sumber : Mayunani, 2010 & Depkes RI, 2005

Keterangan : Diteliti & dihubungkan

B. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah

penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji

secara empiris (Purwanto & Sulistyastuti, 2007).

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

- Adanya hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Badan SAR

Nasional.

Faktor Lingkungan

Faktor Prilaku

Kejadian ISPA

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

20

- Adanya hubungan antara faktor prilaku dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2007).

Pada penelitian ini akan di teliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

ISPA ,meliputi faktor dependen dan independen. Di bawah ini merupakan variabel yang akan

di pakai dalam penelitian.

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

21

Tabel.3.1

Definisi operasional variabel independen dan variabel dependen

No Variabel

Definisi Operasional Alat ukur &

cara ukur

Skala

ukur

Hasil ukur

Independen

1

2

Lingkungan

Prilaku

Merupakan segala

sesuatu yang ada

disekitar manusia

dan mempengaruhi

kesehatan yang

meliputi lingkungan

rumah dan

lingkungan kerja.

Semua kegiatan atau

aktivitas manusia

yang berhubungan

dengan kejadian

ISPA

Kuisioner

Dengan

pilihan

jawaban

Ya dan tidak

Kuisioner

dengan

penjelasan :

-skore 5 =

Sangat setuju

-skore 4 =

Setuju

-skore 3 =

Kurang

setuju

-skore 2 =

Tidak setuju

-skore 1 =

Sangat tidak

setuju

Ordinal

Ordinal

Skore

< 2=Baik

≥ 2=Tidak

Baik

Skore

≥ 32= tidak

beresiko

<32=

beresiko

Dependen

3 Kejadian

ISPA

Suatu keadaan

terganggunya

saluaran pernafasan

yang bersifat akut

yang didiagnosa dan

berdasarkan rekam

medis

Kuesioner Ordinal Skore

0=tidak

ISPA

1=ISPA

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas tentang desain penelitian, populasi, sampel, tempat penelitian,

waktu penelitian, alat dan cara pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, bahan dan

cara penelitian, pengolahan data, analisa data,validitas dan reabilitas.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Chi Square. Analisis ini bertujuan untuk menguji

perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel. Di lihat dari datanya Chi Square

dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable katagorik dengan variable

katagorik.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan kita lakukan

(Hastono & Sabri, 2013). Hal ini juga ditegaskan oleh Nursalam, 2010 yang

mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah diteliti. Adapun populasi penelitian ini adalah karyawan Badan SAR

Nasional. Dimana populasi ini diambil pada 2 bulan terakhir, pada awal bulan Januari

sampai dengan bulan Februari 2015.

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

23

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai /karakteristik nya kita ukur dan yang

nanti nya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi ( Hastono & sabri,

2013). Tehnik sampling yang digunakan dengan tehnik Probability Sampling, yaitu

tehnik pengambilan sampil yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampling. Tehniknya menggunakan

simple random sampling, karena pengambilan anggota sample dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu

(Sugiyono, 2011).

a. Besar sampel

Besarnya sampel menurut Notoatmodjo (2010) rumus sederhana untuk

menentukannya yaitu :

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N= Besarnya populasi

d =Presisi (tingkat error) 5 %

Pada penelitian ini populasi sampel yang diambil pada bulan Januari- Februari

2015 dengan jumlah 84 kunjungan. Jadi sampel yang didapat :

n =N/1+N(d)2

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

24

Maka sampel yang akan diambil sebanyak 69 responden, pada karyawan di Badan

SAR Nasional. Untuk mengantisipasi terjadinya responden yang drop out atau

keluar dari penelitian ini maka peneliti menambahkan 10 % dari jumlah sampel.

Sampel pada penelitian ini berjumla 76 responden

b. Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang digunakan meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1. Kriteria inklusi yaitu kriteria umum subyek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkauyang akan diteliti (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini kriteria tersebut adalah :

a. Semua karyawan Badan SAR Nasional di Basement, lobby, lantai 2, lantai 4,

lantai 5, lantai 6, lantai 7 dan di lantai 8

b. Dapat membaca, menulis dan memahami kuisioner yang diberikan oleh

peneliti.

c. Bersedia menjadi responden penelitian.

n=N/1+N(d)2

n= 84/1+84(0,05)2

n=84/1,21

n=69,421

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

25

2. Kriteria Eksklusi yaitu karakteristik sampel yang tidak dapat di masukkan atau

tidak layak diteliti (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini kriteria tersebut

mencakup semua karyawan di luar kantor pusat Badan SAR Nasional.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lantai Basement, lobby, lantai 2, lantai 4, lantai 5, lantai 6, lantai

7 dan di lantai 8 Badan SAR Nasional.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan proposal pada bulan Oktober yang berakhir

pada bulan Februari. Penelitian dan penggumpulan data di ambil pada bulan Maret,

kemudian di lanjutkan pengolahan data, pembahasan dan membuat kesimpulan .

E. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku setiap kegiatan yang

melibatkan antara pihak peneliti, yang diteliti, dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak dari hasil penelitian tersebut(Notoatmodjo, 2010). Etika penelitian bertujuan

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

26

untuk melindungi hak-hak subyek dan peneliti selama kegiatan penelitian(Notoatmodjo,

2010). Adapun etika penelitian tersebut menurut Nursalam tahun 2013 yaitu :

1. Right to self determination

Right to self determination adalah hak untuk ikut atau tidak menjadi responden. Right

to self determination ini meliputi : subyek harus diperlakukan secara

manusiawi,subyek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subyek atau tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

2. Right to privasi and dignity

Right to privasi and dignity adalah hak untuk dijaga kerahasiaan. Subyek juga harus

mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responden melalui informed consent.

3. Right to anonymity & Confidentiality atau tanpa nama

Right to anonymity & Confidentiality adalah hak untuk dijaga kerahasiaan identitas

subyek, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek, pada lembar

pengumpulan data atau lembar observasi yang diisi hanya diberi nomor kode tertentu.

4. Right to fair treatment or respenct to justice

Right to fair treatment or respenct to justice adalah hak untuk mendapatkan

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

27

pengobatan, dan harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila mereka tidak

bersedia atau dikeluarkan dalam penelitian.

5. Right to protection from discomfort & harm

Right to protection from discomfort & harm adalah hak pasien untuk dilindungi dari

ketidaknyamanan terhadap tindakan yang dilakukan dan mendapat jaminan dari

perlakuan yang diberikan. Seorng peneliti harus bertanggung jawab jika ada sesuatu

yang terjadi kepada subyek.

F. Alat dan Pengumpulan Data

1. Alat

Alat pada pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang di

berikan kepada karyawan di Badan SAR Nasional. Kuesioner penelitian ini berisikan

tentang data demografi, faktor lingkungan dan faktor prilaku yang berhubungan

dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional tersebut. Pada data demografi

berisikan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, merokok, lamanya

merokok dan kejadian ISPA pada responden. Pada faktor lingkungan kuesioner

berisikan pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak. Pada faktor prilaku kuesioner

berisikan pernyataan dengan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju.

2. Pengumpulan data

Pada pengumpulan data terdiri dari tiga tahap meliputi :

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

28

a. Persiapan

Persiapan penelitian dimulai pembuatan kuesioner yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data. Kemudian dilanjutkan dengan meminta ijin untuk

melakukan penelitian di Badan SAR Nasional melalui Biro Umum dengan

menyerahkan surat pengantar dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Surat

pengantar diserahkan ke Biro Umum dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari

penelitian. Setelah surat ijin dari Biro Umum jadi mulailah ke tahap pelaksanaan

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti membawa kuesioner untuk disebarkan di beberapa lantai di

gedung Badan SAR Nasional. Sebelum memberikan kuesioner, peneliti meminta

ijin terlebih dahulu kepada KABAG/KASUBBAG ditiap lantai dengan

menunjukkan surat ijin penelitian dari Umum. Setelah mendapatkan ijin kuesioner

dibagikan ke beberapa karyawan secara acak yang terlebih dahulu peneliti

menerangkan maksud dan tujuan serta cara pengisian kuesioner. Bila responden

tidak bersedia ikut peneliti tidak memaksa dan bila bersedia responden

menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Kuesioner ini berisi

tentang hal yang berhubungan dengan lingkungan baik di tempat kerja maupun di

lingkungan rumah, dan kuesioner yang berhubungan dengan prilaku responden.

Untuk di tiap lantai , peneliti menunggu beberapa saat sampai kuesioner terisi.

Baru kemudian berpindah ke lantai lain. Setelah semua kuesioner terkumpul

selanjutnya masuk ketahap terminasi.

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

29

c. Terminasi

Pada tahap terminasi, peneliti menggumpulkan semua kuesioner setelah di isi dan

mengucapkan terima kasih kepada setiap responden yang telah ikut serta dalam

penelitian ini. Selanjutnya peneliti mulai dengan mengolah data dari hasil

kuesioner tersebut.

G. Pengolahan Data

Setelah kuisioner diberikan dan telah diisi oleh responden , selanjutnya peneliti akan

melakukan pengolahan data yang meliputi : Editing, Coding, Prosesing dan terakhir

Cleaning.

1. Editing

Editing yaitu melakukan pengecekan pengisian data apakah data tersebut lengkap,

jelas dan relevan

2. Coding

Coding yaitu mengklarifikasi jawaban-jawaban para responden ke dalam kategori.

Klarifikasi dilakukan dengan cara member tanda/kode berbentuk angka pada masing-

masing jawaban.

3. Procesing

Prosessing yaitu memproses data yang dilakukan dengan cara melakukan entry data

dari data yang sudah di dapat dari eksperiment ke paket program komputerisasi.

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

30

4. Cleaning

Cleaning yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisa Data

Data yang telah terkumpul kemudian di beri skore tberdasarkan skala agar dapat

menafsirkan data dan memahami arti data. Selanjutnya dianalisa dan diolah dengan uji

statistik. Analisa meliputi analisa univariat dan analisa bivariat .

1. Analisa Univariat

Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan setiap variabel

penelitian. Pada umumnya adalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi/prosentase dari setiap variabel(Notoatmodjo, 2010). Langkah-langkah

analisa variabel adalah sebagai berikut :

a. Distribusi frekuensi

Keterangan:

P = proposi

f = frekuensi kategori

n = jumlah sampel

P = f/n x 100%

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

31

b. Membuat table distribusi

Distribusi ini berdasarkan prosentase masing-masing variabel

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Uji yang dipakai adalah Chi

Square dengan kemaknaan α = 0,05. Dengan mengunakan rumus Sabri &

Hastomo(2006)

Keterangan :

X2 = Nilai Chi Square

E = Nilai harapan

O = Nilai observasi

b = Jumlah baris

k = Jumlah kolom

Untuk uji kemaknaan dilakukan dengan membandingkan nilai P(P value) dengan nilai

α = 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Dengan hasil uji statistik sebagai berikut :

X2 = ∑ (O-E)/E

Df =(b-1)(k-1)

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

32

a. Nilai P (P value) ≤ 0,05 H0 ditolak, yang berarti ada hubungan bermakna antara

variabel bebas dengan variabel terikat

b. Nilai P (P value) ≥ 0,05 H0 diterima ,yang berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

I. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan

instrument dalam pengumpulan data (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini sebagai instrument yang digunakan adalah kuisioner yang diisi

oleh responden di Badan SAR Nasional. Dari kuisioner akan diukur apakah hasil

kuisioner menunjukan adanya hubungan antara faktor lingkungan serta faktor prilaku

dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional. Pertanyaan dan pernyataan dari

kuesioner di dapatkan dari penelitian–penelitian sebelumnya yang di sederhanakan

dan di sesuaikan dengan penelitian ini. Pada kuesioner tentang faktor lingkungan Dari

13 pertanyaan setelah dilakukan uji validitas tinggal 8 pertanyaan yang valid dan bisa

dipakai dalam penelitian ini. Nilai korelasi pada pertanyaan 1 sampai dengan 8 nilai

korelasinya > 0,3. Pada kuesioner tentang faktor prilaku dari 12 penyataan setelah di

lakukan uji validitas tinggal 8 pernyataan yang valid dan bisa dipakai. Nilai

korelasinya > 0,3.

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

33

2. Reabilitas

Reabilitas ( keandalan) adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan

(Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini untuk mencari apakah ada hubungan antara faktor lingkungan

dan faktor prilaku dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional yang di lakukan

pengukuran atau pengamatan sekali untuk mendapatkan gambaran tentang kejadian

ISPA tersebut.

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

34

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA di Badan SAR

Nasional di mulai dengan permintaan ijin yang dilanjutkan dengan memberikan kuesioner

kepada karyawan di Badan SAR tersebut. Kuesioner di sebar secara acak yang di lakukan selama

1 hari. Sampel diambil sebanyak 76 responden dari beberapa lantai yang berada di Badan SAR

Nasional. Dari kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara kejadian ISPA di Badan SAR Nasional dengan faktor

lingkungan dan faktor prilaku.

Berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk memperoleh data dan gambaran tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional, maka hasil

penelitian adalah sebagai berikut :

A. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran karakteristik

responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan,status perkawinan, merokok dan

pernah Diaqnosa ISPA dalam 3-6 bulan sebelumnya. Distribusi frekuensi tersebut yaitu :

1. Hasil analisa univariat

Hasil analisa univariat berupa data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, status perkawinan, merokok, lamanya merokok dan kejadian ISPA. Data

tersebut sebagai berikut :

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

35

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi data demografi karyawan Badan SAR Nasional tahun 2015

No Variabel Kategori Jumlah

n = 76

Prosentase

1 Umur < 30

30-40

> 40

18

47

11

23,68

61,84

14,47

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

46

30

60,53

39,47

3 Pendidikan SLTA

AKADEMI

SARJANA

26

9

41

34,21

11,84

53,95

4 Status perkawinan Tidak kawin

Kawin

13

63

17,11

82,89

5 Merokok

Lamanya merokok

Tidak

Ya

< 10 tahun

>10 tahun

56

20

5

15

73,68

26,32

6,58

19,74

6 Kejadian ISPA Tidak

Ya

36

40

47,36

52,63

Berdasarkan table 5.1 hasil analisis dengan 76 orang responden didapatkan distribusi

umur terbanyak kelompok umur 30-40 tahun sebanyak 47 responden (61,84%), jenis

kelamin terbanyak kelompok laki-laki sebanyak 46 responden (60,53%), tingkat

pendidikan responden terbanyak adalah Sarjana yaitu 41 respponden (53,95%),

status perkawinan terbanyak yaitu kawin yaitu 63 responden (82,89%), tidak merokok

sebanyak 56 responden (73,68%) dengan lama merokok > 10 Tahun sebanyak 15

responden(19,74%) dan pernah terdiaqnosa ISPA sebanyak 40 responden (52,63%).

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

36

2. Distribusi Berdasarkan Faktor Lingkungan

Distribusi berdasarkan faktor lingkungan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi menurut faktor lingkungan di Badan SAR Nasional tahun 2015

Variabel Kategori Jumlah Prosentase

(n = 76)

Faktor Lingkungan Tidak baik 36 47,37

Baik 40 52,63

Berdasarkan table 5.2 hasil analisis didapatkan prosentase nilai kuesioner tentang

faktor lingkungan dengan skor tidak baik sejumlah 36 responden (47,37%) dan skor

baik 40 responden (52,63%).

3. Distribusi Berdasarkan Faktor Prilaku

Distribusi berdasarkan faktor prilaku adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi menurut faktor prilaku di Badan SAR Nasional tahun 2015

Variabel Kategori Jumlah Prosentase

(n = 76)

Faktor prilaku Beresiko 29 38,16

Tidak beresiko 47 61,84

Berdasarkan table 5.3 hasil analisis didapatkan prosentase nilai kuesioner tentang

faktor prilaku dengan skor beresiko sejumlah 29 responden (38,16%) dan skor tidak

beresiko sebanyak 47 responden (61,84%).

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

37

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu

kejadian ISPA dengan variabel terikat yaitu faktor lingkungan dan faktor prilaku.

1. Hubungan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA

Hubungan antara lingkungan dengan kejadian ISPA di buktikan dengan

menggunakan uji kai kuadrat sebagai berikut :

Tabel 5.4

Tabel hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadiaan ISPA

Berdasarkan table 5.4 diatas hasil uji statistic diperoleh nilai p value 0,799 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

faktor lingkungan dengan kejadian ISPA .

2. Hubungan faktor prilaku dengan kejadian ISPA

Hubungan antara prilaku dengan kejadian ISPA di terangkan dalam tabel berikut :

No Variabel dependen Kejadian ISPA

Ya Tidak

N % n %

Total

N %

OR 95%

CI

P

VALUE

1 Lingkungan

Baik

Tidak baik

20 55,56 16 44,44

20 50 20 50

36 100

40 100

0,800

0,324

-

1,975

0,799

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

38

Tabel 5.5

Tabel hubungan antara faktor prilaku dengan kejadian ISPA

No Variabel

dependen

Kejadian ISPA

Ya Tidak

N % n %

Total

N %

OR 95%

CI

P

VALUE

1 Prilaku

Tidak

beresiko

Beresiko

22 48,65 25 51,35

18 56,41 11 43,58

47 100

29 100

1,860

0,724

-

4,779

0,290

Berdasarkan table 5.5 diatas hasil uji statistic diperoleh nilai Pvalue 0,290, maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

faktor prilaku dengan kejadian ISPA.

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

39

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan

terdiri dari hasil penelitian dengan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini

juga berisi tentang keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian.

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat berisikan gambaran demografi /karakteristik responden. Hasil

penelitian menunjukka bahwa, pada kelompok umur didapatkan umur 30-40

tahun terbanyak dengan jumlah responden 47 (61,84%). Jenis kelamin terbanyak

pada laki-laki berjumlah 46 responden (60,84). Pendidikan terbanyak adalah

sarjana dengan jumlah 41 responden (53,95%). Status perkawinan 63 responden

kawin (82,89). Untuk merokok 56 responden (73,68) tidak merokok. Kejadian

ISPA sebanyak 40 responden(52,63%). Pada faktor lingkungan dengan kategori

tidak baik sebanyak 36 responden (47,37%). Dan pada faktor prilaku beresiko

sebanyak 29 responden(38,16%).

2. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat didapatkan bahwa pada faktor lingkungan tidak ada

hubungan dengan kejadian ISPA. Hal ini dapat dilihat pada Pvalue yang lebih

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

40

besar dari pada α. Pvalue 0,799 sehingga H0 diterima. Pada faktor prilaku juga

tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA . Pvalue 0,290 > α.

B. Hubungan dengan teori dan penelitian

Pada teori yang tertulis pada bab sebelumnya menerangkan bahwa faktor

lingkungan,faktor prilaku menyebabkan ISPA, begitu juga dari hasil penelitian

sebelumnya disebutkan bahwa lingkungan dan prilaku menyebabkan penyakit

tersebut. Tapi pada pendelitian yang telah dilakukan di Badan SAR Nasional tidak

ditemukan adanya hubungan tersebut. Dalam hal ini, dapat dilihat dari hasil kuesioner

yang di isi oleh responden. Pada faktor lingkungan responden banyak yang

menyebutkan bahwa mereka tinggal di perumahan yang tidak padat penduduknya,

memiliki ventilasi cukup, petugas kebersihan sendiri dan lokasi rumahnya berada

jauh dari jalan utama/jalan raya. Jumlah responden kategori baik dan tidak baik

jumlahnya tidak beda jauh. Responden dengan lingkungan baik berjumlah 40

responden(52,63%) sedangkan responden dengan lingkungan tidak baik berjumlah 36

responden (47,37%). Sebagian besar responden mengatakan terpapar asap rokok dan

lokasi tempat kerja dekat dengan jalan raya.

Pada faktor prilaku responden telah berprilaku baik yang berusaha untuk

meningkatkan kesehatan mereka. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang

menunjukan jumlah responden yang beresiko dengan yang tidak beresiko tidak beda

jauh. Yang tidak beresiko berjumlah 47 responden (61,84%) dan yang beresiko

berjumlah 29 responden (38,16%). Responden memakai masker saat berkendara dan

saat batuk, mereka juga menutup mulut saat bersin dan batuk. Mencuci tangan

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

41

sebelum dan sesudah makan serta berolah raga minimal 2 x seminggu. Responden

juga segera berobat jika flu/batuk.

Dari teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya menerangkan bahwa ISPA di

sebabkan oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor lingkungan dan

prilaku. Banyak penelitian menyebutkan memang ada hubungan antara kedua faktor

tersebut dengan kejadian ISPA. Penelitian itu dilakukan oleh Sakti (2012) tentang

konsentrasi zat pencemar yang berdampak pada saluran pernafasan, Halim (2012)

yang mengatakan bahwa merokok memiliki resiko lebih besar dibandingkan denagan

yang tidak merokok, SAPALDIA juga mengatakan bahwa tinggal di dekat jalan raya

/ jalan utama menyebabkan gangguan pada pernafasan. Untuk kepadatan, sering

kontak dan kurangnya sirkulasi juga menjadikan resiko ISPA meningkat (Militay

Medicine, 2011). Akan tetapi ada juga penelitian yang mengatakan bahwa lingkungan

dan prilaku tidak ada hubungannya dengan kejadian ISPA. Penelitian tersebut di

lakukan oleh Sukamawa,Sulistyorini & Keman (2006) yang mengatakan bahwa dari

uji statistik yang mereka lakukan menunjukkan tidak ada pengaruh pencemaran udara

dalam rumah terhadap kejadian ISPA pada anak Balita Dan kepadatan hunian tidak

ada pengaruh terhadap kejadian ISPA. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian

yang di lakukan oleh Oktaviani, Fajar & purba (2010) yang mendapatkan hasil bahwa

tempat pembuangan sampah tidak ada hubungannya dengan kejadian ISPA. Begitu

juga dengan prilaku merokok , pemakaian bahan bakar kayu, dan obat nyamuk bakar

tidak ada pengaruhnya terhadap kejadian ISPA(Sukamawa, Sulistyorini & Keman,

2006)

Page 50: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

42

C. Keterbatasan penelitian

Peneliti ingin mengungkapkan keterbatasan-keterbatasan yang dirasakan saat

melakukan penelitian antara lain :

1. Keterbatasan buku tentang ISPA pada dewasa

Penelitian ini kesulitan untuk mendapatkan buku /literature tentang ISPA pada

orang dewasa, paling banyak ditemui hanya buku-buku ISPA pada bayi dan anak

Balita. Untuk orang dewasa hanya sepintas saja karena mungkin ISPA pada orang

dewasa sering dianggap sepele.

2. Keterbatasan kemampuan

Kemampuan peneliti yang terbatas dalam menggali konsep dan teori yang

berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA ,serta

baru pertama kali peneliti melakukan riset.

Page 51: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

43

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

memberikan beberapa saran

A. Kesimpulan

1. Analisa Univariat

Hasil penelitian pada analisa univariat mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian ISPA di Badan SAR Nasional berdasarkan :

a. Data demografi

kategori umur terbanyak pada umur 30-40 tahun dengan jumlah responden 47

(61,84%), kategori jenis kelamin 46 responden (60,53%) berjenis kelamin laki-

laki, kategori pendidikan terbanyak berpendidikan SARJANA dengan jumlah

responden 41 (53,95%), status perkawinan 63 responden (82,89%) berstatus

kawin. Untuk merokok 56 responden (73,68%) tidak merokok dan kejadiaan

ISPA dengan kategori ya berjumlah 40 (52,63%).

b. Faktor lingkungan

Distribusi berdasarkan faktor lingkungan dengan kategori baik berjumlah 40

responden (52,63%).

c. Faktor prilaku

Distribusi berdasarkan faktor prilaku dengan kategori tidak beresiko berjumlah

47 responden (61,84%).

Page 52: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

44

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA

Dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh 76 responden di peroleh bahwa

lingkungan yang baik serta pernah didiagnosa ISPA jumlahnya sama 20

responden (55,56 %) sedangkan lingkungan yang baik dan tidak pernah

terdiagnosa ISPA sebesar 16 responden (44,4%) . Sedangkan lingkungan yang

tidak baik dan pernah terdiagnosa ISPA dan yang tidak pernah ISPA sama

jumlahnya sebesar 20 responden(50%).

Dari data tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara ISPA dengan lingkungan. Nilai P value 0,799 sehingga H0 diterima.

b. Hubungan faktor prilaku dengan kejadian ISPA

Pada faktor prilaku yang beresiko dan pernah terdiagnosa ISPA sebesar 18

responden (56,41%) sedangkan prilaku yang beresiko dan tidak terdiagnosa ISPA

sebesar 11 responden (43,58%) . Untuk prilaku yang tidak beresiko dan pernah

terdiagnosa ISPA sebesar 22 responden ( 48,65%) sedangkang prilaku yang tidak

beresiko dan tidak terdiagnosa ISPA sebesar 25 responden(51,35%). Uji statistic

yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

ISPA dengan prilaku. Karena nilai P value 0,290 sehingga H0 diterima.

Page 53: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

45

B. Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan, peneliti ingin

menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat di perbanyak buku-buku tentang infeksi saluran pernafasa akut yang terjadi

pada orang dewasa. Walaupun penyakit ini sering disepelekan akan tetapi dengan

berkembanganya ilmu pengetahuan semakin banyak penemuan tentang penyebab

infeksi saluran pernafasan ini yang menyebabkan suatu wabah dan kematian.

2. Bagi Institusi Pelayanan

Penelitian berharap hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan untuk

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan Karyawan di Badan SAR Nasional

dengan mengurangi atau bila mungkin menghilangkan faktor-faktor yang

menyebabkan peningkatan jumlah penderita ISPA.

3. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar atau rujukan bagi penelitian lebih lanjut

tentang ISPA yang terjadi di Badan SAR Nasional, sehingga di ketemukan /diketahui

penyebab banyaknya penderita ISPA di sana.

Page 54: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff,H.,Mukty,Abdul,H. (2010). Dasar-dasar ilmu penyakit paru. (Cetakan

ketujuh). Surabaya: Airlangga University Press

Budiono,Sugeng,A.M.,Jusuf,R.M.S.danPusparini,A. (2005). Bunga rampai hiperkes

& KK ; Higiene perusahaan,ergonomi, Kesehatan kerja, Keselamatan kerja

(Edisi Kedua). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang

BudimandanRiyanto,A. (2013). Kapita selakta kuesioner pengetahuan dan sikap

dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI. (2004). Pedoman pemberantasan penyakit saluran nafas akut untuk

penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik , Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. (2005).

Pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran pernafasan

Dinkes Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. (2006). Jurnal kesehatan lingkungan

,volume 3

Hastono dan Sabri ,L. (2013). Statistik kesehatan. (Cetakan ke- 7). Jakarta: Rajawali

Pers

Halim,F. (2012). Hubungan faktor lingkungan fisik dengan kejadian infeksi saluran

nafas akut (ISPA) pada pekerja di industri mebel Dukuh Tukrejo Desa Bondo,

Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Universitas

Indonesia

Irianto,K. (2014). Ilmu kesehatan masyarakat. ( Cetakan kesatu). Bandung: Alfabeta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2012). Pedoman pengendalian infeksi

saluran pernafasan akut

Maryunani,A. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info

Media

Manurung,S.,Suratun.,dkk . (2013). Gangguan sistem pernafasan akibat infeksi.

(Cetakan kedua). Jakarta: CV. Trans Info Media

Mubarak dan Chayatin,N. (2009). Ilmu keperawatan komunitas; Pengantar dan teori.

Jakarta: Salemba Medika

Page 55: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

Military Medicine. (2011). Association between barracks type and acut respiratory

infection ina gender integrated army basic combat training population. http://

Search.Proquest.Com

Noor. (2013). Pengantar epidemiologi penyakit menular. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan;

pedoman skripsi, Tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. (Edisi ke 6).

Jakarta: Salemba Medika

Oktaviani,D.,Fajar N.A & G Purba.I. (2010). Hubungan kondisi fisik rumah dan

prilku keluarga terhadap kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Cambai

Kota Prabumulih. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Ronald. (2005). Gejala penyakitdan pencegahannya. Bandung: Yrama Widya

Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi; Untuk mahasiswa keperawatan (Edisi 3),

Jakarta: EGC

SAPALDIA Team. (2006). American journal of epidemiologi. http:// Search .

Proquest . Com

Sakti. (2012). Tinjauan tentang kualitas Udara Ambien (NO2, SO2, total suspended

partikulate) terhadap kejadian ISPA di Kota Bekasi Tahun 2004-2011.

Universitas Indonesia

Wibisono,Jusuf,M.,Winarnidan Hariadi, Slamet. (2010). Buku ajar ilmu penyakit

paru. (Cetakan ke II).Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-

RSUD Dr. Soetomo

Page 56: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

KUASIONER PENELITIAN

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI

SALURAN NAFAS AKUT DI BADAN SAR NASIONAL

TAHUN 2015

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah semua nomor yang berbentuk pertanyaan dan pernyataan yang ada pada kuisioner

dengan jawaban yang jujur sesuai dengan kondisi yang ada.

2. Pilihlah salah satu kotak kosong yang disediakan di samping pertanyaan atau pernyataan

dengan memberi tanda chek list (v) dengan menggunakan bolpoin.

3. Isilah sesuai dengan nomor pertanyaan atau pernyataan.

4. Bila ada pertanyaan atau pernyataan yang tidak dimengerti silahkan tanyakan langsung

pada peneliti.

I. Identitas Responden

a. Nomor Responden * : *(Diisi peneliti)

b. Nama (inisial) :

c. Tanggal Lahir :

d. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Perempuan

e. Pendidikan : SLTA

Akademi

Sarjana/Magister

f. Pekerjaan :

g. Status perkawinan : Tidak kawin

Kawin

Janda/Duda

h. Merokok : Tidak

Ya

Page 57: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

i. Jika merokok berapa batang sehari : batang/hari

j. Sejak kapan mulai merokok : bulan tahun

k. Terdiagnosa ISPA* : Tidak *(Di isi peneliti)

Ya

II. Kuisioner penilaian faktor lingkungan

1. Apakah ditempat kerja Bapak/Ibu/Saudara terpapar oleh asap rokok ?

tidak Ya

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mudah tertular orang yang sedang sakit batuk/flu ?

tidak Ya

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudra tinggal di pemukiman padat ?

tidak Ya

4. Apakah tempat tinggal Bapak/Ibu/Saudara dekat dengan jalan raya atau jalan

utama ?

Tidak Ya

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri ?

Tidak Ya

6. Apakah memiliki petugas kebersihan dilingkungan rumah ?

Tidak Ya

7. Apakah pengolahan sampah Bapak/Ibu/Saudara dibakar didekat rumah ?

Tidak Ya

8. Apakah tempat bekerja Bapak/Ibu/Saudara memiliki ventilasi udara yang cukup ?

Tidak Ya

Page 58: LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG …

III. Kuisioner penilaian faktor prilaku

No Pernyataan Sangat

setuju

Setuju Kurang

setuju

Tidak

setuju

Sangat

tidak

setuju

1 Saya merasa rileks atau nyaman saat

merokok

2 Saya selalu menutup hidung bila ada

asap atau debu

3 Saya selalu memakai masker saat

berkendara dan saat batuk

4 Saya segera berobat saat saya

flu/batuk

5 Saya selalu menutup mulut & hidung

saat bersin dan batuk dan saya tidak

meludah sembarangan

6 Saya selalu mencuci tangan sebelum

dan sesudah makan

7 Saya selalu melakukan olah raga

secara rutin

8 Frekuensi olah raga saya lakukan

minimal 2 x /minggu