Upload
doanlien
View
225
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PPEENNDDAAMMPPIINNGGAANN KKAAWWAASSAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN GGPP--PPTTTT
TTAANNAAMMAANN PPAANNGGAANN ((PPAADDII,, JJAAGGUUNNGG,, KKEEDDEELLAAII))
DDII PPRROOVVIINNSSII AACCEEHH
BBAALLAAII PPEENNGGKKAAJJIIAANN TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN PPRROOVVIINNSSII AACCEEHH
BBAALLAAII BBEESSAARR PPEENNGGKKAAJJIIAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN
BBAADDAANN PPEENNEELLIITTIIAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRTTAANNIIAANN
KKEEMMEENNTTRRIIAANN PPEERRTTAANNIIAANN
22001155
Nama Peneliti Utama : Ir. Chairunas, MS.
i
LLEEMMBBAARRAANN PPEENNGGEESSAAHHAANN
1. Judul RDHP : Pendampingan Kawasan Pengembangan GP-PTT Tanaman Pangan (Padi, Jagung, Kedelai) di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh 3. Alamat Unit Kerja Jl. P. Nyak Makam no 27 Banda Aceh 4. Sumber Dana : APBN 2015 5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab :
a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan
: : :
Ir. Chairunas, MS Pembina/IVa Peneliti Madya
7. Lokasi : 1. Kabupaten Aceh Barat 2. Kabupaten Aceh Timur 3. Kabupaten Aceh Tenggara 4. Kabupaten Pidie Jaya
8. Agroekosistem : Lahan sawah / lahan kering 9. Tahun mulai : 2015
10. Tahun selesai : 2015 11. Output tahunan : Terjadinya peningkatan produktivitas padi, jagung
dan kedelai masing-masing sebesar 10-15 % di lokasi kawasan pendampingan.
12. Output akhir : Meningkatnya pendapatan petani tanaman pangan dan tercapainya target untuk swasembada pangan nasional.
13. Biaya : Rp. 746.200.000,- (Tujuh ratus empat puluh enam juta dua ratus ribu rupiah)
Koordinator Program
Dr. Rahman Jaya, M.Si NIP. 1970305 200003 1 001
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si.
NIP. 19600811 198503 1 001
Penanggung Jawab
Ir. Chairunas, M.S. NIP. 19551010 198203 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya
penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pendampingan Kawasan Pengembangan
GP-PTT Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai) di Provinsi Aceh.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang ada
di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan
ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan
ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab, Ir. Chairunas, MS NIP. 19551010 198203 1 001
iii
RINGKASAN
1 Judul : Pendampingan Kawasan Pengembangan GP-PTT Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai) di Provinsi Aceh
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
3 Lokasi : 1. Kabupaten Aceh Barat, 2. Kabupaten Aceh Timur , 3. Kabupaten Aceh Tenggara dan 4. Kabupaten Pidie Jaya ogor, Jakarta yahndonesia
4 Agroekosistem : Lahan Sawah / lahan kering Agroekosistem
5 Status (L/B) : Baruu
6 Tujuan : Melaksanakan pendampingan kawasan pengembangan PTT padi, jagung dan kedelai dalam bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie Jaya untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk tanaman jagung.
Meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-15 % pada lokasi pendampingan
Sebagai bahan KTI yang dipublikasikan di tingkat nasional.
7 Keluaran : Terlaksananya pendampingan kawasan pengembangan PTT padi, jagung dan kedelai dalam bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie Jaya untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk tanaman jagung.
Meningkatnya produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-15 % pada lokasi pendampingan
Karya tulis ilmiah (KTI) yang dipublikasikan di tingkat nasional.
8 Hasil : Meningkatnya kemampuan petani dalam
menerapkan teknologi budidaya tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) dan upaya meningkatkan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai dengan prinsip partisipatif, terpadu, sinergis dan dinamis.
Pendampingan GP-PTT tanaman pangan telah dapat meningkatnya produktivitas padi, jagung
iv
dan kedelai masing-masing 0.97 t/ha (15.25%), 1.22 t/ha (15.06%) dan 0.34 t/ha (21.25%) dibandingkan dengan teknologi petani.
9 Prakiraan Manfaat : - Dengan adanya pendampingan kawasan padi
petani dapat mengadopsi teknologi padi sesuai rekomendasi di kawasan tersebut.
- Tersebarnya teknologi hasil rekayasa badan litbang ke petani dan pengguna.
10 Prakiraan Dampak : Terjadinya peningkatan produktivitas kedelai >15-20
% per hektar pada lokasi kawasan pendampingan.
11 Metodologi : 9 tahapan: persiapan, pembentukan kelompok, sosialisasi, penguatan kelembagaan, perencanaan, pelatihan, pelaksanaan, pembiayaan, dan monitoring evaluasi. dgkajian akan difokuskan di 7 provinsi erpi yang dibahas.
12 Jangka Waktu : 1 (satu) Tahun
13 Biaya : Rp. 746.200.000,- (Tujuh ratus empat puluh enam
juta dua ratus ribu rupiah)
v
SUMMARY
1 Title :
2 Implementation Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology Aceh Province
3 Location : 1. Aceh Barat Distric
2. Aceh Timur Distric ,
3. Aceh Tenggara Districo and
4. Pidie Jaya Distric, go yahndonesia
4 Agro ecosystem : wetland / upland
5 Status : New
6 Objectives
: Implement technology assistance ACM rice, corn and soybeans in the form of training and demonstration plots at four locations / districts in Aceh Province, namely Pidie Jaya district to plant soybeans, Aceh Timur and Aceh Barat for rice and Aceh Tenggara District to plant corn.
Increase the productivity of rice, corn and soybean respectively by 10-15% at the location assistance
As scientific papers material published at the national level.
7 Output
: Implementation of technology assistance ACM rice, corn and soybeans in the form of training and demonstration plots at four locations / districts in Aceh Province, namely Pidie Jaya district to plant soybeans, Aceh Timur and Aceh Barat for rice and Aceh Tenggara District to plant corn.
Increased productivity of rice, corn and soybean respectively by 10-15% at the location assistance
Scientific paper, published at the national level.
8 Outcomel : Increased ability of farmers in applying the
technology cultivation of food crops (rice, corn, soybeans) and efforts to improve productivity through the approach of Integrated Crop Management (ICM) Soy with the principles of participatory, site-specific, integrated, synergistic or harmonious and
vi
dynamic.
9 Expected Benefits : - With the assistance of regional rice paddy farmers can adopt technology as recommended in the region.
- The spread of technology R & D body engineered to farmers and users.
10 Expected impact : An increase in the productivity of soybean> 15-
20% per hectare in area location assistance. 11 Procedure
: 9 stages: preparation, group formation,
socialization, institutional strengthening, planning, training, implementation, financing, and monitoring and evaluation. dgkajian akan
difokuskan di 7 provinsi erpi yang dibahas.
12 Duration : 1 year
13 Budget : Rp 746.200.000,-
vii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
RINGKASAN iii
SUMMARY iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL. vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Pertimbangan 1.3. Tujuan 1.4. Keluaran yang Diharapkan 1.5. Hasil yang Diharapkan 1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1 1 3 4 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA.
2.1. Kerangka Teoritis 2.2. Prinsip PTT 2.3. Strategi PTT
6 6 6 7
III. PROSEDUR. 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan. 3.2. Pendekatan 3.3. Bahan dan Peralatan 3.4. Komponen Teknologi PTT 3.5. Teknik Desiminasi
9 9 9
11 11 12
IV. HASIL YANG DICAPAI
4.1. Koordinasi dengan Instansi Terkait
4.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh
4.3. Penanaman Sistem Jarwo 2 : 1
4.4. Hasil Penerapan Teknologi Ditingkat Petani
14
14
16
20
23
V. KENDALA DAN SOLUSI/UPAYA PEMECAHANNYA 29
VI. KESIMPULAN 29
viii
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 32
ix
No DAFTAR TABEL
Halaman
1 Informasi Lokasi Pendampingan GP-PTT Kawasan Padi / Jagung / Kedelai
16
2 Narasumber dalam Pelatihan Usahatani Padi di Kawasan yang Didampingi
17
3a Tingkat Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Kawasan yang Didampingi
24
3b Tingkat Penerapan Teknologi Jagung Spesifik Lokasi pada Kawasan yang Didampingi
25
3c Tingkat Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Kawasan yang Didampingi
26
4 Jumlah Poktan yang Sudah Mendapat Sosialisasi Rekomendasi KATAM Tahun 2016
27
5 Demplot 27
6 Display Varietas Padi 28
7 Peran BPTP Dalam Penyebaran Informasi Teknologi Pertanian
28
8 Frekuensi Kunjungan Peneliti/Penyuluh BPTP ke Lapangan Dalam Rangka Pengawalan Teknologi
28
9 Luas Penerapan Tanam Jajar Legowo (Jarwo) dan Produktivitas Padi
29
x
No DAFTAR GAMBAR Halaman
1 Koordinasi dengan Dinas Pertanian Peternakan Kabupaten Aceh Barat
14
2 Koordinasi dengan Dinas Pertanian Peternakan Kabupaten Aceh Barat
14
3 Koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Aceh Tenggara
15
4 Koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pidie Jaya
15
5 Pelatihan Petani Padi Sawah di Samatiga Kabupaten Aceh Barat
16
6 Pelatihan Petani Padi Sawah di Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur
18
7
Petani Padi Sawah Menarik Caplak di Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur
19
8
Pelatihan Petani Jagung di Lawe Sigalagala Kabupaten Aceh Tenggara
19
9
Penanaman Padi Sawah Sistem Jarwo 2 : 1 di Kabupaten Aceh Barat
20
10
Penanaman Padi Sawah Sistem Jarwo 2 : 1 di Kabupaten Aceh Timur
22
xi
No DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Analisis Resiko
2 Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Barat
32
3 Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Timur
32
4 Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Tenggara
36
5 Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Pidie Jaya
37
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya
industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya
menjadi amat penting dan strategis. Komoditi padi, jagung dan kedelai berperan
untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat, protein masyarakat.
Pada Tahun 2013 produksi padi nasional 71,28 juta ton dengan luas panen
13,84 juta hektar dan produktivitas 51,52 ku/ha, jagung 18,51 juta ton dengan luas
panen 3,82 juta hektar dan produktivitas 48,44 ku/ha dan produksi kedelai nasional
0,78 juta ton dengan luas panen 0,55 juta hektar dan produktivitas 14,16 ku/ha.
Provinsi Aceh pada tahun yang sama (2013) produksi padi sebesar 1,96 juta ton
dengan luas panen 0,42 juta hektar dan produktivitas 46,68 ku/ha, jagung 0,18 juta
ton dengan luas panen 0,04 juta hektar dan produktivitas 40,33 ku/ha dan produksi
kedelai sebesar 0,045 juta ton dengan luas panen 0,03 juta hektar dan produktivitas
14,72 ku/ha. (Statistik Indonesia.
Program Badan Litbang Pertanian 5 tahun mendatang secara nasional adalah
peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu
menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan
produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi. Program ini nantinya mempunyai
tiga keluaran yaitu: (1) meningkatnya ketersediaan benih dan bibit sumber tanaman;
(2) meningkatnya ketersediaan paket teknologi budidaya tanaman, ternak,
pengelolaan lahan dan pupuk; dan (3) meningkatnya ketersediaan teknologi,
mekanisasi dan pascapanen.
Guna merealisasikan tiga keluaran tersebut, sebelas rencana aksi telah
disiapkan dalam pencapaiannya, diantaranya: (1) Pendampingan SL-PTT mendukung
P2BN melalui penyediaan benih sumber dan teknologi pupuk organik, 10 varietas
sangat genjah, benih sumber (padi) kelas BS; (2) Pendampingan dan penyediaan
benih sumber hortikultura mendukung pengembangan kawasan hortikultura,
tersedianya varietas unggul baru buah dan varietas unggul baru tanaman hias
2
(Badan Litbang, 2009).
Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2013 dan 2014, maka pada tahun
2015 fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas
4.625.000 hektar untuk padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo dan jagung hibrida.
Pelaksanaan pada tahun 2015 akan mendapat fasilitasi/dukungan penyediaan benih
padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, melalui Bantuan Langsung Benih Unggul
(BLBU) dengan sistim subsidi.
Melalui penerapan PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang
tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan
budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani
menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka
peningkatan produksi padi. Namun demikian wilayah di luar PTT akan tetap
dilakukan pembinaan peningkatan produksi sehingga produksi dan produktivitas
tahun 2013 dapat meningkat (Dirjen Tanaman Pangan, 2012).
Pada prinsipnya PTT adalah pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan
pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara
terpadu. SL-PTT adalah kombinasi teknologi pilihan yang penerapannya disesuaikan
dengan kondisi dan potensi setempat. Pada dasarnya PTT bukanlah suatu paket
teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi bahkan filosofi bagi
peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah air, dan unsur hara
serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan (Dirjen
Tanaman Pangan, 2012).
Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan (padi, jagung,
kedelai) dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri nasional yang
setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 1,4 % kebutuhan beras nasional dipenuhi
dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6 ton/ha (Dirjen Tanaman Pangan,
2013). Produktivitas padi Provinsi Aceh mengalami peningkatan dari 4,65 ton per
hektar pada 2011, menurun jadi 4,61 ton per hektar pada 2012, sedangkan target
peningkatan pada tahun 2013 4,72 ton per hektar (Distan Tanaman Pangan Aceh,
2013).
Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi produksi
dan pekembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan lahan sawah
potensial ada seluas 408.486 ha tersebar pada 21 kabupaten/kota. Dari data tersebut
3
menunjukkan bahwa setiap musim tanam Aceh membutuhkan benih padi 12,25 juta
ton dengan perhitungan kebutuhan benih 30 kg/ha. (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2012).
BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah BBP2TP
yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi
sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui
kegiatan desiminasi. Salah satu kegiatan diseminasi yang akan dilaksanakan dalam
upaya meningkatkan adopsi teknologi yaitu kegiatan SL-PTT.
Pendampingan PTT yang dilakukan oleh BPTP Aceh bertujuan agar teknologi
Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam PTT, sehingga
pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
peningkatan produksi padi.
Diharapkan dengan penerapan PTT padi di Provinsi Aceh mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani, meningkatkan efisiensi biaya
usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi,
serta terjaganya kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan
kehidupan secara keseluruhan.
1.2. Dasar Pertimbangan
Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Aceh sesuai dengan
kerangka pelaksana SL-PTT padi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan meliputi; (1)
Memberikan informasi PTT dalam bentuk bahan cetakan kepada petugas lapang, (2)
Pembuatan demplot PTT, (3) Sosialisasi varietas VUB, (4) Menjadi narasumber pada
saat pelatihan ditingkat kabupaten dan BPP, dan (5) Menjadi narasumber dan
supervisi teknologi pada saat pertemuan petugas lapangan dan petani.
Salah satu faktor penghambat dalam adopsi teknologi oleh petani adalah belum
adanya keyakinan petani terhadap manfaat teknologi itu sendiri sebelum melihatnya
secara langsung. Dalam penerapan teknologi sesuai dengan yang dianjurkan, petani
mengalami hambatan psikologis berupa kekuatiran apakah hasil produksi akan sesuai
seperti yang diharapkan, padahal biaya input sudah lebih tinggi. Untuk mengatasi
hambatan psikologis tersebut, penerapan teknologi di lahan pertanian dilaksanakan
sebagai gelar teknologi (demonstrian plot/ farm), dan menjadi contoh bagi petani
agar secara langsung dapat dilihat manfaat dari penerapan teknologi sesuai anjuran.
4
Dalam berusahatani padi, dan kedelai petani umumnya menggunakan benih
bermutu rendah dan varietasnya konvensional, tanam bibit umur tua (>25 hari
setelah sebar) dan >5 bibit per lubang sehingga benih yang digunakan jumlahnya
banyak (> 40 kg/ha), tanam tidak serentak, menggunakan pupuk tidak berimbang
dengan N tinggi (> 400 kg urea/ha) dan tidak menggunakan bahan organik,mengairi
terus-menerus (menggenang) terutama di lokasi mudah diairi, mengendalikan OPT
kurang sempurna sehingga serangannya tetap tinggi, serta cara panen kurang
sempurna sehingga kehilangan hasilnya tinggi. Hal ini berdampak pada produktivitas
tanaman kurang optimal, biaya produksi tinggi (kurang efisien), masalah OPT
menjadi lebih komplek, kesuburan tanah turun.
Sebagai kewajiban dan tugas dari Badan Litbang Pertanian dalam rangka
melaksanakan program SL-PTT, maka BPTP Aceh secara intensif melakukan
pengawalan dan pendampingan oleh para peneliti/penyuluh terkait inovasi teknologi
peningkatan produksi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai).
1.3. Tujuan
Melaksanakan pendampingan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam
bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh,
yaitu Kabupaten Bireuen untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan
Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk
tanaman jagung.
Meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-
15 % pada lokasi pendampingan
Sebagai bahan KTI yang dipublikasikan di tingkat nasional.
1.4. Keluaran yang diharapkan
Terlaksananya pendampingan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam
bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh,
yaitu Kabupaten Bireuen untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan
Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk
tanaman jagung.
Meningkatnya produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-
15 % pada lokasi pendampingan
Karya tulis ilmiah (KTI) yang dipublikasikan di tingkat nasional.
5
1.5. Hasil yang diharapkan
Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi dan upaya
untuk meningkatkan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) padi, jagung dan kedelai dengan prinsip partisipatif, spesifik lokasi,
terpadu, sinergis atau serasi dan dinamis.
1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan manfaat dari kegiatan ini adalah dengan meningkatnya
produktivitas padi, jagung dan kedelai akan meningkatkan kesejahteraan petani dan
mengurangi impor kedelai.. sedangkan dampak nya adalah meningkatnya minat
petani untuk bertanam padi, jagung dan kedelai pada lahan lahan sawah tadah hujan
dan lahan kering setelah panen padi sawah.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Padi, jagung dan kedelai merupakan salah komoditi pangan utama
masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan pangan (padi, jagung dan kedelai) terus
meningkat dari tahun ke tahun baik sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun
sebagai bahan baku industri skala besar (pabrikan) hingga skala kecil (rumah
tangga). Padi merupakan salah satu komoditas penting di dunia, sebab sekitar 90%
dihasilkan dan dikonsumsi sebagai makanan pokok bagi penduduk di negara-negara
Asia dengan nilai perdagangan beras global mencapai US$ 6,88 billion. (BPS RI,
2012.) Sedangkan di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok bagi sekitar
95% penduduk dengan konsumsi beras 108-137 kg per kapita. Oleh karena itu
peningkatan produksi padi di Indonesia harus tetap dilakukan lebih tinggi dari laju
pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,3% per tahun. (BPS RI, 2012).
Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya ± 2.300.000 ton. Untuk
memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, produksi dalam negeri saat ini (ATAP Tahun
2010, BPS) baru mampu memenuhi ± 907.031 ton ( ± 41,22 %) dari kebutuhan
sedangkan ARAM III Tahun 2011 baru mencapai 870.068 atau 37,85 % dari total
kebutuhan, sedangkan kekurangannya berasal dari impor. Besarnya impor tersebut,
menyebabkan kehilangan devisa negara yang cukup besar dan sangat rentan
terhadap Ketahanan Pangan Nasional.
2.2. Prinsip PTT
Penerapan PTT didasarkan pada 4 prinsip utama, yaitu:
Partisipatif: artinya PTT membutuhkan partisipasi berbagai pihak, baik fasilitator
atau petugas (Penyuluh, POPT, PBT, Widyaiswara, Peneliti) maupun petani.
Petugas mendorong partisipasi aktif petani pelaksana dalam memilih dan
menentukan teknologi yang akan diterapkan pada lahan usahataninya serta
mendorong agar petani dapat menguji teknologi rekomendasi tersebut sesuai
dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran,
Integrasi atau Terpadu: artinya PTT merupakan suatu keterpaduan
pengelolaan sumberdaya lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman
(OPT) dan iklim secara bijak untuk menjamin keberlanjutan proses produksi,
7
Dinamis atau Spesifik Lokasi: artinya PTT memperhatikan kesesuaian teknologi
yang dikembangkan dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial ekonomi
petani. Komponen teknologi di dalam PTT bukan “paket teknologi” yang bersifat
tetap, kaku atau “fixed” melainkan komponen teknologi yang dikembangkan
bersifat fleksibel dan petani diberikan ruang dan kesempatan untuk memilih,
menentukan, menetapkan, mencoba, menguji, mengevaluasi dan memperbaiki
teknologi sesuai dengan permasalahan usahatani, kebutuhan teknologi dan
karakteristik sumberdaya (lahan, air, iklim, OPT, sosial ekonomi, dan sosial
budaya) setempat (spesifik lokasi) sehingga bersifat dinamis.
Interaksi atau Sinergisme: artinya PTT memanfaatkan teknologi pertanian
terbaik yang dihasilkan, dimaksudkan mendapatkan efek sinergisme dari
interaksi akibat penerapan berbagai komponen teknologi PTT, baik tergolong ke
dalam teknologi dasar maupun tergolong ke dalam teknologi pilihan (alternatif).
2.3. Strategi PTT
Peningkatan Produktivitas
Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui: (a) penggunaan
varietas unggul/bibit unggul bermutu, (b) pemupukan secara berimbang, (c)
pengelolaan pengairan, (d) aplikasi teknologi budidaya seperti, penyiapan
lahan, pengaturan jarak tanam, pemberian mulsa, (e) pemeliharaan dan
sanitasi, (f) optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian, dan (g)
perbaikan budidaya, panen dan pasca panen disertai pengawalan, sosialisasi,
pemantauan, pendampingan dan koordinasi.
Perluasan Areal
Perluasan areal dilaksanakan melalui: (a) pemberdayaan atau optimalisasi
lahan kering/lahan terlantar pada daerah- daerah transmigrasi/
Perhutani/Inhutani/PTPN, (b) Investasi pihak Swasta, dan (c) Kemitraan.
Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dilakukan dalam rangka mengamankan produksi dari
(a) serangan hama dan penyakit, (b) dampak perubahan iklim seperti banjir
dan kekeringan, (c) pengamanan kualitas produksi akibat residu pestisida.
Pengamanan produksi terhadap serangan hama dilakukan melalui
pengendalian secara secara kultur teknis, fisik dan mekanis serta secara
8
kimiawi, sedangkan upaya pengamanan produksi akibat dampak perubahan
iklim adalah dengan antisipasi dampak perubahan iklim dan upaya-upaya lain
yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.
Penyempurnaan Manajemen
Strategi ini dilakukan melalui antara lain : a). Kebijakan pasar, distribusi dan
harga hasil produksi; b). Kebijakan peluang usaha yang kondusif dan
pertanggungan resiko petani; c). Kerjasama Pusat, Diperta Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Petani dan Pengusaha/Sawasta; d).
Perbaikan sistem perencanaan, data dan informasi.
9
III. PROSEDUR
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan pendampingan GP-PTT padi-jagung-kedelai oleh BPTP Aceh
merupakan program stategis kementerian pertanian. Dalam pelaksanaannya BPTP
Aceh bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Kabupaten, Badan Pelaksana
Penyuluhan Kabupaten Pidie dan penyuluh pertanian lapang (PPL). Model GP- PTT
padi-jagung-kedelai di suatu wilayah dapat berbeda dengan di wilayah lain,
bergantung pada masalah yang akan diatasi.
Langkah pertama dalam mengembangkan suatu model GP-PTT padi-jagung-
kedelai spesifik lokasi adalah : (1) mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2)
mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3)
mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4)
mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang tersedia dengan
sosial budaya petani (Kartaatmadja dan Fagi, 2000). Dari hasil identifikasi
permasalahan yang telah dilakukan dapat disimpulkan masalah-masalah utama yang
ditemukan di desa contoh. Dari sini dapat diidentifikasi teknologi-teknologi yang
tersedia serta teknologi yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Cakupan kegiatan,
meliputi: (a) koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah daerah/kabupaten, (b)
membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) untuk menggali potensi
dan permasalahan di lokasi pendampingan GP-PTT, (c) apresiasi teknologi PTT, (d)
bimbingan penerapan teknologi PTT, (e) display varietas, f) melatih tenaga inti
pelaksana, serta g) monev pendampingan GP-PTT.
3.2. Pendekatan
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat,
maka proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkaan pada hasil analisis
potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan Participatory Rural Appraisal
(PRA). Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang akan
diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen
teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA
memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah
10
utama di wilayah setempat (Suryana A, dkk, 2008). PRA dilaksanakan di salah satu
desa dalam kabupaten sasaran oleh tim peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang telah
mendapatkan pelatihan PRA sebelumnya dan dilaksanakan bersama-sama dengan
petani dan PPL di tingkat kecamatan. Dalam kegiatan ini fokus identifikasi dilakukan
terhadap:
Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan hidrologi,
peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, kalender musim, rangking
matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus
sumberdaya.
Identifikasi dan analisa permasalahan
Persepsi petani mengenai permasalahan dan akar permasalahan
Peluang mengatasi permasalahan
Bentuk dukungan yang akan dilakukan BPTP Aceh adalah sebagai berikut:
- Penyediaan benih sumber tanaman padio-jagung-kedelai yaitu varietas unggul
yang adaptif seperti varietas Inpari 16, Inpari 15 untuk padi sawah, varietas
Bima 19, Bima 20 dan Pioner 23 untuk jagung hibrida, varietas Anjasmoro,
Kipas Merah untuk kedelai. Komponen teknologi yang digunakan didasarkan
kepada hasil assessment dengan petani pada waktu pelaksanaan PRA. Dalam
pelaksanaan pengkajian dilakukan monitoring/pengamatan terhadap serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT).
- Penyediaan informasi, juklak, juknis, dan prototipe GP-PTT padi-jagung-
kedelai bagi pemandu lapangan.
Teknologi & tool spesifik lokasi PTT diterapkan pada seluruh lokasi pendampingan
GP-PTT padi-jagung-kedelai diharapkan dapat mengikutinya melalui kegiatan
diseminasi yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh.
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai
dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, yang meliputi
perkembangan pelaksanaan GP-PTT, hasil yang telah dicapai, pemecahan
permasalahan dan lain-lain. Evaluasi juga dilaksanakan oleh petugas Pusat,
Provinsi dan Kabupaten, setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam PTT selesai
dilaksanakan. Evaluasi meliputi: 1) Komponen kegiatan pelaksanaan PTT, 2)
Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di lokasi LL
dan 4) Penerapan komponen teknologi PTT dan lain-lain.
11
3.3. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan adalah :
- Benih padi varietas Inpari 15, Cigeulis, dan Ciherang
- Bemih jagung varietas Bima 19, Bima 20, dan Pioner 23
- Benih kedelai varietas Anjasmoro, Kipas Merah
- Pupuk NPK, Urea, SP36, KCl, pupuk organic
- PPC (Pupuk Pelengkap Cair)
- Herbisida
- Insektisida
- Fungisida, dll
Peralatan :
- Hand traktor
- Caplak tanam legowo 2 : 1 padi sawah
- Sprayer Solo
- Cangkul , parang, sabir bergerigi
- Landak untuk buang rumput
- Alat tugal benih jadung dan kedelai
3.4. Komponen Teknologi PTT
Komponen teknologi pendukung teknologi PTT kedelai yang diterapkan
adalah sebagai berikut:
Varietas unggul,
Benih berkualitas, daya kecambah >85%
Penyiapan lahan, olah tanah konservasi.
Saluran irigasi dan drainase drainase,.
Populasi tanaman optimal
Penananam
Pemupukan: menggunakan pupuk tunggal (urea,SP-36, KCl), pupuk majemuk
NPK, kompos, dan PPC
Penyiangan, untuk tanaman padi menggunakan landak dilakukan pada umur
15-20 hst dan umur 35-40 hst, untuk jagung dan kedelai menggunakan
cangkul dan herbisida
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
Panen dan pasca panen :
12
1. untuk tanaman padi panen dilakukan setelah gabah masak (matang
fisiologis), tanaman padi dipotong 30-40 cm diatas permukaan tanah
menggunakan sabit bergerigi, dikeringkan, kemudian dirontok
menggunakan threser, dibersihkan, gabah yang sudah bersih
dimasukan kedalam karung.
2. Untuk tanaman jagung, setelah tongkol masak (biji keras, ada lapisan
hitang di berisan biji pada tongkol) dapat dipanen, dipisahkan
kelobotnya, dikeringkan, dipipil, ditimbang. Kalau biji disimpan lama
perlu dikeringkan sampai kadar air biji 10%
3. Untuk tanaman kedelai, pemanenan dilakukan setelah polong masak
(warna polong kuning, coklat tua, daun sebagian besar sudah rontok,
bila biji ditekan sudah keras) dengan cara batang kedelai di dipotong
menggunakan sabit bergerigi di pangkal batang, dikeringkan,
kemudian dipisahkan polong dengan bijinya menggunakan treshar.
3.5. Teknik Diseminasi
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Penyampaian materi penyuluhan dalam bentuk lisan dan tulisan
Materi yang disampaikan adalah :
Padi sawah
- Penggunaan bibit muda (umur <17 hss)
- Tanam padi sistem legowo 2:1 menggunakan caplak
- Pemupukan sesuai kebutuhan (pemupukan berimbang)
- Pengendalian hama terpadu
- Panen dan pasca panen sesuai katam
Jagung
- Penggunaan varietas unggul baru
- Pemupukan sesuai kebutuhan (pemupukan berimbang)
- Pengendalian hama terpadu
- Panen dan pasca panen
Kedelai
- Penggunaan benih bermutu
- Pemupukan sesuai kebutuhan (pemupukan berimbang)
- Pengendalian hama terpadu
13
- Panen dan pasca panen
Komponen teknologi yang diterapkan :
Padi sawah
- VUB (Inpari 15, Inpari 16)
- Tanam benih muda (umur <17 hss)
- Tanam sistem legowo 2 : 1 menggunakan caplak
- Pemupukan berimbang
- Pemberian kompos (bahan organik)
- PHT
Jagung
- VUB jagung hibrida Bima 19, Bima 20, Pioner 23
- Pemupukan berimbang (Urea=450 kg/ha + SP36=150 kg/ha +
KCl=100 kg/ha
- Pengendalian gulma dan pembumbunan
Kedelai
- VUB kedelai varietas Anjasmoro, Kipas Merah
- Pemupukan berimbang (urea=60kg/ha + Sp36=100 kg/ha +
KCl=100 kg/ha diberikan secara tugal
- PHT
- Pengendalian gulma (siang 2 kali)
14
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Koordinasi dengan Instansi Terkait
Kegiatan dilakukan meliputi: koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah
daerah/kabupaten yaitu dinas pertanian, badan penyuluhan dan balai penyuluhan
pertanian, dengan membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) untuk
menggali potensi dan
permasalahan di lokasi
pendampingan, apresiasi
teknologi PTT, melakukan
bimbingan penerapan PTT,
mendampingi pelaksanaan
demplot PTT, melatih tenaga
inti pelaksana, serta
melakukan monitoring
pendampingan GP-PTT.
Penyebaran materi GP-PTT
melalui bimbingan di
lapangan kepada penyuluh di
lokasi-lokasi demoplot
melalui pertemuan kelompok
berturut-turut untuk lokasi
GP-PTT padi/jagung/kedelai.
Identifikasi lokasi
pendampingan GP-PTT padi,
jagung dan kedelai (Tabel
1.) yang meliputi : (1)
mengidentifikasi masalah di
suatu tempat, (2) mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik
maupun biologi, (3) mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu
ekosistem, dan (4) mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang
tersedia dengan sosial budaya petani. Dari hasil identifikasi permasalahan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan masalah-masalah utama yang ditemukan di desa contoh.
Gambar 1. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kab.
Aceh Barat
Gambar 2. Koordinasi dengan BP4K Kabupaten
Aceh Timur
15
Dari sini dapat diidentifikasi
teknologi-teknologi yang
tersedia serta teknologi
yang perlu dikembangkan
lebih lanjut dalam
Demonstrasi Plot.
Masalah utama
yang dihadapi petani padi
sawah adalah produktivitas
rata-rata masih dibawah
potensi hasil dan hasil pengkajian yaitu 5.5 ton/ha sedangkan hasil pengkajian telah
mencapai 7-8 ton/ha. Rendahnya produktivitas padi tersebut disebabkan oleh dua
factor utama yaitu : jumlah
populasi masih rendah, bibit
umur tua (20-25 hari setelah
tanam), pemupukan belum
berimbang. Untuk
meningkatkan produktivitas
padi perlu dilakukan
penerapan teknologi jajar
legowo (jarwo 2 : 1),
menggunakan benih muda
(<17 hari setelah semai).
Pada tanaman jagung masalah utama sama dengan padi yaitu produktivitas masih
dibawah potensi hasil dan hasil penelitian, hasl ini disebabkan petani masih belum
melakukan pemupukan berimbang dan populasi masih kurang. Sedangkan pada
tanaman kedelai masalah utama adalah benih bermutu sulit diperoleh petani tepat
waktu dan tepat jumlah, hama penyakit, pertumbuhan gulma, pemupukan belum
berimbang, dan populasi tanaman rendah. Kendala tersebut manyebabkan
produktivitas kedelai di tingkat petani rendah (1.1 – 1.5 ton/ha), sedangkan hasil
penelitian dapat mencapai 2 - 2.5 ton/ha
Gambar 3. Koordinasi dengan BP4K Kabupaten
Aceh Tenggara
Gambar 4. Koordinasi dengan BP4K Kabupaten
Pidie Jaya
16
Tabel 1. Informasi Lokasi Pendampingan GP-PTT Kawasan Padi/Jagung/Kedelai di Provinsi Aceh Tahun 2015
Luas Kawasan: 170 ha (Padi)
Kabupaten
Kecamatan
Desa Jumlah poktan
terlibat per desa
(poktan)
Jumlah anggota per Poktan
(orang/ poktan)
1. Aceh Barat 1 Samatiga 1 Suak Timah 2 poktan 116 orang
2. Aceh Timur 1 Simpang Ulim 1 Peulalu 2 poktan 154 orang
Luas Kawasan: 250 ha (Jagung)
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Jumlah poktan
terlibat per desa
(poktan)
Jumlah anggota
per Poktan
(orang/ poktan) 1. Aceh Tenggara
1
Lawe Sigala
1
Lawe
Kesumpat 2 poktan 125 orang
Luas Kawasan: 66 ha (Kedelai)
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Jumlah poktan
terlibat per desa
(poktan)
Jumlah anggota
per Poktan
(orang/ poktan) 1. Pidie Jaya 1 Bandar Baru 1 Musa 2 poktan 58 orang
4.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh
Kabupaten Aceh Barat
Pelatihan petani dan penyuluh kegiatan Pendampingan Program
Strategis Kementerian
Pertanian Pengelolaan
Tanaman Terpadu
(PTT) Tanaman
Pangan (padi) Tahun
2015, di Kabupaten
Barat dilakukan di BPP
Samatiga Kabupaten
Aceh Barat. Hari
pertama melakukan
Gambar 5. Pelatihan Petani Padi Sawah di Sama
Tiga Kab. Aceh Barat
17
persiapan untuk ruangan pelatihan dan tempat pembelian akomodasi makan
dan minum peserta didampingi penyuluh. Kemudian melakukan cek ulang
ke Badan Penyuluhan dan Dinas Pertanian Aceh Barat untuk kesiapan
narasumber. Hari kedua dilakukan persiapan terhadap akomodasi dan
pemasangan spanduk dan persiapan pembagian bahan materi pelatihan,
toolkit pelatihan dan baju pelatihan. Berikut di bawah ini dokumentasi saat
pendaftaran dan pembagian bahan materi pelatihan, tool kit dan baju
pelatihan.
Pelatihan kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian
Pertanian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Tanaman Pangan, adapun
materi pelatihan : (1) Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Budidaya
Padi oleh Ir. Chairunas, M.S., (2) Pengenalan PUTS (perangkat uji tanah
sawah) oleh Irhas, A. Md.
Sambutan dari Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan yang
diwakili oleh Kabid. Produksi Bpk. Taufik, S.P. menyambut baik pelatihan
yang diadakan oleh BPTP Aceh dan hal baru yang menjadi harapan petani
kooperator adalah penerapan teknologi Legowo 2:1 yang akan diterapkan
oleh petani kooperator. BPTP Aceh juga menyediakan alat caplak untuk
membantu petani dalam menerapkan teknologi legowo 2:1 tersebut.
Perkiraan peningkatan produksi jika menerapkan teknologi dengan benar
yaitu sekitar 10%-15% dari produksi sebelumnya.
Tabel 2. Narasumber dalam Pelatihan Usahatani Padi di Kabupaten Aceh
Barat
No
Narasumber
(nama)
Jumlah Materi teknologi/Topik latihan Tingkat
Pelatihan Jumlah Peserta
(orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
P
L
1
PL2
PL3
Lainnya
1. Ulul Izmi, S.P. √ √ √ 50
2. Chairunnisa,
S.P., M.Si.
√ √ √ √ 50
3 Ir. Chairunas, M.S
√ √ √ 50
4 Didi Darmadi,
SP., M.Si
√ √ √
√ 50
18
Materi teknologi / Topik latihan: Tingkat pelatihan: 1. Benih/varietas PL1: Tingkat pusat
2. Penyiapan lahan PL2: Tingkat propinsi
3. Tanam bibit muda dan 1-3 bibit PL3: Tingkat kabupaten, 4. Pemupukan sesuai kebutuhan kecamatan, desa
5. Pemeliharaan tanaman/Penyiangan 6. Menerapkan PHT dalam pengendalian OPT
7. Pengairan yang efisien/intermiten 8. Panen dan pascapanen yang seuai
9. Katam
10. Teknik budidaya secara umum 11. Diseminasi
12. Kebijakan, kelembagaan, pemasaran, dll
Aceh Timur
Acara diikuti oleh
anggota kelompok tani,
anggota koramil dan
babinsa 2 (dua) orang,
serta penyuluh lingkup
BPP simpang ulim. Materi
tentang tanam metoda
legowo 2:1 dan
penggunaan caplak
disampaikan oleh Ir.
Chairunas, M.S. dan Didi Darmadi, S.P., M.Si. Berikut ini dokumentasi
pelatihan PTT padi sawah di BPP simpang Ulim. Materi tentang Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Teknologi PTT terdiri dari
beberapa komponen yaitu ; Varietas unggul produksi tinggi, Bibit umur
muda, Pemupukan berimbang, Penggunaan bahan organic, Tanam legowo,
Pengendalian hama terpadu, Pengelolaan air, Penanganan pasca panen,
Pendampingan oleh penyuluh pertanian, Peneliti, POPT (Pengamat
Organisme Penganggu Tanaman).
Gambar 6. Pelatihan Petani Padi sawah di
Simpang Ulim Kab. Aceh Timur
19
Selanjutnya materi dilanjutkan tentang cara melakukan pencaplakan.
Alat caplak yang ditarik harus mengikuti alur yang telah dibuat diawal. Jarak
tanam pada alat caplak
dapat disesuaikan dengan
kondisi kesuburan tanah.
Semakin subur tanah
jarak tanam dapat
diperjarang seperti 25 cm
(antar tanaman) x 15 cm
(di dalam baris) x 50 cm
(antar baris) dan
seterusnya. Berikut ini
cara melakukan pencaplakan sistem tanam legowo 2:1 pada Budidaya PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu)
Aceh Tenggara
Pelatihan petani
dan penyuluh kegiatan
Pendampingan Program
Strategis Kementerian
Pertanian Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT)
Tanaman Pangan
(jagung) Tahun 2015, di
Kabupaten Tenggara
dilakukan di BPP Lawe
Sagala Kabupaten Aceh Tengara. Hari pertama melakukan persiapan untuk
ruangan pelatihan dan tempat pembelian akomodasi makan dan minum
peserta didampingi penyuluh. Kemudian melakukan cek ulang ke Badan
Penyuluhan dan Dinas Pertanian Aceh Tenggara untuk kesiapan nara
Gambar 7. Petani Padi Sawah Menarik Caplak
di Simp. Ulim Kab. Aceh Timur
Gambar 8. Pelatihan Petani Jagung di Lawe
Sigalagala Kab. Aceh Tenggara
20
sumber. Hari kedua dilakukan persiapan terhadap akomodasi dan
pemasangan spanduk dan persiapan pembagi-an bahan materi pelatihan,
toolkit pelatihan dan baju pelatihan. Berikut di bawah ini dokumentasi saat
pendaftaran dan pembagian bahan materi pelatihan, tool kit dan baju
pelatihan.
Pelatihan kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian
Pertanian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Tanaman Pangan, adapun
materi pelatihan :
- Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Budidaya Jagung oleh Ir.
Chairunas, M.S.
- Penangkaran benih Hibrida oleh Ramlan, S.P.
- Pengendalian hama dan penyakit jagung oleh Didi Darmadi, S.P., M.Si. dan
Taufik, S.P. (Koordinator PPH Dinas Pertanian).
Sambutan dari Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
yang diwakilkan oleh Bpk. Taufik, S.P. menyambut baik pelatihan yang
diadakan oleh BPTP Aceh dan hal baru yang menjadi harapan petani adalah
penangkaran benih. Ke depan diharapkan petani di Aceh Tenggara mampu
memproduksi benih untuk mereka sendiri dan dijual ke petani lainnya.
4.3. Penanaman Sistem Jarwo 2 : 1
Kabupaten Aceh Barat
Menurut petani
kooperator di lokasi
kegiatan (Desa Suak
Timah, Kecamatan
Samatiga, Kabupaten
Aceh Barat) tanam padi
system legowo 2 : 1
menggunakan benih
muda dan menggunakan Tabel 9. Tanam Padi Sistem Jarwo 2 : 1 di
Kabupaten Aceh Barat
21
caplak, baru pertama kali dilakukan petani padi di Kabupaten Aceh Barat.
Sebelum Pelaksanaan tanam padi system legowo 2:1 dan benih muda telah
dilakukan pelatihan yang bertujuan untuk menjelaskan keuntungan yang
diperoleh dari system legowo dan penanaman benih muda (15 hari setelah
semai). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam tiga tahun terakhir pada
beberapa daerah sentra produksi padi di seluruh Indonesia, keuntungan
atau keunggulan yang diperoleh dengan system tanam legowo 2:1 dan
benih muda dibandingkan dengan tanam jajar biasa yang telah umum
dilakukan patani delama ini adalah :
1. Jumlah benih yang dibutuhkan lebih sedikit (20 kg/ha)
2. Populasi tanaman lebih banyak >30% disbanding system jajar biasa
3. Pemeliharaan (pengendalian gulma, PHT), pemupukan, pada tanaman padi
lebih mudah dilakukan, karena ada jarak tanam yang lebar untuk bergerak
di dalam petak sawah
4. Masa stagnasi lebih pendek, sehingga pertumbuhan tanaman dan
pembentukan anakan lebih cepat
5. Tanaman tumbuh lebih baik karena system legowo 2:1 membuat semua
tanaman menjadi tanaman pinggir.
Tanam padi system legowo telah mulai dilaksanakan pada tanggal 7
Mei 2015 di Desa Suak Timah, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat
diikuti lebih 25 orang petani dibawah bimbingan peneliti dan penyuluh BPTP
dan BPP Samatiga. Syarat utama pada tanam padi menggunakan caplak
adalah :
Air di dalam petak sawah dapat dikeluarkan sampai pada kondisi macak-
macak
Permukaan tanah/lumpur di dalam petak sawah harus rata sehingga garis
bekas caplak terlihat dengan jelas
Benih ditanam 1-2 batang per rumpun
22
Kabupaten Aceh Timur
Tanam padi sawah
dengan system Legowo
2 : 1 menggunakan
benih muda (15 hari
setelah semai) varietas
Inpari 15 menggunakan
caplak sehingga jarak
tanam antara barisan
(50 cm dan 25 cm) dan
jarak didalam barisan
(12.5 cm) sehingga populasi tanaman tepat yaitu 213.000 rumpun,
meningkat 33,31% dibanding pola tanam tegel (25 x 25) cm yang hanya
160.000 rumpun/ha.
Menurut petani kooperator di lokasi kegiatan (Desa Peulalu,
Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur) tanam padi system
legowo 2 : 1 menggunakan benih muda dan menggunakan caplak, baru
pertama kali dilakukan petani padi di Kabupaten Aceh Timur. Sebelum
Pelaksanaan tanam padi system legowo 2:1 dan benih muda telah
dilakukan pelatihan yang bertujuan untuk menjelaskan keuntungan yang
diperoleh dari system legowo dan penanaman benih muda (15 hari setelah
semai). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam tiga tahun terakhir pada
beberapa daerah sentra produksi padi di seluruh Indonesia, keuntungan
atau keunggulan yang diperoleh dengan system tanam legowo 2:1 dan
benih muda dibandingkan dengan tanam jajar biasa yang telah umum
dilakukan patani delama ini adalah :
6. Jumlah benih yang dibutuhkan lebih sedikit (20 kg/ha)
7. Populasi tanaman lebih banyak >30% disbanding system jajar biasa
Tabel 10. Tanam Padi Sistem Jarwo 2 : 1 di
Kabupaten Aceh Timur
23
8. Pemeliharaan (pengendalian gulma, PHT), pemupukan, pada tanaman padi
lebih mudah dilakukan, karena ada jarak tanam yang lebar untuk bergerak
di dalam petak sawah
9. Masa stagnasi lebih pendek, sehingga pertumbuhan tanaman dan
pembentukan anakan lebih cepat
10. Tanaman tumbuh lebih baik karena system legowo 2:1 membuat semua
tanaman menjadi tanaman pinggir.
Tanam padi system legowo telah mulai dilaksanakan pada tanggal 17
Oktober 2015 di Desa Peulalu, Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh
Timur diikuti lebih 22 orang petani dibawah bimbingan peneliti dan
penyuluh BPTP dan BPP Simpang Ulim. Syarat utama pada tanam padi
menggunakan caplak adalah :
Air di dalam petak sawah dapat dikeluarkan sampai pada kondisi macak-
macak
Permukaan tanah/lumpur di dalam petak sawah harus rata sehingga garis
bekas caplak terlihat dengan jelas
Benih ditanam 1-2 batang per rumpun
4.4. Hasil Penerapan Teknologi Ditingkat Petani
Hasil penerapan teknologi pada tanaman padi sawah di tingkat petani dapat
dilihat pada Tabel 3a. Pada lokasi pendampingan teknologi komponen dasar seperti
; penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, pengaturan populasi
tanaman dengan Jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 telah diterapkan petani 100 persen,
sedangkan pemgunaan pupuk sesuai status hara tanah dan pupuk organic masih 50
persen. Pada umumnya petani menggunakan pupuk kimia (NPK dan urea).
Sedangkan teknologi pilihan seperti ; Pengolahan lahan yang baik, Penggunaan bibit
muda (< 21 hari), Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun, dan Panen tepat waktu
dan segera dirontok dan dikeringkan sudah diterapkan petani 100 persen. Pengairan
secara efektif dan pengendalian gulma menggunakan alat masih 60 dan 50 persen.
24
Tabel 3a. Tingkat Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Kawasan yang didampingi
No Komponen Teknologi
Jumlah
poktan yang didampingi
(4 poktan)
Jumlah poktan
yang menerapkan teknologi (4
poktan)*)
Persentasi yang menerapkan
teknologi (%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru √ √ 100
2 Benih bermutu dan berlabel √ √ 100
3 Pemberian bahan organik √ √ 50
4 Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)
√ (2:1)
√ (2:1)
100
5 Pemupukan berdasarkan kebutuhan
tanaman dan status hara tanah
√
√
50
6 Pengendalian OPT dengan pendekatan
PHT
√ √ 100
Komponen Pilihan
7 Pengolahan lahan yang baik √ √ 100
8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) √ √ 100
9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun √ (2 bibit) √ 100
10 Pengairan secara efektif dan efisien
(intermitten) √ √
60
11 Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll)
√ √ 50
12 Panen tepat waktu dan segera dirontok
dan dikeringkan √ √
100
Keterangan:
*) Poktan dianggap menerapkan jika lebih dari 50 % anggotanya sudah menerapkan
teknologi
Hasil penerapan teknologi jagung di tingkat petani dapat dilihat pada
Tabel 3b. Pada lokasi pendampingan teknologi komponen dasar seperti ;
penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, pembuatan saluran
drainase, pengaturan populasi tanaman dan PHT telah diterapkan petani 100
persen, untuk komponen pilihan seperti ; penyiapan lahan, pengendalian gulma,
dan panen tepat waktu sudah diterapkan petani sesuai anjuran (100 %),
sedangkan pembumbunan 70%, pemupukan organic dan sesuai status hara tanah
baru 50%.
25
Tabel 3b. Penerapan Teknologi Jagung Spesifik Lokasi pada Kawasan yang
didampingi
No Komponen Teknologi
Jumlah
poktan yang didampingi (2
poktan)
Jumlah poktan
yang menerapkan teknologi (2
poktan)**)
Persentasi
yang mene-
rapkan (%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru √ √ 100
2 Benih bermutu dan berlabel √ √ 100
3 Pembuatan saluran drainase* √
√
√
√
100
4 Pengaturan populasi tanaman (66.000-
75.000 tanaman/ha)
√
√
100
5 Pengendalian OPT dengan pendekatan
PHT
√ √ 100
Komponen Pilihan
6 Persiapan lahan √ √ 100
7 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
√ √ 50
8 Pemberian bahan organik √ √
50
9 Pembumbunan √ √
70
10 Pengendalian gulma secara mekanik atau herbisida kontak
√(herbisida) √ 100
11 Panen tepat waktu dan pengeringan √ √ 100
*) di Lahan kering pada MH atau saluran drainase di lahan sawah pada MK **) Poktan dianggap menerapkan jika lebih dari 50 % anggotanya sudah menerapkan
teknologi
Hasil penerapan teknologi kedelai di tingkat petani dapat dilihat pada
Tabel 3c. Pada lokasi pendampingan teknologi komponen dasar seperti ;
penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel sudah diterapakan
seratus persen sesuai anjuran, sedangkan pembuatan saluran drainase 60%,
pengaturan populasi tanan sesuai anjuran 70% serta pengendalian OPT 80%,
untuk komponen pilihan seperti ; penyiapan lahan dan panen tepat waktu sudah
diterapkan petani sesuai anjuran (100 %), sedangkan pemberian bahan organic
40% dan pemupukan sesuai status hara tanah baru 50%.
26
Tabel 3c. Tingkat Penerapan Teknologi Kedelai Spesifik Lokasi pada Kawasan yang didampingi
No Komponen Teknologi
Jumlah
poktan yang didampingi
(2 poktan)
Jumlah poktan
yang menerapkan teknologi (2
poktan)**)
Persentasi
yang mene-
rapkan (%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru √ √ 100
2 Benih bermutu dan berlabel √ √ 100
3 Pembuatan saluran drainase √
√
60
4 Pengaturan populasi tanaman
(350.000-500.000 tanaman/ha)
√
√
70
5 Pengendalian OPT secara terpadu √
√
80
Komponen Pilihan
6 Penyiapan lahan √ √ 100
7 Pemupukan sesuai kebutuhan √ √ 50
8 Pemberian bahan organik √ √ 40
9 Amelioran pada lahan kering masam
- - -
10 Pengairan pada periode kritis √ √ 60
11 Panen dan pascapanen √ √ 80
*) di Lahan kering pada MH atau saluran drainase di lahan sawah pada MK **) Poktan dianggap menerapkan jika lebih dari 50 % anggotanya sudah menerapkan
teknologi
27
Tabel 4. Jumlah poktan yang sudah mendapat sosialisasi rekomendasi KATAM tahun 2015
No Kawasan/ Kabupaten
(ha)
Jumlah Total Poktan yang didampingi
(1 poktan/2,0 - 5 ha)
Jumlah Poktan yg sudah mendapatkan sosialisasi
KATAM (12 poktan)
Jenis paket teknologi Katam*)
(no)
1 Aceh Barat 2 2 1, 9, 10
2 Aceh Timur 2 2 1, 9,10
3 Aceh Tenggara 4 4 1, 9, 10
4 Pidie Jaya 4 4 1, 9, 10
*) Diisi menurut nomor jenis/materi teknologi seperti pada Tabel 2.
Tabel 5. Demplot
No. Poktan pelaksana
Demplot
Paket teknologi yang diterapkan1)
(nomor)
Produktivitas di dalam
Demplot
Produktivitas di luar
Demplot (petani sekitar demplot)
Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)
1 Asoe Nanggroe 1,2,3,5,6,8,10 Inpari 16 65 Ciherang 55
(Padi, Aceh Barat) Cigeulis 60
2 Semangat Jaya 1,2,3,5,6,8,10 Inpari 16 - Ciherang -
(Padi, Aceh Timur)
Ciherang - (
3 Dos Roha 1,2,3,5,6,8,10 Pioner P29 80 Pioner 78
(Jagung, Aceh Tenggara)
Bima 20 78
4 Ban Bedoh 1,2,3,5,6,8,10 Anjasmoro 21 Anjasmoro 17
(Kedelai, Pidie Jaya)
1) Sebutkan nomor teknologi pada Tabel 3 (tingkat penerapan teknologi)
28
Tabel 6. Display varietas Padi
No. Kelompok tani/ petani
kooperator
Nama Varietas Unggul (VUB)
Produktivitas VUB (ku/ha)
Produktivitas varietas lokal / yang biasa
ditanam petani
(ku/ha)
1. Asoe Nanggroe Inpari 16 65
Cigeulis 60
Ciherang 60 55
Tabel 7. Peran BPTP dalam penyebaran informasi teknologi pertanian
No.
Judul Publikasi Jml eksemplar yang dicetak
Jenis publikasi dan jumlah yang didistribusi *)
Penerima **)
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5
1 Petunjuk Teknis
PTT Jagung 150 √
√ √
2 Petunjuk Teknis
PTT Kedelai 150 √
√ √
3 Petunuk Teknis Padi
150
√
√
√
Keterangan :
*)Jenis: 1. Buku **)Penerima: 1. Bakorluh/Dinas
2.Buklet
2.Bapeluh/Dinas
3.Leaflet
3.BPP
4.Brosure
4.Gapoktan
5.CD
5.Poktan
6.Poster
7.Buku saku
8. Lain2
Tabel 8. Frekuensi kunjungan peneliti/penyuluh BPTP ke lapang dalam rangka
pengawalan teknologi
No. Nama peneliti/ penyuluh
BPTP
Rencana/musim
(orang-kali/musim)
Realisasi/musim
(orang-kali/musim) % Realisasi
1 Ir. Chairunas, M.S. 4 kali/musim 3 kali/musim 75
2 Ir. M. Nasir Ali 6 kali/musim 6 kali/musim 100
3 Ir. T. Iskandar, M.Si. 4 kali/musim 4 kali/musim 100
4 Mehran, S.P. 3 kali/musim 3 kali/musim 100
5 Didi Darmadi, S.P., M.Si. 4 kali/musim 3 kali/musim 75
29
Tabel 9. Luas penerapan tanam jajar legowo (Jarwo) dan produktivitas padi
Lokasi Kawasan yang didampingi
Total Luas yang didampingi (ha)
Luas tanam Jarwo (ha)
Produktivitas (ku/ha gkp)
Jarwo Tegel Lainnya...
Kabupaten Aceh Barat
10 10 65 55 50
Kabupaten Aceh Timur
10 10 65 55 50
V. KENDALA DAN SOLUSI/UPAYA PEMECAHANNYA
Serangan hama dan penyakit. Penyakit Blast, Hawar daun Bakteri (HDB).
Hama yang menyerang walang sangit
Pengendalian dengan insektisida dan fungisida, akan tetapi karena cuaca
kadang kering dan tiba-tiba hujan, sehingga perlakuan pengendalian kurang
efektif
VI. KESIMPULAN
Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budidaya
tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) dan upaya meningkatkan
produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Kedelai dengan prinsip partisipatif, terpadu, sinergis dan dinamis.
Pendampingan GP-PTT tanaman pangan telah dapat meningkatnya
produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing 0.97 t/ha (15.25%),
1.22 t/ha (15.06%) dan 0.34 t/ha (21.25%) dibandingkan dengan teknologi
petani.
Untuk mengatasi serangan penyakit Blast disarankan untuk menanam
varietas yang tahan Blast seperti Inpari 16, pada varietas Cigeulis di lapang
termasuk kategori peka terhadap blast, begitu juga dengan Ciherang akan
tetapi Ciherang agak lebih tahan dibandingkan varietas Cigeulis.
30
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto.T, 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Arsyad. AM; D.Pasaribu; N. Sunarlin; Budiharjo, 1991. Teknologi Budidaya Kedelai di
Lahan Kering P:114-229.n, dalam Prosidding Seminar dan Work Shop Penelitian Serta Usaha Tanaman Poangan dalam Produksi Kedelai. Bogor 22-23 Januari 1991.
Badan Litbang Pertanian, 2009a. Petunjuk pelaksanaan sinergi Balit-BPTP (Bahan
Raker Solo, belum dipublikasi). Badan Litbang Pertanian,2009b .Pedoman umum PTT kedelai. Badan Litbang Pertanian, 2010. Rencana Strategis Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2010-2014. Badan Pusat Statistik. 2010. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh, hal. 127-165 Chairunas, 2008. Developing Technology for Soybean in Tsunami-Affected in the
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Proceeding International Worshop on Post Tsunami Soil Management. Bogor, Indonesia, 1-2 Juli 2008. Page 163-167.
Departemen Pertanian,2005. Permentan Nomor 3 tahun 2005 tentang pedoman
penyiapan dan penerapan teknologi pertanian, 17 Januari 2005. Ditjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman pelaksaan SLPTT padi, jagung, kedelai dan
kacang tanah tahun 2010.Kementerian Pertanian Han. B. Darman, MA., dan Nazariah 2002 Rekomendasi Paket Teknologi Kedelai pada
Lahan Kering di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Luas di Aceh Utara serta Kecamatan Peureulak di Aceh Timur dalam Rekomendasi Hasil Paket Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Banda Aceh . 156 hal.
Jamal, E. 2009. Telaahan penggunaan pendakatan sekolah lapang dalam pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) padi: Kasus di Kabupaten Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Analisis Kebijakan Pertanain 7(4): 337-349 PSE-KP
Kementerian Pertanian, 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014. Mubyarto,1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta. Muji Rahayu, Lalu Wirajaswadi dan Awaluddin Hip, 1997. Peningkatan Produktivitas
Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Di Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
31
www.ntb.litbang.deptan.go.id/2007/TPH/peningkatanproduktivitas.doc
Najiyati,S. dan Danarti, 1999. Palawija budidaya dan Analisa Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Oldeman L.R; Darwis, SN; Irsal Las, 1979. An Agroclimatic map of Sumatera. Contr.
Res. Agric. No.52. Bogor. Puslitbangtan 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT, Kerjasama Balai
Besar Pengkajian Teknologi Pertanian, BPTP Jawa barat dan BPTP Jawa Timur.
Saleh, N; T. Adisarwanto; A.Kasno dan Sudaryono, 2000. Teknologi Kunci dalam
Pengembangan Kedelai di Indonesia dalam Makarim AK, dkk. Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bigir, 22 – 24 Nopember 1999.
Suryana. A. 2008. Penganekaragaman pangan dan gizi: Faktor pendukung
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Majalah Pangan. Media Komunikasi dan Informasi No 52/XVII/Oktober-Desember 2008, Jakarta.
Siaran Pers. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 12 Februari 2008.
Ketersediaan Teknologi Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jakarta
32
Lampiran
1. Analisis Resiko No Resiko Penyebab Dampak
1.
2.
3.
4.
Banjir
Kekeringan
Serangan hama
lalat bibit
Tanaman
kerdil,pertumbuha
n lambat, mudah
terserang hama
dan penyakit
Curah hujan tinggi
Kekeringan
Kekeringan,
kelembaban tanah
rendah
Kekurangan hara
terutama N
Tanaman mati, kerdil
Tanaman kerdil, hasil rendah
Tanaman tumbuh tidak normal,
kerdil, hasil sangat rendah
Hasil rendah, pendapatan petani
rendah, petani miskin
2. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Barat
Gambar 1. Lokasi Pendampingan Pengembangan GP-PTT Padi Sawah di Desa Suak Timah Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat
33
Gambar 2. Pengambilan Sampel Tanah di lokasi kegiatan
Gambar 3. Persemaian jarang (luas persemaian 4-5 % x luas tanam
Gambar 4. Pelatihan petani dan Penyuluh di BPP Samatiga Kab. Aceh Barat
34
Gambar 5. Petani sedang cabut benih yang berumur 17 hari setelah semai
Gambar 6. Tanam padi system Legowo 2 : 1 (20 cm x 10 cm x 40 cm) menggunakan caplak roda
35
Gambar 7. Keragaan tanaman padi system Legowo 2 : 1 (20 cm x 10 cm x 40 cm) umur 21 hari setelah tanam
Gambar 8. Temu lapang dan pengambilan ubinan
36
3. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Jagung di Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 9. Pelatihan petani dan Penyuluh di BPP Lawe Sigalagala Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 10. Keragaan tanaman jagung Bima 19 danPioner 29 pada umur 60 hari setelah tanam
37
4. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Kedelai di Kabupaten Pidie Jaya
Gambar 11. Keragaan tanaman varietas Anjasmoro dan Kipas Merah umur 21 hari setelah tanam di Desa Tengoh Musa Kec. Bandar Baru Kab. Pidie Jaya