laporan enzim (1) (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

enzim

Citation preview

I. TUJUAN PRAKTIKUMMenganalisis kadar beberapa enzim (AST, ALT, dan Gamma GT) didalam tubuh dan menginterpretasikan hasil serta menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.

II. LANDASAN TEORIEnzim adalah suatu katalisator hayati yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang dapat mempercepat reaksi biokimia dalam tubuh. Enzim dapat digunakan untuk pemeriksaan darah, urin, dan cairan tubuh lainnya untuk mendiagnosis penyakit. Penyakit enzim sebagai diagnostika telah digunakan sejak tahun 1950-an. Senyawa terukur yang diperoleh digunakan sebagai petunjuk tentang adanya kelainan pada organ tubuh seperti : hati, jantung, ginjal, dan penyakit lainnya.A. ALT/SGPTSGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah : Laki-laki : 0 - 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L Masalah Klinis Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah : Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar Hemolisis sampel Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin. Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

B. SGOT / ASTSGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama. SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah : Laki-laki : 0 - 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L Masalah Klinis Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST : Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST Hemolisis sampel darah Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

C. GGT (GAMMA GLUTAMYL TRANFERASE) Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap berlangsung.GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati, meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline phosphatase, ALP). Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin. Enzim gamma-glutamil transferase untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Hanes dalam tahun 1950. Enzim ini juga dinamakan gamma-glutamil transpeptidase (E.C. 2.3.2.2.) atau disingkat GGT. Menurut distribusi kwantitatif ginjal adalah alat tubuh yang paling banyak mengandung enzim GGT. Namun pemeriksaan GGT serum tidak menunjukkan peninggian pada penyakit-penyakit ginjal. Dalam klinik pemeriksaan GGT dalam serum terutama dipakai untuk menentukan penyakit-penyakit hati dan saluran empedu. Dari angka-angka yang meninggi pada berbagai macam penyakit hati dapat diambil kesimpulan bahwa derajat peninggian aktivitas GGT dalam serum atau plasma darah dapat dijadikan parameter untuk diagnosis diferensial penyakit-penyakit hati. Pada ikterus obstruksi, GGT lebih dini meninggi daripada enzim fosfatase alkali dan kenaikan kadarnya juga lebih tinggi. Pada hepatitis virus GGT pun lebih cepat meninggi daripada enzim-enzim lainnya dan selama stadium penyembuhan kadar GGT masih terus tinggi. Bahkan bilan aktivitas enzim-enzim lain, misalnya transaminase, sudah kembali ke normal, GGT masih lebih tinggi daripada normal. Maka dari itu, pemeriksaan GGT serum lebih tepat untuk mengetahui proses penyembuhan hepatitis virus. Bila selama proses hepatitis aktivitas GGT dalam serum terus meningkat, maka harus dipikirkan adanya penyumbatan aliran empedu. Dalam klinik dapat dipakai untuk memperkuat diagnosis infark jantung. Peninggian GGT serum juga dapat dipakai untuk mengetahui kebiasaan minum alkohol pada kaum remaja di Amerika Serikat. Aktivitas enzim-enzim lainnya seperti SGPT, SGOT dan fosfatase alkali dalam serum tidak meninggi. Penyakit ginjal tidak disertai perubahan aktivitas GGT dalam serum. Oleh karena gamina-glutamil transferase dari sel-sel tubuh ginjal dikeluarkan ke dalam kandung air seni, maka terlihat suatu korelasi antara derajat pengeluaran GGT dan keutuhan perenkim ginjal. Pada penyakit-penyakit destruksi yang kronis atau degenerative dari jaringan ginjal seringkali ditemukan ekskresi GGT dalam kandung air seni yang menurun. Aktivitas GGT dalam kandung air seni tidak mempunyai hubungan dengan aktivitas dalam serum. Peninggian aktivitas GGT dalam serum akan mempunyai nilai diagnostik yang lebih besar bila dihubungkan dengan aktivitas enzim-enzim lainnya. Misalnya pada karsinoma pankreas aktivitas GGT meninggi tanpa peninggian enzim-enzim transaminase (GOT dan GPT). Bila transaminase juga meninggi, yang harus dipikirkan adalah adanya penyakit hati yang akut.

III. ALAT DAN BAHAN1. Bahan Sampel (Serum darah) Reagen ASTReagen ALTReagen GGTAlat Fotometer Sentrifuga Tabung sentrifuga Tabung serum . Tabung reaksi . Syringe

IV. PROSEDURDKERJA ASTa. Campurkan reagen dan serumb. Inkubasi selama 1 menit pada suhu ruanganc. Ukur pada panjang gelombang 340 nm.Kadar normal AST : 18 U/L (laki-laki), 15 U/L (wanita). ALTa. Campurkan reagen dan serumb. Inkubasi selama 1 menit pada suhu ruanganc. Ukur pada panjang gelombang 340 nm.Kadar normal ALT :Suhu 25oC : 22 U/L (laki-laki), 17 U/L (wanita).Suhu 30oC : 29 U/L (laki-laki), 22 U/L (wanita).Suhu 37 oC : 40 U/L (laki-laki), 31 U/L (wanita). GGTa. Campurkan reagen dan serumb. Inkubasi selama 1 menit pada suhu ruanganc. Ukur pada panjang gelombang 405 nm.Kadar normal GGT : 49 U/L (laki-laki), 32 U/L (wanita).

V. HASIL PENGAMATAN

No.PemeriksaanSampelReagenHasil

1.AST100 1000 126,244 U/L

50 500 101,475 U/L

2.ALT100 1000 4,231 U/L

50 500 1,561 U/L

3.GGT100 1000 8,204 U/L

VI. PEMBAHASANDalam praktikum kali ini kita membahas tentang pemeriksaan mengenai penetapan fungsi hati. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan memeriksa aktivitas enzim, pemeriksaan tersebut diantaranya yaitu pemeriksaan enzim AST (SGOT), ALT (SGPT), dan Gamma GT.1. Pemeriksaan AST (SGOT)Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT) atau Aspartat Aminotransferase (AST) dalam serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel sehingga komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel, dan apabila membran intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat didalamnya juga mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal tersebut, maka peningkatan aktivitas enzim GOT atau AST dalam serum dapat diukur dan dijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati.

ASTPemeriksaan AST ini mempunyai prinsip sebagai berikut :

MDHL-Asam Aspartat + Asam Ketoglutarat Asam Oxaloasetat + L-GlutamatAsam Oxaloasetat + NADH + H+ L-Asam Malat + NAD + H2OL-Aspartat berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase (GOT). MDH (Malat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi dengan katalisator GOT tadi. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Aspartat membentuk L-glutamat dan oxaloasetat dengan dikatalisis oleh enzim GOT.Enzim GOT ini akan mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat direduksi menjadi malat.Reaksi tersebut dikatalisis oleh Malat Dehidrogenase(MDH) yang membutuhkan NADH dan H+. NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+. Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+sebanding dengan banyaknya enzim GOT. Hal itulah yang akan diukur secara fotometri.Sampel darah yang telah diperoleh di sentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Prinsip kerja dari sentrifugasi yaitu dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik dimana dititik tersebut dikenakan gaya. Pada saat objek diputar, partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpencar sesuai berat jenis dari masing-masing partikel. Dengan gaya yang paling berperan adalah gaya sentrifugal. Dengan adanya teknik ini, proses pengendapan suatu bahan akan lebih cepat dan optimum dibandingkan dengan teknik biasa. Oleh karena itu serum pada darah tersebut akan terpisah dari darah sesuai dengan perbedaan berat jenis, selanjutnya dilakukan proses dekantasi untuk diambil bagian serumnya sebagai sampel. Darah yang digunakan berasal dari pembuluh darah vena untuk meminimalisir terjadinya lisis pada sel darah merah. Apabila sel darah lisis maka plasma akan menjadi berwarna dan warna tersebut dapat ikut terserap panjang gelombangnya dan kadar yang diperoleh menjadi lebih besar atau tidak sesuai. Selanjutnya sampel pemeriksaan dibagi menjadi 2 bagian, pada tabung 1 diisi 1000 reagen dan 100 sampel sedangkan pada tabung 2 diisi 500 reagen dan 50 sampel. Perlu diperhatikan ketika hendak memipet dengan menggunakan mikro pipet harus secara hati-hati karena dikhawatirkan terjadi lisis sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Setelah itu dilakukan proses inkubasi selama 60 detik pada suhu ruangan (27oC), 60 detik ini merupakanoperating time yaitu waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan/enzim bereaksi seluruhnya dengan reagen.Setelah dilakukan proses inkubasi selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan fotometer. Prinsip kerja dari alat fotometer ialah sejumlah tertentu larutan logam disemprotkan kedalam nyala. Pelarut kemudian akan menguap meninggalkan serbuk halus yang kemudian diatomkan. Intensitas emisi radiasi yang dipancarkan oleh unsur tersebut. Atom-atom akan mengalami eksitasi bila mernyerap energi. Energi tersebut akan dipancarkan ketika atom tereksitasi dan kemudian kembali ke keadaan dasar sehingga detektor dapat mendeteksi energi yang terpancar tersebut.Alat fotometer pada prinsipnya memiliki kesamaan seperti spektrofotometer, yang membedakan hanyalah penggunaan filter sebagai monokromatornya. Filter hanya digunakan untuk meneruskan cahaya namun dapat juga menyerap sumber radiasi dari gelombang lain. Penggunaan fotometer lebih sering digunakan untuk kebutuhan laboratorium klinis (analisa darah).Kadar normal AST pada laki-laki yaitu 18 U/L, sedangkan pada perempuan yaitu 15 U/L. Setelah dilakukan pemeriksaan maka dapat diketahui bahwa kadar AST didalam darah pada tabung 1 (diisi 1000 reagen dan 100 ) yaitu 126,244 U/L sedangkan pada tabung 2 (diisi 500 reagen dan 50 ) yaitu 101,475 U/L sehingga dikategorikan dalam kadar tidak normal, dengan kata lain pasien kemungkinan memiliki keadaan fungsi hati yang tidak baik. Kerusakan hati bisa disebabkan oleh peradangan yang sebagian besar akibat dari virus,bakteri,keracunan obat-obatan,alkohol dan zat kimia yang lain. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :a. Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST.b. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST.c. Hemolisis sampel darah.d. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.Sampel pada tabung 1 (diisi 1000 reagen dan 100 ) lebih besar dibandingkan dengan sampel pada tabung 2 (diisi 500 reagen dan 50 ), hal ini terjadi karena enzim aminotransferase didalam sel akan masuk ke dalam peredaran darah, karena terjadi perubahan permeabilitas membran sel sehingga kadar enzim aminotransferase dalam darah akan meningkat seiring dengan banyaknya sampel didalam darah.2. Pemeriksaan ALT (SGPT)Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar ALT dengan metode kinetic. ALT atau Alanin Transaminase merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Pemeriksaan ini pada prinsipnya NADH dioksidasi menjadi NAD+ yang menyebabkan penurunan absorbansi pada panjang gelombang 340 nm secara fotometrik sebanding dengan aktivitas GPT pada sampel.Reaksi yang terjadi :L-alanin + -ketoglutarat piruvat + L-glutamat Piruvat + NADH + H+ L-laktat + NAD+ GPT mengkatalisir perubahan L-alanin menjadi laktat karena pengaruh LDH dan NADH2 dan bersamaan dengan itu pula terjadi NAD.Enzim ALT berperan dalam glukoneogenesis pada siklus corl (alanin-piruvat) yang melibatkan otot dan hepar. Pada saat puasa, kadar glukosa darah yang rendah dikompensasi (salah satunya) dengan proses glukoneogenesis, yaitu perubahan alanin menjadi piruvat yang terjadi di hati untuk kemudian diubah menjadi glukosa. Jika terjadi kerja otot secara anaerobik pada olahraga yang berlebihan, akan banyak terbentuk alanin yang juga dikonversi menjadi glukosa.Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :1. Peningkatan ALT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.Keberadaan ALT dalam darah berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar seperti hepatitis, alkohol/nonalkoholik steatohepatitis, fatty liver, sirosis hepatis, hepatotoksik obat, kolelithiasis, dan hepatoma ataupun karsinoma hepatoseluler. Selain itu, keberadaan ALT juga berhubungan dengan kelainan pada otot, jantung, otak, ginjal, dan jaringan adiposa karena keberadaan enzim ini pada jaringan tersebut. Pemeriksaan ALT termasuk salah satu tes fungsi hati yang berhubungan dengan integritas hepatosit. Peningkatan kadar ALT dapat dijadikan screening pada penderita berbagai penyakit hati.Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil ALT dengan serum 100 dan reagen 1000 sebesar 4,231 U/L, sedangkan kadar ALT dengan serum 50 dan reagen 500 1,561 U/L sangat terlihat jelas ada perbedaan yang nyata dari pengambilan sampel satu resep dan setengah resep. Dimana yang satu resep menghasilkan kadar yang lebih tinggi dari pada yang setengah resep. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kadar ALT serum normal, karena 17 U/L.3. Pemeriksaan Gamma GT (GGT)Gamma glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) merupakan enzim yang ditemukan di hati dan ginjal. Pada beberapa organ yaitu limpa, otot jantung, dan kelenjar prostat enzim ini ditemukan dalam jumlah yang rendah. Pemeriksaan Gamma-GT ini dilakukan untuk mendeteksi beragam penyakit parenkim hati, uji Gamma-GT ini sensitif sehingga sering digunakan untuk pemeriksaan fungsi organ terutama ginjal dan hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar menyebabkan kadar Gamma-GT ini meningkat. Kadar dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap terjadi. Mekanisme yang terjadi adalah GGT akan mengkatalisis transfer gugus gamma-glutamil gluthione ke akseptor yang mungkin ada dalam gugus asam amino, peptida atau air (membentuk glutamat). GGT merupakan kunci dalam siklus gamma-glutamil, untuk jalur sintesis serta degredasi glutathione dan obat serta detoksifikasi xenobiotik. GGT hadir dalam membran sel jaringan, termasuk ginjal, saluran empedu, pankreas, hati, limpa, jantung, otak, dan vesikula seminalis. Hal ini terlibat dalam transfer asam amino menyebrangi membran seluler dan metabolisme leukotriene. Selain itu, hal ini juga terlibat dalam metabolisme glutathione dengan mentransfer bagian glutamil ke berbagai molekul akseptor termasuk air, asam L-amino tertentu, dan peptida meninggalkan produk sistein untuk mempertahankan homeostasis intraseluler stres oksidatif. Pada pengujian ini yang diujikan adalah serum darah yang diambil atau dipisahkan dari darah dengan cara sentrifugasi. Serum yang jernih tanpa terkontaminasi darah walaupun hanya sedikit akan memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan serum yang mengandung kontaminasi darah. Reaksi yang terjadi :

GGTL-gamma-glutamyl-3-carboxcyl-4-nitroanilid + glycylglycine gamma-glutamyl + glycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoat

Gamm-GT ini yang kemudian di periksa dengan photozenix dengan panjang gelombang maksimal 403 nm. Metode yang digunakan adalah metode kinetik. Nilai normal untuk wanita 32 U/L, dan untuk laki-laki 49 U/L. Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai GGT yaitu 8,204 U/L. Hal ini dinyatakan normal. Adapun masalah klinis yang disebabkan oleh peningkatan Gamma-GT ini yaitu sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru dan otak), kolestasis akut, mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis (deposit zat besi dalam hati), DM, steatosis hati atau hiperlipoproteinemia tipe IV, infark miokard akut, CHF, pankreatitis akut, epilepsi, sindrom nefrotik. Dapat juga disebabkan pengaruh obat : fenitoin (dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, wafarin (coumadin). Adapun yang dapat mempengaruhi temuan Gamma-GT dilaboratorium yaitu obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan tes Gamma-GT positif palsu, dan asupan alkohol yang berlebih dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan peningkatan kadar Gamma-GT. Peningkatan aktivitas GGT serum dapat ditemukan dalam penyakit hati, sistem empedu, dan pankreas. Dalam hal ini mirip dengan alkali fosfatase (ALP) dalam mendeteksi penyakit saluran empedu. Namun GGT ini dapat di indikasikan sebagai penyalahan alkohol atau penyakit hati alkoholik.

VII. KESIMPULANBerdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :1. Kadar AST didalam darah pada tabung 1 (diisi 1000 reagen dan 100 ) yaitu 126,244 U/L sedangkan pada tabung 2 (diisi 500 reagen dan 50 ) yaitu 101,475 U/L sehingga dikategorikan dalam kadar tidak normal, dengan kata lain pasien kemungkinan memiliki keadaan fungsi hati yang tidak baik. 2. Kadar ALT didalam darah pada tabung 1 yaitu 4,231 U/L, sedangkan pada tabung 2 yaitu 1,561 U/L Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kadar ALT serum normal, karena 17 U/L.3. Sampel pada tabung 1 (diisi 1000 reagen dan 100 ) lebih besar dibandingkan dengan sampel pada tabung 2 (diisi 500 reagen dan 50 ), hal ini terjadi karena enzim aminotransferase didalam sel akan masuk ke dalam peredaran darah, karena terjadi perubahan permeabilitas membran sel sehingga kadar enzim aminotransferase dalam darah akan meningkat seiring dengan banyaknya sampel didalam darah.4. Kadar GGT didalam darah yaitu 8,204 U/L sehingga dikategorikan dalam keadaan normal.

DAFTAR PUSTAKAGuyton, A.C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Price, A.S. dan Wilson, M.L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.Sabiston, 1992.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sacher,Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Wijayakusuma,Hembing. 2008.Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Pustaka Bunda. Jakarta

PEMERIKSAAN KADAR ENZIM (ALT, AST, DAN GGT) DALAM DARAHLAPORANdisusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Kimia Klinik

Oleh :Kelompok 9 Elis Sri Mulyani Hilman Taufik N. Yandy ZulyandiKelompok 10 Eri Widiyawati Neneng Mustikasari Yulianti Dewi

PRODI FARMASI TINGKAT 4B SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2014