Upload
fitriyana-ayu-aprilyanti
View
986
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
III. PEMBAHASAN
A.Hasil Pembahasan
Terlampir.
B. Pembahasan
1. Ekstrak Kafein
Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit
yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein
ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun
1819. (Anonim1,2004). Kafein dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus kimia
C8H10N4O2 dan termasuk jenis alkaloida. Nama lengkap kafein adalah 3,7-
dihydrotrimethyl-1H-purine-2,6-dione. Bentuk alami kafein adalah kristal putih,
prisma heksagonal, dan berbobot molekul 194,19 dalton. Kafein memiliki titik leleh
238oC dan mengalami sublimasi pada suhu 178oC. Kafein terdapat secara alami pada
biji kopi, biji coklat, daun teh, serta cola nuts. Metabolisme kafein di dalam tubuh
akan menghasilkan theophylline (1,3-dimethylxanthine) dan theobromine (3,7-
dimethylxanthine), yang kemudian akan diekskresikan ke luar tubuh dalam bentuk
paraxanthine (60 %), theobromine (20 %), dan theophylline (14 %).
Kafein sebagai zat stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang
seringkali dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal tersebut tidak sepenuhnya
benar. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah
yang sangat banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan
obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari setelah
konsumsi . Sejak dahulu kala, kafein telah dikenal sebagai zat stimulan yang populer.
Kafein sering digunakan dalam dunia kedokteran sebagai perangsang kerja jantung
dan peningkat produksi urin. Kafein dosis rendah juga dapat berperan sebagai
pembangkit stamina dan penghilang rasa lelah. Kegunaan di bidang kedokteran lainya
adalah pengobatan sakit kepala dan migraine.
Pada praktikum ini dilakukan ekstraksi kafein pada kopi instan, kopi arabika,
kopi robusta, teh hitam, teh hijau dan cokelat. Ekstraksi kafein pada bahan tersebut
menggunakan metode maserasi. Ekstrasi adalah metoda pemisahan yang melibatkan
proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa yang lain dan
didasarkan pada prinsip kelarutan. Dalam ekstrasi ini secara umum prinsip
pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan
sangat larut dalam pelarut yang lain. Salah satu cara ekstraksi adalah maserasi.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada
temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan
alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding
dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut
organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam
pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak
digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan
seluruh golongan metabolit sekunder (Wikipedia, 2011).Untuk cara kerja maserasi
yaitu pertama-tama yang harus dilakukan adalah serbuk sampel dimasukkan ke dalam
gelas piala atau tempat seperti botol terbalik. Kemudian ditambahi pelarut etanol
sampai sampel terendam. Diaduk sekali-sekali. Pelarut diganti setiap waktu tertentu.
Terakhir akan didapatkan hasil berupa ekstrak dan gunakan pelarut yang tidak mudah
menguap. Selanjutnya dilakukan evaporasi, pada praktikum ini menggunakan rotary
evaporasi. Evaporasi ini bertujuan untuk menguapkan kandungan ethanol yang
terdapat pada ekstrasi bahan tersebut sehingga didapat hasil ekstraksi murni dari
bahan.
Berdasarkan data perhitungan didapat rendemen dari cokelat 36,758%,
rendemen kopi robusta 16,9%, rendemen kopi arabika 7,4%, teh hitam 33,3%,
rendemen kopi bubuk 94,5% dan rendemen teh hijau 27,9%. Rendemen ekstraksi
paling besar adalah rendemen kopi bubuk, berdasarkan data rendemen yang didapat
pada rendemen kopi bubuk mungkin terjadi kesalahan karena pada saat evaporasi
alkoholnya tidah menguap semuanya sehingga pada saat perhitungan nilai
rendemennya hampir 100%. Pada praktikum selanjutnya dilakukan perhitungan kadar
kafein yang dikandung suatu bahan. Penentuan kadar kafein dilakukan menggunakan
HPLC.
2. Penetapan Kadar Kafein
Bahan kopi, teh dan cokelat yang telah diekstrak tidak hanya mengandung
senyawa kafein namun banyak kandungan lainnya yang terdapat di dalamnya
sehingga untuk mendapatkan berapa kandungan kafein dalam bahan tersebut maka
digunakan beberapa metode, salah satunya adalah menggunakan kromathografi.
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam
teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang
bisa berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga biasanya berupa cairan ataupun
suatu padatan. Fasa diam akan menahan komponen campuran sedangkan fasa gerak
akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fasa
diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fasa gerak akan
bergerak lebih cepat. Ada beberapa jenis kromatografi, baik yang konvensional
(kolom,TLC dan PC) maupun modern (HPLC,GC,GCMS) yaitu:
a. Kromatografi Kolom
Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama dengan
kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan
campuran. Kromatografi kolom seringkali digunakan untuk pemurnian senyawa
di laboratorium. Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama
yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-
sampel tanpa melalui fase diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa
panjang kolom harus sekurang-kurangnya 10 kali dari ukuran diameternya.
Bahan pengemasnya suatu adsorban seperti alumina atau resin penukar ion,
dimasukkan dalam bentuk suspensi ke dalam porsi fase gerak dan dibiarkan diam
di dalam hamparan basah dengan sedikit cairan.
b. Kromatografi Lapis Tipis (TLC)
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang
berdasarkan adsorbsi, tahapan analisis kromatografi lapis tipis sama seperti pada
kromatografi kertas. Kelebihan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan
kromatografi kertas adalah waktu elusi yang relatif lebih pendek dan dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif. Kromatografi digunakan untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Deteksi noda pada
kromatografi lapis tipis terkadang lebih mudah dari pada kromatografi kertas
karena noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar UV
(ultraviolet) dan dapat ditampakkan dengan cara papan pengembang uap iod
akan bereaksi dengan komponen. Komponen sampel baik secara kimia atau
berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu (Anonim2, 2009).
Adsorban dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam. Fase
gerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram
kecepatan tinggi. Kelebihan kromatografi lapis tipis yang lain adalah pemakaian
pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit dan mudah untuk memperoleh
kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. Kromatografi lapis tipis
menunjukkan berbagai gerakan pelarut, pelarut mengalir ke atas melalui lapisan,
menguap dari lapisan sebelah bawah garis pelarut dan terserap oleh lapisan di
sebelah atas garis depan. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang
akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan
secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan
secara menurun (descending) (Ibnu Gholib Gandjar, 2007). Sampel yang berupa
campuran senyawa organik diteteskan di dekat salah satu lempengan dalam
bentuk larutan dengan jumlah kecil. Noda sampel dikeringkan, kemudian sisi
lempengan tersebut dicelupkan ke dalam fase gerak yang sesuai. Pelarut organik
naik di sepanjang lapisan tipis zat padat di atas lempengan dan bersamaan
dengan pergerakan pelarut tersebut zat terlarut sampel dibawa dengan laju yang
tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam fase gerak dan interaksinya
dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak sekitar 10 cm, lempengan
dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti pada kromatografi
kertas. Pemisahan dapat dikerok dari lempengan dengan menggunakan spatula.
Zat terlarutnya akan terelusi dari bahan padat bersama-sama pelarutnya dan
konsentrasi dari larutan ditentukan dengan spektrofotometer.
Sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah
mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang
penting untuk penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi
terhadap penyokong sangat bergantung kepada kedua sifat itu. Contoh penyerap
yang digunakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapis tipis ialah silika gel
atau alumina. Silika gel kebanyakan digunakan dengan diberi pengkilat (binder)
yang dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi
pada gelas penyokong. Silika ini digunakan untuk memisahkan asam amino,
alkaloid, gula, asam, lemak, lipida, minyak essensial, anion dan kation organik,
sterol dan terpenoid. Selain silika ada juga penyerap lainnya seperti alumina,
bubuk selulosa, pati, dan sphadex. Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran
kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan
merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefenisikan
sebagai perbandingan
antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Rf
= jarak titik tengah noda dari titik awal / jarak tepi muka pelarut dari titik awal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah:
- Pelarut atau fase bergerak
- Sifat dari penyerap
- Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
- Ukuran dari bejana
- Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana yang digunakan
- Jumlah cuplikan yang digunakan
- Suhu dan kesetimbangan
- Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan
Yang menyebabkan warna dari senyawa-senyawa pada kromatografi lapis tipis
adalah perbedaan tingkat kepolaran warna dari senyawa-senyawa yang sejauh
mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi perbedaan atau pemisahan yang
ditandai dengan tebentuknya spot-spot senyawa dalam kromatografi lapis tipis
itu tergantung dari migrasi pelarut (fase gerak) terhadap fase diamnya, yaitu
kromatografi lapis tipis tersebut.
c. Paper kromatografi (PC)
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah
kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas
yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan
kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja
beragam. Air,etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan
sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam
amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi),
pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di
akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan
berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah
orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan
kromatografi kertas. Saat campuran asamamino menaiki lembaran kertas secara
vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa
diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketika
pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak
dari titikawal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino
diidentifikasi. Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas
bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua
pelarut.
Gambar 12.4 Contoh hasil kromatografi kertas pigmen dari ( anonim3,2000)
www.indigo.com/ science-supplies/filter-
paper.html
d. Kromatografi gas (GC)
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat
berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya
karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan
ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah
gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan
gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbonmonoksida dan karbon dioksida
dimungkinkan dengan teknik ini. Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti
ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau
penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom.
Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa
disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas
(mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut
dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah
menguap sepertihidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri
dalam buah telah dengan suksesdilakukan dengan teknik ini. Efisiensi pemisahan
ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya.Disarankan
untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai
senyawa.Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih.
Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang
dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparative.
e. Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (GC – MS)
Spektroskopi massa terdiri dari beberapa komponen yaitu sistem masukan
cuplikan, sumber ion, penganalisis massa, detektor sinyal dan rekorder. Sistem
pemasukan cuplikan dapat berasal dari kromatografi gas. Gabungan
spektrofotometer massa dan kromatografi gas disebut GC–MS (Gas
Chromatography Mass Spectroscopy). Spektra massa merupakan output dari
pengukuran spektroskopi massa. Metode spektroskopi massa ini didasarkan
pada pengubahan komponen cuplikan menjadi ion-ion gas dan memisahkannya
berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan (m/e). Bila suatu molekul
berbentuk gas disinari oleh elektron berenergi tinggi di dalam sistem hampa
maka terjadi ionisasi ion molekul tak stabil pecah menjadi ion-ion yang lebih
kecil. Lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal kation (M+). Ion
molekular M+ biasanya terurai menjadi sepasang pecahan/fragmen yang dapat
berupa radikal dan ion atau molekul yang kecil dan radikal kation, M+ m+1
+m-2 atau m+1 + m. Ion-ion molekular, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal
pecahan dapat dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat
berubah sesuai dengan massa dan muatan mereka dan menimbulkan arus ion
pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka. Dalam
penelitian akan ditentukan massa senyawa yang telah diisolasi, puncak dasar
dan fragmen-fragmen molekul. Spektrum massa merupakan rangkaian puncak-
puncak yang berbeda-beda tingginya. Puncak yang paling tinggi dari spektrum
massa disebut base peak. Spektrum massa fragmen-fragmen yang kecil berasal
dari tumbukan-tumbukan elektron dengan molekul induk. Jadi, massa dipakai
untuk menentukan berat molekul atau rumus molekul atau juga
mengidentifikasi senyawa dari pola fragmentasinya. Pola fragmentasi
dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa, juga memungkinkan terhadap
pengenalan gugus fungsi dengan melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.
f. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/ HPLC
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid
Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia.
KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi
dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan
metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain: mampu
memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya,
kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya
dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis, Resolusi yang baik, dapat
digunakan bermacam-macam detector, Kolom dapat digunakan kembali,
mudah melakukan "sample recovery”(Sumber: Johnson dan Stevenson, 1978).
Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada gambar d bawah
ini:
Gambar komponen-komponen KCKT atau HPLC (Sumber: Lindsay, 1992 )
- Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure)
dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa
reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),
oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif
terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya
terbatas.
- Injektor (injector)
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di
dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi.
b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan
pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-
70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut
kromatografi Cair. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum
injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume
lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan
menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan
secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja
atmosfir, bila valve difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
- Kolom (Column)
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom
dapat dibagi menjadi dua kelompok:
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada
jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang
digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -
30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25-100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan
biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan
temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan
kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT
yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid
Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution
Chromatography, EC)
- Detektor (Detector) .
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan
(noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons
untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan
fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa
dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara
luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitive
jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:
Detektor Fluorometer -Detektor Spektrofotometer Massa
Detektor lonisasi nyala -Detektor Refraksi lndeks
Detektor Elektrokimia -Detektor Reaksi Kimia
Pada praktikum, sampel yang diuji menggunakan HPLC akan terbaca kadar
area kafein pada HPLC, kemudian dilakukan perhitungan ppm kafein, berdasarkan
perhitungan didapat ppm kafein cokelat adalah 39,57 ,kopi robusta 208,35 , kopi
arabika 61538305, teh hitam 601,67, teh hijau 509,33, kopi bubuk430,17.
Berdasarkan ppm kafeinnya maka dapat dihitung kadar kafein sampel-sampel
tersebut yaitu kadar kafein cokelat 14,54, kopi robusta 35,21, kopi arabika 4553835,
teh hitam 200,36, kopi bubuk 406,51, dan teh hijau 142,10.Berdasarkan perhitungan
kafein tertinggi terdapat pada kopi arabika dan kadar kafein terendah pada cokelat.
IV. KESIMPULAN
Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit
yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. . Ekstraksi
kafein pada kopi, teh, dan bubuk coklat menggunakan metode maserasi.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada
temperatur ruangan. Berdasarkan data perhitungan didapat rendemen dari cokelat
36,758%, rendemen kopi robusta 16,9%, rendemen kopi arabika 7,4%, teh hitam
33,3%, rendemen kopi bubuk 94,5% dan rendemen teh hijau 27,9%. Rendemen
ekstraksi paling besar adalah rendemen kopi bubuk. Kromatografi adalah suatu istilah
umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan
atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan
fasa diam yang juga biasanya berupa cairan ataupun suatu padatan. Pada praktikum,
sampel diuji menggunakan HPLC, merupakan salah satu metode kimia dan
fisikokimia yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam
cairan atau padat. Dengan menggunakan HPLC akan terbaca kadar area kafein pada
HPLC. Dari data yang didapat, kadar kafein cokelat 14,54, kopi robusta 35,21, kopi
arabika 4553835, teh hitam 200,36, kopi bubuk 406,51, dan teh hijau
142,10.Berdasarkan perhitungan, kafein tertinggi terdapat pada kopi arabika dan
kadar kafein terendah pada cokelat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2004. Kafein. http://okasatria.blogspot.com, 29 Maret 2011. [20 Maret
2011].
Anonim2. 2009. Kromatografi Lapis Tipis.
http://www.greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html.
[20 Maret 2011]
Anonim3. 2000. Kromathografi Paper Pigmen. www.indigo.com/ science-supplies/filter-
paper.html. [29 maret 2011].
Ibnu Gholib Gandjar, Abdul Rohman, (2007), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Johnson, E. L. and Stevenson, R. (1978). Basic liquid chromatography. California:
Varian.
Lindsay, S. 1992. High performance liquid chrotomagraphy.second edition, John
Wiley & Sons, Chischer, New York, Brisbane, Toronto, Singapore.
Wikipedia. 2011. Maserasi. http: Wikipedia.com. [29 maret 2011]