Upload
indri-caesaria
View
121
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Narkotika, alkohol, zat adiktif lain
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan penyalahgunaan/ketergantungan zat-zat psikoaktif, termasuk narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya, mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut
medis, psikiatrik (kedokteran jiwa), kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-
budaya, kriminalitas, kerusuhan masal dan lain sebagainya).
Dari sekian banyak permasalahan yang ditimbulkan sebagai dampak
penyalahgunaan/ketergantungan zat psikoaktif adalah merusak hubungan kekeluargaan,
menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara drastis, ketidakmampuan untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, perubahan perilaku menjadi perilaku antisosial
(perilaku maladaptif), gangguan kesehatan (fisik dan mental), mempertinggi jumlah kecelakaan lalu
lintas, tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya.
1.2 Manfaat Modul
Tujuan modul 1 blok 17 ini adalah mempelajari tentang NAPZA. Selain itu juga kita dapat
mempelajari dari jenis-jenisnya, cara pemakaian, efek obat, sampai pada penatalaksanaan. Modul 1
ini digambarkan dengan jelas di skenario sehingga dapat mengarahkan ke learning objective yang
harus dicapai.
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 1
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO
TOLONG DOK….ANAKKU SAKAU
Seorang laki-laki 20 tahun, anak pejabat ddi daerah, dibawa ke rumah sakit dengan keadaan
withdrawl, lengan memar-memar, dan luka-luka iris, dan luka lecet di pelipis. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan lakrimasi, rhinorrea, pupil midriasis, dan paranoid. Kemudian dokter
menganjurkan pemeriksaan urin pada saat itu juga. Orang tua pasien tersebut sangat terkejut ketika
mendengar penjelasan dari dokter tentang penyakit anaknya dan tidak yakin akan kebenaran hal
tersebut karena mengenal anaknya sebagai anak pendiam, penurut, dan taat beribadah, tidak seperti
kakaknya yang pernah mengalami hal seperti ini karena mengkonsumsi salah satu narkoba, namun
memang memiliki sifat dan perilaku yang bertolak belakang. Apa yang terjadi?
STEP 1
1. Sakau
Adalah istilah yang sering digunakan pada seseorang pengguna Narkotika yang mengalami
gejala putus obat. Sinonim: Withdrawal Syndrome
2. Withdrawal
Adalah beberapa gejala yang timbul akibat pemberhentian atau pengurangan dosis terhadap
zat atau bahan yang memiliki efek ketergantungan, dengan kata lain sering disebut “gejala
putus obat” dari penggunaan obat-obatan yang sudah pada tahap ketergantungan atau
toleransi fisiologi.
3. Paranoid
Suatu sifat dari Paranoia. Paranoia merupakan penyakit mental dimana seseorang meyakini
bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya ditandai dengan kecurigaan yang tidak logis.
Gangguan ini bersifat menetap, mengganggu dan membuat tertekan.
STEP 2
1. Bagaimana mekanisme dari withdrawl?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan lengan memar, luka-luka iris dan luke lecet pada pelipis
sesuai scenario?
3. Mengapa bisa terjadi lakrimasi, rhinorream pupil midriasis dan paranoid?Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 2
4. Factor apa saja yang menyebabkan orang melakukan tindakan penyalahgunaan obat?
5. Apakah tujuan pemeriksaan urin? Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan tersebut dan
bagaimana mekanisme pemeriksaannya?
6. a. Bagaimana cara mendiagnosis kasus scenario ?
b. pemeriksaan apa saja yang digunakan selain di scenario?
7. Apakah hubungan kasus yang dialami penderita dengan riwayat kakaknya?
8. bagaimana penatalaksanaan dari scenario?
STEP 3.
1. Diawali dengan penyalahgunaan zat tersebut dikarenakan zat bersifat membuat pemakai
ketergantungan(adiktif) maka lama kelamaan tubuh pemakai akan melakukan suatu
homeostasis baru terhadap zat/ bahan tersebut (tubuh menyesuaikan) selama periode
penggunaan obat tersebut. Sehingga apabila terjadi suatu withdrawl dengan cara
pengurangan dosis atau berhenti secara tiba-tiba, maka tubuh akan memberikan reaksi
berlawanan.
Ketergantungan pada obat:
- Toleransi: menyesuaikan homeostasis tubuh, tidak ada gejala
- Induksi: pemakaian kedua, belum ada gejala maka pemakai perlu menambah dosis
- Rehab: pengurangan dosis
- Withdrawl: tiba-tiba, inhibitor terlalu kuat sehingga timbul egek pada tubuh , dan sesuai
dari jenis zat/bahan yang digunakan.
Conditioning NAPZA: tubuh beradaptasi, sehingga terjadi penambahan reseptor yang
banyak menyebabkan sel syaraf bekerja keras. Saat terjadi gejala putus obat, maka
nantinya akan merusak kerja dari sel syaraf tersebut.
2. Pemakai merasa obat tersebut berada di dalam pembuluh darah maka melakukan suati
tindakan mengrisis lengan dan menghisap dari tempat diiris tersebut. Jika terjadi suatu
gangguan psikosis/depresi berat dapat menyebabkan suicide, hal ini termasuk kegawat
daruratan medik. Lengan memar pada pemakai dikarenakan apabila terjadi kejang akibat
dari pemakaian zat/bahan tersebut, serta luka lecet di pelipis akibat pemakai mengalami
perassan suicide, sehingga membentur-benturkan kepalanya.Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 3
Efek withdrawl juga dapat meningkatkan stimulus terutama stimulus peka nyeri;menjadi
lebih sensitive, maka pemakai akan merasakan sakit kepa yang sangat hebat, sehingga
timbul perasaan suicide, dan melakukan ketiga hal tersebut.
3. Gangguan pada saraf simpatis dapat menyebabkan pupil midriasis (contoh: efek opioid),
vasokonstriksi di mata menyebabkan lakrimasi, serta rhinorrea. Sedangkan paranoid terjadi
bila ada suatu gangguan sejak lahir, atau gangguan dari neurotransmitter sehingga
menyebabkan gangguan jiwa.
4. Faktor-Faktor seseorang menggunakan NAPZA
Faktor kepribadian
Orangnya yang cenderung Impulsif, pendiam, orang tidak bias menahan diri ketika
keingginannya menjadi factor penggunaan NAPZA
Faktor sosial budaya
Kaitannya dengan hidup bebas
Lingkungan
1. Keluarga
2. Teman
3. Sekolah
NAPZA
Kemudahan dari zat ini untuk didapatkan, serta masih lemahnya hokum yag
berkaitan dengan NAPZA
Faktor individu :
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja,
sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial
yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.Anak
atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :
Cenderung membrontak dan menolak otoritas
Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti
Depresi,Ccemas, Psikotik, Kkeperibadian dissosial.
Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memilikicitra
diri negatif (low self-esteem)
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 4
Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
Mudah murung,pemalu, pendiam
Mudah mertsa bosan dan jenuh
Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambing keperkasaan
dan kehidupan modern.
Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga
sulitmengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
Kemampuan komunikasi rendah
Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidakmampuan,
kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)
Putus sekolah
Kurang menghayati iman kepercayaannya
Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama
factor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi
penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
Lingkungan Keluarga
Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
Orang tua otoriter atau serba melarang
Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurangkonsisten)
Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalamkeluargaGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 5
Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA
Lingkungan Sekolah
Sekolah yang kurang disiplin
Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untukmengembangkan
diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna NAPZA
Lingkungan Teman Sebaya
Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
Lingkungan masyarakat/social
Lemahnya penegakan hokum
Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung
Faktor Napza
Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untukdicoba
Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euphoria atau fly atau stone atau high atau teler dan lain-
lain.
5. Dengan cara ditampung lalu di cek dengan alat. Tes ini mempunyai syarat : pemakaian
indicator (zat/bahan psikoaktif) selama 48 jam. Perlu tes konfirmasi.
6. Alur diagnose untuk penatalaksanaan zat:
a. Autoanamnesa: cenderung menutupi identitas, ada riwayat pemakaian obat, efek
intoksikasi, kapan dan durasi pemakaian, serta riwayat sosio-legal.
b. Aloanamnesa; perilaku yang berbeda, serta info saat sakau.
c. Pemeriksaan urin : dilakukan 24 jam pertama
d. Pemeriksaan darah : dalam 7 hari
e. Pemeriksaan Cor: bisa terjadi pembesaran akibat kompensasi
f. Pemeriksaan rambut.: tahan sampai 3 bulanGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 6
7. Dilihat dari factor-faktor yang dapat menyebabkan penyalahgunaan NAPZA
8. Methadone, rehabilitasi( medic dengan olahraga, psikis dengan psikoterapi selama 3-6
bulan, social, edukasional dngan memelihara dan meningkatkan pengetahuan,vocational
agar bias kembali bekerja)
STEP 4
STEP 5
1. NAPZA secara umum dan komplikasinya
2. Jenis : ( gejala, mekanisme kerja, terapi dan komplikasi)
A. AlcoholGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 7
Toleransi
Adiksi/ketergantungan
withdrawl
induksi
Pupil midriasis, lakrimasi, rhinorrea,
paranoid
pemeliharaan
Pemeriksaan : anamnesis, pemeriksaan fisik
Diagnosis sementara
Pemeriksaan penunjang
Terapi
Diagnosis
B. Opioid
C. Amphetamine
D. Opioid
E. Caffeine
F. Inhalant
G. Cannabis
H. Fensiklidin
I. Cocaine
J. Hallucinogen
K. nikotin
STEP 6
Belajar mandiri
ALKOHOL
Mekanisme
Kira-kira 10 persen alkohol yang dikonsumsi diabsorbsi di lambung, dan sisanya di absorbsi diusus
kecil. Konsentrasi puncak alkohol dalam darah dicapai dalam waktu 30 sapai 90 menit tergantung
pada apakah alkohol diminum saar lambung kosong atau bersama makanan. Tubuh memiliki alat
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 8
pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu
tinggi didalam lambung, mukus di sekresikan dan katup pilorikditutup. Aksi tersebut
memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil .
Jika alkohol telah diabsorbsi kedalam aliran darah alkohol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh.
Efek intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol darah adalah naik daripada jika turun.
Karena alasan tersebut kecepatan absorbsi mempunyai suatu penunjang langsung respons
intoksikasi.
Kira-kira 90 persen alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme melalui oksidasi dihati sisasnya 10
persen diekskresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Alkohol di metabolisme oleh dua
enzim : Alkohol dehidrogenase ( ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengatalisasikan
konversi alkohol menjadi asetaldehid yang merupakan senyawa toksik, Aldehida dehidrogenase
mengatalisasikan konversi asetaldehida menjadi asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi
oleh disulfiram yang sering kali digunakan dalam pengobatan gangguan yang berhubungan dengan
alkohol.
Gejala Pakai Alkohol
(1) Muka kemerahan dan merasakan sensasi tubuh hangat
(2) Euphoria
(3) Hambatan diri turun
Gejala Intoksikasi Alkohol
Ditemukan satu atau lebih tanda dibawah ini yang berkembang selama atau segera setelah
pemakaian alkohol . meruapakan kriteria diagnosis dari intoksikasi alkohol, adalah sebagai berikut :
(1) bicara cadel
(2) inkordinasi
(3) gaya berjalan tidak mantap
(4) nistagmus
(5) gangguan daya ingat
(6) stupor atau koma.
Gejala Putus Alkohol
Ditemukan dua atau lebih tanda dibawah ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai hari
setelah penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan berat meruapakan
kriteria diagnosis dari putus alkohol, adalah sebagai berikut :Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 9
(1) hiperaktifitas otonomik (misalnya berkeringat atau kecepatan denyut nadi melebihi 100)
(2) peningkatan tremor tangan
(3) insomnia
(4) mual atau muntah
(5) halusinasi atau ilusi lihat, raba, atau dengar yang transien
(6) agitasi psikomotor
(7) kecemasan
(8) kejang grandmal.
Terapi
1. Psikoterapi2. Medikasi
Disulfiram (antabuse) menghambat enzim aldehida dehydrogenase akan tetapi pemberian obat tidak boleh dimulai sampai 24 jam setelah pasien minum alcohol.
3. Terapi perilaku
Opioid
Opium yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid
diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin. Analgesi opioid terutama digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek
farmakodinamik yang lain.
Mekanisme Kerja
Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu mu (µ), delta (δ), dan kappa (К). Ketiga jenis reseptor
termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan dengan protein G, dan memiliki berbagai subtype.
Reseptor µ memperantarai efek analgetik mirip morfon, euphoria, depresi nafas, miosis,
berkurangnya motilitas saluran cerna. Resptor К diduga memperantarai analgesic seperti yang
ditimbulkan pentazosin, sedasi dan miosis serta depresi yang ditimbulkan tidak sekuat agonis µ.
Selain itu di SSP juga didapatkan reseptor δ yang selektif terhadap enkefalin dan reseptor ε
(epsilon) yang sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak punya afinitas terhadap enkefalin.
Klasifikasi obat golongan opioid
Struktur dasar Agonis kuat Agonis Agonis- antagonis
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 10
lemah-
sedang
antagonis
Fenantren Morfin,
hidromorfon,
oksimorfon
Kodein,
oksikodon,
hidrokodon
Nalbufin,
buprenorfin
Nalorfin,
nalokson,
naltrekson
Fenilheptilami
n
Metadon Propoksifen
Fenilpiperidin Meperidin,
fentanil
Difenoksilat
Morfinan Levorfanol Butorfanol
Benzomorfan pentazosin
Gejala
Pengguna Opiat akan tidak merasa nyeri pada cedera akut, hal ini disebabkan karena kerja
opioid yang mirip dengan endofrin di dalam otak yang berperan untuk menekan rasa nyeri. Gejala
lainnya adalah pengguna opioid akan mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara,
akibat dari kekakuan lidah, dan penurunan hasrat dalam hubungan sex (Kaplan & Sadock, 1997;
Kaplan & Sadock's, 2000)
Ketika pengguna menghentikan pemakaian setelah satu periode, atau setidaknya dua minggu
pemakaian, maka gejala putus obat akan muncul. Untuk morfin dan heroin, gejala akan muncul
setelah 6 sampai 8 jam dari dosis terakhir dan berakhir setelah 7 sampai 10 hari setelahnya. Untuk
Meperidin, gejala muncul dengan cepat dan memuncak dalam 8 sampai 12 jam, dan selesai dalam 4
sampai 5 hari (Kaplan & Sadock's, 2000).
Selain penghentian penggunaan yang secara tiba – tiba, gejala putus obat juga akan muncul
pada pemberian antagonis opioid setelah suatu periode pemakaian opioid (Kaplan & Sadock's,
2000).
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 11
Gejala yang mungkin muncul adalah tiga atau lebih dari gejala berikut :
Mood disforik
Mual dan muntah
Nyeri otot
Lakrimasi atau rinorea
Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
Diare
Menguap
Demam
Insomnia (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).
Diagnosis
Menurut Kaplan, dkk (2010), kriteria diagnostik untuk opioid adaah sebagai berikut :
Pemakaian opioid yang belum lama
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis yang berkembang
selama, atau segera setelah pemakaian opoiod. Misalnya, euforia yang diikuti dengan apatis,
disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangan, atau gangguan fungsi
sosial atau pekerjaan.
Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu (atau
lebih) tanda berikut :
Mengantuk atau koma
Bicara cadel
Gangguan atensi atau daya ingat (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).
Terapi
Pendidikan dan Penukaran Jarum
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 12
Sangat penting bagi pengguna opioid untuk diajarkan praktik sex yang aman, mengingat
faktor resiko tertular HIV pada pengguna opioid. Juga pentiing untuk dijelaskan tidak
amannya penggunaan jarum suntik secara bersama – sama (Depkes, 2008; Kaplan &
Sadock's, 2000).
Metadon
Metadon bekerja dengan menekan gejala putus obat yang dialami pengguna. Lama kerja
metadon melebihi 24 jam, sehingga dosis sehari sekali adalah adekuat (Depkes, 2008; Kaplan
& Sadock's, 2000).
Opioid lainnya
Opioid yang biasa digunakan adalah Levo-acetylmethadol (LAMM). Berbeda dari metadol,
LAMM dapat diberikan dalam dosis 30 sampai 80 mg tiga kali seminggu (Depkes, 2008;
Kaplan & Sadock's, 2000).
Antagonis Opiat
Antagonis opiad bekerja untuk menghambat efek opiat dan opioid. Obat ini tidak memiliki
efek narkoti dan tidak menyebabkan ketergantungan. Obat yang biasa digunakan adalah
naloxone dan naltrexone (Depkes, 2008; Kaplan & Sadock's, 2000).
Psikoterapi
Psikoterapi iindividual, terapi perilaku, terapi kognitif-perilaku, terapi keluarga, kelompok
pendukung, dan latihan keterampilan sosial (Depkes, 2008; Kaplan & Sadock's, 2000).
Komunitas Terapeutik
Komunitas terapeutik adalah suatu tempat tinggal yang anggotanya semua memiliki masalah
penyalahgunaan zat yang sama, dimana staf yang mengelolanya adalah orang ang sebelumnya
mengalami ketergantungan zat (Depkes, 2008; Kaplan & Sadock's, 2000).
Komplikasi
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 13
Komplikasi tersering untuk penggunaan opioid adalah infeksi opotunistik berupa HIV/AIDS,
mengingat cara mengkonsumsinya yang menggunakan jarum suntik (Amir, et al., 2012; Depkes,
2008)
Amfetamin
Mekanisme Kerja
Amfetamin bekerja dalam berbagai cara yang paling utama adalah meningkatkan pelepasan
neurotransmitter katekolaminergik. Merupakan inhibitor lemah monoamine oksidase dan
berdasarkan persamaan struktur merupakan agonis langsung katekolaminergik di otak.
Penyalahgunaan yang berefek stimulan (mengaktifkan fungsi syaraf) : lebih waspada, bergairah,
eporia, pupil mata melebar, denyut nadi meningkat, susah tidur, nafsu makan hilang. Kelebihan
pemakaian mengakibatkan gelisah, suhu badan naik, suka berhayal, tertawa tidak wajar sampai bisa
menimbulkan kematian.
Gejala
Gejala Intoksikasi :
Agitasi
Kehilangan berat badan
Takikardi
Dehidrasi
Hipertermi
Imunitas rendah
Paranoid
Delusi
Halusinasi
Kehilangan rasa lelah
Insomnia
Kejang
Stroke
Gangguan kardiovaskular
Kematian (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008).
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 14
Gejala putus obat :
Depresi
Tidak dapat beristirahat
Craving
Mencoba melakukan bunuh diri
Mood yang datar
Ketergantungan
Fungsi sosial yang buruk (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008).
Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk intoksikasi amfetamin:
Pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan yang belum lama terjadi
Perilaku maladaptive atau perubahan perilaku yang bermakna secara klinis (euphoria,
kecemasan, ketegangan, perubahan sosiobilitas dll) yang berkembang selama atau segera
setelah, pemakaian amfetamin
Dua (atau lebih) hal berikut, berkembang selama, atau segera sesudah, pemakaian amfetamin :
Takikardia atau bradikardi
Dilatasi pupil
Peninggian atau penurunan tekanan darah
Berkeringat atau menggigil
Mual dan muntah
Tanda-tanda penurunan berat badan
Agitasi atau retardasi psikomotor
Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung
Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma.
Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain (Kaplan & Sadock's, 2000).
Kriteria diagnostic untuk putus amfetamin
Penghentian (penurunan) amfetamin yang telah lama atau berat
Mood distorik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut yang berkembang dalam
beberapa jam sampai beberapa hari setelah criteria A
KelelahanGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 15
Mimpi yang tidak menyenangkan
Insomnia
Peningkatan nafsu makan
Retardasi atau agitasi psikomotor
Gejala dalam criteria B menyebabkan penderitaan yang bermkana secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak lebih baikditerangkan oleh gangguan
mental lain (Kaplan & Sadock's, 2000).
Terapi
Terapi untuk intoksikasi :
Pemeriksaan tanda vital
Perhatikan tanda-tanda intoksikasi
Simtomatik bergantung dari kondisi klinis, untuk penggunaan oral, merangsang muntah
dengan activied charcoal atau kurus lambung adalah penting.
Antipsikotika ; haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau klorpromazin 1mg/kg BB, oral,
setiap 4-6 jam
Antihipertensi bila perlu (TD diatas 140/100 mmHg)
Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan benzodiazepine; diazepam 3x5 mg atau
klordiazepoksid 3x25 mg
Bila ada kejang, berikan diazepam 10-30 mg parenteral
Aritmia kordis, lakukan cardiac monitoring, untuk palpitasidapat diberikan propanolol 20-
80 mg/ hari dengan memperhatikan kontraindikasinya
Control temperature dengan selimut dingin atau klorpromazin untuk mencegah
temperature tubuh meningkat
Observasi di IGD 1x24 jam (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008; Kepmenkes, 2010).
Terapi untuk putus obat :
Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik.
Rawat inap diperlukan apabila disertai gejala psikotik berat, gejala depresi berat atau
kecenderungan bunuh diri, dan komplikasi fisik lainnya
Terapi: antipsikotika (haloperidol 3 x 1,5-5mg, atau risperidon 2 x 1,5-3 mg), antiansietas
(alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, atau diazepam 3 x 5-10 mg, atau klobazam 2 x 10 mg) atau
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 16
antidepresan golongan SSRI atau trisiklik/tetrasiklik sesuai kondisi klinis (Amir, et al., 2012;
Depkes, 2008; Kepmenkes, 2010).
Komplikasi
Infark miokard
Tetani
Sesak nafas
Kematian (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008)
KAFEIN
Kadar kafein dalam biji kopi berkisar 1-2,5% bergantung pada jenisnya. Daun the selain
mengandung teofilin dan teobromin juga mengandung kafein. Kakao dan coklat mengandung
teobromin dan kafein juga.
Minuman dan obat Kandungan kafein didalamnya
Kopi seduhan
Kopi instan
Decaffeinated coffe
Teh daun
The celup
Kola
APC
Cafergot
80-140 mg/cangkir
66-100 mg/cangkir
2-4 mg/cangkir
30-75 mg/cangkir
42-100 mg/cangkir
25-55 mg/cangkir
32 mg/tablet
100 mg/tablet
Cara Konsumsi
Kafein yang terdapat dalam biji kopi biasanya dikonsumsi secara oral sebagai minuman.
Kafein yang terdapat dalam obat biasanya berbentuk pil atau tablet untuk penggunaan oral.
Cara Kerja Obat
Kafein atau 1,3,7 trimetilsantin bersifat lipofilik, sehingga pada penggunaan oral, 99%
kafein akan diserap kedalam darah dan kadar tertinggi dalam darah dicapai dalam waktu 30-60 Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 17
menit. Dengan cepat kafein tersebar keseluruh tubuh dan menembus blood, barin, barrier ke otak.
Kafein dapat ditemukan di plasma dara, air liur, ASI, air seni, cairan serebrospinal, semen dan air
ketuban.
Kafein dimetabolisme di hati oleh system microsomal p-450 reductase, lalu dieksresi
melalui air seni, dan 2-3%diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Waktu paruh kafein bervariasi
antara 2-12 jam dengan rata-rata 4-6 jam. Kehailan dan penyakit hati yang kronis meningkatkan
waktu paruh sedangkan merokok menurunkan waktu paruh. Paling penting dalam mekanisme kerja
kafein antara lain :
1. Kafein menyekat reseptor adenosine
2. Kafein menghambat enzim fosfodiesterase
3. Kafein meninduksi translokasi kalsium intraselular
Kriteria Diagnosis
Intoksikasi Akut Kafein
Harus terdapat disfungsi prilaku atau persepsi yang tidak normal yang dibuktikan dengan adanya
paling sedikit satu dari gejala :
1. Euphoria
2. Kewaspadaan yang berlebihan
3. Agresif atau marah-marah
4. Suka berdebat
5. Suasanan perasaan yang labil
6. Perilaku yang diulang-ulang
7. Ilusi pendengaran,
penglihatan, atau perabaan
8. Halusinasi
9. Ide paranoid
Paling sedikit terdapat dua dari gejala :
1. Denyut jantung cepat
2. Denyut jantung tidak teratur
3. Tekanan darah tinggi
4. Berkeringat dan menggigil
5. Mual atau muntah
6. Berat badan berkurang
7. Pupil melebar
8. Agitasi
9. Kelemahan otot
10. Nyeri dada
11. Kejang
Gejala Putus Kafein
1. Terdapat suasana disforia
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 18
2. Terdapat dua dari gejala :
a. Lesu dan letih
b. Hambatan pikomotor
c. Keinginan kuat untuk mengkonsumsi kafein
d. Nafsu makan bertabah
e. Insomnia
f. Mimpi aneh
Penegakkan Diagnosis
Anamnesa
Autoanamnesa
Tujuannya untuk membentuk rasa percaya pasien terhadap terapis sehingga pasien merasa
yakin bahwa data tentang dirinya akan terjamin jerahasiannya di tangan terapis. Data pribadi dan
data demografi pengguna zat psikoaktif yang perlu diketahui meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat tempat tinggal, tingkat pendidikan, agama yang dianut, etnik, status perkawinan, anak nomor
berapa dari orang tuanya, pekerjaan ayah, ibu, maupun pengguna. Adapun pertanyaan yang dapat
diajukan anatara lain :
a. Zat psikoaktif apa saja yang pernah dikonsumsi?
b. Sejak usia berapa menggunakan zat tersebut?
c. Zat psikoaktifa apa yang satu bula terakhir ini masih digunakan dan kapan terakhir
dikonsumsi?
d. Berapa kali setiap hari dikonsumsi?
e. Berapa jumlah setiap kali mengkonsumsi?
f. Bagaimana cara mengkonsumsi zat tersebut?
g. Bila dengan cara menyuntik, bagaimana cara mensterilkan jarum suntiknya?
h. Apakah pernah bertukar jarum suntik?
i. Alasan menggunakan zat tersebut?
j. Komplikasi apa saja yang pernah dialami selama pemakaian zat tersebut?
k. Apa pernah dirawat di rumah sakit atau di panti rehabilitasi??
Aloanamnesa
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 19
Aloanamesa dilakukan terhadap orang tua, guru, atau orang dekat lainnya berkisar pada
perubahan perilaku dan kebiasaan penderita. Yang dapat ditanyakan antara lain:
a. Apakah terjadi perubahan dalam pola tidur, makan, pola tidur, tampak mengantuk?
b. Apakah sering berpergian malam hari dan tanpa memberitahu kepergiannya?
c. Apakah sering tidak masuk sekolah?
d. Apakah sifatnya berubah?
e. Apakah sering berbohong?
f. Apakah anggota kelyarga sering kehilangan uang atau benda berharga?
Pemeriksaan Fisik
o Kesadaran
o Denyut nadi
o Suhu badan
o Pernafasan
o Tekanan darah
o Mata
o Hidung
o Mulut
o Paru
o Jantung
o Lambung
o Hepar
Pemeriksaan Psikiatri
Bertujuan mengetahui ada tidaknya gangguan psikiatri yang sering kali terdapatbersamaan
dengan pengguna zat psikoaktif. Pada penyalahgunaan nikotin ini akan tampak gangguan emosi
berupa agitatif dan gangguan bicara berupa banyak bicara
Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan dengan melakukan tes DAP, tes baum, MMPI, SSCT, dan sebagainya.
Pemeriksaan Laboratorium
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 20
Dilakukan dengan menganalisis air seni untuk mengetahui zat psikoaktif yang dikonsumsi
penderita. Air seni sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan zat psikoaktif terakhir.
Ada beberapa teknik pemeriksaan analisis air seni yaitu paper chromatography, thin layer
chromatography, gas chromatography, atau high power TLC. Selain tes anlisis urin dapat pula
dilakukan pemeriksaa darah rutin, kimia darah, tes fungsi hati, dan tes fungsi ginjal apabila ada
indikasi untuk diperiksa.
Pemeriksaan Flouroskopi dan Elektrofisiologis
Pemeriksaan Flouroskopi berupa foto paru, foto tengkorak, USG, CT Scan, dan MRI
sedangkan pemeriksaan elektofisiologi berupa EEG, EKG, dan EMG
Penatalaksanaan
- Terapi Intoksikasi Kafein
Terapi intoksikasi kafein bersifat asimtomatik. Jarang diperlukan antiansietas, tetapi bila
diperlukan, derivate benzodiazepine dapat diberikan sebagai antiansietas ataupun antikejang.
Bila terjadi hipertensi dapat diberikan obat antihipertensi.
- Terapi Putus Kafein
Tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Bila diperlukan, dapat diberikan antiansietas untuk
mengatasi ketegangan otot dan ansietas.
INHALAN DAN SOLVEN
Yang termasuk inhalan atau solven adalah senyawa organic berupa gas dan zat pelarut yang
mudah menguap. Inhalan terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, cat, dan
pelumas mesin. Inhalan banyak digunakan oleh anak-anak yang masih muda belia, atau orang yang
tergolong kurang mampu dan narapidana.
KLASIFIKASI
Nama Zat Terdapat Pada
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 21
Hidrokarbon alifatik
n-butana, isobutana
n-heksna
Terdapat dalam spray pengharum ruangan, deodorant, pembasmi serangga,
spray rambut, dan penyulut rokok.
Terdapat dalam cat dan pengencer cat
Hidrokarbon
Aromatik
Benzena
Metilbenzena
Silena
Stirena
Terdapat dalam perekat, lem karet, pelumas, dan bensin.
Terdapat dalam perekat, lem karet, aerosol spray, pelumas, bensin, semir
sepatu cair, cat, pengencer cat, dan perekat adesif.
Terdapat dalam perekat, lem karet, pelumas, bensin, dan pengencer cat.
Terdapat dalam perekat, dan lem karet.
Halogen
Hidrokarbon
Triklor etilena
Tetraklor Etilena
Triklor etena
Terdapat dalam pelumas dan penghapus huruf ketik
Terdapat dalam pelumas
Terdapat dalam pelumas, penghilang noda, dan dry cleaner
Eter
Dimetil eter Terdapat dalam spray pengharum ruangan, deodorant, pembasmi nyamuk,
dan spray rambut.
Keton
Dimetil keton (aseton)
Metal etil keton
(butanon)
Terdapat dalam pengencer cat, dan penghapus cat kuku
Terdapat dalam pelumas dan pengencer cat.
Ester
Etil asetat
Butyl Asetat
N. propel asetat
Terdapat dalam pengencer cat
Terdapat dalam pengencer cat
Terdapat dalam pengencer cat
Glikol
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 22
Gas
N2O Terdapat dalam foam dispenser
Campuran
Minyak tanah
Bensin
Bahan bakar pesawat
terbang
Alcohol
Isopropyl Alkohol
Metal alkohol
Terdapat dalam pelumas, pengencer cat, dan aerosol
Terdapat dalam cairan pembersih, pengencer cat, dan cairan antibeku
Nitrit Alifatis
Butilnitrit Tedapat dalam pewangi ruangan
Cara Konsumsi Obat
Inhalan tersedia dalam bentuk cairan tersimpan dalam botol atau kaleng, dalam bentuk
semprotan, atau berbentuk semisolid tersedia dalam tuba. Inhalan dikonsumsi dengan cara disedot
melalui hidung dan mulut, atau dituang pada kain, lalu uapnya dihirup, atau dituang dalam kantong
plastic. Dengan menghirup 10-15 kali dari kantong plastic tertutup, dapat dicapai euphoria untuk
kebanyakan inhalan.
Cara Kerja Obat
Inhalan bekerja pada dinding sel saraf pada susunan saraf pusat. Inhalan diserap paling cepat
melalui paru. Pada umumnya inhalan, mempunyai waktu onset yang pendek. Inhalan dimetabolisme
di hati dan dikeluarkan dari badan melalui ginjal dan paru, sebagian dalam bentuk tidak berubah.
Inhalan bekerja pada system dopaminergik dan GABA-ergik toleransi terhadap inhalan terjadi
dengan cepat. Ketergantungan psikis jelas ada, sedangkan ketergantungan fisik tidak jelas.
Afinitas inhalan terhadap lemak sangat tinggi sehingga jaringan yang mengandung banyak
lemak mendapat bagian yang paling banyak pula, yaitu otak, medulla spinalis, dan hati.
Kriteria Diagnosis
Intoksikasi Akut Inhalan
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 23
- Harus ada disfungsi perilaku, yang dibuktikan paling sedikit satu dari gejala :
a. Apatis dan letargi
b. Selalu berdebat
c. Marah-marah atau agresif
d. Suasana perasaan labil
e. Gangguan daya nilai
f. Retardasi psikomotor
g. Interferensi fungsi personal
Paling sedikit terdapat satu dari gejala :
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 24
a. Jalan sempoyongan
b. Sulit berdiri
c. bicara cadel
d. Nistagmus
e. Kesadaran menurun
f. Kelemahan otot
g. diplopi
Penatalaksanaan
Terapi Intoksikasi Inhalan
Terapi yang dapat diberikan bersifat asimptomatik. Bila tedapat gejala psikosis,
dapat diberikan antispikosis.
Komplikasi Medis
Umumnya bersifat merusak hati, ginjal, sumsum tulang belakang, paru, jantung dan otak.
Perempuan yang menggunakan inhalan secara kronis selama hamil akan melahirkan bayi engan
fetal solvent syndrome.
Kanabis
Gejala
Gejala yang paling nampak pada pengguna kanabis adalah melebarnya pembuluh
darah konjungtiva, sehingga nampak mata merah. Gejala lainnya yang bisa dirasakan
oleh penderita adalah mulut kering, kecemasan dan efek analgesik. Gejala putus obat
yang bisa terjadi pada pengguna kanabis antara lain adalah tremor, gangguan tidur,
keringat di malam hari (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).
Diagnosis
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 25
Dari anamnesis, dapat didapatkan riwayat penggunaan kanabis, alasan
penggunaan, dan lama penggunaannya. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan injeksi
konjungtiva, takikardi ringan, midriasis (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).
Terapi
Hal yang penting dari terapi pengguna kanabis adalah abstinensia dan dukungan
dari orang – orang sekitar (Kaplan & Sadock's, 2000).
Komplikasi
Kemungkinan terburuk yang terjadi dari pengguna kanabis adalah kanker paru
dengan penggunaan ganja dengan cara dirokok (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's,
2000).
KOKAIN
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang
sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar
Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini
biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Kingdom: Plantae
Angiosperms
Division : Eudicots
Class: Rosids
Order: Malpighiales
Family: Erythroxylaceae
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 26
Genus: Erythroxylum
Species: E. coca
Gambar Kokain
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. Nama
jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju. Cara pemakainnya :
membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan
kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan
penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau.
Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang
hidung bagian dalam.
Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan
mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif
dan efek merugikannya telah dikenali.
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 27
Kokain merupakan senyawa untuk yang memproduksi berbagai efek farmakologi pada
manusia. Senyawa ini dapat memblok kanal natrium dengan cepat, menstabilkan membran
axonal dan memproduksi efek lokal anastetik. Kokain merupakan satu – satunya anastesi lokal
yang mempengaruhi neurotransmiter dan menstimulasi vasokontrikstor. Hal ini merupakan salah
satu penyebab ketoksikan kokain. Efek yang paling penting dari kokain adalah menstimulasi
SSP.
Kokain adalah stimulan sistem saraf pusat yang kuat dengan meningkatkan kadar
dopamin, neurotransmitter yang berhubungan dengan kesenangan dan gerakan. Biasanya,
dopamin dilepaskan oleh neuron dalam menanggapi sinyal menyenangkan (misalnya, bau
makanan yang enak), dan kemudian didaur ulang kembali ke dalam sel yang melepaskannya,
sehingga mematikan sinyal antar neuron. Kokain bekerja dengan mencegah proses daaur ulang
dopamin, menyebabkan jumlah neurotransmitter yang berlebihan untuk memperkuat sinyal
tersebut ke neuron penerima, dan akhirnya mengganggu komunikasi normal. Kelebihan dopamin
inilah yang bertanggung jawab untuk efek euforia kokain. Dengan penggunaan berulang, kokain
dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam sistem reward otak dan juga sistem otak
yang lain juga, yang akhirnya dapat menyebabkan kecanduan. Dengan penggunaan berulang,
toleransi terhadap efek kokain juga sering berkembang. Banyak pelaku kokain melaporkan
bahwa mereka telah berusaha namun gagal untuk mencapai kenikmatan sebanyak yang mereka
dapatkan pada saat paparan pertama mereka. Beberapa pengguna akan meningkatkan dosis
mereka dalam upaya untuk mengintensifkan dan memperpanjang efek euforia, tetapi ini juga
dapat meningkatkan risiko efek psikologis atau fisiologis yang merugikan.
Tiga rute umum dalam pengguaan kokain: dihirup, injeksi, dan dihisap seperti
rokok. Yang paling umum adalah dengan menghirup bubuk kokain melalui hidung, yang
kemudian diserap ke dalam aliran darah melalui mukosa hidung. Menyuntik adalah
penggunaan jarum untuk memasukkan obat langsung ke dalam aliran darah. Merokok
melibatkan menghirup uap kokain atau asap ke paru-paru, di mana penyerapannya ke
dalam aliran darah secepat pemakaian dengan injeksi. Semua tiga metode
penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan kecanduan dan masalah kesehatan yang
parah, termasuk meningkatkan risiko tertular HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya.
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 28
Intensitas dan durasi dari efek kokain (meliputi peningkatan energi, mengurangi
kelelahan, dan kewaspadaan mental) bergantung pada rute pemberian obat. Penyuntikan atau
merokok kokain menghasilkan efek yang lebih cepat, lebih kuat daripada dihirup. Di sisi lain,
penyerapan lebih cepat biasanya berarti durasinya juga lebih singkat : efek dari menghirup bubuk
kokain dapat berlangsung 15 sampai 30 menit, sedangkan efek dari merokok kokain bisa
berlangsung hanya 5 sampai 10 menit. Dalam rangka untuk mempertahankan efeknya, pengguna
kokain harus memakai obat lagi. Untuk alasan ini, kokain sering disalahgunakan dengan
digunakan berulang kali dalam waktu yang relatif singkat,dengan dosis yang semakin tinggi.
Dosis kokain yang dapat menyebabkan efek psikostimulatori adalah 0,3-0,6 mg/kg.
Kokain ini juga meningkatkan konsentrasi dari asam amino, aspartat dan glutamat.
a. Efek yang ditimbulkan
Kokain merupakan suatu golongan stimulansia susunan saraf pusat, tetapi kokain
juga bekerja pasa saraf tepi dan sistem kardiovaskuler. Pengaruh kokain terhadap sitsem
motorik dan sistem kordiovaskuler bersifat bifasik. Pada pemberian kokain dosis rendah
penampilan motorik meningkat tetapi pada dosis tinggi menimbulkan kejang dan tremor.
Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa
tugas kognitif. Kadang-kadang timbul perforasi septum nasi pada pemakaian secara
intranasal. Pada keadaan kelebihan dosis, timbul eksitasi, kesadaran yang “berkabut”,
pernafasan yang tak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, tekanan darah
naik, suhu badan naik, rasa cemas, dan ketakutan. Kematian biasa disebabkan karena
pernafasan berhenti. Pemakaian yang lama dapat menimbulkan penurunan berat badan dan
anemia karena anoreksia.
b. Gejala intoksikasi
Pada penggunaan kokain dosis tinggi dapat terjadi gejala intoksikasi, seperti agitasi,
iritabilitas, gangguan dalam pertimbangan, perilaku seksual yang impulsif dan peningkatan
aktivitas psikomotor, takikardia, hipertensi serta midriasis.
c. Gejala putus zat
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 29
Setelah menghentikan pemakaian kokain atau setelah intoksikasi akut, terjadi
depresi pascaintoksikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan,
iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus kokain menghilang
dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus kokain bisa berlangsung sampai satu
minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.
Gejala putus kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (Valium).
HALUSINOGEN
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbagai istilah
seperti psikedelik atau psikotomimetik karena selain menginduksi halusinasi, halusinogen
juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan pengalaman kesadaran yang
meluas dan meningkat. Halusinogen diklasifikasikan sebagai obat golongan I; Badan
POM AS menyatakan bahwa zat ini tidak memiliki kegunaan medis dan potensi
penyalahgunaan yang tinggi.
Halusinogen klasik yang terdapat secara alamiah adalah psilocybin (dari semacam
jamur) dan mescaline (dari kaktus peyote); lainnya adalah harmin, harmalin, ibogain, dan
dimetiltriptamin. Halusinogen sintetik klasik adalah asam lisergat dietilamid (LSD).
Sejumlah peneliti menglasifikasikan amfetamin tersubstitusi atau yang disebut amfetamin
desainer, seperti 3,4-metil-endioksimetamfetamin (MDMA), sebagai halusinogen.
Neurofarmakologi
LSD dapat berfungsi sebagai prototipe halusinogenik. Efek farmakodinamik LSD
masih kontroversial, meskipun disepakati secara umum bahwa obat tersebut bekerja pada
sistem serotonergik, baik sebagai antagonis maupun agonis. Data ini menunjukkan bahwa
LSD bekerja sebagai agonis parsial pada reseptor serotonin pascasinaps.
Sebagian besar halusinogen diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral, meski
beberapa dikonsumsi per inhalasi, merokok, atau injeksi intravena. Toleransi untuk LSD
dan halusinogen lain terbentuk dengan cepat dan hampir komplet setelah 3-4 hari
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 30
penggunaan berkelanjutan. Toleransi juga berbalik dengan cepat, biasanya dalam 4-7
hari. Baik ketergantungan fisik maupun gejala putus obat tidak terjadi pada pemberian
halusinigen, tapi pengguna dapat mengalami ketergantungan psikologis pada pengalaman
yang menginduksi-tilikan dari episode penggunaan halusinogen.
Ketergantungan dan Penyalahgunaan Halusinogen
Penggunaan halusinogen jangka panjang jarang terjadi. Tidak ada kecanduan
fisik. Meski ketergantungan psikologis terjadi, hal tersebut jarang, sebagian karena tiap
pengalaman LSD berbeda dan sebagian karena tidak ada euforia yang dapat diandalkan.
Intoksikasi Halusinogen
Intoksikasi halusinogen didefinisikan dalam DSM-IV-TR yaitu ditandai dengan
perubahan persepsi dan perilaku maladaptif serta tanda fisiologis tertentu. Diagnosis
banding untuk intoksikasi halusinogen mencakup intoksikasi antikolinergik dan
amfetamin serta keadaan putus alkohol. Intoksikasi halusinogen biasanya tidak memiliki
gejala putus zat.
Gambaran Klinis
Awitan kerja LSD terjadi dalam 1 jam, memuncak dalam 2-4 jam, dan
berlangsung 8-12 jam. Efek simpatomimetik LSD meliputi tremor, takikardia, hipertensi,
hipertermia, berkeringat, pandangan kabur, dan midriasis. Kematian disebabkan oleh
patologi serebovaskuler atau kardiak yang berhubungan dengan hipertensi atau
hipertermia dapat terjadi dengan peningkatan halusinogenik.
Dengan penggunaan halusinogen, persepsi menjadi sangat cerah dan intens.
Warna dan tekstur terlihat lebih kaya dibanding sebelumnya, kontur menajam, musik
lebih mendalam secara emosional, dan bau serta rasa meninggi. Halusinasi biasanya
visual, seringkali dalam bentuk geometrik dan bentuk benda, tetapi halusinasi auditorik
dan taktil kadang-kadang dialami. Emosi menjadi sangat intens, dapat berubah mendadak
dan sering, dua perasaan yang tampaknya tidak serasi dapat dialami disaat yang
bersamaan. Refleksi introspektif kerap terjadi dan perasaan religius serta tilikan filosofis
kerap terjadi. Sensasi tentang diri sangat berubah, kadang hingga mencapai
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 31
depersonalisasi, menyatu dengan dunia eksternal, pemisahan diri dari tubuh, atau disolusi
total ego ke dalam ekstasi mistis. Beberapa penggunaan berat halusinogen dapat
mengalami ansietas kronik atau depresi dan mungkin diuntungkan dengan pendekatan
psikologis atau farmakologis yang ditujukan ke masalah yang mendasari.
Penanganan
Instoksikasi Halusinogen
Penanganan instoksikasi halusinogen adalah dengan pemberian diazepam oral 20
mg. Obat ini menghilangkan pengalaman LSD dan panik yang terkait dengannya dalam
20 menit.
Gangguan Persepsi Persisten Halusinogen
Penanganan gangguan persepsi persisten halusinogen bersifat paliatif. Langkah
pertama adalah identifikasi yang benar mengenai gangguan tersebut. Pendekatan
farmakologi mencakup benzodiazepin jangka panjang seperti klorazepam (Klonopin) dan
pada derajat lebih ringan, antikonvulsan seperti asam valproat (Dekapene) dan
karbamazepin (Tregetol). Kondisi komorbid yang dikaitkan dengan gangguan persepsi
persisten halusinogen meliputi gangguan panik, depresi mayor, dan ketergantungan
alkohol. Masing-masing kondisi ini membutuhkan pencegahan primer dan intervensi
dini.
Psikosis Terinduksi Halusinogen
Penanganan psikosis terinduksi halusinogen tidak berbeda dengan penangan
konvensional psikosis lain. Namun, sebagai tambahan obat antipsikotik, sejumlah agen
dilaporkan efektif termasuk litium karbonat, karbamazepin, dan terapi elektrokonvulsif.
Obat antidepresan, benzodiazepin, dan obat antikonvulsan masing-masing memainkan
peran tersendiri dalam terapi. Pasien dengan psikosis terinduksi halosinogen
menunjukkan gejala positif dan waham namun masih mempertahankan kemampuan
berhubungan dengan psikiater. Terapi medis paling baik diterapkan adalah dalam konteks
terapi suportif, edukasional, dan keluarga. Tujuan penangan adalah pengendalian gejala,
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 32
perawatan rumah sakit yang minimal, pekerjaan harian, berkembang dan bertahannya
hubungan sosial, serta penatalaksaan komorbid seperti ketergantungan alkohol.
NIKOTIN
Adiksi nikotin merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia, rokok cigar membunuh lebih dari 440,000 warga amerika setiap tahunnya dengan perkiraan 490,000 dari kematian tersebut merupakan kematian akibat menjadi perokok pasif
Tanda dan gejala
Waktu / usia pertama kali mengkonsumsi rokok dan jumlah total rokok yang di konsumsi perhari merupakan 2 indikator terkuat dari adiksi nikotin. Efek fisik dari penggunaan nikotin meliputi peningkatan irama jantung, peningkatan tekanan darah dan penurunan berat badan. Studi penggunaan nikotin jangka pendek menunjukkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak tanpa mengubah metabolisme oksigen otak, namun pajanan dalam jangka panjang menyebabkan penurunan aliran darah otak
Nikotin memberi efek stimulatorik yang kuat terhadap perilaku penggunanya, nikotin akan meningkatkan kewaspadaan, atensi, pembelajaran dan kemampuan menyelesaikan masalah dari penggunanya. Pada pengguna tembakau melaporkan bahwa merokok kretek meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan mengurangi perasaan depresi, akan tetapi kondisi yang terstimulasi pada penyalahguna tembakau adalah gambaran dari kondisi panik-hampir manic, kecepatan berbicara yang meningkat dan kondisi iritabilitas yang umumnya akan berkurang dengan konsumsi nikotin.
Diagnosis
Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth edition (DSM-5)Adiksi nikotin mengacu pada “tobacco use disorder”
Terdapat 11 kriteria dimana dalam waktu 12 bulan minimal terdapat 2 kriteria untuk menegakkan diagnosis
1. Tembakau dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau dalam kurun waktu yang lama2. Keinginan untuk mengkonsumsi secara terus menerus atau upaya yang tidak berhasil
dalam penurunan konsumsi atau control dari konsumsi tembakau3. Banyak waktu yang diluangkan untuk memperoleh atau menggunakan tembakau4. Keinginan yang kuat atau kondisi yang mendesak untuk mengkonsumsi tembakau
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 33
5. Pengunaan tembakau berulang mengakibatkan kegagalan dalam menyelesaikan kewajiban atau tugas utama di kantor, sekolah atau rumah
6. Pengguna tembakau memiliki masalah social atau interpersonal yang disebabkan atau diperburuk akibat efek dari tembakau (cont, berdebat dengan orang lain mengenai masalah penggunaan tembakau )
7. Interaksi social, pekerjaan atau aktifitas rekreasional ditinggalkan atau berkurang akibat penggunaan tembakau
8. Penggunaan tembakau secara berulang pada situasi yang berbahaya bagi fisik (cont, merokok di tempat tidur)
9. Penggunaan tembakau tetap dilanjutkan walaupun pengguna mengetahui adanya dampak fisik atau psikis yang disebabkan atau diperburuk oleh tembakau
10. Kondisi toleransi dari salah satu hal berikuta. Kebutuhan tembakau yang meningkat untuk mendapatkan sensasi atau efek yang
diinginkanb. Efek yang menghilang pada konsumsi dengan jumlah tembakau yang sama
11. Kondisi withdrawal yang dimanifestasikan dengan salahsatu hal berikuta. Karakteristik dari sindrom withdrawal tembakaub. Tembakau (atau substansi yang hamper mirip, seperti nikotin) yang dikonsumsi untuk
menghilangkan atau menghindari kondisi withdrawal
Farmakologi
Komponen psikoaktif tembakau adalah nikotin yang mempengaruhi system saraf pusat dengan bekerja sebagai agonis pada reseptor asetil kolin subtype nikotinik. Sekitar 25 persen nikotin yang dihirup saat merokok mencapai aliran darah, dan melalui pembuluh darah tersebut nikotin dapat mencapai otak dalam 15 detik. Waktu paruh nikotin adalah sekitar 2 jam. Nikotin diyakini mengaktivasi jaras dopaminergik yang berjalan dari area tegmental ventral ke korteks serebri dan system limbic. Selain mengaktivasi system reward norepinefrin dan epinefrin yang bersirkulasi serta peningkatan pelepasan vasopresin, B-endorfin, hormone adenokortikotropik, dan kortisol. Hormon-hormon ini dianggap berperan dalam efek stimulatorik dasar nikotin terhadap SSP.
Terapi
Terapi penggantian nikotin
Transdermal nicotine patch (koyo nikotin)
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 34
Koyo nikotin dijual bebas, tersedia dalam perparat 16 jam tanpa titrasi (Harbitol) dan preparat 24- atau 16-jam dengan titrasi (NicodermCQ) koyo dipasang tiap pagi dan menghasilkan konsentrasi nikotin dalam darah sekitar setengah dari merokok. Kepatuhannya tinggi dan satu-satunya efek samping adalah ruam dan, dengan pemakaian 24 jam, insomnia. Penggunaan jangka panjang tidak terjadi. Penggunaan koyo atau permen jaret pada situasi risiko tinggi meningkatkan angka berhenti dengan tambahan 5-10%. Belum ada studi yang telah dilakukan untuk menentukan kemanjuran relative koyo 24- atau 16 jam atau koyo dengan atau tanpa titrasi
Nicotine Nasal spray (Semprotan hidung nikotin)
Semprotan hidung nikotin (Nicotrol), hanya tersedia dengan resep , menghasilkan konsentrasi nikotin dalam darah yang lebih menyerupai konsentrasi dari merokok sebatang rokok kretek, dan tampaknya terutama membantu bagi perokok yang sangat ketergantungan. Namun, semprotan menyebabkan rhinitis, mata berair dan batuk pada lebih dari 70% pasien. Meski data awal menyarankan kemungkinan penyalahgunaan, percobaan lebih lanjut tidak menemukan hal ini.
Nicotone gum (permenkaret nikotin)
Permenkaret nikotin (nicorette0 dalah suatu produk yang dijual bebas yang melepaskan nikotin melalui kunyahan dan absorbs bukal. Tersedia varian 2 mg untuk mereka yang merokok kurang dari 25 batang perhari dan varian 4 mg untuk mereka yang merokok lebih dari 25 batang perhari. Perokok dianjurkan untuk menggunakan satu sampai dua permenkaret per jam steleh penghentian mendadak. Konsentrasi nikotin dalam darah vena dari permen karet adalah sepertiga sampai setengah kadar rokok kretek. Kepatuhan terhadap permenkaret sering kali menjadi masalah. Efek sampingnya kecil dan mencakup pengecapan buruk dan rahang nyeri. Sekitar 20 persen dari mereka berhenti menggunakan permenkaret dalam jangka waktu lama, tapi 2 persen menggunakan permen karet lebih dari setahun; penggunaan jangka panjang tampaknya tidak berbahaya. Keuntungan utama permen karet nikotin adalah kemampuan memberikan kelegaan pada situasi beresiko tinggi.
Nicotine lozenge (permen nikotin)
Permen nikotin tersedia dalam formulasi 2- dan 4- mg sejak 2002. Nikotin dalam permen secara perlahan diserap melaluai mukosa bucal. Permen nikotin tidak boleh di kunyah dan jumlah nikotin yang diserap per item lebih tinggi dari nikotin yang diserap dalam bentuk sediaan permen karet
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 35
Sublingual nicotine tablet (tablet nikotin sublingual)
Tablet ini di buat untuk di tempatkan di bawah lidah dimana nikotin pada tablet diabsorbsi secara sublingual. Level dari nikotin yang diperoleh dengan komposisi 2-mg tablet sama dengan level nikotin yang diperoleh dari permen karet nikotin 2-mg , penggunaaan tablet sublingual nikotin direkomendasikan selama 12 minggu. setelah beberapa periode, jumlah tablet yang digunakan akan di turunkan secara bertahap.
Nicotine inhaler (obat hirup nikotin)
Produk dengan resep, dirancang untuk menghantarkan nikotin ke paru, tapi nikotin sebenarnya diabsorpsi di bagian atas tenggorok. Kadar resultan nikotinnya rendah. Keuntungan utama obat hirup adalah obat ini member substitusi perilaku terhadap merokok. Obat hirup juga melipatgandakan angka berhenti. Alat ini perlu dihirup berulangkali yang dapat memberikan efek samping minimal.
Pengobatan non nikotin
Terapi non nikotin dapat membantu perokok yang secara filosofis menolak konsep terapi penggantian nikotin serta perokok yang gagal pada terapi penggantian nikotin.
Bupropion
Adalah obat antidepresan yang memiliki aksi dopaminergik maupun adrenergik. Dosis harian 300 mg dapat diandalkan untuk melipatgandakan angka berhenti pada perokok dengan dan tanpa riwayat depresi, pada satu studi, kombinasi bupoprion dan koyo nikotin memiliki angka berhenti yang lebih tinggu dibanding bila digunakan secara tersendiri. Efek samping berupa insomnia dan mual
Varenicline
Varenicline merupakan agonis parsial yang selektif untuk alpha-4, beta-2 nicotinic acethylcholine receptors (nAChRs), dimana efeknya adalah mencegah pengikatan nikotin pada reseptor subtype nikotin. Varenicline membantu perokok untuk mencegah symptom withdrawal dengan mengatur kadar dopamine diotak pada level moderate, efek samping utama adalah nausea yang akan mereda seiring pemakaian. Menurut studi, Penggunaan verenicline harus diawasi dengan ketat atau di hindari terutama pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 36
Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 37