40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan faktor penting dalam bercocok tanam. Suatu sistem irigasi yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Antara air dan tanaman mempunyai hubungan yang erat karena pentingnya fungsi air dalam penyelenggaraan dan kelangsungan hidup tanaman. Kegiatan irigasi dalam proses produksi tanaman pangan merupakan salah satu kegiatan yang penting. Yang dimaksud dengan irigasi itu sendiri adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan unuk keperluan produksi tanaman. Tujuan irigasi ini adalah untuk memanfaatkan air irigasi yang tersedia secara benar yakni seefisien dan seefektif mungkin. Dengan ini proses produksi pertanian akan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Input faktor lainnya seperti tenaga kerja, bibit, saprodi (sarana produksi) serta pemberantasan hama tidak akan berarti jika air tidak tersedia. Selain itu jika pada pertengahan proses produksi terjadi kekurangan air atau terjadi kekeringan akan berpengaruh pada penurunan hasil bahkan dapat menyebabkan puso (gagal panen). Untuk memanfaatkan air irigasi secara efektif dan efisien, pada tingkat usaha tani dilakukan kegiatan 1

Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

  • Upload
    iwan

  • View
    1.726

  • Download
    45

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan PKL D.I Cimenteng

Citation preview

Page 1: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan faktor penting dalam bercocok tanam. Suatu sistem irigasi

yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Antara air dan

tanaman mempunyai hubungan yang erat karena pentingnya fungsi air dalam

penyelenggaraan dan kelangsungan hidup tanaman.

Kegiatan irigasi dalam proses produksi tanaman pangan merupakan salah

satu kegiatan yang penting. Yang dimaksud dengan irigasi itu sendiri adalah usaha

untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan unuk

keperluan produksi tanaman. Tujuan irigasi ini adalah untuk memanfaatkan air

irigasi yang tersedia secara benar yakni seefisien dan seefektif mungkin. Dengan

ini proses produksi pertanian akan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Input

faktor lainnya seperti tenaga kerja, bibit, saprodi (sarana produksi) serta

pemberantasan hama tidak akan berarti jika air tidak tersedia. Selain itu jika pada

pertengahan proses produksi terjadi kekurangan air atau terjadi kekeringan akan

berpengaruh pada penurunan hasil bahkan dapat menyebabkan puso (gagal

panen).

Untuk memanfaatkan air irigasi secara efektif dan efisien, pada tingkat

usaha tani dilakukan kegiatan tata guna air tingkat usaha tani yang kegiatan

utamanya mulai dari penerimaan air pada petak sawah tersier, pengaliran air

melalui saluran tersier ataupun kuarter serta pembagiannya pada blok – blok petak

usaha tani sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan oleh komoditas

tanaman pangan pada tingkat usaha tani. Kegiatan ini harus didukung oleh

kelompok tani atau Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). (Ir. Ngentem Malem

Sinulingga).

Irigasi di Indonesia telah ada sejak beberapa abad yang lalu, sebelum

orang Hindu datang ke Indonesia. daerah irigasi di Wilayah I Kabupaten Cianjur

memiliki 8 Daerah Irigasi dintaranya Daerah Irigasi Gunung Lanjung/Rawa Peuti,

Ciraden/Cibalu, Cianjur Leutik, Cimenteng/Ciembe, Cibalagung, Ciheulang,

Cisarua II/Lw. Jubleg, Cipanyusuhan/Citalib.

1

Page 2: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Bendung Cimenteng bertujuan untuk mengairi daerah irigasi teknis yang

bertujuan meningkatkan tingkat kualitas dan kuantitas produksi usaha tani di

Kabupaten Cianjur khususnya Daerah Irigasi Cimenteng.

Daerah Irigasi Cimenteng berasal dari Bendung Sungai Cibalagung.

Daerah Irigasi ini dilalui oleh daerah Irigasi sebelumnya yaitu Daerah irigasi

Cibalagung dan daerah irigasi yang paling hulu di wilayah 1 ini adalah Daerah

Irigasi Rawa Peuti/Gunung Lanjung. Daerah Irigasi ini berada dibawah

kewenangan Cabang Dinas Pengeloaan Sumber Daya Air dan Pertambangan

(PSDA dan P) Kabupaten Cianjur dan masyarakat setempat yang mempergunakan

air irigasi ini untuk keperluan lahan pertanian mereka untuk meningkatkan

produksi pertanian mereka dengan pengawasan dari Dinas PSDA dan P

Kabupaten Cianjur.

Mahasiswa Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Universitas

Padjadjaran telah melakukan praktek kerja lapang di Daerah Irigasi Cimenteng

selama kurang lebih 1 bulan, dimana laporan ini dalam bentuk laporan deskripsi

mengenai “Perencanaan Pembagian Air di Daerah Irigasi Cimenteng”.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melaksanakan kegiatan praktek kerja lapang diharapkan

mahasiswa mampu mengetahui, mengenal, mengidentifikasikan, memecahkan

persoalan dalam pengelolaan suatu daerah irigasi serta mendapatkan pengetahuan

dan pemahaman tentang rangkaian – rangkaian kegiatan pada institusi tersebut.

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus

Adapun Tujuan Instruksional Khusus dari kegiatan Praktek Kerja Lapang ini

adalah:

1. Mahasiswa mendapatkan informasi dan pengalaman baru bagaimana cara

mengukur curah hujan dan debit air di daerah irigasi yang tidak diperoleh

diperkuliahan.

2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana pengaturan dalam ketersediaan

air dari pola tanam, jadwal tanam dan pemberian air irigasi pada lahan

pertanian petani di suatu daerah irigasi.

2

Page 3: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

1.3 Tujuan Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapang

Tujuan dari penulisan laporan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk

memberi petunjuk dan gambaran tentang bagaimana ketersediaan air pada daerah

irigasi. Laporan ini merupakan catatan kerja selama pelaksanaan praktek kerja

lapang yang merupakan laporan dari data – data sekunder di dinas dan hasil

pemantauan di lapangan yaitu di Daerah Irigasi Cimenteng.

1.4 Kegunaan Praktek Kerja Lapang

Kegunaan praktek kerja di Daerah Irigasi Cimenteng ini diantaranya:

1. Secara langsung mahasiswa memperoleh pengalaman kerja praktek dalam

menentukan pola tanam di suatu daerah irigasi.

2. Sebagai sarana dalam memperdalam ilmu yang diperoleh di perguruan

tinggi selama menuntut ilmu ataupun dilapangan.

3. Dapat membandingkan kajian teoritis dengan praktek – praktek selama

dilapangan.

1.5 Ruang Lingkup Permasalahan

Mendeskripsikan dalam Pengaturan Ketersediaan Air di Daerah Irigasi

Cimenteng Cabang Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan

Wilayah I Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan pada saat praktek kerja lapang

termasuk didalamnya survey di daerah tersebut.

1.6 Metode Praktek Kerja Lapang

Metode praktek kerja lapang yang digunakan di Daerah Irigasi Cimenteng

meliputi prosedur kerja pengumpulan dan pengolahan data. Data yang diperoleh

merupakan data sekunder yang didapat dari Kantor Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Pertambangan (PSDA dan P) Wilayah I Kabupaten Cianjur, untuk

melengkapi tulisan dan menganalisis keadaan dilakukan dengan mengikuti

kegiatan pemeriksaan bangunan air seminggu sekali dengan staf pegawai dan juru

pengairan di Daerah Irigasi Cimenteng yang berhubungan dengan kegiatan

pendataan serta studi pustaka yang diambil dari beberapa literatur dan laporan –

laporan hasil penelitian.

3

Page 4: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

1.7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dimulai dari tanggal 16 Februari

sampai dengan 27 Maret 2010, waktu praktek disesuaikan dengan jam kerja

Kantor Cabang Dinas PSDA dan P yaitu dari Hari Senin sampai Jumat di mulai

pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB.

4

Page 5: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

BAB II

TINJAUAN UMUM DAERAH IRIGASI CIMENTENG

2.1 Sejarah Daerah Irigasi Cimenteng

Daerah Irigasi Cimenteng mempunyai luas potensial 20003 ha. Luas areal

yang diairi berdasarkan sistem jaringan yang ada adalah seluas 1636 ha. Sehingga

klasifikasi jaringan Daerah Irigasi Cimenteng adalah termasuk tipe irigasi sedang

karena luas areal yang diairi adalah lebih besar dari 400 ha.

Daerah Irigasi Cimenteng dilalui oleh bangunan utama berupa bendung

yang disebut Bendung Cimenteng. Bendung Cimenteng terletak di Sungai

Cibalagung tetapi diberi nama sebagai Bendung Cimenteng. Nama Cimenteng

tersebut kemungkinan diambil dari nama desa. Namun setelah diperiksa di peta,

Cimenteng ternyata bukan nama desa tetapi merupakan nama sungai yang berada

di Kota Cianjur. Karena nama Cimenteng sudah populer maka pemberian nama

pada jaringan irigasi ini dipertahankan.

Bendung Cimenteng terdiri dari satu intake (saluran pemasukan air

irigasi). Kondisi bendung saat ini masih cukup baik, sedangkan pada bangunan

sadap hampir seluruhnya dalam kondisi rusak ringan. Areal irigasi pada Daerah

Irigasi Cimenteng termasuk kategori semi teknis, dimana air irigasi hanya pada

bagian intake (saluran pemasukan air irigasi) saja yang dapat diukur dengan baik.

Pada sistem pemberian air telah terjadi penurunan dalam efisiensi serta

keefektifannya yang disebabkan karena adanya kerusakan – kerusakan pada

bangunan air dan saluran irigasi di Daerah Irigasi Cimenteng.

Jaringan Irigasi Cimenteng merupakan bangunan peninggalan pada masa

penjajahan Belanda. Jaringan irigasi tersebut direhabilitasi serta ditingkatkan

menjadi jaringan irigasi semi teknis pada tahun anggaran 1980/1981. Sehubungan

kurang pemeliharaan dan faktor usia maka kondisi jaringan irigasi tersebut saat ini

banyak yang rusak dan memerlukan perbaikan.

Pada waktu survey dan inventarisasi sistem jaringan Daerah Irigasi

Cimenteng dalam rangka pelaksanaan survey dan Design Special Maintenance.

Ditemukan bahwa Daerah Irigasi Cimenteng mendapat suplai air dari beberapa

Daerah Irigasi. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa bangunan pelengkap

5

Page 6: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

berupa talang yang menyuplai air buangan dari Daerah Irigasi Cibalu, serta

terlihat dari adanya Bendung Benda, Bendung Cidomba, Bendung Cikaro Belah

atau bendung desa lainnya yang menyediakan air untuk menyuplai Daerah Irigasi

Cimenteng.

Berdasarkan hasil penyempurnaan peta skala 1 : 5000, luas fungsional

Daerah Irigasi Cimenteng adalah sebesar 1.534, 30 ha. Selain itu petak tersier ada

yang lebih besar dari 150 ha bahkan mencapai luasan 379 ha, yang mana hal ini

perlu dievaluasi kembali apakah luasnya perlu diperkecil sesuai standar irigasi

sebagai upaya menciptakan sistem operasional yang efektif dan efisien.

2.2 Keadaan Daerah Irigasi Cimenteng

2.2.1 Bendung Cimenteng

Kondisi Bendung Cimenteng masih cukup baik, data teknis bendung

adalah sebagai berikut:

- Lebar bendung 10,00 meter

- Elevasi Mercu Bendung + 496,946 meter

- Tinggi Bendung 0,65 meter

- Lebar Pintu Intake 2 x 1,00 meter

- Lebar Pintu Penguras 1,20 meter

- Tipe Bendung Bendung tetap dengan bentuk mercu bulat

- Ruang Olak Pasangan Batu kali

Gambar 1. Bendung Cimenteng

6

Page 7: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Gambar 2. Saluran Induk Cimenteng

2.2.2 Saluran Pembawa

Saluran Pembawa yang telah ada di Daerah Irigasi Cimenteng terdiri dari

Saluran Induk Cimenteng dan Saluran Sekunder Ciembe.

Panjang saluran Pembawa di D. I Cimenteng adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Data Panjang Saluran Daerah Irigasi CimentengNo. Saluran Irigasi Panjang (meter)1 Saluran Induk Cimenteng 2.759,00

2 Saluran Sekunder Ciembe 5.030,00

3 Saluran tersier 30.550,00

4 Saluran kuarter 51.800,00

2.2.3 Saluran Pembuang

Pada Daerah Irigasi Cimenteng, saluran pembuang yang berfungsi sebagai

pembuangan air akibat kelebihan air irigasi dan akibat air hujan dialirkan secara

alami sepanjang 15,10 km. Berdasarkan pengamatan di lapangan maka pengaliran

air yang ada cukup mampu untuk mengalirkan debit buangan tersebut. Selama ini

tidak ada keluhan dari masyarakat akan adanya penggenangan apalagi

penggenangan yang sampai merusak tanaman.

2.2.4 Bangunan – Bangunan Air

Bangunan – bangunan air yang ada di Daerah Irigasi Cimenteng dapat

dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

7

Page 8: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Tabel 2. Banyaknya Bangunan Air di Daerah Irigasi CimentengNo.

Bangunan AirBanyaknya

1 Bangunan Bagi/Sadap 1 buah

2 Bangunan Sadap 38 buah

3 Bangunan Jembatan Kendaraan 12 buah

4 Bangunan Jembatan Orang 1 buah

5 Bangunan Suplesi 10 buah

6 Bangunan Talang Tersier 3 buah

7 Bangunan Gorong – Gorong Jalan 3 buah

8 Bangunan Pelimpah Samping 2 buah

9 Bangunan Terjun 1 buah

10 Bangunan Siphon 2 buah

11 Bangunan Ukur 3 buah

Beberapa Bangunan Sadap kondisinya sudah tidak berfungsi lagi. Pintu –

pintu pengambilan sebagian telah rusak dan pasangan pada bangunan sebagian

telah rusak. Kondisi bangunan pelengkap sebagian besar pada bagian tembok

sayap dan pasangan lantai rusak berat.

Gambar 3. Bangunan Terjun D.I Cimenteng

8

Page 9: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Gambar 4. Bangunan Talang air D.I Cimenteng

2.2.5 Bangunan lain yang berhubungan

Daerah Irigasi Cimenteng mengambil air dari Bendung Cimenteng pada

Sungai Cibalagung yang bermata air dari Gunung Geulis, Gunung Balukbuk,

Gunung Gedogan, dan Gunung Lanjung. Di sebelah hulu Bendung Cimenteng

merupakan daerah dataran dan perbukitan mulai dari Desa Pasir Muncang sampai

dengan Desa Legok Kuda. Sepanjang daerah tersebut telah terdapat daerah irigasi

teknis yaitu Daerah Irigasi Cicadas dan Daerah Irigasi Kecil (Daerah Irigasi Desa)

yang luas layanannya berkisar antara 10 ha sampai 50 ha dengan memanfaatkan

mata air dari pegunungan seperti mata air Cibojong, Citundagan, Ciserepong, dan

Pacet yang merupakan mata air Sungai Cibalagung. Mata air yang ada di bagian

hulu perlu mendapat perhatian lebih jauh, karena mata air tersebut merupakan

mata air utama bagi Sungai Cibalagung. Pada saat mata air di bagian hulu disadap

otomatis akan mempengaruhi persediaan air Sungai Cibalagung, demikian juga

apabila air buangan dari sawah bagian atas berpindah ke anak sungai yang bukan

bermuara ke Sungai Cibalagung. Berdasarkan pengamatan, sawah yang ada di

bagian hulu tidak seluruhnya mendapatkan air dari mata air, melainkan ada

beberapa petak yang masih merupakan sawah tadah hujan.

Daerah Irigasi lain yang letaknya berdampingan dengan Daerah Irigasi

Cimenteng adalah Daerah Irigasi Cikaro Belah dan Daerah Irigasi Cibalu. Yang

mempunyai hubungan jaringan dengan Daerah Irigasi Cimenteng adalah Daerah

Irigasi Cibalu karena saat ini menyuplai air melalui bangunan sadap yang

dialirkan melalui talang tersier untuk mengairi petak tersier.

9

Page 10: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

2.3 Lokasi Daerah Irigasi

Daerah Irigasi Cimenteng terletak pada 0o 321 1511 BT dan 6o 431 2911 LS

yang membentang dari Barat ke Timur. Bila ditinjau secara Kedinasan

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDA dan P), secara

administratif daerah irigasi ini termasuk ke dalam wilayah:

Desa – desa : Bojong Herang, Hegarmanah, Muka, Sabandar,

Bojong, Sukataris, Ciherang, Sindanglaka,

Sukamantri, Sukasarana.

Kecamatan : Karang Tengah, Cianjur Kota.

Kabupaten : Daerah Tingkat II Cianjur.

Propinsi : Jawa Barat.

Batas – batas Daerah Irigasi Cimenteng :

Sebelah Utara dibatasi oleh Sungai Cibalagung dan Daerah Irigasi Cikaro

Belah.

Sebelah Selatan dibatasi oleh Daerah Irigasi Cibalu dan Sungai Ciheulang.

Sebelah Timur dibatasi oleh Kampung Cibalagung , Kampung Rawa Selar

dan Kampung Citalang.

Sebelah Barat dibatasi oleh Saluran Induk Cimenteng.

2.4 Keadaan Tanah

Untuk Daerah Irigasi Cimenteng tanahnya mempunyai ciri – ciri sebagai

berikut :

Daya infiltrasi (serap) sedang.

Nilai perkolasi pada tanah di Daerah Irigasi Cimenteng sebesar 2 mm/hari.

Lapisan tanah dimana air mudah meresap ke dalam tanah, sehingga run off

kecil.

Nilai untuk hydrology soil group Daerah Irigasi Cimenteng sebesar 81 .

Waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan untuk tanaman padi di

Daerah Irigasi Cimenteng adalah 45 hari.

Berdasarkan pengamatan visual, tipe tanah pada Daerah Irigasi Cimenteng

dapat diklasifikasi tipe tanah lempung kelanauan dengan porositas sedang dan

plastisitas sedang. (Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Cianjur).

2.5 Sumber Air

10

Page 11: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Daerah Irigasi Cimenteng diairi dari bendung Cimenteng yang dibangun di

Kali Cibalagung yang terletak di Kampung Cikadu Desa Bojong Herang. Seluruh

areal daerah irigasi diairi melalui Saluran Induk Cimenteng dan Saluran Sekunder

Ciembe disertai dengan jaringan tersiernya.

2.6 Areal Irigasi

2.6.1 Areal Potensial dan Fungsional

Dalam suatu daerah irigasi, areal irigasi dapat digolongkan menjadi areal

potensial dan areal fungsional. Areal potensial adalah daerah yang mempunyai

kemungkinan baik untuk dikembangkan, sedangkan areal fungsional adalah

bagian dari areal potensial yang telah memiliki jaringan irigasi yang telah

dikembangkan. Luas areal fungsional adalah sama atau lebih kecil dari areal

potensial.

Berdasarkan buku data Daerah Irigasi Cimenteng, ruas areal potensial

adalah 2.000 ha dan luas areal fungsional adalah 1.636 ha. Sedangkan berdasarkan

hasil penyempurnaan peta skala 1 : 5000, luas areal fungsional adalah 1.534, 30

ha. Data luas areal fungsional Daerah Irigasi Cimenteng dapat dilihat pada

Lampiran 1.

2.6.2 Petak Tersier

Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah unit tersier.

Petak tersier menerima air yang dialirkan dan diukur pada Bangunan Sadap (off

take) tersier. Pengelolaan jaringan tersier ditangani oleh P3A (Perkumpulan Petani

Pemakai Air) dengan pembinaan teknis dari Dinas PSDA dan Dinas Pertanian.

Luas petak yang ideal adalah antara 50 ha – 150 ha. Petak tersier dibagi menjadi

petak – petak kuarter dengan luas kurang lebih 8 - 15 ha.

2.7 Jaringan Fisik

2.7.1 Bangunan utama

Untuk mengairi areal sawah pada Daerah Irigasi Cimenteng dengan luas

1. 534, 30 ha, air diambil dari Kali Cibalagung melalui Bendung Cimenteng.

Bendung ini dibangun berkisar tahun 1927 dan sudah beberapa kali dilaksanakan

rehabilitasi. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa kondisi

bendung cukup baik dan agar lebih sempurna maka dipandang perlu untuk

11

Page 12: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

dilaksanakan perbaikan kecil.

2.7.2 Data Teknis dan Kondisi Bendung

Bendung Cimenteng terbuat dari pasangan Batu Kali dan pada bagian

mercu bendung dilapisi dengan Batu Candi. Semula direncanakan sebagai

peninggi muka air, tetapi saat ini bagian depan bendung sudah penuh dengan pasir

dan batu berukuran besar, bahkan di depan intake sekarang ini penuh dengan

tumpukan pasir dan batu. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada Bendung

Cimenteng, apakah pembilasan dapat berjalan dengan sempurna dan apakah debit

yang dibutuhkan pada intake sudah bisa dipenuhi. Kondisi saat ini adalah elevasi

dasar pembilas sama dengan elevasi mercu bendung, sehingga bisa dikatakan

bahwa pada Bendung Cimenteng ini tidak ada pembilas.

Gambar 5. Bendung Cimenteng yang dibuat dari Batu Kali

Pelimpah Bendung Cimenteng dibuat dari pasangan Batu Kali dengan

lebar ambang 0,70 m, tinggi mercu 0,65 m dari dasar sungai dan lebar bentang

efektif pelimpah 10,00 m. Tembok sayap sebelah kanan setinggi 2,40 m dan sayap

sebelah kiri 2,40 m di atas mercu bendung/pelimpah. Dibagian hilir pelimpah

terdapat ruang olak dari pasangan Batu Kali yang sudah hancur.

Bendung dilengkapi dengan pintu penguras (pembilas utama)

menggunakan pintu sorong kayu yang terdiri dari satu bukaan dengan lebar 1,20

m, lebar pilar adalah 0,80 m dari pasangan Batu Kali.

Pintu pengambilan terdiri dari dua bukaan dengan ukuran 2 x 1,00 m. Saat

ini di depan intake telah banyak endapan berupa pasir dan batu.

Penjelasan singkat mengenai kondisi Bendung Cimenteng:

Lokasi bendung sudah sesuai dengan kondisi topografi yang ada di

lapangan.

12

Page 13: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Tidak ada konstruksi sand trap (kantong lumpur), secara visual kualitas air

yang digunakan untuk tanaman tidak keruh.

Elevasi mercu bendung sudah cukup untuk dapat mengairi areal

persawahan.

BAB III

URAIAN KEGIATAN

13

Page 14: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

3.1 Jenis kegiatan selama Praktek Kerja Lapang dalam menyusun

perencanaan pembagian air meliputi tahapan - tahapan:

1. Melakukan Pengukuran Curah Hujan dan Debit Air di Daerah Irigasi

Cimenteng

2. Penetapan Pola Tanam

3. Usulan Rencana Golongan Tanaman

4. Giliran Pemberian Air

5. Grafik Keseimbangan Air

3.2 Prosedur Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Gambar 5. Diagram Proses Kegiatan Praktek Kerja Lapang

3.3 Pengukuran Curah Hujan

14

Pengukuran selama Praktek Kerja Lapang

Pengambilan data:1. Data curah hujan2. Debit air3. Kebutuhan air4. Pembagian air5. Grafik neraca air

Pengukuran Curah HujanD.I Cimenteng

Pengukuran Debit Air D.I Cimenteng

Pengolahan data

Model Perencanaan Pembagian Air D.I Cimenteng

Pengumpulan Data, meliputi:1. Data Curah Hujan D.I Cimenteng2. Data Debit Air D.I Cimenteng3. Data Usulan Rencana Tanam D.I

Cimenteng4. Sistem Giliran Pembagian Air D.I Cimenteng5. Grafik Keseimbangan Air

Mulai Praktek Kerja Lapang

Selesai

Page 15: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

3.3.1 Waktu Pelaksanaan

Pengukuran dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB setiap harinya

selama sebulan.

3.3.2 Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan diantaranya:

1. Penakar hujan manual tipe obsevasi (Ombrometer).

2. Gelas ukur dalam satuan mm.

Daerah Irigasi Cimenteng menggunakan alat penakar curah hujan manual

seperti terlihat pada Gambar 6.

3.3.3 Cara Pelaksanaan

Pengukuran curah hujan dapat dilakukan melalui tahapan – tahapan

sebagai berikut ini:

1. Gelas ukur terlebih dahulu disiapkan dalam keadaan kosong untuk

menampung air hujan.

2. Simpan gelas ukur dalam badan alat penakar curah hujan.

3. Setelah seharian disimpan (24 jam), keesokan harinya diperiksa air

hujan yang tertampung dalam gelas ukur di pagi hari sekitar pada

pukul 07.00 WIB.

4. Baca volume curah hujan yang tertampung dalam gelas ukur (dalam

satuan mm).

5. Catat hasilnya untuk dijadikan data curah hujan hari sebelumnya,

seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini.

Gambar 6. Alat Penakar Curah Hujan

3.3.4 Hasil Pencatatan Curah Hujan Bulanan (dalam mm)

15

Page 16: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

No. Stasiun : 117 e Cabang Dinas : Wilayah I Cianjur

Stasiun Curah Hujan : Ciheulang Kecamatan : Karang Tengah

Bulan : Februari Tahun : 2010

Tabel 3. Curah Hujan Bulanan Pada Stasiun Curah Hujan Ciheulang

TanggalNA

TanggalNA

NO NO

1 4 16 20

2 - 17 80

3 - 18 5

4 10 19 14

5 32 20 4

6 - 21 -

7 - 22 5

8 15 23 -

9 - 24 7

10 120 25 -

11 - 26 -

12 42 27 -

13 - 28 12

14 - 29 -

15 14 30 -

Jumlah (mm) 237 Jumlah (mm) 147

Jumlah hari

hujan (mm/hr)7

Jumlah hari

hujan (mm/hr)8

Hujan minimum 4 Hujan minimum 4

Hujan

maksimum120

Hujan

maksimum80

Penjelasan:

1. Pencatatan dilakukan jam 07.00 WIB.

2. NO : Nomor Stasiun Hujan.

NA : Nama Stasiun Hujan.

3. Penjumlahan dan perhitungan rata – rata dilakukan oleh Cabang Dinas

PSDA dan P Wiayah I Kabupaten Cianjur.

4. Curah Hujan > 75 mm/hari, segera dilaporkan ke cabang dinas.

5. Perhitungan yang diukur, ditulis pada tanggal pengukuran.

Data curah hujan pada setiap stasiun curah hujan Cabang Dinas

16

Page 17: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

PSDA dan P Wilayah I Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Lampiran 3.

Dibawah ini merupakan data rata – rata curah hujan pada tahun 2004 – 2009 di

setiap stasiun curah hujan Dinas PSDA dan P Wilayah I Kabupaten Cianjur.

Tabel 4. Rata – rata Curah Hujan Di Stasiun Curah Hujan CipanyusuhanTahun

2004 -2009Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rata – rata (mm)

9.9 12.3 11.8 12.94 10.82 5.27 8.6 4.77 12.4 13.85 11.65 12.59

Tabel 5. Rata - rata Curah Hujan Di Stasiun Curah Hujan CiheulangTahun

2004 -2009Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rata – rata (mm)

11.37 14.65 13.75 18.9 17.55 12.8 10.8 12.7 13.5 18.05 13.28 15.1

Tabel 6. Rata – rata Curah Hujan Di Stasiun Curah Hujan Cianjur KotaTahun

2004 -2009Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rata – rata (mm)

11.38 11.94 14.9 14.1 12.9 15.75 3.03 6.29 11.9 17.85 17.41 14.31

Cabang Dinas PSDA dan P Wilayah I Kabupaten Cianjur memiliki 3

stasiun curah hujan, diantaranya:

1. Stasiun Curah Hujan Cipanyusuhan di Kecamatan Sukaluyu.

2. Stasiun Curah Hujan Ciheulang di Kecamatan Karang Tengah.

3. Stasiun Curah Hujan Cianjur Kota di Kecamatan Cianjur.

3.4 Pengukuran Debit Air

3.4.1 Waktu Pengukuran

Waktu Pengukuran dilakukan sehari sekali pukul 07.00 WIB.

3.4.2 Penggunaan Alat

Alat yang digunakan oleh petugas pengairan di Daerah Irigasi Cimenteng

untuk menentukan debit air menggunakan papan duga (Peilschaal) seperti terlihat

pada Gambar 7 berikut ini. Alat ini dipasang di tepi sungai yang dipasang tegak

lurus dan menggunakan tabel konversi ambang lebar untuk menentukan debit air

yang ada di saluran irigasi sekunder.

17

Page 18: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Gambar 7. Papan duga (Peilschaal)

3.4.3 Prosedur Pelaksanaan

Untuk mengukur debit air irigasi di saluran irigasi Cimenteng, dimulai

dengan melihat ketinggian muka air pada pintu ukur saluran irigasi sekunder dan

saluran irigasi tersier D.I Cimenteng lalu dicatat dan dikonversi dengan

menggunakan tabel hasil konversi pada setiap pintu Bagi untuk menghitung debit

air, hasil konversi menggunakan persamaan – persamaan perhitungan debit air

yang telah ditetapkan oleh Daerah Irigasi Cimenteng.

3.4.4 Hasil

Data debit air yang mengalir pada Sungai Cibalagung Daerah Irigasi

Cimenteng Kabupaten Cianjur pada Bulan Maret 2010 dapat dilihat pada Tabel 7

berikut ini.

18

Page 19: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Tabel 7. Debit Air Bulan Maret 2010 D. I Cimenteng Kabupaten Cianjur

No.

Drample (Bangunan Bendung Cimenteng)

panjang 12 meter

Saluran Induk Meetchot

(3m), ambang lebar Jumlahcm L/det (*) cm L/det (*)

1 4 240 32 1010 1250

2 4 240 32 1010 1250

3 5 320 32 1010 1330

4 6 410 32 1010 1420

5 6 410 32 1010 1420

6 6 410 31 900 1360

7 7 510 31 900 1460

8 7 510 31 900 1460

cm L/det (*) cm L/det (*)

9 7 510 33 1059 1569

10 6 410 31 950 1360

11 6 410 33 1059 1469

12 6 410 32 1010 1420

13 6 410 32 1010 1420

14 6 410 31 900 1360

15 6 410 31 900 1360

Jumlah 21418

Rata-rata ½ bulanan 1427

16 5 320 31 900 1270

17 5 320 31 900 1270

18 5 320 31 900 1270

19 6 410 32 1010 1420

20 6 410 32 1010 1420

21 6 410 32 1010 1420

22 6 410 32 1010 1420

23 6 410 32 1010 1420

24 5 320 31 900 1270

25 5 320 31 900 1270

26 5 320 31 900 1270

27 5 320 31 900 1270

28 5 320 31 900 1270

29 6 410 33 1059 1469

30 6 410 33 1059 1469

31 6 410 33 1059 1469

Jumlah 21667

Rata-rata ½ bulanan 1354

* Catatan gunakan tabel konversi debit air

19

Page 20: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Data debit rata – rata setengah bulanan dan debit air andalan selama 10

tahun terakhir di Bendung Cimenteng dapat dilihat pada Lampiran 4.

Daftar tabel ukuran air yang mengalir melalui Bendung Cimenteng dapat

dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Konversi Ukuran Air yang Mengalir melalui Bendung Cimenteng, Sungai Cibalagung

Banyak AirH (Tinggi/cm)

Ukuran Panjang Drample (Bangunan Bendung Cimenteng)4 m

L/det5 m

L/det8 m

L/det8.5 mL/det

10 mL/det

10.5 mL/det

11 mL/det

12 mL/det

12345

12284381120

15356597140

205693160173

2360104173220

3070120195260

2872135210270

297622220290

3184160240320

678910

115180210230295

180240300330389

240350423498550

300380443520630

320425560619710

347460578630760

363470580645790

410510650718880

1112131415

348400465510570

445500590630670

6907708809601100

73082590010501100

8801050110012001340

9001050115012401400

9401070120013001475

10501190130014101620

1617181920

598650700760880

7208108809701090

12001320140015251670

12501300150016001770

14501600178019002100

15501650182020002200

16251775192021002200

17751856210023002500

2122232425

910950105010751150

11251190125013001400

17801900210021502230

18502030215022702490

22402400250026502800

23002550260027002950

24002600275029003050

26002900302031503350

Pada Bendung Cimenteng panjang bendung 12 m, sehingga yang dipakai pada pengukuran debit adalah yang 12 m sesuai dengan ketinggian air pada bendung (H).

3.5 Pola Tanam

20

Page 21: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Prosedur dalam pengaturan pola tanam di Daerah Irigasi Cimenteng ini

adalah dimulai dari:

1. Menentukan curah hujan dan debit air di Daerah Irigasi Cimenteng.

2. Menentukan golongan tanam di Daerah Irigasi Cimenteng.

Gol.

Luas(Ha)

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

2 1332

Tabel 9. Kalender Tanam Tahun 2008 D. I Cimenteng Kabupaten CianjurKeterangan : Padi, Bulan---1 = Setengah bulanan pertama bulan tersebut.

: Palawija, Bulan---2 = Setengah bulanan kedua bulan tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil debit air andalan yang

tersedia untuk pola tanam Daerah Irigasi Cimenteng, cukup mampu untuk

mengairi sawah sepanjang tahun dengan pola tanam padi – padi – palawija.

Selama ini pola tanam yang sudah berjalan di daerah irigasi ini adalah padi – padi

- palawija, dan para petani tetap berusaha untuk menerapkan pola tanam tersebut

secara terus menerus. Jenis tanaman palawija pada umumnya adalah jenis

tanaman kacang kedelai. Diharapkan agar di masa yang akan datang untuk jenis

tanaman palawija pada masa tanam ketiga bisa lebih ditingkatkan, dimana petani

bisa menggunakan jenis tanaman palawija lain yang lebih menguntungkan.

Setelah masa tanam palawija, disusul dengan masa pengeringan saluran untuk

jangka waktu 15 hari untuk memungkinkan pemeliharaan saluran dan bangunan

serta menginspeksi jaringan irigasi. Pada daerah irigasi ini, varietas padi ditanam

dengan masa pertumbuhan seluruhnya 4 bulan, termasuk 45 hari dipergunakan

untuk pengolahan tanah dan memindahkan bibit. Musim hujan yang cukup

diperkirakan diperoleh pada pertengahan Bulan Oktober.

21

Masa Tanam Pertama Masa Tanam Kedua Masa Tanam Ketiga

Page 22: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Berikut ini hasil analisis selama Praktek Kerja Lapang mengenai luas daerah

irigasi dan satuan kebutuhan air dari setiap masa tanam di Daerah Irigasi

Cimenteng Wilayah 1 Kabupaten Cianjur, pada tahun 2009 yang memiliki luas

sawah irigasi 1.332 ha yang terbagi ke dalam tiga masa tanam.

1. Masa tanam pertama, ditanami padi seluas 1332 ha dimana:

Satuan kebutuhan air untuk masa pengolahan tanah dimulai Bulan

Oktober yaitu 1,25 L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah

1665 L/ha/det.

Satuan kebutuhan air untuk masa vegetatif padi dimulai Bulan

November – Bulan Januari yaitu 0,725 L/det, sehingga jumlah

kebutuhan air di sawah 966 L/ha/det.

Satuan kebutuhan air untuk masa generatif Bulan Februari I yaitu 0,3

L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 400 L/ha/det.

2. Masa tanam kedua, ditanami:

Padi seluas 900 ha dimana:

Satuan kebutuhan air untuk masa pengolahan tanah Bulan

Februari 2 – Bulan Maret I yaitu 1,125 L/det, sehingga jumlah

kebutuhan air di sawah 1012,5 L/ha/det.

Satuan kebutuhan air untuk masa vegetatif padi Bulan

Maret 2 – Bulan Mei yaitu 0,85 L/det, sehingga jumlah

kebutuhan air di sawah 765 L/ha/det.

Satuan kebutuhan air untuk masa generatif Bulan Juni I

yaitu 0,3 L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 270

L/ha/det.

Palawija seluas 432 ha dimana:

Satuan kebutuhan air Bulan Februari 2 – Bulan Juni I yaitu

0,3 L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 130 L/ha/det.

Total jumlah kebutuhan air di sawah pada masa tanam kedua yaitu

1142 L/ha/det.

3. Masa tanam ketiga, ditanami:

Palawija seluas 900 ha dimana:

22

Page 23: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Satuan kebutuhan Bulan Juni 2 – Bulan September yaitu 0,15 L/det,

sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 135 L/ha/det.

Penjelasan:

1. Bulan---1 maksudnya pada awal bulan tersebut sampai pertengahan bulan

tersebut.

2. Bulan---2 maksudnya pada awal pertengahan bulan tersebut sampai akhir

bulan tersebut.

Dengan demikian:

Kebutuhan air di sawah pada tanaman padi:

1. Kebutuhan air di sawah pada pengolahan tanah musim hujan yaitu 1,250

L/ha/det, dan musim kemarau yaitu 1,125 L/ha/det selama 1,5 bulan.

2. Kebutuhan air di sawah pada fase pertumbuhan musim hujan yaitu 0,725

L/ha/det, dan musim kemarau yaitu 0,850 L/ha/det selama 3 bulan.

3. Kebutuhan air di sawah pada akhir fase pertumbuhan musim hujan yaitu

0,3 L/ha/det, dan musim kemarau yaitu 0,3 L/ha/det selama 0,5 bulan.

Kebutuhan air di sawah pada tanaman palawija:

1. Kebutuhan air di sawah pada saat musim hujan yaitu 0,3 L/ha/det selama

3 bulan.

2. Kebutuhan air di sawah pada saat musim kemarau yaitu 0,15 L/ha/det

selama 3 bulan.

Dimana,

Faktor Kehilangan air pada saluran tersier sebesar 1,25.

Faktor Kehilangan air pada saluran sekunder sebesar 1,06.

Faktor Kehilangan air pada saluran primer sebesar 1,05.

Jumlah bera (daerah tanah kosong yang dibiarkan lahannya setelah masa

tanam kedua) yaitu 432 ha, sehingga dapat mengurangi jumlah produksi padi dan

palawija. (Sumber: Dinas PSDA dan P Kabupaten Cianjur)

3.6 Usulan Rencana Tanam

Dalam analisis kebutuhan air pada Daerah Irigasi Cimenteng, dihitung

dengan beberapa alternatif tata pola tanam dan diambil yang paling

menguntungkan. Dari beberapa alternatif perhitungan pola tanam dipilih satu

alternatif dengan pertimbangan:

23

Page 24: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

Kebutuhan air cukup kecil.

Jadwal mulai tanam dimulai pada Bulan Oktober yang telah ditetapkan

Cabang Dinas PSDA dan P Wilayah 1 Kabupaten Cianjur.

Kebiasaan pola tanam yang dilakukan oleh petani setempat.

Faktor hidrologi, debit andalan dan curah hujan efektif.

Pola tanam yang sudah diusulkan untuk Daerah Irigasi Cimenteng adalah

sebagai berikut:

Pola tanam dibagi tiga golongan periode penanaman.

Masing – masing golongan terdiri dari dua jenis tanaman yaitu padi dan

palawija.

Penetapan golongan ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Petak tersier yang dekat dengan saluran induk pada ruas hulu dijadikan

golongan 1.

Petak tersier yang dekat dengan saluran induk pada ruas antara hulu dan

hilir dijadikan golongan 2.

Petak tersier yang dekat dengan saluran induk pada ruas hilir dijadikan

golongan 3.

Penetapan golongan untuk Daerah Irigasi Cimenteng adalah:

a. Golongan 1

Penanaman padi rendeng (masa tanam pertama) dimulai pada Bulan

Oktober 1, panen pada Bulan Februari 1.

Penanaman padi gadu (masa tanam kedua) dimulai pada Bulan

Februari 2, panen pada Bulan Mei 2.

Penanaman palawija dimulai pada Bulan Juni 1, panen pada Bulan

September 2.

b. Golongan 2

Penanaman padi rendeng (masa tanam pertama) dimulai pada Bulan

Oktober 2, panen pada Bulan Februari 2.

Penanaman padi gadu (masa tanam kedua) dimulai pada Bulan Maret

1, panen pada Bulan Juni 1.

Penanaman palawija dimulai pada Bulan Juni 2, dan panen Bulan

Oktober 1.

24

Page 25: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

c. Golongan 3

Penanaman padi rendeng (masa tanam pertama) dimulai pada Bulan

November 1, panen pada Bulan Maret 1.

Penanaman padi gadu (masa tanam kedua) dimulai pada Bulan Maret

2, panen pada Bulan Juni 2.

Penanaman palawija dimulai pada Bulan Juli 1, dan panen Bulan

Oktober 2.

Kebutuhan debit untuk masing – masing golongan adalah sebagai berikut:

a. Golongan 1

Padi : 0,84 L/det/ha (Oktober 1)

Palawija : 0,29 L/det/ha (Agustus 1)

b. Golongan 2

Padi : 0,74 L/det/ha (Oktober 2)

Palawija : 0,29 L/det/ha (Agustus 2)

c. Golongan 3

Padi : 0,71 L/det/ha (April 2)

Palawija : 0,27 L/det/ha (Agustus 2)

Kebutuhan air minimun di saluran induk untuk masing – masing jenis

tanaman adalah sebagai berikut:

a. Golongan 1

Padi : 0,07 L/det/ha (November 2)

Palawija : 0,10 L/det/ha (Juni 1)

b. Golongan 2

Padi : 0,12 L/det/ha (Januari 1)

Palawija : 0,10 L/det/ha (Juni 2)

c. Golongan 3

Padi : 0,01 L/det/ha (Januari 2)

Palawija : 0,09 L/det/ha (Oktober 1)

Penjelasan:

25

Page 26: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

1. Bulan---1 maksudnya pada awal bulan tersebut sampai pertengahan bulan

tersebut.

2. Bulan---2 maksudnya pada awal pertengahan bulan tersebut sampai akhir

bulan tersebut.

3.7 Sistem Giliran

Pengaturan pembagian air sistem giliran selama menjalani Praktek Kerja

Lapang di Daerah Irigasi Cimenteng diperlukan kalau ketersediaan air sedikit bila

dibandingkan dengan debit yang diperlukan. Dengan debit kecil, maka akan sukar

untuk mengairi dan jumlah kehilangan air akan tinggi. Giliran pemberian air

sering diperlukan apabila debit di saluran terus menerus menurun. Karena

kecilnya debit maka jumlah persentase air yang hilang akan tinggi karena

perembesan dan penguapan demikian juga waktu yang diperlukan untuk mengairi

tanaman lebih lama.

Karena itu giliran pemberian air dilakukan agar:

1. Pemberian air dapat dihemat.

2. Mempercepat waktu yang diperlukan untuk pengeringan, air dapat

dihemat karena jumlah kehilangan dapat dikurangi dengan

memperkecil waktu pengaliran debit air yang mengalir pada saluran

irigasi.

3. Meminimalkan daerah yang tidak mendapatkan air.

(Sumber: R. Gandakoesoemah, Ilmu Irigasi).

Pada Daerah Irigasi Cimenteng penetapan rotasi (giliran) air dilakukan

pada setiap pukul 06.00 – 06.00 WIB dengan sistem digilir.

Cara pembagian air dengan sistem rotasi (giliran) ke petak kuarter yaitu dengan

dibagi ke tiap kelompok mendapatkan keuntungan dimana kehilangan air akan

sedikit, sedimentasi lumpur dan pasir akan rendah.

Jumlah debit yang besar disaluran juga akan mempermudah para petani untuk

mengairi tanaman karena air akan mengalir lebih cepat dan menjangkau areal

yang lebih luas dalam waktu yang lebih pendek. Giliran pemberian air harus

dipertimbangkan apabila debit dalam saluran irigasi menurun dari 50% - 70%

pada jaringan irigasi Cimenteng.

26

Page 27: Laporan Daerah Irigasi Cimenteng Cianjur

3.7.1 Tingkat – tingkat Giliran

Ada beberapa tingkat saluran irigasi di Daerah Irigasi Cimenteng yaitu:

saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter. Giliran pembagian air dapat

dilakukan pada tiap tingkatan saluran irigasi.

Dalam hubungan ini ada 4 tingkat giliran:

Tingkat 1 : Giliran antar kuarter

Tingkat 2 : Giliran antar tersier

Tingkat 3 : Giliran antar sekunder

Tingkat 4 : Giliran antar primer

Untuk melaksanakan giliran antar tersier, petak tersier harus dikelompokan

sehingga jumlah kebutuhan air untuk setiap kelompok tidak melebihi debit yang

ada. Kemudian air digilirkan tiap kelompok selama 10 hari. Lamanya waktu tiap

kelompok menerima air didasarkan pada luas kelompok dibandingkan dengan

areal yang harus diairi seluruhnya.

3.8 Grafik Keseimbangan Air

Keseimbangan Air (Water Balance) atau neraca air adalah suatu analisis

keseimbangan antara debit Kebutuhan Air Irigasi (Water Requirement) dengan

debit Air Tersedia (Water Availability). Pada Daerah Irigasi Cimenteng debit

kebutuhan air tidak boleh melebihi debit air yang tersedia. Apabila terjadi

kebutuhan air yang berlebih, maka harus dibuat giliran pemberian air, dan

sebaliknya bila kebutuhan air tidak melebihi debit air yang tersedia, maka sistem

pemberian air akan aman karena seluruh areal sawah dapat diairi secara kontinyu.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara debit air yang tersedia dengan

kebutuhan air yang dikaitkan dengan rencana tanam dengan beberapa alternatif

mulai dari masa tanam padi pertama di Daerah Irigasi Cimenteng, maka debit air

yang tersedia yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan air irigasi adalah pada

permulaan penanaman padi pada awal Bulan Oktober. Hal ini dianggap cukup

menguntungkan karena sesuai dengan waktu tanam yang sudah menjadi kebiasaan

di Daerah Irigasi Cimenteng.

Pada Grafik Keseimbangan Air dapat dilihat pada Lampiran 5.

27