23
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan terdiri dari banyak sekali spesies di dunia yang memiliki kekhasan tersendiri. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil diidentifikasi para ahli ikhti- ologi di dunia ini ada sekitar 20.000 – 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies diantaranya telah memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas. Terutama sekali dari spesies ikan yang telah berhasil dibudidayakan dan populer di dunia sebagai ikan hias. Perkembangan jumlah strain dan varietas yang terus meningkat ini terjadi karena adanya kemajuan di bidang teknologi dan ilmu peng-etahuan serta adanya kegiatan kontes ikan hias yang telah turut mendorong pem-breeder menciptakan strain baru untuk spesies-spesies ikan yang sudah populer. Jumlah strain yang banyak itu mengharuskan kita dapat mengenal dan mengidentifikasi secara pasti ikan- ikan tersebut terutama ikan-ikan hias dan populer. Untuk mengenal jenis ikan dan mengetahui secara pasti

laporan biologi perikanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perikanan

Citation preview

I

PAGE 11

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan terdiri dari banyak sekali spesies di dunia yang memiliki kekhasan tersendiri. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil diidentifikasi para ahli ikhti-ologi di dunia ini ada sekitar 20.000 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies diantaranya telah memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas. Terutama sekali dari spesies ikan yang telah berhasil dibudidayakan dan populer di dunia sebagai ikan hias. Perkembangan jumlah strain dan varietas yang terus meningkat ini terjadi karena adanya kemajuan di bidang teknologi dan ilmu peng-etahuan serta adanya kegiatan kontes ikan hias yang telah turut mendorong pem-breeder menciptakan strain baru untuk spesies-spesies ikan yang sudah populer.

Jumlah strain yang banyak itu mengharuskan kita dapat mengenal dan mengidentifikasi secara pasti ikan-ikan tersebut terutama ikan-ikan hias dan populer. Untuk mengenal jenis ikan dan mengetahui secara pasti nama spesies ikan yang telah diamati terlebih dahulu perlu dilakukan pendeterminasian agar didapatkan data meristik dan morfometriknya.

Mahasiswa perikanan harus dapat mengidentifikasi jenis-jenis ikan yan populer di masyarakat. Karena itulah praktikum tentang pengenalan jenis ikan dan identifikasi sangat diperlukan untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal jenis ikan yang akan diidentifikasi. Sedangkan manfaat praktikum adalah sebagai latihan praktek bagi mahasiswa dalam mengidentifikasi jenis-jenis ikan tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

SUMANTADINATA (1983) menyatakan untuk mendapatkan benih ikan ada 2 cara yaitu : (1) menangkap ikan dari perairan umum dan pantai, (2) memijahkan ikan pemeliharaan di kolam atau dengan cara pembuahan buatan.

Secara taksonomi ikan guppy diklasifikasikan ke dalam : Filum : Chordata, Sub Filum : Craniata, Super Kelas : Gnasthomata, Kelas : Osteichthyes, Sub Kelas : Actinopterygii, Super Ordo : Teleostei, Ordo : Cyprinodontoidei, Sub Ordo : Poecilididae, Family : Poecilidae, Genus : Poecilia/Labistes, Spesies : Poecilia reticulata Peters/Labistes reticulata Peters. (AXELROD dalam SUSANTO, 1990). Selanjutnya DJUHANDA (1981) menyatakan ikan guppy disebut juga ikan seribu, ikan limpun/ikan berengit.

VIVEEN et al (1985) dan SUYANTO (1989) menyatakan klasifikasi ikan lele dumbo yaitu : Kelas : Pisces, Sub Kelas : Teleostei, Ordo : Ostariophysi, Sub Ordo : Siluroidea, Family : Clariidae, Genus : Clarias, dan Spesies : Clarias gariepinus Burchell. Habitat ikan lele dumbo di perairan tawar dan dapat hidup di permukaan yang banyak mengandung jasad renik. Menurut SUYANTO (1993), klasifikasi ikan lele dumbo adalah : Kelas : Pisces, Sub Kelas : Claridae, Ordo : Ostriophysi, Family : Claridae, Genus : Clarias, Spesies : Clarias gariepinus. Selanjutnya VIVEEN et al (1985) menyatakan bahwa ciri-ciri ikan lele dumbo adalah : kulit tidak bersisik (licin), berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh. Bila kena sinar matahari, kulitnya berubah menjadi terang. Bila keadaan sore kulitnya tampak seperti mozaik berwarna gelap dan totol putih (terang). Mulut lebar sehingga dapat memakan mangsa, panjangnya seperempat panjang badannya. Di sekitar mulutnya terdapat delapan sungut yang berfungsi sebagai tentakel. Sedangkan menurut SUYANTO (1989) ciri-ciri ikan lele dumbo adalah bentuk tubuh memanjang, kulit licin (tidak bersisik), banyak mengeluarkan lendir, kepala depressed, mulut melebar dengan empat pasang sungut peraba pada sudut mulutnya, insang berukuran kecil, dan sirip perut pendek.

Klasifikasi ikan selais adalah : Ordo : Ostariophysi, Family : Siluridae, Genus : Cryptopterus/Micronema, Spesies : Cryptopterus cryptopterus Blkr. (SAANIN, 1986). Ia juga menyatakan bahwa ciri-ciri ikan selais adalah memiliki benuk tubuh panjang dan pipih, tidak bersisik, sirip dada lebih pendek dari kepala, tumpukan gigi-gigi pada tulang mata bajak membundar, dan tidak memiliki sirip punggung. Selanjutnya SHABRI (1997) menyatakan bentuk tubuh pipih seperti pisau, tubuh tidak bersisik, sirip ekor bercagak dengan jumlah sisik sirip C.16, sirip dada lebar P.I.9, sirip punggung kecil sekali D.3, sirip anus panjang dan lebar mulai dari belakang anus sampai ke pangkal sirip ekor A.66, sedangkan sirip perut kecil V.3.

Klasifikasi ikan kapiek menurut SAANIN (1986) adalah : Ordo : Cypriniformes, Family : Cyprinidae, Genus : Barbodes, Spesies : Barbodes schwanefeneldi. Ciri-ciri ikan kapiek menurut KOTTELAT et al (1993) yaitu : bentuk tubuh compressed, badan agak meninggi, kepala tumpul, mulut sempit, bibir tipis, mempunyai sungut di sudut mulut dan rahang atas, ujung sirip ekor bercagak, badan berwarna perak dan kuning keemasan, sirip punggung merah dan terdapat bercak hitam pada ujungnya.

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 2005 pada jam 14.00 sam-pai selesai di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan praktikum adalah beberapa spesies ikan yaitu ikan guppy, lele dumbo, kueh, selais dan kapiek yang disediakan oleh asisten laboratorium.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki, timbangan ohauss, buku penuntun praktikum, peralatan tulis-gambar seperti pena, pensil, penghapus, kertas gambar, dan penggaris.

3.3. Metode Praktikum

Metode praktikum adalah metode survei dengan mengamati dan mengenali langsung objek praktikum dengan mengikuti petunjuk yang terdapat di dalam buku penuntun praktikum. Kemudian dilakukan pengukuran dan pencatatan ciri-ciri meristik dan morfometrik dari setiap objek.

3.4. Prosedur Praktikum

Prosedur praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menggambarkan dan mengenali dengan baik setiap objek yang dipraktekkan.

2. Mencatat nama lokal, nama nasional, nama perdagangan internasional dan nama ilmiah setiap objek tersebut. Untuk ikan hias khususnya ikan hias yang diintroduksi ke Indonesia mengacu pada buku karangan Lingga dan Susanto (1987) serta Lesmana dan Darmawan (2001).

3. Mencari tahu takson setiap objek mulai dari tingkat filum hingga spesies.

4. Mencatat ciri meristik dan morfometrikdari setiap objek tersebut.

5. Tabulasi semua data yang didapat.

6. Buat dan serahkan laporan kerja sementara berdasar data hasil pengamatan dan pencatatan.

7. Buat laporan lengkap dalam bentuk paper dan serahkan pada asisten sebelum praktikum minggu berikutnya dimulai.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil praktikum terdiri dari pengenalan dan identifikasi lima jenis ikan yaitu ikan guppy, lele dumbo, kuweh, selais dan kapiek.

a. Ikan Guppy

Ikan guppy termasuk ke dalam klasifikasi : Filum : Chordata, Sub Filum : Craniata, Super Kelas : Gnasthomata, Kelas : Osteichthyes, Sub Kelas : Actinopterygii, Super Ordo : Teleostei, Ordo : Cyprinodontoidei, Sub Ordo : Poecilididae, Family : Poecilidae, Genus : Poecilia/Labistes, Spesies : Poecilia reticulata Peters/Labistes reticulata Peters.Adapun gambar ikan guppy seperti di bawah ini.

Gambar 1. Ikan Guppy (Poecilia reticulata Peters)

Keterangan : 1. TL

2. SL

3. HdL

4. BdH

b. Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo memiliki empat pasang sungut dan tidak memiliki sisik. Bentuk linnea lateralisnya hampir menyerupai garis lurus. Linnea lateralisnya terdiri dari satu baris. Perbandingan antara panjang tubuh 5,3 kali panjang kepala. Berat ikan lele dumbo yang menjadi objek praktikum adalah 20 gr dengan panjang sungut mencapai 62 mm.

Klasifikasi ikan lele dumbo adalah : Phylum : Chordata, Sub Phylum : Craniata, Super Kelas : Gnathastomata, Kelas : Pisces, Sub Kelas : Teleostei, Ordo : Ostariophysi, Sub Ordo : Siluroidea, Family : Clariidae, Genus : Clarias, Spesies : Clarias gariepinus Burchell.

Gambar ikan lele dumbo dapat dilihat i bawah ini.

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)

Keterangan : 1. TL

2. SL

3. HdL

4. BdH

Data morfometrik dan meristik ikan ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Morfometrik dan Meristik Ikan Lele Dumbo (C. gariepinus Burchell)

Data Morfometrik (mm)Data Meristik

TL160Sirip punggungD.71

SL 135Sirip anusA.60

FL140Sirip dadaP.I.8

BdH20Sirip perutV.7

HdL30Sirip ekorC.15

DL40

Ed5

PoL12

VL15

AL10

Cl25

c. Ikan Kueh

Ikan kueh memiliki klasifikasi sebagai berikut : Phylum : Chordata, Sub Phylum : Craniata, Super Kelas : Gnathastomata, Kelas : Pisces, Sub Kelas : Teleostei, Ordo : Percomorphi, Sub Ordo : Percoidea, Family : Carangidae, Genus : Caranx, Spesies : Caranx praestus Been. Ikan kueh yang menjadi objek praktikum memiliki berat 30 gr.

Gambar ikan kueh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Ikan Kueh (C. praestus Been)

Keterangan : 1. TL

2. FL

3. SL

4. BdH

5. HdL

Data morfometrik dan meristik dari ikan kueh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Data Morfometrik dan Meristik Ikan Kueh (C. praestus Been)

Data Morfometrik (mm)Data Meristik

TL140Sirip punggung pertamaD1.VII

SL 120Sirip punggung keduaD2.I.24

FL128Sirip anusA.I.20

BdH40Sirip dadaP.15

DL12Sirip perutV.5

PoL17Sirip ekorC.26

VL9

AL12

d. Ikan Selais

Ikan selais memiliki 4 pasang sungut dengan perbandingan panjang tubuh 5,4 kali panjang kepala. Ikan selais yang menjadi objek praktikum memiliki berat 15 gr dan panjang sungut 78 mm.

Berdasarkan pengamatan, praktikan mengklasifikasikan ikan selais dalam : Phylum : Chordata, Kelas : Pisces, Sub Kelas : Teleostei, Ordo : Ostariophysi, Family : Siluridae, Genus : Cryptopterus, dan spesies : Cryptopterus cryptopterus.

Untuk lebih jelasnya, gambar ikan selais dapat dilihat seperti di bawah ini.

ambar ikan lele dumbo dapat dilihat i bawah ini.

Gambar 3. Ikan Selais (C. crytopterus)

Keterangan : 1. TL

2. FL

3. SL

4. BdH

5. HdL

Data morfometrik dan meristik ikan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Data Morfometrik dan Meristik Ikan Selais (C.crytopterus)

Data Morfometrik (mm)Data Meristik

TL167Sirip punggung D.4

SL 140Sirip dadaP.I.15

FL142Sirip anusA.78

HdL29Sirip ekorC.15

BdH31

DL14

PoL23

Cl24

AL14

e. Ikan Kapiek

Ikan kapiek memiliki linnea lateralis yang melengkung pada badan dengan 33 buah sisik pada garis linnea lateralisnya. Ikan ini memiliki 2 pasang sungut. Ikan selais yang menjadi objek praktikum memiliki berat 20 gr dan panjang badan 4,9 kali panjang kepala. Adapun klasifikasi ikan kapiek adalah : Phylum : Chordata, Sub Phylum : Craniata, Super Kelas : Gnathastomata, Kelas : Pisces, Sub Kelas : Teleostei, Ordo : Cypriniformes, Family : Cyprinidae, Genus : Puntius/Barbodes, Spesies : Puntius/Barbodes schwanefeneldi Blkr.

Gambar ikan kapiek seperti di bawah ini

Gambar 7. Ikan Kapiek (B schwanefeneldi Blkr)

Keterangan : 1. TL 2. FL

3. SL

4. BdH

5. HdL

Data morfometrik dan meristik dari ikan kapiek dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Data Morfometrik dan Meristik Ikan Kapiek (B. schwanefeldi Blkr)

Data Morfometrik (mm)Data Meristik

TL172Sirip punggungD.II.8

SL 140Sirip anusA2.6

FL122Sirip dadaP2.8

BdH64Sirip perutV2.7

Sirip ekorC.29

4.2. Pembahasan

Ikan lele dumbo termasuk golongan ikan osteichthyes yang hidup di air tawar. Ujung kepalanya tumpul, kepala tidak bersisik, badannya tidak bersisik dan bentuk tubuh pipih menunjukkan sifat ikan ini adalah karnivor. Mulutnya sub terminal dan terletak di ujung bawah mulut. Ikan lele dumbo memiliki empat pasang sungut yang berfungsi sebagai tentakel. Habitat ikan lele dumbo di perairan tawar dan dapat hidup di permukaan yang banyak mengandung jasad renik. Itulah sebabnya ikan ini berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh. Mulutnya lebar sehingga dapat memakan mangsa sehingga dapat bertindak sebagai predator dalam suatu perairan. Hal ini didukung oleh NAJIYATI (1992) menyatakan ciri-ciri ikan lele dumbo adalah bentuk tubuh memanjang, berkulit licin (tidak bersisik), banyak mengeluarkan lendir, kepala gepeng, mulutnya lebardengan 4 pasang sungut peraba pada sudut mulutnya yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksila (berfungsi sebagai tentakel) dan dua pasang sungut mandibular, insang berukuran kecil dan terletak pada bagian belakang. Di bagian atas ruang rongga insang terdapat alat pernafasan tambahan yang berbentuk seperti sebatang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah, siripnya terdiri dari sirip dada yang berbentuk bulat agak memanjang dengan ujung runcing dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil. Ia juga menyatakan bahwa lele dumbo merupakan sautu jenis hibrid ikan lele baru yang diintroduksi ke Indonesia dari Taiwan. SUYANTO (1989) menyatakan ikan ini banyak mengeluarkan lendir dan kepala depressed yang memudahkannya bergerak dan menjaga kestabilan renangnya. Ikan ini juga memiliki patil pada sirip dada dan punggungnya. Sirip punggung keduanya sangat panjang. Ekor ikan lele dumbo agak lurus dan meruncing di ujungnya.

Ikan selais termasuk golongan ikan osteichthyes yang hidup di air tawar. Mulutnya lebar sehingga dapat memakan mangsa dan bertindak sebagai predator dalam suatu perairan. Bentuk tubuh panjang dan pipih, tidak bersisik, sirip dada lebih pendek dari kepala, tumpukan gigi-gigi pada tulang mata bajak membundar, dan tidak memiliki sirip punggung. Semua ciri-ciri di atas menunjukkan ikan selais memiliki kemampuan renang yang cukup baik. Ikan selais hanya memiliki sirip dada yang sempurna yaitu memiliki 1 jari-jari keras, 6 jari-jari lemah mengeras dan 3 jari-jari lemah. Sedangkan sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor hanya memiliki jari-jari sirip lemah yang masing-masing berjumlah 4, 6, dan 15.

Ikan kapiek merupakan ikan herbivor yang dapat dilihat dari mulutnya yag sempit dan berbibir tipis. Ikan kapiek memiliki ciri khusus yaitu ada sungut di sudut mulut dan rahang atas serta ekornya bercagak. Deskripsi ini sesuai pendapat KOTTELAT et al (1993) yang menyatakan bahwa ciri ikan kapiek adalah bentuk tubuh compressed, badan agak meninggi, kepala tumpul, mulut sempit, bibir tipis, mempunyai sungut di sudut mulut dan rahang atas, ujung sirip ekor bercagak, badan berwarna perak dan kuning keemasan, sirip punggung merah dan terdaapt bercak hitam pada ujungnya. PULUNGAN et al (1986) menyatakan ikan kapiek (Barbodes schwanefeldi Blkr) tergolong ikan cyprinid yang senang hidup pada sungai berarus, berbatu, dan airnya jernih. Selanjutnya PULUNGAN (1987) menyatakan secara ikan kapiek dijumpai pada kedalaman perairan 1,0 4,0 m, suhu antara 25 - 300C, kecerahan antara 40 120 cm, pH berkisar 5 7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk. Hidup pada dasar perairan berpasir lumpur dan di tempat-tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil praktikum menunjukkan bahwa setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat dilihat dari morfologi, morfometrik dan meristiknya sesuai genus dan familynya masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari data-data pada setiap tabel dari Tabel 1 sampai Tabel 9. Begitu juga dengan berat badan dan panjang badan terhadap panjang kepala.

5.2. Saran

Penulis menyarankan hendaknya praktikum dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga semua data yang diperlukan dapat diambil dan praktikan dapat melihat dengan jelas bagaimana perbedaan setiap jenis ikan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

DJUHANDA, T. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung. 190 hal.

KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN, S. N. KARTIKA SARI dan S. WIRJOATNODJO. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition Ltd. Jakarta. 291 hal.

NAJIYATI, S. 1992. Memelihara Ikan Lele Dumbo di Kolam Taman. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta. 61 hal.

PULUNGAN, C. P. , 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Blkr) dari Sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal. (tidak diterbitkan).

________________, PARDINAN, A. SIANTURI, M. SIAGIAN dan IESJE LUKISTYIOWATI. 1986. Deskripsi Ikan-Ikan dari Hulu Sungai Kampar Kanan Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 37 hal. (tidak diterbitkan).

SAANIN, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Bandung. 256 hal.

SHABRI, T. 1997. Inventaris Jenis-Jenis Ikan yang Terdekat di Sungai Anak Serka Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

SUMANTADINATA, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Cetakan Kedua. Sastra Husada. Bogor. 199 hal.

SUSANTO, H. 1990. Budidaya Ikan Guppy. Kanisius. Yogyakarta. 68 hal.

SUYANTO. 1989. Pengembangbiakan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell). Skripsi. Universitas Pakuan. Bogor. 57 hal. (tidak diterbitkan).

SUYANTO, S. R. , 1993. Budidaya Ikan Lele Dumbo. Cetakan ke Xi. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.

VIVEEN, W. J. A. R., et al. 1985. Practical Manual Fortune Culture of the African Catfish, Clarias gariepinus. Department of fish Culture and Fisheries of the Agricultural University of Wageningen. The Netherlands. 121 p.

PAGE