Upload
rian-yuhendra
View
2.573
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian
besar daerahnya adalah berupa laut. Letak strategis Indonesia
menjadikan negara ini memiliki kekayaan sumber daya hayati
laut yang sangat besar. Namun sampai saat ini kekayaan hayati
yang dimiliki masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Dibutuhkan suatu pengetahuan mendasar tentang ilmu yang
mempelajari tentang aspek-aspek kelautan baik secara fisik,
biologi, maupun kimia. Informasi biologi dalam bidang kelautan
sangat penting untuk mengolah sumber daya hayati laut secara
optimal karena masih banyak dan besarnya potensi
sumberdaya laut yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu informasi biologi laut tersebut adalah mengenai
gambaran tentang kehidupan biota laut.
Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat
dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan
biologi yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut
yang dinamakan biologi laut (marine biology). Sedangkan ilmu
yang mempelajari hubungan antara biota laut dan
lingkungannya dan antara mereka sendiri dinamakan ekologi
(ecology). Biota yang ada di laut diantaranya terumbu karang,
lamun, dan mangrove yang termasuk perpaduan antara laut
dan daratan kata lain perairan payau.
Praktikum biologi laut merupakan aplikasi dengan kegiatan
dari hasil pembelajaran teori biologi laut, dengan rangkaian
pembelajaran ini diharapkan akan menjadi faktor pendukung
Gambar 1. Peta Pulau Engganno
dari pemanfaatan sumber daya kelautan Indonesia yang saat ini
belum terolah secara maksimal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum lapangan biologi laut
ini adalah :
1. Merupakan kegiatan wajib dalam pembelajaran mata kuliah
biologi laut.
2. Mengaplikasikan hasil dari pembelajaran materi biologi laut
yang telah diberikan.
3. Untuk mengetahui keadaan alam dalam ruang lingkup
praktikum.
4. Menganalisis sebagian dari biota laut untuk kemudian dapat
dimengerti dan dipahami.
1.3 Tinjauan Pustaka
Asal kata Enggano sendiri berasal dari bahasa Portugis yang
artinya kecewa. Alkisah, kedatangan bangsa Portugis tidak
disambut baik oleh penduduk pulau dan akhirnya mereka
memilih untuk memutar haluan kapal menuju laut lepas. Selain
itu, Enggano disebut juga pulau Kepu Kano’a berarti kapal yang
dikendalikan satu orang. Ini untuk mengenang Kamanipa,
seorang raja Hindu India, yang pernah terdampar di pulau ini.
(Fajar A.M, Jiwa Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)
Pulau Enggano secara geografis terletak pada 102,05-102,25
Bujur Timur dan 5,13-5,31 Lintang Selatan. Enggano masuk
kedalam kecamatan Enggano, kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu. Wilayahnya berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia. Luasnya sendiri sekitar 680 Km persegi,
dengan panjang 40 Km dan lebar 16 Km. (Fajar A.M, Jiwa
Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)
Pulau Enggano adalah pulau terluar Indonesia yang terletak
di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara India. Pulau
Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah
Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan merupakan
satu kecamatan. Pulau ini berada di sebelah barat daya dari
kota Bengkulu dengan koordinat 5° 31′ 13″ LS, 102° 16′ 0″ BT.
(Wikimedia Comnos, 2007)
Dengan wilayah yang seluas itu, Enggano terbagi kedalam
beberapa kawasan. 3.724,75 ha, merupakan hutan desa,
24.184 hutan hulayat, hutan nibung 719 ha, hutan waru
465,25 ha, rawa 1.967,75 ha, sawah 301,75 ha, perkebunan
2.614,5 ha, perkampunggan 123,25 ha, hutan bakau 1.710,5 ha
hutan keramat 394,74 ha. Sedangkan lahan kosong seluas
202,25 ha yang sedianya akan digunakan sebagai lahan
pesawat terbang dan perkebunan. (Fajar A.M, Jiwa
Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)
Ekosistem Enggano sangat beragam, mulai dari hutan
pantai, terumbu karang, mangrove, dan hutan sekunder.
Sayangnya potensi besar yang bisa dikembangkan untuk
pariwisata ini samasekali belum tergarap maksimal. Padahal
jika dikembangkan, bukan tak mungkin bisa menambah
pendapatan daerah dan mengangkat masyarakat dari jerat
kemiskinan. (Fajar A.M, Jiwa Palamarta, dan Arif
Faturohman, 2008)
Suku Bugis merupakan suku bangsa yang juga mendiami
pulau Enggano. Mereka datang sekitar abad ke enambelas.
Perkakas dari kayu, batu maupun besi diperkenalkan pertama
kali oleh suku Bugis. Tanaman Coklat merupakan tanaman yang
juga dibawa suku Bugis tiga tahun yang lalu. Kini coklat
merupakan komoditas unggulan Enggano. Disini tanaman coklat
tumbuh dengan baik. Faktor cuaca sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman coklat di Enggano. (Fajar A.M, Jiwa
Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)
Ada enam suku yang mendiami pulau Enggano yaitu Kauno,
Kaahoau, Kaarubi, Kaaruba, dan suku pendatang yang disebut
Kaamaik oleh lima suku sebelumnya. Pengakuan keberadaan
suku Kaamaik dilakukan melalui upacara adat. Prosesinya
sendiri melibatkan lima kepala suku. (Fajar A.M, Jiwa
Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)
Pulau Enggano memiliki terumbu karang mencapai 5.097 ha.
Selain itu, di pulau ini terdapat padang lamun yang cukup luas
dengan jenis lamun Cymodocca rotunda, Cymdoccaserrulata,
dan Halophila decipiens. Hasil observasi (SLHD Bengkulu, 2005)
menunjukkan bahwa pada kedalaman air 3 meter di pantai
Bintuhan terdapat penutupan sebesar 25%. Kondisi ini berarti
terumbu karang sudah rusak. Sementara di Pulau Tikus
didapatkan terumbu karang pada kedalaman air 3 meter
penutupannya sebesar 78,67%. Kondisi ini berarti terumbu
karang masih baik. Di Pulau Dua didapatkan penutupan
terumbu karang pada kedalaman air 3 meter sebesar 10%
(kondisi rusak) dan pada kedalaman air 10 meter didapatkan
penutupan terumbu karang sebesar 52,73% (kondisi masih
baik). (urif Santoso, 2009)
Penduduk asli Pulau Enggano adalah suku Enggano, yang
terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat
menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa
Enggano. Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat
ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934). Selain Suku
Kauno, terdapat Suku Banten (pendatang), dan empat suku
lainnya. Penduduk dari pulau dengan luas 40 hektare ini rata-
rata hidup dari perkebunan kakao yang hasilnya dijual ke Kota
Bengkulu. (Wikimedia Comnos, 2007)
Di Enggano terdapat lima Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang
terletak di desa Apoho, Banjar Sari, Ka'ana, Meok dan Kayaapu.
(Wikimedia Comnos, 2007)
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum Biologi laut ini dilakukan di lingkungan perairan
Pelabuhan Kajaapu Kepulauan Enggano pada tanggal 6 Mei
2010 dan Perairan Pulau Dua Kepulauan Enggano Pada 8 Mei
2010.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada Praktikum Biologi Laut ini adalah :
1) 2 buah jaring tangguk
2) 2 buah botol sampel/kelompok
3) Kertas label
4) Kamera
5) Plastik sampel
Dengan bahan pengawet Formalin 30%.
2.3 Metode Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan pengambilan sampel dan
pengawetan kemudian dilakukan analisis data sebagai hasil
praktikum. Sedangkan biota laut yang akan diamati adalah
nekton dan benthos dengan cara pengambilan data sebagai
berikut :
1) Pengumpulan dan pengawetan sampel.
a) Nekton
1) Pengambilan sampel nekton dilakukan dengan
menggunakan jaring tangguk.
2) Ikan yang tertangkap diawetkan dengan formalin
kemudian diberi nama dengan kertas label pada
plastik atau botol sampel.
b) Benthos
1) Pengambilan sampel (lamun, rumput laut atau
mangrove dan fauna bentik lainnya) diambil dengan
tangan dan jaring tangguk.
2) Sampel yang didapat diawetkan dengan formalin
kemudian diberi nama dengan kertas label pada
plastik atau botol sampel.
2) Analisis
Alalisis sampel dilakukan di laboratorium dengan
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sampel yang ada.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Flora
3.1.1 Mangrove
Asal kata “mang-rove” tidak diketahui secara jelas.
Namun menurut Mac Nae (1968),
mangrove adalah kombinasi antara
bahasa portugal “mangue” dan bahasa
inggris “grove”. Menurut Kitamura et al
(2003), kata mangrove berarti tumbuhan tropis dan
komunitasnya yang tumbuh di daerah pasang surut.
Hutan mangrove adalah
kelompok jenis tumbuhan yang
tumbuh disepanjang pantai tropis
dan sub tropis yang memiliki
fungsi istimewa di suatu
lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan
Gam
bar
2 da
n 3
cont
oh e
kosi
stem
m
angr
ove
di
pula
u en
ggan
o.
berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. (Snedaker
dalam Gunarto, 2004).
Tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan
beradaptasi. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di
habitat yang lebih asin sedangkan Nypa fruticans terdapat
pada habitat yang berair lebih tawar. Lebih jauh dari
vegetasi khas mangrove, terdapat tumbuh-tumbuhan yang
hidup di habitat tak asin dan mereka dikenal sebagai
sekutu mangrove (mangrove associates), yakni tumbuh-
tumbuhan bukan mangrove, tetapi berasosiasi dengan
mangrove. (Dahuri, 2003).
3.1.2 Lamun (Sumber ; Mulyanti’s blog “Padang Lamun)
a) Klasifikasi Lamun
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Familly : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Padang lamun merupakan hamparan tumbuhan
seperti rumput atau alang-alang yang terbenam di
dalam laut yang dangkal, tenang, berpasir atau
berlumpur. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizoma, daun
dan akar. Rhizoma adalah batang yang terbenam dan
mendatar di atas permukaan dasar laut.
Adapun ciri-ciri tumbuhan lamun antara lain :
1. Mampu hidup dan dapat menyesuaikan diri terhadap
air asin atau garam.
2. Dapat hidup dan berkembang biak di air
3. Daunnya mengandung banyak udara agar mudah
mengapung di bawah permukaan air laut.
4. Memiliki system perakaran yang kuat dan kokoh.
5. Dalam satu tumbuhan hanya ada bunga jantan saja
atau bunga betina saja.
6. Mampu melakukan penyerbukan di dalam air.
7. Buahnya terendam dalam air.
B) Habitat Padang Lamun
Lamun tumbuh subur terutama pada daerah terbuka
pasang surut dan perairan pantai atau goba yang
dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan
karang mati dengan kedalaman 4 meter. Padang lamun
terbentuk di dasar laut yang masih ditembusi cahaya
matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. Pada
perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun
ditemukan tumbuh dalam kedalaman 8 – 15 meter.
Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah
dan sering membentuk padang yang lebat dan luas
diperairan tropis. Hampir semua substrat dapat
ditumbuhi lamun, mulai substrat berlumpur sampai
berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering
ditemukan disubstrat Lumpur berpasir yang tebal antara
hutan mangrove dan terumbu karang.
C) Penyebaran Tanaman Lamun
Zona penyebaran lamun secara umun
berkesinambungan, namun biasa terdapat perbedaan
pada komposisi jenisnya maupun luas daerah
penutupannya. Pola penyebaran lamun sangat
tergantung pada tofografi dasar pantai, kandungan
nutrient dasar perairan, dan beberapa faktor fisik dan
kimia lainnya. Kadang terlihat pola penyebaran yang
tidak merata dengan kepadatan merata yang relatif
rendah dan bahkan terdapat semacam ruang-ruang
kosong di tengah padang lamun yang tidak tertumbuhi
oleh lamun. Kadang juga terlihat pola penyebaran yang
berkelompok-kelompok. Namun juga terdapat banyak
pola penyebaran yang merata tumbuh hampir pada
seluruh garis pantai dengan kepadatan yang sedang
dan bahkan tinggi.
Parameter lingkungan utama yang mempengaruhi
distribusi dan pertumbuhan ekosistem padang lamun
adalah sebagai berikut :
1) Kecerahan
2) Temperatur
3) Salinitas
4) Substrat
5) Kecepatan Arus Perairan
D) Peran dan Fungsi Lamun
a) Sebagai habitat bagi berbagai biota laut.
b) Penghasil detritus dan zat hara yang berguna
sebagai makanan bagi mahluk hidup lainnya.
c) Juntaian lamun juga berguna sebagai pelindung dari
sengatan matahari bagi penghuni ekosistem lamun.
d) Sumber makanan bagi penyu hijau, penyu sisik, bulu
babi, bintang laut, dan dugong.
e) Melindungi dasar perairan dari erosi.
f) Daun lamun yang lebat dapat memperlambat
gerakan air yang disebabkan oleh ombak dan arus
sehingga menyebabkan perairan disekitarnya
menjadi tenang.
3.2 Fauna
3.2.1 Ikan Giru/Badut
Kerajaan
:
Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Pomacentridae
Upafamil
i:
Amphiprionin
ae
(Amphiprion Bloch & Schneider, 1801)
Ga
mb
ar
4 &
5 sa mp
el
ika
n gir
u da n ha bit
atn
ya.
Ikan giru atau lebih dikenal dengan sebutan ikan badut
adalah ikan dari anak suku Amphiprioninae dalam suku
Pomacentridae. Ada dua puluh delapan spesies yang biasa
dikenali, salah satunya adalah genus Premnas, sementara
sisanya termasuk dalam genus Amphiprion. Mereka
tersebar di lautan Pasifik, Laut Merah, lautan India, dan
karang besar Australia. Di alam bebas mereka
bersimbiosis dengan anemon laut. Anemon akan
melindungi Ikan badut dari pemangsa dan Ikan badut akan
membersihkan Anemon dengan memakan sisa - sisa
makanan Anemon. Ikan badut berwarna kuning, jingga,
kemerahan atau kehitaman. Spesies terbesar mencapai
panjang 18 cm, sementara yang terkecil hanya 6 cm.
(Wikimedia Comnos, 2007)
3.2.2 Ular Laut
Kerajaan:Animalia
Filum: Chordata
Upafilu
m:
Vertebrat
a
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamat
a
Ga
mb
ar
6,
ha bit
at
sa mp
el
ula
r lau
t.
Upaordo
:
Serpente
s
Famili: Elapidae
(Boie, 1827)
Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu di
antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang
memiliki racun yang sangat kuat. (Wikimedia Comnos,
2007)
Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula
ular laut di dunia berasal dari pulau Borneo (Kalimantan)
Indonesia. Ular laut tersebut pada mulanya adalah ular
Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan
kemudian mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan
dan berevolusi dengan lingkungannya hingga menjadi ular
laut yang kita kenal sekarang ini. (Wikimedia Comnos,
2007)
Ular laut umumnya hidup terbatas di laut-laut tropis,
utamanya di Samudra India dan sebelah barat Samudra
Pasifik. Salah satu jenis ular laut, yaitu ular perut kuning
(Pelamis platurus) ruang hidupnya bahkan mencapai
bagian timur Samudra Pasifik. Sedangkan ular zaitun
(Aipysurus laevis) lebih banyak hidup di karang-karang.
(Wikimedia Comnos, 2007)
3.2.3 Kepiting Bakau (Sumber ; Firman “Klasifikasi Dan
Morfologi Kepiting Bakau”, 2010)
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Malacostraca
Superordo : Eucaridae
Ordo : Decapoda
Familia : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla sp. S. serrata, S. tranquebarica, S. paramamosain, S.Olivacea
a) Morfologi
1) Bentuk tubuhnya melebar melintang.
2) Mempunyai karapas berbentuk pipih atau agak
cembung dan berbentuk heksagonal atau persegi.
3) Ujung pasang kaki terakhir mempunyai bentuk agak
pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada
saat berenang.
b) Siklus Daur Hidup
BAB IV
KESIMPULAN
Ga
mb
ar
8,
sik
lus
hid
up
ke piti
ng
ba ka u.
Ga
mb
ar
7,
sa mp
el
ke piti
ng
ba ka u.
Setelah dilakukan pengambilan sampel dan alasis data sampel,
maka kami dapat menarik kesimpulan dari tujuan praktikum ini,
bahwa :
1. Kami telah selesai melakukan praktikum lapangan mata kuliah
Biologi Laut.
2. Kami telah mengetahui keadaan alam sekitar ruang lingkup
praktikum baik biota sampel dan lingkungan yang mempengaruhi
kehidupannya.
3. Kami telah melakukan analisis data yang kemudian menjadikan
kami mengerti dan paham akan biota laut untuk kemudian
dijadikan sampel pada studi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Urif. 2008. Propil Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu.
@jurnallingkunganhidup.co.id
Faturrohman, Arif. 2008. Pagar Mutiara Enggano Belum Tersentuh
Kilaunya. @garisdepannusantara.co.id
Tepu, Mustari. 2005. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove., PHKA,
Jakarta.
http://www.iftfishing.com/
Siswoko, Tedi. 2009. Dunia Fauna: Ikan. KIDS JP. Jakarta.
Voris HK (1977): A phylogeny of the sea snakes (Hydrophiidae),
Fieldiana Zool. 70, 79-169
Agriwibawa, Muhammad. 2010. Klasifikasi Morfologi Kepiting Bakau.
@zona_ikan/agrifishery.com
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka
utama. Jakarta.
Romimohtarto,K dan Sri Juwana. 2001. Biologi laut : Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut. Jakarta :
www.fishbase.org: clownfish. Diakses pada 28-04-2010
www. ularlaut/wikimediaindonesia.co.id
www . ikangiru/wikimediaindonesia.co.id