20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar daerahnya adalah berupa laut. Letak strategis Indonesia menjadikan negara ini memiliki kekayaan sumber daya hayati laut yang sangat besar. Namun sampai saat ini kekayaan hayati yang dimiliki masih belum dimanfaatkan secara optimal. Dibutuhkan suatu pengetahuan mendasar tentang ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek kelautan baik secara fisik, biologi, maupun kimia. Informasi biologi dalam bidang kelautan sangat penting untuk mengolah sumber daya hayati laut secara optimal karena masih banyak dan besarnya potensi sumberdaya laut yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu informasi biologi laut tersebut adalah mengenai gambaran tentang kehidupan biota laut. Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biologi yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut (marine biology). Sedangkan ilmu yang mempelajari hubungan antara biota laut dan lingkungannya dan antara mereka sendiri dinamakan ekologi (ecology). Gambar 1. Peta Pulau

laporan biologi laut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan biologi laut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian

besar daerahnya adalah berupa laut. Letak strategis Indonesia

menjadikan negara ini memiliki kekayaan sumber daya hayati

laut yang sangat besar. Namun sampai saat ini kekayaan hayati

yang dimiliki masih belum dimanfaatkan secara optimal.

Dibutuhkan suatu pengetahuan mendasar tentang ilmu yang

mempelajari tentang aspek-aspek kelautan baik secara fisik,

biologi, maupun kimia. Informasi biologi dalam bidang kelautan

sangat penting untuk mengolah sumber daya hayati laut secara

optimal karena masih banyak dan besarnya potensi

sumberdaya laut yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Salah satu informasi biologi laut tersebut adalah mengenai

gambaran tentang kehidupan biota laut.

Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat

dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan

biologi yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut

yang dinamakan biologi laut (marine biology). Sedangkan ilmu

yang mempelajari hubungan antara biota laut dan

lingkungannya dan antara mereka sendiri dinamakan ekologi

(ecology). Biota yang ada di laut diantaranya terumbu karang,

lamun, dan mangrove yang termasuk perpaduan antara laut

dan daratan kata lain perairan payau.

Praktikum biologi laut merupakan aplikasi dengan kegiatan

dari hasil pembelajaran teori biologi laut, dengan rangkaian

pembelajaran ini diharapkan akan menjadi faktor pendukung

Gambar 1. Peta Pulau Engganno

Page 2: laporan biologi laut

dari pemanfaatan sumber daya kelautan Indonesia yang saat ini

belum terolah secara maksimal.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktikum lapangan biologi laut

ini adalah :

1. Merupakan kegiatan wajib dalam pembelajaran mata kuliah

biologi laut.

2. Mengaplikasikan hasil dari pembelajaran materi biologi laut

yang telah diberikan.

3. Untuk mengetahui keadaan alam dalam ruang lingkup

praktikum.

4. Menganalisis sebagian dari biota laut untuk kemudian dapat

dimengerti dan dipahami.

1.3 Tinjauan Pustaka

Asal kata Enggano sendiri berasal dari bahasa Portugis yang

artinya kecewa. Alkisah, kedatangan bangsa Portugis tidak

disambut baik oleh penduduk pulau dan akhirnya mereka

memilih untuk memutar haluan kapal menuju laut lepas. Selain

itu, Enggano disebut juga pulau Kepu Kano’a berarti  kapal yang

dikendalikan satu orang. Ini untuk mengenang Kamanipa,

seorang raja Hindu India, yang pernah terdampar di pulau ini.

(Fajar A.M, Jiwa Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)

Pulau Enggano secara geografis terletak pada 102,05-102,25

Bujur Timur dan 5,13-5,31 Lintang Selatan. Enggano masuk

kedalam kecamatan  Enggano, kabupaten Bengkulu Utara,

Provinsi Bengkulu. Wilayahnya berbatasan langsung dengan

Samudera Indonesia. Luasnya sendiri sekitar 680 Km persegi,

Page 3: laporan biologi laut

dengan panjang 40 Km dan lebar 16 Km. (Fajar A.M, Jiwa

Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)

Pulau Enggano adalah pulau terluar Indonesia yang terletak

di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara India. Pulau

Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah

Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan merupakan

satu kecamatan. Pulau ini berada di sebelah barat daya dari

kota Bengkulu dengan koordinat 5° 31′ 13″ LS, 102° 16′ 0″ BT.

(Wikimedia Comnos, 2007)

Dengan wilayah yang seluas itu, Enggano terbagi kedalam

beberapa kawasan.  3.724,75 ha, merupakan hutan desa,

24.184 hutan hulayat,  hutan nibung 719 ha,  hutan waru

465,25 ha, rawa 1.967,75 ha, sawah 301,75 ha, perkebunan

2.614,5 ha, perkampunggan 123,25 ha, hutan bakau 1.710,5 ha

hutan keramat 394,74 ha. Sedangkan lahan kosong seluas

202,25 ha yang sedianya akan digunakan sebagai lahan

pesawat terbang dan perkebunan. (Fajar A.M, Jiwa

Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)

Ekosistem Enggano sangat beragam, mulai dari hutan

pantai, terumbu karang, mangrove, dan hutan sekunder.

Sayangnya potensi besar yang bisa dikembangkan untuk

pariwisata ini samasekali belum tergarap maksimal. Padahal

jika dikembangkan, bukan tak mungkin bisa menambah

pendapatan daerah dan mengangkat masyarakat dari jerat

kemiskinan. (Fajar A.M, Jiwa Palamarta, dan Arif

Faturohman, 2008)

Suku Bugis merupakan suku bangsa yang juga mendiami

pulau Enggano. Mereka datang sekitar abad ke  enambelas. 

Perkakas dari kayu, batu maupun besi diperkenalkan pertama

kali oleh suku Bugis. Tanaman Coklat merupakan tanaman yang

Page 4: laporan biologi laut

juga dibawa suku Bugis tiga tahun yang lalu. Kini coklat

merupakan komoditas unggulan Enggano. Disini tanaman coklat

tumbuh dengan baik. Faktor cuaca sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman coklat di Enggano. (Fajar A.M, Jiwa

Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)

Ada enam suku yang mendiami pulau Enggano yaitu Kauno,

Kaahoau, Kaarubi, Kaaruba, dan suku pendatang yang disebut

Kaamaik oleh lima suku sebelumnya. Pengakuan keberadaan

suku Kaamaik dilakukan melalui upacara adat. Prosesinya

sendiri melibatkan lima kepala suku. (Fajar A.M, Jiwa

Palamarta, dan Arif Faturohman, 2008)

Pulau Enggano memiliki terumbu karang mencapai 5.097 ha.

Selain itu, di pulau ini terdapat padang lamun yang cukup luas

dengan jenis lamun Cymodocca rotunda, Cymdoccaserrulata,

dan Halophila decipiens.  Hasil observasi (SLHD Bengkulu, 2005)

menunjukkan bahwa pada kedalaman air 3 meter di pantai

Bintuhan terdapat penutupan sebesar 25%. Kondisi ini berarti

terumbu karang sudah rusak. Sementara di Pulau Tikus

didapatkan terumbu karang pada kedalaman air 3 meter

penutupannya sebesar 78,67%. Kondisi ini berarti terumbu

karang masih baik. Di Pulau Dua didapatkan penutupan

terumbu karang pada kedalaman air 3 meter sebesar 10%

(kondisi rusak) dan pada kedalaman air 10 meter didapatkan

penutupan terumbu karang sebesar 52,73% (kondisi masih

baik). (urif Santoso, 2009)

Penduduk asli Pulau Enggano adalah suku Enggano, yang

terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat

menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa

Enggano. Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat

ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934). Selain Suku

Page 5: laporan biologi laut

Kauno, terdapat Suku Banten (pendatang), dan empat suku

lainnya. Penduduk dari pulau dengan luas 40 hektare ini rata-

rata hidup dari perkebunan kakao yang hasilnya dijual ke Kota

Bengkulu. (Wikimedia Comnos, 2007)

Di Enggano terdapat lima Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang

terletak di desa Apoho, Banjar Sari, Ka'ana, Meok dan Kayaapu.

(Wikimedia Comnos, 2007)

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Biologi laut ini dilakukan di lingkungan perairan

Pelabuhan Kajaapu Kepulauan Enggano pada tanggal 6 Mei

2010 dan Perairan Pulau Dua Kepulauan Enggano Pada 8 Mei

2010.

2.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada Praktikum Biologi Laut ini adalah :

1) 2 buah jaring tangguk

2) 2 buah botol sampel/kelompok

3) Kertas label

4) Kamera

5) Plastik sampel

Dengan bahan pengawet Formalin 30%.

2.3 Metode Praktikum

Page 6: laporan biologi laut

Praktikum ini dilakukan dengan pengambilan sampel dan

pengawetan kemudian dilakukan analisis data sebagai hasil

praktikum. Sedangkan biota laut yang akan diamati adalah

nekton dan benthos dengan cara pengambilan data sebagai

berikut :

1) Pengumpulan dan pengawetan sampel.

a) Nekton

1) Pengambilan sampel nekton dilakukan dengan

menggunakan jaring tangguk.

2) Ikan yang tertangkap diawetkan dengan formalin

kemudian diberi nama dengan kertas label pada

plastik atau botol sampel.

b) Benthos

1) Pengambilan sampel (lamun, rumput laut atau

mangrove dan fauna bentik lainnya) diambil dengan

tangan dan jaring tangguk.

2) Sampel yang didapat diawetkan dengan formalin

kemudian diberi nama dengan kertas label pada

plastik atau botol sampel.

2) Analisis

Alalisis sampel dilakukan di laboratorium dengan

mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sampel yang ada.

Page 7: laporan biologi laut

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Flora

3.1.1 Mangrove

Asal kata “mang-rove” tidak diketahui secara jelas.

Namun menurut Mac Nae (1968),

mangrove adalah kombinasi antara

bahasa portugal “mangue” dan bahasa

inggris “grove”. Menurut Kitamura et al

(2003), kata mangrove berarti tumbuhan tropis dan

komunitasnya yang tumbuh di daerah pasang surut.

Hutan mangrove adalah

kelompok jenis tumbuhan yang

tumbuh disepanjang pantai tropis

dan sub tropis yang memiliki

fungsi istimewa di suatu

lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan

Gam

bar

2 da

n 3

cont

oh e

kosi

stem

m

angr

ove

di

pula

u en

ggan

o.

Page 8: laporan biologi laut

berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. (Snedaker

dalam Gunarto, 2004).

Tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan

beradaptasi. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di

habitat yang lebih asin sedangkan Nypa fruticans terdapat

pada habitat yang berair lebih tawar. Lebih jauh dari

vegetasi khas mangrove, terdapat tumbuh-tumbuhan yang

hidup di habitat tak asin dan mereka dikenal sebagai

sekutu mangrove (mangrove associates), yakni tumbuh-

tumbuhan bukan mangrove, tetapi berasosiasi dengan

mangrove. (Dahuri, 2003).

3.1.2 Lamun (Sumber ; Mulyanti’s blog “Padang Lamun)

a) Klasifikasi Lamun

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Monocotyledonae

Familly : Hydrocharitaceae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

Padang lamun merupakan hamparan tumbuhan

seperti rumput atau alang-alang yang terbenam di

dalam laut yang dangkal, tenang, berpasir atau

berlumpur. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizoma, daun

dan akar. Rhizoma adalah batang yang terbenam dan

mendatar di atas permukaan dasar laut.

Adapun ciri-ciri tumbuhan lamun antara lain :

Page 9: laporan biologi laut

1. Mampu hidup dan dapat menyesuaikan diri terhadap

air asin atau garam.

2. Dapat hidup dan berkembang biak di air

3. Daunnya mengandung banyak udara agar mudah

mengapung di bawah permukaan air laut.

4. Memiliki system perakaran yang kuat dan kokoh.

5. Dalam satu tumbuhan hanya ada bunga jantan saja

atau bunga betina saja.

6. Mampu melakukan penyerbukan di dalam air.

7. Buahnya terendam dalam air.

B) Habitat Padang Lamun

Lamun tumbuh subur terutama pada daerah terbuka

pasang surut dan perairan pantai atau goba yang

dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan

karang mati dengan kedalaman 4 meter.  Padang lamun

terbentuk di dasar laut yang masih ditembusi cahaya

matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. Pada

perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun

ditemukan tumbuh dalam kedalaman 8 – 15 meter.

Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah

dan sering membentuk padang yang lebat dan luas

diperairan tropis. Hampir semua substrat dapat

ditumbuhi lamun, mulai substrat berlumpur sampai

berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering

ditemukan disubstrat Lumpur berpasir yang tebal antara

hutan mangrove dan terumbu karang.

Page 10: laporan biologi laut

C) Penyebaran Tanaman Lamun

Zona penyebaran lamun secara umun

berkesinambungan, namun biasa terdapat perbedaan

pada komposisi jenisnya maupun luas daerah

penutupannya. Pola penyebaran lamun sangat

tergantung pada tofografi dasar pantai, kandungan

nutrient dasar perairan, dan beberapa faktor fisik dan

kimia lainnya. Kadang terlihat pola penyebaran yang

tidak merata dengan kepadatan merata yang relatif

rendah dan bahkan terdapat semacam ruang-ruang

kosong di tengah padang lamun yang tidak tertumbuhi

oleh lamun. Kadang juga terlihat pola penyebaran yang

berkelompok-kelompok. Namun juga terdapat banyak

pola penyebaran yang merata tumbuh hampir pada

seluruh garis pantai dengan kepadatan yang sedang

dan bahkan tinggi.

Parameter lingkungan utama yang mempengaruhi

distribusi dan pertumbuhan ekosistem padang lamun

adalah sebagai berikut :

1) Kecerahan

2) Temperatur

3) Salinitas

4) Substrat

5) Kecepatan Arus  Perairan

D) Peran dan Fungsi Lamun

a) Sebagai habitat bagi berbagai biota laut.

b) Penghasil detritus dan zat hara yang berguna

sebagai makanan bagi mahluk hidup lainnya.

Page 11: laporan biologi laut

c) Juntaian lamun juga berguna sebagai pelindung dari

sengatan matahari bagi penghuni ekosistem lamun.

d) Sumber makanan bagi penyu hijau, penyu sisik, bulu

babi, bintang laut, dan dugong.

e) Melindungi dasar perairan dari erosi.

f) Daun lamun yang lebat dapat memperlambat

gerakan air yang disebabkan oleh ombak dan arus

sehingga menyebabkan perairan disekitarnya

menjadi tenang.

3.2 Fauna

3.2.1 Ikan Giru/Badut

Kerajaan

:

Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Famili: Pomacentridae

Upafamil

i:

Amphiprionin

ae

(Amphiprion Bloch & Schneider, 1801)

Ga

mb

ar

4 &

5 sa mp

el

ika

n gir

u da n ha bit

atn

ya.

Page 12: laporan biologi laut

Ikan giru atau lebih dikenal dengan sebutan ikan badut

adalah ikan dari anak suku Amphiprioninae dalam suku

Pomacentridae. Ada dua puluh delapan spesies yang biasa

dikenali, salah satunya adalah genus Premnas, sementara

sisanya termasuk dalam genus Amphiprion. Mereka

tersebar di lautan Pasifik, Laut Merah, lautan India, dan

karang besar Australia. Di alam bebas mereka

bersimbiosis dengan anemon laut. Anemon akan

melindungi Ikan badut dari pemangsa dan Ikan badut akan

membersihkan Anemon dengan memakan sisa - sisa

makanan Anemon. Ikan badut berwarna kuning, jingga,

kemerahan atau kehitaman. Spesies terbesar mencapai

panjang 18 cm, sementara yang terkecil hanya 6 cm.

(Wikimedia Comnos, 2007)

3.2.2 Ular Laut

Kerajaan:Animalia

Filum: Chordata

Upafilu

m:

Vertebrat

a

Kelas: Reptilia

Ordo: Squamat

a

Ga

mb

ar

6,

ha bit

at

sa mp

el

ula

r lau

t.

Page 13: laporan biologi laut

Upaordo

:

Serpente

s

Famili: Elapidae

(Boie, 1827)

Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu di

antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang

memiliki racun yang sangat kuat. (Wikimedia Comnos,

2007)

Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula

ular laut di dunia berasal dari pulau Borneo (Kalimantan)

Indonesia. Ular laut tersebut pada mulanya adalah ular

Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan

kemudian mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan

dan berevolusi dengan lingkungannya hingga menjadi ular

laut yang kita kenal sekarang ini. (Wikimedia Comnos,

2007)

Ular laut umumnya hidup terbatas di laut-laut tropis,

utamanya di Samudra India dan sebelah barat Samudra

Pasifik. Salah satu jenis ular laut, yaitu ular perut kuning

(Pelamis platurus) ruang hidupnya bahkan mencapai

bagian timur Samudra Pasifik. Sedangkan ular zaitun

(Aipysurus laevis) lebih banyak hidup di karang-karang.

(Wikimedia Comnos, 2007)

3.2.3 Kepiting Bakau (Sumber ; Firman “Klasifikasi Dan

Morfologi Kepiting Bakau”, 2010)

Page 14: laporan biologi laut

Phylum : Arthropoda

Classis : Crustacea

Subclassis : Malacostraca

Superordo : Eucaridae

Ordo         : Decapoda

Familia           : Portunidae

Genus        : Scylla

Spesies       : Scylla sp.   S. serrata, S. tranquebarica,       S. paramamosain, S.Olivacea

a) Morfologi

1) Bentuk tubuhnya melebar melintang.

2) Mempunyai karapas berbentuk pipih atau agak

cembung dan berbentuk heksagonal atau persegi.

3) Ujung pasang kaki terakhir mempunyai bentuk agak

pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada

saat berenang.

b) Siklus Daur Hidup

BAB IV

KESIMPULAN

Ga

mb

ar

8,

sik

lus

hid

up

ke piti

ng

ba ka u.

Ga

mb

ar

7,

sa mp

el

ke piti

ng

ba ka u.

Page 15: laporan biologi laut

Setelah dilakukan pengambilan sampel dan alasis data sampel,

maka kami dapat menarik kesimpulan dari tujuan praktikum ini,

bahwa :

1. Kami telah selesai melakukan praktikum lapangan mata kuliah

Biologi Laut.

2. Kami telah mengetahui keadaan alam sekitar ruang lingkup

praktikum baik biota sampel dan lingkungan yang mempengaruhi

kehidupannya.

3. Kami telah melakukan analisis data yang kemudian menjadikan

kami mengerti dan paham akan biota laut untuk kemudian

dijadikan sampel pada studi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: laporan biologi laut

Santoso, Urif. 2008. Propil Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu.

@jurnallingkunganhidup.co.id

Faturrohman, Arif. 2008. Pagar Mutiara Enggano Belum Tersentuh

Kilaunya. @garisdepannusantara.co.id

Tepu, Mustari. 2005. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove., PHKA,

Jakarta.

http://www.iftfishing.com/

Siswoko, Tedi. 2009. Dunia Fauna: Ikan. KIDS JP. Jakarta.

Voris HK (1977): A phylogeny of the sea snakes (Hydrophiidae),

Fieldiana Zool. 70, 79-169

Agriwibawa, Muhammad. 2010. Klasifikasi Morfologi Kepiting Bakau.

@zona_ikan/agrifishery.com

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka

utama. Jakarta.

Romimohtarto,K dan Sri Juwana. 2001. Biologi laut : Ilmu Pengetahuan

Tentang Biota Laut. Jakarta :

www.fishbase.org: clownfish. Diakses pada 28-04-2010

www. ularlaut/wikimediaindonesia.co.id

www . ikangiru/wikimediaindonesia.co.id