15
Laporan Praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman ‘Pengukuran Luas Daun dengan Metode Pengukuran LAM dan Faktor Koreksi’’ Disusun Oleh: Nama : Nadia Ulfa Savitri NIM : 115040200111131 Kelompok : Rabu, 07.30 WIB PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Laporan Apt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis pertumbuhan tanaman

Citation preview

Page 1: Laporan Apt

Laporan Praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman

‘Pengukuran Luas Daun dengan Metode Pengukuran LAM dan Faktor Koreksi’’

Disusun Oleh:

Nama : Nadia Ulfa Savitri

NIM : 115040200111131

Kelompok : Rabu, 07.30 WIB

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Laporan Apt

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun ialah organ tubuh tanaman yang penting, tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi yang menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Oleh karena itu luas daun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis pertumbuhan tanaman. Indek luas daun, laju tumbuh relatif dan laju fotosintesis merupakan parameter yang erat terkait dengan luas daun. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dala penggunaannya, seperti pada pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran. Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa memetik daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun bersangkutan, maka tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut kemudian diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM) ataupun Faktor Koreksi. Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun-daun tidak berkurang atau bahkan habis terpetik. Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan atau rumus.

Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (desdruktif). Namun bagi tanaman yang diperlukan untuk pengukuran berulang dan menghindari pengerusakan daun, maka penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan. Penggunaan teknik pengukuran lainnya akan sangat diperlukan bilamana alat LAM tidak dimiliki atau tidak tersedia. Tanpa merusak daun atau memetik daun dari tanaman, luas daun masih dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan faktor koreksi luas daun (Harjadi, S.S. 1991)

1.2 Tujuan Praktikum

Mempelajari cara pengukuran luas daun dengan menggunakan Leave Area Meter (LAM) dan Faktor Koreksi serta mendapatkan nilai luas daun taksiran sehingga dapat mempermudah pengamatan pertumbuhan suatu tanaman.

Page 3: Laporan Apt

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kekurangan dan Kelebihan Metode LAM

2.1.1 Kekurangan Metode LAM

1. Harga alat yang terlampau mahal2. Menggunakan sumber energi listrik3. Perhitungan daun harus dilakukan secara kontiniu, tidak boleh terhenti

hingga daun terakhir4. Kertas mika tidak boleh kotor karena akan menyebabkan hasil

perhitungan yang tidak sesuai

2.1.2 Kelebihan Metode LAM

1. Lebih cepat dalam proses perhitungan2. Hasil yang diperoleh lebih akurat3. Angka yang dihasilkan di layar menunjukkann akan detail sehingga

nilai kepastian lebih memadai4. Dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai macam jenis daun,

tidak hanya aun tertentu (Tjitrosoepomo, G. 1989)2.2 Kekurangan dan Kelebihan Metode Faktor Koreksi

2.1.1 Kelebihan Metode Faktor Koreksi

1. Perhitungan dilakukan tanpa harus merusak tanaman2. Pelaksaan cukup mudah 3. Tidak membutuhkan biaya yang besar4. TIdak harus dilakukan di dalam laboratorium

2.1.2 Kekurangan Metode Faktor Koreksi

1. Penaksiran luas daun terbatas hanya pada daun yang datar, lurus dan tidak berongga

2. Membuutuhkan waktu yang lama karena harus melakukan perhitungan satu per satu

3. Peluang kesalahan dalam proses perhitungan lebih besar karena melakukan oerhitungan secara manual

4. Apabila mengghitung jumlah daun yang banyak, maka akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak pula.

Page 4: Laporan Apt

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Leaf Area Meter (LAM)2. Gunting3. Penggaris4. Alat tulis5. Kertas A4 6. Timbangan Analitik

3.1.2 Bahan

1. Tanaman Jagung2. Tanaman Bayam

3.2 Cara Kerja3.2.1 Leaf Area Meter

Siapkan alat dan bahan

Hidupkan alat (LAM)

Tekan tombol ON

Ambil sampel tanaman yang akan diukur

Zerokan terlebih dahulu alat

Tekan tombol START lalu masukkan daun yang akandiukur secara bergantian

Catat hasil perhitungan

Page 5: Laporan Apt

3.2.1 Faktor Koreksi

Siapkan alat dan bahan

Ambil secara acak daun tanaman

Timbang berat daun dan kertas putih

Ukur panjang daun dan lebar daun

Gambar bentuk daun yang berbeda pada kertas putih

Gunting gambar tersebut, lalu timbang

Hitung Faktor Koreksi dan Luas Daun Taksiran

3.3 Penjelasan Diagram Alir

3.3.1 Leaf Area Meter (LAM)

Penggunaan metode Leaf Area Meter (LAM) sangatlah mudah dan sederhana. Hal pertama yang harus dilakukan ialah menghidupkan mesin LAM terlebih dahulu. Kemudian ambil sampel daun mulai dari bagian bawah, tengah dan atas sebagai bahan yang akan diamati. Setelah bahan siap dan alat telah dinyalakan, zerokan terlebih dahulu alat LAM. Setelah itu masukkan daun ke dalam LAM perlahan secara terus-menerus hingga daun terakhir. Kemudian data perhitungan luas daun akan muncul pada layar. Setelah itu jangan lupa membersihkan alat dan menonaktifkannya kembali.

3.3.2 Faktor Koreksi

Pada metode faktor koreksi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menimbang berat daun yang akan dihitung dan juga berat serta luas kertas putih yang akan digunakan untuk menggambar sampel daun. Setelah itu, ukur panjang dan luas daun kemudian gambar daun pada kertas putih kemudian potong sesuai garis daun. Lalu potongan kertas daun ditimbang kembali lalu hitung faktor koreksi dan luas daun taksiran menggunakan rumus.

Page 6: Laporan Apt

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Leaf Area Meter (LAM)

Tanaman Bayam Pertama

No Daun Luas Individu daun (cm²)

1 44,83

2 13,74

3 34,73

4 34,10

5 25,62

6 16,73

7 39,61

8 4,5

Tanaman Bayam Kedua

No Daun Luas Individu daun (cm²)

1 17,86

2 10,44

3 20,24

4 12,98

5 18,5

6 6,08

Page 7: Laporan Apt

4.2.2 Faktor Koreksi

Tanaman Jagung

No Panjang Max( A )

Lebar Max( L )

Bobot Guntingan

( C )

FK Luas Daun ( LD )

1 106,6 5,6 2,83 0,70 413,952

2 84 6,5 3,14 0,84 546

3 100,5 4,6 2,03 0,64 295,87

4 108,5 5 2,50 0,61 368,9

Keterangan :A = Luas KertasB = Bobot KertasC = Bobot Replika Daun KertasP = Panjang Max DaunL = Lebar Max Daun

A = 29,7cm x 21.6 cm = 626,67 cm2

B = 4,27 gr

4.2 Pembahasan

Pada praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman materi perhitungan faktor koreksi ini menggunakan tanaman jagung dan bayam sebagai bahan yang akan diamati. Metode yang digunakan adalah metode faktor koreksi dan Leaf Area Meter (LAM). Namun untuk metode LAM hanya diperlihatkan proses pelaksanaannya saja tanpa ada nilai perhitungan yang diambil dari proses tersebut.

Perhitungan dilakukan terhadap satu tanaman jagung yang diambil daunnya. Dari tanaman tersebut, memilik jumlah daun 4 helai yang terbuka sempurna. Kemudian dilakukan perhitungan panjang aun dan lebar daun masing-masing daun yang meana memperoleh hasil yang bervariasi. Setelah proses perhtungan selesai barulah membuat replika daun dengan menggunakan kertas putih (A4 berukuran 21 x 26,9 cm) dengan bobot kertas 3,54 gr. Perhitungan faktor koreksi dilakukan dengan emnggunakan rumus :

Page 8: Laporan Apt

sedangkan untuk menghitung luas daun taksiran menggunakan rumus :

Pengukuran luas daun dengan tidak  harus  memetik daun merupakan teknik pengukuran yang lebih baik karena tanaman tidak rusak dan  pengukuran cepat serta tidak mensyaratkan peralatan  yang mungkin sulit tersedianya. Pada beberapa tanaman pangan seperti jagung dan kedelai digunakan faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh dari  pengukuran  panjang dan lebar daun (Pearce et al. 1988) demikian pula pada daun nangka (Goonasekera 1978).

Pada pengamatan yang pertama dengan menggunakan metode LAM, kita menggunakan 14 daun bayam yang terdiri dari 8 daun dari tanaman bayam pertama dan 6 daun dari tanaman bayam kedua. Pada tanaman bayam pertama daun ke-1 hingga ke-8 diperoleh luasan daun (cm² ) 44,83 ; 13,74 ; 34,73 ; 34,10 ; 25,62 ; 16,73 ; 39,61 ; 4,5. Sedangkan pada tanaman bayam kedua dari daun ke-1 hingga ke-6 diperoleh luasan daun (cm² ) 17,86 ; 10,44 ; 20,24 ; 12,98 ; 18,5 ; 6,08. Tidak samanya atau terjadi perbedaan luas daun saat pengukuran dikarenakan saat pengukuran menggunakan dua tanaman bayam , jadi daun yang digunakan pun berbeda-beda. Diketahui daun bayam memiliki luas daun terbesar yaitu pada daun tanaman bayam pertama ke-1 seluas 44,83cm².

Pada pengamatan kedua, yaitu dengan menggunakan metode manual dengan menggunakan perhitungan faktor koreksi (FK). Pengamatan luas daun dengan FK menggunakan daun jagung dengan jumlah 4 daun. Daun ke-2 memiliki luas daun yang paling besar yaitu 546 cm² jika dibandingan daun lainnya.Perbedaan ukuran helaian daun pada tanaman yang sama disebabkan karena adanya perbedaan tingkat perkembangan tanaman. Sedangkan perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman tentunya dikarenakan perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan perbedaan tingkat tumbuh juga pernah ( Tjitrosoepomo, 1998 ).

Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Semakin besar nilai faktor koreksi maka semakin luas daunnya. Maka tidak hanya luas daun saja yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil fotosintesis, namun luasnya permukaan daun (semakin banyak daun semakin luas permukaan) juga mempengaruhi hasil fotosintesis. Semakin luas permukaan daun tanaman maka semakin berat biomassa yang dihasilkan dan lebih efektif tajuk dalam menyerap radiasi matahari (Suhendry, I. dan N. Alwi. 1987).Apabila laju fotosintesis besar, kegiatan respirasi kecil dan translokasi asimilasi lancar ke bagian generatif, maka produksi akan meningkat. Laju fotosintesis maksimum tercapai pada saat LAI. Ada dua hal yang dapat meningkatkan berat kering tanaman yaitu memperbesar LAI sampai optimum dan meningkatkan laju fotosintesis setiap satuan luas daun.

Page 9: Laporan Apt

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sumbangan luas daun terdapat total produksi bahan kering yang dapat mencapai 70%. Sedangkan peningkatan laju fotosintesis menyumbangkan total produksi bahan kering sebesar 30%. Ini berarti peningkatan indeks luas daun (LAI) jauh lebih besar daripada peningkatan laju fotosintesis.

Namun hasil tersebut belum bisa dibuat sebagai patokan. Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak terlipat. Kondisi tenaga baterai perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan baterai yang mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada saat baterai melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan memberikan hasil yang berbeda jauh( Suhendry, I. dan N. Alwi. 1987)

Page 10: Laporan Apt

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan perkiraan luasan daun dengan faktor koreksi dapat disimpulkan bahwa letak daun dan umur daun mempengaruhi luas daun. Rata-rata luas daun pada tanaman jagung yaitu semakin tua daun (bagian tanaman lebih bawah) maka besar daun akan semakin luas dibandingkan dengan daun yang lebih muda. Namun, tedapat daun pada bagian tengah yang lebih besar dibandingkan dengan daun yang lebih tua. Hal ini dimungkinkan perkembangan vegetatif lebih maksimal pada saar pembentukan daun yang terletak di tengah. Sehingga luas daun berbanding lurus dengan biomassa tanaman.

Untuk hasil perbandingan luas yang didapat dari LAM dan faktor koreksi. Hasil LAM lebih tinggi dan dapat dikatakan penggunaan LAM lebih akurat dalam mendapatkan hasil pengukuran luas daun. Namun hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai patokan, karena kesalahan dalam pengukuran dapat meyebabkan hasil berbeda, seperti gejala yang nampak pada saat baterai melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan memberikan hasil yang berbeda jauh.

Page 11: Laporan Apt

DAFTAR PUSTAKA

Finkeldey, R. 2005. An Introduction to Tropical Forest Genetics. Diterjemahkan Djamhuri, E. et.al. Pengantar Genetika Hutan Tropis. ASEAN-EU University Network Programme (AUNP). Bogor.

Goonasekera, G.A.J.P.R. 1978. A General Regression Equation for The Estimation of Leaf Area. J. Rub. Res. Inst. Srilanka 55:29-33.

Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia. JakartaLim, T.M. and K. Narayanan. 1972. Estimation of The Area of Rubber Leaves

(Hevea brasiliensis Muell. Arg). Using Two Leaf-let Parameter. Expt. Agric. 8(4):311-314. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) 7

Pearce, SC., G.M. Clark, G.V. Dyke, R.E. Kempson. 1988. A Mannual of CropExperimentation. London, Charles Griffin & Company.Suhendry, I. dan N. Alwi. 1987. Beberapa Metode Pengukuran Luas Daun Klon

Karet. Bulletin Perkaretan. 5 (3):67-71.Tjitrosoepomo, G. 1989. Botani Morfologi. UGM Press.Weier, T.E., C.R. Stocking, M.G. Barbour. 1974. Botany. An Introduction to

Plant Biology..