Upload
leanh
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN
2017
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PENGELOLAAN BAHAN BERACUN BERBAHAYA
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Umum
Berdasarkan peraturan perundangan pengelolaan B3 telah dilakukan berbagai program dan
kegiatan dalam upaya untuk mencapai target-target kinerja di bidang pengelolaan B3,
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
serta Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019.
Laporan Kinerja (LKJ) Direktorat Pengelolaan B3 Tahun 2017 disusun sebagai akuntabilitas
kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengelolaan B3, sebagaimana
diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 18 Tahun
2015 tentang Struktur Organisasi KLHK Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
Direktorat Pengelolaan B3 menyelenggarakan tugas melaksanakan penyiapan perumusan,
pelaksanaan, koordinasi, sinkronisasi kebijakan, bimbingan teknis, evaluasi bimbingan teknis,
supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut Direktorat Pengelolaan B3 mememiliki fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan penerapan konvensi, pengendalian, inventarisasi
penggunaan, pemantauan, dan penanganan bahan berbahaya dan beracun;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan penerapan konvensi, pengendalian, inventarisasi
penggunaan, pemantauan, dan penanganan bahan berbahaya dan beracun;
3. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan kebijakan penerapan konvensi,
pengendalian, inventarisasi penggunaan, pemantauan, dan penanganan bahan berbahaya
dan beracun;
4. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria penerapan konvensi, pengendalian,
inventarisasi penggunaan, pemantauan, dan penanganan bahan berbahaya dan beracun;
5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis penerapan
konvensi, pengendalian, inventarisasi penggunaan, pemantauan, dan penanganan bahan
berbahaya dan beracun;
3
6. Supervisi atas pelaksanaan urusan penerapan konvensi, pengendalian, inventarisasi
penggunaan, pemantauan, dan penanganan bahan berbahaya dan beracun;
7. Pelaksanaan adminitrasi direktorat.
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), terdiri atas a) Subdirektorat
Penerapan Konvensi Bahan Berbahaya dan Beracun; b) Subdirektorat Pengendalian Bahan
Berbahaya dan Beracun, c) Subdirektorat Inventarisasi Penggunaan Bahan Berbahaya dan
Beracun, d) Subdirektorat Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan e) Subbagian Tata
Usaha. Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan B3, Tahun 2017 disusun sebagai wujud
manajemen pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil
kinerja penetapan kinerja, diukur dengan indikator-indikator kegiatan yang sudah ditetapkan
sebagaimana dituangkan di dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta Perjanjian Kinerja Tahun 2017. Untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsi yang telah dibebankan, Direktorat Pengelolaan B3,dibantu oleh
4 orang sub direktorat, 8 orang Kepala Seksi dan 1 orang Kepala Sub. Bidang Tata Usaha
sebagaimana dapat dilihat pada Struktur Organisasi Direktorat Pengelolaan B3, berikut:
4 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun
Struktur Organisasi Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (PermenLHK No. 18 tahun 2015)
5 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Tabel 1.1. Komposisi SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai
1. S3 1
2. S2 12
3. S1 23
4. D3 2
5. SMU Sederajat 12
6. SMP -
Jumlah 50
Tabel 1.2. Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan
No Tingkat Jabatan Jumlah Pegawai
1. Eselon II 1
2. Eselon III 4
3. Eselon IV 9
4. Staf PNS 21
5. Tenaga Honorer 15
Jumlah 50
Tabel 1.3. Komposisi SDM Berdasarkan Golongan
No Tingkat Golongan Jumlah Pegawai
1. IV c 1
2. IV b 3
3. IV a 9
4. III d 5
5. III c -
6. III b 5
7. III a 7
8. II d 1
9. II b 4
10. Non Golongan 15 (HONORER)
Jumlah 50
6 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
C. Peran Dalam Dukungan Prioritas Reformasi Birokrasi Kementerian LHK 2015-2019
Sebagai bagian dari organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat
Pengelolaan B3-Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 memiliki peran penting dalam
mendukung pelaksanaan Prioritas Reformasi Birokrasi Kementerian LHK 2015-2019.
Setidaknya ada 2 (dua) target yang akan diupayakan yaitu:
a. Memperkuat penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
KLHK; dan
b. Memperkuat pelaksanaan reformasi birokrasi di unit kerja Direktorat Pengelolaan B3
yang menjadi target prioritas RB LHK Tahun 2015-2019.
Untuk pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Direktorat Pengelolaan B3 KLHK juga merujuk pada
Peraturan Menteri LHK Nomor: P.39/Menlhk-Setjen/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.481/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tim Reformasi
Birokrasi Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananKegiatan Direktorat Pengelolaan B3,
dalam konteks reformasi birokrasi yang terrmasuk dalam Agenda Prioritas KLHK 2015-2019 (isu
strategis Pelayanan Publik) adalah “peningkatan kualitas lingkungan dengan berkurangnya
resiko akibat paparan B3”. Untuk target tahun 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan juga akan berpartisipasi dalam gelaran Inovasi Pelayanan Publik Nasional yang
diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Oleh
karena itu Direktorat Pengelolaan B3 akan berupaya dalam peningkatan kinerja internal untuk
mendukung aksi pelaksanaan program dan kegiatan yang sudah menjadi komitmen
sebagaimana tertuang dalam Renstra dan Renja KLHK, dengan didukung oleh kesiapan SDM
internal, serta sistem, mekanisme kerja dan penganggaran.
7 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Tujuan, Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja dan Target-target tahun 2017
Dalam Rencana Strategis Direktorat Pengelolaan B3 Tahun 2015-2019 telah ditetapkan tujuan,
sasaran dan indikator kinerja kegiatan sebagai berikut:
Tujuan dan Sasaran
Dalam upaya melaksanakan pencapaian kinerja, Direktorat Pengelolaan B3 melaksanakan
program dan kegiatan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 dan Renstra Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
(PSLB3) dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut:
Tujuan:
Meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3 (S1.P11).
Sasaran:
1. Pengembangan kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan B3;
2. Pelaksanaan inventarisasi dan pemantauanpengelolaan B3;
3. Kajian dan pengembangan teknologi pengelolaan B3;
4. Pengembangan sistem informasi tatakelola B3;
5. Peningkatan kapasitas dan bimbingan teknis pengelolaan B3;
6. Implementasi konvensi dan kerjasama luar negeri pengelolaan B3.
Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran
Untuk mencapai tujuandan sasaran pengelolaan B3 dalam Rencana Strategis Pengelolaan B3 Tahun 2015-2019,telah ditetapkan bahwa pencapaian tersebut dilaksanakanmelalui pendekatan empat pilar yaitu:
(1). Perangkat Kebijakan Strategis;
(2). Pelaksanaan Kebijakan Operasional;
(3). Peningkatan kapasitas;
(4). Kemitraan dan kerjasama Internasional.
8 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
1) Indikator Kinerja Kegiatan :
1. Persentase jumlah dan Jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui registrasi,
notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100 % (S1.P11.K2.1.IKK.a);
2. Presentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar
100% (S1.P11.K2.1.IKK.b);
3. Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya
meningkat setiap tahun (S1.P11.K2.2.IKK.a);
4. Jumlah Jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya (S1.P11.K2.2.IKK.b);
5. Jumlah Jenis B3 yang dihapuskan (S1.P11.K2.2.IKK.c).
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja kegiatan
Tujuan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK) Meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3 (S1.P11)
Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100% (S1.P11.K2.1)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui teregistrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.a)
Persentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.b)
Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi sebesar 100% (S1.P11.K2.2)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun (S1.P11.K2.2.IKK.a)
Jumlah jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.b)
Jumlah jenis B3 yang dihapuskan sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.c)
Berdasarkan Renja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan TA 2017 dan mengacu pada
Renja Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya TA 2017,
maka kegiatan tahun 2017 ini tetap berpedoman pada RKP Tahun 2017, Rencana Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan TA 2017 serta Rencana Kerja Direktur Jenderal
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya TA 2017.
Rencana Kinerja Tahun 2017 Direktorat Pengelolaan B3 ditetapkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang diharapkan. Masing-masing tujuan memiliki sasaran, program dan kegiatan yang
9 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
akan dilaksanakan serta indikator kinerja sebagai keluaran dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan.
Untuk tahun 2017, Direktorat Pengelolaan B3, melaksanakan program dan kegiatan sesuai
target sasaran dan indikator kinerja yang termuat dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 pada
Rencana Kinerja Direktur Jenderal PSLB3 Tahun 2017 dengan rinciannya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.2. Target Perjanjian Kinerja Direktorat Pengelolaan B3 Tahun 2017
Tabel 2.3. Sasaran Unit Kegiatan, Indikator Unit Kegiatan dan Target Capaian 2017 hingga Tahun 2019 Direktorat Pengelolaan B3
Sasaran Unit Kegiatan Indikator Unit Kegiatan Target 2017 Target 2019
S1.P11.K2.1.UK1: Meningkatnya tata kelola B3 melalui penerapan konvensi, penyusunan peraturan dan pelaksanaan bimbingan teknis
S1.P11.K2.1.UK1.UI1: Tersedianya 8 Rancangan peraturan penerapan konvensi B3
2 Peraturan 2 Peraturan
S1.P11.K2.1.UK1.UI2: Terlaksananya 9 bimbingan teknis penerapan konvensi B3 di 6 lokasi P3E
70 orang 60 orang
S1.P11.K2.1.UK1.UI3: Terlaksananya Supervisi penerapan Rencana Aksi Nasional Konvensi Pengelolaan B3 di 24
40 orang 50 orang
NO SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN/IKK
TARGET
2017
KETERANGAN
(baseline data)
1. Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100%
Persentase jumlah dan Jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100 %
100%
Laporan jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan
Presentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100 %
100%
Laporan kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan
2. Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%
Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun
60%
Baseline data jumlah dan kenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya tahun 2014
Jumlah Jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya
2 Jenis Laporan jumlah dan jenis B3 yang direncanakan dibatasi peredaran dan penggunaannya
Jumlah Jenis B3 yang dihapuskan 2 Jenis
Laporan jumlah dan jenis B3 yang direncanakan akan dihapuskan
10 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Sasaran Unit Kegiatan Indikator Unit Kegiatan Target 2017 Target 2019
Provinsi
S1.P11.K2.1.UK2: Meningkatnya jumlah registrasi, notifikasi dan rekomendasi
S1.P11.K2.1.UK2.UI1: Terlaksananya kegiatan registrasi B3 sebesar 100%
1500 Surat Permohonan Registrasi B3
1500 Surat Permohonan Registrasi B3
S1.P11.K2.1.UK2.UI2: Terlaksananya kegiatan notifikasi B3 sebesar 100%
20 Surat Persetujuan Notifikasi B3
20 Surat Persetujuan Notifikasi B3
S1.P11.K2.1.UK2.UI3: Terlaksananya kegiatan rekomendasi pengangkutan B3 sebesar 100%
75 Surat Rekomendasi Pengangkutan
B3
75 Surat Rekomenda
si Pengangkut
an B3
S1.P11.K2.1.UK3.1: Meningkatnya data jumlah dan jenis B3 melalui kegiatan inventarisasi
S1.P11.K2.1.UK3.1.UI1: Tersedianya data jumlah dan jenis B3 di sektor Manufaktur, Jasa, Kesehatan dan Pertanian (MJKP) sebesar 100%
1.260.000 Ton 2.100.000 Ton
S1.P11.K2.1.UK3.1.UI2: Tersedianya data jumlah dan jenis B3 di sektor Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas (PEM) sebesar 100%
540.000 Ton 900.000 Ton
S1.P11.K2.1.UK3.2: Membangun dan mengembangkan sistem informasi tata kelola B3 nasional
S1.P11.K2.1.UK3.2.UI1: Tersedianya aplikasi sistem data dan informasi tata kelola B3 nasional yang aplikatif
1 Aplikasi 1 Aplikasi
S1.P11.K2.2.UK4.1: Menyediakan rekomendasi B3 yang dibatasi dan rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasi
S1.P11.K2.2.UK4.1.UI1: Tersedianya rekomendasi B3 yang dibatasi dan rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasi
2 jenis 4 jenis
S1.P11.K2.2.UK4.2: Menyediakan rekomendasi B3 yang dihapuskan
S1.P11.K2.2.UK4.2.UI1: Tersedianya rekomendasi B3 yang dihapuskan
2 jenis 4 jenis
S1.P11.K2.2.UK4.3: Menyediakan rekomendasi teknologi pemusnahan B3
S1.P11.K2.2.UK4.3.UI1: Tersedianya rekomendasi teknologi untuk B3 yang dihapuskan
1 Rekomendasi 1 Rekomenda
si
Dalam rangka mencapai target-target tersebut, telah dirancang kegiatan-kegiatan dan
pembiayaannya sebagai berikut
Tabel 2.4. Kegiatan dan Anggaran Tahun 2017
No. Kegiatan Anggaran
1 Penghapusan penggunaan merkuri untuk PESK (zero merkuri)
5,150,000,000
2 Peningkatan jumlah B3 yang terdata dalam system informasi nasional mengenai B3
1,349,520,000
11 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
No. Kegiatan Anggaran
3 Penyediaan system data informasi tatakelola B3 nasional yang aplikatif
279,250,000
4 Penyediaan rancangan peraturan perundangan dan RAN pengelolaan B3
340,400,000
5 Layanan Internal dan Perkantoran 1,018,600,000
Total Anggaran 7,815,020,000
12 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2017
A. Capaian Kinerja Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Secara umum capaian Kinerja Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun, Dirjen PSLB3
sesuai Perjanjian Kinerja Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Capaian IKP/IKU Direktorat Pengelolaan B3 TA 2017
Sasaran Program: Meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan dengan
berkurangnya resiko akibat paparan B3, limbah B3 dan Sampah (S1.P11)
IKP/IKU TARGET
2015
CAPAIAN 2015 TARGET 2017
CAPAIAN 2017 TARGET AKUMULAS
I 2017
REALISASI AKUMULATIF
2017
Ton (%) Ton (%) Ton (%)
Jumlah B3 yang dikelola sebesar 3 juta ton selama 5 tahun (S1.P11.IKP2)
300,000 362,559 120.85 600,000 371.950 59.7 1,8 juta 1,79 juta
99.73
Dari tabel diatas, dapat dilihat indikator kinerja utama Direktorat Pengelolaan B3 mengalami
peningkatan pencapaian mulai tahun 2015 hingga tahun 2017.Capaian kinerja IKP2 (S1.P11.IKP2)
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh unit kegiatan Direktorat
Pengelolaan B3 dengan uraian sebagai berikut:
Tabel 3.2. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Pengelolaan B3
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
1. Meningkatnya jumlah B3
yang terdata dalam sistem
informasi nasional mengenai
B3 sebesar 100 %.
a. Persentase jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan,
terdata melalui registrasi, notifikasi, rekomendasi, dan
perijinan sebesar 100%.
b. Persentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi, dan perijinan sebesar 100%.
2. Meningkatnya jumlah dan
jenis B3 yang terkelola sesuai
dengan peraturan menjadi
100%.
a. Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan
pemanfaatannya, meningkat setiap tahun.
b. Jumlah dan jenis B3 yang dibatasi peredaran dan
penggunaannya sebanyak 2 jenis
c. Jumlah jenis B3 yang dihapuskan sebanyak 2 jenis.
Berikut capaian kinerja per setiap sasaran kegiatan per triwulanan tahun 2017 adalah:
Tabel 3.3: Sasaran I:“Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam system informasi nasional mengenai B3 sebesar 100%” (S1.P11.K2.1)
13 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
IKK TARGET
2017
REALISASI
2017
CAPAIAN KINERJA (PER TRIWULAN
(%)
I II III IV
a. Persentase jumlah dan
jenis B3 yang beredar dan
digunakan, terdata melalui
registrasi, notifikasi,
rekomendasi, dan perijinan
sebesar 100%.
100 % 100% 13 42 65 100
b. Persentase kapasitas
layanan registrasi,
notifikasi, rekomendasi,
dan perijinan sebesar 100%.
100 % 100% 25 50 70 100
Tabel 3.4: Sasaran II: “Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%” (S1.P11.K2.2), dengan capaian kinerja sebagai berikut :
Berikut uraian lengkap capaian kinerja berdasarkan Sasaran Unit Kegiatan dan Indikator Kinerja Unit Kegiatan (IKUK) sebagai berikut:
Tabel 3.5. Capaian Sasaran Unit Kegiatan I
SASARAN KEGIATAN I Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam system informasi nasional mengenai B3 sebesar 100%” (S1.P11.K2.1)
SASARAN UNIT KEGIATAN I Meningkatnya tata kelola B3 melalui penerapan konvensi, penyusunan peraturan dan pelaksanaan bimbingan teknis (S1.P11.K2.1.UK1)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Tersedianya 8 Rancangan peraturan penerapan konvensi B3
Peraturan 2 2 2
IKK TARGET
2017
REALISASI
2017
CAPAIAN KINERJA (PER TRIWULAN)
I II III IV
a. Persentase jumlah dan
jenis B3 yang dipantau
peredaran dan
pemanfaatannya,
meningkat setiap tahun.
60 % 60
b. Jumlah dan jenis B3 yang
dibatasi peredaran dan
penggunaannya
2 jenis 2 15 41 60 100
c. Jumlah jenis B3 yang
dihapuskan 2 jenis 2 11,5 42,5 71,50 100
14 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
b Terlaksananya 9 bimbingan teknis penerapan konvensi B3 di 6 lokasi P3E
Peserta 70 90 90
c Terlaksananya Supervisi penerapan Rencana Aksi Nasional Konvensi Pengelolaan B3 di 24 Provinsi
Orang 40 ** **
**: Tidak
Pencapaian sasaran pertama, meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi
nasional mengenai B3 sebesar 100% dalam pelaksanaannya dilakukan melalui sasaran unit
kegiatan I yakni meningkatnya tata kelola B3 melalui penerapan konvensi, penyusunan
peraturan dan pelaksanaan bimbingan teknis. Implementasi sasaran unit kegiatan ini yang
diukur dengan indikator kinerja tersedianya rancangan peraturan penerapan konvensi B3,
bimbingan teknis dan terlaksananya supervisi penerapan Rencana Aksi Nasional Konvensi
Pengelolaan B3.
Untuk tahun 2017 target pemenuhan tersedianya 2 rancangan peraturan penerapan konvensi
B3 sudah tercapai 100% dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Republik
IndonesiaNomor 11 Tahun 2017TentangPengesahan Minamata Convention on Mercury
(Konvensi Minamata mengenai Merkuri) dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.36/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2017 TentangTata Cara
Registrasi dan Notifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun. Sementara itu telah dilaksanakan
bimbingan teknis/sosialisasi/workshop penerapan Konvensi B3 yang dihadiri oleh total sekitar
90 peserta yang terdiri dari perwakilan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Akademisi,
Asosiasi dan LSM.
Tabel 3.6: Capaian Sasaran Unit Kegiatan II Meningkatnya jumlah registrasi, notifikasi dan rekomendasi
SASARAN KEGIATAN I Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100%” (S1.P11.K2.1)
SASARAN UNIT KEGIATAN II Meningkatnya jumlah registrasi, notifikasi dan rekomendasi (S1.P11.K2.1.UK2)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Terlaksananya kegiatan registrasi B3 sebesar 100%
Surat Permohonan Registrasi B3
1500 1797 119,8%
b Terlaksananya kegiatan notifikasi B3 sebesar 100%
Surat Persetujuan Notifikasi B3
20 98 460%
c Terlaksananya kegiatan rekomendasi pengangkutan B3 sebesar 100%
Surat Rekomendasi Pengangkutan
B3
75 84 112%
15 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Pencapaian sasaran unit kegiatan kedua, meningkatnya jumlah registrasi, notifikasi dan
rekomendasi yang diukur dengan indikator yaitu terlaksananya kegiatan registrasi B3 sebesar
119,8%, terlaksananya kegiatan notifikasi B3 sebesar 460%, dan terlaksananya kegiatan
rekomendasi pengangkutan B3 sebesar 112%.
Tabel 3.7: Capaian Sasaran Unit Kegiatan III Membangun dan mengembangkan sistem informasi tata kelola B3 nasional
SASARAN KEGIATAN I Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam system informasi nasional mengenai B3 sebesar 100%” (S1.P11.K2.1)
SASARAN UNIT KEGIATAN III Membangun dan mengembangkan sistem informasi tata kelola B3 nasional (S1.P11.K2.1.UK3.2)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Tersedianya aplikasi sistem data dan informasi tata kelola B3 nasional yang aplikatif
Aplikasi 1 1 100%
Pencapaian sasaran unit kegiatan ketiga, membangun dan mengembangkan sistem informasi
tata kelola B3 nasional yang diukur dengan indikator tersedianya aplikasi sistem data dan
informasi tata kelola B3 nasional yang aplikatif, tahun 2017 menunjukkan capaian realisasi
sudah memenuhi target.
Tabel 3.8: Capaian Sasaran Unit Kegiatan IV Meningkatnya data jumlah dan jenis B3 melalui kegiatan inventarisasi
SASARAN KEGIATAN II Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%” (S1.P11.K2.2)
SASARAN UNIT KEGIATAN IV Meningkatnya data jumlah dan jenis B3 melalui kegiatan inventarisasi (S1.P11.K2.1.UK3.1)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Tersedianya data jumlah dan jenis B3 di sektor Manufaktur, Jasa, Kesehatan dan Pertanian (MJKP) sebesar 100%
Ton 1.260.000 1.607.621
127,59
b Tersedianya data jumlah dan jenis B3 di sektor Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas (PEM) sebesar 100%
Ton 540.000
187.587
34,74
Indikator Kinerja Sub Direktorat Inventarisasi B3
Ton 1.800.000 1.795.208
99,73
Pencapaian sasaran unit kegiatan keempat, meningkatnya data jumlah dan jenis B3 melalui
kegiatan inventarisasi yang diukur dengan indikator yaitu tersedianya data jumlah dan jenis B3
di sektor Manufaktur, Jasa, Kesehatan dan Pertanian (MJKP) sebesar 127,59%, dan sektor
Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas (PEM) sebesar 34,74%. Maka total capaian realisasi
16 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
sasaran terhadap Unit Kegiatan IV (Meningkatnya data jumlah dan jenis B3 melalui kegiatan
inventarisasi (S1.P11.K2.1.UK3.1) pada tahun 2017 mencapai sekitar 99,73%.
Pada Tahun Anggaran 2017 kegiatan inventarisasi pemantauan pengelolaan B3 dilakukan pada
perusahaan importir distributor dan importir produsen, dengan ketersediaan anggaran yang
kecil maka sasaran inventarisasi dilakukan sekitar JABODETABEK, sehingga mendapatkan
jumlah lokasi inventarisasi lebih banyak dan memperoleh data B3 yang terkelola mendekati
capaian target secara keseluruhan.
Tabel 3.9: Capaian Sasaran Unit Kegiatan V Menyediakan rekomendasi B3 yang dibatasi dan rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasi
SASARAN KEGIATAN II Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%” (S1.P11.K2.2)
SASARAN UNIT KEGIATAN V Menyediakan rekomendasi B3 yang dibatasi dan rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasi (S1.P11.K2.2.UK4.1)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Tersedianya rekomendasi B3 yang dibatasi dan rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasi
Jenis B3 2 2 100 %
Pencapaian sasaran unit kegiatan kelima, menyediakan rekomendasi B3 yang dibatasi dan
rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasiyang diukur dengan indikator
yaitu Tersedianya rekomendasi B3 yang dibatasi dan rekomendasi bahan alternatif pengganti
bahan B3 yang dibatasi, menunjukkan capaian realisasi sudah memenuhi target.
Tabel 3.10: Capaian Sasaran Unit Kegiatan VI Menyediakan rekomendasi B3 yang dihapuskan
SASARAN KEGIATAN II Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%” (S1.P11.K2.2)
SASARAN UNIT KEGIATAN III Menyediakan rekomendasi B3 yang dihapuskan (S1.P11.K2.2.UK4.2)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Tersedianya rekomendasi B3 yang dihapuskan
Jenis B3 2 2 100 %
17 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Pencapaian sasaran unit kegiatan keenam, menyediakan rekomendasi B3 yang dihapuskan
yang diukur dengan indikator tersedianya rekomendasi B3 yang dihapuskan, menunjukkan
capaian realisasi sudah memenuhi target yaitu tersedianyaRekomendasi 2 Bahan Kimia
Dihapuskan yaitu HCBD dan DecaBDE. Sehingga total capaian realisasi sasaran terhadap Unit
Kegiatan VI Menyediakan rekomendasi B3 yang dihapuskan (S1.P11.K2.2.UK4.2) pada tahun
2017 mencapai 100%.
Untuk mendukung keluaran Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan yaitu HCBD dan DecaBDE
telah dilakukan Pemutakhiran B3 yang Dilarang Penggunaannya yaitu jenis HCBD dan
DecaBDEyang dilaksanakan di 9 (sembilan) perusahaan.Kunjungan dilakukan pada Industri
Injeksi Plastik, Elektronika, Kimia Dasar, Industri Sepatu, Minyak pelumas, dan Importir
Produsen (Formulator) Pestisida, Insektisida, Fungisida, Herbisida di Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Jawa Timur.
Selain itu untuk mendukung informasi penentuan Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan
yaitu HCBD dan DecaBDE telah dilakukan Konsultasi dan Koordinasi Penghapusan B3 dengan
Kementerian/Lembaga Terkait antara lain LIPI, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, P3KLL, BPOM dan
Kementerian Keuangan.
Tabel 3.11. Capaian Sasaran Unit Kegiatan VII Menyediakan rekomendasi teknologi pemusnahan B3
SASARAN KEGIATAN II Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%” (S1.P11.K2.2)
SASARAN UNIT KEGIATAN IV Menyediakan rekomendasi teknologi pemusnahan B3 (S1.P11.K2.2.UK4.3)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
a Tersedianya rekomendasi teknologi untuk B3 yang dihapuskan
Rekomendasi 1 1 100 %
Pencapaian sasaran unit kegiatan ketujuh, menyediakan rekomendasi teknologi pemusnahan
B3 yang diukur dengan indikator tersedianya rekomendasi teknologi untuk B3 yang
dihapuskan, menunjukkan capaian realisasi sudah memenuhi target yaitu tersedianya
rekomendasi teknologi pengolahan emas bebas merkuri. Sehingga total capaian realisasi
sasaran terhadap Unit Kegiatan VII Menyediakan rekomendasi teknologi pemusnahan B3
(S1.P11.K2.2.UK4.3) pada tahun 2017 mencapai 100 %.
Untuk mengatasi permasalahan merkuri di sektor PESK, KLHK telah membangun sarana
pengolahan emas bebas merkuri untuk PESK di Kabupaten Lebak. Proses pengolahan emas
18 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
non merkuri yang dipilih untuk digunakan di Kabupaten Lebak adalah dengan teknologi
sianidasi.
Uraian upaya-upaya masing-masing sub direktorat pengelolaan B3 yang dilakukan dalam
mewujudkan target-target pencapaian sasaran unit kegiatan dan analisisnya sebagai berikut:
1. Capaian Sasaran Unit Kegiatan Pertama (meningkatnya tata kelola B3 melalui penerapan
konvensi, penyusunan peraturan dan pelaksanaan bimbingan teknis)
a. Indikator Unit kegiatan : Penyusunan 2 Draft Peraturan Penerapan Konvensi B3
Pada Tahun Anggaran 2017 telah tersusun dokumen rancangan Undang-Undang Tentang
Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata mengenai Merkuri) dan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Tentang Tata
Cara Registrasi dan Notifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun.
a.1. Penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengesahan Minamata Convention on
Mercury (Konvensi Minamata mengenai Merkuri)
Sebagai National Focal Point untuk Konvensi Minamata di Indonesia, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki tugas dan kewajiban untuk melakukan
koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait pengelolaan merkuri terutama
dalam hal proses ratifikasi/pengesahan Konvensi Minamata. Ratifikasi Konvensi ini telah
melalui 2 proses utama yakni proses teknis di Pemerintah dan proses politik di DPR. Proses
yang dilalui dalam pengesahan Konvensi ini adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Naskah Akademik
Sebagai salah satu syarat untuk ratifikasi konvensi diperlukan Naskah Akademis yang
disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan di tingkat nasional. Oleh karena itu,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai National Focal Point
mengadakan Dialog Publik tentang isi dari Naskah Akademis Pengesahan Konvensi
Minamata dan proses pengesahan Konvensi kepada Pemangku kepentingan di pusat
dan daerah. Dialog Publik dilaksanakan di Jakarta dan Sulawesi Utara.
Naskah Akademik yang telah melalui proses dialog publik kemudian diselaraskan
dengan BPHN, Kementerian Hukum dan HAM yang bertujuan untuk
menyempurnakan Naskah Akademik Pengesahan Konvensi Minamata mengenai
Merkuri. Pertemuan penyelarasan ini dihadiri oleh dan dihadiri oleh
19 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
kementerian/lembaga (K/L) serta wakil dari Asosiasi dan LSM. Dalam pertemuan ini
seluruh peserta mendukung draft Naskah Akademik ini dan memberikan
masukannya. Hasil dari pertemuan ini menjadi dasar dikeluarkannya surat keterangan
penyelarasan Naskah Akademik dari Kepala BPHN dengan Nomor PHN.HN.02.03034.
2) Penyusunan Terjemahan Konvensi Minamata
Dalam pertemuan ini dilakukan
penerjemahan teks Konvensi Minamata dan
review terhadap istilah-istilah yang bersifat
teknis. Pertemuan berhasil menyelesaikan
review seluruh batang tubuh hingga
lampiran Konvensi. Pertemuan ini
melibatkan penerjemah bersertifikat. Dokumen terjemahan hasil pertemuan ini
menjadi salah satu instrumen pendukung untuk ratifikasi Konvensi Minamata.
3) Pertemuan PAK RUU tentang Pengesahan Konvensi Minamata
Setelah melalui beberapa rapat koordinasi
dengan K/L, dilakukan Pertemuan Antar
Kementerian yang bertujuan untuk
membahas RUU Pengesahan Konvensi
Minamata mengenai Merkuri. Pertemuan
dihadiri oleh perwakilan K/L yang
merupakan anggota Tim PAK Pengesahan
Konvensi Minamata. Dalam pertemuan ini setiap perwakilan K/L menyampaikan
masukan dan koreksi terhadap dokumen RUU dimaksud, diantaranya mengubah
sistematika penulisan Penjelasan RUU, penambahan poin manfaat pengesahan,
penambahan materi pokok, dll. Dalam pertemuan ini seluruh peserta mendukung
proses pengesahan Konvensi Minamata yang dilakukan Indonesia. Dokumen RUU
hasil pembahasan pada pertemuan ini akan dibawa dalam pertemuan harmonisasi di
Kemenkumham.
20 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
4) Rapat Kerja Menteri LHK dengan Komisi VII DPR-RI
Dalam rangka upaya mengesahkan Konvensi
Minamata Mengenai Merkuri, Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti
Nurbaya bertemu Komisi VII Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-
RI), untuk mendapatkan masukan terkait
upaya tersebut. Pertemuan ini dihadiri oleh
Wakil Ketua Komisi VII dan beberapa anggota Komisi VII DPR-RI serta jajaran pejabat
dan staf KLHK.
Dalam pertemuan ini, Menteri Siti Nurbaya menyatakan bahwa selain meratifikasi
konvensi, bahaya merkuri memang telah nyata dari segi kerusakan lingkungan
dan akibat terhadap kehidupan manusia. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII
DPR RI menyatakan mendukung percepatan proses pengesahan Konvensi Minamata
mengingat pengesahan Konvensi ini merupakan kesempatan Indonesia untuk
melindungi masyarakat dari akibat yang ditimbulkan oleh merkuri. Selain itu DPR
menilai Konvensi Minamata tidak mengganggu kedaulatan Negara sehingga proses
pengesahan dapat dengan mudah dilakukan. Pengesahan ini dilakukan agar
Indonesia tidak terisolasi dalam pergaulan internasional.
21 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
5) Pertemuan Harmonisasi RUU Pengesahan Konvensi Minamata
Pertemuan Harmonisasi RUU Pengesahan Konvensi Minamata diselenggarakan oleh
oleh Direktorat Harmonisasi II, Ditjen PP, Kementerian KumHAM. Dalam pertemuan
ini seluruh K/L terkait menyepakati RUU dimaksud. Berdasarkan hasil pertemuan ini,
Kementerian Hukum dan HAM menerbitkan surat Nomor: PPE.PP.03.03-1029
tertanggal 17 Juli 2017 perihal Penyampaian Hasil Pengharmonisasian Rancangan
Undang-Undang tentang Pengesahan Minamata on Mercury (Konvensi Minamata
mengenai Merkuri). Dokumen RUU hasil Harmonisasi ini menjadi salah satu dokumen
instrumen pengesahan Konvensi Minamata yang diserahkan Menteri LHK sebagai
pemrakarsa ke Menteri Luar Negeri untuk selanjutnya dibahas di DPR.
6) Proses Pembahasan RUU Pengesahan Konvensi Minamata dengan DPR RI
Proses pembahasan RUU Pengesahan
Konvensi Minamata di DPR RI melalui
beberapa tahapan seperti. Rapat Kerja,
Rapat Dengar Pendapat Umum dan
Pembicaraan Tingkat I di Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Seluruh
Fraksi di DPR sepakat untuk melanjutkan
pembahasan RUU ini ke tahap selanjutnya. Pada tanggal 13 September 2017, DPR RI
menyelenggarakan Rapat Paripurna dengan agenda acara pembicaraan tingkat
II/persetujuan atas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pengesahan Minamata
Convention on Mercury (Konvensi Minamata mengenai Merkuri). Dalam Rapat
Paripurna ini, DPR RI menyetujui untuk mengesahkan RUU menjadi Undang-Undang.
22 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
7) Proses Penandatanganan dan Depository Instrumen Pengesahan
Pada tanggal 20 September 2017, Presiden Republik
Indonesia secara resmi telah mengesahkan Undang-
Undang No. 11 Tahun 2017 tentang Pengesahan
Minamata Convention on Mercury (Konvensi
Minamata Mengenai Merkuri). Menindaklanjuti hal
tersebut, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri
Luar Negeri telah secara resmi melakukan depository
kepada Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika pada
tanggal 22 September 2017.
a.2. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
KehutananRepublik IndonesiaTentangTata Cara Registrasi dan NotifikasiBahan
Berbahaya dan Beracun
Penyusunan Peraturan Menteri tentang Registrasi dan Notifikasi B3 merupakan mandat
PP No 74/2001 tentang Pengelolaan B3. Selama ini banyak B3 yang lolos masuk tanpa
notifikasi dan masih banyak B3 beredar yang belum teregistrasi di KLHK. Dalam rangka
percepatan reformasi birokrasi maka perlu ada penyederhanaan proses dan percepatan
waktu pelaksanaan untuk proses registrasi di KLHK.
Dalam pembahasan rancangan Permen ini, diupayakan seluruh prose registrasi dilakukan
secara online, namun dikarenakan jumlah permohonan registrasi B3 yang tidak tercantum
dalam lampiran PP 74 lebih banyak terjadi maka tetap dilakukan proses registrasi “semi-
online” dimana di dalamnya akan berkaitan dengan proses penetapan klasifikasi/kategori
B3.
23 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Beberapa hasil diskusi adalah sebagai berikut:
a) Setiap orang yang menghasilkan B3 dan/atau memasukkan B3 ke dalam wilayah NKRI
wajib mengajukan permohonan Registrasi B3 kepada Direktur Jenderal;
b) Permohonan RegistrasiB3 dilakukan melalui sistem daring PTSP dengan alamat laman
http://ptsp.menlhk.go.id;
c) Terhadap permohonan Registrasi B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Direktur
Jenderal menugaskan Direktur untuk melakukan verifikasi permohonan Registrasi B3
dan penerbitan Surat Keterangan Registrasi B3;
d) Verifikasi sampai dengan penerbitan Surat Keterangan Registrasi B3 elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 9, dilakukan paling lama 2
(dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan Registrasi B3;
e) Surat Keterangan Bukti Registrasi B3 elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a digunakan sebagai dasar dikeluarkannya B3 dari kawasan pabean;
f) Setiap orang yang memasukkan B3 ke dalam atau mengeluarkan B3 dari wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib mengajukan permohonan Notifikasi B3.
Notifikasi B3 sebagaimana dimaksud wajib dilakukan terhadap B3 yang terbatas
digunakan, yang akan dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan B3; dan/atau B3 yang pertama kali akan
dimasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
g) Surat persetujuan (explicit consent) digunakan sebagai dasar diterbitkannya izin
impor B3 oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan;
h) Surat persetujuan ekspor B3 (explicit consent) dari negara tujuan eksporB3 digunakan
sebagai dasar diterbitkannya izin ekspor B3 dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang perdagangan.
24 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
b. Indikator Unit Kegiatan: Terlaksananya bimbingan teknis penerapan konvensi B3 di 6
lokasi P3E
b.1. Pertemuan Persiapan Pertemuan COP-8 Konvensi Stockholm dan Pertemuan COP-8
Konvensi Rotterdam
Dalam rangka persiapan pelaksanaan 7, pertemuan COP-8 Konvensi Stockholm dan
COP-8 Konvensi Rotterdam yang akan dilaksanakan di Jenewa, Swiss pada tanggal 23
April – 5 Mei 2017, diselenggarakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan
terkait. Pertemuan bertujuan untuk menyosialisasikan pengaturan Konvensi
Rotterdam dan Konvensi Stockholm serta mempersiapkan masukan/posisi Delegasi
Republik Indonesia (DELRI).
Pertemuan dihadiri oleh perwakilan
Kementerian/Lembaga terkait yakni
Kemenlu, Kemenkes, Kemenperin,
Kementan, BPOM dan KESDM serta
perwakilan dari KADIN dan asosiasi
CropLife Indonesia, CropCare
Indonesia, Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Indonesia (GAIKINDO) dan Gabungan Industri Alat-alat Mobil & Motor (GIAMM).
25 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
b.2. Sosialisasi Pertemuan COP-8 Konvensi Stockholm dan Pertemuan COP-8 Konvensi
Rotterdam
Paska pelaksanaan pertemuan COP-8 Konvensi Rotterdam dan COP-8 Konvensi
Stockholm di Jenewa, Swiss. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
memimpin acara “Sosialisasi Hasil Pertemuan Konferensi Para Pihak (Conference Of
Parties - Cop) Konvensi Basel, Konvensi Rotterdam dan Konvensi Stocholm Tahun
2017”
Sosialisasi dihadiri oleh pejabat dan/atau staf dari Kementerian/Lembaga terkait yakni
Kemenkes, Kemenperin, Kementan, Kemenlu, BPOM, LIPI serta perwakilan dari
asosiasi CropLife Indonesia, CropCare Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan
Bermotor Indonesia (GAIKINDO) dan Gabungan Industri Alat-alat Mobil & Motor
(GIAMM)
b.3. Workshop on “Capacity Strengthening for effective implementation of the Minamata
Convention”
Sejak ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) di bidang lingkungan hidup antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Swedia tahun 2013,
26 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
telah diselenggarakan berbagai kegiatan dengan fokus pada bidang Sound Chemicals
Management.
Di tahun 2017, KLHK bekerjasama dengan
KEMI menyelenggarakan Workshop on
“Capacity Strengthening for effective
implementation of the Minamata
Convention”. Workshop ini diselenggarakan
untuk menjadi wadah bertukar informasi
dan pengetahuan antar seluruh pemangku
kepentingan di bidang pengelolaan merkuri. Workshop dihadiri oleh perwakilan dari
Kementerian/Lembaga, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, akademisi dan Lembaga
Swadaya Masyarakat. Penyelenggaraan workshop ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan memperkaya referensi seluruh pemangku kepentingan tentang
pengelolaan merkuri pada pertambangan, produk serta pengendalian emisi merkuri.
2. Capaian sasaran unit kegiatan kedua (Meningkatnya jumlah registrasi, notifikasi dan
rekomendasi)
Tabel 3.12. Jenis Dengan Jumlah Rencana Impor Tertinggi Tahun 2017
No Nama B3 Jumlah Rencana Impor Setahun (Ton)
Jumlah Importir
Provinsi
1 Etilena 241.650.183 17 Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kepulauan Riau
2 Butana 14.076.066 8 Jawa Barat, DKI Jakarta
3 Nitrogen 7.102.397 34 Kepulauan Riau, Jawa Barat, DKi Jakarta
4 Metanol 3.038.242 73 Kepulauan Riau, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara
5 Karbon dioksida
1.101.152 26 Kepulauan Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta
6 Hidrogen 701.173 12 Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Timur
7 Asam Sulfat 696.922 90 DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kepulauan Riau
8 Ksilena 645.239 26 Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta
9 Akrilamida 390.786 14 Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat
10 Etilen Glikol 354.377 56 Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur
27 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Tabel 3.13. Proses Registrasi Berdasarkan Alokasi Waktu Pelaksanaan
Hasil evaluasi berdasarkan database pada bulan Januari - Desember 2017 KLHK telah
menerima sebanyak:
98 surat permohonan notifikasi impor B3 dari Negara Spanyol, Malaysia, Belgia, Belanda,
Jerman, Singapura, Italia, Amerika Serikat, Perancis, Polandia, Finlandia, Austria, India,
China, Bulgaria, Qatar, Swedia, Inggris.
Dalam evaluasi laporan 2017 diketahui bahwa KLHK sudah menerbitkan sebanyak 98 surat
jawaban terhadap permohonan notifikasi impor, yang terdiri dari:
Surat Explicit Consent sebanyak 56 surat sebanyak 45 B3 yang digunakan untuk
kategori industri, dan 11 B3 yang digunakan untuk kategori pestisida.
Penolakan impor sebanyak 42 suratsebanyak 34 B3 yang digunakan untuk kategori
industri, dan 8 B3 yang digunakan untuk kategori pestisida.
2 (dua) surat permohonan notifikasi ekspor Merkuri ke China, namun tidak disetujui oleh
Otoritas Negara China
Jumlah SK Registrasi B3 Januari s/d Desember 2017
adalah : 1797 Keterangan
Alokasi Waktu ≤ 5 hari Alokasi Waktu > 5 hari
(Permen 02/2010)
1010 787
57 % 43 %
28 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Pemberitahuan Notifikasi Ekspor dari Otoritas Negara Pengekspor (email/surat)
DESIGNATED NATIONAL AUTHORITY (Direktur Jenderal PSLB3)
Direktur Pengelolaan B3
Verifikasi Adminitrasi
Surat Pemberitahuan Notifikasi B3 ke Perusahaan Importir
Jawaban dari Perusahaan Impotir
Verifikasi Teknis
Surat Explicit Consent ke otoritas negara pengekspor
Ya
Tidak
Persetujuan
Penolakan
Form 1 Telaahan Staf
Form 2 Lembar Verfikasi Notifikasi
Form 3 Rencana Kebenaran Impor
Surat ke Importir untuk pemberitahuan
persetujuan
Surat ke Importir untuk pemberitahuan penolakan
Penolakan penggunaan B3
yang sudah dilarang berdasarkan
peraturan perundangan
terkait di Indonesia Penolakan • Tidak ada respon
• Tidak ada rencana impor
Gambar 3.1. Diagram Pelaksanaan Notifikasi Impor B3 Tahun 2017
Gambar 3.2. Proporsi bahan Kimia dalam kategori penggunaan untuk Industri dan Pestisida
terhadap notifikasi impor B3 yang diterima Tahun 2017
81%
19%
Kategori penggunaan B3
Industri
Pestisida
29 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Permohonan Rekomendasi Pengangkutan B3 Tahun 2017
Pada bulan Januari – Desember 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun
2017 telah menerima 84 surat permohonan Rekomendasi Pengangkutan B3.
Pada bulan Januari – Desember 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun
2017 telah menerima surat permohonan registrasi B3sebanyak 1797 pemohon, dimana
registrasi baru berjumlah863 pemohon dan registrasi perpanjangan berjumlah 861 pemohon.
Tabel 3.14. 10 jenis B3 dengan volume impor terbanyak tahun 2016
No Nama B3 Volume Impor (TON)
1. Butana 319.764.702.686,632
2. Etilena 128.486.363,640
3. Ksilena 9.472.753,205
4. Metanol 2.076.517,126
5. Karbon Dioksida 1.101.437,890
6. Etilen Glikol 775.416,918
7. Asam Posfat 112.008,244
8. Metilen Klorida 47.136,829
9. Heksana 20.512,446
10. Akrilamida 3.208,878
b. Pelaksanaan Registrasi B3, Notifikasi dan Pengangkutan B3
Dasar hukum pelaksanaan registrasi, notifikasi dan pemberian rekomendasi
pengangkutan adalah PP 74/2001 tentang Pengelolaan B3.
Registrasi B3 adalah pendaftaran dan pemberian nomor terhadap B3 yang dihasilkan di
dalam negeri atau dimasukkan ke dalam wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia
setelah dilakukan evaluasi terhadap kelengkapan dokumen, rekomendasi masuk B3 dan
atau izin masuk B3 yang didasarkan pada kajian atau evaluasi terhadap manfaat, risiko
dan/atau dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan hidup.
Notifikasi diberlakukan untuk kegiatan ekspor/impor.
30 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
Notifikasi untuk ekspor adalah pemberitahuan terlebih dahulu dari otoritas negara
pengekspor ke otoritas negara penerima dan negara transit apabila akan
dilaksanakan perpindahan lintas batas B3 yang terbatas dipergunakan.
Notifikasi untuk impor adalah pemberitahuan terlebih dahulu dari otoritas negara
pengekspor apabila akan dilaksanakan perpindahan lintas batas untuk B3 yang
terbatas dipergunakan dan atau yang pertama kali diimpor.
Bagian dari tata kelola B3 adalah pengangkutan B3. Surat Rekomendasi Pengangkutan
B3 yang dikeluarkan KLHK merupakan rekomendasi sebagai dasar bagi perusahaan untuk
diterbitkannya ijin pengangkutan B3 oleh Kementerian Perhubungan. Setiap kendaraan
yang akan digunakan untuk mengangkut B3 wajib memiliki ijin pengangkutan B3.
c. Penyusunan Kategorisasi B3 Teregister
Pada periode Januari-Juli 2017 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah
meregister Bahan Kimia diluar list lampiran PP 74 Tahun 2001 sebanyak 629 Bahan. Dari
data tersebut didapat Jumlah Impor untuk 10 bahan terbesar sebanyak 53.603 tondari
total jumlah bahan yang teregister tahun 2017 sebesar 147.014 ton.
Tabel 3. 15 Impor terbesar Bahan Kimia diluar list lampiran
Nama Kimia Jumlah Januari - Juli 2017 (ton)
Asetonitrile (Mixture) 2719
Metanol mix 2928
Hidrokwinon; N,N-Diethylhydroxylamine 3000
2,4,6-Trichloro-1,3,5-Triazine 4500
Ethanol; Isopropil Alkohol; Methanol 4716
Isobutana 5400
Trichloroisocyanuric Acid / Isocyanuric Acid 5971
Poli Aluminium Klorida / Aluminium Chlorohydrate (Anhydrous)
6924
Isomer Mixture of Toluene 2,4-Diisocyanate and Toluene 2,6-Diisocyanate
7695
Natrium Hidroksida mix 9750
TOTAL 53.603
31 | L a p o r a n A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a D i r e k t o r a t P e n g e l o l a a n B 3 T a h u n 2 0 1 7
10 B3 TERBESAR DILUAR LIST LAMPIRAN PP 74 TAHUN 2001
Gambar 3.3 . Diagram 10 Impor Terbesar Bahan Kimia Diluar list Lampiran
2719
6924
7695
9751
4500
2928
5971
4716
3000
5400
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000Asetonitrile (Mixture)
Poli Aluminium Klorida /Aluminium Chlorohydrate(Anhydrous)Isomer Mixture of Toluene2,4-Diisocyanate and Toluene2,6-DiisocyanateNatrium Hidroksida
2,4,6-Trichloro-1,3,5-Triazine
Metanol
Trichloroisocyanuric Acid /Isocyanuric Acid
Ethanol; Isopropil Alkohol;Methanol
Hidrokwinon; N,N-Diethylhydroxylamine
32
Gambar 3.4. Diagram 10 Asal Negara Impor terbesar
Berdasarkan data base perusahaan importir produsen dan distributor B3 yang melakukan
registrasi B3 diluar lampiran PP 74 Tahun 2001 pada tahun 2017, maka terdapat rata-rata 5
negara asal impor B3 yang paling banyak melakukan impor B3 ke Indonesia seperti terlihat pada
tabel.
Tabel 3.16. Jumlah Frekuensi negara asal impor B3 (Januari s/d Juli 2017)
No Negara Asal Frekuensi
1 Germany 248
2 Japan 111
3 China (PRC) 53
4 Canada/United States of America 34
5 Singapore 30
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
10 Asal Negara Terbesar (Ton)
33
Gambar 3.5. Diagram Frekuensi Negara Asal Impor B3
Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun
Berbahaya Nomor S. 182/PSLB3/PB3/PLB.1/4/2017 tanggal 28 April 2017 serta Surat Direktur
Teknis Kepabeanan S-848/BC.02/2017 tanggal 21 Agustus 2017 terhadap jenis B3 yang tidak
tercantum dalam lampiran PP 74 Tahun 2001, tidak diperlukan surat keterangan Registrasi B3
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terhitung mulai bulan Juli 2017
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak lagi meregistrasi Bahan Kimia diluar list
lampiran PP 74 Tahun 2001.
KATEGORISASI BAHAN KIMIA DILUAR LAMPIRAN
Berdasarkan hasil rapat penetapan B3 untuk bahan bahan kimia diluar lampiran PP 74 Tahun
2001, sebanyak 404 Bahan kimia yang telah melalui penetapan oleh pakar bersama Tim Teknis
Kategorisasi B3.
Penentuan kategorisasi B3 didalam dokumen ini telah mengacu pada buku pedoman teknis
pembatasan B3 dimana acuan standar dari pedoman tersebut adalah globally harmonized
system of classification and labelling of chemicals (GHS) 6th ed tahun 2015 dan klasifikasi yang
telah tercantum dalam laman Classification and labeling inventory european chemical agency
(ECHA) maupun rujukan lain (seperti contoh dari laman National Center for Biotechnology
Information ) serta pertimbangan khusus oleh tim penyusun untuk kasus tertentu.
248
111
53 34 30
0
50
100
150
200
250
300
Germany Japan China (PRC) Canada/UnitedStates of America
Singapore
5 Besar Negara Pengekspor ke Indonesia
34
d. Pelaksanaan Verifikasi Importir dan Produsen B3, serta Verifikasi Pengangkutan B3
Pelaksanaan verifikasi importir produsen B3 tahun 2017 sebanyak 1 perusahaan.
Dari total 84 pengajuan permohonan Rekomendasi Pengangkutan di Tahun 2017, hanya 14
(empat belas) permohonan yang dilakukan Verifikasi Lapangan.
35
3. Capaian sasaran unit kegiatan ketiga (Membangun dan mengembangkan sistem
informasi tata kelola B3 nasional)
Dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran kegiatan pengelolaan B3 adalah
“Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3
sebesar 100%” dan dalam upaya implementasi pengembangan system informasi tatakelola
B3 nasional, maka pada tahun 2017 telah diperoleh beberapa output kegiatan berupa: (a)
tersedianya pengembangan aplikasi registrasi B3 online terintegrasi dengan aplikasi INSW
berbasis xml webservice, (b) Launching dan sosialisasi aplikasi E-pelaporan impor B3
kepada sekitar 75 perusahaan importir (produsen, distributor) dan (c) Pengembangan
Banner Aplikasi Sistem Informasi Tatakelola B3 di lengkapi aplikasi visualisasi dan
pertukaran data.
Gambar 3.6. Banner Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Tatakelola B3
Gambar 3.7. Launching Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Tatakelola B3 Tahun 2017
36
Kegiatan Launching Aplikasi Registrasi B3 Online Terintegrasi INSW, E-Pelaporan Impor
B3 dan Portal PCB Free Indonesia, diselenggarakan JHCC-Senayan pada tanggal 2 Juni
2017.
Gambar 3.8. Sosialisasi ujicoba aplikasi E-pelaporan impor B3 kepada sekitar 65 perusahaan importir (produsen, distributor), di Ruang Rapat KEHATI-KLHK, 9, 18 Agustus 2017
Pertemuan Reguler MITRA SIB3POP berdasarkan penetapan SK Dirjen PSLB3 Nomor:
SK-5/PSLB3/PB3/PLB.1/3/2017 Tentang Tim Pengelola Sistem Informasi Tata Kelola
Bahan Berbahaya dan Beracun dan Pencemar Organik Yang Persisten (SIB3POP).
Kegiatan ini melingkupi keanggotaan sebanyak 24 orang dari keterwakilan: KLHK, BPPT,
Kementerian Perindustrian, BPOM, BPS, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian
ESDM dengan tujuan untuk pemutahiran data dan informasi materi SIB3POP, penyediaan
fungsi sekretariat dalam operasional sistem informasi, penyediaan prosedur baku terkait
operasional SIB3POP, dan evaluasi pelaksanaan SIB3POP serta rencana konsep
pengembangan kedepan. Bahan yang menjadi isi materi pada SIB3POP bervariasi, dari
kebijakan yang terkait dengan B3 dan POP, baik di tingkat internasional dan nasional,
berbagai hasil penelitian dan pengembangan, publikasi untuk peningkatan kesadaran
masyarakat yang merupakan mandat dari: UU No. 32 th 2009 (PPLH); UU No. 19 Th. 2009
(Pengesahan Konvensi Stockholm), UU 10 th 2013 (Ratifikasi Konvensi Rotterdam), dan
PP 74 th 2001 (Pengelolaan B3).
37
Gambar 3.9. Dokumentasi Kegiatan Mitra Sektor SIB3POP ke-1, 12 April 2017 di Ruang Rapat Stockholm KLHK
Gambar 3.10. Dokumentasi Kegiatan Mitra Sektor SIB3POP, 31 Agustus 2017 di Ruang Rapat Smart Room Lt 2 Gd Geostek BTPAL-BPPT
Pengadaan Sarana dan Prasana Sistem Informasi Tatakelola B3 Untuk meningkatkan kinerja dalam mendukung pelaksanaan pengelolaan sistem informasi
tatakelola B3, maka dilakukan pengadaan sarana dan prasarana sistem informasi TA 2017
berupa peralatan pendukung sebagai berikut :
Tabel 3.17. Daftar Uraian Sarana dan Prasarana Sistem Informasi Pengelolaan B3
No Nama Barang Merk/Type Jumlah
1 Desktop PC HP 24-G026D AIO 4GB 1 TB DVD 23.8 in Win 1 Unit
2 Antivirus Kaspersky Small office Security (KSOS 10+1) 1 Unit
3 Projector Benq MS506P 1 Unit
4 Desktop PC HP 20-C005D AIO PC 1 Unit
38
4. Capaian Sasaran Unit Kegiatan Ke-empat (meningkatnya data jumlah dan jenis B3 melalui
kegiatan inventarisasi)
Pelaksanaan Pemantauan Pengelolaan B3
Salah satu indikator kinerja kegiatan pada Direktorat Pengelolaan B3 adalah persentase jumlah
dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun. Pada
tahun 2017 target B3 yang dipantau sebesar 1. 800.000 ton dari total target 3 juta ton selama 5
tahun hingga tahun 2019. Untuk mencapai target yang ditetapkan dalam indikator kinerja
dengan melakukan inventarisasi dan pemantauan terhadap pengelolaan B3 terutama yang
berkaitan dengan penggunaan dan peredaran B3 pada sektor Manufaktur, Jasa, Kesehatan,
Pertanian (MJKP) dan sektor Pertambangan, Energi, dan Migas (PEM).
Penetapan industri MJKP yang akan dikunjungi berdasarkan pada data 10 jenis B3 yang
terbanyak diimpor dan dilaporkan pada tahun 2016, yaitu dari Metanol, Etilen Glikol, Asam
Fosfat, Asam Sulfat, Natrium Hidroksida, Isopropil Alkohol, Amonia, Xylene, Toluene, dan
Toluene Diisosianate (TDI). Sementara untuk sector PEM penetapan lokasi kunjungan
berdasarkan pada kebutuhan mendapatkan informasi langsung di lapangan terkait
pengelolaan B3 di sector pertambangan, energy dan migas.Selain melakukan pemantauan
penggunaan B3 ke industri PEM, dilakukan juga pemantauan pada tingkat distribusi B3 yang
diedarkan untuk kegiatan PEM.Pemilihan perusahaan distributor B3 berdasarkan data supplier
B3 yang diperoleh pada saat inventarisasi penggunaan B3 di perusahaan PEM dan dengan
menyisir data pelaporan realisasi impor B3 yang disampaikan ke KLHK.
Berikut adalah data perusahaan/industri yang dikunjungi sampai dengan Triwulan IV adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.18. Daftar Perusahaan Target Pemantauan Penggunaan dan Peredaran B3
PERIODE MJKP PEM
TRIWULAN I
Januari-Maret
1. PT. Caterlar Indonesia, Deltamas,Cikarang Pusat, Kab. Bekasi – Jawa Barat (27 Februari 2017)
1. PT. Indonesia Power UBP Tanjung Priok (14 Maret 2017)
2. PT. BASF Indonesia – Jakarta (3 Maret 2017)
2. PT. Indonesia Power Area Kemojang, Garut (29-31 Maret 2017)
3. PT. GS Battery Karawang Plant, Karawang – Jawa Barat (6 Maret 2017)
3. PT. PJB Unit Pembangkit Muara Tawar (PLTGU) Bekasi (6 Maret 2017)
4. PT. Kao Indonesia, Teluk Jambe Timur, Karawang – Jawa Barat (10 Maret 2017)
4. PT. Cibaliung Sumberdaya (ANTAM) Tambang Emas, Pandeglang (22-24 Maret 2017)
TRIWULAN II 1. PT. Tjiwi Kimia Sidoarjo, Jawa Timur
(3-5 Mei 2017) 1. PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju
(4-5 April 2017)
39
PERIODE MJKP PEM
April-Juni 2. PT. Unilever Indonesia Surabaya, Jawa Timur (4-6 Mei 2017)
2. PLTU Krakatau Daya Listrik, Cilegon (3-5 Mei 2017)
3. PT. Asahimas Chemical-Cilegon Banten (9-10 Mei 2017)
3. PLTD Tarahan Lampung (8-10 Mei 2017)
4. PT. Petnesia Resindo, Tangerang, Banten (15-16 Mei 2017)
4. PLTA Cirata, Purwakarta, Jawa Barat (9-10 Mei 2017)
5. PT. Chang Chung DPN Industry, Bekasi, Jawa Barat (15-16 Mei 2017)
5. PLTA Saguling, Cianjur, Jawa Barat (15-17 Mei 2017
6. PT. Balikpapan Forest Industries, Balikpapan, Kalimantan Timur (17-19 Mei 2017)
7. PT. Andesen Jaya Plastik, Tangerang, Banten (18-19 Mei 2017)
8. PT. Samchem Prasanda, Tangerang, Banten (22-23 Mei 2017)
TRIWULAN III
Juli-September
1. Dinas Pertanian Kabupaten Tasik (17 – 18 Juli 2017)
2. Kementerian Pertanian( 28 Juli 2017) 3. PT. Multitrade Golden Synergy. ( 21 Agustus
2017) 4. PT. Reckitt Benckiser Indonesia ( 21 Agustus
2017) 5. PT. Sojitz Indonesia ( 21 Agustus 2017) 6. PT. Aristek High Polymer ( 22- 23 Agustus
2017) 7. PT. SInar Syno Kimia ( 22- 23 Agustus 2017) 8. PT. Swasti Parama Mulya (22-23 Agustus
2017) 9. PT. Lautan Luas (25 Agustus 2017) 10. PT. JM Mutu (5-6 September 2017). 11. PT. Marga Cipta Selaras (5-6 September
2017) 12. PT. Langgeng Makmur Persada (5-6
September 2017) 13. PT. Merck Chemical and Life Science (7
September 2017) 14. PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk (7 September 2017) 15. PT. Boehringer Ingelheim (7 September
2017) 16. PT. Indokimia Jayatama (7 September
2017) 17. PT. Sintas Kurama Perdana (14-15
September 2017)
1. Dinas LH Kab. Tasikmalaya (17-18 Juli 2017)
2. PT. Chemifin Jaya Utama (28 September 2017)
3. PT. Verona Makmur Abadi (28 September 2017)
4. PT. Synergi Multi Daya Pratama (29 September 2017)
TRIWULAN IV
Oktober-Desember
1. PT. Tigaka Distrindo Perkasa (17 Oktober 2017)
2. PT. Surya Indotim Imex ( 17 Oktober 2017) 3. PT. Aneka Gas Industri (17 Oktober 2017) 4. PT. Nabelin Indonesia ( 18 Oktober 2017) 5. PT. Mitsui Indonesia ( 19 Oktober 2017) 6. PT. MSA Indonesia (19 Oktober 2017) 7. PT. Smart Lab (23-24 Oktober 2017) 8. PT. Tifico Fiber Indonesia (23-24
Oktober2017 ) 9. PT. Elang Kurnia Sakti (23-24 Oktober 2017) 10. PT. Surya medicAnda Lestari ( 23- 24
Oktober 2017)
1. PT. Tritunggal Artha Makmur, Jakarta (26 Oktober 2017)
2. PT. Panca Kusuma Raya, Jakarta (6 Nopember 2017)
3. PT. Bukit Asam, Sumatera Selatan (8-10 Nopember 2017)
4. PLTGU Bekasi Power, Jawa Barat (28-29 Nopember 2017)
5. PT. PLN PLTU Lontar, Banten (28-29 Nopember 2017)
6. PT. Pertamina Gas Jawa Bagian Barat, Jawa Barat (28-29 Nopember 2017)
40
PERIODE MJKP PEM
11. PT. Tunas Sumber Idea kreasi Kimia ( 25 Oktober 2017)
12. PT. Setia Tritunggal Inti Artha (26-27 Oktober 2017)
13. PT. Dipa Puspa Life Science (31 Oktober 2017)
14. PT. Brataco ( 1 November) 15. PT. Saint Gobain Abrasives Diamas ( 2 – 3
November) 16. PT. Sukses Maju Bersama (2-3 November
2017) 17. PT. Kansai Paint (2-3 November 2017) 18. PT. Tawu Inti Batik (2-3 November 2017) 19. PT. Almasindo (6-7 November 2017) 20. PT. Pamolite Adhesive Industry (14
November 2017) 21. PT. Urecel Indonesia ( 16 – 17 November
2017)
a. Inventarisasi B3 Sektor Manufaktur, Jasa, Kesehatan dan Pertanian Sektor Manufaktur,
Jasa, Kesehatan dan Pertanian (MJKP)
Hasil inventarisasi jenis bahan kimia (B3) pada 48 kegiatan/usaha yang dilaksanakan pada
tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.18. Berikut adalah tabel data hasil evaluasi dan
analisis pemantauan B3 mulai Triwulan I sampai dengan Triwulan IV tahun 2017.
Tabel 3.19. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Inventarisasi / Pemantauan B3 Tahun 2017
No KETERANGAN TW I
Januari-Maret
TW II April-Juni
TW III Juli-Sept
TW IV Okt-Des
TOTAL Tahun 2017
1. Jumlah Perusahaan yang dipantau
4 8 10 26 48
2. Volume B3 Ton 66.803,19 402.544,19 20.787,74 20.967,87 510.098,10
3. Jumlah Jenis B3 56 61 81 155 229
4. Jumlah Jenis B3 Dapat Dipergunakan
13 23 70 55 90
5. Jumlah B3 Terbatas Dipergunakan
- - - - -
6. Jumlah B3 Tunggal diluar PP 74
41 33 11 67 119
7. Jumlah Senyawa Campuran
2 2 - 16 20
Berdasarkan hasil evaluasi sesuai dengan Tabel diatas terhadap 48 industri sektor MJKP
yang diinventarisasi dan dipantau pada tahun 2017 diperoleh data B3 yang terkelola
sebanyak 510.098,10 ton B3, dengan total jenis B3 sebanyak 229 jenis B3 yang terdiri dari
90 jenis B3 yang terdapat dalam lampiran PP/74 Tahun 2001. Sedang sebanyak 119 jenis B3
41
tunggal belum terdapat dalam lampiran PP 74 Tahun 2001. Diperoleh pula B3 dengan
senyawa campuran sebanyak 20 nama dagang.
Gambar 3.11. Diagram pengelompokan B3 yang di impor dan di kelola oleh importir dan pengguna Tahun 2017
Gambar 3.12. Diagram Data Jumlah B3 Berdasarkan Hasil Inventarisasi Tahun 2017
89
119
20 8
Jenis B3 Hasil Inventarisasi Penggunaan B3 Sektor MJKP Tahun 2017
B3 Dalam Lampiran PP74/2001
B3 Di luar Lampiran PP74/2001 (Tunggal)
B3 Di luar Lampiran PP74/2001 (Campuran)
Bukan B3
-
50,000,000.00
100,000,000.00
150,000,000.00
200,000,000.00
250,000,000.00
300,000,000.00
350,000,000.00
B3 DALAM LAMPIRAN PP
74/2001
B3 DI LUAR LAMPIRAN PP
74/2001 (TUNGGAL)
B3 DI LUAR LAMPIRAN PP
74/2001 (CAMPURAN)
BUKAN B3
341,246,518.21
94,399,034.75
90,198.78
74,371,763.30
Hasil Inventarisasi Penggunaan B3 sektor MJKP Tahun 2017 (Kg)
42
Tabel 3.20. Data Hasil Inventarisasi/ Pemantauan B3 Tahun 2015 – 2017
No Uraian TAHUN
2015 (Ton)
2016 (Ton)
2017 (Ton)
1. Jumlah Perusahaan yang di Inventori
10 (Paraquat Dichloride)
53 27
2. Jumlah Volume B3 yang di impor
161.383.37 2.328.186,98 510.098,10
3. Jumlah Jenis B3 1 207 229
4. Jenis B3 yang dapat digunakan dalam Lampiran PP74/2001
- 77 90
5. Jenis B3 terbatas dipergunakan - 3 -
6. Jenis B3 Tunggal diluar Lampiran PP 74/2001
1 97 119
7. Jenis B3 Campuran - 30 20
Gambar 3.13. Gudang Penyimpanan B3 dan Transporter B3
Gambar 3.14. Kondisi Pengelolaan B3 yang Baik, di lengkapi dengan Peralatan Tanggap Darurat (APAR, Hydrant)
43
Gambar 3.15. Contoh Penempatan B3 yang Baik di gudang telah dilengkapi dengan Simbol B3,
MSDS, SOP Penyimpaian dan SOP Tanggap Darurat
Gambar 3.16. Contoh Penyimpanan B3 yang kurang baik, diarea terbuka
44
b. Pemantauan penggunaan dan peredaran B3 sektor Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas (PEM)
Penggunaan B3 disektor PEM umumnya digunakan sebagai bahan baku utama, bahan
penolong dalam proses produksi maupun yang digunakan pada fasilitas pendukung (utilitas)
dan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pemantauan penggunaan dan peredaran B3
sektor PEM pada tahun 2017 dilakukan di 13 (tigabelas) perusahaan PEM dan 5 (lima)
perusahaan distributor B3. Kegiatan pemantauan di seluruh perusahaan PEM dan distributor
B3 tercatat sekitar 78 jenis B3 dengan jumlah penggunaan sekitar 26.226,93 ton yang meliputi
23 (dua puluh tiga) jenis B3 yang masuk kedalam daftar Lampiran PP 74/2001 dan 66 jenis B3
diluar PP 74/2001.
Rata-rata penggunaan B3 di sektor PEM tidak terlalu banyak, dan sebagian perusahaan seperti
sub sektor energi hanya menggunakan bahan kimia campuran yang digunakan pada kegiatan
pemeliharaan (maintenance). Dari hasil pemantauan, 5 (lima) jenis bahan kimia yang paling
banyak digunakan di sektor PEM adalah sebagai berikut:
Tabel 3.21. Jenis B3 Paling Banyak Digunakan Di Sektor PEM Berdasarkan Hasil Inventarisasi Tahun 2017
No. Jenis B3 Kegunaan
1 Sodium hydroxide Pengaturan pH, regenerasi resin
2 Hydrochloric acid Pengaturan pH, regenerasi resin
3 Sulfuric acid Campuran pembuatan reagent untuk analisa/pengujian
4 Trisodium phosphate Pengatur kelarutan garam air boiler (menjaga pH)
5 Hydrazine Penyerap gas oksigen pada air baku
Hasil inventarisasi B3 yang masuk dalam Lampiran PP 74/2001 dan diluar PP 74/2001 disajikan
pada Tabel dibawah ini:
Tabel 3.22. Jenis dan Jumlah B3 Yang Masuk Dalam Lampiran PP 74/2001 Hasil Inventarisasi Tahun 2017
No. Nama B3 CAS Number
Jumlah Inventarisasi Tahun 2017
(Kg)
1 2-aminoethanol 141-43-5 10.10
2 Acetic acid 64-19-7 400,000.00
3 Acetylene 74-86-2
45
No. Nama B3 CAS Number
Jumlah Inventarisasi Tahun 2017
(Kg)
4,191.00
4 Argon 7440-37-1 2,115.00
5 Carbon Dioxide 124-38-9 3,865.00
6 Chlorine 7782-50-5 335,360.00
7 Chlorodifluoromethane 75-45-6 65.00
8 Etylene glycol 107-21-1 3,600.00
9 Formic acid 64-18-6 48,000.00
10 Hydrochloric Acid 7647-01-0 16,739,876.00
11 Hydrogen 1333-74-0 40,636.00
12 Hydrogen fluoro acid 7664-39-3 105,000.00
13 Hydrogen peroxide 7722-84-1 293,604.00
14 Methylene chloride 75-09-2 237,000.00
15 Nitrogen 7727-37-9 1,116.00
16 n-propana 74-98-6
17 Oxalic acid 6153-56-6, 144-62-7 10.00
18 Pentanediol 111-30-8 127,008.00
19 Perchloroethylene 127-18-4 175,920.00
20 Phosphoric acid 7664-38-2 2,396,385.00
21 Potassium hydroxide 1310-58-3 945,000.00
22 Sodium Hydroxide 1310-73-2 715,996.00
23 Sulfuric acid 7664-93-9 1,328.42
46
Tabel 3.23. Jenis dan Jumlah B3 Diluar Lampiran PP 74/2001 Hasil Inventarisasi Tahun 2017
No. Nama B3 CAS Number
Jumlah Inventarisasi Tahun 2017
(Kg)
1 2-(4-dimethylaminophenylazo)benzoic acid 493-52-7
2 2-Propenamide, homopolymer 9003-05-8 510.00
3 4-(dimethylamino) phenol sulfat (blank)
4 Aluminium oxide 1344-28-1 400.00
5 Amines, N-tallow alkyltrimethylenedi-, acetates
61791-54-6 6,060.00
6 Ammonia, aqueous solution 1336-21-6 638.00
7 Ammonium hydroxide 1336-21-6 32,320.00
8 Anionic polyelectrolyte 25085-02-3; 7732-18-5
-
9 Boric acid 10043-35-3 -
10 Calcium hypochlorite (blank) 4,610.00
11 Calcium oxide 1305-78-8 1,000.00
12 Charcoal (blank) 3,500.00
13 Citric acid 77-92-9 425.00
14 Citric acid monohydrat 5949-29-1 -
15 Copper sulphate 7758-98-7 99,825.00
16 Cyclohexylamine 108-91-8 -
17 Didecyldimethylammonium chloride 7173-51-5 10,740.00
18 Difluoromethane (R-32) 75-10-5 -
19 Di-phosphor pentoxid 1314-56-3 -
20 Dipotassium disulphate 7790-62-7 -
21 Ethanediol ethylene glycol
107-21-1 624.00
22 Hydrazine 7803-57-8 1,231,145.00
23 Iron trichloride 7705-08-0 2,521.02
24 Isopropyl alcohol, Polyethylene-Polyethylene Glycols, Polyethylene Glycol, Propylene Glycol,Mono (Oleic Acid) Ester, Water, Ethylene Oxide
67-63-0, 9003-11-6, 9005-07-6, 1330-80-9, 7732-18-5, 75-21-8
400.00
25 Manganese 7773-01-5 1.01
47
No. Nama B3 CAS Number
Jumlah Inventarisasi Tahun 2017
(Kg)
26 Methylthioninium chloride 200-515-2 -
27 Molybdate (Mo7O246-), ammonium, hydrate (1:6:4)
12054-85-2 0.25
28 Morpholine 110-91-8 680.00
29 Nitric acid 7697-37-2 37.30
30 Phenolphtalein 77-09-8 -
31 Phosphoric acid, sodium salt, hydrate (1:2:12) 10039-32-4 18.00
32 Poly aluminium chloride 1327-41-9 99,825.00
33 Polyglycol compound - 340.00
34 Potassium 7440-09-7 1.01
35 Potassium hydroxide 1310-58-3 900.00
36 Potassium iodide 7681-11-0 -
37 Propane 74-98-6 2,530.00
38 Sodium 4-(4-dimethylaminophenylazo)benzenesulphonate
547-58-0 -
39 Sodium bisulphite 7631-90-5 283.50
40 Sodium carbonat 497-19-8 -
41 Sodium cyanide 143-33-9 35,050.00
42 Sodium fluoride 7681-49-4 -
43 Sodium metabisulphite 7681-57-4 88,200.00
44 Sulphur hexafluoride 2551-62-4 805.00
45 Thioglycol acid 68-11-1 -
46 Trisodium phosphate 10101-89-0 477.00
47 Carbohydrazide 497-18-7 -
48 Etidronic acid 2809-21-4 -
49 Hypo chlorite 7681-52-9; 1310-73-2
-
50 Isotyazoline 26172-55-4; 2682-20-4
-
51 Molybdate (blank) -
52 Neaturalizing amine 141-43-5; 5332-73-0; 108-91-8
-
48
No. Nama B3 CAS Number
Jumlah Inventarisasi Tahun 2017
(Kg)
53 Sodium 4(or 5)-methyl-1H-benzotriazolide 64665-57-2 -
54 Sulphamidic acid 5329-14-6 -
55 Trichloroisocyanuric acid 87-90-1 1,484,000.00
56 Diisopropylamine 108-18-9 -
57 Mixture of organic acid - 48,640.00
58 Sodium hydrosulphite 7775-17-6 -
59 Sodium metabisulphite 7681-57-4 450,000.00
60 Corrosion Inhibitor: - Tall Oil DETA Imidazoline Acetates - Thioglycolic Acid - Benzyl ( C12-C16 Linear Alkyl) Dimethyl Ammonium Chloride
68140-11-4 68-11-1 68424-85-1
3,345.00
61 n-methyl-2-pyrrolidone 872-50-4 63.00
62 Non ionic surfactants; distillates (petroleum), hydrotreated light; solvent naphta; 2-(2-butoxyethoxy) ethanol
64742-47-8, 64742-94-5, 112-34-5
735.00
63 Sodium alkylaryl sulfonate; isothiazoline preservative
61791-10-4 79.00
64 Thriethylene glycol 112-27-6 31,098.00
65 Water; propylene glycol t-butyl ether; magnesium sulfate
7732-18-5, 57018-52-7, 7487-88-9
630.00
66 Zinc chromate 13530-65-9 10,000.00
49
Gambar 3.17. Dokumentasi Inventarisasi Penggunaan B3 sektor PEM Tahun 2017
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, seluruh perusahaan PEM telah memiliki
gudangpenyimpanan B3. Sebagian perusahaan telah menerapkan penggunaan simbol B3
sesuai dengan karakteristik bahan kimia, memiliki infrastruktur seperti penerangan, sirkulasi
udara, dinding yang tidak mudah terbakar, lantai kedap air, tetapi lebih banyak gudang belum
memiliki saluran dan bak penampung apabila terdapat tumpahan B3. Hampir seluruh
perusahaan telah menyediakan fasilitas tanggap darurat dan keselamatan kerja dan
menyediakan SOP.
Terkait dengan pengangkutan B3, pada umumnya perusahaan PEM memperoleh B3 dari
supplier bahan kimia lokal, sehingga pemenuhan terhadap persyaratan pengangkutan bahan
kimia dianggap menjadi tanggungjawab supplier.Tidak banyak perusahaan yang mengetahui
apakah supplier bahan lokal tersebut memiliki izin sebagai pengangkut B3.
50
Seluruh perusahaan yang dipantau telah memiliki Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan
diantaranya AMDAL atau UKL-UPL serta telah melakukan pelaporanpengelolaan B3 kepada
KLHK.
c. Realisasi Impor B3 Pada tahun 2017 diterima laporan realisasi impor B3 yang disampaikan oleh 448 perusahaan
teregistrasi B3 untuk realisasi impor B3 yang dilakukan selama tahun 2016. Dari 448
Perusahaan yang menyampaikan laporan tersebut hanya 420 perusahan yang melakukan
realisasi impor B3, yaitu : importir Produsen sebanyak 235 perusahaan, importer Distributor
sebanyak 206 Perusahaan serta importer distributor dan produsen sebanyak 7 perusahaan.
Sedangkan 28 perusahaan hanya melakukan kewajiban pelaporan B3.
Berikut ini grafik presentase perbandingan jumlah tersebut:
Gambar 3.18. Presentase berdasarkan perusahaan
yang melakukan realisasi impor
Gambar 3.19. Jumlah perusahaan yang
melaporakan berdasarkan realisasi impor B3
bidang usaha
Tabel 3.24. Hasil evaluasi dan analisis realisasi impor B3 2017
No KETERANGAN TW I
Januari-Maret
TW II April-Juni
TW III Juli-Sept
TW IV Okt-Des
TOTAL Januari-
Desember
1 Jumlah Perusahaan yang Menyampaikan Laporan
214 126 256 50 448
2 Jumlah Importir Produsen
118 63 117 22 235
94%
6%
Importir yang melakukan realisasiImpor
Importir yang melaporkan tanparealisasi impor
235 206
7
12 14
2 0
50
100
150
200
250
300
ImportirProdusen
ImportirDistributor
ImportirProdusen
danDistributor
Tidak melakukan realisasi impor
Realisasi Impor
51
No KETERANGAN TW I
Januari-Maret
TW II April-Juni
TW III Juli-Sept
TW IV Okt-Des
TOTAL Januari-
Desember
3 Jumlah Importir Distributor
91 62 134 27 206
4 Jumlah Importir Produsen dan Distributor
5 1 5 1 7
5 Jumlah Negara Asal B3
35 24 44 16 47
6 Jumlah Total Volume Realisasi Impor (kg)
11.299.550,69
713.485.03 8. 083,016 118. 261 ,67 20.213.313,27
7 Jumlah Jenis B3 266 116 207 130 439
8 Jumlah Senyawa Tunggal
193 91 173 10 304
9 Jumlah B3 Dapat Dipergunakan
72 50 82 43 91
10 Jumlah B3 Terbatas Dipergunakan
1 (Ethylene Oxide)
- 1 (merkuri klorida
)
1 (Ethylene Dichloride)
3
11 Jumlah B3 diluar PP 74
120 41 90 63 210
12 Jumlah Senyawa Campuran
73 25 51 34 135
13 Jumlah Volume B3 yang Tidak Lengkap Keterangannya (tidak ada nama jenis dan CAS number)
1,49
728
-
-
729,49
Keterangan : sebanyak 28 perusahaan tidak ada realisasi impor B3
Berdasarkan hasil evaluasi data pelaporan realisasi impor B3 diperoleh data impor B3 tahun
2016 yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 20.213.313,27 Ton, sebanyak 439 jenis B3,
dengan uraian sebagai berikut :
1. 304 Jenis B3 tunggal (single substance) yang terdiri dari:
- 91 jenis B3 yang dapat digunakan dan 3 Jenis B3 terbatas digunakan tercantum
dalam Lampiran PP 74 tahun 2001, yaitu Ethylene Oxide, merkuri klorida, Ethylene
Dichloride
- 210 jenis B3 yang belum tercantum dalam Lampiran PP 74/2001
2. 135 jenis senyawa kimia campuran (mixture substance)
52
Selain itu sebanyak 729,49 ton dikategorikan lain-lain dikarenakan dalam dokumen laporan
hanya menyebutkan nama dagang sehingga tidak diketahui jenis dan CAS Number bahan kimia
tersebut.
Tabel 3.25. 20 Jenis B3 terbesar dimpor berdasarkan jumlah realisas impor B3 yang
dilaporkan pada tahun 2017.
No.
Jenis Bahan Kimia / B3 CAS Number Jumlah Realisasi Impor (kg)
Keterangan
1. Etilena 74-85-1 6,340,971,097.53 Lampiran 1 PP 74/2001
2. Nitrogen 7727-37-9 4,201,108,285.83 Lampiran 1 PP 74/2001
3. Etilen Glikol 107-21-1 2,254,358,919.24 Lampiran 1 PP 74/2001
4. Asam Asetat 64-19-7 1,278,121,673.54 Lampiran 1 PP 74/2001
5. Butana 106-97-8 1,220,162,467.92 Lampiran 1 PP 74/2001
6. Propana 74-98-6 1,150,560,885.29 Lampiran 1 PP 74/2001
7. Natrium Hidroksida 1310-73-2 318,162,245.45 Lampiran 1 PP 74/2001
8. Vinyl Neodecanoate 51000-52-3 295,020,640.00 Tidak tercantum dalam Lampiran PP 74/2001
9. P-Diklorobenzena 106-46-7 289,088,947.00 Lampiran 1 PP 74/2001
10. Ksilena 106-42-3 285,543,931.00 Lampiran 1 PP 74/2001
11. Tolyliddene Diisocyanate (Mixt 2,4/2,6 Toluene Diisocyanate)
26471-62-5 237,924,841.00 Lampiran 1 PP 74/2001
12. Asam Teraftalik 100-21-0 210,251,620.00 Lampiran 1 PP 74/2001
13. Ftalik Anhidrat 85-44-9 201,445,340.00 Lampiran 1 PP 74/2001
14. Benzena 71-43-2 194,705,255.52 Lampiran 1 PP 74/2001
15. Metanol 67-56-1 189,888,384.06 Lampiran 1 PP 74/2001
16. Hidrogen Flourida 7664-39-3 128,935,253.00 Lampiran 1 PP 74/2001
17. Asam Sulfat 7664-93-9 114,431,375.00 Lampiran 1 PP 74/2001
18. Timbal (Timah Hitam) 7439-92-1 113,988,649.62 Lampiran 1 PP 74/2001
19. Paraffin 8002-74-2 100,145,404.00 Tidak tercantum dalam Lampiran PP
53
No.
Jenis Bahan Kimia / B3 CAS Number Jumlah Realisasi Impor (kg)
Keterangan
74/2001
20. Chrysolite Asbestos 12001-29-5 96,079,350.00 Lampiran 1 PP 74/2001
Tabel 3.26. 10 Negara asal B3 berdasarkan jumlah realisasi impor terbesar tahun 2016 yang dilaporkan pada tahun 2017
No Negara Asal B3 Jumlah Realisasi Impor B3
(Kg)
1. Singapura 8,038,143,699.81
2. Portugal 5,779,107,782.00
3. Thailand 1,176,881,136.74
4. Uni Emirat Arab 1,009,251,282.00
5. China 789,828,562.42
6. Arab Saudi 542,126,906.00
7. Qatar 414,478,422.00
8. Korea Selatan 326,156,165.62
9. Jepang 305,405,384.98
10. Korea 266,848,229.00
Berdasarkan hasil evaluasi tercatat 47 negara pengekspor bahan kimia (B3) ke Indonesia,
yaitu sebesar 39. 77 % dari total realisasi impor berasal dari Singapura dan 60,23 % lainnya
tersebar dari beberapa negara diantaranya Portugal, Thailand, Uni Emirate Arab, China,
Arab Saudi, Qatar, Korea Selatan, Jepang, Korea, Amerika, Malaysia, Kuwait, India, Iran,
Taiwan, Bahrain, australia, Italia, Rusia, Brazil, Angola, Oman, Brunei Darussalam, Belgia,
Belanda, Jerman, Hongkong, Filipina, Turki, Inggris, Vietnam, Pakistan, Perancis,
Kazakhstan, Finlandia, Afrika Selatan, Norwegia, Nigeria, Swiss, Yordania, Meksiko, Swedia,
kanada, Polandia, dan Spanyol.
Bahan kimia (B3) yang masuk ke wilayah Indonesia melalui pelabuhan laut dan udara pada
tahun 2017 ini tersebar di beberapa pelabuhan laut dan udara antara lain Pelabuhan Tanjung
Priok, Pelabuhan Tanjung Mas, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan
Ciwandan, Pelabuhan Tanjung Leneng, Pelabuhan Kendawangan, Pelabuhan Belawan,
54
Pelabuhan CPO Kabil, Pelabuhan Sekupang, Pelabuhan Cikarang, Pelabuhan Banjarmasin,
Pelabuhan Merak, Pelabuhan Soekarno Hatta Makasar, Pelabuhan Lubuk Gaung,,
Pelabuhan Dwikora, Pelabuhan Bitung, pelabuhan Teluk Semangka, Pelabuhan Tanjung
Uban, Bandara Soekarno Hatta, Bandara Djuanda, Bandara Sri Udana Lobam, dan beberapa
jetty dari pihak perusahaan pengimpor B3.
Tabel 3.27. Data Realisasi Impor B3 Tahun 2015 - 2017
No.
Uraian
TAHUN
2015 Ton) 2016 (Ton) 2017 (Ton)
1. Jumlah Perusahaan yang Menyampaikan Laporan:
204 416 448
a. Importir Produsen - 138 235
b. Importir Distributor 104 206
c. Importir Produsen dan Distributor
- 6 7
2. Jumlah Negara Asal B3 - 30 47
3. Total Volume Realisasi Impor B3
3,333,369.96 85.873.809.50 20.213.313,27
1,472,161.85 (M3)
4. Jumlah Jenis B3 462 439
a. Jumlah B3 Tunggal : - 233 304
- Jenis B3 dapat digunakan Lampiran 1. PP 74/2001
- 74 91
- Jenis B3 terbatas dipergunakan Lampiran II PP 74/2001
- 4 3 (Ethylene Oxide, merkuri klorida dan Ethtylene Dichloride)
- Jenis B3 diluar Lampiran PP 74/2001
- 155 210
b. Jumlah Senyawa Campuran - 229 135
5. Jumlah nama dagang yang tidak mencantumkan informasi (Jenis B3, CAS Number dan Negara asal)
- 22 jenis 729,49 (ton)
55
5. Capaian Sasaran Unit Kegiatan Kelima (Menyediakan rekomendasi B3 yang dibatasi dan
rekomendasi bahan alternatif pengganti bahan B3 yang dibatasi)
Dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran kegiatan pengelolaan B3 maka pada
tahun 2017 telah diperoleh beberapa output kegiatan berupa: 1) Draft rekomendasi B3
dibatasi peredaran dan penggunaannya SCCP dan Parakuat diklorida 2) Draft B3 alternatif
pengganti untuk SCCP dan Parakuat diklorida 3) Draft Peraturan Menteri Pedoman Teknis
Pembatasan B3 4) Draft Keputusan Menteri rekomendasi B3 terbatas.
Uraian
a. Keluaran dari penyusunan rekomendasi B3 yang dibatasi peredaran dan
penggunaannya adalah 2 draft rekomendasi untuk jenis B3 Parakuat diklorida dan
Short Chain Chlorinated Paraffins (SCCP).
SCCP merupakan salah satu jenis Chlorinated Paraffin dengan jumlah rantai karbon
alkana dengan panjang rantai C 10 hingga C 11 dan atom klor dengan jumlah 1 - 13.
Rumus molekul untuk SCCP adalah CxH(2x-y+2)Cly. SCCP telah masuk dalam Annex A
Konvensi Stockholm dan Annex III Konvensi Rotterdam pada tahun 2017.Kode
pernyataan bahaya untuk SCCP antara lain H400 (sangat beracun untuk kehidupan
lingkungan perairan) dan H410 (sangat beracun untuk kehidupan lingkungan perairan
dengan efek jangka panjang) yang termasuk dalam 11 kode pernyataan bahaya
Berdasarkan pedoman teknis pembatasan B3.
Parakuat diklorida atau 1,1 '-dimethyl-4, 4'-bipyridinium dichloridememilki rumus molekul
[C12H14N2]Cl2. herbisida ini termasuk dalam pestisida sangat berbahaya (Highly
Hazardous Pesticide) oleh Pesticide Action Network (PAN). Beberapa negara yang telah
melarang dan/atau membatasi parakuat diklorida antara lain Finlandia, Hungaria,
Austria, Denmark, Kuwait, Kamboja, Malaysia, Saudi Arabia, Chili, Vietnam, Tiongkok,
dan sebagainya. Kode pernyaan bahaya untuk parakuat diklorida antara lain H330
(mematikan bila terhirup), H400 (sangat beracun untuk kehidupan lingkungan
perairan) dan H410 (sangat beracun untuk kehidupan lingkungan perairan dengan efek
jangka panjang) dalam 11 kode pernyataan bahaya berdasarkan pedoman teknis
pembatasan B3.
56
Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk penyusunan draft rekomendasi B3 adalah
sebagai berikut:
1. Permohonan serta diskusi data impor Chlorinated Paraffins (CP) tahun 2014 –
2016 dengan Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai – Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
Koordinasi dilaksanakan terkait pembahasan kode HS serta diskusi data impor
CP ke Indonesia dari tahun 2014-2016. Data yang diperoleh antara lain
perusahaan pengimpor CP, jenis produk, negara asal, kode HS, dan volume
impor. Permohonan data CP dilakukan untuk mendapatkan informasi
kemungkinan adanya kandungan SCCP pada produk CP yang diimpor. Data ini
digunakan sebagai dasar pemilihan perusahaan untuk profiling B3 terbatas.
Jumlah total impor chlorinated paraffin (CP) ke Indonesia pada tahun 2014 –
2016 mencapai 13.521,07 ton dan 100 botol. Tiga Perusahaan yang paling banyak
mengimpor CP adalah PT Trikemindo Utama, PT Luxchem Indonesia, dan PT
Hopax Indonesia.
2. Pemutakhiran data/Profiling SCCP dan Parakuat diklorida
Pemutakhiran data profiling SCCP dan Parakuat diklorida dilakukan pada 11
perusahaan di pulau Jawa dan Sumatera. Tidak terdapat data impor SCCP ke
Indonesia. Namun, berdasarkan ulasan Mourik et al. (2016) terdapat
kelimpahan relatif SCCP pada produk campuran komersial seperti Hordalub 17,
Hordalub 80, Hordalub 500, Cereclor 60L, Cereclor 70L, PCA 60%, PCA 63%, CP-
52, CP-42, dan CP-70. Berdasarkan hasil kunjungan lapangan CP-52 dan CP-70
digunakan pada industri, namun SDS tidak menunjukkan adanya kandungan
SCCP.
57
Gambar 3.20. Profiling B3 Terbatas Parakuat Diklorida
Gambar 3.21. Profiling B3 Terbatas SCCP
PT. Agrikimia Nusantara Impor: 8,96 ton/tahun
PT. Bioworld Bioscience Manufacturing Impor : 81,9 ton (2014) Stok sisa: 30,40 ton (2017)
PT. Surat Tani Distribusi : 49,56 ton
PT. Pacific Federal Factory Tidak menggunakan B3 jenis
SCCP
PT. Nanya Indah Plastics Tidak menggunakan B3 jenis SCCP
PT. Henkel AdhesiveTechnologies Tidak menggunakan B3 jenis SCCP
PT. HOPAX Indonesia menggunakan B3 jenis
LCCP
PT. Mata Pelangi Chemindo menggunakan B3 CP jenis
MCCP
PT. Chugoku Paint Indonesia menggunakan B3 CP jenis
MCCP
PT. Internasional Paint Indonesia menggunakan B3
CP jenis MCCP dan LCCP
PT. Joans Textile menggunakan B3
CP jenis LCCP
58
3. Rapat teknis pembatasan B3
Rapat teknis pembatasan bersama pakar Bapak Anton Purnomo. Pembahasan
meliputi pembuatan layout rekomendasi B3 terbatas SCCP dan parakuat
diklorida.
4. Rapat Pembahasan Teknik/Sampling, Analisis, dan Toksikologi B3 yang dibatasi
pada media lingkungan.
Pembahasan terkait toksikologi dasar dan keberadaan B3 dibatasi pada
lingkungan yang disampaikan oleh narasumber Dr. Ir. Etty Riani (pakar IPB).
Materi yang disampaikan antara lain jenis toksikologi, racun pada lingkungan,
racun dalam tubuh dan asal racun, klasifikasi racun, toksisitas sifat, baku mutu
serta penggolongan asal dan sifat kimia.
b. Keluaran dari penyusunan draft B3 alternatif pengganti adalah draft B3 alternatif
pengganti untuk SCCP dan parakuat diklorida.
B3 alternatif pengganti yang diusulkan untuk SCCP maupun parakuat diklorida adalah
bahan kimia yang telah direkomendasikan oleh internasional maupun negara lain serta
tidak memiliki 11 kode bahaya untuk B3 yang dibatasi penggunaan dan peredarannya
dalam pedoman teknis pembatasan B3. B3 alternatif pengganti SCCP yang diusulkan
berjumlah 18 bahan kimia yaitu Isopropil oleate, Long-chain chlorinated paraffins, bis(2-
ethylhexyl) hydrogen phosphate, didodecyl phosphite, Dimethyl hydrogen phosphite,
2-ethylhexyl hydrogen phosphate, Zinc Dialkyl Dithiophosphate (Zinc BDBP), Tertiary
nonyl polysulfide (TNPS), Antimony trioxide, Isopropylphenyl diphenyl phosphate
(IPPDPP), Tri-octyl trimellitate, Dibromostyrene, Ethane, 1,2-bis(pentabromophenyl),
Ethylenebistetrabromophthalimide, Tetrabromophthalate ester, Tetrabromophthalate
diol, Tetrabromophthalic anhydride, dan Tribromophenyl allyl ether.B3 alternatif
pengganti parakuat diklorida yang diusulkan berjumlah 10 bahan yaitu 2.4 D,
diclosulam, betazone, benazolin-Ethyl, cletodhim, dicamba, fomesafen,
imazapyr,glufosinat, glifosat.
c. Penyusunan 1 Draft Peraturan Menteri untuk Pedoman Teknis Pembatasan B3 , 1 Draft
SK Menteri Tentang Pembatasan Bahan Berbahaya Dan Beracun Berupa
Decabromodiphenyl Ether (DecaBDE) Dan Perfluorooctane Sulfonate (PFOS), dan 1 Draft
59
SK Menteri Tentang Pembatasan Bahan Berbahaya Dan Beracun Berupa Parakuat
Diklorida Dan Short Chain Chlorinated Paraffin (SCCP)
Draft peraturan disusun sebagai dasar hukum untuk pedoman teknis Pembatasan B3
dan rekomendasi B3 dibatasi. Pada tahap awal telah tersusun Draft Peraturan
Direktorat Jenderal PSLB3 Pedoman Teknis Pembatasan B3 dan Draft SK Direktorat
Jenderal rekomendasi B3 dibatasi peredaraan dan penggunaannya.
Pada rapat teknis yang dilaksanakan pada 30 Mei – 2 Juni 2017 terdapat masukan
sebagai berikut:
1. Peraturan dan SK Direktorat Jenderal PSLB3 dibuat dalam format Peraturan
Menteri dan SK Menteri dengan didahului oleh pembuatan naskah akademis
untuk memperkuat alasan pembuatan peraturan tersebut.
2. Penyempurnaan pedoman teknis pembatasan B3
Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mendukung penyusunan Draft Peraturan Menteri dan
Surat Keputusan Menteri adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi dengan Biro Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (13 Juni
2017).
2. Rapat Pembahasan pedoman teknis pembatasan B3 untuk bahan Peraturan Menteri
(19 Juli 2017)
Dalam pelaksanaan kegiatan Pembatasan B3 telah dilakukan konsultasi, pengumpulan data
dan informasi penelitian, pengumpulan informasi fasilitas laboratorium baik ke
lembaga/kementarian, Universitas, dan Laboratorium. Konsultasi, koordinasi antar lembaga
dan instasi terkait memeliki tujuan untuk memperkenalkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi
Pembatasan, pengumpulan data atau informasi terkait penelitian B3 yang dibatasi
peredaran dan penggunaannya serta fasilitas laboratorium pendukung, serta memperoleh
masukan untuk pembatasan B3.
60
Gambar 3.22. Peta Lokasi Pelaksanaan Konsultasi dan Koordinasi B3 Terbatas
Kegiatan konsultasi dan koordinasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel. 3.28. Hasil Konsultasi/Koordinasi B3 Terbatas
No Hari, Tanggal K/L Hasil/Rekomendasi
1 Senin, 12 Juni 2017 Biro Hukum, KLHK Saran dari Biro Hukum untuk pembuatan Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis B3 dan SK Menteri untuk Penetapan Pembatasan B3
Perlunya koordinasi dalam dalam hal keterkaitan pembatasan B3 dengan penyusunan RPP, Draft Permen Kategorisasi, dan Draft Permen Registrasi dan Notifikasi
2 Kamis, 15 Juni 2017 Direktorat Industri Kimia Hulu, Kementerian Perindustrian
Saran dari Kementerian Perindustrian adalah pembatasan B3 sebaiknya mengacu pada peraturan internasional
Pembatasan B3 diharapkan tetap memperhatikan kepentingan nasional dalam hal industri dan
Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia
Kementerian Kesehatan Jakarta
Kementerian Pertanian Jakarta
Balai Besar Pasca Panen Bogor
Institut Pertanian Bogor
Kementerian Perindustrian Jakarta
Puslitbang P3KLL Serpong
Institut Teknologi Sepuluh November
Universitas Negeri Surabaya
Universitas Gajah Mada Jogjakarta
Bea Dan Cukai
Jakarta
Biro Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta
61
No Hari, Tanggal K/L Hasil/Rekomendasi
perdagangan.
3 Jumat, 16 Juni 2017 Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL), KLHK
P3KLL meminta Direktorat Pengelolaan B3 dapat menyerahkan daftar kebutuhan analisis atau penelitian untuk pembatasan B3
P3KLL menyarankan Direktorat Pengelolaan B3 berkoordinasi dengan UGM untuk penelitian POPs baru (new POPs)
4 Senin, 19 Juni 2017 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI menyarankan perlunya penyusunan kebutuhan, timeline, dan pihak pihak yang terlibat dalam penelitian POPs ataupun pembatasan B3.
Pembatasan B3 perlu disinkronisasi dengan K/L lembaga terkait misal dalam hal istilah B3 dan GHS.
5 Selasa,20 Juni 2017 Direktorat Pupuk dan Pestisida, Kementerian Pertanian
Perbedaan konsep pembatasan yaitu pestisida terbatas bukan berarti pestisida tersebut dibatasi penggunaannya namun pengguna pestisida harus memiliki sertifikat dan penggunaan pestisida untuk hal tertentu
Saran untuk mengeluarkan pestisida dari PP Pengelolaan B3
6 Senin - Selasa, 10 – 11 Juli 2017
Universitas Gajah Mada Kerjasama UGM dengan UNU adalah monitoring perfluoronated hydrocarbon (PFHC) di Indonesia yang dimulai sejak tahun 2017. UGM akan melakukan pengambilan sampel hingga ekstraksi sampel. Ekstrak sampel akan dikirim ke Singapura untuk dianalisis dan hasilnya akan dikirim ke Indonesia.
62
No Hari, Tanggal K/L Hasil/Rekomendasi
Sampling direncanakan akan dilaksanakan di Rawa Pening, dan akan melibatkan KLHK dalam kegiatan ini
UGM mengusulkan kerjasama dengan KLHK dalam monitoring POPs.
7 Rabu, 15 Agustus 2017 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen, Kementerian Pertanian
Layanan terkait B3 yang disediakan oleh BB Pascapanen adalah residu pestisida organoklorin dan organoposfat.
Perlunya sosialisasi Pengelolaan B3 dan limbah B3 bagi laboratorium – laboratorium.
8 Selasa, 12 September 2017
Direktorat Kesehatan Lingkungan – Kementerian Kesehatan
Kajian rekomendasi dan alternatif Parakuat Diklorida harus diperkuat.
Penelitian B3 yang dilakukan oleh Kemenkes adalah untuk merkuri dan timbal. Kajian yang menghubungkan B3 dengan penyakit masih lemah karena kendala antara lain perlunya uji kronis yang waktunya lama dan biayanya mahal.
Kementerian kesehatan membutuhkan sosialisasi dan permen terntang penyimpanan B3 pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fanyankes).
9 Rabu, 13 September 2017
Kementerian Perdagangan Direktorat Impor
Peraturan Kemendag mengenai pembatasan B3 adalah Permendag Nomor 75 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya yang mengatur
63
No Hari, Tanggal K/L Hasil/Rekomendasi
407 bahan berbahaya.
Diperlukan peningkatan kerjasama interaksi antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
10 Senin, 16 Oktober 2017 Universitas Gajah Mada Kunjungan lapangan dalam rangka pengambilan sampel air, tanah dan biota di Rawapening bersama Tim Universitas Gajah Mada merupakan tindak lanjut kegiatan kunjungan ke Universitas Gajah Mada pada tanggal 10-11 Juli 2017
Pengambilan sample air dan sedimen oleh UGM dilakukan di 5 titik di sekeliling danau Rawa Pening mewakili wilayah pedesaan. Hasil akan diekstraksi oleh UGM untuk dianalisa di SIngapura, kendala yang dihadapi adalah larutan standar yang sudah dikirim melalui kurir FEDEX tertahan tidak bisa dikeluarkan Karena masalah administrasi pengeluaran barang. Apabila tidak bisa dikeluarkan akan menyebabkan tidak bisa dianalisanya bahan sampel yang sudah diambil pada tanggal 16 Oktober
Akan dilakukan pengambilan sampel air dan sedimen di perkotaan di kota Surabaya pada bulan November 2017.
Akan dilakukan presentasi pada bulan Februari 2018 di Singapura dan Final hasil pada Bulan Mei 2018 di Jepang.
11 Senin, 30 Oktober 2017 Laboratorium Terpadu IPB
Layanan terkait B3 yang disediakan oleh Lab Terpadu IPB antara lain
64
No Hari, Tanggal K/L Hasil/Rekomendasi
analisis merkuri dan logam berat pada media lingkungan.
Sampel diambil di sungai di desa Cibuluh yaitu 2 sampel air dan 1 sampel sedimen
12 Senin, 6 November 2017
Universitas Negeri Surabaya
Depertemen Kimia UNESA memiliki 9 laboratorium yaitu laboratorium kimia dasar, laboratorium kimia fisik, laboratorium kimia organik, laboratorium kimia pembelajaran, laboratorium instrumen, laboratorium kimia anorganik, laboratorium komputansi, laboratorium biokimia, dan laboratorium kimia analitik.
UNESA tidak memiliki penelitian POPs ataupun B3, penelitian yang umum dilakukan adalah sistesis, bahan alam, material, dan sebagainya.
Lab Terpadu UNESA memiliki instrumen GC-MS, TLC scanner, FT-IR, AAS, Voltametri, XRD, SEM, TGA/DTA dan sebagainya.
Analisis terkait B3 yang dapat dilakukan adalah kadar logam sampai level ppb (Hg, Pb, Al, Si, As) untuk sampel padat dan cair.
13 Selasa, 7 November 2017
Institut Teknologi 10 November
Laboratorium – laboratorium di Departemen Teknik Lingkungan ITS adalah Laboratorium Teknologi Pengolahan Air, Laboratorium Limbah Padat dan B3, Laboratorium Remediasi Lingkungan, Laboratorium Pengelolaan Kualitas Lingkungan, serta
65
No Hari, Tanggal K/L Hasil/Rekomendasi
Laboratorium Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim
ITS dapat memberikan dukungan daham hal memberikan sosialisasi (pengabdian) dan riset. Setiap tahun terdapat dana kompetitif untuk riset dari DIKTI. Jika KLHK mempunya rencana riset dapat ditawarkan pada universitas sehingga universitas dapat membuat proposal riset dan meminta endorsement dari KLHK agar mendapat dana tersebut.
Kegiatan kerjasama luar negeri
Hg emissions from coal-fired power plants in Indonesia
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan aktif dalam negosiasi lahirnya
Minamata Convention on Mercury dan Pemerintah Indonesia telah menandatangani Konvensi
Minamata tersebut. Saat ini United Nation Environment Program (UNEP) memberikan
dukungan terhadap negara-negara berkembang dalam implementasi Konvensi Minamata
tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendapatkan dukungan
dalam bentuk kegiatan Small-Scale Funding Agreement (SSFA) on 'Hg emission from coal-fired
power plants in Indonesia' yang diusulkan oleh UNEP
Pelaksanaan kegiatan 'Hg emission from coal-fired power plants in Indonesia' antara lain:
1. Pengukuran emisi merkuri pada 3 PLTU di Indonesia
Pengukuran emisi merkuri dilakukan di PLTU Suralaya 2, PLTU Cirebon, dan PLTU
Indramayu. Selain pengukuran emisi merkuri dilakukan pengambilan sampel dan
analisis pada batubara dan Fly Ash serta Bottom Ash (FABA). Selain itu dilakukan juga
analisis batubara dari PLTU – PLTU di Indonesia serta tren emisi merkuri dari PLTU.
66
Hasil total merkuri dan spesiasi merkuri pada emisi
US EPA 29 ASTM D6784 / Ontario Hydro
Lokasi Hg total (μg/m3) Hg0(%) Hg2+(%) Hg total (μg/m3)
Suralaya CFPP 1,00 55 45 1,07
Cirebon CFPP 0,57 72 28 0,60
Indramayu CFPP 2,93 94 6 3,02
Hasil masih dibawah standar regulasi EU (Jerman) yaitu 30 μg/m3 untuk lepasan
merkuri dari flue gas. Standar emisi merkuri baru yang diusulkan adalah 0.3
mg/Nm3.
Fate of mercury pada 3 PLTU
Fate of Mercury
Suralaya Cirebon Indramayu
Kg/tahun % Kg/tahun % Kg/tahun % Input merkuri
pada batubara
62,69 100,00 254,59 100,00 291,51 100,00
Output
merkuri pada
emisi
9,15 14,60 20,53 8,06 57,31 19,66
Output
merkuri pada
fly ash
3,37 5,38 3,75 1,47 4,77 1,64
Output
merkuri pada
bottom ash
0,78 1,25 0,66 0,26 0,19 0,07
Tren emisi merkuri dari PLTU Batubara
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari PLTU batubara nilai minimum
kandungan merkuri pada batubara adalah 0,011 mg/kg sedangkan nilai
maksimumnya adalah 0,231 mg/kg. Nilai rata- rata kandungan merkuri pada
batubara dari 44 PLTU adalah 0,056 mg/kg dan digunakan sebagai input faktor
batubara untuk estimasi emisi merkuri.
Dengan menggunakan UN Environment Toolkit, faktor emisi adalah 0,05 g
Hg/ton batubara. Dengan jumlah batubara yang dikonsumsi pada tahun 2016
adalah 77 juta ton, maka dapat diperkirakan merkuri yang dilepaskan adalah 3,9
ton/tahun.
Skenario lain adalah estimasi lepasan merkuri dengan menggunakan software
iPOG. Untuk memperkirakan data lepasan emisi merkuri dari masing masing
boiler dibutuhkan data karakteristik batubara dan PLTU sebagai parameter
67
pada perangkat lunak iPOG. Estimasi lepasan merkuri di udara dari 45 PLTU
batubara berdasarkan perhitungan iPOG adalah 2,9 ton. Faktor emisi merkuri
berdasarkan iPOG adalah 0,038 g Hg/ton batubara.
Tren lepasan merkuri dari tahun 2000 – 2016 adalah sebagai berikut:
Data coal sales from 2000 – 2015 are taken from Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2016. Data coal utilization for CFPP 2016 is taken from Ministry of Energy and Mineral Resources Decree number 5899 K/20/MEM/2016
Gambar. 3.23. Diagram Tren lepasan Merkuri dari Tahun 2000 - 2016
Tren lepasan merkuri dari tahun 2017 – 2026 adalah sebagai berikut:
Data Projection Coal Consumption 2017-2026 is taken from Ministry of Energy and Mineral Resources Decree No. 1415 K/20/MEM/2017
Gambar. 3.24. Diagram Proyeksi Tren Lepasan Merkuri dari Tahun 2017-2026
68
2. Workshop 'Hg emission from coal-fired power plants in Indonesia'
Workshop 'Hg emission from coal-fired power plants in Indonesia' dilaksanakan sebanyak dua kali pada tanggal 20 Maret 2017 dan 19 Desember 2017. Workshop dihadiri oleh perwakilan KLHK, KESDM, PLTU, dan LSM.
69
Workshop Hg-emission from coal-fired power plants in Indonesia
Pengambilan sampel batubara dan emisi udara di PT. Indonesia Power PLTU
Suralaya
Pembahasan data impor chlorinated paraffin di Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
Rapat teknis pembahasan rekomendasi B3 terbatas 2017
Konsultasi Pembatasan dengan Biro Hukum KLHK Konsultasi Pembatasan dengan Kementerian Perindustrian
70
Konsultasi Pembatasan dengan P3KLL – KLHK
Konsultasi Pembatasan dengan LIPI
Konsultasi Pembatasan dengan Kementerian Pertanian
Konsultasi dan koordinasi Pembatasan B3 dengan UNESA
Konsultasi dan koordinasi Pembatasan B3 dengan ITS
Profiling B3 terbatas di PT Hopax Indonesia
71
6. Capaian Sasaran Unit Kegiatan Keenam (Menyediakan rekomendasi B3 yang dihapuskan)
Dalam upaya pencapaian target jumlah jenis B3 yang dihapuskan sebanyak 2 jenis, pada
tahun 2017 telah dilakukan kegiatan dengan output a) Tersedianya dokumen Rekomendasi
2 Bahan Kimia Dihapuskan yaitu HCBD dan DecaBDE, b) Penyusunan Draft Peraturan
Dirjen PSLB3 tentang Pedoman Teknis Penghapusan B3, c) Pembangunan Peralatan
(sarana) Pengolahan Emas Non Merkuri di Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecildi
Kabupaten Lebak d) Penyiapan Pembangunan Fasilitas Pengelolaan PCBs, e)
Pemutakhiran B3 Dilarang Penggunaannya Jenis HCBD dan DecaBDE, f) Penyusunan
Kajian Ekonomi Eksternalitas Pertambangan Emas Skala Kecil di Pulau Buru. Selain itu
untuk mendukung informasi penentuan Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan yaitu
HCBD dan DecaBDE juga dilakukan Konsultasi dan Koordinasi Penghapusan Dengan
Kementerian/Lembaga Terkait.
Profiling B3 terbatas di PT Mata Pelangi Chemindo Profiling B3 terbatas di PT Mata Pelangi Chemindo
Pembahasan Teknik/Sampling, Analisis, dan Toksikologi B3 yang dibatasi
Profiling B3 terbatas di PT Joans Textile
72
a. Penyusunan Draft Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan
1) Tujuan penyusunan dokumen ini adalah untuk memberikan rekomendasi
penghapusan B3 serta memberikan informasi dan pemahaman mengenai
program penghapusan bahan berbahaya beracun yang akan dilakukan oleh
pemerintah. Pada tahun 2017 untuk Rekomendasi Bahan Kimia Dihapuskan adalah
DecaBDE dan HCBD.
2) Pelaksanaan kegiatan dalam penyusunan pedoman ini adalah identifikasi senyawa
B3 (sifat fisik dan kimia), penentuan senyawa B3 yang dihapuskan, pengumpulan
data import dan penggunaan senyawa B3 yang dihapus, yaitu HCBD dan
DecaBDE, studi pajanan senyawa HCBD dan DecaBDE terhadap lingkungan,
manusia dan emisinya, kajian literatur terkait peraturan internasional,
biomonitoring, studi efek kesehatan (toksisitas akut, iritasi dan sensitisasi, dosis,
reproduksi, genotoksisitas, karsinogenik, efek terkait endokrin) dan studi
karakterisasi risiko.
3) Hasil Kegiatan:
a) Penyusunan Dokumen Rekomendasi Bahan Kimia Dihapuskan Jenis DecaBD
menyatakan bahwa dari telaah bahaya serta dampak negatif yang ditimbulkan
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat oleh senyawa DecaBDE, dan
pengusulan masuknya senyawa Deca-BDE pada lampiran A Konvensi
Stockholm di COP-8 Konvensi Stockholm maka sub Direktorat Penanganan B3
merekomendasikan pelarangan dan penghapusan senyawa DecaBDE.
b) Penyusunan Dokumen Rekomendasi Bahan Kimia Dihapuskan Jenis HCBD
menyatakan bahwa dari telaah bahaya serta dampak negatif yang ditimbulkan
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat oleh senyawa HCBD pada
lampiran A di COP-7 Konvensi Stockholm maka sub Direktorat Penanganan B3
merekomendasikan pelarangan dan penghapusan senyawa HCBD.
4) Selain itu untuk mendukung informasi penentuan Rekomendasi 2 Bahan Kimia
Dihapuskan yaitu HCBD dan DecaBDE telah dilakukan Konsultasi dan Koordinasi
Penghapusan dengan Kementerian/Lembaga Terkait dengan hasil sebagai
berikut:
73
Tabel 3.29. Hasil Konsultasi dan Koordinasi Penghapusan dengan Kementerian/Lembaga Terkait
No Hari, Tanggal
K/L Hasil/Rekomendasi
1. Senin, 24 Juli 2017
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
1. Pihak LIPI menyarankan agar KLHK bisa
melakukan sampling decaBDE dalam jumlah
banyak kemudian diuji oleh LIPI. LIPI akan
membeli standar solution jika sampel yang
akan diuji banyak (apabila sampel banyak
maka harga standar solution akan lebih
murah).
2. Pihak LIPI menyarankan agar KLHK bisa
mengusulkan topik-topik lingkungan kepada
Kemenristek agar ada slot anggaran untuk
meneliti topik-topik lingkungan.
2. Kamis, 27 Juli 2017
Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian
KLHK merekomendasikan kepada Kementan untuk melarang penggunaan pestisida yang mengandung HCBD karena sesuai denganKonvensi Stockholm Tahun 2015 HCBD masuk dalam Annex A (eliminasi). Hal ini berkaitan dengan Permentan 39 Tahun 2015 Pasal 6 ayat 2d yang telah menetapkan pestisida yang dilarang berdasarkan kriteria bahan aktif dan/atau Bahan Tambahan yang masuk klasifikasi POPs baru berdasarkan Konvensi Stockholm.
3. Jumat, 28 Juli 2017
Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL)-KLHK
1. Kendala yang dialami oleh P3KLL adalah perlu
adanya anggaran dana yang cukup besar
untuk pengujian senyawa POPs.
2. P3KLL memiliki peralatan GC-MS baru yang
memungkinkan bisa digunakan untuk
pengujian/analisis sample decaBDE dengan
perhitungan kualitatif dan kuantitatif.
4. Senin, 7 Agustus 2017
Direktorat Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian
Pada Tahun 2006, Uni Eropa mengeluarkan peraturan RoHS yang didalamnya memuat senyawa PBDEs. Dari hal tersebut, diinformasikan bahwa sejak tahun 2006 senyawa PBDEs sudah tidak lagi diproduksi/tidak digunakan dalam produk. Senyawa DecaBDE diduga masih ada pada barang – barang yang diproduksi sebelum tahun 2006.
5. Senin, 25 September 2017
Badan Pengawas Obat dan Makanan
1. BPOM hanya melakukan pengawasan
terhadap obat dan makanan (pangan olahan),
tidak melakukan pengawasan terhadap
senyawa pestisida.
2. BPOM mengusulkan untuk dapat melakukan
pengkajian dan pengujian terhadap salah satu
senyawa POPs yang diduga masih banyak
74
No Hari, Tanggal
K/L Hasil/Rekomendasi
beredar di Indonesia yaitu Lindane.
6. Jumat, 29 September 2017
Kementerian Perdagangan
1. Senyawa HCBD dan Deca-BDE telah
dicocokkan dengan lampiran Permendag No.
75/2014. Kedua senyawa tersebut tidak masuk
dalam lampiran tersebut, sehingga dinilai
sebagai barang bebas impor.
2. Pihak Kemendag menyampaikan bahwa untuk
pembatasan atau pelarangan penggunaan
senyawa B3, Kementerian Perdagangan akan
menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
yang telah ada.
3. Kementeran Perdagangan mengusulkan
bahwa perlu dilakukannya koordinasi dan
harmonisasi antar K/L terhadap bahan
berbahaya yang akan dilarang penggunaannya
di Indonesia.
7. Jumat, 6 Oktober 2017
Kementerian Kesehatan
1. Dit. Penilaian Alkes dan PKRT yang lebih
berfokus kepada perizinan dan registrasi
pestisida rumah tangga seperti obat nyamuk
yang digunakan di rumahtangga.
2. Dit. Kesehatan Lingkungan menyampaikan
bahwa Subdirektorat yang terkait dengan
pengawasan pestisida adalah Subdirektorat
Pengamanan Limbah dan Radiasi, Direktorat
KesehatanLingkungan
Dokumentasi selama pelaksanaan kegiatan Konsultasi dan Koordinasi Penghapusan dengan Kementerian/Lembaga terkait:
Diskusi dengan perwakilan LIPI Diskusi dengan perwakilan Kementerian Pertanian
75
b. Penyusunan Draft Peraturan Dirjen PSLB3 tentang Pedoman Teknis Penghapusan B3
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan Penghapusan B3 pada Subdit Penanganan
B3 – Direktorat Pengelolaan B3, yang mempertimbangkan bahwa produksi dan
penggunaan B3 di dunia telah berkembang pesat dan bahwa paparan bahan – bahan
kimia yang persisten, bioakumulatif, dan beracun berpotensi bahaya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan hidupmaka perlu untuk ditetapkan suatu
Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun
Berbahaya tentang Pedoman Teknis Penghapusan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pedoman teknis penghapusan bahan berbahaya dan beracun digunakan sebagai tata
caradan mekanisme penentuan bahan berbahaya beracun menjadi bahan berbahaya
dan beracun yang dihapus peredaran dan penggunaannya di Indonesia.
c. Pembangunan Peralatan (sarana) Pengolahan Emas Non Merkuri di Lokasi
Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Lebak
Pada tahun 2017 Direktorat Pengelolaan B3 melaksanakan salah satu program yang
termasuk dalam agenda prioritas nasional yaitu Penghapusan Penggunaan Merkuri
Untuk Pengolahan Emas Skala Kecil (zero merkuri). Program ini bertujuan untuk
melaksanakan Pembangunan Peralatan (sarana) Pengolahan Emas Non Merkuri di
Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Lebak.
1) Pada tahun 2017 lokasi untuk pilot project pembangunan fasilitas/teknologi
pengolahan emas non merkuri dipilih di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Proses pengolahan emas bebas merkuri di lokasi ini menggunakan proses
sianidasi yang merupakan rekomendasi dari hasil kajian BPPT berdasarkan
kesesuaian karakteristik batuan mineral mengandung emas di sekitar lokasi
penambangan.
2) Dalam proses pembangunan fasilitas/teknologi pengolahan emas non merkuri di
Kabupaten Lebak telah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain:
a) Penyusunan DED pada bulan Januari - Maret 2017
b) Pada bulan April 2017 telah mulai dilakukan koordinasi Pemkab Lebak :
(kesiapan Lahan atas Nama Pemkab, Keterlibatan SKPD dan Kesiapan
Keberlanjutan Operasional
c) Penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding,
MoU) tentang Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan
76
Beracun antara Direktur Jenderal PSLB3 K9LHK dengan Bupati Lebak pada
tanggal 27 April 2017
d) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Direktorat Pengelolaan B3 dan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak pada tanggal 10 Mei 2017
e) Pelaksanaan Lelang pada tanggal 8 Agustus 2017
f) Penentuan Pemenang Lelang pada tanggal 25 Agustus 2017
g) Penandatanganan Kontrak pada tanggal 5 September 2017
h) Pada tanggal 8 Oktober 2017 dimulai Pelaksanaan Pembangunan Fasilitas
Pengolahan Emas Non Merkuri di Kabupaten Lebak.
i) Peninjauan Dirjen PSLB3 di Lokasi pembangunan fasilitas/teknologi
pengolahan emas non merkuri di Kabupaten Lebak pada tanggal 23 – 24
November 2017
j) Serah Terima Pekerjaan (Awal Bulan Desember 2017)
k) Kunjungan Lapangan untuk Commissioning Fasilitas/teknologi pengolahan
emas non merkuri di Kabupaten Lebak pada tanggal 27 – 28 Desember 2017
oleh Direktur Pengelolaan B3, Kasubdit Penanganan B3 dan Staf Direktorat
Pengelolaan B3.
3) Dengan telah selesainya pembangunan fasilitas/teknologi pengolahan emas non
merkuri di Kabupaten Lebak maka output yang dihasilkan adalah telah
tersedianya fasilitas/teknologi pengolahan emas non merkuri pada
pertambangan emas skala kecil (PESK). Selain itu teknologi pengganti merkuri
dengan sianida dalam pengolahan emas ini dapat direplikasi pada kegiatan
pertambangan emas skala kecil lainnya secara nasional.
4) Pada tanggal 27 – 30 November 2017 Tim KLHK dan BPPT melaksanakan Survei
Lahan Pembangunan Sarana Pengolahan Emas Non Merkuri di Kabupaten
Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
5) Pada tanggal 19 – 21 Desember 2017 Tim KLHK dan BPPT melaksanakan Survei
Lahan Pembangunan Sarana Pengolahan Emas Non Merkuri di Sekotong,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB.
Dokumentasi selama pelaksanaan Pembangunan Fasilitas/Teknologi Pengolahan Emas Non
Merkuri di Kabupaten Lebak:
77
Peninjauan Perkembangan Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri
Peninjauan Perkembangan Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri
Kunjungan Lokasi Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri Tanggal 17 – 18
Oktober 2017
Kunjungan Lokasi Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri Tanggal 17 – 18
Oktober 2017
Dirjen PSLB3 beserta jajarannya berfoto bersama di Lokasi Pembangunan Alat
Pengolahan Emas Non Merkuri di Lebak Tanggal 23 November 2017
Peninjauan Lokasi Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri di Lebak
Tanggal 24 November 2017
78
Peralatan Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri di Lebak
Peralatan Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri di Lebak
Peralatan Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri di Lebak
Peralatan Pembangunan Alat Pengolahan Emas Non Merkuri di Lebak
Koordinasi Tim KLHK & BPPT dengan DLH Provinsi Sulawesi Utara, Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Utara dan Pemkab Minahasa Utara
Koordinasi Tim KLHK & BPPT dengan DLH Provinsi Sulawesi Utara, Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Utara dan Pemkab Minahasa Utara
Survei Lahan Pembangunan Sarana Pengolahan Emas Non Merkuri di Tatelu, Kabupaten
Survei Lahan Pembangunan Sarana Pengolahan Emas Non Merkuri di Tatelu,
79
d. Penyiapan Pembangunan Fasilitas Pengelolaan PCBs
Sehubungan dengan pelaksanaan program KLHK dalam pengelolaan dan pemusnahan
limbah PCBs untuk penghapusan penggunaan PCBs di Indonesia diperlukan ketersediaan
fasilitas pembangunan PCBs. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, KLHK (c.q Direktorat
Minahasa Utara, Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara
Koordinasi Tim KLHK & BPPT dengan Pemkab
Lombok Barat
Lokasi lubang tambang di Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok
Barat
Merkuri yang dipakai penambang di Desa Pelangan, KecamatanSekotong, Kabupaten
Lombok Barat
Kondisi jalan di Desa Pelangan Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat
Kunjungan Lapangan untuk Persiapan Commissioning Fasilitas/teknologi pengolahan
emas non merkuri di Kabupaten Lebak
Kunjungan Lapangan untuk Persiapan Commissioning Fasilitas/teknologi pengolahan
emas non merkuri di Kabupaten Lebak
80
Pengelolaan B3) telah melakukan persiapan pembangunan fasilitas pemusnahan PCBs di
Indonesia.
Adapun kegiatan pembangunan fasilitas pemusnahan PCBs di Indonesia ini memiliki
keterkaitan dengan kegiatan kerjasama KLHK dan the United Nations Industrial
Development Organization (UNIDO) yang berjudul Introduction of an Environmentally
Sound Management and Disposal System for Polychlorinated Biphenyls (PCBs) Waste and
PCB-contaminated Equipment in Indonesia, dimana salah satu komponen kegiatannya
adalah penyediaan Adoption of Mobile Technology for PCBs Disposal in Indonesia. Mobile
technology tersebut merupakan peralatan yang akan digunakan oleh KLHK dalam fasilitas
pengelolaan PCBs di Indonesia.
Berdasarkan proses persiapan pelaksanaan kegiatan ini diperoleh output sebagai
berikut:
1) Rencana pembangunan fasilitas di PT. PPLi Bogor dan kelembagaan Operating
Entity (OE) adalah KSP (Sewa)
2) Pemilihan dan penetapan teknologi: based catalyst dechlorination (BCD)
3) Target PCBs yang dihapuskan adalah : 3.000 ton
4) Kapasitas pengelolaan: 1,5 ton per jam
5) Mulai operasi fasilitas : akhir Desember 2018/ awal Januari 2019.
6) Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang PCBs maka
Tim Technical Working Group (TWG) melakukan kunjungan ke fasilitas DOWA dan
JESCO di Jepang berdasarkan undangan dari PT. PPLi untuk melihat fasilitas dan
teknologi pengelolaan PCBs pada tanggal 6 – 11 November 2017.
7) Dalam proses pengadaan mobile technology untuk fasilitas pengelolaan PCBs
diperlukan lelang vendor oleh pihak UNIDO. Pada bulan November 2017 sudah
dilakukan penutupan penerimaan proposal pengadaan fasilitas pengelolaan PCBs
oleh UNIDO. Untuk selanjutnya dilanjutkan dengan technical evaluation meeting
yang diikuti oleh Tim Technical Working Group (TWG) dan UNIDO di Swiss pada
tanggal 2 – 9 Desember 2017.
81
Dokumentasi kegiatan selama pelaksanaan Penyiapan Pembangunan Fasilitas Pengelolaan PCBs:
Pertemuan Pihak KLHK/TWG, BPPT UNIDO, dan PPLi di Hotel Parklane Jakarta Tanggal 12 - 13 Juli
2017
Kunjungan Pihak KLHK/TWG, BPPT UNIDO di PPLi Tanggal 14 Juli 2017
Kunjungan Pihak KLHK/TWG BPPT UNIDO di PPLi Tanggal 14 Juli 2017
Kunjungan di JESCO – Jepang Tanggal 9 November 2017
Kunjungan di DOWA – Jepang Tanggal 7 - 8 November 2017
Technical Evaluation Meeting di Vienna – Austria Tanggal 4 - 8Desember 2017
82
e. Pelaksanaan Pemutakhiran B3 Dilarang Penggunaannya Jenis HCBD dan DecaBDE
Untuk mendukung keluaran rekomendasi B3 yang dilarang penggunaannya telah
dilakukan Pemutakhiran B3 Dilarang Penggunaannya Jenis HCBD dan DecaBDE
dengan tahapan membuat daftar perusahaan yang berpotensi menggunakan bahan
kimia tersebut.Pemutakhiran B3 dilakukan melalui kunjungan lapangan dan pengisian
kuisioner untuk memperoleh data mengenai HCBD dan DecaBDE.Kunjungan lapangan
ini dilaksanakan di 9 (sembilan) perusahaan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Jawa Timur.Tujuan pemutakhiran B3 ini adalah untuk mengetahui data bahan kimia
yang digunakan dan data bahan kimia (material) untuk produk.Daftarperusahaan dan
hasil pemutakhiran B3 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.30. Hasil Kunjungan Lapangan Pemutakhiran B3 Dilarang Penggunaannya Jenis HCBD dan DecaBDETanggal 3 Mei – 30 Agustus 2017
No. Perusahaan Kota/Provinsi Komoditi Hasil
1. PT. Tenma Cikarang Indonesia
Bekasi – Jawa Barat
Plastic Injection
1. PT. Tenma Cikarang Indonesia hanya sebagai pengguna/pembeli bijih plastic sebagai bahan baku utama. PT. Tenma Cikarang Indonesia menggunakan bahan baku penolong lebih banyak digunakan untuk mesin produksi. Untuk bahan baku penolong yang berfungsi sebagai bahan tahan nyala api, mudah lentur digunakan oleh perusahaan supplier bijih plastic.
2. Untuk perusahaan supplier bijih plastic PT. Tenma Cikarang Indonesia diantaranya adalah PT. S-IK, PT. Nipisun, PT. Nishino, PT.
Technical Evaluation Meeting di Vienna – Austria Tanggal 4 - 8Desember 2017
Tim Technical Evaluation Meeting di Vienna – Austria Tanggal 4 - 8Desember 2017
83
No. Perusahaan Kota/Provinsi Komoditi Hasil
Lotte, dan PT. Nagase. Perusahaan supplier ini merupakan perusahaan trading bijih plastic dengan cara mengimpor (tidak membuat).
2. PT. Sharp Electronics Indonesia
Karawang – Jawa Barat
Elektronika 1. PT. Sharp Electronic Indonesia bekerjasama dengan beberapa perusahaan untuk mensupply bahan baku yang digunakan dalam perakitan peralatan/komponen elektronik yaitu PT. Tenma Cikarang Indonesia dan PT. Daijo.
2. PT. Sharp telah memberikan MSDS bahan kimia yang digunakan pada bijih plastik yang di impor dari Cina dan Jepang.
3. Manufaktur bijih plastik yang digunakan untuk pembuatan casing TV oleh PT. Sharp Electronics adalah Kingfa (Cina) dan Sojitz (Jepang).
4. Penentuan spesifikasi MSDS produk sharp adalah dari Sharp Corporation Malaysia (design center).
5. Bahan Penolong yang digunakan oleh PT. Sharp Electronic Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan pendingin, pembersih dan busa pada komponen elektronik.
3. PT. Chandra Asri Petrochemical
Cilegon-Banten Kimia Dasar 1. PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbktidak berpotensi menggunakan dan menghasilkan bahan kimia (produk samping) hexachlorobutadiene (HCBD) ataupun senyawa sinonimnya berdasarkan hasil MSDS bahan baku, alur proses produksi, dan certificate of analysis produk yang dihasilkan.
2. PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbkmempunyai tempat penyimpanan B3 penolong, yang terdiri dari bahan kimia dan katalis
3. PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk bekerja sama dengan perusahaan lain sebagai supplier bahan baku
84
No. Perusahaan Kota/Provinsi Komoditi Hasil
untuk menghasilkan produk konsumtif seperti Ethylenedigunakan PT. Asahimas Chemical; dan 1,3 Butadien digunakan oleh PT. Sulfindo Adiusaha.
4. PT. Asahimas Chemical
Cilegon-Banten Kimia Dasar 1. PT. Asahimas Chemical tidak berpotensi menggunakan dan menghasilkan bahan kimia (produk samping) hexachlorobutadiene (HCBD) ataupun senyawa sinonimnya berdasarkan hasil MSDS bahan baku, alur proses produksi, dan certificate of analysis produk yang dihasilkan.
2. PT Asahimas Chemical mempunyai tempat penyimpanan B3 penolong, yang terdiri dari bahan kimia padat, gas dan cair.
3. PT. Asahimas Chemical bekerja sama dengan perusahaan lain sebagai supplier bahan baku untuk menghasilkan produk konsumtif seperti NaOH digunakan PT. Unilever, PT. South Pacific Viscose; HCl digunakan oleh PT. Sayap Mas Utama; NaOCl digunakan oleh PT. Unilever; VCM dikirim ke perusahaan yang memproduksi PVC yaitu Statomer, Eastern Polymer.
5. PT. Adis Dimension Serang -Banten Industri Sepatu
1. Selama pelaksanaan Inventory Bahan Berbahaya dan Beracun yang dilarang digunakan untuk jenis Deca-BDE tidak ditemukan penggunaan bahan-bahan tersebut, baik pada raw material maupun proses produksi di PT. Adis Dimension Footwear .
2. PT. Adis Dimension Footwear mempunyai tempat penyimpanan bahan kimia B3, yang terdiri dari bahan kimia padat dan liquid
3. PT. NIKE Indonesia selaku buyermenerapkan standarisasi proses produksi sepatu merk NIKE produksi PT. Adis Dimension Footwear berupa dokumen Restricted Substance List. Hasil RSL bahwa
85
No. Perusahaan Kota/Provinsi Komoditi Hasil
penggunaan Deca-BDE dibatasi dengan batasan maksimum 5 ppm, akan tetapi Bahan kimia hambat api jarang digunakan untuk memenuhi persyaratan anti api pada pakaian anak-anak dan produk untuk orang dewasa. Bahan tersebut seharusnya tidak lagi digunakan dalam pakaian dan alas kaki.
6. PT. Panasonic Manufacturing Indonesia
DKI Jakarta Elektronika 1. Beberapa produk injection moulding ada pada bagian bisnis unit refrigerator.
2. Jenis bahan kimia utama yang digunakan dalam bijih plastik yaitu styrene butadiene copolymer, berdasarkan MSDS kandungan senyawa tersebut 95.0 sedangkan 5% nya adalah white mineral oil (petroleum).
3. PT. Panasonic Manufacturing Indonesia tidak menggunakan tambahan senyawa lain dalam proses injection molding.
4. PT. Panasonic Manufacturing Indonesia telah menerapkan RoHS (Restriction of Hazardous Substances) compliance, dimana senyawa PBDEs menjadi salah 1 kriteria dalam compliance RoHS tersebut, sehingga perusahaan tidak lagi menggunakan senyawa PBDE dalam pembuatan produknya.
7. PT. ALP Petro Industry Jawa Timur Minyak pelumas
1. PT. ALP Petro Industry menggunakan Hydrotreating Process (refinery) yaitu proses menggunakan kolom distilasi. Perusahaan tidak melakukan pencampuran/penambahan solvent dalam proses pembuatan pelumas, sehingga pada proses produksi maupun produk samping tidak berpotensi menghasilkan HCBD ataupun senyawa sinonimnya.
2. PT. ALP Petro Industry tidak melakukan proses pemurnian oli bekas dengan proses acid-clay yang berdasarkan referensi pada proses ini menggunakan HCBD sebagai solvent.
3. Tempat penyimpanan sementara bahan aktif dan
86
No. Perusahaan Kota/Provinsi Komoditi Hasil
bahan penolong pada Plant Insektisida sudah sesuai dengan persyaratan tata cara penyimpanan sementara B3.
8. PT. Petrokimia Kayaku Jawa Timur Importir Produsen (Formulator) Pestisida, Insektisida, Fungisida, Herbisida dan Produk Hayati
1. PT. Petrokimia Kayaku tidak memproduksi bahan aktif dan bahan penolong dan tidak secara langsung menggunakan senyawa chlor.
2. Solvent yang digunakan pada proses formulasi Emulsiviable Concentrate (EC) pada proses insektisida menggunakan Xylene dan Aromatik yang diperolah dari lokal. Berdasarkan informasi ini disimpulkan perusahaan tidak menggunakan HCBD sebagai Solvent.
3. Bahan aktif yang digunakan oleh PT. Petrokimia Kayaku didapatkan dari impor. Kemungkinan akan ada bahan aktif yang digunakan tersebut dalam zat pengotornya (impurities) menggunakan HCBD Hal ini diduga berdasarkan MSDS sebagian bahan aktif ada kandungan Clor.
4. Tempat penyimpanan sementara bahan aktif dan bahan penolong pada Plant Insektisida sudah sesuai dengan persyaratan tata cara penyimpanan sementara B3.
9. PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia
Jawa Barat Minyak pelumas
1. PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia menggunakanHydrofinishing Process (refinery) yaitu proses menggunakan kolom distilasi. Perusahaan tidak melakukan pencampuran/penambahan solvent dalam proses pembuatan pelumas, sehingga pada proses produksi maupun produk samping tidak berpotensi menghasilkan HCBD ataupun senyawa sinonimnya.
2. PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia tidak melakukan proses pemurnian oli bekas dengan proses acid clay yang berdasarkan referensi pada proses ini menggunakan HCBD
87
No. Perusahaan Kota/Provinsi Komoditi Hasil
sebagai solvent. 3. Tempat penyimpanan
sementara bahan additive sudah sesuai dengan persyaratan tata cara penyimpanan B3.
Gambar 3.25. Peta Pelaksanaan Pemutakhiran B3 Dilarang Penggunaannya Jenis HCBD dan DecaBDE
PT. Tenma Cikarang Indonesia Tidak menggunakan Deca BDE
PT. Sharp Electronics Indonesia Tidak menggunakan Deca BDE
PT. Chandra Asri Petrochemical Tidak menggunakan HCBD
PT. Asahimas Chemical Tidak menggunakan HCBD
PT. Petrokimia Kayaku Tidak menggunakan HCBD
PT. Panasonic Manufacturing Indonesia Tidak menggunakan Deca BDE
PT. Adis Dimension Tidak menggunakan Deca BDE
PT. ALP Petro Industry Tidak menggunakan HCBD
PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia Tidak menggunakan HCBD
88
Dokumentasi selama pelaksanaan kegiatan pemutakhiran data peredaran B3 jenis HCBD dan DecaBDE:
Contoh Produk PT. Tenma Cikarang Indonesia Bahan yang digunakan oleh PT. Tenma Cikarang
Bahan Kimia yang disimpan oleh PT. Chandra Asri Petrochemical
Pertemuan dengan PT. Adis Dimension Footwear
Injection Moulding PT. Panasonic Manufacturing Indonesia
Raw Material PT. Panasonic Manufacturing Indonesia
f. Penyusunan Kajian Ekonomi Eksternalitas Pertambangan Emas Skala Kecil di Pulau
Buru (Kerjasama KLHK dan APRI)
Laporan ini merupakan penelitian Eksternalitas Merkuri dan Pertambangan Emas
Skala Kecil di Kabupaten Buru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi mengenai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari kegiatan
89
pertambangan emas skala kecil dengan menggunakan merkuri di Kabupaten Buru.
Dalam melaksanakan penelitian ini KLHK dan APRI berkomitmen untuk bekerjasama
dalam upaya penghapusan penggunaan merkuri yang bertujuan untuk mengurangi
tingkat pencemaran dan memperbaiki kesehatan masyarakat. Hal ini berkaitan erat
dengan Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Penggunaan Merkuri pada
Pengolahan Emas Tahun 2014 – 2018 yang bertujuan untuk melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan dari dampak negatif merkuri.
Kesimpulan dari hasil kajian keekonomian ini menyatakan kegiatan PESK
menggunakan merkuri adalah tidak layak dengan kondisi sekarang ini terutama
dengan tidak adanya legalitas.Kegiatan PESK sebenarnya memiliki potensi ekonomi
namun harus dilaksanakan sesuai dengan tata kelola pertambangan emas yang
bertanggungjawab yaitu legal, aman, ramah lingkungan dan berkelanjutan serta
kepastian tanpa penggunaan merkuri.
g. Pelaksanaan Kegiatan Kerjasama KLHK dengan Luar Negeri
1) Kegiatan Kerjasama KLHK dengan UNIDO pada proyek Introduction of an
Environmentally Sound Management and Disposal System for Polychlorinated
Biphenyls (PCBs) Waste and PCB-contaminated Equipment in Indonesia
Dalam rangka kegiatan penghapusan B3 yang merupakan salah satu B3 yang
dilarang penggunaannya (Lampiran A PP 74 Tahun 2001), KLHK mendapatkan
bantuan hibah luar negeri dari UNIDO dengan judul kegiatan kerjasama adalah
Introduction of an Environmentally Sound Management and Disposal System for
Polychlorinated Biphenyls (PCBs) Waste and PCB-contaminated Equipment in
Indonesia. Pada tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan dengan output antara
lain: a) Laporan Kajan Regulasi Penyusunan Kebijakan Penghapusan PCBs di
Indonesia, b) Laporan Kajian Instrumen Ekonomi dan Mekanisme Insentif dalam
Penghapusan PCBs di Indonesia, c) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan
Kesadartahuan (Raising Awarenes), d) Pelaksanaan Hibah GC – ECD.
a) Kajian Regulasi Penyusunan Kebijakan Penghapusan PCBs di Indonesia dan
Kajian Instrumen Ekonomi dan Skema Insentif untuk Penghapusan
Pencemar Organik Tahan Urai PCBs di Indonesia
Pada tahun 2016 telah dilakukan penyusunan mekanisme insentif ekonomi
untuk mendukung pemusnahan PCBs di Indonesia.Pada tahun 2017 telah
Laporan Kajan Regulasi Penyusunan Kebijakan Penghapusan PCBs di
90
Indonesia dan Laporan Kajian Instrumen Ekonomi dan Mekanisme Insentif
dalam Penghapusan PCBs di Indonesia sudah diselesaikan pada tahun 2016
namun pada tahun 2017 dilakukan penyesuaian dengan perubahan
berdasarkan masukan dari internal KLHK.
b) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kesadartahuan (Raising Awareness)
Sebagai salah satu bagian dalam proyek peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap PCBs, dilakukan strategi komunikasi melalui media sharing (online)
sebagai salah satu media yang efektif untuk menyebarluaskan informasi
mengenai PCBs. Pelaksanaan kegiatan Raising Awarenes pada tahun 2017
adalah telah dilakukan migrasi website pcbfreeindonesia.com ke dalam situs
resmi KLHK yaitu pcbfreeindonesia.menlhk.go.id dan telah terlaksananya
Launching Portal PCBs Free Indonesia.
Launching Aplikasi Registrasi B3 Online Terintegrasi INSW dan E-
Pelaporan Impor B3 Dalam Rangka Akselerasi Kebijakan Pengelolaan
B3 Melalui Renovasi (Registrasi, Notifikasi yang Tervalidasi) dan
Launching Portal PCBs Free Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal
2 Juni 2017 di Jakarta Convention Center (JCC)
Tujuan lokakarya adalah untuk meluncurkan Aplikasi Registrasi B3
Online Terintegrasi INSW dan E-Pelaporan Impor B3 dan Portal PCB
Free Indonesia.
Narasumber yang menyampaikan materi adalah Ibu Yun Insiani
(Direktur Pengelolaan B3 - KLHK), Bapak Fahri Umar (Deputi
Bidang Pengembangan dan Operasional Sistem), Bapak Mufti
(Dirjen Bea dan Cukai - Kemenkeu), Ibu Cut Nurjannah (KLHK) dan
Ibu Bu Aisyah Syafei (KLHK)
Materi yang disampaikan dalam lokakarya adalah Kebijakan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Penerapan INSW
dalam Peningkatan Percepatan Pelayanan Ekspor/Impor,
Pengawasan Impor B3 dalam Pelayanan Kepabeanan, E-Pelaporan
Impor B3, Pelayanan Informasi PCBs Free Indonesia
Peserta lokakarya yang diundang adalah pelaku industri, sektor
terkait dan PPE Sumatra, PPE Kalimantan, PPE Jawa, PPE Bali Nusa
Tenggara, PPE Sulawesi dan Maluku serta PPE Papua.
91
c) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kesadartahuan (Raising Awareness)
Sebagai salah satu bagian dalam proyek peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap PCBs, dilakukan strategi komunikasi melalui media sharing (online)
sebagai salah satu media yang efektif untuk menyebarluaskan informasi
mengenai PCBs. Pelaksanaan kegiatan Raising Awarenes pada tahun 2017
adalah telah dilakukan migrasi website http://pcbfreeindonesia.com ke
dalam situs resmi KLHK yaitu http://pcbfreeindonesia.menlhk.go.id dan telah
terlaksananya launching Portal PCBs Free Indonesia.
Launching Aplikasi Registrasi B3 Online Terintegrasi INSW dan E-Pelaporan Impor B3
Dalam Rangka Akselerasi Kebijakan Pengelolaan B3 Melalui Renovasi (Registrasi,
Notifikasi yang Tervalidasi) dan Launching Portal PCBs Free Indonesia yang
dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2017 di Jakarta Convention Center (JCC).
Tujuan lokakarya adalah untuk meluncurkan Aplikasi Registrasi B3 Online
Terintegrasi INSW dan E-Pelaporan Impor B3 dan Portal PCB Free Indonesia.
Narasumber yang menyampaikan materi adalah Ibu Yun Insiani (Direktur
Pengelolaan B3 - KLHK), Bapak Fahri Umar (Deputi Bidang Pengembangan dan
Operasional Sistem), Bapak Mufti (Dirjen Bea dan Cukai - Kemenkeu), Ibu Cut
Nurjannah (KLHK) dan Ibu Bu Aisyah Syafei (KLHK)
Materi yang disampaikan dalam lokakarya adalah Kebijakan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun, Penerapan INSW dalam Peningkatan Percepatan Pelayanan
Ekspor/Impor, Pengawasan Impor B3 dalam Pelayanan Kepabeanan, E-Pelaporan
Impor B3, Pelayanan Informasi PCBs Free Indonesia
Peserta lokakarya yang diundang adalah pelaku industri, sektor terkait dan PPE
Sumatra, PPE Kalimantan, PPE Jawa, PPE Bali Nusa Tenggara, PPE Sulawesi dan
Maluku serta PPE Papua
92
Launching Portal PCBs Free Indonesia Tanggal 2 Juni 2017
Launching Portal PCBs Free Indonesia Tanggal 2 Juni 2017
d) Pelaksanaan Hibah GC – ECD
Dalam mendukung kegiatan penghapusan PCBs di Indonesia, UNIDO akan memberi hibah
peralatan GC-ECD kepada Badan Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (BTPAL-BPPT).
Berdasarkan pelaksanaan tahun 2017 pada bulan Agustus kegiatan ini sudah berada dalam
tahap sudah dilakukannya penutupan lelang untuk penerimaan proposal/penawaran di
Kantor Pusat UNIDO – Austria. Pada bulan September 2017 telah dilakukan evaluasi &
penilaian hasil lelang pengadaan GC-ECD namun belum ada yang keluar sebagai pemenang
lelang. Kemudian kembali dilakukan lelang untuk penerimaan proposal/penawaran dan
ditutup pada tanggal 29 November 2017 yang dilanjutkan dengan evaluasi & penilaian hasil
lelang pengadaan GC-ECD pada tanggal 17 Desember 2017.
2) Kegiatan Kerjasama KLHK dan BPPT dengan UNDP pada proyek Integrated Sound Management
of Mercury in Indonesia’s Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) or ISMIA
Sehubungan dengan komitmen Pemerintah untuk penghapusan penggunaan merkuri di lokasi
Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK), maka KLHK (cq. Direktorat Pengelolaan B3), BPPT dan
United Nations Development Program (UNDP) melaksanakan proyek Integrated Sound
Management of Mercury in Indonesia’s Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) or
ISMIA.Proyek ini bertujuan mengurangi emisi merkuri yang berasal dari kegiatan PESK melalui
pengenalan dan promosi teknologi tepat guna non merkuri dalam proses ekstrasi emas di PESK
dan mendukung komunitas PESK di Indonesia dalam mengurangi penggunaan merkuri.
Status dari proses persiapan pelaksanaan proyek saat ini adalah Dirjen PSLB3 telah
menyampaikan Surat Penyampaian Pengusulan Kegiatan Yang Dibiayai Dengan Hibah
Multilateral Fund kepada Sekretariat Jenderal KLHK dengan Nomor:
S.509/PSLB3/PB3/PLB.1/11/2017 tertanggal 30 November 2017.
93
Pada tahun 2017 kegiatan yang telah dilakukan diantaranya pertemuan, workshop dan
kunjungan lapangan ke Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara dan Pangkalan
Bun, Provinsi Kalimantan Tengah.
a) Launching and Inception Workshop on Integrated Sound Management of Mercury in
Indonesia’s ASGM
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2017 di Hotel Le Meridien Jakarta.
Tujuan lokakarya adalah untuk untuk mensosialisasikan program ISMIA kepada
seluruh stakeholder dan untuk menjaring pendapat serta masukan yang akan
bermanfaat dalam penyusunan rencana kerja 4 tahun ke depan.
Narasumber yang menyampaikan materi adalah E. Nixon Pakpahan (KLHK), Dadan
Nurjaman (BPPT), Totok (Kementerian ESDM) dan Perwakilan dari Kementerian
Kesehatan.
Materi yang disampaikan dalam lokakarya adalah Isu Merkuri dan Tindakan
Pemerintah, Konsep pengolahan emas berbasis non – merkuri, Formalisasi
pertambangan emas skala kecil di Indonesia dan Rencana Aksi Nasional penghapusan
merkuri di PESK dan Dampak dan upaya pengurangan dampak merkuri terhadap
kesehatan manusia.
Peserta lokakarya yang diundang adalah KLHK, BPPT, GEF Operational Focal Point,
United Nations Development Program, APRI, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, Blacksmith Institute, AGC, Dinas ESDM Banten, Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan, Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum dan HAM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian ESDM, Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, Kementerian Keuangan,
Kementerian Ristekdikti, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi & UKM,
Kementerian Sosial, LIPI, PT. Antam Tbk, RRI, Yayasan Tambuhak Shinta, PT. Indotan,
Tempo, ITECH, Suara Pembaharuan, Balifokus, ANTARA.
b) Kunjungan Lapangan dalam Rangka Proyek ISMIA yang dilaksanakan pada tanggal 2 – 5
Agustus 2017 di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
c) Kunjungan Lapangan dalam Rangka Kegiatan Integrated Sound Management of Mercury in
Indonesia’s Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) kerjasama KLHK, BPPT dan UNDP di
Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada tanggal 18 – 21 September 2017
94
Dokumentasi pelaksanaan kegiatan ISMIA:
3) Kegiatan Kerjasama antara KLHK dengan UNEP untuk Proyek Global Monitoring Plan – 2 di
Indonesia
KLHK bersama dengan UNEP melaksanakan evaluasi efektivitas Konvensi Stockholm dalam
Rencana Pemantauan Secara Global/ Global Monitoring Plan (GMP), yang memantau adanya POPs
di lingkungan dan pada manusia. Pelaksanaan project ini merupakan tindaklakunjut Final Result
Workshop Of The UNEP/GEF project on “Tools for New POP’s and Inception Workshop for UNEP/GEF
project on Implementation of the GMP in Asia”, yang dilaksanakan pada tanggal 25-29 Januari 2016
di Hanoi. Target monitoring chemical yaitu 23 POPs di setiap region pada Sampling udara
(kegiatan Passive Air Sampling dan Active Sampling) dan Human milk breast sampling (Air Susu
Ibu).
Pada tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan dengan output antara lain:
a) Pembahasan Pelaksanaan Sampling POPs di ASI pada proyek Global Monitoring Plan – 2 di
Indonesia
Launching ISMIA Project Gold UNDP Tanggal 5 Juni 2017
Launching ISMIA Project Gold UNDP Tanggal 5 Juni 2017
Pertemuan dengan dinas terkait di Pangkalan BUN Kunjungan ke lokasi pertambangan emas di Pangkalan Bun
95
Telah dilakukan pertemuan antara KLHK dengan perwakilan Direktorat Kesehatan
Lingkungan (Kementerian Kesehatan), perwakilan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes (Kementerian Kesehatan).
Pertemuan Konfirmasi Kemampuan Pihak Laboratorium Dalam Menganalisis Senyawa
POPs antara KLHK dengan Perwakilan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan
Laboratorium Lingkungan (P3KLL) – KLHK, Perwakilan BCRC – SEA, Perwakilan Balai
Pengkajian Bioteknologi– BPPT, Perwakilan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner
DKI Jakarta, Perwakilan PT. Syslab, Perwakilan PT. Angler Biochemlab, Perwakilan PT. SGS
Indonesia, Perwakilan PT. Saraswanti Indo Genetech, Perwakilan Laboratorium PT.
Sucofindo Cabang Surabaya, Perwakilan Laboratorium SentralOperasi PTSucofindo
Cabang Cibitung dan Perwakilan PTAnugrah Analisis Sempurna.
Dari hasil diskusi diketahui pihak laboratorium tersebut dapat menguji beberapa senyawa
diantara 23 POPs tersebut.
Pihak laboratorium telah mengirimkan surat secara resmi yang ditujukan kepada Direktur
Pengelolaan B3 - KLHK melalui email yang berisi jumlah parameter senyawa POPs yang
bisa dianalisis, metodologi analisi, peralatan yang digunakan, limit deteksi dan biaya
analisis sampel.
BCRC-SEA telah berkomunikasi dengan UNEP terkait kesanggupan Indonesia untuk
melakukan monitoring pengambilan dan pengujian sampel di Indonesia.
Dari hasil pertemuan bersama Kemenkes telah disusun matriks pelaksanaan (tentative)
sampling dan uji pops pada ASI.
Bapak Anton (BCRC-SEA) sudah menyampaikan dokumen protokol ke Kemenkes.
b) Koordinasi Pelaksanaan Sampling dan Uji Sampel POPs di Sampling Udara Pasif pada Proyek
Global Monitoring Plan – 2 di Indonesia
Telah dilakukan pertemuan antara KLHK dengan Ibu Dewi Ratnaningsih dari P3KLL untuk
membahas pelaksanaan sampling dan uji sampel POPs di sampling udara pasif.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan telah
memberikan izin untuk keikutsertaan ibu Dewi Ratnaningsih dalam pelaksanaan GMP-2
Sampling Udara Pasif.
Telah dilakukan survei lapangan pemantauan POPs pada udara ambient yang
dilaksanakanpada tanggal 17 November 2017 di Kantor Pusat Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan hasil survei lapangan diperoleh lokasi
penempatan alat sampling udara pasif berada di BMKG - Kemayoran, Jakarta Pusat
96
dengan jarak dari Kantor BMKG ke lokasi yaitu 50 meter dengan titik koordinat yaitu LS
6°9'21" BT 106°50'32".
Sebagai tindak lanjut dari survei lapangan pada tanggal 17 November 2017 telah dilakukan
Pemasangan Alat Sampling Udara Pasif untuk Pelaksanaan Kegiatan Global Monitoring
Plan-2 yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2017 di Kantor Pusat BMKG di lokasi
yang telah ditentukan sebelumnya. Total alat sampling udara pasif yang digantung adalah
8 sampel. Tindak Lanjut dari kegiatan adalah tim teknis KLHK akan melakukan
pengambilan sampel, membersihkan alat, dan mengganti PUF baru pada alat sampling
udara pasif secara rutin dalam waktu 3 bulan sekali.
Dokumentasi pelaksanaan Kegiatan Global Monitoring Plan-2:
Survei lapangan pemantauan POPs pada udara ambient di Kantor BMKG tanggal 17 November
2017
Survei lapangan pemantauan POPs pada udara ambient di Kantor BMKG tanggal 17 November
2017
Tim sedang memasang Alat sampling udara pasif dilokasi sampling
Alat sampling udara pasif
97
4) Kegiatan Pengambilan Sampel pada Alat Automatic Rain Water Sampler untuk Asia Pasific
Mercury Monitoring Network
KLHK c.q Direktorat Pengelolaan B3 melakukan pengambilan sampel pada alat Automatic Rain
Water Sampler (AR-WS) yang dilaksanakan pada dari bulan April 2017 sampai dengan bulan
Desember 2017 untuk kegiatan Asia Pasific Mercury Monitoring Network. Pengambilan sampel wet
pada alat automatic rain water sampler dan dilakukan setiap 1 (satu) minggu sekali.
Pada tanggal 03 April 2017 sampai dengan 05 Desember 2017, Tim KLHK telah melakukan
pengambilan sampel wet rutin seminggu sekali sesuai dengan arahan US-EPA pada alat Automatic
Rain Water Sampler untuk dilakukan uji analisa total merkuri. Total sampel yang akan dianalisa di
Laboratorium National Central University (NCU) Taiwan adalah 18 sampel.
Dokumentasi pelaksanaan Pengambilan Sampel pada Alat Automatic Rain Water Sampler :
Alat Automatic Rain Water Sampler Pengambilan sampel wet (air hujan) pada Alat Automatic Rain Water Sampler
5) Kegiatan Kerjasama antara KLHK dengan Artisanal Gold Council (AGC) pada proyek Sustainable
Development of theArtisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) in Indonesia (Pembangunan
Berkelanjutan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Artisanal Gold Council (AGC)
akan mengadakan Pembangunan Berkelanjutan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di
Indonesia. Kegiatan ini merupakan persiapan pembangunan berkelanjutan pada lokasi
pertambangan emas skala kecil di Indonesia di 4 lokasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menentuan 4
lokasi pilot projectfasilitas/teknologi pengolahan emas non merkuri pada pertambangan emas
skala kecil (PESK) dan aplikasi teknologi pengolahan emas non merkuri.
98
Pada tahun 2017 kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain:
a) Workshop “Developing A National Overview of the Artisanal and Small-scale Gold Mining Sector
for NAP Project in Asian Region pada tanggal 27 – 28 November 2017 dan Field Visit pada
tanggal 29 November 2017 ke Tobongon, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi
Sulawesi Utara.
b) Pertemuan antara Direktur Pengelolaan B3, Kepala Seksi Penghapusan B3, Staf Seksi
Penghapusan B3, Perwakilan Direktorat Pengendalian Dampak Lingkungan Kebijakan
Wilayah dan Sektor (PDLKWS), Perwakilan Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan
Limbah Non B3 dan Perwakilan dari Artisanal Gold Council (AGC).
Dokumentasi pelaksanaan Sustainable Development of the Artisanal and Small-scale Gold Mining
(ASGM) in Indonesia:
Diskusi Program Pembangunan Berkelanjutan Pengelolaan Emas Skala Kecil (PB - PESK)
Paparan Fungsi, spesifikasi dan cara kerja Peralatan Pengolahan Emas Bebas Merkuri dan sianida oleh Sixto Aguero, AGC Mining Expert
7. Capaian Sasaran Unit Kegiatan Ketujuh (menyediakan rekomendasi teknologi
pemusnahan B3)
a. Analisis dan Evaluasi
Aspek teknologi merupakan salah satu faktor kunci yang memiliki potensi untuk
mengatasi masalah-masalah lingkungan, terutama penggunaan merkuri, yang sering
ditemukan di PESK. Hal ini dikarenakan banyaknya para penambang yang tidak
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan teknis dalam mengolah
emas. Akibatnya mereka tetap menggunakan teknik amalgamasi dan beranggapan
bahwa amalgamasi merupakan metode yang paling efisien dalam mengekstrak emas.
Meskipun ada teknik-teknik lain, yang lebih efektif dan memberikan hasil recovery emas
99
yang jauh lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan transfer teknologi pengolahan emas
bebas merkuri kepada para penambang.
Dengan mempertimbangkan aspek tersebut, maka KLHK (Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan) bekerjasama dengan kementerian dan lembaga-lembaga
terkait, termasuk BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dalam
melaksanakan pengolahan emas bebas merkuri. Dari hasil kajian BPPT berdasarkan
kesesuaian karakteristik batuan mineral mengandung emas di sekitar lokasi
penambangan maka diberikan rekomendasi menggunakan proses sianidasi dalam
melakukan pengolahan emas bebas merkuri.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di atas, KLHK telah membangun sarana pengolahan
emas bebas merkuri untuk PESK di Kabupaten Lebak. Pembangunan sarana ini
merupakan upaya pemerintah dalam penghapusan penggunan merkuri dan untuk
mengurangi dampak penggunaan merkuri di lingkungan yang pada akhirnya
meningkatkan kualitas lingkngan hidup sehat bagi masyrakat.
b. Uraian
1) Proses Pengolahan Emas Non Merkuri Dengan Teknologi Sianidasi
Proses pengolahan emas non merkuri yang dipilih untuk digunakan di Kabupaten
Lebak adalah proses sianidasi dengan kapasitas bahan baku 1,5 ton per batch.
Sianidasi bijih emas merupakan proses pelarutan emas dari bijihnya menggunakan
bahan kimia yang mengandung sianida seperti NaCN dan KCN.
Tahapan proses pengolahan emas dengan metode sianidasi:
a) Proses pengecilan ukuran
Proses pengecilan ukuran dilakukan dengan peralatan, diantaranya:
- Jaw Crusher : hasil keluaran ukuran 1 cm – 10 mm
- Roller Crusher : hasil keluaran ukuran 1 mm
- Ball Mill : hasil keluaran ukuran 75 mikron atau 200 mesh (seukuran
tepung)
b) Proses reaksi sianida
Dari hasil proses pengecilan ukuran, dimasukkan ke dalam tanki reaktor
leaching, dengan ditambahkan air, kapur, natrium sianida dan oksigen.
Reaksi Sianida :
4Au + 8CN- + O2 + 2H2O 4Au(CN)2- + 4OH-
100
Waktu proses reaksi yang dibutuhkan adalah sekitar 48 jam.
Catatan : Pada proses sianida, pastikan pH slurry pada level 10,5 – 11 untuk
mencegah terbentuknya gas HCN yang sangat berbahaya.
c) Proses awal pengambilan emas
Setelah 48 jam, ditambahkan karbon aktif, dan lakukan pengadukan selama
24 jam. Dan dilakukan proses penyaringan (pemisahan) antara Karbon Aktif
dan Tailing (limbah).
d) Proses pemisahan emas dari pengotor lain.
- Dilakukan proses grinding karbon aktif (proses pengecilan ukuran bahan
dari bentuk kasar (granular), menjadi ukuran yang lebih halus.
- Dilakukan wet magnetik separator menggunakan magnet untuk
memisahkan mineral – mineral yang memiliki sifat kemagnetan.
e) Proses akhir pengambilan emas tanpa pengotor
- Proses akhir pengambilan emas dilakukan dengan penambahan boraks
dan membutuhkan temperatur 1100oC. Penambahan boraks bertujuan
untuk meningkatkan slag (pengotor) agar encer sehingga mudah untuk
dilakukan pemisahan serta untuk menurunkan temperatur dari cake
(bahan yang dibakar).
- Hasil pemisahan dengan boraks akan didapat berupa bullion yang
mengandung emas, perak dan tembaga.
f) Proses penghancuran sianida
- Tailing (limbah) dari hasil pemisahan tahap 3 dilakukan proses
penghancuran sianida dengan penambahan sodium meta bi suphate
(SMBS) dan copper sulphate (CuSO4).
- Prinsip pengolahan limbah sianida adalah merubah ion CN- (20 ppm)
menjadi Cyanate (OCN-), dengan baku mutu<0,5 ppm.
- Tailing yang telah dihilangkan konsentrasi sianida, dimasukkan ke dalam
proses penampung untuk dilakukan proses sedimentasi (pengendapan)
secara gravitasi sehingga cairan dan padatan dapat terpisah.
- Pengolahan emas perlu ditambahkan sistem penghancuran
sianida/destruksi tailing agar aman dikepas ke lingkungan.
101
2) Kelebihan Penggunaan Sianida pada Pengolahan Emas
Pengolahan emas menggunakan sianida sudah banyak diterapkan di Industri
Pertambangan Emas. Penggunaan sianida dalam pengolahan emas memiliki
keuntungan, antara lain:
a) Menangkap emas lebih dari 80%, dibandingkan dengan merkuri yang hanya
40%.
b) Biaya pengolahan emas yang relatif lebih murah.
c) Prosesnya pengerjaannya tidak sulit.
Perbandingan menggunakan merkuri dan sianida dari sisi lingkungan dan
kesehatan masyarakat :
Tabel. 3.31. Perbandingan Penggunaan Merkuri dan Sianida
Penggunaan Merkuri Penggunaan Sianida
1. Merkuri dapat menangkap emas
hingga 40% di dalam batuan biji
1. Sianida menangkap emas hingga 80%
di dalam batuan biji
2. Merkuri secara natural di alam tidak
dapat terdegradasi sehingga
bersifat persisten
2. Sianida secara natural di alam dapat
terdegradasi, terutama karena
terkena sinar UV dari matahari, dan
menjadi lebih tidak beracun dan
terutama membentuk
karbondioksida dan nitrat yang tidak
beracun.
3. Merkuri bersifat akumulasi dalam
manusia, hewan maupun tanaman.
3. Sianida tidak bersifat akumulasi
dalam manusia, hewan maupun
tanaman.
4. Merkuri bersifat toxic (beracun)
sehingga dapat membahayakan
manusia dan lingkungan
4. Sianida bersifat toxic (beracun),
tetapi jika sesuai dengan SOP yang
benar, dampak racun dari sianida
dapat dihilangkan
5. Merkuri yang tersisa dan ikut
terbuang dalam tailing tidak dapat
dihancurkan sehingga dapat
membahayakan manusia dan
lingkungan
5. Sianida yang tersisa dan ikut
terbuang dalam tailing dapat
dihancurkan untuk meminimalkan
dampak lingkungan
102
Gambar 3.26. Diagram Alir Proses Pengolahan Emas dengan Teknologi Sianidasi
8. Capaian Output Kegiatan Tatausaha (Dukungan Manajemen Direktorat Pengelolaan B3)
8.1. Layanan Internal
Capaian kinerja output dalam upaya Dukungan Manajemen Direktorat Pengelolaan B3 adalah
100%, Target kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan penetapan output tahun 2017 yaitu
terselenggarakannya layanan manajemen Direktorat Pengelolaan B3. Adapun pemenuhan
dukungan manajemen Direktorat Pengelolaan B3 yaitu berupa penyediaan keperluan
perkantoran; penyediaan alat tulis kantor; koneksi internet; jamuan rapat; dan pengelolaan
pegawai Direktorat Pengelolaan B3.
Analisis Pencapaian Indikator Kinerja XIV :
Tingkat capaian output adalah sangat baik karena kinerja pencapaian kegiatan mencapai 100%
dari 100% yang ditargetkan.
Rencana penyerapan anggaran dari kegiatan yang ditetapkan adalah sebesar Rp.
1.018.600.000,- dan realisasi penyerapan anggaran tahun 2017 adalah sebesar Rp.
1.018.068.200,- atau sebesar 99,9%.
8.2. Layanan Perkantoran
Capaian kinerja output dalam upaya Dukungan Operasional dan Pemeliharaan Kantor
Direktorat Pengelolaan B3 adalah 100%, Target kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan
penetapan output tahun 2017 yaitu terselenggarakannya layanan operasional dan
pemeliharaan kantor Direktorat Pengelolaan B3. Adapun pemenuhan layanan yaitu berupa
pembiayaan kinerja Satuan Kerja Direktorat Pengelolaan B3, pemeliharaan peralatan dan
Mesin Kantor, dan operasional kendaraan dinas.
103
Analisis Pencapaian Indikator Kinerja XIV :
Tingkat capaian output adalah sangat baik karena kinerja pencapaian kegiatan mencapai 100%
dari 100% yang ditargetkan.
Rencana penyerapan anggaran dari kegiatan yang ditetapkan adalah sebesar Rp.
296.900.000,- dan realisasi penyerapan anggaran tahun 2017 adalah sebesar Rp. 292.495.850,-
atau sebesar 98,5%.
A. Realisasi Anggaran
Tabel 3.32. Realisasi Anggaran Berdasarkan Struktur RKA/KL Tahun 2017
KEGIATAN PAGU REALISASI SISA %
5452 Pengelolaan B3 7.815.020.000 7.737.906.810 77.113.190 99,0%
5452.001 Penghapusan penggunaan merkuri untuk pengolahan emas skala kecil (zero merkuri) 5.150.000.000 5.125.179.810 24.820.190 99,5%
051 Supervisi dan perencanaan operasional kegiatan 1.940.878.000 1.935.457.260 5.420.740 99,7%
A Advokasi Pengadaan Alat Kepada Pemda 393.580.000 391.936.100 1.643.900 99,6%
B RUU Pengesahan Konvensi Minamata 1.453.878.000 1.451.231.160 2.646.840 99,8%
C Rancangan Kepres Rencana Penerapan Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri 59.520.000 58.620.000 900.000 98,5%
D Penyusunan Kriteria Penyimpanan Merkuri dan Limbah Merkuri 33.900.000 33.670.000 230.000 99,3%
052 Pelaksanaan pembangunan sarana pengolahan emas non merkuri 2.191.733.000 2.180.716.900 11.016.100 99,5%
A Fasilitas Penyiapan Lahan 153.320.000 151.893.800 1.426.200 99,1%
B Pemasangan dan Pengujian Alat di Lokasi PESK 1.803.616.000 1.797.388.900 6.227.100 99,7%
C Fasilitas dan Pendampingan Proses Duplikasi Alat 234.797.000 231.434.200 3.362.800 98,6%
053 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana pengolahan emas non merkuri 1.017.389.000 1.009.005.650 8.383.350 99,2%
A Penyusunan Kajian Teknologi Alternatif dan Bahan Alternatif Pengganti Merkuri 190.815.000 189.131.800 1.683.200 99,1%
B Sosialisasi Penggunaan Teknologi Alternatif Pengolahan Emas Non Merkuri 109.050.000 108.570.000 480.000 99,6%
C Pelaksanaan Kerjasama Internasional Pengelolaan B3 179.044.000 178.997.000 47.000 100,0%
D Pembatasan B3 111.700.000 110.777.650 922.350 99,2%
E Penghapusan B3 104.800.000 101.517.800 3.282.200 96,9%
F Pengelolaan B3 321.980.000 320.011.400 1.968.600 99,4%
5452.002 Peningkatan jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 1.349.520.000 1.302.162.950 47.357.050 96,5%
001 Penyediaan data registrasi, notifikasi dan rekomendasi pengangkutan 302.550.000 294.573.350 7.976.650 97,4%
051 Penyediaan data registrasi, notifikasi dan rekomendasi pengangkutan B3 207.450.000 201.465.350 5.984.650 97,1%
A Pelaksanaan Registrasi, Notifikasi dan Rekomendasi Pengangkutan B3 110.300.000 106.955.100 3.344.900 97,0%
B Penelaahan dan Verifikasi Permohonan Rekomendasi Pengangkutan B3 97.150.000 94.510.250 2.639.750 97,3%
052 Penyusunan kategorisasi B3 teregister 95.100.000 93.108.000 1.992.000 97,9%
KEGIATAN PAGU REALISASI SISA %
002 Peningkatan jumlah dan jenis B3 yang di pantau peredaran dan/atau pemanfaatannya 427.320.000 421.438.900 5.881.100 98,6%
051 Pelaksanaan pemantauan peredaran dan/atau pemanfaatan B3 sektor PEM dan MJKP 213.900.000 212.395.300 1.504.700 99,3%
A Pelaksanaan Pemantauan Peredaran dan pemanfaatan (Penggunaan) B3 di sektor PEM di 6 Prov 106.950.000 106.445.100 504.900 99,5%
B Pelaksanaan Pemantauan Peredaran dan Pemanfaatan (Penggunaan) B3 di sektor MJKP di 6 Prov 106.950.000 105.950.200 999.800 99,1%
052 Pelaksanaan evaluasi dan analisis data jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya 60.650.000 60.183.600 466.400 99,2%
053 Penyusunan profil peredaran dan penggunaan B3 sektor MJKP dan PEM 42.800.000 42.266.000 534.000 98,8%
054 Penyusunan data inventory per jenis B3 sektor MJKP dan PEM 57.120.000 55.410.000 1.710.000 97,0%
055 Koordinasi pemantauan dan peredaran B3 52.850.000 51.184.000 1.666.000 96,8%
003 Penyediaan sistem data informasi tata kelola B3 nasional yang aplikatif 279.250.000 247.115.000 32.135.000 88,5%
051 Pengembangan aplikasi Sistem Informasi B3 Nasional 129.850.000 127.565.000 2.285.000 98,2%
052 Penyediaan bahan update/pemutakhiran materi tayang (CMS), substansi, data, informasi dalam Portal Sistem Informasi B3
40.300.000 36.950.000 3.350.000 91,7%
053 Pengembangan kelembagaan Pengelola Sistem Informasi Tata kelola B3 Nasional 81.600.000 55.100.000 26.500.000 67,5%
054 Pengembangan sarana dan prasarana pendukung Informasi Teknologi (IT) dalam penyediaan sistem data informasi tata kelola B3 nasional
27.500.000 27.500.000 - 100,0%
004 Penyediaan rancangan peraturan perundangan dan rencana aksi nasional pengelolaan B3 340.400.000 339.035.700 1.364.300 99,6%
051 Penyusunan peraturan tentang pengelolaan B3 179.500.000 178.245.700 1.254.300 99,3%
A Penyusunan Peraturan Menteri LHK tentang Penyimpanan B3 122.450.000 121.415.700 1.034.300 99,2%
B Penyusunan Peraturan Menteri LHK tentang Pengangkutan B3 57.050.000 56.830.000 220.000 99,6%
052 Penyusunan rancangan rencana aksi nasional dan peta jalan pengelolaan B3 sesuai konvensi internasional B3 36.100.000 36.030.000 70.000 99,8%
053 Penyusunan rancangan kelembagaan dan kendali kewenangan pengelolaan B3 nasional dan daerah 63.600.000 63.590.000 10.000 100,0%
054 Koordinasi dan kerjasama dalam pengembangan rencana aksi nasional pengelolaan B3 61.200.000 61.170.000 30.000 100,0%
5452.951 Layanan Internal (Overhead) 1.018.600.000 1.018.068.200 531.800 99,9%
051 Peralatan dan fasilitas perkantoran (ATK) 391.455.000 390.948.200 506.800 99,9%
055 Dukungan internal lainnya 605.545.000 605.520.000 25.000 100,0%
5452.994 Layanan Perkantoran 296.900.000 292.495.850 4.404.150 98,5%
002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor 296.900.000 292.495.850 4.404.150 98,5%
106
Capaian serapan anggaran Direktorat Pengelolaan B3 yaitu sebesar Rp.7.737.906.810,-dari pagu
anggaran TA 2017 sebesar Rp. 7.815.020.000,- atau sebesar 99,0%. Beberapa hal yang dapat
diidentifikasi sebagai pendukung realisasi anggaran dalam rangka mencapai target kinerja
adalah:
a) Adanya kebijakan lingkup Dirjen PSLB3 untuk melakukan pemotongan anggaran dan
upaya-upaya efesiensi anggaran yang telah ditetapkan antara lain: pengalihan pagu
anggaran sebagai upaya pencapaian target prioritas lingkup Dirjen PSLB3, dan relokasi
anggaran yang dipandang kurang relevan dengan upaya pencapaian target. Hal
tersebut mengakibatkan berubahnya pagu anggaran Direktorat Pengelolaan B3 yang
semula sebesar Rp. 12.515.020.000,- menjadi sebesar Rp. 7.815.020.000,- atau
berkurang sebesar Rp. 4.700.000.000,-;
b) Adanya penambahan pelaksanaan kegiatan utama selain kegiatan prioritas nasional
dalam rangka pencapaian kinerja secara nasional yaitu penyusunan UU Ratifikasi
Konvensi Minamata, sehingga berdampak pada penyerapan anggaran Direktorat
Pengelolaan B3 melalui revisi dan relokasi sub output kegiatan;
c) Efektivitas pengelolaan anggaran melalui satker mandiri sehingga dapat
mengoptimalkan ketersediaan anggaran untuk pencapaian output kegiatan, dukungan
sistem dan mekanisme anggaran yang responsifsehingga target penyerapan anggaran
dan capaian kinerja kegiatan Direktorat Pengelolaan B3 dapat dioptimalkan sesuai
kebutuhan unit kerja.
Kendala dan Tantangan
Adanya perubahan sistem penganggaran mengarah pada Performance-Based Budgeting
dengan berbasis pada target output, adapun penganggaran kinerja berdasarkan kegiatan
Prioritas Nasional (PN) yang setiap tahunnya mengalami perubahan target sesuai kesepakatan
trilateral meeting (KLHK, Bapenas, dan Kemenkeu), selain penganggaran kinerja berdasarkan
pelaksanaan TUSI rutin unit kerja yang bersangkutan (kegiatan Non Prioritas Nasional).
107
Gambar3.27. Program Prioritas Nasional Pengelolaan B3
Sebagai penjabaran Program Prioritas Nasional, maka diperlukan penyesuaian terhadap
Sasaran Strategis yang akan dicapai yaitu meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3 melalui pengelolaan 3 juta ton B3
selama tahun 2015-2019.
Gambar3.28. Sasaran Strategis Pengelolaan B3 Tahun 2015-2019
PROGRAM PRIORITAS
Preventif Dan Promotif (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
KEGIATAN PRIORITAS
Lingkungan Sehat
PROYEK PRIORITAS
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Sehat
PROYEK KLHK (DIREKTORAT PENGELOLAAN B3)
Penghapusan Penggunaan Merkuri
Meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3, limbah B3 dan sampah
PENGELOLAAN B3
Jumlah B3 yang dikelola sebesar 3 juta ton dalam 5 tahun
APBN TA 2017 Jumlah Kegiatan : 5 kegiatan
108
Adapun pembagian pagu anggaran kegiatan yang tersedia dan target capaian output kegiatan
untuk pelaksanaan kegiatan PN dan Non PN pada Direktorat Pengelolaan B3 TA 2017,
sebagaimana disajikan pada tableberikut:
Tabel 3.33.Pembagian Pagu Anggaran Prioritas Nasional dan Non Prioritas Nasional TA 2017
Akun Kegiatan Pagu
Program/Kegiatan
Prioritas Nasional
Non PN
5452 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
7.815.020.000 5.150.000.000 2.665.020.000
Tabel 3.34.Target Capaian Output Prioritas Nasional dan Non Prioritas Nasional Kegiatan Tahun
2017
SASARAN KINERJA KEGIATAN(OUTPUT)
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN(IKK)
TARGET KINERJA PAGU ANGGARAN
Prioritas Nasional
SK. 1 Penghapusan penggunaan merkuri di lokasi PESK (zero merkuri)
IKK 1. Terbangunnya peralatan (sarana) pengolahan emas non merkuri di 3 lokasi PESK
Zero merkuri 5.150.000.000
Non Prioritas Nasional
SK. 2 Peningkatan jumlah B3 yang terdata dalam Sistem Informasi Nasional Mengenai B3
IKK.1 Tersedianya data registrasi sebanyak 1500 izin, notifikasi sebanyak 20 izin dan rekomendasi pengangkutan sebanyak 75 izin di dalam sistem informasi nasional
data registrasi B3 sebanyak 1500; notifikasi B3 20 dan rekomendasi pengangkutan 75
302.550.000
IKK. 2 Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, kep. Riau
1,8 juta ton dari 50 jenis B3 terkelola
427.320.000
IKK. 3 Tersedianya sistem data informasi tata kelola B3 nasional yang aplikatif
1 sistem informasi tata kelola B3;
279.250.000
IKK. 4 Tersedianya Rancangan peraturan perundangan dan rencana aksi nasional pengelolaan B3
2 rancangan peraturan pengelolaan B3 dan 2 rancangan rencana aksi nasional
340.400.000
109
SASARAN KINERJA KEGIATAN(OUTPUT)
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN(IKK)
TARGET KINERJA PAGU ANGGARAN
Dukungan Manajemen
SK. 3 Layanan Internal
IKK. 1 Tersedianya layanan keperluan perkantoran
1 layanan keperluan perkantoran
1.018.600.000
SK. 4 Layanan Perkantoran
IKK. 1 Tersedianya layanan operasional dan pemeliharaan kantor
layanan operasional untuk 12 bulan
296.900.000
Dengan adanya perubahan Sasaran Kinerja Kegiatan (Output) dan Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK)dan penganggaran seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, maka terdapat kendala
dalam mengaplikasikan capaian kegiatan dan anggaran yang akan dilaporkan mengikuti
struktur output dan anggaran berdasarkan IKK dalam renstra Direktorat Pengelolaan B3 TA
2017. Kendala pengisian capaian kegiatan dan anggaran dikarenakan dengan adanya kegiatan
Prioritas Nasional yang merupakan output tambahan dengan target capaian yang setiap tahun
berubah, tidak termasuk dalam target capaian komponen dalam Renstra Direktorat
Pengelolaan B3, sedangkan porsi anggaran untuk kegiatan PN tersebut cukup besar yaitu
mencakup 65,9% dari total anggaran TA 2017. Namun demikian, kegiatan PN tersebut masih
tetap terkorelasi dan memberikan kontribusi dalam target capaian sasaran strategis utama
pengelolaan B3 2015-2019 yaitu terkelolanya B3 sebesar 3 juta ton.
Mengacu padaTabel 3.30. Realisasi Anggaran Berdasarkan Struktur RKA/KL Tahun 2017, maka
tabel berikut merupakan hasil penyesuain pengisian capaianpenyerapananggaran berdasarkan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Dalam Renstra Tahun Direktorat Pengelolaan B3 Tahun
Anggaran 2017.
Tabel 3.35.CapaianKegiatan dan Anggaran Berdasarkan Indikator Kinerja Kegiatan Dalam Renstra Tahun 2017
Indikator Sasaran Kegiatan (K)
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Target Anggaran Tahun 2017
Pagu Realisasi %
Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100% (S1.P11.K2.1)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui teregistrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.a)
100% 3.661.492.000 3.619.232.910 98,8%
Persentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.b)
100% 302.550.000 294.573.350 97,4%
110
Indikator Sasaran Kegiatan (K)
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Target Anggaran Tahun 2017
Pagu Realisasi %
Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi sebesar 100% (S1.P11.K2.2)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun (S1.P11.K2.2.IKK.a)
60% 427.320.000 421.438.900 98,6%
Jumlah jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.b)
2 Jenis B3
111.700.000 110.777.650 99,2%
Jumlah jenis B3 yang dihapuskan sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.c)
2 Jenis B3
3.311.958.000 3.291.884.000
99,4%
Total Anggaran 7.815.020.000 7.737.906.81
0 99,0%
111
BAB IV KESIMPULAN DAN AGENDA KEDEPAN
A. Kesimpulan
Implementasi capaian kinerja Direktorat Pengelolaan B3 tahun 2017 melingkupi:
a. Harmonisasi dan pengembangan kebijakan dan peraturan dibidang pengelolaan B3 telah
dihasilkan 2 (dua) dokumen kebijakan yakni 1 dokumen draft RPP B3, 1 draf Konsep NIP
Pengurangan dan Penghapusan Merkuri dan 8 (delapan) draft Pedoman Teknis
Pembatasan B3, draft Penanganan B3 dalam Produk, draft Rekomendasi B3 Dibatasi, dan
draft Rekomendasi Alternatif B3 yang akan dibatasi, Pedoman Teknis Penghapusan B3,
penyusunan Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan, Pedoman Penetapan Kategorisasi
B3 serta pedoman inventarisasi penggunaan B3 sektor manufaktur;
b. Dalam upaya pengendalian B3, Direktorat Pengelolaan B3 telah menerima surat
permohonan registrasi B3 tahun 2017 diketahui sebanyak 1797 pemohon, dimana
registrasi baru berjumlah 863 pemohon dan registrasi perpanjangan berjumlah 861
pemohon, dan penolakan berjumlah 25 perusahaan. Jumlah proses notifikasi untuk jenis
B3 terbatas yang dilakukan tahun 2017 sebanyak 56 surat persetujuan (explicit consent),
42 surat penolakan impor (not allowed) dan 15 surat masih dalam proses
c. Dalam upaya pencapaian target jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau
pemanfaatannya pada tahun 2017 yaitu sebesar 1.800.000,- ton dari total target 3 juta
ton selama 5 tahun hingga tahun 2019. Tahun 2017 telah dilakukan pemantauan B3
terhadap 48 perusahaan yang bergerak pada berbagai sektor industri, antara lain: Sektor
Manufaktur (Importir Produsen), Jasa (Importir Distributor), hasil kegiatan inventarisasi
tersebut diperoleh data impor, peredaran dan penggunaan B3 sebanyak 510.098,10 ton.
Berdasarkan evaluasi terhadap terhadap 48 industri sektor MJKP yang diinventarisasi
dan dipantau pada tahun 2017 diperoleh data B3 yang terkelola sebanyak 510.098,10 ton
B3, dengan total B3 yang digunakan dan diimpor sebanyak 229 jenis bahan kimia (B3).
Dari jumlah jenis bahan kimia tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok
bahan kimia, yaitu : sebanyak 90 jenis B3 tunggal (single substance) termasuk dalam
klasifikasi B3 yang dapat digunakan sesuai Lampiran I PP/74 Tahun 2001, sedangkan 119
Jenis B3 tunggal (single substace) yang tidak diatur dalam peraturan pengelolaan B3
atau diluar Lampiran PP 74/ 2001, dan Diperoleh pula B3 dengan senyawa campuran
112
(mix substance) sebanyak 20 nama dagang, seluruh bahan kimia (B3) tersebut masuk ke
Indonesia melalui sistem registrasi B3.
Selain itu juga dilakukan inventarisasi terhadap 18 (delapan belas) perusahaan sektor
Pertambangan, Energi dan Migas (PEM) dan dilaporkan terdapat sekitar 705.494 ton
akumulasi B3 yang dimanfaatkan baik sebagai bahan baku utama, bahan penolong
dalam proses produksi maupun yang digunakan pada fasilitas pendukung (utilitas) dan
Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jenis B3 yang paling banyak digunakan di
sector PEM antara lain: NaOH (Sodium Hydoxide/Caustic Soda/Natrium Hidroksida), Poly
Alumunium Chloride, HCl (Asam Klorida/Hydrogen Chloride/Hydrochloric Acid), Chlorine,
Asam Sulphate, dan Ammonia, Hydrochloric Acid, Hydrazine, Sodium metabisulphite,
Sodium Hydroxide, Sodium cyanide, Chlorine, Hydrogen Peroxide,
Didecyldimethylammonium chloride dan Calcium hypochlorite.
d. Pertemuan Reguler MITRA SIB3POP berdasarkan penetapan Kep. Dirjen PSLB3 Nomor:
SK-5/PSLB3/PB3/PLB.1/3/2017 Tentang Tim Pengelola Sistem Informasi Tata Kelola
Bahan Berbahaya dan Beracun dan Pencemar Organik Yang Persisten (SIB3POP)
dengan keanggotaan sebanyak 24 orang dari keterwakilan: KLHK, BPPT, Kementerian
Perindustrian, BPOM, BPS, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian ESDM dengan
tujuan untuk pemutahiran dan pertukaran data serta informasi materi SIB3POP,
penyediaan fungsi sekretariat dalam operasional sistem informasi, penyediaan prosedur
baku terkait operasional SIB3POP, dan evaluasi pelaksanaan SIB3POP kedepan;
e. 2 bahan kimia yang direkomendasikan untuk dibatasi peredaran dan penggunaannya
pada tahun 2017 adalah parakuat diklorida dan ‘Short Chlorinated paraffin (SCCP) .
Terdapat 18 B3 alternatif pengganti yang diusulkan untuk SCCP dan 10 B3 alternatif
pengganti yang diusulkan untuk parakuat diklorida. Draft Peraturan Menteri Pedoman
Teknis Pembatasan B3 dan Draft Surat Keputusan Menteri rekomendasi B3 yang dibatasi
peredaran dan penggunaannya telah disusun untuk memperkuat payung hukum
pembatasan B3.
f. Upaya penanganan B3 untuk kegiatan penghapusan B3 telah dilakukan beberapa output
seperti:a) Penyusunan Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan yaitu HCBD dan
DecaBDE, b) Penyusunan Draft Peraturan Dirjen PSLB3 tentang Pedoman Teknis
Penghapusan B3, c) Pembangunan Peralatan (sarana) Pengolahan Emas Non Merkuri di
Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Lebak, d) Penyiapan Pembangunan
Fasilitas Pengelolaan PCBs, e) Pemutakhiran B3 Dilarang Penggunaannya Jenis HCBD dan
DecaBDE, f) Penyusunan Kajian Ekonomi Eksternalitas Pertambangan Emas Skala Kecil di
113
Pulau Buru. Untuk mendukung informasi penentuan Rekomendasi 2 Bahan Kimia
Dihapuskan yaitu HCBD dan DecaBDE juga dilakukan Konsultasi dan Koordinasi
Penghapusan Dengan Kementerian/Lembaga Terkait. Selain itu juga dilakukan kerjasama
antara KLHK dengan pihak luar negeri diantaranya dengan a) UNIDO yaitu telah
dilakukan i) Penyusunan Kajan Regulasi Penyusunan Kebijakan Penghapusan PCBs di
Indonesia, ii) Penyusunan Kajian Instrumen Ekonomi dan Mekanisme Insentif dalam
Penghapusan PCBs di Indonesia, iii) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kesadartahuan
(Raising Awarenes), iv) Pelaksanaan Hibah GC – ECD, kemudian b) kegiatan Kerjasama
KLHK dan BPPT dengan UNDP pada proyek Integrated Sound Management of Mercury in
Indonesia’s Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) or ISMIA, c) Pelaksanaan
Kegiatan Kerjasama Antara KLHK dengan UNEP untuk Proyek Global Monitoring Plan – 2
di Indonesia, d) Kegiatan Pengambilan Sampel pada Alat Automatic Rain Water Sampler
dan e) Kegiatan Kerjasama KLHK dengan Artisanal Gould Council (AGC) pada proyek
Sustainable Development of theArtisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) in Indonesia
(Pembangunan Berkelanjutan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia).
g. Dalam upaya penerapan konvensi dan peningkatan kapasitas para pemangku
kepentingan dan masyarakat dalam pengelolaan B3, telah dilakukan serangkaian
kegiatan berupa: penyusunan dan penyempurnaan draft RPP Pengelolaan B3 melalui
peer review baik internal maupun secara eksternal dengan sektor terkait, workshop,
diskusi, pelatihan, kajian dan bimbingan teknis pengelolaan B3. Dalam hal kerjasama
internasional dan peran aktif dalam konvensi dan negosiasi di tingkat global pengelolaan
B3, telah diikuti beberapa kegiatan seperti, implementasi Konvensi Stockholm meliputi:
Pertemuan Persiapan dan pelaksanaan The Twelfth Meeting of Persistent Organic
Pollutants Review Committee (POPRC-12), penerapan konvensi Minamata meliputi:
Inventarisasi Penambangan dan Pengolahan Batu Cinnabar Menjadi Merkuri,
Penyusunan National Implementation Plan (NIP) Penghapusan dan Pengurangan Merkuri
di Indonesia, Pertemuan teknis lintas program dan sector untuk RAN, Asia-Pacific Mercury
Monitoring Network (APMMN) Workshop 2016, dan kerjasama bilateral lainnya terkait
dengan pengelolaan B3 seperti kerjasama antara KLHK dengan United Nations Institute
for Training and Research (UNITAR), serta Basel Convention Regional Center – South East
Asia (BCRC-SEA) terkait “Alih Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri” Juga dengan
KEMI Swedia dalam menyelenggarakan “Workshop on Enforcement System” yang
kepesertaannya dihadiri oleh perwakilan dari KLHK, Kementerian
Perindustrian,Kementerian Ketenagakerjaan, dan BPOM.
114
h. Pengembangan aplikasi registrasi B3 online terintegrasi INSW (berbasis xml web service)
sudah diujicobakan secara internal melibatkan PTSP dan INSW, dalam mendukung
penerapan Single Submission (INSW Gen-2 kedepan) khususnya dalam penyampaian
dokumen secara tunggal untuk penyelesaian admistrasi perijinan, kepabeanan dan
pergerakan barang serta Single Risk Management (SRM) yang terintegrasi dengan
fungsi layanan INSW: pelayanan informasi, pelayanan transaksi dan pelayanan pelaporan.
Selain itu juga penyediaan aplikasi pelaporan impor B3 secara elektronik yang sudah
disosialisasikan dan diujicobakan kepada sekitar 85 perusahaan importir teregister
(importir produsen, importir distributor dan importir produsen dan distributor).
B. Agenda Kedepan
Sebagai rencana tindak lanjut kegiatan pengelolaan B3 pada tahun 2017, beberapa saran
agenda kedepan (saran prioritas rencana pelaksanaan tahun 2018) adalah:
1) Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektoral (Kementerian/Lembaga) seperti
Kementerian Perindustrian, Kemenko (INSW), Bea Cukai (KemenKeu), BUMN,
Kesehatan, ESDM, SKK Migas, Pemda, dan berbagai Asosiasi Industri dan unsur
masyarakat dalam kegiatan pengendalian, inventarisasi dan penanganan pengelolaan
B3 agar mencapai hasil yang efektif, berkesinambungan dan tepat sasaran;
2) Melanjutkan harmonisasi peraturan dan perundangan yang berlaku sesuai dengan
dinamika pengelolaan B3 ditingkat nasional maupun global seperti hal revisi PP 74
Tahun 2001;
3) Optimalisasi pelayanan registrasi B3 dan rekomendasi pengangkutan B3 melalui
penerapan aplikasi otomatisasi pelayanan elektronik terintegrasi INSW, khususnya
dalam rangka mendukung inisiasi implementasi INSW Gen-2;
4) Melanjutkan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) melalui
sosialisasi dan training mengenai pengelolaan B3 yang lebih intensif, fokus dan terarah;
5) Perlu menyelenggarakan sosialisasi mengenai kebijakan pengelolaan B3 kepada
perusahaan dan pemerintah daerah, kegiatan tersebut diperlukan untuk memberikan
pemahaman tentang Penggunaa B3, bahaya B3 kepada petugas yang melakukan
penanganan B3 secara langsung di gudang penyimpanan B3, termasuk penggunaaan
APDnya, serta penyampaian pelaporan realisasi impor B3 secara elektronik;
115
6) Tindak lanjut dan implementasi hasil-hasil kajian terkait penyediaan data dan informasi
maupun penyediaan teknologi, alternatif, methodologi/fasilitas untuk pembatasan dan
penghapusan B3 di Indonesia.
7) Peningkatan kapasitas SDM IT, infrastruktur, prosedur, mekanisme dan penguatan
pengorganisasian pengelola Sistem Informasi Tatakelola B3 Nasional untuk dapat
mengakomodir pemenuhan mandat implementasi konvensi internasional terutama
dalam pelaksanaan fungsi pertukaran informasi dan edukasi, pemenuhan
pemutakhiran data, pelaporan dan pengembangan networking baik di tingkat pusat,
daerah, nasional maupun internasional.
8) Tindak lanjut konvensi dan kerjasama internasional dalam rangka pengelolaan B3 dan
pengembangan kebijakan, peraturan dan pedoman sebagai standar operasional teknis
pengelolaan B3 di tingkat pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota.
9) Peningkatan pemahaman dan kesepakatan serta sinergitas dalam hal: penetapan
target kinerja, indikator kinerja kegiatan, dan capaian kinerja kegiatan melalui
perbaikan kinerja serapan anggaran maupun pelaksanaan kinerja kegiatan sesuai
ketetapan Renstra dan Renja yang berlaku. Usulan perbaikan tersebut harus
diakomodir dalam perbaikan sistem, mekanisme, penguatan kapasitas internal SDM
serta manajemen pengorganisasian pada Direktorat Pengelolaan B3 kedepan.
116
BAB V PENUTUP
Laporan Kinerja Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tahun 2017 ini menyajikan hasil evaluasi atas kinerja yang dicapai baik terhadap serapan
anggaran maupun pelaksanaan realisasi target kinerja pada unit Direktorat Pengelolaan B3.
Diharapkan laporan ini dapat memberikan gambaran terhadap pencapaian kinerja Direktorat
Pengelolaan B3-KLHK sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas instansi pemerintah.
Untuk menyajikan potret kinerja institusi Direktorat Pengelolaan B3-KLHK, pencapaian kinerja
telah mengacu kepada sasaran strategis Renstra KLHK periode 2015 – 2019 yang mencakup 3
(tiga) sasaran strategis, yaitu: (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya
dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat; (2) Memanfaatkan potensi
sumberdaya hutan dan lingkungan hidup secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; dan (3) Melestarikan keseimbangan ekosistem
dan keanekaragaman hayati serta keberadaan sumberdaya alam sebagai sistem penyangga
kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Sasaran nasional tersebut diukur
dalam Indikator Sasaran (outcomes) yaitu: Meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3. Sasaran strategis nasional dan
indikator-indikator tersebut menjadi dasar dari pola pelaporan kinerja tahun 2016 yang
disampaikan secara keseluruhan dan menggambarkan kinerja selama satu tahun sesuai
dengan rencana target pencapaian.
Dari hasil pengukuran kinerja yang dilakukan terhadap indikator kinerja kegiatan utama di
dalam laporan ini dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja Direktorat Pengelolaan B3-KLHK
tahun 2016 secara keseluruhan dapat mencapai target yang ditetapkan. Secara keseluruhan
dapat memenuhi target yang diharapkan walaupun ada beberapa yang belum dapat
memenuhi target yang ditetapkan. Hal tersebut disebabkan beberapa kendala yang dihadapi
baik dari aspek internal maupun eksternalitas, dan akan terus diperbaiki dan ditingkatkan
kinerjanya untuk tahun yang akan datang.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh KLHK dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3. Termasuk upaya
untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan ketersediaan data
117
dan informasi pengelolaan B3. Namun demikian belum seluruh upaya tersebut mencapai hasil
seperti yang diharapkan, tetapi setidaknya upaya tersebut telah berjalan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Keberhasilan terhadap capaian kinerja dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan dengan berkurangnya resiko
akibat paparan B3, serta meningkatkan kapasitas pengelolaan B3 juga sangat ditentukan oleh
komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha sebagai bagian integral dari pengelolaan lingkungan hidup.
Kiranya Laporan Kinerja tahun 2017 ini dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas dan sekaligus
menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan kinerja kedepan.
Bagi organisasi Direktorat Pengelolaan B3-KLHK, LKJ ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumbangan penting dalam penyusunan dan implementasi: Rencana Kerja (operational plan),
Rencana Kinerja (performance plan), Rencana Anggaran (financial plan) dan Rencana Strategis
(strategic plan) pada masa-masa mendatang.
118
LAMPIRAN:
A. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
DIREKTORAT PENGELOLAAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
NO SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN/IKK TARGET KETERANGAN
(baseline data)
1. Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100%
Persentase jumlah dan Jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100 %
100%
Laporan jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan
Presentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100 %
100%
Laporan kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan
2. Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi 100%
Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun
60%
Baseline data jumlah dan kenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya tahun 2014
Jumlah Jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya 2 Jenis
Laporan jumlah dan jenis B3 yang direncanakan dibatasi peredaran dan penggunaannya
Jumlah Jenis B3 yang dihapuskan
2 Jenis
Laporan jumlah dan jenis B3 yang direncanakan akan dihapuskan
B. PENGUKURAN KINERJA
UNIT ESELON I : DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
TAHUN : 2017
Program Sasaran Program Indikator Kinerja Program
Indikator Sasaran Kegiatan (K)
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target Anggaran Tahun 2017
(P) (S.P) (IKP) Pagu Realisasi %
Program Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (P11)
Meningkatnya kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan dengan berkurangnya resiko akibat paparan B3, limbah B3 dan sampah (S1.P11)
Jumlah bahan berbahaya dan beracun yang dikelola sebesar 3 juta ton selama 5 tahun (S1.P11.IKP.2)
Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100% (S1.P11.K2.1)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui teregistrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.a)
100%
Persentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.b)
100%
Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi sebesar 100% (S1.P11.K2.2)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun (S1.P11.K2.2.IKK.a)
60%
Jumlah jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.b)
2 Jenis B3
Jumlah jenis B3 yang dihapuskan sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.c)
2 Jenis B3
120
C. TABEL CAPAIAN HASIL KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN B3-KLHK TAHUN 2017
Indikator Sasaran Kegiatan (K) Indikator Kinerja Kegiatan
Kegiatan 2017 Output Kegiatan Tahun 2017 Kode (IKK)
Meningkatnya jumlah B3 yang terdata dalam sistem informasi nasional mengenai B3 sebesar 100% (S1.P11.K2.1)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang beredar dan digunakan melalui teregistrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.a)
Inventarisasi Data Impor, Peredaran dan Penggunaan B3 di Indonesia
Laporan jumlah dan jenis B3 berdasarkan data pelaporan realisasi impor B3 teregister di Indonesia:
Dokumen laporan realisasi impor B3 dari 448 perusahaan :
- 235 perusahaan importir produsen,
- 206 perusahaan importir Distributor,
- 7 perusahan importir distributor dan produsen
- 47 Negara Asal B3
Jumlah B3 yang di impor sebanyak 20.213.313,27 Ton).
Jumlah Jenis B3 yang diimpor sebanyak 439 Jenis B3
berdasasarkan CAS Number, yang terdiri dari :
- 304 Jenis B3 tunggal, yang terdiri dari 91 jenis B3
dapat digunakan dan 3 jenis B3 terbatas digunakan
sesuai PP 74/2001 dan sebanyak 210 jenis B3 tunggal
diluar PP 74 / 2001.
- 135 jenis B3 Campuran (mix substance) .
5452.002.002-052
Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi B3 Nasional
Tersedianya aplikasi: - Pengembangan Registrasi B3 Online Dalam Perspektif
Implementasi INSW Gen-2
- Virtualisasi system pertukaran data dan Informasi B3.
5452.002.003-051
Penyediaan bahan update CMS portal SIB3POP
Tersedianya 15 penulisan artikel internal dan 5 artikel sector terkait yang sudah dimuat/dipublish, 18 berita kegiatan, dan sekitar 83.297 pengujung online di portal SIB3POP TA 2017
5452.002.003-052
Pengembangan kelembagaan pengelola Sistem Informasi B3 Nasional
- SK Tim Teknis Pengelola SIB3POP TA 2017 (Kep. Dirjen
PSLB3-KLHK, Nomor : SK-5/PSLB3/PB3/PLB.1/3/2017 Tentang
Tim Pengelola Sistem Informasi Tata Kelola Bahan
Berbahaya dan Beracun dan Pencemar Organik Yang
Persisten (SIB3POP)
- Pertemuan teknis mitra sector SIB3POP sejumlah 6 kali;
- Tersedianya update data dan informasi CMS SIB3POP
5452.002.003-053
Pengembangan sarpras pendukung IT Sistem Informasi Tatakelola B3 Nasional
Tersedianya 2 unit Desktop PC , 1 Unit Anti virus Kaspersky Small office Security (KSOS 10+1), dan 1 unit projector Benq MS506P
5452.002.003-054
Penyusunan RPP Pengelolaan B3 Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan B3
5452.005.001-052 Penyusunan draft Permen Registrasi dan Dokumen Rancangan PermenLHK tentang Tata Cara
121
Indikator Sasaran Kegiatan (K) Indikator Kinerja Kegiatan
Kegiatan 2017 Output Kegiatan Tahun 2017 Kode (IKK)
Notifikasi Registrasi dan Notifikasi B3
Penyusunan draft Permen Kategorisasi Penyusunan kriteria pengelompokan/kategorisasi B3
Penyusunan RUU Pengesahan Konvensi Minamata
Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata mengenai Merkuri)
Penyusunan Rancangan Awal Peraturan Presiden Pengurangan dan Penghapusan Merkuri
Dokumen Rancangan Awal Peraturan Presiden Pengurangan dan Penghapusan Merkuri
5452.005.001-053 Persiapan dan Pelaksanaan pertemuan COP-8 Konvensi Stockholm dan Konvensi Rotterdam
Dokumen laporan Dokumen Kertas Posisi
Persiapan Pertemuan COP-1 Konvensi Minamata
Dokumen Kertas Posisi Pertemuan COP-1 Konvensi Minamata Pedoman DELRI COP-1 Konvensi Minamata
Sosialisasi Pertemuan COP-8 Konvensi Stockholm dan Pertemuan COP-8 Konvensi Rotterdam
Dokumen laporan pelaksanaan
5452.005.001-054
Penerapan Kerjasama Bilateral dengan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang: The third Workshop on Environmental Chemicals Risk/Pollution and Challenge in Indonesia
Dokumen laporan pelaksanaan
Penerapan Kerjasama Bilateral dengan KEMI Swedia: Workshop on “Capacity Strengthening for effective implementation of the Minamata Convention”
Dokumen laporan pelaksanaan
Kajian dan Analisis Kategorisasi Dokumen Laporan Data kategorisasi 5452.005.001-055
Pelaksanaan Penetapan B3 Dokumen Laporan Kegiatan Ratek Penetapan Kategorisasi 5452.005.001-056
Prosentase kapasitas layanan registrasi, notifikasi, rekomendasi dan perizinan sebesar 100% (S1.P11.K2.1.IKK.b)
Pelaksanaan Layanan Registrasi Bahan Berbahaya dan Beracun Tersedianya 1797 surat permohonan registrasi B3 :
5452.002.001-051
Surat keterangan registrasi B3 baru sejumlah 863 (delapan ratus enam puluh tiga) surat
Surat keterangan registrasi perpanjangan sejumlah 861 (delapan ratus enam puluh satu) surat
Surat penjelasan (surat perubahan HS Code, perubahan nama dagang, perubahan alamat) sejumlah 73 (tujuh puluh tiga) surat
122
Indikator Sasaran Kegiatan (K) Indikator Kinerja Kegiatan
Kegiatan 2017 Output Kegiatan Tahun 2017 Kode (IKK)
Surat penolakan sejumlah 25 (dua puluh lima) surat
Surat notifikasi B3 dari negara Perancis, Belanda, Jerman, Italia, Finlandia, Belgia, Inggris, Denmark, Bulgaria, Spanyol, Hungaria, Amerika Serikat, Thailand, Singapura, India, Cina, Korea untuk 98 B3 bahan kimia industri dan 36 B3 pestisida sebanyak 134 (seratus tigapuluh empat) surat :
sebanyak 57 (lima puluhtujuh) surat persetujuan (explicit consent)
Pelaksanaan Layanan Notifikasi impor Bahan Berbahaya dan Beracun
sebanyak 62 (enampuluhdua) surat penolakan impor (not allowed)
5452.002.001-051 sebanyak 15 (lima belas) surat masih dalam proses
Surat permohonan rekomendasi pengangkutan 71 (tujuh puluh satu):
Sebanyak 48 (empat puluh delapan) surat rekomendasi pengangkutan B3 (baru dan penambahan armada)
Pelaksanaan layanan Surat permohonan Rekomendasi Pengangkutan B3 Sebanyak 2 (dua) surat keterangan penambahan jenis B3
5452.002.001-051
Sebanyak 8 (delapan) surat lainnya (informasi, surat keterangan,dll)
Sebanyak 1 (satu) dokumen permohonan dikembalikan karena tidak lengkap
Sebanyak 12 (duabelas) permohonan masih dalam proses
Tersusunnya buku kategorisasi B3 teregister
Laporan pelaksanaan verifikasi lapangan Pengangkutan B3
123
Indikator Sasaran Kegiatan (K) Indikator Kinerja Kegiatan
Kegiatan 2017 Output Kegiatan Tahun 2017 Kode (IKK)
Penyusunan kategorisasi B3 teregister 5452.002.001-052
Meningkatnya jumlah dan jenis B3 yang terkelola sesuai dengan peraturan menjadi sebesar 100% (S1.P11.K2.2)
Persentase jumlah dan jenis B3 yang dipantau peredaran dan/atau pemanfaatannya meningkat setiap tahun (S1.P11.K2.2.IKK.a)
Data Hasil Pelaksanaan Inventarisasi dan Pemantauan B3 terhadap 48 industri :
Sebanyak 510.098,10 Ton jumlah B3 yang terkelola
Total Bahan Kimia yang terinventarisir sebanyak 229
Jenis bahan kimia (B3), yang terdiri dari :
a. 209 Jenis B3 tunggal (Single substance) berdasarkan
CAS Number, terdiri dari :
90 jenis B3 dapat digunakan sesuai Lampiran PP
74/2001;
119 jenis B3 Tunggal yang tidak tercantum dalam
Lampiran PP 74 /2001;
b. 20 Jenis B3 Campuran (mix substance) berupa
produk antara dan chemicals in product
5452.007.001-051
Data hasil inventarisasi B3 di sektor PEM terhadap 18 (delapan belas) perusahaan melingkupi:
15 (lima belas) perusahaan pengguna dan 5 (lima)
perusahaan distributor PEM.
Tercatat sekitar 78 jenis B3 dengan jumlah
penggunaan sekitar 26.226,93 ton meliputi 23
(dua puluh tiga) jenis B3 yang masuk kedalam
daftar Lampiran PP 74/2001 dan 66 jenis B3 diluar
PP 74/2001.
Beberapa jenis B3 dominan digunakan di sector
PEM antara lain : Chlorine, NaOH (Sodium
Hydoxide/Caustic Soda/Natrium Hidroksida),
Sodium metabisulphite, Poly Alumunium Chloride,
Hydrochloric Acid, HCl (Asam Klorida/Hydrogen
Chloride/Hydrochloric Acid), Acetylene, Asam
Sulphate, Argon, Ammonia, Hydrazine, Sodium
metabisulphite, Sodium Hydroxide, Sodium
cyanide, Hydrogen Peroxide,
Didecyldimethylammonium chloride dan Calcium
hypochlorite;
5452.007.001-051
124
Indikator Sasaran Kegiatan (K) Indikator Kinerja Kegiatan
Kegiatan 2017 Output Kegiatan Tahun 2017 Kode (IKK)
Inventarisasi pemantauan peredaran dan penggunaan B3 Sektor MJKP di 6 provinsi
- Laporan analisis hasil pemantauan B3 di sector MJKP
- Laporan analisis hasil pemantauan B3 di sector PEM
5452.002.002-051 Inventarisasi pemantauan peredaran dan penggunaan B3 Sektor PEM di 6 provinsi
- Tersusunnya buku profil B3 NaOH, Etilen Glikol dan
Melamina
- Tersusunnya buku profil penggunaan B3 subsektor energi
Evaluasi dan analisis data jumlah dan jenis B3 yang dipantau
- Laporan data inventory / pemantauan B3 di sector MJKP
- Laporan data inventory / pemantauan B3 di sector PEM 5452.002.002-052
Penyusunan profil peredaran dan penggunaan B3 MJKP dan PEM
- Dokumen Draft rekomendasi B3 dibatasi peredaran dan
penggunaannya SCCP dan Parakuat diklorida 5452.002.002-053
Penyusunan data inventory per jenis B3 sektor MJKP dan PEM
- Dokumen Draft B3 alternatif pengganti untuk SCCP dan
Parakuat diklorida 5452.002.002-054
Jumlah jenis B3 yang dibatasi peredaran dan penggunaannya sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.b)
Penyusunan draft Rekomendasi B3 Dibatasi Peredaran dan Penggunaannya
- Dokumen Draft Peraturan Menteri Pedoman Teknis
Pembatasan B3
- Dokumen Draft Keputusan Menteri Rekomendasi B3
terbatas 5452.008.001-051
Penyusunan draft usulan B3 alternatif Dibatasi Peredaran dan Penggunaannya
Laporan Pembangunan Sarana Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri di Kabupaten Lebak
Penyusunan draft peraturan B3 Dibatasi Peredaran dan Penggunaannya
Dokumen Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan untuk senyawa HCBD
Jumlah jenis B3 yang dihapuskan sebanyak 2 jenis (S1.P11.K2.2.IKK.c)
Pembangunan Sarana Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri di Kabupaten Lebak
Dokumen Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan untuk senyawa DecaBDE
5452.009.001-051
Penyusunan Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan untuk senyawa HCBD
Laporan data hasil kunjungan lapangan pada 9 (sembilan) perusahaan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur
Penyusunan Rekomendasi 2 Bahan Kimia Dihapuskan untuk senyawa DecaBDE
Laporan Penyiapan Pembangunan Fasilitas Pengelolaan PCBs
Pemutakhiran Data Peredaran B3 yang Dihapuskan (HCBD dan DecaBDE)
Laporan Kegiatan Pengambilan Sampel pada Alat Automatic Rain Water Sampler untuk Asia Pasific Mercury Monitoring Network
Penyiapan Pembangunan Fasilitas Pengelolaan PCBs
Dokumen Kajian Ekonomi Eksternalitas Pertambangan Emas Skala Kecil di Pulau Buru
Kegiatan Pengambilan Sampel pada Alat Automatic Rain Water Sampler untuk Asia Pasific Mercury Monitoring Network
Draft Peraturan Dirjen PSLB3 tentang Pedoman Teknis Penghapusan B3
Penyusunan Kajian Ekonomi Eksternalitas Pertambangan Emas Skala Kecil di Pulau Buru
Dokumen Detail Engineering Design (DED) Pilot Plant Pengolahan Emas Bebas Merkuri di Kabupaten Lebak
125
Indikator Sasaran Kegiatan (K) Indikator Kinerja Kegiatan
Kegiatan 2017 Output Kegiatan Tahun 2017 Kode (IKK)
Penyusunan Draft Peraturan Dirjen PSLB3 tentang Pedoman Teknis Penghapusan B3
Penyusunan Rekomendasi Teknologi Pengolahan Emas Bebas Merkuri