Upload
dinhkhanh
View
239
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
Upaya Peningkatan Kemampuan Calistung bagi Siswa SDN 4
dan 7 Banyuning yang Seharusnya Sudah Bisa Membaca
Oleh :
Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si. / NIDN: 0005088004
Wayan Rati, S.Pd., M.Pd / NIDN: 0014127602
Ni Wayan Martiningsih, S.Si., M.Sc. / NIDN : 0007038601
I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc. / NIDN: 0027107605
Dibiayai oleh: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha sesuai dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor: DIPA/042.01.2.400987/2017 Tanggal 7 Desember 2016
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
NOPEMBER, 2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul P2M : Upaya Peningkatan Kemampuan Calistung bagi Siswa SD 4 dan 7 Banyuning yang
Seharusnya Sudah Bisa Membaca
1 Ketua Tim Pengusul :
a. Nama : Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si.
b. NIDN : 0005088004
c. Jabatan/Golongan : Lektor/IIIb
d. Jurusan/Fakultas : Analis Kimia/MIPA
e. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
f. Bidang Keahlian : Kimia Lingkungan
g. Alamat Kantor/Telp/Faks/e-mail : Jl. Udayana Singaraja/(0362)25072/0362
h. Alamat Rumah/Telp/Faks/e-mail : Jalan Pulau Batam No. 43 Banyuning Singaraja Bali
/087863244919/[email protected]
2 Anggota Tim Pengusul : a. Jumlah Anggota : Dosen 3 orang
b. Nama Anggota I/Bidang Keahlian : Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd./PGSD
c. Nama Anggota II/Bidang Keahlian
d. Nama Anggota III/Bidang Keahlian
:
:
Ni Wayan Martiningsih, S.Si., M.Si./Biokimia
I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc./ Bioteknologi
3 Lokasi Kegiatan :
a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Desa Banyuning/Kecamatan Banyuning
b. Kabupaten/Kota : Buleleng
c. Propinsi : Bali
d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (Km) : 15 Km
4 Jangka Waktu Pelaksanaan : 8 bulan
5 Biaya Total : Rp. 8.000.000,-
- Dipa Undiksha : Rp. 8.000.000,-
- Sumber Lain (sebutkan) : -
Mengetahui,
Singaraja, 28 April 2017 Dekan Fakultas MIPA Ketua Tim Pengusul,
Prof. Dr. I. Nengah Suparta, M.Si.
NIP. 196507111990031003
Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si.
NIP. 198008052006042002
Mengetahui Ketua LPPM UNDIKSHA
Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si.
NIP. 196204251990031002
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................................... iv
A. PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
B. ANALISIS SITUASI ..................................................................................................... 3
C. PERMASALAHAN MITRA ......................................................................................... 6
D. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 6
E. TUJUAN ..................................................................................................................... 10
F. MANFAAT ................................................................................................................. 10
G. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ................................................................. 10
H. KHALAYAK SASARAN ........................................................................................... 11
I. KETERKAITAN .......................................................................................................... 12
J. METODE PELAKSANAAN ....................................................................................... 12
K. RANCANGAN EVALUASI ....................................................................................... 14
L. RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN................................................................... 16
M. ORGANISASI PELAKSANA .................................................................................... 16
N. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN .................................................................. 16
O. SIMPULAN ................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
RINGKASAN
Tujuan umum P2M ini adalah memberikan bimbingan belajar calistung bagi siswa-siswa
SD yang seharusnya bisa membaca di SDN 4 dan 7 Banyuning secara gratis; memberikan
metode pengajaran sentra dan calistung yang lebih menarik sehingga siswa SD yang
seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M ini, dapat lebih
bersemangat dan ulet untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-
teman yang sama-sama belum bisa membaca. Sebelum dimulai pelajaran juga selalu
diberikan kata-kata motivasi yang menyatakan saya pasti bisa jika berusaha; memberikan
bantuan berupa buku, peralatan tulis yang menarik dan bahan/alat ajar yang menarik
sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini
sampai tuntas. Siswa di atas kelas I yang belum bisa membaca di SD N 4 dan 7 Banyuning
yang menjadi sasaran kegiatan P2M ini awalnya terdaftar 17 orang, namun setelah
program ini berjalan peserta bergabung menjadi berjumlah 35 orang siswa. Metode yang
akan diterapkan untuk mencapai tujuan/target program IbM ini adalah pemberian les
calistung secara gratis dengan metode sentra dan calistung dalam melakukan pengajaran
serta memberikan bantuan berupa buku dan alat tulis. Untuk realisasi program, kegiatan
akan dilaksanakan melalui lima tahapan. Tahap pertama dimulai dari memberikan pretest
yang dilanjutkan dengan pengajaran calistung, lalu post test, evaluasi dan monitoring.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dirasakan sangat penting bagi umat manusia. Pendidikan merupakan
sesuatu yang dapat mempersiapkan kesuksesan manusia pada masa akan datang. Menurut
Manan (1989: 9) pendidikan mencakup setiap proses, kecuali yang bersifat genetis, yang
menolong membentuk pikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang. Jalur pendidikan
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam bidang peningkatan taraf hidup dan
kecerdasan bangsa.
Peran guru dan orang tua yang bersungguh-sungguh dalam membimbing dan
mendidik anak untuk rajin membaca dan belajar, tentu akan mengantarkan anak pada
keberhasilan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di SD, harus disadari juga
terdapat banyak faktor penentu keberhasilannya. Akan tetapi yang dipandang sebagai
kunci utama keberhasilannya adalah proses pembelajaran di dalam kelas.
Membaca, menulis dan berhitung (calistung) sebagai salah satu mata pelajaran di SD
ternyata merupakan masalah tersendiri bagi para siswa, padahal untuk meningkatkan
kualitas SDM ini pendidikan membaca, menulis dan berhitung sangat memegang peranan
penting. Membaca, menulis, dan berhitung merupakan salah satu aktivitas yang paling
penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada
kemampuan membaca. Pendapat Rahim (2007:2) membaca merupakan suatu kegiatan
rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca adalah
kegiatan yang sangat penting dalam dunia pendidikan (Masjidi, 2007 :57). Susanti (2012 :
75) menyatakan calistung adalah tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka.
Pentingnya pembelajaran calistung adalah untuk mempermudah komunikasi dalam bentuk
bahasa tulis dan angka. Umumnya belajar calistung ini banyak disampaikan di pendidikan
formal, yaitu sekolah. Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang
merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua
yang memiliki anak usia taman kanak-kanan (TK) dan sekolah dasar di kelas rendah
karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran selanjutnya pada
tingkatan kelas yang lebih tinggi di sekolahnya.
Permasalahan muncul ketika ditemukan ada siswa di atas kelas 1 SD yang belum
bisa membaca, terutama di sekolah-sekolah di pedesaan yang latar belakangnya tidak bisa
2
mengenyam pendidikan taman kanak-kanak. Mereka tahu huruf-huruf dan angka, tapi
tidak bisa membaca. Mereka tahu uang, tapi tidak bisa menghitungnya. Padahal, dengan
bisa membaca dan menulis memungkinkan anak mampu menyerap dan menyampaikan
segala informasi yang diterimanya. Sementara itu, menghitung memungkinkan anak lebih
mampu mengembangkan aspek logika berpikir.
Menurut Tim Fast Step (2009: 2) membaca menulis berhitung merupakan
kemampuan dasar yang seharusnya diberikan kepada anak usia Play Group dan TK sedini
mungkin. Anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar berarti sudah bisa diajarkan
membaca. Cara pengajarannya diberikan secara bertahap dan disesuaikan dengan
perkembangan kemampuan anak. Seorang anak bisa saja menjadi sosok yang rentan
depresi jika hanya mendapat pelajaran CALISTUNG (Baca Tulis dan Hitung), tanpa
diimbangi dengan pembelajaran sosial, emosional, spiritual dan lain sebagainya.
Belajar membaca, menulis, berhitung dan bahkan sains kini tidaklah perlu dianggap
tabu bagi anak usia dini. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk
mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya
seperti bermain dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan. Fenomena ini
membutuhkan kreativitas serta kemampuan guru untuk mempersiapkan, menyajikan serta
merespon berbagai reaksi anak-anak dalam pembelajaran Calistung.
Pendidik menurut Suparno (2003: 34-35) sebagai fasilitator, mederator, mediator,
dinamisator, dan motivator. Dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis
dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: Pertama: Sebelum mengajar: (1)
mempersiapkan bahan yang akan diajarkan, (2) mempersiapkan media yang akan
digunakan, (3) mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang peserta didik
aktif belajar, (4) mempelajari keadaan peserta didik, mengerti kelemahan dan kelebihan
peserta didik, dan (5) mempelajari pengetahuan awal peserta didik. Kedua : Selama proses
pembelajaran:(1) mengajak peserta didik untuk aktif belajar, (2) menggunakan metode
ilmiah dalam proses penemuan, sehingga peserta didik merasa menemukan sendiri
pengetahuan mereka. (3) mengikuti pikiran dan gagasan peserta didik, (4) menggunakan
variasi metode dan strategi pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat, studi kritis,
(5) tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah atau lain, (6) menerima jawaban
alternatif dari peserta didik, (7) kesalahan peserta didik ditunjukkan secara arif, (8) peserta
didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan gagasan, mengungkapkan pikirannya, (9)
peserta didik diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dan caranya sendiri dalam
belajar sehingga menemukan sesuatu, dan (10) melakukan evaluasi secara kontinu dengan
3
segala prosesnya. Ketiga: Sesudah proses pembelajaran:(1) memberikan tugas-tugas yang
dikerjakan peserta didik, (2) melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir, analisis
dan bukan hafalan.
Keempat: Sikap pengajar: (1) perlakukan peserta didik sebagai subjek yang sudah
tahu sesuatu, (2) kondisikan peserta didik yang aktif, pengajar menyertai, (3) memberi
ruang tanyajawab dan diskusi, (4) pengajar dan peserta didik saling belajar, (5) peserta
didik belajar untuk belajar sendiri, (6) hubungan pengajar dan peserta didik bersifat
dialogtis. (7) peserta didik harus diberi informasi tentang materi pelajaran dan mengerti
konteks bahan yang akan diajarkan. Peran pendidik dengan mengingat hal di atas akan
memberikan berbagai nuansa pembelajaran yang benar-benar menyenangkan. Hal inilah
yang mendorong tim pelaksana P2M sangat ingin mengadakan program pengabdian untuk
meningkatkan kompetensi membaca, menulis dan berhitung peserta didik yang sudah
berada di kelas 2, 3, 4, 5 maupun 6 yang masih belum bisa membaca. Metode pengajaran
yang dipilih adalah dengan metode sentra dan calistung.
1.2 Analisis Situasi
Membaca, menulis dan berhitung (Calistung) merupakan salah satu pelajaran di
kelas 1 SD, namun pada kenyataannya para calon siswa kelas 1 SD sebagian besar sudah
diperkenalkan calistung sejak di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini
telah mengalami kemajuan pesat bagi anak usia toddler (1-2 tahun), playgroup/KB (2-4
tahun) hingga kindergarten /TK (4-6 tahun). Padahal Surat Edaran Nomor:
1839/C.C2/Tu/2009 perihal “Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Dan
Penerimaan Siswa Baru Sekolah Dasar” nomer 5 tentang pelaksanaan pendidikan TK , Menteri
Pendidikan melarang TK untuk menggunakan metode calistung:
“.......TK tidak diperkenankan mengajarkan materi calistung secara langsung
sebagai pembelajaran sendiri-sendiri (fragmented) kepada anak-anak. Konteks
pembelajaran calistung di TK hendaknya dilakukan dalam kerangka
pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan melalui
pendekatan bermain, dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.
Menciptakan lingkungan yang kaya dengan “keaksaraan“ akan lebih mamacu
kesiapan anak untuk memulai kegiatan calistung.” (www.kemdiknas.go.id/)
Adanya larangan tersebut menuai kontra dari orang tua karena ketika anak masuk
pendidikan Sekolah Dasar (SD), anak-anak diberikan ujian masuk sekolah yang terdiri atas
membaca, menulis, dan berhitung. Maka, orang tua ingin anak-anaknya lancar dalam
membaca, menulis, dan berhitung sejak anak duduk di bangku TK. Sementara itu ada juga
beberapa orang tua yang karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya menyerahkan
4
anaknya pada sekolah dasar (SD) untuk mengajarkan calistung. Kemungkinan hal
tersebutlah yang menyebabkan terjadinya fenomena siswa kelas 1 SD tidak banyak
diajarkan calistung lagi, dan dianggap semua siswa sudah bisa membaca, sehingga siswa-
siswa yang sebelumnya belum diperkenalkan calistung menjadi siswa yang terbelakang.
Fenomena mengagetkan juga terdapat siswa di atas kelas 1 SD yang belum bisa membaca,
terutama di sekolah yang berada di pedesaan yang tidak jauh dari kota, seperti SD Negeri 4
dan 7 Banyuning.
Desa Banyuning adalah salah satu Desa yang ada di Kabupaten Buleleng Provinsi
Bali. Desa ini berjarak kurang lebih 15 km dari Kota Singaraja. Ada delapan Sekolah
Dasar yang ada di Desa ini, diantaranya adalah SD 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 Banyuning. SD
1 Banyuning merupakan sekolah di Lingkungan Banyuning Tengah; SD 2 dan 8
Banyuning di Lingkungan Banyuning Utara; SD 3 Banyuning di Lingkungan
Padangkeling dan SD 4 dan 7 Banyuning Lingkungan Banyuning Barat; dan SD 5 dan 6
merupakan sekolah di lingkungan Banyuning Timur. Berdasarkan informasi dan data yang
terkumpul, ditemukan terdapat 17 siswa di atas kelas 1 SD belum bisa membaca di SD 4
dan SDN 7 Banyuning. Untuk lebih detailnya akan disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Daftar Nama Siswa di Atas Kelas 1 yang Belum Bisa Membaca
No. Nama Kelas Sekolah Alamat
1. Ketut Sujana II SDN 4 Banyuning Jl. Gempol Gg. Pinguin
2. Kadek Dwi Adi Brata II SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Batam No. 10
3. Dw. Km. Satriya Saputra II SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Obi Gg. Srikaya
4. Md. Candra Sumardika II SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Batam
5. Gd. Juniarta III SDN 4 Banyuning Br. Petak
6. Kom. Ardiwibawa III SDN 4 Banyuning Jl. Gempol Gg. Jalak
Putih.
7. Kom. Dimas Pratama IV SDN 4 Banyuning Jl. Gempol
8. Dw. Ayu SriIndrayanti IV SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Obi Gg. Srikaya
9. KD. Sugiantari IV SDN 4 Banyuning Jl. Gempol No. 3
10 Komang Widia Dewi IV SDN 4 Banyuning Banyuning
11. Putu Marta Widia Darma II SDN 7 Banyuning Jl. Gempol. Gg. Pinguin
12. Luh Mirayani II SDN 7 Banyuning Jl. Pulau Timor No. 12
13. Made Suta Permana III SDN 7 Banyuning J. Gempol Gg. Garuda
14. Komang Nata Candrawan III SDN 7 Banyuning Jl. Gempol Gg. Sanjaya
15. Gusti Ketut Wira Pramana IV SDN 7 Banyuning Jl. Pulau Timor Gg.
Kutilang
16. Kadek Angriyani II SDN 7 Banyuning Banyuning
17. Putu Dela Cahyani II SDN 7 Banyuning Banyuning
18 Komang Pardiyasa IV SDN 7 Banyuning Banyuning
19 Luh Putri Ayu Lestari II SDN 7 Banyuning Banyuning
5
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat 19 orang anak siswa di atas kelas 1 SD
yang belum bisa membaca di Sekolah Dasar Negeri 4 dan 7 Banyuning. Hal tersebut
sangatlah ironis karena calistung merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki
oleh siswa kelas 1 SD yang akan naik tingkat ke kelas 2 SD.
Berdasarkan informasi ke lapangan, orangtua siswa kelas 1 yang belum bisa
membaca, namun mau supaya anak mereka naik kelas berjanji akan mengikutkan les pada
bimbingan-bimbingan belajar yang banyak beredar yang menawarkan program calistung,
seperti kumon, heloo kitty, bimba aiueo, kiddy bali, dan lain sebagainya, tapi karena
biayanya termasuk cukup mahal, banyak dari mereka yang tidak mengikutkan les tersebut.
Berdasarkan informasi yang telah dihimpun di kiddy bali untuk program les calistung
biayanya berkisar dari 150.000/8 kali pertemuan s/d 200.000/ 12 kali pertemuan dengan
biaya pendaftaran sebesar 50.000, untuk kumon 370.000/bulan dengan biaya pendaftaran
280.000; bimba aiueo biaya les calistung sangat bervariasi 125.000/ bln s/d 900.000
tergantung pertemuannya dalam seminggu dan jumlah siswa untuk 1 orang guru, dengan
biaya pendaftaran 250.000. Sebagian besar siswa di atas kelas satu yang belum bisa
membaca tersebut adalah siswa-siswa yang kemampuan penghasilan orang tuanya
menengah ke bawah. Jika hal ini terus dibiarkan, anak yang seharusnya bisa membaca
terus dinaikkan kelas hingga sampai pada kelas VI, maka kemungkinan besar siswa
tersebut tidak akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal program
pemerintah menyarankan program wajib belajar 9 tahun. Selain itu anak ini kemungkinan
besar akan menjadi generasi penerus bangsa yang akan terus memberatkan bangsa, bahkan
akan menjadi beban di masyarakat, jika tidak diarahkan dengan baik. Apalagi didukung
dengan lingkungan masyarakat di Desa Banyuning yang senang minum-minuman
beralkohol dan tajen (judi). Anak yang memiliki pengetahuan rendah akan sangat cepat
terjerumus ke dalam masyarakat dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal ini juga
akan mendorong peningkatan tingkat kejahatan di masyarakat.
Mengingat pentingnya peningkatan kompetensi membaca pada siswa SD N 4 dan 7
Banyuning yang seharusnya sudah bisa membaca, sehingga perlu adanya perhatian untuk
memberikan pengajaran yang lebih menarik bagi siswa-siswa tersebut melalui kegiatan
P2M yang didanai oleh Undiksha dengan bekerjasama dengan Yayasan Taru Vidya
Mandara yang akan menyediakan tempat dan fasilitas belajar bagi siswa tersebut.
6
1.3 Identifitasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil kesepakatan dengan pihak sekolah dan yayasan taru vidya
mandara, permasalahan utama yang akan dicarikan solusi melalui kegiatan/program ini
adalah sebagai berikut.
1. Siswa-siswa SD yang seharusnya bisa membaca, tidak punya biaya untuk ikut
dalam program-pogram calistung yang disediakan oleh lembaga-lembaga belajar
yang ada di sekitarnya.
2. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M
ini, merasakan bahwa kegiatan calistung merupakan kegiatan yang tidak
menyenangkan yang terpaksa harus mereka lakukan demi keinginan orang tuanya.
Hal ini disebabkan karena metode pengajaran yang kurang menarik, kurangnya
semangat dan keuletan mitra untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada
lingkungan teman-teman yang sudah bisa membaca. Permasalahan ini mendapat
prioritas untuk memberikan bekal kemampuan dan keyakinan kepada mitra bahwa
mereka mampu membaca, menulis dan berhitung, jika mau berusaha.
3. Mitra belum mempunyai buku, peralatan tulis yang menarik sehingga mereka mau
tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini sampai tuntas.
Permasalahan ini memperoleh perhatian karena dapat mempengaruhi keberhasilan
kompetensi calistung mitra.
1.4 Tujuan Kegiatan
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang akan dipecahkan pada program P2M ini,
maka tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan bimbingan belajar calistung bagi siswa-siswa SD yang seharusnya
bisa membaca di SDN 4 dan 7 Banyuning secara gratis.
2. Memberikan metode pengajaran sentra dan calistung yang lebih menarik sehingga
siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M
ini, dapat lebih bersemangat dan ulet untuk secara kontinyu belajar, karena ada
pada lingkungan teman-teman yang sama-sama belum bisa membaca. Sebelum
dimulai pelajaran juga selalu diberikan kata-kata motivasi yang menyatakan saya
pasti bisa jika berusaha.
7
3. Memberikan bantuan berupa buku, peralatan tulis yang menarik dan bahan/alat ajar
yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti
kegiatan P2M ini sampai tuntas.
1.5 Manfaat Kegiatan
Kegiatan P2M ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut.
1. Menurunnya anak putus sekolah tingkat sekolah dasar, untuk mendukung program
pemerintah belajar 9 tahun.
2. Mampu meningkatkan kualitas SDM di tingkat sekolah dasar.
3. Adanya kerjasama antara Undiksha dengan Yayasan Taru Vidya Mandara dan SD N
4 dan 7 Banyuning.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Metode Sentra dan Calistung
Metode sentra artinya cara belajar yang mengutamakan kebebasan belajar berada di
tangan murid, dimana murid dibebaskan untuk memilih permainan yang mereka suka dan
tentunya mainan tersebut telah disediakan oleh penyelenggara. Maka dari itu,
penyelenggara harus mempunyai berbagai macam permainan edukasi yang dapat
menstimulasi anak didiknya. Dari situ anak akan memilih permainan edukasinya,
kemudian guru memberitahu fungsi dari mainan tersebut, contoh mainan puzzle fungsinya
untuk mengasah otak anak dalam memecahkan masalah serta melatih ketangkasan anak
dalam melihat dan menggerakkan tangan secara bersamaan.
Kurikulum sentra basisnya adalah belajar sambil bermain, sehingga strategi
pembelajaran lebih ditekankan ketimbang hasil. Materi disampaikan secara interaktif dan
kongkret, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat. Hal ini dilakukan agar potensi
dari kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh (kinestetik), ruang (spasial),
kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial (interpersonal), dan musik mereka
terbangun secara mandiri tanpa adanya tekanan dari guru (Massardi, 2012).
Bermain suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikkan. Melalui bermain si anak
mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila
anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatan sendiri, maka ia
melatih kemampuannya. Bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting bagi kemajuan
perkembangan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan anak. Jadi, dengan memahami arti
bermain bagi anak, dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan
anak. Dalam merancang pelajaran tentu dilakukan sambil bermain, jadi bermain sambil
belajar bagi anak umur kurang lebih 4-6 tahun membuat tumbuh secara sehat mental.
Bahkan dapat mengenali potensi yang unggul pada setiap anak, bukan semata-mata anak
sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi atau dibentuk (Semiawan, 2008: 20).
Calistung adalah cara pembelajaran pada anak didik untuk bisa membaca, menulis,
dan berhitung. Seperti yang kita tahu bahwa di era globalisasi ini, banyak orang yang
membahas tentang metode belajar satu ini. Bahkan calistung telah dikenal oleh masyarakat
luas sejak lama. Orang tua sekarang menginginkan anaknya bisa lancar membaca, menulis,
dan berhitung sebelum anak tersebut masuk ke sekolah dasar. Oleh sebab itu, banyak orang
tua selektif dalam memilih taman kanak-kanak yang dapat mengajarkan calistung atau
9
telah meluluskan siswa yang berprestasi dalam calistung. Alasan orang tua memilih TK
seperti itu, karena ujian masuk SD tidak semulus sebelum tahun 2000 an di mana SD
menampung semua calon siswa yang mendaftar di SD tersebut, dengan berkembangnya
zaman dan jumlah populasi manusia yang semakin banyak pula maka, SD membuat
peraturan baru ketika menerima peserta didik baru yaitu memberikan ujian baca, tulis, dan
berhitung (calistung). Alasan SD membuat peraturan seperti itu untuk mencari bakal siswa
yang rajin, cerdas, dan pintar karena pelajaran SD sekarang lebih sulit dibandingkan
pelajaran SD zaman dulu.
Perkembangan kecerdasan anak pun tidak bisa diukur melalui usianya seperti yang
dikatakan oleh Piaget dalam teori psikologi perkembangannya bahwa pada usia 7 tahun
anak-anak dianggap sudah bisa berfikir terstruktur. Piaget khawatir apabila otak anak-anak
dibawah 7 tahun terbebani oleh pelajaran calistung (Siswanto, 2012: 11). Maksud Piaget
yang seperti ini, sering disalah artikan oleh kebanyakan orang. Maksud sebenarnya adalah
apabila anak-anak tersebut diajarkan calistung terus-menerus tanpa ada bermain atau tanpa
jeda waktu sehari untuk belajar calistung, dapat mengakibatkan anak stres dan benci
terhadap pelajaran tersebut. Kebenciannya terhadap calistung bisa sampai ketika anak
tersebut dewasa. Maka dari itu, perlu adanya inovasi untuk membuat pola pembelajaran
yang baru agar anak merasa senang dalam belajar calistung.
Penerapan metode sentra dan calistung pada anak tidak lepas dengan pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan Menteri Pendidikan yaitu kreatif, aktif, dan konstruktif
(dalam web http://www.paudni.kemdikbud.go.id/), berikut hasil penerapan metode sentra
dan calistung berdasarkan pendekatan kreatif, aktif, dan konstruktif.
1. Pendekatan Kreatif
Dalam belajar baca-tulis-berhitung anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih
permainan yang mereka sukai. Guru akan memberikan pilihan permainan dan dilakukan
pada waktu 30 menit dalam sehari. Di sini anak diajarkan untuk berpikir secara mandiri
dalam menyusun dan memecahkan suatu permainan yang mereka pilih.
Contoh:
- Permainan drama, fungsinya anak diajarkan cara bekerjasama, membangun tata
berbahasa, menambah kosa kata, membangun konsep hubungan kekeluargaan, membantu
perkembangan tingkah laku sosial dan membentuk moral yang baik pada anak. Pada
permainan drama, anak-anak antusias untuk mengikuti. Mereka seperti bebas untuk
mengekspresikan segala sikap dan bahasa yang mereka punya. Meskipun ada yang masih
bingung dengan permainan ini, para guru memberikan arahan pada mereka untuk
10
menanggapi dialog dari temannya, sehingga dialog drama tidak sampai putus pada
pertengahan jalan.
- Permainan pura-pura, fungsinya tidak jauh berbeda dengan permainan drama hanya saja
pada permainan pura-pura ini bisa dilakukan sendirian. Anak diajarkan untuk membangun
tata bahasa, menambah kosa kata, mengembangkan ide-ide kreatif mereka, dan
merangsang daya berpikir secara abstrak, misal kotak kardus digunakan sebagai toko, pom
bensin, dan bengkel. Pada permainan pura-pura, anak-anak juga antusias melakukan
permainan. Guru membagi menjadi 4 kelompok bermain, kemudian dibagi ada yang
menjadi petugas pom bensin, membawa mobil, petugas mobil, dan petugas derek. Masing-
masing dari kelompok itu menggunakan bangku sebagai media pom bensin dan tempat
servis mobil (bengkel). Sedangkan petugas derek akan diberikan tali untuk menarik mobil,
mobil menggunakan media kardus yang nanti dinaiki oleh satu anak, dan peralatan bengkel
menggunakan peralatan tulis. Lalu, anak-anak akan melakukan misinya sesuai dengan
tugas yang sudah dibagi.
- Permainan bercerita, fungsinya memberikan pendidikan moral pada anak. Dalam
permainan ini guru akan memberikan cerita menggunakan alat peraga berupa boneka,
gambar, dan dan boneka gagang. Guru dituntut bercerita semenarik mungkin dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak didik agar nanti anak bisa menceritakan
kembali dan mengambil nilai-nilai moral yang baik dari cerita tersebut. Pada permainan
bercerita, masing-masing anak disuruh maju ke depan untuk menceritakan pengalaman
yang pernah mereka lakukan, seperti pergi berlibur, kejadian lucu yang pernah mereka
alami, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, anak-anak sangat antusias
sekali mengikuti jalannya permainan ini bahkan mereka berebut ingin maju. Tapi, guru
tetap memberikan pengertian pada mereka dan guru menunjuk mereka dengan cara
mengundi. Saat itu yang maju pertama adalah Affan. Affan bercerita tentang
pengalamannya berlibur ke kebun binatang bersama kedua orang tuanya, di sana ia melihat
jerapah yang mempunyai leher panjang, berkeliling melihat ikan-ikan, dan melihat harimau
yang sedang tidur di kandang.
2. Pendekatan Aktif
Dalam belajar calistung yang menggunakan pendekatan aktif, anak diberikan kebebasan
dalam menggerakkan tubuhnya dengan berbagai cara, menggunakan imajinasi, bersenang-
senang bermain sendiri maupun dengan orang lain, dan memberikan rasa kepuasan pada
anak didik.
Contoh:
11
- Bermain di arena permainan, fungsi menyegarkan pikiran anak, memberikan
pengalaman-pengalaman baru pada anak, mengembangkan fungsi dari otak kanan (daya
imajinasi), dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi mereka dengan teman-
temannya.
- Bermain lompat-masuk-keluar garis, fungsinya meningkatkan daya saaraf sensorik dan
motorik.
- Bermain balap terowongan, fungsinya melatih ketrampilan gerak tubuh dan menanamkan
rasa percaya diri untuk mencapai kemenangan.
3. Pendekatan Konstruktif , Pendekatan ini berfungsi untuk membentuk pola pikir anak
agar menjadi terstruktur dan dapat mengembangkan kognitif pada anak. Guru dituntut
untuk menciptakan permainan yang dapat memunculkan sifat eksplorasi, kemandirian, dan
percaya diri.
Contoh:
- Menyusun balok, fungsinya memberikan kebebasan berpikir anak dalam menyusun
balok-balok dan lego menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan.
- Membuat jalanan, fungsinya menemukan jalan menuju suatu benda. Permainan ini
biasanya dilakukan dengan menyusun bangku-bangku yang ada di kelas menjadi suatu area
jalan.
- Membuat tenda yang ditutupi selimut, fungsinya menciptakan daya kreasi anak
diwujudkan dalam bentuk bangunan yang terbuat dari peralatan-peralatan di sekolah.
12
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemacahan masalahnya disajikan pada Gambar 3.1 berikut. Berdasarkan
uraian tersebut, maka upaya peningkatan kemampuan calistung sangat penting dilakukan.
Hal tersebut karena dengan kegiatan tersebut, banyak aspek dapat terpecahkan secara
komprenhensif, seperti: memberikan bantuan yang dibutuhkan, tersusun bahan/alat ajar
yang menarik, kemampuan membaca dan peningkatan kemampuan menulis dan berhitung.
Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Kegiatan P2M
3.2 KHALAYAK SASARAN
Pengabdian pada masyarakat ini ditujukan kepada siswa-siswa yang seharusnya bisa
membaca, maksudnya adalah siswa di atas kelas I, yaitu kelas II, III, IV, V, dan VI yang
belum bisa membaca di Sekolah Dasar Negeri 4 dan 7 Banyuning. Berdasarkan hasil
survey di awal dengan informan Ibu Kepala Sekolah SD N 4 dan 7 Banyuning, bahwa
Alternatif pemecahan masalah a. Memberikan les calistung secara gratis b. Memberikan metode pengajaran calistung
yang menarik dan lingkungan yang sama2
belum bisa baca, sehingga tidak minder c. Memberikan bantuan buku, alat tulis dan
bahan/alat ajar yang menarik
Permasalahan : a. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca, tidak punya
biaya untuk ikut dalam program-pogram calistung yang disediakan oleh lembaga-lembaga belajar yang ada di sekitarnya.
b. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca merasakan bahwa kegiatan calistung merupakan kegiatan yang
tidak menyenangkan yang terpaksa harus mereka lakukan karena metode pengajaran yang kurang menarik, kurangnya semangat dan keuletan mitra untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-teman yang sudah bisa membaca.
c. Mitra belum mempunyai buku, peralatan tulis, bahan/alat ajar yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan
P2M ini sampai tuntas.
Metode kegiatan
a. Menyediakan waktu dan tempat untuk les
calistung secara teratur.
b. Menggunakan metode pengajaran sentra dan
calistung c. Memberikan bantuan berupa buku, alat tulis,
alat/bahan ajar yang menarik (Alat/bahan
ajar dibuat sendiri oleh Pengajar di les
calistung gratis)
Metode Evaluasi dilakukan secara reguler
a. Penilaian peserta didik berdasarkan internal (pengajar les calistung gratis)
b. Penilaian peserta didik berdasarkan eksternal
(pengajar di sekolahnya)
Hasil P2M :
a. Bantuan berupa buku (buku tulis, buku cerita),
alat tulis b. Bahan /alat ajar menarik yang dibuat sendiri oleh
pengajar
c. Kemampuan membaca
d. Peningkatan kemampuan menulis dan berhitung
13
terdapat 17 (tujuh belas) orang siswa yang belum bisa membaca di sekolah yang
dipimpinnya. Daftar siswa tersebut terlampir.
3.3 Keterkaitan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini memiliki keterkaitan dengan sekolah dasar dan
Yayasan Taru Vidya Mandara yang sama-sama mengemban mandat untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Universitas Pendidikan Ganesha yang memiliki sumber daya dapat
menularkan pengetahuan dan ketrampilannya bagi masyarakat sekitar yang dalam hal ini
memberikan metode pengajaran yang kreatif dan Yayasan Taru Vidya Mandara memiliki
informasi dan fasilitas kelas beserta isinya serta sekolah memberikan data sejujurnya
tentang siswa yang belum bisa membaca. Pelatihan ini tentunya sangat berdampak positif
bagi SD N 4 dan & Banyuning, karena suasana akademik kelas semakin kondusif. Dengan
demikian, diharapkan seluruh lulusan SD N 4 dan & Banyuning semua dapat melanjutkan
ke jenjang SMP sesuai dengan amanat pemerintah program belajar 9 tahun.
3.4 Metode Kegiatan
Untuk mewujudkan keinginan pihak sekolah dan orang tua siswa agar tidak ada
lagi siswanya yang di atas kelas I belum bisa membaca, maka akan dilakukan tahapan
kegiatan sebagai solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh mitra. Kegiatan
dimaksud akan dilakukan menggunakan beberapa metode pendekatan meliputi
penyuluhan, pelatihan dan pendampingan, serta bantuan modal. Secara rinci, metode
pendekatan yang digunakan sebagai solusi pemecahan masalah mitra ditunjukkan pada
Tabel 3.2 di bawah.
Tabel 3.2. Pendekatan Pemecahan Masalah Mitra
Permasalahan Mitra Akar Masalah Pendekatan Pemecahan
Masalah (Solusi)
a. Siswa SD yang
seharusnya bisa
membaca, tidak punya
biaya untuk ikut dalam
program-pogram
calistung yang disediakan
oleh lembaga-lembaga
belajar yang ada di
sekitarnya.
Kurangnya biaya
Memberikan les calistung
secara gratis
b. Siswa SD yang
14
seharusnya bisa membaca
merasakan bahwa
kegiatan calistung
merupakan kegiatan yang
tidak menyenangkan
yang terpaksa harus
mereka lakukan karena
metode pengajaran yang
kurang menarik,
kurangnya semangat dan
keuletan mitra untuk
secara kontinyu belajar,
karena ada pada
lingkungan teman-teman
yang sudah bisa
membaca.
Terdapat siswa di atas kelas
I yang belum bisa membaca
Lingkungan yang tidak
mendukung (di lingkungan
siswa yang sudah bisa
membaca)
Menganggap pelajaran
calistung adalah pelajaran
yang membosankan
Memberikan les calistung
secara terjadwal
Dikelompokkan dengan
teman-teman yang
kemampuannya sama
(sehingga tidak minder)
Metode pembelajaran yang
dipilih yang menarik
untuknya yaitu metode
sentra dan calistung
c. Mitra belum mempunyai
buku, peralatan tulis,
bahan/alat ajar yang
menarik sehingga mereka
mau tertarik dan
bersemangat untuk terus
mengikuti kegiatan P2M
ini sampai tuntas.
Buku, Alat tulis yang tidak
memadai
Bahan dan Alat Ajar untuk
membuat proses
pembelajaran menarik
kurang
Memberikan bantuan buku
(baik buku tulis maupun
buku cerita) dan alat tulis
Membuat bahan dan alat ajar
yang menarik
Untuk merealisasikan solusi pemecahan masalah yang ditawarkan, maka kegiatan
program P2M ini akan dilakukan melalui lima tahapan kegiatan sebagai berikut.
1. Tahap I (Pretest)
Pada tahap awal ini bertujuan untuk mengenal kemampuan dan karakter anak.
2. Tahap II (Pengajaran Calistung)
Pada tahap ini mitra akan ajarkan materi calistung dengan cara menarik melalui
media-media pengajaran yang menarik dan dibuat sendiri. Pada tahap ini terdiri dari
beberapa langkah yaitu pembukaan dengan permainan-permainan edukatif yang melatih
motorik dan konsentrasinya; setelah itu masuk inti dimana penyampaian materi dibuat
seolah-olah anak tidak sedang belajar calistung, tapi bermain.
3. Tahap III (Post tes)
Pada tahap ini peserta kembali diberikan tes akhir untuk menyatakan
keberhasilannya dalam mengikuti program P2M ini.
4. Tahap IV (Evaluasi)
15
Pada tahap ini tim pelaksana P2M bekerjasama dengan guru kelas siswa
mengadakan evaluasi terhadap kemampuan membaca peserta dan peningkatan kemampuan
menulis dan berhitung.
5. Tahap V (Monitoring dan Pendampingan)
Pihak pengusul kegiatan akan melakukan monitoring dan pendampingan secara
berkala untuk memastikan keberhasilan program P2M. Pada tahap ini, pihak pengusul juga
akan melakukan analisis terhadap kemungkinan permasalahan yang muncul dari peserta,
karena kegiatan ini di SD N 4 dan 7 Banyuning menjadi pionir untuk kegitan les calistung
gratis. Harapan di tahun–tahun mendatang kegiatan ini akan terus dilakukan di sekolah-
sekolah lainya yang juga mengalami permasalahan yang sama.
Keberhasilan kegiatan IbM ini tentu saja sangat tergantung pada partisipasi aktif
dari para peserta. Partisipasi peserta didik yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
1) Menyediakan waktu untuk program calistung yang sesuai jadwal.
2) Mengikuti seluruh kegiatan dari pre test, pengajaran calistung dan post tes
3) Berkomitmen tinggi untuk meneruskan semangat belajar dan meyakini bahwa saya
pasti bisa.
3.5 Rancangan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan program pengabdian pada masyarakat, para peserta
diberi tes dan diobservasi. Evaluasi kegiatan P2M ini dilakukan secara internal dan
eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh tim program pengabdian ada masyarakat,
sementara evaluasi eksternal dilakukan oleh guru kelas dari masing-masing siswa di
sekolahnya.
a. Tes
Tes diberikan diawal (pre tes) dan diakhir kegiatan (pos tes) yang mencakup
kemampuan membaca tahap 1, 2 dan 3 ; kemampuan menulis, dan kemampuan berhitung.
Pre tes bertujuan mengetahui pengetahuan awal peserta program dan pos tes diberikan
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan para peserta. Hasil pre tes
dan pos tes dianalisa gain skornya dan program dikatakan berhasil apabila skor tes akhir
minimal rata-rata 7.
b. Observasi
Observasi pelaksanaan program dilakukan terhadap para peserta dengan
menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan ketika kegiatan berlangsung dan
16
setelah kegiatan berlangsung. Observasi ketika kegiatan berlangsung bertujuan mengetahui
aktivitas dan keseriusan peserta dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan observasi setelah
kegiatan berlangsung bertujuan mengetahui implementasi program yang telah diberikan.
Aspek-aspek yang diobservasi meliputi keseriusan dan aktivitas para peserta dalam
mengikuti program. Teknik pemberian skor menggunakan skala likert dengan interval 1-5.
Data observasi dianalisa secara deskriptif kualitatif. Program dikatakan berhasil apabila
skor peserta rata-rata minimal 4.
Evaluasi hasil dilakukan terhadap kemampuan peserta membaca menulis dan
menghitung yang dihasilkan dari skor yang diperolehnya. Indikator yang digunakan
sebagai ukuran keberhasilan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.
1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 85 %.
2. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan baik.
3. Nilai peserta pengabdian di atas 75.
4. Tanggapan/respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan positif.
3.6 Rencana dan Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan Program P2M ini dirancang selama 8 bulan melalui tahapan kegiatan
seperti ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah.
4. ORGANISASI PELAKSANA
Tim pelaksana kegiatan P2M diorganisasi dengan pembagian tugas sebagai berikut.
Tabel 4. Organisasi Tim Pelaksana
No Nama Kualifikasi Asal
lembaga
Tugas Waktu
jam/
minggu
1 Made Vivi
Oviantari, S.Si.,
M.Si.
Kimia
lingkungan
D3
Analis
Kimia
FMIPA
Undiksha
Membuat proposal
Mengadakan
koordinasi
dengan peserta
Menyiapkan materi
Pengabdian
Memonitoring
penerapan
pelatihan
Mengadakan
evaluasi
kegiatan
Membuat laporan
8
2 Ni Wayan Rati, Pendidikan PGSD Membantu 6
17
S.Pd., M.Pd. Dasar
Konsentras
i IPA
Undiksha menyiapkan
pelaksanaan kegiatan
Membantu
pengadaan
pelatihan
Membantu
memonitor
pelaksanaan kegiatan
Membantu
mengevaluasi
kegiatan
3 Ni Wayan
Martiningsih,
S.Si.,M.Sc
Kimia
Organik
D3
Analis
Kimia
FMIPA
Undiksha
Membantu
menyiapkan
pelaksanaan kegiatan
Mengadakan
pelatihan
Membantu
memonitor
pelaksanaan kegiatan
Membantu
mengevaluasi
kegiatan
6
3 I MP Anton
Santiasa, S.Pd.,
M.Sc.
Bioteknolo
gi
Jurdik
Biologi
FMIPA
Undiksha
Mengadakan
pelatihan
Membantu
memonitoring
Membantu
penerapan pelatihan
Mengadakan
evaluasi kegiatan
Membantu
membuat laporan
6
18
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
Program PKM ini diawali dengan membuat perencanaan kegiatan dan
menjelaskannya dengan tim PKM, sekaligus pembagian tugas. Ibu Ni Wayan
Martiningsih, S. Si., M.Sc., bertugas untuk membuat surat ijin melakukan pengabdian ke
SD N 4 dan 7 Banyuning dan absensi peserta pelatihan. Pembuatan surat ijin melakukan
pengabdian tertanggal 10 Mei 2017. Ibu Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd bertugas untuk
membeli perlengkapan P2M, seperti buku, pensil, pengerot, penghapus, dll. Bapak IMP
Anton Santiasa, S.Pd., M. Sc., mendapatkan tugas untuk memesan spanduk dan membuat
bahan ajar calistung. Bahan ajar calistung yang dibuat berupa modul belajar membaca
untuk pemula yang tersaji pada Lampiran 2 dan modul latihan berhitung terdapat pada
Lampiran 3. Sementara Ibu Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si., bertugas melakukan
penjajagan ke sekolah yang menjadi mitra dalam PKM ini.
Program PKM ini disambut dengan baik oleh ibu Kepala Sekolah SD N 4
Banyuning, yaitu ibu Made Suyati, S.Pd., karena ada beberapa siswa di sekolahnya, di atas
kelas I memang belum bisa membaca, bahkan ada yang tidak naik kelas yang bernama
Sura, karena alasan yang sama. Selain itu, murid yang tercatat kelas VI tahun 2016 (pada
saat pendataan dalam rangka pembuatan proposal), terpaksa diluluskan di tahun 2017,
walaupun belum bisa membaca. Sungguh menjadi dilema, tapi itulah yang terjadi.
Pada saat penjajagan ke SD 4 dan 7 Banyuning, awalnya jadwal les calistung ini
ditetapkan hari Selasa, Kamis dan Sabtu dengan pertimbangan memberikan jeda waktu
sehari, supaya muridnya tidak cepat lupa dengan yang sudah diajarkan sebelumnya. Pada
kenyataannya Hari Selasa murid pulang sudah sangat siang yaitu jam 13.00, sehingga ibu
kepala sekolah tidak memperkenankan Hari Selasa untuk jadwal calistung, walaupun dari
tim PKM akan memberikan konsumsi kepada muridnya tiap hari Selasa. Oleh karena itu,
ditetapkanlah hari Rabu dan Kamis jam 12.00-13.00 dan Hari Sabtu jam 10.00-11.00.
Berdasarkan pembicaraan dengan dua kepala sekolah SD mitra, kami akan memulai
program PKM pada tanggal 26 Juli 2017, namun karena SD N 4 Banyuning kemarinnya
baru selesai mengadakan akreditasi sehingga Ibu Kepala Sekolah lupa mengadakan
koordinasi dengan bawahannya, sehingga kegiatan ini dimulai pada Hari Sabtu, 29 Juli
2017. Peserta yang datang pada saat awal kegiatan ada beberapa tidak sesuai dengan yang
terdata pada saat pembuatan proposal, dan ketidakmampuan murid juga sangat bervariasi.
Oleh karena itu, untuk mempermudah proses pengajaran, murid dikelompokkan menjadi 3,
19
yaitu 1) Siswa yang belum bisa membaca, 2) Siswa yang belum lancar membaca dan
menulis, 3) Siswa yang kurang berhitung. Kelompok siswa tersebut tersaji pada Lampiran
1.
Hasil dari kegiatan PKM tersebut adalah tim program PKM harus mendahului datang
setengah jam sebelumnya, supaya siswa yang menjadi sasaran kegiatan ini tidak
mendahului pulang. Tim program PKM dalam mengajar calistung harus sabar dan penuh
kasih sayang dalam mengajar siswa-siswa tersebut. Selain itu, pengajar calistung harus
sering memberikan reward kepada siswa yang sudah mengalami peningkatan kemampuan,
seperti kata good, bagus, pintar, dll, untuk mendorong kemauan dan semangat belajar
siswa. Sudah ada beberapa kemajuan yang terjadi pada beberapa siswa diantaranya yaitu
Putu Marta Widia Darma yang awalnya belum bisa penjumlahan susun dan pengurangan,
sekarang sudah bisa; Kadek Sugiantari dan Komang Widia Dewi awalnya belum bisa
penjumlahan dan pengurangan susun sekarang sudah bisa; Dw. Km. Keramas Satriya
Saputra awalnya membaca masih mengeja, sekarang sudah bisa mengeja, dan lain-lain ,
namun ada beberapa siswa yang belum mengalami kemajuan yang disebabkan karena
mereka jarang hadir dalam progran PKM ini. Program PKM ini diakhiri dengan kegiatan
perpisahan. Pada saat perpisahan, kegiatan tersebut dihadiri oleh kepala sekolah SDN 4
Banyuning, guru-guru SD N 4 dan 7 Banyuning, para siswa peserta kegiatan PKM, tim
PKM. Kata sambutan diberikan oleh ketua tim PKM yang di dalamnya diselipi suatu lagu
yang berjudul saya pasti bisa, dan peserta PKM dalam hal ini siswa SD 4 dan 7 Banyuning
yang seharusnya bisa membaca mengikuti lagu tersebut dengan senang dan bersemangat.
Untuk memeriahkan acara perpisahan ini, diberikan juga suatu permainan yang terkait
calistung, siapa yang bisa menjawab, angkat tangan, lalu ditunjuk. Jika bisa menjawab
dengan benar, akan diberikan souvenir berupa alat tulis. Acara tersebut berlangsung
dengan sangat meriah yang terlihat dari antusias siswa-siswi tersebut mengikuti kegiatan.
Ibu Kepala sekolah dalam hal ini diwakili oleh kepala sekolah SDN 4 Banyuning juga
mendapat kesempatan untuk memberikan sepatah dua patah kata, yang pada intinya
mengucapkan terima kasih sudah bersedia mengadakan les calistung gratis di sekolah yang
Beliau pimpin, ke depan diharapkan adanya kerjasama lagi untuk kegiatan-kegiatan lain.
Akhir acara ditutup dengan foto bersama anggota tim PKM, kepala sekolah dan peserta
PKM.
20
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan kegiatan yang sudah dilakukan, simpulan sementara yang dapat ditarik
adalah sebagai berikut.
1. Siswa-siswa SD yang seharusnya bisa membaca mendapatkan les calistung secara
gratis di sekolahnya.
2. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M ini,
harus sering diberikan reward di saat mereka sudah mampu melakukan apa yang
diminta, harus diberikan kasih sayang dan kesabaran di dalam pembelajaran, sehingga
memberikan keyakinan kepada mitra bahwa mereka mampu membaca, menulis dan
berhitung, jika mau berusaha.
3. Mitra sudah mempunyai buku dan peralatan tulis sehingga mereka mau tertarik dan
bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan di sini adalah sebagai berikut.
1. Bagi murid SDN 4 dan 7 Banyuning harus lebih bersemangat mengikuti pembelajaran,
jangan cepat putus asa dan menyerah.
2. Bagi para guru pengajar SD N 4 dan 7 Banyuning agar lebih bersabar dalam mengajar
dan lebih sering memberikan kata pujian kepada para siswa yang sudah mampu atau
sudah mengalami peningkatan dalam akademik, sehingga siswa menjadi tidak cepat
menyerah dan putus asa. Selain itu dalam memberikan pembelajaran kepada siswa SD
perlu adanya cinta dan kasih sayang yang mendukung proses pembelajaran menjadi
lebih cepat.
3. Jika ada siswa yang belum bisa membaca, tapi seharusnya siswa tersebut sudah bisa
membaca, sewajarnya guru memberikan les tambahan kepada siswa tersebut di luar
jam nya mengajar.
21
Tabel 4. Jadwal Kegiatan Program P2M
No Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 Membuat dan mengedarkan
surat ijin mengadakan P2M √ √
Membuat bahan ajar yang menarik bagi peserta les
calistung
√ √ √ √ √ √ √ √
2 Rapat tim pelaksana P2M sekaligus membuat jadwal les
calistung
√
4 Membuat soal pre tes dengan
tim pelaksana √ √
6 Membuat soal pos tes dengan
tim pelaksana √ √
7 Proses pengajaran calistung
Sekaligus tes awal dan observasi kegiatan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Pemberian Pos tes √
9 Pembuatan Draf Laporan √ √
10 Revisi laporan √ √
11 Penyetoran laporan √
12 Publikasi √
22
Lampiran 1
Daftar Hadir Kegiatan P2M Judul: Peningkatan Kemampuan Calistung Bagi Siswa di Atas Kelas 1 yang Belum Bisa Membaca
No Nama Kls Keterangan Sekolah Tanggal
29/7 2/8 4/8 5/8 10/8 11/8 24/8 25/8 26/8 31/8
1 Gede Sura Adnyana 1 belum mengenal huruf SDN 4 H - - - - - H -
2 Komang Kaila Putri 1 Belum lancar mengeja
huruf SDN 4 H - - - - - - H -
3 Alfianus Seran 2 belum lancar membaca SDN 4 H H - - - - - - - -
4 Kadek Lisa Pratiwi 2 belum lancar membaca SDN 4 H H - H - - - - -
5 I Made Radityawan 2 ? SDN 4 H - - - - - - -
6 Putu Enzie Dharma Utama 2 ? SDN 4 - - H - - - - -
7 Gede Juniarta 3 belum lancar membaca SDN 4 H H - - - H(T5) - - H(T6)
8 Ketut Sujana Putra 3 belum lancar membaca SDN 4 H H H - - - - P H(T5)
9 Dw. Km. Keramas Satriya
Saputra 3 belum lancar membaca SDN 4 H - H -
- H(T4) H H -
10 Komang Agus Budiartana 3 belum lancar membaca SDN 4 H H H - - - - P -
11 Made Candra Sumardika 3 Sudah bisa baca SDN 4 h H - H
- H (LM)
H H H
12 Kadek Dwi Adi Brata 3 Belum lancar membaca
dan latihan menulis SDN 4 th - H - - - H H H(T5)
13 Komang Ardiwibawa 4 ? SDN 4 th - - - - H(T9) H - -
14 Kadek Widi Mahendra 4 ? SDN 4 H - - - H(T9) H H -
15 Kadek Cantika Setiani 4 ? SDN 4 - - H - H(T9) H H -
16 Kadek Riki Mahendra 4 ? SDN 4 - - - - H P -
17 Gede Pasek Sudarsana 4 Sudah bisa baca SDN 4 h H - - - - H -
18 Dewa Ayu Sri Indrayani 5 belum lancar membaca SDN 4 H H H H - H(J) H H -
19 Kadek Sugiantari 5 belum lancar membaca SDN 4 H H H H - H(J) H - -
20 Komang Dimas Pratama 5 Sudah bisa baca SDN 4 h H - - - H(LM) - P H
21 Komang Widia Dewi 5 Sudah bisa baca SDN 4 h - - H - - - - H H - - - - - - -
22 Putu Marta Widia Darma 3 Sudah bisa baca SDN 7 h - - H - H(K) - H(JS) -
23
23 Luh Mirayani ? SDN 7 th H - - H - H(T3) P -
24 Made Suta Permana ? SDN 7 th H - - H H(LM) - P -
25 Komag Nata Candrawan ? SDN 7 th - - - - H(LK) - H -
26 Gusti Ketut Wira Pramana ? SDN 7 th - - - - - H - H
27 Kadek Angriyani ? SDN 7 th - - - - - H H -
28 Putu Dela Cahyani ? SDN 7 th H H - - - H P H
29 Komang Pardiyasa 5 Sudah bisa baca, latihan
menulis SDN 7 h - - - H H(LM) - H -
30 Luh Putri Ayu Lestari ? SDN 7 th - - - H - - P -
31 Putu Denis - - - - - - - -
32 Gede Agus Satrya Wibawa - - - - - - -
33 Gede Yoga Wismantara Sudah bisa baca, latihan
menulis - - - H(LM) - - H
34 Kadek Dwi Kurniawan 1 Belum lancar mengeja
huruf SDN 4 - - - - - - - - - H(T4)
35 Gde Krisna Aldiano 1 Belum lancar mengeja
huruf SDN 4 - - - - - - - - - H(T4)
Keterangan : T=Topik
LM=Latihan Menulis
J= Latihan Penjumlahan K= Latihan Pengurangan
JS=Latihan Penjumlahan Susun
24
Lampiran 2.
MODUL BELAJAR MEMBACA UNTUK PEMULA
Oleh: I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc.
Topik 1. Mengenal Nama & Bunyi Huruf
Huruf Kapital: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Huruf Kecil: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v
w x y z
Vokal: Aa Ii Uu Ee Oo
Konsonan: Bb Cc Dd Ff Gg Hh Jj Kk Ll Mm Nn Pp Qq Rr Ss Tt Vv Ww Xx Yy Zz
Topik 2. Membaca Sebuah Suku-kata (dua huruf: konsonan-vokal) Contoh:
B
Ba
Bi
Bu
Be
Bo
C
Ca
Ci
Cu
Ce
Co
D
Da
Di
Du
De
Do
F
Fa
Fi
Fu
Fe
Fo
G
Ga
Gi
Gu
Ge
Go
H
Ha
Hi
Hu
He
Ho
J
Ja
Ji
Ju
Je
Jo
K
Ka
Ki
Ku
Ke
Ko
L
La
Li
Lu
Le
Lo
M
Ma
Mi
Mu
Me
Mo
N
Na
Ni
Nu
Ne
No
P
Pa
Pi
Pu
Pe
Po
Q
Qa
Qi
Qu
Qe
Qo
R
Ra
Ri
Ru
Re
Ro
S
Sa
Si
Su
Se
So
T
Ta
Ti
Tu
Te
To
V
Va
Vi
Vu
Ve
Vo
W
Wa
Wi
Wu
We
Wo
X
Xa
Xi
Xu
Xe
Xo
Y
Ya
Yi
Yu
Ye
Yo
Z
Za
Zi
Zu
Ze
Zo
25
Topik 3. Pengenalan Kata (dua suku-kata yang sama) Contoh: Bi-bi, Cu-cu, Da-da, Gi-gi, dst., seperti di bawah
ini.
B
Ba-ba
Bi-bi
Bu-bu
Be-be
Bo-bo
C
Ca-ca
Ci-ci
Cu-cu
Ce-ce
Co-co
D
Da-da
Di-di
Du-du
De-de
Do-do
F
Fa-fa
Fi-fi
Fu-fu
Fe-fe
Fo-fo
G
Ga-ga
Gi-gi
Gu-gu
Ge-ge
Go-go
H
Ha-ha
Hi-hi
Hu-hu
He-he
Ho-ho
J
Ja-ja
Ji-ji
Ju-ju
Je-je
Jo-jo
K
Ka-ka
Ki-ki
Ku-ku
Ke-ke
Ko-ko
L
La-la
Li-li
Lu-lu
Le-le
Lo-lo
M
Ma-ma
Mi-mi
Mu-mu
Me-me
Mo-mo
N
Na-na
Ni-ni
Nu-nu
Ne-ne
No-no
P
Pa-pa
Pi-pi
Pu-pu
Pe-pe
Po-po
Q
Qa-qa
Qi-qi
Qu-qu
Qe-qe
Qo-qo
R
Ra-ra
Ri-ri
Ru-ru
Re-re
Ro-ro
S
Sa-sa
Si-si
Su-su
Se-se
So-so
T
Ta-ta
Ti-ti
Tu-tu
Te-te
To-to
V
Va-va
Vi-vi
Vu-vu
Ve-ve
Vo-vo
W
Wa-wa
Wi-wi
Wu-wu
We-we
Wo-wo
X
Xa-xa
Xi-xi
Xu-xu
Xe-xe
Xo-xo
Y
Ya-ya
Yi-yi
Yu-yu
Ye-ye
Yo-yo
Z
Za-za
Zi-zi
Zu-zu
Ze-ze
Zo-zo
Topik 4. Membaca Kata (memiliki dua suku-kata yang berbeda) Contoh:
co-ba sa-ya bi-sa ba-ca bu-ku ba-ru
ji-ka ke-ju de-sa lu-pa go-da ha-ri
ma-na na-si pa-di ra-sa sa-te so-to
26
mu-ka sa-pi ta-pi wu-ku yo-yo ho-re
Topik 5. Membaca Kata (memiliki tiga suku-kata, masing-masing 2 huruf) Contoh:
ce-ri-ta ba-li-ta da-hu-lu ge-ja-la ja-ta-yu
le-ma-ri ma-ho-ni lo-ka-si ka-me-ra ka-no-pi
nu-ra-ni pa-du-ka no-ve-la pe-ra-hu po-li-si
se-la-sa re-si-ko te-na-ga yu-wa-na wi-se-sa
Topik 6. Membaca Kata [memiliki dua suku-kata. 2 huruf (k-v) yang
diikuti suku-kata dengan 3 huruf (k-v-k) Contoh:
bu-tir ca-tur da-tar fa-ham ge-ser
ki-pas ja-mur hi-tam lu-lus me-kar
na-fas no-vel re-but pe-tak pa-
dam
so-pir te-nar to-leh sa-buk wa-kil
Topik 7. Membaca Kata [memilki dua suku-kata. 3 huruf (k-v-k) yang
diikuti suku-kata dengan 2 huruf (k-v)], Contoh:
dom-ba ban-tu cer-na fik-si gem-pa
har-ga han-tu jum-pa kal-du kur-ma
lem-bu ker-ja mim-pi lam-pu nis-ta
ram-bu pur-ba ser-ta tem-pe wak-tu
27
Topik 8. Membaca Kata [dua suku-kata, 3 huruf (k-k-v) dan diikuti suku kedua] Contoh:
bri-ket bro-mo bro-sur dra-ma fra-sa
gra-tis gli-kol glo-bal gra-fik gra-
nat
kli-nik klo-set pri-ma spi-dol spa-si
spo-ra sri-ti sta-tus stu-pa tro-fi
Topik 9. Membaca Kata (yang memiliki dua suku-kata, masing-masing 3 huruf) Contoh:
bur-ger cer-das dam-pak den-dam fer-til
gan-jil ham-bar han-cur jam-bul jem-put
jen-tik jum-lah kal-kun lam-bat mak-sud
nam-pan pin-tar ram-but suk-sek tun-tas
Topik 10. Membaca Kata (yang berawalan bunyi –ny) Contoh:
nya-la nya-li nya-man nya-muk nya-na
nya-nyi nya-ring nya-ris nya-ta nya-tu
nya-wa nye-nyak nye-pi nye-ri nyi-nyir
nyi-ru nyi-ur nyo-nya nyo-nyor nyut-nyut
Topik 11. Membaca Kata (yang berawalan bunyi –ng) Contoh:
nga-rang nga-du nga-rai nga-yah nge-ri
nge-ngat ngi-ang ngo-pi ngu-ji ngu-ling
28
Topik 12. Membaca Kata (lebih dari 2 suku-kata, yang memiliki 3 huruf) Contoh:
ber-ma-in cam-pur-an den-pa-sar for-mu-lir ge-mer-lap
har-ta-wan jas-ma-ni ka-len-der ke-lin-ci lem-ba-ga
mah-ko-ta mem-ba-ca No-vem-ber pra-mu-ka pri-mi-tif
pus-ta-ka ram-but-an re-sep-si sum-ba-wa tra-di-si
Topik 13. Membaca Kata (yang mengandung bunyi –ny)
Contoh:
ber-nya-nyi de-nyut ga-nya-ng me-nyu-su
ha-nya ha-nyut ke-nyal ke-nyut
ko-nyol ku-nyah ku-nyit le-nyap
pe-nyok pe-nyu pu-nya re-nyah
ru-nyam se-nyap su-nyi ta-nya
Topik 14. Membaca Kata (yang mengandung bunyi –ng) Contoh:
bang-ku beng-kel bing-kai bong-kar
bung-kus cang-kang cong-kak cung-kil
dang-kal deng-kul dong-kang gang-gang
geng-gam ging-sir gong-gong heng-kang
jang-gut jeng-got jong-kok jung-kir
Topik 15. Pengayaan Topik 7 (penambahan jumlah suku-kata)
Contoh:
29
ban-de-rol ber-ba-gai bun-dar-an cam-pur-an
cen-da-wan com-ber-an den-tum-an dik-ta-tor
fan-tas-tis fes-ti-val for-mu-lir gan-jal-an
ge-mer-lap gum-pal-an ham-bat-an hem-pas-an
hip-no-tis jem-ba-tan ka-lau-pun ka-len-der
ke-lom-pok kom-pu-ter kum-pul-an lem-par-an
lin-tas-an mak-si-mal mem-pe-lai men-te-reng
No-vem-ber pan-cor-an pem-ba-lap pen-de-kar
ram-but-an res-to-ran rem-bet-an rin-tis-an
ro-man-tis sam-but-an se-mes-ter sim-pul-an
sum-bat-an tam-pil-an tem-bi-kar ter-mo-me-
ter
tin-dak-an ton-ton-an tun-tun-an war-ta-wan
Topik 16. Pengayaan Topik 8 (penambahan jumlah suku-kata) Contoh:
bran-dal-an blak-blak-an dra-ma-tis dras-tis
drum-ben dwi-dar-ma fre-kuen-si frus-tra-si
gla-dia-tor gli-ko-gen gra-vi-ta-si kha-ris-ma
kha-wa-tir kla-ri-net klak-son kli-nik
kre-a-si kre-a-tif kre-ma-si kri-mi-nal
kris-tal kris-ten kro-nis ksa-tri-a
pla-sen-ta plin-plan pra-mu-ka pre-da-tor
pri-ha-tin pro-duk-si spe-si-fik spi-ri-tus
30
spo-ra-dis sta-mi-na ste-re-o stu-di-o
tra-di-si tri-mur-ti tri-su-la tro-to-ar
Topik 17. Pemenggalan Suku-kata (mengandung bunyi –ny)
Contoh:
menyanyi berbunyi menyapu menyuling menyatu
menyala menyalin menyokong menyikut menyela
Topik 18. Pemenggalan Suku-kata (mengandung bunyi –ng)
Contoh:
mengarang mengering menguning mengadu menguping
mengawal mengintip mengoceh mengukus mengupas
Topik 19. Pemenggalan Suku-kata Pada Kata yang Memiliki Lebih Dari
3 Suku-kata Contoh:
bepergian menceritakan bersinggungan menyatakan
mengetahui menelusuri mengirimkan menyampaikan
mengawasi menyayangi
Topik 20. Latihan Membaca Kalimat.
Topik 21. Latihan Membaca Paragraf.
31
Topik 22. Latihan Membaca Paragraf.
Topik 23. Latihan Membaca Naskah Cerita.
Topik 24. Latihan Membaca Naskah Cerita.
ini buku saya i ni bu ku sa ya
ini buku saya
bola saya baru bo la sa ya ba ru
bola saya baru
itu bola voli i tu bo la vo li
itu bola voli
32
itu cuka i tu cu ka
itu cuka
cuka rasa asam cu ka ra sa a
sam cuka rasa asam
mana nasi saya
ma na na si sa ya mana nasi saya saya mau fanta
sa ya ma u fan ta saya mau fanta
33
ayo main yoyo a yo ma in yo yo
ayo main yoyo
itu palu besi i tu pa lu be si
itu palu besi kopi isi gula
ko pi i si gu la kopi isi gula
kopi isi susu
ko pi i si su su kopi isi susu
susu dari sapi
34
su su da ri sa pi susu dari sapi ini lagu baru
i ni la gu ba ru ini lagu baru
Xila guru wali
Xi la gu ru wa li Xila guru wali
hari ini hari rabu
ha ri i ni ha ri ra bu hari ini hari rabu
besok bulan juli
be so k bu la n ju li
35
be sok bu lan juli besok bulan juli
topi saya bundar to pi sa ya bu n da r
topi saya bun dar topi saya bundar
itu kuda zebra i tu ku da ze br a
itu kuda ze bra itu kuda zebra
36
pukul nyamuk mati pu ku l ny a mu k ma ti pukul nya muk mati
pukul nyamuk mati
kita nyanyi bareng ki ta ny a ny i ba re ng kita nya nyi ba reng
kita nyanyi bareng
saya terbang tinggi sa ya ter ba ng ti ng gi saya ter bang ting gi
saya terbang tinggi
37
menguras bak mandi me ng u ra s ba k ma n di
me ngu ras bak man di menguras bak mandi
menceritakan kebiasaan
me n ce ri ta ka n ke bi a sa an men cerita kan ke bia saan
menceritakan kebiasaan
38
Lampiran 3. Modul Berlatih Berhitung
Nama :
Kelas :
Sekolah :
I. Berlatih penjumlahan 1-10
1. 5 + 3 = 6. 3 + 2 = 11. 1 + 5 = 16. 5 + 4 =
2. 4 + 2 = 7. 1 + 6 = 12. 7 + 1 = 17. 6 + 4 =
3. 2 + 8 = 8. 7 + 3 = 13. 8 + 1 = 18. 3 + 6 =
4. 9 + 1 = 9. 6 + 2 = 14. 5 + 2 = 19. 5 + 5 =
5. 7 + 2 = 10. 3 + 4 = 15. 4 + 4 = 20. 3 + 3 =
II. Berlatih pengurangan 1-10
1. 5 - 3 = 6. 3 - 2 = 11. 5 - 1 = 16. 5 - 4 =
2. 4 - 2 = 7. 6 - 1 = 12. 7 - 1 = 17. 6 - 4 =
3. 8 - 2 = 8. 7 - 3 = 13. 8 - 3 = 18. 6 - 3 =
4. 9 - 1 = 9. 6 - 2 = 14. 5 - 2 = 19. 5 - 5 =
5. 7 - 2 = 10. 4 - 3 = 15. 4 - 4 = 20. 9 - 4 =
III. Berlatih berhitung campuran (penjumlahan dan pengurangan)
1. 8 + 3 = 6. 4 + 6 =
2. 8 - 4 = 7. 9 - 3 =
3. 5 - 3 = 8. 7 + 2 =
4. 4 + 3 = 9. 6 - 3 =
5. 7 - 5 = 10. 6 + 2 =
IV. Berlatih penjumlahan susun
1. 12 + 24 = 6. 215 + 50 =
2. 31 + 25 = 7. 1000 + 25 =
3. 35 + 100 = 8. 87 + 34 =
4. 63 + 54 = 9. 27 + 36 =
5. 15 + 18 = 10. 102 + 67 =
39
Lampiran 4. Foto-foto kegiatan
40
Foto-foto saat Perpisahan