45
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN KUALITATIF 1 PERKEBUNAN SALAK DALAM PERSPEKTIF PEMUDA KELOMPOK 1 1. Brigitta Dina Stavia 18/428298/SP/28507 2. Anisa Ratih Sekar D 18/430831/SP/28675 3. Bhakti Anggoro 18/428297/SP/28506 4. Fera Putri Adinda 18/430838/SP/28682 5. Stella Elizabeth F 18/428319/SP/28528 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE …...2020/03/01  · LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN KUALITATIF 1 PERKEBUNAN SALAK DALAM PERSPEKTIF PEMUDA KELOMPOK 1 1. Brigitta Dina Stavia

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

METODE PENELITIAN KUALITATIF 1

PERKEBUNAN SALAK DALAM PERSPEKTIF PEMUDA

KELOMPOK 1

1. Brigitta Dina Stavia 18/428298/SP/28507

2. Anisa Ratih Sekar D 18/430831/SP/28675

3. Bhakti Anggoro 18/428297/SP/28506

4. Fera Putri Adinda 18/430838/SP/28682

5. Stella Elizabeth F 18/428319/SP/28528

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5

1.3 Metodologi Penelitian ........................................................................................................... 5

BAB II DESKRIPSI WILAYAH ............................................................................................. 8

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 10

3. 1 Lahan Perkebunan Salak ................................................................................................... 10

3. 2 Hasil Perkebunan ............................................................................................................... 12

3. 3 Permasalahan dalam Perkebunan Salak ............................................................................. 15

3. 4 Pemuda dan Perkebunan Salak ......................................................................................... 19

3. 5 Jenjang Karir Pemuda dan Kebun Salak ........................................................................... 23

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 31

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 31

4.2 Limitasi ............................................................................................................................... 31

4.3 Saran .................................................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 33

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 35

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor bercocok

tanam dalam perekonomian. Sektor ini mampu menjadi penyedia bahan sandang, pangan,

dan papan bagi masyarakat. Perkebunan di Indonesia sangat beragam jenisnya, seperti

perkebunan salak, sawit, kopi, teh, dan lain sebagainya. Dengan begitu, sektor

perkebunan dapat menghasilkan devisa bagi negara.

Seiring berjalannya waktu, beragam pekerjaan mulai bermunculan. Masyarakat

mulai beralih dari yang awalnya bercocok tanam dan bekerja di sekitar tempat tingggal,

beralih bekerja di bidang industri, perkantoran dan sejenisnya . Bukan hanya peralihan,

namun juga apresiasi masyarakat terhadap mata pencaharian bercocok tanam menjadi

semakin rendah. Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat merasa pekerjaan tersebut

kurang menjanjikan bagi perekonomian mereka.

Rendahnya apresiasi dan minat masyarakat terhadap sektor bercocok tanam ini

menyebabkan terjadinya pengalihan lahan perkebunan di Indonesia. Hal ini terjadi

dikarenakan adanya konversi lahan bercocok tanam ke pemukiman penduduk, industri,

dan fasilitas publik yang menunjang aktivitas masyarakat (Harini, 2019). Proses konversi

ini berlangsung sangat cepat terutama di Pulau Jawa dan di kota-kota besar lainnya di

luar Pulau Jawa. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi, terdapat 60.000 ha mengalami

alih fungsi lahan setiap tahunnya (Suparman, 2018). Sedangkan menurut catatan dari

Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan lahan (1993), ada sekitar 18,3 juta ha

atau 28,5% dari sekitar 64,3 juta ha total lahan pertanian yang ada di Indonesia telah

terdegradasi.

Kegiatan bercocok tanam di Indonesia identik dengan pedesaan. Di Indonesia

sendiri terdapat banyak pedesaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tulisan ini

merupakan hasil penelitian dari salah satu desa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4

Desa tersebut bernama Desa Girikerto yang berlokasi di Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Girikerto sendiri memiliki 13 padukuhan,

yaitu Padukuhan Ngandong, Padukuhan Nganggring, Padukuhan Kloposawit, Padukuhan

Kemirisawit, Padukuhan Sukorejo, Padukuhan Pancoh, Padukuhan Nangsri, Padukuhan

Mlicon, Padukuhan Babadan, Padukuhan Glagahombo, Padukuhan Somohitan,

Padukuhan Surodadi Lor, dan Padukuhan Karanggawang. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Sleman menjelaskan batasan utara Desa Girikerto adalah Gunung Merapi,

sedangkan batas timur dengan Desa Purwobinangun Kecamatan Turi, batas selatan

dengan Desa Donokerto Kecamatan Turi, dan batas barat dengan Desa Wonokerto

Kecamatan Turi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, mengenai luas

wilayah menurut jenis penggunaan tanah per desa di Kecamatan Turi tahun 2017, Desa

Girikerto memiliki tanah yang digunakan untuk sawah sebesar 36,61 hektar, sedangkan

tanah yang digunakan untuk bangunan pekarangan sebesar 317,00 hektar. Selain itu,

Desa Girikerto juga memiliki tanah kering sebesar 861,20 hektar, dan tanah lainnya

sebesar 92,79 hektar. Jadi, total keseluruhan tanah yang ada di Girikerto sebesar 1.307,60

hektar. Besarnya lahan yang dapat dimanfaatkan, memunculkan 27 kelompok tani

pemula dan 13 kelompok tani lanjut untuk mengelola lahan tersebut. Kelompok tani

tersebut menghasilkan beragam produksi buah-buahan, untuk salak pondoh sendiri

produksinya bisa mencapai 110 kuintal untuk tahun 2017.

Pada Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, salah satu jenis usaha yang telah lama

dikembangkan oleh masyarakat sekitar adalah usaha pertanian salak pondoh. Usaha

pertanian salak pondoh di Kecamatan Turi, tepatnya di Desa Girikerto dapat membantu

perekonomian warga sekitar karena sebagian tanah di wilayah Kecamatan Turi adalah

tanah kering, berpasir dan berbatu cadas. Iklim yang ada di Desa Girikerto ialah iklim

tropis dengan perbedaan temperatur yang tidak terlalu besar antara musim penghujan dan

musim kemarau. Suhu di daerah tersebut cenderung sejuk dan dingin. Melihat kondisi

desa seperti itu, maka salak pondoh adalah salah satu usaha yang sangat menguntungkan

di sana.

5

Namun di balik itu semua, terdapat permasalahan lain dalam sektor bercocok

tanam yang cukup penting, yaitu minat pemuda dalam sektor tersebut. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Supriyati dan Suryani (2006) menyebutkan bahwa telah terjadi

perubahan selera masyarakat dalam memilih bidang pekerjaan dari bidang bercocok

tanam menjadi bidang non-bercocok tanam. Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian

lainnya yang dilakukan oleh Malian (2004) dan Hamyana (2017) yang menyebutkan

bahwa terjadi penurunan minat pemuda terhadap bidang pekerjaan bercocok tanam.

Peran pemuda sangat penting untuk mempertahankan sebutan negara agraris yang

dimiliki Indonesia, namun bila minat pemuda terhadap sektor bercocok tanam tersebut

terus menurun maka kondisi sektor tersebut di masa depan menjadi terancam.

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh, peneliti tertarik untuk mengetahui

perspektif pemuda terhadap perkebunan salak. Peneliti juga ingin melihat apakah pemuda

masih memiliki minat untuk bekerja di sektor perkebunan salak atau memilih bekerja di

sektor lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

kualitatif ini adalah :

Bagaimana perkebunan salak dalam perspektif pemuda Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Sleman?

1.3 Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma Grounded Research, dengan membangun

konsep berdasarkan data-data yang ditemukan oleh peneliti di lapangan (Singarimbun,

1995).

Informan merupakan pemuda yang bertempat tinggal di Desa Girikerto.

Pemilihan informan dilakukan secara acak. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan

lima pemuda untuk menjadi informan. Data yang ada, peneliti dapatkan melalui proses

6

wawancara secara langsung dengan informan. Peneliti mendapatkan izin untuk merekam

semua proses wawancara dari awal hingga akhir. Hal tersebut memudahkan peneliti

dalam memproses data yang didapat. Data rekaman tersebut telah diolah melalui berbagai

proses berkelanjutan yaitu verbatim transcript, indexing, hingga coding.

b. Data dan Sumber Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan data yang bersumber dari :

1. Data Primer : Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan di

lapangan pada tanggal 27-28 April 2019 dan berlokasi di Padukuhan Nangsri,

Desa Girikerto.

2. Data Sekunder : Data yang diambil melalui jurnal-jurnal dan data statistik.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian kualitatif ini adalah :

1. Wawancara Semi Terstruktur

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah membuat sebuah interview

guide sebagai gambaran kasar apa saja yang akan ditanyakan kepada informan

ketika di lapangan. Selain itu, interview guide juga digunakan untuk

mengingatkan peneliti akan arah penelitian yang sedang dijalankan.

2. Dokumentasi

Peneliti selama menjalankan penelitian, merekam semua wawancara

dengan informan sebagai dokumen penelitian dan juga memudahkan proses

verbatim transkrip. Selain itu, dokumen berupa foto juga dikumpulkan sebagai

gambaran keadaan saat dilakukannya penelitian.

3. Observasi

Pengamatan keadaan yang ada di Desa Girikerto khususnya Padukuhan

Nangsri dimulai dari perjalanan menuju rumah kepala padukuhan, rumah para

informan, hingga Masjid Al Qodr, yang biasa menjadi tempat berkumpul para

pemuda. Di masjid tersebut kami berjumpa sebagian besar pemuda yang menjadi

7

informan dalam penelitian ini. Selain di Padukuhan Nangsri, ada juga salah satu

informan peneliti yang berasal dari Padukuhan Nganggring. Mulai dari

lingkungan alam hingga lingkungan sosial, peneliti mengamati berbagai macam

hal yang terlihat dan menuliskannya ke dalam catatan lapangan.

8

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH

Kesan pertama peneliti saat tiba di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman, cuaca yang

tidak terlalu panas dengan adanya pepohonan di sepanjang jalan. Sejauh mata memandang, jalan

menuju desa tersebut sudah beraspal dengan rata dan tidak ada yang rusak. Sedangkan jalan yang

ada di dalam gang sudah terbuat dari semen namun sudah tergolong baik sehingga peneliti tidak

kesulitan saat menuju lokasi tersebut. Namun sayangnya, di sepanjang jalan belum difasilitasi

oleh lampu jalan sehingga saat malam hari, para pengendara cukup kesulitan dalam mengendara

karena minimnya penerangan.

Girikerto yang terkenal dengan kebun salaknya, dapat dibuktikan dengan adanya kebun

salak milik warga yang tersebar di seluruh wilayah. Hampir setiap keluarga memiliki lahan yang

didapat dari warisan turun temurun. Berbagai jenis salak ditanam warga, seperti salak pondoh,

salak madu, salak gadhing, dan lain-lain. Namun, di Girikerto mayoritas memilih menanam salak

pondoh, mengingat jenis salak tersebut digemari konsumen.

Sementara itu, jarak antar rumah warga yang berada di pinggir jalan raya tergolong

renggang/berjauhan karena diselingi oleh kebun salak, sedangkan jarak rumah warga yang

berada di dalam gang jaraknya relatif berdekatan. Di desa tersebut terdapat sebuah swalayan dan

beberapa toko kelontong untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Balai Desa Girikerto sendiri

terletak di Padukuhan Bangunmulyo, bangunannya tidak terlalu luas untuk ukuran balai desa. Di

dalam balai desanya terdapat beberapa fasilitas seperti sebuah aula, mushola, kamar mandi,

gudang, dapur, dan beberapa ruang kerja.

Mayoritas warga Desa Girikerto bekerja sebagai petani salak sebagian waktu mereka

dihabiskan untuk mengelola kebun salak. Namun, warga tidak semata-mata menggantungkan

perekonomiannya di sektor perkebunan salak, tetapi mereka juga memiliki penghasilan yang

berasal dari pekerjaan lain di luar sektor salak. Pekerjaan tersebut seperti guru, bidan, penjaga

toko, polisi, dan sebagainya. Adanya pekerjaan lain diluar sektor salak tersebut membantu

masyarakat Girikerto dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

9

Solidaritas masyarakat di Girikerto masih terjaga dengan baik, hal tersebut dapat

dibuktikan dengan masih berjalannya berbagai kegiatan seperti kerja bakti, karang taruna, remaja

masjid, PKK. Selain itu, beberapa tradisi masyarakat masih berjalan hingga sekarang contohnya

adalah nyinom. Nyinom sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan pemuda yang membantu

jalannya hajatan untuk melayani tamu, seperti membagikan minuman, snack, maupun makan

besar. Selain dalam kegiatan nyinom, juga terdapat berbagai organisasi yang merekatkan tali

persaudaraan masyarakat seperti seperti PKK, karang taruna, Dasa Wisma, gabungan kelompok

tani Sri Manunggal Dua, Kegiatan keagamaan dan lain sebagainya. Sampai saat ini organisasi-

organisasi tersebut masih rutin menjalankan aktivitasnya.

10

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Lahan Perkebunan Salak

Kepemilikan lahan perkebunan salak di Girikerto dimiliki secara pribadi. Setiap

lahan perkebunan salak di Girikerto menjadi tanggung jawab masing-masing pemiliknya.

Biasanya lahan perkebunan salak di Girikerto dimiliki secara turun-temurun atau diwarisi

dari orangtuanya. Misalnya anak dari yang orangtuanya memiliki kebun salak nantinya

setelah dewasa akan mewarisi kebun salak milik orangtuanya tersebut dan mengelolanya.

Perkebunan salak sendiri sudah dianggap sebagai kebiasaan atau kegiatan sehari-hari

warga Girikerto dan sudah menjadi adat yang turun-temurun. Maksudnya adalah merawat

kebun salak ini sudah menjadi kesibukan utama dan bisa dikatakan sebagai mata

pencaharian utama warga Girikerto dan sudah dilestarikan cukup lama bahkan hingga

kini. Hampir setiap keluarga di Girikerto memiliki lahan perkebunan salak. Bisa dibilang

persebaran perkebunan salak di Girikerto ini cukup merata.

Luas area lahan perkebunan salak pondoh di Kecamatan Turi ini juga terus

meningkat. Dari tahun 1991 hingga tahun 1994 pertambahan luas perkebunan salak ini

mencapai 300 persen (Priyadi, 1997). Di tahun 1989 luas area perkebunan salak ada

126,23 ha, sementara di tahun 1994 luasnya meningkat menjadi 386,82 ha (Priyadi,

1997). Di Turi terus dilakukan upaya konservasi sumberdaya untuk menjamin

keberlanjutan keberadaan kebun salak pondoh ini hingga masa mendatang.

Namun di Sleman persebaran perkebunan salak ini tidak merata. Hal ini terjadi

dikarenakan beberapa faktor seperti kecocokan secara agronomi, keterbatasan modal

yang dimiliki petani, serta kurangnya keterampilan. Dari 17 kecamatan yang ada di

Sleman, hanya Kecamatan Turi yang paling cepat perkembangan perkebunan salaknya

(Priyadi, 1997).

Girikerto terkenal sebagai daerah penghasil salak yang besar. Banyak orang dari

luar daerah yang berbondong-bondong ke Girikerto untuk membeli salak pondoh, salak

11

khas di Girikerto. Selain menjual salak, warga di Girikerto juga membuat bermacam-

macam olahan dari salak seperti keripik, wajik, manisan, asinan, dan masih banyak lagi.

Berbagai olahan salak itu nantinya dijual dan disetorkan ke toko-toko. Dulunya di

Girikerto pernah mendapat bantuan alat untuk membuat keripik dari pemerintah, namun

sayangnya alat tersebut sudah rusak sehingga produksi pun terhenti.

Di Girikerto juga ada beberapa eko wisata kebun salak yang cukup berpengaruh

pada potensi kebun salak ini sendiri. Dalam ekowisata tersebut pengunjung akan diajari

cara merawat salak dan diperkenalkan pada jenis-jenis salak yang ada di girikerto ini.

Keberadaan eko wisata ini cukup menarik minat wisatawan.

Dari segi ekonomi sendiri, kebun salak menjadi sumber penghasilan yang cukup

penting bagi warga di Girikerto. Penghasilan dari berkebun salak ini cukup untuk

membiayai kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak. Berkebun salak telah

menjadi pekerjaan pokok di Desa Girikerto ini sejak dulu hingga kini, hanya bedanya saat

ini sebagian besar warga di Desa Girikerto juga memiliki pekerjaan lain yang berada di

luar sektor perkebunan salak. Hal ini dikarenakan warga telah memiliki ketertarikan lain

diluar bidang perkebunan salak, dan juga sebagai tambahan pemasukan karena kini harga

salak semakin turun jadi kurang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Dari sisi makronya sendiri, perkebunan salak ini cukup mengangkat pemasukan

Desa Girikerto. Kecamatan Turi juga menjadi salah satu kecamatan yang memiliki

pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat jika dibandingkan dengan kecamatan lain

di Kabupaten Sleman. Usaha salak pondoh ini juga dinilai menjadi satu-satunya alternatif

yang paling menguntungkan di bidang ekonomi bagi kecamatan Turi. Kabupaten Sleman

ini juga sudah ditetapkan sebagai sentra produksi salak pondoh sukses menjadi Varietas

unggulan Nasional (Kepmen Pertanian Nomor: 272/Kpts/TP 240/4/1988). Hal ini

mendorong para pengusaha untuk berbisnis di sektor perkebunan salak pondoh.

Dampaknya kini perdagangan salak pondoh terbuka ke kota-kota besar seperti Surabaya,

Bandung, dan Jakarta (Priyadi, 1997).

12

Biasanya perkebunan salak ini dikelola sendiri oleh pemiliknya secara turun

temurun atau diwariskan pada anak-anaknya. Namun sebelum diwariskan biasanya orang

tua lah yang lebih dominan merawatnya. Dikarenakan kesibukan seperti sekolah atau

bekerja, anak hanya sekedar membantu saja disaat ada waktu luang atau disaat sedang

libur. Selain dibantu oleh anak-anaknya atau keluarganya, jika pemilik perkebunan salak

terlalu sibuk atau mempunyai banyak lahan perkebunan salak dan tidak bisa

menanganinya sendiri biasanya ia akan menyewa jasa buruh tani untuk membantunya

mengelola perkebunan salak. Perkebunan salak pondoh sendiri memang memerlukan

cukup banyak tenaga kerja. Pengelolaan yang baik dalam produksi dan pemasaran akan

mendatangkan penghasilan yang besar bagi petani salak pondoh ini. Dengan begitu

perkebunan salak pondoh ini diharapkan dapat mengangkat perekonomian

masyarakat yang nantinya dapat mendorong pengembangan wilayah.

B. Hasil Perkebunan

Perkebunan salak yang ada di Desa Girikerto, tumbuh layaknya perkebunan salak

pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat dimana pohon salak tumbuh hingga berbuah

dengan waktu kisaran lima bulan dimulai dari pohon berbunga. Masing-masing dari

pohon salak mengalami proses yang sama pada umumnya. Selagi pohon salak masih

hidup dan dalam keadaan baik, pohon salak dapat menumbuhkan bunga. Dalam satu buah

pohon salak, banyak bunga dapat tumbuh, tidak hanya satu saja.

Setelah beberapa hari bunga salak tumbuh, bunga akan memerah dan itu

menunjukkan bunga siap untuk menjalani proses selanjutnya, yaitu penyerbukan. Salah

satu informan yang bernama Ambar, mengungkapkan bahwa dalam proses penyerbukan,

membutuhkan bantuan manusia. Bantuan tersebut berupa penaburan bunga jantan pada

bunga betina yang dilakukan satu persatu di setiap bunga yang sudah berwarna merah.

Namun, bunga betina yang ada di pohon dan dalam keadaan sudah menghitam tidak perlu

ditaburi bunga jantan. Hal tersebut dikarenakan bunga betina telah membusuk dan tidak

dapat menumbuhkan buah. Setelah proses penyerbukan tersebut dilakukan, pohon salak

membutuhkan waktu kisaran lima bulan untuk menumbuhkan buah salak yang matang

dan siap dipanen.

13

Perkebunan salak yang sudah memasuki masa panen, dapat dipanen sesuai tingkat

kematangan dari setiap pohon yang ada. Biasanya pengelola kebun akan memetik buah

yang sudah matang dan meninggalkan buah yang belum matang di pohonnya. Selang

lima hari hingga satu minggu kemudian, pengelola kebun kembali melakukan hal yang

sama dan berkala. Orang tua yang biasanya menjadi pengelola kebun salak, akan dibantu

oleh anaknya mengangkut hasil panen dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Terdapat berbagai pilihan dalam pemrosesan hasil panen tersebut. Beberapa

pengelola kebun memilih untuk menyimpan hasil panennya di rumah masing-masing.

Selain itu juga ada pengelola kebun yang secara langsung menjual hasil panennya pada

pengepul untuk dijual kembali ke pasar. Bagi pengelola kebun yang berada dalam

gabungan kelompok tani atau Gapoktan, memilih untuk mengumpulkan hasil panennya

dalam organisasi tersebut. Terdapat pula pengelola kebun yang mengalihkan hasil panen

yang berupa buah segar menjadi olahan buah yang kerap kali dijumpai di swalayan.

Pilihan untuk membawa pulang hasil panen biasanya menjadi pilihan bagi

pengelola kebun yang mempunyai lahan tidak luas dan penghasilan salak yang tidak

banyak, sehingga hasil panen hanya digunakan untuk konsumsi keluarga. Namun, saat

ini, di Padukuhan Nangsri, setiap keluarga mempunyai lahan yang cukup luas sehingga

hasil panen dapat dijual. Pilihan selanjutnya dan banyak dipilih oleh masyarakat setempat

Story Box

Ambar merupakan salah seorang pemuda Desa Girikerto khususnya

Padukuhan Nangsri. Kami bertemu di rumah Ambar, setelah sebelumnya telah

membuat janji kisaran jam 11 siang. Tidak kami sangka, Ambar begitu terbuka dan

mau menceritakan dengan jelas segala pertanyaan yang kami tanyakan. Tidak ada

kesulitan yang berarti dalam wawancara dengan Ambar. Sebagai pemuda, ia

menceritakan keluh kesah berbagai hal mengenai perkebunan salak Girikerto sesuai

dengan pandangan pemuda sebayanya.

14

adalah menjualnya langsung kepada pengepul. Biasanya sudah ada pengepul yang

menjadi langganan di setiap tempat pengumpulan hasil kebun. Pengelola kebun tidak

perlu menunggu waktu lama untuk menjual ke pasaran karena melalui pengepullah salak

dapat sampai di tangan konsumen melalui pasar.

Tidak hanya bekerja secara mandiri, pengelola kebun salak di setiap keluarga juga

tergabung dalam gabungan kelompok tani atau Gapoktan yang ada di daerahnya masing-

masing. Padukuhan Nangsri memiliki organisasi Gapoktan yang bernama Sri Manunggal

Dua. Organisasi tersebut diikuti oleh orang dewasa hingga orang tua untuk saling

membantu dalam mengolah lahan perkebunan, seperti pendistribusian pupuk, pencegahan

dari hama, juga dalam mengumpulkan buah salak yang telah dipanen. Kumpulan buah

salak milik semua anggota yang telah terkumpul akan dipilah menjadi berbagai kelas

untuk dapat menjalani proses berikutnya. Buah yang memenuhi kriteria tertentu dari segi

bentuk dan kualitas, sesegera mungkin dikemas untuk kemudian diekspor ke luar negeri.

Negara yang dituju beberapa di antaranya adalah Jepang dan China.

Tidak hanya sekedar menjual, hasil kebun salak juga diolah menjadi beraneka

ragam seperti keripik, dodol, dan wajik. Pilihan untuk mengolah tersebut menjadikan

produk lebih awet dalam jangka waktu yang lebih lama. Biasanya dalam proses

pembuatan keripik salak dilakukan secara bersama-sama oleh ibu-ibu PKK. Mesin yang

dimiliki untuk membuat keripik salak tersebut didapatkan dari bantuan pemerintah.

Namun sangat disayangkan dalam setiap penggunaannya membutuhkan minyak yang

banyaknya hampir memenuhi seluruh tangki. Cukup besar biaya yang dikeluarkan ibu-

ibu PKK ketika mengolah keripik salak. Terlebih mengingat minyak dalam tangki

tersebut hanya sekali pakai, tidak dapat digunakan kembali. Dengan begitu,

pengoperasian mesin keripik salak tidak berlangsung lama dan saat ini mesin dalam

keadaan rusak karena lama tidak digunakan.

Setelah berhentinya pengelolaan keripik salak, masyarakat setempat lebih

mengembangkan produk yang tidak terlalu membutuhkan biaya yang banyak seperti

wajik dan dodol. Pengelolaannya pun tidak memerlukan banyak orang sehingga bisa

15

dikerjakan dalam lingkup keluarga saja. Setelah produk tersebut jadi, biasanya

masyarakat mendistribusikan di toko-toko dan swalayan setempat. Beberapa diantaranya

juga dijual di pusat oleh-oleh sebagai makanan khas asli Turi.

Kehadiran kebun salak yang berlimpah, membuat masyarakat terus

memanfaatkannya yang tidak lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam

wawancara terhadap beberapa informan, peneliti menemui hal yang sama dimana harga

salak berubah-ubah mengikuti dengan banyaknya produksi salak yang ada. Pada saat

buah salak hasil panen tersedia dalam jumlah yang banyak, harga perkilonya akan turun.

Begitu pula sebaliknya, dalam keadaan buah salak tersedia dalam jumlah yang sedikit,

harga perkilonya akan lebih tinggi dari biasanya. Hal tersebut sangat sudah menjadi hal

yang biasa bagi masyarakat. Sudah menjadi hal yang wajib dirayakan setiap bulan

November hingga Desember terdapat peristiwa panen raya. Saat panen raya tersebut,

terjadi lonjakan yang tinggi hasil perkebunan salak yang tadinya hanya berkisar antara

45-50 kuintal, bisa mencapai 100 kuintal bagi setiap pemilik kebun. Banyaknya hasil

panen salak tersebut dijual dengan harga yang sangat murah, untuk satu kilonya hanya Rp

1.000,. hingga Rp 2.000,. saja. Namun dengan banyaknya buah salak yang terjual,

pengelola kebun tidak merasa dirugikan. Setelah musim panen raya selesai, hasil panen

salak kembali seperti biasanya. Begitu pula harga perkilonya naik menjadi Rp 6.000,.

hingga Rp 7.000,.

C. Permasalahan dalam Perkebunan

Komoditas salak pondoh menjadi prospek baik bagi perkembangan di bidang

agribisnis buah-buahan Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Kita ketahui

bahwa desa tersebut mempunyai perkebunan salak pondoh yang sudah populer di

kalangan masyarakat Yogyakarta, bahkan mereka sudah mengekspor buah salak hingga

ke kancah mancanegara. Rasa buahnya yang manis sepet dan produk-produk salak

andalannya menjadi ciri khas perkebunan salak Desa Girikerto. Akan tetapi dibalik itu

semua terdapat jerih payah para petani dalam menggarap kebun salak pondoh, tanpa jasa

para petani maka perkebunan salak tidak bisa berjalan baik. Para petani di perkebunan

salak di Desa Girikerto sendiri cukup mendapati banyak hambatan yang harus dihadapi

16

ketika menggarap kebun, contohnya saja serangan hama yang cukup meresahkan para

petani. Banyaknya hewan di desa tersebut seperti bajing, ayam, dan tikus berkeliaran

menjadi hama di perkebunan salak pondoh, mereka sering memakan buah-buah salak dan

hanya menyisakan bijinya saja. Di samping itu juga ditemukan hama-hama kecil yang

bersembunyi di sela-sela buah memakan bagian dalam buah salak tersebut sehingga

terlihat utuh dari luar namun terjadi pembusukan di dalam daging buah, karenanya para

petani tidak dapat mendapatkan panen yang berlimpah akibat banyaknya hama-hama

tersebut.

Pemeliharaan pohon salak juga menjadi hambatan para petani saat musim

penghujan tiba, tanah akan lebih subur karena air selalu mengguyur perkebunan salak

pondoh di Desa Girikerto. Namun jika hal tersebut terus-menerus berlangsung, bunga

salak akan membusuk lebih cepat dan pepohonan salak tidak dapat berbuah dengan

sempurna karena terlalu banyak menyerap air. Oleh karena itu para petani harus sangat

sabar dan teliti ketika merawat perkebunan salak di musim penghujan. Hal tersebut juga

mempengaruhi kualitas buah salak yang dihasilkan karena pohon salak terlalu banyak

menyerap air, buah yang dihasilkan kurang baik serta hasil panen jumlahnya sangatlah

sedikit karena banyak buah yang tidak matang sempurna dan membusuk sehingga harga

buah salak di pasaran sangat turun drastis. Selain musim penghujan, para petani juga

harus bergelut dengan musim kemarau karena daun-daun akan berubah menjadi coklat

dan berguguran karena mengalami kekeringan akibat kurangnya penyerapan air. Oleh

karenanya para petani harus mencari akal agar pohon salak tidak kekeringan dengan cara

menggunakan pipa yang dialirkan ke masing-masing pohon salak agar terus mendapatkan

pasokan air yang cukup, dari pengairan tersebut maka pohon salak dapat tumbuh subur

dan berbuah besar. Namun para petani sudah terampil dan berpengalaman dalam

menghadapi musim penghujan dan kemarau sehingga masalah tersebut dapat teratasi.

Tidak hanya persoalan hama dan musim yang menyebabkan hambatan selama

proses tumbuhnya salak pondoh, para petani salak pondoh di desa tersebut juga

merasakan naik-turunnya harga salak di pasaran akibat para konsumen kurang tertarik

membeli buah salak dan lebih memilih buah lain. Akibat penjualan buah salak yang

17

kurang laku di kalangan masyarakat, para petani pernah menjual buah salak hanya

dihargai Rp 1.000-2.000 per kilogram kepada para pengepul, tentunya hal tersebut tidak

sebanding dengan tenaga, waktu, biaya perawatan dan pemeliharaan yang mereka

korbankan untuk mengelola kebun salak. Kondisi ini diperparah dengan komoditas salak

pondoh sudah tersebar di berbagai kota seperti Banjarnegara, Bali dan Magelang karena

bibit salak pondoh yang dijual bebas sehingga masyarakat tidak perlu jauh-jauh membeli

salak pondoh langsung hingga ke Desa Girikerto, mereka akan lebih efektif jika membeli

di kota terdekat. Salak pondoh dari Desa Girikerto menjadi sepi pembeli akibat

banyaknya persaingan yang ada di dalam negeri dan terkadang kualitas buah salak

pondoh yang dijual kurang baik karena terkendala cuaca dan hama sehingga para

konsumen kurang meminati membeli buah tersebut.

Perkebunan salak pondoh lah yang menjadi pekerjaan utama masyarakat di Desa

Girikerto, mayoritas mereka sangatlah menggantungkan hidupnya pada perkebunan

salak. Para petani sering mengeluh akibat harga yang sangat rendah karena harga

penjualan tidak dapat menutupi biaya perawatan, mereka akan mengalami kerugian yang

cukup banyak untuk membeli peralatan kebun, pupuk, hingga biaya perawatan dan

penjualan salak tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga akibat harga salak

tidak sebanding dengan semua usaha yang sudah mereka keluarkan. Harga pupuk

sangatlah mahal, untungnya ada progam dari pemerintah yang telah membantu

memberikan pupuk bagi para petani yang tergabung dalam organisasi khusus, jika tidak

maka para petani tidak mampu membelinya dan proses perawatan pohon pun terhambat.

Bagaimanapun juga, bantuan pupuk yang diberikan oleh pemerintah belum tentu dapat

meringankan beban para petani karena masih banyaknya kebutuhan bagi perawatan

perkebunan salak pondoh. Terkadang para petani tidak mendapatkan laba sedikitpun

karena pendapatan dari penjualan salak hanya cukup untuk membeli bahan-bahan

perkebunan saja, namun jika benar-benar tidak laku mereka memberhentikan pengelolaan

perkebunan salak sementara akibat belum adanya modal untuk meneruskan kembali.

Buah salak juga pernah dikelola menjadi produk keripik salak olahan rumah

tangga dari sisa-sisa salak yang kurang layak untuk dijual oleh para ibu-ibu PKK sebagai

18

penghasilan sampingan dibanding dibuang dengan cuma-cuma, mereka membuat inovasi

agar tidak bergantung pada nasib penghasilan buah salak saja. Para ibu-ibu PKK

mengolah salak-salak sisa tersebut menggunakan mesin pemberian dari bantuan

pemerintah. Mereka sudah mulai memasarkan produk keripik salak tersebut dan diterima

baik oleh masyarakat, lalu dari hasil penjualan produk keripik tersebut para ibu-ibu PKK

mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarganya. Dalam pembuatannya, produk

salak tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena minyak yang digunakan

hanya sekali dipakai dalam jumlah besar hingga bahan bakar yang mahal, hal tersebut

lagi-lagi menjadi kendala dalam pembuatan produk-produk salak. Produk salak

membutuhkan minyak untuk membuat produk salak yang tentunya cukup tergolong

mahal, minyak yang tersebut hanya dapat digunakan dalam satu kali pakai saja sehingga

dinilai kurang efisien. Namun sayangnya kegiatan pengolahan keripik salak sudah

berhenti sekitar tiga tahun lalu karena mesin yang digunakan dalam memproduksi salak

rusak akibat jarang dipakai. Alasan para ibu-ibu PKK jarang memakainya karena

mahalnya biaya minyak dan kuantitas minyak yang tidak sedikit, selain itu juga minyak

yang telah digunakan tidak bisa dipakai kembali. Tak hanya memproduksi keripik, para

ibu-ibu PKK dan warga sekitar juga mempunyai produk-produk lain dari sisa salak akibat

munculnya inovasi baru menggantikan keripik salak. Hasil inovasi tersebut juga disambut

baik di masyarakat, namun sayangnya para ibu-ibu PKK dan warga kurang tertarik untuk

mengembangkan produk salak sehingga hanya menjual secukupnya saja jika ada event

maupun pesanan khusus.

Buah salak pondoh di Desa Girikerto sudah dapat menembus pasar internasional,

buktinya para petani sudah mengekspor buah salak hingga ke Jepang. Buah salak pondoh

yang akan diekspor harus mengalami proses pemilahan buah terlebih dahulu, akan dipilih

buah yang terbaik dengan ciri-ciri seperti warna kulitnya tidak pucat, sisik buah yang

tersusun rapi dan bentuk fisik buah salak harus berbentuk segitiga bulat telur rapi. Akan

tetapi para petani sulit menemukan buah salak yang mempunyai ciri-ciri seperti itu

karena harus benar-benar menanam dari bibit salak pondoh dan menunggu dari bunga

hingga berbuah, lalu memilah kembali untuk mencari bibit unggulan, dirawat dengan

19

rajin hingga berbuah. Juga adanya halangan serangan hama-hama yang dapat merusak

buah salak dan melonjaknya harga pupuk untuk perawatan salak pondoh.

Sektor pertanian di bidang agribisnis dapat mempengaruhi kemajuan

perekonomian di Desa Girikerto, para petani dapat hidup dari pekerjaan utama mereka.

Dalam persaingan agribisnis salak pondoh di Desa Girikerto dengan kota-kota lain, para

petani sudah meningkatkan kualitas faktor produksi demi meningkatnya juga pendapatan

para petani. Jumlah faktor produksi akan berpengaruh signifikan terhadap jumlah yang

akan diterima para petani. Tetapi hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan, para

petani sudah bersusah payah mengelola perkebunan salak, setiap hari ke kebun untuk

merawat pohon-pohon salak dan hasil yang diterima dari penjualan buah salak tidak

seberapa. Masyarakat di Jepang belum semua merasakan rasa dari buah salak pondoh,

maka dari itu dengan adanya ekspor buah salak pondoh ke Jepang dapat mengenalkan

buah-buahan dari Indonesia. Para petani juga diuntungkan dari hasil penjualan komoditas

ekspor tersebut karena harga yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan harga penjualan

di daerah-daerah Indonesia. Akan tetapi para petani masih mengalami berbagai kendala

mengingat mahalnya biaya ekspor dan tingginya standar kualitas yang harus dipenuhi

oleh para petani.

D. Pemuda dan Perkebunan Salak

Aktivitas pemuda di desa Girikerto menurut latar belakang informan-informan

yang peneliti wawancarai mayoritas adalah berkuliah dan bekerja, namun ada juga yang

menjadi pengangguran dengan alasan karena sekarang susah mencari pekerjaan. Dari

informan pertama yang diwawancarai oleh peneliti ia sedang menjalani kuliah di

Universitas Respati Yogyakarta, informan kedua ia sedang menjalani kuliah di

Universitas PGRI Yogyakarta.

FR : "Oh ya, kesibukannya apa mbak sekarang?"

FB : "Kuliah." (Febri. Sleman. 28 April 2019).

FR : "Mbaknya pengennya kerjanya di apa nih? Dibidang apa?"

FB : "Bidang itu guru tadi." (Febri. Sleman. 28 April 2019).

20

Dari informan ketiga yang diwawancarai oleh peneliti ia sedang menjalani kuliah

di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

A : Oyaa.. ee.. kalau mbak Monica sendiri nih lebih tertarik untuk melanjutkan

yang mana? Hehe

M : “Kalau aku karena aku kan kuliah jadinya aku lebih tertarik untuk

melanjutkan ke yang jurusan-jurusan gitu hehe.” (Monica. Sleman. 28 April 2019).

A : Oyaa.. hehe, mbak Monica kuliah dimana?

M : “Di Sanata Dharma.” (Monica. Sleman. 28 April 2019).

Story Box

Saya menemui informan saya yang bernama Febri di rumahnya tepatnya di dusun

Nganggring, Girikerto sekitar pukul 15.00 WIB. Kami berbicara banyak hal tidak

hanya mengenai perkebunan salak namun Ia juga menceritakan suka dukanya

menjadi seorang pemuda di Desa Girikerto. Bahkan kami sempat bertukar pikiran

tentang peran pemuda di Desa. Setelah perbincangan kami selama kurang lebih satu

setengah jam, menurut saya Febri adalah sosok pemuda yang cukup bisa

menempatkan dirinya dilingkungannya. Meskipun saat ini Ia sedang memiliki

kesibukan melangsungkan pendidikannya di Program Studi PGSD Universitas PGRI

Yogyakarta namun Ia bisa membagi waktunya dengan baik antara perkuliahannya,

membantu orangtuanya merawat perkebunan salak, dan berinteraksi dengan

masyarakat disekitar rumahnya termasuk mengikuti organisasi kepemudaan.

Walaupun Ia bercita-cita untuk menjadi Guru SD namun Ia tidak keberatan jika

suatu saat nanti harus meneruskan usaha orangtuanya untuk merawat kebun salak.

21

Sedangkan dari informan keempat yang diwawancarai oleh peneliti ia sekarang

hanyalah pengangguran karena kata mas Amin sekarang susah mencari pekerjaan.

ST : Sekarang masnya lagi SMA? SMP?

AM : “Oh, saya nganggur.” (Amin. Sleman. 27 April 2019).

ST : Oh nganggur.

AM : “Susah nyari kerja dek.” (Amin. Sleman. 27 April 2019).

Informan kelima yang diwawancarai oleh peneliti bekerja di salah satu toko yang

ada di Turi.

DN : Kalau Mbak Ambar sendiri, minatnya sekarang dimana sih Mbak?

AB : “Masih kerja, di ini bagian jadi karyawan toko” (Ambar. Sleman. 28 April

2019).

Untuk organisasinya pemuda-pemudi mempunyai organisasi Karang Taruna yang

diberi nama Sri Manunggal Bhakti, organisasinya ini hanya tingkat dusun Nangsri saja

yang anggotanya adalah pemuda-pemudi yang ada di dusun Nangsri. Karang taruna ini

diadakan pertemuan setiap satu bulan sekali tepatnya di hari sabtu atau malam minggu

wage. Untuk kegiatan pertemuan karang taruna setiap bulannya biasanya berupa arisan

bulanan dan rapat untuk membahas kegiatan yang diagendakan untuk event kampung,

“Ya cumak kumpul, rapat terus mbahas yang mau diagendakan bulan berikutnya apa pas

ada acara event di desa itu ya kumpul ya. Yang penting sih.Kadang ya ah cuma pengen

kumpul, mbahas-mbahas gitu.” (Ambar. Sleman. 28 April 2019)

22

Selain arisan dan rapat, karang taruna Sri Manunggal Bhakti juga mempunyai

program kerja untuk mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mendatangi

rumah-rumah warga untuk mengambili barang-barang bekas tersebut jika ada nanti

dikumpulin menjadi satu dan kemudian dijual ke pengepul barang bekas tersebut, “Nanti

dikumpulin jadi satu terus dijual di pengepul, untuk nambah kas gitu. Nanti kalau ada

acara ulang tahun kayak karang taruna itu.” (Ambar. Sleman. 28 April 2019). Kemudian

selain itu pemuda pemudi anggota karang taruna Sri Manunggal Bhakti juga mencari

rumput untuk makanan ternak yang nantinya kalau sudah mendapatkan rumput yang

banyak kemudian dijual ke warga-warga yang ingin membeli rumput tersebut untuk

makanan kambing atau sapi pemilik warga, "Yang makanan ternak, nah itu kalau sudah

saatnya dipanen ya panen, gotong royong nanti terus dijual sama warga sekitar yang mau

beli, terus setiap sebulan sekali ada pertemuan, tiap malam minggu wage." (Febri.

Sleman. 28 April 2019). Uang dari hasil penjualan tadi nantinya bakalan dimasukkan ke

dalam kas karang taruna, untuk tambah-tambah uang kas yang biasanya dikumpulin

untuk mengadakan kegiatan-kegiatan kampung seperti ulang tahun karang taruna, “Nanti

dikumpulin jadi satu terus dijual di pengepul, untuk nambah kas gitu. Nanti kalau ada

acara ulang tahun kayak karang taruna itu.” (Ambar. Sleman. 28 April 2019).

Namun kalau untuk yang berkaitan dengan perkebunan salak pondoh di desa

Girikerto atau di dusun Nangsri, karang taruna sendiri belum ikut andil dalam ikut

pemberdayaan perkebunan salak pondoh tersebut. Menurut informasi-informasi yang

kami dapat dari hasil wawancara berbagai informan karang taruna sendiri belum ikut

andil dikarenakan karang tarunanya sendiri belum ada niatan atau belum ada pikiran

untuk membahas perkebunan salaknya itu sendiri, jadi untuk pembahasan dari karang

taruna Sri Manunggal Bhakti setiap kali ada pertemuan baru hanya membahas untuk

kegiatan-kegiatan karang taruna yang akan diagendakan saja, karena mayoritas anggota

pemuda karang tarunanya adalah masih sekolah, masih kuliah, bahkan juga sudah ada

yang bekerja di luar daerah Turi. Jadi kebanyakan dari anggota karang taruna sendiri

sudah mempunyai kegiatan masing-masing.

23

Perkebunan salak di desa Girikerto kebanyakan adalah milik pribadi,

perkebunannya kebanyakan hanya dikelola sendiri tidak dikelola secara bersama-sama

atau tidak dikelola dengan organisasi khusus. Jadi menurut informasi yang didapat dari

para informan bahwa hanya anak-anaknya sendiri yang membantu di perkebunan milik

orangtuanya, itu pun hanya kalau mereka libur saja yang membantu orangtuanya di

kebun, dikarenakan mereka yang sudah mempunyai kegiatan sendiri untuk sekolah,

berkuliah, juga bekerja jadi waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk kegiatan

mereka masing-masing daripada membantu orangtuanya di kebun. Selain itu juga karena

minat mereka di bidang selain perkebunan salak sehingga mereka lebih mengutamakan

untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi hanya karena untuk mengejar cita-cita,

tetapi kebanyakan dari informan yang di wawancarai oleh peneliti mereka lebih suka

untuk mencari pekerjaan yang lain daripada untuk mengurus perkebunan salak.

E. Jenjang Karir Pemuda dan Kebun Salak

1. Perspektif Pemuda terkait Potensi Kebun Salak sebagai Pilihan Pekerjaan

Pemuda

Terkait minat pemuda dalam bekerja di sektor perkebunan salak, dari hasil

wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa semua pemuda yang menjadi

informan menyampaikan adanya keengganan dari pemuda untuk menjadikan

perkebunan salak sebagai pekerjaan utama.

“Ya untuk mengelola kebun perlu waktu dan tenaga yang besar , biasanya

pemuda itu kebanyakan mencari pekerjaan ke luar.” (Eka. Sleman, 27 April

2019).

“Kebanyakan sih banyak yang keluar, mencari pekerjaan di luar kalau

pas libur itu kan bisa mbantu mbantu orang tuanya di kebun.” (Eka. Sleman, 27

April 2019).

Story Box

Saya menemui Monica di Balai Desa Girikerto pada tanggal 28 April 2019

pukul 10:30 WIB, sebelumnya kami sudah janjian untuk bertemu di balai desa

tersebut. Monica merupakan salah satu pemuda di Desa Girikerto yaitu di Dusun

Nangsri, saya mewawancarai Monica yang merupakan seorang mahasiswa di

Universitas Sanata Dharma. Monica adalah orang yang ramah dan enak diajak

ngobrol, namun Monica tidak sepenuhnya tahu soal perkebunan salak di Desa

Girikerto karena kegiatannya di kampus yang lumayan cukup padat sehingga ia

jarang membantu orang tuanya di kebun, sehingga ia kurang tahu soal perkebunan

salak tersebut.

24

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Eka, pemuda yang berada di

Desa Girikerto kebanyakan mencari pekerjaan di luar lingkup perkebunan salak.

Hal tersebut karena pengelolaan perkebunan salak membutuhkan waktu dan

tenaga yang besar. Pemuda yang bekerja di luar lingkup perkebunan salak

biasanya membantu orang tuanya dalam mengelola kebun salak saat hari libur.

“Tidak berkeinginan untuk melanjutkan.” (Amin, Sleman 27 April 2019)

“Untuk alasannya ya karena tidak prospek.” (Amin , Sleman 27 April

2019)

“Kalau dari orang tua saya itu pikirannya santai mbak, tidak ada tuntutan

untuk melanjutkan ke pertanian saya sih. Kalau orang tua saya justru cenderung

menyarankan saya untuk menikah mbak” (Amin, Sleman 27 April 2019).

“Kalau pekerjaan sih, pekerjaan saya sih pengennya jalan-jalan yang

dibayar jadi kerja sambil jalan-jalan gitu mbak” (Amin, Sleman 27 April 2019).

“Menurut saya pekerjaan yang menjanjikan untuk pemuda era saat ini

lebih ke passionnya mereka sendiri-sendiri sih mbak, mending bekerja tapi

kerjaan yang mereka sukai mbak. Kalau saya sih sukanya berjualan makannya

lebih ke buka usaha. Mungkin teman saya kemarin ada yang hobi fotografi”

(Amin, Sleman 27 April 2019).

Story Box

Kami menemui informan di Masjid Al Qodr Dusun Nangsri pada pukul

12.30. Ketika kami sampai di lokasi, terdapat beberapa pemuda yang berkumpul di

masjid tersebut untuk bermain game online. Saya harus menunggu beberapa menit

hingga informan yang bernama Eka selesai dalam bermain game. Setelah permainan

game selesai, saya mewawancarai Eka yang merupakan mahasiswa Universitas

Respati. Eka merupakan sosok yang baik dan ramah sehingga memudahkan peneliti

dalam menggali informasi mengenai perkebunan salak di Girikerto. Ketika

wawancara, Eka banyak bercerita mengenai pandangannya terkait perkebunan salak

di Desa Girikerto.

25

Informan bernama Amin merupakan alumni departemen Geomatika

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Amin tidak memiliki keinginan untuk

melanjutkan pekerjaan di sektor perkebunan salak dengan alasan kebun salak

tidak memiliki prospek di masa depan. Orang tua Amin merupakan tipe orang tua

yang santai dan tidak memberikan tuntutan kepada Amin untuk bekerja di sektor

pertanian, orang tua Amin justru menganjurkan Amin untuk menikah. Terkait

masalah pilihan pekerjaan, Amin memiliki keinginan untuk bekerja sebagai

pengusaha dan traveler yang digaji. Menurut pendapat Amin, pemuda dalam

memilih pekerjaan sebaiknya menyesuaikan dengan passion atau pekerjaan yang

disukai.

“Umm ya kalo kalo ada misalkan udah dikasih, udah dikasih ya mau

nggak mau kan nerusin, tapi kalo kalo belum ya di lain dulu, di lain kesempatan”

“Iya belum ambil bagian, apa lagi kalau suruh masuk ke kebun aja kan

udah enggak mau.”( Ambar, Sleman 28 April 2019)

Story Box

Saat kami berkunjung ke Masjid Al-Qodr (27/04/2019), Amin dan Eka

sudah menunggu disana, segera kami melakukan wawancara terhadap kedua

informan tersebut. Kebetulan kami mewawancarai kedua informan warga asli Desa

Girikerto. Saya yang mewawancarai Amin, sedangkan rekan saya lainnya

mewawancarai Eka. Saya berbincang santai kepada Amin, tidak disangka bahwa ia

adalah alumni UGM yang sedang mencari pekerjaan. Saat saya mewawancarai

Amin, ia terlihat malu-malu menceritakan keadaan lingkungan, pekerjaan orang

tuanya, latar pendidikannya, cita-cita, hingga perkebunan salak di Desa Girikerto. Ia

menjelaskan bahwa ia tidak ingin melanjutkan pekerjaan orangtuanya yakni sebagai

petani salak, ia menilai bahwa pekerjaan tersebut tidak prospek bagi kariernya.. Saya

berbincang cukup lama dengan Amin hingga hari mulai petang, saya bergegas ke

balai desa untuk berkumpul bersama teman-teman setelah cukup informasi yang

saya butuhkan.

26

“Banyak nyamuk, malah mending malah mending milih yang lain.”

(Ambar, Sleman 28 April 2019).

“Apa lagi jaman sekarang, gengsilah.” (Ambar, Sleman 28 April 2019).

“Ya kalau kebun kayak gini ya bisa sambilan ya Mbak. Jadi misalkan pagi

kita kerja, nanti sore kita ke kebun. Terus pas kita kerjanya sore ya pagi. Kan

fleksibel gitu lho.Nggak harus setiap hari ke kebun gitu enggak Mbak. Paling ya

kalau simbah sih seringnya lima hari sekali.” (Ambar, Sleman 28 April 2019).

Ambar merupakan informan yang bekerja sebagai pegawai toko.

Pernyataan informan yang bernama Ambar di atas memberikan informasi yang

sama dengan pernyataan Amin yaitu terkait keengganan untuk bekerja di sektor

perkebunan salak. Ambar belum mengambil bagian untuk bekerja di kebun salak

dan tidak mau untuk memasuki kebun salak. Hal tersebut karena di kebun salak

terdapat banyak nyamuk dan adanya perasaan gengsi. Namun Ambar bersedia

untuk melanjutkan usaha perkebunan salak bila dia diberi amanah oleh keluarga

tetapi hanya sebagai pekerjaan sampingan dan bukan pekerjaan utama.

"Kalau saya nerusin apa yang saya jalani saat ini. Saya kan ya jurusan

PGSD, ya itu saya terusin, coba berjuang buat terusin itu."(Febri, Sleman, 28

April 2019).

"Oh kalau itu kalau misalnya diwarisi ya saya ngerawat gitu aja. Kan

kalau kebun salak bisa disambi gitu lho mbak, ngga harus terpatok itu terus. Bisa

disambi kalau luang kan nanti bisa ke kebun salak gitu, cuma nanti kalau sering

merawat kebun atau engga kan hasilnya beda." (Febri. Sleman, 28 April 2019).

"Kalau saya bisa ngerawat sendiri ya rawat sendiri."(Febri, Sleman, 28

April 2019).

“Ya merawat itu ngembangin itu."(Febri, Sleman, 28 April 2019)

"Bidang itu guru tadi."(Febri, Sleman, 28 April 2019)

Berdasarkan pernyataan informan yang bernama Febri tersebut

menyatakan bahwa Febri bersedia untuk mengelola kebun salak bila diberi

27

warisan namun tidak dijadikan sebagai pekerjaan utama, melainkan hanya sebagai

pekerjaan sampingan saja dan dilakukan bila memiliki waktu yang luang. Febri

saat ini memang sedang menempuh pendidikan di universitas dengan jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan memiliki keinginan untuk memperjuangkan

keinginan menjadi guru di Desa Girikerto.

“Kalau untuk pemudanya kebanyakan mereka nggak ada yang ngurusin

salak sih cuma sedikit, itu aja yang mau ngurusin salak terus yang lain kayak

karena mungkin ada yang kerja tapi kerjanya tu kerja di luar seperti itu. Terus ada

juga yang jadi TKI atau misal yang udah kuliah kan pasti mereka bakal sesuai

sama jurusan dia gitu” (Monica, Sleman 28 April 2019).

Informan bernama Monica menjelaskan bahwa jumlah pemuda yang

mengelola perkebunan salak hanya sedikit dan pemuda kebanyakan bekerja di

luar lingkup perkebunan salak. Terdapat pemuda yang memilih menjadi TKI

maupun bekerja sesuai jurusan sewaktu berkuliah.

Dari pernyataan Ambar dan Amin diatas memiliki relevansi

dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Supriyati & Suryani (2006);

Rusastra & Supriyadi (2004); dan Malian (2004). Dalam penelitian tersebut

menyebutkan terjadi penurunan minat pemuda terhadap bidang pekerjaan dalam

sektor pertanian dan terjadi perubahan selera dalam menentukan pekerjaan dari

sektor pertanian menjadi sektor non-pertanian.

2. Perspektif mengenai Potensi Perkebunan Salak di Masa Kini

“Keluarga saya sih ya bisa menyekolahkan saya dari ini dari salak itu”

(Amin, Sleman 27 April 2019). Menurut pendapat informan bernama Amin,

dengan penghasilan dari usaha perkebunan salak yang dikelola oleh keluarganya

dapat membiayai pendidikan Amin hingga tingkat perguruan tinggi atau sarjana.

Amin merupakan alumni jurusan Geomatika Fakultas Teknik Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

28

“Menurut saya kalau misal perekonomian mungkin menurun ya soalnya

kan karena salak sekarang nggak cuma khusus ada di desa Girikerto aja tapi

banyak yang di tempat-tempat lain juga terus sudah tersebar jadi mungkin agak

menurun, terus lagi kebanyakan orang sekarang tu harga salak tu turun tu lho jadi

bukannya semakin naik tapi semakin dari tahun ke tahun tu semakin turun-turun

jadi menurut saya itu nggak bisa salak tu nggak bisa dijagain buat jadi sumber

perekonomian masyarakat.” (Monica, Sleman 28 April 2019).

Pendapat Monica mengenai potensi perkebunan salak di masa kini

berbeda dengan pendapat informan yang bernama Amin. Monica menyampaikan

bahwa terjadi penurunan ekonomi terkait perkebunan salak yang berada di Desa

Girikerto. Monica berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena produk salak

tidak hanya diproduksi di Desa Girikerto saja, namun sudah ada produk salak di

daerah-daerah lain.

“Kan ini disini juga termasuk produsen salak kan” (Eka, Sleman 27 April

2019).

“Ya kalau menurut saya itu nggak mungkin terlalu bersaing ini kan

komoditas utama sini dibuat di sini untuk persaingan era global di sini

komoditasnya sama” (Eka, Sleman 27 April 2019).

Menurut informan yang bernama Eka, perkebunan salak di Desa Girikerto

pada masa kini sebagai potensi utama desa. Desa Girikerto memiliki peran

sebagai produsen salak. Mengenai persaingan di era global Eka menyampaikan

bahwa perkebunan salak tidak mungkin terlalu bersaing dalam era global ini. Hal

tersebut menurut Eka terjadi karena komoditas yang ada di Desa Girikerto relatif

sama.

29

“Perkebunan salak yang ada di nangsri ya baik sih, ya lancar, buahnya

juga lebat, ya kalau pas musimnya ya banyak yang jual salak. Terus kalau yang

kayak gini ya kadang ada yang jual, kadang habis, gitu Mbak”.

“Alhamdulilah, bisalah (memenuhi kebutuhan sehari-hari)” (Ambar,

Sleman 28 April 2019).

“Inikan penghasilan utamanya dari salak” (Ambar, Sleman 28 April

2019).

Menurut informan yang bernama Ambar, perkebunan salak yang berada di

Nangsri yang merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Girikerto baik,

lancar, dan buah salak yang berkembang di Nangsri juga lebat. Ambar juga

menyampaikan bahwa jikalau musim panen banyak warga yang berjualan salak

dan laku di pasaran. Ambar juga menyampaikan bahwa dari penghasilan yang

didapat dari usaha perkebunan salak, keluarganya dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari dengan menjadikannya sebagai penghasilan utama.

"Itu udah jadi, apa ya? Mata pencaharian utama. Ya ngga utama sih kayak

kesibukan utama orang desa sini gitu lho." (Febri, Sleman 28 April 2019).

"Iya. Kan ada yang ngga punya pekerjaan otomatis kan kalau yang peka

ya minta bantuan orang itu biar dia punya pekerjaan gitu lho." (Febri, Sleman 28

April 2019).

Menurut informan bernama Febri, mengelola perkebunan salak yang

berada di Desa Girikerto telah menjadi kesibukan utama warga Desa Girikerto.

Perkebunan salak yang berada di Desa Girikerto dapat mengurangi jumlah warga

yang tidak memiliki pekerjaan karena terdapat pemilik kebun salak

mempekerjakan buruh yang berasal dari Desa Girikerto untuk mengelola kebun

salak miliknya.

3. Harapan Pemuda mengenai Perkebunan Salak di Masa Depan

30

Pemuda di Desa Girikerto memiliki harapan-harapan yang diinginkan

terkait keberlangsungan perkebunan salak di desa Girikerto. Harapan tersebut

diantaranya adalah:

a. Tanah perkebunan salak tidak dijual ke orang asing

“Minimal tanahnya jangan dijual ke orang-orang asing.” (Amin, 27 April

2019).

Harapan ini disampaikan oleh informan bernama Amin. Menurut pendapat

Amin, bila tanah dijual kepada orang asing yang berasal dari luar Desa

Girikerto akan menyebabkan melejitnya pembangunan yang berada di Desa

Girikerto. Hingga saat ini perkebunan salak di Desa Girikerto masih dimiliki

oleh warga yang tinggal di Desa Girikerto.

b. Kualitas semakin baik dan harga salak semakin naik

Harapan tersebut disampaikan oleh informan bernama Eka. Menurut

pendapat Eka kualitas dan harga salak diharapkan semakin meningkat karena

terkadang untuk harga bisa dikatakan rendah bahkan pernah ada kasus

penjualan salak dua puluh kilogram dan hanya dihargai Rp. 20.000,00 saja.

c. Pemerintah lebih meningkatkan sosialisasi mengenai kebun salak

Harapan tersebut disampaikan oleh informan bernama Eka. Menurut

pendapat Eka pemerintah diharapkan meningkatkan sosialisasi mengenai kebun

salak. Sosialisasi yang dimaksud adalah memberikan penjelasan mengenai

perkebunan salak agar peminat salak menjadi meningkat.

d. Tidak punah

Harapan tersebut disampaikan oleh informan bernama Febri. Febri

memiliki harapan agar perkebunan salak yang berada di Desa Girikerto tidak

punah. Dalam hal ini Febri memiliki keinginan agar perkebunan salak di Desa

Girikerto akan tetap ada dan tetap lestari.

31

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penelitian mengenai perkebunan salak dalam perspektif pemuda Girikerto ini

dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima informan yang telah diwawancarai di Desa

Girikerto kurang memiliki minat untuk bekerja di sektor perkebunan salak. Kalau pun

ada, informan hanya menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan sampingan. Seperti

biasa, informan baru akan memulai mengolah perkebunan, setelah perkebunan salak

diwariskan kepadanya.

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kurangnya minat pemuda, seperti

kurangnya prospek petani salak bagi masa depan, pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan

minat dan latar belakang pendidikannya, serta dalam mengelola perkebunan salak

memerlukan tenaga dan waktu yang besar.

2. Limitasi

Ketika peneliti ingin menemui informan, terdapat kendala terkait kesibukan dari

masing-masing informan. Dalam penulisan laporan ini, informan yang peneliti temui

hanya lima pemuda dan dari kelima informan yang peneliti wawancarai merupakan

warga asli Desa Girikerto. Walaupun semua informan berasal dari Desa Girikerto asli,

tetapi tidak semua informan mengetahui tentang seluk beluk perkebunan salak. Hal

tersebut disebabkan karena minat para informan yang rendah terhadap kebun salak

sehingga informan jarang terjun secara langsung ke perkebunan salak.

3. Saran

Penelitian mengenai perkebunan salak dalam perspektif pemuda akan lebih baik

jika mendapatkan informan dari berbagai latar belakang, baik sosial maupun ekonomi.

Perbedaan latar belakang informan tentunya dapat mempengaruhi bagaimana perspektif

mereka dalam memandang suatu permasalahan. Data yang didapat pun akan semakin

beragam dengan berbagai pemikiran para informan.

32

Upaya pemerintah dalam mendukung perkebunan salak yang ada di Girikerto

sudah baik, dengan pemberian alat pembuat keripik dan pupuk untuk menyuburkan

tanaman. Perhatian pemerintah akan lebih lengkap jika ditujukan bukan hanya pada

kalangan orang tua, namun juga pada pemudanya. Kegiatan semacam sosialisasi dalam

karang taruna mengenai besarnya peluang di sektor perkebunan salak, kemungkinan

dapat meningkatkan minat pemuda untuk ikut serta mengembangkan sektor salak

tersebut.

33

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Abdurachman. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian di

Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian

Republik Indonesia. Volume 25, Nomor 3, Halaman 232-245.

Badan Pusat Statistik (BPS) diakses melalui http://www.bps.go.id/, pada tanggal 16 Maret 2019.

Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. 1993. Laporan Inventarisasi dan

Identifikasi lahan marginal/kritis pada kawasan lahan usaha tani seluruh Indonesia.

Departemen Pertanian Jakarta.

Hamyana. 2017. Motif Kerja Generasi Muda Di Bidang Pertanian: Studi Fenomenologi

Tentang Motif Kerja di Bidang Pertanian pada Kelompok Pemuda Tani di Kota Batu.

Jurnal Mediapsi, Universitas Brawijaya. Volume 3, Nomor 1, Halaman 34-42.

Harini, Rika. 2019. Analisis Luas Lahan Pertanian terhadap Produksi Padi di Kalimantan

Utara. Jurnal Kawistara, Universitas Gadjah Mada. Volume 9, Nomor 1, Halaman 15-27.

Priyadi. 1997. Peranan Usaha Tani Salak Pondoh terhadap Perekonomian Wilayah di

Kabupaten Dati II Sleman (Studi Kasus di Kecamatan Turi). Jurnal Ekonomi Pendidikan,

Universitas Islam Indonesia. Volume 2, Nomor 1, Halaman 76-78.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.

Summantra, I. K., Yuesti, A., & Sudia, A. K. 2015. Peranan, Peluang dan Kendala

Pengembangan Agroindustri di Indonesia. Jurnal Bakti Saraswati, Universitas

Mahasaraswati Denpasar. Volume 4, Nomor 2, Halaman 156-168.

34

Suparman, Fana. 2016. Setiap Tahun, 60.000 Ha Sawah Beralih Fungsi. Diakses melalui

https://www.beritasatu.com/nasional/398530/setiap-tahun-60000-ha-sawah-beralih-fungsi

pada tanggal 24 Maret 2019.

Supriyati, & Suryani. 2006. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan Agrindustri di

Indonesia. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian. Volume 24, Nomor 2, Halaman 92-106.

35

LAMPIRAN

A. Pembagian Kerja dalam Kelompok

Nama Tugas

Brigitta Dina Stavia

Sub-bab : Hasil Perkebunan

Verbatim Transcript

Indexing

Coding

Field Note

Mind Mapping

Anisa Ratih Sekar D

Sub-bab : Pemuda dan Perkebunan Salak

Verbatim Transcript

Indexing

Coding

Field Note

Mind Mapping

Bhakti Anggoro

Sub-bab : Jenjang Karir Pemuda dan Kebun Salak

Verbatim Transcript

Indexing

Coding

Field Note

Mind Mapping

Fera Putri Adinda

Sub-bab : Lahan Perkebunan Salak

Verbatim Transcript

Indexing

Coding

Field Note

Mind Mapping

Stella Elizabeth F

Sub-bab : Permasalahan dalam Perkebunan

Verbatim Transcript

Indexing

Coding

Field Note

Mind Mapping

36

B. Daftar Informan

1) Nama Informan : Ambar

Tanggal Wawancara : 28 April 2019

Waktu Wawancara : 11.00 – 12.15

Lokasi Wawancara : Rumah Ambar di Padukuhan Nangsri

Pewawancara : Brigitta Dina Stavia (18/428298/SP/28507)

2) Nama Informan : Eka

Tanggal Wawancara : 27 April 2019

Waktu Wawancara : 13.30 – 14.30

Lokasi Wawancara : Masjid Al Qodr Padukuhan Nangsri

Pewawancara : Bhakti Anggoro (18/428297/SP/28506)

3) Nama Informan : Amin

Tanggal Wawancara : 27 April 2019

Waktu Wawancara : 13.30 – 14.30

Lokasi Wawancara : Masjid Al Qodr Padukuhan Nangsri

Pewawancara : Stella Elizabeth F (18/428319/SP/28528)

4) Nama Informan : Febrian Eka Nur Sholihah

Tanggal Wawancara : 28 April 2019

Waktu Wawancara : 15.00 – 15.30

Lokasi Wawancara : Rumah Febri di Padukuhan Nganggring

Pewawancara : Fera Putri Adinda (18/430838/SP/28682)

5) Nama Informan : Monica

Tanggal Wawancara : 28 April 2019

Waktu Wawancara : 11.15 – 12.30

Lokasi Wawancara : Balai Desa Girikerto

Pewawancara : Anisa Ratih Sekar (18/430831/SP/28675)

37

C. Mind Mapping Kelompok

38

D. Mind Mapping Individu

Brigitta Dina Stavia

39

Anisa Ratih Sekar

40

Bhakti Anggoro

41

Fera Putri Adinda

42

Stella Elizabeth F

43

E. Poster

44

F. Foto Observasi

45