Upload
dangdat
View
243
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JUDUL
PELATIHAN
PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR DI
DESA TIANYAR BARAT
OLEH
Gede Wira Bayu, S.Pd., M.Pd. (Ketua)
NIP. 19840327 2015041 001
Dra. Ni Nyoman Garminah, M.Hum (Anggota)
NIP. 195202011976022001
Drs. Made Sumantri, M.Pd (Anggota)
NIP. 195702041986031002
Dr. I Wayan Widiana, S.Pd., M.Pd. (Anggota)
NIP. 198507052010121007
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat: Pelatihan Pembuatan Aneka Sokasi Di Desa Tianyar
Barat
Ketua Pengabdian :
a. Nama Lengkap : Gede Wira Bayu, S.Pd., M.Pd.
b. NIP : 198403272015041001
c. Jabatan Fungsional : Staff Pengajar
d. Program Studi : PGSD
e. Nomor Telepon : Hp.081936678066
f. Alamat surel (E-mail) : [email protected]
Anggota Pengandian (1) :
a. Nama Lengkap : Dra. Ni Nyoman Garminah, M.Hum
b. NIP : 195202011976022001
c. Perguruan Tinggi : Undiksha
Anggota Pengabdian (2)
a. Nama Lengkap : Drs. Made Sumantri, M.Pd
b. NIP : 195702041986031002
c. Perguruan Tinggi : Undiksha
Anggota Pengabdian (3)
a. Nama Lengkap : Dr. I Wayan Widiana, S.Pd., M.Pd.
b. NIP : 198507052010121007
c. Perguruan Tinggi : Undiksha
Lama Pengabdian Keseluruhan : 6 (enam ) bulan
Biaya pengabdian keseluruhan : Rp. 11.500.000.000, (Sebelas juta lima ratus ribu
rupiah)
Lokasi Kegiatan : Desa Tianyar Barat
Singaraja, 30 November 2016
Ketua Pengusul
PEMBUATAN ANEKA SOKASI DARI DAUN LONTAR
DI DESA TIANYAR BARAT
Oleh
Gede Wira Bayu,
Ni Nyoman Garminah,
Made Sumantri,
I Wayan Widiana
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha
EXECUTIVE RESUME
Tianyar Barat Village has a great palm leaves potential. Until now the palm
leaves is not yet used maximally although palm leaves can be used as handicraft such as
sokasi and offering tools. Based on that reason, Tianyar Barat Village is chosen as the
location to conduct people’s services. The activities that conducted during people’s
services are: (1) planning step, (2) implementation process step, and (3) independent step.
The people’s services is done starting from July until August 2016 that is handicraft
education and training about sokasi based by palm leaves. Some of benefit are getting by
the villagers, such as: (1) they got complete information about people’s inventive
especially in knowledge and skill to create new innovative work field based on palm
leaves, (2) the peoples who becoming training participant will getting clear image to
create new bisnis which is based on locally handicraft, (3) the peoples who becoming
training participant will getting a clear image to develop local commodity and if it’s
manage by our self will give as good financial effect.
Kew Word: training, palm leaves handicraft.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Desa Tianyar Barat memiliki potensi alam lontar yang melimpah. Sampai saat
ini daun lontar belum dimanfaatkan secara maksimal padahal daun lontar dapat dijadikan
bahan kerajinan seperi sokasi/sarana persembahyangan. Berdasarkan hal tersebut maka
dipilihlah Desa Tianyar Barat sebagai lokasi untuk melaksanakan Pengabdian Kepada
Masyarakat (P2M). Kegiatan P2M yang dilaksanakan berupa pelatihan, dengan tahapan
sebagai berikut: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan proses dan (3) tahap
pemandirian. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan pada
bulan Juli-Agustus 2016 yaitu berupa kegiatan: pendidikan dan pelatihan kerajinan sokasi
berbahan lontar. Beberapa manfaat praktis yang diperoleh oleh masyarakat, yaitu: (1)
mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat pemberdayaan
masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan
lapangan pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari kerajinan sokasi lontar; (2)
masyarakat yang menjadi peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas mengenai
langkah pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan komoditas lokal; (3) peserta
pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat hasil komoditi
lokal apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai finansial.
Kata Kunci: Pelatihan, kerajinan Lontar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Salah satu usaha dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalu pendidikan. Dengan pendidikan dapat diharapkan meningkatnya
kualitas SDM dalam kehidupan warga negaranya. Peningkatan kualitas kehidupan
ini maksudnya dari segi, kemamapuan menyerap informasi, kemampuan
menerapkan pengetahuan yang berguna, dan kemampuan untuk belajar hal-hal
baru. Namun sayang sekali tidak semua warga negara memiliki akses ke jalur
pendidikan formal, entah karena keterpencilan geografis, ataupun karena alasan
ekonomi yang memaksa mereka untuk berhenti bersekolah saat pendidikan
mereka belum tamat.
Kondisi ketidak merataan pendidikan ini berimplikasi pula pada ketidak
merataan kesejahteraan. Karena, sedikit banyak, tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap kemampuan untuk meraih pekerjaan yang layak dengan penghasilan
yang layak pula. Kondisi inilah yang mendorong perlunya penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah bagi warga negara yang membutuhkan. Namun
konsumen yang disasar oleh program pendidikan luar sekolah ini, ada yang
bersifat khusus, seperti dewasa secara usia, telah menikah, memiliki tanggungan
keluarga, dan memeliki kebutuhan ekonomi yang mendesak. Kekhususan ini
menyebabkan diperlukan program pendidikan luar sekolah yang berbasis pada
pendidikan keterampilan, yang diharapkan dapat berdaya guna bagi mereka yang
mempelajarinya. Singkatnya dengan menempuh pendidikan luar sekolah jenis ini,
peserta didik bukan hanya belajar baca tulis saja, namun juga belajar keterampilan
yang berguna bagi peningkatan kualiatas sosial mereka.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mengubah dan
membentuk kehidupan masyarakat. Pemberdayaan akan meningkatkan
kemampuan anggota masyarakatnya agar dapat mengarahkan, mengendalikan,
membentuk dan mengelola hidupnya. Pemberdayaan masyarakat juga akan
meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat mengelola hidupnya secara
mandiri sebagai indikator pemberdayaan meliputi kemampuan: i) Memahami
masalah, ii) Menilai tujuan hidupnya,iii) Membentuk strategi, iii) Mengelola
sumber daya, iv) Bertindak dan berbuat. Selanjutnya pembangunan masyarakat
merupakan suatu proses yang berkelanjutan dengan pendekatan holistik atau
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kemudian menerapkan
pemberdayaan yang berpengaruh, melibatkan, dan mendidik; menjamin
keseimbangan lingkungan; memastikan keberlanjutan/kebertahanan, dan
menggunakan kemitraan untuk membuka akses untuk sumber daya dan dana.
Kecamatan Kubu kabupaten Karangasem memiliki masyarakat buta huruf
yang sangat besar. Berdasarkan data yang tercatat di kantor kecataman kubu 60%
dari penduduk produktif (umur 20 tahun ketas) buta aksara. Kehidupan ini sangat
mngganggu kehidupan sosial masyarakat secara menyeluruh. Secara umum
masyarakat desa sangat cerdas dan kaya keterampilan yang perlu dikembangkan.
Namun, sayang sekali, selama ini keaksaraan usaha mandiri hanya dipandang
sebelah mata oleh masyarakat desa. Kondisi ini menyebabkan tingkat
perkembangan masyarakat menjadi sangat rendah. Ini tentu saja menyebabkan
pendapatan yang juga rendah di kalangan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan pengabdian di
kecamatan kubu. Salah satu desa yang bisa dijadikan tempat pengabdian adalah
desa Tianyar Barat. Karena desa Tianyar Barat memiliki potensi alam lontar yang
melimpah. sampai saat ini daun lontar belum dimanfaatkan secara maksimal
padahal daun lontar dapat dijadikanbahan kerajinan seperi sokasi/sarana
persembahyangan.
1.2 Analisis Situasi
Desa Tianyar Barat sebenarnya memiliki potensi yang besar yang bisa
dikembangkan dalam bidang kerajinan karena desa Tianyar Barat memiliki bahan
baku lontar yang sangat melimpah. Desa Tianyar Barat, yang berjarak 30 km dari
kota Amlapuara-Kabupaten Karangasem-Bali, merupakan daerah yang sudah
tanah kering yang banyak ditumbuhi tanaman lontar yang sering digunakan
sebagai bahan baku kerajinan tangan di Bali. Sampai saat ini desa Tianyar Barat
hanya mampu bergerak aktif dalam penghasil bahan baku lontar bukan akif
sebagai pengolah bahan baku lontar. Bahan baku lontar biasanya dijual keluar
kabupaten diantaranya kabupaten Gianyar, sehingga di Kabupaten Gianyar hampir
di setiap tempat ditemui anyaman dan kerajinan yang menggunakan bahan baku
lontar. Selama ini pelatihan kerajinan lontar hanya fokus pada desa di Tianyar,
Tianyar Tengah dan Tianyar Barat. Padahal di Desa Tianyar Barat jumlah
penduduk miskin dan dan Buta Aksara cukup tinggi. Data dari BPS tahun 2010
menunjukkan bahwa desa Tianyar Barat memiliki penduduk yang buta aksara 845
orang dari 1717 penduduk yang tercatat.
Sebenarnya, di Desa Tianyar Barat ada beberapa keluarga dan kelompok
tani yang dibentuk dengan tujuan membentuk usaha tani, yakni kelompok Labda
Karya dan kelompok Sri Kencana. Kelompok ini sudah lama dibentuk oleh
masyarakat, namun dari sejak berdirinya tahun 1995 sampai sekarang (2014)
perkembangannya bisa dikatakan stagnan. Hal ini dapat dilihat dari produk pertani
(buah-buahan, kelapa, kacang-kacangan, dan lonatr) yang dihasilkan masih minim
nilai jual. Sampai saat ini hasil produksinya tidak mampu bersaing di pasaran,
bahkan di pasaran domestik saja masih belum berkategori layak jual. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kemampuan seni dan jiwa
wirausaha masyarakat masih rendah, sehingga hasil produksinya tidak memiliki
nilai jual yang tinggi. Dampaknya, pertanian, usaha anyaman dan usaha kerajinan
lontar ini belum mampu mendongkrak perekonomian komunitas masyarakat desa
Tianyar Barat secara signifikan. Sampai saat ini belum banyak upaya-upaya yang
dilakukan masyarakat Tianyar Barat untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas
produksi anyaman. Desa Tianyar Barat sebagai lumbung kerajinan lontar yang
menjadi penciri keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
produk kerajinan seni, sehingga potensi desa tidak dapat berkebang dengan baik.
Gambar 1. Kelompok Labda Karya dan Kelompok Sri Kencana saat Mendapatkan
Pembelajaran Keaksaraan
Sokasi merupakan salah satu hasil kerajinan yang biasanya digunakan
untuk sarana/prasaran upacara Yadnya oleh masyarakat di Bali. Selama ini sokasi
terbuat dari bahan plastik dan bambu. Hal itu ditemukan di daerah pasar-pasar
tradisional dan seni di Bali. Sokasi dari plastik di datangkan dari luar Bali dan
sokasi dari bambu didatangkan dari Gianyar dan Bangli. Di sisi lain kebutuhan
sokasi sebagai sarana/tempat untuk bebantenan di Bali sangat tinggi dipasaran.
Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan ke beberapa dagang di
pasar tradisional Desa Tianyar, pasar tradisional Rubaya yang mengakatakan
bahwa penjualan sokasi rata-rata 5 buah per hari dan di pasar seni sukawati
mengatakan rata-rata 25 buah per hari.
Proses pembuatan sokasi dari lontar tidak begitu sulit, berdasarkan hasil
percobaan sementara, warga yang diberikan contoh untuk belajar membuat sokasi
han ya memebutuhkan waktu 4 hari yaitu belajar 1 hari tehnik dasar, 2 hari kreasi
dan 1 hari finishing. Hasilnya pun tidak mengecewakan seperti pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2. Contoh hasil percobaan anyaman sokasi
Proses anyaman sokasi di atas masih bersifat tradisional dan manual,
sehingga kualitas kerajinan lontar yang dihasilkan tidak dapat terjaga dengan baik.
agar menghasilkan karya yang lebih baik diperlukan semacam perabotan dan
bahan yang digunakan untuk membuat dan mengawetkan serta mengemas barang
agar lebih menarik. Minimnya teknologi yang dimiliki dan diketahui oleh
masyarakat (terutama kelopok Widya Sari dan Labda Karya) sering menghambat
ketercapaian target produksi dari kesepakatan waktu yang telah disepakati dengan
kostumer. Sehingga terbatasnya teknologi yang digunakan seperti berbagai
macam pemotong dan penghalus yang digunakan dalam membuat sokasi, akan
menimbulkan komplain dari costumer/suplier. Oleh sebab itu perlu diberikan
pelatihan untuk membuat teknologi pemotong dan penghalus dari bahan yang ada
disekitarnya.
Dari sisi desain dan pewarnaan, agar produk seni kerajinan lontar yang
dihasilkan tidak tampak monoton, perlu dilakukan pelatihan desain dan
pewarnaan seperti pemberian sentuhan warna lontar baik yang diberikan secara
manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui proses kimia dengan
peleburan dan pengawetan. Sehingga hasil anyamanan dan kerajinan mampu
menangkap selera konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, nilai
jual produk kerajinan kerajinan lontar pun dapat ditingkatkan.
Agar pemasaran produksi kerajinan lontar tidak terbatas pada pemasaran
lokal. Daya jual produksi sebagai karya seni harus diminati oleh pasar berskala
regional, nasional maupun mancanegara. Dengan menjangkau pasar yang luas
masyarakata akan mendapat keuntungan lebih banyak dari hasil produksinya.
Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen terhadap catatan cash-flow
keuangan kedua kelompok ini dari hasil pertanian , menunjukkan bahwa rata-rata
omzet penjualan produksi pertanian kelompok sri kencana dan kelompok Labda
Karya sebesar Rp.350.000-1.600.000 /bulan. Biaya produksi yang diperlukan rata-
rata Rp.50-400 ribu/bulan, sehingga netto keuntungan kotor yang diperoleh hanya
Rp.300.000 – 1.200.000 /bulan. Jumlah anggota masing-masing kelompok yang
bekerja pada setiap usaha kelompok tersebut sebanyak 20 orang, maka
penghasilan buruh setiap bulan rata-rata 200 ribu /bulan. Penghasilan ini relatif
kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin bambu atau
kerajinan yang lain, yang bisa mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk meningkat
generate revenue dan keuntungan dari kelompok tersebut tampaknya peningkatan
pelatihan tentang kualitas produksi dan pemasaran diperlukan untuksabagai salah
satu alternatif pemecahannya.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analasis situasi di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Kelompok tani yang ada masih mengandalkan usaha dari hasil pertanian,
padahal banyak potensi desa seprti lontar yang dapat dijadikan sebagai
bahan kerajinan.
2. Managemen usaha masih menggunakan managemenn keluarga dengan
sistem pembukuan (administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah
usaha yang professional.
3. Masayarakat belum mengenal penerapan Iptek dalam sistem kerajinan
lontar, pengrajin rumah tangga yang ada masih menggunakan
pemotongan dan pewarnaan manual dan tradisional.
4. Masyarakat belum mengenal ilmu desain dan kreativitas produk kerajinan
lontar, baik dari segi desain bentuk, pewarnaan dan sentuhan artitistik
sehingga kurang memiliki nilai jual yang tinggi.
5. Saat ini target pemasaran produksi kerajinan lontar bersandar pada
segmen pasar lokal dan global, yang sangat bergantung pada pesanan
supplier. Mitra belum memiliki media pemasaran melalui jaringan
internet (e-commerce) dan atau panetrasi pasar melalui artshop/outlet
sendiri. Kurangnya panetrasi pasar yang mengglobal mengakibatkan
margin keuntungan yang diperoleh pengrajin lontar kedua kelompok
usaha ini sangat kecil dibandingkan dengan biaya produksi.
Masalah di atas dapat dipecahkan dengan memberikan solusi berupa pelatihan
dan pembuatan sokasi dari daun lontar. Dengan demikian dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
1) Apakah kegiatan pelatihan pembuatan sokasi dari daun lontar dapat
memberikan peluang usaha baru bagi kelompok labda karya dan sri
kencana di desa Tianyar Barat?
2) Apakah kegiatan pelatihan pembuatan sokasi dari daun lontar dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sistem pembukuan
(administrasi) yang profesional bagi kelompok labda karya dan sri kencana
di desa Tianyar Barat?
3) Apakah kegiatan pelatihan pembuatan sokasi dari daun lontar dengan
penerapan Iptek dapat meningkatkan jumlah produksi bagi kelompok
labda karya dan sri kencana di desa Tianyar Barat?
4) Apakah kegiatan pelatihan pembuatan sokasi dari daun lontar dengan
penerapan ilmu desain dan kreativitas dapat meningkatkan desain dan
kreativitas hasil anyaman sokasi bagi kelompok labda karya dan sri
kencana di desa Tianyar Barat?
5) Apakah kegiatan pelatihan pembuatan sokasi dari daun lontar dengan
bersandar pada segmen pemasaran on line dapat meningkatkan jumlah
permintaan anyaman sokasi bagi kelompok labda karya dan sri kencana di
desa Tianyar Barat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Daun Lontar
Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer)
adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia
Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi
Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah
hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen
(nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis
gula merah).
Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan
Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai
15-30 cm dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul
dibagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya
serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm.
Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.
Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam
tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Buahnya
bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit
berwarna hitam kecoklatan. Tiap butirnya
mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna
kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras. Pohon Siwalan atau
Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun dan mampu hidup hingga
100 tahun lebih.
Daun Lontar (Borassus flabellifer) digunakan sebagai media penulisan
naskah lontar dan bahan kerajinan seperti kipas, tikar, topi, aneka keranjang,
tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisional di Timor. Tangkai dan
pelepah pohon Siwalan (Lontar atau Tal) dapat menhasilkan sejenis serat yang
baik. Pada masa silam, serat dari pelepah Lontar cukup banyak digunakan di
Sulawesi Selatan untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup
kepala setempat. Kayu dari batang lontar bagian luar bermutu baik, berat, keras
dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan
bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan. Dari karangan
bunganya (terutama tongkol bunga betina) dapat disadap untuk menghasilkan
nira lontar (legen). Nira ini dapat diminum langsung sebagai legen (nira) juga
dapat dimasak menjadi gula atau difermentasi menjadi tuak, semacam minuman
beralkohol.
Penyadapan dan pemangkasan daun-daun dan tangkainya di-
lakukan pada bulan-bulan yang kering, yaitu bulan April sampai Nopember.
Penyadapan dilakukan selama masa tersebut, tetapi ada dua masa puncak, yang
pertama pada awal musim kemarau, bulan April dan Mei dan yang kedua
menjelang akhir musim yaitu bulan September dan Oktober.
2.2 Tinjauan Kreativitas dan desain Produk
Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-
hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya
tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau ide-ide yang
menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinil dalam berpikir (Munandar,
1999). Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki
kreativitas yang tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang
mampu terus mempertahankan sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari
empat fungsi, yaitu berpikir, merasa, mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja
dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas pun akan menurun
(Munandar, 1999). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang
luar biasa, upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai
aspek kehidupannya dan menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh
komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Sedangkan Desain produk merupakan salah satu bidang ke ilmuan yang
terintegrasi dengan segala bentuk aspek kehidupan manusia dari masa kemasa.
Memadukan unsur khayal dan orientasi penemuan solusi untuk berbagai masalah
yang dihadapi manusia dengan menjembatani estetika serta teknologi yang
masing-masingnya dinamis dan memiliki pola tertentu dalam perkembangannya.
Lingkup desain produk dapat dikatakan hampir tidak terbatas, melingkupi semua
aspek yang memungkinkan untuk dipecahkan oleh profesi/ kompetensi ini.
Namun demikian jika mengacu pada perkembangan internasional, terdapat
wilayah profesi yang tegas terdiri atas desain produk, desain grafis, dan desain
interior. Wilayah desain yang disebutkan ini wilayah desain yang diletakkan pada
bidang seni rupa. Berdasarkan pembagian wilayah desain tersebut, desain produk
merupakan salah satu dari wilayah desain yang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya profesi ini terbagi atas beberapa
kelompok kompetensi (mungkin juga dapat berkembang sejalan dengan
perkembangan jaman), yaitu: (1) Desain produk peralatan, (2) Desain perkakas
lingkungan, (3) Desain alat transportasi, dan (4) Desain produk kerajinan (Kriya)
Desain produk adalah pioner dan kunci kesuksesan sebuah produk
menembus pasar sebagai basic bargain marketing, mendesain sebuah produk
berarti membaca sebuah pasar, kemauan mereka, kemampuan mereka, pola pikir
mereka serta banyak aspek lain yang akhirnya mesti diterjemahkan dan di-
aplikasikan dalam perancangan sebuah produk. Kemampuan sebuah produk
bertahan dalam siklus sebuah pasar ditentukan oleh bagaimana sebuah desain
mampu beradaptasi akan perubahan-perubahan dalam bentuk apapun yang terjadi
dalam pasar yang dimasuki produk tersebut, sehingga kemampuan tersebut
menjadi nilai keberhasilan bagi produk itu sendiri dikemudian hari.
2.3 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Pemahaman pelaku usaha kecil
terhadap pentingnya administrasi sangat terbatas. Padahal apabila kegiatan
administrasi dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan manfaatnya sangat
besar. Administrasi yang dikelola secara tepa akan merupakan bank data dan
informasi untuk tujuan perencanaan, pengambilan keputusan dan pengendalian.
Lebih lagi administrasi keuangan yangmerupakan sumberdaya yang sangat
penting bukan hanya untuk kepentingan telksananya kegiatan operasional tetapi
juga untuk perencanaan pembiayaan investasi jangka panjang.
Untuk mengefektifkan berbagai fungsi dalam pengelolaan keuangan
maka tugas administrasi yang perlu dilaksanakan. Manajmen tidak dapat
menyiapkan perencanaan tanpa adanya data yang akurat . Kegiatan adaministarasi
yang perlu dilaksanakan perusahaana. (1) Administrasi piutang, (2) Administrasi
Hutang, (3) Administrasi persediaan, (4) Administrasi asset tetap, (5)
Administrasi Kas, (7) Administrasi penggajian, (8) Administrasi lainnya,
administrasi surat masuk, surat keluar, pencatatan tentang berbagai kebijakan
perusahaan, administrasi sewa-menyewa asset, kerjasama serta kegiatan langsung
yang dilakukan oleh perusahaan.
Laporan keuangan yang harus dibuat oleh pemilik usaha kecil antara
lain:
1. Laporan laba/Rugi atau income statement yaitu suatu bentuk laporan keuangan
yang berisi informasi mengenai pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang
dikeluarkan yang dicatat dalam suatu periode tertentu
2. Neraca (balance sheet) merupakan bentuk laporan keuangan yang berisi
informasi mengenai asset atau aktiva lancer, aktiva tetap serta kewajiban dan
ekuitas (harta) pemilik perusahaan yang dibuat dalam periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Modal merupakan bentuk laporan keuangan yang
meniformasikan keadaan modal awal perusaaan dengan laba/rugi yang
diperoleh serta adanya pengambilan (prive)
4. Laporan arus kas (cash-flow statement), merupakan laporan keuangan yang
isinya menggambarkan tentang perubahan posisi kas dalam satu periode
tertentu.
2.4 Strategi Pemasaran
Strategi pemasarann merupakan suatu manajemen yang disusun untuk
mempercepat pemecahan persolalan pemasaran dan membuat keputusan-
keputusan yang bersifat strategis. Setiap fungsi manajemen memberikan
kontribusi tertentu pada saat penyusunan strategi pada level yang
berbeda.Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan
lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas
terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan
penting dalam pengembangan strategi.
Dalam dunia bisnis tentunya sangat dibutuhkan sebuah strategi dalam
proses produksi sampai proses pemasaran, agar usaha yang dijalani dapat
berkembang seperti yang di inginkan. Selain itu teknik pemasaran bisa dikatakan
sebagai kunci keberhasilan dari penjualan produk. Teknik pemasaran yang baik
didukung oleh strategi pemasaran yang efektif. Dengan strategi tersebut, proses
marketing dapat dipertahankan, bahkan cara baru dalam memasarkan produk juga
bisa kita temukan dan membuat pelanggan semakin loyal. Berikut ini berikan
beberapa tips secara untuk memasarkan barang dengan lebih mudah Kotler,2004:
(1) Kenali pelanggan Anda, (2) Lakukanlah promosi, (3) pilih lokasi yang
strategis, (4) Coba gunakan internet marketing, (5) Jalin hubungan dengan
pelanggan, dan (6) The Power of Focus
BAB III
TUJUAN, MANFAAT DAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
3.1 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut
1) Untuk memberikan peluang usaha baru bagi kelompok labda karya dan sri
kencana di desa Tianyar Barat.
2) Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sistem
pembukuan (administrasi) yang profesional bagi kelompok labda karya
dan sri kencana di desa Tianyar Barat.
3) Untuk meningkatkan jumlah produksi bagi kelompok labda karya dan sri
kencana di desa Tianyar Barat.
4) Untuk meningkatkan desain dan kreativitas hasil anyaman sokasi bagi
kelompok labda karya dan sri kencana di desa Tianyar Barat.
5) Untuk meningkatkan jumlah permintaan anyaman sokasi bagi kelompok
labda karya dan sri kencana di desa Tianyar Barat.
3.2 Manfaat
Manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1) Masyarakat khususnya kelompok labda karya dan sri kencana di desa Tianyar
Barat memiliki peluang usaha baru yaitu usaha kerajinan sokasi dari daun
lontar yang harapannya berimbas bagi masyarakat disekitarnya.
2) Masyarakat khususnya kelompok labda karya dan sri kencana di desa Tianyar
Barat mengetahui dan memahami sistem pembukuan (administrasi) yang
profesional.
3) Masyarakat khususnya kelompok labda karya dan sri kencana di desa Tianyar
Barat mampu menerapkan IPTEKS dalam meningkatkan jumlah produksi
anyaman sokasi dari daun lontar.
4) Masyarakat khususnya kelompok labda karya dan sri kencana di desa Tianyar
Barat mengetahui dan memahami desain dan kreativitas hasil anyaman sokasi
dari dau lontar.
5) Masyarakat khususnya kelompok labda karya dan sri kencana di desa Tianyar
Barat memiliki pengetahuan tentang tehnik pemasaran melalui sistem online.
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah melakukan transfusi
IPTEK ke dalam kelompok Sri Kencana dan Labda Karya, sekaligus melakukan
pemberdayaan terhadap semua anggota pada kedua kelompok usaha tersebut
tersebut, sehingga dapat melakukan pengelolaan usaha kerajinan lontar secara
profesional. Produk teknologi sebagai bentuk solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi permasalahan kelompok Sri Kencana dan Labda Karya adalah (1)
perancangan dan pembuatan teknologi pemotong lontar dengan berbagai macam
ukuran, penghalus lontar agar keajegan dan keindahan lontar terjaga dan teknologi
pewarna sehingga warna yang dihasilkan bisa bervariasi; (2) Pemberdayaan
pengelola kelompok usaha tersebut melalui pelatihan /pendampingan dalam
pembuatan kerajinan lontar inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel
dengan aksesori lukisan unik gaya lukisan desa Tianyar Barat; dan 3) perancangan
dan pembuatan Web (e-commerce) pemasaran on line kerajinan lontar bagi kedua
kelompok usaha tersebut.
Proses transfusi IPTEK (IbM) secara sistemik dilakukan dengan model
pemberdayaan menggunakan pendekatan PALS (Participatory Action Learning
System). Prinsip dasar dari model PALS adalah pelibatan komunitas pengrajin
lontar dalam proses pembelajaran aktif partisipan dalam program aksi proses
produksi dan pemasaran kerajinan lontar sehingga membentuk suatu sistem
interaksi pembelajaran masyarakat secara partisipatif, baik secara personal
maupun komunal dalam usaha kerajinan lontar. Secara schematik, metode
pelaksanaan IbM usaha pengrajin lontar di desa Tianyar Barat dapat ditunjukkan
pada gambar 3.
Gambar 3. Metode Participatory Action Learning Systems
Difusi teknologi dalam furnacing bahan baku lontar dilakukan dengan
memodifikasi pmotong, penghalus, dan pewarna yang sudah ada di kedua
kelompok usaha tersebut. Dengan demikian produk kerajinan lontar yang
dihasilkan kedua kelomopok tersebut dapat dilakukan proses artistik dengan efek
dekoratif pewarnaan melalui: (1) proses pelelehan zat pewarna (melting-coloring
process); dan (2) proses melukis lontar secara manual dengan zat pewarna. Cara
melting-coloring process merupakan cara sederhana untuk mendapatkan efek
color dari kerajinan lontar dengan mencampur bahan baku kaca dari warna yang
berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi
pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi
dari warna dasar bahan baku dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara
mekanik saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat
memunculkan gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat
memunculkan tampilan gambar, maka produk kerajinan lontar yang sudah
terbentuk dilukis dengan zat kimia terntentu, sehingga warna lukisan dapat
menyatu dengan warna bahan dasar.
Potensi UKM Kerajinan Lontar
Pemberdayaan KU
Program Aksi: (1)Pembuatan konsep inovatif
(2)Pembuatan prototyep
(3)Pembuatan Web pemasaran produk
(e-commerce)
Terapan IPTEKS
(1) Pemotong (2) Penghalus (3) Pewarna (4) Teknologi Pemasaran berbasis Web (e-commerce)
UKM Kerajinan
Lontar
(1) Peningkatan kualitas produksi
(2) Peningkatan kualitas pemasaran
(3) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan
Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk kerajinan
lontar dapat dilakukan dengan melukis langsung kerajinan lontar dengan zat kimia
pewarna tanpa perlu proses lain.
Pemasaran berbasis e-comerce merupakan sistem informasi penjualan
yang pembuatan pernyataan penjualan, kegiatan jual-beli dijelaskan melalui
prosedur-prosedur yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari
pembeli, pengecekan barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman
barang yang disertai dengan pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas
penjualan yang berlaku melalui internet(Niswonger, 1999). E-Commerce adalah
konsep baru yang menggambarkan proses pembelian dan penjualan atau
pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan komputer termasuk
internet (Turban, Efraim,2000). E-Commerce dapat diartikan secara dekat. Itu
dapat dikatakan mencakup hanya transaksi bisnis yang disetujui dengan pelanggan
dan pemasok dan sering digambarkan sebagai bagian dari internet, mengingat
tidak ada alternatif lain untuk komunikasi. Ada tiga pilar elektronik yang
menyokong proses e-commerce yaitu: informasi elektronik, hubungan elektronik,
dan transaksi elektronik (McLeod, Raymond,1998). Program aplikasi web untuk
mendukung pemasaran berbasis web(e-commerce) dapat dibuat dengnan
menggunakan PHP dan MySQL dengan menggunakan algoritma pemrograman
yang disesuikan dengan karakteristik tampilan dan bentuk interaksi yang akan
difasilitasi dalam transaksi.
3.4 Khalayak dan Sasaran
Program pelatihan ini akan dilaksanakan di desa Tianyar Barat dengan
menyasar kelompok Labda Karya dan Kelompok Sri Kencana. Tiap kelompok
akan diberikan pelatihan sebanyak 20 orang. Sehingga jumlah sassarannya
keseluruhan adalah 40 orang. Pelaksanaan P2M ini difokuskan pada pelatihan
kerajinan sokasi dari daun lontar dengan materi pelatihan dasar, pelatihan
teknologi, pelatihan desain, pelatihan manajemen, dan pelatihan pelamasaran.
3.5 Keterkaitan
Program pelatihan ini hanya melibatkan 2 kelompok yang ada di Desa
Tianyar Barat, jadi secara organisasi pelatihan ini akan berkoordinasi dengan
kepala Desa Tianyar Barat saja. Namun dalam pelatihan ini akan mengundang
ahli desain dan ahli kreasi daun lontar dari Gianyar.
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan. Tahapan-
tahapan pelatihannya dapat diuraikan sebagai berikut.
(a) Persiapan
(1) Melakukan kordinasi dengan pihak desa, dan kelompok labda karya dan sri
kencana.
(2) Melakukan rekrutmen peserta. Rekrutmen peserta kami lakukan dengan
menjalin komunikasi yang baik dengan kedua kelompok. Rekrutmrn peserta
tidak memeperhatikan jenis kelamin, artinya kami tidak menentukan
proporsi yang pasti untuk jenis kelamin. Baik pria maupun wanita, asal
memenuhi kriteria, berpenghasilan rendah, dipandang mau dan mampu
mengikuti pelatihan, dan dipandang bersedia untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh pada pelatihan, akan diikutkan pada pelatihan ini.
(3) Penyaringan awal dilakukan oleh kami bersama dengan perangkat desa.
Namun kami juga menerapkan syarat tambahan, tidak boleh ada peserta
yang suami istri. Ini kami lakukan untuk memberikan kesempatan pada
keluarga yang lainnya. Anak-anak kami perkenankan untuk mengikuti
kegiatan ini bersama-sama, dengan pertimbangan anak-anak masih sangat
produktif mengembangkan dirinya.
(b) Pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan dengan model pelatihan ketrampilan
berkelanjutan. Pelatihan keterampilan dilakukan sebagai motivasi masyarakat
untuk belajar membaca dan menulis. Lebih lengkapnya pelaksanan program ini
dilakukan sebagai berikut.
(1) Proses Pembelajaran
Pembelajaran akan dilakukan seminggu 2 kali. Waktu yang agak
senggang itu kami terapkan dengan maksud memberikan kesempatan kepada
peserta pelatihan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di rumah masing-
masing. Karena peserta pelatihan sebagain besar telah diberikan keterampilan
yang berguna untuk dirinya masing-masing.
(2) Proses Evaluasi
Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi
penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor selama proses
pelatihan dilakukan. Penilaian dilakukan dengan memberikan tes
keterampilan kepada warga belajar. Penilaian diberikan dalam bentuk angka
oleh masing-masing tutor, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan
praktek untuk masing-masing kompetensi. Nilai akhir adalah nilai rata-rata
dari semua tutor. Lembar nilai akhir, akan diletakkan di belakang STTP,
dengan format sebagai berikut. Sertifikat itu diberikan oleh pemerintah
provinsi Bali yang bekerja sama dengan pemerintah daerah kabuapten
karangasem.
Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi
penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor selama proses
pelatihan dilakukan. Penilaian diberikan dalam bentuk angka oleh masing-
masing tutor, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan praktek untuk
masing-masing kompetensi. Nilai akhir adalah nilai rata-rata dari semua tutor.
Lembar nilai akhir, akan diletakkan di belakang STTP, dengan format
sebagaiberikut. Nilai diberikan dalam rentang 50 s/d 100. Peserta berstatus
lulus jika memperoleh nilai lebih dari 80.
Dari 50 peserta pelatihan yang mengikuti program ini, pelatihan
dianggap berhasil jika 95 % peserta dapat menyelesaikan seluruh program
pelatihan. Namun harapan penyelenggara, seluruh peserta pelatihan (100%)
agar dapat menyelesaikan program ini.
Evaluasi proses keberhasilan pembelajaran dinilai dari jumlah tagihan
dan penilaian yang diberikan tutor diserap oleh pembelajar. Pembelajar
dianggap berhasil bila sudah menyerap 80% materi dalam penyelesaian tugas-
tugas belajar dan mampu memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh untuk
meningkatkan kualitas keterampilan sokasi yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kehidupan perekonomian mereka. Pelatihan ini tidak
metargetkan jumlah lulusan yang disalurkan bekerja di perusahaan
keterampilan. Ini karena mengingat di sekitar lokasi tidak terdapat lokasi
perusahaan keterampilan keset tersebut. Selain itu menimbang para lulusan
akan memiliki kemampuan permodalan, teknis, dan pemasaran yang memadai
untuk berusaha mandiri, maka lulusan pelatihan lebih diarahkan untuk
membuka usaha sendiri.
Evaluasi tidak dilakukan dengan menyediakan waktu khusus. Tapi
penilaian dilakukan secara berkesinambungan oleh para tutor. Penilaian
diberikan dalam bentuk angka, yang berisikan prestasi dalam bidang teori dan
praktek untuk masing-masing kompetensi. Lembar nilai akhir, akan
diletakkan di belakang STTP, dengan format sebagai berikut.
Nama Peserta : ............................
No peserta : ………………..
Kompetensi Nilai
Praktek Teori Status
Peserta pelatihan mampu membuat
sokasi sendiri
Peserta pelatihan mampu mengkreasi
desain sendiri
Peserta pelatihan mampu membuat
pembukuan dengan profesional
Peserta pelatihan mampu
memasarkan sendiri
Peserta pelatihan mampu
menerapkan teknologi dengan baik
Nilai diberikan dalam rentang 50 s/d 100. Peserta berstatus lulus jika
memperoleh nilai lebih dari 75.
(3) Proses Pemandirian
Mengingat program ini terbatas waktu selama 114 jam pelajaran,
maka untuk meningkatkan kemampaun warga belajar tentang teknologi,
desain, manajemen, dan pemasaran maka proses kemandirian dan
pendampingan. Pendampingan akan dilakukan selama 1 bulan dengan
memberikan umpan balik-umpan balik.
BAB V
HASIL KEGIATAN
A. Hasil Yang Dicapai
1) Gambaran Umum
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan
pada bulan Juli-Oktober 2016 yang telah dilaksanakan dengan penggunaan dana
100% program yaitu: pendidikan dan pelatihan kerajinan sokasi berbahan lontar.
Pelatihan manajemen produksi dan kewirausahaan. Dan pendampingan kelompok
dalam pengurusan ijin usaha perdagangan (SIUP) dengan karakteristik usaha
bersama kelompok (UBK) serta pemasaran online.
Pada tahap pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa
perancangan, sosialisasi dan koordinasi dengan peserta. Perancangan disain dan
kegiatan diklat dilaksanakan bersama tim pengusul didasari oleh analisi situasi
yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok kelompok
Labda Karya dan kelompok Sri Kencana. Pelaksanaan kegiatan tersebut pada
akhir bulan Juli dan pertengahan September 2016 yang juga melibatkan peran
serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala
prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat
baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program.
Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk
mematangkan kembali program – program yang akan dilaksanakan kepada mitra,
sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan
instruktur ini meliputi: sistem pembukuan (administrasi) yang profesional, desain
dan kreativitas hasil kerajinan sokasi lontar, dan pelatihan manajemen produksi
dan kewirausahaan, serta pengurusan SIUP untuk usaha baru. Persiapan yang
dilaksanakan berikutnya berupa persiapan alat dan bahan yang dilaksanakan
dengan pembelian: peralatan pelatihan alat penunjang usaha produksi, bahan
kelengkapan pelatihan kerajinan sokasi lontar, pelatihan manajemen produksi dan
kewirausahaan, dan bahan pelatihan SIUP yang dijadwalkan pada akhir program.
Dalam rangka penyamaan persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat di kelompok Labda Karya dan kelompok Sri
Kencana, maka dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta.
Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan
program, sangat disyukuri peserta kegiatan sangat antusias dalam menerima
sosialisasi program sehingga tidak ada halangan yang berarti dalam pelaksanaan
kegiatan ini.
2) Pendidikan dan Pelatihan Perancangan Alat Usaha
Pada dasarnya pendidikan dan perancangan alat penunjang usaha kerajinan
sokasi lontar dan penataan los diberikan oleh instruktur tamu yang berprofesi
sebagai undagi di Tianyar yakni I Made Suastawa kepada kelompok Labda Karya
dan kelompok Sri Kencana bersifat sharing informasi dan teknologi karena apa
yang sudah dilaksanakan beliau selama ini sudah sangat bagus tetapi terkadang
masih menggunakan peralatan manual. Semangat dan kreatifitas dari Bapak
Made membuahkan banyak ide-ide inovatif baru dalam pelatihan ini, sehingga
diharapkan di masa mendatang usaha kerajinan sokasi lontar yang akan dikelola
beliau oleh kelompok Labda Karya dan kelompok Sri Kencana semakin
berkembang.
Pendidikan dan pelatihan produksi peralatan usaha kerajinan sokasi yag
dilaksanakan pada saat ini masih menitik beratkan pada produksi bahan untuk
menunjang perkakas usaha kerajinan sokasi lontar yang akan dibuka, dalam artian
bahan-bahan kelengkapan peralatan diolah dan dikerjakan sendiri sebagai bentuk
kreatifitas pemberdayaan kelompok. Meskipun dalam perjalanan program dicoba
dilakukan pengolahan bahan peralatan perkakas usaha kerajinan sokasi lontar ke
depannya diharapkan dapat lebih efesien kalau anggota kelompok dapat
diberdayakan dalam pengerjaannya.
Pendidikan dan pelatihan perancangan alat perkakas usaha kerajinan
sokasi lontar ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli sampai dengan 7 Oktober2016,
bertempat di kediaman koordinator kelompok Labda Karya dan kelompok Sri
Kencana, Banjar Dinas Tunassari, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten
Karangasem, Bali. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui metode
praktek langsung pengolahan bahan baku lontar, dan sebagainya sehingga siap
menjadi bahan dasar produk kreatif yang selanjutnya digunakan pada usaha
kelompok.
Dalam pelaksanaan diklat ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena
respon yang sangat bagus dari kelompok Labda Karya dan kelompok Sri Kencana
dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini.
B. Pembahasan
Setelah diberikan pelatihan oleh tim pelaksana dari Undiksha Singaraja,
masyarakat Desa Tianyar Kecamatan Kubu dapat memahami dengan jelas materi
pelatihan kerajinan sokasi lontar yang semula kurang terampil menjadi lebh
terampil dan dapat dipraktekannya menjadi beragam jenis kerajinan dengan desain
yang unik dan menarik. Sehingga tujuan dari pengabdian ini dapat tercapai
dengan dengan baik yaitu mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan
masyarakat tentang pengolahan lontar menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual
tinggi.
Keunggulan yang dapat dilihat dali pelaksanaan program, bahwa
berdasarkan hasil evaluasi tidak lanjut juga terekam, beberapa manfaat praktis
yang diperoleh oleh masyarakat, yaitu: (1) mereka mendapatkan informasi yang
jelas dan utuh mengenai hakekat pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan
dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan lapangan pekerjaan baru yang
sifatnya inovatif dari kerajinan sokasi lontar; (2) masyarakat yang menjadi
peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah
pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan komoditas lokal;
C. Kendala Yang Dihadapi
Kendala pelaksanaan program adalah sulitnya mengatur waktu untuk
pencapaian kesepakatan pelaksanaan kegiatan, karena umumnya peserta latihan
terbentur dengan rutinitas pekerjaan harian yang menunjang perekonomian
keluarga, maupun pelaksanaan kegiatan ritual adat-istiadat yang lumayan padat di
Desa Tianyar Kecamatan Kubu dalam kaitannya dengan paruman desa adat untuk
penyelenggaraan ritual keagamaan sebagaimana layaknya masyarakat Hindu Bali
pada umumnya. Jadi, untuk bisa mengkoordinir warga perlu koordinasi intensif
dengan pihak msyarakat. Berkaitan dengan pengkondisian peserta program,
walaupun dijumpai kendala masalah waktu selama tim pelaksana program mampu
mengatasinya dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan Kepala Desa
Tianyar dan masyarakat yang ikut peatihan. Program ini masih berlangsung dan
masih banyak terdapat kekuarangan-kekurangan yang ada dalam pengabdian ini.
Pengurusan SIUP tidak dapat terlaksana karena minimnya biaya yang
dimiliki dan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi. Sehingga akan
diusulkan untuk dilakukan pada periode pengabdian kepada masyarakat
berikutnya atau oleh program pengabdian yang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan dan perancangan alat penunjang usaha kerajinan sokasi lontar
dilaksanakan oleh tim pengadbian kepada masyarakat Undiksha kepada
kelompok Labda Karya dan kelompok Sri Kencana bersifat sharing informasi dan
teknologi karena apa yang sudah dilaksanakan beliau selama ini sudah sangat
bagus.
2. Masih terdapat penggunaan peralatan manual dalam melakukan produksi sokasi
sehingga belum bisa memproduksi dalam jumlah banyak dan cepat.
3. Dalam pelaksanaan pelatihan ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena
respon yang sangat bagus dari kelompok Labda Karya dan kelompok Sri
Kencana dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan ini.
4. Diperlukan perencanaan yang lebih baik dalam pengurusan SIUP agar apa yang
dipelatihkan dan kelompok usaha yang sudah terbentuk memiliki wadah yang
resmi dan berijin sehingga mampu menunjang perekonomian anggota kelompok
Labda Karya dan Sri Kencana.
5.2. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN
Dampak dan manfaat dari kegiatan ini yaitu:
1. Mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat
pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan, bermakna
untuk penciptaan lapangan pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari kerajinan
sokasi lontar;
2. Masyarakat yang menjadi peserta pelatihan memperoleh gambaran yang jelas
mengenai langkah pengembangan iklim usaha dengan memanfaatkan komoditas
lokal;
3. Peserta pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang
manfaat hasil komoditi lokal apabila dikelola dengan baik akan mendatangkan
nilai finansial.
DAFTAR PUSTAKA
Burns, P. and J. Dewhurst. 1996. Small Business and Enterpreneurship
James Stoner. 1995. Management, 1995. Management. Prentice Hall Inc, New Jersey
Nurul Indarti. Entrepreneurship dan Usaha Kecil & Menengah di Indonesia
Peter Drucker. The Leadership of the Future. Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya
percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books,
Jakarta.
Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
8. R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan
kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Lampiran 1 Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana
Biodata Ketua Pelaksana
BIODATA
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Gede Wira Bayu, S.Pd., M.Pd.
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP 19840327 2015041 001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 27 Maret 1984
6 Alamat Rumah Jalan Bisma (bawah) No.78 Singaraja
7 Nomor Telepon/Fax (0362) 27424
8 Nomor HP 081 936 678 066
9 Alamat Kantor Kampus PGSD UNDIKSHA, (GKU)
10 Nomor Telepon/Fax (0362) 22389
11 Alamat E-mail [email protected]
2. Riwayat Pendidikan
1. Program: S1 S2 S3
2. Nama PT Universitas
Pendidikan
Ganesha
Universitas
Pendidikan
Ganesha
3. Bidang Ilmu Pendidikan
Bahasa Inggris
Pendidikan
Dasar
Konsentrasi
Pendidikan Kelas
Awal
4. Tahun Masuk 2006 2009
5. Tahun Lulus 2008 2011
6. Judul
Skripsi/Tesis/Deser
tasi
Improving The
Students’ Ability
In Reading
Comprehension
Through Jigsaw
Technique: A
Classroom Based
Research
Conducted At
SMA Negeri 3
Singaraja In The
Academic Year
2008/2009
Penerapan
Metode Bercerita
Berbantuan
Media Gambar
Untuk
Meningkatkan
Minat dan Hasil
Belajar
Membaca
Menulis
Permulaan
Bahasa Inggris
7. Nama
Pembimbing/Promo
tor
Drs. I Wayan
Suarnajaya, M.A,
Ph.D.
Prof. Dr.
A.A.I.N.
Marhaeni, M.A.
3. Pengalaman Penelitian
NO. Tahun Judul Tulisan/Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
(Rp)
1. 2012 Implementasi Enjoyable
Learning Melalui Metode
Bercerita Berbantuan
Media Gambar Untuk
Meningkatkan Aktivitas
Belajar Berbahasa Inggris
Permulaan Anak Usia Dini
di TK LAB UNDIKSHA
DIPA FIP 6.000.000
2 2013 Pola Asuh (Parenting)
Anak Berkebutuhan
Khusus (Studi Kasus di
Sekolah Yayasan
Sjakitarius Singaraja)
DIPA FIP 8.000.000
3. 2014 Implementasi Pendekatan
Music and Movement
(Gerak dan Lagu0 Unruk
Meningkatkan Keampuan
Berbahasa dan Aktivitas
Motorik kasar Anak Usia
Dini di Taman Kanak-
Kanak Trisula Singaraja.
DIPA FIP 7.000.000
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam
pengajuan proposal P2M tahun 2016.
Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan penelitian isi hingga selesai,
apabila usulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.
Singaraja, 1 April 2016
Ketua,
Gede Wira Bayu, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19840327 2015041 001
Biodata Anggota
Nama : Dra. Ni Nyoman Garminah, M.Hum.
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal lahir : Gesing- Buleleng, 1-2-1952
Pekerjaan : Dosen
Alamat / No. Telepon : Jalan Jalak Barat 2A Singaraja- Bali / (0362) 24377.
Hp. 081558759838
A. Riwayat Pendidikan
1. SDN. Gesing : 1958 – 1964
2. SMPN. 2 Singaraja : 1964 – 1967
3. SMKKN. Singaraja : 1967 – 1970
4. FIP UNUD Singaraja : 1971 – 1974 (BA)
5. FIP UNUD Singaraja : 1981 – 1984 ( S1)
6. FPBS IKIP MALANG : 1994 – 1996 (S1 kedua)
7. FS UNUD Denpasar : 1999 – 2002 (S2)
B. Riwayat Pekerjaan
1. Guru SPGN Singaraja : 1976 – 1991
2. Dosen FKIP UNUD Singaraja : 1991 – 1992
3. Dosen IKIPN Singaraja : 1992 – 2005
4. Dosen UNDIKSHA Singraja : 2005 – sekarang
C. Riwayat Pelatihan
1. PendidikanKependudukan : 1977 (Denpasar)
2. Penlok P3G : 1979 (Yogyakarta)
3. Penataran P4 : 1979 (Singaraja)
4. Penlok P3G : 1981 (Ujung Pandang)
5. Pelatihan Kepramukaan : 1981 (Singaraja)
6. Pelatihan Tutor Kejar Paket A : 1984 (Singaraja)
7. Pelatihan Pembelajaran Terpadu : 1996 (Yogyakarta)
8. Pelatihan Tutor PJJ Online : 2007 (Jakarta)
9. Pelatihan Pembuatan Bahan Ajar Video : 2008 ( Bandung)
D. Pengalaman Penelitian/Karya Ilmiah
1. Ketua Peneliti
Peranserta Wanita Bali dalam Pengembangan Desa- desa Wisata di Kawasan Bali Utara
(1999)
2. Ketua Peneliti
Makna, Fungsi, dan Nilai Simbolis Pencerminan Budaya Masyarakat dalam Penggunaan
Metafora Bahasa Bali berdasarkan Aspek Tri Hita Karana (2002)
3. Ketua Peneliti
Campur Kode dalam Pemakaian Bahasa Bali pada Etnik Jawa di Desa Tegallinggah,
Buleleng (2003)
4. Anggota Peneliti
Penerapan Model Kegiatan Bermain dalam Pembelajaran di Taman Kanak- kanak Santo
Paulus Singaraja (2004)
5. Ketua Peneliti
Pemanfaatan Koleksi Refernsi dalam Kegiatan Akademik Mahasiswa IKIPN Singaraja (
2005)
6. Ketua P2M
Pembaharuan Pembelajaran dengan menerapkan model problem possing dalam
Pembelajaran Matematika dan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA di
sekolah dasar sekecamatan Banjar (2002)
7. Tim Pelaksana P2M
Pelatihan Penggunaan Media Belajar yang Berwawasan Lingkungan Bagi Siswa Taman
Kanak- kanak sekabupaten Bangli (2004)
8. Ketua Tim
Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi (1997)
9. Anggota Tim
Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah Beririentasi pada
Kurkulum 2004 (2005)
10. Ketua Tim
Penyusunan Buku Ajar Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia Berbasis
Kompetensi (2006)
12. Anggota Tim
Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia 1 (2007)
13. Anggota Tim
Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia 2 (2008)
14. Ketua (mandiri)
Penyusunan Buku Ajar Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia (2010
15. Anggota Tim
Penyusunan Materi Sertifikatsi Pendidikan Bahasa dab Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar
untuk Guru Kelas seBali (2002)
16. Anggota Tim
Pengembang Mata Kuliah Dasar Kependidikan S1 PGSD (2003)
17. Ketua P2M
Pelatihan Model Pembelajaran Inovatif Bagi Guru-guru SD Sekecamatan
Banjar (2003)
18. Ketua P2M
Pelatihan PTK Bagi Guru- guru SD sekecamatan Gerokgak (2007)
19. Ketua Peneliti
Pemakaina Bahasa Bali oleh etnik Jawa sebagai Cerminan Alkulturasi Budaya di Desa
Tegallinggah, Buleleng (2008)
20. Ketua Peneliti
Pemanfaatan Media Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar
No. 2 Kalibukbuk, Buleleng (2009)
21. Ketua Peneliti
Implementasi Metode Suku Kata Berbasis Pengalaman Siswa dalam pembelaja
Ran Membaca dan Menulis Siswa Kelas I SDN No.3 Belimbing, Tabanan.
Pengalaman Lain 1. Anggota DPRD Buleleng- Bali (1987- 1992)
2. Instruktur Sertifikasi Guru Kelas Sekolah Dasar Bali (2001- 2003)
3. Instruktur Diklat Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar se Kabupaten
Jembrana (2003- 2006)
Singaraja, 1 April 2016
Anggota,
Dra. Ni Nyoman Garminah, M.Hum.
NIP. 195202011976022001
Lampiran 3 Peta Lokasi Wilayah Mitra
PETA LOKASI P2M
Kampus Undiskha Desa Tianyar Barat
UNDIKSHA
Lokasi IbM
Ke Negara Ke Amplapura
Ke
Den
pasar
Lokasi Desa Tianyar Barat:
Kelompok Usaha Widya Sari dan Labda Karya
90 km
DOKUMENTASI KEGIATAN
CONTOH SOKASI
HASIL PERCOBAAN PEMBUATAN SOKASI DARI DAUN LONTAR