Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Bidang Unggulan : Pengembangan
Permukiman yang Cerdas, Lestari, dan
Tanggap Bencana
Kode/Rumpun Ilmu : 122/Statistik
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
PENGEMBANGAN INSTRUMEN INDEKS KAPASITAS MASYARAKAT DALAM
MITIGASI BENCANA
Tahun ke-2 dari rencana 2 tahun
Dr. Jaka Nugraha, M.Si. (NIDN: 0524027101)
Fitri Nugraheni, ST, MT, Ph.D (NIDN : 0523107201)
Irwan Nuryana Kurniawan,S.Psi., M.Si. (NIDN :0528017401)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
NOPEMBER 2016
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
RINGKASAN
ii
iii
v
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Khusus Riset
1.3.Keutamaan Penelitian
1.4.Luaran (Output) Penelitian
1
4
4
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN ROADMAP
PENELITIAN
5
2.1. Tinjauan Pustaka 5
2.2. Roadmap Penelitian 7
BAB 3. METODE PENELITIAN 9
3.1. Desain Penelitian 9
3.2. Indikator Capaian 10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1. Indikator Kapasitas Masyarakat 12
4.2 Regresi Logistik Ordinal
4.3. Hasil Survey Kapasitas Masyarakat di Kabupaten Bantul
Terhadap Gempa
4.3.1. Diskripsi Responden
4.3.2. Analisis Regresi Logistik
4.3.3. Nilai Masing-masing Faktor
13
18
22
25
27
BAB 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
28
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN 21
a. Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian
b. Berita Acara Serah terima Laporan Kemajuan
c. Surat Tugas Pelaksanaan Penelitian
d. Kuesioner
iv
RINGKASAN
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi
seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir dan tanah longsor, kekeringan. Resiko
bencana bisa diturunkan bila kapasitas mitigasi (ketahanan, kesiap-siagaan) bencana dari
daerah dan masyarakat meningkat. Peningkatan kapasitas mitigasi menyangkut aspek sosial,
budaya, dan teknis secara simultan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah
menetapkan pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana dan panduan penilaian
kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana. Dalam peraturan tersebut lebih
menekankan kapasitas daerah dari aspek aspek kebijakan, kesiapsiagaan, dan peran lembaga
terkait. Alat ukur untuk mengetahui kemampuan orang per orang, rumah tangga dan
kelompok masyarakat dalam menghadapi bencana belum dilakukan. Alat ukur ini sangat
penting, karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi dan usaha peningkatan kapasitas
masyarakat maupun daerah dalam mitigasi bencana.
Penelitian ini bertujuan menyusun instrumen untuk mengukur tingkat kesiapan
masyarakat dalam mitigasi bencana. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat
teridentifikasi aspek-aspek apa saja yang harus ditingkatkan agar kapasitas daerah dan
kemampuan mitigasi masyarakat meningkat. Dengan adanya instrumen untuk mengukur
kesiapan mayarakat dalam mitigasi bencana akan sangat bermanfaat bagi pemerintah, BNPB
untuk tingkat nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk tingkat
Provinsi atau Kabupaten/Kota dalam menyusun program-progam dalam rangka peningkatan
kewaspadaan (program mitigasi) dan inisiatif pengembangan kapasitas. Penelitian ini sejalan
dengan Rencana Induk Penelitian Universitas Islam Indonesia dalam bidang unggulan
Pengembangan Permukiman yang Cerdas, Lestari, dan Tanggap Bencana.
Penelitian dilakukan dalam waktu dua tahun. Di tahun pertama telah peroleh hasil
indikator-indikator yang relevan dengan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana dan
formula untuk mengukur Indeks kapasitas masyarakat (IKM). Model kapasitas masyarakat
dapat disusun dengan menggunakan model regresi logistik ordinal. Model regresi disusun
dengan menggunakan tiga variabel dependen yaitu (i) pengetahuan umum yang dimiliki
tentang pengurangan resiko bencana alam yang disimbolkan dengan Y1 (ii) pengetahuan
umum yang dimiliki tentang bagaimana menyelamatkan keluarga ketika terjadi bencana alam
yang disimbolkan dengan Y2 (iii) upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi
bencana alam oleh pihak terkait yaitu Pemerintah (Y3a), Lembaga Swadaya Masyarakat
v
(Y3b), Masyarakat Lokal/Setempat (Y3c) dan Responden/Rumah Tangga Responden (Y3d).
Dari data dan model yang diperoleh dapat disimpulkan :
1. Upaya peningkatan kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam yang
dilakukan oleh pihak Pemerintah relatif sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Demikian juga upaya yang telah dilakukan oleh Masyarakat Lokal/Setempat relatif
sama dengan Individu/Rumah Tangga Responden.
2. Variabel dependen Y1 hanya dipengaruhi oleh faktor Rencana Aksi (C). Sedangkan
varaibel dependen Y2 dipengaruhi oleh Faktor Faktor Pengetahuan (A) dan Faktor
Rencana Aksi (C).
3. Variabel dependen Y3 tidak dipengaruhi oleh Faktor Informasi (F).
4. Variabel dependen Y3a dipengaruhi oleh Faktor Kepemimpinan dan Program (E) dan
Faktor Fasilitas (G).
5. Variabel dependen Y3b, Y3c dan Y3d hanya dipengaruhi oleh Faktor Kepemimpinan
dan Program (E).
Berdasarkan model regresi logistik ordinal dapat disusun sebuah ukuran indeks kapasitas
masyarakat yang mempunyai nilai antara 0 s/d 100%.
Berdasarkan hasil survei terhadap 203 responden (kepala keluarga) di Kabupaten
Bantul, telah dihitung indeks capaian untuk masing-masing Faktor. Berdasarkan tabel 27,
dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kabupaten Bantul telah memiliki nilai kearifan lokal
yang sangat baik. Faktor yang harus ditingkatkan adalah Faktor Rencana Aksi,
Kepemimpinan dan Informasi.
Kata Kunci : Mitigasi, Indeks kapasitas masyarakat, kesiapsiagaan, tanggap bencana,
Regresi logistik
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi.
Wilayah Indonesia merupakan pertemuan beberapa pertemuan empat lempeng tektonik yaitu
lempeng Benua Australia, Benua Asia, Samudera Pasifik dan Lempeng Samudera Hindia.
Masing-masing lempeng itu bergerak dengan kecepatan 8 cm / tahun sampai 12 cm / tahun.
Kondisi ini yang menjadikan munculnya jajaran gunung api sepanjang pantai selatan pulau
Sumatera, Jawa, dan Kepulauan Banda, serta munculnya pusat-pusat gempa patahan-patahan.
Dengan karakteristik seperti ini, Indonesia memiliki potensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir dan tanah longsor.
Gempa bumi dan bencana gunung api merupakan kejadian biasa di wilayah Indonesia.
Gempa bumi dapat terjadi setiap saat di banyak tempat di Indonesia. Beberapa kejadian
gempa bumi memakan korban jiwa, bangunan dan harta yang cukup besar. Gempa bumi di
Liwa Lampung Barat 16 Februari 2000 telah menghancurkan 80% bangunan yang ada
bernilai puluhan milyar rupiah. Serta lebih 200 penduduk tewas, dan 1000 penduduk luka
berat dan luka ringan. Gempa bumi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang
mengakibatkan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Jumlah Korban Tewas
Akibat Gempa di DIY tahun 2006 mencapai 4.039 Orang. Jumlah korban meninggal akibat
meletusnya gunung merapi tahun 2010 sebanyak 185 orang. Bencana gempa diikuti tsunami
di Mentawai, Sumatera Barat pada tanggal 26 Oktober 2010 tercatat 447 korban meninggal
dunia. (BNPB,2014)
Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, kajian resiko bencana terhadap suatu
daerah merupakan langkah awal mitigasi bencana. Dalam menghitung resiko bencana sebuah
daerah melibatkan tiga aspek yaitu ancamam (hazard), kerentanan (vulnerability) dan
kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan
wilayahnya. Resiko akan berbanding lurus dengan kerentanan dan ancaman, dan berbanding
terbalik dengan kapasitas mitigasi. Hubungan tersebut secara sederhana dapat dipahami
bahwa resiko bencana akan meningkat bila tingkat ancaman juga tinggi, resiko bencana juga
akan meningkat bila tingkat kerentanan juga tinggi. Resiko bencana bisa diturunkan bila
kapasitas mitigasi (ketahanan, kesiap-siagaan) bencana dari masyarakat meningkat. Sampai
saat ini kemampuan manusia melalui ilmu dan teknologinya belum bisa mengurangi tingkat
hazard dari gempa bumi. Sejauh ini belum ditemukan metode untuk mengetahui kapan,
dimana, dan besaran/magnitude gempa dengan akurasi yang bisa diterima secara ilmiah. Oleh
2
kaerna itu untuk mengurangi resiko bencana, saat ini yang bisa dilakukan adalah
meningkatkan kesadaran dan membangun kapasitas mitigasi bencana. Peningkatan kapasitas
mitigasi menyangkut aspek sosial, budaya, dan teknis secara simultan.
Berkaitan dengan tingkat ancaman, pemerintah telah mengidentifikasi daerah rawan
bencana di seluruh Indonesia dalam bentuk Indeks Rawan Bencana. Untuk mengurangi
resiko dampak bencana tersebut Bappenas dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
membentuk sistem informasi peristiwa bencana yang disebut dengan Data dan Informasi
Bencana Indonesia (DIBI). DIBI, pada tingkat nasional dan daerah diharapkan untuk:
meningkatkan kapasitas perencanaan pengelolaan bencana di setiap tahapan siklus
pengelolaan bencana; mendukung pelaporan dan pemantauan bencana; dan, menyediakan
informasi mengenai bencana untuk pemerintah dan aksi kemanusiaan di Indonesia.
Desentralisasi di Indonesia menjadikan tingkat kesiapan suatu daerah dalam
mengantisipasi dampak bencana yang akan dialaminya akan berbeda-beda dari satu daerah
dengan daerah lainnya. Faktor institusi merupakan salah satu diantara banyak faktor yang
dapat menentukan kesiapan satu daerah dalam mengantisipasi dampak bencana dibandingkan
daerah lainnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang aspek institusi dalam membangun
kesiapan daerah dan masyarakat menghadapi dampak bencana alam merupakan salah isu
penting untuk dikaji secara mendalam. DIBI telah menyediakan informasi di tingkat provinsi
dan kabupaten, yang apabila digabungkan dengan penilaian terhadap kesiapan masyarakat
dan daerah dalam menghadapi bencana akan mendapatkan analisa yang lebih mendalam
mengenai kemajuan yang dibuat dalam mengurangi kerugian melalui penerapan
kewaspadaan/ program mitigasi dan inisiatif pengembangan kapasitas.
Penelitian terkait dengan kapasitas suatu wilayah dalam menghadapi bencana telah
banyak dilakukan dengan menekankan pada aspek upaya peningkatannya. Priba (2013)
mengindentifikasi kapasitas adaptif secara institusional dari pemerintah daerah dalam
merespon dampak perubahan iklim yang terjadi di Provinsi Jawa Barat. Untuk mengantisipasi
gempa Mentawai, Purbani (2013) mengusulkan Kebijakan Penataan Wilayah Pesisir
Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Yulianto dkk (2012) mengusulkan
pemanfaatan data Synthetic aperture radar (sar) untuk pengurangan resiko dan mitigasi
bencana. Penyusunan indeks Kapasitas Adaptasi Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan
Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim telah dilakukan oleh Yuda dkk (2013).
Pemerintah, dalam hal ini BNPB telah menetapkan peraturan BNPB Nomor 4 Tahun
2008 tentang menetapkan pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana. BNPB
juga telah menyusun panduan penilaian kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana
3
yang dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012. Dalam peraturan tersebut lebih
menekankan kapasitas daerah dari aspek aspek kebijakan, kesiapsiagaan, dan peran lembaga terkait.
Alat ukur untuk mengetahui kemampuan orang per orang, rumah tangga dan kelompok masyarakat
dalam menghadapi bencana belum dilakukan. Alat ukur ini sangat penting, karena dapat
dipakai sebagai dasar evaluasi apakah usaha peningkatan kesiapan daerah telah berhasil.
Dengan desentralisasi dan peningkatan peran pemerintah lokal, setiap kabupaten mempunyai
kesempatan untuk menyesuaikan indikator kesiapan dengan keadaan lokal untuk mengawasi
kesiapan masyarakatnya sendiri.
Permasalahan dalam menyusun indeks adalah bagaimana memilih indikator secara
tepat dan menentukan model yang cocok. Penelitian ini menekankan pada dua aspek tersebut,
yaitu pemilihan indikator yang relevan sebagai standar nasional untuk perbandingan antar
wilayah dan dilanjutkan dengan penyusunan model untuk mengukur tingkat kesiapan
masyarakat dalam menghadapi dampak bencana alam sesuai dengan potensi bencanaya.
Indikator kesiapan daerah mengacu pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 dan
Nomor 03 Tahun 2012. Pemilihan indikator yang relevan dilakukan menggunakan metode
menggunakan Metode Structural Equation Model (SEM). Model disusun menggunakan
metode analisis Regresi Linear dan Regresi Logistik.
Pada penelitian di tahun pertama, dengan menggunakan analisis SEM telah
dibuktikan keterkaitan antara Kapasitas Masyarakat dan Kesiap-siagaan dalam menghadapi
bencana alam. Kapasitas masyarakat meliputi aspek Sosial, Fisik/Lingkungan dan Ekonomi.
Kesiapsiagaan terdiri dari kesiap-siagaan individu dan Kesiapsiagaan Masyarakat.
Kesiapsiagaan individu meliputi aspek rencana, pengetahuan dan sikap. Kesiap-siagaan
masyarakat meliputi kepemimpinan, informasi, fasilitas. Berdasarkan model SEM ini
diperoleh nilai kapasitas masyarakat dan kapasitas individu. Indeks kapasitas dapat disusun
menggunakan nilai rata-rata dari ketika faktor penyusunya yaitu faktor kapasitas, faktor
masyarakat dan faktor individu.
Indek yang dikembangkan menggunakan regresi logistik, variabel yang berpengaruh
terhadap kesiapan individu adalah variabel rencana aksi, Pengalaman pelatihan dan
Pengetahuan tentang tempat tinggal yang merupakan daerah rawan bencana. Variabel yang
berpengaruh terhadap upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam
adalah kesiapan masyarakat yaitu Kepemimpinan dan Program, Informasi dan Fasilitas.
Berdasarkan dua cara perhitungan IKM, metode model linear lebih mudah diinterpretasikan
dan sesuai dengan konsep teoritis yang dibuktikan dengan SEM.
4
Selanjutnya di tahun kedua, penelitian lebih ditekankan pada implementasi model
pada beberapa beberapa daerah rawan bencana yang mewakili jenis bencana. Berdasarkan
hasil pengukuran tersebut dapat dipakai untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa saja yang
harus ditingkatkan agar kapasitas daerah dan kemampuan mitigasi masyarakat meningkat.
1.2.Tujuan Khusus Riset Penelitian ini bertujuan menyusun instrumen untuk mengukur tingkat kesiapan
masyarakat dalam mitigasi bencana dan mengimplementasikan pada beberapa daerah rawan
bencana . Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat teridentifikasi aspek-aspek apa saja
yang harus ditingkatkan agar kapasitas daerah dan kemampuan mitigasi masyarakat
meningkat.
1.3.Keutamaan Penelitian BNPB telah menetapkan panduan penilaian kapasitas daerah dalam penanggulangan
bencana yang dalam peraturan Kepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012. Dalam peraturan
tersebut lebih menekankan kapasitas daerah dari aspek aspek kebijakan, kesiapsiagaan, dan peran
lembaga terkait. Alat ukur untuk mengetahui kemampuan orang per orang, rumah tangga dan
kelompok masyarakat dalam menghadapi bencana belum dilakukan. Alat ukur ini sangat
penting, karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi apakah usaha peningkatan kesiapan
daerah telah berhasil.
Implementasi pedoman tersebut dimasing-masing daerah perlu dilakukan evaluasi. Di
sisi lain masing-masing daerah memiliki tingkat ancaman dan kerentanan yang berbeda-beda.
Kebijakan otonomi daerah mengakibatkan tingkat kesiapan daerah dalam menangani dampak
ancaman bencana sangat bervariasi. Dengan adanya instrumen untuk mengukur kesiapan
mayarakat dalam mitigasi bencana akan sangat bermanfaat bagi pemerintah, BNPB untuk
tingkat nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk tingkat Provinsi
atau Kabupaten/Kota dalam menyusun program-progam dalam rangka peningkatan
kewaspadaan (program mitigasi) dan inisiatif pengembangan kapasitas.
1.4. Luaran (Output) Penelitian Luaran yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah :
1. Instrumen untuk mengukur tingkat kesiapan masyarakat terhadap potensi bencana.
2. Manuskrip yang dipublikasikan pada seminar nasional dan internasional.
5
3. Manuskrip untuk dipublikasikan pada jurnal internasional (1 judul) yang di-submit
pada pertengahan tahun ke dua.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN ROADMAP PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka Yohe dan Tol (2002) mengusulkan sebuah metode untuk mengembangkan indikator
kapasitas sosial dan ekonomi dalam konteks perubahan iklim. Indeks sederhana untuk
mengukur kapasitas adaptasi yang digunakan oleh Ionescu dkk. (2007) hanya memasukkan
GDB, angka melek huruf, dan tingkat partisipasi tenaga kerja wanita. Yohe dkk. (2006)
menggunakan Vulnerability-Resilience Indicator Prototype (VRIP) yang dikembangkan oleh
Brenkert dan Malone (2005) sebagai pendekatan untuk indeks kapasitas adaptif,
mempertimbangkan kapasitas untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tersirat
dalam penilaian kerentanan.
Iglesias et al. (2007a) mengembangkan indeks Kapasitas Adaptasi (indeks AC)
dengan tiga komponen utama yang mencirikan kemampuan ekonomi, sumber daya manusia
dan sipil, dan inovasi pertanian. Pendekatan yang sama telah diambil dalam konteks
kekeringan (Moneo, 2007). Pendekatan yang fleksibel dan dapat diterapkan untuk ekosistem
dan alam serta sistem sosial-ekonomi. Keseluruhan kerentanan ditentukan dengan
menggabungkan kerentanan berasal dari paparan langsung terhadap kekeringan, dan
kerentanan terhadap kekeringan yang berasal dari aspek sosial dan ekonomi. Iglesias dkk
(2007b) telah mengembangkan indeks kerentanan sosial terhadap kekeringan. Langkah-
langkah pengukuran indeks kerentanan adalah: (i) memilih variabel yang berkontribusi
terhadap kerentanan, (ii) menormalkan variabel, (iii) menggabungkan sub-komponen
variabel dalam setiap kategori kerentanan dengan rata-rata tertimbang, dan (iv) mengukur
kerentanan sebagai rata-rata tertimbang dari komponen. Balai Litbang Sosekling Bidang
Permukiman (2012), menghasilkan rumusan penghitungan kemampuan adaptasi di berbagai
tingkat entitas masyarakat. Indeks adaptasi masyarakat dihitung dari faktor kesiapan
masyarakat, kesiapan individu dan pada tingkat kesiapan komunitas-kelembagaan.
Dalam peraturan Kepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012 telah dirumuskan 5 prioritas
mitigasi bencana yaitu
1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah prioritas nasional
dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya .
6
2. Mengidentifikasi, menilai dan memantau risiko bencana dan meningkatkan sistem
peringatan dini untuk mengurangi risiko bencana .
3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
kapasitas dan budaya aman dari bencana di semua tingkat .
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar .
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua
tingkat .
Lima prioritas tersebut diukur menggunakan 22 indikator dan dijabarkan ke dalam 88 butir
pertanyaan.
Yuda dkk (2013) telah menyusun kapasitas adaptif masyarakat daerah rentan air
dengan mengunakan 3 variabel yaitu (1) Kesiapan Individu yang di uraikan ke dalam aspek
pengetahuan persepsi dan perilaku, (2) Kesiapan Komunitas diuraikan kedalam aspek
kearifan lokal, kepemimpinan, keterlibatan dan keberadaan organisasi. (3) Kesiapan
Kelembagaan diuraikan ke dalam aspek jaringan, keberadaan informasi dan kebijakan.
Kesiapan masyarakat merupakan proses atau serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana yang memiliki beberapa
tahapan. Model Kesiapan Masyarakat (Community Readiness Model) dibuat untuk melihat
respon masyarakat atas intervensi kebijakan/program (Edwards dkk., 2000 dalam Yuda dkk
2013). Model tersebut memasukkan 5 (lima) dimensi kesiapan masyarakat, yakni: (a) Upaya
antisipatif melalui kebijakan; (b) Pengetahuan masyarakat terhadap kebijakan; (c)
Kepemimpinan; (d) Pemahaman akan masalah; dan (e) Pembiayaan untuk upaya antisipatif
(berupa uang, waktu, lahan, dll.). Kapasitas merupakan perpaduan antara kemampuan dan
atribut individu, komunitas, atau organisasi, yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kapasitas merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan pengurangan ancaman dan
potensi kerugian akibat bencana secara terstruktur, terencana dan terpadu.
Pada umumnya indeks dihitung menggunakan persamaan linear, seperti halnya Indeks
Kesiapan Berjejaring, Indeks kepuasan masyarakat dalam Keputusan Menpan Nomor 25
Tahun 2004), Indeks Kemiskinan. Jika indeks merupakan kuantitas untuk menyatakan tingkat
kesiapan atau terpenuhinya parameter-parameter mitigasi bencana maka nilainya dapat
berupa persentase 0% s/d 100% atau bernilai dalam interval [0,1]. Dengan demikian
pendekatan analisis logistik dapat digunakan untuk menyusun indeks ini. Penggunaan model
linear dalam respon biner akan menghasikan estimasi probabilitas di luar interval [0,1].
Dengan model logit dan probit, dijamin estimasi probabilitas masih dalam interval [0,1]
(Nugraha, 2010 ).
7
Menurut Hair dkk (1998), SEM adalah teknik analisis multivariat yang merupakan
kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi/korelasi, yang bertujuan untuk menguji
hubungan-hubungan antara variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antar indikator
dengan konstruknya, ataupun hubungan antar konstruk. Dari pengertian tersebut, terlihat
bahwa SEM lebih digunakan untuk melakukan analisis konfirmatori. Sebuah model dibuat
berdasarkan teori tertentu, kemudian SEM digunakan untuk menguji apakah model tersebut
dapat diterima atau ditolak.
Ada 7 ( tujuh ) tahapan pokok yang harus dilakukan dalam menggunakan teknik
analisis dengan SEM dalam sebuah kegiatan penelitian yaitu ( Hair dkk, 1998):
1. Pengembangan Model Teoritis
2. Pengembangan Diagram Alur
3. Konversi diagram alur kedalam persamaan
4. Memilih matriks input dan estimasi model yang sesuai
5. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi
6. Evaluasi Kriteria Goodness of fit
7. Interpretasi dan Modifikasi Model.
2.2. Roadmap Penelitian Salah satu tema penelitian unggulan UII adalah pengembangan permukiman cerdas, lestari
dan tanggap bencana. Yang dimaksud cerdas adalah kemampuan masyarakat untuk merespon
perubahan lingkungan, merespon keterbatasan serta bencana. Tahapan penelitian yang telah
ditetapkan dalam Rencana induk pengembangan (RIP) penelitian UII adalah sebagai mana
dalam Gambar 1.
Gambar 1. Roadmap Pengembangan Permukiman yang Cerdas, Lestari, dan Tanggap
Bencana
Konsep Rancang
Bangun dan
Perubahan Perilaku
Inovasi
Pengembangan
Rancang Bangun
dan rekayasa sosial
budaya
Pembentukan
Budaya, Citra,
Standar dan Norma
Baru
Pengembangan
Model dan
Proptotipe
-Model perilaku masyarakat
-Kapasitas masyarakat dan daerah
dalam mitigasi bencana
-SEM
-Model Regresi Logistik
-Model Linear
Rekayasa sosial penguatan
kapasitas masyarakat
dalam mitigasi bencana
8
Model statistik yang digunakan untuk pemodelan perilaku pada umumnya menggunakan
model data nominal. Pengembangan respon data nominal dapat digambarkan dalam
Gambar 2.
Peneliti telah melakukan banyak penelitian yang berkaitan dengan data nominal
sebagaimana disajikan dalam Gambar 3.
Univariat Data Panel Multivariat
Model
Probit
Mixed Logit
Logistik
Metode Estimasi
MLE
Moment
GEE
Bayesian
Gambar 2. Bagan roadmap riset model respon diskrit
Ket.
: yang diteliti
Respon Data Nominal Respon Data Ordinal
9
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua tahun, tahun pertama fokusnya adalah memilih
indikator yang relevan dengan kapasitas masyarakat sebagai dasar penyusunan indeks. Tahun
kedua adalah mengimplementasikan instrumen penyusunan indeks di beberapa daerah yang
mewakili spesifikasi potensi bencana. Pelaksanaan penelitian akan melibatkan mahasiswa
dalam penjaringan data.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksploratif dalam rangka mencari
indikator yang relevan dengan kesiapan dan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana.
Secara Skematik, penelitian dilakukan sesuai dengan bagan alir pada Gambar 4.
Dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012 telah didefinisikan beberapa istilah
berikut :
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
b. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
Konsep Kapasitas
dan kesiapan
masyarakat
Variabel Eksogen
dan Variabel
Endogen
Indikator SEM
Model Logistik &
Model Linear
Uji Coba Model Hasil :
Instrumen dan Indeks
serta Model Kapasitas
Gambar 4. Desain Penelitian
Menyusun software
Instrumen dan Indeks
Kapasitas Masyarakat
Survey di
beberapa daerah
rawan bencana
Validasi Instrumen
dan menghitung
Indeks
Tahun I
Tahun II
10
c. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian akibat bencana secara terstruktur,
terencana dan terpadu.
d. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
Kapasitas sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, fisik dan lingkungan.
Terdapat dua aspek kesiapan masyarakat yaitu kesiapan individu dan kesiapan kelembagaan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh pengetahuan sedangkan dan kesiapan kelembagaan
dipengaruhi oleh adanya program, jaringan, kepemimpinan, kearifan lokal dan fasilitas.
Gambar 5. Konsep kapasitas dan kesiapan masyarakat
Konsep kapasitas dan kesiapan masyarakat yang dijelaskan dalam Gambar 5. telah
diuji menggunakan analisis SEM. Pada tahun kedua melakukan pengukuran IKM dan uji
coba model pada beberapa daerah yang mewakili jenis potensi bencana seperti banjir, gempa,
tanah longsor, kekeringan dan gunung berapi.
3.2.Indikator Capaian Fokus kegiatan dan indikator keberhasilan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Fokus dan Indikator keberhasilan penelitian
Tahun Pertama
Fokus Kegiatan Target
Kajian Konsep Kapasitas dan
kesiapan masyarakat terhadap mitigasi
bencana
• Diperoleh rumusan teoritis kapasitas
• Diperoleh indikator kapasitas masyarakat
• Diperoleh Diagram path
• Naskah Publikasi seminar Nasional
Kapasitas Kesiapsiagaan
Sosial
Ekonomi
Fisik
Lingkungan
Individu
Masyarakat
Pengetahuan
Kearifan lokal
Kepemimpinan Jaringan Fasilitas Program
11
Penyusunan Model • Diperoleh model Regresi
• Diperoleh rumusan indeks kapasitas
masyarakat
• Naskah Publikasi seminar internasional
Tahun ke Dua
Fokus Kegiatan Target
Validasi model dan indeks kapasitas
masyarakat : Ujicoba model pada
beberapa daerah rawan bencana secara
sampling
• Diperoleh rumusan indeks kapasitas
masyarakat yang telah divalidasi
• Diperoleh model kapasitas di beberapa
jenis bencana.
• Rekomendasi kebijakan (cara pengukuran
kapasitas masyarakat dan upaya
peningkatannya) ke BNPB
• Naskah Publikasi Jurnal Internasional
12
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sampai dengan bulan Juli 2016 ini telah dilakukan beberapa aktifitas penelitian sebagaimana
telah direncanakan
Tabel 2. Jadwal Kegiatan tahun pertama No. Kegiatan Bulan Hasil
1. Melakukan Kajian teoritis. Pemodelan
menggunakan Regresi Logistik
Januari – Mei Naskah Publikasi dengan judul “Model
kapasitas masyarakat dalam
menghadapi bencana menggunakan
analisis regresi logistik ordinal” yang
telah dipublikasikan dalam Jurnal
Nasional. Jurnal Eksakta Vol 16 No.
1-2.
2 Melakukan Kajian teoritis. Pemodelan
menggunakan SEM
April - Mei Naskah Publikasi Seminar
Internasional dengan judul
“Community Capacity Indicators And
Disaster Preparedness”. Acepten Letter
4th
International Conference on
Sustainable Built Environment yang
akan diseminarkan pada October 12 –
13, 2016
2. Penyempurnaan Kuesioner Mei Kuesioner yang telah
disempurnakan 3. Pengumpulan data di daerah rawan
bencana Gempa Bumi
Juni-
September
Sudah diperoleh data survey
masyarakat di Kabupaten Bantul . 4 Menyusunan Laporan Tengah Juli Laporan Penelitian
4.1. Indikator Kapasitas Masyarakat Kapasitas masyarakat adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian akibat bencana. Kapasitas masyarakat dapat
ditinjau dari dua aspek yaitu kapasitas individu dan dan kapasitas kelembagaan sebagaimana
dijelaskan dalam Gambar 6. Kapasitas individu dipengaruhi oleh pengetahuan, budaya
(kearifan lokal) dan rencana aksi. Kapasitas kelembagaan dipengaruhi oleh adanya program,
informasi, kepemimpinan, kearifan lokal dan fasilitas.
Pengetahuan
Individu
Masyarakat
Rencana Aksi
Kearifan lokal
Kepemimpinan
dan Program
Informasi
Fasilitas
13
Gambar 6. Konsep kapasitas masyarakat.
Konsep kapasitas masyarakat yang dijelaskan dalam Gambar 6. akan diuji menggunakan
analisis regresi logistik ordinal.
4.2. Regresi Logistik Ordinal Model Regresi Logistik Ordinal sering dikenal dengan model logit kumulatif. Pada model
ini, variabel respon Y berupa data ordinal dengan k kategori, variabel independen dapat
berupa variabel kategori, kontinyu atau campuran keduanya yang disimbolkan dengan X’̕ =
(X1, X2,…., Xp). Pada model ini didefinisikan fungsi logit
�� = ��� = �� = �� ���������� ������ dan ��� ≤ �� = �� + �� +⋯+ �� (1)
πj adalah peluang Y=j dan θj, β merupakan parameter dari koefisien regresi. Transformasi
linearnya adalah
ln � ��������������� = � + !"# (2)
dengan j = 1,2,3,…,k-1. Inferensi terhadap parameter-parameternya dapat diuji menggunakan
uji Statistik Rasio Likelihood untuk uji simultan dan statistik uji Wald untuk uji parsial
(Agresti, 2002).
Pengamatan terhadap masyarakat untuk mendapatkan data variabel dependen mengenai
(i) pengetahuan umum yang dimiliki tentang pengurangan resiko bencana alam yang
disimbolkan dengan Y1.
(ii) pengetahuan umum yang dimiliki tentang bagaimana menyelamatkan keluarga
ketika terjadi bencana alam yang disimbolkan dengan Y2.
(iii) upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam oleh pihak
terkait yaitu Pemerintah (Y3a), Lembaga Swadaya Masyarakat (Y3b), Masyarakat
Lokal/Setempat (Y3c) dan Responden/Rumah Tangga Responden (Y3d).
Variabel dependen ini bernilai 1 = “sangat tidak puas”, 2= “tidak puas”, 3 = ”cukup”
4 = “puas”, 5 =“sangat puas”. Variabel independen untuk Y1 dan Y2 adalah
(i) Pengetahuan Mitigasi disimbolkan dengan A, yang meliputi
- Pengetahuan bencana secara umum
- Pengetahuan menyelamatkan diri dari bencana
- Pengalaman mengikuti pelatihan/seminar/simulasi tentang kesiapsiagaan
bencana
- Pengalaman mengalami bencana alam
- Pengetahuan tentang tempat tinggal yang merupakan daerah rawan bencana
14
- Pengetahuan keluarga tentang bencana alam
(ii) Rencana Aksi yang disimbolkan dengan C yang meliputi
- Persiapan mengamankan barang berharga
- Persiapan rencana penyelamatan diri dari bencana
(iii) Kearifan Lokal yang disimbolkan dengan D yang meliputi persepsi dan motivasi
Variabel independen untuk Y3 adalah
(i) Kepemimpinan dan Program yang disimbolkan dengan E,
- Upaya yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam peningkatan
kewaspadaan bencana
- Pihak yang bertanggung jawab dalam persiapan menghadapi bencana
- Pihak yang bertanggung jawab dalam persiapan menghadapi bencana
-Upaya yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam mengurangi risiko
bencana
- Pendekatan manajemen penanggulangan bencana
- Upaya pemerintah dalam peringatan dini bencana
(ii) Informasi yang disimbolkan dengan F
- Peran media dalam kesiapsiagaan bencana
- Sumber informasi dan media
(iii) Fasilitas yang disimbolkan dengan G.
- Kesediaan jalur evakuasi
- Kesediaan fasilitas peringatan dini
Analisis regresi logistik ordinal digunakan untuk menyusun model yang dapat
menjelaskan hubungan indepeden terhadap variabel dependen Y yang berupa data ordinal.
Variabel dependen Y1 dan Y2 menggunakan variabel independen : A (Pengetahuan
Mitigasi), C (Rencana Aksi) dan D (Kearifan Lokal).
Pengujian dilakukan pada beberapa model, ternyata hanya variabel C (rencana aksi)
yang berpengaruh terhadap variabel Y1 dengan nilai estimasi parameter beserta statistik uji
dalam Tabel 3.
Tabel 3. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y1.
Odds 95% CI
Predictor Coef (β) SE Coef Z P-Value Ratio Lower Upper
θ1 -1,20930 0,958444 -1,26 0,207
θ2 0,569823 0,853201 0,67 0,504
θ3 3,69639 0,898383 4,11 0,000
θ4 6,75648 1,04356 6,47 0,000
C -0,375570 0,116519 -3,22 0,001 0,69 0,55 0,86
Log-Likelihood = -197,938
Test that all slopes are zero: G = 10,504, DF = 1, P-Value = 0,001
15
Persamaan regresi logistiknya adalah
P�Y1≤j� = ��θj�(,*+,,+(..�����θj�(,*+,,+(..� (3)
dengan j=1,2,3,4,5. j=1:“sangat tidak puas”, j= 2: “tidak puas”, j=3:”cukup”
j= 4 :“puas”, j= 5 : “sangat puas”. Pada Tabel 3 diperoleh nilai θ1 = -1,20930 dan θ2 =
0,569823 dengan masing-masing mempunyai p-value > α=0,05 yaitu 0,207 dan 0,504. Hal
ini mengindikasikan bahwa Y1=1 dan Y1=2 tidak memiliki perbedaan signifikan dengan
Y1=3.
Selanjutnya dilakukan pengujian model pada variabel dependen Y2. Diperoleh model
terbaiknya adalah
P�Y2≤j� = ��θj�(,����*(2*�(,��,+++2,�(,,(+34+..�����θj�(,����*(2*�(,��,+++2,�(,,(+34+.� (4)
Variabel Y2 dipengaruhi oleh variabel C (rencana aksi), A3 (Pengalaman pelatihan) dan A5
(Pengetahuan tentang tempat tinggal yang merupakan daerah rawan bencana). Berdasarkan
nilai estimasi parameter dalam Tabel 4, nilai θ1 = -0,940242 dan θ2 = 1,58527 dengan
masing-masing mempunyai p-value > α=0,05 yaitu 0,378 dan 0,061. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Y2=1 dan Y2=2 tidak memiliki perbedaan signifikan dengan Y2=3.
Tabel 4. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y2.
Variabel dependen ketiga adalah tingkat kepuasan responden terhadap pihat terkait
dalam upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam. Pihak terkait yang
dimaksud adalah
a.Pemerintah Pusat/Daerah (Y3a)
b.LSM dan Lembaga Internasional (Y3b)
c.Masyarakat Lokal/Setempat (Y3c)
d.Responden dan Rumah Tangga Responden (Y3d)
Model untuk variabel Y3 disusun dengan memperhatikan variabel independen : kesiapan
masyarakat yaitu E(Kepemimpinan dan Program), F (Informasi) dan G (Fasilitas). Dari
Odds 95% CI
Predictor Coef (β) SE Coef Z P-Value Ratio Lower Upper
θ1 -0,940242 1,06723 -0,88 0,378
θ2 1,58527 0,846678 1,87 0,061
θ3 4,33608 0,895478 4,84 0,000
θ4 6,93603 0,983647 7,05 0,000
A3 0,122230 0,0621591 1,97 0,049 1,13 1,00 1,28
A5 -0,225777 0,106304 -2,12 0,034 0,80 0,65 0,98
C -0,507867 0,120289 -4,22 0,000 0,60 0,48 0,76
Log-Likelihood = -214,184
Test that all slopes are zero: G = 26,170, DF = 3, P-Value = 0,000
16
beberapa model yang diuji, diperoleh model terbaik dengan nilai estimasi parameter
disajikan pada Tabel 5 s/d Tabel 8. Berdasarkan Tabel 5, nilai θ1 = -0,45695 dengan p-
value sebesar 0,531 > α=0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
Y3a=1 dengan Y3a=2. Variabel Y3a dipengaruhi oleh variabel E dan G.
Tabel 5. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y3a
Persamaan regresi untuk variabel Y3a adalah
P�Y3a≤j� = �[θj�(,*+777,.8�(,(3***7�.9]���[θj�(,*+777,.8�(,(3***7�.9] (5)
Berdasarkan Tabel 6, variabel Y3b hanya dipengaruhi oleh variabel E. nilai θ1 = -0,4633
dengan p-value sebesar 0,520 > α=0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan signifikan
antara Y3b=1 dengan Y3b=2.
Tabel 6. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y3b.
Persamaan regresi untuk variabel Y3b adalah
P�Y3b≤j� = ��[θj�(,77+*4,.8]����[θj�(,77+*4,.8] (6)
Tabel 7. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y3c.
Odds 95% CI
Predictor Coef(β) SE Coef Z P Ratio Lower Upper
θ1 -0,4633 0,720196 -0,64 0,520
θ2 2,02450 0,662027 3,06 0,002
θ3 4,33359 0,730908 5,93 0,000
θ4 8,36140 1,24494 6,72 0,000
E -0,4474 0,101507 -4,41 0,000 0,64 0,52 0,78
Log-Likelihood = -207,661
Test that all slopes are zero: G = 20,161, DF = 1, P-Value = 0,000
Odds 95% CI
Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper
θ1 -1,63777 0,793445 -2,06 0,039
θ2 -0,08995 0,669686 -0,13 0,893
θ3 2,66757 0,690587 3,86 0,000
θ4 5,03576 0,769545 6,54 0,000
E -0,345175 0,100535 -3,43 0,001 0,71 0,58 0,86
Log-Likelihood = -207,898
Test that all slopes are zero: G = 11,839, DF = 1, P-Value = 0,001
Odds 95% CI
Predictor Coef(β) SE Coef Z P Ratio Lower Upper
θ1 -0,45697 0,729772 -0,63 0,531
θ2 1,40269 0,680419 2,06 0,039
θ3 4,25783 0,760624 5,60 0,000
θ4 7,60462 1,04617 7,27 0,000
E -0,374445 0,111410 -3,36 0,001 0,69 0,55 0,86
G -0,0833341 0,0409014 -2,04 0,042 0,92 0,85 1,00
Log-Likelihood = -196,588
Test that all slopes are zero: G = 23,181, DF = 2, P-Value = 0,000
17
Bedasarkan tabel 7, Variabel Y3c hanya dipengaruhi oleh variabel E dan tidak ada perbedaan
signifikan antara Y3c=2 dengan Y3c=1 ataupun terhadap Y3c=3. Persamaan regresi untuk
variabel Y3c adalah
P�Y3c≤j� = �[θj�(,*7,�+,.8]���[θj�(,*7,�+,.8] (7)
Tabel 8. Output regresi logistik variabel Y3d.
Berdasarkan Tabel 8., variabel Y3c hanya dipengaruhi oleh variabel E dan tidak ada
perbedaan signifikan antara Y3d=2 dengan Y3d=1 ataupun terhadap Y3d=3. Persamaan
regresi untuk variabel Y3d adalah
P�Y3d≤j� = [��θj�(,*,4734.8]��[��θj�(,*,4734.8] (8)
Berdasarkan persamaan regresi logistik, diperoleh rata-rata nilai proporsi masing-masing
responden dan dapat dihitung rata-rata terbobot ��>� sebagai ukuran tingkat kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana.
�> = ∑ �π@A��πBA�*πCA�7πDA�,πEA�FAG@
H (9)
Nilai �> ini bernilai antara 1 sampai dengan 5 dan dapat ditransformasi dalam skala 0 – 100%
menggunakan persamaan
IJK = 7��>���LL + 1 (10)
IKM dapat digunakan sebagai ukuran indeks kapasitas masyarakat yang mempunyai nilai
antara 0 s/d 100%. Jika nilai IKM mendekati angka 100 berarti masyarakat sudah sangat siap
dalam menghadapi bencana. Sebaliknya jika nilai IKM semakin kecil (mendekati 0), berarti
masyarakat sangat tidak siap dalam menghadapi bencana.
Selanjutnya berdasarkan data sampel diperoleh nilai indeks sebagaimana dalam Tabel 9.
Odds 95% CI
Predictor Coef(β) SE Coef Z P Ratio Lower Upper
θ1 -1,87077 0,845472 -2,21 0,027
θ2 -0,244550 0,679137 -0,36 0,719
θ3 2,72136 0,694492 3,92 0,000
θ4 4,82866 0,760086 6,35 0,000
E -0,356486 0,101052 -3,53 0,000 0,70 0,57 0,85
Log-Likelihood = -207,898
Test that all slopes are zero: G = 11,839, DF = 1, P-Value = 0,001
18
Tabel 9. Menentukan nilai IKM
Tingkat pengetahuan umum yang dimiliki tentang pengurangan resiko bencana alam baru
mencapai 55,148%, tingkat pengetahuan umum yang dimiliki tentang bagaimana
menyelamatkan keluarga ketika terjadi bencana alam sebesar 58,541. Berdasarkan persepsi
masyarakat, upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam oleh pihak
terkait yaitu
a. Pemerintah (Y3a) sebesar 48,239,
b. Lembaga Swadaya Masyarakat (Y3b) sebesar 46,103,
c. Masyarakat Lokal/Setempat (Y3c) sebesar 58,038
Responden/Rumah Tangga Responden (Y3d) sebesar 59,671
4.3. Hasis Survey Kapasitas Masyarakat di Kabupaten Bantul terhadap
Gempa Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Yogyakarta telah meluncurkan Peta
Risiko Bencana di Provinsi Yogyakarta. Sebanyak 14 kecamatan di Yogyakarta masuk dalam
kawasan beresiko tinggi terhadap gempa bumi. Kebanyakan kawasan beresiko tinggi
terhadap gempa bumi terletak di Kabupaten Bantul. Tujuh bencana alam yang dipetakan
dalah letusan gunung api, gempa bumi, banjir, tsunami, tanah longsor, kekeringan, dan angin
ribut. Satu bencana non alam yakni demam berdarah. Berdasar peta tersebut, 11 kecamatan di
Kabupaten Bantul termasuk beresiko tinggi terhadap gempa bumi. Kecamatan itu adalah
Kasihan, Sewon, Bantul, Pandak, Bambanglipuro, Pundong, Imogiri, Jetis, Pleret,
Banguntapan, Piyungan.
Data BPBD Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah Bantul ada 4.143 orang,
dengan jumlah rusak berat 71.372 unit, rusak ringan 66.359 rumah. Namun demikian,
diakuinya untuk dokumentasi foto pihaknya belum memiliki. Untuk mengingatkan
masyarakat, pihaknya membuat tetenger di Dusun Potrobayan yang letaknya 300 meter dari
pusat gempa. Kepadatan penduduk juga merupakan salah satu faktor yang menentukan
tingkat kerentanan tersebut. Berikut data kecamatan dan kepadatan penduduk di kabupaten
Bantul.
Skala Proporsi (πi)
Y1 Y2 Y3a Y3b Y3c Y3d
1 0,020 0,010 0,041 0,041 0,036 0,025
2 0,086 0,102 0,223 0,305 0,066 0,056
3 0,599 0,497 0,533 0,452 0,518 0,523
4 0,274 0,335 0,193 0,198 0,320 0,315
5 0,020 0,056 0,010 0,005 0,061 0,081
Indeks 3,188 3,325 2,909 2,822 3,305 3,371
IKM (%) 55,148 58,541 48,239 46,103 58,038 59,671
19
Tabel 10. Kepadatan Penduduk Geografis Per Kecamatan di Kabupaten Bantul
No Kecamatan Luas
(Km2)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
/ Km2 DesaPedukuhan
1. Srandakan 18,32 28.935 1.579 2 42
2. Sanden 23,16 29.939 1.293 4 62
3. Kretek 27,77 29.829 1.114 5 52
4. Pundong 23,68 32.097 1.355 3 49
5. Bambanglipuro 22,7 37.921 1.671 3 45
6. Pandak 24,3 48.558 1.998 3 49
7. Bantul 21,95 61.334 2.795 5 50
8. Jetis 24,47 53.592 2.190 4 64
9. Imogiri 54,49 57.534 1.056 8 72
10. Dlingo 55,87 36.165 647 6 58
11. Pleret 22,97 45.316 1.973
12. Piyungan 32,54 52.156 1.603 3 60
13. Banguntapan 28,48 131.584 4.620 8 57
14. Sewon 27.16 110.355 4.063 4 63
15. Kasihan 32,38 119.271 3.683 4 53
16. Pajangan 33,25 34.467 1.037 3 55
17. Sedayu 34,36 45.952 1.337 4 54
Jumlah 506,85 955.952 1.884
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2014
Peta intensitas gemba bumi di Bantul pada tanggal 27 Mei 2006 dapat dilihat dalam peta
berikut :
20
Gambar 7. Peta intensitas gempa Bantul tanggal 27-5-2006 (TTD BG, 2006).
Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta, merupakan salah satu daerah
yang mengalami kerusakan paling parah saat terjadi gempa bumi tanggal 27 Mei lalu. Sebab,
secara "teoretis", letak kecamatan ini di luar garis sesar Opak. Kerusakan dahsyat itu bisa
dikatakan akibat ketidaktahuan masyarakat bahwa mereka hidup di atas zona patahan yang
rawan gempa bumi. Mereka yang awam akan kerawanan bencana geologi itu kemudian
membangun rumah tanpa mengikuti standar bangunan berpenguat beton bertulang. Fondasi
bangunan pun hanya ditumpangkan, tanpa penguat cor. Kalaupun ada yang menggunakan
struktur beton, pembuatannya ternyata tidak tepat. Campuran material bangunan dan
pemasangan cor penguat kebanyakan dibuat tidak dengan perhitungan teknis. Struktur
bangunan yang lemah inilah yang merupakan salah satu penyebab ribuan
rumah rata tanah saat bencana melanda akhir Mei itu.
21
Dari data Satuan Koordinasi dan Pelaksana DI Yogyakarta, di Bambanglipuro
tercatat 548 korban meninggal dan 100 orang luka ringan. Korban luka berat hingga kini
belum dilaporkan. Rumah yang rusak mencapai ratusan unit. Kerusakan fisik berupa
robohnya bangunanrumah banyak dialami oleh warga Desa Sidomulyo. Rumah yang roboh
rata-rata sudah berumur puluhan tahun. Namun, ia tidak memungkiri ada rumah baru, bahkan
dicor, juga roboh. Sinto, warga Dukuh Widaran, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro,
mengatakan, rumahnya tergolong baru. Dibangun pada tahun 1997 dan dengan kualitas yang
cukup bagus. "Semennya banyak dan diberi pengikat di sudut-sudut. Tapi, karena gempanya
keras, ya tetap roboh," katanya.
Untuk pemulihan dari akibat gempa tersebut telah banyak bantuan diberikan ke
masyarakat yang diantaranya berupa bantuan uang tunai sebesar Rp 30 juta untuk
membangun rumah yang roboh. Walaupun oleh warga dengan nominal tersebut hanya bisa
membangun setengah dari rumahnya yang lama. Sebab, ia harus membangun dengan kualitas
yang lebih baik. Bangunan rumahnya yang terdahulu 72 meter persegi.
Survei telah dilakukan di kecamatan Bambanglipura Kabupaten Bantul. Data geografis
dan data hasil survey dijelaskan sebagai berikut.
a. Wilayah Administrasi
Kecamatan Bambanglipuro berada di sebelah Selatan dari Ibukota Kabupaten Bantul.
Kecamatan Bambanglipuro mempunyai luas wilayah 2.282,1780 Ha.
Alamat kantor kecamatan : Jl. Samas, Bambanglipuro Bantul
Situs web : http://kec-bambanglipuro.bantulkab.go.id
Desa di wilayah administratisi Kecamatan Bambanglipuro :
1. Desa Sumbermulyo
2. Desa Sidomulyo
3. Desa Mulyodadi
Tabel 11. Daftar Desa dan pedukuhan di wilayah Kecamatan Bambanglipura
Desa Sumbermulyo Sidomulyo Mulyodadi
Koordinat -7.927822, 110.322062 -7.956653, 110.305079 -7.943416, 110.322261
Pedukuhan
1. Kanutan
2. Siten
3. Tangkilan
4. Kutu
5. Kedon
6. Kaligondang
7. Gedogan
8. Gunungan
9. Jogodayoh
10. Plumbungan
11. Caben
12. Samen
13. Gersik
14. Bondalem
15. Kintelan
16. Cepoko
1. Ngajaran
2. Cangkring
3. Palihan
4. Sirat
5. Ngireng-ireng
6. Tempel
7. Prenggan
8. Selo
9. Plematung
10. Plebengan
11. Ponggok
12. Pinggir
13. Turi
14. Glodogan
15. Kuwon
1. Mejing
2. Paker
3. Wonodoro
4. Destan
5. Kraton
6. Bregan
7. Plumutan
8. Cangkring
9. Tulasan
10. Jomblang
11. Ngambah
12. Kepuh
13. Warungpring
14. Carikan
b. Geografis
Wilayah Kecamatan Bambanglipuro berbatasan dengan :
22
• Utara : Kecamatan Bantul;
• Timur : Kecamatan Pundong;
• Selatan : Kecamatan Kretek;
• Barat : Kecamatan Pandak.
Kecamatan Bambanglipuro berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatannya berada pada
ketinggian 22 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan
(Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 10 Km. Kecamatan Bambanglipuro beriklim seperti
layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan dengan cuaca panas sebagai ciri
khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Bambanglipuro adalah 31ºC dengan suhu
terendah 23ºC. Bentangan wilayah di Kecamatan Bambanglipuro 99,5 % berupa daerah yang
datar sampai berombak dan 0,5% berupa daerah yang berombak sampai berbukit.
c. Penduduk
Kecamatan Bambanglipuro dihuni oleh 9.860 KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan
Bambanglipuro adalah 42.745 0rang dengan jumlah penduduk laki-laki 20.539 orang dan
penduduk perempuan 22.206 orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan
Bambanglipuro adalah 1.863 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan
Bambanglipuro adalah petani. Dari data monografi Kecamatan tercatat 13.171 orang atau
30,8 % penduduk Kecamatan Bambanglipuro bekerja di sektor pertanian.
4.3.1. Diskripsi Responden
Survei dilakukan di kecamatan Bambanglipuro sebanyak 203 responden. Berikut klasifikasi
responden jika dilihat dari tingkat pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga.
Tabel 12. Tingkat Pendidikan
Pendidikan Jumlah
SD 60
SMP 39
SLTA 80
PT 24
Total 203
23
Gambar 8. Kelompok usia
Tabel 13. Jumlah Anggota keluarga
Jumlah
anggota jumlah
1 3
2 35
3 71
4 49
5 34
6 11
Total 203
Tabel 14. Jumlah Balita (anggota keluarga berusia kurang dari 5 tahun):
Jumlah Balita jumlah
0 184
1 17
2 2
Total 203
Tabel 15. Jumlah anggota keluarga berusia lebih dari 65 tahun :
Jumlah Manula Jumlah
0 173
1 17
2 12
3 1
Total 203
24
Tabel 16. Jenis rumah :
Jenis rumah Jumlah
Tidak Permanen (Kayu) 3
Semi Permanen (Sebagian Kayu) 23
Permanen (Tembok) 177
Total 203
Tabel 17. Kepemilikan Rumah
Kepemilikan Jumlah
Sewa 2
Milik Orang tua
(Saudara) 26
Milik Sendiri 175
Total 203
Tabel 18. Lama tinggal
Lama Tinggal Jumlah
Kurang dari 5
tahun 1
5-10 tahun. 4
10-15 tahun 22
Lebih dari 15
tahun 176
Total 203
Tabel 19 . Pemenuhan kebutuhan pokok hidup sehari-hari
Sikap Jumlah
sangat tidak puas 2
tidak puas 23
cukup 101
puas 65
sangat puas 12
Total 203
Tabel 20. Pemenuhan persyaratan bangunan tahan gempa
Pendapat jumlah
Ya 163
Tidak 15
tidak tahu 25
Total 203
25
Tabel 21. Pengetahuan pengurangan resiko gempa bumi
Pendapat jumlah
sangat tidak
puas 6
tidak puas 25
cukup 88
puas 77
sangat puas 7
Total 203
Tabel 22. Ppengetahuan bagaimana menyelamatkan keluarga ketika terjadi gempa bumi
Pendapat jumlah
sangat tidak
puas 3
tidak puas 18
cukup 79
puas 91
sangat puas 12
Total 203
Tabel 23. mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi gempa bumi
Pendapat Jumlah
Ya 195
Tidak 8
Total 203
4.3.2. Analisis Regresi Logistik
Pemodelan menggunakan analisis regresi logistik ordinal unatuk mengetahui pola pengaruh
Faktor rencana aksi terhadap Pengetahuan pengurangan resiko bencana. Hasil estimasi
parameter disajikan dalam Tabel 24.
Tabel 24. Estimasi parameter pengaruh Faktor rencana aksi terhadap Pengetahuan
pengurangan resiko bencana.
Estimate Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Variabel Lower Bound Upper Bound
Threshold [V14 = 1,00] 7.625 1.453 27.538 1 .000 4.777 10.472
[V14 = 2,00] 10.463 1.542 46.026 1 .000 7.440 13.485
[V14 = 3,00] 14.312 1.738 67.808 1 .000 10.906 17.719
[V14 = 4,00] 18.736 1.929 94.294 1 .000 14.954 22.518
Location V22 .213 .068 9.788 1 .002 .080 .346
V15 2.579 .278 86.371 1 .000 2.035 3.123
26
Model tersebut mempunyai nilai Pseudo R-Square sebesar 0.558 (Cox and Snell) dan 0.612
(Nagelkerke). Model tersebut mempunyai nilai Deviance sebesar 113.5690 (P-value 0.994)
yang berarti model tersebut sesuai layak untuk digunakan.
Selanjutnya model regresi ondinal adalah pengaruh Faktor tindakan dan Faktor
persiapan terhadap pengetahuan bagaimana menyelamatkan keluarga ketika terjadi gempa
bumi. Hasil estimasi parameternya disajikan pada tabel 25.
Tabel 25. Estimasi parameter pengaruh Faktor tindakan dan Faktor persiapan terhadap
pengetahuan bagaimana menyelamatkan keluarga ketika terjadi gempa bumi
Estimate Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Threshold [V15 = 1,00] -2.152 2.087 1.064 1 .302 -6.243 1.938
[V15 = 2,00] .600 1.918 .098 1 .755 -3.160 4.359
[V15 = 3,00] 3.465 1.942 3.185 1 .074 -.340 7.270
[V15 = 4,00] 6.635 1.988 11.144 1 .001 2.739 10.531
Location V22 .403 .062 42.066 1 .000 .281 .525
V18 -3.260 .777 17.622 1 .000 -4.782 -1.738
V27 -.280 .142 3.911 1 .048 -.558 -.003
Link function: Logit.
Model tersebut mempunyai nilai Pseudo R-Square sebesar 0.299 (Cox and Snell) dan 0.331
(Nagelkerke). Model tersebut mempunyai nilai Deviance sebesar 147.289 (P-value 0.994)
yang berarti model tersebut sesuai layak untuk digunakan.
Model logistik biner antara variabel tindakan penyelamatan ketika terjadi bencana (V27)
pengaruhnya terhadap Pengetahuan cara menyelamatkan diri jika terjadi gempa bumi(V18 )
dijelaskan dalam Tabel 26.
Tabel 25. Faktor variabel tindakan penyelamatan ketika terjadi bencana (V27)
pengaruhnya terhadap Pengetahuan cara cara menyelamatkan diri
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a V27 .560 .311 3.234 1 .072 1.751
Constant -7.823 2.697 8.415 1 .004 .000
a. Variable(s) entered on step 1: V27.
27
Model regresi logistik multinomial berikut digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat kesesuaian antara variabel Pengetahuan persyaratan bangunan tahan gempa (V13 )
terhadap ciri bangunan tahan gempa (V28). Hasilnya disajikan dalam Tabel 27.
Tabel 27. variabel Pengetahuan persyaratan bangunan tahan gempa (V13 ) terhadap ciri
bangunan tahan gempa (V28).
V13a B
Std.
Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Exp(B)
Lower
Bound Upper Bound
.00 Intercept 2.028 1.423 2.031 1 .154
V28 -.387 .213 3.306 1 .069 .679 .448 1.031
1.00 Intercept -9.063 1.778 25.999 1 .000
V28 1.343 .222 36.673 1 .000 3.831 2.480 5.917
a. The reference category is: 3,00.
Model tersebut mempunyai nilai Likelihood Ratio Tests sebesar 33.119 (P-value 0.000) yang
berarti model tersebut sesuai layak untuk digunakan.
4.3.3. Nilai masing-masing faktor
Berdasarkan hasil survei terhadap 203 responden, dapat dihitung indeks capaian untuk
masing-masing Faktor sebagai berikut
Tabel 27. Nilai Rata-rata indeks capaian untuk masing masing faktor
No Faktor Indeks Capaian
1 Pengetahuan Mitigasi (A) 77.6855
2 Rencana Aksi (C) 49.2246
3 Kearifan Lokal (D) 90.6404
4 Kepemimpinan dan Program (E) 58.2923
5 Informasi (F) 49.3432
6 Fisik/ Lingkungan (H) 89.5594
7 Ekonomi (K) 66.1084
Berdasarkan tabel 27, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kabupaten Bantul telah
memiliki niai kearifan lokan yang sangat baik. Faktor yang harus ditingkatkan adalah
Rencana Aksi, Kepemimpinan dan Informasi.
28
5.KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dengan menggunakan analisis SEM telah dibuktikan keterkaitan antara Kapasitas
Masyarakat dan Kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana alam. Kapasitas masyarakat
meliputi aspek Sosial, Fisik/Lingkungan dan Ekonomi. Kesiapsiagaan terdiri dari kesiap-
siagaan individu dan Kesiapsiagaan Masyarakat. Kesiapsiagaan individu meliputi aspek
rencana, pengetahuan dan sikap. Kesiap-siagaan masyarakat meliputi kepemimpinan,
informasi, fasilitas.
Model kapasitas masyarakat dapat disusun dengan menggunakan model regresi logistik
ordinal. Model regresi disusun dengan menggunakan tiga variabel dependen yaitu (i)
pengetahuan umum yang dimiliki tentang pengurangan resiko bencana alam yang
disimbolkan dengan Y1 (ii) pengetahuan umum yang dimiliki tentang bagaimana
menyelamatkan keluarga ketika terjadi bencana alam yang disimbolkan dengan Y2 (iii)
upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam oleh pihak terkait yaitu
Pemerintah (Y3a), Lembaga Swadaya Masyarakat (Y3b), Masyarakat Lokal/Setempat (Y3c)
dan Responden/Rumah Tangga Responden (Y3d). Dari data dan model yang diperoleh dapat
disimpulkan :
1. Upaya peningkatan kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam yang
dilakukan oleh pihak Pemerintah relatif sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Demikian juga upaya yang telah dilakukan oleh Masyarakat Lokal/Setempat relatif
sama dengan Individu/Rumah Tangga Responden.
2. Variabel dependen Y1 hanya dipengaruhi oleh faktor Rencana Aksi (C). Sedangkan
varaibel dependen Y2 dipengaruhi oleh Faktor Faktor Pengetahuan (A) dan Faktor
Rencana Aksi (C).
3. Variabel dependen Y3 tidak dipengaruhi oleh Faktor Informasi (F).
4. Variabel dependen Y3a dipengaruhi oleh Faktor Kepemimpinan dan Program (E) dan
Faktor Fasilitas (G).
5. Variabel dependen Y3b, Y3c dan Y3d hanya dipengaruhi oleh Faktor Kepemimpinan
dan Program (E).
6. Berdasarkan model regresi logistik ordinal dapat disusun sebuah ukuran indeks
kapasitas masyarakat yang mempunyai nilai antara 0 s/d 100%.
Berdasarkan hasil survei terhadap 203 responden (kepala keluarga) di Kabupaten Bantul,
telah dihitung indeks capaian untuk masing-masing Faktor. Berdasarkan tabel 27, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat di Kabupaten Bantul telah memiliki nilai kearifan lokal yang
sangat baik. Faktor yang harus ditingkatkan adalah Faktor Rencana Aksi, Kepemimpinan dan
Informasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
BNPB, Data Kejadian Bencana di Indonesia Periode 1815 – 2011; diakses dari
http://www.bnpb.go.id; 10 April 2014
Brenkert, A. dan Malone, E. ,2005,. Modeling Vulnerability and Resilience to Climate
Change: A Case Study of India and Indian States. Climatic Change, 72(1-2): 57-102.
Hair,JR.JosephF., Anderson,Rolph E.,Tatham, Ronald L.dan Black, William.C. 1998.
Multivariat Data Analysis. Prentice-Hall International, Inc.
Ionescu, C., Klein, R.J.T., Hinkel, J., Kumar, K.S.K. dan Klein, R., 2007,. Towards a formal
framework of vulnerability to climate change. Environmental Modeling and
Assessment.
Iglesias A. , Moneo M. , López-Francos A.,2007, Methods for evaluating s ocial vulnerability
to drought [ Part 1. Components of drought planning. 1.3. Methodological compon
ent] Drought management guidelines technical annex. Zaragoza : CIHEAM /EC
MED A Water, p. 129 -133
Iglesias A., Mougou R. dan Moneo M. ,2007a,. Adaptation of Mediterranean agriculture to
climate change. In: Key vulnerable regions and climate change, Battaglini, A. (ed),
European Climate Forum, Germany.
Nugraha J, 2010, Uji Goodness Of Fit Pada Model Pemilihan Diskrit, Eksakta, Jurnal Ilmu-
ilmu MIPA Vol 11. No. 1
Moneo, M., 2007,. Agricultural vulnerability of drought: A comparative study in Morocco
and Spain. MSc Thesis, IAMZ-CIHEAM, Zaragoza.
Peraturan Kepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012 tentang panduan penilaian kapasitas daerah
dalam penanggulangan bencana
Peraturan BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang menetapkan pedoman penyusunan rencana
penanggulangan bencana.
Priba, 2013, Kapasitas Adaptif Institusi dalam Menghadapi Perubahan Iklim.
Yohe, G., Malone, E., Brenkert, A., Schlesinger, M., Meij, H. dan Xing, X., 2006,. Global
Distributions of Vulnerability to Climate Change. Integrated Assessment Journal, 6
(3): 35-44.
Yohe, G. dan Tol, R.S.J. , 2002,. Indicators for social and economic coping capacity: Moving
toward a working definition of adaptive capacity. Global Environmental Change,
12: 25-40.
30
Yuda dkk, 2013, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim oleh Masyarakat dalam
Ketersediaan Air Minum, Laporan Penelitian, Dinas Pekerjaan Umum.
Yulianto, F., Parwati, Any Zubaidah, 2012, Penguatan Kapasitas Daerah Dalam Pemanfaatan
Data Synthetic Aperture Radar (Sar) Untuk Pengurangan Resiko dan Mitigasi
Bencana, LAPAN.
31
LAMPIRAN – LAMPIRAN
a. Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian
b. Berita Acara Serah terima Laporan Kemajuan
c. Surat Tugas Pelaksanaan Penelitian
d. Kuesioner
13. bahan 1.00 paket 1.836.500 1.836.500
14. bahan 1.00 paket 1.747.885 1.747.885
15. Atk 1.00 paket 880.653 880.653
16. Servis labtop 1.00 paket 1.140.000 1.140.000
17. Internet 1.00 Paket 435.500 435.500
18. fotokopi 1.00 paket 330.600 330.600
19. Internet 1.00 paket 493.000 493.000
20. konsumsi 1.00 paket 251.300 251.300
21. konsumsi 1.00 paket 662.260 662.260
22. konsumsi 1.00 paket 540.700 540.700
23. Internet 1.00 paket 877.400 877.400
24. konsumsi 1.00 paket 394.950 394.950
25. konsumsi 1.00 paket 430.500 430.500
Sub Total (Rp) 25.390.172,00
.
3. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA
Item Barang Volume SatuanHarga Satuan
(Rp)Total (Rp)
1. Konsumsi 1.00 paket 786.500 786.500
2. Konsumsi 1.00 paket 114.900 114.900
3. Konsumsi 1.00 paket 299.000 299.000
4. Konsumsi 1.00 paket 271.550 271.550
5. Konsumsi 1.00 paket 770.800 770.800
6. Konsumsi 1.00 paket 429.250 429.250
7. Konsumsi 1.00 paket 299.900 299.900
8. Registrasi seminar 1.00 paket 8.700.000 8.700.000
9. Konsumsi 1.00 paket 134.000 134.000
10. Konsumsi 1.00 paket 124.500 124.500
11. Konsumsi 1.00 paket 407.606 407.606
12. Konsumsi 1.00 paket 262.900 262.900
13. Konsumsi 1.00 paket 994.100 994.100
14. Konsumsi 1.00 paket 269.200 269.200
SURVEY
KESIAPSIAGAAN TERHADAP BENCANA
Terima kasih partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i dalam kegiatan survei ini. Jawaban Babak/Ibu/Sdr akan sangat
bermanfaat dalam penanggulangan bencana alam.
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2016
No Hari Tanggal Bulan Tahun
1 Nama Responden:
2 Alamat: .........................................................................................................................................
Desa: ........................................................Kecamatan : .................................................................
Kabupaten/Kota : ..................................................................
3 Usia kepala keluarga :.......................Tahun
4 Pendidikan terakhir kepala keluarga:
① SD ② SMP/SLTP ③ SLTA ④ Perguruan Tinggi
5 Jumlah Anggota keluarga :
6 Jumlah anggota keluarga berusia kurang dari 5 tahun (Balita) :
7 Jumlah anggota keluarga berusia lebih dari 65 tahun :
8 Jenis rumah :
①Tidak Permanen (Kayu) ② Semi Permanen (Sebagian Kayu) ③Permanen (Tembok)
9 Siapakah yang membangun rumah tempat tinggal bpk/ibu/sdr saat ini
①Sendiri oleh tukang ② Pengembang ③Kontraktor ④ Tidak tahu
10 Kepemilikan Rumah : ①Sewa ② Milik Orang tua (Saudara) ③Milik Sendiri
11 Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara/i bertempat tinggal di rumah/bangunan ini?
①Kurang dari 5 tahun ② 5-10 tahun. ③ 10-15 tahun ④ Lebih dari 15 tahun
12 Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pemenuhan kebutuhan pokok hidup sehari-hari?
①“sangat tidak puas”, ②“tidak puas”, ③”cukup” ④“puas”, ⑤“sangat puas
13 Apakah bangunan rumah yang bapak/ibu/sdr tinggali memenuhi
persyaratan bangunan tahan gempa?
① Ya ② tdk ③ tdk tahu
14 Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/I terhadap pengetahuan pengurangan resiko gempa bumi?
①“sangat tidak puas”, ②“tidak puas”, ③”cukup” ④“puas”, ⑤“sangat puas”
15 Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pengetahuan bagaimana menyelamatkan keluarga ketika
terjadi gempa bumi?
①“sangat tidak puas”, ②“tidak puas”, ③”cukup” ④“puas”, ⑤“sangat puas”
16 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui penyebab terjadinya peristiwa gempa bumi? Ya tdk
17 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui tanda-tanda terjadinya peristiwa gempa bumi? Ya tdk
18 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi
gempa bumi?
Ya tdk
19 Pengalaman mengikuti pelatihan/seminar/simulasi tentang kesiapsiagaan
bencana
Ya tdk
20 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah mengalami peristiwa gempa bumi? Ya tdk
21 Apakah di wilayah yang Bak/Ibu/Sdr tinggali rawan mengalami kejadian gempa bumi? Ya tdk
22 Dari hal-hal berikut, pilih jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara/i :
(①Tidak perlu ②Pelu tapi belum dilakukan: ③ Perlu dan sudah dilakukan
a. Membangun rumah yang tahan bencana Gempa Bumi 1 2 3
b. Memiliki alat peneranga ( antara lain senter/ lampu emergency/Lilin) 1 2 3
c. Memiliki peralatan pemadam api 1 2 3
d. Mengamankan furniture (mengikat lemari, rak buku, rak ke dinding, dll) 1 2 3
e. Menyimpan nomor telephone PLN, PDAM dan petugas kesehatan terdekat 1 2 3
f. Mengikuti perkembangan cuaca oleh pemerintah 1 2 3
g. Menyiapkan dokumen penting dan menyimpannya di tempat yang aman 1 2 3
h. Menyimpan membawa kotak P3K dan obat pribadi 1 2 3
i. Meletakkan barang-barang dan buku-buku di tempat yang rendah/lantai 1 2 3
23
Berkaitan dengan pernyataan berikut, pilihlah jawaban yang paling menggambarkan diri
Bapak/Ibu/Saudara/i, jika ditimpa musibah bencana alam:
①“sangat tidak setuju”, ②“tidak setuju”, ③“setuju”, ④“sangat setuju”,
a. akan ridha terhadap ketentuan Tuhan (menerima takdir) yaitu tidak bersikap
menggerutu atau mencela terhadap apa yang telah terjadi
1 2 3 4
b. tidak berputus asa dan yakin bahwa Tuhan akan menggantikan apa yang telah 1 2 3 4
hilang
c. segera mengambil tindakan untuk memulihkan keadaan 1 2 3 4
d. bersikap bahwa musibah atau bencana yang diberikan Tuhan kepada manusia
untuk menguji kualitas keimanan bagi orang yang beriman.
1 2 3 4
e. Setiap individu mempunyai kewajiban memelihara dan memakmurkan bumi ini,
bukan sebaliknya merusak dan membinasakannya
1 2 3 4
f. memelihara dan berbuat baik kepada lingkungan merupakan perbuatan baik yang
diperintahkan oleh agama
1 2 3 4
24 Apakah di wilayah Bapak/Ibu/Saudara/i telah dilakukan usaha-usaha supaya warga waspada terhadap
kemungkinan terjadinya bencana alam oleh:
a.Pemerintah Ya tdk
b.LSM dan Lembaga Internasional Ya tdk
c.Masyarakat Lokal/Setempat Ya tdk
25 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i puas terhadap usaha-usaha peningkatan kewaspadaan terhadap
kemungkinan terjadinya bencana alam oleh
a.Pemerintah Ya tdk
b.LSM dan Lembaga Internasional Ya tdk
c.Masyarakat Lokal/Setempat Ya tdk
26 Apakah Bapak/Ibu/Sdr menerima informasi tentang bagaimana menyelamatkan diri dari Gempa bumi
dari ....?
Perorangan/ Lembaga:
a.Keluarga Ya tdk
b.Tetangga Ya tdk
c.Teman Kerja Ya tdk
d.Pemerintah Ya tdk
e.Lembaga Swadaya Masyarakat Non Pemerintah (Nasional/Internasional) Ya tdk
f.Tokoh agama/Tokoh masyarakat Ya tdk
Media
a.Televisi Ya tdk
b.Radio Ya tdk
c.Majalah/ Tabloid/ surat kabar Ya tdk
d.Masjid (pengajian)/ Gereja/ tempat ibadah lainnya Ya tdk
e.Media Sosial-internet (Facebook, SMS, WA, Twitter, dll) Ya tdk
f.Buku-buku tentang kebencanaan Ya tdk
27 Ketika gempa kuat terjadi, Apa saudara setuju dengan tindakan berikut :
a. Berlari keluar rumah saat gempa, jika memungkinkan Ya tdk
b. Berlindungi di tempat yang aman (menunduk dibawah meja atau disudut
ruangan, jika tidak sempat lari keluar rumah atau gedung
Ya tdk
c. Melindungi kepala Ya tdk
d. Menjauhi benda-benda tergantung Ya tdk
e. Menjauhi dinding kaca Ya tdk
f. Menjauhi jembatan Ya tdk
g. Meninggalkan ruangan setelah gempa Ya tdk
28 Apakah bangunan rumah yang bapak/ibu/sdr tinggali merupakan memiliki ciri-ciri berikut?
a. bangunan berbentuk simetris (bujur sangkar) Ya tdk
b. tinggi tembok kurang dari 4 meter Ya tdk
c. pondasi batu kali dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus Ya tdk
d. Sepanjang pondasi dipasang sloof Ya tdk
e. terdapat kolom/pilar dipasang maksimal setiapa 4 meter Ya tdk
f. pondasi, sloof dal kolom saling terikat satu sama lain Ya tdk
g. dipasang balok keliling/ring yg diikat kaku dengan kolom Ya tdk
h. gunung-gunung bagian tengah/dalam tidak diisi/dibuat dinding Ya tdk
i. kuda-kuda rangka atap terikat kuat dengan struktur beton Ya tdk
Riyanto A Highly Sensitive Electrochemical Glucose
Sensor by Nickel-Epoxy Electrode with Non-
Enzymatic Sensor
1-8
Mustofa Ahda, Fiqrirozi,
Gina Noor Habibah, Mas
Ulfah Lestari, Tomy
Hardianto, Yuni Andriani
Optimation of Ethanol Extract of Centella
Asiatica and Cresintia Cujete Composition As
Natural Antioxidant Source
9-16
Jaka Nugraha, Fitri
Nugraheni, Irwan Nuryana
Kurniawan
Model Kapasitas Masyarakat dalam
Menghadapi Bencana Menggunakan
Analisis Regresi Logistik Ordinal
17-26
Ika Yanti, Sri Juari Santosa,
Indriana Kartini
Kinetics Study of Au(III) Adsorption on
Gallic Acid Intercalated Mg/Al-Hydrotalcite
27-35
Febi Indah Fajarwati, Eko
Sugiharto, Dwi Siswanta
Film of Chitosan-Carboxymethyl
Cellulosepolyelectrolyte Complex as
Methylene Blue Adsorbent
36-45
Nurcahyo Iman Prakoso ,
Suryo Purwono, Rocmadi
Study on Lignin Isolation from Oil Palm
Empty Fruit Bunches
46-54
Vol. 16 No. 1-2 FEBRUARI 2016 Hal. 1-84
Riyanto A Highly Sensitive Electrochemical
Glucose Sensor by Nickel-Epoxy
Electrode with Non-Enzymatic
Sensor
1-8
Mustofa Ahda, Fiqrirozi, Gina
Noor Habibah, Mas Ulfah
Lestari, Tomy Hardianto, Yuni
Andriani
Optimation of Ethanol Extract of
Centella Asiatica and Cresintia
Cujete Composition As Natural
Antioxidant Source
9-16
Jaka Nugraha, Fitri
Nugraheni, Irwan Nuryana
Kurniawan
Model Kapasitas Masyarakat
dalam Menghadapi Bencana
Menggunakan Analisis Regresi
Logistik Ordinal
17-26
Ika Yanti, Sri Juari Santosa,
Indriana Kartini
Kinetics Study of Au(III)
Adsorption on Gallic Acid
Intercalated Mg/Al-Hydrotalcite
27-35
Febi Indah Fajarwati, Eko
Sugiharto, Dwi Siswanta
Film of Chitosan-Carboxymethyl
Cellulosepolyelectrolyte Complex
as Methylene Blue Adsorbent
36-45
Nurcahyo Iman Prakoso ,
Suryo Purwono, Rocmadi
Study on Lignin Isolation from Oil
Palm Empty Fruit Bunches
46-54
Vol 16 Nomor 1 Februari 2016
MODEL KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL
Jaka Nugraha1, Fitri Nugraheni2, Irwan Nuryana Kurniawan3
1Program Studi Statistika FMIPA-UII, 2Program StudiTeknik Arsitektur FTSP-UII
3Program Studi Psikologi-FPSB –UII Email : [email protected]
Abstrak
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi untuk berbagai jenis bencana seperti banjir, gempa, tanah longsor, kekeringan dan gunung berapi. Pengurangan resiko bencana sebuah daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana. Pada makalah ini dibahas penyusunan model kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana menggunakan analisis regresi logistik ordinal. Model regresi disusun dengan menggunakan tiga variabel dependen yaitu (i) pengetahuan umum yang dimiliki tentang pengurangan resiko bencana alam yang disimbolkan dengan Y1 (ii) pengetahuan umum yang dimiliki tentang bagaimana menyelamatkan keluarga ketika terjadi bencana alam yang disimbolkan dengan Y2 (iii) upaya peningkatan kewaspadaan warga menghadapi bencana alam oleh pihak terkait disimbolkan dengan Y3. Variabel dependen Y1 dan Y2 dipengaruhi oleh Faktor Pengetahuan dan Faktor Rencana Aksi. Sedangkan variabel dependen Y3 dipengaruhi oleh Faktor kepemimpinan dan program, dan Faktor Fasilitas.
Kata-kata kunci : kapasitas, mitigasi, regresi logistik, SEM
Pendahuluan
Indonesia secara geografis
merupakan sebuah negara yang memiliki
potensi bencana alam yang tinggi untuk
berbagai jenis bencana seperti banjir,
gempa, tanah longsor, kekeringan dan
gunung berapi. Untuk merespons kondisi
tersebut, Pemerintah Indonesia
membentuk Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, pemerintah kemudian
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB
memiliki fungsi pengkoordinasian
pelaksanaan kegiataan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan
menyeluruh (http://www.bnpb.go.id/).
Pedoman penyusunan rencana
penanggulangan bencana telah diatur
melalui peraturan BNPB Nomor 4 Tahun
2008.
Dalam menghitung resiko bencana
sebuah daerah melibatkan aspek ancaman
(hazard), kerentanan (vulnerability) dan
kapasitas (capacity). Resiko akan
berbanding lurus dengan kerentanan dan
ancaman, dan berbanding terbalik dengan
18 EKSAKTA Vol. 17 No. 1 Februari 2016
kapasitas mitigasi. Resiko bencana bisa
diturunkan bila kapasitas mitigasi
(ketahanan, kesiap-siagaan) bencana dari
masyarakat meningkat. Dalam Peraturan
Kepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012 telah
ditetapkan bagaimana mengukur dan
meningkatkan kapasitas daerah yang
menekankan aspek aspek kebijakan,
kesiapsiagaan, dan peran lembaga terkait.
Alat ukur untuk mengetahui
kemampuan orang per orang, rumah tangga dan
kelompok masyarakat dalam menghadapi
bencana sangat penting sebagai dasar
evaluasi kesiapan daerah. Yohe dan Tol
(2002) mengusulkan sebuah metode untuk
mengembangkan indikator kapasitas sosial
dan ekonomi dalam konteks perubahan
iklim. Kapasitas adaptasi yang digunakan
oleh Ionescu dkk. (2007) hanya
memasukkan pendapatan regional bruto,
angka melek huruf, dan tingkat partisipasi
tenaga kerja wanita. Yohe dkk. (2006)
menggunakan Vulnerability-Resilience
Indicator Prototype (VRIP). Iglesias dkk
(2007b) telah mengembangkan indeks
kerentanan sosial terhadap kekeringan.
Kesiapan masyarakat merupakan proses
atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan
dan/atau mengurangi ancaman bencana
yang memiliki beberapa tahapan. Model
Kesiapan Masyarakat (Community
Readiness Model) telah dibuat untuk
melihat respon masyarakat atas intervensi
kebijakan/program (Edwards dkk., 2000
dalam Yuda, 2013).
Kapasitas adalah kemampuan
daerah dan masyarakat untuk melakukan
tindakan pengurangan ancaman dan
potensi kerugian akibat bencana secara
terstruktur, terencana dan terpadu.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana. Nugraha dkk (2015)
dengan menggunakan analisis Structural
Equation Modeling (SEM) telah
membuktikan keterkaitan antara Kapasitas
Masyarakat dan Kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana alam. Kapasitas
masyarakat meliputi aspek Sosial, Fisik/
Lingkungan dan Ekonomi. Kesiapsiagaan
terdiri dari kesiap-siagaan individu dan
Kesiapsiagaan Masyarakat. Kesiapsiagaan
individu meliputi aspek rencana,
pengetahuan dan sikap. Kesiapsiagaan
masyarakat meliputi kepemimpinan,
informasi, fasilitas. Pada makalah ini
dibahas penyusunan indek kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana
menggunakan analisis regresi logistik
ordinal.
Indikator Kapasitas Masyarakat
Kapasitas masyarakat adalah
kemampuan masyarakat untuk melakukan
tindakan pengurangan ancaman dan
potensi kerugian akibat bencana. Kapasitas
masyarakat dapat ditinjau dari dua aspek
Model Kapasitas Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal (jaka nugraha, fitri nugraheni, irwan nuryana kurniawan) 19
yaitu kapasitas individu dan dan kapasitas
kelembagaan sebagaimana dijelaskan
dalam Gambar 1. Kapasitas individu
dipengaruhi oleh pengetahuan, budaya
(kearifan lokal) dan rencana aksi.
Kapasitas kelembagaan dipengaruhi oleh
adanya program, informasi,
kepemimpinan, kearifan lokal dan fasilitas.
Gambar 1. Konsep kapasitas masyarakat.
Konsep kapasitas masyarakat yang
dijelaskan dalam Gambar 1. akan diuji
menggunakan analisis regresi logistik
ordinal.
Regresi Logistik Ordinal
Model Regresi Logistik Ordinal
sering dikenal dengan model logit
kumulatif. Pada model ini, variabel respon
Y berupa data ordinal dengan k kategori,
variabel independen dapat berupa variabel
kategori, kontinyu atau campuran
keduanya yang disimbolkan dengan X’̕=
(X1, X2,., Xp). Pada model ini didefinisikan
fungsi logit:
= ( = ) = ( ) ( ) dan ( ≤ ) = + + ⋯ + (1)
j adalah peluang Y=j dan j, merupakan
parameter dari koefisien regresi.
Transformasi linearnya adalah:
ln ( )( ) = + (2)
dengan j = 1,2,3,…,k-1. Inferensi terhadap
parameter-parameternya dapat diuji
menggunakan uji Statistik Rasio
Likelihood untuk uji simultan dan statistik
uji Wald untuk uji parsial (Agresti, 2002).
Data Percobaan
Untuk menyusun indeks kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana
dilakukan survey menggunakan kuesioner.
Penyebaran kuesiener kepada masyarakat
dilakukan secara acak dibeberapa provinsi
wilayah Indonesia. Pengamatan terhadap
masyarakat untuk mendapatkan data varia-
bel dependen mengenai
(i) pengetahuan umum yang dimiliki ten-
tang pengurangan resiko bencana alam
yang disimbolkan dengan Y1.
(ii) pengetahuan umum yang dimiliki
tentang bagaimana menyelamatkan
Pengetahuan
Individu
Masyarakat
Rencana Aksi
Kearifan lokal
Kepemimpinan dan Program
Informasi
Fasilitas
20 EKSAKTA Vol. 17 No. 1 Februari 2016
keluarga ketika terjadi bencana alam
yang disimbolkan dengan Y2.
(iii) upaya peningkatan kewaspadaan
warga menghadapi bencana alam oleh
pihak terkait yaitu Pemerintah (Y3a),
Lembaga Swadaya Masyarakat (Y3b),
Masyarakat Lokal/ Setempat (Y3c)
dan Responden/ Rumah Tangga
Responden (Y3d).
Variabel dependen ini bernilai 1= “sangat
tidak puas”, 2= “tidak puas”, 3= ”cu-
kup”, 4= “puas”, 5= “sangat puas”.
Variabel independen untuk Y1 dan Y2
adalah
(i) Pengetahuan Mitigasi disimbolkan
dengan A, yang meliputi
- Pengetahuan bencana secara umum
- Pengetahuan menyelamatkan diri dari
bencana
- Pengalaman mengikuti pelatihan/
seminar/ simulasi tentang kesiapsiagaan
bencana
- Pengalaman mengalami bencana alam
- Pengetahuan tentang tempat tinggal yang
merupakan daerah rawan bencana
- Pengetahuan keluarga tentang bencana
alam
(ii) Rencana Aksi yang disimbolkan
dengan C yang meliputi
- Persiapan mengamankan barang berharga
- Persiapan rencana penyelamatan diri dari
bencana
(iii) Kearifan Lokal yang disimbolkan
dengan D yang meliputi persepsi dan
motivasi
Variabel independen untuk Y3 adalah
(iv) Kepemimpinan dan Program yang
disimbolkan dengan E,
- Upaya yang dilakukan pemerintah daerah
setempat dalam peningkatan kewaspadaan
bencana
- Pihak yang bertanggung jawab dalam
persiapan menghadapi bencana
- Upaya yang dilakukan pemerintah daerah
setempat dalam mengurangi risiko bencana
- Pendekatan manajemen penanggulangan
bencana
- Upaya pemerintah dalam peringatan dini
bencana
(v) Informasi yang disimbolkan dengan F
- Peran media dalam kesiapsiagaan
bencana
- Sumber informasi dan media
(vi) Fasilitas yang disimbolkan dengan G.
- Kesediaan jalur evakuasi
- Kesediaan fasilitas peringatan dini
Hasil dan Pembahasan
Diperoleh data responden sebanyak
197 responden yang berasal 114 kabupaten
28 provinsi di seluruh wilayah indonesia.
Persentase responden mengalami peristiwa
masing-masing jenis bencana alam (gempa
bumi, banjir, cuaca ekstrim, kekeringan,
tsunami, tanah longsor, letusan gunung
api, gelombang ekstrim, kebakaran)
disajikan dalam Gambar 2.
Model Kapasitas Masyarakat Dalam (jaka nugraha, fitri nugraheni, irwan nuryana kurniawa
Gambar 2. Persentase
Berdasarkan hasil survei terhadap
197 responden diperoleh d
frekuensi Y1 dan Y2 disajikan dalam
Tabel 1. yang menunjukkan bahwa lebih
dominan Y1=3 yaitu 118 dari 197
responden (sebesar 59,9%).
Tabel 1. Distribusi frekuensi Y1 dan Y2
Y2
1 2 3 4
Y1 1 1 0 2 1
2 0 9 7 1
3 1 11 80 24
4 0 0 9 40
5 0 0 0 0
Total 2 20 98 66
Distribusi frekuensi Y3 disajikan
dalam Tabel 2. yang menunjukan bahwa
distribusi Y3a relatif sama dengan
distribusi Y3b dan distribusi Y3c relatif
sama dengan distribusi Y3d. Hal ini
menunjukan bahwa responden berpendapat
bahwa upaya peningkatan
warga menghadapi bencana
pihak Pemerintah selatif sama dengan
alam Menghadapi Bencana Menggunakan Analisis Regresi fitri nugraheni, irwan nuryana kurniawan)
Persentase responden mengalami peristiwa masing-masing bencana.
Berdasarkan hasil survei terhadap
197 responden diperoleh distribusi
frekuensi Y1 dan Y2 disajikan dalam
an bahwa lebih
yaitu 118 dari 197
Distribusi frekuensi Y1 dan Y2
Total
5
0 4
0 17
24 2 118
40 5 54
4 4
66 11 197
Distribusi frekuensi Y3 disajikan
dalam Tabel 2. yang menunjukan bahwa
distribusi Y3a relatif sama dengan
distribusi Y3b dan distribusi Y3c relatif
sama dengan distribusi Y3d. Hal ini
menunjukan bahwa responden berpendapat
upaya peningkatan kewaspadaan
bencana alam oleh
selatif sama dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat
juga upaya yang telah dilakukan oleh
Masyarakat Lokal/Setempat
dengan upaya secara I
Tangga Responden.
Tabel 2. Distribusi frekuensi Y3
Y3 1 2 3
A 8 44 105
B 8 60 89
C 7 13 102
D 5 11 103
Analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk menyusun model yang
dapat menjelaskan hubungan indepeden
terhadap variabel dependen Y yang berupa
data ordinal. Variabel dependen Y1 dan
Y2 menggunakan variabel independen
(Pengetahuan Mitigasi), C (
dan D (Kearifan Lokal).
Pengujian dilakukan pada beberapa
model, ternyata hanya variabel C (rencana
aksi) yang berpengaruh terhadap variabel
Y1 dengan nilai estimasi parameter beserta
statistik uji dalam Tabel 3.
egresi Logistik Ordinal 21
masing bencana.
Lembaga Swadaya Masyarakat. Demikian
juga upaya yang telah dilakukan oleh
Masyarakat Lokal/Setempat relatif sama
upaya secara Individu/Rumah
Distribusi frekuensi Y3 4 5 Total 38 2 197
39 1 197
63 12 197
62 16 197
Analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk menyusun model yang
dapat menjelaskan hubungan indepeden
dependen Y yang berupa
Variabel dependen Y1 dan
ariabel independen: A
, C (Rencana Aksi)
).
dilakukan pada beberapa
hanya variabel C (rencana
berpengaruh terhadap variabel
dengan nilai estimasi parameter beserta
Tabel 3.
22 EKSAKTA Vol. 17 No. 1 Februari 2016
Tabel 3. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y1. Persamaan regresi logistiknya adalah: P(Y1£j) = (j , . ) (j , . ) (3)
dengan j=1,2,3,4,5. j=1: “sangat tidak
puas”, j=2: “tidak puas”, j=3: ”cukup”, j=4: “puas”,j=5: “sangat puas”. Pada
Tabel 3 diperoleh nilai 1 = -1,20930 dan
2 = 0,569823 dengan masing-masing
mempunyai p-value > =0,05 yaitu 0,207
dan 0,504. Hal ini mengindikasikan bahwa
Y1=1 dan Y1=2 tidak memiliki perbedaan
signifikan dengan Y1=3.
Selanjutnya dilakukan pengujian
model pada variabel dependen Y2.
Diperoleh model terbaiknya adalah:
P(Y2£j) = (j , , , . ) (j , , , ) (4)
Variabel Y2 dipengaruhi oleh
variabel C (rencana aksi), A3 (Pengalaman
pelatihan) dan A5 (Pengetahuan tentang
tempat tinggal yang merupakan daerah
rawan bencana). Berdasarkan nilai
estimasi parameter dalam Tabel 4, nilai 1
= -0,940242 dan 2 = 1,58527 dengan
masing-masing mempunyai p-value
>=0,05 yaitu 0,378 dan 0,061. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa Y2=1
dan Y2=2 tidak memiliki perbedaan
signifikan dengan Y2=3.
Tabel 4. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y2.
Variabel dependen ketiga adalah
tingkat kepuasan responden terhadap pihat
terkait dalam upaya peningkatan
kewaspadaan warga menghadapi bencana
alam. Pihak terkait yang dimaksud adalah
a. Pemerintah Pusat/Daerah (Y3a)
b. LSM dan Lembaga Internasional (Y3b)
Odds 95% CI Predictor Coef () SE Coef Z P-Value Ratio Lower Upper 1 -1,20930 0,958444 -1,26 0,207 2 0,569823 0,853201 0,67 0,504 3 3,69639 0,898383 4,11 0,000 4 6,75648 1,04356 6,47 0,000 C -0,375570 0,116519 -3,22 0,001 0,69 0,55 0,86 Log-Likelihood = -197,938 Test that all slopes are zero: G = 10,504, DF = 1, P-Value = 0,001
Odds 95% CI Predictor Coef () SE Coef Z P-Value Ratio Lower Upper 1 -0,940242 1,06723 -0,88 0,378 2 1,58527 0,846678 1,87 0,061 3 4,33608 0,895478 4,84 0,000 4 6,93603 0,983647 7,05 0,000 A3 0,122230 0,0621591 1,97 0,049 1,13 1,00 1,28 A5 -0,225777 0,106304 -2,12 0,034 0,80 0,65 0,98 C -0,507867 0,120289 -4,22 0,000 0,60 0,48 0,76 Log-Likelihood = -214,184 Test that all slopes are zero: G = 26,170, DF = 3, P-Value = 0,000
Model Kapasitas Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal (jaka nugraha, fitri nugraheni, irwan nuryana kurniawan) 23
c. Masyarakat Lokal/Setempat (Y3c)
d. Responden dan Rumah Tangga
Responden (Y3d)
Model untuk variabel Y3 disusun dengan
memperhatikan variabel independen:
kesiapan masyarakat yaitu E
(Kepemimpinan dan Program), F
(Informasi) dan G (Fasilitas). Dari
beberapa model yang diuji, diperoleh
model terbaik dengan nilai estimasi
parameter disajikan pada Tabel 5 s/d Tabel
8. Berdasarkan Tabel 5, nilai 1 = -
0,45695 dengan p-value sebesar 0,531 >
=0,05 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara Y3a=1 dengan
Y3a=2. Variabel Y3a dipengaruhi oleh
variabel E dan G.
Tabel 5. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y3a
Persamaan regresi untuk variabel Y3a
adalah: P(Y3a£j) = [j , . , . ][j , . , . ] (5)
Berdasarkan Tabel 6, variabel Y3b hanya
dipengaruhi oleh variabel E. Nilai 1 = -
0,4633 dengan p-value sebesar 0,520
>=0,05 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara Y3b=1 dengan
Y3b=2.
Tabel 6. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y3b.
Persamaan regresi untuk variabel Y3b
adalah: P(Y3b£j) = ([j , . ] ([j , . ] (6)
Odds 95% CI Predictor Coef() SE Coef Z P Ratio Lower Upper 1 -0,4633 0,720196 -0,64 0,520 2 2,02450 0,662027 3,06 0,002 3 4,33359 0,730908 5,93 0,000 4 8,36140 1,24494 6,72 0,000 E -0,4474 0,101507 -4,41 0,000 0,64 0,52 0,78 Log-Likelihood = -207,661 Test that all slopes are zero: G = 20,161, DF = 1, P-Value = 0,000
Odds 95% CI Predictor Coef() SE Coef Z P Ratio Lower Upper 1 -0,45697 0,729772 -0,63 0,531 2 1,40269 0,680419 2,06 0,039 3 4,25783 0,760624 5,60 0,000 4 7,60462 1,04617 7,27 0,000 E -0,374445 0,111410 -3,36 0,001 0,69 0,55 0,86 G -0,0833341 0,0409014 -2,04 0,042 0,92 0,85 1,00 Log-Likelihood = -196,588 Test that all slopes are zero: G = 23,181, DF = 2, P-Value = 0,000
24 EKSAKTA Vol. 17 No. 1 Februari 2016
Tabel 7. Estimasi parameter dan statistik uji untuk variabel Y3c. Berdasarkan tabel 7, Variabel Y3c hanya
dipengaruhi oleh variabel E dan tidak ada
perbedaan signifikan antara Y3c=2 dengan
Y3c=1 ataupun terhadap Y3c=3.
Persamaan regresi untuk variabel Y3c
adalah P(Y3c£j) = [j , . ] [j , . ] (7)
Tabel 8. Output regresi logistik variabel Y3d.
Berdasarkan Tabel 8., variabel Y3c
hanya dipengaruhi oleh variabel E dan
tidak ada perbedaan signifikan antara
Y3d=2 dengan Y3d=1 ataupun terhadap
Y3d=3. Persamaan regresi untuk variabel
Y3d adalah: P(Y3d£j) = [ (j , . ] [ (j , . ] (8)
Berdasarkan persamaan regresi logistik,
diperoleh rata-rata nilai proporsi masing-
masing responden dan dapat dihitung rata-
rata terbobot ( ) sebagai ukuran tingkat
kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana. = ∑ ( ) (9)
Nilai ini bernilai antara 1 sampai
dengan 5 dan dapat ditransformasi dalam
skala 0 – 100% menggunakan persamaan: = ( ) + 1 (10)
IKM dapat digunakan sebagai ukuran
indeks kapasitas masyarakat yang
mempunyai nilai antara 0 s/d 100%.Jika
nilai IKM mendekati angka 100 berarti
masyarakat sudah sangat siap dalam
menghadapi bencana. Sebaliknya jika nilai
IKM semakin kecil (mendekati 0), berarti
masyarakat sangat tidak siap dalam
menghadapi bencana. Selanjutnya
berdasarkan data sampel diperoleh nilai
indeks sebagaimana dalam Tabel 9.
Odds 95% CI Predictor Coef() SE Coef Z P Ratio Lower Upper 1 -1,87077 0,845472 -2,21 0,027 2 -0,244550 0,679137 -0,36 0,719 3 2,72136 0,694492 3,92 0,000 4 4,82866 0,760086 6,35 0,000 E -0,356486 0,101052 -3,53 0,000 0,70 0,57 0,85 Log-Likelihood = -207,898 Test that all slopes are zero: G = 11,839, DF = 1, P-Value = 0,001
Odds 95% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper 1 -1,63777 0,793445 -2,06 0,039 2 -0,08995 0,669686 -0,13 0,893 3 2,66757 0,690587 3,86 0,000 4 5,03576 0,769545 6,54 0,000 E -0,345175 0,100535 -3,43 0,001 0,71 0,58 0,86 Log-Likelihood = -207,898 Test that all slopes are zero: G = 11,839, DF = 1, P-Value = 0,001
Model Kapasitas Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal (jaka nugraha, fitri nugraheni, irwan nuryana kurniawan) 25
Tabel 9. Menentukan nilai IKM
Tingkat pengetahuanumum yang
dimiliki tentang pengurangan resiko
bencana alam baru mencapai 55,148%,
tingkat pengetahuan umum yang dimiliki
tentang bagaimana menyelamatkan
keluarga ketika terjadi bencana alam
sebesar 58,541. Berdasarkan persepsi
masyarakat, upaya peningkatan
kewaspadaan warga menghadapi bencana
alam oleh pihak terkait yaitu
a. Pemerintah (Y3a) sebesar 48,239,
b. Lembaga Swadaya Masyarakat
(Y3b) sebesar 46,103,
c. Masyarakat Lokal/Setempat (Y3c)
sebesar 58,038
d. Responden/Rumah Tangga
Responden (Y3d) sebesar 59,671
Kesimpulan
Model kapasitas masyarakat dapat
disusun dengan menggunakan model
regresi logistik ordinal. Model regresi
disusun dengan menggunakan tiga variabel
dependen yaitu (i) pengetahuan umum
yang dimiliki tentang pengurangan resiko
bencana alam yang disimbolkan dengan
Y1 (ii) pengetahuan umum yang dimiliki
tentang bagaimana menyelamatkan
keluarga ketika terjadi bencana alam yang
disimbolkan dengan Y2 (iii) upaya
peningkatan kewaspadaan warga
menghadapi bencana alam oleh pihak
terkait yaitu Pemerintah (Y3a), Lembaga
Swadaya Masyarakat (Y3b), Masyarakat
Lokal/ Setempat (Y3c) dan Responden/
Rumah Tangga Responden (Y3d). Dari
data dan model yang diperoleh dapat
disimpulkan:
1. Upaya peningkatan kewaspadaan
masyarakat dalam menghadapi bencana
alam yang dilakukan oleh pihak
Pemerintah relatif sama dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat.
Demikian juga upaya yang telah
Skala Proporsi (i)
Y1 Y2 Y3a Y3b Y3c Y3d
1 0,020 0,010 0,041 0,041 0,036 0,025
2 0,086 0,102 0,223 0,305 0,066 0,056
3 0,599 0,497 0,533 0,452 0,518 0,523
4 0,274 0,335 0,193 0,198 0,320 0,315
5 0,020 0,056 0,010 0,005 0,061 0,081
Indeks 3,188 3,325 2,909 2,822 3,305 3,371
IKM (%) 55,148 58,541 48,239 46,103 58,038 59,671
26 EKSAKTA Vol. 17 No. 1 Februari 2016
dilakukan oleh Masyarakat
Lokal/Setempat relatif sama dengan
Individu/Rumah Tangga Responden.
2. Variabel dependen Y1 hanya
dipengaruhi oleh faktor Rencana Aksi
(C). Sedangkan varaibel dependen Y2
dipengaruhi oleh Faktor Faktor
Pengetahuan (A) dan Faktor Rencana
Aksi (C).
3. Variabel dependen Y3 tidak
dipengaruhi oleh Faktor Informasi (F).
4. Variabel dependen Y3a dipengaruhi
oleh Faktor Kepemimpinan dan
Program (E) dan Faktor Fasilitas (G).
5. Variabel dependen Y3b, Y3c dan Y3d
hanya dipengaruhi oleh Faktor
Kepemimpinan dan Program (E).
6. Berdasarkan model regresi logistik
ordinal dapat disusun sebuah ukuran
indeks kapasitas masyarakat yang
mempunyai nilai antara 0 s/d 100%.
Ucapan Terimakasih
Penelitian ini disponsori oleh Hibah
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi No
Kontrak: 049/Rek/70/DPPM/Unggulan
Perguruan Tinggi-DIKTI/III/2015 Tahun
2015.
Referensi
Agresti A., 2002, Categorical Data Analy-sis, John Wiley and Son
Ionescu, C., Klein, R.J.T., Hinkel, J., Ku-mar, K.S.K. dan Klein, R. (2007) “To-wards a formal framework of vulnera-
bility to climate change” Environmen-tal Modeling and Assessment.
Iglesias A., Mougou R. danMoneo M. (2007b) ”Adaptation of Mediterranean agriculture to climate change”, Key vulnerable regions and climate change, European Climate Forum, Germany.
Nugraha J., Nugraheni F., Kurniawan IN, (2015), “Indikator Kapasitas Masyarakat Dan Kesiap-Siagaan Bencana”, Prosiding Konferensi Nasional II Forum WahanaTeknologi di Daerah Istimewa Yogyakarta
PeraturanKepala BNPB Nomor 03 Tahun 2012 tentang panduan penilaian kapa-sitas daerah dalam penanggulangan bencana
Peraturan BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana.
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulan-gan Bencana
Undang-UndangNomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Yohe, G., Malone, E., Brenkert, A., Schle-singer, M., Meij, H. dan Xing, X., (2006),“Global Distributions of Vulne-rability to Climate Change” Integrated Assessment Journal, 6 (3): 35-44.
Yohe, G. danTol, R.S.J. (2002), “Indica-tors for social and economic coping capacity: Moving toward a working definition of adaptive capacity”, Glob-al Environmental Change, 12: 25-40.
Yuda, (2013), “Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim oleh Masyarakat dalam Ketersediaan Air Minum, Laporan Penelitian, Dinas Pekerjaan Umum.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta
Telp. 0274 – 898 444 Ext. 3204, 3200 Fax. 0274 - 895330
Yogyakarta, July 24, 2016
To: Mr. Jaka Nugraha
Statistics Department FMIPA-UII, Yogyakarta
Email: [email protected]
INVITATION LETTER
Dear Mr. Jaka Nugraha,
It is our pleasure to invite you to attend the upcoming 4th
International Conference on
Sustainable Built Environment. The theme of this conference is Sustainable Building and
Environment for Sophisticated Life. It will be held in Yogyakarta, Indonesia, from
October 12 – 13, 2016 at Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. ICSBE is a forum
organized by Faculty of Civil Engineering and Planning of the Islamic University of
Indonesia and other institutions of similar interests. The conference aims to provide forum
for the exchange of ideas, the sharing of knowledge and experience as well as for the
dissemination of information about built environment in different parts of the world.
We are kindly ask you to present your paper submitted to the ICSBE 2016, that is entitled
Analysis of Community Capacity Indicators and Disaster Preparedness Using Structural
Equation Modeling
ID Number : 416098
We look forward to meeting you in Yogyakarta at the ICSBE 2016.
With Kind Regards,
Eko Siswoyo, Ph.D.
ICSBE 2016 Comittee
1Statistics Department FMIPA-UII, 2Civil Engineering Department FTSP-UII 3Psychology Department FPSB–UII
ANALYSIS OF COMMUNITY CAPACITY INDICATORS AND DISASTER
PREPAREDNESS USING STRUCTURAL EQUATION MODELING
Jaka NUGRAHA1, Fitri NUGRAHENI
2, Irwan N. KURNIAWAN
3
ABSTRACT The geographical condition of Indonesia is an archipelagic country, the meeting of four
tectonic plates and many volcanoes cause has a high potential for natural disasters. A
regional disaster risk involves three aspects: hazard, vulnerability and capacity. By increasing
the capacity of disaster mitigation can reduce the risk of disaster. Increased capacity is done
in order to improve the readiness of the government/organizations, communities and
individuals in the face of disaster. In this study examined aspects relating to disaster
mitigation capacity. Disaster mitigation capacity includes aspects of social, economic and
physical environment. While the preparedness aspect discussed was the readiness of the
individual and community preparedness. The readiness of individuals affected by the
knowledge and attitude, while the readiness of communities affected by their leadership,
information and facilities. By using Structural Equation Modeling (SEM) analysis has proven
link between the Community's capacity and preparedness for natural disasters. Community’s
capacity include Social aspects, Physical / Environmental and Economic aspects.
Preparedness consists of preparedness of individual and community preparedness. Individual
preparedness plan includes aspects, knowledge and attitudes. Community preparedness
include leadership, information, facilities.
Keywords: Capacity, Hazard, Mitigation, Structural Equation Modeling, Vulnerability.
1Statistics Department FMIPA-UII, 2Civil Engineering Department FTSP-UII 3Psychology Department FPSB–UII
1. INTRODUCTION
Indonesia is a country that has a high potential for natural disasters. Indonesian territory is a
confluence of four tectonic plates, namely Australian continent plates, the continent of Asia,
the Pacific and the Indian Ocean plate. This condition makes the emergence of a fire
mountain ranges along the south coast of the island of Sumatra, Java, and the Banda Islands,
as well as the emergence of centers of earthquake. With these characteristics, Indonesia has
potential and proneness to disasters such as the eruption, earthquakes, tsunamis, volcanoes,
floods and landslides. In conducting disaster mitigation, disaster risk assessment of the region
is the first step in disaster mitigation. In calculating the risk of a regional disaster involves
three aspects: hazard, vulnerability and capacity of a region that is based on the characteristics
of the physical condition and territory. Risk is proportional to vulnerabilities and threats, and
inversely proportional to the mitigation capacity. Disaster risk can be reduced if mitigation
capacity (resilience, preparedness) disaster from the public increased. Therefore, to reduce the
risk of disaster, can be done by raising awareness and building the capacity of disaster
mitigation. Increased capacity regarding the mitigation of social, cultural, and technical
undertaken simultaneously.
BNPB has set Rule No. 4 of 2008 on guidelines for disaster management plans. BNPB has
also devised a scoring guide regional capacity in disaster management in Rule No. 03 of
2012. Under these laws emphasize the regional capacity of aspects of the policy aspect,
preparedness, and the role of institutions. The degree of readiness of a region to anticipate the
impact of the disaster was going to happen will vary from one region to another. The
institutional factors is one among many factors that can determine the readiness of a region to
anticipate the impact of disasters. Many researchers have conducted research on improving
the capacity of a region in the face of disaster. Yulianto et al (2012) proposed the use of data
Synthetic Aperture Radar (SAR) for risk reduction and disaster mitigation. Compilation of
the adaptive capacity of communities vulnerable areas of drinking water and sanitation-
related impacts of climate change has been done by Yuda (2013). Measuring tool to
determine the ability of individuals, households and communities in the face of disaster has
not been done. This instrument is very important, because it can be used as a basis for
evaluation whether the efforts to increase the readiness of the region have been successful.
This paper discusses the factors that affect the capacity and readiness of communities in
disaster mitigation. Capacity of mitigation is concerning aspects of socio-cultural, economic,
physical-environmental. While the preparedness aspect discussed was the readiness of the
individual and community preparedness. The readiness of individuals affected by the
knowledge and wisdom/attitude, while the readiness of the community affected by the
program, networking, leadership, and facilities. Data analysis was performed using analysis
Structural Equation Modeling (SEM).
2. DISASTER PREPAREDNESS
BNPB in Regulation No. 03 of 2012 has defined following terms:
a. Disaster is an event or series of events that threaten and disrupt the lives and
livelihood caused by both natural factors and / or non-natural or human factors that
lead to the emergence of human lives, environmental damage, loss of property, and
psychological impact.
b. Preparedness is a series of activities as part of efforts to eliminate and / or reduce the
threat of disaster.
c. Capacity is the ability of regions and communities to take action to reduce the threat
and potential disaster losses in a structured, planned and integrated.
Yohe and Tol (2002) proposed a method for developing indicators of social and economic
capacity in the context of climate change. A simple index for measuring the capacity of
adaptation has used by Ionescu et al. (2009) including GDB, the literacy rates, and the rate of
female labor force participation. Yohe et al. (2006) used a Vulnerability-Resilience Indicator
Prototype (VRIP) which has been developed by Brenkert and Malone (2005) to calculate the
index by considering the adaptive capacity of adaptation to the changing environment.
Iglesias et al. (2009) has developed Adaptive Capacity Index (index AC) using three main
components; the ability of the economy, civil and human resources, and agricultural
innovation. The same approach has also been carried out in the context of drought (Moneo,
2007). In other scheme, Iglesias et al (2011) has developed an index of social vulnerability to
drought. Steps measurement vulnerability index are: (i) select the variables that contribute to
vulnerability, (ii) normalize variables, (iii) combining the sub-components of the variables
within each category of vulnerabilities with a weighted average, and (iv) measuring
avulnerability as average weighted components.
BNPB Regulation No. 03 of 2012 defines five priority disaster mitigation rules :
a. Ensuring that disaster risk reduction is a national and local priority with a strong
institutional basis for implementation.
b. Identify, assess and monitor disaster risks and enhance early warning systems to
reduce the risk of disaster.
c. The realization of the use of knowledge, innovation and education for capacity
building and secure a culture of disaster at all level.
d. Reducing risk factors .
e. Strengthen disaster preparedness for effective response at all level.
Yuda (2013) has compiled an index of adaptive capacity of regional communities vulnerable
to water by using three variables: (1) Individual preparedness described in the aspect of
knowledge perception and behavior, (2) community readiness described into aspects of local
wisdom, leadership, involvement and presence organization. (3) Institutional readiness
described in aspects of the network consist of information and policies. Community
preparedness is a process or series of activities as part of efforts to eliminate and/or reduce the
threat of disaster with several stages. Community readiness model is made to see the public
response policy interventions / programs (Yuda, 2013). The models incorporate five (5)
community readiness dimensions, namely: (a) an anticipatory effort through policy; (b) public
awareness of the policy; (c) Leadership; (d) understanding of the problem; and (e) funding for
anticipatory effort (in the form of money, time, land, etc.). Capacity is a combination of the
capabilities and characteristics of the individual, community, or organization, which is used to
achieve certain goals. Capacity is the ability to take action to reduce the threat and potential
disaster losses in a structured, planned and integrated
3. SEM ANALYSIS PROCEDURE
SEM is used instead of design a theory, but it rather intendedly used to examine and justify a
model. Therefore, the main requirement using the SEM is the hypothetical model that consists
of the structural model in the form of a diagram the path that is based on the theory. SEM is a
set of statistical techniques that allow the testing of a series of relationships simultaneously.
The relationship built between one or more independent variables. SEM analysis includes
three phases, namely the conceptualization of models, preparation of flow diagrams and
specification model (Ghozali, 2008). Conceptualization stage of the model related to the
development of hypotheses (based on the theory) as a basis for linking the latent variables to
other latent variables and indicator variables. Drafting stage flowcharts (path diagram
contruction), will facilitate the visualization of hypotheses have been proposed in the
conceptualization of the model above. Stage specification models, the step of determining the
number and nature of the parameters to be estimated. According to Hair et al (1998), there are
7 (seven) main stages that must be done in using the technique with SEM analysis in a
research activity that is :
a. Theoretical Model Development
b. Development Flowchart
c. Conversion flowcharts into equation
d. Selecting input matrix and estimates the corresponding model
e. Identification of possible problems
f. Evaluation Criteria Goodness of fit
g. Interpretation and Modification Model.
4. INDICATORS OF CAPACITY AND COMMUNITY PREPAREDNESS
The capacity is strongly influenced by economic factors, social, physical and environmental.
There are two aspects of community preparedness, i.e. readiness of individual and readiness
of community. Readiness of individuals affected by factors of knowledge and attitude, while
the community readiness is influenced by factors Program, Network, Leadership, Local
Knowledge and Facilities.
a. Knowledge (A). Knowledge factor consists of knowledge of disaster in general (A1),
Knowledge save themselves from disaster (A2), experience a training / seminar /
simulation disaster preparedness (A3), experience natural disasters (A4), Knowledge
of residence which is the area hazard (A5), Knowledge families on natural disasters
(A6).
b. Plan of Action (C). Plan of action factor consists of a set of decisions about how to
protect and rescue people and property from disaster.
c. Local Wisdom / Manners (D). Local wisdom/manner consists of Perception (D1) and
Motivation (D2).
d. Leadership and Program (E). Leadership and program factor consists of efforts by the
local government in improving disaster preparedness (E1), the Party responsible for
disaster preparedness (E2), Efforts by the local government in disaster risk reduction
(E3), approach to disaster management (E4), and government efforts in disaster early
warning (E5).
e. Information (F). Information factors consist of media's role in disaster preparedness
(F1), sources of information and media (F2).
f. Facility (G). Facility factor consist of the evacuation route and early warning
equipment/services.
Variable capacity consists of physical / environmental, social and economy.
a. Physical / environmental (H) consists of the physical location house (H1) and type of
house (H2).
b. Social (J) consists of the length of stay (J1) and education (J2).
c. Economy (K) consists of the ownership of goods (K1), major Work (K2), assets
owned in case of disaster (K3).
The concept of capacity and readiness of the community described in Figure 1 will be tested
using SEM analysis.
Figure 1. The concept of capacity and society preparedness
The concept of capacity and readiness of the community described in Figure 1 will be tested
using SEM analysis. In the pilot phase models, data taken on some areas that represent the
type of potential disasters such as floods, earthquakes, landslides, droughts and volcanoes.
5. SURVEY RESULTS AND DISCUSSION
For the purposes of testing the truth of a concept that has been poured in the points
questionnaires, the survey was conducted and the data obtained as many as 198 respondents
from 114 districts in 28 provinces across Indonesia. Distribution of the number of respondents
who have experienced natural disasters are presented in Figure 2. The type of natural disaster
in question is (1) Earthquakes, (2) Flood, (3) Extreme Weather, (4) Drought, (5) Tsunami, (6)
Landslides, (7) Volcano eruption, (8) Sea waves, (9) Land and Forest fires.
Capasity Readiness
Social
Economy
Physical Person
Community Knowledge
Plan of Action
Leadership Information Facilities
Local Wisdom
Figure 2. The number of respondents is based on the experience of disaster events.
The questions specifically related to attitudes have tested the validity and reliability. From the
test results it can be concluded grains such questions are valid and reliable. Results of Test
Reliability are presented in Table 1.
Table 1. Results of Test Reliability
Indicators Number of
Items
Cronbach's
Alpha
Local Wisdom (Perception and
Motivation)
8 0.829
Self-rescue plan 13 0.745
Disaster preparedness 9 0.887
Efforts to reduce disaster risk 4 0.794
Disaster management 3 0.891
Sources of information and media 1 4 0.708
Sources of information and media 2 7 0.849
Observation of each factor is presented in Table 2. Each variable has a value in between 1 to
10. Based on the data in Table 2, it is showed that the average knowledge variable (A1 to A6)
is still very low; between 1.224 to 3.249. More than 75% of respondents value the variables
A3, A4 and A5 of less than 3,thus, the majority of respondents feel very minimal to
experience a training / seminar / simulation disaster preparedness, natural disasters
experience, and knowledge of the dwellings are disaster-prone areas ( A5). Instead of the
respondents' assessment of the variable C, D1, E4, F2, H1, H2, J contains over 75% of
respondents provide an assessment of more than 7.5. It can be concluded that:
a. the respondents have made preparations to secure valuables and preparation of rescue
plans from disaster well,
b. the respondents have the perception has been good to disasters that do not complain,
do not despair,
c. the respondents argued that disaster mitigation is important,
d. the respondents satisfied with the role / involvement of the mass media in providing
information to improve citizen preparedness for natural disasters.
Table 2. Results of observation on each variable
Variable Mean Minimum Q1 Median Q3 Maximum A1 3.249 0.000 1.667 2.778 4.722 10.000 A2 3.192 0.000 1.111 2.222 5.000 10.000 A3 1.320 0.000 0.000 0.000 1.667 10.000 A4 1.882 0.000 1.429 1.429 2.500 8.572 A5 1.224 0.000 0.000 1.111 2.222 7.778 A6 2.112 0.000 1.000 2.000 3.000 10.000 C 7.397 4.039 6.654 7.308 8.077 10.000
D1 8.409 2.917 7.500 8.333 9.167 10.000 D2 7.152 1.538 6.154 6.923 8.462 10.000
E1 5.649 1.923 4.704 5.577 6.352 9.039 E2 5.926 0.000 2.500 5.000 10.000 10.000 E3 6.325 2.000 6.000 6.000 7.000 9.500 E4 8.846 3.333 7.500 9.167 10.000 10.000 E5 4.873 0.000 2.500 5.000 7.500 10.000 F1 5.232 0.000 3.929 5.714 6.429 10.000 F2 8.153 3.636 7.500 8.159 8.864 10.000
Variable Mean Minimum Q1 Median Q3 Maximum G 4.315 0.000 0.000 3.333 6.667 10.000 H1 8.159 4.167 7.500 8.333 9.167 9.167 H2 9.305 3.333 8.333 10.000 10.000 10.000 H3 5.766 0.000 5.000 6.000 7.000 10.000
J1 9.109 2.500 8.250 10.000 10.000 10.000 J2 8.051 2.500 7.500 7.500 10.000 10.000 K1 5.766 0.000 5.000 6.000 7.000 10.000 K2 1.782 0.000 1.000 1.000 2.000 10.000 K3 6.168 3.333 4.444 5.556 7.778 10.000
Based on the concept in Figure 1, SEM model was composed as presented in Figure 3 using
Amos 20 software:
Figure 5. SEM Model
Due to the limited number of sample the preparedness variable could not be included in the
model (Figure 5). There are three latent variables; community, capacity, person. The
estimated values of the parameter and statistic test on each path are presented in Table 5. As
the P-value <0.05, it can be concluded that all parameter is significant at α = 0.05 means that
the indicators could explain the latent variables (factors): capacity, individual and society.
Table 5. Parameter Estimation
Path Estimate S.E. Z. P-Value
A1 <--- Person 1.000
A2 <--- Person 1.055 .094 11.258 ***
A3 <--- Person .605 .084 7.241 ***
A4 <--- Person .388 .049 7.975 ***
A5 <--- Person .313 .045 6.931 ***
A6 <--- Person .718 .069 10.447 ***
Path Estimate S.E. Z. P-Value
C <--- Person .320 .049 6.487 ***
D1 <--- Person .141 .053 2.672 .008
D2 <--- Person .304 .061 4.978 ***
K1 <--- Capacity .604 .292 2.068 .039
K2 <--- Capacity 1.177 .265 4.443 ***
K3 <--- Capacity .469 .217 2.166 .030
E1 <--- Community 1.000
E2 <--- Community 1.570 .282 5.576 ***
E3 <--- Community .469 .100 4.694 ***
E4 <--- Community .233 .117 1.992 .046
E5 <--- Community 2.274 .293 7.759 ***
F1 <--- Community 1.502 .200 7.503 ***
F2 <--- Community .278 .080 3.462 ***
G <--- Community 2.493 .332 7.515 ***
H2 <--- Capacity 1.000
Correlation values between the latent variables are as follows:
a. The correlation between the community and person factor of 0.705
b. Correlation between person and capacity of 0.999
c. The correlation between the community and the capacity factor of 0.999
in which correlation three variables is quite large means that the variable person
capacity is affected by variables and community variable
6. CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS.
By using SEM analysis has proven link between the Community's capacity and preparedness
for natural disasters. Community’s capacity include Social aspects, Physical / Environmental
and Economic aspects. Preparedness consists of preparedness of individual and community
preparedness. Individual preparedness plan includes aspects, knowledge and attitudes.
Community preparedness include leadership aspects, information aspects, and facilities
aspects.
7. ACKNOWLEDGMENT
The study was sponsored by the Ministry of Research, Technology and Higher Education
through Competitive Research Grants with contract no: 049 /REK/70/DPPM/Unggulan
Pendidikan Tinggi-DIKTI/III/ 2015.
8. REFERENCES
BNPB Regulation No. 03 Year 2012 on capacity assessment guidelines in disaster areas.
BNPB Regulation No. 4 of 2008 on set guidelines for preparing disaster management plans.
Brenkert, A., and Malone, E. (2005) Modelling vulnerability and resilience to climate change:
A case study of India and Indian States. Climatic Change, 72(1-2): 57-102.
Ghozali, I. (2008). Model Persamaan Structural: Konsep dan aplikasi dengan program
AMOS 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair,JR.JosephF., Anderson,Rolph E.,Tatham, Ronald L.and Black, William.C. 1998.
Multivariat Data Analysis. Prentice-Hall International, Inc.
Ionescu, C., Klein, R. J. T., Hinkel, J., Kumar, K.S.K., & Klein, R. (2009). Towards a formal
framework of vulnerability to climate change. Environmental Modelling and Assessment,
14, 1-16.
Iglesias, A., Moneo M.,and Quiroga, S. (2009). Methods for evaluating social vulnerability to
drought. In A. Igleasias., A. Cancelliere., D. A. Wilhite., L. Garrote., & F. Cubillo (Eds),
Coping with drought risk in agriculture and water supply systems, pp. 153 -159.
Iglesias A., Mougou, R., Moneo, M., and Quiroga, S, (2011). Towards adaptation of
agriculture to climate change in the Mediterranian.Regional Environmental Change,
11,159-166.
Moneo, M., (2007) “Agricultural vulnerability of drought: A comparative study in Morocco
and Spain”, MSc Thesis, IAMZ-CIHEAM, Zaragoza.
Yohe, G., and Tol, R.S.J. (2002), Indicators for social and economic coping capacity: Moving
toward a working definition of adaptive capacity. Global Environmental Change, 12, 25-
40. Yohe, G., Malone, E., Brenkert, A., Schlesinger, M., Meij, H. dan Xing, X., (2006), “Global
Distributions of Vulnerability to Climate Change” Integrated Assessment Journal, 6 (3): 35-44.
Yuda (2013), “Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim oleh masyarakat dalam ketersediaan air
minum. Laporan Penelitian. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.
Yulianto, F., Parwati, A., & Zubaidah., (2012). Penguatan kapasitas daerah dalam
pemanfaatan data Synthetic Aperture Radar (Sar) untuk pengurangan resiko dan mitigasi
bencana. Laporan Penelitian. Jakarta: LAPAN.
SURVEY
KESIAPSIAGAAN TERHADAP BENCANA
Terima kasih partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i dalam kegiatan survei ini. Jawaban Babak/Ibu/Sdr akan sangat
bermanfaat dalam penanggulangan bencana alam.
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2016
No Hari Tanggal Bulan Tahun
1 Nama Responden:
2 Alamat: .........................................................................................................................................
Desa: ........................................................Kecamatan : .................................................................
Kabupaten/Kota : ..................................................................
3 Usia kepala keluarga :.......................Tahun
4 Pendidikan terakhir kepala keluarga:
① SD ② SMP/SLTP ③ SLTA ④ Perguruan Tinggi
5 Jumlah Anggota keluarga :
6 Jumlah anggota keluarga berusia kurang dari 5 tahun (Balita) :
7 Jumlah anggota keluarga berusia lebih dari 65 tahun :
8 Jenis rumah :
①Tidak Permanen (Kayu) ② Semi Permanen (Sebagian Kayu) ③Permanen (Tembok)
9 Siapakah yang membangun rumah tempat tinggal bpk/ibu/sdr saat ini
①Sendiri oleh tukang ② Pengembang ③Kontraktor ④ Tidak tahu
10 Kepemilikan Rumah : ①Sewa ② Milik Orang tua (Saudara) ③Milik Sendiri
11 Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara/i bertempat tinggal di rumah/bangunan ini?
①Kurang dari 5 tahun ② 5-10 tahun. ③ 10-15 tahun ④ Lebih dari 15 tahun
12 Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pemenuhan kebutuhan pokok hidup sehari-hari?
①“sangat tidak puas”, ②“tidak puas”, ③”cukup” ④“puas”, ⑤“sangat puas
13 Apakah bangunan rumah yang bapak/ibu/sdr tinggali memenuhi
persyaratan bangunan tahan gempa?
① Ya ② tdk ③ tdk tahu
14 Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/I terhadap pengetahuan pengurangan resiko gempa bumi?
①“sangat tidak puas”, ②“tidak puas”, ③”cukup” ④“puas”, ⑤“sangat puas”
15 Seberapa puas Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pengetahuan bagaimana menyelamatkan keluarga ketika
terjadi gempa bumi?
①“sangat tidak puas”, ②“tidak puas”, ③”cukup” ④“puas”, ⑤“sangat puas”
16 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui penyebab terjadinya peristiwa gempa bumi? Ya tdk
17 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui tanda-tanda terjadinya peristiwa gempa bumi? Ya tdk
18 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi
gempa bumi?
Ya tdk
19 Pengalaman mengikuti pelatihan/seminar/simulasi tentang kesiapsiagaan
bencana
Ya tdk
20 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah mengalami peristiwa gempa bumi? Ya tdk
21 Apakah di wilayah yang Bak/Ibu/Sdr tinggali rawan mengalami kejadian gempa bumi? Ya tdk
22 Dari hal-hal berikut, pilih jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara/i :
(①Tidak perlu ②Pelu tapi belum dilakukan: ③ Perlu dan sudah dilakukan
a. Membangun rumah yang tahan bencana Gempa Bumi 1 2 3
b. Memiliki alat peneranga ( antara lain senter/ lampu emergency/Lilin) 1 2 3
c. Memiliki peralatan pemadam api 1 2 3
d. Mengamankan furniture (mengikat lemari, rak buku, rak ke dinding, dll) 1 2 3
e. Menyimpan nomor telephone PLN, PDAM dan petugas kesehatan terdekat 1 2 3
f. Mengikuti perkembangan cuaca oleh pemerintah 1 2 3
g. Menyiapkan dokumen penting dan menyimpannya di tempat yang aman 1 2 3
h. Menyimpan membawa kotak P3K dan obat pribadi 1 2 3
i. Meletakkan barang-barang dan buku-buku di tempat yang rendah/lantai 1 2 3
23
Berkaitan dengan pernyataan berikut, pilihlah jawaban yang paling menggambarkan diri
Bapak/Ibu/Saudara/i, jika ditimpa musibah bencana alam:
①“sangat tidak setuju”, ②“tidak setuju”, ③“setuju”, ④“sangat setuju”,
a. akan ridha terhadap ketentuan Tuhan (menerima takdir) yaitu tidak bersikap
menggerutu atau mencela terhadap apa yang telah terjadi
1 2 3 4
b. tidak berputus asa dan yakin bahwa Tuhan akan menggantikan apa yang telah 1 2 3 4
hilang
c. segera mengambil tindakan untuk memulihkan keadaan 1 2 3 4
d. bersikap bahwa musibah atau bencana yang diberikan Tuhan kepada manusia
untuk menguji kualitas keimanan bagi orang yang beriman.
1 2 3 4
e. Setiap individu mempunyai kewajiban memelihara dan memakmurkan bumi ini,
bukan sebaliknya merusak dan membinasakannya
1 2 3 4
f. memelihara dan berbuat baik kepada lingkungan merupakan perbuatan baik yang
diperintahkan oleh agama
1 2 3 4
24 Apakah di wilayah Bapak/Ibu/Saudara/i telah dilakukan usaha-usaha supaya warga waspada terhadap
kemungkinan terjadinya bencana alam oleh:
a.Pemerintah Ya tdk
b.LSM dan Lembaga Internasional Ya tdk
c.Masyarakat Lokal/Setempat Ya tdk
25 Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i puas terhadap usaha-usaha peningkatan kewaspadaan terhadap
kemungkinan terjadinya bencana alam oleh
a.Pemerintah Ya tdk
b.LSM dan Lembaga Internasional Ya tdk
c.Masyarakat Lokal/Setempat Ya tdk
26 Apakah Bapak/Ibu/Sdr menerima informasi tentang bagaimana menyelamatkan diri dari Gempa bumi
dari ....?
Perorangan/ Lembaga:
a.Keluarga Ya tdk
b.Tetangga Ya tdk
c.Teman Kerja Ya tdk
d.Pemerintah Ya tdk
e.Lembaga Swadaya Masyarakat Non Pemerintah (Nasional/Internasional) Ya tdk
f.Tokoh agama/Tokoh masyarakat Ya tdk
Media
a.Televisi Ya tdk
b.Radio Ya tdk
c.Majalah/ Tabloid/ surat kabar Ya tdk
d.Masjid (pengajian)/ Gereja/ tempat ibadah lainnya Ya tdk
e.Media Sosial-internet (Facebook, SMS, WA, Twitter, dll) Ya tdk
f.Buku-buku tentang kebencanaan Ya tdk
27 Ketika gempa kuat terjadi, Apa saudara setuju dengan tindakan berikut :
a. Berlari keluar rumah saat gempa, jika memungkinkan Ya tdk
b. Berlindungi di tempat yang aman (menunduk dibawah meja atau disudut
ruangan, jika tidak sempat lari keluar rumah atau gedung
Ya tdk
c. Melindungi kepala Ya tdk
d. Menjauhi benda-benda tergantung Ya tdk
e. Menjauhi dinding kaca Ya tdk
f. Menjauhi jembatan Ya tdk
g. Meninggalkan ruangan setelah gempa Ya tdk
28 Apakah bangunan rumah yang bapak/ibu/sdr tinggali merupakan memiliki ciri-ciri berikut?
a. bangunan berbentuk simetris (bujur sangkar) Ya tdk
b. tinggi tembok kurang dari 4 meter Ya tdk
c. pondasi batu kali dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus Ya tdk
d. Sepanjang pondasi dipasang sloof Ya tdk
e. terdapat kolom/pilar dipasang maksimal setiapa 4 meter Ya tdk
f. pondasi, sloof dal kolom saling terikat satu sama lain Ya tdk
g. dipasang balok keliling/ring yg diikat kaku dengan kolom Ya tdk
h. gunung-gunung bagian tengah/dalam tidak diisi/dibuat dinding Ya tdk
i. kuda-kuda rangka atap terikat kuat dengan struktur beton Ya tdk