Upload
ridani-faulika-amma
View
924
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN PRAKTIKUM
II.1. Pengujian Metalografi
II.1.1. Hasil Mounting
Hasil mounting berupa sampel yang terdapat di dasar mounting
yang berbentuk silinder. Sampel yang telah dimounting akan lebih
mudah diamplas dan dipoles. Mounting lebih ditujukan untuk sampel
berukuran kecil. Pada percobaan ada 4 sampel yang telah dimounting,
yaitu AlMg, medium carbon (besi dengan kadar karbon medium), NITR,
dan BTK. Sampel ferrous adalah medium carbon steel dan BTK, sedang
sampel non ferrous adalah AlMg dan NITR.
II.1.2. Hasil Amplas
Pada dasarnya, grinding atau pengamplasan bertujuan untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara
menggosokkan sampel pada amplas. Jadi, hasil yang didapat dari
proses pengamplasan ini adalah permukaan sampel yang lebih rata dan
halus.
Langkah-langkah serta prinsip dalam pengamplasan sampel
yaitu:
a. Memotong kertas amplas berbentuk lingkaran agar pas pada alat
grinding.
b. Menggunakan amplas dari nomor yang lebih rendah (lebih kasar)
baru kemudian menggunakan nomor yang lebih tinggi (yang
halus).
c. Pemberian air dalam proses pengamplasan.
d. Mengubah sudut pengamplasan setiap pergantian kertas amplas
ke nomor yang lebih tinggi (lebih halus) dengan sudut 45˚ atau
90˚.
Jika mengamplas lebih dari satu sampel pada saat yang
bersamaan, maka sampel ferrous diletakkan pada bagian luar,
sedangkan sampel non ferrous diletakkan pada bagian dalam.
32
II.1.3. Hasil Poles
Sampel yang telah dipoles akan mendapatkan permukaan yang
lebih halus dan mengkilat seperti kaca, serta arah garis dari hasil
pengamplasan harus hilang. Proses pemolesan menggunakan mesin
poles yang menggunakan sejenis kain beludru untuk memoles. Dalam
proses ini, pemberian alumina (Al2O3) dan air dilakukan secara teratur
untuk membantu proses pemolesan. Selain itu, pemutaran sampel
saat proses pemolesan akan memberikan hasil yang lebih baik. Sampel
ferrous dan non ferrous tidak menggunakan satu alat poles, melainkan
dipoles pada mesin yang berbeda. Hal ini bertujuan agar geram-geram
dari sampel ferrous tidak merusak sampel non ferrous.
II.1.4. Hasil Etsa
Sebetulnya, etsa merupakan proses pengkorosian yang
terkendali. Cairan pengetsa mengikis batas-batas butir pada sampel,
sehingga batas-batas butir lebih jelas terlihat. Percobaan ini
menggunakan etsa kimia. Ada 2 zat pengetsa yang digunakan, yaitu
nital untuk sampel ferrous dan FeCl3 (ferric clorit) untuk sampel non
ferrous.
Langkah-langkah pengetsaan dalam percobaan yaitu:
a. Mencelupkan permukaan sampel yang akan diamati pada cairan
etsa kira-kira 10 hitungan.
b. Kemudian sampel langsung dibilas dengan air.
c. Terakhir, keringkan dengan hair dryer.
Manfaat pengetsaan ini akan memudahkan proses pengamatan melalui
mikroskop dan pegambilan foto.
II.1.5. Hasil Pengamatan Struktur Mikro
1. Medium Carbon Steel
o Hasil foto sampel Medium Carbon Steel
33
Foto Hasil Percobaan Foto Literatur
Nama:Medium
Carbon SteelNama:
Medium Carbon
Steel
Perbesaran: 500xPerbesaran: 500x
Etsa: Nital 2%
o Pembahasan
a. Komposisi
Medium carbon steel mengandung kadar C sebanyak
0,25 wt% - 0,6 wt%. Dari foto hasil percobaan di atas,
terdapat 2 fasa dalam medium carbon steel, yaitu ferrite dan
perlite. Area butir yang lebih terang adalah ferrite. Hal ini
disebabkan karena pada fasa ini masih lebih dominan
kandungan besi (Fe). Sedangkan area butir yang lebih gelap
adalah fasa pearlite. Area butir ini lebih gelap karena
terdapat banyak kandungan karbon yang bercampur dengan
besi.
34
b. Sifat Mekanis
Berdasarkan data yang diambil dari literatur di atas, medium
carbon steel memiliki nilai Critical Crack Length tertinggi
antara logam alloy yang lain. Dapat dikatakan bahwa
medium carbon steel memiliki kekuatan dan ketangguhan
yang baik diantara logam alloy yang lain. Jika melihat dari
fasanya yang terdapat fasa pearlite, maka sifat dari medium
35
carbon steel ini jelas lebih keras dan lebih kuat daripada besi
murni.
c. Diagram Fasa
Medium carbon steel terletak 0.25 wt% sampai dengan 0.6
wt%. Jadi pada diagram fasa di atas, medium carbon steel
terdapat di dalam kotak berwarna hijau.
d. Aplikasi
Menurut Callister dalam buku “Material Sciene and
Engineering”, medium carbon steel diaplikasikan untuk:
railway wheels and tracks (roda kereta dan relnya)
gears (gir roda)
36
crankshafts (kruk as atau setang piston)
other machine parts
high-strength structural components calling for a
combination of high strength (kekuatan), wear
resistance (ketahanan aus), and toughness
(ketangguhan).
2. BTK
o Hasil foto sampel BTK
Foto Hasil Percobaan Foto Literatur
Nama: BTK Nama: BTK
Perbesaran: 500xPerbesaran: 200x
Etsa: Nital
o Pembahasan
a. Komposisi
Baja tuang kelabu merupakan baja karbon yang
mempunyai kandungan karbon 2-4 % karbon, 1-3 % silikon
dan sedikit mangan. Kebanyakan besi tuang kelabu,
komposisi utamanya selain Fe adalah karbon dan silikon.
Banyaknya karon yang dikandung besi tuang kelabu akan
meningkatkan Fe3C.
b. Sifat Mekanis
Kekuatan Tarik: 35 kgf/mm2
Elongation (%): 0,3 – 1,2
37
Kekerasannya(BHN): 130-270 BHN
Kekuatan tekan: 3-5 x kekuatan tariknya
Berat Jenis: 7,1-7,3
Wear Resistance: Good
c. Diagram Fasa
d. Aplikasi
Oleh karena kemampuannya yang baik dalam meredam
getaran, maka aplikasi BTK adalah sebagai bahan alat-alat
yang memerlukan kemampuan meredam getaran, misalnya
komponen-komponen kendaraan bermotor; blok silinder,
tutup silinder, rumah engkol, tromol rem, dll; mesin
perkakas seperti bed, meja, pegangan, mesin cetak.
Mayoritas dipakai di industri untuk produk-produk cor dll.
38
3. NITR
o Hasil foto sampel NITR
4. AlMg
o Hasil foto sampel AlMg
39
II.2. Percobaan Jominy
II.2.1. Data Percobaan
Foto hasil percobaan Jominy – bagian atas
40
Foto hasil percobaan Jominy – bagian bawah
II.2.2. Tabel Hasil Penjejakan dan Nilai BHN
NoJarak dari end-quench
(mm)Dx (mm) Dy (mm) Dave (mm) BHN
1 5 0,485 0,805 0,645 567,762
2 10 0,545 0,925 0,735 435,814
3 15 0,498 0,961 0,7295 442,504
4 20 0,516 0,987 0,7515 416,618
5 25 0,591 1,004 0,7975 369,247
6 30 0,572 1,028 0,800 366,904
7 35 0,435 1,060 0,7475 421,155
8 40 0,571 1,125 0,848 325,858
9 45 0,584 1,111 0,847 326,642
10 50 0,553 1,065 0,809 358,648
11 55 0,654 1,016 0,835 336,278
12 60 0,758 1,040 0,899 289,245
41
13 65 0,639 1,070 0,8545 320,815
14 70 0,688 1,089 0,8885 296,271
15 75 0,682 1,131 0,9065 284,375
II.2.3. Grafik Hardenability
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 750
100
200
300
400
500
600
700
800
HARDENABILITY
BHN
Jarak dari End-Quench (mm)
BHN
II.2.4. Pembahasan Hasil
Uji Jominy merupakan tes laboratorium yang terstandarisasi
untuk mengukur kekerasan suatu bahan ferrous. Prinsip percobaan ini
42
adalah dengan memanaskan baja sampai suhu 900˚C lalu kemudian
didinginkan bagian bawah benda uji dengan menggunakan air (±24˚C).
Dengan mendinginkan bagian bawah material terlebih dahulu,
diharapkan proses pendinginan material akan bertahap dari bawah
hingga atas. Hasil yang didapat dari proses pendinginan ini adalah
material yang paling dahulu terkena proses quenching oleh air menjadi
bagian yang paling keras (martensite) karena langsung terkena air,
kemudian bagian yang selanjutnya akan mendingin akan menjadi less
martensite (tidak sekeras martensite). Jadi, kekerasan material semakin
menurun seiring jauhnya jarak bersentuhannya air dengan bahan.
43
Berdasarkan grafik yang didapat dari literatur di atas, semakin
jauh jarak diamter jejak dari quench end, kekerasan bahan tersebut
semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan percobaan yang telah
44
dilakukan. Dari grafik percobaan sesungguhnya, terlihat bahwa
semakin menjauh dari quench end semakin berkurang kekerasan
bajanya. Memang grafik dari percobaan tidak “semulus” seperti grafik
yang ada di literatur. Maksudnya plot-plot yang terdapat pada grafik
percobaan tidak benar-benar selalu turun dari tingkat kekerasan yang
paling tinggi. Hal ini bisa saja disebabkan pada saat menggunakan alat
pengukur kekerasan Metode Brinell lama penjejakan tidak selalu sama
persis. Kemudian bisa juga karena faktor pengamplasan yang kurang
baik.
II.2.5. Kesimpulan
1. Preparasi Sampel
o Mounting sampel dapat memudahkan praktikan untuk
mengamplas dan memoles.
o Pengamplasan dan pemolesan pada intinya bertujuan untuk
menghaluskan permukaan sampel agar saat pengamatan di
bawah mikroskop, cahaya dapat memantul sempurna ke
lensa mikroskop, sehingga pengamatan dapat dilakukan
tanpa kendala.
o Pengetsaan sangat penting sebelum pengamatan di bawah
mikroskop karena pengetsaan membuat batas-batas butir
pada sampel lebih jelas terlihat, sehingga kita dapat
membedakan fasa-fasanya.
2. Percobaan Jominy
o Kekerasaan suatu logam dipengaruhi oleh laju
pendinginannya.
o Semakin menjauhi end quench, kekerasan baja pada uji
Jominy akan berkurang.
o Pada besi, fasa martensite merupakan fasa yang paling keras.
45