Upload
prisani-widjayati
View
121
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
L a p o r a n A k h i r P K L | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan judul yang akan dibahas pada laporan akhir ini. Untuk itu,
bab ini akan membahas latar belakang yang digunakan dalam pengambilan tema
dan judul laopran akhir. Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan maksud dan
tujuan serta manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan
dijelaskan menggunakan tiga kerangka konsep yang menjadi acuan analisis
laporan akhir. Terkahir, akan dijelaskan mengenai waktu dan tempat, rencana
kegiatan dan indikator keberhasilan kegiatan PKL beserta sistematika penulisan
laporan akhir kegiatan PKL.
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai Negara yang besar dan luas pertumbuhan penduduk di Indonesia
tidak dapat dianggap remeh. Jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah
setiap tahunnya, hal ini akan seiring sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
setiap penduduk akan sandang, pangan, dan papan. Segala kebutuhan ini menjadi
kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Dimulai dari kebutuhan sandang, dimana
setiap penduduk atau manusia pasti memerlukannya sebagai pelindung tubuh,
kemudian pangan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, dan papan dimana
setiap penduduk atau manusia pasti akan membutuhkan papan atau tempat tinggal
sebagai tempat berteduh, berlindung, dan berkumpul dengan keluarga masing.
Peningkatan akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok ini, dipandang
sebagai kesempatan bagi beberapa pihak untuk mengambil keuntungan dengan
latar belakang upaya penyediaan sarana pemenuhan kebutuhan pokok yang
dibutuhkan oleh seluruh penduduk yang ada di Indonesia. Banyaknya kebutuhan
tempat tinggal yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang terus
bertambah, menjadi dorongan bagi perusahaan-perusahaan properti untuk
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal tersebut. Sebagai perusahaan komersil
yang terus berupaya mencari keuntungan, tentu saja perusahaan properti tidak
akan hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dalam hal papan saja.
L a p o r a n A k h i r P K L | 2
Seiring kebutuhan papan yang sudah mulai bisa dipenuhi oleh perusahaan
properti, maka perusahaan-perusahaan properti ini terus mengembangkan
usahanya dengan menyediakan kebutuhan pokok lainnya seperti sandang dan
pangan yang bisa saling terhubung dengan kebutuhan papan.
Umumnya perusahaan properti yang besar, membangun satu kawasan
yang akan memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Dimana didalamnya terdapat
tempat tinggal berupa rumah ataupun apartemen, pusat perbelanjaan sebagai
pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan, bahkan sampai penyediaan business
area sebagai tempat untuk menghasilkan pendapatan.
Kebutuhan pokok masyarakat yang perlahan mulai dipenuhi oleh
perusahaan properti, pada perjalananannya, juga akan mengalami pergeseran dari
upaya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat menjadi upaya pemenuhan
keinginan masyarakat. Sebab, ketika kebutuhan pokok seseorang sudah terpenuhi
maka seseorang tersebut akan berusaha memenuhi apa yang mereka inginkan
diluar kebutuhan pokok ataupun didalam kebutuhan pokok itu sendiri. Pemenuhan
keinginan masyarakat ini juga akan terus meningkat dari standar paling rendah
sampai dengan standar paling tinggi. Kodrat manusia atau masyarakat yang tidak
akan pernah puas dengan apa yang dimiliki, merupakan salah satu fenomena
sosial kebutuhan dan keinginan masyarakat yang harus dipenuhi oleh perusahaan
properti sebagai agen penyedia kebutuhan masyarakat.
Ditengah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
terus meningkat ini, perusahaan-perusahaan properti yang ada pada saat ini akan
juga berhadapan dengan masalah-masalah utama pembangunan kebutuhan pokok
masyarakat terutama dibidang ekonomi. Ketidakpastian akan sistem dan
perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia menjadikan ini sebagai
masalah yang cukup rumit bagi perusahaan-perusahaan properti. Dimana
perusahaan-perusahaan ini harus terus memenuhi kebutuhan masyarakat seperti
rumah, apartemen, pusat perbelanjaan, kantor dan lain-lain yang disesuaikan
dengan standar keinginan masyarakat yang terus meningkat sejalan dengan
ketidakpastian perekonomian Indonesia yang sering berubah-ubah.
L a p o r a n A k h i r P K L | 3
Sebagai upaya penyelesaian fenomena dan permasalahan yang dihadapi
perusahaan properti terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
ketidakpastian ekonomi. Maka, diperlukan langkah yang tepat dan cermat untuk
memecahkannya. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan riset terhadap
kebutuhan yang benar-benar diinginkan oleh masyarakat dan meriset bagaimana
perkembangan persaingan dengan perusahaan properti lain agar tidak tertinggal
dengan menyesuaikan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung.
Riset diperlukan sebuah perusahaan, khususnya perusahaan properti untuk
meminimalisir kemungkinan terburuk akibat ketidakpastian ekonomi, kebutuhan
masyarakat yang meningkat dan persaingan antar perusahaan properti yang
semakin berat akibat perkembangan jaman, selera konsumen yang berubah-ubah,
pesaing yang merubah strategi pemasaran, dan harga yang tiba-tiba bisa berubah.
Dalam hal ini, riset dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang
benar-benar diinginkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, kemudian
menyediakan informasi tentang perkembangan pemasaran produk yang telah
diluncurkan baik produk perusahaan kompetitor maupun perusahaan itu sendiri.
Riset ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atau informasi yang relevan
tentang segala yang dibutuhkan oleh perusahaan properti untuk terus bertahan
dalam industri ini. Riset sendiri terdiri dari berbagai macam jenis yang
disesuaikan dengan segmentasi pasar atau produk yang akan dikembangkan,
seperti riset kepuasan pelanggan, riset tentang apa yang dibutuhkan masyarakat,
riset tentang produk-produk pesaing, dan lain-lain.
Agar bisa menghasilkan produk yang baik dalam bentuk inovasi baru yang
dapat meningkatkan kinerja dan perkembangan perusahaan, maka riset ini harus
melalui berbagai tahap dalam pelaksanaannya. Pertama, untuk memulai sebuah
riset maka sebelumnya harus menemukan masalah dan sasaran riset yang akan
dilakukan agar tidak terlalu luas dan sempit. Kedua, masalah dan sasaran yang
sudah ditemui ini harus dikembangkan menjadi rencana riset agar lebih efisien
dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Ketiga, setelah melakukan riset,
maka informasi-informasi tersebut segera dikumpulkan dengan mengumpulkan
data yang telah tersedia. Keempat, informasi yang telah didapat dari data yang ada
L a p o r a n A k h i r P K L | 4
akan dianalisis untuk menyaring data-data temuan yang benar-benar bermanfaat
menggunakan tabulasi data, rata-rata hitungan variabel dan lain-lain. Kelima,
setelah dapat dianalisis dengan baik makan penemuan informasi ini harus
disajikan secara relevan dan jelas sesuai dengan kondisi yang ada.
Riset ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bisa mendapatkan
informasi yang tepat dan bermafaat bagi perusahaan properti yang sedang
berjalan. Sehingga dengan begitu akan meningkatkan perkembangan produk
perusahaan properti yang sudah berjalan maupun yang akan berjalan. Sebab, riset
sendiri memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Riset
akan menjadi berguna ketika mendapatkan informasi atau data yang sesuai dengan
kondisi yang terjadi dilapangan, tetapi riset akan menjadi sangat tidak berguna
ketika riset tersebut gagal akibat data yang tidak akurat akibat kesalahan target
riset, perencanaan riset dan lain-lain yang berdampak pada sia-sia nya
pengeluaran budget untuk riset perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas, salah satu perusahaan besar yang
memiliki divisi riset didalam struktur organisasinya adalah perusahaan properti
PT Summarecon Agung, Tbk. Perusahaan ini memiliki divisi riset internal yang
masuk kedalam Operational Support Department PT Summarecon Agung, Tbk.
Divisi riset ini melakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap
produk-produk properti yang dimiliki oleh perusahaan ini.
B. Maksud dan Tujuan PKL
Latar belakang diatas menjelaskan bahwa riset menjadi suatu hal yang
sangat penting untuk mengikuti perkembangan dan memenuhi kebutuhan akan
keinginan masyarakat yang terus berubah dan meningkat setiap waktunya.
Diperlukan sebuah divisi atau bagian khusus yang dapat menjalankan sistem ini
sebab, riset sebuah perusahaan harus dirancang sebaik mungkin agar tepat
sasaran. Untuk pada akhirnya mendapatkan data dan informasi sesuai dengan
yang dibutuhkan dan relevan dengan kenyataan di lapangan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan PKL yang dilakukan
kali ini berkaitan dengan bagaimana peranan sebuah tim riset dalam
L a p o r a n A k h i r P K L | 5
pengembangan produk, khususnya perusahaan properti. Sehingga kegiatan PKL
kali ini akan dimaksudkan untuk mengetahui :
1. Bagaimana sistem kerja tim riset dalam sebuah perusahaan properti?
2. Bagaimana peran dan strategi tim riset perusahaan properti dalam
mengembangkan usaha atau produk perusahaan properti?
Berdasarkan latar belakang dan maksud dari permasalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka kegiatan PKL ini memiliki beberapa tujuan
diantaranya;
1. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Mata Kuliah
Praktek Kerja Lapangan sebagai Mahasiswa Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
2. Mengetahui bagaimana sistem kerja tim riset dalam sebuah
perusahaan properti. Dalam hal ini, yang menjadi acuan sistem
kerja tim risetnya adalah salah satu perusahaan properti besar yang
ada di Indonesia, yaitu PT Summarecon Agung, Tbk.
3. Melihat bagaimana peranan tim riset PT Summarecon Agung, Tbk
dalam pelaksanaan riset audit internal produk perusahaan yang
akan meningkatkan kinerja perusahaan ini sendiri.
4. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama berada dibangku
perkuliahan secara nyata di lingkungan kerja yang sesungguhnya,
khususnya mata kuliah Sosiologi Organisasi, Evaluasi
Pembangunan, Metode Penelitian Sosial, dan Statistik.
5. Mendapatkan pengalaman dan tambahan pengetahuan tentang
kegiatan yang akan dilakukan selama pelaksanaan PKL di PT
Summarecon Agung, Tbk
C. Manfaat Pelaksanaan PKL
Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, manfaat kegiatan PKL ini dibagi
menjadi 2 aspek yaitu, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritisnya
L a p o r a n A k h i r P K L | 6
adalah melalui kegiatan PKL ini, saya sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta dapat mengaplikasikan materi
perkuliahan yang selama ini didapat dalam proses perkuliahan, agar mengetahui
praktek dilingkungan kerja sesungguhnya. Adapun untuk manfaat praktis yang
kan didapat dari kegiatan PKL ini adalah dapat Mempelajari tahapan-tahapan
kerja yang dilakukan oleh Divisi Riset Operational Support Department dalam
proses pelaksanaan penelitian sebuah produk properti. Selain itu juga dapat
mempelajari peranan divisi riset pada Operational Support Department dalam
pengembangan produk properti yang dikelola oleh PT Summarecon Agung, yang
kemudian akan di kaitkan secara sosiologis.
D. Kerangka Konsep
1. Metode Penelitian Pembangunan Sosial
Meneliti sekumpulan masyarakat bukanlah hal yang mudah.
Diperlukan berbagi upaya dan cara untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan kenyataan yang dialami oleh masyarakat. Oleh karena itu, metode
penelitian pembangunan sosial hadir sebagai salah satu upaya dalam
metdo penelitian tentang masyarakat yang dilakukan melalui evaluasi
program yang telah berjalan. Upaya untuk mengumpulkan setiap informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat sangat berkaitan dengan teknik
pengumpulan data yang masuk kedalam metode penelitian sosial.
Umumnya, penelitian sosial membagi metode penelitiannya kedalam
metode kualitatif, kuantitatif ataupun menggabungkan keduanya dalam
melakukan penelitian sosial. Ketiganya merupakan pedoman untuk
menentukan instrumen penelitian seperti apa yang sesuai dengan kondisi
masyarakat yang akan di teliti. Berdasarkan pada metode penelitian
kualitiatif dan kuantitatif tersebut, Neuman (2004: 41-43) membagi aspek
penelitian sosial kedalam tiga pendekatan, diantaranya adalah pendekatan
positivis, pendekatan interpretatif, dan pendekatan kritik.
L a p o r a n A k h i r P K L | 7
Diantara ketiga pendekatan tersebut, pendekatan positivis menjadi
salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam metode penelitian
kuantitatif. Pendekatan positivis merupakan;
Pendekatan yang melihat bahwa pada dasarnya penelitian sosial
sama dengan penelitian hukum alam. Dimana realitas sosial
dianggap sebagai fakta sosial objektif yang membebaskan peneliti
untuk memprediksi apa yang akan terjadi (bebas nilai) berdasarkan
uji statistic. Sehingga, peniliti dapat melakukan antisipasi
berdasarkan nilai uji statistik tersebut.
Pendekatan ini melihat fakta sosial yang objektif berdasarkan
keinginan rasional pribadi tiap-tiap individu berdasarkan pengaruh
internal ataupun eksternal.
Peran common sense sangat jelas dibedakan
Pendekatan ini bisa menggunakan penelitian secara induktif
maupun deduktif. Namun umumnya menggunaka penelitian secara
deduktif untuk menentukan langkah yang tepat untuk menghadapi
situasi sosial
Pendekatan ini bersifat nomomethic, yaitu melihat sebuah analisis
yang logis merupakan penjelasan yang berlandaskan hukum dan
fakta
Hasil uji yang tepat akan menjadikan pendekatan ini dapat
digunakan lagi oleh peneliti lain
Penelitian sosial dilakukan untuk mendapatkan fakta sosial tentang apa
yang dialami dan dihadapi oleh seorang individu. Untuk itu menentukan
kriteria responden yang tepat menjadi satu hal penting dalam melakukan
penelitian sosial. Responden haruslah individu yang mengetahui seluk
beluk lingkungan atau objek yang akan diteliti. Sebab, persepsi responden
akan berpengaruh pada jawaban yang akan diberikan. Keberadaan
responden haruslah yang mudah ditemui agar tidak menyulitkan peneliti
untuk melakukan penelitian. Selain itu populasi juga harus sesuai dengan
representasi awal objek penelitian.
L a p o r a n A k h i r P K L | 8
Ketika kriteris responden telah ditentukan sesuai dengan instrument
penelitian, maka yang penelitian dapat dilakukan melalui beberapa tahapan
pengumpulan data, diantaranya;
Bagan 1. 1
Tahapan Proses Penelitian
Sumber: Basic Of Social Research: Qualitative and Quantitative
Approaches, 2007
Berdasarkan bagan tahapan proses penelitian diatas, maka dapat
dijabarkan bahwa tahapan pengumpulan data untuk kebutuhan penelitian
dapat dilakukan melalui tujuh tahapan, yaitu;
1. Menentukan topik, dilakukan untuk mendapatkan topik secara
umum berdasarkan objek yang akan diteliti yang dilihat dari issue
yang sedang berkembang.
L a p o r a n A k h i r P K L | 9
2. Fokus pertanyaan, setelah mendapatkan topik penelitian secara
umum, maka yang dilakukan adalah membuat pertanyaan
penelitian yang disesuaikan dengan kondisi objek yang akan diteliti
3. Desain penelitian, ketika sudah mengetahui fokus penelitian apa
yang akan dilakukan oleh seorang peneliti, maka dapat ditentukan
desain penelitian seperti apa yang dapat digunakan untuk
melakukan penelitian.
4. Pengumpulan data, hal ini menjadi penting untuk mendapatkan
jawaban yang sesuai dengan tujuan dan fokus pertanyaan yang
telah disusun sebelumnya
5. Analisis data, data yang terkumpul kemudian harus dianalisis
sesuai dengan jawaban hasil penelitian
6. Interpretasi data, data yang telah di analisis berdasarkan data yang
telah terkumpul, akan di interpretasikan berdasarkan hasil analisis
pernyataan dan menggabungkan setiap data yang terkumpul untuk
mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian
7. Laporan penelitian, yang diharapkan dari proses penelitian sosial
adalah hasil akhir dari proses itu sendiri, ketika semua data
terkumpul dan terintepretasikan dengan baik maka, hasil penelitian
tersebut, akan dituangkan dalam bentuk laporan penelitian sosial.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan satu atau beberapa
cara. Salah satunya adalah penelitian sosial melalui teknik survey
(Neuman, 2003:20). Teknik penelitian semacam ini umumnya dilakukan
dengan konstruksi kuesioner dengan cara wawancara, ataupun merekam
jawaban responden. Konstruksi ini menyajikan sejumlah pertanyaan
tertutup yang mudah dimengerti dan dapat dianalisis secara kuantitatif
sesuai kebutuhan. Instrument penelitian menjadi unsur paling penting
dalam melakukan penelitian sosial. Dalam membuat kuesioner, peneliti
harus memahami berbagai aspek yang akan ditanyakan kepada responden
seperti perilaku, sikap/kepercayaan/opini, karakteristik,
L a p o r a n A k h i r P K L | 10
harapan/ekspektasi/klasifikasi diri dan pengetahuan. Pertanyaan didalam
kuesioner tidak hanya berupa pertanyaan tertutup. Tidak menutup
kemungkinan terdapat pertanyaan terbuka dalam sebuah kuesioner atau
campuran keduanya.
Data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data individual dan data
kultural. Data individual adalah data tentang atribut individual di dalam
populasi. Sedangkan data kultural adalah data yang membutuhkan
penilaian ahli karena data ini berbicara tentang proses sosial yang terjadi
disetiap kelompok masyarakat. Data invidual membutuhkan teknik
penarikan sampel probabilitas, sedangkan data kultural membutuhkan
teknik penarikan sampel non probabilita. Untuk menentukan teknik
penarikan sampel, harus disesuaikan dengan tujuan awal penelitian agar
keterwakilan jawaban dapat diperoleh secara akurat.
Pada teknik penarikan sampel probabilita, umumnya semua anggota
mendapat kesempatan yang sama untuk ditarik sebagai sampel. Terdapat
empat jenis teknik penarikan sampel probabilita, yaitu, sampel acak
sederhana (simple random sampling), sampel acak sistematis (systematic
random sampling), acak stratifikasi (stratified random sampling), dan
cluster sampling (Neuman, 2004: 148-164).
2. Budaya Organisasi
Setiap organisasi memiliki cara dan sistem yang berbeda dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya. Ada elemen penting dalam sebuah
organisasi yang mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Elemen
tersebut disebut dengan budaya organisasi. Budaya organisasi adalah
mendefinisikan budaya organisasi dengan suatu sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut
dengan organisasi lain (Robbins, 1996;289).
Analisa terhadap budaya organisasi tidak dapat dinilai berdasarkan
baik ataupun buruk, melainkan kuat atau lemahnya budaya organisasi
tersebut mempengaruhi sistem kerja anggota organisasinya. Untuk itu
L a p o r a n A k h i r P K L | 11
budaya organisasi hanya dapat dianalisis menggunakan metode deskriptif
yang dilihat berdasarkan kebiasan yang dilakukan oleh anggota organisasi
dalam menjalankan pekerjaannya. Budaya organisasi diidentifikasi
menjadi budaya dominan, sub budaya.
Setiap organisasi pasti memiliki budaya organisasinya sendiri.
Namun,tidak berarti satu organisasi hanya memiliki satu budaya organisasi
saja. Budaya organisasi dibagi menjadi dua, yaitu budaya organisasi kuat
(weak culture) dan budaya organisasi kuat (strong culture) (Robbins,
1996: 292). Budaya organisasi kuat yaitu budaya dimana nilai-nilai inti
organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas
anggota organisasi, budaya organisasi ini yang dipertahankan oleh
manajemen dan diterima oleh anggota, hanya sedikit sub culture yang
masuk dan turnover anggota rendah. (Wibowo, 2013:12) dalam strong
culture nilai-nilai inti organisasi menjadi pegangan yang sangat kuat dan
secara luas dibagikan. Strong culture menunjukkan persetujuan tinggi
diantara anggota tentang untuk apa suatu organisasi itu ada. Faktor-faktor
yang menentukan kekuatan budaya organisasi adalah kebersamaan dan
intensitas. ciri-ciri budaya organisasi kuat, yaitu :
o Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi
o Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan
digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan
oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang
bekerja menjadi sangat kohesif.
o Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan,
tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari
secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.
o Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan
organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam
tingkat pahlawan
o Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang
mewah.
L a p o r a n A k h i r P K L | 12
o Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita
kehebatan
Sedangkan budaya organisasi lemah (weak culture) ialah budaya
organisasi yang dipertahankan oleh manajemen, tetapi tidak dipahami atau
tidak disetujui oleh jenjang dibawahnya, menimbulkan banyak sub culture,
turnover anggota tinggi. Ciri-ciri budaya organisasi lemah ialah;
o Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu
sama lain.
o Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada
organisasi.
o Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan
kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau
kepentingan diri sendiri.
Selain tipe budaya kuat dan budaya lemah yang diungkapkan oleh
Robbin, tipe budaya lain yang berkaitan dengan keyakinan normatif
berbeda yang dianut oleh sebuah organisasi adalah Constructive, Passive-
defensive, dan Aggressive defensive (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki,
2001:75). Keyakinan normatif merupakan pemikiran dan keyakinan
individu tentang bagaimana anggota kelompok tertentu dalam organisasi
diharapkan mendekati pekerjaannya dan berinteraksi dengan orang lain
(Wibowo, 2013:30). Satu diantara ketiga tipe budaya normatif yang
menjadi fokus ialah, Constructive culture yaitu budaya di mana pekerja
didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada tugas dan
proyek dengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung
keyakinan normatif terkait dengan prestasi, aktualisasi diri, dorongan
kemanusiaan, dan afiliasi.
Geert Hofstede juga membagi karakteristik budaya dalam lima
dimensi, yaitu sebagai berikut (Stephen P. Robbins, 2003:68), Power
L a p o r a n A k h i r P K L | 13
distance, Individualism versus collectivism, Quantity of life versus quantity
of life, Uncertainty avoidance, dan Long term versus short term. Long
term versus short term organisasi adalah organisasi yang berorientasi
jangka panjang dimana organisasi merupakan atribut budaya nasional yang
menekankan pada masa depan, sifat hemat dan ketekunan. Adapun
orientasi jangka pendek menekankan pada masa lalu dan sekarang,
menghormati tradisi, dan memenuhi kewajiban sosial (Wibowo, 2013:35-
36)
ipe Sederhana Kompleks (Rumit)
3. Evaluasi Penelusuran Kebutuhan (Need Asessment)
Evaluasi need assessment adalah salah satu alat evaluasi yang
digunakan untuk merencanakan sebuah program yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu atau masyarakat. Need assessment bertujuan untuk
mengevaluasi kapasitas sebuah program yang telah berjalan, untuk
mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh individu, sehingga dapat
menjalankan program sesuai sistem yang telah dibentuk oleh beberapa
komponen (WHO, 2000:7). Secara garis besar tujuan melakukan evaluasi
ini juga dilakukan untuk;
Mendiskusikan penilaian kebutuhan apa yang perlu dilakukan
dan mengapa melakukan hal tersebut
Penjelasan langkah-langkah penelusuran kebutuhan
Menampilkan karakteristik masyarakat
Memilih metode yang tepat untuk melakukan pengumpulan
data
Mengerti menggunakan pertanyaan dengan tepat
Identifikasi cara menganalisis dan mengatur data
Mendata keuntungan melakukan penelusuran kebutuhan
Dalam melakukan sebuah evaluasi need assessment akan sangat
penting untuk mengetahui bagaimana dan apa saja hal-hal yang benar-
L a p o r a n A k h i r P K L | 14
benar dibutuhkan oleh individu demi keberlangsungan program tersebut.
Dewit dan Rush (1996) membagi hal-hal penting yang sangat dibutuhkan
saat akan menjalankan evaluasi ini, empat pertanyaan tersebut ialah;
- Siapa saja yang akan menjadi target pada evaluasi ini
- Apa saja yang kebutuhan yang benar-benar diperlukan oleh
target tersebut
- Kebutuhan seperti apa yang benar-benar dibutuhkan oleh target
- Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
program yang telah berjalan
Untuk menghasilkan hasil evaluasi need assessment yang tepat, maka,
diperlukan langkah-langkah dalam menentukan tim perencanaan yang
sesuai untuk melakukan evaluasi ini, seperti membangun tim,
menetapkan tujuan dan pelaksanaan evaluasi. Untuk membuat sebuah tim
perencanaan yang efektif maka diperlukan sumber daya yang memadai,
diantaranya;
Waktu: waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
kegiatan
Uang: besaran dana yang dihitung dari luasan daerah, cakupan
pekerjaan, perlengkapan, sumber daya manusia yang perlu
dibayar dan lain-lain
Jumlah individu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
Fokus penelitian evaluasi
Keahlian penelitian: jumlah tenaga ahli yang dilibatkan sesuai
kompetensi yang dibutuhkan
Dalam menetapkan tujuan, seorang evaluator harus mampu melakukan
identifikasi tentang apa yang diinginkan dan tingkatan pengetahuan atau
skill apa yang perlu dimiliki oleh setiap anggota tim. Untuk itu secara
internal perlu dilakukan identifikasi tentang kurangnya keahlian dari
anggota tim, sehingga dapat merekrut anggota lain yang lebih kapabel.
L a p o r a n A k h i r P K L | 15
Selain itu, baru kemudian menentukan solusi apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasi sumber daya manusianya. Faktor yang diidentifikasi
dalam penelusuran kebutuhan ialah;
Modal manusia
Modal sosial
Modal lingkungan
Modal ekonomi
Modal budaya
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi definisi kebutuhan,
yaitu;
Standard hidup yang berbeda ditiap wilayah
Lingkungan sosial politik yang mempengaruhi sikap dan
karakter masyarakat
Ketersediaan sumber daya dan eksistensi teknologi yang
banyak dan tepat guna
Jenis-jenis kebutuhan dibagi menjadi dua (WHO, 2000:19-22), yaitu;
Perceived needs, tentang apa yang orang pikir mereka
butuhkan
Normative needs, standard kebutuhan yang ditetapkan oleh
kebiasaan, otoritas, dan konsensus umum
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini akan dilaksanakan di PT Summarecon Agung yang
berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No.42 Kelurahan Kayu Putih, Pulo
Gadung Jakarta Timur 13210. Pelaksanaan kegiatan PKL ini berlangsung selama
± 2,5 bulan, terhitung mulai akhir bulan Agustus 2014 sampai dengan pertengahan
bulan November 2014.
F. Rencana Kegiatan PKL
Sebelum melaksanakan PKL di PT Summarecon Agung, Tbk, penulis
telah menyusun beberapa rencana kerja yang akan dilakukan selama melakukan
L a p o r a n A k h i r P K L | 16
kegiatan PKL di perusahaan ini. Rencana kerja ini akan menjadi acuan untuk
melakukan kegiatan PKL selama berada di PT Summarecon Agung, Tbk. Dengan
adanya rencana kerja PKL ini, penulis diharapkan akan menjalankan kegiatan
PKL secara optimal sesuai dengan rencana kegiatan PKL yang telah disusun
sebelumnya. Sebagai upaya untuk memudahkan rencana kegiatan yang akan
dilakukan selama PKL, maka penulis telah menyusun matriks rencana kerja PKL,
sebagai berikut;
Tabel 1. 1
Matriks Rencana Kerja Praktek Kerja Lapangan
2014
No. Rencana Kerja
Sept 201
4
Oktober 2014 November 2014 Desember 2014
IV I II III IV V 1 II III IV I II III IV1. Orientasi Kerja
2.
Pengenalan
Tempat Magang
3.
Konsultasi
dengan Dosen
Pembimbing
4.
Pelaksanaan
Magang
5.
Pencarian Data
untuk Laporan
Akhir
6.
Penyusunan
Laporan
7. Revisi Laporan
8.
Laporan Akhir
dan Presentasi
L a p o r a n A k h i r P K L | 17
G. Indikator Keberhasilan PKL
Sebagai upaya untuk memenuhi rencana kerja yang telah disusun diatas,
maka penulis juga menyusun beberapa indikator keberhasilan kerja selama
kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini berlangsung. Indikator ini diharapkan
dapat memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana dan program
kerja yang telah disusun sebelumnya. Sehingga, diharapkan penulis dapat
mencapai indikator keberhasilan yang telah disusun dalam rencana kerja
sebelumnya. Indikator kerja ini diperlukan untuk mengetahui apakah penulis telah
menyelesaikan setiap tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh PT Summarecon
Agung, Tbk dengan sebaik-baiknya, dan dengan begitu penulis juga akan dapat
memenuhi kewajiban yang diberikan dari kampus untuk menyusun,
mengumpulkan dan mempresentasikan laporan akhir Praktek Kerja Lapangan.
Berikut adalah Indikator Keberhasilan Kerja yang telah disusun oleh penulis;
Tabel 1. 2
Matriks Indikator Keberhasilan
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2014
No Rencana Kerja Output1 Orientasi Kerja Mengenal rekan kerja maupun struktur organisasi
yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk Mengetaui budaya kerja di PT Summarecon
Agung, Tbk Mendapatkan Job Description
2 Pengenalan Tempat Magang Mengenal bagian Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk
Mengenal lebih lanjut tentang bagaimana tatanan dan mekanisme koordinasi bagian Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk
Mengenal lebih dalam tentang divisi riset dalam Operational Support Department PT Summarecon
L a p o r a n A k h i r P K L | 18
Agung, Tbk3 Pelaksanaan Magang Mengetaui cara kerja koordinasi Divis Riset
Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk
4 Pencarian Data Untuk Laporan Akhir
Mengidentifikasi cara maupun mekanisme yang ditempuh koordinasi Divisi Riset Operational Support Department yang terdapat di PT Summarecon Agung, Tbk dalam melakukan penelitian
5 Penyusunan Laporan Menambah kemampuan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Mendapatkan penilaian akhir untuk mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL)
6 Revisi Laporan Mendapatkan perbaikan laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL) dari pembimbing guna menambah kemampuan dalam penulisan laporan penelitian
H. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan akhir Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, memiliki
susunan sistematika penulisan yang terdiri dari;
BAB I: pada bagian ini berisi tentang latar belakang permasalahan yang
akan diangkat pada penulisan laporan akhir kegiatan PKL ini. Selanjutnya,
bab ini diisi dengan maksud dan tujuan PKL, dimana didalamnya
terdapat rumusan masalah tentang fenomena apa yang akan diangkat
dalam laporan akhir ini, serta tujuan dari pelaksanaan PKL. Setelah itu,
terdapat manfaat yang akan diperoleh dari penyusanan laporan akhir PKL
ini. Kemudian penulis juga memasukkan kerangka konsep yang akan
berelevansi dengan topik yang akan diangkat. Waktu dan tempat juga
menjadi bagian dari bab ini. Terakhir dimasukkan juga rencana kegiatan
dan indikator keberhasilan PKL sebagai bentuk acuan selama melaksanaan
kegiatan PKL.
BAB II: bagian ini akan membahas, tentang tinjauan umum tempat
pelaksanaan PKL yang berisi tentang sejarah perusahaan yang terdiri dari
L a p o r a n A k h i r P K L | 19
aspek historis dan visi misi perusahaan, serta terakhir berisi tentang
struktur organisasi perusahaan.
BAB III: di bab ini akan membahas tentang aktivitas sehari-hari yang
dilaksanakan selama kegiatan magang berlangsung. Berisi tentang
penjabaran lebih rinci apa saja kegiatan yang dilakukan.
BAB IV: berisi tentang penjelasan atas jawaban rumusan masalah dan
tujuan PKL menggunakan analisis sosiologis.
BAB V: bab ini akan memberikan kesimpulan yang menjawab rumusan
masalah yang telah disusun sebelumnya. Dan saran sebagai bentuk
rekomendasi terhadap apa yang telah dijalankan selama kegiatan magang
berlangsung.
L a p o r a n A k h i r P K L | 20
BAB II
PROFIL PT SUMMARECON AGUNG, Tbk
Sebagai perusahaan yang dijadikan tempat untuk menjalankan kegiatan
PKL, tentu saja profil sebuah perusahaan akan menjadi pentign untuk dibahas.
Untuk itu, dalam bab ini akan dijabarkan aspek historis PT Summarecon Agung,
Tbk sebagai perusahaan tempat pelaksanaan PKL berserta visi dan misi yang
dianut. Selain itu juga akan lebih spesifik membahas tentang kegiatan umum
divisi riset yang ada didalam perusahaan ini, beserta dengan pembagian kerja,
lingkup kerja, kegiatan umum, sistem kerja dan kelebihan dan kekurang divisi ini.
A. Aspek Historis PT Summarecon Agung, Tbk
PT Summarecon Agung Tbk (“Summarecon”) didirikan pada tahun 1975
oleh Bapak Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya untuk membangun dan
mengembangkan real estate. Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di
kawasan rawa-rawa di daerah Kelapa Gading, para pendiri perusahaan berhasil
mengubah kawasan tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling
bergengsi di Jakarta. Dan seiring dengan berjalannya waktu, Summarecon berhasil
membangun reputasi sebagai salah satu pengembang properti terkemuka di
Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal
dengan ‘township’.
Summarecon membangun kota terpadu yang mengintegrasikan
pengembangan perumahan dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang
beragam dan lengkap bagi para penghuninya. Dalam tiga dasawarsa terakhir,
Summarecon telah mengembangkan kemampuan disegala bidang real estate:
meliputi pengembangan, arsitek, teknik, manajemen proyek dan konstruksi,
perencanaan tata kota, infrastruktur, teknik desain yang berkelanjutan, manajemen
kota terpadu, dan manajemen properti ke dalam pengembangan kota terpadu
kami.
L a p o r a n A k h i r P K L | 21
Kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, karyawan yang berdedikasi dan
komitmen kepada pelanggan serta pemasok, Summarecon dikenal atas
keandalannya, keahliannya dan kemampuannya dalam melaksanakan dan
menyelesaikan proyek pengembangan properti di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Unit bisnis Summarecon saat ini dikelompokkan berdasarkan tiga aktivitas yang
berbeda, yaitu:
a) Pengembangan Properti
PT Summarecon Agung Tbk membangun proyek-proyek properti untuk
dijual seperti rumah, kavling perumahan, apartemen dan ruko komersial.
Proyek-proyek tersebut lengkap dengan berbagai fasilitas pendidikan,
olahraga, sarana ibadah dan fasilitas kesehatan sehingga menjadi sebuah
kawasan pemukiman dan komersial yang lengkap dengan fasilitasnya. PT
Summarecon Agung Tbk memiliki 3 proyek kota terpadu yaitu kawasan
Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong dan Summarecon
Bekasi.
b) Investasi dan Manajemen Properti
PT Summarecon Agung Tbk membangun proyek-proyek untuk dikelola
dan disewakan, khususnya pusat perbelanjaan. Adanya pendapatan sewa
dari pusat-pusat perbelanjaan dan property lainnya memberikan
pendapatan yang stabil bagi PT Summarecon Agung Tbk. Hingga saat ini,
PT Summarecon Agung Tbk memiliki 300.000 m2 pusat perbelanjaan di
Sentra Kelapa Gading dan Sentra Gading Serpong.
c) Rekreasi dan Hospitality, dan Lainnya
PT Summarecon Agung Tbk membangun unit bisnis rekreasi dan
hospitality yang bersifat sebagai fasilitas pelengkap yang penting bagi kota
terpadu.
Sebagai pendiri pertama pengembangan kawasan Kelapa Gading di tahun
1975 PT Summarecon Agung Tbk memulai dengan nama Kelapa Gading Permai.
Seiring perkembangannya, Kelapa Gading (SKG) berkembang menjadi kota
satelit dengan luas mencapai 500 Ha dengan fasilitas yang lengkap mulai dari
L a p o r a n A k h i r P K L | 22
perumahan, pusat perbelanjaan, pusat gaya hidup, pusat olah raga, tempat
rekreasi, tempat ibadah, sekolah dan perkantoran. Jumlah penduduk yang
menempati kawasan ini pun berkembang hingga mencapai 350.000 jiwa.
Tahun 1990, perseroan melihat potensi pertumbuhan yang tinggi
khususnya di sektor properti Indonesia dan mulai menggabungkan unit-unit
usahanya dan selanjutnya mencatatkan perusahaannya di Bursa Efek Jakarta {kini
Bursa Efek Indonesia (BEI)}. Tahun 1992, perusahaan membentuk kerja sama
strategis dengan Grup Keris dalam pengembangan kawasan seluas 1.500 Ha di
Tangerang, untuk dijadikan area perumahan bernama Gading Serpong. Kawasan
Gading Serpong ini terdiri dari area bagi 7.000 perumahan, ruko dan lapangan
golf 18 hole, Gading Raya Golf & Klub.
Dalam menyiasati fluktuasi siklus penjualan di sektor properti,
Summarecon telah membangun dan menjalani beberapa investasi propertinya,
seperti : Mal Kelapa Gading dan Gading Food City, Klub Kelapa Gading, The
Summerville apartment service, Summarecon Plaza, Bursa Mobil I, II & III (show
room otomotif). SKG berkembang menjadi kota satelit yang diminati sebagai
tempat tinggal dan niaga, sebab SKG merupakan salah satu kawasan hunian dan
niaga favorit di Jakarta dengan tingkat pertumbuhan yang pesat baik dari segi
jumlah penghuni maupun harga unit properti. Hal ini tidak terlepas dari fasilitas
yang serba lengkap dengan akses yang mudah dijangkau. Selain itu, inovasi-
inovasi produk yang secara aktif dikembangkan oleh SMRA juga menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk terus berdatangan baik untuk tinggal maupun hanya
untuk berekreasi.
Kawasan niaga di Kelapa Gading mempunyai perputaran uang yang cukup
tinggi sehingga investasi properti di Kelapa Gading cukup menguntungkan,
dengan kenaikan harga tanah yang cukup tinggi. Pada Tahun 2003, harga tanah di
kawasan ini berkisar antara Rp3,5-6 juta/ m², kini harganya mencapai Rp 11,5
juta, termasuk yang tertinggi di Jakarta. Tak heran banyak pengembang properti
yang ikut bermain di wilayah ini mengikuti kesuksesan SMRA.
Selain kawasan Kelapa Gading, Summarecon juga menjadikan kawasan
Serpong sebagai motor pertumbuhan perusahaan berikutnya. Summarecon
L a p o r a n A k h i r P K L | 23
mengembangkan bisnis properti di kawasan Serpong, di sebelah barat Jakarta
yang berjarak 25km dari pusat Jakarta. Tahun 1992, perusahaan membentuk kerja
sama strategis dengan Grup Keris dalam pengembangan kawasan seluas 1.500 Ha
di Tangerang, untuk dijadikan area perumahan bernama Gading Serpong.
Kawasan Gading Serpong ini terdiri dari area bagi 7.000 perumahan, ruko, dan
lapangan golf 18 hole, Gading Raya Golf & Klub. Pada tahun 2004, SMRA dan
Keris Group sepakat untuk membagi kawasan Serpong menjadi 2 unit bisnis,
yaitu Summarecon Serpong (SS) dan Paramount Gading Serpong (Keris Group).
Kawasan pemukiman yang dikelola oleh SMRA ini dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas yang sama dengan SKG seperti pusat perbelanjaan, sekolah, tempat
ibadah, pusat bisnis dan klub olah raga dan diharapkan ke depannya dapat
mengikuti kesuksesan SKG. Kawasan SS tersebut ditargetkan menjadi mesin
pertumbuhan yang baru bagi SMRA dalam 10-20 tahun mendatang.
Produk-produk lain yang dikembangkan PT Summarecon Agung Tbk
antara lain:
Mal seperti Mal kelapa gading, Summarecon mall serpong,
Kavling (tanah yang dijual dan disewakan),
Gading food city,
Gading raya golf course and clubhouse,
Apartemen seperti Apartemen Summerville,
Perumahan,
Sentra kelapa gading serpong,
Gading Raya Sports Club,
Rumah sakit RSIA-Catolus di Summarecon Serpong,
Hotel Harris kelapa gading,
Plaza Summarecon,
DLL
Anak perusahaan PT Summarecon Agung Tbk antara lain:
1. PT Bahagia Makmur Sejati,
2. PT Summarecon Property Development,
3. PT Gading Orchard,
L a p o r a n A k h i r P K L | 24
4. PT Citra Damai Agung,
5. PT Orient City,
6. PT Serpong Citra kreasi,
7. PT Jaya Bangun ABadi,
8. PT Bhakti Karya Vita,
9. PT Mahkota Berlian Indah,
10. PT Bumi Perintis Asri,
11. DLL
B. Visi dan Misi PT Summarecon Agung, Tbk
Visi Summarecon
Menjadi "Crown Jewel" di antara pengembang properti di Indonesia yang
secara berkelanjutan memberikan nilai ekonomi yang optimal kepada pelanggan,
karyawan, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, serta juga
berperan dalam menjaga lingkungan dan menjalankan tanggung jawab sosial.
Misi Summarecon 2010-2015
1. Mengembangkan kawasan Summarecon Kelapa Gading,
Summarecon Serpong Summarecon Bekasi menjadi semakin
lengkap dan bernilai, serta mengembangkan kawasan baru dengan
semangat inovasi
2. Memberikan pelayanan terbaik dan terpadu kepada konsumen
melalui sistem yang tepat dan ditingkatkan secara terus menerus
3. Fokus pada pengembangan dan pengelolaan perumahan, apartemen
dan perbelanjaan yang semakin ramah lingkungan.
4. Bekerjasama dengan partner strategis dengan menerapkan prinsip
tata kelola perusahaan yang baik dan professional
5. Fokus dalam pengembangan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, sejahtera serta sesuai dengan nilai dan budaya
perusahaan.
L a p o r a n A k h i r P K L | 25
6. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan sesuai
target 2010-2015
Nilai-Nilai
1. Melayani pelanggan secara efektif dengan sepenuh hati.
2. Mendukung tumbuh kembangnya kewirausahaan.
3. Memfasilitasi kehidupan yang seimbang
4. Melestarikan nilai-nilai keluarga
5. Memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada masyarakat dan
lingkungan sekitar.
6. Memandu transformasi setiap pelanggan.
C. Kegiatan Umum Divisi Riset Operational Support Department PT
Summarecon Agung, Tbk
Divisi Riset yang berada dibawab naungan Operational Support
Department PT Summarecon Agung, Tbk merupakan salah satu divisi yang
membawahi tiga staff yang memiliki tugas dan kewajiban masing-masing dalam
menjalankan setiap project yang didapatkan oleh divisi riset. Struktur organisasi
divisi riset Operational Support Department PT Summarecon Agung, Tbk adalah
sebagai berikut;
Bagan 2. 1
Struktur Organisasi Divisi Riset Operational Support Department PT
Summarecon Agung, Tbk
L a p o r a n A k h i r P K L | 26
a. Pembagian Kerja Divisi Riset PT Summarecon Agung, Tbk
Pembagian kerja divisi riset PT Summarecon Agung, Tbk masih
bersifat hierarki, dimana klasifikasi asisten manajer divisi riset didasarkan
pada otoritas. Kemudian desain organisasi hirarki yang didasari atas
otoritas ini membentuk hubungan antara peran organisasi dan subunit
dalam bentuk pembagian tugas dan wewenang kepada staff divisi riset
sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawabnya. Tugas dan wewenang
tiap anggota organisasi divisi riset PT Summarecon Agung, Tbk, ialah;
Research Asisstant Manager
Research assitant management sebagai pemegang otoritas
dalam struktur organisasi divisi riset operational support
department PT Summarecon Agung, Tbk memiliki tanggung jawab
untuk mencari ataupun menerima permintaan unit (produk milik
Summarecon) sebagai customer untuk project yang akan
dibutuhkan oleh unit. Tugas utama dari asisten manajer riset adalah
menyiapkan/ merevisi dan berdiskusi dengan operational support
manager dalam hal market brief untuk menemukan dan
menentukan tujuan riset, sehingga mengetahui apa yang
sebenarnya dibutuhkan oleh unit berdasarkan project yang mereka
berikan.
Market brief juga dilakukan agar target responden atau
informan yang diharapkan dari project yang diberikan oleh unit
tepat sasaran. Setelah berhasil mendapatkan apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh unit, maka hasil tersebut diterjemahkan dalam
bentuk instrument penelitian untuk menentukan metode apa yang
akan digunakan. Metode riset bisa dilakukan dengan cara kualitatif
yang berarti akan menggunakan pedoman wawacara dalam
instrument penelitiannya. Sedangkan untuk penggunaan metode
penelitian kuantitatif, maka instrument penelitian yang akan
digunakan adalah kuesioner. Jika, tahapan market brief telah
L a p o r a n A k h i r P K L | 27
dijalankan maka yang selanjutnya dilakukan adalah menyusun
draft kuesioner yang akan diajukan kepada unit untuk kemudian
digunakan selama proses riset. Terkahir, adalah menyusun estimasi
biaya yang disesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan,
SDM yang akan digunakan, tingkat kesulitan riset, estimasi waktu
pengerjaan, dan lain-lain.
Ketika market brief, draft kuesioner dan estimasi biaya
telah disusun, maka tugas asisten manajer riset yang selanjutnya
adalah berkoordinasi dengan unit untuk mendapatkan persetujuan
project dengan membicarakan segala prosedur yang akan
dijalankan dalam project yang diajukan unit termasuk
membicarakan waktu pengerjaan dan estimasi biaya yang akan
dibutuhkan selama menjalankan project yang diberikan oleh unit.
Selain bertanggung jawab atas proses awal penerimaan project dari
unit, asisten manajer riset juga bertanggung jawab untuk membuat/
merevisi laporan project yang telah dianalisis secara statistik baik
yang dikerjakan sendiri ataupun yang dikerjakan oleh junior
analyst. Setelah analisis laporan project telah dibuat dan direvisi,
maka yang selanjutnya dilakukan oleh asisten manajer riset adalah
memeriksa kembali laporan project beserta analisis statistiknya.
Terakhir, asisten manajer riset juga bertanggung jawab pada proses
riset yang paling akhir dengan melakukan serah terima analisis
project ke unit yang biasa dilakukan via email ataupun
mengirimkan hard copy.
Junior Analyst
Apabila unit telah menyetujui seluruh prosedur yang telah
disusun oleh asisten manajer riset. Maka, tugas selanjutnya akan
diserahkan kepada junior analyst. Selain bertugas untuk membantu
asisten manajer riset untuk menjalankan market brief, menyusun
instrument penelitian dan membuat analisis laporan project unit
L a p o r a n A k h i r P K L | 28
beserta statistiknya, junior analyst juga bertanggung jawab untuk
menyiapkan SDM dan dana yang akan dibutuhkan dalam proses
riset. SDM yang disiapkan oleh junior analyst umumnya adalah
surveyor yang akan diterjunkan kelapangan untuk melakukan riset
menggunakan kuesioner atau tenaga perbantuan yang akan
dipekerjakan untuk pengolahan data.
Field Specialist
Field specialist memiliki tanggung jawab untuk melakukan
riset lapangan, setelah segala yang dibutuhkan seperti sasaran
responden, kuesioner, dan surveyor telah terpenuhi. Umumnya
field specialist akan melakukan supervisi terhadap beberapa
sureveyor yang ditugaskan untuk melakukan riset dilapangan baik
secara kuantitatif ataupun kualitatif. Supervisi dilakukan dengan
cara mengarahkan surveyor agar melakukan riset sesuai prosedur
yang telah ditentukan. Dalam hal ini, supervisi akan menjelaskan
point-point pertanyaan yang ada didalam kuesioner kepada
surveyor, agar surveyor lebih memahami pertanyaan yang akan
diajukan kepada responden.
Setelah itu supevisi akan mengawasi kinerja surveyor
selama melakukan riset untuk memastikan bahwa responden yang
dipilih untuk menjawab pertanyaan kuesioner adalah responden
yang tepat. Ketika seluruh data kuesioner yang telah terisi
terkumpul, yang selanjutnya dilakukan oleh field specialist adalah
melakukan penyaringan data dengan cara screening dan back
checking. Screening dilakukan oleh field specialist untuk
memeriksa apakah kuesioner yang telah ditanyakan oleh surveyor
telah terisi seluruhnya, selain itu screening juga dilakukan field
specialist untuk memeriksa kembali apakah jawaban yang telah
terisi didalam kuesioner sesuai dengan pertanyaan kuesioner yang
diajukan oleh surveyor. Setelah data tersaring, baik data yang telah
L a p o r a n A k h i r P K L | 29
terisi secara lengkap ataupun belum lengkap, tahap selanjutnya
yang akan dilakukan field specialist adalah melakukan back
checking¸kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungi
responden melalui data yang dicantumkan didalam kuesioner untuk
memastikan apakah benar bahwa responden telah diwawancari
oleh surveyor sekaligus memperjelas jawaban responden untuk
melengkapi pertanyaan yang belum terjawab akibat terlewat
ditanyakan oleh surveyor. Umumnya, kegiatan back checking
hanya dilakukan pada beberapa sampel kuesioner.
Junior Data Specialist
Junior data specialist bertanggung jawab atas data-data
yang akan dan telah masuk kedalam divisi riset. Junior data
specialist bertanggung jawab untuk memasukkan data-data yang
ada didalam kuesioner kedalam Microsoft excel yang telah disusun
berdasarkan indikatornya. Setelah data yang ada didalam kuesioner
telah diinput kedalam Microsoft excel, maka yang selanjutnya
dilakukan oleh junior data specialist adalah mengolah data-data
tersebut dengan menggunakan template pada sistem yang telah
disusun sebelumnya. Kegiatan pengolahan data yang dilakukan
oleh junior data specialist, yaitu pengolahan angka,
pengelompokan pertanyaan terbuka dan charting.
Selain bertanggung jawab pada data-data yang ada didalam
divisi riset, junior data specialist juga bertanggung jawab sebagai
admin. Admin bertugas mengatur keuangan internal divisi riset
yang akan masuk dan keluar untuk kebutuhan riset. Tahap terkahir
proses riset juga menjadi tanggung jawab admin, dengan tugas
mengirimkan hard copy dan soft copy kepada unit berserta tanda
terima dan arsip dokumen untuk filing. Admin juga melakukan
penyelesaian terhadap estimasi biaya dan dokumen
penyelesaiannya.
L a p o r a n A k h i r P K L | 30
b. Lingkup Kerja Divisi Riset PT Summarecon Agung, Tbk
Organisasi ada untuk memenuhi kepentingan individu atau kelompok. Ada
hubungan timbal balik antara lingkungan dan perkembangan organisasi. Kontrol
yang dimiliki oleh sekelompok orang pada akhirnya akan mempertajam tujuan
organisasi. Organisasi sebagai aktif partisipan dalam proses pembangunan sosial
dimana organisasi merupakan agen dalam melakukan perubahan internal sebuah
perusahaan.
Berdasarkan struktur diatas dapat dilihat secara hierarki bahwa struktur
organisasi divisi riset operational support department PT Summarecon Agung,
Tbk dipimpin oleh satu asisten manajer yang membawahi tiga staff riset yang
memiliki seperangkat fungsi jasa untuk memenuhi sejumlah kebutuhan jenis
proses riset yang berbeda – beda. Jika dilihat secara garis besar, maka tujuan dari
divisi riset atau divisi operational research adalah untuk memastikan proses
operational research berjalan secara konsisten sesuai dengan ketetapan yang
berlaku di Summarecon Group. Fokus kerja divisi ini adalah melakukan riset audit
internal unit (produk) Summarecon Group berupa ;
CSI (Customer Satisfication Index): berupa survey yang dilakukan untuk
mengetahui kepuasan konsumen terhadap produk Summarecon.
Customized research: riset ini memungkinkan divisi untuk bekerjasama
dengan konsultan untuk melakukan riset - riset tertentu yang diminta oleh
unit seperti riset Brand Awareness, Brand Positioning dan Brand Usage.
- Brand Awareness merupakan riset permintaan yang akan
melihat sejauh mana pengetahuan responden terhadap
produk Summarecon.
- Brand Positioning ialah riset yang dilakukan untuk
mengetahui dimana posisi produk Summarecon ketika
responden ditanyai pertama kali tentang produk property
yang mereka ketahui.
- Brand Usage melihat sejauh mana responden menggunakan
produk Summarecon dalam kesehariannya. Dalam hal ini,
L a p o r a n A k h i r P K L | 31
divisi riset hanya bertugas mengawasi kinerja konsultan
dalam menjalankan permintaan riset dari perusahaan.
Riset Kompetitor: riset ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan
penjualan properti milik kompetitor. Riset kompetitor dilakukan untuk
mendapatkan harga - harga penjualan properti milik kompetitor beserta
fasilitas yang ditawarkan. Seberapa besar produk kompetitor yang telah
terjual juga menjadi fokus riset kompetitor. Selain itu, survey kompetitor
juga dilakukan untuk mengetahui rencana kedepan kompetitor untuk
pengembangan produknya. Riset kompetitor dilakukan dengan cara
menjadi ghost shopper untuk berpura-pura menjadi calon pembeli produk
milik kompetitor.
c. Kegiatan Umum Divisi Riset PT Summarecon Agung, Tbk
Divisi riset yang dimiliki oleh PT Summarecon Agung, Tbk memiliki
sistem kinerja yang hampir sama dengan agency-agency riset lainnya. Namun
divisi riset perusahaan ini lebih memfokuskan bidang kerja nya menjadi internal
konsultan riset yang pengerjaannya dari hulu ke hilir. Mulai dari persiapan dengan
cara melakukan kontak dengan unit, field work, dan proses reporting/ finishing.
Sistem kerja divisi riset PT Summarecon Agung yang selama ini dijalankan lebih
banyak kedalam riset audit dalam bentuk nilai yang bersifat longterm (jangka
panjang).
Proses kerja divisi ini sama seperti proses riset yang lain secara teori. Pada
proses pra survey dilakukan pendekatan unit untuk mendapatkan tujuan riset
sehingga mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh unit. Kemudian
menerjemahkan kebutuhan tersebut dalam bentuk instrument penelitian sekaligus
menemukan metode penelitian apa yang akan digunakan. Metode penelitian bisa
berupa kualitatif ataupun kuantitatif. Jika menggunakan metode kualitatif, maka
instrument yang harus disiapkan adalah pedoman wawancara. Jika menggunakan
metode kuantitatif, makan instrument yang perlu disediakan adalah kuesioner.
L a p o r a n A k h i r P K L | 32
Divisi riset operational support department PT Summarecon Agung, Tbk
merupakan divisi yang belum lama berdiri. Sehingga, secara struktur dan sistem
kerja divisi ini bisa dikatakan belum established. Namun perananannya terhadap
keberlangsungan pemasaran produk Summarecon tidak dapat dikesampingkan.
Membangun kerjasama suplai dan pemasaran untuk menjaga reputasi
perusahaan merupakan salah satu pendekatan efektifitas yang dilakukan oleh
divisi riset ini. Dalam pelaksanaannya divisi ini sudah memiliki kemampuan
untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan project yang
diminta unit meskipun dengan segala kekurangan dan kelebihan didalamnya.
Kemudian divisi ini juga dituntut untuk berinteraksi dengan lingkungan eksternal
sebagai salah satu bentuk upaya field work yang dilakukan dalam proses kerja
yang mereka lakukan. Terakhir, sebagai divisi yang belum lama berdiri dengan
struktur dan sistem yang masih belum sempurna, divisi ini lebih menekankan pada
cara/ proses yang mereka jalankan untuk memenuhi permintaan unit.
d. Sistem Kerja Divisi Riset Operational Support Department PT
Summarecon Agung, Tbk
Divisi riset departemen ini sebagai divisi yang menjalankan proses riset
operasional terhadap produk perusahaan memiliki sistem kerjanya dalam
menjalankan proses risetnya yang terdiri dari pra survey, survey dan pasca survey.
Bagan 2. 2
Tahapan Sistem Kerja Divisi Riset
L a p o r a n A k h i r P K L | 33
Pra Survey
Proses ini diawali dengan permintaan yang diajukan unit (produk
summarecon) untuk melakukan survey terhadap produk yang mereka
pasarkan. Kemudian, asisten manajer riset akan menerima permintaan
untuk project yang dibutuhkan. Setelah permintaan unit di terima oleh
asisten manajer riset, maka manajer riset akan menyiapkan/ revisi
market, brief, kuesioner, estimasi biaya dan berdiskusi dengan
operational support manager untuk membicarakan market brief, draft
kuesioner dan estimasi biaya. Selanjutnya hasil diskusi dengan
manager operational support dikoordinasikan lagi kepada unit untuk
membicarakan project yang akan dilakukan berupa pengaturan
schedule dan pembicaraan tentang estimasi biaya.
Setelah unit menyetujui schedule, kuesioner dan estimasi biaya,
maka yang selanjutnya dilakukan adalah menyiapkan SDM dan dana.
SDM yang disediakan adalah berupa surveyor yang di bayar untuk
melakukan project survey yang diminta oleh unit dengan sistem
pembayaran yang sudah termasuk didalam estimasi biaya yang telah
disetujui oleh unit.
Survey
Survey dilakukan setelah unit sudah setuju dengan apa yang
direkomendasikan divisi riset dan SDM surveyor untuk melakukan
survey sudah didapat. Survey disebut dengan Field work yang bisa
dilakukan dengan metode kuantitatif ataupun kualitatif. Setelah proses
field work selesai dijalankan, maka dilakukan penyaringan kuesioner
valid terhadap data kuesioner yang telah didapat untuk mendapat data
kuesioner yang benar-benar valid.
Dalam proses penyaringan kuesioner valid ini, dilakukan dengan
dua cara, yaitu screening dan back checking. Dimana screening
dilakukan untuk memeriksa ulang apakah ada data yang mencurigakan
L a p o r a n A k h i r P K L | 34
atau tidak lengkap. Data yang telah di screening dan ditemukan letak
kesalahannya kemudian di back checking untuk memastikan bahwa
data responden yang tertera di dalam kuesioner benar-benar telah
diwawancarai oleh surveyor sekaligus menanyakan kembali data-data
yang tidak lengkap akibat terlewat saat proses wawancara face to face
berlangsung.
Data kuesioner yang telah dipastikan valid setelah melalui tahap
screening dan back checking, kemudian diolah pada sistem dengan
menggunakan template. Pengolahan data tersebut terdiri dari input data
kedalam Microsoft excel sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan, kategorisasi data untuk mengelompokan jawaban
pertanyaan terbuka yang memiliki makna yang kurang lebih sama,
olah angka menggunakan template di Microsoft excel untuk
mendapatkan indeks presentase dan rata-rata. Sampai akhirnya
mengeluarkan data-data yang telah diolah tersebut dalam bentuk
diagram presentase.
Pasca Survey
Setelah seluruh proses pengolahan data dijalankan sampai
menghasilkan data indeks, maka yang kemudian dilakukan adalah
membuat/ merevisi laporan project yang disertai dengan analisi
statistiknya berdasarkan angka dan pertanyaan terbuka yang telah di
olah. Laporan dalam bentuk analisis statistik yang dibuat oleh staff
divisi riset diserahkan kepada asisten manajer riset untuk kemudian
direvisi apakah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh unit.
Ketika laporan tentang penelitian project unit sudah diselesaikan
dan unit setuju, kemudian dilakukan proses serah terima project ke unit
via email ataupun hard copy. Hard copy dan soft copy dikirimkan
kepada unit beserta tanda terima dan arsip dokumen untuk filing data.
Terakhir melakukan penyelesaian dari estimasi biaya dengan
menggunakan dokumen penyelesaian.
L a p o r a n A k h i r P K L | 35
e. Kelebihan dan Kekurangan Divisi Riset Operational Support
Department PT Summarecon Agung, Tbk
Adanya divisi rise didalam struktur organisasi PT Summarecon Agung,
Tbk, terutama pada Operational Support Department tentu saja memiliki
kelebihan dan kekurangan yang menjadikan divisi ini bisa tetap bertahan didalam
struktur organisasi Operational Support Department. Beberapa kelebihan dan
kekurangan dari divisi ini adalah, sebagai berikut;
Kelebihan:
- Sebagai pelaksana riset audit internal perusahaan, maka divisi ini
memiliki kelebihan berupa seluruh data base yang jika
dimaksimalkan akan menjadi satu department yang cukup strategis
untuk mensupport data konsumen.
Kekurangan:
- Waktu: masih diperlukan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan sebuah project. Hal ini sering terjadi akibat adanya
hambatan untuk menemukan surveyor yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, freelance yang diperbantukan untuk input data, dan
juga kecurangan (cheating) yang dilakukan oleh surveyor dalam
mengisi data kuesioner.
- Kebutuhan Unit: sebagai tim riset audit internal yang berada di
kantor pusat, divisi riset mengalami kesulitan untuk bisa
mengcapture apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh unit karena
pada umumnya kebutuhan user hanya didapatkan dari proses
wawancara singkat dengan user.
- Sebatas riset audit: riset yang dilakukan oleh divisi riset ini baru
sebatas riset audit, dimana kemungkinan besarnya hasil riset ini
hanya akan menjadi sebuah arsip data.
L a p o r a n A k h i r P K L | 36
BAB III
AKTIVITAS PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI
PT SUMMARECON AGUNG, Tbk
Seluruh kegiatan PKL yang dilaksanakan di PT Summarecon Agung, Tbk
selama 2,5 bulan akan dijabarkan pada bab ini. Penjelasan bab ini akan dibagi
menjadi tiga sub bab yang berisi kegiatan sehari-hari yang dilakukan selama
melaksanakan PKL beserta penjelasan mengenai kegiatan tersebut. Terakhir, juga
akan dibahas mengenai peningkatan skill dan pengetahuan yang didapat selama
melaksanakan kegiatan PKL secara sosiologis dan sosial.
A. Kegiatan Harian PKL
Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di bagian divisi riset
Departemen Operasional Support PT Summarecon Agung, Tbk, penulis
melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan divisi riset.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama berada di PT Summarecon Agung, Tbk
dicatatkan kedalam jurnal harian yang berisi tentang kegiatan-kegiatan sehari-hari
selama melaksanakan kegiatan PKL. Berikut adalah isi jurnal harian kegiatan
PKL di PT Summarecon Agung, Tbk;
Tabel 3. 1
Jurnal Harian Kegiatan PKL Sehari-hari
2014
No Hari/ Tanggal Kegiatan yang dilakukan Output
27 Agustus
1. Perkenalan tempat PKL2. Briefing untuk survey tanggal 28-
31 Agustus 20143. Survey lokasi
1. Adaptasi diawal kegiatan PKL
2. Mengetahui hal-hal yang akan dilakukan selama survey berlangsung
28 Agustus 1. Mencari data demografi BPS wilayah Kelapa Gading, Bekasi, Serpong, dan Bandung
2. Membuat bulletin properti bulan Agustus
1. Pengetahuan data demografi wilayah yang dikembangkan oleh PT Summarecon bertambah
2. Mengetahui perkembangan properti
L a p o r a n A k h i r P K L | 37
bulanan
29 Agustus
1. Menjadi surveyor di restoran Mayangsari dan Pandan Café Klub Kelapa Gading (KKG)
1. Mempelajari tugas tim riset dengan terjun langsung ke lapangan dengan menjadi surveyor
31 Agustus
1. Menjadi surveyor di restoran Mayangsari dan Pandan Café Klub Kelapa Gading (KKG)
1. Memahami berbagai macam karakteristik responden yang ditemui selama menjadi surveyor
1 September1. Briefing jobdesk kedepan2. Pemberitahuan untuk membuat
topik akhir untuk di presentasikan di akhir magang
1. Menggali lebih dalam data yang mungkin bisa digunakan untuk topik akhir
2-3 September 1. Telesurvey Banquet KKG 1. Mempelajari riset jenis lain
5 September1. Input data kuesioner banquet
KKG2. Kategorisasi pertanyaan terbuka
1. Tahapan input data survey
2. Pengelompokan data
8 September1. Kategorisasi pertanyaan terbuka
banquet KKG2. Olah angka rata-rata
1. Tahapan input data2. Rata-rata jawaban
survey
9 September 1. Membuat buletin bulanan2. Cek input data kuesioner
1. Tahu perkembangan property
2. Periksa data
10 September 1. Mencari copy master laporan
akhir2. Mencari info pengolahan data
1. Refrensi laporan magang
2. Info pengolahan data
11 September 1. Back checking perbandingan harga banquet KKG
1. Konfirmasi data kuesioner
12 September 1. Membuat buletin property bulanan
1. Tahu perkembangan property
15 September 1. Survey kompetitor Serpong 1. Persaingan penjualan produk properti
16 September 1. Survey kompetitor Bekasi 1. Persaingan penjualan produk properti
17-18
September
1. Supervisi surveyor MKG2. Menyebar kuesioner tenant
1. Mengawasi surveyor
19 September1. Back checking kuesioner MKG2. Supervisi surveyor3. Sebar kuesioner tenant
1. Konfirmasi data kuesioner
2. Mengawasi surveyor
L a p o r a n A k h i r P K L | 38
22-23
September
1. Back checking kuesioner MKG2. Supervisi surveyor
1. Konfirmasi data kuesioner
24-25
September
1. Input data kuesioner MKG 1. Memasukkan data sesuai kategori
29 September1. Cek input data2. Telesurvey purna jual
1. Memeriksa data2. Survey kepuasan
konsumen
30-8 Oktober 1. Telesurvey purna jual 1. Survey kepuasan konsumen
9-10 Oktober 1. Telesurvey purna jual2. Collect kuesioner tenant
1. Survey kepuasan konsumen
13 Oktober 1. Collect kuesioner tenant MKG 1. Mengambil kuesioner yang telah disebar
14-15 Oktober 1. Sebar kuesioner tenant SMS 1. Memberikan kuesioner ke tenant
16 Oktober 1. Supervisi surveyor SMS 1. Mengawasi surveyor
17 Oktober 1. Supervisi surveyor SMS 1. Mengawasi surveyor
20-21 Oktober 1. Screening dan back checking kuesioner SMS
1. Konfirmasi data kuesioner
22 Oktober
1. Screening dan back checking kuesioner SMS
2. Input data kuesioner SMS
1. Konfirmasi data kuesioner
2. Memasukkan data sesuai kategori
23 Oktober1. Screening BA SMB2. Input kuesioner tenant SMS
1. Memeriksa data2. Memasukkan data sesuai
kategori
24 Oktober 1. Collect kuesioner tenant SMS 1. Mengambil kuesioner di tenant
27 Oktober 1. Input kuesioner SMS2. Collect kuesioner MKG
1. Memasukkan data sesuai kategori
28 Oktober 1. Collect kuesioner tenant SMS 1. Mengambil kuesioner di tenant
31 Oktober 1. Input kuesioner tenant SMS 1. Memasukkan data sesuai kategori
3 November 1. Collect kuesioner tenant SMS 1. Mengambil kuesioner di tenant
4-5 November 1. Input kuesioner tenant SMS 1. Memasukkan data sesuai kategori
6 November 1. Input kuesioner tenant SMS2. Input kuesioner The Summit
1. Memasukkan data sesuai kategori
7 November 1. Input kuesioner The Summit2. Kategorisasi pertanyaan terbuka
1. Memasukkan data sesuai kategori
L a p o r a n A k h i r P K L | 39
10 November 1. Kategorisasi pertanyaan terbuka2. Olah angka kuesioner SMS
1. Memasukkan data sesuai kategori
11-12
November
1. Olah angka kuesioner SMS 1. Mengolah data dalam bentuk angka
13-14
November
1. Charting data SMS 1. Mengolah data dalam bentuk grafik
B. Penjelasan Kegiatan PKL
Secara garis besar kegiatan penulis selama menjalani kegiatan PKL di PT
Summarecon Agung, Tbk lebih banyak berada dilingkup kerja lapangan dan
pengolahan data. Ada empat kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan PKL di
PT Summarecon Agung, Tbk, yaitu;
1. Membuat buletin properti bulanan
Kegiatan di awal pelaksanaan PKL diawali dengan pembuatan buletin
properti bulanan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari
perkembangan – perkembangan, baik industri properti ataupun perusahaan
properti per bulannya. Informasi tentang perkembangan properti ini
diambil dari website – website yang terkait dengan property, seperti
rumah.com, property.bisnis.com, detik.com, dan lain-lain. Kegiatan
membuat buletin properti bulanan ini memberikan dampak atau manfaat
yang berguna diawal kegiatan PKL. Sebab, dengan diawali mencari data
tentang perkembangan properti bulanan ini, maka akan meningkatkan
pengetahuan tentang perkembangan properti secara lebih luas. Sehingga,
akan membantu memahami lebih dalam apa itu perusahaan properti dan
memudahkan pemahaman pekerjaan diranah properti kedepannya.
2. Field Work
Kegiatan divisi riset yang paling awal dikerjakan adalah apa yang
disebut dengan Field Work. Field Work sendiri merupakan kegiatan riset
L a p o r a n A k h i r P K L | 40
dilapangan yang terdiri dari terjun langsung menjadi surveyor dan
supervisi untuk beberapa surveyor.
Surveyor adalah orang-orang yang diberdayakan untuk melakukan
survey terhadap konsumen perusahaan. Dalam hal ini, survey yang
dilakukan selama di PT Summarecon Agung, Tbk ada dua jenis, yaitu
survey langsung dan telesurvey. Survey langsung dilakukan dengan cara
mewawancarai responden yang merupakan konsumen produk PT
Summarecon. Tempat yang menjadi lokasi survey adalah Restoran
Mayangsari dan Pandan Cafe Klub Kelapa Gading (KKG) yang
merupakan Restoran yang berada di area Sport Club milik PT
Summarecon. Kegiatan survey ini dilakukan dengan menanyakan
beberapa pertanyaan yang telah disediakan didalam kuesioner tentang
kepuasan pelanggan tentang pelayanan yang diberikan oleh Restoran
Mayangsari dan Pandan Café selama menjadi konsumen restoran ini.
Dengan menjadi surveyor, keahlian untuk terjun langsung kelapangan
menghadapi konsumen akan menjadi pelajaran penting dalam memahami
bagaimana karakteristik tiap konsumen yang berbeda-beda.
Selain survey secara langsung, kegiatan survey di PT Summarecon
Agung juga dilakukan dengan cara telesurvey, yaitu melakukan survey
terhadap konsumen yang telah menggunakan produk PT Summarecon
berdasarkan data responden yang telah tersedia di arsip pengguna produk
perusahaan. Dari kegiatan ini, dipelajari lagi salah satu jenis riset yang
dilakukan via telepon. Survey seperti ini memudahkan surveyor untuk
mendapatkann jawaban dari responden untuk setiap pertanyaan yang ada
didalam kuesioner, sebab data responden yang akan dimintai keterangan
telah tersedia. Sedangkan survey langsung secara face to face memiliki
tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya, karena surveyor harus mencari
sendiri responden yang akan diwawancarai. Manfaat yang didapat melalui
telesurvey tidak jauh dengan survey langsung secara face to face.
Telesurvey juga membantu dan mengajarkan kepada surveyor tentang
L a p o r a n A k h i r P K L | 41
beraneka ragam nya respon setiap responden saat akan di wawancarai via
telepon.
Survey langsung tidak hanya dilakukan untuk mendapatkan data
kepuasan konsumen. Survey langsung lain yang dilakukan selama
melaksanakan kegiatan PKL di PT Summarecon adalah survey
kompetitor. Survey ini dilakukan dengan cara menjadi Ghost Shopper,
yaitu surveyor berpura-pura menjadi calon pembeli produk-produk
kompetitor dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan produk
yang sedang dipasarkan oleh kompetitor, seperti harga apartemen, harga
cluster beserta fasilitas yang ditawarkan, produk apa yang selanjutnya
akan dipasarkan, sudah berapa unit produk kompetitor yang terjual, dan
lain-lain.
Melalui kegiatan ghost shopper ini, surveyor akan memahami dan
memperlajari bagaimana persaingan yang terjadi antar tiap perusahaan,
dalam hal ini lingkup perusahaan properti. Surveyor belajar untuk
memahami seluk beluk produk properti, agar lebih meyakinkan saat
sedang menjadi ghost shopper.
Survey langsung tidak hanya dilakukan dengan cara terjun
langsung baik face to face ataupun telesurvey serta ghost shopper. Tetapi
juga dilakukan dengan cara melakukan supervise secara langsung surveyor
yang sedang menjalankan proses field work dilapangan. Supervisi
dilakukan dengan cara mengawasi dan mengarahkan beberapa surveyor
yang telah diperbantukan oleh divisi riset. Supervise memberikan arahan
tentang apa yang harus dilakukan saat sedang melakukan survey dan
memberikan penjelasan tentang isi pertanyaan kuesioner agar tepat
sasaran. Setelah itu, maka supervisi akan mengawasi kinerja-kinerja
surveyor tersebut untuk memastikan bahwa mereka benar-benar
mewawancarai responden di lokasi yang telah ditentukan dan sesuai
dengan pengarahan di awal.
Supervisi melatih agar bisa memberikan arahan yang sesuai dengan
prosedur field work. Selain itu juga melatih kepekaan untuk mengawasi
L a p o r a n A k h i r P K L | 42
kinerja surveyor agar sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Karakteristik surveyor yang beranekaragam dengan tingkat pengetahuan
yang berbeda juga menjadikan kegiatan supervisi sebagai kegiatan yang
mengajarkan untuk bisa memberikan pengarahan sesuai dengan
kemampuan surveyor menangkap penjelesan yang diberikan, agar tidak
terjadi salah persepsi antara supervise, surveyor, dan konsumen saat akan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh surveyor.
3. Penyaringan data
Penyaringan data dilakukan setelah field work dikerjakan. Kegiatan
ini dilakukan dengan cara meng Screening data kuesioner yang telah
masuk. Screening dilakukan dengan cara memeriksa kembali apakah data
kuesioner yang baru saja diterima terisi dengan lengkap, kemudian
memeriksa kembali apakah ada pertanyaan yang tidak sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan. Setelah data yang masuk di screening, tahap
selanjutnya adalah disebut dengan back checking.
Tahapan ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel
data kuesioner yang telah diisi untuk kemudian responden yang tertera di
data kuesioner dihubungi kembali untuk memastikan bahwa data yang
tercantum dikuesioner tersebut sesuai, dan responden tersebut benar-benar
diwawancarai oleh surveyor. Selain itu, back checking data juga dilakukan
untuk melengkapi jawaban-jawaban kuesioner yang tidak lengkap dan
kurang jelas.
Kegiatan screening dan back checking dapat meningkatkan
kemampuan dalam hal ketelitian memeriksa data yang telah masuk.
Dengan memeriksa lebih teliti, maka data yang akan masuk ke dalam
perusahaan akan lebih valid dan sesuai.
4. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah field
work dan screening serta back checking berjalan. Kegiatan ini dilakukan
L a p o r a n A k h i r P K L | 43
dengan cara memasukkan data – data kuesioner yang telah terisi kedalam
Microsoft Excel sesuai dengan indikator yang telah di tentukan dan dibuat
didalamnya. Setelah seluruh data yang kuesioner diinput ke dalam
Microsoft excel, maka yang selanjutanya dilakukan adalah
mengkategorisasikan jawaban yang didapatkan dari pertanyaan terbuka
kuesioner sesuai dengan kategori atau mengelompokkan jawaban-jawaban
pertanyaan terbuka yang sekiranya memiliki makna yang sama.
Jika, data kuesioner dalam bentuk pertanyaan terbuka di olah
dengan cara dikategorisasikan, maka data kuesioner dalam bentuk angka
akan diolah menggunakan rumus-rumus yang telah disusun di Microsoft
excel untuk mendapatkan indeks angka berupa presentase dan rata-rata,
maka kegiatan ini disebut dengan olah angka. Selain itu, olah angka juga
dilakukan untuk mendapatkan indeks angka yang dapat menentukan
kepuasan konsumen. Tahapan terakhir dalam proses pengolahan data
adalah charting. Charting adalah mengeluarkan hasil olahan angka data
kuesioner dalam bentuk diagram.
Kegiatan pengolahan data ini, memberikan pelajaran tentang
bagaimana proses perhitungan indeks atas data kuesioner yang telah
didapat. Selain itu kegiatan ini juga melatih untuk memahami hasil data
kuesioner berdasarkan indeks yang dihasilkan. Ketelitian juga diasah agar
data yang diinput sesuai dengan kategori yang telah di rancang di dalam
Microsoft excel.
C. Peningkatan Skill dan Pengetahuan Selama Kegiatan PKL Secara
Sosiologis dan Sosial
Kegiatan PKL yang dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu mata
kuliah akhir selama menjadi mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta tentu saja memiliki maksud dan tujuan didalamnya.
Tujuan utama dari diadakannya mata kuliah ini adalah agar mahasiswa merasakan
dan menjalani bagaimana terjun langsung kedalam dunia kerja. Selain itu, mata
kuliah ini juga mengharapkan agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan
L a p o r a n A k h i r P K L | 44
peningkatan skill berdasarkan pengalaman yang di rasakan selama menjalankan
kegiatan PKL ini. Untuk itu, kegiatan PKL yang dilaksanakan di PT Summarecon
Agung, Tbk ini tentu saja juga akan memberikan dampak positif terhadap penulis
sebagai mahasiswa yang menjalankan kegiatan PKL. Sebagai mahasiswa
sosiologi, peningkatan skill dan pengetahuan yang berkaitan dengan sosiologis
dan sosial menjadi tujuan utama yang diharapkan dan harus didapat selama
penulis melaksanan kegiatan PKL di perusahaan ini. Berkaitan dengan
peningkatan tersebut, maka secara sosiologis dan sosial penulis mendapatkan
peningkatan skill dan pengetahuan dibidang;
1. Metodologi Penelitian Sosial dan Statistik
Metodologi penelitian sosial dan statistik adalah salah satu mata kuliah
yang dipelajari selama berada dijurusan sosiologi. Mata kuliah ini
mempelajari tentang bagaimana menjalankan sebuah penelitian sosial yang
baik dan benar dengan berbagai metode yang tersedia. Sedangkan statistik
adalah mata kuliah yang mempelajari bagaimana cara memproses data
menggunakan berbagai media, mulai dari Microsoft excel sampai dengan
spss. Hal ini juga didaptkan oleh penulis selama menjalankan kegiatan
PKL di PT Summarecon. Melalui kegiatan survey penulis mendapatkan
peningkatan skill dan pengetahuan tentang bagaimana menjalankan sebuah
penelitian secara langsung dengan cara survey face to face menggunakan
kuesioner, dan berbagai macam jenis penelitian lain seperti telesurvey dan
ghost shopper. Kegiatan survey ini melatih dan meningkatkan kemampuan
penulis untuk berinteraksi secara langsung dengan konsumen dan
mengetahui apa yang mereka butuhkan serta menghadapi segala macam
bentuk reaksi responden saat akan, sedang, dan setelah di wawancarai.
Selain itu, dengan menjadi ghost shopper juga melatih penulis untuk dapat
memahami seluk beluk penjualan property agar tidak membuat kompetitor
curiga dengan kegiatan survey tersebut. Peningkatan yang didapat
berdasarkan skill dan pengetahuan statistic ialah kegiatan pengolahan data,
dimana kegiatan ini dilakukan dengan cara menggunakan template yang
ada didalam Microsoft excel mulai dari rumus yang digunakan untuk
L a p o r a n A k h i r P K L | 45
pengolahan data hingga proses pengolahan chart dari hasil olahan data
sebelumnya.
2. Sosiologi Organisasi
Mata kuliah sosiologi organisasi ialah mata kuliah yang secara umum
mempelajari bahwa setiap organisasi dalam sebuah perusahaan pasti
memiliki apa yang disebut dengan budaya organisasi. Setiap perusahaan
pasti memiliki budaya organisasinya masing-masing. Budaya organisasi
ini dinilai berdasarkan berbagai tipe yang bermacam-macam. Seperti yang
juga penulis pelajari selama melaksanakan kegiatan PKL di PT
Summarecon. Kegiatan PKL yang dijalani oleh penulis meningkatkan skill
dan pengetahuan penulis untuk beradaptasi dengan budaya organisasi yang
telah terbentuk di PT Summarecon, terutama budaya organisasi yang
dimiliki oleh divisi riset perusahaan ini. Berdasarkan budaya organisasi
yang terbentuk didalam divisi ini, skill dan pengetahuan penulis meningkat
dalam setiap proses kegiatan divisi riset. Dimana penulis harus
mengerjakan setiap kegiatan divisi riset berdasarkan sistem yang telah di
bentuk dalam divisi ini, seperti tahapan kegiatan survey yang dimulai dari
survey sampai dengan pengolahan data. Selain itu, tanggung jawab penulis
terhadap setiap tugas yang diberikan juga meningkat. Sebab, penulis harus
bertanggungjawab dengan melaporkan segala kegiatan riset yang telah
dilakukan kepada staff yang berada di divisi riset sesuai dengan tanggung
jawab masing staff tersebut. Seperti proses selama kegiatan dan sesudah
kegiatan survey yang umumnya dilaporkan kepada field analyst dan junior
analyst dan hasil pengolahan data yang diserahkan kepada junior data
specialist ataupun junior analyst, serat hasil kegiatan screening dan back
checking yang diserahkan kepada field specialist.
3. Evaluasi Program Pembangunan
Mata kuliah yang juga berkaitan dengan kegiatan yang dijalani oleh
penulis selama menjalankan kegiatan PKL di PT Summarecon adalah
L a p o r a n A k h i r P K L | 46
mata kuliah evaluasi program pembangunan. Peningkatan skill dan
pengetahuan yang didapat oleh penulis dari kegiatan PKL ini adalah
tentang fokus kegiatan divisi riset PT Summarecon yang bergerak
dibidang evaluasi need assessment. Berdasarkan evaluasi ini maka
kegiatan penulis seperti membuat buletin bulanan dan field work
merupakan salah satu kegiatan yang meningkatkan skill dan pengetahuan
dalam bidang need assessment. Berdasarkan kegiatan membuat buletin
properti bulanan, maka penulis dapat mengetahui segala perkembangan
yang menyangkut aspek perusahaan property. Dengan mengetahui
perkembangan tersebut, secara tidak langsung maka penulis dapat
mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan property
untuk bisa terus mengikuti perkembangan property yang terus meningkat
setiap bulannya. Peningkatan skill dan pengetahuan paling utama yang
didapat penulis selama melaksanakan kegiatan PKL ini didapat dari
kegiatan survey yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan kegiatan ini,
maka penulis dapat mengetahui apa yang sesungguhnya diinginkan dan
dibutuhkan responden terhadap program perusahaan, dalam hal ini adalah
produk perusahaan seperti apartemen, pusat perbelanjaan, rumah, dan lain-
lain. Penulis dapat mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan
dibutuhkan konsumen berdasarkan hasil survey dan pengalaman pribadi
responden yang diceritakan langsung selama mereka menjadi konsumen
produk summarecon.
L a p o r a n A k h i r P K L | 47
BAB IV
ANALISA DAN PEMBELAJARAN SELAMA MELAKSANAKAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT SUMMARECON AGUNG, Tbk
A. Pembelajaran Magang
Dari beberapa kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan PKL di PT
Summarecon Agung, Tbk, maka sudah dapat tergambarkan bagaimana
sistem kerja dan seberapa jauh peranan divisi riset didalamnya. Setiap
divisi dalam sebuah perusahaan memiliki sistem kerja dan peranannya
masing-masing bagi keberlangsungan perusahaan, tidak terkecuali divisi
riset operational support department yang dimiliki oleh PT Summarecon
Agung, Tbk. Untuk itu pada bab ini akan dijabarkan analisis berdasarkan
konsep sosiologis mengenai sistem kerja divisi riset yang menggunakan
metode penelitian sosial dan termasuk kedalam kegiatan evaluasi need
assessment, budaya organisasi yang dianut oleh divisi ini, serta bagaimana
keterkaitan antara budaya organisasi yang dianut oleh divisi riset dengan
proses evaluasi need assessment yang dijalankan oleh divisi ini.
a. Sistem kerja Tim Riset Operational Support Department dalam
Struktur organisasi PT Summarecon Agung, Tbk
Sistem kerja divisi riset operational support department PT
Summarecon Agung, Tbk yang terdiri dari tahapan pra survey, survey dan
pasca survey merupakan salah satu bentuk sistem kerja yang mengacu
pada metode penelitian pembangunan sosial. Hal ini terkait dengan cara
yang dilakukan divisi ini untuk memperoleh informasi tentang kepuasan
responden terhadap produk milik Summarecon. Divisi riset ini umumnya
menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dimana
kuesioner menjadi instrument penelitiannya untuk menyesuaikan dengan
apa yang dibutuhkan dan dimengerti oleh responden.
L a p o r a n A k h i r P K L | 48
Divisi riset Summarecon menggunakan pendekatan positivistik dalam
pendekatan penelitiannya. Hal ini tergambar dari alasan yang digunakan
dalam melakukan penelitian yaitu untuk menjalankan permintaan unit
Summarecon berupa project yang dapat melihat tanggapan konsumen
tentang unit tersebut. Sehingga dari hasil riset tersebut unit dapat
memprediksi apa yang diinginkan oleh konsumen dan dapat mengontrol
situasi jika terjadi penurunan selera konsumen.
Hakekat realitas sosial dari riset yang dilakukan oleh divisi ini adalah
stabil karena memiliki pola aturan tertentu berupa pembagian kerja tiap-
tiap staff dan sistem kerja yang memiliki polanya sendiri, mulai dari pra
survey, survey, dan pasca survey. Selain itu, sistem kerja yang disusun
oleh divisi riset mencoba untuk melihat hakekat dasar manusia yaitu
konsumen yang memiliki keinginan pribadi sebagai individu yang rasional
yang dipertajam oleh dorongan dari luar (eksternal) atas kepuasan terhadap
produk properti tertentu.
Peran – peran asisten manajer dan staff sebagai common sense jelas
dibedakan berdasarkan keahlian masing-masing. Divisi ini juga
menggunakan tampilan teori logis, yang berhubungan satu sama lain
dalam bentuk definisi permasalahan yang diajukan oleh unit terhadap
produknya. Penjelasan yang dianggap benar dalam hal ini adalah
penjelasan logis yang berhubungan dengan hukum dan berbasis fakta
dalam bentuk hasil analisis statistic yang diperoleh dari riset menggunakan
kuesioner.
Brief Market sebagai Upaya Penentuan Kriteria Responden
Divisi riset tidak bisa sembarangan memilih responden yang akan
menjadi subjek pengerjaan project yang diberikan oleh unit. Brief market
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh divisi riset untuk
menentukan responden yang tepat dalam menjawab pertanyaan kuesioner
yang telah disusun diawal. Umumnya, responden yang menjadi sasaran
divisi riset dalam melakukan survey adalah responden yang berada dan
L a p o r a n A k h i r P K L | 49
pernah menggunakan produk Summarecon, sebab persepsi preferensi
responden dan faktor penunjang lain menjadi aspek penting dalam proses
menjawab pertanyaan kuesioner. Sehingga, responden haruslah seseorang
yang memiliki pengetahuan tentang produk Summarecon, mudah ditemui
(accessible), populasi sesuai dengan representasi, dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan.
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh divisi riset ini
dilakukan dengan untuk kebutuhan penelitian dilakukan dengan 4 cara,
yaitu pemeriksaan dokumen, yang berisi tentang apa yang dibutuhkan dan
diinginkan unit untuk kemudian di observasi dengan penilaian informal
dan formal serta perhitungan langsung. Selanjutnya, partisipatori dan
analisis kolektif, yang dapat dilakukan dengan cara diskusi dan
berkoordinasi dengan unit, manajer operasional support dan staff lain
dalam bentuk kolektif brainstorming. Lalu, wawancara, berisi tentang
komunikasi dengan unit sebagai yang mengajukan project dan survey
kuesioner yang dilakukan terhadap responden riset. Terakhir, Indepth
exploration, adalah berupa analisis statistik yang diperoleh dari
pengolahan data kuesioner.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian sosial divisi riset
dilakukan dengan survey menggunakan konstruksi kuesioner. Konstruksi
ini menyajikan sejumlah pertanyaan tertutup tentang dalam bentuk angka
1 sampai dengan 10 untuk menilai kepuasan terhadap produk
Summarecon, pertanyaan mudah dimengerti dan jelas sesuai dengan yang
ada disekitar produk Summarecon, dapat digeneralisasi temuannya, dapat
dianalisis secara kuantitatif sesuai kebutuhan, dan menggunakan metode
pengumpulan data. Dalam membuat kuesioner, peneliti harus mengetahui
aspek yang ditanyakan seperti persepsei, preferensi, komitmen, kebiasaan,
pengalaman dan penggunaan produk. Untuk jenis-jenis pertanyaan bisa
merupakan pertanyaan sensitif non sensitive, tentang pengetahuan, fakta,
dan opini. Bentuk-bentuk pertanyaan bisa berupa pertanyaan terbuka
L a p o r a n A k h i r P K L | 50
ataupun tertutup bahkan bisa juga pertanyaan setegah terbuka yang
umumnya diletakan pada indikator saran dan kritik.
Data penelitian yang digunakan oleh divisi riset ini merupakan data
individual tentang tanggapan konsumen di dalam populasi produk
Summarecon yang dilihat berdasarkan wilayah produk Summarecon
berada. Untuk itu, penarikan sampel responden yang dilakukan divisi riset
ini adalah teknik penarikan sampel probabilita, sampel acak sederhana
(simple random sampling) yang biasa digunakan dalam telesurvey
berdasarkan data konsumen Summarecon yang telah tersedia. Sampel acak
sistematis (systematic random sampling), acak stratifikasi (stratified
random sampling) biasa dilakukan untuk survey kepuasan konsumen mal,
dan cluster sampling yang biasa digunakan untuk survey Brand
Awareness, Brand Position, dan Brand Usage.
b. Budaya Organisasi Kuat Divisi Riset Operational Support
Department PT Summarecon Agung, Tbk
Divisi riset operational Support Department PT Summarecon Agung
memiliki budaya organisasi tersendiri. Dengan konsep komunikasi
hierarki, budaya organisasi divisi ini masuk kedalam kategori budaya
organisasi kuat dimana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif
dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi, budaya organisasi
ini yang dipertahankan oleh asisten manajer riset dan diterima oleh staff-
staff nya.
Terciptanya budaya organisasi terjadi karena adanya warisan pendiri
organisasi yaitu asisten manajer riset, meskipun tidak dicantumkan dalam
visi dan musi tetapi budaya ini tetap menjadi ideologi organisasi dalam
bentuk pembagian kerja yang disesuaikan dengan keahliannya masing-
masing, selain itu juga ada interaksi antara nilai pimpinan dan pelajaran
dari anggota karena dalam prakteknya setiap anggota divisi riset baik
asisten manajer ataupun staff masih berusaha untuk bertukar pengetahuan
jika terjadi masalah dalam pelaksanaan sistem kerja divisi riset. Untuk itu,
L a p o r a n A k h i r P K L | 51
berdasar pada klasifikasi bentuk organisasi, maka divisi riset ini
terklasifikasi kedalam budaya organisasi yang statis/ stabil dan sederhana.
Sebab, pada pelaksanaan sistem kerjanya, divisi ini lebih fokus pada
proses kerja yang sesuai dengan sistem kerja yang telah disusun daripada
output kerja itu sendiri. Budaya organisasi kuat yang telah dibentuk dan
dibangun oleh asisten manajer riset sebagai pimpinan divisi yang juga
telah di sepakati bersama oleh seluruh staff, kemudian akan
disosialisasikan kepada tenaga perbantuan seperti suveryor dan freelancer
dengan cara dibimbing perlahan berdasarkan tanggung jawab tugas yang
diberikan kepada tenaga perbantuan.
Budaya organisasi normatif yang menjadi fokus divisi riset PT
Summarecon adalah, Constructive culture yaitu budaya organisasi di mana
para staff dan tenaga bantu seperti surveyor dan freelancer didorong untuk
berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada tugas dan proyek dalam
hal ini adalah kegiatan field work yang mereka kerjakan. Dengan cara ini
akan membantu mereka untuk benar-benar mengetahui kebutuhan dan
keinginan konsumen ataupun unit untuk tumbuh dan berkembang.
Kegiatan yang dilakukan oleh divisi riset ini juga merupakan budaya
organisasi long term culture yang berorientasi jangka panjang dimana
hasil kinerja riset ini akan sangat berguna bagi unit yang diberikan unit,
ketika suatu saat unit tersebut mengalami hal-hal seperti penurunan minat
konsumen, penurunan tigkat kedatangan konsumen, dan lain-lain. Maka,
ketika hal tersebut terjadi, unit akan bisa mengetahui apa yang seharusnya
mereka lakukan untuk mengembalikan keuntungan mereka
c. Pengaruh Budaya Organisasi Divisi Riset Terhadap Proses Riset
Audit Internal Menggunakan Evaluasi Penelusuran Kebutuhan
Riset audit yang dilakukan oleh divisi riset operational support
Department PT Summarecon Agung, Tbk dapat dikatakan sebagai riset
yang dilakukan dalam rangka menjalankan evaluasi penelusuran
L a p o r a n A k h i r P K L | 52
kebutuhan, dimana evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
program atau kegiatan yang dilakukan oleh produk-produk milik
Summarecon sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Maka tujuan divisi
riset dalam melakukan evaluasi ini adalah untuk mendiskusikan penilaian
kebutuhan apa yang diperlukan oleh unit sebagai pengaju project dan apa
yang dibutuhkan konsumen sebagai responden riset produk Summarecon.
Divisi riset Operational Support Department PT Summarecon Agung,
Tbk mengembangkan budaya organisasi kuat dalam menjalankan sistem
kerja evaluasi need assessment. Budaya organisasi kuat ini terlihat dari
pembagian kerja yang jelas antar tiap-tiap staff disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing dalam menjalankan proses evaluasi need
assessment. Para staff ini, menjadi penguat utama dalam tim perencanaan
yang digunakan selama proses evaluasi need assessment berlangsung.
Selain itu, divisi riset ini juga mengembangkan budaya organisasi
constructive culture yang menuntut setiap staff untuk berinteraksi dengan
orang lain. Orang lain dalam proses evaluasi need assessment ini adalah
unit-unit dan konsumen Summarecon yang berpengaruh penting dalam
hasil yang akan diperoleh dari evaluasi need assessment yang dilaksanakan
oleh divisi riset PT Summarecon. Long term culture juga menjadi salah
satu budaya yang digunakan dalam divisi ini. Sebab, budaya ini terlihat
dari hasil proses evaluasi need assessment yang pada akhirnya akan
berguna dalam waktu jangka panjang bagi unit-unit yang memberikan
project kepada divisi ini.
Berdasarkan ketiga budaya yang mendasari berdirinya divisi riset ini,
maka dapat dikatakan bahwa budaya-budaya ini menjadi sangat penting
terhadap pelaksanaan riset audit internal menggunakan proses evaluasi
need assessment yang dilakukan oleh divisi ini. Sebab, riset audit internal
akan menjadi acuan bagi perusahaan untuk memperbaiki kualitas dan
kinerja tiap-tiap unitnya. Sehingga, dengan begitu produk-produk
Summarecon akan bisa terus bertahan. Keberhasilan riset audit internal
yang dilakukan oleh PT Summarecon, tentu saja terjadi karena adanya
L a p o r a n A k h i r P K L | 53
keterlibatan seluruh staff yang ada di dalam divisi riset, tenaga perbantuan,
dan kerjasama baik yang dilakukan dengan unit-unit milik Summarecon.
Dalam pelaksananaannya langkah-langkah penelusuran kebutuhan
yang dilakukan oleh divisi riset PT Summarecon Agung ini dimulai dari
proses pra survey, survey, dan pasca survey. Tahap pra survey akan
berupaya untuk menemukan karakteristik responden sebagai konsumen
produk milik Summarecon. Untuk kemudian memilih metode yang tepat
untuk melakukan pengumpulan data dalam tahap survey, umumnya berupa
metode kuantitatif dengan instrument penelitian kuesioner. Ketika divisi
riset sudah menemukan metode yang tepat untuk mengaplikasikan project
yang diberikan oleh unit, maka divisi riset akan mengerti dalam
menggunakan pertanyaan dengan tepat dengan menggunakan persepsi,
prefrensi, komitmen dan lain-lain didalam pertanyaan kuesioner yang akan
mempengaruhi jawaban responden.
Berdasarkan budaya organisasi yang kuat dengan nilai-nilai inti
organisasi yang dipegang secara intensif dan dianut bersama maka divisi
riset ini telah memiliki tim perencanaan yang sesuai untuk melakukan
evaluasi penelusuran kebutuhan, tim telah dibangun yang terdiri dari
asisten manajer, staff, surveyor, dan freelancer. Faktor adanya pedoman
dalam bertingkah laku diwujudkan oleh organisasi ini dalam bentuk
menetapkan tujuan berupa market brief , membuat draft kuesioner, dan
estimasi biaya dan pelaksanaan evaluasi dalam bentuk field work,
pengolahan data, dan analisis statistik.
Untuk membuat sebuah tim perencanaan yang efektif dalam rangka
melaksanakan evaluasi penelusuran kebutuhan, baik bagi unit ataupun
konsumen yang berkaitan dengan produk Summarecon, maka diperlukan
sumber daya yang memadai, hal ini tergambar dari budaya organisasi kuat
yang dianut oleh divisi riset PT Summarecon yang lebih memfokuskan
kepada keberlangsungan proses project yang diberikan oleh unit. Sumber
daya pertama yang menjadi fokus perencana divisi ini adalah waktu, pada
tahap pra survey divisi riset akan menghitung estimasi waktu akan
L a p o r a n A k h i r P K L | 54
dibutuhkan untuk menyelesaikan project yang diberikan oleh unit, estimasi
waktu yang tepat selama menjalankan project akan menjadi hal yang
sangat dipertimbangkan saat mengajukan prosedur project riset kepada
unit. Kedua, uang, besaran dana yang dihitung dari luasan daerah riset
yang diajukan oleh unit, cakupan pekerjaan berupa jenis riset seperti CSI
(Customer Satisfication Index), Customized Research, dan Competitor
Research, perlengkapan seperti ATK (Alat Tulis Kantor), Transportasi,
sumber daya manusia yang perlu dibayar seperti surveyor dan freelancer
serta sumber daya lain yang dibutuhkan selama proses riset berlangsung.
Hal ini sangat penting mengingat dalam pelaksanaan riset akan
membutuhkan banyak biaya untuk pengcopyan kuesioner, pembiayaan
surveyor dan freelancer, dan estimasi biaya lain yang berkaitan dengan
proses riset.
Jumlah individu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan riset
menjadi sumber daya yang sangat penting untuk diperhatikan, karena
seringkali sebuah riset berjalan lambat akibat SDM yang kurang karena
ketidakberminatan beberapa orang untuk menjadi surveyor dan freelancer.
Seperti halnya yang sering dialami oleh divisi ini saat sedang
membutuhkan surveyor atapun freelancer saat akan menjalankan project
unit. Fokus penelitian evaluasi dilakukan agar riset yang dijalankan tepat
sasaran sesuai dengan yang dibutuhkan oleh unit. Keahlian penelitian
adalah sumber daya yang telah tersedia didalam divisi riset ini. Sebab,
hampir semua jumlah tenaga ahli yang dilibatkan sesuai kompetensi yang
dibutuhkan. Dapat dilihat berdasarkan pembagian kerja yang disusun
berdasarkan keahlian masing-masing staff seperti Research Asisstant
Manager, Junior Analyst, Field Specialist, Junior Data Specialist. Hal ini
juga menjadi penting, sebab jika staff, surveyor, ataupun freelancer tidak
memiliki keahlian yang cukup dalam menjalankan sistem kerja divisi,
maka proses riset tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam menetapkan tujuan, divisi riset harus mampu melakukan
identifikasi tentang apa yang diinginkan dan tingkatan pengetahuan atau
L a p o r a n A k h i r P K L | 55
skill apa yang perlu dimiliki oleh setiap anggota tim. Untuk itu secara
internal asisten manajer divisi riset telah menyusun struktur organisasi
divisi riset sesuai dengan keahlian masing-masing staff agar sesuai dengan
modal manusia, modal sosial, modal lingkungan, modal ekonomi, dan
modal budaya yang dimiliki.
Berdasarkan jenis-jenis kebutuhan unit akan project yang mereka
berikan kepada divisi riset maka kebutuhan tersebut dibagi menjadi empat,
yaitu, Perceived needs, tentang apa yang konsumen pikir butuhkan dari
produk Summarecon yang akan dan sudah mereka gunakan seperti
kenyamanan, kebersihan, keamanan, kelayakan, kemudahan menggunakan
fasilitas, dan lain-lain seperti yang telah disusun didalam pertanyaan
kuesioner. Normative needs, standard kebutuhan yang ditetapkan
berdasarkan kebiasaan konsumen yang dilihat dari seberapa sering dan
berapa lama seorang konsumen telah menggunakan produk milik
Summarecon. Relative needs, kesenjangan antara tingkat jasa yang
diberikan disuatu komunitas, dibandingkan dengan komunitas lain di area
geografis yang hampir sama, yaitu harapan dari konsumen agar produk
Summarecon bisa lebih unggul dibanding produk kompetitor lain yang ada
disekitar Summarecon. Dengan begitu diharapkan konsumen akan menjadi
Summarecon sebagai pilihan utama dalam pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Exspressed needs, individu mendapatkan jasa secara
nyata dengan tersedia segala jenis kebutuhan konsumen, seperti
apartemen, rumah, pusat perbelanjaan, rumah kantor (rukan), dan lain-lain.
Hal ini sangat diharapkan oleh konsumen. Sebab, seiring perkembangan
jaman membuat segala kebutuhan dan keinginan konsumen terus
meningkat dan tidak mungkin ingin terus terpenuhi.
L a p o r a n A k h i r P K L | 56
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Sistem kerja divisi riset operational support department PT
Summarecon Agung, Tbk merupakan sistem kerja yang menggunakan
pendekatan positivistik dengan metode kuantitatif dan kuesioner sebagai
instrument penelitiannya. Selain itu sistem kerja yang dibentuk oleh divisi
riset merupakan salah satu bentuk sistem kerja yang didasari oleh budaya
organisasi yang kuat, bersifat statis/stabil dan sederhana sehingga lebih
menekankan pada proses kerja riset disbanding output yang dihasilkan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sistem kerja divisi
riset PT Summarecon Agung, Tbk terdiri dari 3 tahap, yaitu pra survey,
survey dan pasca survey. Dimana pra survey ini terdiri dari persiapan apa
yang akan dibutuhkan saat survey, mulai dari perumusan masalah yang
disesuaikan project unit, pembuatan draft kuesioner, perancangan estimasi
biaya sampai dengan pencarian SDM sebagai mediator survey atau yang
biasa disebut dengan surveyor. Selanjutnya adalah tahap survey itu sendiri
yang bisa dilakukan secara langsung face to face ataupun melalui telepon
atau telesurvey. Setelah data-data diperoleh maka yang selanjutnya
dilakukan adalah pengolahan data, mulai dari input data, olah angka, dan
charting. Tahap terakhir dari sistem kerja divisi ini adalah reporting, yang
biasanya dilakukan melalui email dan penyerahan hard copy kepada unit.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang keefektifan divisi ini terhadap
perkembangan produk perusahaan, maka keefektian ini tidak dapat dinilai
seberapa jauh pengaruhnya. Sebab, untuk semua hasil riset yang telah
dilakukan oleh divisi ini sampai dengan dilaporkan kepada unit, sudah
menjadi wewenang unit untuk menggunakan atau tidak menggunakan data
yang dihasilkan oleh divisi riset untuk perbaikan produknya.
Berdasarkan peranannya sebagai tim riset audit internal
perusahaan, maka divisi riset ini merupakan divisi yang bergerak dalam
evaluasi need assessment, dimana divisi ini berusaha mencari apa yang
L a p o r a n A k h i r P K L | 57
sebenarnya dibutuhkan oleh unit untuk meningkatkan kualitas produknya
berdasarkan kebutuhan responden atas pemenuhan keinginannya sebagai
konsumen produk Summarecon.
B. Rekomendasi
Untuk mengatasi kekurangan dalam hal waktu pengerjaan project,
maka yang rekomendasi yang akan diberikan oleh penulis adalah
mengadakan training terhadap calon-calon surveyor untuk
meminimalisir kecurangan yang akan terjadi saat riset berlangsung.
Selain itu perlu ada sosialisasi yang tepat sasaran untuk dapat
merekrut surveyor ataupun freelancer divisi riset.
Untuk benar-benar mengetahui apa yang dibutuhkan oleh unit,
maka rekomendasi yang akan diberikan oleh penulis adalah
observasi mendalam pada objek riset dengan estimasi waktu yang
tidak terlalu lama, agar setidaknya mengetahui sampel apa yang
benar-benar dibutuhkan unit dan konsumen
L a p o r a n A k h i r P K L | 58
Daftar Pustaka
Neuman, W. Lawrence. 2007. Basic of Social Research: Qualitative and
Quantitative Approaches. Pearson Education Inc. Boston
Wibowo. 2013. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang. Jakarta: Rajawali Pers.
World Health Organization. 2000. Need Assessment: Workbook 3
L a p o r a n A k h i r P K L | 59