Upload
devinadiyawidjaya
View
147
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
struktur fungsi dan perkembangan tumbuhan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu karakteristik dari makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Pada tumbuhan terdapat keistimewaan khusus yang terkait masalah pertumbuhan.
Tumbuhan memiliki struktur jaringan meristem yang terus menerus membelah selama
tumbuhan itu masih hidup, artinya proses pertumbuhan terjadi secara terus menerus. Hal
ini berbeda dengan makhluk hidup lain seperti hewan dan manusia yang mengalami
proses pertumbuhan terbatas sampai usia tertentu. Proses pertumbuhan yang terjadi pada
makhluk hidup memang suatu saat tetapakan mengalami suatu titik pemberhentian yaitu
kematian. Pada tumbuhan meskipun struktur penyusunnya berasal daru jaringan
meristem yang selalu aktif membelah dantumbuh, titik akhir berupa kematian akan tetap
dialami dalam proses kehidupannya.Jaringan meristem pada tumbuhan tidak mengalami
yang namanya penuaan dankematian, akan tetapi jaringan-jaringan yang merupakan hasil
differensiasi dari jaringan meristem akan tetap mancapai tahap penuaan dan menuju
kematian.Proses penuaan pada jaringan tumbuhan dapat terjadi dengan
berbagaimekanisme, salah satunya adalah absisi. Absisi adalah suatu proses secara alami
terjadinya pemisahan bagian atauorgan tanaman, seperti: daun, bunga, buah atau batang.
Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini faktor alami seperti: panas, dingin,
kekeringan akan berpengaruh terhadap absisi. Proses penurunan kondisi yang menyertai
pertumbuhan umur, yang mengarah kepada kematian organ atau organisme,disebut
penuaan (senensensi).Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk
panjang hariyang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari
faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antar etilen dan
auksin.Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme
daun,tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga
akanmeningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akanmendorong
pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapisanabsisi terpisah dengan
memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.Gugur
daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air
melalui penguapan pada musim salju karena pada saatitu akar tidak mampu menyerap air
pada tanah yang membeku. Pengguguran daun pada setiap musim gugur yang diawali
dengan terjadinya perubahan warna,kemudian daun mengering dan gugur adalah juga
Page | 1
merupakan proses penuaan.Warna pada daun yang akan gugur merupakan kombinasi
pigmen-pigmen baruyang dibentuk pada musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang
telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya pada
musimgugur karena daun-daun tersebut berhenti mensintesis pigmen klorofil.Peranan
etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahuidaripada peranannya dalam
hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok,
bagian pangkal tangkai daunnyaterlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut
lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima
berukuran kecildengan dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah daun rontok, daerah
absisimembentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk
membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami melakukan percobaan dan menyusun
laporan yang berjudul “pengaruh hormon AIA terhadap proses absisi yang terjadi pada
daun Coleus sp.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat didapatkan rumusan maslah
sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh hormon AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus sp?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hormon
AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus sp.
Page | 2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Absisi
Absisi merupakan suatu proses pemisahan bagian/organ tanaman dari tanaman,
seperti daun, bunga, buah atau batang secara alami. Menurut Addicot (1964) faktor luar
yang berpengaruh terhadap proses absisi diantaranya adalah panas, dingin dan
kekeringan. Di dalam proses absisi, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme
dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari pektin dalam lamela tengah.
Pembentukan lapisan absisi (abscission layer), kadang-kadang diikuti oleh susunan sel
bagian proksimal. Disini sel-sel baru akan berdiferensiasi ke dalam periderm dan
membentuk suatu lapisan pelindung.
Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman
yang menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses awal gugurnya daun di tandai dengan
perubahan warna pada daun kemudian
mengering dan akhirnya gugur.
Penguguran daun ini biasanya terjadi
pada daun yang sudah tua, terkena
penyakit, atau untuk menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak
menguntungkan(kemarau dan musim
dingin). Proses penurunan kondisi
yang menyertai pertambahan umur yang
mengarah kepada kematian organ atau
organisme disebut penuaan (senensensi).
Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek
pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini
menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah
absisi dan tetap mempertahankan proses metabolism daun, tetapi dengan bertambahnya
umur daun, jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel
yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi.
Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim
yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.
Page | 3
B. Mekanisme Absisi Pada Daun
Daun merupakan organ dari tanaman yang berperan penting dalam fotosintesis
untuk menghasilkan bahan makanan bagi kelangsungan hidup tanaman. Daun pada
tanaman secara berkala akan mengalami proses pengguguran. Selama pengguguran,daun
terlepas dari batang tanpa
menimbulkan kerusakan terhadap
jaringan hidup dibatang dan
permukaan yang baru terbuka itu juga
dilindungi dari pengeringan dan
infeksi. Daun tidak gugur begitu saja
pada waktu mati. Suatu daerah
pembelahan yang disebut daerah
absisi berkembang di daerah dekat
pangkal tangkai daun. Sehingga
sejumlah dinding sel yang melintang
tegak lurus terhadap sumbu
panjangtangkai daun terbentuk.
Daerah absisi terdiri atas lapisan pemisah dan lapisan pelindung. Pada lapisanpemisah
tersebut terjadi pelepasan daun yang sebenarnya. Pada daerah inimerupakan bagian
terlemah dari tangkai daun. Setelah daun menjadi dewasa, makadaerah absisi menjadin
nyata dan terjadi lekukan dangkal di luar dan di daerahabsisi ini terjadi perubahan warna
epidermis. Diameter berkas vaskuler di daerahabsisi mengalami pereduksian. Kolenkim
tidak ada dan sklerenkim menjadi lemahatau tidak ada sama sekali. Sel-sel parenkim
absisi mempunyai sitoplasma yanglebih padat.Sebelum daun gugur terjadi lapisan
pemisah pada daerah penggugurantersebut. Lapisan pemisah berlanjut melintasi sel-sel
parenkim di dalam berkasvaskuler. Sel-sel parenkim di tempat tersebut membelah
menjadi sel yang lebihkecil, pipih, mengandung tepung dan plasmanya kental. Di daerah
ini unsur-unsurxilem dan floem serta sel-sel mati lainnya telah rusak secara mekanik.
Sebelumdaun benar-benar gugur, silosis dan getah menyumbat terutama sel-sel
pengangkutprimer pada berkas vaskuler, namun pengangkutan tetap dipertahankan
melalui unsur-unsur sekunder sehingga daun tetap segar dan tidak layu sampai pada
akhirnya pemisahan tersebut sempurna. Segera sebelum pengguguran daun, dinding luar
dan lamella tengah sel-sel penyusun lapisan pemisah menjadi bergelatin danpada akhir
Page | 4
sebelum daun gugur gelatin tadi hancur dan terlarut. Akibat pelarutans ubstansi antar sel
dan dinding sel luar, maka sel-sel menjadi renggang dan lepasantara satu dengan yang
lain. Akhirnya, daun hanya diperkuat oleh unsure-unsurvaskuler yang segera putus akibat
tenaga mekanis atau gravitasi, sehingga tangkaidaun akan terputus karena angin dan
berat daunnya sendiri yang mengakibatkanpemisahan daun dari batang.Pada daerah
pemisahan terbentuklah bekas luka daun (leaf scar) pada batang atau cabang.
Gambar. Leaf scar terbentuk setelah daun gugur
Bekas luka daun (leaf scar) terbentuk karena terjadi penimbunan substansi yang
melindungi permukaan baru tersebut dari kerusakan,infeksi dan kehilangan air. Substansi
ini terdapat di bawah lapisan pemisah dalamsel-sel yang berupa suberin dan lignin.
Lapisan pemisah yang tersisa di batang akanmembentu lapisan pelindung, dapat berupa
jaringan pelindung primer ataupelindung sekunder berupa periderm. Di bawah lapisan
pelindung primer kemudiandiendapkan suberin dan lignin sebagai penghalang keluarnya
air dan masuknyainfeksi penyakit. Lapisan sekunder ini bersambungan dengan periderm
batang. Lapisan pelindung primer dan lapisan pelindung sekunder digunakan
sebagaipenutup luka akibat tangkai daun yang gugur.Daun yang terletak paling bawah
dari suatu tanaman atau daun paling tua akansegera gugur. Hal ini disebabkan karena
daun paling tua berada paling bawah,dimana cahaya matahari tidak dapat mengenai
seluruh permukaan daun karenaterhalang oleh daun di atasnya. Akibatnya, daun paling
tua tidak dapat melakukanfotosintesis dengan baik, dan selanjutnya akan segera gugur.
Sebelum gugur, daunpaling tua segera mengirimkan semua unsur hara yang dimiliki ke
daun di atasnyaatau terjadi transfer unsure hara. Hal ini juga akan dilakukan oleh daun-
Page | 5
daunberikutnya setelah tua dan sebelum gugur.Gugurnya daun juga dipicu oleh faktor
lingkungan, termasuk panjang hari yangpendek pada musim gugur dan suhu yang
rendah. Rangsangan dari faktorn lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan
antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses
metabolisme daun,tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan
juga akanmeningkat. Sedangkan etilen sangat berperan dalam proses pengguguran daun.
Sel-sel yang mulai menghasilkan eilen akan mendorong pembentukan lapisan
absisi.Selanjutnya etilen akan merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu
sintesisenzim yang merusak dinding-dinding sel pad lapisan absisi. Gugur daun
padamusim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan airmelalui
penguapan pada musim salju karena pada saat itu akar tidak mampumenyerap air pada
tanah yang membeku. Teori tentang mekanisme absisi pada daun juga dijelaskan oleh
Robinstein dan Leopold (1964). Kedua ilmuwan ini menerangkan bahwa respon absisi
pada daun terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auksiin
diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama, auksiin akan menghambat absisi dan fase
kedua auksiin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi. Menurut
Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) penuaan atau senescence adalah suatu
penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu
organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan sebagai menurunnya fase
pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan
kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik
lainnya. Ciri-ciri terjadinya penuaan dapat ditemukan pada morfologi dan perubahan di
dalam organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan seperti ini diikutioleh meningkatnya
abscission serta daun dan buah berguguran dari batang pokok.Begitu pula pertumbuhan
dan pigmentasi warna hijau berubah menjadi warnakuning, yang akhirnya buah dan daun
terlepas dari batang pokok.
C. Peranan Hormon dalam Absisi Daun
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu
bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain dimana pada
konsentrasi yang sangat rendah akan menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon
harus di translokasikan didalam tubuh tanaman, tetapi tidak disebutkan berapa jauh
hormon tersebut harus di angkut, juga tidak disebutkan bahwa hormon tidak akan
menyebabkan pengaruh pada sel dimana hormon tersebut disintesis. Auksin yang
Page | 6
ditemukan oleh Went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-acetic acid,
disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa IAA merupakan hormon auksin yang
sebenarnya atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian tanaman
mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan
selayaknya juga di golongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan
bahan terlarut lainnya, IAA biasanya tidak di angkut melalui pembuluh floem dan tidak
juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada
permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mampu mengekspor gula, tetapi
pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda
dan melalui sel-sel hidup lainnya, termasuk floem parenkima dan sel-sel parenkima yang
mengelilingi jaringan pembuluh. (Lakitan, 1996).
Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama
berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam
merangsang pembesaran sel dan perubahan-perubahan lainnya, Auksin ini bekerja sama
dengan hormon-hormon lain. (Anonim, 2009).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon
pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan
konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat. (Anonim, 2008).
Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot Etall (1955)
mengemukakan bahwa absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah
proksimal sama atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat didaerah distal. Tetapi
apabila junlah auksin berada di daerah distal lebih besar daridaerah proksimal maka tidak
akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi iniakan terlambat. Teori lain (Biggs
dan Leopld 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan
oleh konsentrasi auksin itu sendiri.Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat
terjadinya absisi, sedangkanauksin dengan konsentrasi rendah akan mempercepat
terjadinya absisi. Teoriterakhir ditentukan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang
menerangkan bahwarespon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi ke dalam dua
fase jika perlakuan auksin diberikan setelah auksin terlepas. Fase pertama, auksin akan
menghambat absisi dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan
mendukung terjadinya absisi
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada
peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun.
Page | 7
Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah
yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun
dari sel-sel parenkima berukuran kecildengan dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah
daun rontok, daerah absis imembentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati
menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen. Dari gambaran
teori di atas maka untuk dapat mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi daun,
dilakukan percobaan pada tanaman Coleus sp.
D. Manfaat Pengguguran Daun
Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada saatitu akar tidak
mampu menyerap air pada tanah yang membeku. Bagi tumbuhan,gugurnya daun ini
berguna untuk membuang organ yang tidak berguna yangmungkin sebagai sumber infeksi
yang potensial dan pada beberapa spesies untuk memberi tempat bagi daun baru yang
akan tumbuh pada musim berikutnya.
E. Iler (Coleus sp.)
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Coleus (Solenostemon)
Species : Coleus sp.
Page | 8
Coleus sp adalah jenis tanaman tahunan yang berasal dari daerah tropis di Afrika,
Asia, Australia, India Timur, Kepulauan Melayu dan Filipina. Tanaman ini dikenal
dengan nama Coleus, nama ini diambil dari klasifikasi sebelumnya yang terbagi menjadi
dua: yang tergabung dalam Solenostemon sp atau jenis lain Plectranthus.
Daun berwarna-warni dan beraneka ragam, biasanya dengan kontras yang tajam
antara warna, daun mungkin berwarna hijau, merah muda, kuning, hitam (warna ungu
sangat gelap), merah marun, dan. Kultivar baru dengan varietas warna yang terus-
menerus dilakukan. Tanaman tumbuh baik pada tanah baik dikeringkan lembab, dan
biasanya tumbuh 0,5-1 m, meskipun beberapa mungkin tumbuh setinggi 2 meter. Coleus
biasanya ditanam sebagai tanaman hias. Mereka toleran terhadap panas, tetapi mereka
kurang baik di bawah sinar matahari penuh di daerah subtropis daripada di tempat teduh.
Di daerah yang ringan (tidak ada salju di musim dingin), tanaman biasanya dapat
disimpan sebagai tanaman keras jika dikelola dengan baik. Di daerah dingin, mereka
sering ditanam sebagai semusim, karena tanaman tidak hardy dan menjadi berkaki
panjang dengan usia (untuk mendorong bushing pada tanaman berkaki panjang, cukup
mencubit kembali ujung tumbuh). Dalam terang, daerah panas, warna tanaman yang
biasanya lebih intens di daerah berbayang daripada di sinar matahari penuh, dan
tanaman akan memerlukan air lebih sedikit di sana. Coleus juga membuat rendah
pemeliharaan tanaman hias, dan sering dapat diperbanyak dengan kliping panjang
batang tepat di bawah daun dan menempatkan batang dalam air untuk root. Bunga
tanaman tumbuh pada batang atas batang daun yang, dan cenderung ungu dan cukup
kecil dibandingkan dengan daun. Tanaman ini umumnya tidak ditanam untuk
bunganya, karena mempromosikan pemanjangan batang
Page | 9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian ekperimental, karena penelitian
dilakukan menggunakan beberapa variabel, yaitu variabel manipulasi, variabel kontrol,
dan variabel respon.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Kontrol : Jenis tanaman (Coleus sp.), pemberian atau pengolesan
lanolin dan AIA (mengolesi bekas potongan yang 1 dengan
lanolin dan yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin)
2. Variabel Manipulasi : Perlakuan yang diberikan pada tanaman iler (Coleus sp.)
a. Tanaman 1: Memotong satu pasang lamina yang
terletak paling bawah
b. Tanaman 2: Memotong satu pasang lamina yang
terletak tepat di atas lamina yang paling bawah
3. Variabel Respon : Waktu gugurnya tangkai
C. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Pisau 1 buah
b. Kertas label Secukupnya
2. Bahan
a. Tanaman iler (Coleus sp.) 2 buah
b. Lanolin Secukupnya
c. 1 ppm AIA dalam lanolin Secukupnya
Page | 10
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian melakukan kegiatan sebagai
berikut :
a. Pot 1: memotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah.
b. Pot 2: memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah.
3. Mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang lainnya
dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.
4. Memberi tanda dengan kertas label bekas potongan tersebut agar tidak tertukar.
5. Mengamati setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut.
Page | 11
E. Kerangka Percobaan
Page | 12
Mengambil dua buah pot tanaman Coleus sp.
Pot 2: memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah.
Pot 1: memotong satu pasang lamina yang paling bawah.
Mengolesi bekas potongan tersebut yang satu
dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1 ppm
AIA dalam lanolin
Memberi tanda dengan menggunakan kertas label agar tidak tertukar
Mengamati tiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel
Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh AIA terhadap Absisi Daun Coleus sp.
Letak tangkai
yang gugur
Waktu gugur tangkai daun (Hari ke- )
Lanolin Lanolin + AIA
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Tangkai daun
yang paling
bawah
√ √
Tangaki daun
nomor 2 dari
bawah
√ √
2. Histogram
Tangkai daun paling bawah
Tangkai daun nomor 2 dari bawah
0
1
2
3
4
5
6
Histogram Pengaruh AIA Terhadap Absisi Daun Coleus sp.
Lanolin
AIA dalam lanolin
Letak tangkai daun
Wak
tu g
ugur
nya
tang
kai (
hari
ke-)
Page | 13
B. Analisis Data
Berdasarkan tabel dan histogram diatas diketahui bahwa AIA (asam indol
asetat) berpengaruh terhadap absisi tangkai daun Coleus sp. Pada tangkai yang
terletak paling bawah, tangkai daun yang diolesi lanolin gugur lebih cepat yaitu pada
hari ketiga. Sedangkan yang diolesi AIA dalam lanolin, tangkai daun gugur pada hari
keempat.
Pada tangkai yang terletak nomor 2 dari bawah, tangkai daun yang diolesi
lanolin gugur lebih cepat yaitu pada hari keempat. Sedangkan yang diolesi AIA dalam
lanolin, tangkai daun gugur pada hari kelima. Berdasarkan data juga diketahui bahwa
tangkai daun yang terletak paling bawah gugur lebih cepat daripada tangkai daun
yang terletak nomor 2 dari bawah.
C. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh serta analisis data diatas dapat diketahui
bahwa AIA (asam indol asetat) berpengaruh terhadap absisi tangkai daun Coleus sp.
Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan waktu gugur pada tangkai daun Coleus sp.
Dalam percobaan ini dilakukan perbedaan perlakuan, yaitu pada tanaman 1
memotong satu pasang lamina yang paling bawah dan pada tanaman 2 memotong satu
pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah. Setelah itu
tangkai bekas potongan lamina dari kedua tanaman diolesi dengan lanolin pada satu
tangkai dan AIA dalam lanolin pada tangkai yang lain. Didapatkan data bahwa pada
tangkai yang terletak paling bawah, tangkai daun yang diolesi lanolin gugur lebih
cepat yaitu pada hari ketiga. Sedangkan yang diolesi AIA dalam lanolin, tangkai daun
gugur pada hari keempat. Pada tangkai yang terletak nomor 2 dari bawah, tangkai
daun yang diolesi lanolin gugur lebih cepat yaitu pada hari keempat. Sedangkan yang
diolesi AIA dalam lanolin, tangkai daun gugur pada hari kelima.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa tangkai daun yang diolesi
dengan lanolin lebih cepat gugur daripada tangkai daun yang diolesi dengan AIA
dalam lanolin. Hal ini mengindikasikan bahwa hormon AIA menghambat proses
pengguguran (absisi) tangkai daun Coleus sp, sedangkan lanolin mempercepat atau
memicu proses pengguguran tangkai daun Coleus sp.
Page | 14
Sebelum tangkai pada daun Coleus sp. mengalami absisi maka terjadi lapisan
pemisah pada daerah absisi tersebut. Lapisan pemisah berlanjut melintasi sel-sel
parenkim di dalam berkas vaskuler. Sel-sel parenkim tempat tersebut membelah
menjadi sel yang lebih kecil, pipih mengandung tepung dan plasma yang kental. Sel-
sel penyusun lapisan ini dindingnya larut atau bahkan seluruh selnya hancur sehingga
daun gugur akibat tenaga mekanis. Lapisan yang tersisa pada batang akan membentuk
lapisan pelindung berupa pelindung jaringan primer atau berupa periderm. Dibawah
lapisan pelindung primer kemudian diendapkan suberin dan lignin sebagai barier
(penghalang) keluarnya air dan masuknya infeksi penyakit. Lapisan periderm ini
bersambung dengan periderm batang. Lapisan pelindung primer dan lapisan
pelindung sekunder digunakan sebagai penutup luka akibat tangkai daun yang gugur.
Pada bagian tangkai yang daunnya telah dipotong terjadi proses pembentukan
lapisan absisi yang mengandung pektinase dan selulase, sehingga lamela tengah larut
dan tangkai daun akan menjadi putus. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan
tersumbat dengan terbentuknya tilosa dan gabus. Pembentukan lapisan absisi
(abscission layer) ini, kadang-kadang diikuti oleh susunan sel divisi proksimal.
Hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin adalah, absisi akan terjadi apabila
jumlah auksin yang ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari
jumlah auksin yang terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah
auksin yang berada di daerah distal lebih besar dari daerah proksimal, maka tidak
akan terjadi absisi atau dengan kata lain proses absisi akan terhambat,sehingga pada
tangkai yang hanya diolesi oleh AIA dalam lanolin terjadi pengguguran yang lebih
lama karena auksin masih berperan dalam pertumbuhan sehingga daun belum
melakukan proses absisi daun.
Sel-sel pada tangkai daun tersebut dipacu untuk menghasilkan etilen yang
berfungsi untuk mempercepat pemanjangan sel batang. Etilen dan ABA mendorong
penuaan, sehingga peran ABA pada percobaan ini menyebabkan pengguguran tangkai
daun tetapi kurang efektif dibandingkan dengan etilen. Pada proses pengguguran
tangkai daun dapat disimpulkan bahwa ABA tidak berpengaruh langsung, tetapi
bekerja secara tidak langsung dengan menyebabkan penuaan prematur pada sel organ
yang akan gugur. Hal tersebut akan mendorong naiknya produksi etilen. Etilen akan
mengawali proses pengguguran yang sebenarnya bagi suatu daun, disamping itu
tumbuhan akan mempunyai manfaat tersendiri yaitu pada daun yang telah tua dapat
mentransfer unsure hara ke daun yang lebih muda sehingga proses metabolisme pada
Page | 15
tumbuhan terus berlangsung. Hal ini juga akan dilakukan oleh daun-daun berikutnya
setelah tua dan sebelum gugur. Oleh karena itu pada percobaan ini daun yang terletak
paling bawah dari suatu tanaman atau daun paling tua akan segera gugur lebih dahulu
daripada daun yang beradadiatasnya.
Pada tangkai daun yang diolesi dengan AIA dalam lanolin waktu gugurnya
tangkai daun lebih lama daripada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin. Hal
dikarenakan AIA yang memiliki struktur sama dengan auksin, yaitu berperan untuk
mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun. Sehingga sel-
sel terus melakukan pertumbuhan meski dalam tubuh tumbuhan tidak dihasilkan lagi
auksin karena tangkai daun yang dipotong tidak akan menghasilkan hormon auksin
lagi. Sedangkan pada tangkai daun yang hanya diolesi lanolin saja tidak akan
melakukan pertumbuhan karena auksin telah habis sehingga terjadi proses absisi daun
karena aktivitas hormon etilen dan karena tidak adanya penghambat bagi aktivitas
kerja hormon Asam Absisat (ABA). Dimana ABA yang berperan adalah ABA
endogen yang menyebabkan pengguguran yang terjadi lebih maksimal, selain itu juga
pengaruh ABA eksogen yang juga dapat menyebabkan pengguguran daun. Namun,
ABA disini tidak bekerja secara langsung yakni diawali dengan penuaan prematur
pada sel organ yang akan gugur.
Gugurnya daun juga disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk panjang
hari dan suhu yang rendah. Tanaman yang digunakan untuk percobaan ini diletakkan
di luar ruangan sehingga sangat memungkinkan adanya pengaruh lingkungan luar
yang sangat berpengaruh terhadap perubahan keseimbangan hormon dalam tubuh
tumbuhan. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan
keseimbangan antara etilen dan auksin.
Dalam percobaan ini, diketahui bahwa tangkai daun yang terletak paling
bawah atau daun paling tua gugur lebih dahulu daripada tangkai daun yang letaknya
nomor 2 dari bawah. Hal ini disebabkan karena tangkai daun yang letaknya dekat
dengan apikal (tangkai no 2 dari bawah) memiliki kandungan auksin yang lebih
banyak, sehingga akan melakukan proses pertumbuhan bukan proses absisi daun,
dimana hal ini membuat tangkai tersebut memerlukan waktu untuk gugur yang lebih
lama daripada tangkai daun yang terletak paling bawah. Selain itu dengan
bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan jugaakan meningkat dan sel-
sel yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi.
Page | 16
Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim
yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.
Sebelum gugur, daun dan tangkai daun yang terletak paling bawah atau paling
tua segera mengirimkan semua unsur hara yang dimiliki pada daun yang berada di
atasnya atau terjadi transfer unsur hara. Hal ini juga akan dilakukan oleh daun-daun
berikutnya setelah tua dan sebelum gugur.
D. Diskusi
Pertanyaan:
Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara? Jelaskan
pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung.
Jawab :
Dalam percobaan yang kami lakukan diketahui terdapat perbedaan waktu
gugurnya tangkai daun pada tanaman Coleus sp.
Pada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin waktu gugurnya lebih cepat
daripada tangkai daun yang diolesi dengan AIA lanolin. Hal ini disebabkan karena
bagian pangkal tangkai daun yang diolesi dengan lanolin akan membentuk daerah
absisi. Daerah ini merupakan bagian yang terlemah dan diameter berkas pengangkut
lebih kecil dari bagian lain, tidak mengandung kolenkim maupun sklerenkim (sebagai
jaringan penguat) sehingga lamela tengahnya larut yang mengakibatkan tangkai daun
dapat putus atau gugur. Putus atau gugurnya tangkaidaun pada daerah absisi yang
tidak mengalami penebalan oleh lignin, suberin, danselulosa serta dipicu oleh angin
atau karena berat dari jaringan itu sendiri. Selain itu,disebabkan karena lanolin
merupakan salah satu campuran zat yang sifatnya samadengan ABA dan etilen yaitu
mempercepat penuaan prematur pada sel organ yangakan gugur, termasuk daun.Pada
tangkai daun yang diolesi dengan lanolin + AIA waktu gugurnya tangkai daunlebih
lama daripada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin saja karena AIA atauauksin
menghalangi induksi ABA. Hal ini dapat diindikasikan bahwa hormon AIA
menghambat proses pengguguran tangkai daun. Selain hormon yang berpengaruhpada
proses pengguguran daun, letak atau posisi daun juga berpengaruh yaitu tangkaidaun
yang terletak paling bawah atau daun paling tua gugur lebih dahulu daripadatangkai
daun yang letaknya di atas daun terbawah atau ke-2 dari bawah. Hal inidisebabkan
karena daun paling tua berada paling bawah, dimana cahaya mataharitidak dapat
mengenai seluruh permukaan daun karena terhalang oleh daun di atasnya.Akibatnya,
Page | 17
daun paling tua tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik, danselanjutnya akan
segera gugur.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa AIA berpengaruh terhadap proses absisi pada tangkai daun
Coleus sp. Dimana pada tangkai daun yang diolesi AIA dalam memiliki waktu gugur
yang lebih lama daripada tangkai daun yang hanya diolesi lanolin saja. Dengan kata
lain, pemberian AIA dapat menghambat proses absisi pada tangkai daun Coleus sp.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya pengamatan dilakukan per
jam (atau paling tidak 3 atau 4 jam sekali) sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat,
karena kemungkinan tangkai daun yang gugur pada hari yang sama tetapi waktunya
yang berbeda. Selain itu, sebaiknya digunakan tanaman yang memiliki kondisi yang
sama sehingga data yang diperoleh akurat.
Page | 18
DAFTAR PUSTAKA
Asbindo. 2012. Coleus. Dari http://www.asbindo.org/tanaman-taman/coleus diakses
pada tanggal 15 November 2012 pukul 23:14 WIB
Kimbal, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi kelima. Bogor : Erlangga
Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik . Jakarta:
PT. Gramedia Indonesia
Rahayu, Yuni Sri dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa
Sasmitamihardja, Dradjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
ITB Press.
Wikipedia. 2012. Coleus. Dari http://en.wikipedia.org/wiki/Coleus , diakses pada
tanggal 15 November 2012 pukul 23:09 WIB
Page | 19
LAMPIRAN
Tanaman 1: lamina yang terletak paling bawah, tangkai kiri diolesi lanolin dan tangkai kanan diolesi AIA dalam lanolin
Tanaman 2: lamina yang terletak nomor 2 dari bawah, tangkai kiri diolesi lanolin dan tangkai kanan diolesi AIA dalam lanolin
Page | 20
Lanolin AIA dalam lanolin
Lanolin AIA dalam lanolin
Page | 21