32
BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS : Nama : M.R Jenis kelamin : laki-laki Tanggal Lahir/Umur : 22 january 2014 / 8 bulan Berat badan lahir : 3.100 gram Kebangsaan / suku : Indonesia / sanger Agama : Kristen Protestan Alamat : Banjer lk VII Tanggal Masuk RS : 20 oktober 2014 Jam Masuk RS : 04..45 wita Nama ibu / umur : Maria Rawung / 26 tahun Pendidikan ibu : SMK Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga (IRT) Tahun perkawinan : Pertama Nama ayah : Brando Makawimbang / 28 tahun Pendidikan ayah : SMK Pekerjaan ayah : Tukang bangunan Tahun perkawinan : Pertama 1

Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus divisi endokrin

Citation preview

Page 1: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

BAB II LAPORAN KASUS

IDENTITAS :

Nama : M.R

Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal Lahir/Umur : 22 january 2014 / 8 bulan

Berat badan lahir : 3.100 gram

Kebangsaan / suku : Indonesia / sanger

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Banjer lk VII

Tanggal Masuk RS : 20 oktober 2014

Jam Masuk RS : 04..45 wita

Nama ibu / umur : Maria Rawung / 26 tahun

Pendidikan ibu : SMK

Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga (IRT)

Tahun perkawinan : Pertama

Nama ayah : Brando Makawimbang / 28 tahun

Pendidikan ayah : SMK

Pekerjaan ayah : Tukang bangunan

Tahun perkawinan : Pertama

1

Page 2: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Anamnesa

Anak ke 2 dari 2 bersaudara

No. Jenis Kelamin Umur Keterangan

1. Laki-laki 33 tahun Sehat

2. Laki-laki 32 tahun Sehat

Family Tree

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Penderita

Keluhan Utama :

Penderita datang dengan keluhan utama nyeri kepala yang dialami sejak ± 1

minggu sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri menghebat sekitar 15-30 menit

sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri kepala bersifat hilang timbul dengan

pemberian obat anti nyeri, nyeri sudah dirasakan sejak 7 tahun yang lalu sampai

sekarang.

2

Page 3: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri kepala di alami penderita sejak ± 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit

yang bersifat hilang timbul dengan pemberian obat penghilang nyeri. nyeri

dirasakan seperti terikat/tertekan tetapi tidak berdenyut, nyeri menghebat ± 15

menit sejak masuk Rumah Sakit.. Nyeri juga dirasakan penderita bila sedang

upacara bendera disekolah, penderita pernah terjatuh dari pohon ± 7 tahun lalu.

Saat jatuh penderita tidak sadarkan diri beberapa menit hingga akhirnya dipercik

air dan terbangun. setelah kejadian tersebut penderita sering mengeluh nyeri

kepala yang sifatnya hilang timbul. Dua tahun lalu penderita juga merasakan nyeri

kepala yang sama seperti saat ini hanya saja saat ini lebih nyeri. Penderita juga

mengalami demam sejak ± 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, namun saat ini

demam sudah tidak lagi. Penglihatan kabur juga dialami penderita sejak ± 2 hari

sebelum masuk Rumah Sakit, mual dan muntah tidak ada, nafsu makan / minum

biasa, BAB/BAK biasa

Anamnesa Antenatal

Antenatal care secara teratur dipuskesmas sebanyak 9 kali, imunisasi TT tidak

ada, selama hamil kondisi ibu dalam keadaan sehat

Penyakit yang sudah dialami

Morbili : Pernah

Varicella : Pernah

Pertusis : Belum pernah

Diarrhea : Pernah

Cacing : Belum pernah

Batuk / Pilek : Belum pernah

Lain-lain : -

3

Page 4: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Kepandaian / Kemajuan Bayi

Pertama kali membalik : 5 bulan

Pertama kali tengkurap : 5 bulan

Pertama kali duduk : 8 bulan

Pertama kali merangkak : 8 bulan

Pertama kali berdiri : 1 tahun

Pertama kali berjalan : 1 tahun

Pertama kali tertawa : 8 bulan

Pertama kali berceloteh : 7 bulan

Pertama kali memanggil mama : 7 bulan

Pertama kali memanggil papa : 1 tahun

Anamnesis Makanan Terperinci

Asi : 0 – 2 tahun

Pasi : -

Bubur susu : -

Bubur siang : 2 bulan (selama 1 bulan)

Bubur halus : -

Nasi Lembek : -

Imunisasi :

DASAR ULANGAN

I II III I II III

BCG +

POLIO + + +

DPT + + +

CAMPAK +

HEPATITIS + + +

4

Page 5: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Riwayat Keluarga

Hanya penderita yang sakir seperti ini dalam keluarga

Keadaan social, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan

Penderita tinggal di rumah permanen, beratap seng, dinding beton dan lantai tehel,

jumlah kamar tidur 2, dihuni oleh 5 orang, 2 orang dewasa, dan 3 orang anak-

anak, WC/KM diluar rumah, penderita tinggal di daerah tanawangko lingkungan

7, ayah penderita seorang petani sedangkan ibu penderita hanya ibu rumah tangga.

Sumber air minum : Sumur

Sumber penerangan listrik : PLN

Penanganan sampah : Dibakar dan dibuang

Pemeriksaan Fisik

Berat badan : 40 Kg

Panjang badan :165 cm

Keadaan umum : Cukup

Keadaan mental : Compos Mentis

Gizi : baik

Sianosis : -

Anemia Ikterus : -

Kejang : -

Tensi : 120 / 70 mmHg

Nadi : 84 x/m

Respirasi : 24 x/m

Suhu tubuh : 36,5 oc

5

Page 6: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Kulit :

Warna : Sawo matang

Efloresensi : -

Pigmentasi : -

Lapisan lemak : -

Jaringan parut : -

Tonus : Normal

Oedema : -

Lain-lain : -

Kepala :

Bentuk : Mesochepal

Rambut : Hitam, sukar dicabut

Ubun-ubun Besar : datar

Mata :

Exophthalmus/Enophthalmus : -

Tekanan bola mata : Normal

Conjungtiva : Anemis (-)

Sclera : Ikterik (-)

Cornea Reflex : Normal

Pupil : bulat, isokor, RC +/+

Lensa : Jernih

Fundus : tidak dievaluasi

Visus : tidak dievaluasi

Gerakan : Normal

6

Page 7: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Telinga : secret (-)

Hidung : secret (-)

Mulut :

Bibir : Sianosis (-)

Lidah : Beslag (-)

Gigi : Caries (-)

Selaput Mulut : Mukosa

Gusi : perdarahan (-)

Bau pernafasan : Foetor (-)

Tenggorokan :

Tonsil : T-T Hiperemis (-)

Faring : Hiperemis (-)

Leher :

Trachea : Letak tengah

Kelenjar : pembesaran KGB (-)

Kaku kuduk : (-)

Lain-lain : (-)

Thorax :

Bentuk : Normal

Rachitic Rosary : (-)

Ruang Intercostal : (-)

Precordial Bulging : (-)

7

Page 8: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Xiphosternum : (-)

Harrisone groove : (-)

Retraksi : (-)

Lain-lain : (-)

Paru-paru :

Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan

Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung :

Detak jantung : 84 x/m

Iktus cordis : cordis tidak tampak

Batas kiri : Linea midclavicularis sinistra

Batas kanan : Linea Parasternal Dextra

Batas atas : ICS II-III

Batas jantung Apex : M1 > M2

Batas apex Aorta : A1 > A2

Batas jantung pulmo : P1 > P2

Bising : (-)

Abdomen :

Bentuk : Datar, bising usus (+)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Lain-lain :

8

Page 9: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Genitalia : Perempuan (Normal)

Kelenjar : Pembesaran KGB (-)

Anggota gerak : Akral hangat, CRT ≤ 2”

Tulang belulang : deformitas (-)

Otot-otot : atrofi (-)

Reflek-reflek : RF +/+, RP -/-,spastic (-),Klonus (-)

Pemeriksaan Nervur Kranialis

a. Nervus Olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi

b. Nervus Optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus

Abducens (N.VI)

Selama pemeriksaan berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki

gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke

kiri dan ke kanan). Selain itu, bola mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-

kanan dan atas-bawah

d. Nervus Trigeminus (N.V)

Selama pemeriksaan berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

e. Nervus Facialis (N.VII)

Selama pemeriksaan berlangsung terlihat wajah pasien simetris

f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)

Selama pemeriksaan berlangsung, pasien mampu untuk menjawab

pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien

normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh

Tes Romberg memberi kesan pasien dapat membuka mata dan tidak

terjatuh

9

Page 10: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Tes Heel-to-toe-walking memberi kesan pasien tidak terjatuh ke salah

satu sisi

Tes Jari hidung memberi kesan pasien dapat melakukan dengan baik

dan lancar

g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi

h. Nervus Vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

i. Nervus Aksesorius (N.XI)

Selama pemeriksaan berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus

Aksesorius pasien dalam keadaan normal

j. Nervus Hipoglosus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi

Fungsi sensorik : Hemihipestesi (-)

Fungsi motorik : Kekuatan otot 5 5

5 5

Tonusotot : N N

N N

Refleks fisiologis : (+) normal

Refleks patologis : (-)

10

Page 11: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

MCH : 27 pg Eosinofil : 4 % Creatinin : 0,5 mg/dl

MCHC : 33,4 g/dl Basofil : 0 % Ureum : 17 mg/dl

MCV : 80,9 fl Batang : 4 % SGOT : 16 U/L

Hb : 11,6 g/dl Segmen : 42 % SGPT : 6 U/L

Eritrosit : 4,29 jt/ml Lymposit : 40 % Natrium : 142 mmol/L

Leukosit : 10.000 mm3/ul Monosit : 16 % Kalium : 3,96 mmol/L

Trombosit : 323.000 ul/mm3 Clorida : 102,5 mmol/L

Laboratoirum

Tanggal 12 september 2014

11

Page 12: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Resume Masuk

Pasien perempuan usia 13 tahun dengan berat badan 40 Kg, tinggi badan 154 cm

masuk rumah sakit pada tanggal 11 september 2014 jam 10.30 pagi dengan

keluhan nyeri kepala yang dialami sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,

nyeri bersifat hilang timbul, penderita memiliki riwayat jatuh dari pohon ( 7 tahun

lalu). Semenjak jatuh penderita sering mengalami nyeri kepala hilang timbul.

Keadaan umum : Tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg,

Nadi : 84 x/m,

Respirasi : 24 x/m

Suhu tubuh : 36,5oc

Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pernafasan

cuping hidung (-)

Thorax : Simetris, retraksi (-), C/P dalam batas normal

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) Normal, Hepar/Lien tidak

teraba

Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2”, spastic (-), klonus (-), RF +/+,

RP -/-

Diagnosis kerja : Sefalgia kronik tipe tension headache ec post trauma

kepala

Usulan pengobatan/perawatan :

Ibuprofen 3 x 400 mg tab

12

Page 13: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Anjuran Pemeriksaan :

CT-Scan Kepala + Kontras

Konsul ke bagian Mata

Konsul ke bagian THT

13

Page 14: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Follow Up

Hari 1 / Tanggal 12-09-2014

S : Nyeri kepala menurun, muntah tidak ada

O : KU : Tampak sakit

Kes : Compos Mentis

Tensi : 110 / 60 mmHg,

Nadi : 80 x/m,

Respirasi : 28 x/m,

Suhu : 36,5oc

Kepala : Conjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-),PCH (-), pupil bulat iskor Ø 3 mm-3 mm

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Hepar/lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2” Spastic (-), klonus (-),

Refleks fisiologis (+), Refleks Patologis -/-

Motorik 5 5 Sensorik + +

5 5 + +

A : Sefalgia kronis tiper tension headache ec post trauma kepala

P : Ibuprofen 3 x 400 mg tab

Anjuran : CT-Scan Kepala + Kontras

Konsul Mata

Konsul THT

14

Page 15: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Hari 2 / Tanggal 13-09-2014

S : Nyeri kepala menurun, Intake (+), muntah tidak ada

O : KU : Tampak sakit

Kes : Compos Mentis

Tensi : 100 / 70 mmHg,

Nadi : 80 x/m,

Respirasi : 24 x/m,

Suhu : 36,5oc

Kepala : Conjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-),PCH (-), pupil bulat iskor Ø 3 mm-3 mm

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Hepar/lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2” Spastic (-), klonus (-),

Refleks fisiologis (+), Refleks Patologis -/-

Motorik 5 5 Sensorik + +

5 5 + +

A : Sefalgia kronis tiper tension headache ec post trauma kepala

P : Ibuprofen 3 x 400 mg tab

Jawaban Konsul :

1. Dari bagian THT menyimpulkan tidak terdapat kelainan di bidang THT

2. Dari bagian Mata, penderita menolak untuk dilakukan pemeriksaan

15

Page 16: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Hari 3 / Tanggal 14-09-2014

S : Nyeri kepala berkurang, muntah tidak ada

O : KU : Tampak sakit

Kes : Compos Mentis

Tensi : 110 / 60 mmHg,

Nadi : 88 x/m,

Respirasi : 28 x/m,

Suhu : 36,2oc

Kepala : Conjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-),PCH (-), pupil bulat iskor Ø 3 mm-3 mm

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Hepar/lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2” Spastic (-), klonus (-),

Refleks fisiologis (+), Refleks Patologis -/-

Motorik 5 5 Sensorik + +

5 5 + +

A : Sefalgia kronis tiper tension headache ec post trauma kepala

P : Ibuprofen 3 x 400 mg (K/p)

16

Page 17: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

Hari 4 / Tanggal 15-09-2014

S : Nyeri kepala (-), muntah tidak ada

O : KU : Tampak sakit

Kes : Compos Mentis

Tensi : 110 / 70 mmHg,

Nadi : 80 x/m,

Respirasi : 24 x/m,

Suhu : 36,5oc

Kepala : Conjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-),PCH (-), pupil bulat iskor Ø 3 mm-3 mm

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Hepar/lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2” Spastic (-), klonus (-),

Refleks fisiologis (+), Refleks Patologis -/-

Motorik 5 5 Sensorik + +

5 5 + +

A : Sefalgia kronis tiper tension headache ec post trauma kepala

P : Ibuprofen 3 x 400 mg (K/p)

Pro : Rawat Jalan

Jawaban Hasil / Ekspertisi CT-Scan

Tidak ditemukan adanya kelainan

17

Page 18: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

BAB III PEMBAHASAN

Kasus yang diperoleh adalah suatu bentuk sefalgia yang bersifat kronik post

trauma kepala dengan tipe tension headache. Sefalgia merupakan rasa nyeri atau

rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu

sampai kedaerah belakang kepala ( daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk)

dengan sensasi nyeri berupa sensasi berdenyut, rasa terikat, tertusuk-tusuk, dan

sebagainya. Dorland’s Pocket Medical Dictionary menyatakan bahwa nyeri kepala

adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai

dengan flushing serta mata dan hidung yang berair.4,5,7

Sefalgia berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 yaitu sefalgia

primer dan sekunder, sefalgia primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat

kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya, diantaranya migran,

tension tipe headache, nyeri kepala kluster, sedangkan sefalgia sekunder adalah

nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur dan atau

sejenisnya, diantaranya kelainan vaskular, kelainan non vaskuler intrakranial,

kelainan metabolik, nyeri kepala akut dan kronik post trauma kepala, nyeri kepala

yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi,

mulut atau struktur facial atau kranial lainnya.6-8

Sefalgia berdasarkan onsetnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok nyeri

yaitu nyeri kepala akut, subakut, dan kronik. Nyeri kepala akut biasanya

disebabkan oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit serebrovaskular, meningitis

atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa

timbul disebabkan kejang, lumbal punksi dan karena hipertensi ensefalopati, nyeri

kepala subakut biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intrakranial,

neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi. Sedangkan untuk

nyeri kepala kronik biasa disebabkan karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri

18

Page 19: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

kepala tipe tegang, cervical spine disease, sinusitis, dental disease dan oleh karena

trauma kepala.7,8

Pada kasus ini di diagnosa dengan sefalgia kronik tipe tension headache

berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesa di dapatkan bahwa pasien datang ke rumah sakit dengan

keluhan nyeri kepala sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, nyeri bersifat hilang

timbul dengan pemberian obat penghilang nyeri, pasien memiliki riwayat terjatuh

dari pohon sejak 7 tahun yang lalu, saat terjatuh pasien tidak sadarkan diri, pasien

terbangun setelah 15 menit kemudian, setelah kejadian tersebut pasien sering

mengeluhkan nyeri di daerah kepala hingga saat ini, pasien juga mengeluhkan

demam dan penglihatan yang kabur kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah

sakit, tetapi saat ini demam dan penglihatan kabur sudah tidak dikeluhan lagi.

Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada pasien ini tidak didapatkan

kelainan-kelainan neurologis, begitu juga dengan pemeriksaan penunjang yang

telah dilakukan dimana pada pemeriksaan computerized tomography scanner (CT-

Scan) tidak ditemukan adanya kelainan seperti perdarahan ataupun adanya massa

(Tumor). Pada pemeriksaan Telinga Hidung Tenggorok (THT) juga tidak

ditemukan adanya kelainan. Pasien sempat mengeluh adanya pandangan yang

kabur sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan direncanakan untuk dilakukan

pemeriksaan mata akan tetapi pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan

tersebut.

Pada kasus ini di diagnosis dengan sefalgia kronik tipe tension headache

(TTH-Tension Type Headache), TTH (Tension Type Headache) merupakan nyeri

kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut,

tidak dipengaruhi dan diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga

sedang, tidak disertai mual dan muntah, bersifat fotofobia atau fonofobia.4,9,11

Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala.

TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling

19

Page 20: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang

mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah

mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya. 4,9,11,12

TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi,

dengan prevalensi 1-tahun sekitar 38–74%. Rata-rata prevalensi TTH 93%.4,5

Satu studi menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%. Prevalensi TTH di Korea

sebesar 16,2% sampai 30,8%, di Kanada sekitar 36%, di Jerman sebanyak 38,3%,

di Brazil hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun.

Suatu survei populasi di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik

sebesar 38,3% dan TTH kronis sebesar 2,2%.4,11,13,14

TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi yaitu 1).TTH episodik yang

jarang (Infrequent episodic) / 1 serangan per bulan atau kurang dari 12 sakit

kepala per tahun. 2). TTH episodik yang sering (frequent episodic) 1-14 serangan

per bulan atau antara 12 dan 180 hari per tahun. 3). TTH menahun (chronic),lebih

dari 15 serangan atau sekurangnya 180 hari per tahun.4,12

Berdasarkan etiopatofisiologi TTH secara umum diklasifikasikan sebagai

bentuk organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis dan

gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout,

ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan.

Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poorself-related health), tidak mampu

relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam, dan usia

muda adalah faktor risiko TTH. Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi,

pekerjaan/beban yang terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine

withdrawal, dan fl uktuasi hormonal wanita. Stres dan konflik emosional adalah

pemicu tersering TTH. Gangguan emosional berimplikasi sebagai faktor risiko

TTH, sedangkan ketegangan mental dan stres adalah faktor-faktor tersering

penyebab TTH. Asosiasi positif antara nyeri kepala dan stres terbuktinyata pada

penderita TTH.4,9,10,13,15

Serupa dengan anamnesis diatas bahwa nyeri kepala yang di keluhkan oleh

penderita bersifat hilang timbul, seperti tertekan/terikat, tidak berdenyut, nyeri

20

Page 21: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

saat sedang melaksanakan upacara bendera, tidak didapatkan mual dan muntah

dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah ibuprofen 400 mg tablet.

Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dengan

derivat asam propionat yang bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang

tidak terlalu kuat, efek analgesiknya sama dengan aspirin. Efek anti-inflamasinya

terlihat dengan dosis 1200-2400 mg perhari. Absropsi ibuprofen cepat melalui

lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam, 90%

ibuporen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan

lengkap. Ibuprofen memiliki efek samping saluran cerna yang lebih ringan

dibandingkan dengan aspirin, idnometason atau naproksen.11

Pada penderita TTH dewasa berobat jalan yang diikuti selama lebih dari

10 tahun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifikan, sedangkan 29% TTH

episodik berubah menjadi TTH kronis. Studi populasi potong lintang Denmark

yang ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan rata-rata remisi 45% di

antara penderita TTH episodik frekuen atau TTH kronis, 39% berlanjut menjadi

TTH episodik dan 16% TTH kronis. Secara umum, dapat dikatakan prognosis

TTH baik.4,12,14,15

21

Page 22: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

BAB IV KESIMPULAN

1. Seorang anak perempuan usia 13 tahun masuk Rumah Sakit pada tanggal 11

september 2014 jam jam 10.30 pagi dengan keluhan nyeri kepala yang

dialami sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri bersifat hilang

timbul, nyeri dirasakan sejak 7 tahun yang lalu sampai sekarang.

2. Penderita merupakan anak ke-4 dari 4 orang bersaudara, ayah penderita

adalah seorang petani, sedangkan ibu penderita adalah ibu rumah tangga,

penderita tinggal di daerah tanawangko lingkungan 7

3. Pemeriksaan fisik neurologis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang (CT-Scan + Kontras) tidak menemukan adanya kelainan

4. Hasil konsultasi ke bagian Telinga Hidung dan Tenggorok (THT)

menyimpulkan bahwa tidak terdapat kelainan di bidang tersebut

5. Hasil konsultasi ke bagian mata menyimpulkan bahwa penderita menolak

dilakukan pemeriksaan mata

6. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis,

serta pemeriksaan penunjang di simpulkan bahwa kasus ini merupakan kasus

sefalgia kronik tipe tension headache (TTH)

7. Sefalgia merupakan rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh

daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang

kepala ( daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk) dengan sensasi nyeri

berupa sensasi berdenyut, rasa terikat, tertusuk-tusuk, dan sebagainya

8. Sefalgia berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 yaitu sefalgia primer

dan sekunder

9. Sefalgia berdasarkan onsetnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok nyeri yaitu

nyeri kepala akut, subakut, dan kronik

10. TTH (Tension Type Headache) merupakan nyeri kepala bilateral yang

menekan (pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi

22

Page 23: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

dan diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak

disertai mual dan muntah, bersifat fotofobia atau fonofobia

11. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah obat golongan anti inflamasi

non-steroid (NSAID), yaitu ibuprofen 400 mg tablet

12. Prognosis pada pasien ini secara keseluruhan adalah dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Anurogo D. Tension ype headache, Neurosciense Departement, Brain and

Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia

2014;vol.41 no.3

2. Lew LH, Lin PH, Fuh JL, Wang SJ, Clark DJ Walker WC. Charateristic

and treatment of headache after traumatic brain injury, American journal

of physical medicine and rehabilitation, 2006;hal:619-27

3. Finkel AG, Concussion and post-traumatic headache. American headache

sosiety 2010

4. Susanto A, Peranan CT Scan kepala dalam diagnosis nyeri kepala kronis.

Fakultas kedokteran universitas katolik atmajaya, jakarta 2014;vol.41 no.3

5. Zasler N, Post trauma ic headache and brain injury. Brain injury

Association of America. 2001

6. Martins HADL, Martins BBM, Ribas VR, Bernardino SN, Oliveira DAO,

Silva LC,dkk. Life quality, depression and anxiety symptoms in chronic

post traumatic headache after mild brain injury. Derrent Neuropsychol,

Maret 2012;6(1);hal53-8

7. Sjahrir H, Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer dan prospek

pengobatannya. Fakultas kedokteran universitas sumatra utara. 2004;hal:1-

16

8. Royster EI, Crumbley K. Initial Experience With Implanted Peripheral

Nerve Stimulation for the Treatment of Refractory Cephalgia. The

Ochsner Journal 2011;11:147-150

9. Fendrich K, Vennemann M, Pfaffenrath V, Evers S, May A dkk.

Headache prevalence among adolescents – the German DMKG headache

study. International Headache Society. 2007; hal:347-354

23

Page 24: Lapoporan Kasus diare berdarah erick

10. Headache Classification Committee of the International Headache Society

(IHS), The International Classification of Headache Disorders,3rd edition

(beta version). International Headache Society 2013

11. Gunawan SG, Nafriadi RS, Elysabeth. Analgesik-antipiretik analgesik

anti-inflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. Farmakologi

dan Terapi. Edisi ke-5. jakarta 2007;hal 230-46

12. Bendtsen L, Jensen R. Tension-Type Headache, Departement of

Neurology, university of Copenhagen, Denmark 2009. hal; 526-35

13. Bendtsen L, Evers S, Linde M, Mitsikostas DD, Sandrini G, Schoenen J.

EFNS guidline on the treatment of tension-type headache- Report of EFNS

task force. European Journal of Neurology, 2010;hal: 1318-25

14. Royster EI, Crumbley K. Initial experience with implanted peripheral

nerve stimulation for the treatment of refractory cephalgia. The Oshner

Journal 2011;hal: 147-50

15. Evers S, Afra J, Frese A, Goadsby PJ, Linde M, May A, dkk. Cluster

headache and other trigemino-autonomic cephalgias. European Handbook

of Neurological Management 2011; vol 1,2nd edition,hal: 179-87

24