15
1 BAB I PENDAHULUAN Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. 1,2 Pterigium berbentuk membran segitiga dengan puncak di daerah kornea dan basisnya terletak pada celah kelopak (fissura palpebra) bagian nasal ataupun temporal dari konjungtiva. 1,3 Penyakit ini lebih sering ditemukan di daerah ekuator/katulistiwa dan sekitarnya. 4 Berdasarkan survei dari Departemen Kesehatan RI tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa kasus pterigium menduduki urutan kedua terbesar dari penyakit mata yang menyebabkan morbiditas. 5 Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tingginya paparan terhadap sinar ultraviolet yaitu bagi mereka yang tinggal di daerah beriklim subtropik dan tropik. Selain itu mereka yang sering terpapar dengan debu, angin, udara yang panas seperti petani, pelaut, buruh pelabuhan, pekerja bangunan, atau orang yang sering bekerja di luar ruangan dapat beresiko untuk terkena pterigium. 2,3,4 Insidens pterigium paling tinggi pada pasien berusia 20-40 tahun. Paling sering ditemukan pada pria daripada wanita (2:1). 6 Etiologi dari pterigium sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Namun terdapat berbagai teori yang telah diajukan yang didasarkan pada observasi insidensi, distribusi, geografi, dan histopatologi. Dari berbagai teori tersebut sebagian besar sepakat bahwa “external irritating factor” merupakan hal yang amat penting dalam etiologi pterigium. Faktor iritasi eksternal yang paling mendekati sebagai bukti penyebab yaitu paparan sinar ultraviolet atau inframerah, disamping debu, angin, asap dan udara panas. Hal ini didukung oleh banyaknya kasus pterigium yang ditemui didaerah tropis dan subtropis dibanding daerah lainnya. 7,8

lapkas pterigium 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

A pterygium is a non-cancerous growth that starts in the of the clear, thin tissue (conjunctiva) of the eye. This growth covers the white part of the eye (sclera) and extends onto the cornea. It is often slightly raised and contains visible blood vessels. The problem may occur on one or both eyes.

Citation preview

Page 1: lapkas pterigium 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif.1,2

Pterigium berbentuk membran segitiga dengan puncak di daerah

kornea dan basisnya terletak pada celah kelopak (fissura palpebra) bagian nasal ataupun

temporal dari konjungtiva.1,3

Penyakit ini lebih sering ditemukan di daerah ekuator/katulistiwa dan sekitarnya.4

Berdasarkan survei dari Departemen Kesehatan RI tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa

kasus pterigium menduduki urutan kedua terbesar dari penyakit mata yang menyebabkan

morbiditas.5

Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tingginya paparan terhadap sinar ultraviolet

yaitu bagi mereka yang tinggal di daerah beriklim subtropik dan tropik. Selain itu mereka

yang sering terpapar dengan debu, angin, udara yang panas seperti petani, pelaut, buruh

pelabuhan, pekerja bangunan, atau orang yang sering bekerja di luar ruangan dapat beresiko

untuk terkena pterigium.2,3,4

Insidens pterigium paling tinggi pada pasien berusia 20-40 tahun.

Paling sering ditemukan pada pria daripada wanita (2:1).6

Etiologi dari pterigium sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Namun terdapat

berbagai teori yang telah diajukan yang didasarkan pada observasi insidensi, distribusi,

geografi, dan histopatologi. Dari berbagai teori tersebut sebagian besar sepakat bahwa

“external irritating factor” merupakan hal yang amat penting dalam etiologi pterigium. Faktor

iritasi eksternal yang paling mendekati sebagai bukti penyebab yaitu paparan sinar ultraviolet

atau inframerah, disamping debu, angin, asap dan udara panas. Hal ini didukung oleh

banyaknya kasus pterigium yang ditemui didaerah tropis dan subtropis dibanding daerah

lainnya.7,8

Page 2: lapkas pterigium 2

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif.1,2

Asal kata pterygium dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya

wing atau sayap. Pterigium berbentuk membran segitiga dengan puncak di daerah kornea dan

basisnya terletak pada celah kelopak (fissura palpebra) bagian nasal ataupun temporal dari

konjungtiva.1,3

Epidemiologi

Kasus pterygium yang tersebar di seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung pada

lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Faktor yang sering

mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator. Prevalensi juga tinggi pada daerah berdebu dan

kering.3

Insidens pterigium paling tinggi pada pasien berusia 20-40 tahun. Paling sering

ditemukan pada pria daripada wanita (2:1) dan meningkat pada kalangan yang sering terpapar

sinar ultraviolet yang tinggi.6

Gejala Klinik

Gejala klinik dari pterigium bervariasi mulai dari asimtomatik sampai timbulnya gejala

berupa mata merah, perih, gatal, panas, merasa seperti ada yang mengganjal pada bola mata,

sering keluar air mata dan dapat terjadi gangguan ketajaman penglihatan atau suatu

astigmatisma akibat pterigium yang meluas ke dalam kornea terlebih pupil.1,3,6

Pterigium terbagi atas 4 stadium, yaitu :9,10

Stadium I : puncak pada konjungtiva bulbi.

Stadium II : puncak lewat limbus tapi belum melewati setengah jarak antara limbus

dan pupil.

Page 3: lapkas pterigium 2

3

Stadium III : puncak melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum

melewati pupil.

Stadium IV : puncak sudah melewati pupil.

Diagnosis

Anamnesis

Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata merah, gatal,

mata sering berair, ganguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata

merah berulang, riwayat banyak bekerja di luar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar

mathari yang tinggi, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.1,2, 6

Pemeriksaaan fisik

Pada inspeksi pterygium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular pada

permukaan konjuntiva. Pterygium dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi

ada juga pterygium yang avaskuler dan flat. Perigium paling sering ditemukan pada

konjungtiva nasal dan berekstensi ke kornea nasal, tetapi dapat pula ditemukan pterygium

pada daerah temporal. 6

Diagnosis Banding

Pterigium didiagnosis banding dengan pseudopterigium. Pseudopterigium merupakan

perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat akibat ulkus. Sering terjadi saat proses

penyembuhan dari ulkus kornea, dimana konjungtiva tertarik dan menutupi kornea.

Pseudopterigium dapat ditemukan dimana saja bukan hanya pada fissura palpebra seperti

halnya pada pterigium. Pada pseudopterigium juga dapat diselipkan sonde di bawahnya

sedangkan pada pterigium tidak. Pada pseudopterigium melalui anamnesa selalu didapatkan

riwayat adanya kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea.1,3

Penanganan

Page 4: lapkas pterigium 2

4

Penanganan pterigium dapat berupa konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat

dilakukan dengan melindungi mata dengan pterigium dari iritasi sinar matahari, debu dan

udara panas dengan kacamata pelindung. Juga dapat diberikan air mata buatan bila perlu dan

apabila meradang dapat diberikan steroid topikal. Pembedahan dilakukan apabila terjadi

gangguan penglihatan akibat astigmatisma ireguler, bersifat progresif, menyebabkan

gangguan pergerakan bola mata, mendahului suatu operasi besar dan alasan kosmetik.1,3

Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan berupa ekstirpasi, yaitu pengangkatan seluruh

membran pterigium.3 Namun dengan cara ini dapat terjadi rekurensi sekitar 50-80 %.

6 Untuk

mengurangi tingkat rekurensi dapat dilakukan transplantasi dengan menggunakan konjungtiva

bulbi superior sebagai donor, dimana berdasarkan penelitian di USA rekurensinya berkurang

hingga 5 %.6,11

Pencegahan terhadap pterigium dapat dilakukan dengan menggunakan kacamata

pelindung apabila beraktifitas di luar rumah terutama pada tempat-tempat yang sering

terpapar sinar matahari dan berdebu.

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis pterigium stadium III

okulus sinistra bagian nasal pada pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr.

R. D. Kandou.

Page 5: lapkas pterigium 2

5

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. DG

Umur : 51 tahun

Alamat : Wanea lingk II

Agama : Kr. Protestan

Pekerjaan : Tukang Sol Sepatu

Tanggal Pemeriksaan : 17 Juni 2013

Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Mata RSU Prof.dr. R.D. Kandou Manado

Anamnesis

Keluhan Utama : Mata kiri seperti terganjal sesuatu

Keluhan mata kiri seperti terganjal sesuatu dialami penderita sejak kira-kira 10 tahun

yang lalu. Mata terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu bersifat hilang tibmul. Rasa perih ini

timbul terutama bila mata kena cahaya matahari, debu, atau angin. Awalnya penderita merasa

gatal pada mata kirinya, lama-kelamaan rasa gatal makin hebat yang membuat penderita

sering mengucek-ngucek matanya sehingga mata menjadi merah. Rasa gatal kemudian diikuti

dengan rasa perih. Keluhan-keluhan ini terutama timbul saat penderita beraktivitas di luar

rumah yaitu saat mata penderita kena debu, angin atau sinar matahari saat bekerja. Penderita

juga merasa penglihatannya mulai terganggu.

Penderita sehari-hari banyak beraktifitas diluar rumah dan jarang sekali memakai

kacamata pelindung dalam beraktivitas sehingga sering terpapar sinar matahari dan debu.

Page 6: lapkas pterigium 2

6

Riwayat trauma pada mata disangkal penderita. Riwayat penyakit mata lainnya

disangkal penderita. Riwayat penyakit dahulu seperti kencing manis disangkal penderita.

Riwayat alergi obat tidak ada. Riwayat penggunaan kacamata tidak ada. Dalam keluarga

hanya penderita yang sakit seperti ini.

Pemeriksaan Fisik

● Status Generalis

KU : Cukup KS: Compos Mentis

TD : 140/80 mmHg N: 80x/mnt RR: 20x/mnt SB: 36,3oC.

Thoraks : Cor dan Pulmo dbn

Abdomen : dbn

Ekstremitas : akral hangat

● Status Psikiatrik

Sikap, ekspresi dan respon penderita baik (wajar) dan kooperatif.

● Status Neurologik

Motorik dan sensibilitas baik.

Pemeriksaan Khusus/ Status Oftalmikus

● Pemeriksaan Subjektif

Dengan Snellen chart didapatkan visus okulus dekstra : 6/6 dan visus okulus sinistra

6/15. PD: 64/62 mm.

● Pemeriksaan Objektif

Secara inspeksi didapatkan OS : palpebra normal, adanya lakrimasi, hiperemis

konjungtiva bulbi, terdapat benjolan dikonjungtiva bulbi bagian nasal oculus sinistra

Page 7: lapkas pterigium 2

7

berwarna putih kelabu bentuk segitiga dengan puncak sudah melewati setengah jarak

antara limbus kornea dan pupil tapi belum mencapai pupil.

Pada OS ditemukan sklera hiperemis, kornea jernih, terdapat benjolan dikonjungtiva

bulbi bagian nasal okulus sinistra berwarna putih kelabu bentuk segitiga dengan puncak

sudah melewati setengah jarak antara limbus kornea dan pupil tapi belum mencapai

pupil. pupil bulat, lensa jernih dan refleks cahaya positif.

Dengan pemeriksaan oftalmoskop ditemukan refleks fundus mata kanan dan kiri

positif. Pemeriksaan slit lamp didapatkan OS: Kornea jernih, ditutupi oleh membran

berbentuk segitiga yang puncaknya melewati limbus tapi belum melewati setengah

jarak limbus dan pupil, COA cukup dalam, lensa jernih. Pada OD tidak ada kelainan.

Pada pemeriksaan tekanan intraokuler dengan Tonometri Schiotz pada OD = 17,3

mmHg, OS = 14,9 mmHg.

Page 8: lapkas pterigium 2

8

RESUME

Seorang penderita laki-laki,51 tahun datang ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R. D.

Kandou dengan keluhan utama: mata kiri terasa seperti terganjal sesuatu.

Pemeriksaan Fisik

- Status Generalis : dalam batas normal.

- Status Oftalmikus :

Pemeriksaan subjektif : VOD: 6/6 dan VOS: 6/15.

Pemeriksaan objektif :

Konjungtiva bulbi OS : hiperemis, terdapat benjolan dikonjungtiva bulbi bagian

nasal okulus sinistra berwarna putih kelabu bentuk segitiga dengan puncak sudah

melewati setengah jarak antara limbus kornea dan pupil tapi belum mencapai pupil.

Pemeriksaan tambahan : TIOD : 17,3 mmHg, TIOS : 14,9 mmHg

Diagnosis

OS : Pterigium Stadium III Okulus Sinistra + Presbiopia + Miopi

OD : Presbiopia

Penanganan

- Tetes mata kortikosteroid.

- Direncanakan ekstirpasi Pterigium.

- Koreksi kacamata : OD 6/6 plano 6/6

+2,25

OS 6/15 -1,25 6/15

+2,25

Page 9: lapkas pterigium 2

9

Prognosis

Dubia ad bonam.

Preventif

Pasien dianjurkan memakai kacamata atau topi pelindung bila sedang beraktifitas di luar

rumah.

Page 10: lapkas pterigium 2

10

BAB IV

DISKUSI

Diagnosis pterigium pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan oftalmologis. Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa

mata perih dan terasa ada sesuatu yang mengganjal bila menutup mata, disertai gejala mata

merah, gatal, keluar air mata yang berlebihan dan gangguan penglihatan. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa keluhan subjektif penderita pterigium

bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai timbulnya gejala berupa adanya sesuatu yang

mengganjal, mata merah, perih, gatal, panas, sering keluar air mata dan menurunnya

ketajaman penglihatan. Mata merah, gatal, atau perih dapat terjadi bila terjadi iritasi pada

pterigium. Penglihatan kabur disebabkan oleh karena pterigium yang berada di kornea yang

mempengaruhi visus karena dapat menimbulkan astigmatisma ireguler.1,3,6

Penyebab pterigium yang pasti sampai saat ini belum jelas, tetapi diduga disebabkan

oleh iritasi faktor eksternal, yaitu sinar ultraviolet (UV-A dan UV-B) atau inframerah,

disamping debu, angin, dan udara panas.7,9

Hal inilah yang dapat menerangkan mengapa

pterigium lebih banyak ditemukan di daerah ekuator atau tropis, termasuk Indonesia. Mereka

yang beresiko terkena penyakit ini adalah mereka yang sering beraktifitas di luar rumah

dimana paparan terhadap sinar matahari langsung dan debu serta angin sangat memungkinkan

untuk terjadi.2,3,4

Dari anamnesa diketahui bahwa penderita sering beraktifitas di luar rumah

tanpa menggunakan kacamata pelindung sehingga matanya sering terkena debu dan juga

sering terpapar sinar matahari yang memberikan resiko timbulnya pterigium.

Page 11: lapkas pterigium 2

11

Pada pemeriksaan visus didapatkan visus OD: 6/6 sedangkan visus OS: 6/15.

Penurunan ketajaman penglihatan pada okulus sinistra disebabkan oleh pterigium yang telah

meluas sampai ke kornea yang menyebabkan suatu astigmatisma ireguler.1

Pada pemeriksaan objektif secara inspeksi pada konjungtiva OS tampak hiperemis,

pada bagian nasal terdapat membran berbentuk segitiga dengan puncak telah melewati limbus

tapi belum melewati setengah jarak antara limbus dan pupil. Sklera tampak hiperemis di

sekitar lipatan konjungtiva bulbi, kornea jernih, permukaan sebelah nasal tidak rata, ditutupi

oleh membran yang berbentuk segitiga. Hal inilah yang memperkuat penegakan diagnosa

pterigium. Pada kepustakaan pterigium didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan

fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif yang berbentuk suatu

membran segitiga dengan dasar pada konjungtiva bulbi dan puncak di daerah kornea.1,2

Pada

awalnya pterigium tampak sebagai suatu jaringan dengan banyak pembuluh darah sehingga

warnanya merah, yang kemudian menjadi suatu membran tipis dan berwarna putih. Bagian

sentral yang melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki kornea dan menggantikan epitel,

juga membran Bowman dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan ini berlanjut dan

mendekati pupil, yang dapat memperparah gangguan penglihatan pada seorang dengan

pterigium.3 Pada pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp didapatkan pada OS : kornea

jernih, terdapat benjolan dikonjungtiva bulbi bagian nasal oculus sinistra berwarna putih

kelabu bentuk segitiga dengan puncak sudah melewati setengah jarak antara limbus kornea

dan pupil tapi belum mencapai pupil. , COA cukup dalam dan lensa jernih. Berdasarkan

kepustakaan, pemeriksaan-pemeriksaan diatas yang mencakup observasi eksternal dan

pemeriksaan dengan instrumen yaitu slit lamp, sudah memenuhi syarat dalam mendiagnosis

suatu pterigium.13

Pterigium terbagi atas 4 stadium, yaitu:9,10

o Stadium I : puncak pada konjungtiva bulbi

Page 12: lapkas pterigium 2

12

o Stadium II : puncak lewat limbus tapi belum melewati setengah jarak antara

limbus dan pupil.

o Stadium III : puncak melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum

melewati pupil.

o Stadium IV : puncak sudah melewati pupil.

Pada penderita ini didiagnosa pterigium stadium III okulus sinistra bagian nasal,

karena pterigium berada di bagian nasal dengan puncak melewati setengah jarak antara

limbus dan pupil tetapi belum melewati pupil

Pada pasien ini tidak didiagnosa banding dengan penyakit mata lainnya karena dengan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologis sudah mendukung penegakan

diagnosis pterigium.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat pterigium meliputi: menurunnya ketajaman

penglihatan, iritasi mata yang berat, terbentuk jaringan ikat yang bersifat kronik pada

konjungtiva dan kornea dan pada keadaan lanjut motilitas mata menjadi terbatas karena

terbentuk jaringan ikat yang membungkus muskulus ekstraokuler.6 Pada pasien ini ditemukan

komplikasi berupa menurunnya ketajaman penglihatan OS (VOS: 6/ 15) dan iritasi yang

sangat mengganggu pasien.

Penanganan yang diberikan pada penderita ini meliputi pemberian kortikosteroid

topikal (Dexametazon 3 x 1 tetes per hari) untuk mengurangi atau menenangkan proses

inflamasi jaringan pterigium.6,7

Selain itu juga direncanakan pembedahan yaitu dengan

ekstirpasi pterigium dengan alasan pterigium sudah sangat mengganggu pasien dan juga

sudah menyebabkan gangguan penglihatan. Berdasarkan kepustakaan suatu pterigium

ditangani dengan pembedahan apabila menyebabkan gangguan visus, bersifat progresif,

Page 13: lapkas pterigium 2

13

menyebabkan gangguan pergerakan bola mata, mendahului suatu operasi besar dan bila ada

alasan kosmetik.3

Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Menurut kepustakaan umumnya

pterigium bertumbuh secara perlahan dan jarang sekali menyebabkan kerusakan yang

bermakna, karena itu prognosanya adalah baik.6

Pada penderita ini dianjurkan untuk selalu memakai kacamata pelindung atau topi

pelindung bila keluar rumah. Selain itu juga diharapkan agar penderita sedapat mungkin

menghindari faktor pencetus timbulnya pterigium seperti sinar matahari dan debu serta rajin

merawat dan menjaga kebersihan kedua mata. Hal ini sesuai kepustakaan bahwa untuk

mencegah pterigium terutama bagi mereka yang sering beraktifitas di luar rumah dapat

menggunakan kacamata atau topi pelindung untuk menghindari kontak dengan sinar matahari,

debu, udara panas dan angin.1,7

Page 14: lapkas pterigium 2

14

BAB V

KESIMPULAN

Pterigium merupakan salah satu dari sekian banyak kelainan pada mata dan

merupakan yang tersering nomor dua di indonesia setelah katarak, hal ini di karenakan oleh

letak geografis indonesia di sekitar garis khatulistiwa sehingga banyak terpapar oleh sinar

ultraviolet yang merupakan salah satu faktor penyebab dari piterigium. Pterigium banyak

diderita oleh laki-laki karena umumnya aktivitas laki-laki lebih banyak di luar ruangan, serta

dialami oleh pasien di atas 40 tahun karena faktor degeneratif.

Penderita dengan pterigium dapat tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik),

bisa juga menunjukkan keluhan mata iritatif, gatal, merah, sensasi benda asing hingga

perubahan tajam penglihatan tergantung dari stadiumnnya.

Terapi dari pterigium umumnya tidak perlu diobati, hanya perawatan secara

konservatif seperti memberikan anti inflamasi pada pterigium yang iritatif. Pada pembedahan

akan dilakukan jika pterigium tersebut sudah sangat mengganggu bagi penderita semisal

gangguan visual, dan pembedahan ini pun hasilnya juga kurang maksimal karena angka

kekambuhan yang cukup tinggi mengingat tingginya kuantitas sinar UV di Indonesia.

Walaupun begitu penyakit ini dapat dicegah dengan menganjurkan untuk memakai kacamata

pelindung sinar matahari.

Page 15: lapkas pterigium 2

15

KEPUSTAKAAN

1. Ilyas S. Pterigium. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Balai Penerbit

FKUI, Jakarta, 2003 : 119-20.

2. Mary P, Coday. Pterygium. Dalam: Digital Journal of Ophtalmology. Last update:

Pebruary 2004. Available on: http://www.djo.harvard.edu.

3. BAB II Tinjauan Pustaka. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id. pada tanggal 18 April

2011

4. Pterygium. Last update: Pebruary 18th

2004. Available on: http://www.StLukesEye.com.

5. Hastuti E. Efek desferioxamine topikal pada Pterigium. Dalam Gondhowiardjo Tj.

Ophthalmologica Indonesiana Journal of The Indonesian Ophthalmologist Association.

FKUI. Jakarta, 2002: 125-31.

6. Fisher JP. Pterygium. Last update: March 28th

2001. pp1-9. Available on :

http://www.emedicine.com.

7. Pterygium. Dalam : Handbook of Ocular Diseases Management. pp: 1. Available on:

http://www.revoptom.com/handbook/sectzi.thm.

8. Lowenstein J, Lee S. Pterygium. Dalam: Ophthalmology; Just The Facts. Mc Graw-Hill

Company. USA, 2004: 88-9.

9. Williams W. Corneal and Refractive Surgery. Dalam: Wright K, Head MD, editor.

Textbook Of Ophthalomology. Waverly company. London, 1997: 767-8.

10. Fsoter CS. Corneal and External Diseases. Last update: 2004. pp1-4. Available on:

http://www.medscape.com.

11. Liesegang TJ, Deutsch AT, Grand GM. Pterygium. Dalam: External Diseases and Cornea.

Basic and Clinical Science Course. Section 8. The Foundation of American Academy of

Ophthalmology. USA.2001: 339-41, 394.