Upload
piksi-ganesha-bandung
View
594
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
POSTULAT KOCH
Oleh :
Nama : Adzani Ghani IlmannafianNIM : B1J009077Rombongan : IKelompok : 5Asisten : Fitria Dewi S
LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
Virus adalah parasit intraselular obligat dengan ukuran 20-200 nm. Bentuk
dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung satu jenis asam
nukleat saja, RNA atau DNA. Partikelnya secara utuh disebut virion. Virion terdiri
dari capsid yang dibungkus oleh selubung pengaman berupa selubung protein,
glikoprotein atau membrane lipid. Virus biasanya resisiten terhadap antibiotik.
Setiap virus memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang. Siklus replikasi
menghasilkan asam nukleat dan mantel protein virus dalam jumlah yang banvak.
Mantel protein virus bergabung bersama-sama membentuk kapsid yang berfungsi
membungkus dan menjaga stabilitas asam nukleat virus terhadap lingkungan
ekstraseluler. Selain itu juga berfungsi untuk mempermudah penempelan serta
penetrasi virus terhadap sel baru yang dapat dimasukinya..
Virus sebagai jasad paling sederhana ternyata banyak menimbulkan masalah
kesehatan. Tidak hanya menginfeksi manusia, virus juga menyebabkan penyakit
pada hewan dan tumbuhan. Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat
berefek ringan atau bahkan tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa
membuat sel inang rusak atau bahkan mati (Rahma, 2007).
Virus selamahidu dalam organism mengalami 2 macam daur hiduo, yaitu
daur litik dan lisogenik. Daur litik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase
infeksi (penetrasi), fase replikasi (sintesis), fase perakitan, dan fase lisis
(pembebasan virus baru). Daur hidup lisogenik terdiri ari fase adsorbs (penempelan),
fase infeksi (penetrasi), fase penggabungan, dan fase pembelahan (Pelczar, 2008).
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan virus tidak hanya dikaitkan
dengan penyakit infeksi viral yang konvensional tetapi juga dengan berbagai
penyakit lain seperti kanker, penyakit autoimun maupun penyakit degenerative.
Masalah tersebut tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga di negara
maju. Apabila ditelaah lebih dalam, hampir semua organism mengandung virus atau
komponen virus di dalam dirinya (Sjahrurachman, 2001).
Pendeteksian adanya virus dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
cahaya langsung, PCR, pelacak DNA dan metode Plaque. Plaque sering digunakan
karena lebih mudah dan sederhana yaitu dengan melihat zona jernih dari biakan
bakteri yang ditumbuhkan. Zona jernih tersebut diakibatkan lisisnya bakteri akibat
virus (Anonim, 2008).
Tujuan praktikum Postulat Koch untuk memberikan pemahaman praktek
Postulat Koch dalam penularan penyakit tanamn yang disebabkan oleh virus
tumbuhan, mengetahui bagaimana cara penularan virus dari tanaman yang satu ke
tanaman yang lain menggunakan metode sap karena sangat penting untuk penelitian
virus dalam laboratorium.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, mortal dan pestle,
plastic transparan, kertas label, kertas saring, bekker glass, botol semprotan, amplas,
silet atau cutter, benang, dan corong,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman leguminosae
(kacang-kacangan seperti kacang tanah atau kcang hijau atau kacang kedelai), media
tanah untuk penanaman, bebrapa lembar daun kacang-kacanagn yang terinfeksi
penyakit karat, dan akuades steril.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
a) Pengamatan langsung pada daun yang berpenyakit
1. Disediakan daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun.
2. Daun yang didiga terinfeksi virus diamati antara gejala dan tanda-tanda yang
Nampak. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanman yang
sakit.
b) Pembuatan ekstrak atau sap dari daun yang berpenyakit
1. Sediakan 5 helai daun kacang-kacangan yang terkena penyakit.
2. Daun yang sakit dan akuades steril diletakkan dalam mortar dan dilumatkan
dengan pestle.
3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang
diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.
c) Pengujian
1. Pengujian dilakukan dengan 2 tanamna kacang tanah yang berumur 2
minggu.
2. Masing-masing kemlompok menyiapkan satu tanaman digunakan sebagai
control dan satu tanaman lainnya diinokulasikan dengan patogen penyebab
karat pada kacang tanah.
3. Tahapan inokulasi patogen dilakukan dengan melukai daun yang sehat
dengan menggunakan kertas amplas terlebih dahulu.
4. Cotton bud steril dicelupkan dalam sap tanaman yang memiliki tanda-tanda
penyakit virus yang telah disaring. Inokulasikan sap tanamn tersebut pada
daun yang telah dilukai.
5. Setelah proses inokulasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1 Gambar 2
Keterangan :
Gambar 1. Hasil negatif pada cawan yang tidak ada E.coli.
Gambar 2. Hasil positif pada cawan yang mengandung E.coli.
B. Pembahasan
Salah satu prosedur yang penting dalam virologi adalah mengukur
konsentrasi virus dalam sampel. Pendekatan yang banyak digunakan untuk
menentukan jumlah seberapa banyak virus yang menginfeksi adalah dengan tes plak
atau metode Plaque. Teknik ini pertama kali dikembangkan untuk menghitung
banyaknya bakteriofage. Renato Dulbecco mengembangkan metode ini pada tahun
1952 untuk digunakan dalam virologi hewan. Teknik ini menunjukkan penyebaran
virus progeni yang ditandai dengan zona lingkar sel (Dulbecco, 1953).
Metode plaque merupakan metode yang umum digunakan dalam melihat
kuantitas infeksi virus dan substansi virus. Infeksi partikel virus mengalami
multiplikasi pada area yang ditumbuhi bakteri. Sel-sel yang terinfeksi menghasilkan
zona jernih atau biasa disebut plak. Plak merupakan daerah yang jelas pada bidang
buram, mengindikasikan bakteri yang lisis oleh agen berupa virus atau antibiotik.
Plak akan terlihat pada sel-sel yang mati atau rusak. Kelebihan metode ini adalah
metode yang sederhana, mudah dilakukan dan biayanya terjangkau. Namun,
penghitungan jumlah virus yang menginfeksi tidak spesifik dikarenakan hanya
diasumsikan bahwa satu zona jernih adalah satu virus (Suryati, 2007).
Uji plak dilakukan dengan mengamati plak dalam sampel bakteri E.coli yang
ditumbuhkan pada media NA. Sampel dimasukkan ke dalam NA sebanyak 0,1 ml
tanpa melalui pengenceran dimaksudkan agar bakteri tetap dalam jumlah yang
banyak sehingga kemungkinan besar didapatnya plak yang diakibatkan oleh virus.
Setiap plak merupakan hasil infeksi dari satu sel per satu virus diikuti oleh replikasi
dan penyebaran virus itu. Virus yang tidak membunuh sel-sel tidak dapat
menghasilkan plak sehingga memberikan hasil atau tidak ada virus yag menginfeksi
bakteri, Hasil praktikum menunjukkan hasil positif yaitu adanya zona jernih atau
plak yang diakibatkan oleh lisisnya sel bakteri akibat infeksi virus (Anonim, 2008)
Virus yang melisiskan sel bakteri adalah bakteriofage. Bakteriofage termasuk
ke dalam ordo Caudovirales. Salah satu contoh bakteriofage adalah T4 virus yang
menyerang bakteri Eschericia coli. Praktikum pengamatan virus dengan metode
plaque menggunakan bakteri Eschericia coli. dikarenakan Eschericia coli.
merupakan bakteri yang sudah umum digunakan dalam penelitian dan paling dekat
dengan makhluk hidup sehingga mudah didapat. Eschericia coli. merupakan bakteri
yang hidup pada saluran pencernaan. Selain menginfeksi Eschericia coli.. virus juga
dapat menginfeksi bakteri Salmonella dan bakteri koliform laainnya (Meyer, 2000).
Virus memerlukan lingkungan sel yang hidup dalam perkembangbiaknnya.
Sehingga virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk
bereproduksi. Ada dua macam cara virus menginfeksi sel hospes, yaitu secara litik
dan secara lisogenik. Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini (Meyer,
2000) :
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA fag mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes
sebagai bahan, serta membentuk selubung protein. Maka terbentuklah beratus-
ratus molekul DNA baru virus yang lengakap dengan selubungnya.
3.Fase pembebasan virus (fag-fag baru)/ fase lisis
Sesudah fag dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau
fag yang baru.
Selain mengalami fase litik, virus juga dapat mengalami fase lisogenik.
Infeksi secara lisogenik, melalui tahap berikut :
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menenpel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes
kemudian mengluarkan DNAnya kedalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk
profag, sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada
satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor
yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan
hospes juga mengandung profag didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-
menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.
Virus akan menginfeksi berbagai organisme untuk menjadikannya sebagai
inang. Virus yang masuk ke dalam inang akan menjadi aktif dan dapat berkembang
biak. Pengambilan sampel dari limbah pembuangan ayam, kambing, sapi, ikan
karena limbah tersebut mengandung banyak bakteri yag diperkirakan dijadikan
inang oleh virus. Virus-virus yang ada pada limbah pembuangan menyebabkan
penyakit pada hewan yang bersangkutan. Virus pada limbah pembuangan ayam
dapat menyebabkan penyakit seperti tetelo atau New Cattle Dissease yang
disebabkan oleh virus golongan Paramixovirus, cacar unggas (Fowl Pox) yang
disebabkan virus Brreliota avium, leukosis yang merupakan penyakit tumor
disebabkan oleh virus leukosis, lumpuh mareek yang menyerang anak ayam
disebabkan oleh virus herpes, gumbaro yang disebabkan virus gumbaro, dan salesma
ayam yang disebabkan virus avium. Virus pada limbah pembuangan kambing
dimungkinkan terdapat Caprine arthritis-encephalitis virus (CAEV) dan pada sampel
limbah sapi mengandung virus yang menyebabkan sakit pada sapi seperti
vesculovirus penyebab vesicular somatis dan juga terdapat Cow Pea Mosaic Virus
(CPMV) (Wibowo et al., 2006).
Air sampel pada limbah ikan dapat mengandung koi herpes virus (KHV)
menyerang ikan mas dan koi yang menyebabkan kematian. Virus-virus akan
menyerang tubuh ikan dan menimbulakn kelainan pada organ seperti ginjal, jantung
dan saluran pencernaan. Virus yang menyerang ikan diantaranya Epzootic
haemotopoietic necrosis virus (EHNV), Europan Catfish Virus (ECV), dan
Oncorhynchs Masau Virus (OMV). Ikan yang terinfeksi akan mengalami hipertropi
pada insang hiperlasia dan fusi pada lamela sekunder insang (Hendrick, 2000).
Semua virus yang menginfeksi organisme secara umum akan menurunkan sistem
imun karena perusakan sel oleh virus tersebut (Ziegler, 2008).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan :
1. Uji plaque digunakan untuk mengetahui adanya virus pada sampel yang
melisikan bakteri.
2. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih, mengindikasikan bahwa
ada virus yang melisiskan bakteri, sedangkan tidak adanya zona jernih
menunjukkan bahwa tida aada virus yang melisis bakteri.
B. Saran
Acara praktikum sudah berjalan dengan baik,
DAFTAR REFERENSI
Anonim. 2008. Plaque Assay Method. http://www.ehow.com/about_5480231_plaque-assay-method.html.
Dulbecco, R., & Vogt, M. (1953). Beberapa permasalahan virologi hewan yang dipelajari oleh teknik plak Spring. Cold Harbor gejala. Quant. Biol 18.,, 273-279
Hendrick RP, Gilad O, Yun S, Spangenberg JV. 2000. A Herpes Virus Associated with Mass Mortality of Juvenile and Adult Koi, a Strain of Common Carp J. Aquatic Animal Health 12 : 44-57
Mayer, Gene. 2000. Mirobiology And Immunology OnLine. http://pathmicro.med.sc.edu/mhunt/replicat.htm
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
Rahma. 2007. Virologi (Struktur dan Taksonomi Virus). http://rahma02.wordpress.com/2007/10/31/virologi.
Sjahrurachman, A. 2001. Fakta Dan Tantangan Dalam Virologi Kedokteran. Cermin Dunia kedokteran 130 : 43-48
Suryati. 2007. Prosedur Diagnostik Dengan Metode Klasik Dan Metode Molekuler. IPB, Bogor.
Wiboeo, M.H., W. Asmara, dan C.R.Tabbu. 2006. Isolasi Dan Identifikasi Serologis Virus Avian Influenza Dari Sampel Unggas. J.Sain.Vet 24 (1) : 77-83.