Lap pbl 3 uyo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tropmed

Citation preview

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 3 BLOK TROPICAL MEDICINE

Tutor:dr. Dwi Adi Nugroho

Disusun oleh:Kelompok 4Amrina A FG1A009078

Rendha Fatima RystaG1A009123

Fauziah Rizki I.G1A009132

Suryo Adi Kusumo B.G1A009094

Faidh HusnanG1A009101

Windy Nofiatri R.G1A009035

Nurul Arsy MG1A009120

Fikri Fajrul FalahG1A009056

Fariza Zumala LailiG1A009087

Fickry Adiansyah NG1A009008

Radityo ArifK1A005036

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERANPURWOKERTO

2012

I. PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya tahun 1968, demam berdarah dengue pada orang dewasa pertama kali dilaporkan oleh Swandana tahun 1970 kemudian secara drastis meningkat ke seluruh wilayah Dati 1 di Indonesia. Pada tahun 17779 oleh David Bylon juga melaporkan terjadinya DBD di Batavia. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus demam berdarah dengue diantaranya pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan adanya peningkatan sarana transportasi.DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dan kemudian sampai di dalam tubuh manisia. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius di wilayah dengan daerah tropus dan subtropis di seluruh penjuru dunia. Penyakit yang ditimbulkan hiperendemis di Asia Tenggara, dengan bentuk paling berbahaya DBD dan Sindrom Syok Dengue (SSD) yang biasanya fatal terutama pada anak-anak.Penyakit DBD sangat umum ditemui di Indonesia. Lingkungan alam tropus, sanitasi buruk yang sangat potensial sebagai sarang nyamuk, dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi alasatn utama. Bahkan Indonesia menempati posisi tertinggi dalam kasus penyakit dengue di Asia Tenggara dengan 10.000 kasus di tahun 2011. Pentingnya dalam PBL 3 ini untuk membahas DBD adalah untuk mengetahui dan mempelajari salah satu penyakit infeksi menular di Indonesia, dengan mengetahui dan mempelajari penyakit menular ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan pemahaman mengenai penyakit DBD ini.

II. PEMBAHASAN

Skenario (Informasi I)Seorang anak perempuan berusia 8 tahun dibawa orangtuanya ke UGD RS pukul 09.00 dengan keluhan tadi pagi BAB berwarna hitam. BAB 1x, konsistensi normal. Keluhan disertai dengan perasaan sebah di perut. Dari orangtuanya didapatkan informasi bahwa 4 hari yang lalu pasien demam, namun mulai pagi ini demam sudah tidak ada lagi. Saat ini anak mengeluh keluar keringat dingin dan merasa lemas.A. Klarifikasi istilah1. Rasa Sebah di perut Sebah adalah rasa penuh pada perut atau yang biasa disebut sebah atau begah juga merupakan gejala sakit mag yang sering kali tidak disadari. Hal ini bisa dirasakan pada saat sebelum maupun sesudah makan. Penyebabnya juga asam lambung yang berlebihan (Syam, 2008).2. BAB berwarna hitamBAB warna hitam atau melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahan biasanya berasal dari saluran cerna bagian atas (Price et al, 2005)

B. Batasan MasalahIdentitas Nama: -Usia: 8 tahunJenis Kelamin: PerempuanDatang pukul 09.00Riwayat Penyakit SekarangKeluhan Utama : BAB berwarna hitamOnset: tadi pagiKualitas: BAB 1x, konsistensi feses normalKeluhan lain :perasaan sebah di perut, demam 4 hari yang lalu, keluar keringat dingin, lemasKronologi:4 hari yang lalu pasien mengalami demam. Hari ini pasien tidak demam lagi, BAB pasien berwarna hitam, dan mengeluh keluar keringat dingin dan lemas.

C. Identifikasi masalah1. Mekanisme Melena atau BAB berwarna hitam2. Mekanisme keluhan penyerta3. Anamnesis tambahan yang perlu digali dari ibu pasien4. Diagnosis banding

D. Penjelasan Masalah1. Mekanisme Melena atau BAB berwarna hitam Melena atau feces yang berwarna hitam karena ada darah yang telah bercampur dengan asam lambung terjadi karena adanya perdarahan saluran pencernaan bagian atasyang dipisahkan oleh ligamentum treizt atau ligamentum duodenale. Walaupun ulkus disetiap tempat dapat menyebabkan perdarahan namun yang tersering adalah dinding posterior dari bulbus duodenum, karena di tempat ini dapat terjadi erosi arteria pancreatica duodenale atau arteria gastroduodenale (Price et al, 2005).2. Mekanisme keluhan penyertaa. DemamDemam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh yang akan menstimulasi sel darah putih untuk Pengaturan suhu tubuh diperankan oleh hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk ke dalam tubuh. Infeksi akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) ke dalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Proses fagositosis menstimulasi sel imun tubuh mengeluarkan pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus dimana hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang di bawah batas normal. Suhu tubuh yang baru akan direspon tubuh denagn dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil (pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Setelah penyebab yang menimbulkan demam hilang, maka hipotalamus akan menurunkan suhu pada suhu normal (Nakamura, 2010; Sheerwood, 2001).b. Rasa sebah di perutRasa sebah di perut dapat disebabkan adanya kelainan di dalam abdomen. Kelainan tersebut bisa berasal dari proses infeksi atau kerusakan organ abdomen atau adanya massa pada abdomen. Massa pada abdomen dapat menyebabkan rasa sebah karena massa mendesak organ abdomen yang lain (Silbernagl et al, 2009).c. Keringat dinginKeringat dingin adalah respon tubuh untuk menurunkan panas atau demam dengan suhu yang terlalu tinggi. Demam merupakan proses pertahanan tubuh yang berguna untuk melawa infeksi, akan tetapi apabila demam yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keadaan hipertermia yang dapat membahayakan tubuh. Pencegahan terjadinya hipertermia dilakukan dengan mengeluarkan keringat dingin (Blatteis, 2010).Pada kasus, pasien mengeluarkan keringat dingin setelah panas mereda. Panas yang turun dan mereda disebabkan penyebab demam telah lenyap, selanjutnya hipotalamus akan menurunkan suhu tubuh kembali seperti semula pada suhu normal. Saat suhu kembali normal, tubuh akan merasa hangat dan perlu melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh melalui keringat dingin (Blatteis, 2010).d. Lemas Lemas dapat disebabkan karena kurangnya kadar oksigen pada tubuh. Tubuh akan kekurangan Hb pada kasus perdarahan. Hb yang berkurang menyebabkan pengangkut Oksigen dalam tubuh berkurang sehingga proses penyaluran oksigen ke otak juga berkurang dan terganggu. Hal ini menyebabkan tubuh merasa lemas. Deman yang tinggi juga dapat menyebabkan kondisi lemas karena tubuh akan menggunakan banyak energi untuk memproduksi panas (Silbernagl et al, 2009).3. Anamnesis tambahan yang perlu digali dari ibu pasiena. Memperjelas keluhan demam. Menanyakan bagaimana pola demam pada pasien. Selama 4 hari demam kapan demam pasien meninggi dan kapan demam turun atau apakah selama 4 hari demam terus-terus tinggi.b. Keluhan lain seperti hematemesis, tanda-tanda syok, nyeri kepala, bintik-bintik merah di badan, mual muntah, rasa terbakar di ulu hati,c. Pada riwayat penyakit dahulu apakah pasien pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya.d. Pada riwayat keluarga apakah terdapat anggota keluarga lain yang mengalami gejala sama seperti gejala pada pasien.e. Pada riwayat sosial dan lingkungan apakah terdapat tetangga sekitar atau teman pasien yang mengalami gejala sama seperti gejala pada pasien.4. Diagnosis bandinga. Ulkus duodenum dan ulkus peptikum Perbedaan gambaran Ulkus Duodenum, Ulkus Peptikum dan Ulkus Stress (Price, 2006).Ulkus duodenum Ulkus peptikumUlkus stress

Insidensi Usia puncak: 40 tahunUlkus duodenum/lambung: 4:1Prevalensi 10% dari populasi Laki-laki/perempuan; 1:1Usia puncak 50-60 tahunLaki-laki/perempuan; 2:1Prevalensi seumur hidup: 10%Berhubungan dengan stress, trauma, sepsis, luka bakar, cidera kepala yang beratTidak ada perbedaan jenis kelamin

Pathogenesis Hiperasiditas merupakan factor pentingKolonisasi H. Pylori dalam lambung dilaporkan pada 90-95% pasien Penyakit lain yang berkaitan: hiperparatiroid, penyakit paru kronis, pancreatitis kronis, sirosis alcoholic.Obaat ulserogenik, alcohol, tembakauGolongan darah O: frekuensi lebih tinggiStress psikologis dan kecemasan kronis dapat menjadi factor penyebab kekambuhanKerusakan sawar mukosa tampaknya merupakan factor pentingPembentukan HCl normal atau rendahAdanya gastritis akibat H. Pylori Obat-obatan ulserogenik, alcohol, tembakauRefluks empedu kronis Tidak berhubungan dengan golongan darah Predisposisi family mungkin akibat infeksi H. Pylori intrafamilial Cidera kepala: hipersekresi HClLainnya: iskemia mukosa lambung, kerusakan sawar mukosa, difusi balik HCl, gastritis akutErosi hemoragik lambung yang mungkin disebabkan oleh obat: alcohol dan aspirin merupakan penyebab tersering

Patologi 90% pada bulbus duodeni 90% pada antrum dan kurvatura minorBiasanya multiple, erosi difus; lebih sering terletak dilambung, terutama fundus

Penyulit Sekitar 10% pasien; sebagian besar berespon terhadap terapi medisLebih sering dibandingkan ulkus duodeni

Perforasi Lebih sering bila terletak pada dinding anterior duodenumLebih sering pada dinding anterior lambung Sering

Perdarahan Sering pada dinding posterior bulbus duodeni 25% kejadian Penyulit yang paling sering, mortalitas tinggi

Obstruksi Sering Jarang

Keganasan Hamper tidak pernah terjadi Insiden sekitar 4%

Gambaran klinis Nyeri hilang bila diberi makananBiasanya gizi penderita baikEksaserbasi musiman (lebih sering pada musim semi dan gugur)Sering timbul nyeri pada waktu malamNyeri tumbul bila diberi makanan Sering terjadi anoreksia, penurunan berat badanNyeri waktu malam dapat terjadiMungkin asimtomatik sampai timbul penyulit berat seperti perdarahan atau perforasi

b. Dengue Hemorhagic Fever (DHF)Pada kasus ditemukan gejala yang menjadi gejala klinis pada DHF yaitu demam yang turun setelah 4 hari, adanya tanda perdarahan berupa melena, dan ada tanda syok berupa lemas.c. GastritisAlasan diagnosis gastritis pada pasien ditemukan gejala rasa sebah di perut yang kemungkinan dapat berasal dari adanya inflamasi pada lambung. Gejala dan manifestasi klinis Gastritis hampir sama dengan ulkus peptikum maupun ulkus duodenale. Perbedaan gastritis dan ulkus adalah letak lesi yang dapat diamati pada preparat patologi anatomi. Lesi pada gastritis hanya mencapai tunika mukosa sedangkan pada ulkus lesinya dapat mencapai tunika submukosa bahkan sampai tunika muskularis (Price et al, 2005).d. DispepsiaAlasan diagnosis dyspepsia adalah mengacu pada informasi 1 pasien dengan keluhan BAB berwarna hitam atau yang dikenal dengan melena dalam bahasa kedokteran disertai perut sebah. Sama dengan tanda dan gejala dari dyspepsia yang juga merupakan kumpulan dari masalah pencernaan (Capped et al, 2000).Dispepsia menurut Hernomo (2003) adalah suatu kumpulan gejala yangmenyebabkan kita menduga adanya kelainan saluran cerna bagian atas. Dispepsia bukan merupakan suatu diagnosis, tetapi merpakan kumpulan gejala yang terdiri dari perasaan tidak enak di perut bagian atas (upper abdominal discomfort), nyeri restrosternal, tidak suka makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, rasa penuh, cepat kenyang dan rasa panas di belakang dada (heart burn).. Menurut Talley (1995), dispepsia dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan ada tidaknya 2 gejala, yakni dispepsia organik (ulkus) dan dispepsia fungsional (non ulkus) (Capped et al, 2000).Dispepsia (ulkus) adalah sindrom pada pencernaan atas yang disebabkan adanya kerusakan organ lambung, hal ini diketahui melalui pemeriksaan klinis USG (Ultra sono grafi) atau pemeriksaan endoskopi, sedangkan dispepsia fungsional (non ulkus) adalah sindrom gangguan pada pencernaan atas tetapi tidak ditemukan adanya kerusakan lambung (Capped et al, 2000).e. MalariaMalaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Ada jenis malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale. Gejala awal yang sering diantaranya demam, sakit kepala, mual-muntah, biasanya muncul 10-15 hari setelah terinfeksi. Bila tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, malaria dapat menyebabkan keseriusan dan sering berakhir dengan kematian (Depkes, 2006).

Malaria secara umum menunjukkan gejala-gejala yang khas yaitu :1. Demam berulangTerdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kedinginan (rigor) berlangsung 20 menit sampai 1 jam, stadium panas badan (1-4 jam) dan stadium berkeringat banyak (2-3 jam)2. Splenomegali3. Anemia disertai malaise (Soedarto, 2009).Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama biasanya adalah demam, demam pada malaria dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :1. Stadium DinginStadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan kedinginan yang amat sangat. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang.2. Stadium DemamSetelah merasa kedinginan pasien akan merasa kepanasan. Nyeri kepala, muka merah, kulit kering dan perasaan terbakar, muntah, nadi menguat kembali. Dan biasanya pasien akan merasa sangat haus.3. Stadium BerkeringatPada stadium ini pasien akan berkeringat banyak sekali, bahkan sampai tempat tidurnya basah.Pada pemeriksaan laboratorium, apusan darah tepi dapat dilakukan untuk melihat trombositopenia dan leukositosis. Pemeriksaan yang lain supaya dapat pasti menegakkan diagnosis ialah ditemukannya Plasmodium pada darah pasien. Akan tetapim pemeriksaan laboratorium tidak selalu dapat dilakukan mengingat kendala yang banyak. Maka dilihat dari tanda dan gejala klinis pun dokter sudah dapat menegakkan diagnosis, apalagi jika pasien berada di tempat endemis malaria (Sudarmo, 2008).Informasi IIAnamnesis lanjutan didapatkan informasi bahwa panas yang dialami selama 4 hari yang lalu sifatnya terus menerus dan hanya turun sebentar setelah minum obat turun panas. Selama sakit penderita tidak ada keluhan mengigil, tidak mimisan, dan tidak sesak napas. Teman sekolahnya sedang ada yang dirawat di RS karena demam berdarah. Buang air kecil terakhir tadi malam sebelum tidur.Pasien memiliki kebiasaan makan yang teratur, dan tidak pernah mengkonsumsi obat selain dari dokter. Pasien tidak pernah menderita sakit kuning dan baru pertama kali sakit seperti ini. Pasien memiliki kebiasaan tidur siang setiap harinya.

Analisis informasi II1. Pola dan sifat panasPanas yang dialami pasien selama 4 hari yang lalu sifatnya terus menerus dan hanya turun sebentar setelah minum obat turun panas. Pola panas yang terus menerus adalah pola panas yang disebabkan infeksi karena virus. Panas yang turun sebentar dengan pemberian antipiretik mengindikasikan bahwa virus penyebab penyakit ini masih terdapat pada tubuh pasien. 2. Keluhan lainTidak ada keluhan mengigil kemungkinan pasien bukan terinfeksi malaria, tidak ada sesak napas menyatakan bahwa penyakit pasien bukan disebabkan infeksi pada saluran napas.3. Faktor resikoTeman sekolahnya sedang ada yang dirawat di RS karena demam berdarah merupakan faktor resiko kemungkinan pasien juga menderita demam berdarah. Kebiasaan tidur siang pasien setiap hari dapat menjadi faktor resiko pasien terinfeksi DHF karena vektor Dengue yaitu Aedes aegypti menggigit manusia pada siang hari.4. Buang air kecil terakhirBuang air kecil terakhir tadi malam sebelum tidur merupakan tanda syok dimana tubuh mengurangi pengeluaran air.5. Pasien tidak pernah menderita sakit kuning sehingga diagnosis hepatitis dapat disingkirkan.6. Berdasarkan informasi II yang digabung dengan informasi pada skenario maka diagnosis banding yang masih dipertahankan adalah :a. DHFb. Malaria

Informasi IIIPemeriksaan Fisik :KU: delirium, anak tampak lemahBB: 26 KgTanda vital: TD : 80/40 mmHg RR : 28 x/menit HR : 112x/menit, nadi teraba cepat dan lemah Suhu : 36,8 C (axilla)Kepala : mata : konjungtiva palpebra anemin -/-, sklera ikterik -/- Hidung : bekas darah mengering -/- Mulut : thypoid tongue (-), tanda perdarahan gusi (-) Leher : pembesaran nnll -/-Thorax : paru dan jantung dalam batas normalAbdomen: I: datar Au : BU (+) normal Pe : tympani, pekak pada regio hipokondriaka dextra Pa : hepatomegali (+), splenomegali (-)Ekstremitas : petekie (+) pada lengan kanan dan kiri Akral dingin Pemeriksaan penunjang:Hb: 15,5 g%Ht: 48%Lekosit: 2000Trombosit : 65.000

Analisis Informasi III1.Ditemukan tanda syokTanda syok yang ditemukan pada anak ini adalah penurunan kesadaran yang tampak pada keadaaan umum pasien yang derilium dan tampak lemak dikarenakan hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh anak tersebut. Tanda syok yang lain adalah penurunan tekanan darah, peningkatan RR dan HR, nadi yang teraba cepat dan lemah, dan akral dingin pada keempat ekstremitas karena pengurangan pasokan cairan pada bagian tubuh perifer.2.Ditemukan tanda perdarahanTanda perdarahan yang diperoleh adalah ditemukannya petekie pada lengan kanan dan kiri.3.Ditemukan hepatomegali atau pembesaran hati4.Hasil laboratoriumHasil laboratorium anak ini menunjukkan peningkatan Ht, penurunan leukosit atau leukopenia, dan penurunan trombosit atau trombositopenia. 5.Berdasarkan informasi I, II, dan III maka dapat ditegakkan diagnosis kerja pada pasien ini adalah dengue syock syndrome (DSS) dengan alasan sebagai berikut :Penegakan diagnosis DHF mengacu pada kriteria diagnosis DHF/DSS menurut WHO pada tahun 1975/1986/1997 yang terdiri dari 4 kriteria klinik dan 2 kriteria laboratorik. Pasien dapat didiagnosis DHF apabila terpenuhi semua kriteria laboratorik ditambah 2 kriteria klinik yang satu diantaranya adalah panas (Rampengan, 2007).Kriteria Klinika.Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi dengan antipiretik maupun surface cooling.b.Manifestasi perdarahandengan manipulasi yaitu dengan uji rumple leed atau uji torniquet yang positif maupun perdarahan spontan yaitu petekie, ekimose, epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis, atau melena.c. Pembesaran hatid. Syok yang ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan darah menurun menjadi 80 mmHg atau sampai nol, disertai kulit yang teraba lembap dan dingin, terutama pada ujung jari tangan, kaki dan hidung, penderita menjadi lemah, gelisah sampai menurunnya kesadaran dan timbul sianosis di sekitar mulut.Kriteria laboratorik1.Trombositopenia yaitu jumlah trombosit < 100.000/mm32. Hemokonsentrasi yaitu meningginya kadar Ht atau Hb > 20% dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesen, atau dibandingkan dengan nilai Hct/Hb rata-rata pada anak di daerah tersebut.

Pada kasus, berdasarkan informasi pada skenario, informasi II dan III pada pasien terpenuhi semua kriteria laboratorik yaitu trombositopenia trombosit pasien 65.000 (< 100.000) dan peningkatan Ht ditambah semua kriteria klinik ditemukan pada pasien yaitu demam 4 hari yang terus menerus dan hanya turun sebentar dengan pemberian antipiretik, tanda perdarahan berupa melena dan petekie pada lengan kanan dan kiri, didapatkan pembesaran hati pada pemeriksaan fisik abdomen, dan ditemukan tanda syok yang ditandai penurunan TD (80/40 mm/Hg), peningkatan RR (28x/menit), peningkatan HR (112x/menit dengan nadi yang teraba cepat dan lemah), dan keempat ekstremitas pasien telah dingin, sehingga diagnosis DHF pada pasien ini dapat ditegakkan.Terdapat empat derajat pada DHFmenurut WHO pada tahun 1995 :1. DHF derajat I. Pada derajat pertama ini tanda yang kita temukan adalah diantaranya adanya tanda infeksi virus, dengan manifestasinya yang berupa perdarahan yang tampak hanya denganUji Torniquet positif.2. DHF derajat II. Pada derajat kedua ini makan tanda infeksi virus didapatkan dengan manifestasinya yang berupa adanya perdarahan spontan (mimisan, bintik-bintik merah).3. DHF derajat III. Pada derajat kedua ini seringkali disebut denganfase pre syok, dengan tanda DHF grade II namun penderita mulai mengalami tanda syok ditandai dengan : kesadaran yang mulai menurun, tangan dan kaki dingin, nadi teraba cepat dan lemah, tekanan nadi masih terukur walaupun kecil.4. DHF derajat IV. penderita syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan kaki dingin dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur (WHO, 2009)Derajat I dan II disebut DHF tanpa syok/renjatan sedangkan derajat III dan IV disebut DHF dengan syok atau DSS. Kondisi pasien pada kasus ini telah mencapai derajat III sehingga dapat didiagnosis sebagai dengue syock syndrome (DSS).

E. Sasaran belajar 1. Infeksi virus yang dapat menyebabkan manifestasi perdarahan dan melena.Infeksi virus yang dapat menyebabkan manifestasi perdarahan dan melena diantaranya :a. Campak (morbili)b. Hepatitis Viralc. Demam Cikungunyad. Infeksi enteroviruse. Rubela (Soedart0, 2009)2. Perbedaan ngilu dan linuNgilu atau Linu adalah sensasi tidak nyaman akibat rangsangan saraf yang patologis yang pada umumnya dirasakan di daerah persendian dan tulang.

3. Pemeriksaan pada demam chikungunyaPemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya ruam makulopapuler, limfadenopati servikal dan injeksi konjungtiva:a. Nyeri sendi biasanya berat, dapat menetap mengenai banyak sendi (poliartikular), berpindah-pindah terutama pada sendi-sendi kecil tangan (metakarpofalangeal), pergelangan tangan besar. Karena rasa nyeri yang hebat, penderita seolah sampai tidak dapat berjalan. Nyeri sendi yang memanjang biasanya tidak dijumpai pada infeksi dengue.b. Mialgia generalisata seperti nyeri pada punggung dan bahu baiasa dijumpai. Karena gejala khas adalah timbul rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, maka ada yang menamainnya sebagai demam tulang atau flu tulang.c. Kulit dan konjungtiiva juga tampak memerah. Peteki atau ruam makulopapuler dapat dijumpai pada awal atau setelah beberapa hari perjalanan penyakit. Biasanya timbul bersamaan dengan penurunan demam yang baiasanya terjadi pada hari ke 2 atau ketiga sakitd. Fotofobia ringan dan nyeri retro orbita juga dapat terjadie. Injeksi konjungtiva, adanya faringitis mual samapi muntahf. Uji torniquet jarang didapatkan positif. Pada beberapa pasien dapat terjadi perdarahan seperti epistaksis atau perdarahan gusi.

4. Virus H1N1 dan H5N1SURYO

5. Indikasi tranfusi darahIndikasi transfusi darah (Depkes, 2007) :1. Sel darah merah :a. Pada kadar Hb 10 g/dl tidak dilakukan tramsfusikecuali bila ada indikasi tertentu misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (PPOK berat dan penyakit jantung iskemik berat)2. Trombosit :a. Mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila hiutng trombosit