Upload
danghanh
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
63
LAMPIRAN 1 : Hasil Wawancara dengan Ibu Yani
Hari, Tanggal : Jumat, 17 November 2017
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Rumah Ibu Yani
Pewawancara (P) : Devira Irianti
Narasumber (N) : Yani (Ibu dari Lala)
P: Apakah orang tua yang pertama kali memperkenalkan gadget kepada anak?
N: Iya Mbak. Mesake kok konco-koncone dolanan HP, dia kok enggak.
P: Dimana saja biasanya anak meminta untuk bermain gadget?
N: Dirumah aja Mbak. Kalau diluar nggak pernah minta.
P: Bagaimana awal ceritanya anak bisa mengenal gadget?
N: Dulu waktu masih TK dikasih tablet malah bukae ngawur rak tau sinau terus
diminta, terus kakaknya SMP tadi diperbolehkan buka hp selama hari libur
soale sabtu terus minggune libur. Tapi nggak seharian main hp terus.
P: Apa tindakan orang tua dalam mengatasi anak kecanduan gadget?
N: Awale ada hal tidak layak untuk ditonton aku jadi takut, loh kok ono gambar
ngene terus aku dadi wedi mbak. jane teknologi ki apik anak dadi iso edit iki
kui. tapi nek keblalasen aku wedi dewe mbak. Mergo kejadian itu, ono gambar-
gambar dewasa. Akhire tak lerenke wae. Mangkane dia tak arahke
belajar,belajar. Harus bisa membaca menulis sendiri. Soale semester kemarin
64
kan diwacake gurune dia tinggal menjawab nilaine apik-apik. Sekarang harus
mengerjakan sendiri jawab sendiri.
P: Apa anak merespon jika sedang bermain gadget?
N: Ya merespon mbak.
LAMPIRAN 2 : Hasil Wawancara dengan Ibu Ratih
Hari, Tanggal : Jumat, 1 Desember 2017
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Rumah Ibu Ratih
Pewawancara (P) : Devira Irianti
Narasumber (N) : Ratih (Ibu dari Aida)
P: Apakah orang tua yang pertama kali memperkenalkan gadget kepada anak?
N: Kan tau-tau dia buka hp saya. Kan hp saya nggak ada passwordnya. Terus saya
kaget loh dek kamu buka apa? “buka youtube, mainan-mainan baby doll.” Terus
saya tanya kamu tau dari mana? Dari mas Aiz. Mas Aiz ini teman sekolahnya.
Mas Aiz dapet gadget dari siapa? “dari ibunya”. Ibunya kan guru disitu. Jadi
sebelum saya jemput atau ayahnya jemput disekolah mainnya sama mas Aiz itu,
nah pas mengisi waktu luang disitu si mas Aiz ini mungkin minta gadget kepada
Ibunya.
P: Pernah nggak dibolehin main gadget?
N: Pernah mbak nggak tak bolehin main gadget. Malah marah nggak mau berangkat
sekolah. Soalnya kalau dipaksa-paksa sampai nangis mbak. Si Mbok jaman now
65
kalah sama anak. Terus kalau pagi saya kan kerja, saya nyuruh mbaknya yang
momong dia pagi itu buat ngatasi Aida. Sampai saya suka sms “Mbak gimana
adek tadi masih rewel? Rewelnya kenapa?. “Ya biasa to bu mainan hp”. Jadi kalau
pagi ya ribut gitu mbak
P: Apa tindakan orang tua dalam mengatasi anak kecanduan gadget?
N: Pernah hpnya saya umpetin, terus saya bilang hpmu rusak. Terus minjem hp
bapaknya.” “Kenapa dek? Itu hp buat kerja jangan buat mainan nanti batrenya
habis”. “Terus beralih mbak ke hp ibunya “bun pinjem hpnya bun” terus kalau
udah gitu saya tegur “dek kok mainan hp terus sih dek”. Loh kan hpku masih
rusak”.“Waktu itu yaudah cuma sehari itu tok terus dia lupa kan mbak. Besoknya
dia tanya “hpku udah jadi belum?”. “ya besok bunda tanyain. Tiap hari nanyain
terus.
P: Berapa durasi anak bermain gadget?
N: Satu Jam Mbak.
P: Apa anak merespon jika sedang bermain gadget?
N: Ya merespon mbak
LAMPIRAN 3 : Hasil Wawancara dengan Ibu Nur Hayati
Hari, Tanggal : Senin, 27 November 2017
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Rumah Ibu Nur Hayati
Pewawancara (P) : Devira Irianti
66
Narasumber (N) : Nur Hayati (Ibu dari Aldi)
P: Bagaimana awal ceritanya anak bisa mengenal gagdet?
N: Bapake itu dulu belike sampai empat kali Mbak. Terus rusak belike neh gitu terus.
Terus akhire yang terakhir ini rusak nggak dibelikan lagi sama Bapaknya.
Sekarang yang kecil nggak tak kasih hp. Karena dampaknya sangat-sangat
berbahaya.
P: Apa anak pernah merengek-rengek untuk diberikan gadget?
N: Iya mohon-mohon, kula ajeng balesi Whatsapp langsung nangis kalau nggak
dikasih. Luar biasa nangisnya, pokoknya 10 menit dia harus pegang.
P: Antisipasi apa yang diberikan orang tua kepada anak?
N: Kalau tidak hujan, saya ajak ke taman kota mbak, tak ajak jalan-jalan kalau nggak
hujan sering tak ajak keluar.
P: Berapa durasi anak bermain gadget?
N: Kalau batre belum habis nggak mau lepas. Mulailah saya kontrol nggak sering
buka hp, kalau sudah pada tidur saya baru buka hp. Pelan-pelan tak kasih tau,
nggak langsung tak ambil soale kan kasihan. Kula juga butuh hp wong kula
dagange nganggo hp.
67
LAMPIRAN 4 : Hasil Observasi
Tabel 5.1
Hasil Observasi Keluarga Terhadap Ke Tiga Pola Komunikasi Hubungan
Keluarga
Pola
Komunikasi Anak Observasi Ciri - ciri Keterangan
Authotarian Lala Lala memiliki
kebiasaan
menghabiskan
waktunya untuk
dirumah bersama Ayah,
& Kakaknya, usai
sekolah Lala biasanya
menonton TV bersama
Kakaknya atau
menggambar melalui
komputer Ayahnya,
ketika bersama
Kakaknya Lala biasa
menyaksikan program
acara televisi yang
dipilih oleh Kakanya
seperti Inbox, FTV,
dan Film animasi
menjelang sore, jarak
usia antara Lala dan
Frazier (2012)
mengungkapkan
bahwa aspek-aspek
pola asuh otoriter
antara lain:
a. Pedoman
perilaku Orang
tua cenderung
mengatur anak-
anak sehingga
tidak ada ruang
untuk berdiskusi
dan penjelasan.
Sistem yang
digunakan untuk
menegakkan
pedoman tersebut
cenderung bersifat
dictator. Orang
tua sering kali
Diketahui bahwa
Lala adalah anak
yang patuh, dalam
ciri-ciri otoriter,
kepatuhan
merupakan
kebajikan, sehingga
dilestarikan tanpa
kompromi dengan
penerimaan pendapat
yang berbeda.
kepatuhan Lala
berupa mengikuti
pola belajar yang
ditentunkan oleh
orang tua, dan sikap
apolitis terhadap
dirinya, dikarenakan
pengaruh keinginan
orang tuanya yang
68
Kakaknya yang sudah
SMP menjadikan Lala
enggan mengutarakan
keinginannya untuk
menonton program
acara yang Ia senangi,
Ketika Ibu Lala pulang,
Lala yang sebelumya
tampak tenang seperti
menunjukkan
kepanikannya seperti
bergegas pergi ke
bagian lain dari rumah
dan mengatakan “udah
Pa, yo” disusul dengan
“dolanan meneh”
ungkap Ibu Lala.
Selanjutnya Ibu Lala
tampak menekankan
kepada Lala untuk
belajar berhitung
sedangkan Lala tampak
kebingungan dengan
cara belajar, seperti
membuang pandangan
dan menengok ke
mengunakan
hukuman yang
berat.
b. Kualitas
hubungan
emosional antar
orang tua dan
anak Pola asuh
otoriter dapat
membuat
kedekatan antara
orang tua dan
anak mengalami
hambatan. Anak-
anak dengan pola
asuh otoriter
sering kali merasa
cemas dan
memiliki tingkat
depresi yang
tinggi, serta
memiliki masalah
perilaku dan
pengendalian
dorongan,
terutama saat
mutlak, sehingga
dalam menghindari
tegangan yang
diberikan orang tua
seperti penekanan
kontak mata, dan
penekanan secara
verbal dapat segera
terlewati. Penguasaan
mata pelajaran yang
ada disekolah
merupakan hal yang
penting, waktu yang
memang dialokasikan
untuk belajar
seharusnya juga
dimaksimalkan,
namun bukankah
berarti pembenaran
ketika obsesi orang
tua diterapkan tanpa
mempertimbangkan
keinginan anaknya,
dapat dilakukan
dalam proses
pengembangan anak.
69
segala arah menghindari
pandangan Ibunya. Lala
memiliki kegemaran
menggambar dan
bernyanyi setelah les
matematika dan bahasa
Inggris, Ibu Lala sering
mengarahkan
pandangannya ketika
Lala bernyanyi. “Lala ki
sukae nyanyi mba, tapi
nek diajak sinau angel,
kadang tak liati, habis
itu nanti akhire gelem
mba, kadang ya mesake
tapi nek sinau sama
mama e mesti angel”
tidak berhadapan
dengan orang tua.
c. Perilaku
yang mendukung
Perilaku yang
mendukung pada
pola asuh ini
disebut “
menghambatan”
perilaku, yang
memiliki tujuan
untuk mengontrol
anak dari pada
mendukung
proses berpikir
anak.
d. Tingkat
konflik antara
orang tua dan
anak kontrol
yang lebih tanpa
ada kedekatan
sejati dan rasa
saling
menghormati
dapat
Pada observasi
diketahui tidak
didukungnya Lala
pada kegemarannya
bernyanyi dan
menggambar.
Berdasarkan ciri-ciri,
pola komunikasi
yang terjadi antara
orang tua dan Lala
orang tua
menerapkan pola
asuh ototiter.
70
mengakibatkan
pemberontakan,
dengan kata lain,
pola asuh
otoriter dapat
mengakibatkan
konflik antara
orang tua dan
anak.
Permissive Aida Dari hasil observasi,
didapati Aida memiliki
kebiasan bermain
dengan teman
sebayanya setelah
pulang sekolah dari
siang hingga menjelang
sore, aktivitas yang
dilakukan oleh Aida
dan teman sebayanya
adalah bermain sepeda,
barbie, pasaran, lompat
tali, dan bercerita
mengenai tokoh fiktif
disertai keunggulan dari
tokoh fiktif favorit
masing-masing yang
Menurut Hurlock,
E. B. (1993). Pola
asuh permisif
memiliki ciri-ciri
Kontrol orang tua
kurang, Bersifat
longgar atau bebas,
Anak kurang
dibimbing dalam
mengatur dirinya,
Hampir tidak
menggunakan
hukuman, Anak
diijinkan membuat
keputusan sendiri
dan dapat berbuat
sekehendaknya
Aida memiliki
kebiasaan bermain
bersama teman-
teman sebayanya,
aktivitas luar rumah
meliputi bersepeda,
pasaran, bermain
barbie, lompat tali,
keseharian Aida lebih
sering menghabiskan
waktu dengan
pengasuh dan teman-
teman sebayanya,
pada pola asuh orang
tua Aida,
menunjukkan adanya
kelonggaran dalam
71
mereka temui didalam
televisi, dan gadget
(youtube). Aida dan
teman-temanya juga
bercerita tentang film
kartun kesukaan mereka
My Little Pony:
Friendship Is Magic
(season 4).
Aida memiliki
kebiasaan untuk
mengikuti TPA (Taman
Pendidikan Al-Qur’an),
disela-sela Ibu Ratih
mempersiapkan tas dan
perlengkapan lainnya
dan mandi sore untuk
Aida, Aida membuka
gadget milik orang
tuanya dan mengakses
youtube untuk
menonton deretan video
rujukan singkat film
kartun dari youtube, Ibu
Ratih biasanya hanya
menanyakan “lihat apa
sendiri. mengakses gadget,
seperti hp yang tidak
di password,
sehingga anak dapat
mengakses
keinginannya tanpa
harus berkompromi
dengan orang tuanya
dengan mudah,
Orang tua Aida tidak
berusaha menggali
dorongan-dorongan
anak “lihat apa dek?,
mandi dulu” proses
pengawasan yang
terjadi lemah dalam
mengontrol aktivitas
anak dengan
informasi baru yang
didapat dari youtube
melalui gadget, pola
komunikasi yang
terjadi antara orang
tua dan Aida
merupakan pola
komunikasi permisif,
72
dek, mandi dulu”,
aktivitas menonton
Aida berhenti ketika
Ayahnya mengantarkan
TPA.
sesuai dengan yang
dikatakan oleh
Menurut Hurlock, E.
B. (1993), bahwa
pada pola asuh
permisif orang tua
cenderung memiliki
kontrol yang rendah
terhadap anaknya.
Authoritative Aldi Kebiasaan Aldi adalah
bermain bersama
teman-teman
sebayanya, Aldi biasa
mengabiskan waktunya
untuk bersepeda
bermain bola, petak
umpet, dan aktivitas
lainya, didalam lingkup
pertemananya Aldi
merupakan anak yang
kerap memprovokasi
temannya untuk
melakukan sebuah
aktivitas bermain,
penggunaan gadget
sementara waktu
Menurut Hurlock,
E. B. (1993). Pola
asuh demokratis
(authoritative)
memiliki ciri-ciri
Anak diberi
kesempatan untuk
mandiri dan
mengembangkan
kontrol internal,
Anak diakui
sebagai pribadi
oleh orang tua dan
turut dilibatkan
dalam pengambilan
keputusan,
Menetapkan
Pada aktivitas
bermain diluar
rumah, Aldi sering
berkelahi dengan
teman sebayanya
sehingga
menimbulkan
kekhawatiran pada
Ibu Nur. Dalam
penganggulangannya,
Ibu Aldi memberi
gadget dan lebih
tenang ketika Aldi
menghabiskan waktu
berada dirumah, Ibu
Aldi memberi
pengalihan melalui
73
diberhentikan
dikarenakan selama 4x
berturut – turut orang
tua Aldi telah membeli
gadget baru hingga
akhirnya rusak, disela
sela waktu orang tua
Aldi menyempatkan diri
untuk dengan bepergian
bersama.
peraturan serta
mengatur
kehidupan anak.
gadget, diketahui
bahwa Aldi sudah
bergonta-ganti gadget
sebanyak 4x
dikarenakan
kerusakan akibat
kelalaian Aldi, orang
tua Aldi kemudian
menentukan untuk
memberhentian
penggunaan gadget
dengan tidak
membelikan ulang
sementara waktu,
disamping
mengajarkan
konsekuensi terhadap
Aldi dan efek jera,
orang tua juga
mengajarkan untuk
tidak memiliki
ketergantungan lebih
terhadap gadget,
beberapa kali Aldi
ingin meminjam
gadget dari orang tua
74
namun, ketika
diberitahu bahwa
gadget yang
digunakan oleh orang
tuanya digunakan
untuk bekerja, Aldi
yang rentan diluar
rumah lebih memilih
menghabiskan waktu
untuk menonton film
di TV, membaca
buku dan bermain
mainan
konvensionalnya.
Pada pola
komunikasi Aldi dan
orang tua
menunjukkan pola
komunikasi
demokrasi atau
authoritative, proses
tersebut dibuktikan
dengan pemahaman
Ibu Nur menyangkut
kegemaran Aldi
terhadap gadget, dan
75
pemahaman Aldi
untuk meminimalisis
pertikaian dengan
teman sebayanya,
disertai konsekuensi
tanpa gadget untuk
waktu yang
ditentukan oleh orang
tuanya.