Upload
alim-sumarno
View
163
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MIFTAHOL ARIFIN NUR,
Citation preview
LAGU “TONDHU’ MAJANG” YANG DIMAINKAN OLEH MUSIK ETNIS UL-DAUL “SEMUT IRENG” DI DESA PARTEKER KECAMATAN
PAMEKASAN KABUPATEN PAMEKASAN
MIFTAHOL ARIFIN NUR10020134007
ABSTRAKKesenian Ul-daul merupakan kesenian musik tradisional yang berasal dari Kabupaten
Pamekasan, Madura. Kesenian ini muncul pada sekitar tahun 1999 dan pada saat itu pula ada pemadaman listrik selama 3 bulan yang menghubungkan Jawa-Madura Putus di Pelabuhamn Tanjung Perak. Grup yang pertama kali muncul adalah grup musik Ul-daul “Semut Ireng”. musik ini dulu sebagai alat untuk membangunkan orang sahur yaitu pada Bulan Suci Ramadhan.
Berangkat dari kondisi diatas, penelitian ini mengangkat dua permasalahan yaitu 1) Bagaimana makna syair lagu “Tondhu’ Majang” dalam musik Ul daul“Semut Ireng” diDesa Parteker Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan, 2) Bagaimana makna syair lagu “Tondhu’ Majang” dalam musik Ul daul“Semut Ireng” diDesa Parteker Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan,3) Bagaimana organologi instrumen musik Ul-daul“Semut Ireng” di Desa Parteker, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan?
Penelitian ini menggunakan penelitian Kualitatif artinya peneliti berupaya mempelajari masalah-masalah makna syair lagu serta organologinya pada musik Ul-daul “Semut Ireng”. Tekhnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Untuk memperoleh data yang sahih digunakan trianggulasi data. Data temuan selanjutnya dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis taksonomi.
Berdasarkan analisis secara deskripsi padaa akhir penelitian ini diperoleh jawaban dari permasalahan yang ada sekaligus sebagai simpulan bahwa, 1) makna syair Lagu Tondhu’ Majang adalah menceritakan masayrakat Madura yang mata pencahariannya sebagai nelayan. Nelayan tersebut hidupnya sangat bergantung pada penghasilan dari melaut. Demi menghidupi anak dan istrinya. 2) Lagu Tondhu’ Majang memiliki 32 Birama yang terdiri dari tiga kelompok (periode) A, A, B dan A . Kelompok A terdiri dari 8 birama, pengulangan kelompok A terdiri dari 8 birama. Kelompok B terdiri dari 8 dan pengulangan kelompok A terdiri dari 8 birama. Maka keempat kelompok A, A, B dan A terdiri dari 32 birama . Setiap kelompok tersusun dari frase tanya dan frase jawab. Setengah kelompok pertama disebut pertanyaan (antecedent) dan setengah lainnya adalah kalimat jawaban (consequent). 3) Alat musik Ul-daul semut ireng terdiri dari: Saronen, Tram-tam, Rebana, Bak Udang (Bok Udang), Tuk-tuk, Tamborin, Kenong Tello’, Bonang Penerus, Jimbe, Kendang, Peking, Saron, Suwuk dan Gong.
Kata kunci: Bentuk Lagu, Instrument, dan organologi
A. Pendahuluan
Saat ini masyarakat di Indonesia terutama anak muda sangat menyukai musik modern
seperti : Band, pop, jazz, rock, dangdut, dan lain sebagainya. Ditambah lagi jenis musik dangdut
koplo yang sampai saat ini buming di Indonesia. Sehingga musik tradisi semakin lama semakin
menghilang dari bumi Indonesia ini. Namun demikian, selain musik-musik diatas yang banyak
mendominasi diwilayah Indonesia, justru di Madura masih ada musik-musik tradisi yang
sampai sekarang masih eksis. Salah satu Musik tersebut adalah musik etnis Ul-Daul yang sampai
saat ini perlu dikembangkan dan dilestarikan, khususnya di Desa Parteker, Kecamatan
Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Madura.
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura
besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil dari pada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4
juta jiwa. Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan
dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok.
Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering.
Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru
terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian
mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur. Secara geologis Madura merupakan
kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara
dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang
lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih
bergabung. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan
ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam
empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km²
terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi
dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi
dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi
dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
Madura menyimpan kebudayaan lokal yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luar.
Kebudayaan tersebut sangat berarti bagi perkembangan masyarakat Madura. Kebudayaan ini
menghasilkan produk-produk antara lain, Batik Tulis Madura, Soto Madura, Sate Madura,
Kerapan Sapi, Sape Sono’ dan musik Ul-daul. Salah satunya kesenian yang sangat terkenal dan
berkembang pesat yaitu kesenian musik Ul-daul.
Musik Ul-daul ini merupakan musik perkusi atau musik etnik yang berasal dari pulau
Madura tepatnya diKabupaten Pamekasan. dengan menggunakan alat yang sangat sedehana.
Musik Ul-daul yang berasal dari kata “saur” ini muncul pada tahun 1980-an, musik ini dulu
sebagai musik untuk membangunkan orang pada waktu sahur yaitu pada Bulan Suci Ramadhan.
Musik Ul-daul biasanya dimainkan lebih dari satu orang, cara memainkannya dengan
menggunakan kedua tangan dan tekniknya dimainkan berulang-ulang.
Musik Ul-daul terus berkembang, sehingga bentuk penyajian dan fungsinya juga
mengalami perubahan. Dahulu musik ini hanya digunakan untuk media komunikasi saja, tapi
sekarang sudah mengalami perubahan fungsi. Perubahan fungsi tersebut membuat salah satu
grup musik Ul-daul menjadi terkenal. Salah satu grup musik Ul-daul pertama dan sangat terkenal
sehingga mendapatkan banyak penghargaan baik di dalam maupun di luar kota yaitu grup musik
Ul-daul “Semut Ireng”.
Semut Ireng ini adalah salah satu grup musik Ul-daul yang sangat terkenal dan bahkan
terkenal diseluruh Indonesia. Grup musik yang terletak di pusat kota Pamekasan, ini sering
menjuarai festival musik tradisional se-Madura, bahkan seringnya mendapatkan juara, grup
musik Semut Ireng ini tidak boleh lagi mengikuti festival musik tradisional dan hanya menjadi
bintang tamu saja.. Diadakan festival musik Ul-daul ini menjadi asset kebudayaan Madura
khususnya Kabupaten Pamekasan. Festival ini merupakan salah satu upaya untuk tetap
mempertahankan kebudayaan Madura yang pada saat ini kurang mendapat dukungan
mayarakatnya. Dari sekian banyak lagu Madura yang dimainkan dalam festival musik Ul-daul
se-Madura, Lagu yang sangat fenomenal adalah lagu Tondhu’ Majang.
Tondhu’ Majang merupakan lagu khas Madura yang sangat terkenal dan melambangkan
kehidupan masyarakat Madura yang mata pencahariannya sebagai nelayan. Lagu ini tidak ada
penciptanya atau No Name (N.N). Selain itu lagu “Tondhu’ Majang” menceritakan tentang
kehidupan masyarakat Madura sebagai nelayan yang datang dan mendapatkan banyak ikan
meskipun nyawanya jadi taruhannya, demi anak istrinya supaya bisa makan dan tetap hidup
meskipun caranya sangat menantang bahaya. Hal ini disebabkan karena lagu tersebut merupakan
lagu favorit bagi masyarakat Madura terutama diKabupaten Pamekasan. Dalam lagu Tondhu’
Majang ini menggunakan nada dasar C, dengan sukat 4/4, temponya Amabile dan menggunakan
tangga nada pentatonis Tapi lagu Tondhu’ Majang yang dibawakan oleh grup Semut Ireng
menggunakan tempo yang sangat cepat (Prestissimo/Presto). Sehingga dari sinilah grup musik
Ul-daul “Semut Ireng” beda dengan grup-grup musik Ul-daul lainnya.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meniliti tentang Lagu “Tondhu’ Majang” yang
Dimainkan Oleh Musik Etnik Ul-daul “Semut Ireng” di Desa Parteker Kecamatan
Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Karena sebuah keistimewaan lagu Tondhu’ Majang yang
mengandung nilai-niai sosial dan menghasilkan musik yang rancak.
B. Pembahasan
Lagu Tondhu’ Majang diciptakan oleh seniman Madura yang tidak dicantumkan namanya
(N.N). Lagu tersebut diciptakan sesuai dengan kehidupan masyarakat Madura yang mata
pencahariannya sebagai nelayan.
1. Makna Syair
Menurut pengertian bahasa lirik adalah: “susunan kata sebuah nyanyian”1. Larik lagu
Tondhu’ Majang terdiri dari tiga bait, yang tersusun dari 8 baris seperti tampak sebagai berikut:
Nga pote wa’la jarra e tangaleReng majang tantona la padha moleMon tanggu dhari ambet pajalanna
Mase bannya’a onggu le ollena
O mon ajelling odhi’na oreng majanganA bantal omba’ sapo’ angen salanjengnga
Reng majang raja onggu babajanaKabilang lako abandha nyabana2
Bait pertama berbunyi: Nga pote wa’la jarra e tangale, Reng majang tantona la padha mole,
Mon tanggu dhari ambet pajalanna, Mase bannya’a onggu le ollenah. Arti dari bait ini adalah,
seperti warna putih layar sudah kelihatan, orang nelayan pastinya sudah datang, kalau
diperkirakan perjalanannya sangat berat, sepertinya sunggguh banyak hasil berlayarnya. Makna
1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PN. Balai Pustaka P&K, 1995) Hal. 598
2 Wawancara Bapak Hannan, 31 maret 2014
dari bait pertama adalah dari kejauhan terlihatan kalau orang nelayan pulang dengan membawa
hasil tangkapan ikan yang sangat banyak.
Bait kedua berbunyi: O mon ajelling odhi’na oreng majangan, A bantal omba’ sapo’ angen
salanjengnga. Arti dari bait ini adalah kalau dilihat hidupnya orang nelayan, berbantal ombak
dan berselimutkan angin sepanjang-panjangnya. Makna dari bait kedua adalah bahwa orang
nelayan hidupnya tergantung dari hasil berlayarnya.
Bait ketiga berbunyi: Reng majang raja onggu babajana, Kabilang lako abandha nyabana.
Arti dari bait ini adalah: orang nelayan sungguh besar bahayanya, bisa dikatakan kerjanya
bertaruhkan nyawa.3 Makna dari arti diatas adalah orang berlayaritu hidupnya penuh dengan
bahaya karena mempertaruhkan nyawanya demi keluarganya.
Lirik lagu Tondhu’ Majang dalam hubungannya dengan melodi lagu menggunakan
susunan yang silabis, yaitu pada setiap suku kata, liriknya mendapatkan satu nada dari
melodinya.
Tondhu’ Majang
1 . . 2 | 3 . 5 6 5 | 1 . 6 5 3 | 2 . . 0
Nga po te wa’ la jar ra e ta nga le
1 . . 2 | 3 . 5 6 5 | 3 . 1 2 6 | 1 . . 0
Reng ma jang tan to na la pa da mo le
1 . . 2 | 3 . 5 6 5 | 1 . 6 5 3 | 2 . . 0
Mon tang gu dha ri am bet pa ja lan na
1 . . 2 | 3 . 5 6 5 | 3 . 1 2 6 | 1 . . 0
Ma se ban nya’ a ong gu le ol le na
3 Wawancara dengan Moh. Nurullah S.Pd menggunakan telelphone seluler, 2 April 2014.
Reff.
3 . . 5 6 5 | 3 . 5 6 5 | 1 . 6 5 3 | 2 . . 0
O mon a jel ling o dhi’ na o reng ma ja ngan
2 . . 3 5 3 | 2 . 5 6 5 | 3 . 1 2 6 | 1 . . 0
A ban tal om bak sa po’a ngin sa lan jeng nga
1 . . 2 | 3 . 5 6 5 | 1 . 6 5 3 | 2 . . 0
Reng ma jang ban nyak ong gu ba ba ja na
1 . . 2 | 3 . 5 6 5 | 3 . 1 2 6 | 1 . . 0
Ka bi lang la ko a ban dha nya ba na
Gambar 1: Notasi angka pada syair lagu Tondhu’ Majang.
2. Analsis Bentuk Lagu “Tondhu’ Majang”.
Lagu “Tondhu’ Majang” adalah salah satu lagu yang berasal dari Madura yang tidak tau
penciptanya (N.N). Lagu “Tondhu’ Majang” ini menggunakan tempo sedang atau disebut juga
Moderato. Penggunaan tempo sedang pada lagu ini dimaksudkan untuk menegaskan suasana
lagu yang semanga, karena makna dari lagu ini menceritakan masyarakat Madura yang mata
pencahariannya sebagai nelayan yang mengarungi lautan demi mendapatkan ikan untuk
menghidupi keluarganya, meskipun nyawanya yang jadi taruhannya.
Penggunaan tanda sukat (Time Signature) juga sangat penting dalam sebuah lagu. Tanda
sukat digunakan komposer untuk menunjukkan pergantian sukat, agar progresi-progresi irama
menjadi beragam. Dalam lagu ini menggunakan tanda sukat jenis Quadruple yaitu sukat
sederhana 4/4, yang artinya dalam satu birama dibagi 4 ketukan dan menggunakan ritme berupa
not penuh, setengah, seperempat, seperdelapan, dan seperenambelas.
Lagu Tondhu’ Majang memiliki 32 Birama yang terdiri dari tiga kelompok (periode) A,
A, B dan A . Kelompok A terdiri dari 8 birama, pengulangan kelompok A terdiri dari 8 birama.
Kelompok B terdiri dari 8 dan pengulangan kelompok A terdiri dari 8 birama. Maka keempat
kelompok A, A, B dan A terdiri dari 32 birama . Setiap kelompok tersusun dari frase tanya dan
frase jawab. Setengah kelompok pertama disebut pertanyaan (antecedent) dan setengah lainnya
adalah kalimat jawaban (consequent). Pada kelompok A, 4 birama pertama sebagai frase tanya
dan 4 birama yang lain sebagai frase jawab. Dengan demikian apabila kelompok A ditulis
dengan kode, menjadi A (aa’).
Kode a sebagai frase tanya, sedangkan a’ sebagai frase jawabnya. Frase a’ merupakan
pengulangan dari frase tanya yang divariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh
dibawah ini:
Gambar 2: Bentuk lagu Tondhu’ Majang.
Pada pengulangan kelompok A, 4 birama kedelapan sebagai frase tanya dan 4 birama
yang lain sebagai frase jawab. Dengan demikian apabila kelompok A ditulis dengan kode,
menjadi A (aa’). Kode a sebagai frase tanya, sedangkan a’ sebagai frase jawabnya. Frase a’
merupakan pengulangan dari frase tanya yang divariasi.
Pada kelompok B, 4 birama ke tujuh belas sebagai frase tanya dan 4 birama yang lain
sebagai frase jawab. Dengan demikian apabila kelompok A ditulis dengan kode, menjadi A (by).
Kode b sebagai frase tanya, sedangkan y sebagai frase jawabnya. Frase y merupakan tidak
pengulangan dari frase tanya yang sebelumnya.
Pada kelompok A, 4 birama dua puluh lima sebagai frase tanya dan 4 birama yang lain
sebagai frase jawab. Dengan demikian apabila kelompok A ditulis dengan kode, menjadi A (aa’).
Kode a sebagai frase tanya, sedangkan a’ sebagai frase jawabnya. Frase a’ merupakan
pengulangan dari frase tanya yang divariasi.
Frase-frase yang ada dalam lagu Tondhu’ Majang terbentuk dari dua semi frase berupa
motif. Motif X pada kelompok A dan motif Y pada kelompok B. motif X dimulai dengan nada-
nada (C-D-E), motif X1 dimulai dengan nada-nada (G-A-G-C) dan X2 dimulai dengan nada-nada
(A-G-E-C).. untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Gambar 3: frase tanya a
.
Pada frase jawab a’ terdapat tiga motif yakni motif X3, X4 dan X5. motif X3 dimulai
dengan nada-nada (C-D-E), motif X4 dimulai dengan nada-nada (G-A-G-E) dan X5. dimulai
dengan nada-nada (C-D-A-C). untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Gambar 4: Frase jawab a’
Pada birama ke sembilan terdapat pengulangan frase tanya dan jawab. Motif X dimulai
dengan nada-nada (C-D-E), motif X1 dimulai dengan nada-nada (G-A-G-C) dan X2 dimulai
dengan nada-nada (A-G-E-C).. untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Gambar 5: Pengulangan frase tanya a
Pada frase jawab a’ terdapat tiga motif yakni motif X3, X4 dan X5. motif X3 dimulai
dengan nada-nada (C-D-E), motif X4 dimulai dengan nada-nada (G-A-G-E) dan X5. dimulai
dengan nada-nada (C-D-A-C). untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Gambar 6: Pengulangan Frase jawab a’
Pada kelompok B terdiri dari frase tanya (Antecendens phrase) dan frase jawab
(Consequens Phrase). Pada frase tanya (Antecendens phrase) pertama pada birama 17-20,
sedangkan frase jawab (Consequens Phrase) pada birama 21-24. Frase tanya b memiliki 3 motif
yaitu motif Y, motif Y1 dan motif Y2. Untuk lebih jelasnya bisa lihat gambar dibawah ini.
Gambar 7 : Frase tanya b.
Pada Frase jawab y memiliki 3 motif yaitu motif Y3, motif Y4 dan motif Y5. Lihat gambar
dibawah ini.
Gambar 8: Frase jawab y.
Pada birama 25-28 terdapat pengulangan frase tanya dan pada birama 29-32 terdapat
pengulangan frase jawab. Motif X dimulai dengan nada-nada (C-D-E), motif X1 dimulai dengan
nada-nada (G-A-G-C) dan X2 dimulai dengan nada-nada (A-G-E-D).. untuk lebih jelasnya lihat
gambar dibawah ini.
Gambar 9: Pengulangan frase tanya a
.
Pada frase jawab a’ terdapat tiga motif yakni motif X3, X4 dan X5. motif X3 dimulai dengan
nada-nada (C-D-E), motif X4 dimulai dengan nada-nada (G-A-G-E) dan X5. dimulai dengan
nada-nada (C-D-A-C). untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Gambar 10 : Pengulangan Frase jawab a’
A. Klasifikasi Instrument
Instrument merupakan unsur utama dalam kesenian, ada bermacam-macam jenis
instrument yang digunakan untuk mengiringi kesenian music Ul-daul. berdasarkan sumber
bunyinya atau proses terjadinya suara, alat music dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Chordophone, alat musik dengan sumber bunyi dawai/senar.
2. Aerophone, alat musik dengan sumber bunyi yang dihasilkan melalui udara.
3. Idiophone, alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran seluruh batangnya
atau dengan kata lain batangan itu sendiri yang berbunyi.
4. Membranophone, alat music yang sumber bunyinya terdiri dari selaput kulit yang
bergetar. (Depdikbud, 1982: 143).
B. Instrumen
1. Instrumen Musik Ul-daul
Instrumen atau alat musik yang digunakan dalam penyajian musik Ul-Daul
“Semut Ireng” terdiri dari :
a. Saronen.
b. Tram-Tam.
c. Bak Udang (Bok).
d. Rebana.
e. Jimbe.
f. Gong, Suwok.
g. Pekkeng.
h. Saron.
i. Bonang Penerus
j. Kenong Tello’
k. Tamborin.
l. Tuk-Tuk.
m. Kentongan dari pohon Jati dan pohon Sawu.
n. Kendang.
C. Tekhnik dan Cara Memainkan Instrumen
Dalam kesenian Ul-daul ini menggunakan bermacam-macam instrument yang seluruhnya
terbuat dari bahan dan bentuk ang berbeda sehingga bunyi yang dihasilkanberbeda-beda menurut
cara memainkannya.
Kendang dan rebana tergolong kelompok membranphone, instrumen ini cara
memainkannya ditabuh. Dalam instrument gendang ujung kulit yang besar disebut penembung,
dipukul dengan tangan kanan, sedangkan pangencang atau sisi kiri kendang menggunakan
tangan kiri biasanya dapat digunakan terbalik, penembung dipukul dengan tangan kiri.
Gambar 11: Teknik Memainkan Kendang (dokumentasi : Miftahol Arifin Nur, 2014)
Sedangkan untuk rebana dimainkan dengan satu tangan yaitu tangan kanan untuk menabuh
instrumen dan tangan kiri memegang rebana. Sebagian besar instrumen dalam musik Ul-daul
dikelompokkan kedalam golongan Idiophone. Bak udang cara memainkannya dipukul bagian
bawah, jadi posisinya dibalik. Pantat bak udang dipukul tepat ditengah yang dipasang karet ban.
Alat pemukul bak udang terbuat dari kayu yang ujungnya diliit karet ban yang tipis. Cara
memainkan bak udang yang besar yitu tangan kanan dan kiri memegang alat pukul yang terbuat
dari kayu dan yang dilapisi karet hanya alat pikul yang sebelah kanan. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 12:Teknik Memainkan Bok besar(dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Sedangkan Bak Udang yang kecil tangan kanan dan tangan kiri menggunakan alat pukul
yang terbuat dari kayu dan semuanya dilapisi karet. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 13: Teknik Memainkan Bok kecil (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Tuk-tuk jenis tong-tong dimainkan setiap orang 1-2 tong-tong sekaligus. Dalam satu
instrumen tong-tong dapat menghasilkan dua sumber bunyi, maka dari itu pemain menggunakan
dua tangan untuk memainkannya. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 14: Teknik memainkan Tuk-tuk (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Tran-tam yang terdiri dari 2-4 alat dipukul oleh satu pemain. Instrument ini dipukul dengan
kayu yang ujungnya diberi tambahan ban karet hitam agar tidak sobek. Lihat gambar dibawah
ini.
Gambar 15: Teknik Memainkan Tram-tam (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Kenong tello’ dimainkan oleh pemain tunggal dengan dua batang kayu yang ujungnya
dililit tali atau kain. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 16: Teknik Memainkan Kenong tello’(dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Instrumen bonang penerus cara memainkannya yaitu sama persis dengan bonang barung,
yaitu menggunakan dua tangan dan bermainnya sangat cepat. Bonang penerus hanya tinggal
mengikuti kemana alur lagu dari bonang barung. Perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar 17: Teknik Memainkan Bonang Penerus (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Untuk instrument peking dan saron cara memukulnya dengan palu kecil yang terbuat dari
kayu. Saron dan peking dengan menggunakan satu tangan jika memainkan irama lagu, namun
bila sebagai pengiring lagu memainkannya dengan menggunakan dua tangan. Lihat gambar
dibawah.
Gambar 18: Tekhnik Memainkan Saron dan Peking (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Instrumen tamborin dimainkan dengan cara ditabuh. Tangan satu memegang instrumen
yang kemudian dipukul dan dihentakkan ketangan satunya atau di tabuh diatas tangan kirinya.
Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 19: Teknik Memainkan Tamborin (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Instrumen Jimbe dimainkan dengan dua tangan dan diletakkan ditengah-tengah antara
kedua paha pemain. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 20: Teknik Memainkan Jimbe (dokumentasi: Miftahol Arifin Nur, 2014)
Kebanyakan instrument Ul-daul tergolong kelompok dalam golongan Idiophone.oleh
karena itu Ul-daul disebut juga dengan musik perkusi.
DAFTAR PUSTAKA
Boneo, Pono. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta : CV . Baru
__________.2003a. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius.
__________.2003b. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius.
Bourvier, Helena, 2002. Lebur ! Seni Musik dan Pertunjukan Dalam Masyarakat
Madura. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Irnawati, Rosida. 2004, Kesenian Tradisional Madura. SIC.
Isfanhari Musafir & Nugroho. tt, Pengetahuan Dasar Musik, Surabaya; Dinas P&K Propinsi
Daerah Tingkat 1 Jawa Timur.
Karl-Edmund Prier,S.J. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi.
Kholid, Dody M. 2011. Komposisi Musik 1. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Pawitra, Andrian.2009. Kamus Lengkap Bahasa Madura Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Soedarsono,R.M.2000.Seni pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung; Masyarakat Seni Pertunjukan
Indonesia
Soedarsono,R.M. 1992. Pengantar Apesiasi Seni. Jakarta : Balai Pustaka.
Supanggah, Rahayu, 2009. Bothekan Karawitan II: Garap; Surakarta: Program Pascasarjana