Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penanggung Jawab:
Erna Kustyarini, SE., MMSI.
Disusun oleh:
Shifa Baity Nurhabbi
Sri Emenita
Tiberius Joenathan
Theresia Eka Putri
Dina Fitri Pratiwi
Novia Aldisa
Maya Oktavia
LABORATORIUM AKUNTANSI MENENGAH
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2019/2020
MODUL PRAKTIKUM
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUT 2
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul “Akuntansi
Keuangan Lanjut 2” ini. Modul ini berisi tentang penjelasan dan kasus-kasus yang
berkaitan dengan Akuntansi Keuangan Lanjut 2 sesuai dengan silabus yang telah
ditetapkan oleh Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Besar harapan kami agar modul ini dapat berguna dan memberikan manfaat
yang positif bagi kami pribadi dan para praktikan yang mengikuti praktikum
penunjang Akuntansi Keuangan Lanjut 2.
Kami menyadari modul ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami mohon maaf jika dalam modul ini terdapat kesalahan yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan modul
ini dan agar dapat memperbaiki tulisan kami dimasa mendatang.
Depok, Februari 2020
(Tim Penyusun)
BAB I
PEMBENTUKAN PERSEKUTUAN
Persekutuan adalah suatu perserikatan yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang menyelenggarakan usaha bersama untuk mencari laba. Salah satu ciri hukum
dari persekutuan adalah umurnya yang terbatas. Kelangsungan hidup persekutuan
berakhir dengan masuknya sekutu baru, pengunduran diri atau meninggalnya sekutu
lama, disolusi secara sukarela oleh sekutu atau disolusi secara terpaksa misalnya
karena bangkrut. Ciri hukum lain dari persekutuan adalah agensi mutual (agensi yang
saling menguntungkan). Setiap sekutu dianggap sebagai agen bagi seluruh kegiatan
persekutuan dengan kekuatan yang mengikat sekutu lainnya melalui aktivitas yang
dilakukannya atas nama persekutuan.
PROSEDUR PEMBUKUAN FIRMA
Pembentukan persekutuan diantara dua orang atau lebih yang masing-masing
hanya menyerahkan setoran modalnya dalam bentuk uang atau barang kepada
persekutuan yang membuat pembukuan tersendiri, tidak banyak mengalami
kesulitan. Tetapi apabila persekutuan didirikan dengan menggabungkan beberapa
perusahaan yang sudah berjalan, maka biasanya timbul beberapa persoalan, antara
lain:
Apabila persekutuan akan menggunakan catatan pembukuan dengan
melanjutkan catatan pembukuan dari salah satu perusahaan.
Apakah perubahan atau penilaian tertentu terhadap posisi aktiva, hutang dan
modal dari masing-masing perusahaan yang akan digabungkan perlu
diadakan atau tidak.
Cara Pembentukan Persekutuan : 1. Mendirikan perusahaan baru
2. Mengubah pemilikan perusahaan perseorangan yang sudah ada
3. Mengubah pemelikan perusahaan yang sudah ada
Karakteristik Persekutuan :
1. Mutual Ageny
2. Limited life
3. Unlimited Life
4. Ownership of an Interest in a partnership
5. Mutual Liability
Isi perjanjian dari persekutuan :
1. Tujuan membentuk usaha persekutuan (termasuk jangka waktu
persekutuan)
2. Hak dan tanggung jawab setiap anggota
3. Investasi awal masing-masing anggota
4. Ketentuan untuk menarik atau menambah investasi
5. Tata cara atau penentuan rasio pembagian laba rugi
6. Aturan pembubaran persekutuan
1. \\\\
Boboi dan Boy masing-masing bersepakat untuk membentuk sebuah persekutuan
yang bernama BoboiBoy Corp. Boboi telah memiliki sebuah perusahaan yang telah
berjalan. Boy bermaksud menanamkan modalnya dalam persekutuan sebanyak Rp
1.600.000.
Adapun neraca perusahaan Boboi sebelum bergabung adalah sebagai berikut:
Neraca
Per 31 Desember 2020
Aktiva : Passiva :
Kas 1.400.000 Utang Dagang 1.100.000
Piutang dagang 1.300.000 Modal Boboi
3.300.000+
Cad. kerug. piutang 130.000 -
1.170.000
Persd. brg dagang 930.000
Supplies kantor 300.000
Meubeul & alat kantor 780.000
Akm. Penyusutan 180.000 –
600.000 +
Jumlah Aktiva 4.400.000 Jumlah Passiva 4.400.000
Boboi dan Boy bersepakat bahwa dalam pembentukan persekutuan ini, Boboi
meminta beberapa syarat untuk mengubah posisi keuangan yang dilaporkan pada
Neraca per 31 Desember 2020, sebagai berikut :
1.1 CONTOH KASUS
a. Uang kas diambil seluruhnya oleh Boboi dan persekutuan mengambil alih
seluruh asset bersih perusahaan Boboi.
b. Piutang dagang
Piutang dagang sebesar Rp 300.000, dianggap tidak tertagih dan harus
dihapuskan. Cadangan kerugian piutang ditetapkan 10% dari saldo piutang
yang baru.
c. Persediaan barang dagang
Barang-barang dinilai berdasarkan harga pasar sebesar Rp 1.150.000
d. Meubel dan alat kantor
Nilai pengganti sebesar Rp 1.000.000 terhadap aktiva ini telah disusut sebesar
50% dan dicatat berdasarkan nilai sehat sebesar Rp 500.000
e. Goodwill
Kepada Boboi diberikan goodwill atas reputasi perusahaan yang dinilai
sebesar Rp 300.000
f. Akumulasi penyusutan dihapuskan.
Diminta:
1. Prosedur pembukuan dengan melanjutkan buku perusahaan yang terdahulu.
2. Prosedur pembukuan dengan membuka buku-buku baru tersendiri.
Jawaban:
1. Prosedur pembukuan dengan melanjutkan buku perusahaan yang terdahulu
a. Mencatat penilaian kembali berbagai macam aktiva perusahaan Boboi,
sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama. Cadangan kerugian piutang* 30.000
Persediaan barang dagang 220.000
Akum. Penyusutan meubel 180.000
Goodwill 300.000
Piutang dagang 300.000
Meubel dan alat-alat kantor 280.000
Modal Boboi 150.000
b. Mencatat masuknya sekutu Boy
Kas 1.600.000
Modal Boy 1.600.000
c. Mencatat pengambilan uang kas oleh Boboi
Modal Boboi 1.400.000
Kas 1.400.000
* Keterangan:
Cadangan kerugian piutang = {CKP di neraca – ((piutang di neraca – Penghapusan
piutang dagang di syarat) x % CKP syarat)}
= Rp 130.000 – ((Rp 1.300.000 – Rp 300.000) * 0,1)
= Rp 30.000
2. Prosedur pembukuan dengan membuka buku-buku baru tersendiri
a. Mencatat kekayaan bersih perusahaan Boboi, sebagai setoran modal
persekutuan
Piutang dagang 1.000.000
Persediaan barang dagang 1.150.000
Supplies 300.000
Meubel dan alat2 kantor 500.000
Goodwill 300.000
Cad. Kerug. Piutang 100.000
Utang dagang 1.100.000
Modal Boboi 2.050.000
b. Mencatat setoran modal Boy
Kas 1.600.000
Modal Boy 1.600.000
Dari jurnal diatas dengan kedua metode akan menghasilkan neraca persekutuan yang
sama seperti dibawah ini:
BoboiBoy Corp
Neraca
Aktiva : Passiva :
Kas 1.600.000 Utang dagang 1.100.000
Piutang dagang 1.000.000 Modal Boboi 2.050.000
Cad. kerug. piutang 100.000 – Modal Boy 1.600.000
900.000
Persd. brg. dagang 1.150.000
Supplies kantor 300.000
Meubel & alat kantor 500.000
Goodwill 300.000 +
Jumlah Aktiva 4.750.000 Jumlah Passiva 4.750.000
Hoka dan Bento masing-masing bersepakat untuk membentuk sebuah
persekutuan yang bernama Hokben Corp. Hoka telah memiliki sebuah perusahaan
yang telah berjalan. Bento bermaksud menanamkan modalnya dalam persekutuan
sebanyak Rp 800.000 dan peralatan kantor sebesar Rp 400.000
Adapun neraca perusahaan Hoka sebelum bergabung adalah sebagai berikut:
Neraca
Per 31 Januari 2020
Aktiva : Passiva :
Kas 800.000 Utang Dagang 700.000
Piutang dagang 500.000 Modal Hoka 1.530.000+
Cad. kerug. piutang 50.000 -
450.000
Persd. brg dagang 480.000
Supplies kantor 150.000
Meubeul & alat kantor 390.000
Akm. Penyusutan 40.000 –
350.000 +
Jumlah Aktiva 2.230.000 Jumlah Passiva 230.000
Hoka dan Bento bersepakat bahwa dalam pembentukan persekutuan ini, Hoka
meminta beberapa syarat untuk mengubah posisi keuangan yang dilaporkan pada
Neraca per 31 Januari 2020, sebagai berikut :
1.2 KASUS 1
a. Uang kas yang ada diambil 85% oleh Hoka.
b. Piutang dagang
Piutang dagang sebesar Rp 100.000, dianggap tidak tertagih dan harus
dihapuskan. Cadangan kerugian piutang ditetapkan 10% dari saldo piutang
yang baru.
c. Persediaan barang dagang
Barang-barang dinilai berdasarkan harga pasar sebesar Rp 440.000
d. Meubel dan alat kantor
Nilai pengganti sebesar Rp 700.000 terhadap aktiva ini telah disusut sebesar
75% dan dicatat berdasarkan nilai sehat sebesar Rp 525.000
e. Goodwill
Kepada Hoka diberikan goodwill atas reputasi perusahaan yang dinilai
sebesar Rp 120.000
f. Akumulasi penyusutan dihapuskan.
Diminta:
1. Prosedur pembukuan dengan melanjutkan buku perusahaan yang terdahulu.
2. Prosedur pembukuan dengan membuka buku-buku baru tersendiri.
Tinky, Dipsy, dan Lala masing-masing bersepakat untuk membentuk sebuah
persekutuan yang bernama Teletubbies Company. Tinky telah memiliki sebuah
perusahaan yang telah berjalan. Dipsy bermaksud menanamkan modalnya dalam
persekutuan sebanyak Rp 30.000.000 dan Lala bermaksud menanamkan modalnya
dalam persekutuan berupa kendaraan sebesar Rp 45.000.000. Adapun neraca
perusahaan Tinky sebelum bergabung adalah sebagai berikut:
Neraca
Per 31 Desember 2019
Aktiva : Hutang :
Kas 40.000.000 Utang Dagang 52.000.000
Piutang dagang 20.000.000
Cad. kerug. piutang 2.000.000 - Modal :
18.000.000 Modal Tinky 93.000.000+
Persd. brg dagang 22.000.000
Supplies kantor 13.000.000
Aktiva Tetap :
Bangunan 67.000.000
Akm. Penyusutan 15.000.000 –
52.000.000 +
Jumlah Aktiva 145.000.000 Jumlah Passiva
145.000.000
Tinky, Dipsy, dan Lala bersepakat bahwa dalam pembentukan persekutuan ini, Tinky
meminta beberapa syarat untuk mengubah posisi keuangan yang dilaporkan pada
Neraca per 31 Desember 2019, sebagai berikut :
Uang kas diambil seluruhnya oleh Tinky dan persekutuan mengambil alih seluruh
aset bersih perusahaan Tinky.
a. Piutang dagang
Piutang dagang sebesar Rp 4.000.000, dianggap tidak tertagih dan harus
dihapuskan. Cadangan kerugian piutang ditetapkan 10% dari saldo piutang
yang baru.
b. Persediaan barang dagang
Barang-barang dinilai berdasarkan harga pasar sebesar Rp 24.000.000
c. Bangunan
Nilai pengganti sebesar Rp 95.00.000 terhadap aktiva ini telah disusut sebesar
60% dan dicatat berdasarkan nilai sehat sebesar Rp 57.000.000
d. Goodwill
1.3 KASUS 2
Kepada Tinky diberikan goodwill atas reputasi perusahaan yang dinilai
sebesar Rp 7.000.000
e. Akumulasi penyusutan dihapuskan.
Diminta:
1. Prosedur pembukuan dengan melanjutkan buku perusahaan yang terdahulu.
2. Prosedur pembukuan dengan membuka buku-buku baru tersendiri.
BAB II
DISOLUSI DAN LIKUIDASI PERSEKUTUAN
Disolusi persekutuan adalah berubahnya para hubungan sekutu yang
menyebabkan berhentinya persekutuan sebagai entitas hukum. Persekutuam juga
berhenti sebagai entitas hukum dan entitas bisnis. Berhentinya persekutuan sebagai
entitas bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis persekutuan yang disebut
likuidasi persekutuan. Pada umumnya, likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal :
Mengkonversi aktiva nonkas menjadi kas
Mengakui keuntungan, kerugian, dan beban likuidasi selama masa likuidasi
Menyelesaikan seluruh kewajiban
Mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir tahun modal
mereka.
Aturan dalam pendistribusian aktiva dalam likuidasi persekutuan diatur dalam
bagian 40 Uniform Partnership Act. Bagian 40 membuat urutan pembayaran sebagai
berikut :
1. Jumlah yang dipinjam kepada debitur selain sekutu
2. Jumlah yang dipinjam dari sekutu selain modal dan laba
3. Jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya
4. Jumlah yang terhutang kepada sekutu sehubungan adanya laba
PENGERTIAN
Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran
usaha) secara keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan,
membayar semua utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan
kepada para sekutu sesuai dengan rasio laba / rugi.
Proses pembubaran usaha ini meliputi dua tahap, yaitu :
1. Proses Realisasi
Yaitu proses mengubah harta kekayaan yang ada menjadi uang tunai (cash).
2. Proses Likuidasi
Yaitu proses pembayaran kembali hutang-hutang kepada para kreditur dan
pembayaran kembali sisa modal kepada para anggota.
Prosedur dalam Likuidasi :
1. Rekening-rekening pembukuan harus disesuaikan dan ditutup. Laba dan rugi
bersih selama periode terakhir diperhitungkan ke rekening modal masing-
masing, sesudah itu dikatakan persekutuan siap untuk dilikuidasi.
2. Pada proses pengubahan aktiva menjadi uang tunai (cash), apabila ada
perbedaan antara nilai buku dan nilai realisasi yang menunjukkan keuntungan
atau kerugian harus dibagi di antara anggota sesuai dengan perbandingan
pembagaian laba (rugi). Saldo modal selanjutnya dipakai sebagai dasar
penyelesaiaan.
3. Apabila dijumpai keadaan di mana salah seorang anggota mempunyai saldo
debit dalam rekening modalnya, di lain pihak ia mempunyai piutang kepada
persekutuan, maka piutang kepada persekutuan itu dipakai untuk menutup
saldo debit rekening modal yang bersangkutan. Di samping itu pada
prinsipnya apabila seorang anggota mengalami defisit maka anggota yang
lain berkewajiban untuk menutupnya terlebih dahulu.
4. Apabila uang tunai sudah tersedia untuk dibagi, maka pertama-tama harus
dibayarkan terlebih dahulu kepada para kreditur ekstern; baru sesudah itu
dibayarkan saldo-saldo modal masing-masing anggota.
Likuidasi dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Penjualan aktiva nonkas sekaligus ( Likuidasi Sekaligus )
2. Penjualan aktiva non kas secara bertahap ( Likuidasi Bertahap )
3. Program pembagian kas
Penjualan aktiva nonkas sekaligus ( Likuidasi Sekaligus )
Prosedur akuntansi pada likuidasi persekutuan adalah penjualan aktiva non
kas sekaligus untuk membayar semua kewajiban kepada pihak ketiga, apabila ada
sisa uang kas dibagikan kepada para sekutu.
Penjualan Aktiva Non Kas Secara Bertahap ( Likuidasi Bertahap )
Apabila pelaksanaan likuidasi memerlukan waktu yang cukup lama (karena
realisasi aktiva tidak bisa sekaligus), maka pembayaran kembali penyertaan para
anggota dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan jumlah uang kas yang
tersedia. Pembayaran kembali hak penyertaan para anggota dilakukan sesudah semua
kewajiban-kewajiban persekutuan (hutang-hutang kepada kreditur) dibayar lunas.
Proses likuidasi demikian disebut sebagai likuidasi bertahap (berangsur).
Proses Likuidasi Bertahap :
1. Apabila pada tahap pertama baru sebagian aktiva dapat direalisasikan (dijual),
maka pertama kali harus dibayar semua kewajiban kepada kreditur.
2. Sisa uang (kas) hasil penjualan aktiva kemudian dibayarkan kepada para
anggota sebagai pembayaran kembali sebagian hak penyertaannya
3. Hasil realisasi aktiva pada tahap-tahap berikutnya kemudian dibayarkan
kepada para anggota.
Proses demikian itu dilaksanakan terus sampai dengan aktiva yang dimiliki dapat
direalisasikan seluruhnya.
Metode Yang Digunakan
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya setiap kali
pembayaran kembali hak penyertaan anggota agar dapat dijamin penerimaan masing-
masing anggota itu sesuai dengan hak-hak yang bersangutan sebagai berikut :
a. Besarnya pembayaran kembali hak penyertaan ditentukan secara periodik
atau setiap kali aktiva dapat direalisasikan (dijual)
b. Penyusunan rencana prioritas pembayaran kepada anggota sebelum proses
likuidasi berlangsung, sehingga pembayaran dapat segera dilakukan sesuai
dengan jumlah uang yang tersedia.
Program Pembagian Kas
Program pembagian kas akan membantu prosedur likuidasi dengan penjualan
aktiva non kas secara bertahap yang membutuhkan penghitungan daftar induk
(likuidasi) dan daftar tambahan yang banyak.
2.1 CONTOH KASUS LIKUIDASI SEKALIGUS
Gulugulu Inc. memiliki empat anggota sekutu yaitu Tn. Billy, Nn. Elis,
Nn.Keti dan Tn.Feri dengan pembagian laba rugi 35:15:35:15. Pada tanggal 17
Agustus 2018 mereka memutuskan untuk melikuidasi usahanya itu. Berikut Neraca
Gulugulu Inc. pada tanggal 31 Juli 2019:
Gulugulu Inc.
Neraca
Per 31 Juli 2019
Aktiva: Hutang:
Kas Rp 21.500.000 Hutang Pajak Rp 26.000.000
Piutang Rp 13.000.000 Hutang Dagang Rp 89.000.000
Persediaan Rp 23.000.000 Hutang Elis Rp 18.000.000
Investasi Saham Rp 83.500.000 Hutang Keti Rp 9.000.000
Perlengkapan Rp 15.250.000
Gedung Rp 87.300.000 Modal :
Mesin Rp 39.750.000 Modal Billy Rp 58.000.000
Peralatan Kantor Rp 20.700.000 Modal Elis Rp 49.000.000
Modal Keti Rp 26.000.000
Modal Feri Rp 29.000.000
Total Aktiva Rp 304.000.000 Total Pasiva Rp 304.000.000
Dalam proses Likuidasi, semua aktiva non kas direalisasikan sebesar Rp 178.000.000.
Diminta:
1. Buatlah Laporan Likuidasi berikut perhitungan laba/rugi realisasi!
2. Buatlah Jurnal untuk mencatat setiap proses Likuidasi!
Jawaban:
1. Skedul Laporan Likuidasi
Laporan Likuidasi
Gulugulu Inc.
Per 31 Juli 2017
Aktiva
Non
Utang
Hutan
g
Hutan
g Huta
ng
Modal
Modal
Modal
Modal
Ketera
ngan
Kas
Kepad
a
Kepa
da
Kas
Dagan
g
Pajak
Billy
Elis
Keti
Feri
Elis
Keti
Saldo
21,500,
000
282,50
0,000
89,000,
000
26,000,
000
18,000
,000
9,000,
000
58,000
,000
49,000
,000
26,000
,000
29,000,
000
Realis
asi I
178,00
0,000
(282,50
0,000)
(36,57
5,000)
(15,67
5,000)
(36,57
5,000)
(15,67
5,000)
199,50
0,000 -
89,000,
000
26,000,
000
18,000
,000
9,000,
000
21,425
,000
33,325
,000
(10,57
5,000)
13,325,
000
Pemb
ayara
n
Hutan
g
(115,00
0,000)
(89.00
0,000)
(26,00
0,000)
Ekster
nal
84,500,
000 - - -
18,000
,000
9,000,
000
21,425
,000
33,325
,000
(10,57
5,000)
13,325,
000
Komp
ensasi (9,000
,000)
9,000,
000
Modal
Keti
84,500,
000 - - -
18,000
,000 -
21,425
,000
33,325
,000
(1,575,
000)
13,325,
000
Pemb
ayara
n
Hutan
g
(18,000
,000)
(18,00
0,000) -
Kepad
a Elis
66,500,
000 - - - - -
21,425
,000
33,325
,000
(1,575,
000)
13,325,
000
Beban
Defisi
t
-
(848,0
78)
(363,4
61)
1,575,
000
(363,4
61)
Keti
66,500,
000 - - - - -
20,576
,922
32,961
,539 -
12,961,
539
Pemb
agian (66,500
,000)
-
-
-
-
-
20,576
,922
32,961
,539
-
12,961,
539
Kas
- - - - - - - - - -
Perhitungan: ➢ Realisasi Aktiva :
Aktiva Non Kas Rp 282.500.000
Realisasi Aktiva Rp 178.000.000
Rugi (Rp 104.500.000)
❖ Rugi atas realisasi sebesar Rp 104.500.000 harus ditanggung oleh semua
anggota
sekutu sesuai dengam prosentasenya.
✓ Modal Billy : 35% x Rp. 104.500.000 = Rp 36.575.000
✓ Modal Elis : 15% x Rp. 104.500.000 = Rp 15.675.000
✓ Modal Keti : 35% x Rp. 104.500.000 = Rp 36.575.000
✓ Modal Feri : 15% x Rp. 104.500.000 = Rp 15.675.000
➢ Beban Sekutu :
Dengan asumsi bahwa Nn. Keti tidak mampu membayar defistnya sebesar
Rp. 1.575.000 maka defisit tersebut harus ditanggung oleh semua anggota
yang masih
mempunyai modal. Masing-masing modal anggota sekutu dikurangi sebesar
perbandingan laba ruginya
✓ Modal Billy : 35/(35+15+15) x Rp 1.575.000 = Rp 848.078
✓ Modal Elis : 15/(35+15+15) x Rp 1.575.000 = Rp 363.461
✓ Modal Feri : 15/(35+15+15) x Rp 1.575.000 = Rp 363.461
2. Jurnal
a. Realisasi 1
Kas Rp178.000.000
Modal Billy Rp 36.575.000
Modal Elis Rp 15.675000
Modal Keti Rp 36.575.000
Modal Feri Rp 15.675.000
ANK Rp 282.500.000
b. Pembayaran Hutang Dagang
Hutang Dagang Rp 89.000.000
Hutang Pajak Rp 26.000.000
Kas Rp115.000.000
c. Mencatat Kompensasi Modal Defisit Nn. Keti
Hutang Keti Rp 9.000.000
Modal Keti Rp 9.000.000
d. Mencatat Pembayaran Hutang Elis
Hutang Elis Rp 18.000.000
Kas Rp 18.000.000
e. Mencatat Pembagian Kas
Modal Billy Rp 20.576.922
Modal Elis Rp 32.961.539
Modal Feri Rp 12.961.539
Kas Rp 66.500.000
2.2 KASUS LIKUIDASI SEKALIGUS 1 Trans Corp. memiliki tiga anggota sekutu, yaitu Ny. Hani, Ny. Karin, dan Ny.
Theresia. CT Corp. membagi laba rugi dengan ratio 15:55:30. Pada tanggal 1
Februari 2019 para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usahanya. Neraca
persekutuan Trans Corp. pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut :
Trans Corp.
Neraca
Per 31 Desember 2019
Aktiva Hutang Lancar
Kas Rp 158.082.000 Hutang Pajak Rp 109.678.000
Piutang Rp 37.909.000 Hutang Kepada Ny.Karin Rp 20.015.000
Persediaan Rp 28.450.000 Hutang Kepada Ny. Hani Rp 17.272.000
Kendaraan Rp 88.020.000 Hutang Kepada Ny.
Rp 16.880.000
Theresia
Gedung Rp 141.225.000
Mesin Rp 20.075.000 Modal
Supplies Rp 34.321.000 Modal Ny. Hani Rp 87.321000
Modal Ny. Karin
Rp 137.665.000
Modal Ny Theresia
Rp 119.251.000
Total Aktiva
Rp 508.082.000
Total Pasiva
Rp 508.082.000
Dalam likuidasi tersebut semua aktiva non kas direalisasi sebesar Rp 404.250.000.
Diminta:
1. Susunlah skedul laporan likuidasi!
2. Buatlah jurnal untuk mencatat likuidasi tersebut!
2.3 KASUS LIKUIDASI SEKALIGUS 2
Kokumi Inc. memiliki empat anggota sekutu yaitu Ninda, Ruth, Hatika dan Dina dengan
pembagian laba rugi 30:20:20:30. Pada tanggal 25 September 2019 mereka memutuskan
untuk melikuidasi usahanya itu. Berikut Trial Balance Kokumi Inc. pada tanggal 31
Desember 2019:
Kokumi Inc.
Neraca
Per 31 Desember 2019
Aktiva Pasiva
Kas Rp. 26.000.000 Hutang Dagang Rp. 80.475.000
Aktiva Lain-lain Rp. 230.000.000 Hutang Lain-lain Rp. 19.525.000
Hutang Ruth Rp. 9.200.000
Hutang Dina Rp. 7.800.000
Modal
Modal Ruth Rp. 41.500.000
Modal Ninda Rp. 50.000.000
Modal Hastika Rp. 33.000.000
Modal Dina Rp. 14.500.000
Total Aktiva Rp. 256.000.000 Total Pasiva Rp. 256.000.000
Dalam proses likuidasi tersebut, semua aktiva non kas direalisasikan sebesar Rp.
175.000.000
Diminta:
1. Buatlah Laporan Likuidasi berikut perhitungan laba/rugi realisasi!
2. Buatlah Jurnal untuk mencatat setiap proses Likuidasi!
2.4 CONTOH KASUS LIKUIDASI BERTAHAP Fa. Takara dibangun oleh Tn. Irlangga dan Ny. Karina dengan pembagian laba rugi
60:40. Pada tanggal 18 Juli 2019 mereka memutuskan untuk melikuidasi usahanya
itu. Berikut neraca Fa. Takara pada tanggal 30 Juni 2019 :
Fa. Takara
Neraca
Per 30 Juni 2019
Aktiva: Hutang:
Kas Rp 382.600 Hutang Dagang Rp 345.750
Piutang Rp 275.000 Hutang Tn. Irlangga Rp 204.250
Persediaan Rp 200.000
Perlengkapan Rp 125.000 Modal :
Peralatan Kantor Rp 109.700 Modal Tn. Irlangga Rp 925.300
Mesin Rp 282.200 Modal Ny. Karina Rp 524.700
Gedung Rp 625.500
Total Aktiva Rp 2.000.000 Total Passiva Rp 2.000.000
Jika proses Likuidasi, aktiva non kas direalisasikan secara bertahap dengan proses
berikut:
Realisasi I: Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 875.000 dijual
dengan harga Rp 935.250
Realisasi II: Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 595.000 dijual
dengan harga Rp 500.000
Realisasi III: Sisa Aktiva dari non kas dijual Rp. 100.000
Diminta :
1. Buatlah skedul laporan likuidasi dengan skedul pembantu pembayaran kas
2. Buatlah Jurnal untuk mencatat setiap proses likuidasi
Jawaban:
1. Skedul Laporan Likuidasi
Firma Takara
Laporan Likuidasi
Per 31 Mei 2018
Kas
Aktiva
Non Hutang
Hutang
kpd Modal Modal
Keterangan
kas
dagang
Tn.
Irlangga
Tn.
Irlangga
Ny.
Karina
382.600 1.617.400 345.750 204.250 925.300 524.700
Realisasi I 935.250 (875.000) 36.150 24.100
1.317.850 742.400 345.750 204.250 961.450 548.800
Pembayaran (345.750)
(345.750)
hutang
972.100 742.400 - 204.250 961.450 548.800
Pembagian kas
1 (972.100) (204.250) (516.010) (251.840)
- 742.400 - - 445.440 296.960
Realisasi II 500.000 (595.000) (57.000) (38.000)
500.000 147.400 - - 388.440 258.960
Pembagian kas
2 (500.000) (300.000) (200.000)
- 147.400 - - 88.440 58.960
Realisasi III 100.000 (147.400) (28.440) (18.960)
100.000 - - - 60.000 40.000
Pembagian kas
3 (100.000) - - - (60.000) (40.000)
Perhitungan :
Realisasi I
Total Aktiva selain Kas (Rp 2.000.000 – Rp 382.600 = Rp 1.617.400)
Realisasi Aktiva :
Nilai Buku (ANK) = Rp 875.000
Realisasi I = Rp 935.250
Laba Realisasi = Rp 60.250
➔ NB < R (Laba) / menambah modal
➔ NB > R (Rugi) / mengurangi modal
Laba realisasi sebesar Rp 60.250 ditanggung oleh anggota sesuai dengan
prosentasenya:
Modal Tn. Irlangga = 60% x Rp 60.250 = Rp 36.150
Modal Ny. Karina = 40% x Rp 60.250 = Rp 24.100
Realisasi II
Realisasi Aktiva:
Nilai Buku = Rp 595.000
Realisasi II = Rp 500.000
Rugi Realisasi = Rp 95.000 ➔
NB > R (rugi) / mengurangi modal
➔ NB < R (laba) / menambah modal
Rugi realisasi sebesar Rp 95.000 ditanggung oleh anggota sesuai dengan prosentasenya:
Modal Tn. Irlangga = 60% x Rp 95.000 = Rp 57.000
Modal Ny. Karina = 40% x Rp 95.000 = Rp 38.000
Realisasi III
Realisasi Aktiva:
Nilai Buku = Rp 147.400
Realisasi III = Rp 100.000
➔ NB > R (rugi) / mengurangi modal Rugi Realisasi = Rp 47.400
➔ NB < R (laba) / menambah modal
Laba realisasi sebesar RP 47.400 diterima anggota sesuai dengan presentasenya:
Modal Tn. Irlangga = 60% x Rp 47.400 = Rp 28.440
Modal Ny. Karina = 40% x Rp 47.400 = Rp 18.960
PROGRAM PEMBAGIAN KAS
a. Skedul Pembagian Kas 1
Modal Modal Ny. Karina
Keterangan
Tn. Irlangga
60% 40%
Saldo Rp 961.450 Rp 548.800
Hutang kpd Tn. Irlangga Rp 204.250
Kerugian ANK Rp 1.165.700 Rp 548.800
Rp. 742.400 (Rp 445.440) (Rp 296.960)
Rp 720.260 Rp 251.840
Penghapusan Kas 1 (Rp 204.250)
Hutang Tn. Irlangga
Saldo Kas Rp. 516.010 Rp. 251.840
b. Skedul Pembagian Kas 2
Keterangan
Modal Giselle Modal Reino
60% 40%
Saldo Rp 388.440
Rp 258.960
Kerugian ANK
(Rp 88.440)
(Rp 58.960)
Rp 147.400
Saldo Kas Rp 300.000 Rp 200.000
2. Jurnal :
a. Realisasi 1
Kas Rp 935.250
Modal Tn. Irlangga Rp 36.150
Modal Ny. Karina Rp 24.100
ANK Rp 875.000
b. Pembayaran Hutang Dagang
Hutang Dagang Rp 345.750
Kas Rp 345.750
c. Pembagian Kas 1
Hutang Kpd Tn. Irlangga Rp 204.250
Modal Tn. Irlangga Rp 516.010
Modal Ny. Karina Rp 251.840
Kas Rp 972.100
d. Realisasi 2
Kas Rp 500.000
Modal Tn. Irlangga Rp 57.000
Modal Ny. Karina Rp 38.000
ANK Rp 595.000
e. Pembagian Kas 2
Modal Tn. Irlangga Rp 300.000
Modal Ny. Karina Rp 200.000
Kas Rp 500.000
f. Realisasi 3
Kas Rp 100.000
Modal Tn. Irlangga Rp 28.440
Modal Ny. Karina Rp 18.960
ANK Rp 147.400
g. Pembagian Kas 3
Modal Tn. Irlangga Rp 60.000
Modal Ny. Karina Rp 40.000
Kas Rp 100.000
2.5 KASUS LIKUIDASI BERTAHAP 1
Jason dan Kadek membentuk suatu perusahaan bernama Fa Mattel. Fa Mattel membagi
laba rugi masing-masing sekutu 70 : 30. Pada tanggal 10 Desember 2019 para sekutu
memutuskan untuk melikuidasi usahanya.
Neraca persekutuan Fa Mattel pada tanggal 30 November 2019 adalah sebagai berikut:
Fa. Mattel
Neraca
Per 30 November 2019
AKTIVA PASSIVA
Kas Rp 110.250.000 Hutang Dagang Rp. 160.500.000
Piutang Rp 73.000.000 Hutang Kadek Rp. 75.250.000
Persediaan Rp 45.100.000
Supplies Kantor Rp 32.150.000 Modal Jason Rp. 215.000.000
Peralatan Kantor Rp 23.000.000 Modal Kadek Rp. 200.000.000
Jika dalam likuidasi tersebut aktiva direalisasi secara bertahap dengan prosedur sebagai
berikut:
Realisasi I : Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 200.000.000 dijual dengan harga
Rp 185.000.000
Realisasi II : Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 215.000.000 dijual dengan harga
Rp 235.000.000
Realisasi III : Sisa dari aktiva non kas dijual dengan harga Rp 127.000.000
Diminta:
1. Buatlah skedul laporan likuidasi disertai dengan skedul pembantu pembayaran kas !
2. Buatlah jurnal untuk mencatat likiudasi tersebut !
2.6 KASUS LIKUIDASI BERTAHAP 2
Tn. Gilbert dan Tn. Alfian membentuk suatu perusahaan bernama Fa Briko. Fa Briko
membagi laba rugi masing-masing sekutu 55 : 45. Pada tanggal 1 Oktober 2019 para
sekutu memutuskan untuk melikuidasi usahanya.
Neraca persekutuan Fa Briko pada tanggal 30 September 2019 adalah sebagai berikut:
Fa. Briko
Neraca
Per 30 September 2019
AKTIVA PASSIVA
Kas Rp 97.500.000 Hutang dagang Rp 155.500.000
Piutang Rp 57.250.000 Utang Tn. Alfian Rp 72.250.000
Persediaan Rp 30.000.000
Supplies Kantor Rp 40.250.000 Modal Tn. Gilbert Rp 168.250.000
Kendaraan Rp 82.000.000
Gedung Rp 285.250.000
Total Aktiva Rp 650.750.000 Total Passiva Rp 650.750.000
Peralatan Kantor Rp 23.000.000 Modal Tn. Alfian Rp 154.000.000
Kendaraan Rp 87.000.000
Gedung Rp 215.000.000
Total Aktiva Rp 550.000.000 Total Passiva Rp 550.000.000
Jika dalam likuidasi tersebut aktiva direalisasi secara bertahap dengan prosedur sebagai
berikut:
Realisasi I: Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 165.250.000 dijual dengan harga
Rp 157.500.000
Realisasi II : Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 143.250.000 dijual dengan harga
Rp 150.500.000
Realisasi III : Aktiva non kas dengan nilai buku Rp 144.000.000 dijual dengan
harga Rp 110.000.000
Diminta:
1. Buatlah skedul laporan likuidasi disertai dengan skedul pembantu pembayaran kas !
2. Buatlah jurnal untuk mencatat likiudasi tersebut !
BAB III
PELAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN INTERIM
Pelaporan informasi keuangan menurut segmen diatur melalui PSAK No. 5. PSAK
No. 5 menjelaskan pelaporan informasi keuangan menurut segmen dari suatu perusahaan,
khususnya yang beroperasi dalam industri dan wilayah geografis yang berbeda. Dalam
pelaporan informasi keuangan menurut segmen, perusahaan menggambarkan aktivitas
masing-masing segmen industri dan menunjukan komposisi masing-masing wilayah
geografis yang dilaporkan.
Statement No. 131 mengartikan segmen usaha sebagai bagian dari suatu perusahaan
(1) yang terlibat dalam aktivitas usaha yang menghasilkan pendapatan dan mengeluarkan
biaya, termasuk pendapatan dan beban antar segmen, (2) dimana hasil usahanya secara
berkala ditelaah oleh para pengambil keputusan di perusahaan, dan (3) terdapat informasi
keuangan tersendiri. Beberapa segmen usaha dapat digabungkan jika segmen-segmen
tersebut memiliki karekteristik ekonomis yang sama.
Segmen usaha dapat dilaporkan jika melewati batas materialitas. Suatu segmen
dianggap material jika salah satu dari kriteria dibawah ini terpenuhi:
1. Pendapatannya, termasuk pendapatan antar segmen, berjumlah 10% atau lebih dari
total pendapatan semua segmen usaha.
2. Nilai absolute dari laba atau ruginya berjumlah 10% atau lebih dari jumlah seluruh
laba dari segmen usaha yang melaporkan laba, atau jumlah absolute semua segmen
usaha yang melaporkan rugi.
3. Jumlah aktivanya 10% atau lebih dari gabungan aktiva seluruh segmen usaha.
Lebih jauh lagi, Statement No. 131 mensyaratkan bahwa total pendapatan
eksternal dari segmen yang perlu dilaporkan setidaknya berjumlah 75% dari total
pendapatan konsolidasi. Jika segmen yang dilaporkan tidak memenuhi kriteria ini, maka
harus ditambahkan pelaporan atas segmen lain, meskipun tidak memenuhi batas
kuantitatif.
Laporan Keuangan Interim
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan diantara dua
laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim dapat disusun secara bulanan,
triwulanan, atau periode lainnya yang kurang dari setahun dan mencakup seluruh
komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan. Secara konseptual,
laporan keuangan interim menyediakan informasi yang lebih tepat waktu tetapi
kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan.
a. CONTOH KASUS
PT. Duo Sri memiliki lima segmen usaha yang ditetapkan berdasarkan industri.
Berikut adalah informasi keuangan pada setiap segmen PT. Duo Sri:
Pendapatan Pendapatan
Laba (Rugi)
dari pelanggan
Aktiva Segmen
antar Segmen
Usaha
eksternal
Advertising Rp 123.500.000 Rp 99.000.000 Rp 112.000.000 Rp 30.000.000
Garmen Rp 234.000.000 Rp 250.000.000 Rp 55.500.000
Kosmetik Rp 89.000.000 Rp 100.000.000 Rp 125.000.000 Rp 28.000.000
Percetakan Rp 47.500.000 Rp 75.000.000 (Rp 5.000.000)
Tekstil Rp 100.000.000 Rp 123.000.000 Rp 210.000.000 Rp 37.000.000
Total Rp 594.000.000 Rp 322.000.000 Rp 772.000.000 Rp 145.500.000
Diminta:
Tentukan segmen PT. Duo Sri yang perlu dilaporkan berdasarkan uji pendapatan
eksternal 10%, aktiva 10%, dan laba usaha 10%, serta apakah ada tambahan segmen
laporan dengan penggunaan pengujian pendapatan 75% ?
Jawaban:
Uji Pendapatan
Uji Pendapatan 10% diterapkan dengan menentukan jumlah pendapatan setiap
segmen industri kemudian membandingkannya dengan 10% dari gabungan
pendapatan seluruh segmen industri.
Pendapatan Pendapatan
Nilai Uji 10% Perlukah
dari pelanggan
antar Segmen
Rp 916.000.000
dilaporkan?
eksternal
Advertising Rp 123.500.000 Rp 99.000.000 > Rp 91.600.000 Ya
Garmen Rp 234.000.000 > Rp 91.600.000 Ya
Kosmetik Rp 89.000.000 Rp 100.000.000 > Rp 91.600.000 Ya
Percetakan Rp 47.500.000 < Rp 91.600.000 Tidak
Tekstil Rp 100.000.000 Rp 123.000.000 > Rp 91.600.000 Ya
Total Rp 594.000.000 Rp 322.000.000
Uji Aktiva
Uji Aktiva dilakukan dengan membandingkan jumlah aktiva masing-masing segmen
dengan 10% dari total aktiva semua segmen usaha.
Aktiva Segmen
Nilai Uji 10% Perlukah
dilaporkan?
Rp 772.000.000
Advertising Rp 112.000.000 > Rp 77.200.000 Ya
Garmen Rp 250.000.000 > Rp 77.200.000 Ya
Kosmetik Rp 125.000.000 > Rp 77.200.000 Ya
Percetakan Rp 75.000.000 < Rp 77.200.000 Tidak
Tekstil Rp 210.000.000 > Rp 77.200.000 Ya
Total Rp 772.000.000
Uji Laba/Rugi Usaha
Dalam penerapan uji laba usaha untuk mengidentifikasi segmen yang perlu
dilaporkan, nilai absolute laba atau rugi operasi suatu segmen dibandingkan dengan
10% dari yang lebih besar antara laba operasi gabungan semua segmen usaha yang
menghasilkan laba atau rugi operasi gabungan semua usaha yang merugi.
Laba Operasi Rugi Operasi Nilai Uji 10% Perlukah
Segmen Usaha
Segmen Usaha
dilaporkan?
Rp 150.500.000
Advertising Rp 30.000.000 > Rp 15.050.000 Ya
Garmen Rp 55.500.000 > Rp 15.050.000 Ya
Kosmetik Rp 28.000.000 > Rp 15.050.000 Ya
Percetakan Rp 5.000.000 < Rp 15.050.000 Tidak
Tekstil Rp 37.000.000 > Rp 15.050.000 Ya
Total Rp 150.500.000 Rp 5.000.000
Telah Ulang Perlunya Pelaporan (Uji Pendapatan 75%). Segmen Percetakan
tidak memenuhi kriteria 10% untuk semua jenis pengujian penentuan segmen yang
perlu dilaporkan, sehingga segmen yang perlu dilaporkan adalah Advertising,
Garmen, Kosmetik, dan Tekstil. Selain itu segmen yang dilaporkan harus memiliki
75% dari total pendapatan konsolidasi.
Untuk contoh kasus di atas perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan eksternal dari segmen Advertising, Garmen, Kosmetik, dan Tekstil
adalah Rp 546.500.000. Sedangkan nilai ujinya adalah Rp 445.500.000, didapat dari
Rp 594.000.000 75%. Karena Rp 546.500.000 lebih besar daripada 75% dari Rp
594.000.000, maka tidak ada tambahan segmen yang perlu dilaporkan.
3.2 KASUS 1
PT. Kalang Kabut memiliki empat segmen usaha yang ditetapkan berdasar industri.
Berikut adalah informasi keuangan pada setiap segmen PT. Kalang Kabut:
Pendapatan Pendapatan
Laba (Rugi)
dari pelanggan
Aktiva Segmen
antar Segmen
Usaha
Eksternal
Minuman Rp 4.000.000 Rp 3.500.000 (Rp 950.000)
Plastik Rp 3.500.000 Rp 2.500.000 Rp 1.300.000 (Rp 850.000)
Aluminium Rp 450.000 Rp 450.000 Rp 200.000
Keuangan Rp 500.000 Rp 750.000 Rp 650.000 (Rp 1.700.000)
Total Rp 8.450.000 Rp 3.200.000 Rp 5.900.000 (Rp 3.300.000)
Diminta :
Tentukan segmen PT. Kalang Kabut yang perlu dilaporkan berdasarkan uji
pendapatan 10%, aktiva 10%, dan laba usaha 10% serta apakah ada tambahan
segmen laporan dengan penggunaan pengujian pendapatan 70%?
3.3 KASUS 2
PT. Ciacautri Berjaya memiliki enam segmen usaha yang ditetapkan berdasar
Industri. Berikut adalah informasi keuangan pada setiap segmen PT. Ciacautri
Berjaya:
Pendapatan Pendapatan
Laba (Rugi)
dari pelanggan
Aktiva Segmen
antar Segmen
Usaha
eksternal
Industri Makanan Rp 13.000.000 Rp 63.000.000 Rp 6.500.000
Industri
Minuman Rp 4.650.000 Rp 3.500.000 Rp 28.000.000 Rp 2.250.000
Tekstil Rp 46.000.000 Rp 21.000.000 Rp 86.000.000 Rp 16.000.000
Furniture Rp 5.350.000 Rp 29.000.000 Rp 3.500.000
Garmen Rp 21.000.000 Rp 69.000.000 Rp 7.500.000
Percetakan Rp 7.000.000 Rp 5.500.000 Rp 26.000.000 (Rp 3.250.000)
Total
Rp
97.000.000 Rp 30.000.000 Rp 301.000.000 Rp 32.500.000
Diminta: