Upload
dian-wijayanti
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 1/92
TESIS
PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA
MENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1 PADA KULIT
TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB
YOSSY
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 2/92
TESIS
PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA
MENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1 PADA KULIT
TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB
YOSSY
NIM : 0990761028
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 3/92
ii
TESIS
PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA
MENCEGAH PROSES PENUAAN DINI KULIT
MELALUI PENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1
PADA TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Anti Aging Medicine,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
YOSSY
NIM : 0990761028
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 4/92
i
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 30 APRIL 2012
Mengetahui,
Pembimbing II,
Prof. dr. I. Gusti Made Aman, Sp. FK
NIP. 194606191976021001
Pembimbing I,
Prof. Dr. dr. Wimpie I Paangkahila, Sp.And, FAACS
NIP : 194612131971071001
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S NIP : 195902151985102001
Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I Paangkahila, Sp.And, FAACS NIP : 194612131971071001
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 5/92
i
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 30 April 2012
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No : 0144/UN14.4/HK/2012, Tanggal 16 Januari 2012
Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie I Paangkahila, Sp.And, FAACS
Anggota :
1. Prof. dr. I Gst. Made Aman, Sp.FK
2. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.Biok
3. Prof. Dr. dr. J Alex Paangkahila, MSc, Sp.And
4.
Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 6/92
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mafia Esa, karena hanya atas asung wara
nugraha-Nyalkurnia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada :
l. Prof. DR. dr. Wimple I Pangkahila, Sp. And, FAACS, sebagai Ketua Program
Studi Anti Aging Medicine dan pembimbing I yang banyak memberikan ide,
masukan, saran ilmiah dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis dan juga
telah memacu penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini untuk kemajuan
ilmu yang baru berkembang ini, yaitu ilmu Kedokteran Anti Penuaan (Anti
Agin g Med icin e)
2. Prof. dr. I Gst. Md. Aman, Sp.FK, yang telah memberikan masukan dan saran
ilmiah yang berkaitan dengan jalannya penelitian yang dilaksanakan di
Universitas Udayana, beserta staf Farmakologi Universitas Udayana.
3. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK yang telah memberikan masukan dan saran
ilmiah yang sangat berharga bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
4.
Prof. DR. dr. J. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, yang telah memberikan masukan
dan saran ilmiah terutama dalam metode penelitian dan statistik yang sangat
berguna bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah ini.
5. Prof. DR. dr. Adiputra, MOH, yang telah memberikan masukan dan saran
ilmiah terutama dalam metode penelitian yang sangat berguna bagi
penulis da lam menyusun karya ilmiah ini.
6. Prof Mantik Ketua Bagian Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, yang telah memberikan masukan dan saran serta membantu pelaksanaan penelitian di Lab Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana.
7. Bpk. Ketut Tunas, yang telah membantu memberikan masukan dan saran ilmiah
terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis dalam
menyusun karya ilmiah ini.
8. Staf bagian Andrologi dan Seksologi (dr. Oka, dr. Pram, Mbak Eni, dan Bpk. Edi)
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 7/92
v
serta teman-teman mahasiswa Program Magister Anti Aging Medicine atas
dorongannya.
9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan moril dan materil bagi
penulis dalam menempuh pendidikan ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 30 April 2012
Penulis
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 8/92
i
ABSTRAK
PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA MENINGKATKAN EKSPRESI
TGF-β1 PADA KULIT TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB
Penuaan dini pada kulit atau photoaging merupakan penuaan yang terjadi
akibat efek kronis sinar ultraviolet. Yang paling banyak mempengaruhi kesehatankulit adalah ultraviolet B, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan
paling banyak menembus bumi. Sinar ultraviolet dapat memacu sintesis MMP-1 danMMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas serta menyebabkan penurunan TGF-β. Photoaging ditandai dengan kerutan, kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar pada kulit. Saat ini banyak
dikembangkan berbagai metode guna menekan terjadinya kerusakan pada kulitterutama yang disebabkan oleh paparan langsung sinar ultraviolet secara terus-
menerus yaitu dengan menggunakan Platelet Rich Plasma. PRP adalah bahan yang berasal dari darah yang diambil dari tubuh penderita sendiri (autologus). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peran PRP topikal dalam melindungi kulit dari photoaging.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni menggunakanmetodologi pre-test post-test control group design. Penelitian ini menggunakan tikus
(Rattus norvegicus) jantan, usia 2,5 bulan sebagai subyek yang secara anatomis samadengan manusia usia dewasa muda. Jumlah sampel dalam penelitian ini 22 ekor tikus,
4 ekor tikus untuk TGF-β1 pre-test , sisanya 18 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompokmasing-masing 9 ekor tikus yaitu kelompok kontrol (UVB dan aquadest) dan
kelompok perlakuan (UVB dan PRP). Pajanan UVB diberikan 2 hari sekali selama 2
minggu dengan total dosis 840 mJ/cm². Pengolesan aquadest dan PRP dilakukansetiap hari sebanyak 0,1cc. Pada akhir penelitian, diambil jaringan kulitnya untukdiperiksa TGF-β1 nya dengan menggunakan metode ELISA.
Dari penelitian ini diperoleh hasil tidak terjadi perubahan yang bermakna(p>0,05) pada kelompok kontrol yaitu 8,65%, tetapi pada kelompok perlakuan, terjadi
peningkatan secara bermakna (p<0,05) yaitu 13,68%.Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengolesan PRP meningkatkan ekspresi
TGF-β1 pada kulit tikus yang terpajan sinar UVB.
Kata Kunci : photoaging, ultraviolet B, TGF- β1, PRP
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 9/92
v
ABSTRACT
SUPPLEMENTATION OF PLATELET RICH PLASMA INCREASED THE
TGF-β1 EXPRESSION ON THE RAT SKIN UNDER THE UVB RAY
EXPOSURE
The premature aging of skin or the photoaging is an aging process due to thechronic effects of ultraviolet rays. Mostly, the UVB is the kind of beam that
negatively affects our skin health since its wave length is short and gets to the earthmost. Ultraviolet rays can stimulate the synthesis of MMP-1 and MMP-3 through the
release of TNF-α by keratinocyte and fibroblast as well as cause the decrease ofTGF-β. Photoaging is primarily indicated by the wrinkles, looseness, pigmentationchange, brownish flecks and rough-looking appearances on the skin. At the time being, various methods have been developed to reduce the occurrences of skin
damage caused specifically by the continuous and direct ultraviolet ray exposure; oneway is to utilize the Platelet-Rich Plasma (PRP). PRP is a serum or blood component
derived from the patient's own blood (autologous).The aim of this study is to knowthe role of PRP on protecting skin from photoaging.
This study was designed as true experimental using the pre-test post-test controlgroup design methodology. This study was done on male rats (Rattus Norvegicus)aged 2.5 months as the subjects in which they were anatomically considered similar
to human adults. The samples included 22 rats; 4 rats were used for TGF-β1 pre-test
and the rest 18 rats were divided into 2 groups, control group (UVB+aquadest) andtreated group (UVB + PRP) in which each group contained 9 rats. The UVBexposures were given once in every two days for 2 weeks with the total dosage
amount of 840 mJ/cm². Furthermore, 0.1 cc of aquadest and 0.1 cc of PRP wereapplied to the skin of rats in the control and treated groups. At the end of the study,
the pre-test and post-test rats would have their skin tissues analyzed using ELISA tomeasure the expression of their TGF-β1.
The results showed an 8.65% decrease in the control group that was notsignificantly different (p>0.05), but the treated group had an increase of TGF-β1expression 13.68% with a significant difference (p<0.05).
It was concluded that the supplementation of Platelet Rich Plasma increased the
TGF-β1 expression on the rat skin under the uvb ray exposure.
Keywords : photoaging, ultraviolet B, TGF- β1, PRP
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 10/92
vi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................ i
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ....................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ......... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 7
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................. 71.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan .................................................................................... 8
2.1.1 Definisi penuaan............................................................ 9
2.1.2 Penyebab proses penuaan .............................................. 10
2.1.3 Teori proses penuaan ..................................................... 10
2.1.4 Faktor yang mempercepat penuaan ................................ 13
2.1.5 Upaya menghambat penuaan ......................................... 15
2.1.6 Tanda penuaan ............................................................... 17
2.2 Proses Penuaan Pada Kulit ........................................................ 19
2.2.1 Penyebab penuaan kulit ................................................. 20
2.2.2 Penuaan intrinsik dan ekstrinsik .................................... 20
2.3 Efek Ultraviolet ........................................................................ 23
2.3.1 Radiasi ultraviolet ......................................................... 24
2.3.2 Sinar ultraviolet ............................................................. 25
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 11/92
ii
2.3.3 Efek akut ultraviolet ...................................................... 26
2.3.3.1 Eritema .............................................................. 26
2.3.3.2 Pigmentasi ......................................................... 27
2.3.3.3 Kerusakan DNA ................................................ 27
2.3.3.4 Penekanan imun ................................................. 28
2.3.4 Efek kronis ultraviolet ................................................... 28
2.3.4.1 Photoaging ........................................................ 28
2.3.4.2 Fotokarsinogenesis ............................................ 28
2.4 Plasma Kaya Trombosit (Platelet Rich Plasma) ........................ 29
2.4.1 Trombosit ...................................................................... 34
2.4.2 Growth Factor ............................................................... 352.5. Transforming Growth Factor-ß (TGF-β) ................................... 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir..................................................................... 39
3.2 Konsep ..................................................................................... 40
3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................. 40
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 41
4.2 Subyek dan Sampel ................................................................... 42
4.2.1 Variabilitas populasi ...................................................... 42
4.2.2 Kriteria subyek .............................................................. 42
4.2.3 Besaran sampel ............................................................. 43
4.2.4 Teknik penentuan sampel .............................................. 44
4.3 Variabel .................................................................................... 44
4.3.1 Klasifikasi variable ........................................................ 44
4.3.2 Definisi operasional variabel ......................................... 444.4 Bahan dan Instrumen Penelitian ................................................ 45
4.5 Prosedur Penelitian ................................................................... 46 4.6 Alur Penelitian .......................................................................... 50
4.7 Analisis Data ............................................................................ 51
BAB V HASIL PENELITIAN 52
5.1 Uji Normalitas Daya ................................................................. 52
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ..................................... 53
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 12/92
viii
5.3 Ekspresi TGF-β1 ....................................................................... 53
5.3.1 Uji Komparabilitas ........................................................ 53
5.3.2 Analisis Efek Perlakuan................................................. 54
5.3.3. Analisis Komprarasi antara Sebelum dengan SesudahPerlakuan ...................................................................... 55
BAB VI PEMBAHASAN 57
6.1 Subyek Penelitian .................................................................... 57
6.2 Efek Pengolesan PRP dan Pajanan UVB terhadap Ekspresi
TGF-β1 ..................................................................................... 57
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan .................................................................................. 63
7.2 Saran ...................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... .. 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 69
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 13/92
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3. Gambar sinar ultraviolet ............................................................... 24
Gambar 2.4 Plasma Kaya Trombost (Platelet Rich Plasma) .............................. 33
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 40
Bagan 4.1 Skema Rancangan Penelitian ........................................................ 41
Bagan 4.2 Alur Penelitian ............................................................................. 50
Gambar 5.1 Perubahan Ekspresi TGF-β1 Sesudah Diberikan Pengolesan PRP
dan Pajanan UVB ....................................................................... 56
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 14/92
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas data Ekspresi TGF-β1 masing-masing
Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ....................................... 52
Tabel 5.2 Hasil Homogenitas antar Kelompok Data Ekspresi TGF- β1
Sesudah Perlakuan ........................................................................ 53
Tabel 5.3 Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan ...................................................................................... 53
Tabel 5.4 Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan. ..................................................................................... 54Tabel 5.5 Analisis Komparasi Ekspresi TGF-β1 antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan ........................................................................ 55
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 15/92
i
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
AAM : Anti Aging Medicine
A4M : American Academy of Anti Aging Medicine
AGE : Advance Glycation End Product
AP-1 : Activator Protein-1
α-MSH : α-Melanocyte Stimulating Hormone
BMPs : Bone Morphogenetic Proteins
cAMP : cyclic-Adeno Mono Phosphate
CREB : CAMP-Responsive Element Binding Protein
DHEA : Dehydroepiandrosterone
EGF : Epidermal Growth Factor
ERK : Extracellular- signal-Regulated Kinase
FDA : Food and Drug Administration
FSH : Folicle Stimulating Hormone
GH : Growth Hormone
IGF-1 : Insulin Growth Factor-1
LH : Luteinizing Hormone
MED : Minimal Erythema Dose
MITF : Micropthalmia Transforming Factor
mJ/cm² : mili Joule per sentimeter persegi
MMP : Matrix Metalloproteinase
PAX3 : Paired-box homeotic gene
PDGF : Platelet Derived Growth Factor
pg/ml : pico gram per mililiter
PKA : Protein Kinase A
PMN : Polymorphonuclear
PPP : Platelet Poor Plasma
PRP : Platelet Rich Plasma
TGF-β1 : Transforming Growth Factor-beta 1
TIMPs : Tissue Inhibitors of the same Metalloproteinase
TNF-α : Tumor Necrosing Factor- alfa
TYRP1 : Tryrosinase-related Protein 1
TYRP2 : Tryrosinase- related Protein 2
UV : Ultraviolet
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 16/92
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Uji Normalitas Data Sesudah Perlakuan .......... ...................... .......69
Lampiran 2 Uji t-independent Data TGF-β1 Sebelum Perlakuan (Pre) .............70
Lampiran 3 Uji t-independent Data TGF-β1 Sesudah Perlakuan (Post) ...........71
Lampiran 4 Uji t-paired antara Sebelum dengan Sesudah
Perlakuan (Pre-Post) masing-masing Kelompok ...........................72
Lampiran 5 Foto-foto Penelitian .......................................................................74
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 17/92
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan
dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap
orang tidaklah sama, ada beberapa orang yang mengalami proses penuaan
lebih cepat dibandingkan dengan orang lain. Kecepatan proses penuaan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor ekstrinsik maupun
intrinsik (Pangkahila, 2007). Faktor ekstrinsik di antaranya adalah gaya hidup
yang salah misalnya makanan atau minuman yang dikonsumsi tidak sehat,
penyalah gunaan obat-obatan baik yang dikonsumsi, disuntikkan maupun
yang digunakan secara topikal serta penggunaan kosmetika dengan
kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan
hormon baik estrogen, progesteron, stress, genetik maupun ras.
Proses Penuaan adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua
manusia. Penuaan bukan hanya proses menjadi tua, ketika laju kegagalan
meningkat bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah,
dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004). Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti saat ini tentunya banyak memberikan
dampak positif bagi masyarakat. Ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini
adalah Ilmu Anti Penuaan. Penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu
1
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 18/92
penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Penuaan tidak dapat
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 19/92
15
dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan
genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga penuaan dapat
terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu
(Fowler, 2003). Konsep Anti Aging Medicine (AAM) ini dicetuskan pada
tahun 1993, konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat
kembali ke keadaan semula. Oleh karena itu, dengan adanya ilmu ini
diharapkan akan meningkatkan usia harapan hidup yang tentunya dengan
kualitas hidup yang tinggi. Saat ini banyak hal yang dapat mempengaruhi
penurunan kualitas hidup, salah satunya yang sangat berperan adalah gaya
hidup yang buruk pada masyarakat yang bisa menimbulkan berbagai macam
penyakit bahkan sampai menimbulkan kematian pada usia muda.
Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan
berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat
seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen,
2008). Seperti organ tubuh yang lainnya, kulit manusia juga mengalami
penuaan kronologis. Proses penuaan itu berhubungan dengan perubahan yang
terjadi secara terus-menerus pada semua jaringan termasuk pada kulit.
Perubahan ini termasuk kehilangan interstitial matrix proteins dalam sel
(Jenkins, 2002). Gambaran klinis dari perubahan karakteristik tersebut,
seperti terjadinya kerutan halus, permukaan jaringan yang lebih kasar dan
timbulnya hiperpigmentasi (Yaar dkk., 2002).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 20/92
16
Salah satu faktor yang menyebabkan penuaan kulit adalah radiasi
sinar ultraviolet (UV). Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus pada
kulit manusia akan merusak struktur dan fungsi kulit tersebut. Kerusakan
kulit tergantung pada jumlah dan jenis sinar ultraviolet serta tipe kulit
seseorang. Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dapat
menimbulkan berbagai macam efek pada kulit manusia, di antaranya adalah
sunburn, penekanan imunitas, dan penuaan dini ( photoaging). Sunburn dan
penekanan sistem imun terjadi secara akut sebagai respon akibat paparan
yang berlebihan dari sinar matahari, sedangkan kanker kulit dan photoaging
akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan oleh paparan berulang
sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami photoaging ditandai dengan kerutan,
kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar.
Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau penuaan
intrinsik pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi tipis,
mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus (Fisher dkk.,
2000).
Penuaan dini pada kulit atau photoaging merupakan penuaan yang
terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan
gejala penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang
100-400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi ultra
violet terbagi atas tiga golongan yaitu UVA (320-400nm), UVB (280-320nm)
dan UVC (100-280nm). UVC biasanya tidak sampai ke permukaan bumi
kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UVC ini diserap oleh lapisan ozon
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 21/92
17
pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada kesehatan kulit
adalah UVB, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan paling
banyak menembus bumi, sinar ultra violet juga terbukti meningkatkan
degradasi kolagen melalui aktivasi matriks metalloproteinase (MMP). Sinar
ultra violet juga dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui
pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) oleh keratinosit dan
fibroblas serta menyebabkan penurunan Transforming Growth Factor- beta
(TGF-β) (Gilchrest dan Krutmann, 2006). TGF-β juga dapat menghambat
sintesis melanin dengan memecah enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk.,
2001).
Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam metode guna
menekan terjadinya kerusakan pada kulit terutama yang disebabkan oleh
paparan langsung sinar ultraviolet secara terus-menerus. Salah satu metode
yang sedang berkembang saat ini adalah dengan menggunakan Platetet Rich
Plasma ( Plasma Kaya Trombosit).
PRP adalah bahan yang berasal dari darah yang diambil dari tubuh
penderita sendiri (autologus). Saat ini sedang berkembang dan banyak
digunakan untuk menyembuhkan luka, terutama di bidang bedah. Dua bahan
yang sangat berkembang dan banyak dipakai sebagai pengobatan dengan
bahan dasar darah adalah fibrin tissue adhesive (FTA) atau yang dikenal
dengan fibrin glue dan platelet rich plasma(PRP) atau plasma kaya
trombosit. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang manfaat PRP, maka harus
dipahami tentang respon tubuh terhadap luka yang terdiri dari tiga fase yaitu
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 22/92
18
inflamasi, proliferasi dan remodelling. Fase inflamasi yang didahului dengan
agregasi trombosit sehingga terjadi penghentian perdarahan. Selain itu
trombosit juga mengeluarkan thromboxane dan serotonin yang merangsang
hemostasis dengan vasokonstriksi.
Selain itu trombosit juga mengeluarkan histamin yang merangsang
polymorphonuclear (PMN) dan monosit ke tempat luka. Selanjutnya
kemotaktik dari growth factor akan merekrut sel endotel untuk membuat
pembuluh darah baru (angiogenesis), juga fibroblas terangsang untuk
membentuk matriks ekstraseluler sehingga luka akan cepat menutup.
Bermacam sitokin dan growth factor berpengaruh terhadap penyembuhan dan
maturasi dari luka.Sitokin berperan dalam perekrutan sel untuk proliferasi
dan diferensiasi (Weibrich dkk., 2003).
Begitu juga dengan growth factor, Growth factor yang berasal dari
trombosit atau platelet derived growth factor(PDGF) keluar dari alfa granul
dan berfungsi dalam rekrutmen dan aktivasi sel immun dan fibroblas. Contoh
produk yang telah dipakai dan disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) yaitu bentuk isomer rantai β dari PDGF (PDGF-BB) yang secara
klinis terbukti mempercepat penyembuhan, termasuk pada luka kronis
diabetic neuropathy (Driver dkk., 2006). Selain itu trombosit juga
mengeluarkan TGF-β, yang merangsang maturasi fibroblas, migrasi, dan
sintesis matriks ekstraseluler. Sedangkan growth factor lainnya yaitu
epidermal growth factor (EGF), dan vascular endothelial growth factor
(VEGF) dikeluarkan oleh fibroblas, sel endotel, dan sel immun untuk
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 23/92
19
menambah percepatan penyembuhan luka.
PRP dapat diperoleh dengan melakukan sentrifugasi terhadap plasma
darah yang telah dicampur dengan antikoagulan ( Na Citrat) dan diperoleh
secara autologus. PRP bisa didefinisikan sebagai plasma darah yang
mengandung 1.000.000 trombosit/microliter dalam 5 ml plasma. Secara luas
PRP diketahui mengandung tujuh macam growth factor yaitu: PDGF-AA,
PDGF-BB, PDGF-AB, TGF-β1, TGF-β2, VEGF, EGF.
Konsentrasi trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan kali dari
kadar trombosit di dalam darah sehingga kadar growth factor di dalam PRP
juga meningkat delapan kali kecuali IGF-1. Dan selama proses pengambilan
atau pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari trombosit. Beberapa cara
pembuatan dan proses pengambilan PRP ini sudah banyak beredar seperti
Smart Prep Autologous Platelet Concentrate system (Harvest Technologies
Corp) dan Magellan Autologous Separator (Medtronic, Inc, Minneapolis)
(Weibrich dkk., 2003).
Dengan pemberian PRP ini tentunya diharapkan akan meningkatkan
ekspresi TGF-β1 yang dapat menghambat efek penuaan dini kulit
( photoaging), oleh karena paparan sinar ultra violet yang terus-menerus dapat
memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh
keratinosit dan fibroblas yang menyebabkan kerusakan jaringan serta
menurunkan ekspresi TGF-β secara langsung pada kulit manusia secara in
vivo (Gambichler dkk., 2007; Quan dkk., 2004) yang dapat menimbulkan
hiperpigmentasi, juga dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 24/92
20
enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001), mekanisme molekuler yang
berhubungan dengan TGF-β juga dapat mengakibatkan terjadinya
hipopigmentasi.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian PRP secara topikal
dapat meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi pajanan
kronis sinar ultraviolet B?
1.3 Tujuan Penelitian
Umum : untuk mengetahui peran PRP dalam melindungi penuaan dini
kulit.
Khusus : untuk mengetahui pemberian PRP secara topikal dapat
meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi
pajanan kronis sinar ultraviolet B dengan total dosis 840 mj /cm²
selama 2 minggu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2
Manfaat ilmiah : Menambah wawasan ilmiah tentang peranan PRP
dalam melindungi kulit dari paparan sinar UVB
melalui peningkatan kadar TGF-β1.
3
Manfaat klinis : Jika penelitian ini terbukti dan setelah dilakukan
tahapan pemeriksaan klinik, maka baru dapat
diaplikasikan pada manusia.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 25/92
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua
manusia. Penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa yang
membuat tua tidak sebaik baru dan ketika laju kegagalan meningkat
bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang
sekarat (Gavrilov, 2004). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini tentunya banyak memberikan dampak positif bagi
masyarakat. Ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini adalah Ilmu Anti
Penuaan. Penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi
biologik dari usia kronologik. Penuaan tidak dapat dihindarkan dan berjalan
dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang,
lingkungan dan gaya hidup, sehingga penuaan dapat terjadi lebih dini atau
lambat tergantung kesehatan masing-masing individu (Fowler, 2003).
Konsep AAM ini dicetuskan pada tahun 1993, konsep ini
menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai suatu penyakit yang dapat
dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula.
Oleh karena itu, dengan adanya ilmu ini diharapkan akan meningkatkan usia
harapan hidup yang tentunya dengan kulaitas hidup yang tinggi. Saat ini
banyak hal yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup, salah
satunya yang sangat berperanan adalah gaya hidup yang buruk pada
8
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 26/92
22
masyarakat yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit bahkan sampai
menimbulkan kematian pada usia muda.
2.1.1 Definisi penuaan
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging
Medicine) adalah perubahan fisik yang berhubungan dengan aging
disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah
dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003).
Penuaan adalah suatu kumpulan gejala dari perubahan yang terus-
menerus, menyeluruh dan menetap. Proses penuaan terjadi pada molekul
(DNA, protein, lemak), pada sel dan organ. Frekuensi penyakit yang
meningkat pada usia tua seperti arthritis, osteoporosis, penyakit jantung,
kanker, Alzheimer's Disease sering dikaitkan dengan terjadinya proses
penuaan. Padahal pada kenyataannya tidak semua benar bahwa penyakit yang
terjadi pada usia tua adalah merupakan proses penuaan (Klatz dan Goldman,
2004). Webster's New World Dictionary mendefinisikan penuaan sebagai
proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Oleh karena
itu kemudian dikenal dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia
fisiologis atau biologis. Usia kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan
tahun kelahiran, sedang usia fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan
fungsi organ tubuh. Maka usia kronologis tidak selalu sama dengan usia
fisiologis (Pangkahila, 2007).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 27/92
23
2.1.2 Penyebab proses penuaan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan orang menjadi tua melalui
proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa
kepada kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah
radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis,
sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah
gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan,
stres, dan kemiskinan. Karena berbagai faktor itulah terjadi proses penuaan,
sehingga orang menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Namun, kalau
faktor penyebab itu dapat dihindari, proses penuaan tentu dapat dicegah,
diperlambat, bahkan mungkin dihambat, dan kualitas hidup dapat
dipertahankan. Dengan kata lain usia harapan hidup dapat menjadi lebih
panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan melihat berbagai
faktor di atas, kita dapat menentukan faktor mana yang dapat dihindari atau
diatasi agar proses penuaan dapat dicegah atau diperlambat (Pangkahila,
2007).
2.1.3 Teori proses penuaan
Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses
penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu teori wear and tear meliputi kerusakan DNA, glikosilasi,
dan radikal bebas serta teori program meliputi terbatasnya replikasi sel,
proses imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2007).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 28/92
24
Ada empat teori pokok dari penuaan (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu:
1.
Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena sering digunakan dan
disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung,
ginjal, kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan
dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan
nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan emosional.
Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di
tingkat sel.
2.
Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus
membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian
mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh
memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu
berbagai sistem tubuh.
3.
Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, di
mana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang
memungkinkan fungsi fisik dan mental terentu. Dan penurunan genetik
tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama
kita dapat hidup.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 29/92
25
4.
Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu.
Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi,
karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu
molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya
satu elektron pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul
yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah
DNA, lemak, dan protein (Suryohudoyo, 2000). Dengan bertambahnya
usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin
mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga
merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan
kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin,
suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan
elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal
bebas, terutama pada daerah wajah, di mana mengakibatkan lekukan
kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal
bebas (Goldman dan Klatz, 2007).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 30/92
26
2.1.4 Faktor yang mempercepat penuaan
Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen
tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan
karena proses penuaan. Pada umumnya manusia tidak pernah
mempertanyakan mengapa kita menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal.
Orang hanya menganggap menjadi tua memang harus terjadi, sudah
ditakdirkan, dan semua masalah ya ng muncul harus dialami. Bahkan, ada
yang berpendapat usia setiap orang sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia
tertentu, yang tidak sama pada setiap orang. Namun ternyata ada beberapa
faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu :
4.
1. Faktor lingkungan
a. Pencemaran lingkungan berupa bahan polutan dan bahan kimia yang
merupakan hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga
akan mempercepat proses penuaan.
b. Pencemaran lingkungan berupa suara bising. Dari beberapa
penelitian yang ada, ternyata suara bising mampu meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan dapat menyebabkan apoptosis pada
berbagai jaringan tubuh.
c. Pemakaian obat-obatan dan jamu yang tidak terkontrol
pemakaiannya dapat menurunkan hormon tubuh baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui mekanisme umpan balik
(hormonal feedback mechanism).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 31/92
27
d. Sinar matahari secara langsung dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan kerusakan pada kolagen kulit.
5.
2. Faktor diet atau makanan
Dipengaruhi oleh jenis nutrisi, jumlahnya serta kualitas dari
makanan tersebut hendaknya yang tidak menggunakan bahan pengawet,
pewarna, dan perasa dari bahan kimia yang terlarang. Zat beracun yang
terkandung dalam makanan tersebut, tentunya dapat menimbulkan
kerusakan pada berbagai organ tubuh, yang paling utama adalah kerusakan
pada organ hati.
6.
3. Faktor genetik
Genetik seseorang ditentukan oleh genetik dari orang tuanya.
Ternyata, faktor genetik dapat berubah jika terpapar oleh infeksi virus,
radiasi serta racun yang terdapat pada makanan, minuman dan kulit yang
dapat diserap oleh tubuh.
4. Faktor psikik
Stres juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya proses apoptosis pada berbagai organ atau jaringan tubuh.
7.
5. Faktor organik
Yang merupakan faktor organik adalah rendahnya
kebugaran/ fitness, pola makan yang tidak sehat, penurunan Growth
Hormone (GH) dan IGF-1, penurunan hormon testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah memasuki usia 30 tahun yang dapat
menyebabkan gangguan pada ritme harian (circadian clock ) yang
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 32/92
28
kemudian akan berpengaruh juga pada kulit dan rambut yang ditandai
dengan berkurangnya pigmentasi serta terjadinya gangguan pola tidur,
peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan pada emosi dan
stres. Serta terjadi perubahan pada FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH ( Luteinizing Hormone).
2.1.5 Upaya menghambat penuaan
Proses penuaan bukan datang dengan sendirinya tanpa sebab. Proses
penuaan dapat dicegah dan dihambat jika kita dapat mengatasi faktor
penyebabnya. Pada dasarnya upaya menghambat proses penuaan dapat
dilakukan sebagai berikut (Pangkahila, 2007) :
1.
Menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan gaya hidup sehat, yaitu
meliputi:
a. Berolahraga teratur
Minimal 30 menit tiga kali seminggu atau dilakukan setiap hari.
b. Makanan yang sehat dan cukup
Rendah kalori, banyak sayur dan buah-buahan, cukup protein.
c. Hindari dan atasi stres
d. Hindari bahan yang bersifat racun
Seperti merokok dan alkohol yang berlebihan, pestisida, bahan
pengawet yang tidak sehat.
e. Adanya keseimbangan antara kesibukan dan relaksasi.
2.
Kehidupan berkeluarga harus bahagia, termasuk dalam kehidupan seksual,
hindari perilaku seksual yang tidak sehat.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 33/92
29
3.
Lakukanlah pekerjaan sebagai suatu kesenangan.
4.
Hiduplah dalam lingkungan sosial yang sesuai dengan hati nurani.
5.
Upayakan selalu berpikir positif dan optimis.
6.
Jangan merasa sehat normal hanya karena tidak merasakan keluhan yang
serius.
7.
Jangan merasa sudah tua dan tidak berdaya
8.
Jangan gunakan obat atau ramuan yang tidak punya dasar ilmiah yang
jelas dan tanpa petunjuk tenaga ahli.
9.
Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala yang diperlukan dan sesuai
dengan kondisi masng-masing.
10.
Gunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli, untuk
mengembalikan fungsi berbagai organ tubuh yang menurun dengan
bertambahnya usia.
Upaya pertama sampai kedelapan sebenarnya upaya yang dapat
dilakukan oleh setiap orang tanpa adanya intervensi pengobatan dari luar.
Tetapi pada kenyataannya untuk melaksanakan upaya tersebut tidaklah
mudah, bahkan sebagian justru sulit dan nyaris hampit tidak dapat
dilakukan. Upaya kesembilan dan kesepuluh merupakan upaya intervensi
yang memerlukan perlakuan atau pengobatan yang disarankan atau
diberikan oleh tenaga ahli.
Yang kerap kali menjadi hambatan atau kesulitan dalam melakukan
upaya dalam menghambat proses penuaan tanpa intervensi diantaranya
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 34/92
30
adalah disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat, pengetahuan yang
rendah, serta budaya yang tidak benar.
Lingkungan yang tidak sehat antara lain seperti adanya sejumlah
makanan yang ternyata telah diracuni oleh bahan berbahaya seperti formalin,
pestisida, dan bahkan bahan pewarna. Beberapa produk kosmetik juga
banyak yang dicampur dengan bahan kimia yang berbahaya yang dapat
mengganggu kesehatan. Belum lagi pencemaran udara yang disebabkan dari
asap kendaraan bermotor, industri, rokok, dan yang lainnya yang mana
semuanya itu tentunya akan sangat mengganggu.
Pengetahuan yang rendah dalam berbagai aspek juga banyak
menimbulkan masalah yang dapat menghambat proses penuaan seperti
mengkonsumsi sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat, bahkan sangat
merugikan.
Demikian juga dengan budaya yang tidak benar, misalnya meyakini
bahwa pada usia tua orang memang harus tidak berdaya. Akibatnya banyak
orang yang pasrah menerima berbagai keluhan yang muncul seiring dengan
bertambahnya usia (Pangkahila, 2007).
2.1.6 Tanda penuaan
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu
penurunan fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan
peningkatan penyakit (Fowler, 2003).
Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 35/92
31
karakteristik yang terbagi menjadi tiga fase yaitu :
1. Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, GH, dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA
mulai mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi,
paparan berlebihan radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini
biasanya tidak tampak dari luar. Individu akan tampak dan merasa
“normal” tanpa tanda dan gejala dari aging atau penyakit. Bahkan, pada
umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal.
2. Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen.
Kehilangan masa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan
energi serta komposisi lemak tubuh yang meninggi. Keadaan ini
menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung,
pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai muncul gejala klinis,
seperti penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, rambut putih
mulai tumbuh, elastisitas dan pigmentasi kulit menurun, dorongan
seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup,
radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa
dan tampak tua. Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang
menjadi penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk kanker,
arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 36/92
32
3. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk
DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen,
dan hormon tiroid. Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan
nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga terjadi penurunan densitas tulang,
kehilangan massa otot sekitar 1 kg setiap tiga tahun, peningkatan lemak
tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang
pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang
mengakibatkan ketidak mampuan untuk membakar 800-1.000 kalori
perhari. Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ
yang mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama
untuk menikmati ”tahun emas” dan seringkali adanya ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya.
Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai
akibat peningkatan usia (Fowler, 2003).
2.2 Proses Penuaan Pada kulit
Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dapat
menimbulkan berbagai macam efek pada kulit manusia, diantaranya adalah
sunburn, penekanan imunitas, dan penuaan dini ( photoaging). Sunburn dan
penekanan sistem imun terjadi secara akut sebagai respon akibat paparan
yang berlebihan dari sinar matahari, sedangkan kanker kulit dan photoaging
akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan oleh paparan berulang
sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami photoaging ditandai dengan kerutan,
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 37/92
33
kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar.
Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau penuaan
intrinsik pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi tipis,
mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus (Fisher dkk.,
2000).
2.2.1 Penyebab penuaan kulit
Proses penuaan itu berhubungan dengan perubahan yang terjadi
secara terus-menerus pada semua jaringan termasuk pada kulit. Perubahan ini
termasuk kehilangan interstitial matrix proteins dalam sel (Jenkins, 2002).
Penuaan kulit secara intrinsik berupa pengurangan ketebalan kulit dan
perubahan karakteristik dari susunan jaringan. Gambaran klinis dari
perubahan karakteristik tersebut, seperti terjadinya kerutan halus, permukaan
jaringan yang lebih kasar dan timbulnya hiperpigmentasi.
Secara umum diasumsikan penyebab dari proses penuaan kulit ini
dapat dipengaruhi oleh latar belakang etnis, gaya hidup dan paparan sinar
matahari secara terus-menerus (Gilchrest dan Krutmann, 2006).
2.2.2 Penuaan intrinsik dan ekstrinsik
Proses penuaan pada kulit dapat dibagi menjadi dua yaitu penuaan
intrinsik dan penuaan ekstrinsik (Gilcherst dan Krutmann, 2006) :
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 38/92
34
7.
Penuaan intrinsik dikenal juga dengan proses penuaan secara alamiah,
yang merupakan proses yang terus berlangsung, biasanya dimulai pada
usia 20 tahunan. Penuaan intrinsik tersebut, terjadi oleh karena
akumulasi kerusakan endogen yang disebabkan oleh pembentukan
senyawa oksigen reaktif selama metabolisme oksidasi seluler.
Pemendekan telomer pada pembelahan sel juga dapat dikatakan sebagai
salah satu penyebab penuaan intrinsik pada kulit, selain oleh karena
penurunan faktor pertumbuhan dan hormon. Manifestasi klinis penuaan
kronologis kulit dapat berupa serosis, kelemahan, kerutan dan gambaran
tumor jinak seperti keratosis seboroik dan angioma buah ceri.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 39/92
35
8.
Penuaan ekstrinsik ( photoaging), terjadi sebagai akibat kerusakan
kumulatif dari radiasi sinar ultraviolet. Radiasi sinar ultraviolet dengan
panjang gelombang 100-400 nm merupakan 5% dari seluruh kisaran
radiasi sinar matahari. Secara umum sinar ultraviolet dibagi menjadi
tiga, yaitu UVA (320 - 400 nm), UVB (280 - 320 nm), UVC (100 -
280nm). UVC dapat terabsorbsi secara langsung oleh lapisan ozone di
atmosfer. Radiasi UV dapat mengakibatkan aktivasi reseptor permukaan
sel yang mengakibatkan propagasi sinyal intraseluler dan sintesis faktor
transkripsi, protein inti yang berikatan dengan DNA untuk meningkatkan
atau menekan gen transkripsi. Salah satu faktor transkripsi yang secara
cepat dan prominen dapat terinduksi oleh radiasi sinar UV adalah AP-1.
AP-1 dapat mempengaruhi gen transkripsi kolagen pada fibroblas,
menurunkan level prokolagen I dan III, selain itu AP-1 juga dapat
merangsng gen transkripsi yang mengkode matrix-degrading enzyme
seperti metalloproteinase. Pada kulit yang mengalami photoaging
tersebut dapat memperlihatkan gambaran klinis berupa permukaan yang
kasar, kerutan halus dan kasar, bercak kekuningan, kering, dan
telangiektasis (Rigel dkk., 2004; Gilchrest dan Krutmann, 2006).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 40/92
36
2.3 Efek Ultraviolet
Penuaan dini pada kulit atau photoaging merupakan penuaan yang
terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan
gejala penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang
100-400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada.Radiasi ultra
violet terbagi atas tiga golongan yaitu UVA (320-400nm), UVB (280-320nm)
dan UVC (100-280nm). UVC biasanya tidak sampai ke permukaan bumi
kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UVC ini diserap oleh lapisan ozon
pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada kesehatan kulit
adalah UVB, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan paling
banyak menembus bumi (Fisher dkk., 2000).
Ultraviolet B lebih banyak menyebabkan kerusakan sel DNA.
Kelainannya berupa lesi DNA pada cyclobutane pyrimidine dimer. Secara
klinis kelainannya berupa eritema atau kemerahan. Menariknya hasil akhir
dari proses glikasi atau advance glycation end product (AGE) yang
terakumulasi pada protein yang berusia panjang seperti matriks ekstraseluler
juga berfungsi sebagai sensitiser untuk ultraviolet sehingga merusak sel
fibroblas di dermal. Sinar ultra violet juga terbukti meningkatkan degradasi
kolagen melalui aktivasi matriks metalloproteinase (MMP). Dan juga sinar
ultra violet dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan
TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas. UVB secara langsung berefek pada
kerusakan DNA terutama pada dua lesi besar yaitu cyclobutane dimer dan
pyrimidine pyrimidone photo product . Yang secara langsung mempengaruhi
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 41/92
37
sintesis asam nukleat. Walaupun DNA inti mempunyai kemampuan untuk
memperbaiki diri, kerusakan DNA jarang sekali di perbaiki secara komplit
dan bisa menjadi sel kanker (Gilchrest, 2004).
Pada beberapa penelitian juga dikatakan bahwa radiasi sinar UVB
menyebabkan penurunan dari sintesis TGF-β (Gilchrest dan Krutmann,
2006). TGF-β dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah enzim
tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001).
Gambar 2.3. Gambar sinar ultraviolet
2.3.1 Radiasi ultraviolet
Spektrum elektromagnetik yang ditransmisikan oleh sinar matahari
berkisar antara sinar kosmik yang sangat pendek hingga gelombang radio
yang sangat panjang. Sebagian besar perubahan kulit akibat sinar yang terjadi
berhubungan dengan radiasi UV. Terdapat tiga kategori radiasi UV, yaitu :
UVC, dengan panjang gelombang yang terpendek, yaitu 100-290 nm. Tidak
ada panjang gelombang yang lebih pendek dari 290 nm yang mencapai
permukaan bumi, terutama disebabkan oleh fitrasi oleh lapisan ozone.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 42/92
38
Berbeda dengan UVB dengan panjang gelombang 290-320 nm yang
mencapai permukaan bumi dan bertanggung jawab terhadap atas sebagian
besar terjadinya fotobiologi pada kulit. Sinar UVA dengan panjang
gelombang 320-400 nm mampu melewati kaca jendela dan dibagi menjadi
UVA1 dengan panjang gelombang 340-400nm dan UVA2 dengan panjang
gelombang 320-340nm (Rigel dkk., 2004). Menipisnya lapisan stratosfer dari
ozone mengakibatkan semakin banyak jumlah radiasi UVB yang mencapai
permukaan bumi yang selanjutnya menimbulkan efek langsung terhadap
kesehatan manusia. Paparan ultraviolet ini memegang peranan penting
terhadap terjadinya penuaan dini kulit.
2.3.2 Sinar ultraviolet
Ultra violet B (UVB) merupakan spektrum radiasi ultra violet dengan
panjang gelombang 290 – 320 nm, dan merupakan sinar ultraviolet yang
paling efektif menembus bumi dan mengakibatkan kerusakan pada kulit
manusia. Kerusakan yang terjadi oleh karena ultraviolet B adalah lebih pada
kerusakan DNA sel yang merupakan kromofornya.Sinar UVB banyak
terserap ke epidermis dan menembus ke papila dermis.Gejala kerusakan yang
terjadi akibat penyerapan UVB ke epidermis berupa eritema.Panjang
gelombang dari ultraviolet yang paling efektif menyebabkan eritema yaitu
250-290 nm dan semakin berkurang efek eritemanya seiring dengan
bertambahnya panjang gelombang. Pada pajanan sinar UVB tunggal dengan
dosis suberitema ,gejala eritema berangsur berkurang dalam waktu 24 jam.
Pada pajanan berulang akan terjadi efek kumulatif dan terjadilah
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 43/92
39
eritema.Gejala eritema setelah paparan sinar UVB akan terjadi kemudian
dalam waktu 3- 5 jam dan maksimal pada 12-24 jam kemudian, dan
berkurang dalam 72 jam. Sebelum terjadi eritema maka akan terjadi
vasodilatasi pembuluh darah. Secara histopatologis pada studi dengan
potongan kulit 1-µm yang disinari UVB tunggal dengan dosis 3 MED terjadi
kerusakan sel keratinosit pada 30 menit setelah paparan, dan paling jelas pada
24jam kemudian. Setelah 72 jam sel keratinosit yang rusak berubah menjadi
parakeratotik dan pembesaran sel endotel terjadi setelah 30 menit sampai
maksimal 24 jam setelahnya (Gilchrest, 2004).
2.3.3 Efek akut ultraviolet
2.3.3.1 Eritema
Eritema (sunburn) merupakan reaksi inflamasi akut pada kulit
berkaitan dengan kemerahan yang timbul akibat setelah paparan yang
berlebihan radiasi sinar ultraviolet. Eritema yang terbentuk tergantung pada
panjang gelombang. UVA yang memiliki dua kategori oleh karena memiliki
perbedaan eritemogenik di mana UVA2 lebih meningkatkan eritema
dibandingkan UVA1. Efektifitas eritema menurun dengan bertambahnya
panjang gelombang. Eritema yang diinduksi oleh UVB berespon lebih
lambat, mencapai puncaknya setelah 6-24 jam tergantung dosis. Intensitas
kemerahan sangat tergantung dosis. Eritema ini dapat bertahan satu hari atau
lebih, tergantung dosis dan tipe kulit. Meskipun reaksi akhirnya adalah
peningkatan kemerahan kulit, lamanya dan dosis yang mengakibatkan
eritema akibat UVB dan UVA sangat berbeda, radiasi UVA sangat kurang
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 44/92
40
efektif mengakibatkan kemerahan dibandingkan dengan UVB. Dosis
terendah yang mengakibatkan kemerahan minimal yang dapat dilihat dengan
jelas 24 jam setelah radiasi disebut minimal erythema dose (MED). Nilai
MED ini bervariasi antara satu orang dengan lainnya tergantung fototipe
kulit, warna kulit, dan lokasi anatomi (Rigel dkk., 2004).
2.3.3.2 Pigmentasi
Respon pigmemtasi kulit mengikuti paparan sinar matahari terdiri dari
reaksi kecoklatan (tanning) dan pembentukan melanin baru. Respon
kecoklatan pada kulit tergantung panjang gelombang radiasi. Eritema yang
diinduksi UVB diikuti dengan pigmentasi. Melanisasi yang terjadi akibat
paparan kumulatif UVA bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang
terjadi akibat paparan UVB. Perbedaan ini kemungkinan terjadi akibat
lokalisasi pigmen yang diinduksi oleh UVA lebih basal. Melanisasi yang
diinduksi oleh UVB menghilang dengan turn-over epidermis dalam satu
bulan (Fisher dkk.,2000; Rigel dkk., 2004).
2.3.3.3 Kerusakan DNA
DNA seluler secara langsung menyerap UVB, dan penyerapan ini
menyebabkan lesi pada basa pirimidin, yang menjadi ikatan kovalen dan
merusak heliks DNA. Apabila kerusakan DNA ini tidak diperbaiki maka akan
mengakibatkan kesalahan pembacaan kode genetik, mutasi, dan kematian sel.
Radiasi UVA juga merusak DNA tetapi kurang jika dibandingkan dengan
UVB (Rigel dkk., 2004; Placzek dkk., 2005; Gilchrest dan Krutmann, 2006).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 45/92
41
2.3.3.4 Penekanan sistem imun
Paparan sinar ultraviolet ternyata dapat menekan sistem imunitas.
Fenomena ini disebut photoimmunosuppresion. Photoimmunosuppresion
berperan penting terhadap terjadinya kanker kulit, meningkatnya insiden
penyakit infeksi dan virus, serta menurunnya efektifitas vaksin. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa dosis tunggal suberitemal dari radiasi
simulator sinar matahari (0,25 atau 0,5 MED) menekan induksi dari respon
hipersensitifitas kontak terhadap dinitroklorobenzena hingga 50-80% (Rigel
dkk., 2004).
2.3.4 Efek kronis ultraviolet
2.3.4.1 Photoaging
Beberapa perubahan molekuler dan seluler yang diinduksi oleh
paparan tunggal radiasi ultraviolet tidak memiliki relevansi dengan kerusakan
kronis. Perubahan seluler dan jaringan yang terlibat pada beberapa efek
akibat paparan ultraviolet, tidak sesederhana yang terjadi sebagai respon
akut. Kromofor terbesar menyerap UVB adalah asam nukleat dan protein,
kromofor lainnya menyerap UVA tetapi pada konsentrasi yang rendah
(Gichrest, 2004). Kulit yang mengalami photoaging secara klinis
menunjukkan karakteristik kasar, kerutan halus dan kasar, hiperpigmentasi
yang tidak merata dapat berupa lentigen atau bercak ( freckles), kelemahan,
bengkak, dan telangiektasis (Rigel dkk., 2004).
2.3.4.2 Fotokarsinogenesis
Telah banyak penelitian yang menyokong peranan langsung paparan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 46/92
42
sinar matahari terhadap perkembangan kanker kulit, khususnya kanker kulit
non melanoma, seperti melanoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal.
Sangat sulit mengevaluasi efek paparan ultraviolet pada induksi dan progresi
kanker kulit pada manusia. Perkembangan lesi ini membutuhkan waktu
bertahun-tahun, dan frekuensi maupun intensitas paparan menyerupai
keadaan yang sebenarnya di alam sangatlah sulit (Rigel dkk., 2004).
Dikatakan juga kerusakan DNA yang disebabkan oleh radiasi UV merupakan
penyebab utama perkembangan kanker kulit (Pleczek dkk., 2005).
2.4 Plasma Kaya Trombosit ( Platelet Rich Plasma)
PRP adalah bagian dari fraksi plasma yang diperoleh secara
autologus (diambil dari tubuh sendiri) (Mehta dan Watson, 2008; Marx,
2001).
Sejak tahun 1985 PRP sudah digunakan untuk menyembuhkan luka
(Driver dkk., 2006), karena selain berisi platelet dan faktor pembekuan darah
dalam jumlah besar, PRP juga mempunyai growth factor agonist (Petrova
dan Edmonds, 2006).
Hasil publikasi terakhir PRP juga digunakan dalam bedah periodontal
dan mulut (Pietrzak dan Eppley, 2005; Shashikiran dkk., 2006), bedah plastik
dan kosmetik (Frechette dkk., 2005; Bhanot dan Alex, 2002), bedah spinal
(Eppley dkk.,2006), bedah bypass jantung dan luka bakar (Henderson dkk.,
2003).
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang manfaat PRP maka harus
dipahami tentang respon tubuh terhadap luka yang terdiri dari tiga fase yaitu
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 47/92
43
inflamasi, proliferasi dan remodeling. Fase inflamasi yang didahului dengan
agregasi trombosit sehingga terjadi hemostasis. Selain itu trombosit juga
mengeluarkan thromboxane dan serotonin yang merangsang hemostasis
dengan vasokonstriksi serta mengeluarkan histamin yang merangsan
polymorphonuclear (PMN) dan monosit ke tempat luka. Selanjutnya
kemotaktik dari growth factor akan merekrut sel endotel untuk membuat
pembuluh darah baru (angiogenesis), juga fibroblas terangsang untuk
membentuk matriks ekstraseluler sehingga luka akan cepat menutup.
Fungsi PRP sebagai jaringan dan sistem penghantar dengan
kandungan yang kaya akan platelet dan berfungsi untuk menyembuhkan luka,
karena PRP dapat memproduksi locally acting growth factors (Everts dkk.,
2006) melalui α - granules degranulation.Bermacam sitokin dan growth
factor berpengaruh terhadap penyembuhan dan maturasi dari luka.Sitokin
berperan dalam perekrutan sel untuk proliferasi dan diferensiasi.Begitu juga
dengan growth factor. Growth factor yang berasal dari trombosit atau platelet
derived growth factor(PDGF) keluar dari alfa granul dan berfungsi dalam
rekrutmen dan aktivasi sel immun dan fibroblas. Contoh produk yang telah
dipakai dan disetujui oleh FDA yaitu bentuk isomer rantai β dari PDGF
(PDGF-BB) yang secara klinis terbukti mempercepat penyembuhan,
termasuk pada luka kronis diabetic neuropathy (Nikolidakis dan Jansen,
2008; Weibrich dkk., 2001).
Selain itu trombosit juga mengeluarkan TGF-β, yang merangsang
maturasi fibroblas, migrasi, dan sintesis matriks ekstraseluler (Ten Dijke dan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 48/92
44
Hill, 2004) serta dapat menurunkan sintesis melanin yang dapat
menyebabkan hipopigmentasi (Martinez-Esparza dkk., 2001). Sedangkan
growth factor lainnya yaitu epidermal growth factor (EGF), dan vascular
endothelial growth factor (VEGF) dikeluarkan oleh fibroblas, sel endotel,
dan sel immun untuk menambah percepatan penyembuhan luka (El-
Sharkawy dkk., 2007; Pietramaggiori dkk., 2006).
PRP juga dapat menekan pengeluaran sitokin dan membatasi
inflamasi, berinteraksi dengan makrofag untuk regenerasi (Mishra dkk.,
2009) meningkatkan pertumbuhan kapiler baru (Millington dan Norris, 2004;
Mc Aleer dkk., 2006) dan epitelisasi pada luka yang kronis. PRP bisa
didefinisikan sebagai plasma darah yang mengandung 1,000,000
trombosit/microliter dalam 5 ml plasma.
Secara luas plasma kaya trombosit diketahui mengandung 7 macam
growth factor yaitu: PDGF-AA, PDGF-BB, PDGF-AB, TGF-β1, TGF-β2,
VEGF, EGF. Dan kadar growth factor in-vivo tetap terjaga setelah dilakukan
pembuatan PRP. Konsentrasi trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan
kali dari kadar trombosit di dalam darah sehingga kadar growth factor di
dalam plasma kaya trombosit juga meningkat delapan kali kecuali IGF-1.
Dan selama proses pengambilan atau pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari
trombosit. Beberapa cara pembuatan dan proses pengambilan plasma kaya
platelet ini sudah banyak beredar seperti Smart Prep Autologous Platelet
Concentrate system (Harvest Technologies Corp) (Weibrich dkk., 2003) dan
Magellan Autologous Separator (Medtronic, Inc, Minneapolis).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 49/92
45
PRP diperoleh melalui dua tahap:
1.
Mengambil darah pasien kemudian di tambahkan antikoagulan (Natrium
Sitrat) untuk menghindari aktivasi dan degranulasi dari platelet, lakukan
sentrifugasi yang pertama dengan kecepatan lambat (soft spin) sebesar
1100g selama 10 menit untuk memisahkan plasma dari packed red blood
cell sehingga menghaasilkan tiga lapisan, yaitu paling dasar 55% dari
total volume adalah red blood corpuscles, paling atas 40% dari total
volume adalah acellular plasma layer ( platelet – poor plasma), di antara
kedua lapisan tersebut terdapat 5% dari total volume disebut “ buffy
coat” yang merupakan platelet – rich plasma. Pada tahap ini
pengambilan PRP masih sulit.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 50/92
46
2.
Serum yang telah terbentuk tersebut di aspirasi dengan menggunakan
syringe steril, kemudian dipindahkan ke tabung lain tanpa menggunakan
antikoagulan, lakukan sentrifugasi yang ke dua dengan kecepatan yang
lebih cepat dibanding yang pertama (hard spin) sebesar 2000 rpm selama
2 menit untuk memisahkan PRP dengan PPP sehingga menghasilkan tiga
lapisan, yaitu residual red blood corpuscle terjebak paling bawah, 80%
dari total volume terdapat paling atas adalah acellular plasma (PPP),
lapisan tengahnya adalah PRP. Pada saat ini sudah lebih mudah untuk
mengambil PRP dengan menggunakan syringe steril.
Serum PRP yang telah terbentuk ini kemudian ditambahkan dengan
bovine thrombin atau calcium chloride untuk menghasilkan gelatinous
platelet gel, yang berfungsi untuk perbaikan luka karena di dalam gelatinous
platelet gel tersebut mengandung growth factor .
Gambar 2.4 Plasma Kaya Trombost (Platelet Rich Plasma)
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 51/92
47
2.4.1 Trombosit
Trombosit merupakan salah satu komponen darah tepi yang berbentuk
diskoid tanpa inti dan berperan dalam berbagai proses hemostasis dan
pertahanan alami manusia. Trombosit mempunyai karakter berbentuk bulat,
berdiameter 2-3 µM (Campbell dan Neil, 2008), yang merupakan fragmentasi
dari megakariosit. Trombosit tidak mempunyai nukleus tetapi memiliki
banyak vesikel dan granula dan kadar normal 150.000 - 400.000 sel setiap µL
darah, nilai di bawah rentang tersebut dapat mengakibatkan perdarahan
sedang di atas nilai rentang tersebut dapat meningkatkan resiko trombosis
dimana terjadi penyumbatan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
stroke, myocardial infarction, emboli paru serta penyumbatan pembuluh
darah tubuh pada ekstremitas baik lengan maupun kaki. Umur trombosit
dalam darah adalah 5-9 hari. Dalam trombosit dijumpai berbagai granula
seperti: granula-α, granula padat, dan granula lisosomal. Granula-α
merupakan granula yang terbanyak, berkisar 50-80 granula per butir
trombosit dan menyusun 10 % dari volume platelet.
Riset proteomik menunjukan bahwa granula-α melepaskan ratusan
protein yang di duga berperan penting pada proses pembekuan darah,
penyembuhan luka dan peradangan. Protein-protein tersebut dapat diperoleh
apabila platelet telah di aktivasi, yaitu melaui proses pembekuan darah,
penyembuhan luka, peradangan, atherosklerosis, antimikrobial, angiogenesis,
dan malignansi (Blair dan Flaumenhaft, 2009). Trombosit mengeluarkan
growth factor termasuk PDGF yang merupakan agen kemotaksis yang poten
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 52/92
48
serta TGF-β yang dapat menstimulasi extracellular matrix. Baik PDGF
maupun TGF-β mempunyai peranan penting dalam memperbaiki dan
regenerasi connective tissues (Celotti dkk., 2006). Penyembuhan luka
berhubungan dengan growth factor yang dihasilkan oleh fibroblast growth
factor , IGF-1, PDEGF, serta VEGF. Aplikasi lokal yang dapat digunakan
untuk penyembuhan luka pada dekade terakhir ini adalah dengan
menggunakan PRP (O'Connel dkk., 2008; Sanchez dkk., 2007).
2.4.2 Growth Factor
Trombosit akan mengeluarkan growth factor, yang dapat memberi sinyal
kepada stem sel untuk memperbaiki sel yang rusak atau mati. Growth factor
adalah substansi yang secara alamiah ada di dalam tubuh kita, dan berguna
untuk merangsang pertumbuhan sel baik proliferasi maupun diferensiasi.
Growth factor adalah protein atau hormon steroid. Growth factor sangat
penting dalam regulasi proses seluler dan berperan sebagai signal antar sel.
Contohnya sitokin dan hormon yang menempel pada reseptor dari sel target.
Mereka berperan dalam diferensiasi dan maturasi sel yang bervariasi untuk
setiap growth factor . Misalnya, bone morphogenic proteins menstimulasi
diferensiasi sel tulang, VEGF menstimulasi diferensiasi pembuluh darah
(angiogenesis). Growth factor akan menstimulasi siklus sel dari phase G0
menjadi phase G1. Dalam dunia kedokteran selama 20 tahun belakangan,
penggunaan growth factor pada penanganan kelainan darah, kanker dan
cardiovascular sangat meningkat antara lain: neutropenia, sindrom
myelodisplastik, leukemia, anemia aplastik, transplantasi sumsum tulang,
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 53/92
49
angiogenesis untuk penyakit kardiovaskular serta penyembuhan luka.
2.5 Transforming Growth Factor-ß (TGF-β)
TGF-β adalah growth factor yang mempunyai banyak fungsi terutama
dalam perkembangan dan keseimbangan jaringan melalui proliferasi sel,
diferensiasi, dan apoptosis (Gumienny dan Padgett, 2002; Lutz dan Knaus,
2002). Paparan ultraviolet dapat menurunkan ekspresi TGF-β secara langsung
pada kulit manusia secara in vivo (Gambichler dkk., 2007; Quan dkk.,
2004), TGF-β1 juga dapat menghambat sintesa melanin dengan memecah
enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001), mekanisme molekuler yang
berhubungan dengan TGF-β1 juga dapat mengakibatkan terjadinya
hipopigmentasi. Adapun mekanisme yang mempengaruhi faktor tersebut
adalah oleh karena TGF-β1 dapat menurunkan aktivitas Micropthalmia
Transforming Factor (MITF), Tyrosinase-related Proteins 1 (TYRP1),
Tyrosinase-related Proteins 2 (TYRP2), dan MITF protein level (Solano
dkk., 2006; Kim dkk., 2004). Ada beberapa penelitian yang membenarkan
TGF-β1 berpengaruh pada penghambatan sintesa melanin, yaitu :
1.
TGF-β1 menghambat ekspresi paired-box homeotic gene (PAX3), yang
merupakan faktor transkripsi dan kunci regulasi MITF di melanosit
(Yang dkk., 2008).
2.
TGF-β1 mengaktifkan ERK dan menurunkan MITF sebaik produksi enzim
melanogenic (Kim dkk., 2006). Extracellular-signal-Regulated Kinase
(ERK) diaktivasi oleh sphingosine-1-phosphat, C2 Ceramide dan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 54/92
50
sphingosylphosphorylcholine yang dapat menurunkan melanogenesis
(Kim dkk., 2002).
MITF dapat meregulasi diferensiasi melanosit, perkembangan dan
pertahanan. MITF mengekspresi melanosit melalui ikatan dengan M box
regulatory element dan transactive the promoter of tyrosinase, TYRP1 dan 2
(Ando dkk., 2007; Shibahara dkk., 2001; Lin dkk., 2002). Stimulasi ikatan α-
MSH dan melanocortin 1 receptor mengaktifkan adenyl cyclase dan
produksi cyclic Adeno mono phosphate (cAMP). Sedangkan cAMP dapat
mengaktifkan PKA untuk memfosforilasi cAMP-responsive element binding
protein (CREB), yang mengaktifkan MITF-M untuk meningkatkan
melanogenesis. Jadi pada intinya, dengan menurunkan MITF diharapkan
dapat menurunkan terjadinya skin pigmentation. Kadar normal TGF-β1
adalah < 2380 pg/mL plasma.
Lebih dari 30 kelompok TGF-β dapat diidentifikasi dan
dikelompokkan menjadi beberapa keluarga, yaitu menjadi prototypic TGF-βs
(TGF-β1 sampai dengan TGF-β3), Bone Morphogenetic Proteins (BMPs),
serta faktor pertumbuhan atau diferensiasi (GDFs) dan activins. Pemberian
nama TGF untuk kelompok molekul terkadang dapat disalah artikan, oleh
karena TGF mempunyai sifat antiproliferasi berbeda dengan kebanyakan tipe
sel lain yaitu mempunyai efek proliferasi. TGF-β dapat ditemukan pada
beberapa tipe imunologi dan proses inflamasi. Efek kombinasi pada TGF-β
dan fungsi fibroblas membuat hasil yang luar biasa pada pembelajaran sitokin
fibrogenik.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 55/92
51
Perangsangan fibroblas dengan TGF-β meningkatkan produksi
kolagen dan molekul matriks ekstraseluler. Dapat dijelaskan pula, bahwa
TGF-β menghambat produksi metalloproteinase dengan fibroblas dan
menstimulasi produksi penghambat jaringan dari metalloproteinase yang
sama (TIMPs : Tissue Inhibitors of the same Metalloproteinase). Efek TGF-β
pada fibroblas juga berperan penting pada proses penyembuhan luka
(Freedberg dkk., 2003).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 56/92
52
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan
berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat
seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan. Seperti organ tubuh
yang lainnya, kulit manusia juga mengalami penuaan kronologis. Proses
penuaan itu berhubungsn dengan perubahan yang terjadi secara terus-
menerus pada semua jaringan termasuk pada kulit. Perubahan ini termasuk
kehilangan interstitial matrix proteins dalam sel. Penuaan kulit secara
intrinsik berupa pengurangan ketebalan kulit dan perubahan karakteristik dari
susunan jaringan. Gambaran klinis dari perubahan karakteristik tersebut,
seperti terjadinya kerutan halus, permukaan jaringan yang lebih kasar dan
timbulnya hiperpigmentasi.
Pajanan sinar ultraviolet yang berlebihan akan menimbulkan
kerusakan pada kulit. Kerusakan yang ditimbulkan tersebut dapat berupa
kerusakan akut maupun kronis. Kerusakan kronis kulit yang terjadi akibat
pajanan berulang sinar ultraviolet ditandai dengan terjadinya kerutan halus,
permukaan jaringan yang lebih kasar dan timbulnya hiperpigmentasi. Proses
ini dimulai dengan terbentuknya radikal bebas pada kulit setelah pajanan
sinar ultraviolet yang dapat merusak struktur kulit mulai dari DNA, membran
39
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 57/92
53
sel dan protein. PRP diharapkan akan meningkatkan ekspresi TGF-β1,
karena paparan sinar ultra violet yang terus-menerus ternyata dapat memacu
sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan
fibroblas serta menurunkan ekpresi TGF-β sehingga dapat menimbulkan
hiperpigmentasi (peningkatan sintesis melanin).
3.2 Konsep
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat diajukan adalah:
Pemberian Plasma Kaya Trombosit secara topikal dapat meningkatkan
ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi pajanan kronis sinar ultraviolet
B.
Plasma Kaya Trombosit
Ekspresi TGF-β 1
Kulit Tikus
Faktor Internal
-
Genetik-
Hormon
Faktor Eksternal
-
Polusi
lingkungan
- Bahan kimia
- Rokok
- Obat-obatan
-
Radiasiultraviolet
- Diet
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 58/92
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Eksperimental, dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah Pre-test Post-test Control Group Design
(Pocock, 2008).
Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Bagan 4.1
Skema Rancangan Penelitian
Keterangan :
P = Populasi
S = Tikus yang dipajan ultraviolet
R = Random
O1 = Kelompok kontrol pre-test TGF-β1
O2 = Kelompok kontrol post-test TGF-β1
O3 = Kelompok perlakuan pre-test TGF-β1
P S R
O1P0
O2
O3P1
O4
41
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 59/92
55
O4 = Kelompok perlakuan post-test TGF-β1
P0 = Perlakuan pajanan UVB dengan plasebo (aquadest)
P1 = Perlakuan dengan pajanan UVB dan pengolesan PRP
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bagian Farmakologi , Biologi
Molekuler Fakultas Kedokteran dan Virologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
4.2 Subyek dan Sampel
4.2.1 Variabilitas populasi
Populasi pada penelitian ini adalah tikus yang sesuai dengan sampel
yang telah ditentukan dalam penelitian.
4.2.2 Kriteria subyek
Sampel dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus) dewasa,
yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria drop out sebagai berikut :
Kriteria Inklusi:
1.
Tikus galur wistar dewasa dan sehat
2.
Tikus usia 2,5- 3 bulan
3.
Tikus berat 180-200 gram
Kriteria Drop out : apabila tikus mati pada saat penelitian.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 60/92
56
4.2.3 Besaran sampel
Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus
Pocock, 2008.
Rumus : n =2Ơ ²
x f ( α,β ) ( μ2-μ1 )²
n = jumlah sampel
Ơ = simpangan baku (SD)
α = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,1)
tingkat kemaknaan (1- α) = 0,9
β = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,2)
f ( α,β ) = nilai pada tabel
μ1 = rerata sebelum perlakuan
μ2 = rerata sesudah perlakuan
Dari penelitian sebelumnya (Wahyuningsih, 2010) d idapatkan μ1 = 0,549 dan
μ2 = 0,498 sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
n = 6,2x
)549,0498,0(
)04,0.(22
2
= 7,628 ~ 8
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out , maka sample ditambahkan minimal
10% sehingga menjadi 9. Penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok
UVB dengan plasebo (aquadest) dan kelompok UVB dengan PRP, masing-masing
kelompok terdiri dari 9 ekor tikus yang diambil secara random, sebagai data post-
test dan 4 ekor tikus sebagai data pre-test , sehingga tikus yang diperlukan
berjumlah 22 ekor tikus.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 61/92
57
4.2.4 Teknik penentuan sampel
Teknik penentuan sampel penelitian dilakukan dengan cara berikut :
1.
Dari populasi tikus (Rattus norvegicus) galur wistar diadakan pemilihan
sampel berdasarkan kriteria inklusi.
2.
Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random
untuk mendapatkan jumlah sampel.
3.
Dari sampel yang telah dipilih kemudian diambil 4 ekor tikus sebagai
data pre-test dan sisanya 18 ekor tikus , dibagi menjadi dua kelompok
yaitu : kelompok kontrol (UVB dengan aquadest) 9 ekor dan kelompok
perlakuan (UVB dengan PRP) 9 ekor sebagai data post-test .
4.3 Variabel
4.3.1 Klasifikasi variabel
1. Variabel Bebas : PRP yang dioles dan pemberian pajanan UVB
2. Variabel Tergantung : ekspresi TGF-β1
3. Variabel Kendali : strain tikus, jenis kelamin, umur dan berat badan
tikus, pencahayaan, suhu, kelembaban, nutrisi, kandang.
4.3.2 Definisi operasional variabel
1.
PRP adalah Plasma kaya trombosit yang diperoleh secara autologus
dengan menggunakan teknik sentrifugasi yang diberikan sebanyak 0,1cc
yang dioleskan dengan spuit 1cc sebanyak dua kali sehari 20 menit
sebelum pajanan dan empat jam setelah pajanan dengan UVB pada kulit
punggung tikus yang telah dicukur 2cmx1,5cm.
2.
UVB adalah sinar UVB yang diberikan dari sumber UVB berupa dua
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 62/92
58
lampu UVB 20 watt, yang diberikan dua hari sekali dengan total dosis
840 mJ/cm² selama dua minggu, di mana setiap paparan diberikan dosis
tetap yaitu 120 mj/cm², dengan jarak 30 cm.
3.
Ekspresi TGF-β1 adalah kadar TGF-β1 yang diperoleh dari ELISA
jaringan kulit punggung tikus 24 jam setelah penyinaran terakhir.
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
-
Tikus usia 2,5 bulan dengan berat badan 180-200 gram
-
Makanan dan minuman tikus
-
PRP
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1.
Kandang tikus
2.
Timbangan
3.
Buku dan alat pencatatan data
4.
Alat pencukur
5.
Alat untuk pembuatan preparat
6.
Mikroskop
7.
2 lampu UVB 20 watt
8.
UV meter
9.
Centrifuge
4.5 Prosedur Penelitian
Sebanyak 22 ekor tikus diadaptasi selama satu minggu.
Di awal penelitian, sebanyak empat ekor tikus, dua ekor dari kelompok
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 63/92
59
UVB dengan aquadest dan dua ekor dari kelompok UVB dengan PRP
diambil jaringan kulitnya untuk dilakukan ELISA jaringan untuk
dihitung ekspresi TGF-β1 nya dan digunakan sebagai data pre-test .
Kemudian secara random sisa tikus dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok UVB dengan aquadest dan kelompok UVB dengan PRP
masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor tikus, digunakan sebagai
data post-test .
Semua tikus dari kedua kelompok tersebut dicukur bulu punggungnya
seluas 2cmx1,5cm, diolesi dengan aquadest 0,1cc pada kelompok UVB
dengan aquadest dan PRP 0,1cc pada kelompok UVB dengan PRP.
Pengolesan diberikan 20 menit sebelum pajanan UVB untuk memberi
waktu absorbsi bahan topikal pada kulit dan empat jam setelah pajanan
UVB karena empat jam setelah pajanan ROS mulai terbentuk.
Pengolesan bahan topikal tetap dilakukan dihari tanpa penyinaran 1 kali
sehari sebanyak 0,1cc.
Tikus dari kelompok UVB dengan aquadest dan kelompok UVB dengan
PRP dilanjutkan dengan pajanan kronis UVB yang diberikan sebanyak
dua hari sekali dengan dosis 120 mj/cm² setiap kali penyinaran sehingga
total dosis yang dicapai selama dua minggu adalah 840 mj/cm², dengan
jarak penyinaran 30 cm dan lama penyinaran 50 menit.
Dua puluh empat jam setelah penyinaran terakhir, untuk menyingkirkan
pengaruh penyinaran akut, kembali semua tikus diambil jaringan
kulitnya untuk dibuat preparat ELISA dan dihitung ekspresi TGF-β1
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 64/92
60
sebagai data post-test .
Pada akhir periode penelitian 24 jam setelah pajanan terakhir diambil
sampel dari jaringan kulit. Diambil 2 mm dengan kedalaman subkutan
dan dibuat sediaan ELISA jaringan.
Prosedur Pelaksanaan pembuatan PRP dari darah tikus yaitu :
1. pengambilan darah tikus dari mata sebanyak 1,5cc yang dilakukan
dua hari sekali selama 2 minggu.
2. Lakukan sentrifugasi sebanyak dua kali awal dengan soft spin
(1100g selama 10 menit) kemudian dengan hard spin (2000rpm
selama 2 menit) dengan diberi anti koagulan (natrium sitrat).
Pembuatan sediaan ELISA jaringan
1.
Kulit punggung tikus yang telah dipajan sinar UVB diambil sebesar
2 mm sampai kedalaman subkutan kemudian diekstrak dengan lisis
buffer untuk dibuat sediaan ELISA nya.
2. Bawa semua reagen dan sampel ke dalam suhu ruangan sebelum
digunakan.
3. Siapkan semua reagen, pencampur standart dan sampel yang telah
diaktifkan secara langsung pada tahapan sebelumnya.
4. Pindahkan microplate strips dari plate frame, kembalikan ke foil
pouch.
5. Tambahkan 50μL Assay Diluent RD1-21 (yang digunakan untuk
sampel kultur sel supernate) atau Assay Diluent RD1-73 (untuk
sampel serum atau plasma) pada setiap wadah.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 65/92
61
6.
Tambahkan 50μL standart, kontrol, atau sampel yang diaktifkan
pada tiap wadah. Ketuk wadah dengan lembut selama satu menit.
Tutup dengan adhesive strip yang telah disediakan. Kemudian
lakukan inkubasi selama dua jam pada suhu ruangan. Sediakan
Plate layout untuk catatan standart dan sampel.
7.
Aspirasi dan cuci tiap wadah, ulangi proses tersebut tiga kali untuk
empat kali pencucian. Cuci dengan cairan bufer (400μL). Dengan
menggunakan squirt bottle, manifold , dispenser atau pencuci
otomatis. Pemindahan cairan yang dilakukan secara lengkap pada
setiap tahap akan mendapatkan hasil yang bagus. Setelah pencucian
terakhir, pindahkan semua cairan bufer dengan aspirasi.
8.
Tambahkan 100μL konjugat TGF-β1 pada setiap wadah. Tutup
dengan adhesive strip yang baru. Inkubasi selama dua jam pada
suhu ruangan.
9.
Ulangi aspirasi atau pencucian seperti pada tahap lima.
10.
Tambahkan 100μL cairan substrat pada tiap wadah. Inkubasi
selama 30 menit pada suhu ruangan. Hindarkan dari sinar.
11.
Tambahkan 100μL cairan penghenti pada tiap wadah. Lakukan
ketukan halus untuk meyakinkan telah tercampur dengan baik.
12.
Tentukan kepadatan dengan pengamatan mata pada tiap wadah
dalam 30 menit, dengan menggunakan microplate reader set
450nm. Jika terdapat koreksi kedalaman, letakkan di 540nm atau
570nm. Jika tidak terdapat koreksi kedalaman, pembacaan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 66/92
62
dikurangi pada 540nm atau 570nm dari bacaan pada 450nm.
Pengurangan ini akan tepat untuk pengamatan yang kurang
sempurna pada wadah. Pembacaan langsung pada 450nm tanpa
koreksi mungkin lebih tinggi atau kurang akurat.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 67/92
63
4.6 Alur Penelitian
Bagan 4.2
Alur penelitian
Post-Test
Tikus
22 ekor
Pajanan UVB 2
hari sekali selama
2 minggu + Dioles
Aquadest 0,1 cc
sekali setiap hari
Istirahat 24 Jam
Setelah
Penyinaran
Istirahat 24 Jam
Setelah
Penyinaran
Ekspresi TGF – β1
Ekspresi TGF – β1, Pre – Test
Pajanan UVB 2
hari sekali selama2 minggu +
Dioles PRP 0,1 cc
sekali setiap hari
Kelompok Kontrol,
9 ekorKelompok
Perlakuan, 9 ekor
Tikus4 ekor
Tikus
18 ekor
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 68/92
64
4.7 Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis sebagai berikut :
1.
Analisis Deskriptif
2.
Uji Normalitas data dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk. Distribusi data
normal dengan nilai p>0,05.
3.
Uji Homogenitas Varian antar kelompok dilakukan dengan uji Levene's
Test for Equality of Variance (Uji F ). Data dinyatakan homogen dengan
nilai p>0,05.
4.
Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai :
Uji t-independent untuk membandingkan rerata ekspresi TGF-β1
antar kelompok.
Uji Paired T-Test untuk membandingkan rerata ekspresi TGF-β1
pre- post masing-masing kelompok.
5. Nilai taraf nyata (α) =0,05.
6. Data hasil penelitian diolah dengan SPSS for Windows 16.0.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 69/92
65
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 70/92
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 22 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar), sehat, berumur 2,5 bulan dengan berat badan 180 - 200 gram
sebagai sampel, 4 ekor dialokasikan untuk data pre, dan sisanya 18 ekor terbagi
menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 9 ekor, yaitu kelompk
kontrol (pajanan UVB dengan plasebo (aquadest)) dan kelompok perlakuan
(pengolesan PRP dan pajanan UVB). Dalam penyajian hasil ini diuraikan uji
normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data ekspresi TGF-β1 sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-
masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Ekspresi TGF-β1
masing-masing Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Ekspresi TGF-β1 kontrol post Ekspresi TGF-β1 perlakuan post
4
4
0,116
0,294
Normal
Normal
52
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 71/92
67
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Ekspresi TGF-β1 antar kelompok baik sebelum perlakuan
maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji
Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok
Data Ekspresi TGF-β1 Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Ekspresi TGF-β1 post 0,823 0,378 Homogen
5.3 Ekspresi TGF-β1
5.3.1 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata ekspresi
TGF-β1 antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa pengolesan
PRP dan pajanan UVB. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n
Rerata
Ekspresi TGF-
β1(pg/ml)
SB t p
Pajanan UVB danaquadest
Pengolesan PRP dan pajanan UVB
9
9
0,312
0,306
0,027
0,050
0,00 0,121
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 72/92
68
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata ekspresi TGF-β1 kelompok kontrol
(pajanan UVB dan aquadest) adalah 0,3120,027 pg/ml dan rerata kelompok
pengolesan PRP dan pajanan UVB adalah 0,3060,050 pg/ml. Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,00 dan nilai
p = 0,121. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa pengolesan PRP dan pajanan UVB, rerata ekspresi TGF-β1nya tidak
berbeda secara bermakna (p > 0,05).
5.3.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata ekspresi TGF-β1
antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan
pajanan UVB. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan
pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4
Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek nRerata
Ekspresi TGF-β1
(pg/ml)
SB t p
Pajanan UVB dan
aquadest
Pengolesan PRP dan pajanan UVB
9
9
0,285
0,348
0,022
0,027
5,39 0,001
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata ekspresi TGF-β1
kelompok kontrol (pajanan UVB dan aquadest) adalah 0,2850,022 pg/ml dan
rerata kelompok pengolesan PRP dan pajanan UVB adalah 0,3480,027 pg/ml.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t =
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 73/92
69
5,39 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan pajanan UVB, rerata ekspresi
TGF-β1nya berbeda secara bermakna (p < 0,05).
5.3.3 Analisis komparasi antara sebelum dengan sesudah perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata ekspresi TGF-β1 antara
sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan
pajanan UVB. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada
Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Analisis Komparasi Ekspresi TGF-β1 antara
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Sebelum Sesudah
Beda
Rerata
pre – post
(pg/ml)
p Keterangan
Pajanan UVB
dan aquades
Pengolesan PRP
dan pajanan
UVB
0,3124
0,3062
0,2851
0,3481
0,027
0,042
0,080
0,009
Menurun
Meningkat
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan ekspresi
TGF-β1 pada kelompok kontrol sebesar 8,65% tetapi tidak bermakna (p>0,05),
sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan secara bermakna
sebesar 13,68% (p<0,05).
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 74/92
70
Gambar 5.1Perubahan Ekspresi TGF-β1 Sesudah diberikan
Pengolesan PRP dan pajanan UVB
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 75/92
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pengolesan PRP dan pajanan UVB terhadap
peningkatan ekspresi TGF-β1, maka dilakukan penelitian terhadap 22 ekor
tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2
(dua) kelompok masing-masing berjumlah 11 ekor, yaitu kelompk kontrol
(pajanan UVB dan plasebo aquadest) dan kelompok perlakuan (pengolesan
PRP dan pajanan UVB).
6.2 Efek Pengolesan PRP dan pajanan UVB terhadap Ekspresi TGF-β1
Hasil penelitian dan analisis data terhadap ekspresi TGF-β1 pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk ) dan homogenitas ( Levene’s test ) untuk
kelompok post-test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan
homogen (p > 0,05).
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua
kelompok menggunakan uji t-independent . Rerata ekspresi TGF-β1 kelompok
kontrol (pajanan UVB dan aquades)t adalah 0,3120,027 pg/ml dan rerata
kelompok perlakuan (pengolesan PRP dan pajanan UVB) adalah 0,3060,050
pg/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi TGF-β1 antara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa kedua
57
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 76/92
72
kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan pajanan
UVB, rerata ekspresi TGF-β1 nya tidak berbeda secara bermakna.
Uji perbandingan dengan pemberian aquades dan pengolesan PRP
sebelum diberikan pajanan UVB antara kedua kelompok menggunakan t-
independent . Rerata ekspresi TGF-β1 kelompok kontrol (pajanan UVB dan
aquadest) adalah 0,2850,022 pg/ml dan rerata kelompok pengolesan PRP
dan pajanan UVB adalah 0,3480,027 pg/ml. Analisis kemaknaan dengan uji
t-independent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna
ekspresi TGF-β1 antara kedua kelompok sesudah diberikan aquades dan
pengolesan PRP (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan
perlakuan berupa aquadest dan pengolesan PRP sebelum diberikan pajanan
UVB, rerata ekspresi TGF-β1 berbeda secara bermakna. Terjadinya
penurunan ekspresi TGF-β1 sesudah diberikan pajanan UVB dan aquades
pada kelompok kontrol disebabkan karena pajanan UVB merupakan radiasi
ultra violet yang dapat merusak kesehatan kulit melalui penurunan ekspresi
TGF-β1.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pajanan UVB
dan plasebo terjadi penurunan ekspresi TGF-β1 sebesar 8,65%. Ekspresi
TGF-β1 menurun menunjukkan adanya efek buruk kronis dari sinar matahari
yang bertumpuk dengan gejala penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet
dengan panjang gelombang 100-400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi
sinar yang ada (Rigel dkk., 2004). Pajanan UVB adalah yang paling banyak
berpengaruh kepada kesehatan kulit, karena panjang gelombangnya yang
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 77/92
73
lebih pendek dan paling banyak menembus bumi, sinar ultra violet juga
terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks
metalloproteinase (MMP). Sinar ultra violet juga dapat memacu sintesis
MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas
serta menyebabkan penurunan TGF-β (Gilchrest dan Krutmann, 2006). TGF-
β juga dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah enzim tyrosinase
(Martinez-Esparza dkk, 2001). Ultraviolet B lebih banyak menyebabkan
kerusakan sel DNA. Kelainannya berupa lesi DNA pada cyclobutane
pyrimidine dimer. Secara klinis kelainannya berupa eritema atau kemerahan.
Menariknya hasil akhir dari proses glikasi atau advance glycation end
product (AGE) yang terakumulasi pada protein yang berusia panjang seperti
matriks ekstraseluler juga berfungsi sebagai sensitiser untuk ultraviolet
sehingga merusak sel fibroblas di dermal. UVB secara langsung berefek pada
kerusakan DNA terutama pada dua lesi besar yaitu cyclobutane dimer dan
pyrimidine pyrimidone photo product . Yang secara langsung mempengaruhi
sintesis asam nukleat. Walaupun DNA inti mempunyai kemampuan untuk
memperbaiki diri, kerusakan DNA jarang sekali di perbaiki secara komplit
dan bisa menjadi sel kanker (Gilchrest, 2004).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa radiasi sinar UVB
menyebabkan penurunan dari sintesis TGF-β (Gilchrest dan Krutmann,
2006). TGF-β dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah enzim
tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001).
Sedangkan pada kelompok perlakuan yang dioles PRP dan pajanan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 78/92
74
UVB terjadi peningkatan ekspresi TGF-β1 sebesar 13,68%. Terjadinya
peningkatan ekspresi TGF-β1 pada kelompok yang diolesi PRP sebelum di
berikan pajanan UVB disebabkan karena PRP merupakan plasma kaya
trombosit. Konsentrasi trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan kali
dari kadar trombosit di dalam darah sehingga kadar growth factor di dalam
PRP juga meningkat delapan kali kecuali IGF-1. Dan selama proses
pengambilan atau pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari trombosit.
Pemberian PRP ini dapat meningkatkan ekspresi TGF-β1 yang dapat
menghambat efek penuaan dini kulit ( photoaging), oleh karena paparan sinar
ultra violet yang terus-menerus dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3
melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan f ibroblas yang menyebabkan
kerusakan jaringan serta menurunkan ekspresi TGF-β secara langsung pada
kulit manusia secara in vivo (Gambichler dkk., 2007; Quan dkk., 2004) yang
dapat menimbulkan hiperpigmentasi, juga dapat menghambat sintesis
melanin dengan memecah enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001),
mekanisme molekuler yang berhubungan dengan TGF-β juga dapat
mengakibatkan terjadinya hipopigmentasi. PRP sudah digunakan untuk
menyembuhkan luka (Driver dkk., 2006), karena selain berisi platelet dan
faktor pembekuan darah dalam jumlah besar, PRP juga mempunyai growth
factor agonist (Petrova dan Edmonds, 2006).
Hasil publikasi terakhir PRP juga digunakan dalam bedah periodontal
dan mulut (Pietrzak dan Eppley, 2005; Shashikiran dkk., 2006), bedah plastik
dan kosmetik (Frechette dkk., 2005; Bhanot dan Alex, 2002), bedah spinal
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 79/92
75
(Eppley dkk.,2006), bedah bypass jantung dan luka bakar (Henderson dkk.,
2003). Fungsi PRP sebagai jaringan dan sistem penghantar dengan kandungan
yang kaya akan platelet dan berfungsi untuk menyembuhkan luka, karena
PRP dapat memproduksi locally acting growth factors (Everts dkk., 2006)
melalui α - granules degranulation.
Bermacam sitokin dan growth factor berpengaruh terhadap
penyembuhan dan maturasi dari luka. Sitokin berperan dalam perekrutan sel
untuk proliferasi dan diferensiasi.Begitu juga dengan growth factor. Growth
factor yang berasal dari trombosit atau platelet derived growth factor(PDGF)
keluar dari alfa granul dan berfungsi dalam rekrutmen dan aktivasi sel immun
dan fibroblas.
Selain itu trombosit juga mengeluarkan TGF-β, yang merangsang
maturasi fibroblas, migrasi, dan sintesis matriks ekstraseluler (Ten Dijke dan
Hill, 2004) serta dapat menurunkan sintesis melanin yang dapat menyebabkan
hipopigmentasi (Martinez-Esparza dkk., 2001). Sedangkan growth factor
lainnya yaitu epidermal growth factor (EGF), dan vascular endothelial
growth factor (VEGF) dikeluarkan oleh fibroblas, sel endotel, dan sel immun
untuk menambah percepatan penyembuhan luka (El-Sharkawy dkk., 2007;
Pietramaggiori dkk., 2006).
PRP juga dapat menekan pengeluaran sitokin dan membatasi
inflamasi, berinteraksi dengan makrofag untuk regenerasi (Mishra dkk., 2009)
meningkatkan pertumbuhan kapiler baru (Millington dan Norris, 2004; Mc
Aleer dkk., 2006) dan epitelisasi pada luka yang kronis. PRP bisa
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 80/92
76
didefinisikan sebagai plasma darah yang mengandung 1,000,000
trombosit/microliter dalam 5 ml plasma. Secara luas plasma kaya trombosit
diketahui mengandung 7 macam growth factor yaitu: PDGF-AA, PDGF-BB,
PDGF-AB, TGF-β1, TGF-β2, VEGF, EGF. Dan kadar growth factor in-vivo
tetap terjaga setelah dilakukan pembuatan PRP. Konsentrasi trombosit dalam
PRP dapat meningkat delapan kali dari kadar trombosit di dalam darah
sehingga kadar growth factor di dalam plasma kaya trombosit juga meningkat
delapan kali kecuali IGF-1. Selama proses pengambilan atau pembuatannya
tidak terjadi aktivasi dari trombosit.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 81/92
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
sebagai berikut: Pemberian Plasma Kaya Trombosit secara topikal dapat
meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi pajanan kronis
sinar ultraviolet B sebesar 13,68%
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah :
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja PRP yang
lebih detail.
2.
Perlu penelitian klinik lebih lanjut sebelum dapat diaplikasikan pada
manusia.
63
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 82/92
78
DAFTAR PUSTAKA
Ando, H., Kondoh, H., Ichihashi, M., Hearing, V. 2007. Approaches to identify
inhibitors of melanin biosynthesis via the quality control of tyrosinase. J.
Invest. Dermatol, 127:751–761.
Baskoro, A. dan Konthen, P.G. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah
Lengkap pada 5th
Bali Endocrine Update 2nd
Bali Aging and Geriatric
Update Symposium. Bali 11-13 April 2008.
Bhanot, S., Alex, J.C. 2002. Current applications of platelet gels in facial plastic
surgery. Facial Plast Surg, 18(1), 27–33.
Blair, P., Flaumenhaft, R. 2009. Platelet alpha-granules: basic biology and clinical
correlates. Blood Rev. 2009 July, 23(4), 177-189.
Campbell dan Neil, A. 2008. Platelets are pinched-off c billy ytoplasmic fragments of specialized bone marrow cells. They are about 2–3µm in
diameter and have no nuclei. Platelets serve both structural and molecular functions in blood clotting. 8
th Edition. London : Pearson Education.
p. 912.
Celotti, F., Colciago, A., Negri-Cesi, P., Pravettoni, A., Zaninetti, R., Sacchi, M.C.
2006. Effect of platelet-rich plasma on migration and proliferation of
SaOS-2 osteoblasts : role of platelet-derived growth factor and transforming growth factor-beta. Wound Repair Regen , 14(2): 195-202.
Driver ,V. R., Hanft , J., Fylling, C. P., Beriou, J. M. 2006. Autologel Diabetic
Foot Ulcer Study Group. A prospective, randomized, controlled trial of
autologous platelet-rich plasma gel for the treatment of diabetic foot
ulcers. Ostomy Wound Manage, 52(6), 68-70, 72, 74.
El-Sharkawy, H., Kantarci, A., Deady, J. 2007. Platelet-rich plasma: growth
factors and pro- and anti-inflammatory properties. J Periodontol, 78(4),
661–669.
Eppley, B.L., Pietrzak, W.S., Blanton, M. 2006. Platelet-rich plasma: a review of biology and applications in plastic surgery. Plast Reconstr Surg, 118(6),
147e–159e.
Everts, P. A., Brown Mahoney, C., Hoffmann, J. J. 2006. Platelet-rich plasma
preparation using three devices: implications for platelet activation and
platelet growth factor release. Growth Factors, 24(3): 165–171.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 83/92
79
Fisher, G., Datta, S., Wang, Z., Li, X., Quan, T., Chung, I., Kang, S., Voorhees, J.2000. C-Jun dependent inhibition of cutaneous procolagen transcription
following ultraviolet irradiation is reversed by all-transretinoid acid. J Clin Invest , 106 : 661-668.
Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In : Klatz, R. 2003.
Anti-Aging Medical Therapeutics volume 5. Chicago : the A4M Publications. p.43.
Freedberg, I. M., Eisen, A. Z., Wolff, K., Austen, K. F., Goldsmith, L. A., Katz, S.
I. 2003. Fitzpatrick's Dermattology in General Medicine 6 th
edition
volume 1. Chicago : Medical Publishing Division. p. 293-294, 1278-1279.
Frechette, J. P., Martineau, I., Gagnon, G. 2005. Platelet-rich plasmas: growth
factor content and roles in wound healing. J Dent Res. 84(5), 434–439.
Gambichler, T., Skrygan, M., Tomi, N.S., Breuksch, S., Altmeyer, P., and Kreuter,
A. 2007. Significant downregulation of transforming growth factorbeta
signal transducers in human skin following ultraviolet-A1 irradiation. Br .
J. Dermatol, 156: 951–956.
Gavrilov, L. 2004. Reliability Theory of Aging. In : Klatz, R. 2004. Anti- Aging
Medical Therapeutics volume 7. Chicago : A4M Publication. p. 73.
Gilchrest, B. A. 2004. Using DNA damage responses to prevent and treat skincancers. J Dermatol, 31 : 862-877.
Gilchrest, B. A. dan Krutmann, J. 2006. Skin Aging. Germany : Springer-Verlag
Berlin Heidelberg, Germany. p. 10-11, 23-24, 34-42, 49.
Goldman, R dan Klatz, R. 2004-2005. Anti-Aging Clinical Protocols 2004-2005.
Chicago : The A4M Publication. p. 215.
Goldman, R dan Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia :
Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25.
Gumienny, T. L., dan Padgett, R. W. 2002. The other side of TGFbeta
superfamily signal regulation: Thinking outside the cell.Trends in Endocrinological Metabolism, 13. p. 295–299.
Henderson, J. L., Cupp, C. L., Ross, E. V. 2003. The effects of autologous plateletgel on wound healing. Ear Nose Throat J , 82(8), 598–602.
Jenkins, G. 2002. Molecular mechanism of skin ageing. Mech Ageing Dev, 123:
801-810.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 84/92
80
Kim, D., Kim, S., Chung, J., Kim, K., Eun, H., Park ,K. 2002. Delayed ERK activation by ceramide reduces melanin synthesis in human melanocytes.
Cell Signal, 14:779–785. Kim, D., Park, S., Park, K. 2004. Transforminggrowth factor-β1 decreases melanin synthesis via delayed extracellularsignal-regulated kinase activation. Int. J. Biochem. Cell Biol, 36:1482– 1491.
Kim, D., Park, S., Kwon, S., Park, E., Huh, C., Youn, S.W., Park, K. 2006.
Sphingosylphosphorylcholine-induced ERK activation inhibits melanin
synthesis in human melanocytes. Pigment Cell Res, 19:146–153.
Klatz, R. 2003. Acknowledgements. In : Klatz, R. 2003. Anti-Aging Medical
Therapeutics. volume 5. Chicago : The A4M Publication. p. 3.
Lin, C., Babiarz, L., Liebel, F., Roydon Price, E., Kizoulis, M., Gendimenico, G.,Fisher, D., Seiberg, M. 2002. Modulation of microphthalmia-associated
transcription factor gene expression alters skin pigmentation. J. Invest.
Dermatol, 119: 1330–1340.
Lutz, M. , dan Knaus, P. 2002. Integration of the TGF-beta pathway into the
cellular signalling network . Cell Signal, 14: 977.
Martinez-Esparza, M., Ferrer, C., Castells, M.T., Garcia-Borron, J.C., andZuasti, A. 2001. Transforming growth factor beta1 mediates
hypopigmentation of B16 mouse melanoma cells by inhibition of melaninformation and melanosome maturation. Int. J. Biochem, 33: 971–983.
Marx, R. E. 2001. Platelet Rich Plasma (PRP). Implant dent , 10(4): 225-228.
McAleer, J.P., Sharma, S., Kaplan, E.M., Persich, G. 2006. Use of autologous
platelet concentrate in a nonhealing lower extremity wound. Adv Skin
Wound Care, 19(7): 354–363.
Mehta, S., Watson, J.T. 2008. Platelet rich concentrate: basic science and current
clinical applications. J OrthopTrauma, 22(6): 432–438.
Millington, J.T., Norris, T. W. 2004. Effective treatment strategies for diabetic foot
wounds. J Fam Pract , 49(11 Suppl): S40–S48.
Mishra, A., Woodall, J. Jr., Vieira, A. 2009. Treatment of tendon and muscle using
platelet-rich plasma. Clin Sports Med , 28(1): 113–125.
Nikolidakis, D., Jansen, J.A.2008. The biology of platelet-rich plasma and its
application in oral surgery: literature review. Tissue Eng Part B Rev,
14(3), 249–258.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 85/92
81
O'Connell, S.M., Impeduglia, T., Hessler, K., Wang, X.J., Carroll, R.J,, Dardik, H.2008. Autologous platelet-rich fibrin matrix as cell therapy in the healing
of chronic lower-extremity ulcers. Wound Repair Regen , 16 (6), 749–56.Pangkahila, W. 2007. Anti aging Medicine : Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit BukuKompas. Hal : 1-3, 8-10, 13-23, 36-40.
Petrova, N., Edmonds, M. 2006. Emerging drugs for diabetic foot ulcers. Expert
Opin Emerg Drugs, 11(4), 709–724.
Pietramaggiori, G., Kaipainen, A., Czeczuga, J.M., Wagner, C.T., Orgill, D. P.
2006. Freeze-dried platelet-rich plasma shows beneficial healing properties
in chronic wounds. Wound Repair Regen, 14(5): 573–580.
Pietrzak ,W.S., Eppley, B.L. 2005. Platelet rich plasma: biology and newtechnology. J Craniofac Surg, 16(6): 1043–1054.
Placzek, M., 2005. Ultraviolet B-Induced DNA Damage in Human Epidermis Is
Modified by the Antioxidants Ascorbic Acid and D-α-Tocopherol. Journal
of Investigative Dermatology, 124, 304-307.
Pocock, S.J. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. John Wiley & Sons. p.
127-128.
Quan, T., He, T., Kang, S., Voorhees, J.J., and Fisher, G.J. 2004. Solar ultravioletirradiation reduces collagen in photoaged human skin by blocking
transforming growth factor-beta type II receptor/Smad signaling. Am. J. Pathol, 165: 741–751.
Rigel, D. S., Weiss, R. A.,Lim, H. W., Dover, J. S. 2004. Photoaging. Marcel
Dekker Inc. Canada. p. 34.
Sánchez, M., Anitua, E., Azofra, J., Andía, I., Padilla, S., Mujika, I. 2007.
Comparison of surgically repaired Achilles tendon tears using platelet-rich
fibrin matrices. Am J Sports Med, 35 (2): 245–51.
Shashikiran, N.D., Reddy, V.V., Yavagal, C.M., Zakirulla, M. 2006. Applications
of platelet-rich plasma (PRP) in contemporary pediatric dentistry. J ClinPediatr Dent . 30(4), 283–286.
Shibahara, S., Takeda, K., Yasumoto, K., Udono, T., Watanabe, K., Saito, H.,Takahashi, K. 2001. Microphthalmia-associated transcription factor
(MITF): Multiplicity in structure, function, and regulation. J. Investig.
Dermatol. Symp. Proc, 6:99–104.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 86/92
82
Solano, F., Briganti, S., Picardo, M., Ghanem, G. 2006. Hypopigmenting agents:
An updated review on biological, chemical and clinical aspects. Pigment
Cell Res, 90: 550–571.
Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta : CV.
Infomedika. p. 31-46.
Ten Dijke, P., and Hill, C.S. 2004. New insights into TGF-beta-Smad signalling.Trends Biochem. Sci, 29, 265–273.
Wahyuningsih, K.A. 2010. “Pemberian Astaxanthin Topikal Menghambat
Penuaan Dini Kulit Akibat Pajanan Sinar Ultraviolet B Dengan
Memberikan Efek Proteksi Terhadap Kolagen Pada Mencit ( Mus
musculus)” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Weibrich, G., Kleis, W.K., Kunz-Kostomanolakis, M., Loos, A.H., Wagner, W.2001. Correlation of platelet concentration in platelet-rich plasma to the
extraction method, age, sex, and platelet count of the donor. Int J Oral
Maxillofac Implants, 16(5), 693–699.
Weibrich, G., Kleis, W.K., Hafner, G., Hitzler, W.E., Wagner, W. 2003.
Comparison of platelet, leukocyte, and growth factor levels in point-of-care platelet-enriched plasma, prepared using a modified Curasan kit, with
preparations received from a local blood bank. Clin Oral Implants Res,14:357-62.
Wibowo, S. 2003. Andropause : Keluhan, Diagnosis dan Penanganannya. Dalam :
The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder . Jakarta :FKUI. Hal: 11-17.
Yang ,G., Li, Y., Nishimura, E., Xin, H., Zhou, A., Guo, Y., Dong, L., Denning,
M., Nickoloff, B., Cui, R. 2008. Inhibition of PAX3 by TGF-β modulates
melanocyte viability. Mol. Cell, 32: 554–563.
Yaar M., Eller M.S., Gilchrest B.A. 2002. Fifty years of skin aging. J. Investig
Dermatol Symp Proc 7: 51-58.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 87/92
83
Lampiran 1
Uji Normalitas Data Sesudah Perlakuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre .288 4 . .932 4 .609
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
KelompokKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Post Kontrol .297 9 .092 .868 9 .116
Perlakuan .188 9 .200*
.907 9 .294
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 88/92
84
Lampiran 2
Uji t-independent Data TGF-β1 Sebelum Perlakuan (Pre)
Group Statistics
Kelompok2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pre Kontrol 2 .3124 .02687 .01900
Perlakuan 2 .3062 .05006 .03540
Independent Samples Test
Levene's Testfor Equalityof Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differ
ence
95%Confidence
Interval of theDifference
Lower Upper
Pr e
Equalvariances
assumed
3.692 .073 .351 16 .730 .00613 .01748-
.03091.04318
Equal
variancesnot
assumed
.351 12.990
.731 .00613 .01748 -.03162
.04389
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 89/92
85
Lampiran 3
Uji t-independent Data TGF-β1 Sesudah Perlakuan (post)
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Post Kontrol 9 .2851 .02199 .00733
Perlakuan 9 .3481 .02732 .00911
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig.(2-
tailed
)
Mean
Differ
ence
Std.Error
Differe
nce
95% ConfidenceInterval of theDifference
Lower Upper
Po
st
Equal
variances
assumed
.823 .378 -5.389 16 .000-
.06300.01169
-
.08778-.03822
Equal
variances
not assumed
-5.389 15.302 .000-
.06300.01169
-.08787
-.03813
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 90/92
86
Lampiran 4
Uji t-paired antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan (Pre-Post) Masing-
masing Kelompok
Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre .3124 9 .04512 .01504
Post .2851 9 .02199 .00733
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre & Post 9 .432 .246
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre -
Post.02727 .04077 .01359 -.00407 .05860 2.006 8 .080
a. Kelompok = Kontrol
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 91/92
87
Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre .3062 9 .02670 .00890
Post .3481 9 .02732 .00911
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre & Post 9 .076 .847
a. Kelompok = Perlakuan
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre -
Post-.04187 .03673 .01224 -.07010 -.01364 -3.420 8 .009
a. Kelompok =
Perlakuan
7/24/2019 Kulit2 PRP
http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 92/92
iii
Lampiran 5
Foto - foto Penelitian
Persiapan Penyinaran
Pencukuran bulu tikus