Upload
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KUALITAS KERTAS SENI DARI KOMBINASI LIMBAH
AMPAS TEBU DAN KULIT SINGKONG DENGAN BAHAN
PEREKAT PVAC DAN TEPUNG UMBI SINGKONG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
ARDIYANA RAHMA PERTIWI
A420150159
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KUALITAS KERTAS SENI DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU
DAN KULIT SINGKONG DENGAN BAHAN PEREKAT PVAC DAN
TEPUNG UMBI SINGKONG
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
ARDIYANA RAHMA PERTIWI
A420150159
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dra. Aminah Asngad, M.Si.
NIDN. 062809590
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KUALITAS KERTAS SENI DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU
DAN KULIT SINGKONG DENGAN BAHAN PEREKAT PVAC DAN
TEPUNG UMBI SINGKONG
Oleh:
ARDIYANA RAHMA PERTIWI
A420150159
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 26 Juni 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
1. Dra. Aminah Asngad, M.Si. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dra. Titik Suryani, M.Sc. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Efri Roziaty S.Si., M.Si. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
(Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum)
NIDN 0028046501
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 27 Mei 2019
Penulis,
Ardiyana Rahma Pertiwi
A420150159
1
KUALITAS KERTAS SENI DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU
DAN KULIT SINGKONG DENGAN BAHAN PEREKAT PVAC DAN
TEPUNG UMBI SINGKONG
Abstrak
Ampas tebu dan kulit singkong merupakan limbah dari industri dan masyarakat
yang kurang dimanfaatkan.Ampas tebu dan kulit singkong mengandung selulosa
yang cukup tinggi. PVAc dan tepung umbi singkong merupakan dua jenis bahan
perekat yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kertas
seni dari kombinasi ampas tebu dan kulit singkong dengan bahan perekat PVAc
dan tepung umbi singkong melalui uji sensoris. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Adapun faktor 1:
Perbandingan bahan baku (kulit singkong:ampas tebu) (K) K1 (50:50), K2 (30:70),
K3 (40:60) dan faktor 2: bahan perekat (P), P1: PVAc 5%, P2: tepung umbi
singkong 5% dengan 3 kali ulangan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Hasil uji sensoris pada perlakuan K2P2 yang paling
baik diterima oleh masyarakat karena bertekstur cukup halus, kenampakan serat
cukup tampak, dan warnanya menarik. Terdapat perbedaan kualitas kertas seni
dari perbandingan limbah ampas tebu dan kulit singkong yang berbeda dengan
bahan perekat PVAc dan tepung umbi singkong terhadap ketahanan tarik,
ketahanan sobek, dan uji sensoris.
Kata Kunci: kertas seni, ampas tebu, kulit singkong, PVAc, tapioka.
Abstract
Bagasse and cassava peel are waste from industry and communities that are
underutilized. Bagasse and cassava peel contain cellulose which is quite high.
PVAc and cassava powder are two different types of adhesives. The study aims to
determine the quality of art paper from a combination of bagasse and cassava peel
with PVAc and cassava powder through sensory testing.This study using the
Complete Randomized Design (RAL) with 2 factors. Factor 1: Comparison of raw
materials (cassava peel: bagasse) (K) K1 (50:50), K2 (30:70), K3 (40:60) and
factor 2: adhesive material (P), P1: PVAc 5%, P2: Cassava powder 5% with 3
replications. The technique collection of data in this study was qualitative
descriptive. The sensory test result at K2P2 that are best received by community
becauseof their fairly smooth texture, medium fiber apperance, and attractive
color. There are any differences of the art paper quality from the comparison of
bagasse and cassava peels with PVAc and cassava powder on it’s tensile strength,
tearing strength, and sensory testing.
Keywords: art paper, bagasse, cassava peel, PVAc, tapioca
1. PENDAHULUAN
Kertas merupakan salah satu sarana komunikasi secara nonverbal dalam berbagai
sektor kehidupan. Ada berbagai macam jenis kertas yaitu, kertas tulis, kertas tisu,
2
kertas karton, dan kertas seni. Kertas seni memiliki ciri-ciri yang berbeda daripada
kertas yang lainnya. Kertas seni bertekstur kasar dan tidak merata serta memiliki
warna yang menarik. Tetapi pada dasarnya bahan baku kertas tersebut sama saja
yaitu kayu. Berdasarkan informasi dari Kementrian Negara Lingkungan,
kebutuhan kertas nasional sekitar 5,6 juta ton/ tahun. Semakin banyak kebutuhan
kertas maka semakin banyak pula kayu yang dibutuhkan sehingga meningkatkan
proses penebangan pohon yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Negara
Indonesia merupakan negara tropis, yang memiliki berbagai macam tanaman.
Penelitian Rosmaniar (2017) menyatakan bahwa bahan baku pembuatan kertas
bukan hanya dari pohon saja. Namun ada beberapa bahan alternatif yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas antara lain limbah tebu,
sampah kertas, batang pisang, eceng gondok, kulit jagung, tongkol jagung, jerami,
tandan kosong kelapa sawit, kulit kacang, rumput gajah, serat aren, dan daun
kirinyuh. Bahan-bahan tersebut juga memiliki kandungan selulosa sehingga bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Selain itu juga merupakan
limbah dan bagian tanaman yang tidak banyak dimanfaatkan. Maka dari itu
penggunaan ampas tebu dan kulit singkong menjadi pilihan sebagai alternatif
bahan baku pembuatan kertas.
Ampas tebu merupakan limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan
gula, jumlahnya sangat melimpah, dan kurang dimanfaatkan. Sedangkan kulit
singkong juga merupakan limbah masyarakat dan limbah industri yang jumlahnya
juga banyak dan tidak dimanfaatkan. Kedua bahan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif untuk mengganti penggunaan kayu sebagai bahan
bakupembuatan kertas. Ampas tebu memiliki kandungan sellulosa 35 %,
hemisellulosa 25 %, lignin 20 %, serta bahan lainnya 20 % (Hamdi, 2016).
Sedangkan kulit singkong memiliki kandungan selulosa yang lebih tinggi
yaitu sekitar 43,426 % (Artiyani, 2011). Selain itu pada kulit singkong juga
terdapat kandungan hemisellulosa 10,384 %, lignin 7,646 %, amilum 36,580 %,
serta bahan lain 1,764 %. Selulosa merupakan unsur pokok dalam pembuatan
kertas yang terdapat pada seluruh bagian tubuh tumbuhan yang membentuk
dinding sel. Selulosa bersifat kuat dan elastik, tidak dapat dirusak oleh air, alkohol
3
serta alkali (Susila, 2012). Pada penelitian ini, kulit singkong akan dijadikan
campuran ampas tebu sebagai bahan alternatif dalam pembuatan kertas. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kadar selulosa dan meningkatkan keberhasilan
dalam pembuatan kertas tersebut.
Kandungan lignin harus dilarutkan dalam proses pembuatan kertasuntuk
mempercepat proses pemisahan serat. NaOH merupakan zat kimia yang bersifat
basa kuat dan membentuk alkalin kuat ketika dilarutkan dalam air sehingga dapat
dimanfaatkan untuk melarutkan lignin yang ada di ampas tebu dan kulit singkong.
Penelitian Ikhsan (2018) menyatakan bahwa semakin sedikit kadar NaOH yang
digunakan maka semakin kuat ketahanan tarik dan ketahanan sobek kertas. Kadar
NaOH 10% menghasilkan ketahanan tarik sebesar 0,3733 MPa dan ketahanan
sobek 0,5192 MPa. Selain NaOH, pelarut organik etanol juga dapat melilisikan
kandungan lignin. Menurut penelitian Kurnia (2009) menyatakan bahwa semakin
meningkatnya konsentrasi etanol yang digunakan pada larutan pemasak, maka
kandungan lignin yang hilang akan semakin banyak sedangkan selulosa tidak
akan terdegradasi sampai konsentrasi maksimal 40%.
Pembuatan kertas membutuhkan adanya penambahan perekat yang
berfungsi untuk mengikat serat. Sehingga meningkatkan ketahanan tarik dan
ketahanan sobek.Bahan perekat yang biasa digunakan adalah lem
PVAc.Homogenitas lem PVAc mempengaruhi ketahanan tarik dan ketahanan
sobek kertas.Menutut Widyawati (2016) semakin lama pulp tergiling dengan
perekat maka akan semakin homogen, sehingga ikatan antar serat semakin tinggi.
Konsentrasi lem PVAc yang paling efektif yaitu 5%, dengan hasil uji ketahanan
tarik 0,53 N/mm2 dan hasil uji ketahanan sobek 23,97 N. Penelitian Haryanto
(2017) menyatakan bahwa tepung tapioka dapat digunakan sebagai perekat.
Semakin banyak tepung tapioka dalam campuran pembuatan bioplastik, semakin
naik kuat tarik dari hidrogel yang terbentuk. Penggunaan tapioka dengan
konsentrasi 5% meningkatkan indeks tarik dan indeks sobek. Konsentrasi tersebut
merupakan kadar terbaik yang didapatkan (Syamsu, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah Bagaimana kualitas kertas seni dari kombinasi limbah ampas
4
tebu dan kulit singkong dengan bahan perekat PVAc dan tepung umbi singkong?.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas kertas seni dari
kombinasi limbah ampas tebu dan kulit singkong dengan bahan perekat PVAc dan
tepung umbi singkong.
2. METODE
Penelitian ini dilakukakan untuk pembuatan kertas dengan menggunakan 2 bahan
perekat yang berbeda melalui proses Kimia (Chemical Pulping), yaitu proses
Organosolv yang jenisnya Alcell. Pengujian sensoris dilakukan di Universitas
Muhammadiyan Surakarta. Uji sensoris ini meliputi warna, tekstur, kenampakan
serat, dan daya tarik dari masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan
lingkungan yang dilakukan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
faktorial. Kombinasi perlakuan masing-masing dengan 3 kali ulangan. Adapun
faktor 1 : Perbandingan bahan baku (kulit singkong : ampas tebu) (K), K1 (50:50),
K2 (30:70), K3 (40:60) dan faktor 2 : jenis bahan perekat (P), P1 : PVAc 5%, P2 :
Tepung umbi singkong 5%.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan pengujian sensoris
yang dilakukan terhadap 10 orang panelis dengan memberikan sampel dari
masing-masing perlakuan yang diujikan pada lembar angket yang telah
disediakan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kualtitatif. Kemudian data hasil pengujian kualitas kertas yang meliputi tekstur,
kenampakan serat, warna, dan daya tarik (tingkat kesukaan) di rata-rata dan
disampaikan dalam bentuk uraian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang kualitas kertas dari kombinasi limbah ampas tebu dan
kulit singkong diperoleh dari pengujian sensoris dengan menggunakan 10 panelis
yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengujian sensoris ini
sebagai hasil kualitatif spesimen kertas. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
5
Tabel 1. Data Hasil Uji Sensoris Kertas Limbah ampas tebu dan kulit singkong
Perlakuan
Uji Sensoris
Keterangan Tekstur
Kenampakan
serat Warna Kesukaan
K1P1 Kasar Cukup tampak Cukup
menarik
**
Cukup
suka
Konsentrasi Kulit Singkong
50% : Ampas tebu 50%
dengan penambahan PVAc
5%
K2P1 Cukup
halus
Cukup tampak Cukup
menarik
Cukup
suka
Konsentrasi Kulit Singkong
30% : Ampas tebu 70%
dengan penambahan PVAc
5%
K3P1 Cukup
halus
Tampak ** Menarik Cukup
suka
Konsentrasi Kulit Singkong
40% : Ampas tebu 60%
dengan penambahan PVAc
5%
K1P2 Kasar
**
Cukup tampak Cukup
menarik
Cukup
suka **
Konsentrasi Kulit Singkong
50% : Ampas tebu 50%
dengan penambahan Tepung
umbi singkong 5 %
K2P2 Cukup
halus *
Cukup
tampak*
Menarik
*
Suka * Konsentrasi Kulit Singkong
30% : Ampas tebu 70%
dengan penambahan Tepung
umbi singkong 5 %
K3P2 Cukup
halus
Cukup Cukup
menarik
Cukup
suka
Konsentrasi Kulit Singkong
40% : Ampas tebu 60%
dengan penambahan Tepung
umbi singkong 5%
Keterangan:
* : Nilai uji sensoris tertinggi
** : Nilai uji sensoris terendah
Pengujian sensoris yang dilakukan meliputi tekstur, kenampakan serat,
warna, dan daya tarik panelis terhadap specimen kertas tersebut. Untuk pengujian
sensoris dilakukan kepada 10 panelis yang dipilih secara acak dari mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk mengisi angket yang telah disiapkan.
Adapun hasil uji sensoris adalah sebagai berikut:
6
Grafik 1. Uji sensoris Kertas limbah ampas tebu dan kulit singkong
3.1 Tekstur
Dari Grafik diatas dapat dilihat hasil uji sensoris pada bagian tekstur,
menghasilkam tekstur kertas yang sebagian besar cukup halus kecuali pada kertas
dengan perbandingan bahan baku 50:50 baik dengan perekat PVAc maupun
tepung umbi singkong, yaitu bertekstur kasar. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi kulit singkong yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan
yang lain. Serat-serat pada kulit singkong lebih panjang daripada ampas tebu,
sehingga tidak mudah dihancurkan dan menyebabkan tekstur kertas menjadi lebih
kasar. Sebaliknya pada perlakuan yang lain teksturnya cukup halus, karena
menggunakan konsentrasi ampas tebu yang lebih banyak. Hasil tertinggi pada
kertas dengan perbandingan bahan baku 30:70 dan perekat tepung umbi tapioka
dan dikategorikan pada kertas bertekstur cukup halus.
Pada proses pembuatan kertas secara manual yaitu menggunakan screen,
sehingga hasilnya kurang rata dan tidak seperti kertas dipasaran yang dibuat
dengan metode pengepresan. Selain itu waktu penggilingan juga mempengaruhi
tekstur kertas. Semakin lama waktu yang digunakan saat penggilingan
menyebabkan pulp lebih homogen sehingga tekstur yang nampak menjadi lebih
halus dibandingkan digiling dengan waktu yang sebentar. Hal ini sesuai dengan
Penelitian Sucipto (2009) yang menyatakan bahwa tekstur pada permukaan kertas
K1P1 K2P1 K3P1 K1P2 K2P2 K3P2
Tekstur 2,4 2,8 2,7 2,3 3,4 2,8
Kenampakan serat 2,5 2,6 2,2 2,6 3 2,8
Warna 3 3,4 3,5 3,2 3,6 3,1
Kesukaan 3,2 3,3 3,4 3,1 3,7 3,4
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Rat
a-ra
ta N
ilai
7
dipengaruhi oleh teknik percetakan dan ukuran serat. Selain itu, penelitian Asngad
(2016) juga mengatakan bahwa waktu penggilingan pulp yang lebih lama juga
akan meningkatkan kualitas tekstur pada kertas, yaitu menjadi lebih halus.
3.2 Kenampakan Serat
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar kertas memiliki kenampakan serat yang
cukup atau sedang, kecuali pada kertas dengan perbandingan bahan baku 40:60
dan bahan perekat PVAc yaitu tingkat kenampakan serat dikategorikan tampak
dan termasuk hasil terendah. Sedangkan hasil tertinggi pada kertas dengan
perbandingan bahan baku 30:70 dan bahan perekat tepung umbi singkong dan
dikategorikan cukup. Pada perlakuan menggunakan bahan baku ampas tebu yang
lebih tinggi. Diketahui bahwa ampas tebu memiliki serat yang lebih pendek dari
pada serat kulit singkong. Sehingga saat proses penggilingan ampas tebu lebih
cepat hancur, dan akan menghasilkan kertas lebih yang terlihat lebih halus.
Bahan kimia pemasak seperti NaOH dan etanol juga mempengaruhi hasil
kenampakan serat pada kertas. Bahan pemasak tersebut selain berfungsi
mendegradasi lignin, juga berfungsi dalam pemisahan dan pemutusan serat.
Apabila bahan pemasak yang digunakan terlalu banyak akan memutuskan serat-
serat pada bahan, sehingga seart semakin pendek dan menghasilkan kertas yang
halus (serat tidak tampak), tetapi kertas akan mudah rapuh. Sedangkan apabila
bahan pemasak yang digunakan sedikit maka kenampakan seratnya akan terlihat
sangat jelas dan bertekstur kasar. Penggunaan campuran NaOH dan etanol akan
meningkatkan kualitas kertas terutama menjadikan kertas semakin halus dan serat
tidak tampak. Namun penggunaan kedua bahan harus disesuakan, dalam hal
penelitian ini menggunakan NaOH 10% dan etanol 40%. Konsentrasi NaOH
dibatasi sampai 15%, karena jika terlalu banyak justru yang terdegradasi bukan
hanya lignin, tetapi selulosa juga ikut terdegradasi (Paskawati, 2010). Menurut
Kurnia (2009) keberadaam Natrium hidroksida meningkatkan kemampuan etanol
untuk mendelignifikasi pulp.
3.3 Warna
Berdasarkan grafik diatas, warna yang dihasilkan hampir sama yaitu coklat muda,
tetapi pada 2 spesimen kertas dengan perbandingan bahan baku 50:50 dengan
8
perekat PVAc maupun tepung umbi singkong berwarna lebih pekat daripada yang
lain. Hal ini dipengaruhi dengan konsentrasi bahan baku, yaitu konsentrasi kulit
singkong yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hasil
kertas pada perbandingan bahan baku 30:70 dengan perekat tepung umbi
singkong memiliki warna yang paling menarik dibandingkan dengan perlakuan
yang lainnya. Hal itu karena warnanya lebih terang yang artinya panelis lebih
suka warna kertas yang lebih cerah atau terang. Dari hasil diatas, berarti
konsentrasi kulit singkong akan mempengaruhi warna pada kertas. Semakin
banyak konsentrasi kulit singkong, semakin pekat warna yang dihasilkan.
Perubahan warna juga disebabkan oleh pengaruh waktu penjemuran yang
tidak merata. Penjemuran di pagi, siang, dan sore akan memiliki suhu pengeringan
yang berbeda-beda. Selain itu durasi yang terlalu lama juga dapat mempengaruhi
perubahan warna kertas. Jika terlalu lama waktu penjemuran, maka warna kertas
akan semakin gelap atau pekat. Hal ini didukung penelitian Pujiarti (2006) yang
menyatakan bahwa sinar matahari berpengaruh terhadap stabilitas warna.
3.4 Kesukaan (Daya tarik masyarakat)
Dari hasil uji sensoris, tingkat kesukaan atau daya tarik masayarakat dari masing-
masing panelis bervariasi. Kertas yang paling disukai yaitu pada perbandingan
bahan baku 30:70 dengan perekat tepung umbi tapioka yang dikatekorikan banyak
panelis yang suka. Sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan perbandingan
bahan baku 50:50 dengan perekat tepung umbi tapioka yang dikategorikan cukup
suka atau sedikit yang menyukainya. Untuk perlakuan yang lainnya juga masuk
kategori cukup suka. Kertas dengan perbandingan bahan baku 30% kulit singkong
dan 70% ampas tebu dengan bahan perekat tepung umbi tapioka mendapat hasil
tertinggi pada semua kategori di uji sensoris, dengan hasil tekstur yang cukup
halus, kenampakan serat yang sedikit, warnanya yang menarik, dan banyak
panelis yang menyukainya. Hal ini dipengargaruhi oleh konsentrasi bahan baku,
proses pembuatan, dan waktu pengeringan.
9
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil kertas dari kombinasi bahan limbah ampas tebu dan kulit
singkong dengan perekat PVAc dan tepung umbi singkong pada uji sensoris.
Perlakuan dengan perbandingan bahan baku 30:70 dengan bahan perekat tepung
umbi tapioka yang paling banyak disukai oleh masyarakat karena bertekstur
cukup halus, kenampakan serat yang cukup atau sedang, dan warnanya yang
menarik atau lebih terang daripada yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Artiyani, Anis. (2011). Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong melalui Proses
Hidrolisis dan Fermentasi dengan Saccharomyes cereviase. Master Thesis
of Environmental Engineering, Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.
Asngad, Aminah.,Siti N., Inna., & Siska, Suci. (2016). Pemanfaatan Kulit Kacang
dan Bulu Ayam Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Kertas Melalui
Chemical Pulping Dengan Menggunakan NaOH dan CaO. Bioeksperimen,
2(1), 25-34.
Hamdi. (2016). Energi Terbarukan Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Kencana,
323.
Haryanto., & Titani, Fena Retyo. (2017). Bioplastik dari Tepung Tapioka dan
Tepung Maizena. Jurnal Techno, 18(1), 1-6.
Ikhsan, Miftakhul. (2018). Pengembangan Material Kertas Menggunakan Serat
Sekam Padi dengan Variasi Konsentrasi NaOH 10%, 15%, dan 20%.
Publikasi Ilmiah.
Kurnia, D. Tri., Wulandari, Ariza., & Romy. (2009). Pengaruh Temperatur, Lama
Pemasakan, Dan Konsentrasi Etanol pada Pembuatan Pulp Berbahan Baku
Jerami Padi Dengan Larutan Pemasak NaOH-Etanol. Jurnal Teknik Kimia,
16(3), 11-20.
Paskawati, Yessica Arini., Susyana., Antaresti., & Retnoningtyas, Ery Susiany.
(2010). Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kertas Komposit Alternatif. Jurnal Widya Teknik, 1(9), 12-21.
Rosmaniar, Lilis. (2017). “Analisis Bahan-Bahan Alternatif Pengolahan dalam
Pembuatan Kertas”. Jurnal Inkofar, 1(2), 62-67.
Sucipto., Wijana, Susinggih., & Wahyuningtyas, Erly. (2009). Optimasi
Penggunaan NaOH dan Tapioka pada Produksi Kertas Seni dari Pelepah
Pisang. Jurnal Teknologi Pertanian, 10(1), 46-53.
10
Susila, Adib., & Arianto, Yusuf C. K. (2012). Bisnis dan Seni Kertas Daur Ulang.
Jakarta: Madena Publishing, 22-23.
Syamsu, Khaswar., Roliadi, Han., Candra, Krishna Purnawan., & Arsyad, Akbar
Jamaluddin. (2014). Kajian Proses Produksi Pulp dan Kertas Ramah
Lingkungan dari Sabut Kelapa. Jurnal Teknologi Pertanian, 9(1), 16-25.
Widyawati, Anis. (2016). Kualitas Kertas Seni dengan Perlakuan Konsentrasi
NaOH dan Konsentrasi Len PVAc. Naskah Publikasi.