Upload
phungkhue
View
235
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
KUALITAS AIR LIMBAH BENGKEL PRODUKSI ATMI SURAKARTA HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL
DI LINGKUNGAN SEKITARNYA
TESISUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister
Program Studi Ilmu Lingkungan
Oleh:
LAURENTIUS SUMADI
A 130906007
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2008
ii
KUALITAS AIR LIMBAH BENGKEL PRODUKSI ATMI SURAKARTA
HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL
DI LINGKUNGAN SEKITARNYA
Disusun oleh:
Laurentius SumadiA 130906007
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D
NIP. 131 570 296
........................... .................
Pembimbing II Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.
NIP. 130 340 866
........................... .................
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan
Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si.NIP. 132 240 171
iii
KUALITAS AIR LIMBAH BENGKEL PRODUKSI ATMI SURAKARTA
HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL
DI LINGKUNGAN SEKITARNYA
Disusun oleh:
Laurentius SumadiA 130906007
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si.
NIP. 132 240 171....................... .................
Sekretaris Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si.
NIP. 132 169 254....................... .................
Anggota Penguji: 1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc, Ph.D
NIP. 131 570 296....................... .................
2. Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.
NIP. 130 340 866....................... .................
Mengetahui
Ketua Program
Ilmu Lingkungan
Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si.
NIP. 132 240 171....................... .................
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D
NIP. 131 472 192....................... .................
iv
PERNYATAAN
Nama : Laurentius SumadiNIM : A 130906007
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta Hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2008
Yang membuat pernyataan,
Laurentius Sumadi
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Allah atas segala Berkat dan Kasih
KaruniaNya selama penulis menjalani kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis dengan judul “ Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi di ATMI
Surakarta hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan
Sekitarnya”.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air limbah bengkel
produksi terhadap kualitas air tanah dangkal dan disusun untuk memenuhi sebagian
syarat untuk mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik moril maupun materiil dari awal hingga akhir penulisan ini
memberikan bantuan dan kerjasamanya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Program
Studi Ilmu Lingkungan,Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menyediakan fasilitas dan penyelesaian administrasi perkuliahan.
3. Bpk. Dr. Prabang Setyono, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan
pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
vi
4. Bpk. Ir Ari Handono Ramelan, M.Sc, Ph.D dan Bpk. Prof. Drs. Indrowuryatno,
M.Si selaku Dosen Pembimbing, dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan
dalam penyusunan tesis.
5. Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret
Surakarta serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.
6. Direktur ATMI Surakarta yang telah memberikan dorongan dan fasilitas kepada
penulis untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana.
7. Ibu, Istri dan anak-anakku tercinta, Irene Helvetikasari dan B. Aditya Luky
Arista yang selalu memberikan doa dan dukungan semangat untuk mengikuti
pendidikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Teman sejawat angkatan 2006 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan
dukungan dalam penyusunan tesis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun, senantiasa penulis harapkan
guna penyempurnaan tesis.
Semoga tesis ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan
dan semoga Tuhan selalu melindungi kita semua. Amin.
Surakarta, Oktober 2008
Laurentius. Sumadi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul Luar
Halaman Judul Dalam ........................................................................................... i
Halaman Pengesahan Pembimbing ...................................................................... ii
Halaman Pengesahan Tesis .................................................................................. iii
Pernyataan ……………………………………………………………………… iv
Kata Pengantar ………………………………………………………………….. v
Daftar Isi ………………………………………………………………………… vii
Daftar Tabel ………….…………………………………………………………. x
Daftar Gambar ………………………………………………………………….. xi
Daftar Lampiran ................................................................................................... xii
Abstrak ................................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………
B. Perumusan Masalah …………………………………………...
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………...
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….
1
7
8
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………
1.Pengertian Lingkungan ……………………………………….
2.Bengkel Pengecatan Logam ………...………………………..
3.Air ……………………………………………………………
4.Air Minum …………………………………………………...
5.Air Tanah .................................................................................
6.Baku Mutu Air .........................................................................
7.Air Limbah ..............................................................................
8.Pencemaran Air .......................................................................
B. Penelitian Yang Relevan ………………………………………
C. Kerangka Berfikir ……………………………………………..
10
10
14
19
20
21
23
23
35
36
37
viii
D. Hipotesis ……………………………………………………… 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………...
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………...
1. Lokasi Penelitian ………………………………………….
2. Waktu Penelitian …………………………………………..
C. Data dan Sumber Data ………………………………………….
1. Data ……………………….………………………………
2. Sumber Data ………………………………………………
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….
1. Data Primer ………………………………………………..
2. Data Sekunder ……………………………………………..
E. Populasi dan Sampel ………………………………………......
F. Penarikan Sampel/Tehnik Sampling …………………………..
G. Instrumen Penelitian …………………………………………...
H. Teknik Analisis Data …………………………………………..
I. Variabel Penelitian ……… ………………………………..
J. Definisi Operasional Variabel ……………………………...….
K. Prosedur Penelitian …………………………………………….
1. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ………………….
2. Pengambilan Sampel ……………………………………...
3. Pengujian Kualitas Kualitas Air ….………………………
4. Cara Kerja Dalam Analisis Parameter ……………………
5. Jadwal Penelitian …………………………………………
42
42
42
43
43
43
44
44
44
45
46
46
47
47
53
54
55
55
56
56
56
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ………………………………....
1. Kondisi Umum Kota Surakarta ……………………………
2. Kondisi Kelurahan Karangasem …………………………...
3. Kondisi ATMI Surakarta …………………………………..
4. Air Limbah Bengkel Produksi ……………………………..
B. Deskripsi Data Penelitian ……………………………………..
58
58
63
67
76
80
ix
1. Hasil Pengujian Air Limbah Bengkel Produksi …………...
2. Hasil Pengujian Air Sumur ……….………………………..
C. Pembahasan …………………………………………………...
1. Analisis kualitas air limbah dan air selokan terhadap baku
mutu air limbah Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.................
2. Analisis kualitas air sumur terhadap baku mutu air bersih
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416/MENKES/PER/1990 ……………………………
3. Analisis Hubungan kualitas air limbah terhadap kualitas air
tanah dangkal di lingkungan sekitar saluran air limbah ......
80
81
83
83
87
100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................
B. Implikasi ....................................................................................
C. Saran ..........................................................................................
106
108
109
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 111
Lampiran .............................................................................................................. 114
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Spesifikasi Proses Perlakuan Awal Dengan Sistem Celup 18
Tabel 2Pedoman Untuk memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ........................................................................................ 49
Tabel 3 Jadwal Penelitian .......................................................................... 57
Tabel 4 Jumlah Penduduk Wilayah Administrasi Kota Surakarta ............ 63
Tabel 5 Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem ................................ 65
Tabel 6 Data pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur ………... 78
Tabel 7 Hasil Pengujian Air Limbah yang dibuang .................................. 80
Tabel 8 Hasil Pengujian Air Selokan ........................................................ 81
Tabel 9 Hasil Pengujian Air Sumur .......................................................... 82
Tabel 10 Periode Pengambilan Sampel air .................................................. 100
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir ..................................................................... 40
Gambar 2 Peta Kota Surakarta ................................................................... 59
Gambar 3 Peta Wilayah Kelurahan karangasem ........................................ 64
Gambar 4 Alur Proses Kerja Bengkel Produksi ATMI ............................. 75
Gambar 5 Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur .. 79
Gambar 6 Grafik kadar TDS air sumur ...................................................... 88
Gambar 7 Grafik angka keasaman (pH) air sumur .................................... 89
Gambar 8 Gaafik kadar besi (Fe) air sumur ............................................... 90
Gambar 9 Grafik kadar mangan (Mn) air sumur ...................................... 91
Gambar 10 Grafik kadar seng (Zn) air sumur .............................................. 93
Gambar 11 Grafik kadar Nitrat (NO3-N) air sumur ..................................... 94
Gambar 12 Grafik kadar Nitrit (NO2-N) air sumur ...................................... 95
Gambar 13 Grafik kadar Sulfat (SO4 ) air sumur …………………………. 96
Gambar 14 Grafik kadar khlorida (Cl) air sumur ........................................ 98
Gambar 15 Grafik kesadahan (CaCO3) air sumur ………………………… 99
Gambar 16 Grafik regresi sederhana parameter TDS dengan jarak sumur . 102
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Peta Kelurahan Karangasem ........................... L1 - 114
Lampiran 2 Data Penduduk Kota Surakarta ..................................... L2 - 115
Lampiran 3 Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem ................. L3 - 117
Lampiran 4Pembuatan Sumur Pantau untuk Pengambilan Sampel Air ................................................................................ L4 - 124
Lampiran 5 Dokumentasi Pengambilan Air Sampel ........................ L5 - 131
Lampiran 6 Hasil Pengujian Sampel Air Limbah dan Air Sumur .... L6 - 132
Lampiran 7 Daftar Kualitas Baku Mutu Air Limbah ....................... L7 - 144
Lampiran 8Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Bersih ............................................................................
L8 - 145
Lampiran 9 Tabel T dan F ................................................................. L9 - 149
Lampiran 10 Palfos 525 T .................................................................. L10 - 151
Lampiran 11 Hasil Analisis Data Korelasi dan Regresi ..................... L11 - 155
Lampiran 12Peta Potensi Air Tanah Cekungan Air Tanah Karanganyar – Boyolali ................................................
L12 - 163
Lampiran 13 Gambar Penampang Konstruksi Sumur Dalam ............ L13 - 165
Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ....................................................... L14 - 166
Lampiran 15 Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.................................... L15 - 170
xiii
ABSTRAK
Laurentius Sumadi, A.130906007. 2006. Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta Hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta dan air tanah dangkal atau air sumur yang berada di sekitar saluran pembuangan dan saluran pembuangan umum ditinjau dari parameter TDS, TSS,BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, dan Pb. Disamping itu juga ingin mengetahui hubunganya dengan kualitas air limbah terhadap dengan air tanah dangkal atau air sumur ditinjau dari parameter TDS, Fe, Mn, Zn, NO3, dan NO2.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional yang mengambil lokasi di kota Surakarta. Data penelitian ini berupa hasil pemeriksaan kualitas air limbah bengkel produksi ATMI dan air sumur disekitar saluran pembuangan untuk parameter TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, and Pb. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, pengukuran di lapangan, pengambilan sampel air dengan metode grap sampling dan pemeriksaan kualitas air di laboratorium. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linier sederhana. Data hasil pengujian laboratorium dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.
Setelah dilakukan pengujian diperoleh kesimpulan bahwa kualitas air limbah bengkel produksi industri ATMI yang dibuang ke saluran pembuangan, masih mengandung kadar Ammonia (NH3)=7,387 mg/L, melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 tahun 2004, golongan I=1 mg/L dan golongan II=5 mg/L. Pengujian kualitas air tanah dangkal atau air sumur yang berada di sekitar saluran air limbah terdapat satu sumur lokasi B yang memiliki kandungan parameter mangan (Mn)=0,715 mg/L, melebihi baku mutu air bersih yang ditetapkan 0,5 mg/L, parameter kualitas air sumur yang lainya masih memenuhi baku mutu air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
Dari hasil analisis statistik, tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta dengan kualitas air tanah dangkal atau air sumur disekitar saluran pembuangan air limbah.
Kata kunci : Air limbah, , air tanah dangkal, air sumur, TDS, Ammonia (NH3).
xiv
ABSTRACT
Laurentius Sumadi, A.130906007. 2006. The Waste Water Quality of Production Workshop related with Ground Water Quality around the Environment of ATMI Surakarta. Thesis: for Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta.
This research is aimed to know the quality of the workshop waste water of ATMI industry in Surakarta and ground water or well water which is evaluated from the parameter of TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, and Pb Besides that this research wishes to know the existence of correlation of the waste water outlet distance to the well evaluated from parameter TDS, Fe, Mn, Zn, NO3, NO2.
This research includes observation research, located in Surakarta. The data of this research consists of TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, and Pb while sampling was done by purposive sampling. The collecting of data was done by field observation, water sampling with grap sampling method and also the analyzed water quality in the laboratory. The analysis of data uses correlation and the simple linear regression statistical. The analyzed result of water is compared bystandard of quality.
After doing the analysis, we summarized that the workshop waste water quality evaluated from the parameters, the Ammonia-NH3(7,387 mg/lt) was passing over the quality standard which has been endorsed due to Perda Jateng No. 10 year 2004, group I=1 mg/L and group II=5mg/L. The well water location B containingparameter Mn (0,715 mg/L) was passing over the quality of clean water has been endorsed due to the regulation of Indonesian Health Ministry: No. 416/MENKES/PER/ IX/1990. And the other ground water or well water are still filling the standard of quality
The result of statistic calculation says that there is no significant correlation between production waste water quality and the quality of ground water or well water in around of the waste water channel.
Keyword : waste water, ground water, well water, TDS, ammonia (NH3).
1
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
adalah bagian dari suatu perubahan lingkungan yang akan menimbulkan beberapa
perubahan ikutan, antara lain harus terpenuhinya kebutuhan pokok manusia.
Kebutuhan dasar pokok manusia dalam mencapai kehidupan yang sejahtera antara
lain makan, pakaian dan tempat tinggal. Kebutuhan dasar pokok tersebut
tergambar dengan jelas diperlukannya lingkungan fisik dan lingkungan sosial
yang memadai.
Dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang memadai, keserasian
dan keselarasan hubungan antar manusia dengan lingkungan fisik dan sosial
ekonomi tersebut akan berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia
menuju kesejahteraan hidupnya, sehingga hubungan antara manusia dengan
lingkungannya menjadi sangat penting(Koesnadi Hardjasoemantri, 2005)
Hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup, manusia memerlukan sarana dan prasarana
pendukung yang memadai, sarana dan prasarana pendukung untuk aktivitas di
kantor memerlukan perabot perkantoran yang memadai, untuk penyimpanan arsip,
dokumen dan data penting secara aman. Untuk mendukung aktivitas di rumah
sakit diperlukan perabot yang dirancang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit,
seperti tempat tidur rumah sakit, almari dan meja penyimpan obat untuk pasien.
2
Untuk sarana pendukung aktivitas di pabrik, di bengkel memerlukan sarana dan
alat bantu kerja yang disesuaikan dengan lingkup pekerjaan seperti almari besi
untuk menyimpan alat kerja, almari untuk menyimpan pakaian kerja dan
sebagainya.
ATMI adalah kependekan dari Akademi Teknik Mesin Industri, institusi
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan ahli madya di bidang teknik
mesin industri dan memiliki unit produksi yang menghasilkan produk-produk
berupa barang dan jasa, ATMI berdiri tahun 1968 dengan tujuan untuk
menghasilkan lulusan yang trampil di bidang teknik manufaktur yang sangat
dibutuhkan oleh dunia industri.
Tenaga trampil yang diharapkan mampu menjembatani antara tenaga lulusan
universitas/institut teknologi dengan tenaga pelaksana yang kurang trampil yang
jumlahnya melimpah pada saat itu.
ATMI mengimplementasikan kurikulum pendidikan dan pelatihan berbasis
produksi (production based educational and training) dengan komposisi
perbandingan antara pendidikan praktek dengan teori adalah 67% : 33%, jumlah
jam tatap muka praktek lebih banyak dibanding jumlah jam tatap muka teori.
Pendekatan sistem pendidikan dan pelatihan berbasis PBET memerlukan sarana
dan prasarana pendukung pendidikan praktek yang harus disesuaikan dengan
perkembangan teknologi di industri atau bahkan lebih baru. Peralatan praktek
mahasiswa yang dipergunakan memerlukan biaya investasi yang tinggi dan
memiliki keterbatasan umur pakai karena perkembangan teknologi. Untuk itu
3
sarana pendidikan praktek harus dipergunakan sesuai fungsinya secara benar dan
efisien oleh para mahasiswa untuk praktek mengerjakan benda-benda produksi
yang nyata. Benda-benda produksi yang dikerjakan oleh mahasiswa memberi
pengalaman nyata sebagai media pembelajaran untuk membekali para mahasiswa,
sehingga setelah lulus pendidikan, siap untuk bekerja dan berproduksi. Benda-
benda hasil praktek produksi yang dikerjakan mempunyai keterbatasan ragam dan
tingkat kesulitan yang belum seluruhnya dapat memenuhi kompetensi yang harus
dimiliki oleh para lulusan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan biaya
investasi yang tinggi tetapi disisi lain harus tidak membebani biaya pendidikan
mahasiswa.
Tahun 1975 ATMI mengembangkan unit produksi untuk pengerjaan plat
dan las, yang mampu menghasilkan produk-produk standar seperti almari besi,
almari arsip, perabot untuk rumah sakit, perabot untuk sekolah dan perbengkelan.
Produk standar yang diproduksi sebagian besar menggunakan bahan baku berupa
lembaran plat (sheet metal) dengan ketebalan dari 0,8 sampai dengan 6 mm. Unit
produksi dikelola secara industri terbagi dalam beberapa bagian unit kerja
diantaranya penerimaan pesanan, perancangan produk, penyiapan bahan baku,
penyiapan alat-alat kerja dan dokumen pengerjaan. Proses fabrikasinya dimulai
dari pemotongan plat, pembuatan lubang, penekukan, pengelasan, pencucian,
pengecatan, perakitan dan pengepakan.
Pencucian logam adalah salah satu proses penting untuk membersihkan
kotoran yang melekat pada permukaan logam sebelum dilakukan proses
4
pengecatan. Kotoran yang melekat permukaan logam diantaranya berupa minyak,
debu, karat yang disebabkan karena proses oksidasi yang terbawa oleh bahan baku
maupun yang terjadi selama proses pengerjaan. Proses pencucian permukaan
logam dilaksanakan beberapa tahapan proses perlakuan (surface treatment), yaitu
pembersihan minyak dan pelumas tahap pre-degreasing dan degreasing,
pembilasan dengan air bersih, tahap pra kondisi untuk permukaan logam (surface
conditioning), tahap pelapisan dengan fosfat (phosphating) yang bertujuan untuk
menjaga kualitas permukaan logam dari percepatan terjadinya karat dan untuk
meningkatkan daya lekat cat pada permukaan logam, tahap akhir adalah
pencucian dengan air. Dalam pencucian logam ini dihasilkan air limbah yang
berasal dari limpasan (over flow) air bilasan dari setiap tahap.
Air limpasan/air limbah dari proses pencucian dialirkan ke saluran
pembuangan, atau saluran drainase dalam area kampus, air limbah yang keluar
dari kampus akan bercampur dengan air limbah rumah tangga dan air irigasi
dalam selokan yang berada di pinggir jalan Duwet, jalan Duwet adalah jalan
perbatasan antara Kodya Surakarta dengan Kabupaten sukoharjo, aliran air
akhirnya masuk ke sungai Kleco.
Air limbah buangan industri (Makarim, 1981: 35) dapat mempengaruhi
kualitas air. Apabila air limbah tersebut disalurkan ke aliran sungai, maka kualitas
air sungai akan dipengaruhi sifat buangan air limbah. Kalau jumlah bahan
buangan tersebut melampaui daya adaptasi lingkungan, maka akan terjadi
penumpukan bahan buangan yang dapat merusak ekosistem. Sesungguhnya,
5
lingkungan alam mempunyai kemampuan untuk menerima limbah dalarn jumlah
tertentu tanpa mengakibatkan kerusakan yang berarti. Sungai dapat menerima
sejumlah limbah dan masih mampu menetralkan diri. Namun, bila jumlah zat
pencemar tersebut meningkat, maka pada suatu tertentu sungai tersebut
terpatahkan daya dukungnya dan kemampuan untuk menetralkan dirinya tidak ada
lagi, air akan mengalami penurunan kualitas.
Penurunan kualitas air tanah dapat juga disebabkan oleh masuknya bahan-
bahan pencemar yang dikeluarkan oleh industri ke tanah maupun ke dalam
selokan dan sungai di sekitarnya. Beberapa jenis bakteri dan bahan partikel kecil
biasanya mencemari air permukaan dan dapat tersaring oleh tanah sehingga
menjadi cukup bersih di dalam air tanah. Akan tetapi, bilamana pencemarannya
sangat berat dan melebihi kapasitas filtrasi tanah terhadap air yang tercemar, maka
daya filtrasi tanah akan menurun.
Adanya pembangunan industri, dapat menyebabkan dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif yaitu dihasilkannya suatu produk dalam rangka
pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan dampak negatifnya ada1ah adanya
limbah yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya dan dapat mengakibatkan
penurunan kualitas tanah dan pencemaran air yang dapat membahayakan sumber
daya perairan, membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas perairan
dan merusak kualitas air, terutama pada lingkungan pertanian jika limbah tersebut
dibuang ke badan sungai dan digunakan untuk irigasi pertanian.
6
Peningkatan jumlah produksi akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan
bahan baku plat. Peningkatan kebutuhan bahan baku plat baja yang akan diproses
akan diikuti juga dengan kebutuhan bahan kimia untuk proses pelapisan
permukaan (pretreatment process). Pada proses pelapisan permukaan diperlukan
sejumlah air, dan setelah proses pelapisan diperlukan juga air bersih untuk proses
pembilasan (water rinse), proses pembilasan bertujuan untuk membersihkan sisa
larutan phosphat yang tersisa pada permukaan logam. Setelah proses pembilasan,
sisa larutan phosphat dari permukaan logam akan larut dam bercampur dengan air
bilasan, sehingga airnya terkontaminasi dan menjadi air limbah. Peningkatan
jumlah produksi, disertai dengan peningkatan kebutuhan air tanah sebagai air
baku proses pretreatment, dan akhirnya air limbah yang dihasilkan juga akan
mengalami peningkatan.
Dengan mengacu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Limbah, air limbah yang dihasilkan oleh bengkel
industri ATMI belum ada ketetapan khusus parameter air limbahnya, maka
peneliti mengambil angka parameter baku mutu air limbah dari daftar dalam Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Industri dan Kegiatan Lainnya Yang Belum Ada
Baku Mutunya untuk dibandingkan dengan nilai pengujian air limbah bengkel
produksi ATMI.
Penurunan kualitas air tanah yang disebabkan oleh masuknya bahan-bahan
pencemar yang dikeluarkan dari bengkel produksi ke tanah maupun ke dalam
saluran pembuangan dan sungai di sekitarnya akan dibuktikan dengan cara
7
membandingkan hasil pengujian air tanah dangkal atau air sumur dengan baku
mutu air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum dan Air Bersih.
Atas dasar pemikiran di atas mendorong minat peneliti untuk mengadakan
penelitian terhadap kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta,
pengaruhnya terhadap air tanah dangkal disekitarnya dan kemungkinan
penyebaran yang terjadi melalui infiltrasi dan aliran air tanah sampai dengan jarak
200 meter, air sumur dangkal yang ada dalam radius itu diambil sebagai air
sampel untuk diuji parameter pencemarannya.
Hasil penelitihan diharapkan menjadi bahan pertimbangan upaya tindakan
pengelolaan, pengendalian dan pencegahan terjadinya kemungkinan pencemaran
air limbah menyebar semakin luas ke wilayah sekitar ATMI Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dalam Tesis ini
dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Bagaimana kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta
dan air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya?
2. Apakah ada hubungan kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI
Surakarta dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya ?
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kandungan air limbah bengkel produksi di ATMI
Surakarta dan air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya.
2. Mengetahui hubungan antara air limbah bengkel produksi di ATMI
Surakarta dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Praktis
a. Sebagai sumber informasi tentang kualitas air limbah bengkel
produksi di ATMI Surakarta dan kualitas air tanah dangkal di
lingkungan sekitarnya.
b. Memberikan masukan kepada ATMI Surakarta dalam rangka
pengelolaan air limbah bengkel produksi, tidak mencemari
lingkungan di sekitarnya.
2. Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam rangka untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Dapat dipergunakan sebagai acuan untuk sistem penelitian yang
lebih baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
9
E. Keaslian Penelitian
Sejauh yang diketahui oleh peneliti sampai saat ini, belum pernah ada
penelitian mengenai dampak kualitas air limbah bengkel produksi terhadap
kualitas air tanah dangkal atau air sumur di sekitar ATMI Surakarta yang
dipublikasikan dalam forum ilmiah, sehingga gagasan peneliti mengenai hal ini
dapat dianggap hal yang baru dan perlu untuk dilaksanakan penelitian.
10
BAB II.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada diluar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau
komunitas organisme hidup. Habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi
habitat darat dan habitat air. Keadaan lingkungan dari kedua habitat itu berlainan.
Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu
juga jumlah dan kualitas organisme penghuni disetiap habitat tidak sama. Faktor-
faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga
berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan
mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu.
Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu
dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut menjadi dua kategori
yaitu(Zoer’aini Jamal Irwan dalam Prabang Setyono, 2008:1)
a. Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, hara mineral,
air, tanah, api.
b. Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan
abiotik
Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, dan organisme merupakan
salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap
11
saat. Perubahan dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari
faktor-faktor lingkungan terhadap kehidupan akan berbeda-beda menurut waktu,
tempat dan keadaan kehidupan itu sendiri.
Dalam (Prabang Setyono, 2008:5) ilmu lingkungan didefinisikan bahwa
kehidupan adalah proses pertukaran energi antara organisme dan lingkungan.
Seperti pada tumbuhan hijau, energi sinar matahari diikat oleh tumbuhan dan
diubah menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa gula. Sehingga antara
organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat timbal balik.
Tanpa lingkungan, organisme tidak mungkin ada, seballiknya lingkungan tanpa
ada organisme, tidak berarti apa-apa.
Banyak persyaratan dari organisme terhadap lingkungan agar mereka
dapat hidup terus, yaitu lingkungan itu harus dapat mencukupi kebutuhan
minimum dari kehidupan, dan lingkungan itu dapat mempengaruhi hal yang
bertentangan dengan kehidupan organisme. Dalam teori ilmu lingkungan
diperkenalkan beberapa asas pemahaman lingkungan hidup
Hukum termodinamika pertama atau yang disebut hukum konservasi
energi, dalam lingkungan hidup dijadikan sebagai asas pertama, yang berbunyi
bahwa energi dapat pindah dari suatu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat
dihancurkan atau diciptakan.
Asas kedua juga diambil dari hukum termodinamika kedua, yakni bahwa
tidak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Jadi meskipun energi
itu tidak pernah hilang di alam ini, tetapi energi itu akan terus diubah ke dalam
bentuk yang kurang bermanfaat.
12
Asas ketiga sangat erat hubungannya dengan sumber alam. Yang termasuk
kategori sumber alam adalah materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman.
Pengubahan energi oleh sistem biologi diharapkan berlangsung pada kecepatan
yang sebanding dengan materi dan energi yang ada di alam lingkungannya.
Asas keempat dinamakan asas penjenuhan, yaitu kemampuan lingkungan
habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya. Kemampuan untuk
menyokong pencemar ada batasnya.
Asas kelima menyangkut pengaturan populasi dengan faktor
ketergantungan pada kepadatan. Pada asas ini terangkut situasi sumber alam yang
tidak menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut.
Asas keenam menyangkut persaingan. Individu dan spesies yang
mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, akan cenderung berhasil
mengalahkan saingannya. Asas ini didasarkan kepada teori Darwin dan Wallace.
Berbagai jasad hidup mempunyai perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat
adaptasi terhadap lingkungan.
Asas ketujuh menyangkut keteraturan yang pasti dalam suatu lingkungan
dala periode relatif lama. Ada fluktuasi penurunan dan kenaikan kondisi
lingkungan di semua habitat, tingkat kesukaran diramalkan berbeda-beda.
Kemampuan keanekaragaman suatu komunitas lebih tingi di alam lingkungan
yang dapat diramal.
Asas kedelapan menyangkut habitat dan keanekaragaman takson.
Kelompok taksonomi tertentu suatu jasad hidup ditandai dengan keadaan
13
lingkungan yang khas, disebut nicia. Setiap spesies mempunyai nicia tertentu,
sehingga dapat hidup berdampingan, tanpa persaingan.
Asas kesembilan berbunyi: keanekaragaman sebanding dengan biomassa
atau produktivitas. Konsep kestabilan akan selalu diikuti dengan keanekaragaman
yang tinggi sehingga rantai makanan akan terbentuk stabil dengan komponen
biotik yang lengkap
Asas kesepuluh berbunyi: Biomassa atau produktivitas akan meningkat
dalam lingkungan yang stabil. Lingkungan yang stabil merupakan representasi
aliran energi yang dinamis menurut kesetimbangan yang tertoleransi sehingga
fluktuasi kuantitas biomassa dan produktivitas meningkat.
Asas kesebelas berbunyi: Sistem yang sudah mantap(dewasa)
mengekploitasi sistem yang belum mantap. Tingkat makanan, populasi, atau
ekosistem yang sudah dewasa akan memindahkan energi, biomassa, dan
keanekaragaman tingkat energi ke arah yang belum dewasa.
Asas keduabelas lahir dari asas keenam dan ketujuh. Kalau seleksi berlaku,
tetapi keanekaragaman meningkat dilingkungan mantap, akan ada perbaikan sifat
adaptasi terhadap lingkungan. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat akan
bergantung kepada kepentingan selektif keadaan lingkungan itu.
Asas ketigabelas adalah perkembangan asas ketujuh, sembilan, dan
duabelas. Menurut asas ketujuh kekomplekan organisasi meningkat pada
lingkungan fisik yang mantap, jumlah spesies dan varetas naik menurut rantai
makanan dalam komunitas. Menurut asas keduabelas, adaptasi yang peka dan
kompleks serta sistem kontrol akan berevolusi sebagai tanggapan terhadap
14
lingkungan biologi dan sosial komunitas yang mantap. Menurut asas kesembilan
menyokong asas ketigabelas dalam hal hubungan antara kemantapan dan keefisien
perguruan tinggi.
Asas keempat belas berbunyi: Derajat pola keteraturan fluktuasi populasi
bergantung kepada pengaruh sejarah populasi sebelumnya. Sejarah populasi
sebelumnya akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam memprediksikan
dinamika populasi yang akan datang (Prabang Setyono, 2008:11)
2. Bengkel Pengecatan Logam (painting shop)
a. Definisi Bengkel
Definisi bengkel selalu akan membawa pengertian ke suatu tempat untuk
suatu jenis pekerjaan dengan kegiatan merawat atau memperbaiki sesuatu yang
rusak. Pada umumnya bengkel mempunyai spesifikasi tertentu menurut jenis jasa
yang dapat dilayani oleh bengkel tersebut misalnya bengkel bubut, bengkel las,
bengkel listrik, bengkel mobil, bengkel cat dan lain-lain (Setiyono, BPPT : 390).
Proses atau alur kerja yang dilakukan oleh unit produksi sheet metal
ATMI adalah model kegiatan industri, yaitu mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri (Kep51/MENLH/10/1995). Kegiatan dari unit produksi
yang ada di ATMI adalah memproduksi perlengkapan kantor dan sekolah (office
and school furniture), perlengkapan rumah sakit (hospital equipment), dan
15
perlengkapan bengkel (workshop equipment) yang menggunakan bahan baku dari
plat logam.
Bengkel pengecatan logam adalah bagian dari unit produksi yang
melaksanakan kegiatan pelapisan permukaan logam. Tujuan dari pengecatan
logam adalah untuk melindungi permukaan logam dari proses oksidasi dan
berfungsi sebagai pelindung karat (rust protection) dan juga untuk penampilan
(appearance) dari produk yang dihasilkan. Proses pengecatan dilaksanakan dalam
beberapa tahap yaitu tahap pembersihan permukaan dari kotoran yang melekat
(surface pretreatment), antara lain pembersihan karat, menghilangkan minyak dan
kotoran yang melekat pada permukaan logam.
Ada 3(tiga) cara perlakuan awal permukaan logam (pre-treatment)yang
ada di bengkel pengecatan logam di ATMI Surakarta yaitu:
a. proses pencucian, prakondisi, netralisasi dilakukan dengan pencelupan
kedalam bak secara konvensional,
b. proses pencucian, prakondisi, netralisasi dikerjakan dengan
menggunakan mesin cici secara otomatis, dan
c. proses pengecatan yang terintegrasi.
Proses pengecatan yang terintegrasi adalah proses perlakuan awal sampai dengan
proses pengecatatan dikerjakan dalam satu rangakaian tertutup dengan
menggunakan konveyor rantai (chain conveyor). Proses Perlakuan awal sistem
celup ditunjukan pada tabel 1 Specification of pretreatment process dipping
system yang diujicobakan di ATMI Surakarta mulai tahun 2006.
16
b. Proses Perlakuan Awal (pre-treatment processes)
Sebelum proses pengecatan logam dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
proses perlakuan awal terhadap logam yang akan dicat dengan beberapa tahap
perlakuan permukaan (surface treatment) yang terdiri dari:
(1) pencucian/ pembersihan lemak, minyak pelumas (predegreasing-
degreasing) dengan air sabun/alkalin dan pembersihan permukaan
yang berkarat (rust) dengan larutan asam,
(2) pembilasan (water rinse)dengan waktu pencelupan 0,5-1 menit,
temperatur air bilasan maksimum 32 oC,
(3) proses normalisasi (surface conditioning) dalam waktu 0,5-1 menit
dengan temperatur air kurang dari 32oC sehingga mempunyai daya
tahan yang sangat baik terhadap korosi,
(4) pencelupan dalam larutan fosfat (iron phosphating) dengan
temperatur kerja 55oC selama 5 – 10 menit, dan
(5) selanjutnya dimasukan dalam bak bilas (water rinse) air biasa
dengan temperatur kurang dari 32 oC, tiga kali pencelupan masing-
masing 0,5-1 menit untuk membersihkan kontaminan.
c. Epoxy Powder Coating
Epoxy powder coating adalah proses pengecatan logam dengan bahan cat
berupa serbuk epoxy yang ditaburkan pada permukaan logam, serbuk cat melekat
secara elektrostatis, cat akan meleleh setelah dipanaskan dalam tungku pemanas
pada temperatur 180oC, selama 20 menit. Powder coating (pelapisan dengan
17
serbuk) dewasa ini banyak dipakai dalam proses pengecatan karena hasilnya
mengungguli pengecatan yang memakai cairan (konvensional). Secara teoritis
pengecatan dengan serbuk tidak meninggalkan limbah, karena sisa serbuk yang
jatuh kedasar kabin dihisap dan dikumpulkan kedalam tabung sesuai kelompok
warna, dan selanjutnya dapat digunakan untuk mengecat lagi.
18
SPECIFICATION OF PRETREATMENT PROCESS DIPPING SYSTEM
Process =>Pre-
DegreasingDegreasing
Water Rinse
1Water Rinse 2
Surface Conditioning
PhosphatingWater Rinse
3Water Rinse 4 Water Rinse 5
Chemical Name FC-4435 FC-4435 City Water
City Water PL-4040 PB-138 M/R City Water
City Water City Water
Temperature [oC] 40-45 40-45 <32 <32 <32 RT~ 55 <32 <32 <32
Dipping Time [min] 1 - 5 1 - 5 0,5 – 1 0,5 - 1 0,5 - 1 5 - 10 0,5 - 1 0,5 - 1 0,5 - 1
Tank Capacity [lt] 11.000 12.000 11.000 11.000 11.000 9.000 9.000 9.000 9.000
Make Up [kg] FC-4435:198 FC-4435:216 Full Full PL-4040:17
PB-138M:540 NT-205:50,6
AC-131:6 AD-4856:675
Full Full Full
Control Point [Pt] T.Al:18~20 T.Al:18~20Contaminations
Below 0,5pH: 8 ~ 10
F.A:0,3 ~ 0,5 T.A:26 ~ 30
AC:3 ~ 5
Contaminations Below 0,5
Contaminations Below 0,5
PB-138R:20/pt up NT-205:1,4/0,1ptFA Down Replenishing [kg]
FC-4435:11/pt up
FC-4435:12/pt up
Over Flow
Over FlowEvery Week
drain 1/4 tank +PL-4040:4kg AC-131:1,4/pt up
Over Flow
Over Flow Over Flow
T.AI: T.AI: Contaminations: Use pH meter F.A: Contaminations: Contaminations:Control Method
Sample: 10 ml Sample: 10 ml Sample: 100 ml or pH Paper Sample: 10 ml Sample: 100 ml Sample: 100 ml
D#11 : 3-5 Drops D#11 : 3-5 Drops D#3 : 3-5 Drops Every Month D#11 : 3-5 Drops D#3 : 3-5 Drops D#3 : 3-5 Drops
T#20 T#20 T#20 Turn Over T#11 T#11 T#11
Blue => Yellow Blue => Yellow Pink=> Discolor Re make Up Yellow=>Blue Discolor=>Pink Discolor=>PinkF.A:
Sample: 10 ml
D#3 : 3-5 Drops
T#11
Blue=> Pink
Accelerator:
With SacharometerG#205
Sumber: PT. NUSANTARA PARKERIZING . Tabel 1: Spesifikasi Proses Perlakuan Awal dengan Sistem Celup
19
3. Air
Komponen terbanyak yang dipergunakan untuk proses perlakuan awal ini
adalah air, air baku dari sumur dangkal yang ditampung dalam tangki air, tujuan
penyimpanan adalah untuk proses pengendapan.
Pasal 1 butir 2 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air di
deskripsikan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,
air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dan ilmu hidrolika
dimana kajiannnya menitikberatkan pada gerakan/aliran air didalam tanah secara
hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dari air. Atau dengan kata lain adalah merupakan suatu studi
tentang interaksi antara kerangka sistem batuan dan atau dengan air tanah (Robert
J. Kodoatie; Roestam Syarief, 2005 )
Walaupun air hanya terdiri dari dua macam atom (H dan 0) dan dengan
rumus molekul sederhana H20, yaitu senyawa kovalen biner. Akan tetapi di alam
raya ini tidak akan ada kehidupan tanpa adanya air. Hampir semua fase kehidupan
manusia dan hewan membutuhkn air. Dalam jaringan hidup, air merupakan
medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupkan komponen
utama baik dalam tanaman (sampai 90%), maupun hewan (60-70%)(Sunardi,
2001).
20
Diseluruh bumi terdapat air, kurang lebih 71% permukaan bumi tertutup
dengan air ditambah lagi dengn air yang berada di dalam tanah. Namun dari
sekian banyak air yang terdapat di alam, hanya 0,6% berupa air tawar. Sampai
saat ini kebanyakan orang memanfaatkan air permukaan tawar dan air tanah
sebagaiswnber aimya. Air laut yang asin, sekalipunjumlahnya besar, tetapibarn
dimanfaatkan sedikit sekali, karena biaya proses desalinasi yang masih
sangatmahal. Penggunaan air tawar, sampai saat ini masih terns dapat memenuhi
clandipertahankan.Meskipun jumlah air tawar relatif sangat sedikit, tetapi jumlah
airtawardapat terpelihara keberadaannya dengan adanya siklus hidrologi. Air
tawar tersebar dalam berbagai sumber air yang dapat pula diperkirakan
kualitasdan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah:
(i) Air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau.
(ii) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah
dangkal atau air tanah dalam.
(iii) Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti salju dan
hujan. Kualitas berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai
dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada di sekitamya
(Soemirat, 2004).
4. Air Minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau, tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Air minum tidak mengandung zat kimia yang
21
dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomi. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat
untuk mencegah meluasnya penyakit bawaan air (water borne diseases).
Atas dasar pemikiran (Soemirat, 2004:110) tersebut dibuat standar air
minum, yaitu suatu peraturan yang memberikan petunjuk tentang konsentrasi
berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar
tujuan pengadaan air bersih dapat tercapai. Standar air minum secara umum
dibagi dalam beberapa kelompok parameter yaitu :
a. parameter fisis
b. parameter kimiawi
c. parameter biologis
d. parameter radiologis
Standar baku kualitas air minum di Indonesia ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Nomor 416/MENKES/PER/IX1990 tertanggal 3
September 1990 yang berisi tentang syarat-syarat air layak minum. peraturan
tersebut telah disesuaikan dengan standar yang ditetapkan WHO, Standar kualitas
air minum dan air bersih selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 10. (Soemirat,
2004: 110, Sujana Alamsyah, 2006:16).
5. Air Tanah
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air
(akuifer)di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul dipermukaan
22
tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi
sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak
(common goods), seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambang-
an, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis bahkan
dibeberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan 70%
kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri berasal dari air
tanah.
Melalui hujan, air limbah dan sebagainya air tanah dapat kemasukan bahan-
bahan atau benda-benda asing baginya, artinya dalam air alami bahanbahan/
benda-benda masukkan itu tidak didapati. Benda asing yang memasuki air itu,jika
melampaui batas-batas tertentu dapat menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas
dapat disebabkan karena warna, bau, kekeruhan, rasa keracunan dan sebagainya.
Selain itu tidak boleh dilupakan, bahwa kualitas air yang dianggap layak sebagai
air. minum harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih, Peraturan Daerah
Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. dan dipertegas dengan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Sumur gali adalah pengusahaan air tanah untuk kebutuhan air minum
maupun keperluan hidup sehari-hari dengan sistem penggalian tanah sampai pada
tingkat kedalaman tertentu secara terbuka. Sumur pompa adalah pengusahaan air
23
tanah sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari dengan bantuan pompa
untuk menaikkannya.
6. Baku Mutu Air
Air yang telah tercemar dapat menimbulkan gangguan terhadap kehidupan,
sehingga air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari memenuhi baku mutu
air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada dan atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air. Air yang digunakan sebagai air baku air minum harus
memenuhi baku mutu air bersih. Standar baku kualitas air minum dan air bersih di
Indonesia ditetapkan oleh sebuah Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/MENKES/PERlIX1990 tertanggal 30 September 1990 yang
berisi tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air. Daftar persyaratan kualitas
air bersih ditunjukan dalam lampiran 10.
7. Air Limbah
A. Pengertian Air Limbah
Seperti diketahui dalam setiap proses kehidupan.air memegang peranan
penting baik sebagai air konsumsi maupun air penunjang proses usaha/kegiatan.
Kurang lebih 80% air yang dipergunakan manusia untuk aktivitas sehari-hari akan
dibuang, air yang sudah kotor dan tercemar dikenal dengan nama air buangan atau
limbah. Berbagai batasan yang dikemukakan mengenai pengertian air buangan
24
atau air limbah umumnya mencakup komposisi serta darimana sumber air buang
berasal(Haryoto Kusnoputranto, 1985 : 40).
Metcalf and Eddy (1979 : 110) mengemukakan batasan air buangan (waste
water) sebagai : ”kombinasi dari cairan dan buangan-buangan cair yang berasal
dari kawasan pemukiman, perkantoran, perdagangan serta industri yang
mempunyai kemungkinan untuk bercampur dengan air tanah, air permukaan serta
air hujan.”
Batasan yang lebih singkat dikemukakan oleh Ehlers and Steel yaitu : The
Liquid conveyed by sewer (cairan yang dibawa oleh saluran air buangan). Namun
dari keduanyasecara umum dapat dikemukakanbahwa air buangan adalah: cairan
buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan/zat-zat yang dapat
membahayakankehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup (Haryoto Kusnoputranto, 1985 : 40).
B. Komponen Primer Air Limbah
Elemen biologis dalam sistem perairan berkaitan erat dengan komponen-
komponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat penting untuk
menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan kualitas air.
Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam
tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri atas senyawa-senyawa
organik alam dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik, dan
25
gas. Komponen dasar dari senyawa-senyawa organik adalah karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, fosfor, dan sulfur.
C. Karakter Air Limbah
Berdasarkan dari berbagai sumber asalnya air limbah, maka air limbah
mempunyai komposisi yang bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Namun
garis besar air limbah dapat dikemukakan karakternya. Karakter air limbah
meliputi sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi.
1) Karakter Fisika
(a) Suhu (temperature)
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang
diterakan ke dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasa digunakan
adalah skala Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Kedua skala tersebut
berhubungan dengan persamaan sebagai berikut;
32)(9
5 0 FCo ; 32)(5
9 0 CFO
Temperatur merupakan salah satu parameter yang penting dalam
air. Temperatur pada air dapat menentukan besarnya kehadiran species
biologi dan tingkat aktivitasnya. Aktivitas biologi seperti pertumbuhan dan
reproduksi akan menjadi lebih lambat. Sebaliknya jika suhu meningkat
maka aktivitas biologi juga akan meningkat. Pengukuran suhu sangat
penting karena kebanyakan instalasi pengolah air limbah meliputi
pengolahan-pengolahan biologis yang tergantung pada suhu. Suhu air
limbah biasanya berkisar pada 13-24 0C (Sugiharto,1987).
26
(b) Bau (odors)
Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah.
Penyebab adanya bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas
terlarut dan hasil samping dari pembusukan bahan organic.
Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada umumnya berupa gas
yang dihasilkan dari peruraian zat organik yang terkandung dalam air
limbah, seperti Hidrogen sulfida (H2S). Limbah cair industri berpotensi
mengandung senyawa berbau ataupun senyawa yang potensial
menghasilkan bau selama proses pengolahan limbah cair. Efek dari
timbulnya bau antara lain, dalam konsentrasi rendah bagi kehidupan dapat
menimbulkan psikologis yaitu stress.
Dalam paparan yang berkelanjutan dapat menyebabkan
bekurangnya nafsu makan, rendahnya konsumsi air, melemahkan
pernafasan, rasa mual dan muntah dan gangguan mental (Tchobanoglous,
1991). Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau
tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang.
(c) Warna (color)
Warna merupakan indikator pencemaran yang terlihat dan
pada umumnya berhubungan dengan masalah estetika. Namun
demikian warna pada air limbah dapat juga menunjukkan kekuatan
toksisitasnya. Air limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna
gelap, sedangkan air limbah yang masih baru akan berwarna abu-
27
abu.Warna air pada limbah disebabkan oleh zat-zat yang terlarut
dalam air yang berupa material material humus, gambut, substansi
logam, ganggang, protozoa dan sisa proses industri (Mahida,1984).
(d) Padatan Total (total solid )
Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan sampel
limbah cair pada temperatur 103 -105 oC. Menurut Sugiharto (1997) bahan
padat total terdiri dari bahan padat terlarut(dissolved) atau bahan padat
terapung (floating) serta senyawa-senyawa yang terlarut dalam air (zat
padat yang lolos filter kertas) dan bahan tersuspensi (suspended ), zat yang
tidak lalos saringan filter.
2) Karakter Kimia
Kandungan bahan kimia dalam air limbah dapat merugikan lingkungan.
Bahan organic terlarut dapat menghabiskan aksigen dalam sungai serta
akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada pengalahan air
bersih. Bahan yang beracun dapat menyebabkan rantai makanan dan akan
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Nutrien dapat menyebabkan
eutrophication pada danau. Untuk itu perlu diketahui kandungan zat kimia
apa saja yang terdapat di dalam limbah cair suatu industri. Secara umum,
karakteristik kimia limbah cair dapat dibedakan menjadi zat organic dan
zat anorganiki (Tchobanoglous, 1991).
28
(a) Zat Organik
(i) Protein.
Protein adalah senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil.
Sebagian protein larut dalam air dan sebagian lainnya tidak. Seluruh
protein mengandung karbon, yang biasanya adalah kandungan bahan
organic. Protein merupakan penyebab utama terjadinya bau karena
adanya proses pembusukan dan penguraiannya (Sugiharto, 1987).
(ii) Minyak dan Lemak.
Minyak dan lemak adalah komponen penting dalam makanan
dan biasanya terdapat dalam air limbah. Lemak merupakan senyawa
organic yang stabil dalam air dan tidak mudah diuraikan oleh mikroba.
Minyak jika terdapat dalam limbah cair, dapat merugikan karena dapat
menghambat aktivitas biologi mikroba untuk pengolahan limbah cair
(Tchobanoglous, 1991).
(iv) Deterjen atau Surfaktan
Deterjen adalah golongan dari molekul oganik yang
dipergunakan sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya
mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam air zat ini menimbulkan
buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas pemukaan
gelembung udara sifatnya relatif tetap (Sugiharto, 1987). Surfaktan
menyebabkan timbulnya busa (foam) yang stabil dan biasanya terdapat
dalam deterjen sintetik (Tchobanoglaus, 1991). Nama lain dari
surfaktan adalah Methvlen Blue Active Substance (MBAS)
29
(b) Pengukuran Zat Organik
(i) Chemical Oxygen Demand (COD)
COD digunakan untuk mengetahui zat organik dan jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materi organik dengan
oksidasi secara kimia (Qasyim, 1985). Nilai COD dalam air limbah
biasanya lebih tinggi daripada nilai BOD karena lebih banyak senyawa
kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dibandingkan oksidasi
biologi (Tchobanoglous. 1991).
(ii) Biochemical Orygen Demand (BOD)
BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang diperlukan
oleh populasi organisme yang berada dalam kondisi aerob untuk
menstabilkan materi organic (Qasyim, 1985). Semakin besar angka
BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah semakin
besar (Sugiharto, 1987).. Hasil tes BOD digunakan untuk :
a. Menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk stablisasi
biologi dari zat organic yang ada.
b. Menentukan ukuran fasilitas pengolahan air limbah menyesuiakan
dengan baku mutu efluen air limbah (Tchobanoglous, 1991).
b. Zat Anorganik
(i) pH
Konsentrasi ion hidrogen atau pH menyatakan intensitas
keasaman atau tingkat alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili
30
konsentrasi hidrogen ionnya. Kadar pH yang baik adalah kadar pH
dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan
baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral yang dinyatakan
dengan angka keasaman 7.
(iii) Alkalinitas
Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh hadirnya
ion-ion hidroksida, karbonat dan bikarbonat seperti kalsium,
magmesiuon, natrium dan kalium. Alkalinitas air dapat dikatakan
sebagai kemampuan air untuk menetralkan asam. HasiI pengukuran
alkalinitas air dapat dipergunakan untuk mengontrol proses
pengolahan air bersih dan air limbah. Air Iimbah rumah tangga
mempunyai alkalinitas yang lebih tinggi daripada alkalinitas air bersih
(Sunardi, 2004:25)
Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan auat kehidupan mikroorganisme dalam air, secara
empirik pH yang optimum untuk setiap spicies harus ditentukan.
Mikroorganisme. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada
pH = 6,0 -8,0.
(iv)Logam.
Logam seperti Nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi
yang rendah dibutuhkan oleh mikroorganisme tetapi dengan kadar
yang berlebih dapat membahayakan kehidupan mikroorganisme.
Adanya polutan-polutan berupa logam berat Cr, Pb, Cd, Hg dan logam
31
lainnya dalam konsentrasi yang melebihi ambang batas dalam air
limbah dapat membahayakan bagi makhluk hidup
(v) Logam Berat Cr.
Logam berat Cr sangat tahan dalam waktu yang lama. Logam
berat Cr apabila masuk ke dalam air pengairan dalam tubuh akan
berfungsi sebagai racun kumulatif (Suntoro, 2002). Kadar Cr dalam air
pengairan tertinggi adalah 0.5 mg/L, sehingga kadar air limbah yang
masuk ke tubuh air pengairan harus berada di bawah 0.5 ppm. Krom
dengan senyawa bervalensi enam lebih berbahaya bila dibandingkan
krom bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat
menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pencernaan, selain itu juga
dapat menyebabkan kematian. Kulit yang terkena bahan dengan
kandungan kromium (VI) dapat menyebabkan kulit menjadi luka
borok dan bengkak. Sedangkan kromium (0) adalah nutrisi yang
esensial yang dapat menyehatkan badan, terdapat dalam gula, protein
dan lemak (Anonim, 2003).
(vi) Mangan (Mn).
Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan
seringkali berbersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap
logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf: insomnia,
kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga expresi muka
menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask). Bila pemaparan
berlanjut maka, bicaranya melambat dan monoton, terjadi
32
hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti
penderita Parkinsonism. Selanjutnya akan terjadi paralysis bulbar, post
encephalitic Parkinsonism, multiple sclerosis, amyotrophic lateral
sclerosis, dan degenerasi lentik yang progresif ( peny. Wilson). Tidak
ada gejala GI, saluran uro-genital (UG), kelainan sensoris, atau
kelainan pada liquor cerebro spinalis. KeracunanMn ini adalah salah
satu contoh, dimana kasus keracunan tidak menimbulkan gejala
muntah berak, sebagaimana orang awam selalu memperkirakannya. Di
dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan
masalah wama, hanya wamanya ungu/hitam.(Soemirat J, 2004:115)
(vii) Besi (Fe).
Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk
pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air
yang melebihi batas akan menimbulkan gangguan. Di dalam standar
kwalitas ditetapkan: 0,1 – 1,0 mg/L. Penyimpangan standar akan
menyebabkan :
(1) Rasa tidak enak di dalam air, pada konsentrasi lebih dari 2 mg/L.
(2) Menimbulkan noda-noda pada alat dan bahan-bahan yang
berwarna putih apabila konsentrasi 1 mg/L.
(3) Menimbulkan bau dan warna di dalam air.
(viii) Nitrit (NO2).
Nitrit dalam tubuh dapat membentuk methaemoglobin sehingga
dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat
33
menyebabkan penyakit Blue Baby. Nitrit dalam alam yang pada
akhirnya akan sampai ke air, dapat terbentuk baik dari oksidasi
ammonia (NH3) oleh bakteri dari Nitrosomosanas group dalam kondisi
aerobic.
(ix)Cadmiun (Cd).
Cd merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan
lambung, kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobine darah dan
pigmentasi gigi. Selain itu Cd juga bersifat karsinogenik.
(x) Timbal (Pb)
Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung
untuk berakumulasi dalam jaringan tubuh, serta meracuni jaringan
syaraf. Pada anak-anak keracunan timbal dapat menyebabkan
kerusakan jaringan syaraf otak, anemia dan kelumpuhan.
(xi)Amonia (NH3)
Terdapatnya ammonia dalam air, erat hubungannya dengan
siklus pada N di alam ini. Ammonia merupakan suatu zat yang
menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi
kehadiran bahan ini dalam air minum adalah menyangkut perubahan
fisik dari pada air tersebut.(Totok Sutrisno, 2004:43). Amoniak
ditemukan di seluruh lingkungan udara, air, lahan, binatang, tumbuhan.
Amoniak tidak bertahan sangat lama di dalam lingkungan itu
tetapi dengan cepat akan diambil oleh tumbuhan, bakteri, dan binatang.
34
Amoniak tidak membentuk rantai makanan, tetapi melayani kebutuhan
sebagai bahan gizi untuk bakteri dan tumbuhan. Gas amoniak dapat
dilarutkan dalam air. Jenis amoniak ini disebut amoniak cair atau
amoniak mengandung air. Suatu kali muncul di udara terbuka,
amoniak cair dengan cepat berubah menjadi gas.(www.atsdr.cgc.gov)
3). Karakter Biologis
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir
dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108
organisme/mL. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun
berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh,
metabolisme, dan reproduksi).
Secara tradisional, mikroorganisme dibedakan menjadi binatang dan
tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu,
mikroorganisme kemudian dimasukkan ke dalam kategori Protista, status
yang sama dengan binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan
secara terpisah.
Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan
kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting untuk
mengevaluasi kualitas air(Sakti A. Siregar, 2005:21).
35
8. Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Air
yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan kota, untuk keperluan
pertanian dan sebagainya.
Saat sekarang untuk mendapatkan air yang sesuai dengan standard yang ada
sangat sulit, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam kegiatan
manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri
dan lainnya. Dibuangnya limbah ke lingkungan air menyebabkan terjadinya
penyimpangan standard. Menurut Wisnu Arya (1995:72) bahwa pencemaran air
terjadi apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Dalam asas keempat lingkungan hidap ditegaskan bahwa
kemampuan lingkungan habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya.
Kemampuan untuk menyokong pencemar ada batasnya.
36
B. Penelitian Yang Relevan
Kus Sri Martini (2001) tentang Pengaruh Parameter BOD, COD, pH, Phenol
dan Bakteri Coli Pada Air Sungai Terhadap Kualitas Air Sumur di Sekitar Aliran
Sungai Premulung Kota Surakarta, menyimpulkan bahwa kandungan parameter
BOD, COD, pH, E.Coli dalam air sungai PremuJung di daerah Laweyan, tidak
mempengaruhi air Sumur disekitar sungai yang mengalir dari pasar Jongke
sampai Tipes.
Sunardi (2004) tentang Dampak Limbah Cair Industri Gula Terhadap
Kualitas Air Sumur di Desa Buran Kecamatan Tasikmadu, menyimpulkan bahwa
limbah cair industri gula dengan parameter teruji BOD, COD, dan temperatur
ternyata melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang ditetapkan dalam SK Gubernur
Jawa Tengah No. 660.1/02/1997 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri di Jawa
Tengah. Kualitas limbah cair industri gula tidak berdampak terhadap kualitas air
sumur penduduk sekitarnya
Lilis Prihastini (2006) tentang Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Winongo Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup, menyimpulkan bahwa kualitas
air sumur di dusun Gembel ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, Mn dan NO2,
melampaui baku mutu yang disyaratkan menurut PP No. 82 tahun 2001 untuk air
Kelas I, sedang untuk parameter kesadahan, Fe, Cd dan Pb masih memenuhi
syarat baku mutu. Dari hasil uji korelasi antara jarak TPA Winongo dengan
kualitas air sumur untuk parameter DO, BOD dan COD terdapat hubungan yang
37
kuat dan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai Sig(2-tailed) untuk ketiga
parameter lebih kecil dari α. Yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
jarak TPA dengan kadar DO, BOD dan COD air sumur, sedangkan untuk
parameter NO2, kesadahan, Mn, Fe, Cd dan Pb tidak ada hubungan.
C. Kerangka Berpikir
Wilayah Kecamatan Laweyan, Kelurahan Karangasem terdapat sebuah
Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), sebuah perguruan tinggi yang
mempunyai unit usaha produksi barang dan jasa berupa perabot kantor, bengkel,
rumah sakit, dan alat-alat bantu proses industri mengunakan bahan baku dari
logam. Unit proses produksinya dilengkapi dengan bengkel pengecatan logam,
metode pengecatannya adalah powder coating, bahan cat yang digunakan
berbentuk serbuk dan dalam pemakaiannya tidak meninggalkan limbah. Air
limbah yang melimpas ke saluran drainase adalah air bilasan dari mesin cuci, air
limbah yang dibuang ke saluran drainase perlu dilaksanakan monitoring terhadap
parameter fisika dan kimia yang terkandung dalam air limbah, hasilnya
dibandingkan dengan baku mutu air limbah industri yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tenagah, yang semuanya mengatur
agar terjadi keseimbangan dalam pengendalian dan pengelolaan lingkungan.
(1).Dengan mengacu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Limbah, air limbah bengkel pengecatan logam
belum ada ketetapannya secara khusus, maka peneliti mengambil angka
parameter Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan
38
Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya. Baku Mutu Golongan I
ditetapkan bahwa TDS = 2000 mg/l, TSS= 100 mg/l, pH=6,0-9,0, Fe=5 mg/l,
Mn=2 mg/l, Cd= 0,05 mg/l, Cu= 2 mg/l, Zn= 5 mg/l, Ni= 0,2 mg/l Cr= 0,5
mg/l, NO3= 20 mg/l, NO2 =1 mg/l, NH3=1, COD=100 mg/l, dan BOD=50
mg/l, data ketetapan ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran sampel
yang diambil dari air limbah bengkel pengecatan logam, dan air selokan
yang berada diluar pagar ATMI.
(2).Dari air sumur yang berada di sekitar saluran air buangan, terdapat sumur
yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari dan sumur sebagai sumur
pantau untuk memantau kualitas air tanah yang berada disekitar saluran air
buangan bengkel produksi ATMI. Air sumur yang berada disekitar saluran
air buangan akan diambil secara random sampling sebagai sampel untuk
diteliti kualitas airnya, apakah ada parameter air baku air bersih yang
melebihi ambang batas dari persyaratan kualitas air untuk air baku air bersih
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih,
dengan baku mutu parameter: TDS = 1500 mg/l, pH=6,0-9,0, Fe=1 mg/l,
Mn=0,5 mg/l, Cd= 0,005 mg/l, Zn= 15 mg/l, Pb= 0,05 mg/l, NO3= 10 mg/l,
NO2 =1 mg/l, SO3=400 mg/l, Cl=600 mg/l, dan CaCO3=500 mg/l.
(3).Atas dasar pemikiran di atas mendorong minat peneliti untuk mengadakan
penelitian terhadap kandungan kualitas air limbah bengkel produksi ATMI
39
Surakarta. Dan pengujian kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya.
Dari hasil pengujian kandungan air limbah dan air tanah dangkal, dilakukan
pembandingan terhadap baku mutu air ditetapkan dalam peraturan yang
berlaku. Apakah ada hubungannya antara kualitas air limbah dengan kualitas
air tanah dangkal dilingkungan sekitarnya. Air tanah dangkal yang akan
dilakukan pengujian diambil dari air sumur yang berada di samping aliran
pembuangan air limbah sampai dengan jarak kurang lebih 200 m dari outlet
air limbah bengkel produksi ATMI.
Hasil penelitihan yang akan dilaksanakan ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan sebagai upaya pengelolaan air limbah oleh ATMI surakarta, dalam
bentuk tindakan pencegahan (preventif action). Langkah-langkah pencegahan ini
untuk menghindari terjadinya pencemaran di lingkungan ATMI Surakarta
menyebar ke wilayah sekitarnya.
Gambar 1 menunjukkan kerangka berpikir penelitian dengan judul: ”Kualitas Air
Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta Hubungannya Dengan Kualitas
Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya”
40
PENINGKATAN JUMLAHPENDUDUK
PENINGKATANKEBUTUHAN HIDUP
PENINGKATAN KEBUTUHANRUANG UNTUK AKTIVITAS
PENINGKATAN JUMLAHPRODUKSI ALAT BANTU AKTIVITAS
PENINGKATAN LIMBAHPRODUKSI (AIR LIMBAH)
PENINGKATAN KEBUTUHANBAHAN BAKU
KULTUR/SOSEK BIOTIK/HAYATI ABIOTIK/FISIKBaku MutuAir Bersih
TDSpH
FeMnZnCdCuPb
NO3NO2Cl
CaCO3
ParameterAir Limbah
TDSTSSMnCrCuZn
NO3NO2CdPbpHFe
PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN
REKOMENDASI KEPADASTAKEHOLDER
JENIS TANAHPOROSITAS TANAH
TOPOGRAFIARAH ALIRAN AIR
MUSIM
JARAK
PENCEMARANUDARA
PENCEMARANTANAH
PENCEMARANAIR
DAMPAKPADA
LINGKUNGAN
Gambar 1 . Kerangka Berpikir
41
D. Hipotesis
Dengan memperhatikan proses produksi di ATMI Surakarta semakin
berkembang dan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah produksi,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
(1) Ada parameter dari kandungan air limbah bengkel produksi ATMI
Surakarta yang melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam
Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha
Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya.
(2) Ada parameter dari kandungan air sumur sebagai air bersih, melebihi
baku mutu persyaratan kualitas air untuk air bersih berdasarkan
Peraturan menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih.
(3) Ada hubungan antara kualitas air limbah bengkel produksi ATMI
dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan di Wilayah Kelurahan Karangasem ini
dikategorikan ke dalam jenis penelitian “Observasional Analitic Environmental”.
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi lapangan dengan mengambil
sampel tanpa mengatur dan memanipulasi variabel-variabel yang mempengaruhi
faktor-faktor yang dijumpai. Metode pengumpulan dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengggunakan pendekatan silang (Cross Sectional), adalah suatu
penelitian yang dilakukan secara serempak dalam suatu wilayah pada obyek yang
tak sama (Chafild F., 1993:5). Rancangan Cross Sectional ini mudah dilaksanakan
dan ekomomis dari segi waktu, hasilnya dapat diperoleh dengan cepat dan banyak
variable berupa faktor penyebab dan efek yang dapat digali dan dipelajari korelasi
dan pengaruhnya. Dalam penelitian ini tiap subyek penelitian hanya diobservasi
satu kali dan pengukuran terhadap variabel subyek dilakukan pada saat
pemeriksaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 : 146)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI)
Surakarta yang berada di wilayah Kelurahan Karangasem, Kecamatan Lawiyan
Kota Surakarta. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada wilayah yang dekat dengan
43
saluran pembuangan air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta dan saluran
drainase yang melintas di wilayah Kelurahan Karangasem Kecamatan Lawiyan,
berbatasan dengan wilayah Kelurahan Pabelan Kecamatan Kartasura.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (lima ) bulan yang dimulai pada
bulan April 2008 sampai dengan September 2008.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Data primer
Data primer berupa hasil pengukuran/pemeriksaan parameter air limbah
dari bengkel produksi ATMI meliputi BOD, COD, TDS, TSS, pH, Cd,
Pb, kesadahan, mangan, nitrit dan besi. Adapun yang menjadi obyek
penelitian dan merupakan sampel untuk diteliti meliputi:
1. Air limbah yang keluar dari bengkel produksi ATMI Surakarta.
2. Air sumur dangkal yang ada di ATMI dan sumur dangkal disekitar
ATMI yang berada disekitar arah aliran air limbah.
b. Data sekunder
Data sekunder berupa gambaran umum lokasi penelitian meliputi geografi,
demografi, klimatologi, topografi, morfologi, hidrogeologi dan sarana
penyediaan air (sumur) di sekitar lokasi penelitian.
44
2. Sumber Data
a. Data primer bersumber dari hasil pengukuran/pemeriksaan air limbah
bengkel produksi ATMI dan Air sumur dangkal yang ada di ATMI dan
sumur dangkal disekitar ATMI yang berada dalam arah aliran air limbah.
b. Data sekunder bersumber dari instansi terkait:
1) Kantor Kelurahan Karangasem yang berupa data geografi dan
demografi.
2) ATMI Surakarta berupa data sarana bengkel produksi dan sarana
pengelolaan air limbah.
3) Badan Pusat Stastitik Surakarta berupa data klimatologi,
topografi, morfologi, hidrologi wilayah Surakarta.
4) PDAM kota Surakarta berupa data penyediaan air bersih untuk
wilayah Kelurahan Karangasem
D. Teknik Pengumulan Data
1. Data primer
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian, dalam hal
ini adalah tempat pembuangan air limbah bengkel produksi dan sumur
dangkal yang ada di ATMI dan sumur dangkal disekitar ATMI yang
berada dalam arah aliran air limbah.
b. Pengukuran yang dilakukan di lapangan meliputi :
45
1) Pengukuran temperatur air dan temperatur lingkungan sekitarnya.
2) pengukuran jarak antara sumur dengan lubang pembuangan air limbah.
c. Kandungan air limbah dan air tanah dangkal.
Untuk mendapatkan data kandungan air limbah dan air tanah dangkal
dari sampel air yang diambil dari lokasi penelitian, peneliti mengirim
sampel air yang telah diambil ke laboratorium Pusat MIPA Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Air limbah akan diuji kandungan yang ada
berdasarkan parameter yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10
tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah, dan air sumur akan diuji
kandungannya berdasarkan Persyaratan Kualitas Air Bersih yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air untuk Air Bersih.
2. Data sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengadakan penelusuran data pada instansi yang terkait, diantaranya Kantor
Kelurahan Karangasem, ATMI Surakarta, kantor Badan Pusat Statistik
Surakarta dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta.
46
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sumur dalam jarak sampai dengan
radius 200 meter dari lubang keluarnya air limbah mengikuti arah aliran
air limbah
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah dan air sumur yang
memenuhi kriteria dalam teknik sampling
3. Besar Sampel
Sesuai dengan kriteria yang disarankan dari Lab MIPA UNS, maka besar
atau volume sample dalam penelitian dari setiap titik adalah 1,5 liter.
F. Penarikan Sampel/Tehnik Sampling
Teknik Pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini dengan
purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. Contoh air diambil dari lokasi atau sumur yang
telah ditentukan sebagai sampel (Hariwijaya, M., Triton PB., 2007:68). Sampel
yang diambil untuk diteliti kualitasnya adalah sampel sesaat (Grap Sampling),
sampel sesaat ini hanya mewakili kualitas air pada saat dan tempat yang tertentu
saja (Soemirat J, 2004:130). Adapun kriteria sumur yang menjadi sampel adalah :
a. Sumur yang ada disekitar ATMI yang airnya masih digunakan untuk
keperluan sehari-hari.
47
b. Sumur yang airnya tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari.
c. Jarak sumur dari Pembuangan air limbah produksi kurang lebih dalam
radius 25 m, 50m, 75m, 100m, 125m, 150m, 175m, 200m, 215m,
235m mengikuti arah saluran air limbah.
Titik sampling dalam penelitian ini dapat dilihat pada denah lokasi
penelitian dalam lampiran 4.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah semua alat dan bahan yang
digunakan untuk pengambilan dan pengukuran data observasi sampel air limbah
dan air sumur dari lokasi penelitian yang terdiri dari:
(1) Tempat air limbah dan air sumur botol volume 1,5 liter
(2) Roll meter untuk mengukur jarak
(3) Thermometer untuk mengukur air dan lingkungan sekitarnya
(4) pH meter untuk mengukur keasaman air
(5) Selang air sebagai penanda referensi pengukuran muka air sumur
H. Teknik Analisis Data
1. Tabulasi
Data hasil pengujian dan pengukuran kandungan air limbah bengkel
produksi dan kandungan air tanah dangkal atau air sumur ditabulasi dan
disajikan dalam bentuk tabel.
48
2. Pengolahan data
Untuk mengolah data digunakan program komputer dengan perangkat
lunak SPSS for windows versi 12
3. Analisis data.
(i) Analisis Korelasi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi, analisis korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
bersifat asosiatif, yaitu untuk mengetahui kekuatan dan signifikansi hubungan
antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel dikatakan bersifat asosiatif
apabila arah hubungan yang akan diuji dengan analisis korelasi dapat
dikategorikan menurut dua arah hubungan sebagai berikut:
a. hubungan yang bersifat searah atau hubungan positif (nilai variabel
X tinggi , maka semakin tinggi nilai variabel Y)
b. hubungan yang berkebalikan arah atau hubungan negatif (nilai
variabel X tinggi, justru semakin rendah nilai variabel Y), dan
c. tidak ada hubungan (pola perubahan satu variabel tidak disertai
terjadinya pola perubahan nilai variabel lainnya)
Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (predictor) dengan
variabel terikatnya (dependent) dapat diketahui berdasarkan nilai rxy, hasil
analisis korelasi. Nilai rxy dapat dicari dengan rumus korelasi Product Moment
Pearson sebagai berikut:
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYNrxy
49
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y antara 0 sampai ± 1
N = jumlah populasi
X = skor mentah variabel X = Variabel bebas
Y = skor mentah variabel Y = Variabel terikat
XY= jumlah product dari X dan Y
X2 = jumlah kuadrat X
Y2 = jumlah kuadrat Y
Untuk mengetahui kekuatan hubungan kualitas air limbah bengkel
produksi dengan kualitas air tanah dangkal atau air sumur di ATMI dan
lingkungan sekitarnya sekitarnya, dalam Hariwijaya (20007:89)
selanjutnya nilai interval r dapat diinterpretasikan untuk memperkirakan
kekuatan hubungan korelasi, seperti ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Inverval Koefisien (r) Tingkat Hubungan Korelasi0,001 – 0.2010,201 – 0,4000,401 – 0,6000,601 – 0,8000,801 – 1,000
Sangat rendahRendahSedangKuat
Sangat kuatSumber: Tenik Penulisan Skripsi dan Tesis. Hariwijaya, 2007
Koefisien korelasi memiliki tiga karakteristik penting, yaitu sebagai
berikut:
a. Koefisien koelasi dapat bernilai positif atau negatif, tetapi tanda
positif dan negatif tersebut khusus menunjukan arah hubungan,
bukan kekuatan hubungan,
50
b. range koefisien korelasi adalah dimulai dari 0 sampai ± 1, atau
dapat dinotasikan -1 ≤ 0 ≤ 1, dan
c. nilai koefisien korelasi dapat diinterpretasikan secara simetris.
Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y adalah sama dengan
koefisien korelasi antara variabel Y dengan X.
(ii) Uji Signifikasi Koefisien Korelasi
Nilai r hasil analisis korelasi perlu diuji signifikasinya dengan cara
mengkunsultasikan dengan nilai t hitung dengan t tabel, nilai t hitung diperoeh
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
21
2
r
nrthitung
t tabel, diproleh dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan taraf kepercayaan 95 persen, sehingga tingkat
signifikansi (α)= 0,05.
b. Menentukan derajad kebebasan (degree of freedom) atau df
berdasarkan jumlah sampel (n), dengan rumus df= n – 2.
c. Mengambil nilai t tabel, dari lampiran 16 berdasarkan nilai df dan α
Membuat keputusan, apabila t hitung < t tabel, maka keputusan pengujian
nilai r hasil analisis korelasi tidak signifikan, dan bila t hitung > t tabel, maka
keputusan pengujian nilai r hasil analisis korelasi signifikan
(iii)Analisis Regresi
51
Analisis regresi adalah salah satu jenis analisis statistik inferensif
parametrik yang dapat memberikan dasar untuk mengadakan prediksi dan
memberikan dasar terhadap analisis varian. Analisis regresi sederhana
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton(1822-
1911). Suatu variabel pada analisis regresi dapat diprediksi perubahan
nilai-nilainya dari variabel lain apabila antara variabel terikat atau yang
diprediksi dan variabel bebas terdapat korelasi yang signifikan.(Triton PB,
2007:95)
Dalam analisis regresi ini korelasi antara variabel bebas dengan
variabel terikat dapat digambarkan dalam suatu garis yang disebut garis
regresi. Garis regresi dapat berupa garis lurus (linear) maupun garis yang
melengkung. Persamaan regresi merupakan prediksi dalam bentuk
persamaan matematis yang dinyatakan berdasarkan garis regresinya.
Persamaan regresi linear sederhana dengan satu variabel bebas dapat
dirumuskan dengan persamaan garis sebagai berikut: bXaY , dimana:
Y = variabel terikat = Nilai kandungan air dari hasil pengujian.
X = variabel bebas = jarak pengukuran dari sumur sampai lubang
pembuang-an air limbah
a = konstanta, dan
b = koefisien regresi variabel bebas.
Untuk membuat prediksi dengan persamaan regresi, maka nilai a dan b
dapat dicari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square).
Nilai a dan b dapat ditentukan dengan rumus berikut:
52
22 XnX
XYnXYb XbYa
(iv) Menentukan nilai kritis
Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat
signifikansinya adalah 5% atau =0,05, dengan derajad kebebasan
df=jumlah periode – jumlah variabel bebas dan α=α/2= 0,025, maka nilai
ttabel atau tkritis dapat dipilih dari lampiran 9.
(v) Kesimpulan
Signifikansi hasil korelasi dapat diuji dengan penyusunan hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis nihil (Ho): Tidak ada hubungan antara kualitas air limbah
industri bengkel produksi dengan kualitas air tanah
dangkal
Hipotesis alternatif (Ha): Ada hubungan antara kualitas air limbah industri
bengkel produksi dengan kualitas air sumur.
Pengujian dilakukan secara dua sisi karena yang akan dicari adalah ada
tidaknya hubungan antara dua variabel.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas
Ho diterima jika probabilitas > 0,05
Ho ditolak jika probabilitas ≤ 0,05
(vi) Uji signifikansi koefisien regresi (t-test)
Tergambar grafik daerah penolakan dan daerah penerimaan
53
berdasarkan nilai thitung dan ttabels
Untuk pengujian koefisien regresi digunakan distribusi t:
Ho ditolak, jika t hitung > t α/2, n-2
Ho diterima, jika t hitung < t α/2, n-2
I. Variable Penelitian
Penelitian ini mengetengahkan beberapa variabel antara lain:
1. Variabel bebas
Yaitu variabel yang mempunyai pengaruh pada variabel terikat. Pada
penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah jarak saluran pembuangan
air limbah dengan sumur yang diteliti.
2. Variabel terikat
Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam penelitian ini
adalah parameter kualitas air sumur dangkal yang diteliti meliputi parameter
terukur dalam pemeriksaan dan pengukuran di laboratorium Pusat MIPA UNS.
3. Variabel bantu/variabel eksternal
Yaitu variabel yang mempunyai pengaruh terhadap variabel pengaruh maupun
variabel terpengaruh, pengaruh dari variabel tersebut dapat dikontrol baik
melalui sistem analisa maupun cara penentuan sampel. Nilai parameter yang
diperoleh dari Variabel eksternal dalam penelitian ini berasal dari data
sekunder.
54
J. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahan pengertian, maka akan dijabarkan definisi dari
variabel yang diteliti :
a. Hasil pengukuran/pemeriksaan kualitas parameter air limbah dipergunakan
untuk mendapatkan besar ketidak sesuaian kualitas air limbah bengkel
pengecatan terhadap baku mutu air limbah yang dipersyaratkan.
b. Jarak yang dimaksud adalah jarak dari lubang pembuangan air limbah
bengkel produksi dengan sumur yang diteliti, jarak pengukuran 25m, 50m,
75, 100m, 125m, 150 m, 175m, 200 m, 215m, 235m
c. TDS /Total Disolved Solids jumlah padatan yang terlarut dalam air sumur
yang diteliti dalam satuan mg/L
d. Besi (Fe) adalah jumlah kadar besi yang terlarut dalam air sumur yang
diteliti dalam satuan mg/L.
e. Mangan (Mn) adalah jumlah kadar mangan yang terlarut dalam air sumur
yang diteliti dalam satuan mg/L
f. Kadmiun (Cd) adalah jumlah kadar Cd yang terlarut dalam air sumur yang
diteliti dalam satuan mg/L.
g. Seng (Zn) adalah jumlah kadar seng yang terlarut dalam air sumur yang
diteliti dalam satuan mg/L.
h. Timbal (Pb) adalah jumlah kadar Pb yang terlarut dalam air sumur yang
diteliti dalam satuan mg/L.
55
i. Tembaga (Cu) adalah jumlah kadar tembaga yang terlarut dalam air sumur
yang diteliti dalam satuan mg/L.
j. Nitrat (NO3) adalam jumlah kadar nitrat yang terlarut dalam air sumur
yang diteliti dalam satuan mg/L.
k. Nitrit (NO2) adalah jumlah kadar nitrit yang terlarut dalam air sumur yang
diteliti dalam satuan mg/L.
l. Sulfat (SO4) adalah jumlah kadar sulfat yang terlarut dalam air sumur yang
diteliti dalam satuan mg/L.
m. Klorida (Cl) adalah kadar jumlah khlorida yang terlarut dalam air sumur
yang diteliti dalam satuan mg/L.
n. Kesadahan (CaCO3)jumlah kadar yang larut dalam air sumur dalam satuan
mg/L.
K. Prosedur Penelitian
1. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi tempat pengambilan sampel menggunakan metode
Purposive Sampling daripada saluran limpasan/pembuangan air limbah bengkel
produksi dan beberapa titik sumur yang berada berdekatan dengan saluran
drainase disekitar lingkungan ATMI Surakarta .
Adapun titik lokasi pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian
ini adalah seperti dalam gambar layout Pengambilan Sample pada lampiran 4
56
2. Pengambilan Sampel
Untuk parameter yang dapat langsung diukur di lokasi adalah
temperatur dalam satuan [oC] dengan menggunakan termometer. Pengambilan
sampel air dari ke 5 (lima) titik lokasi ditampung dengan menggunakan botol
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3. Pengujian Kualitas Air
Analisis pengujian kualitas air limbah dan kualitas air sumur dilakukan
sesuai dengan prosedur operasional standar dan sesui dengan persyaratan yang
diberlakukan di Laboratorium Pusat MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta.
4. Cara Kerja Dalam Analisis Parameter
Cara kerja dalam analisis parameter untuk pengujian kualitas air sesuai dengan
metode yang ditetapkan dalam SNI:
1. Keasaman pH (SNI 06-6989.11-2004
2. Temperatur Suhu (SNI 06-6989.23-2005)
3. Biological Oxygen Demand BOD (SNI 06-6989.14-20054 /APHA
1998-52-10-B)
4. Chemical Oxygen Demand COD (SNI 06-6989.2-2004
5. TDS/Total Disolved Solids SNI 06-6989.27-2005
6. Total Suspended TSS (SNI 06-6989.3-2004
7. Tembaga (SNI 06-6989-6-2004
8. Besi (SNI 06-6989.4-2004
9. Mangan (SNI 06-6989.5-2004
57
10. Seng/Zinc SNI 06-6989.7-2004
11. Cadmium (SNI 06-6989.16-2004
12. Timbal (SNI 06-6989.8-2004
13. Krom Total/Total Chromium SNI 06-6989.17-2004
14. Klorida/Chloride – (Cl) SNI 06-6989.19-2004
15. Sulfate/Sulphate -(SO4) SNI 06-6989.20-2004
16. Nitrat/Nitrate (NO3-N) SNI 06-2480-1991
17. Nitrit/Nitrite (NO2-N SNI 06-6989.9-2004
18. NH3-N/Ammonia SNI 06-6989.30-2005
19. Kesadahan Total/Total Hardness -(CaCO3) SNI 06-6989.12-2004
L. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai
dengan penyusunan laporan akhir. Waktu yang digunakan mulai dari bulan
Januari 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008. sebagai inti penelitiannya
berlangsung selama 5 bulan. Jadwal terperinci ditunukkan pada tabel 3.
Tahun 2008No. Uraian
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
1 Penyusunan proposal
2 Seminar Proposal
3 Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Analisis data
6 Pembahasan Hasil
7 Kesimpulan
8 Penyusunan Laporan
Tabel 3. Jadwal Penelitian
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Kondisi Umum Kota Surakarta
a. Letak Geografis
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan
sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut.
Luas wilayah sekitar 44,04 Km2, terletak diantara 110o 45` 15" – 110o 45` 35"
Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dialiri oleh 4
(empat) buah Sungai yaitu Sungai Bengawan Solo, Jenes, Pepe dan Kali Anyar.
Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten
Karanganyar, batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo
dan Kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam 5 (lima) wilayah kecamatan
dengan 51 wilayah kelurahan ditunjukkan pada gambar 2.
Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celsius, sedang
suhu udara minimum adalah 21,5 derajad Celsius, dengan kelembaban udara
74,92%. Kecepatan angin 4,75 Knot (1knot = 0,5144 m/det) dengan arah angin
182 derajad, beriklim tropis.
59
Gambar 2. Peta Kota Surakarta,sumber: www.surakarta.go.id /16 Juli 2008
b. Topografi.
Topografi kota Surakarta di bagian selatan terletak pada ketinggian ± 92 m
di atas permukaan laut (dpal) dan di bagian utara pada ketinggian ± 97 m diatas
permukaan air laut, di bagian tengah kota berketinggian ± 92 m di atas permukaan
air laut. Perbedaan ketinggian antara wilayah satu dengan wilayah lainnya sangat
kecil dengan kemiringan rata-rata 2 - 15 % atau dapat dikatakan relatif datar.
Kemiringan lahan yang relatif datar memberikan keuntungan positif bagi kota
Surakarta karena relatif tidak mengalami erosi.
60
Wilayah dengan kemiringan 0 - 2% dengan luas sekitar 42.782 ha berada
di pusat kota, di tepian sepanjang aliran Kali Pepe, Kali Pepe berfungsi sebagai
penggelontor air buangan dari rumah tangga dalam kota menuju ke aliran sungai
Bengawan Solo, wilayah disekitar aliran Kali Pepe tersebut merupakan wilayah
yang rata-rata paling rendah sehingga pada saat musim penghujan rawan terhadap
banjir dan berpotensi menjadi wilayah genangan. Genangan air juga bisa terjadi
bila ketinggian permukaan air sungai Bengawan Solo diatas ketinggian
permukaan air Kali Pepe dan fungsi pompa penyedot genangan mengalami
kerusaan sehingga tidak mampu menyedot air yang tertampung dalam Kali Pepe
untuk dibuang ke sungai Bengawan Solo.
c. Geologi
Struktur geologi di sebagian besar wilayah kota Surakarta termasuk jenis
tanahnya adalah tanah alluvia, karena wilayah Kota Surakarta berada di daerah
cekungan antara Gunung Merapi dengan Gunung Lawu. Tanah alluvial
mempunyai parameter mineral dan organisme yang cukup, tanah ini merupakan
campuran dari tanah liat dengan pasir halus yang berwarna hitam kelabu, meiliki
daya penahan air yang cukup baik dan struktur tanah cukup baik untuk menyerap
air hujan.
Dari gambar penampang hasil pengeboran sumur dalam yang dilakukan
oleh PDAM Surakarta di wilayah Kelurahan Karangasem, dapat diketahui
susunan lapisan tanah lempung dan jenis pasir yang diambil dan didata sesuai
dengan kelompok jenis lapisan, kedalamanan, dan ketebalana lapisan. Dari data
tersebut dapat diketahui berapa ketebalan lapisan yang merupakan akuifer. Secara
61
umum wilayah Kota Surakarta bagian barat mempunyai kemiripan struktur
lapisan tanah setelah mencapai kedalaman sekitar 4 meter dibawah permukaan
tanah, pada kedalaman tersebut diperoleh lapisan pasir kasar berwarna hitam,
sampai kedalaman 12 – 15 meter akan diperoleh lapisan tanah lempung dan pasir
dengan warna cenderung kecoklat-coklatan. Setelah melewati lapisan lempung
yang keras akan diperoleh lapisan pasir kasar dan berwarna ke abu-abuan sampai
hitam, pada kedalaman ini pada umumnya penduduk membuat sumur untuk
kebutuhan sehari-hari. Gambar selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 13.
d. Hidrologi
Di Wilayah Kota Surakarta kondisi hidrologi dan ketersediaan air bawah
tanah dapat dibaca dari peta hasil Kajian Zonasi dan Konfigurasi Tataguna Air
Bawah Tanah Pada Cekungan Semarang-Demak, Subah dan Karanganyar-
Boyolali yang dilaksanakan pada tahun 2003 atas kerjasama antara Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah dengan Direktorat Tata
Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Bandung.
Garis kontur tanah Kota Surakarta terendah berada pada ketinggian +90
diatas permukaan air laut dan tertinggi di daerah Jebres dan Mojosongo yang
berada pada ketinggian 110 diatas permukaan air laut. Potensi air tanah tinggi
pada akuifer dangkal, kedudukan akuifernya berada pada kedalaman 1,0 – 40
meter dibawah permukaan tanah, muka air tanah berada pada kedalaman 1,0 – 15
meter dibawah permukaan tanah, debit air yang optimum dapat dipanen dari
akuifer dangkal ini berada pada kisaran 10 – 30 liter per detik, kualitas air secara
umum baik atau memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan
62
Menteri Kesehatan No.: 907/MENKES/SK/VII/2002. tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Gambar Peta Potensi Air Tanah Cekungan Air
Tanah Karanganyar-Boyolali ditunjukkan pada lampiran 12.
e. Klimatologi
Iklim Kota Surakarta tergolong iklim tropis, dengan temperatur udara
antara 21,50 – 32,50 Celsius. Angin berhembus rata-rata pada sudut 182 derajat
dengan kecepatan rata-rata 4,75 knot. Kelembaban nisbi udara rata-rata 75 % dan
curah hujan maksimum pada bulan Januari 1.067 mm dengan jumlah hari hujan
sebanyak 26 hari dan minimun pada bulan November 116,2 mm dengan jumlah
hari hujan sebanjak 12 hari. Periode musim penghujan mulai dari bulan November
sampai Juni dan musim kemarau mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan
Oktober(BPS 2007).
f. Luas Wilayah dan Penduduk
Luas wilayah administrasi kota Surakarta mencapai 44,04 km2 yang terdiri
dari 5 kecamatan dan terbagi lagi menjadi 51 kelurahan. Jumlah kelurahan setiap
kecamatan dan luas wilayah ditunjukkan pada tabel 4 dan lampiran 2.
Penduduk riil yang tinggal di kota Surakarta tahun 2007 berdasarkan hasil
survey sosial yang di rekam di kantor Badan Pusat Statistik kota Surakarta
mencapai 564.920 jiwa. Penduduk laki-laki terhitung 278.435 dan perempuan
286.485 jiwa. Rasio jenis kelamin 97 % yang berarti perbandingan antara
penduduk perempuan dengan penduduk laki-laki adalah 100 penduduk perempuan
berbanding 97 penduduk laki-laki. Dengan jumlah penduduk 564.920 jiwa dan
63
luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km2, maka diperoleh angka kepadatan
penduduk mencapai 12.827 jiwa per km2, suatu angka yang sangat padat untuk
sebuah kota kecil seperti Surakarta
PendudukNo. Kecamatan
JumlahKelu-rahan
Luas (km2) Laki-laki Perempuan Jumlah
Kepadatan Penduduk/
km2
1.
2.
3.
4.
5.
Banjarsari
Laweyan
Pasar Kliwon
Jebres
Serengan
13
12
9
11
7
14,81
8,64
4,82
12,58
3,19
79.809
53.902
42.896
70.659
31.169
81.438
55.545
44.612
72.630
32.260
161.247
109.447
87.508
143.289
63.429
10.888
12.667
18.155
11.390
19.884
Jumlah 51 44, 04 278.435 286.485 564.920 12.827
Tabel 4: Jumlah Penduduk Wilayah Administrasi Kota Surakarta Sumber : Monografi Kelurahan/BPS Surakarta Dalam Angka Tahun 2007
2. Kondisi Kelurahan Karangasem
a. Keadaan geografi
Kelurahan Karangasem terletak di Wilayah Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta. Jarak dari pusat kota sekitar 5 km dan berada pada ketinggian ± 98 m
diatas permukaan air laut. Wilayah Kelurahan Karangasem bagian barat
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo dan bagian utara dengan
wilayah Kabubapaten Karanganyar.
Batas wilayah kelurahan Karangasem adalah sebagai berikut :
1). Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar
2). Sebelah Timur : Kelurahan Jajar
3). Sebelah Selatan : Kelurahan Pajang
4). Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
64
Luas wilayah Kelurahan Karangasem sekitar 2,38 km2 terdiri dari 9
Rukun Warga (RW) yang terbagi menjadi 31 Rukun Tetangga (RT), ditunjukkan
pada gambar 3.
1 3
1
2
3
4
5
67
89
1 0
121 1
UNIT PA INTING 1
PUNCHING
BENDING
FITTING WORK
A SS
E MB
LY
UNIT PAINTING 2
P AC K
ING
WAS HING MACHINE
CUT
TING
IGI CENTER
BE N
G KEL
ATM
I TK
II D
A N T
K III
BE N
G KEL
SM
K
P UNCHI NG
WELDING
Gambar 3 : Peta wilayah Kelurahan KarangasemSumber: Kelurahan Karangasem
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kelurahan Karangasem yang direkam setiap bulan
dalam Monografi Dinamis sampai dengan bulan Juni tahun 2008 tercatat
penduduk berjumlah 9513 jiwa terdiri dari laki-laki 4.681 dan perempuan 4.832
jiwa. Rasio jenis kelamin 96,8 % yang berarti perbandingan antara penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki: 100 : 97. Dengan Jumlah Penduduk 9513
65
jiwa terdiri dari 2001 Kepala Keluarga (KK) dalam wilayah kelurahan dengan
luas 2,38 km2, maka kepadatan penduduk Kelurahan Karangasem mencapai 4.048
jiwa/km2. Dilihat dari kelompok usia terdapat 6.438 orang atau 67,7 %
dikategorikan usia produktif (15 – 59 tahun) dan 3.055 orang atau 32,3 % dapat
dikategorikan usia non produktif, kalau dihitung prosentasi angka
ketergantungannya yaitu usia non produktif dibagi usia produktif adalah 47,7 %,
berarti penduduk Kelurahan Karangasem tergantung pada usia yang produktif
dibawah 50%. Ciri kas suatu penduduk perkotaan terpenuhi dengan adanya
kepadatan penduduk yang tinggi (diatas 10.000 jiwa/km2), angka ketergantungan
yang rendah dibawah 50%. data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 dan
lampiran 3.
No. Kel. Umur Laki-laki PerempuanJumlah
Penuduk
Jumlah Kelompok
Usia
1 0 - 4 293 280 573
2 5 - 9 282 294 576
3 10 - 14 293 310 603
1.752
4 15 - 19 252 279 531
5 20 - 24 262 320 582
6 25 - 29 483 443 926
7 30 - 39 883 884 1.767
8 40 - 49 744 732 1.476
9 50 - 59 544 612 1.156
6.438
10 60 - 645 678 1.323 1.323
Jumlah 4.681 4.832 9.513 47,7 %
Tabel 5: Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem Sumber : Monografi Dinamis Kel. Karangasem Bulan Juni 2008
66
c. Sarana penyediaan air bersih.
Air bersih yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari masyarakat
Kelurahan Karangasem tidak mengalami kesulitan karena sudah tersedia jaringan
pipa air minum dari PDAM Surakarta, dan juga sumur yang diupayakan sendiri
oleh masyarakat dengan menggunakan pompa tangan (SPT) dangkal, pompa
listrik dan sumur gali. Data dari PDAM Surakarta pada bulan Juni 2008 tercatat
503 pelanggan Sambungan Rumah (SR) dari jumlah 2001 kepala keluarga yang
ada di Kelurahan Karangasem. Dengan membandingkan antara jumlah pelanggan
PDAM dengan jumlah KK yang ada di Kelurahan Karangasem diperoleh angka
25 % diantaranya sudah menggunakan jasa penyedia air bersih PDAM Surakarta
sebagai air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan sisanya 75 %
memanfaatkan sarana yang tersedia di rumah masing-masing dengan
menggunakan sumur gali, pompa tangan, dan pompa listrik.
67
3. Kondisi ATMI Surakarta
a. Lokasi
Lokasi ATMI dan SMK Mikael berada di wilayah RW07/RT01
Keluarahan Karangasem-Kecamatan Laweyan, menempati tanah seluas 3,3 ha
dipergunakan untuk aktivitas Pendidikan, Pelatihan dan Produksi. ATMI
(Akademi Tehnik Mesin Industri) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
Mikael mulai menempati bangunan tersebut sejak tahun 1968.
ATMI dan SMK Mikael adalah institusi pendidikan kejuruan dengan
menitik beratkan pendidikan prakteknya sebagai salah satu pendekatan
pembelajaran untuk memberi bekal kepada peserta didik agar memiliki
ketrampilan dibidang permesinan dan kegiatan lainnya yang memerlukan inovasi
yang terus menerus. Sebagai media pembelajaran pendidikan praktek diambil dari
benda-benda produksi yang sedang berkembang di pasar dan dibutuhkan oleh
industri. Sistem pendidikan yang dianut oleh ATMI dan SMK Mikael adalah
pendekatan dari dual system atau link and match yang lebih mendekatkan situasi
nyata dalam perusahaan atau industri, dihadirkan dalam lingkungan sekolah,
pendekatan sistem tersebut terus ditinjau dan dikembangkan, sekarang ini ATMI
dan SMK Mikael menerapkan pendekatan sistem pendidikan dan pelatihan
berbasis produksi (Production Based Eductional Training – PBET) kepada para
peserta didiknya.
Media pedidikan praktek yang berupa benda produksi tersebut
memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi banyak pihak khususnya bagi
68
para peserta didik mendapatkan bekal yang memadai karena yang dihadapi selama
mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah benda nyata yang dipergunakan oleh
dunia usaha dan dunia industri sehingga tatkala peserta yang sudah menyelesaikan
pendidikan dan terjun ke dunia usaha dan dunia industri tidak memerlukan
orientasi yang terlalu lama, pengalaman nyata yang biasanya terjadi dalam dunia
industri diperkenalkan dalam lingkungan pembelajaran.
ATMI sebagai institusi pendidikan tinggi mendidik pemuda untuk
dipersiapkan setelah menyelesaikan pendidikan mampu menempati posisi di dunia
usaha dan dunia industri pada tingkat menengah atau bahkan mampu menciptakan
lapangan kerja. Kurikulum sistem pendidikan yang diimplementasikan di ATMI
dengan perbadingan antara 33 % teori dan 67 % praktek, dengan pengertian
bahwa teori yang diberikan kepada mahasiswa terkait dengan keahlian dibidang
mesin industri terdiri dari teori dasar-dasar untuk mendukung pendidikan
prakteknya. Pendidikan praktek yang dihadapi oleh para mahasiswa adalah benda-
benda produksi yang sangat dibutuhkan oleh pasar dan atau industri, jenis dan
tingkat kesulitan pada komponen atau peralatan yang dihadapi mahasiswa sangat
tergantung dengan jenis dan tingkat kesulitan yang diberikan oleh pasar dan atau
industri ke ATMI.
ATMI sebagai institusi pendidkan tinggi dengan konsentrasi bidang
keahlian mesin industri atau teknik manufaktur memerlukan peralatan praktek
yang dipergunakan oleh mahasiswa disesuaikan dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi manufaktur. Investasi alat dan mesin untuk sarana praktek
mahasiswa memerlukan dana yang besar tetapi untuk biaya operasional
69
pendidikan prakteknya harus tidak terlalu membebani mahasiswanya. Mahasiswa
aktif pada tahun 2007 berjumlah 527 mahasiswa dengan 70 instruktur dan dosen.
b. Unit Produksi
Pada tahun 1975 ATMI menambah fasilitas produksi dengan tujuan untuk
melengkapi mesin dan peralatan praktek mahasiswa lebih bervariasi dan dapat
mengurangi ketergantungan materi praktek yang datang dari industri, karena
dengan penambahan peralatan produksi berarti ATMI menciptakan industri
sendiri.
Unit produksi yang dikembangkan ATMI adalah unit produksi untuk
pengerjaan plat dan las, yang mampu menghasilkan produk-produk standar seperti
almari besi, almari arsip, perabot untuk rumah sakit, perabot untuk sekolah dan
perbengkelan. Produk standar yang diproduksi sebagian besar menggunakan
bahan baku berupa lembaran plat (sheet metal) dengan ketebalan dari 0,8 sampai
dengan 6 mm. Unit produksi dikelola secara industri terbagi dalam beberapa
bagian unit kerja antara lain penerimaan pesanan, perancangan produk, penyiapan
bahan baku, penyiapan alat-alat kerja, pembuatan dokumen pengerjaan, dan
proses fabrikasinya.
Urutan proses produksi pengerjaan plat dan las secara garis besar
ditunjukkan pada gambar 4 yang terdiri dari (1)proses pemotongan plat,
(2)pembuatan lubang, (3)penekukan, (4)pengelasan, (5)pencucian, (6)pengecatan,
(7)Pemanasan, (8)pendinginan, (9)perakitan dan (10)pengepakan.
70
(1) Pada proses pemotongan plat tersedia dua jenis mesin potong yaitu
mesin potong khusus untuk memotong plat yang dikemas dalam
bentuk gulungan (coil) dan mesin potong untuk memotong material
yang dikemas dalam lembaran dengan ukuran yang standar di pasar
dengan ukuran 4 feet x 8 feet (1220 mm x 2440 mm) x tebal plat. Pada
proses pemotongan plat ini akan meninggalkan limbah yang berupa
sisa potongan plat, limbah dari proses ini masih dapat dikumpulkan
dan dapat didaur ulang.pembuatan lubang meninggalkan limbah
produksi yang berupa sisa potongan plat yang masih dapat di daur
ulang,
(2) proses pembuatan lubang tersedia mesin yang yang dapat diprogram
urutan proses pelubangannya dan juga tersedia mesin-mesin pelubang
konvensional, limbah dari proses pembuatan lubang ini adalah material
sisa pelubangan yang dapat ditampung dan dapat didaur ulang.
(3) Proses penekukan plat adalah proses mengubah bentuk dari plat yang
sebelumnya datar menjadi bentuk siku (bersudut), urutan proses dapat
diprogram pada mesin tekuk CNC (Computer Numerical Control),
atau dikerjakan pada mesin konvensional. Proses penekukan ini tidak
meninggalkan limbah sisa proses penekukan.
(4) Proses pengelasan adalah proses penggabungan bagian-bagian
komponen yang terdiri dari dua atau lebih dengan menggunakan proses
pemanasan dan bahan tambah pada proses pengelasan gas. Untuk
71
proses pengelasan listrik dengan elektroda akan meningalkan limbah
berupa kerak/kulit las pelindung terjadinya proses oksidasi.
(5) Proses pencucian adalah awal dari proses perlakuan permukaan dari
plat logam sebelum dilakukan proses pelapisan dengan cat. Pada
proses ini meninggalkan limbah, yang berupa air limbah cucian yang
akan di teliti parameternya apakah melebihi baku mutu air limbah yang
ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.
(6) Proses pengecatan adalah proses pelapisan permukaan dengan bahan
cat untuk memberi perlindungan pada permukaan plat logam terhadap
proses percepatan oksidasi dan timbulnya korosi. Pada proses ini
meninggalkan limbah berupa sisa butiran cat yang di semprotkan pada
permukaan logam yang terkumpul dalam dasar kabin pengecatan dan
selanjutnya dihisap dan dikumpulkan dalam tabung (dust collector).
Sisa bahan cat dapat dipergunakan lagi sampai habis sejauh belum
melalui proses pemanasan.
(7) Proses pemanasan (curing) dengan temperatur kerja 180oC
berlangsung dalam waktu 20 menit, proses ini bertujuan untuk
mencairkan butiran cat menempel pada pada permukaan plat yang
dicat. Pada proses ini tidak meninggalkan limbah, sumber panas dari
hasil pembakaran gas LPG disirkulasikan didalam oven pemanas.
(8) Proses pendinginan dilaksanakan secara lambat dalam temperatur
ruang dengan tujuan untuk melindungi permukaan cat sesuai yang
72
diinginkan dan tahan gores. Pada proses pendinginan meninggalkan
limbah pelepasan panas dari produk yang dicat.
(9) Proses perakitan dilaksanakan setelah produk yang keluar dari oven
pemanas sudah dingin. Proses perakitan tidak meninggalkan limbah
(10) Proses pengepakan dilakukan pada produk yang telah selesai dari
proses perakitan dan pengujian terhadap fungsi dan kualitas. Pada
proses pengepakan ini limbah yang dihasilkan adalah sisa pembungkus
dan potongan kayu untuk kotak pengaman produk
Dari 10 proses kerja bengkel produksi diatas peneliti akan membahas lebih
terperinci pada proses pencucian logam, proses pencucian logam adalah salah satu
proses penting untuk membersihkan kotoran yang melekat pada permukaan logam
sebelum dilakukan proses pengecatan. Kotoran yang melekat permukaan logam
diantaranya berupa minyak, debu, dan karat (rust) yang terjadi karena proses
oksidasi pada permukaan logam.
Proses pencucian permukaan logam atau lebih umum dalam industri
disebut proses pretreatment, Proses pretreatment secara sederhana terdiri dari
proses Pickling, Water Rinse, Phosphating, dan Water Rinse. Pickling adalah
proses penghilangan karat pada permukaan logam biasanya menggunaka Acid
Base sehingga biasanya disebut Acid Pickling atau Rust Remover. Adapun bahan
bahan kimia yang biasanya dipakai untuk proses ini adalah HCl, H3PO4
(phosphoric Acid), H2SO4 (Asam Sulfat). Water Rinse adalah proses setelah
Pickling untuk membersihkan permukaan metal dari sisa larutan Acid Pickling
73
menggunakan air bersih. Phosphating adalah proses utama dalam proses
Pretreatment, pada proses ini terjadi reaksi kimia antara metal dan larutan
phosphating yang menghasilkan lapisan (coating) yang dapat mencegah proses
korosi atau karat serta dapat meningkatkan daya adhesive terhadap proses
pengecatan (painting). Water Rinse setelah proses Phosphating ini bertujuan
untuk menghilangkan sisa-sisa larutan phosphating yang masih terdapat pada
material, sehingga permukaan logam menjadi netral kadar keasamanannya atau
tidak terkontaminasi. Sisa dari air bilasan (water rinse) pada proses ini langsung
dibuang atau dikembalikan ke tangki water rinse proses sebelumnya.
Air limpasan/air limbah dari proses pencucian (water rinse) dialirkan ke
saluran pembuangan, atau saluran drainase dalam area kampus, selanjutnya air
limbah yang keluar dari kampus akan bercampur dengan air limbah rumah tangga
dan air irigasi yang berada di pinggir jalan Duwet. Jalan Duwet adalah jalan
perbatasan antara Kodya Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo, lebar jalan
Duwet sekitar 8 meter, jarak rumah penduduk Desa Mendungan Kelurahan
Pabelan dengan jalan Duwet terdekat 7 meter dari tepi jalan.
Sesuai dengan topografi dan kontur tanah yang ada di sekitar area
penelitian diketahui bahwa arah aliran air dalam saluran itu mengalir kearah timur
dan bertemu dengan saluran air yang mengalir dari arah utara ke selatan. Saluran
air pembuangan rumah tangga dan sisa dari irigasi dari arah utara tersebut adalah
batas antara wilayah RW06 dengan RW03 Kelurahan Karangasem, dan untuk
bagian selatan saluran air pembuangan rumah tangga bertambah lebar, dan
menjadi batas antara wilayah Kelurahan Karangasem dengan wilayah Kelurahan
74
Pabelan Kabupaten Sukoharjo, dan selanjutnya aliran air mengarah ke selatan
menuju ke Sungai Kleco.
Kondisi infrastruktur saluran pembuangan limbah yang berada di samping
jalan Duwet dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Dinding saluran limbah bagian selatan di bangun dengan pasangan
batu kali yang kuat dan kondisinya masih baik
2. Dinding saluran bagian utara menjadi satu dengan pondasi pagar
bangunan ATMI, kondisinya sudah mengalami renovasi pada beberapa
bagian-bagian.
3. Pada saat pengambilan sampel air, aliran air limbah sangat lambat,
karena dibagian timur jembatan ada timbunan sampah
4. Ikan-ikan kecil mampu hidup dengan bebas dalam saluran
pembuangan.
5. Rumput tumbuh subur di dasar saluran bagian utara pada musim
kemarau.
75
Gambar 4. Alur Proses Kerja Bengkel Produksi ATMI
76
4. Air Limbah Bengkel Produksi
Air limbah yang akan diuji adalah air limbah yang keluar dari proses
mesin cuci (washing machine) merk “Lauten Egger” produksi Swiss yang bekerja
secara otomatis, proses kerja mesin cuci terdiri dari proses lapisan phosphat
(phosphating) dan proses pembilasan (Water Rinse) dengan air tawar.
Bahan kimia yang dipergunakan pada proses Phosphating adalah
campuran antara Palfos 525T dengan air, komposisi campuran yang dianjurkan
oleh produsen bahan kimia adalah 7 kg Palfos 525T dengan 1.000 liter air.
Sehingga untuk pembentuk coating iron phosphat dengan kebutuhan volume air
3000 liter, diperlukan Palfos 525T sebanyak 21 kg. Untuk pengendalian kadar
keasaman (pH = 4,5 – 5,5), agar reaksi kimia berjalan dengan baik (acid consum
proces), ditambahkan coastic soda atau soda ash sesuai dengan kebutuhan dan
petunjuk yang dipersyaratkan.
Temperatur kerja larutan iron phosphat berkisar antara 40 – 45 oC, proses
pelapisan dilaksanakan dengan menyemprotkan larutan iron phosphat ke seluruh
permukaan logam yang dicuci secara otomatis dalam waktu 1-3 menit dengan
tekanan 0,8-1,0 kg/cm2.
Konsentrasi larutan iron phosphat dikendalikan angka keasamannnya
dengan penambahan soda api, apabila penambahan Palfost dan coustic soda sudah
77
tidak mampu mengendalikan angka pH= 4,5 - 5,5, maka larutan iron phosphat
harus diganti dengan larutan baru. dan larutan lama diendapkan sekitar 45 hari
untuk mengurangi padatan yang tercampur dalam larutan, setelah angka
keasamannya pH>7, warna air limbah netral, air limbah dibuang ke saluran
pembuangan.
Air bilasan untuk membersihkan sisa larutan pada proses phosphating,
ditampung dalam bak penampung untuk dilakukan pengendapan padatan selama
dua hari, setelah dilakukan pemeriksaan parameter keasaman pH>7, air bilasan
dibuang ke saluran drainase. Volume air bilasan yang dibuang setiap dua hari
3.000 – 4.000 liter.
Data primer dalam penelitian ini adalah parameter air limbah dibuang dan
perameter air sumur, data air limbah diambil sampel dari air limbah yang dibuang
ke saluran drainase pada lokasi K, air selokan yang ada diluar pagar pada lokasi L,
dan air sumur yang berada di sekitar saluran pembuangan, peta pengambilan
sampel air secara lengkap ditunjukkan pada gambar 5.
Pengambilan sampel dilakukan tanggal 13 Juni 2008 pada jam 09.00 –
10.30 di lokasi penelitian. Pengukuran data lapangan terdiri dari pH sesaat,
temperatur sampel, temperatur lingkungan, kedalaman sumur, kedalaman muka
air dari tanah, jarak lubang sumur dari saluran pembuangan air limbah dan atau
dari selokan. Hasil pengukuran lapangan selengkapnya ditunjukkan pada tabel 6.
78
Temperatur [oC]
NoLokasi
Pengambilan Sampel Ling-
kunganAir
pH
Kedalaman sumur
dari muka tanah[m]
Kedalaman muka Air
[cm]
Jarak dari
Outlet [m]
Jarak dari
Saluran [m]
1 Sumur -A 29,2 27,4 5,9 5,0 129 25 7,5
2 Sumur -B 29,2 27,7 6,4 4,2 123 50 2,2
3 Sumur -C 30,2 26,8 6,4 4,2 125 75 2,2
4 Sumuri -D 30,2 26,6 6,3 6,0 136 100 0,5
5 Sumur -E 30,2 26,2 6,1 4,2 160 125 3,5
6 Sumur -F 30,2 25,6 6,4 4,0 179 150 3,5
7 Sumuri -G 29,2 26,5 6,4 13,0 187 175 8,3
8 Sumur -H 31,0 27,4 6,7 3,75 176 200 3,2
9 Sumur -I 31,0 27,1 6,0 12 ttd 215 10,5
10 Sumur -J 31,1 27,4 6,1 12 ttd 235 16,5
11 Air limbah -K 31,5 27,2 6,1 110 1 0
12 Air Selokan –L 31,1 25,2 7,0 120 175 0
Tabel 6. Data Pengambilan Sampel air limbah dan air sumur
79
Gambar 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur
80
B. Deskripsi Data Penelitian
1. Hasil Pengujian Air Limbah Bengkel Produksi
a. Air Limbah Yang Dibuang Kedalam Saluran Pembuangan
Air limbah yang diambil dari lokasi K adalah air bilasan proses pencucian
yang dikeluarkan dari mesin cuci, hasil pengujian parameter air limbah yang
dibuang ditunjukkan pada tabel 7.
Hasil Pengujian
Baku MutuNo. Parameter Satuan
Air Limbah Gol I Gol II
I FISIKA
1 Temperatur/Temperature °C 27,2 38 38
2 TDS/Total Disolved Solids mg/L 658 2000 4000
3 TSS/Total Suspended Solids mg/L 47 100 200
II KIMIA
1 pH - 7,02 6,0-9,0
2 Besi/Iron mg/L 0,222 5 10
3 Mangan/mangane mg/L 0,007 2 5
4 Kadmium/Cadmium mg/L Ttd 0,05 0,1
5 Seng/Zinc mg/L 0,001 5 10
6 Timbal/Lead mg/L Ttd 0,1 1
7 Tembaga/Copper mg/L Ttd 2 3
8 Nikel/Nickel mg/L Ttd 0,2 0,5
9 Krom Total/Total Chromium mg/L Ttd 0,5 1
10 Nitrat/Nitrate (NO3-N) mg/L 0,052 20 30
11 Nitrit/Nitrite (NO2-N mg/L 0,092 1 3
12 NH3-N/Ammonia mg/L 7,387 1 5
13 COD/Chemical Oxygen Demand mg/L 88,6 100 250
14 BOD/Biochemical Oxygen Demand mg/L 29,6 50 100
Tabel 7. Hasil Pengujian Air Limbah yang dibuang
b. Air Selokan
Air selokan yang diteliti diambil dari lokasi L adalah air gabungan antara
air limbah yang keluar dari bengkel produksi ATMI, air buangan dari rumah
tangga, dan air sisa irigasi dari sawah, yang mengalir lambat dalam selokan, hasil
pengujian laboratorium ditunjukkan pada tabel 8.
81
Hasil Pengujian
Baku MutuNo. Parameter Satuan
Air Selokan Gol I Gol II
1 Temperatur/Temperature °c 27,2 38 38
2 TDS/Total Disolved Solids mg/L 322 2000 4000
3 TSS/Total Suspended Solids mg/L 43,5 100 200
1 pH - 7,21 6,0-9,0
2 Besi/Iron mg/L 0,049 5 10
3 Mangan/mangane mg/L 0,019 2 5
4 Kadmium/Cadmium mg/L Ttd 0,05 0,1
5 Seng/Zinc mg/L 0,006 5 10
6 Timbal/Lead mg/L Ttd 0,1 1
7 Tembaga/Copper mg/L Ttd 2 3
8 Nikel/Nickel mg/L Ttd 0,2 0,5
9 Krom Total/Total Chromium mg/L Ttd 0,5 1
10 Nitrat/Nitrate (NO3-N) mg/L 0,0532 20 30
11 Nitrit/Nitrite (NO2-N mg/L 0,275 1 3
12 NH3-N/Ammonia mg/L 6,448 1 5
13 COD/Chemical Oxygen Demand mg/L 21,4 100 250
14 BOD/Biochemical Oxygen Demand mg/L 9,00 50 100
Tabel 8. Hasil Pengujian Air Selokan
2. Hasil Pengujian Air Sumur
Air sumur yang dipergunakan sebagai sampel untuk pengujian kualitas air
sumur diambil dari sumur pantau di lokasi A,B,C,E,F,dan H, sumur di lokasi D
yang berada di sebelah barat garasi mobil, sumur disebelah selatan gedung teori di
lokasi G, sumur untuk warung di lokasi I dan J yang dipergunakan untuk
keperluan air bersih warung makanan, berada di depan kampus.
Hasil pengujian kualitas air sumur secara Fisika dan Kimia ditunjukkan
secara lengkap pada tabel 9, prosedur pengujian mengunakan metode standar
pengukuran berdasarkan SNI, dan rekaman hasil pengujian air sumur dari
laboratorium ada dalam lampiran 6.
82
Hasil Analisis Air Sumur No Parameter Satuan
A B C D E F G H I JBaku Mutu Metode
I. FISIKA
1 Temp. °c 27,1 27,21 27,1 27 27,4 27,0 26,9 27,0 26,8 26,9Suhu Udara
± 3°SNI 06-6989.23-2005
2 TDS mg/L 277 275 264 402 358 277 256 236 241 242 1500 SNI 06-6989.27-2005
II. KIMIA
3 pH - 6,690 6,910 6,750 6,880 6,620 7,030 6,890 7,100 6,950 6,840 6,5 – 9 SNI 06-6989.11-2004
4 Fe mg/L Ttd 0,056 Ttd 0,703 Ttd 0,003 Ttd 0,003 Ttd Ttd 1,0 SNI 06-6989.4-2004
5 Mn mg/L 0,229 0,715 0,132 0,292 0,271 0,442 0,125 0,043 0,114 0,194 0,5 SNI 06-6989.5-2004
6 Cd mg/L Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd 0,005 SNI 06-6989.16-2004
7 Zn mg/L 0,016 0,112 0,037 0,028 0,033 0,028 0,023 0,018 0,016 0,024 15 SNI 06-6989.7-2004
8 Pb mg/L Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd 0,05 SNI 06-6989.8-2004
9 Cu mg/L Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd - SNI 06-6989.6-2004
10 NO3 mg/L 0,560 0,055 0,127 1,644 0,686 0,333 0,802 1,056 0,770 0,087 10 SNI 06-2480-1991
11 NO2 mg/L 0,044 0,016 0,006 0,362 0,021 0,014 0,006 0,027 0,011 0,007 1,0 SNI 06-6989.9-2004
12 SO4 mg/L 0,254 0,285 0,191 0,129 0,191 0,254 0,160 0,066 0,097 0,034 400 SNI 06-6989.20-2004
13 Clor mg/L 12,5 11,1 9,88 29,10 35,0 16,0 12,7 16,1 14,2 14,5 600 SNI 06-6989.19-2004
14 CaCO3 mg/L 48,4 72,6 57,0 70,8 56,4 82,4 73,2 74,2 59,2 56,4 500 SNI 06-6989.12-2004
Tabel 9. Hasil Pegujian Air Sumur
83
C. Pembahasan
1. Analisis kualitas air limbah dan air selokan terhadap baku mutu air
limbah Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.
a. Air Limbah
Dari hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa kadar parameter
TDS dalam air limbah yang dibuang = 658 mg/L, lebih rendah dari batas baku
mutu air limbah golongan I=2000 mg/L. Kadar parameter TSS dalam air limbah =
47 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 100 mg/L.
Kadar keasaman pH = 7,21 dalam batas normal. Kadar besi (Fe) yang terlarut
dalam air limbah =0,222 mg/L lebih rendah dari batas baku mutu air limbah
golongan I = 5 mg/L. Kadar mangan (Mn) yang terlarut dalam air limbah = 0,007
mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 2 mg/L. Kadar
seng (Zn) yang terlarut dalam air limbah = 0,001 mg/L, lebih rendah dari batas
baku mutu air limbah golongan I = 5 mg/L.
Kadar logam-logam barat Cr, Pb, Cu,, Ni dan Cd yang terlarut dalam air
limbah tidak terdeteksi dalam pengujian di Laboratorium Pusat MIPA.
Kadar nitrat (NO3) yang terlarut dalam air limbah = 0,052 mg/L, lebih
rendah dari batas baku mutu airl limbah golongan I = 20 mg/L. Kadar nirit (NO2)
yang terlarut dalam air limbah = 0,092 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu
air limbah golongan I = 1 mg/L
Kadar parameter amonia (NH3)= 7,387 mg/L, melebihi batas baku mutu
air limbah golongan I= 1 mg/L dan golongan II= 5 mg/L.
84
Kadar parameter COD dalam air limbah = 88,6 mg/L lebih rendah dari
angka baku mutu air limbah golongan I= 100 mg/L. Kadar parameter BOD dalam
air limbah = 29,6 mg/L lebih rendah dari angka baku mutu air limbah golongan I=
50 mg/L.
Dengan merujuk Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang
Belum Ada Baku Mutunya, terhadap air limbah yang dibuang ke badan air
memiliki jumlah kadar ammonia (NH3) yang terlarut dalam air limbah bengkel
produksi, melebihi batas baku mutu yang ditetapkan.
b. Air Selokan
Dari hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa kadar parameter
TDS dalam air selokan = 322 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah
golongan I=2000 mg/L. Kadar parameter TSS dalam air selokan = 43,5 mg/L,
lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 100 mg/L. Kadar
keasaman pH = 7,02 dalam batas normal. Kadar besi (Fe) yang terlarut dalam air
selokan =0,049 mg/L lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 5
mg/L. Kadar mangan (Mn) yang terlarut dalam air limbah = 0,019 mg/L, lebih
rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 2 mg/L. Kadar seng (Zn)
yang terlarut dalam air selokan = 0,006 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu
air limbah golongan I = 5 mg/L.
Kadar logam-logam barat Cr, Pb, Cu,, Ni dan Cd yang terlarut dalam air
limbah tidak terdeteksi dalam pengujian di Laboratorium Pusat MIPA.
85
Kadar nitrat (NO3) yang terlarut dalam air selokan = 0,0532 mg/L, lebih
rendah dari batas baku mutu airl limbah golongan I = 20 mg/L. Kadar nirit (NO2)
yang terlarut dalam air selokan = 0,275 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu
air limbah golongan I = 1 mg/L
Kadar parameter amonia (NH3)= 6,448 mg/L, melebihi batas baku mutu
air limbah golongan I= 1 mg/L dan golongan II= 5 mg/L.
Kadar parameter COD dalam air selokan = 21,4 mg/L lebih rendah dari
angka baku mutu air limbah golongan I= 100 mg/L. Kadar parameter BOD dlam
air selokan = 9 mg/L lebih rendah dari angka baku mutu air limbah golongan I=
50 mg/L.
Dengan merujuk Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang
Belum Ada Baku Mutunya, terhadap air selokan yang mengalir dipinggir jalan
Duwet memiliki kandungan jumlah kadar ammonia (NH3) yang terlarut dalam air
selokan, melebihi batas baku mutu yang ditetapkan.
Tentang ammonia yang terlarut dalam air limbah dan air selokan
jumlahnya melebihi batas baku mutu air limbah yang ditetapkan. Maka perlu
dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan kadar ammonia yang terlarut. Untuk
menurunkan kadar ammonia yang terlarut dalam air sudah ada beberapa metode.
Untuk mengetahui ammonia, dalam (1) ATSDR(Agency for Toxic
Substances & Disease Registery), 2004 didefinisikan bahwa ammonia terjadi
secara alami dan salah satunya dapat diproduksi oleh aktivitas manusia, amoniak
adalah suatu sumber zat lemas yang penting yang diperlukan oleh binatang dan
86
tumbuhan. Amoniak ditemukan di seluruh lingkungan udara, air, lahan, binatang,
tumbuhan. Amoniak tidak bertahan sangat lama di dalam lingkungan itu tetapi
dengan cepat akan diambil oleh tumbuhan, bakteri, dan binatang. Amoniak tidak
membentuk rantai makanan, tetapi melayani kebutuhan sebagai bahan gizi untuk
bakteri dan tumbuhan. Gas amoniak dapat dilarutkan dalam air. Jenis amoniak ini
disebut amoniak cair atau amoniak mengandung air. Suatu kali muncul di udara
terbuka, amoniak cair dengan cepat berubah menjadi gas.(www.atsdr.cgc.gov)
(2).Totok Sutrisno dalam bukunya Teknologi Penyediaan Air Bersih
menerangkan bahwa terdapatnya ammonia dalam air, erat hubungannya dengan
siklus pada N di alam ini, bahwa ammonia dapat terbentuk dari:
a. Dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung N baik yang
berasal dari hewan (misal faeses) oleh bakteri.
b. Hydrolisa urea yang terdapat pada urine hewan
c. Dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuh-tumbuhan yang mati
oleh bakteri
d. Dari N2 atmosfir melalui pengubahan N2O5 oleh loncatan listrik di
udara menjadi HNO3, karena persatuannya dengan air, dan selanjutnya
jatuh di tanah karena hujan, dan selanjutnya akan terdekomposisi
bakteri akhirnya akan terbentuk ammonia.
e. Dari reduksi NO2 oleh bakteri.
Ammonia merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam
dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah
menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut.(Totok Sutrisno, 2004:43).
87
(3). Services Laboratory SEAMEO BIOTROP dalam websitenya
http://www.biotrop.org, atas Pertanyaan: bagaimana cara menurunkan kadar
amonia dalam limbah cair, diberikan jawaban sebagai berikut:
Beberapa metode untuk menurunkan kadar amonia (NH3) dalam air limbah yang
sering digunakan adalah :
1. Air limbah dalam kolam penampungan diberi Aerasi dengan cara
dispraykan ke udara atau dibikin jerap-jerap sehingga kontak dengan
udara lebih cepat. (karena amonia ini sifatnya volatil/mudah menguap
diharapkan dengan cara tersebut, amonia akan cepat menguap.
2. Air limbah diproses secara kimia yaitu penambahan koagulan dan
flokulan sehingga amonia dalam air limbah dapat dibuat endapan yang
tidak larut dalam air dan endapannya ini bisa dipisahkan dengan air.
3. Dengan penyaringan dengan media bisa karbon aktif, batu kapur dan
pasir.
2. Analisis kualitas air sumur terhadap baku mutu air bersih berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih.
Berdasarkan Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Bersih dalam
lampiran 10, hasil pengujian laboratorium dari kualitas air sumur secara Fisika
dan Kimia dianalisis berdasarkan Baku Mutu Air Bersih sebagai berikut:
88
a. TDS (Total Disolved Solid)
Dari gambar 6 ditunjukkan hasil pengujian kadar TDS yang terlarut dalam
air sumur, kadar TDS tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi D(100) = 402
mg/L dan TDS terendah dari air sumur lokasi H(200) = 236 mg/L, rata-rata kadar
TDS air sumur = 282,8 mg/L, nilai TDS terukur masih lebih rendah dari batas
baku mutu air bersih yang ditetapkan =1500 mg/L.
Total Disolved Solid (TDS)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Kad
ar T
DS
[m
g/L
]
Gambar 6. Grafik kadar TDS air sumur
Jumlah zat padat yang terlarut dalam air biasanya terdiri atas zat organik,
garam anorganik dan gas terlarut. Bila kadar TDS bertambah maka tingkat
kesadahan air akan naik. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap
kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Sumirat J,
2004:112). Bahan padatan yang tersisa sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 1030 – 1050 C. Kandungan tota zat padat pada portable
water biasanya dalam rentang 20 – 1000 mg/L, dan sebagai pedoman, kekerasan
dari air akan meningkat dengan meningkatnya total solids. Pada semua bahan cair,
89
jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat
sesuai dengan derajat dari pencemaran(Totok Sutrisno, 2004:33).
b. Keasaman (pH)
Dari gambar 7 ditunjukkan hasil pengujian kadar keasaman (pH), dari air
sumur yang diukur menunjukkan bahwa pH tertinggi ditunjukkan dari air sumur
lokasi H(100) dengan pH= 7,1 dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi
E(125) dengan pH= 6,62, rata-rata pH dari 10 air sumur yang diukur adalah 6,866.
jadi kadar keasaman pH berada dalam batas normal yang ditetapkan pH = 6,5 – 9.
KEASAMAN - pH
6,300
6,400
6,500
6,600
6,700
6,800
6,900
7,000
7,100
7,200
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
pH
Gambar 7. Grafik kadar keasaman pH air sumur
Sebagai satu faktor lingkungan ang dapat mempengaruhi pertumbuhan
atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum.
Kebanyakan mikroorganisme tumbuh dengan baik pada pH 6,0 – 8,0. pengaruh
yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air dalam
hal pH yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan
dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air, dan menyebabkan beberapa
90
senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan(Totok
Sutrisno, 2004:33)
c. Besi (Fe)
Dari gambar 8 ditunjukkan hasil pengujian kadar besi (Fe) yang terlarut
dalam air sumur, kadar besi (Fe) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi
D(100)= 0,703 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi A,C,E,G,I,
dan J masing-masing kadar Fe terendah = 0.000 mg/L, rata-rata kadar Fe yang
terlarur dalam air sumur = 0,0765 mg/L. Jadi kadar Fe dari air sumur masih lebih
rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 1 mg/L.
KADAR BESI /Iron - Fe
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,800
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Ju
mla
h B
es
i da
lam
air
[m
g/L
]
Gambar 8. Grafik kadar besi (Fe) air sumur
Konsentrasi kadar besi yang terlarut dalam air lebih besar dari 1 mg/L
dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa tidak
enak pada minuman. Dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan
cucian. Dalam jumlah kecil, unsur besi diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-
91
sel darah merah, tetapi dalam jumlah besar dapat merusak dinding usus (Sumirat
J, 2004: 114)
d. Mangan (Mn)
Dari gambar 9 ditunjukkan hasil pengujian kadar mangan (Mn) terlarut
dalam air sumur, kadar mangan (Mn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi
B(50) = 0,715 mg/L dan kadar mangan (Mn) terendah ditunjukkan dari air sumur
lokasi H(200) = 0,043 mg/L, rata-rata kadar mangan (Mn) terlarut adalah =
0,2557 mg/L. Jadi air sumur lokasi B(50) memiliki kadar mangan Mn yang
terlarut melebihi batas baku muku air bersih yang ditetapkan = 0,5 mg/L.
KADAR MANGAN (mangan) - Mn
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
kad
ar M
ang
an [
mg
/L]
Gambar 9. Grafik kadar mangan (Mn) dalam air sumur
Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/L, dapat menyebabkanrasa
yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-kecoklatan pada
pakaian. Pada kesehatan, Mn dapat juga menyebabkan kerusaan hati (Totok
Sutrisno, 2004: 38, Sumirat J, 2004: 114)
92
Hanya air sumur lokasi B(50) mengandung kadar mangan 0,715 mg/L,
melebihi baku mutu air bersih. Memperhatikan struktur tanah dan lokasi sumur
dalam area penelitian, bahwa sumur lokasi B adalah sumur pantau yang sengaja
dibuat untuk penelitian.
Lapisan tanah di lokasi sumur tersebut berwarna hitam kecoklatan,
berpasir halus, disebelah timur dari sumur dulunya adalah tempat penimbunan
material sisa bangunan. Sehingga dimungkinkan bahwa kandungan mangan dalam
air sumur di lokasi B tersebut berasal dari endapan terlarutnya sisa-sisa material
disekitar sumur tersebut.
e. Cadmium (Cd)
Kadar Cadmium (Cd) yang terlarut dalam air sumur pada pengujian
kualitas sampel air, tidak terdeteksi adanya kadar Cadmium (Cd) yang terlarut
dalam air sumur.
f. Seng (Zn)
Dari gambar 10 ditunjukkan hasil pengujian kadar seng (Zn) yang terlarut
dalam air sumur, kadar seng (Zn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B
(50) = 0,112 mg/L dan terendah dari air sumur lokasi A (25) dan I (225) = 0,016
mg/L, rata-rata kadar seng (Zn) yang terlarut dalam air sumur adalah= 0,0335
mg/L. Kadar seng yang terlarut dalam air sumur lebih rendah dari batas baku
mutu air yang ditetapkan= 15 mg/L.
93
SENG (Zink) - Zn
0,000
0,020
0,040
0,060
0,080
0,100
0,120
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Ka
da
r S
en
g [
mg
/L]
Gambar 10. Grafik kadar seng (Zn) dalam air sumur
Unsur seng dalam jumlah kecil penting dan berguna dalam metabolisme,
dengan kebutuhan perhari 10 – 15 mg. Karena kekurangan Zn dapat menyebabkan
hambatan pada pertumbuhan anak. Dalam jumlah besar unsur ini dapat
menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum. (Totok Sutrisno, 2004: 39).
g. Timah Hitam (Pb) dan Tembaga (Cu)
Kadar Timah hitam (Pb) dan Tembaga (Cu) yang terlarut dalam air sumur
pada pengujian kualitas sampel air, tidak terdeteksi adanya kadar Pb dan Cu yang
terlarut dalam air sumur.
h. Nitrat (NO3-N)
Dari gambar 11 ditunjukkan hasil pengujian kadar nitrat (NO3-N) yang
terlarut dalam air sumur, kadar nitrat (NO3-N) tertinggi ditunjukkan dari air
sumur lokasi D (100) =1,644 mg/L dan kadar nitrat terendah ditunjukkan dari air
94
sumur lokasi B (50) = 0,055 mg/L, rata-rata kadar nitrat yang terlarut dalam air
sumur = 0,612 mg/L, kadar nitrat (NO3-N) yang terlarut dalam air sumur lebih
rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan= 10 mg/L.
KADAR NITRAT (Nitrate) - NO3
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Kada
r Nitr
at [m
g/L]
Gambar 11. Grafik kadar nitrat (NO3-N) dalam air sumur
Sebagaimana halnya pada ammonia, adanya NO3 dalam air adalah
berkaitan erat dengan siklus nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat
diketahui bahwa nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfir maupun dari pupuk-
pupuk (fertillizer) yang digunakan, dan dari oksidasi NO2- oleh bakteri dari
kelompok nitrobacter.
Mengingat lapisan tanah wilayah Surakarta pada umumnya merupakan
lapisan alluvial. Tanah alluvial mempunyai parameter mineral dan organisme
yang cukup, tanah ini merupakan campuran dari tanah liat dengan pasir halus
yang berwarna hitam kelabu, memiliki daya penahan air yang cukup baik dan
struktur tanah cukup baik untuk menyerap air hujan.
Oleh sebab itu nitrat yang kelebihan dari yang dibutuhkan oleh kehidupan
tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah. Sebab tanah tidak
95
mempunyai kemampuan untuk menahannya. Hal ini dapat mengakibatkan
terdapatnya konsentrasi nitrat yang relatif tinggi pada air tanah.
i. Nitrit (NO2-N)
Dari gambar 12 ditunjukkan kadar nitrit (NO2-N) yang terlarut dalam air
sumur, kadar nitirt (NO2-N) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi D (100) =
0,362 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi C dan G (75, 175) =
0,006 mg/L, rata-rata kadar nitrit yang terlarut dalam air sumur = 0.0514 mg/L,
kadar NO2-N yang terlarut dalam air sumur masih lebih rendah dari batas baku
mutu air bersih yang ditetapkan= 1 mg/L.
KADAR NITRIT (Nitrite) - NO2
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0,300
0,350
0,400
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Kad
ar N
itrit
[mg/
L]
Gambar 12. Grafik kadar nitrit (NO2-N) dalam air sumur
Efek terhadap kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan oleh kandungan
nitrit ini dalam air adalah serupa dengan apa yang diakibatkan oleh nitrat, yaitu
dapat menyebabkan terbentuknya methemoglobine, karena reaksi antara nitrit.
dengan hemoglobin. Methemoglobine dapat menghambat jalannya oksigen dalam
96
tubuh, dan pada bayi akan menyebabkan kekurangan oksigen, maka mukanya
akan tampak membiru, dan karenanya dikenal sebagai penyakit blue babies.
j. Sulfat (SO4)
Dari gambar 13 ditunjukkan kadar sulfat (SO4) yang terlarut dalam air
sumur, kadar sulfat (SO4) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B (50) =
0,285 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi J (235) = 0,034 mg/L,
rata-rata kadar sulfat (SO4) yang terlarut dalam air sumur = 0,1661 mg/L, kadar
sulfat (SO4) lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 400
mg/L.
KADAR SULFAT (Sulphate) - SO4
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0,300
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Ka
da
r S
ulf
at
[mg
/L]
Gambar 13. Grafik kadar sulfat (SO4) dalam air sumur
Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia
merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air unutk umum. Konsentrasi
sulfat yang cukup besar dapat berpengaruh dalam pencucian perut. US public
health service standard menyatakan satu batas yang tinggi 250 mg/L dalam air
yang digunakan untuk konsumsi manusia.
97
Sulfat merupakan suatu bahan yang perlu dipertimbangkan, sebab secara
langsung merupakan penanggung jawab dalam dua problem yang serius yang
sering dihubungkan dengan penanganan air bekas. Masalah yang terjadi berupa
masalah bau dan masalah korosi pada perpipaan yang diakibatkan dari reduksi
sulfat menjadi hidrogen sulfide (H2S) dalam kondisi anaerobik. Hidrogen sulfide
selanjutnya akan bereaksi dengan oksigen menjadi asam kuat (H2SO4). Asam kuat
ini selanjutnya akan dapat bereaksi dengan logam-logam sehingga terjadi apa
yang dinamakan proses korosi.
Konsentrasi standar menurut Peraturan Menteri Kesehatan untuk SO4
dalam air bersih sebesar 400 mg/L
k. Khlorida (Cl)
Dari gambar 14 ditunjukkan kadar khlorida (Cl) yang terlarut dalam air
sumur, kadar khlorida (Cl) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi E (125) =
35 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi C (75) = 9,88 mg/L, rata-
rata kadar Khlorida (Cl) yang terlarut dalam air sumur = 17,108 mg/L. Kadar
klorida (Cl) yang terlarut dalam air sumur lebih rendah dari batas baku mutu air
bersih yang ditetapkan = 600 mg/L.
Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi
manusia. US Public Health Service menyatakan bahwa klorida hendaknya dibatasi
sampai 250 mg/L dalam air yang digunakan oleh umum. Klorida dalam jumlah
kecil dibutuhkan untuk disinfectan (Totok Sutrisno, 2004:40)
98
KLORIDA (Chloride) - Cl
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Ka
da
r K
lori
da
[m
g/L
]
Gambar 14. Grafik kadar klorida (Cl) dalam air sumur
l. Kesadahan (CaCO3)
Dari gambar 15 ditunjukkan kadar Kesadahan(CaCO3) air sumur, kadar
kesadahan (CaCO3) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi F (150) = 82,4
mg/L dan kesadahan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi A (25) = 48,4
mg/L, rata-rata kadar kesadahan (CaCO3) air sumur = 65,062 mg/L. Kadar
kesadahan(CaCO3) lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan =
500 mg/L.
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan
tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah
dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur. Wilayah
Surakarta pada umumnya merupakan lapisan alluvial. Tanah alluvial mempunyai
parameter mineral dan organisme yang cukup, tanah ini merupakan campuran dari
tanah liat dengan pasir halus. Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat
99
penyimpangan dari standard yang ditetapkan tidak ada, tetapi kesadahan dapat
menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif kerjanya. Sehingga
masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.
KESADAHAN TOTAL -CaCO3
0,0
10,0
20,030,0
40,0
50,0
60,070,0
80,0
90,0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
kad
ar K
esad
ahan
To
tal
[mg
/L]
Gambar 15. Grafik kesadahan total (CaCO3) air sumur
m. Kadar TSS, BOD, COD
Kadar parameter TSS, BOD, COD, yang terlarut dalam air sumur tidak
dilakukan pengujian karena tidak ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 416/MENKES/PERIX/1990, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air untuk Air Bersih.
100
3. Analisis Hubungan antara kualitas air limbah bengkel produksi dengan
kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitar saluran air limbah
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kualitas air limbah yang
dibuang dengan kualitas air tanah dangkal dilingkungan sekitar saluran drainase
atau saluran sanitasi, dilakukan uji korelasi antara parameter air limbah yang
dibuang dengan parameter air tanah dangkal atau air sumur. Sebagai variabel
bebas (X) dalam anaisils statistik ini adalah jarak sumur terhadap lubang
keluarnya air limbah, dan jumlah kandungan yang terlarut dalam sampel air dari
hasil pengujian sebagai variabel terikat (Y).
Tabel 8 menunjukkan hasil pengujian kualitas air limbah berdasarkan baku
mutu Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 dan tabel 9 menunjukkan hasil pengujian
air sumur berdasarkan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990. Dari kedua tabel tersebut dipilih beberapa
parameter yang sejenis untuk dianalisis keeratan hubungannya.
Parameter air [mg/L]Periode
Jarak lubang
ke lokasi
TDS pH Fe Mn Zn NO3 NO2
1 1 658 7,02 0,22 0,01 0 0,05 0,09
2 25 277 6,69 0,00 0,23 0,02 0,04 0,04
3 50 275 6,91 0,06 0,72 0,11 0,02 0,02
4 75 264 6,75 0,00 0,13 0,04 0,01 0,01
5 100 402 6,88 0,70 0,29 0,03 0,36 0,36
6 125 358 6,62 0,00 0,27 0,03 0,02 0,02
7 150 277 7,03 0,00 0,44 0,03 0,01 0,01
8 175 256 6,89 0,00 0,13 0,02 0,01 0,01
9 200 236 7,1 0,00 0,04 0,02 0,03 0,03
10 215 241 6,95 0,00 0,11 0,02 0,01 0,01
11 235 242 6,84 0,00 0,19 0,02 0,01 0,01
Tabel 10. Periode Pengambilan Sampel Air
101
Pada tabel 10 tabel ditunjukkan jarak lokasi pengambilan sampel,
parameter air limbah dan air sumur untuk dianalisis hubungan korelasinya.
Parameter air limbah yang diperkirakan ada hubungan antara kualitas air tanah
dangkal atau air sumur adalah TDS, pH, Fe, Mn, Zn, NO3, dan NO2. dengan
periode pengulangan pada jarak: 1, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 215, dan
235 m
Pada pembahasan berikut ini adalah interpretasi dari hasil analisis korelasi
antara jarak outlet sampai lokasi pengambilan sampel air sumur dengan masing-
masing parameter air :
a. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar
TDS
Dari hasil uji korelasi antara jarak keluaran air limbah dengan kadar
TDS, dari lampiran 11 diperoleh angka koefisien korelasi r untuk TDS (-
0,606) ini menunjukkan hubungan yang kuat, hasil r (-) menunjukkan
bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar TDS semakin
kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,048, nilai ini
lebih kecil dari α (0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
jarak sumur dari lubang pembuangan air limbah dengan kadar TDS air
tanah dangkal di sekitar saluran pembuangan
Dari hasil uji regresi antara jarak outlet air limbah dengan kadar TDS
air sumur dari lampiran 11 diperoleh nilai thitung (7,234) lebih besar
102
daripada nilai ttabel (2,262) berarti tolak Ho, ada hubungan jarak sumur
dari outlet air limbah terhadap kadar TDS yang larut dalam air sumur.
Dari perhitungan diperoleh nilai R2 untuk TDS (0,367), berarti kadar
TDS air sumur di sekitar saluran air limbah 36,7 % ditentukan oleh jarak
antara sumur dengan lubang pembuangan air limbah (outlet), nilai B
constant (433,496) dan nilai B jarak sumur (-0,949), sehingga grafik
persamaan regresi linear sederhana: Y= 433,496 – 0,949X. ditunjukkan
pada gambar 16.
Gambar 16 : Grafik regresi TDS dalam Air Sumur
Dengan memperhatikan persamaan regresi sederhana dapat
diinterpretasikan bahwa setiap penambahan jarak sumur 1 m kadar TDS
akan mengalami penurunan 0,949 mg/L, atau semakin jauh jarak sumur
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
Observed
Linear
Kad
ar T
DS
[mg/
L
Jarak Sumur [m]
103
dari lubang pembuangan air limbah, maka jumlah kadar TDS yang terlarut
dalam air sumur semakin rendah.
b. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan angka
keasaman pH
Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan angka
keasaman pH air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk pH(0,243) ini
menunjukkan hubungan yang lemah. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig
(2-tailed) adalah 0,471, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan angka keasaman
(pH) air sumur di sekitar saluran pembuangan
c. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar Fe
Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Fe
(besi) yang terlarut dalam air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk
Fe(-0,278) ini menunjukkan hubungan yang lemah, hasil r (-) me-
nunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar Fe
semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,407,
nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara jarak sumur dengan kadar Fe air sumur di sekitar saluran
pembuangan
104
d. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar
Mn
Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Mn
air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk Mn (-0,218) ini menunjukkan
hubungan yang lemah, hasil r (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak
dari sumur ke outlet, maka kadar Mn semakin kecil. Pada taraf signifikan
5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,519, nilai ini lebih besar dari α (0,05)
yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur
dengan kadar Mn air sumur di sekitar saluran pembuangan
e. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar Zn
Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Zn
air sumur dari lampiran 11 diperoleh nilai r (-0,225) ini menunjukkan
hubungan yang lemah, hasil r (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak
dari sumur ke outlet, maka kadar Zn semakin kecil. Pada taraf signifikan
5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,507, nilai ini lebih besar dari α (0,05)
yang berarti tidak ada hubunganyang bermakna antara jarak sumur dengan
kadar Zn air sumur di sekitar saluran pembuangan.
f. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar
NO3
Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar
NO3 air sumur dari lampiran 11 diperoleh nilai r (-0,183) ini menunjukkan
hubungan yang sangat lemah, hasil r(-) menunjukkan bahwa semakin jauh
105
jarak dari sumur ke lubang outlet, maka kadar NO3 semakin kecil. Pada
taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,591, nilai ini lebih besar
dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubunganyang bermakna antara jarak
sumur dengan kadar NO3 air sumur di sekitar saluran pembuangan
g. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar
NO2
Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar
NO2air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk NO2 (-0,241) ini
menunjukkan hubungan yang lemah, hasil r(-) menunjukkan bahwa
semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar NO2 semakin kecil.
Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,476, nilai ini lebih
besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
jarak sumur dengan kadar NO2 air sumur.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian air limbah dari bengkel produksi ATMI Surakarta
dibandingkan dengan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Perda
Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan
Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya. Dan
pengujian air sumur atau air tanah dangkal dibandingkan dengan baku mutu
air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air untuk Air Bersih, menunjukkan bahwa:
a. Kualitas air limbah dengan pengujian secara fisika dengan parameter TDS,
TSS dan Temperatur masing-masing tidak melebihi baku mutu air limbah
yang ditetapkan. Hasil pengujian secara kimia dengan parameter pH,
logam berat, COD dan BOD, masing-masing tidak melebihi baku mutu air
limbah yang ditetapkan, tetapi jumlah kadar ammonia (NH3) yang terlarut
dalam air limbah 7,387 mg/L, diatas baku mutu golongan I= 1 mg/L dan
golongan II= 5 mg/L. Sehingga tidak memenuhi baku mutu yang
ditetapkan, hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil pengujian air
selokan bahwa ammonia (NH3) yang terlarut dalam badan air selokan
sejumlah 6,448 mg/L, juga tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
107
b. Kualitas air sumur dengan pengujian secara fisika dengan parameter
temperatur dan TDS untuk semua air sumur yang diuji tidak diketemukan
parameter yang melebihi batas baku mutu air bersih yang ditetapkan.
c. Dari hasil pengujian secara kimia dengan parameter pH, logam berat,
nitrat, nitrit dan kesadahan menunjukan bahwa kadar mangan (Mn)
tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B(50) = 0,715 mg/L lebih tinggi
dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 0,5 mg/L.
2. Dari hasil analisis data diperoleh hasil:
a. Hasil uji korelasi, hanya parameter TDS diperoleh angka koefisien
korelasi r untuk TDS (-0,606) ini menunjukkan hubungan yang kuat, Pada
taraf signifikan 5%, nilai Sig (1-tailed) adalah 0,24, nilai ini lebih besar
dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak
sumur dengan kadar TDS air sumur di sekitar saluran pembuangan. Dari
hasil uji regresi antara jarak outlet air limbah dengan kadar TDS air sumur
diperoleh nilai thitung (7,234) lebih besar daripada nilai ttabel (2,262) berarti
tolak Ho, berarti berdasarkan parameter TDS ada hubungan kualitas antara
air limbah dengan air sumur.
b. Hasil uji korelasi parameter pH, Fe, Mn, Zn, NO3, dan NO2.dengan jarak
lubang pembuangan diperoleh nilai koefisien korelasi (0,243), (-0,278), (-
0,218) (-0,225) (-0,183) (-0,241). Hasil tersebut menunjukkan hubungan
yang lemah. Pada taraf signifikansi 5%, nilai Sig (1-tailed) (0,236),
(0,203), (0,259), (0,253), (0,295), dan (0,238) masing-masing lebih besar
108
dari α=0,05, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
kualitas air limbah dengan air sumur di ATMI dan lingkungan sekitarnya.
c. Kadar mangan (Mn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B(50) =
0,715 mg/L, lebih tinggi dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan
0,5 mg/L. Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan
kadar Mn air sumur diperoleh r untuk Mn (-0,218) ini menunjukkan
hubungan yang lemah. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (1-tailed) adalah
0,259, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara jarak sumur dengan kadar Mn air sumur di sekitar
saluran pembuangan. Sumur pantau lokasi B memiliki lingkungan tanah
berwarna hitam kecoklatan sampai kedalaman 4 meter. Sehingga besar
kemungkinan peningkatan kadar mangan dalam air sumur lokasi B bukan
karena pengaruh air limbah, melainkan endapan dari tanah yang larut
dalam air sumur pada saat pengambilan sampel.
B. Implikasi
Dengan memperhatikan pembahasan dan kesimpulan penelitian yang telah
dilakukan, sebagai implikasi hasil penelitian ini adalah:
1. Keberadaan sumur di lokasi B tidak layak untuk air baku air bersih karena
kadar mangan yang terlarut dalam air sumur melebihi batas baku mutu air
bersih. Sumur di lokasi D memiliki jumlah kadar pencemar lebih tinggi
dibandingkan dengan air sumur yang lainnya dan airnya berwarna keruh,
sehingga tidak layak sebagai air baku untuk air bersih
109
2. Dan karena hasil pengujian tidak dapat mendeteksi kandungan logam berat
yang lainnya seperti Cu, Cr, Cd dan Pb, maka selanjutnya perlu diadakan
penelitian dan pengujian ulang untuk mendapatkan jumlah kadar logam
berat yang terlarut dalam air lebih lengkap.
C. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari kesimpulan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk ATMI dalam hal ini sebagai lembaga yang memiliki unit industri yang
menghasilkan air limbah.
a. Perlu adanya peningkatan pengolahan air limbah pada proses
pretreatment pada unit produksi pekerjaan plat dan las sehingga air
limbah yang dibuang tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan Perda
Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk
Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku
Mutunya.
b. Perlu upaya untuk mengurangi kadar ammonia (NH3) yang masih
terlarut dalam air limbah. Salah satunya di dalam kolam air limbah diberi
Aerasi dengan cara dispraykan ke udara atau dibikin jerap2 sehingga
kontak dengan udara lebih cepat. (karena ammonia ini sifatnya
volatil/mudah menguap diharapkan dengan cara ini juga ammonia akan
cepat menguap. Dapat juga dilakukan air limbah diproses secara kimia
yaitu penambahan koagulan dan flokulan sehingga ammonia dalam air
110
limbah dapat dibuat endapan yang tidak larut dalam air, dan endapannya
dapat dipisahkan dengan air.
c. Perlu ada penelitian yang serupa ditempat penelitian yang sudah
dilakukan untuk parameter kualitas air yang lain yang belum terdeteksi
pada penelitian ini.
2. Untuk Masyarakat disekitar ATMI yang memanfaatkan air sumur dangkal
untuk kebutuhan sehari-hari:
a. Perlu dijaga tingkat kebersihan air sumur yang digunakan sesuai dengan
upaya pelestarian sumber daya air. Hal ini untuk mewaspadai
kemungkinan adanya pencemaran dari lingkungan disekitarnya.
b. Perlunya kesadaran menggunakan air bersih dari sumur dimasak terlebih
dahulu sebelum dkonsumsi sebagai air minum.
c. Perlunya pengadaan air bersih yang memenuhi baku mutu air minum
baik dari PDAM maupun teknologi pengolahan air bersih.
111
DAFTAR PUSTAKA
Ating Sumantri, Ali Muhidin Sambas, 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. CV Pusaka Setia.
ATSDR, 2004. Agency for Toxic Substances & Diseas Registry. Atlanta.
Benny Chatib, et all, 1985. Sanitasi Lingkungan. LAPI-ITB.
Chafid Fandelli, 1993. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Kursus Dasar –dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, PPLH UGM-BAPEDAL; Yogyakarta
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia. Jakarta.
EPA Project summary, 1993).
Hariwijaya,M., Triton P.B., 2007. Teknik Penulisan Skripsi & Tesis. Yogyakarta: Oryza.
Haryoto Kusnoputranto, 1985. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: UI-Press
Koesnadi Hardjasoemantri, 2005. Hukum Tata Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Kus Sri Murtani, 2001. Tesis: Pengaruh Parameter BOD, COD, pH, Fenol dan Bakteri Coli Pada Air Sungai Terhadap Kualitas Air Sumur Di Sekitar Aliran Sungai Premulung Kota Surakarta. Surakarta: Univertas Sebelas Maret.
Lilis Prihastini, 2006. Tesis: Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Mackenzie L. Davis, David A. Cornwell, 1991, Introduction to environmental engineering /. McGraw-Hill, Inc.
Mahida, UN. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV Rajawali
Makarim, 1981, Pengendalian dan Pencemaran pada Insutri Kimia. Bandung, Balai Besar Sellulosa PT Pupuk Kujang.
Metcalf and Eddy, 1979, “ Wastewater Engineering treatment Disposal Reuse”, McGraw-Hill Publishing company, New Delhi.
Prabang Setyono, 2008, Cakrawala Memahami Lingkungan, Sebelas Maret University Press
Robert J. Kodoatie; Roestam Syarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Andi Yogyakarta.
112
Setiyono, Teknologi Pengolahan Limbah Industri Perbengkelan. BPPT Lingkungan.
Soekidjo Notoatmodjo, 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Sudharto P.hadi, 2005, Aspek Sosial Amdal. Gajah Mada University Press.
Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Edisi 1. Jakarta: UI -Press
Sugiyanto, 2002. Buku Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Sujono Alamsyah, 2006. Alat penjernih Air untuk Rumah Tangga, Jakarta: Kawan Pustaka
Sunardi. 2004. Tesis: Dampak Kualitas Limbah Cair Industri Terhadap Kualitas AirSumur di Desa Buran Kecamatan Tasikmadu. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Surbakty, 1986. Air Minum sehat. Surakarta: Mutiara
Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset
Sumirat, J. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM University Press.
Tchobanoglous, George and Frank Kreith, co-editor. 2002. Handbook of Solid Waste Management. 2nd edition. McGraw-Hill
Triton PB, 2006. SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Andi Offset
Wisnu Arya,1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset
113
Peraturan Perundang-undangan
Undang Undang RI No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/90 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.
L1 - 114
PETA KELURAHAN KARANGASEM
Gambar 17 : Peta kelurahan karangasem dalam bentuk timbul
Sumber : Kelurahan Karangasem
L2 –115
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
Tahun 1990 - 2007
Jenis KelaminTahun
Laki-laki PerempuanJumlah
Rasio Jenis Kelamin
1 2 3 4 5
1990 242.071 261.756 503.827 92,48%
1995 249.084 267.510 516.594 93,11%
2000 238.158 252.056 490.214 94,49%
2003 242.591 254.643 497.234 95,27%
2004 249.278 261.433 510.711 95,35%
2005 250.868 283.672 534.540 88,44%
2006 254.259 258.639 512.898 98,31%
2007 246.132 269.240 515.372 91,42%
Sumber : BPS Kota Surakarta (diambil dari Susenas 2007)Surakarta Dalam Angka 2007
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin danTingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007
Jumlah PendudukKecamatan
Luas Wilayah [km2]
Laki-laki
Perempuan Jumlah
Rasio Jenis
Kelamin
Kepadatan Penduduk
1 2 3 4 5 6 7
Laweyan 8,64 53.902 55.545 109.447 97,04% 12.667
Serengan 3,19 31.169 32.260 63.429 96,62% 19.884
Pasar Kliwon
4,82 42.896 44.612 87.508 96,15% 18.155
Jebres 12,58 70.659 72.630 143.289 97,29% 11.390
Banjarsari 14,81 79.809 81.438 161.247 98,00% 10.888
Jumlah 44,04 278.435 286.485 564.920
Sumber : Monografi Kelurahan (BPS Surakarta, Surakarta Dalam Angka 2007
L2 –116
Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2007
Jenis KelaminTahun
Laki-laki PerempuanJumlah
0 - 4 19.080 17.384 36.464
5 - 9 19.716 20.776 40.492
10 - 14 22.260 21.836 44.096
15 - 19 21.412 25.016 46.428
20 - 24 24.380 24.592 48.972
25 - 29 19.928 22.048 41.976
30 - 34 23.956 18.868 42.824
35 - 39 17.172 21.836 39.008
40 - 44 16.536 21.412 37.948
45 - 49 19.928 20.988 40.916
50 - 54 15.264 13.780 29.044
55 - 59 8.692 10.388 19.080
60 - 64 4.028 9.752 13.780
65 + 13.780 20.564 34.344
JUMLAH 246.132 269.240 515.372
Sumber : BPS Kota Surakarta (diolah dari hasil Susenas 2007)Surakarta Dalam Angka Tahun 2007
No. Kel. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah No. Penduduk menurut pendidikan
1 0 - 4 293 280 573 1 Tamat Akademi/PT 1386
2 5 - 9 282 294 576 2 Tamat SLTA 1999
3 10 - 14 293 310 603 3 Tamat SLP 1232
4 15 - 19 252 279 531 4 Tamat SD 1010
5 20 - 24 262 320 582 5 Tidak Tamat SD 1027
6 25 - 29 467 432 899 6 Belum Tamat SD 1097
7 30 - 39 871 863 1,734 7 Tidak Sekolah 1110
8 40 - 49 740 722 1,462 Jumlah 8861
9 50 - 59 544 611 1,155
10 60 - 645 678 1,323 No. Banyaknya Pemeluk Agama
Jumlah 4,649 4,789 9,438 1 Islam 7738
2 Kristen Katolik 789
No. Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas 3 Kristen Protestan 870
1 Petrani sendiri 36 4 Budha 30
2 Buruh Tani 25 5 Hindu 11
3 Nelayan - Jumlah 9438
4 Pengusaha 55
5 Buruh Industri 1,892 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1980
6 Baruh Bangunan 1,073
7 Pedagang 459
8 Pengangkutan 93
9 PNS/ABRI 758
10 Pensiunan 703
11 2,295
Jumlah 7,389 L3- 117
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM
BULAN : JANUARI 2008
Lain-lain
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
No. Kel. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah No. Penduduk menurut pendidikan
1 0 - 4 293 280 573 1 Tamat Akademi/PT 1388
2 5 - 9 282 294 576 2 Tamat SLTA 1999
3 10 - 14 293 310 603 3 Tamat SLP 1237
4 15 - 19 252 279 531 4 Tamat SD 1015
5 20 - 24 262 320 582 5 Tidak Tamat SD 1027
6 25 - 29 469 434 903 6 Belum Tamat SD 1097
7 30 - 39 871 867 1,738 7 Tidak Sekolah 1110
8 40 - 49 740 726 1,466 Jumlah 8873
9 50 - 59 544 611 1,155
10 60 - 645 678 1,323 No. Banyaknya Pemeluk Agama
Jumlah 4,651 4,799 9,450 1 Islam 7747
2 Kristen Katolik 792
No. Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas 3 Kristen Protestan 870
1 Petrani sendiri 36 4 Budha 30
2 Buruh Tani 25 5 Hindu 11
3 Nelayan - Jumlah 9450
4 Pengusaha 56
5 Buruh Industri 1,892 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1984
6 Baruh Bangunan 1,077
7 Pedagang 464
8 Pengangkutan 94
9 PNS/ABRI 759
10 Pensiunan 703
11 Lain-lain 2,295
Jumlah 7,401 L3- 118
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM
BULAN : FEBRUARI 2008
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
No. Kel. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah No. Penduduk menurut pendidikan
1 0 - 4 293 280 573 1 Tamat Akademi/PT 1590
2 5 - 9 282 294 576 2 Tamat SLTA 1999
3 10 - 14 293 310 603 3 Tamat SLP 1241
4 15 - 19 252 279 531 4 Tamat SD 1015
5 20 - 24 262 320 582 5 Tidak Tamat SD 1027
6 25 - 29 471 436 907 6 Belum Tamat SD 1097
7 30 - 39 871 867 1,738 7 Tidak Sekolah 1110
8 40 - 49 741 727 1,468 Jumlah 9079
9 50 - 59 544 611 1,155
10 60 - 645 678 1,323 No. Banyaknya Pemeluk Agama
Jumlah 4,654 4,802 9,456 1 Islam 7753
2 Kristen Katolik 792
No. Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas 3 Kristen Protestan 870
1 36 4 Budha 30
2 25 5 Hindu 11
3 - Jumlah 9456
4 56
5 1,892 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1985
6 1,080
7 466
8 95
9 759
10 703
Jumlah 5,112
L3- 119
Pengangkutan
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM
PNS/ABRI
Pensiunan
BULAN : MARET 2008
Petrani sendiri
Buruh Tani
Nelayan
Pengusaha
Buruh Industri
Baruh Bangunan
Pedagang
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
No. Kel. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah No. Penduduk menurut pendidikan
1 0 - 4 293 280 573 1 Tamat Akademi/PT 1592
2 5 - 9 282 294 576 2 Tamat SLTA 1999
3 10 - 14 293 310 603 3 Tamat SLP 1248
4 15 - 19 252 279 531 4 Tamat SD 1016
5 20 - 24 262 320 582 5 Tidak Tamat SD 1027
6 25 - 29 474 439 913 6 Belum Tamat SD 1097
7 30 - 39 873 869 1,742 7 Tidak Sekolah 1110
8 40 - 49 741 727 1,468 Jumlah 9089
9 50 - 59 544 611 1,155
10 60 - 645 678 1,323 No. Banyaknya Pemeluk Agama
Jumlah 4,659 4,807 9,466 1 Islam 7754
2 Kristen Katolik 792
No. Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas 3 Kristen Protestan 873
1 36 4 Budha 30
2 25 5 Hindu 17
3 - Jumlah 9466
4 56
5 1,892 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1988
6 1,085
7 469
8 97
9 759
10 703
Jumlah 5,122
L3- 120
Pedagang
Pengangkutan
PNS/ABRI
Pensiunan
Nelayan
Pengusaha
Buruh Industri
Baruh Bangunan
BULAN : APRIL 2008
Petrani sendiri
Buruh Tani
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
No. Kel. Umur Laki-laki Perp. Jumlah No. Penduduk menurut pendidikan
1 0 - 4 293 280 573 1 Tamat Akademi/PT 1596
2 5 - 9 282 294 576 2 Tamat SLTA 2009
3 10 - 14 293 310 603 3 Tamat SLP 1252
4 15 - 19 252 279 531 4 Tamat SD 1018
5 20 - 24 262 320 582 5 Tidak Tamat SD 1027
6 25 - 29 478 443 921 6 Belum Tamat SD 1097
7 30 - 39 878 879 1,757 7 Tidak Sekolah 1110
8 40 - 49 741 729 1,470 Jumlah 9109
9 50 - 59 544 611 1,155
10 60 - 645 678 1,323 No. Banyaknya Pemeluk Agama
Jumlah 4,668 4,823 9,491 1 Islam 7774
2 Kristen Katolik 792
No. Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas 3 Kristen Protestan 873
1 36 4 Budha 30
2 25 5 Hindu 17
3 - Jumlah 9486
4 58
5 1,892 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1994
6 1,091
7 471
8 102
9 761
10 703
Jumlah 5,139
L3- 121
Petrani sendiri
Buruh Tani
BULAN : MEI 2008
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM
Baruh Bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Nelayan
Pengusaha
Buruh Industri
PNS/ABRI
Pensiunan
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
No. Kel. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah No. Penduduk menurut pendidikan
1 0 - 4 293 280 573 1 Tamat Akademi/PT 1604
2 5 - 9 282 294 576 2 Tamat SLTA 2021
3 10 - 14 293 310 603 3 Tamat SLP 1259
4 15 - 19 252 279 531 4 Tamat SD 1018
5 20 - 24 262 320 582 5 Tidak Tamat SD 1027
6 25 - 29 483 443 926 6 Belum Tamat SD 1097
7 30 - 39 883 884 1,767 7 Tidak Sekolah 1110
8 40 - 49 744 732 1,476 Jumlah 9136
9 50 - 59 544 612 1,156
10 60 - 645 678 1,323 No. Banyaknya Pemeluk Agama
Jumlah 4,681 4,832 9,513 1 Islam 7798
2 Kristen Katolik 793
No. Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas 3 Kristen Protestan 875
1 36 4 Budha 30
2 25 5 Hindu 17
3 - Jumlah 9513
4 60
5 1,892 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 2001
6 1,108
7 476
8 104
9 762
10 703
Jumlah 5,166
L3- 122
PNS/ABRI
Pensiunan
Buruh Industri
Baruh Bangunan
Pedagang
Pengangkutan
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM
Petani sendiri
Buruh Tani
BULAN : JUNI 2008
Nelayan
Pengusaha
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Bulan Laki-laki Perempuan Jumlah KK
Januari 4,649 4,789 9,438 1,980
Februari 4,651 4,799 9,450 1,984
Maret 4,654 4,802 9,456 1,985
April 4,659 4,807 9,466 1,988
Mei 4,668 4,823 9,491 1,994
Juni 4,681 4,832 9,513 2,001
L3- 123
Gambar 14 : Grafik Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Karangasem Tahun 2008
GRAFIK PERTUMBUHAN PENDUDUK KELURAHAN KARANGASEM
BULAN : JANUARI - JUNI 2008
GRAFIK PERTUMBUHAN PENDUDUK KELURAHAN KARANGASEM TAHUN 2008
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Januari Februari Maret April Mei Juni
BULAN
JU
ML
AH
PE
ND
UD
UK
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
KK
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
L4 - 124
Gambar 24. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur
L4 - 125
Pipa PVC 1,25” panjang 4 m, dilubang dengan diameter 5 mm keliling pipa
sepanjang 2 m untuk saringan air, jarak lubang dari salah satu ujung pipa 1,5 m
Proses pembuatan sumur pantau Pemasangan Pipa PVC
Gamber 25 : Proses Pembuatan Sumur Pantau
L4 - 126
Lapisan tanah pada kedalaman 1 meter
Lapisan tanah pada kedalaman 2 – 3 meter, mulai ada air tanah
Gamber 26 : Warna lapisan tanah sampai dengan kedalaman 3 Meter
L4 - 127
Lapisan tanah pada kedalaman 3 – 4 meter, ada perubahan warna tanah
Lapisan tanah pada kedalaman 4 meter dan lebih, berpasir halus
Gamber 27 : Warna lapisan tanah sampai dengan kedalaman 4 meter
L4 - 128
750 cm
200
cm
(b
erlu
ban
g)1
50 c
m50
cm
5 mm
25 m
m
30
0 cm
20
0 cm
Ta
nah
lem
pun
g/C
lay
Ta
nah
kera
s (p
adas
),
Ke
rikil,
Pas
ir
Pipa air 1,25"
500
cm
400
cm
SUMUR PANTAU "A"
SALURAN AIR LIMBAH
99
,5
Gambar 28: Penampang Sumur Pantau A
200
cm
(be
rluba
ng)
150
cm50
cm
5 mm
25 m
m
Tan
ah le
mpu
ng/C
lay
Tan
ah k
eras
(pa
das)
, K
erik
il, P
asir
Pipa air 1,25"
400
cm
SUMUR PANTAU "B"
250
cm1
70 c
m
420
cm
200 cm
SALURAN AIR LIMBAH
99,
5
Gamabar 29: Penampang Sumur Pantau B
L4 - 129
200
cm (
berlu
bang
)1
50 c
m50
cm
5 mm
25 m
m
Tan
ah le
mpu
ng/
Cla
yT
an
ah k
era
s (p
adas
),
Ker
ikil,
Pa
sir
Pipa air 1,25"
400
cm
SUMUR PANTAU "C"
25
0 cm
200
cm
450
cm
200 cm
SALURAN AIR LIMBAH
99,
5
Gambar 30 : Penampang Sumur pantau C
200
cm
(b
erlu
ba
ng)
15
0 c
m5
0 c
m
5 mm
25
mm
Tan
ah
lem
pun
g/C
lay
Ta
nah
ker
as
(pad
as)
, K
eri
kil,
Pa
sir
Pipa air 1,25"
40
0 c
m
SUMUR PANTAU "E"
250
cm
25
0 cm
50
0 cm
SALURAN AIR IRIGASI / SELOKAN
99
,5
300
Gambar 31 : Penampang Sumur Pantau E
L4 - 130
200
cm
(be
rlu
ban
g)15
0 c
m5
0 c
m
5 mm
25 m
m
Tan
ah
lem
pu
ng/C
lay
Ke
rikil,
Pa
sir
Pipa air 1,25"
40
0 c
m
SUMUR PANTAU "F"
250
cm
500
cm
Ta
nah
pa
das
50
cm
200
cm
300 cm
137
,999,5
200
SALURAN AIR IRIGASI / SELOKAN
Gambar 32 : Penampang Sumur Pantau F
200
cm
(b
erlu
ban
g)
5 mm
25 m
m
Ta
nah
le
mpu
ng/C
lay
Pa
sir
Pipa air 1,25"
SUMUR PANTAU "H"
Ta
nah
Ker
as
(pa
das)
Ta
nah
kera
s b
erp
asir
100
cm
11
0 cm
50
cm1
40 c
m
300
cm
SALURAN AIR IRIGASI / SELOKAN
99,5300
Gambar 33: Penampang Sumur Pantau H
L5 - 130
Alat ukur kadar keasaman (pH-Meter)
Thermometer
Jam dan penunjuk temperatur lingkungan
Ganbar 24: Peralatan yang digunakan untuk pengukuran di lapangan
L5 - 131
Pengukuran dari Sumur Pantau A
Pengukuran dari Sumur Pantau G
Ganbar 25: Pengukuran pH, Temperatur air, Temperatur lingkungan
L5 - 132
SAMPAI HAL 131 SAJA
L5 - 133
Data pengukuran lapangan dari Sumur Pantau C
Data pengukuran lapangan dari Sumur Pantau G
L5 - 134
Sumur G, dipergunakan untuk Gedung Teori
Sumur Pantau H, permukaan tanah -75 cm dari permukaan tanah sumur A
L5 - 135
TABEL DATA PRIMER SAMPEL PENGUKURAN DI LAPANGAN
Temperatur [oC]No
Lokasi Pengambilan Sampel Lingkungan Air
pHKedalaman sumur dari
muka tanah[m]
Kedalaman muka Air
[cm]
Jarak dari Outlet
[m]
Jarak dari saluran
[m]1 Sumur Pantau A 29,2 27,4 5,9 5,0 129 25 7,52 Sumur Pantau B 29,2 27,7 6,4 4,2 123 50 2,23 Sumur Pantau C 30,2 26,8 6,4 4,2 125 75 2,24 Sumur D 30,2 26,6 6,3 6,0 136 100 0,55 Sumur Pantau E 30,2 26,2 6,1 4,2 160 125 3,56 Sumur Pantau F 30,2 25,6 6,4 4,0 179 150 3,57 Sumur G 29,2 26,5 6,4 13,0 187 175 8,38 Sumur Pantau H 31,0 27,4 6,7 3,75 176 200 3,29 Sumur Warung Utara 31,0 27,1 6,0 12 225 10,5
10 Sumur Warung selatan 31,1 27,4 6,1 12 235 16,511 Air limbah Iron Phosphat 32,5 45,2 5,112 Air limbah bilasan 31,5 26,5 6,1 0,95 013 Air Selokan 31,1 25,2 7,0 0,95 175 0
Data Pengambilan Sampel dilaksanakan pada hari Jumat 13 Juni 2008 di ATMI SurakartaWaktu Pengambilan Sampel jam 09.00 – 11.00
L. Sumadi / A 130906007Mhs. S2 Ilmu Lingkungan UNS
L7 - 144
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAHNOMOR : 10 TAHUN 2004TANGGAL : 30 JULI 2004
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN INDUSTRI DAN KEGIATAN USAHA LAINNYA YANG BELUM ADA BAKU MUTUNYA
GOLONGAN BAKU MUTU AIR LIMBAHNO PARAMETER SATUAN
I II
FISIKA
1 Temperatur oC 38 38
2 TDS mg/L 2000 4000
3 TSS mg/L 100 200
KIMIA
1 pH 6,0 – 9,0
2 Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10
3 Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 5
4 Barium (Ba) mg/L 2 3
5 Tembaga (Cu) mg/L 2 3
6 Seng (Zn) mg/L 5 10
7 Khrom heksavalen (Cr+) mg/L 0,1 0,5
8 Khrom total (Cr) mg/L 0,5 1
9 Kadmium (Cd) mg/L 0,05 0,1
10 Air Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,005
11 Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
12 Timah (Sn) mg/L 2 3
13 Arsen (As) mg/L 0,1 0,5
14 Selenium (Se) mg/L 0,05 0,5
15 Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
16 Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,5
17 Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
18 Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0,1
19 Flourida (F) mg/L 2 3
20 Klorin bebas (Cl) mg/L 1 2
21 Amoniak bebas (NH3-N) mg/L 1 5
22 Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30
23 Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3
24 BOD mg/L 50 100
25 COD mg/L 100 250
L8 - 145
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RINOMOR 416/MENKES/PER/IX/1990
TANGGAL 3 SEPTEMBER 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
No Parameter SatuanKadar Maksimum Yang
Diperbolehkan
A. FISIKA
1 Bau Tidak berbau
2 Rasa Tidak berasa
3 Warna Skala TCU 15
4 Temperatur oC Suhu Udara ± 3
5 TDS mg/L 1000
6 Kekeruhan Skala NTU 5
B. KIMIAa. KIMIA ANORGANIK
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001
2 Aluminium mg/L 0,2
3 Arsen (As) mg/L 0,05
4 Barium (Ba) mg/L 1,0
5 Besi (Fe) mg/L 0,3
6 Flourida (F) mg/L 1,5
7 Kadmium (Cd) mg/L 0,005
8 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
9 Klorida (Cl) mg/L 250
10 Khrom heksavalen (Cr+) mg/L 0,05
11 Mangan terlarut (Mn) mg/L 0,1
12 Natrium (Na) mg/L 200
13 Nitrat (NO3-N) mg/L 10
14 Nitrit (NO2-N) mg/L 1,0
15 Perak (Ag) mg/L 0,05
16 pH mg/L 6,5 – 9,0
17 Selenium (Se) mg/L 0,01
18 Seng (Zn) mg/L 5
19 Sianida (CN) mg/L 0,1
20 Sulfat (SO4) mg/L 400
21 Sulfida (H2S) mg/L 0,05
22 Tembaga (Cu) mg/L 1,0
L8 - 146
23 Timbal (Pb) mg/L 0,05
b. KIMIA ORGANIK
1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo (a) pirene mg/L 0,00001
4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,0003
5 Chlorofom mg/L 0,03
6 2,4 -D mg/L 0,10
7 DDT mg/L 0,03
8 Deterjen mg/L 0,5
9 1,2 Dichloroethane mg/L 0,01
10 1,1 Dichloroethane mg/L 0,0003
11Hepthachlor dan Hepthachlorepoxide
mg/L0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13 Gamma – HCH (Lindane) mg/L 0,004
14 Methoxychlor mg/L 0,03
15 Phentachlorophenol mg/L 0,01
16 Pestisida total mg/L 0,10
17 2,4, 6 Trichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat Organik (KMnO4) mg/L 10
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform TinjaJumlah per
100 mL0
2 Total koliformJumlah per
100 mL0
D. RADIOAKTIFITAS
1Aktifitas alfa(Gross Alfa Activity)
Bq/L 0,1
2Aktifitas Betta(Gross Betta activity)
Bq/L 1,0
Keteranganmg : miligramBq : BequerelTCU : True Colour UnitmL : mililiterL : literNTU : Nephelometric Turbidity UnitLogam berat merupakan logam berat terlarut
L8 - 147
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RINOMOR 416/MENKES/PER/IX/1990
TANGGAL 3 SEPTEMBER 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
No Parameter SatuanKadar Maksimum Yang
Diperbolehkan
A. FISIKA
1 Bau Tidak berbau
2 Rasa Tidak berasa
3 Warna Skala TCU 50
4 Temperatur oC Suhu Udara ± 3
5 TDS mg/L 1500
6 Kekeruhan Skala NTU 25
B. KIMIAa. KIMIA ANORGANIK
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001
2 Arsen (As) mg/L 0,05
3 Besi (Fe) mg/L 1,0
4 Flourida (F) mg/L 1,5
5 Kadmium (Cd) mg/L 0,005
6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7 Klorida (Cl) mg/L 600
8 Khrom heksavalen (Cr+) mg/L 0,05
19 Mangan terlarut (Mn) mg/L 0,5
10 Nitrat (NO3-N) mg/L 10
11 Nitrit (NO2-N) mg/L 1,0
12 pH mg/L 6,5 – 9,0
13 Selenium (Se) mg/L 0,01
14 Seng (Zn) mg/L 15
15 Sianida (CN) mg/L 0,1
16 Sulfat (SO4) mg/L 400
17 Timbal (Pb) mg/L 0,05
L8 - 148
b. KIMIA ORGANIK
1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo (a) pirene mg/L 0,00001
4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,007
5 Chlorofom mg/L 0,03
6 2,4 -D mg/L 0,10
7 DDT mg/L 0,03
8 Deterjen mg/L 0,5
9 1,2 Dichloroethane mg/L 0,01
10 1,1 Dichloroethane Mg/L 0,003
11Hepthachlor dan Hepthachlorepoxide
mg/L0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13 Gamma – HCH (Lindane) mg/L 0,004
14 Methoxychlor mg/L 0,10
15 Phentachlorophenol mg/L 0,01
16 Pestisida total mg/L 0,10
17 2,4, 6 Trichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat Organik (KMnO4) mg/L 10
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform TinjaJumlah per
100 mL50
2 Total koliformJumlah per
100 mL10
D. RADIOAKTIFITAS
1Aktifitas alfa(Gross Alfa Activity)
Bq/L 0,1
2Aktifitas Betta(Gross Betta activity)
Bq/L 1,0
Keteranganmg : miligramBq : BequerelTCU : True Colour UnitmL : mili literL : literNTU : Nephelometric Turbidite UnitLogam berat merupakan logam berat terlarut
L11 - 155
LAMPIRAN 9
TABEL T dan F
L10 - 155
LAMPIRAN 10
PALFOS 525 T
L11 - 161
LAMPIRAN 11
HASIL ANALISIS DATA
KORELASI DAN REGRESI
L11 - 162
Correlation
Correlations
1,000 -,606
-,606 1,000
. ,024
,024 .
11 11
11 11
TDS
Jarak Sumur
TDS
Jarak Sumur
TDS
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
TDS Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
316,9091 124,35550 11
122,8182 79,38743 11
TDS
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,606a ,367 ,297 104,27099Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: TDSb.
ANOVAb
56790,948 1 56790,948 5,223 ,048a
97851,961 9 10872,440
154642,9 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: TDSb.
L11 - 163
Coefficientsa
433,496 59,922 7,234 ,000
-,949 ,415 -,606 -2,285 ,048
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: TDSa.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: TDS
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
L11 - 164
Correlation
Correlations
1,000 ,243
,243 1,000
. ,236
,236 .
11 11
11 11
pH
Jarak Sumur
pH
Jarak Sumur
pH
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
pH Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
6,8800 ,14785 11
122,8182 79,38743 11
pH
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,243a ,059 -,045 ,15117Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: pHb.
ANOVAb
,013 1 ,013 ,566 ,471a
,206 9 ,023
,219 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: pHb.
L11 - 165
Coefficientsa
6,824 ,087 78,554 ,000
,000 ,001 ,243 ,752 ,471
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: pHa.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: pH
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
L11 - 166
Correlation
Correlations
1,000 -,278
-,278 1,000
. ,203
,203 .
11 11
11 11
Besi
Jarak Sumur
Besi
Jarak Sumur
Besi
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Besi Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
,0891 ,21323 11
122,8182 79,38743 11
Besi
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,278a ,078 -,025 ,21588Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Besib.
ANOVAb
,035 1 ,035 ,757 ,407a
,419 9 ,047
,455 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Besib.
L11 - 167
Coefficientsa
,181 ,124 1,459 ,179
-,001 ,001 -,278 -,870 ,407
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Besia.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ect
ed C
um
Pro
b
Dependent Variable: Besi
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
L11 - 168
Correlation
Correlations
1,000 -,218
-,218 1,000
. ,259
,259 .
11 11
11 11
Mangan
Jarak Sumur
Mangan
Jarak Sumur
Mangan
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Mangan Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
,2327 ,20244 11
122,8182 79,38743 11
Mangan
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,218a ,048 -,058 ,20824Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Manganb.
ANOVAb
,020 1 ,020 ,451 ,519a
,390 9 ,043
,410 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Manganb.
L11 - 169
Coefficientsa
,301 ,120 2,516 ,033
-,001 ,001 -,218 -,672 ,519
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Mangana.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Mangan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
L11 - 170
Correlation
Correlations
1,000 -,225
-,225 1,000
. ,253
,253 .
11 11
11 11
Seng
Jarak Sumur
Seng
Jarak Sumur
Seng
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Seng Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
,0309 ,02809 11
122,8182 79,38743 11
Seng
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,225a ,050 -,055 ,02885Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Sengb.
ANOVAb
,000 1 ,000 ,478 ,507a
,007 9 ,001
,008 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Sengb.
L11 - 171
Coefficientsa
,041 ,017 2,453 ,037
,000 ,000 -,225 -,691 ,507
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Senga.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Seng
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Correlation
L11 - 172
Correlations
1,000 -,183
-,183 1,000
. ,295
,295 .
11 11
11 11
Nitrat
Jarak Sumur
Nitrat
Jarak Sumur
Nitrat
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Nitrat Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
,0518 ,10313 11
122,8182 79,38743 11
Nitrat
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,183a ,033 -,074 ,10688Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Nitratb.
ANOVAb
,004 1 ,004 ,311 ,591a
,103 9 ,011
,106 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Nitratb.
L11 - 173
Coefficientsa
,081 ,061 1,318 ,220
,000 ,000 -,183 -,557 ,591
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Nitrata.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Nitrat
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
L11 - 174
Correlation
Correlations
1,000 -,241
-,241 1,000
. ,238
,238 .
11 11
11 11
Nitrit
Jarak Sumur
Nitrit
Jarak Sumur
Nitrit
Jarak Sumur
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Nitrit Jarak Sumur
Regression
Descriptive Statistics
,0555 ,10377 11
122,8182 79,38743 11
Nitrit
Jarak Sumur
Mean Std. Deviation N
Model Summaryb
,241a ,058 -,047 ,10616Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Nitritb.
ANOVAb
,006 1 ,006 ,554 ,476a
,101 9 ,011
,108 10
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jarak Sumura.
Dependent Variable: Nitritb.
L11 - 175
Coefficientsa
,094 ,061 1,542 ,157
,000 ,000 -,241 -,744 ,476
(Constant)
Jarak Sumur
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Nitrita.
Charts
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: Nitrit
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
L12 -173
Sumber ; PDAM Surakarta
L12-176
LAMPIRAN 12
GAMBAR PETA POTENSI AIR TANAH CEKUNGAN AIR TANAH KARANGANYAR – BOYOLALI
PROPINSI JAWA TENGAH
L12-177
PETA POTENSI AIR TANAH CEKUNGAN AIR TANAH KARANGANYAR – BOYOLALIPROPINSI JAWA TENGAH
Boyolali - Surakarta
Gambar 32: Penampang Cekungan Boyolali-SurakartaSumber : PDAM Surakarta
L12-178
Surakarta – Karanganyar
Gambar 33 : Potongan Cekungan Surakarta-KaranganyarSumber: PDAM Surakarta
L12-179
L12-180
L13- 181
LAMPIRAN 13
GAMBAR PENAMPANG KONSTRUKSI SUMUR DALAM
L13- 182
-150 M
-160 M
-125 M
-100 M
-075 M
-050 M
-025 M
-000 M2010
-150 M
-158 M
- 152.00
- 155.00
KE
DA
LA
MA
N S
UM
UR
16
0 m
-125 M
-100 M
- 137.00
- 140.00
- 130.00 PIPASCREEN
- 115.00
- 086.00
GRAVEL(kerikil pembalut)
-050 M
-075 M
-025 M
- 071.00- 071.00
- 080.00
Gro
utin
g se
men
4030
DISKRIPSI
TUTUP SUMUR
+ 0.75 m
KONTRUKSI
+ 0.00 m
GRAVELPIPA PENGHANTAR
LITOLOGISUMUR LOGGING
Sumber: PDAM Surakarta Gambar 34 : Penampang Konstruksi Sumur Dalam
L14 -183
LAMPIRAN 14
SURAT IJIN PENELITIAN
L14 - 184
L14 - 185
L14 - 186
L14 - 187
L14 -188
LAMPIRAN 15
PERDA JATENG NO. 10 TAHUN 2004TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH