40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan kesehatan Indonesia menuju sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan, salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan umtuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan untuk memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan (Indonesia Sehat, 2010). Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya bebas dari penyakit (Kemenkes RI, 2012). Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Salah satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan 1

Kti Sampah Di Desa Pamengkang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kti

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahDalam pembangunan kesehatan Indonesia menuju sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan, salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan umtuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan untuk memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan (Indonesia Sehat, 2010).

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya bebas dari penyakit (Kemenkes RI, 2012).Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Salah satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan. (IAKMI, 2012)Kesehatan dapat ditunjang oleh kebersihan lingkungan. Yang dapat tercipta berkat adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat yang proaktif dalam menangani masalah sampah. Sebaliknya lingkungan yang kotor selain menganggu estetika lingkungan, juga dapat menjadi sumber berbagai jenis penyakit. Lingkungan yang kotor dapat terjadi akibat banyaknya sampah yang menumpuk dan berserakan karena tidak ditangani secara baik dan efesien ( I Gede Suartika, 2011).Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Terlepas dari wujudnya, secara umum, sampah itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu : sampah industri dan sampah umum atau sampah rumah tangga. Sampah industri adalah sampah-sampah yang dihasilkan dari aktivitas produksi (Kawasaki 2005: 1). Menurut Dainur dalam Rohani (2007), produksi sampah perorangan maupun rumah tangga setiap harinya tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan kehidupan manusia itu sendiri.

Menurut UU No.18 Tahun 2008 mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). Sampah rumah tangga menjadi ancaman serius untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Masalah pokoknya mencakup limbah manusia dan timbunan sampahnya. Laporan World Bank Country Study dalam Wardhana (2000) selain kualitas air bersih, pengelolaan sampah yang kurang memadai (penumpukan secara tak terkendali, pembakaran, dan pembuangan ke dalam sungai serta tanah kosong) merupakan ancaman yang paling besar di wilayah perkotaan Indonesia. Kondisi ini membuat setiap masyarakat dari berbagai golongan bertanggung jawab atas kebersihan sampah yang dihasilkannya sehingga harus dapat melakukan pengelolaan sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Khususnya sampah rumah tangga, pengelolaannya berkaitan juga dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan besarnya keluarga (Dainur dalam Rohani, 2007).

Bersamaan dengan kenaikan jumlah penduduk, pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan menyebabkan pola hidup konsumtif sehingga tingkat konsumsi kita meningkat, mulai dari makanan dan kemasannya. Limbah yang dihasilkan perorang makin besar padahal jumlah penduduk juga bertambah. Sementara itu pendapatan kita untuk menangani sampah masih terbatas. Akibatnya, di daerah pedesaan banyak sampah yang tertumpuk atau berserakan. Di perkotaan lebih lagi hanya sebagian sampah yang terangkut oleh dinas kebersihan kota. Sampah yang tidak terangkut tertumpuk atau berserakan dan menjadi masalah kesehatan. Banyak juga penduduk yang berusaha memusnahkan sampah dengan membakarnya yang menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya (Soemarwoto,2001).

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah akibat yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan yang lainnya. Selain itu, ada juga sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat akibat pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah yang sembarangan. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di sampah. Sampah bila ditimbun di tempat sembarangan dapat menjadi sarang lalat dan tikus yang menjadi sumber penyakit. (Slamet, Soemirat, 1996:152-155).

Pengelolaan sampah di pedesaan umumnya dilakukan dengan cara membakar, menanam dalam lubang, dan tidak jarang dibuang kedalam selokan, sungai dan bahkan menumpuk dipekarangan atas kebun. Sungguh pun para ahli telah menemukan berbagai cara penanggulangan sampah, termasuk cara pendaur-ulangan, namun cara-cara tersebut masih belum memecahkan masalah sampah yang semakin meningkat jumlah dan jenisnya, baik di pedesaan maupun daerah kumuh perkotaan (Dainur, 1995).Di sejumlah titik tepi jalan wilayah Kecamatan Kramatwatu masih terlihat banyaknya tumpukan sampah. Selain menimbulkan bau tidak sedap sampah tersebut juga dinilai sering menimbulkan bahaya karena ketika hujan turun sampah membuat jalanan becek dan licin. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya, dan lamanya pengangkutan sampah ke TPA (tempat pemprosesan akhir) oleh petugas kebersihan membuat sampah terus menumpuk setiap harinya. (Kabar Banten,2014). Selain itu, sebagian besar desa di Kecamatan Kramatwatu masih banyak yang tidak memiliki TPS (Tempat penampungan sementara). Desa yang tidak memiliki TPS yaitu Desa Pamengkang, Pelamunan, Pejaten, Teluk Terate, Wanayasa, Harjatani, Toyomerto, dan Margatani (Potensi Desa,2012).Banyaknya tumpukan sampah di desa Pamengkang Kecamatan Kramatwatu, sangat menganggu lingkungan. Perilaku masyarakat masih membuang sampah sembarangan, yang dibiarkan berserakan disekitar rumah. Sampah basah maupun kering tidak dipisah dibiarkan tercampur. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya bak sampah ataupun TPS sehingga masyarakat membuang sampah tidak pada tempat yang layak. Arena pembuangan yang biasa dilakukan oleh masyarakat yaitu sungai, sawah, atau lahan kosong dipenuhi rumput-rumput tinggi yang terdapat genangan air. Demikian juga lamanya petugas kebersihan yang mengangkut sampah warga desa Pamengkang yang mengakibatkan sampah tetap menumpuk tiap harinya.Akibat penumpukkan sampah tersebut, Lingkungan menjadi terlihat kotor dan kumuh. Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. Secara langsung sampah merupakan tempat tumbuh subur dan berkembang biak berbagai kuman-kuman penyakit, virus-virus dan berbagai sumber penyakit lainnya yang membahayakan dan bahkan dapat mematikan. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, malaria, kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Melalui perantara binatang-binatang kecil seperti lalat, nyamuk, dan binatang-binatang lainnya, bermacam-macam penyakit mudah untuk disebar luaskan. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.B. Rumusan MasalahSesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan penulis merumuskan masalah yaitu perilaku masyarakat di Desa Pamengkang masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya bak sampah ataupun TPS. Akibatnya sampah pun berceceran dan bercampur baik sampah organik maupun anorganik. Lamanya pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan mengakibatkan sampah tetap menumpuk. Sehingga tumpukan sampah tersebut mengeluarkan bau tidak sedap dan lingkungan menjadi tercemar.C. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumDiketahuinya Penanggulangan Masalah Pengelolaan Sampah di Desa Pamengkang Kelurahan Kramatwatu Kabupaten Serang Tahun 2015.2. Tujuan Khusus

a. Masyarakat diharapkan mampu melakukan pemilahan sampah organik dan non organik.b. Masyarakat diharapkan mempunyai perilaku membuang sampah pada tempatnya.c. Masyarakat diharapkan mampu melakukan Pembuatan TPS (tempat penampungan sementara).d. Masyarakat diharapkan dapat melakukan Pengelolaan sampah secara mandiri dengan metode Bank sampah. D. Manfaat Penulisan1. Bagi Instansi Kesehatan dan Pemerintah

Untuk mengetahui Penanggulangan Masalah Pengelolaan Sampah di Desa Pamengkang Tahun 2015 sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah sebagai bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.2. Bagi Masyarakat Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi masyarakat Desa Pamengkang Kelurahan Kramatwatu tentang Penanggulangan Masalah Pengelolaan Sampah.3. Bagi PenulisDapat menambah pengetahuan mengenai Penanggulangan Masalah Pengelolaan Sampah dengan benar.

BAB IIKAJIAN LITERATURA. Pengertian SampahMenurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). UndangUndang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut:1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan manusia

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003).B. Sumber dan Jenis Sampah1. Sumber Sumber Sampah

a. Sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkusan perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.b. Sampah buangan pasar dan tempat- tempat umum (warung, toko dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan, dan pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.c. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.d. Sampah industri termasuk diantarannya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya (Dainur, 1995).2. Sampah Berdasarkan Zat Pembentuknya

a. Sampah organik termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya.b. Sampah anorganik termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam, plastik dan sebagainya (Manik, 2003).

3. Sampah Menurut Sifat Fisiknya

a. Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar, diantarannya kertas, sisa tanaman yang dapat dikeringkan.b. Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar (Dainur, 1995).

4. Jenis Sampah

a. Sampah Basah (Garbage)

Adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayur sayuran hasil dari pengelolaan, pembuatan dan penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.

b. Sampah Kering (Rubbish)

Adalah jenis sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, karbon, kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/sukar terbakar sebagian besar mengandung zat-zat anorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa pembakaran.c. Abu (Ashes)

Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat yang mudah terbakar seperti dirumah, kantor maupun di pabrik-pabrik industri.

d. Sampah Jalanan

Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun daunan dan lain-lain.e. Bangkai Binatang

Sampah jenis ini berupa sampah-sampah biologis yang berasal dari bangkai binatang yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.f. Sampah Rumah Tangga

Sampah jenis ini merupakan jenis sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.

g. Bangkai Kendaraan

adalah sampah yang berasal dari bangkai mobil, truk, kereta api.

h. Sampah IndustriMerupakan sampah padat yang berasal dari industri-industri pengelolaan hasil bumi/tumbuh tumbuhan dan industri lain.

i. Sampah Perumahan

Sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung gedung, sampah dari daerah ini berasal dari batu batuan, mengandung tanah, potongan kayu, alat perekat dan lain lain.

j. Sampah Padat

Sampah yang terdiri dari benda benda kasar yang yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pengelolaan air buangan.k. Sampah Khusus

Jenis sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan lain lain. (Mukono, 2006).C. Cara Cara Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:1. Hog Feeding

Yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (missal: babi). Sampah tersebut harus di olah terlebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak. 2. Insenaration (Pembakaran)

Yaitu dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah dilakukan ditempat tertutup dengan mesin dan peralatan khusus yang dirancang untuk pembakaran sampah. Sistim ini memerlukan biaya besar untuk pembangunan, operasional dan pemeliharaan mesin dan peralatan lain.

3. Sanitary Landfill

Yaitu pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis, sedemikian rupa sehingga sampah tidak berada dialam terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat binatang bersarang. Cara ini tentu amat bermanfaat jika sekaligus bertujuan untuk meninggikan tanah yang rendah seperti rawa-rawa, genangan air dan sebagainya.

4. Composting (Pengomposan)

Merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan sampah harus dipilah pilah sehingga sampah organik dan anorganik terpisah.

5. Discharge To SeweresDisini sampah harus dihaluskan dahulu dan kemudian dibuang kedalam saluran pembuangan air bekas. Cara ini dapat dilakukan pada rumah tangga atau dikelola secara terpusat di kota-kota. Cara ini membutuhkan biaya yang besar serta tidak mungkin dilakukan jika sistim pembuangan air kotor tidak baik.6. Dumping (Penumpukan)

Yaitu pembuangan sampah dengan penumpukan diatas tanah terbuka. Dengan cara ini TPA memerlukan tanah luas dan sampah ditumpuk begitu saja tanpa adanya perlakuan. Sistim dumping memang dapat menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena masyarakat sekitarnya sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang bersarang.

7. Individual Inceneration

Ialah pembakaran sampah yang dilakukan secara perorangan dirumah tangga. Pembakaran haruslah dengan baik, jika tidak asapnya akan mengotori udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran.8. Recycling

Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca dan sebagainya. Cara ini berbahaya untuk kesehatan, terutama jika tidak menindahkan segi kebersihan.

9. Reduction

Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan, misalnya garbage reduction yang dapat menghasilkan lemak. Hanya saja biayanya sangat mahal tidak sebanding dengan hasilnya. (Azwar, 2002).D. Hubungan Sampah Dengan Manusia dan LingkunganMenurut Chandra (2006) pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif.

Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan lingkungan, antara lain :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa rawa dan dataran rendah2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk. 3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak.

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah 6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain

Sedangkan pengaruh negatif dari sampah terhadap kesehatan, lingkungan maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:

1. Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain:

a. Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus.

b. Insidensi penyakit Demam Berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng maupun ban bekas yang berisi air hujan.

c. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainyad. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain.

2. Pengaruh terhadap lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busukc. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luasd. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal

e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkalf. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat seperti jalan, jembatan dan saluran air. E. Hambatan Dalam Pengelolaan SampahMasalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena :1) Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan sampah.2) Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.3) Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efesien meimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan esteika dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.4) Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.5) Kurangnya partisipasi masyrakat untuk memelihara kebersihan dan menbuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2002).

BAB III

METODE PENYELESAIAN MASALAH

A. Permasalahan Sampah di Desa PamengkangBeberapa masalah yang ditimbulkan oleh sampah yang ada di Desa Pamengkang adalah :1. Masyarakat belum mampu memilah sampah organik dan non organik

2. Perilaku masyarakat masih membuang sampah sembarangan di lahan orang, di sungai, atau di sawah. 3. Tidak tersedianya TPS (Tempat Penampungan Sementara) untuk membuang sampah.4. Masyarakat belum dapat mengelola sampah secara mandiri sehingga belum dapat membantu meningkatkan standar ekonomi rumah tangga. B. SolusiSolusi yang mungkin dapat dilakukan adalah sebagai berikut :1. Melakukan sosialisasi pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik. Agar masyarakat dapat membedakan sampah organik dan non organik serta manfaat sampah tersebut apabila dapat dikelola dengan baik dan benar. a. Sampah organik Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai secara alami. Sampah organik sendiri dibagi menjadi basah dan kering. Sampah organik basah contohnya seperti kulit buah dan sisa sayuran. Cara pengolahan sampah organik basah adalah dengan menimbun sampah kedalam tanah untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah organik kering contohnya seperti kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering. Cara pengolahan sampah organik kering dapat dibakar untuk dijadikan kompos yaitu sekam bakar.Sampah organik yang dihasilkan di Desa Pamengkang adalah sampah dapur seperti sisa makanan, sayuran dan buah. Cara pengelolaan sampah organik yang dilakukan dengan cara sanitary landfill atau penimbunan sampah dalam tanah. Sebagian besar masyarakat menggunakan sampah organik tersebut untuk dijadikan sebagai kompos. b. Sampah non organik Sampah non organik sering disebut juga dengan sampah kering karena sangat susah terurai oleh alam. Contohnya seperti logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain. Setelah dipisahkan, sampah non organik dapat dikelola dengan menggunakan konsep 4R:1) Mengurangi (Reduce)

Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.2) Menggunakan kembali (Reuse)Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, lalu buang.3) Mendaur ulang (Recycle)

Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.4) Mengganti (Replace)

Teliti barang yang dipakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.2. Untuk merubah perilaku kebiasaan membuang sampah sembarangan masyarakat diharuskan untuk menyiapkan tempat sampah dalam rumah dan lingkungan. Agar memudahkan masyarakat untuk membuang sampah. Tempat sampah didalam rumah berupa tong sampah tertutup. Sedangkan diluar rumah dengan cara sampah dibakar atau ditimbun dalam tanah, dan dapat dijadikan kompos.

Lalu kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan dengan cara penyuluhan mengenai bahaya sampah di rumah. Karena dengan menumpuknya sampah didalam atau pekarangan rumah akan mengeluarkan gas metana, bau tidak sedap, terdapat belatung dan lain-lain. 3. Pembuatan TPS yang terdapat dalam wilayah lingkungan harus berkerja sama dengan aparat setempat beserta melibatkan peran ketua RT atau RW. Pembuatan TPS harus dengan kriteria: a. Harus kedap air

b. Mempunyai tutup dan dalam keadaan tertutup.

c. Mudah dibersihkan

d. Jarak terdekat 30 meter dari rumah dan jarak terjauh 200 meter

e. Jarak terhadap sumber air 75 meter

f. Tidak berada di pinggir saluran air

g. Tidak terletak pada daerah banjir

h. Mudah dijangkau oleh petugas kebersihan

TPS rumah juga dapat dibuat oleh masyarakat dengan cara membakar atau menimbun untuk sampah organik dan dikelola kembali untuk sampah non organik.

TPS dapat dibuat dari bahan yang sudah ada dan digunakan kembali seperti drum kaleng bekas. Selain itu TPS juga dapat dibuat dengan cara permanen menggunakan bahan bangunan bata dan semen yang kemudian diberi tutup agar tidak dapat dijangkau oleh binatang atau serangga.Sampah yang sudah terkumpul di TPS harus segera diangkut oleh petugas kebersihan setiap hari. Karena sampah tidak boleh berada di TPS lebih dari 24 jam. Sampah diangkut menggunakan truk sampah menuju TPA Cilowong. Dan proses pengangkutannya tidak boleh mencemari jalan yang dilalui oleh truk pengangkut sampah tersebut krn air buangan yang berasal dari sampah.4. Pengelolaan sampah secara mandiri dapat dilakukan dengan menggunakan metode mendirikan bank sampah. Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Tujuan dibangunnya bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat berkawan dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 4R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mendirikan bank sampah, sebagai berikut :a. Sosialisasi awal

Sosialiasi awal bertujuan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar mengenai bank sampah kepada masyarakat. Wacana yang disampaikan antara lain tentang bank sampah sebagai program nasional, pengertian bank sampah, alur pengelolaan sampah dan sistem bagi hasil dalam sistem bank sampah. Penjelasan harus menonjolkan berbagai sisi positif sistem bank sampah. Sehingga warga masyarakat tergerak untuk melaksanakan sistem bank sampah. Pertemuan dilakukan di tingkat kelurahan atau kecamatan sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan warga dalam cakupan yang luas. Sosialisasi sebaiknya dihadiri oleh para pengambil keputusan seperti ketua kader lingkungan, RT, RW, dan sebagainya. b. Pelatihan teknis

Setelah warga sepakat untuk melaksankan sistem bank sampah, maka perlu dilakukan pertemuan lanjutan. Tujuannya untuk memberi penjelasan detail tentang standarisasi sistem bank sampah, mekanisme kerja bank sampah dan keuntungan sistem bank sampah. Sehingga warga menjadi lebih siap pada saat harus melakukan pemilahan sampah hingga penyetoran ke bank. Hal yang dilakukan dalam pelatihan teknis adalah menjelaskan sistem bank sampah seperti standarisasi sistem bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, dan keuntungan sistem bank sampah. Pemberi materi pada saat pelatihan teknis dapat dilakukan oleh aktivis lembaga swadaya masyarakat. Forum ini juga dimanfaatkan untuk musyawarah penentuan nama bank sampah, pengurus, lokasi kantor, dan tempat penimbangan, pengepul hingga jadwal penyetoran sampah.c. Pelaksanaan sistem bank sampah

Pelaksanaan bank sampah dilakukan pada saat hari yang telah disepakati. Pelaksanaan bank sampah meliputi penetapan jam kerja, penarikan tabungan, peminjaman uang, buku tabungan, jasa penjemputan sampah, jenis tabungan, jenis sampah, penetapan harga, kondisi sampah, berat minimum, wadah sampah, sistem bagi hasil dan pemberian upah karyawan.d. Pemantauan dan evaluasi

Pertemuan untuk evaluasi dilakukan oleh pengurus dan nasabah setelah sistem bank sampah berjalan satu bulan sejak pelatihan teknis dan sudah dilakukan penjualan. Seluruh pengurus harus hadir. Sementara kehadiran nasabah boleh diwakilkan oleh minimal 50% dari jumlah nasabah. Pertemuan ini dilakukan untuk menilai pelaksanaan bank sampah yang sudah dilakukan dengan tolak ukur berapa jumlah nasabah, reduksi sampah dan omset. Penilaian terhadap keberhasilan bank sampah menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.e. Pengembangan

Sistem bank sampah bias berkembang menjadi unit simpan pinjam, unit usaha sembako, koperasi dan pinjaman modal usaha. Perluasan fungsi bank sampah ini bias disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, jika kebanyakan warga adalah wirausaha, pengembangan bank sampah diarahkan untuk unit pinjaman modal usaha. Salah satu bentuk bantuan dari organisasi masyarakat pada proses ini antara lain dalam pengurusan badan hukum koperasi. BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Pemilahan Sampah Organik dan Non OrganikKegiatan Sosialisasi atas pemilahan sampah organik dan sampah anorganik dilakukan di Desa Pamengkang Kampung Jambangan pada RT 03 RW 07. Sosialisasi mengenai pemilahan sampahdilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2015. Dengan mengumpulkan warga masyarakat di rumah ketua RT. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi bertujuan untuk memperkenalkan bagaimana jenis dan pemilahan sampah organik dan non organik. Sebelumnya belum pernah ada yang memberikan penyuluhan terhadap jenis dan pemilahan sampah organik dan non organik di Desa Pamengkang. Kegiatan tersebut mengajarkan kepada warga untuk dapat membedakan sampah organik dan non organik serta manfaat sampah tersebut apabila dapat dikelola dengan baik dan benar.Kegiatan sosialisasi pemilahan sampah organik dan sampah anorganik direspon cukup baik oleh masyarakat. Untuk menindak lanjuti dari kegiatan sosialisasi ini terdapat kontrol terhadap pemilahan sampah yang sudah dilakukan secara door to door. Dan masyarakat sudah bisa memilah sampah dengan memisahkan sampah organik dan sampah non organik. Walaupun ketika di awalnya warga masih sulit untuk digali kesadarannya. Disini bisa diceritakan dari realisasi tersebut keterlibatan masyarakat dalam merespon program ini sangat baik sehingga dapat dikatakan masayarakat antusias untuk menerima program ini, namun harus sangat perlahan kembali membangkitkan kesadaran mereka atas pemilahan sampah. Hasil kegiatan ini pun bisa terlihat bahwa kesadaran masyarakat sudah ada untuk memilah sampah yang baik dan benar dan mengembalikan lagi kepercayaan masyarakat dengan mengembalikan mereka untuk mau melakukan kembali pengolahan sampah yang baik dan benar. Monitoring dan evaluasi kegiatan ini dilakukan selama 3 bulan setiap 2 minggu sekali.B. Buang Sampah Pada TempatnyaKegiatan ini merupakan lanjutan dari Sosialisasi sebelumnya. Tujuan sosialisasi tersebut untuk menyarankan masyarakat menyediakan atau membuat bak sampah disetiap rumah dan lingkunga. Karena dengan disediakan bak sampah disetiap pekarangan rumah warga dan lingkungan sekitar dapat memudahkan masyarakat untuk membuang sampah. Pada awalnya, masyarakat menolak hal tersebut namun dengan bantuan ketua RT akhirnya masyarakat menerima untuk menyediakan bak sampah.

Agar masyarakat tetap menjaga kebersihan lingkungannya, maka dilakukan penyuluhan mengenai bahaya sampah dirumah. Dengan begitu kesadaran masyarakat akan lingkungan bersih lebih meningkat. Hasil dari kegiatan dapat dikatakan berhasil, karena ketika dimonitoring dan evaluasi setiap 2 minggu sekali keadaan lingkungan tidak terlalu banyak sampah berserakan seperti sebelumnya. Hal tersebut membuktikan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya mulai tumbuh didukung dengan sarana prasarana yaitu bak sampah yang sudah tersedia.

C. Pembuatan TPS (Tempat Penampungan Sementara)Dalam pembuatan TPS (tempat penampungan sementara) di wilayah lingkungan ketua RT atau RW bekerja sama dengan aparat setempat. Ketua RT mengumpulkan warga masyarakat, kemudian bergotong royong untuk membuat TPS sendiri. Di Kampung Grilaya, Warga mencari lahan kosong dengan letak strategis untuk pembuatan satu TPS permanen. Setelah menemukan lahan kosong, masyarakat membuat dan membentuk tempat penampungan sampah menggunakan bahan bangunan bata dan semen yang kemudian diberi tutup. Sementara, di Kampung Jambangan dikarenakan tidak tersedianya lahan yang cukup untuk membuat TPS dalam lingkup besar, maka TPS dibuat dengan menggunakan bahan yang berasal dari drum kaleng bekas yang diletakkan di setiap deret rumah dengan perbandingan 1 TPS untuk 10 rumah. Dari hasil evaluasi diperoleh pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan dalam waktu 1 minggu 2 kali.D. Pengelolaan Sampah Secara Mandiri (Bank Sampah)Pelaksanaan pengelolaan bank sampah dilakukan melalui beberapa tahapan, yang terdiri dari :1. Jam Kerja

Berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara pelaksana bank sampah dan masyarakat sebagai penabung, jumlah hari kerja bank sampah adalah 3 hari dalam satu minggu. Kemudian jam kerja bank sampah Desa Pamengkang buka pada hari jumat dan sabtu pukul 15.00-17.00 serta hari minggu pada pukul 10.00-17.00.2. Penarikan Tabungan

Setiap masyarakat yang menabung sampah akan ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran. Uangnya tidak langsung diuangkan namun ditabung dan dicatat dalam buku rekening, dan baru dapat diambil paling cepat dalam 3 (tiga) bulan. 3. Peminjaman Uang

Selain menabung sampah, bank sampah juga dapat dapat meminjamkan uang kepada masyarakat sebagai penabung dengan sistem bagi hasil yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu.

4. Buku Tabungan

Setiap masyarakat menabung sampah, ditimbang, dan dihargai sesuai harga pasaran sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan) sebagai bukti tertulis jumlah sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap penabung.

5. Jasa Penjemputan SampahSebagai bagian dari pelayanan, bank sampah dapat menyediakan angkutan untuk menjemput sampah dari kampung ke kampung diseluruh daerah layanan. Penabung cukup menelpon bank sampah dan meletakkan sampahnya di depan rumah, petugas bank sampah akan menimbang, mencatat, dan mengangkut sampah tersebut.

6. Jenis TabunganDalam prakteknya, pengelola bank sampah dapat melaksanakan dua jenis tabungan, tabungan individu dan tabungan kolektif. Tabungan individu terdiri dari: tabungan biasa, tabungan pendidikan, tabungan lebaran, dan tabungan sosial. Tabungan biasa dapat ditarik setelah 3 bulan, tabungan pendidikan dapat ditarik setiap tahun ajaran baru atau setiap bayar sumbangan pengembangan pendidikan (SPP), sementara tabungan lebaran dapat diambil seminggu sebelum lebaran. Tabungan kolektif biasanya ditujukan untuk keperluan kelompok seperti kegiatan arisan, pengajian, dan pengurus masjid.

7. Jenis SampahJenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi:

a. kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus, dan dupleks;b. plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya; danc. logam, yang meliputi besi, aluminium, dan timah.

Bank sampah dapat menerima sampah jenis lain dari penabung sepanjang mempunyai nilai ekonomi.

8. Penetapan HargaPenetapan harga setiap jenis sampah diatur berdasarkan kesepakatan pengurus bank sampah. Harga setiap jenis sampah bersifat fluktuatif tergantung harga pasaran. Penetapan harga meliputi:

a. Untuk perorangan yang menjual langsung sampah dan mengharapkanuang tunai, harga yang ditetapkan sesuai harga pasar.b. Untuk penabung yang menjual secara kolektif dan sengaja untuk ditabung, harga yang diberikan tidak tergantung pasar dan biasanya di atas harga pasar. 9. Kondisi SampahMasyarakat didorong untuk menabung sampah dalam keadaan bersih dan utuh. Karena harga sampah dalam keadaan bersih dan utuh memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik memiliki nilai ekonomi lebih tinggi karena harga plastik dalam bentuk bijih plastik dapat bernilai 3 (tiga) kali lebih tinggi dibanding dalam bentuk asli.10. Berat MinimumAgar timbangan sampah lebih efisien dan pencatatan dalam buku rekening lebih mudah, diberlakukan syarat berat minimum untuk menabung sampah, misalnya 1 kg untuk setiap jenis sampah. Sehingga masyarakat dapat menyimpan terlebih dahulu tabungan sampahnya di rumah sebelum mencapai syarat berat minimum.

11. Wadah SampahAgar proses pemilahan sampah berjalan baik, masyarakat disarankan untuk membawa 3 (tiga) kelompok besar sampah ke dalam 3 (tiga) kantong yang berbeda meliputi:

a. kantong pertama untuk plastik;b. kantong kedua untuk kertas; danc. kantong ketiga untuk logam.

12. Sistem Bagi HasilUntuk menentukan sistem bagi hasil bank diadakan rapat pengurus bank sampah. Hasil keputusan bagi hasil tersebut kemudian disosialisasikan kepada semua penabung.

13. Pemberian Upah KaryawanTidak semua bank sampah dapat membayar upah karyawannya karena sebagian bank sampah dijalankan pengurus secara sukarela. Namun, jika pengelolaan bank sampah dijalankan secara baik dan profesional, pengelola bank sampah bisa mendapatkan upah yang layakUntuk monitoring dan evaluasi diadakan pertemuan antar pengurus dan penabung, setelah sistem bank sampah berjalan satu bulan sejak pelatihan teknis dan sudah dilakukan penjualan. Seluruh pengurus harus hadir, Sementara kehadiran penabung boleh diwakilkan oleh minimal 50% dari jumlah penabung. Pertemuan ini dilakukan untuk menilai pelaksanaan bank sampah yang sudah dilakukan dengan tolak ukur berapa jumlah penabung, reduksi sampah dan omset. Penilaian terhadap keberhasilan bank sampah menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya. BAB V

PENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penanggulangan masalah pengelolaan sampah di Desa Pamengkang, sebagai berikut :1. Pemilahan sampah organik dapat dilakukan dengan cara dibakar atau ditimbun. Sedangkan sampah non organik dapat dilakukan dengan konsep 4R.2. Perilaku masyarakat sebagian besar sudah tidak membuang sampah sembarangan di lahan orang, di sungai, atau di sawah karena sudah tersedianya bak sampah.

3. Membuat TPS (tempat penampungan sendiri) sendiri menggunakan lahan kosong dengan letak yang strategis.

4. Masyarakat mempunyai rencana untuk mengelola sampah secara mandiri dengan menggunakan metode bank sampah sesuai dengan hasil musyawarah yang dilakukan lembaga swadaya dan masyarakat. B. Saran1. Bagi Instansi Kesehatan dan PemerintahMeningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi sanitasi lingkungan khususnya diwilayah pedesaan dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat akan perlunya membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak mencemari lingkungan dan tidak menyebabkan penyakit.2. Bagi Ketua RT/RW

a. Menghimbau masyarakat untuk lebih peduli akan kesehatan lingkungan terutama kebersihan di dalam rumah dan kebersihan di sekitar rumahnya.b. Mengajak masyarakat untuk lebih aktif berperan serta dalam merubah sampah menjadi lebih bernilai ekonomis dengan melakukan pengelolaan sampah secara mandiri melalui metode bank sampah.

3. Bagi Masyarakata. Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungannya sehingga tercipta kondisi yang bersih dan sehat.

b. Memaksimalkan kegiatan pengelolaan sampah misalnya dengan melakukan pemilahan sampah ataupun sampah yang sudah dipisahkan sejak dari sumber untuk tidak dicampur kembali serta mengolahnya menjadi bahan yang bermanfaat seperti pengomposan.

DAFTAR PUSTAKAAzwar, A., 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. JakartaDainur, 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya

Medika.Depkes RI, 2004. Profil Kesehatan Indonesia Sehat 2010. Jakarta http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20335/2/Reference.pdf. [Diakses pada tanggal 2 Februari 2015]

Depkes RI, 2008.,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26100/2/Reference.pdf. [Diakses pada tanggal 2 Februari 2015]

I, G.S, (2011). Penanganan Sampah Secara Swadaya di Desa Pakraman Celuk,Sukawati,Gianyar. Jurnal Bumi Lestari, Volume 11 No. 2. 2011: 379-386 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia.2010 Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2012 Manik, K.E.S, 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. Jakarta.

Mukono, H J, 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT.Rineka Cipta. JakartaSlamet, J.S., 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. YogyakartaSoemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Cetakan ke 4). Jakarta: Djambatan.Soemirat, D. 1994. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta: Gadjahmada University press.

Wardhana, 2000. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

26