KTI Ikha

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KTI Ikha

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang perempuan. Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna mempertahankan kelestarian spesies manusia. Meskipun merupakan suatu hal yang fisiologis, kehamilan dan persalinan memiliki banyak resiko yang dapat menyebabkan nyawa Ibu dan janin (Alamsyah, 2004).

Mortalitas dan morbilitas pada waktu hamil merupakan masalah besar terutamma di Negara berkembang, anemia dan eklamsia/preeklamsia merupakan komplikasi penyebab kematian meternal yang meningkat akibat tidak terdeteksi selama kehamilan. Didunia tahun 2005 diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya dan 4% kematian para Ibu akibat perdarahan berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Angka kejadian eklamsia dan preeklamsia pada Ibu hamil didunia sebesar 0-13%, kejadian preeklamsia tercatat dengan prevalensi 1,08% per tahunnya (Rafika, 2008).

Data Departemen Kesehatan RI tahun 2008 berdasarkan laporan Rumah Sakit seluruh Indonesia penyakit obstetri yang sering dialami Ibu hamil sebesar 24% per 100.000 Ibu hamil adalah anemia dan diikuti preeklamsia dan eklamsia sebesar 4,91% per 100.000 Ibu hamil dan merupakan golongan penyakit obstetri yang paling banyak menyebabkan kematian dengan Case Fertility Rate 2,35% per 100.000 kelahiran hidup (DepKes, 2008).Upaya yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan meningkatkan pelayanan kehamilan, deteksi dini mengenai penyakit maupu komplikasi kehamilan ANC (Antenatal Care) yang nantinya juga akan mempengaruhi prognose persalinan. Kunjungan Ibu hamil atau adalah kontak antara Ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Saifudin, 2002).

Angka kematian Ibu di Indonesia masih amat tinggi, bahkan tergolong tinggi di Dunia. Berdasarkan data pada tahun 2011 tercatat, angka kematian ibu tersebut sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Sementara, angka kematian bayi usia 0-11 bulan adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kematian Ibu saat persalinan. Faktor dominan adalah buruknya infrastruktur transportasi dan kesehatan lingkungan. Guna menekan angka kematian Ibu, yakni penapisan kelainan kandungan, pelayanan kehamilan hingga persalinan yang aman, dan pencegahan disfungsi dasar panggul (Musyahir, 2011).Rendahnya pengetahuan dan kurangnya dukungan suami untuk menstimulasi Ibu agar teratur melakukan kunjungan ANC menyebabkan rendahnya partisipasi Ibu dalam melakukan kunjungan kehamilan. Hasil penelitian Survey kesehatan Ibu pendekatan kemitraan dan keluarga tahun 2008 di 10 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur didapatkan Ibu hamil yang tidak teratur melakukan ANC sebanyak 10% dari 14.000 Ibu hamil, sebesar 60% Ibu yang tidak melakukan ANC secara teratur karena tidak mendapat dukugan dari suami (Sudrajat, 2008).

Menurut DepKes RI (2005) kondisi derajat kesehatan di Indonesia ini masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan tingginya AKI ( Angka Kematian Ibu) yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan mati bayi baru lahir 35 per 1000 (SDKI) 2002/2003). Beberapa faktor yang melatar belakangi resiko kematian adalah kurangnya partisipasi ibu yang disebabkan tingkat pengetahuan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung (Ayurai, 2009).Menurut Dr. Sudibyo Alimoesa (2011), berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka Kematian Ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya angka kematian bayi usia 0-11 bulan (AKB-IMR) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, kemudian 60 persen penduduk hanya tamat SD atau lebih rendah, angka harapan hidup Indonesia sekitar 68/72 tahun.Hasil penelitian Wahyudi di Posyandu RW III Gendingan Kecamatan Ngampilan Yogyakarta tahun 2005 dengan menggunakan metode penelitian non eksperimen desain kerasional dan pendekatan waktu cross sectional tentang hubungan antara dukungan suami dengan kunjungan ANC Ibu hamil. Sampel yang digunakan adalah 40 responden yang diambil sesuai kriteria yang ditetapkan. Hasil ujia statistik didapat OR=8,475, Ibu yang tidak mendapatkan dukungan suami berpeluang 8,475 kali untuk tidak melakukan kunjungan ANC secara teratur dibandingkan Ibu yang mendapatkan dukungan dari suami (Wahyuni, 2005).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2007, cakupan kunjungan ANC sebesar 85,7% dari 200.000 Ibu hamil lebih kecil dari target yang ditetapkan dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) sebesar 90% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2008).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandar Lampung tahun 2010, kunjungan ANC sebesar 84,2% dan menurun ditahun 2011 kunjungan sebesar 83,5% (Dinas Kesehatan Bandar Lampung, 2011).

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakng diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012?

2. Bagaimana kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012?3. Adakah hubungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012

2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan suami terhadap ibu dalam melakukan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012

Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil di BPS Aidawati, Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung tahun 2012

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat PenelitianDiharapkan dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan khususnya unit program KIA dalam mengevaluasi dan meningkatkan cakupan pelayanan Antenatal Care pada Ibu hamil untuk mendeteksi secara dini bahaya kehamilan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

2. Bagi Institusi Kebidanan MalahayatiHasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan frekuensi Mahasiswi Kebidanan Malahayati tentang hubungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil.

3. Bagi PenelitiHasil penelitian dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang hubungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil sebagai aplikasi metodologi penelitian.

4. Bagi Peneliti SebelumnyaSebagai data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil melalui variable dukungan petugas kesehatan dan pengetahuan.

5. Bagi RespondenDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi suami untuk memberikan dukungan kepada ibu hamil agar teratur melakukan kunjungan ANC.

E. Ruang LingkupJenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah ibu hamil, objek penelitian adalah hubungan dukungan suami dengan kunjungan ANC (Antenatal Care) pada Ibu hamil, lokasi penelitian akan dilakukan di BPS Aidawati Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung pada bulan maret tahun 2012.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teoritis1. Antenatal Care (ANC)a. Pengertian Antenatal Care (ANC)ANC atau antenatal care adalah asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah dan komplikasi setiap saat (DepKes RI, 2004).Menurut Prawiroharjo (2002) Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal.

b. Manfaat Antenatal Care (ANC)Manfaat Antenatal Care (ANC) adalah (Saifudin, 2006):

1. Kunjungan Trimester Pertama1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, mencegah penggunaan praktik tradisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi perilaku yang sehat.

2. Kunjungan Trimester KeduaInformasi yang penting pada trimester kedua sama dengan trimester pertama hanya ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui protein urine).3. Kunjungan Trimester Ketiga antara 28-36 mingguSama seperti pada trimester kedua hanya ditambah dengan palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.4. Trimester Ketiga setelah 36 MingguSama seperti trimester pertama, kedua, ketiga dan ditambah untuk mendeteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Ruma Sakit.

c. Tujuan Asuhan AntenatalTujuan asuhan antenatal adalah (Saifudin, 2002):

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin2. Meningkatakan dan memeprtahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian ASI ekslusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang dengan baik.

d. Waktu Kunjungan Antenatal Care (ANC)Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu jamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau posyandu. Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila mana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia khawatir. Waktu kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu (prawiroharjo, 2002):1. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)

2. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3. 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu 36).

e. Lokasi Pelayanan Pemeriksaan KehamilanTempat pemberian pelayanan pemeriksaan kehamilan dapat bersifat statis dan aktif meliputi (DepKes, 2003):1. Puskesmas

2. Puskemas Pembantu

3. Pondok bersalin Desa

4. Posyandu

5. Rumah penduduk (pada kunjungan rumah kegiatan puskesmas)

6. Rumah Sakit pemerintah atau swasta

7. Tempat praktik swasta (bidan, dokter)

f. Standar Pelayanan ANCMenurut DepKes RI (2001) tugas bidan pada saat setiap kali kunjungan yang dilakukan untuk ibu hamil adalah::

1. Pemeriksaan Berat Badan (BB)Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak bertambah atau pengukuran lengan menunjukkan kurang gizi, memberi penyuluhan tentang gizi dan rujuk untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Jika berat badan naik lebih dari Kg per minggu, segera rujuk.

2. Pemeriksaan Tekanan Darah (TD)Mengukur tekanan darh dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring posisi tetap sama pada pemeriksaan pertama dan pemeriksaan berikutnya. Meletakkan tensimeter pada permukaan yang datar setinggi jantungnya. Dengan menggunakan ukuran manset yang sesuai. Ukur tekanan darah (tekanan darah diatas 140/90 mmHg, atau peningkatan diastol 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu, atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1 jam yang berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk.3. Pengukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU)Ukur tinggi fundus uteri lebih dari 24 mingg tinggi fundus dalam cm diukur dari simfisis pubis sampai kefundus uteri, sesuai dengan umur kehamilan dalam minggu.4. Memberikan Vaksin Tetanus Toxoid (TT)Pemberian vaksin TT1 diberikan pada usia kehamilan 24 minggu, dan TT2 diberikan pada usia kehamilan 28 minggu dengan menggunakan ketentuan yang sesuai.5. Pemberian Tablet Zat Besi (Fe)Pemberian tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11gr% teruskan pemberian tablet zat besi. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya minum tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C, serta menghindari minum teh/kopi atau susu dalam 1 jam sebelum/sesudah makan (teh/kopi atau susu yang mengandung penyerapan zat besi).

6. Temu WicaraTemu wicara dapat dilakukan seperti: melakukan kunjungan rumah dan penyluhan masyarakat secara teratur untuk menjeaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga, maupun masyarakat. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid atau diduga hamil). Melalui komunikasi dua arah dengan kelompok kecil masyarakat, dibahas manfaat pemeriksaan kehamilan. Ajak mereka memanfaatkan pelayanan KIA terdekat atau sarana kesehatan lainnya untuk memeriksakan kehamilan.

7. Pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS)Pemeriksaan dilakukan dengan sebelumnya memeriksakan tanda dan gejala penyakit menular serta mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan.

g. Konsep Pelayanan Pemeriksaan KehamilanKonsep pelayanan pemeriksaan kehamilan terdiri dari dua komponen yaitu (DepKes RI, 2003):

1) Sarana Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud/tujuan tertentu. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sarana pelayanan pemeriksaan kehamilan adalah tempat dan sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dalam pelayanan antenatal meliputi:

1. Tempat/ruangan untuk pelayanan

2. Timbangan Dewasa

3. Pengukuran tinggi badan

4. Tensimeter dan stetoskop

5. Meteran lingkaran lengan atas (LILA)

6. Stetoskop janin

7. Vaksis TT

8. Alat pemeriksaan HB

9. Alat pemeriksaan Urine

10. KMS ibu hamil, kartu ibu, register kohort ibu

11. Tempat tidur

12. Meja dan kursi untuk anamnese

13. Transportasi/kendaraan untuk rujukan

14. Sabun dan air mengalir untuk cuci tangan

15. Peralatan suntik, sarung tangan, dan surat rujukan

2) Petugas KesehatanTenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dalam memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan bidan harus bersikap ramah, sopan, dan bersahabat pada setiap kunjungan. Pada waktu perkenalan dan pemeriksaan pertama pada petugas diharapkan menunjukkan sikap rama dan penuh pengertian agar ibu sungguh-sungguh menaruh kepercayaan dan merasa aman dalam perawatannya.

2. Kehamilana. Pengertian KehamilanKehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh dalam rahim ibu. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehan dan normal (Prawirohardjo, 2002).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (dimulai konsepsi) sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan (Saifudin, 2002).

Kriteria kehamilan normal yaitu ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. Sedangkan kehamilan dengan masalah kesehatan seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, dan pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin. Oleh karena itu pelayanan asuhan pemeriksaan kehamilan merupakan cara penting tuntuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal (Saifudin, 2002).

b. Batas Usia Kehamilan

Batas usia kehamilan dibagi menjadi 3 trimester (Mochtar, 2004):

1) Triwulan PertamaAntara 0-12 minggu2) Triwulan Kedua12-28 minggu3) Triwulan KetigaPada usia kehamilan 28-40 minggu

3. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Antenatal Care

Menurut DepKes (2003) faktor yang mempengaruhi perilaku Antenatal Care (ANC) adalah:

a. PendidikanPendidikan berasal dari kata paedagogie dan paedagogik = ilmu pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana dan umumnya makna pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi, pembawaan baik jasmani maupun rohani dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai hasil usaha peradaban manusia yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (Hasan, 2005).

Ibu yang memeiliki pendidikan relatif SMU-perguruan tinggi memberi pengaruh yang signifikan terhadap perilaku melakukan kunjungan kehamilan, hal ini disebabkan karena ibu dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pemahaman yang baik tentang arti pentingnya melakukan ANC.b. UmurUmur adalah lama waktu hidup. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut ( Noor, N.N, 2002).

Umur Merupakan permulaan kehidupan seseorang dan pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan dengan cepat. Umur kurang dari 20 tahun dan 35 tahun merupakan umur paling berpengaruh terhadap kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena usia r table. Reabilitas adalah ukuran untuk menunjukkan sejauh mana pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau terhadap gejala-gejala yang sama. Suatu data dikatakan reable apabila r alpha > r table (Hastono, 2007).

H. Pengolahan DataPengolahan data dengan melalui 4 tahap (Hastono, 2007):

1. EditingKegiatan untuk melakukan pengecekan isian jawaban responden apakah sudah lengkap, jelas dan relevan

2. CodingKegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan untuk mempermudah entry data3. ProcessingProses pengentryan data dari kuisioner ke program komputer agar dapat dianalisis4. CleaningKegiatan pengecekan kembali data yang dientry kedalam komputer tidak terdapat kesalahan.

I. Analisa DataSetelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa. Analisa data dilakukan menggunakan distribusi frekuensi prosentase univariat dan bivariat.

a) Analisa UnivariatAnalisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi variable (Arikunto, 2006). Analisa univariat menggunakan bantuan program komputer.b) Analisa BivariatAnalisa bivariat untuk menguji hubungan antara variable independent dan variable dependent (Arikunto, 2006). Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian adalah chi square. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Berati p value 0,05 maka hasilnya bermakna artinya Ho ditolak dan Ha diterima (Hastono, 2007). Analisa bivariat chi square menggunakan program komputer.Faktor yang mempengaruhi ANC

Pendidikan

Umur

Status Pekerjaan

Paritas

Jarak

Peran Suami

Kunjungan ANC

Kunjungan ANC

Dukungan Suami