Upload
mdeviyanasur6809
View
506
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR KIMIA BAHAN
HAYATI LAUT
Pemisahan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis
Disusun Oleh:
Dwi Ajeng Pramesti
NPM 230210070027
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan
prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,
atau kombinasi cairan-padatan) danfase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. akan membahasnya lebih lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, Fase gerak merupakan pelarut
atau campuran pelarut yang sesuai.
1.2 Tujuan
BAB II
TEORI DASAR
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan
isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta
Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa
isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang
potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan,
antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah
osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.
Kromatografi juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi
senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan
atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis
dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan
lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan
penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis
dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.
Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
senyawa yang akan dipisahkan.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang
berbeda. Dan dalam makalah ini kami akan membahas mengenai kromatografi
lapis tipis. Penjelasan tentang kromatografi lapis tipis mempunyai banyak
kesamaan dengan kromatografi kertas yang mungkin lebih dikenal.
2.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan
senyawa yang dianalisis.
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi
dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai
Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa
dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh
karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0
2.2 Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna
yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi
pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning
a. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna
yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah
lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis
itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi
awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta
akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan
dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis
dimana posisi bercak berada.Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk
meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari
pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya
ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh
dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang
berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda
dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari
lempengan.Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan.
Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang
berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.
b. Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran
diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa
yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh
pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari
gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum
mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari
garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk
komponen berwarna merah menjadi:
Nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama.
Sebagai contoh, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika
terdapat perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut
akan berubah.
c. mengidentifikasi senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui
senyawanya.Caranya :
Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan
bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga
ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu
ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan
seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang
telah diketahui ditandai 1-5.Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan
setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak
masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah
lempengan disemprotkan ninhidrin. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf
karena dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran
dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan
warnanya.Didapatkan campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.
2.3 Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi Tidak Berwarna
A. Menggunakan pendarflour fase diam
Pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi
yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour
ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya
dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi
dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu
tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa
menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari
posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak
sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-
posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari
daerah bercak-bercak itu. Seketika mematikan sinar UV, bercak-
bercak tersebut tidak tampak kembali.
B. Menggunakan bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan
mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang
berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang
dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat
dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin
bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa
berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan
kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia
dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada
kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada
lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak
kecoklatan.
2.4 Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis
A. Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada
permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini
menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana
halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan
juga memiliki gugus -OH. Apa yang sebutkan tentang jel silika kemudian
digunakan serupa untuk alumina.
B.Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis
dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi
sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa
dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara
molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada
bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada
jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat
mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. mengatakan
bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya.
Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi
pada permukaan. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada
tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang
sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan
jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang
penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa
ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.
Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen,
terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada
permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan
selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel
silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana
pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat
senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas
lempengan. Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa
tidak terpisahkan dengan baik ketika membuat kromatogram. Dalam
kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk
memungkinkan perubahan pH pelarut.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1.3 Alat
1. Kaca Arloji
2. Micropipet
3. Hairdryer
4. Bejana Pemisah
5. Plat KLT
6. Lampu UV
1.4 Bahan
1. Sampel
2. n-Heksan
3. Metanol
4. Aseton
1.5 Prosedur
Sampel dilarutkan dalam 1ml methanol. Disiapkan pelarut n-heksan dan
etanol dengan perbandingan (4ml:1ml) dimasukkan kedalam camber. Plat
KLT di totol di tengah-tengah plat kemudian plat dimasukkan kedalam
camber.
DAFTAR PUSTAKA
http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html diakses tanggal 3 Juni 2010
http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/10/10/kromatografi-lapis-tipis-thin-layer-chromatography/ diakses tanggal 3 Juni 2010