Kromat 4 Edit

Embed Size (px)

Citation preview

PERCOBAAN 4 IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SECARA KLT

I. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui cara melakukan kromatografi lapis tipis 2. Mengidentifikasi kandungan kimia dari bahan alam dengan menggunakan metode II. Dasar Teori Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi cairan dan pertukaran ion. Kromatografi partisi adalah partisi cairan yang menggunakan alas tak bergerak misalnya kromatografi kertas, kromatografi kolom, dan kromatografi lapisan tipis (Shevla, 1979). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dengan menggunakan sebuah lapis tipis silica atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawasenyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa kimia secara kromatografi dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil (Rohman, 2007). Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan atau kombinasi padatan-cairan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran pada laju yang berbeda. Fase diam akan menahan

komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat (Clark, 2007). Data yang diperoleh dari KLT adala nilai Rf yang sangat berguna untuk identifikasi senyawa. Rf atau Retention Factor atau Retardation Factor didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi jarak yang ditempuh oleh pelarut pada kromatografi. Senyawa yang memiliki Rf besar pasti memiliki polaritas yang rendah, karena interaksinya dengan fase gerak lebih besar dari fase stasioner. Sebaliknya senyawa yang memiliki Rf kecil pasti memiliki polaritas yang tinggi, karena interaksinya dengan fase stasioner lebih besar dari fase gerak (Laurent, 2009).

(khopkar,2008)

III. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gel silica GF 254, chamber, hair dryer, sinar UV 254, pengaris, pensil, pipet ukur, filler, mikropipet, oven, dan tabung reaksi.

2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam asetat 15%, heksan : etyl asetat (1:1), dan ekstrak simplisia.

IV. Cara Kerja Silica gel GF 254 ukuran 10 x 2 cm Masukkan ke dalam oven selama beberapa menit. Membuat garis strat setinggi 1 cm dari tepi bawah engan pensil. Membuat garis front setinggi 8 cm dari atas garis start. Membuat titik di garis start. Menetesi titik dengan ekstrak simplisia selama 10 kali. Menunggu sampai kering dan terlihat jelas warnanya. Memasukkan ke dalam chamber yang berisi campuran heksan dan etyl asetat. Menutup dengan rapat. Membiarkan eluen naik sampai garis start. Mengangkat lempeng silica gel dan menetesinya dengan sinar UV. Mengukur jarak yang terbentuk oleh bercak simplisia dari garis start. Menghitung Rf

V. Hasil

1. Kuning kehijauan

2. Hijau tua

3. Kuning

4. Kuning kehijauan

5. Hijau

6. Hijau kebiruan

7. Orange

VI. Pembahasan Kromatografi merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menarik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembanngan secara menurun (descending) (Rohman, 2007). Menurut Khopkar (2008), berdasarkan metodenya kromatografi dibagi menjadi: 1. Kromatografi Partisi Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan senyawa-senyawa organic dan anorganik. Metode ini berguna jntuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawasenyawa yang sejenis. Metode ini memilik beberapa jenis, diantaranya adalah sebagau berikut:

1. Kromatografi partisi cair-cair Dalam kromatografi ini, suatu pemisahan dipengaruhi oleh distribusi sampel anatara fase cair diam dan fase cair bergerak dengan membatasi kemampuan pencampuran. 2. Kromatografi kertas Teknik ini digunakan dengan menggunakan kertas pnyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang terserap diantara struktur pori kertas. Manfaatnya adalah untuk uji kualitatif dan kuantitatif. Keterbatasan metode ini adalah waktu yang cukup lama dan resolusinya yang rendah. 3. Kromatografi lapis tipis Teknik in idikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitive; kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. 4. Kromatografi pasangan ion Kromatografi ini didasarkan pada pembentukan suatu pasangan ion antara sampel dan fase bergerak maupun fase diamnya. Teknik ini sering digunakan KCBT untuk pemisahan senyawa ionic. Biasanya silica gel digunakan sebagai penunjang fase diamberair yang mengandung ion pengimbang dan buffer. Pelarut lain yang tidak bercampur digunakan sebagai pengelusi (eluent). 2. Kromatografi gas dan cair berkemampuan tinggi Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat penunjangnya. Sedangkan dalam kromatografi padat-gas, digunakan suatu zat padat penyerap. Ide untuk memfraksionasikan gas-gas dengan menginteraksikannya terhadap suatu

zat padat atau cairan tidak bergerak melalui suatu aksi selektif terhadap suatu komponen tertentu. Pemakaian zat cair sebagai fase diam ternyata lebih meluas dibandingkan zat padat, sehingga teknik ini kadangkala dikenal sebagai kromatografi gas-cair. 3. Kromatografi eksklusi Pemisahan berbagai konstituen dengan meninjau perbedaan ukuran dan geometri molekul adalah dasar kromatografi eksklusi. Perbedaan ukuran menyebabkan beberapa partikel bergerak lebih cepat dari yang lainnya sehingga menimbulkan perbedaan permukaan migrasi. Kromatografi eksklusi dapat dikelompokkan dalam tiga kategoti, yaitu: a. Teknik permeasi gel atau filtrasi gel b. Eksklusi dan retardasi ion c. Inorganic molecular sieves Percobaan kali ini menggunakan kromatografi lapis tipis. Fase diam yang digunakan dalam percobaan ini adalah gel silica yang memiliki mekanisme adsorpsi. Gel silica dapat digunakan pada senyawa-senyawa yang mengandung asam amino, hidrokarbon, vitamin, dan alkaloid. Kebanyakan fase diam dikontrol keajegan ukuran partikel dan luas permukaannya (Rohman, 2007). Gel silica adalah bentuk dari silikon dioksida (silica). Atom silicon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan gel silica terdapat ikatan Si-OH selain Si-O-Si. Permukaannya sangat polar dan karenanya gugus OH dapat membentuk ikatan hydrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der waals dan atraksi dipole-dipol (Clark, 2007). Eluen adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Eluen dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorbsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silica. Suatu

pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silica) (Rohman, 2007). Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Cara kerja kromatografi lapis tipis, pertama membuat eluent dari campuran heksan dan etyl asetat, kemudian masukan gel silica ke dalam oven dan biarkan sejenak, kemudian membuat Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Ketika bercak dari campuran mongering, lempengan ditempatkan dalam gelas kimia bertutup berisi eluent dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan larutan. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut (Clark, 2007).

Cepatnya senyawa-senyawa dibawa ke atas pada lempengan, tergantung pada: 1. Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. 2. Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silica (Haqiqi,2008). Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Dapat dikatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.

Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.

Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap,

semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut. Hasil dari percobaan ini adalah diperoleh beberapa warna yaitu warna kuning kehijauan dengan Rf = 0,1 , warna hijau tua dengan Rf = 0,2 , warna kuning dengan Rf = 0,75 , warna kuning kehijauan dengan Rf = 0,89 , warna hijau dengan Rf = 0,96 , warna hijau kebiruan dengan Rf = 0,97 , dan warna orange dengan Rf = 0,98. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram atau perhitungan Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya

Jika kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak berwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna (Megawati, 2009). Beberapa keuntungan KLT: 1. KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis. 2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV.

3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi dua dimensi. 4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Rohman, 2007).

VII. Kesimpulan 1. KLT merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dengan menggunakan sebuah lapis tipis silica atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. 2. Fase diam dapat berupa padatan atau kombinasi padatan-cairan dan bersifat menahan komponen campuran. Sedangkan fase gerak dapat berupa cairan atau gas dan bersifat melarutkan zat komponen campuran. 3. Kulit batang jarak memiliki beberapa kandungan yang terlihat dari munculnya beberapa warna yang berbeda di silica gel. 4. Apabila KLT tidak berwarna dapat diidentifikasi dengan cara pendarflour dan bercak secara kimia.

VIII. Daftar Pustaka Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis. http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatograf i_lapis_tipis/. Diakses tanggal 30 Mei 2011. Haqiqi, S. H. 2008. Kromatografi Lapis Tipis.

http://d4him.files.wordpress.com/2009/02/paper-kromatografi-lapistipis.pdf. Diakses tanggal 4 Juni 2011.

Megawati.

2009.

Kromatografi

Lapis

Tipis.

http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html. Diakses tanggal 4 Juni 2011. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Analisis. Pustaka Pelajar. Jakarta. Shevla, G. 1979. Vogel 1 Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta. S. M. Khopkar. 2008. Konsep Dasar kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SECARA KLT

Disusun Oleh: 1. Desi Sutanti 2. Nita Dwi I. 3. Okty Fitria I. Z. 4. Larastika Anggraini A.P. 5. Shinta Amalia Kartika (G1F010052) (G1F010053) (G1F010054) (G1F010055) (G1F010056)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2011