Upload
phamdiep
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KRITIK ATAS PUISI-PUISI IBNU ‘ARABI
(Studi Analisis Semiotika Riffatere)
Oleh:
Ali Rohmat
1220510015
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Humaniora
Program Studi Ilmu Bahasa Arab
PROGAM PASCASARJANA STUDI AGAMA DAN FILSAFAT
KONSENTRASI ILMU BAHASA ARAB
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERSEMBAHAN
Tesis sederhana ini saya persembahkan untuk:
Bapak, Ibu, dan Adik-adikku tercinta
Istriku tercinta
Teman-teman S2 IBA angkatan 2012
Semua civitas pengkaji teori semiotik
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
viii
MOTTO
Jer Basuki Mowo Beo
يظن ما عند الناس ك يقين ما عنده أجهل الناس من تر
)ابن عطاء اهلل السكندري(
أول العلم الصمت ، والثاني االستماع ، والثالث الحفظ ، والرابع العمل والخامس النشر
)األصمعي(
ix
ABSTRAK
Makna di dalam puisi tidak bisa ditemukan dikulit puisinya saja.
Maknanya sejatinya di luar deretan kata-kata yang tersusun indah tersebut. Kata-
kata tersebut hanya sebagai media dan tanda untuk menguak lebih dalam makna
yang terkandung di dalamnya. Puisi dalam penciptaannya menggunakan bahasa-
bahasa yang tidak biasa. Terlebih lagi, puisi-puisi sufi yang digunakan oleh para
sufi yang terkenal dengan penggunaan simbol-simbol yang tidak dipahami oleh
orang awam. Dengan membaca tanda yang benar, akan mendapatkan makna yang
benar pula. Makna yang benar tersebut akan menghantarkan nilai-nilai yang ada
di dalam puisi tersampaikan kepada para pembaca dan penikmatnya.
Berdasar pada hal di atas, peneliti berusaha menguraikan makna simbol di
dalam puisi-puisi sufi. Objek pada penelitian ini adalah puisi-puisi Ibnu ‘Arabi
yang terdapat di dalam karya monumentalnya al-Futu>ha>t al-Makkiyyah.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Objek formal
yang diteliti adalah tiga puisi Ibnu ‘Arabi di dalam buku tersebut. Dalam
penelitian ini, peneeliti mengajukan dua rumusan masalah, yaitu; pertama,
Bagaimana konstruksi semiotika pemahaman puisi berbasis semiotika Michael
Riffatere?; dan kedua, Apa makna semiosis yang terdapat dalam tiga puisi Ibnu
‘Arabi dalam al-Futu>ha>t al-Makkiyyah?
Teori yang digunakan untuk membedah puisi-puisi tersebut adalah teori
semiotik yang dikembangkan oleh Michael Riffatere. Langkah-langkah aplikasi
teori tersebut adalah, pertama menggunakan pembacaan heuristik. Fase pertama
ini memahami puisi sesuai dengan bahasa konvensional. Fase kedua,
mengaplikasin bacaan berbasis pada hermeneutik. Pada fase kedua ini
menemukan hipogram potensial, hipogram aktual, model, dan matriks. Dengan
langkah-langkah tersebut menemukan makna semiosis puisi Ibnu ‘Arabi.
Hasil dari penelitian ini, makna yang didapat dalam aplikasi teori
semiotika Riffatere di dalam puisi-puisi Ibnu ‘Arabi adalah pertama, model puisi
petama yang ditemukan di dalam penelitian adalah “Khali>fah dan s}u>rah al-
h}aqq.”Sedangkan matriks yang didapat adalah “manusia sempurna.” Kemudian
hipogram aktual pada puisi pertama berkaitan dengan teori asma’ Allah dan
konsep citra. Pada puisi kedua peneliti mendapatkan model “fal-amru’aqlun
wi>ma>nun iz|asytaraka>.” Hiporam aktual pada puisi kedua berkaitan dengan konsep
akal menurut Ibnu ‘Arabi, juga berkaitan dengan syariah menurut beliau. Matriks
pada puisi kedua adalah “rasio dan tajalli.” Pada puisi terakhir, model yang
didapat adalah kalimat Inna at-tah}awwula fis} s}uwari. Kemudian matriks yang
didapat adalah ”kesempurnaan citra Allah.” Hipogram aktual pada puisi ketiga ini
berkaitan dengan teori mikro kosmos dan makro kosmos.
Keywords: Ibnu ‘Arabi, puisi sufi,dan semiotika Riffatere.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
penulisan tesis yang berjudul “Kritik Atas Puisi-Puisi Ibnu ‘Arabi (Studi Analisis
Semiotika Riffatere)” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D. selaku Rektor UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Noorhaidi, MA., M. Phil., Ph.D.selaku Direktur Pascasarjana.
3. Bapak Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A. yang dengan sabar membimbing
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Seluruh dosen Ilmu Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah
memberikan pengetahuan dan jasanya kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
5. Ayahanda Suwito dan Ibunda Kasiyem, istri tercinta Dahlia, Adik-adik
tercinta (Nur Hamid, Ali Anwar, Fitri Nafi’ana, Dewi Lutfiah dan
Karuniatullah) yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis dalam
menempuh terselesaikannya studi ini.
6. Teman-teman S2 IBA khususnya angkatan 2012 yang selalu memotivasi dan
menginspirasi penulis dalam kegiatan pembelajaran selama ini.
7. Teman-teman diskusi yang memberikan banyak saran dan masukan.
xi
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 januari 1988 No: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif ……….. tidak dilambangkan أ
Bā' B Be ب
Tā' t Te ت
Śā' ś es titik atas ث
Jim j Je ج
Hā' h ح
∙
ha titik di bawah
Khā' kh ka dan ha خ
Dal d De د
Źal ź zet titik di atas ذ
Rā' r Er ر
Zai z Zet ز
Sīn s Es س
Syīn sy es dan ye ش
Şād ş es titik di bawah ص
Dād d ض
∙
de titik di bawah
Tā' ţ te titik di bawah ط
xiii
Zā' Z{ zet titik di bawah ظ
Ayn …‘… koma terbalik (di atas)' ع
Gayn G Ge غ
Fā' F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lām L El ل
Mīm M Em م
Nūn N En ن
Waw W We و
Hā' H Ha ه
Hamzah …’… Apostrof ء
Yā Y Ye ي
II. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap:
ditulis muta‘aqqidīn متعاقّدين
ditulis ‘iddah عّدة
III. Tā' marbūtah di akhir kata.
1. Bila dimatikan, ditulis h:
ditulis hibah هبة
ditulis jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
ditulis ni'matullāh نعمة هللا
xiv
ditulis zakātul-fitri زكاة الفطر
IV. Vokal pendek
__ َ __ (fathah) ditulis ‘a’ contoh َضَ َرب ditulis daraba
__ َ __ (kasrah) ditulis ‘i’ contoh ََفِهم ditulis fahima
__ َ __ (dammah) ditulis ’u’ contoh َك ِتب ditulis kutiba
V. Vokal panjang:
1. fathah + alif, ditulis ā (garis di atas)
ditulis jāhiliyyah جاهلية
2. fathah + alif maqşūr, ditulis ā (garis di atas)
ditulis yas'ā يسعي
3. kasrah + ya mati, ditulis ī (garis di atas)
ditulis majīd مجيد
4. dammah + wau mati, ditulis ū (dengan garis di atas)
ditulis furūd فروض
VI. Vokal rangkap:
1. fathah + yā mati, ditulis ai
ditulis bainakum بينكم
2. fathah + wau mati, ditulis au
ditulis qaul قول
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof.
ditulis a'antum اانتم
ditulis u'iddat اعدت
ditulis la'in syakartum لئن شكرتم
VIII. Kata sandang Alif + Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
ditulis al-Qur'ān القران
ditulis al-Qiyās القياس
xv
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah.
ditulis al-syams الشمس
'ditulis al-samā السماء
IX. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya
ditulis zawi al-furūd ذوى الفروض
ditulis ahl al-sunnah اهل السنة
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................ iii
PENGESAHAN DIREKTUR ............................................................................ iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ........................................................................ v
NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
MOTTO .............................................................................................................. viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
E. Landasan Teori ................................................................................. 9
F. Metode Penelitian ........................................................................... 13
F. Sistematika Pembahasan ................................................................ 16
BAB II: KONSTRUKSI SEMIOTIKA RIFFATERE DAN SIMBOL
DALAM SUFI A. Sketsa Biografi Michael Riffatere ............................................... 17
B. Konstruksi Semiotika Riffatere ................................................... 20
1. Definisi Semiotik ....................................................................... 20
2. Semiotika Riffatere .................................................................... 28
a. Pembacaan Heuristik .............................................................. 33
b. Pembacaan Hermeneutik ........................................................ 34
C. Simbol dalam Puisi Sufi .............................................................. 36
1. Pengertian Sya’ir Arab Menurut Para Tokoh ............................. 38
a. Al-Fa>rabi ................................................................................ 39
b. Ibnu Si>na> ................................................................................ 41
c. H{a>zim al-Qart}aja>ni ................................................................. 42
2. Simbol Dalam Puisi Sufi ............................................................. 43
a. Simbol Khamr ........................................................................ 54
b. Mahabbah (Cinta) .................................................................. 55
c. Mar’ah (Wanita) ..................................................................... 56
BAB III: MAKNA SEMIOSIS MICHAEL RIFFATERE TERHADAP
PUISI-PUISI IBNU ‘ARABI
A. Redaksi Puisi Ibnu ‘Arabi ........................................................... 61
1. Pembacaan Heuristik ............................................................... 61
2. Pembacaan Hermeneutik ........................................................ 65
xvii
a. Hipogram Potensial ............................................................. 65
b. Matriks, Model, dan Varian ................................................ 69
c. Hipogram Aktual ................................................................ 72
B. Redaksi Puisi Kedua ................................................................... 76
1. Pembacaan Heuristik .............................................................. 76
2. Pembacaan Hermeneutik ....................................................... 84
a. Hipogram Potensial .............................................................. 84
b. Matriks, Model, dan Varian ................................................. 88
c. Hipogram Aktual .................................................................. 90
C. Redaksi Puisi Ketiga .................................................................... 96
1. Pembacaan Heuristik ............................................................. 96
2. Pembacaan Hermeneutik ....................................................... 98
a. Hipogram Potensial .............................................................. 98
b. Matriks, Model, dan Varian ............................................... 100
c. Hipogram Aktual ................................................................ 102
BAB IV: PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 105
B. Saran ........................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 107
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi,
menyampaikan pesan, gagasan, dan ide-ide dengan berbagai cara dan model.
Model tersebut bisa berupa tuturan langsung, peribahasa, sindiran, dan bisa juga
berupa puisi. Puisi merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk suatu
gambaran kongkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Puisi juga
merupakan karya sastra yang menggambarkan tentang kehidupan dengan berbagai
fenomena dan peristiwa melalui emosi dan pikiran dengan menggunakan gaya
bahasa yang khas, pencitraan yang indah, dan imajinasi yang hebat.
Karya sastra menurut Luxemburg memiliki ciri-ciri yang spesifik di
dalamnya. Pertama, sastra merupakan sebuah ciptaan dan kreasi, bukan
merupakan imitasi, di mana pengarang menciptakan dunia baru, bahkan
menyempurnakannya. Kedua, sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada
sesuatu yang lain. Ketiga, karya sastra yang otonom bercirikan koherensi,
keselarasan antara bentuk dan isinya. Keempat, sastra menghidangkan sebuah
sintesa antara lain hal-hal yang saling bertentangan. Kelima, sastra
mengungkapkan yang tak terungkapkan (tidak mono tafsir tetapi mu lti tafsir).1
Begitu juga puisi, ciri-ciri tersebut melekat di dalamnya. Selain mempunyai ciri-
1 Jan Van Luxemburg, terj. Dick Hartoko , Pengantar Ilmu Sastra (Jakarta: Gramedia,
1986), hal . 6.
2
ciri tersebut, puisi juga terkait dengan persoalan sosial, biografi pengarang, aspek
psikologi, aspek edukatif atau moral yang berkembang pada masyarakat.2
Sebagai karya imajinatif yang bermediumkan bahasa, puisi berbeda dengan
karya-karya kebahasaan lainnya yang lebih mementingkan fungsi referensi bahasa
berupa penyampaian pesan. Sebaliknya, puisi mementingkan fungsi estetik bahasa
sebagai sarana ekspresi. Dalam penciptaan puisi, pengarang berusaha
menyuguhkan efek keindahan bahasa. Efek keindahan bahasa yang disuguhkan
akan menimbulkan keterkesanan dan keterpesonaan pembaca, disamping
diterimanya nilai-nilai di dalamnya.
Puisi pada umumnya terbentuk dari unsur-unsur formal bunyi, diksi, majas,
rima, nada, dan tipografi.3 Diksi adalah pilihan kata yang dipakai untuk
mengungkapkan perasaan dalam puisi. Majas adalah cara penyair menjelaskan
pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Rima adalah
pengindah puisi dalam bentuk pengulangan bunyi baik awal, tengah maupun
akhir. Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah
hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain. Sedangkan tipografi adalah
tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk
fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
Keseluruhan isi dalam puisi tersebut, perlu ditelusuri dan diteliti untuk
menemukan amanat atau nilai terdalam pada sebuah puisi. Hal ini perlu dilakukan
agar pesan dalam puisi tersampaikan dengan baik. Senada dengan tujuan sastra,
2 Rene Wellek, terj. Melani Budianto, Teori sastra (Jakarta: Gramedia ), hlm. 77.
3 Sainul Hermawan, Teori Sastra Dari Marxis Sampai Rasis; Sebuah Buku Ajar
(Banjarmasin: FBS FKIP ULM), hlm. 21.
3
bahwa tujuan yang terpenting sastra adalah mampu menyampaikan informasi
yang bermacam-macam kepada semua pembaca.4 Namun, masih banyak pembaca
dan penikmat puisi yang masih kesulitan dalam menemukan pesan yang menjadi
kesatuan di dalam puisi. Berkaitan dengan pemaparan di atas, penelitian ini akan
membedah dan menganalisis puisi-puisi sufistik Ibnu ‘Arabi sebagai objek
penelitian.
Puisi-puisi Ibnu ‘Arabi yang dijadikan objek, diambil dari bukunya yang
monumental yaitu al-Futu>h}a>t al-Makkiyyah. Peneliti membatasi hanya tiga puisi
pada penelitian ini. Pemilihan ketiga puisi tersebut sebagai objek penelitian
dikarenakan beberapa faktor, yaitu; pertama, puisi-puisi tersebut berkaitan dengan
pemikiran Ibnu ‘Arabi tentang konsep al-Insa>n al-Ka>mil; kedua, faktor pesan dan
nilai-nilai puisi sufi yang tidak bisa dihadirkan melalui pembacaan literal; ketiga,
ketiga puisi tersebut belum pernah diteliti; keempat, peneliti berasumsi ketiga
puisi tersebut mewakili pemikiran Ibnu ‘Arabi.
Ibnu ‘Arabi adalah salah satu ulama’ besar yang hidup pada masa dinasti
Umayyah di Spanyol. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu. Di antara
keilmuawan yang beliau kuasai adalah sastra, h}adi>s\, fiqh, dan tasawuf.
Pandangan beliau yang terkenal adalah al-Insa>n al-Ka>mil (manusia
sempurna). Insan kamil adalah manusia yang sempurna dari segi wujud dan
pengetahuannya. Kesempurnaan dari segi wujud merupakan manifestasi sempurna
dari citra Tuhan, dalam dirinya tercermin nama dan sifat Tuhan secara utuh.
Kemudian kesempurnaan dalam pengetahuan adalah pencapaian tingkat
4 Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra (Yogyakarta: Hanindita, 2001), hlm. 11.
4
kesadaran tertinggi, yaitu kesatuan esensi dengan Tuhan, atau yang biasa disebut
dengan wih}dah al-wuju>d.5
Konsep al-Insa>n al-Ka>mil berdasar pada pandangan bahwa semua wujud
hanya mempunyai satu realitas. Realitas tunggal itu adalah Allah. Alam semesta
yang ada hanyalah sebagai wadah tajalli dari nama-nama dan sifat-sifat Allah
dalam wujud yang terbatas. Nama-nama dan sifat-sifat itu identik dengan z|at-Nya
yang mutlak. Berdasarkan konsep tersebut, menurut Ibnu ‘Arabi esensi Allah itu
mutlak, akan tetapi Allah menampakkan diri-Nya melalui alam semesta yang
bersifat terbatas. Ia adalah ‘ain sesuatu, ‘ain tersebut terbatas dengan semua yang
terbatas. Hal tersebut menurut Ibnu ‘Arabi, bukan berarti Allah adalah alam
semesta. Menurutnya, wujud yang hakiki hanyalah wujud Allah dari segi esensi-
Nya, bukan dari sifat-sifat-Nya. Semua hal selain Allah adalah kebalikan dari
hakiki atau khayal belaka.6
Allah berada di atas segala-galanya. Allah mengejawantahkan dirinya
sendiri melalui nama-nama, bukan dengan hakikat-Nya. Pada tingkatan hakikat,
tingkatan tersebut tidak akan ada yang bisa memahami. Sejatinya ciptaan-ciptaan
hanya merupakan pantulan-pantulan dari sifat-sifatnya saja.7 Melalui pemahaman
tersebut, insan kamil adalah miniatur dan realitas tajalli-Nya pada jagat raya, yang
disebut al-‘alam al-s}oghi>r (mikrokosmos) oleh Ibnu ‘Arabi. Esensi insan kamil
merupakan cermin dari esensi Allah; jiwanya sebagai gambaran dari al-nafs al-
kulliyyah (jiwa universal); tubuhnya mencerminkan arasy; pengetahuannya
5 Yunasril Ali, Manusia Citra Tuhan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 59.
6 Ibid, hlm. 49-50.
7 Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam (Jakarta: Temprint, 1986), hlm. 276.
5
mencerminkan pengetahuan Allah; hatinya berhubungan dengan bayt al-ma’mu>r;
kemampuan mental spiritualnya terkait dengan malaikat; daya ingatnya dengan
Zuhal dan lain sebagainya.8
Kesempurnaan yang ada pada al-Insa>n al-Ka>mil sejatinya disebabkan
karena pada dirinya, Allah bertajalli secara sempurna melalui hakikat Muhammad
(al-h}aqi>qah al-muh}ammadiyyah). Hakikat Muh}ammad (nu>r Muh}ammad)
merupakan wadah tajalli Allah yang paripurna dan merupakan makhluk pertama
yang diciptakan Allah. Ia telah ada sebelum diciptakannya Adam. Ibnu ‘Arabi
menyebutnya dengan akal pertama (al-‘aqlu al-awwalu) atau pena yang tinggi (al-
qalam al-a’la). Dialah yang menjadi sebab penciptaan alam semesta dan sebab
terpeliharanya.9
Konsep al-Insa>n al-Ka>mil Ibnu ‘Arabi juga tergambar dari puisi-puisinya
yang ada. Puisi-puisi tersebut menggunakan bahasa-bahasa yang berkaitan dengan
al-Insa>n al-Ka>mil. contoh dari puisi tersebut adalah:
الصغري الوجود هذا # الكبري الوجود روح القدير الكبري أنا # إين قال ما لواله
Bahasa-bahasa yang digunakan sama dengan bahasa yang digunakan
dalam bahasan insan kamil. Seperti al-wuju>d al-kabi>r yang diartikan dengan
mikrokosmos dan al-wuju>d as}-s}oghir yang diartikan dengan mikrokosmos. Puisi-
puisi Ibnu ‘Arabi yang menggunakan bahasa serupa menarik untuk diteliti guna
mengetahui lebih dalam tentang al-Insa>n al-Ka>mil.
8 Yunasril Ali, Manusia, hlm. 54.
9 Ibid., hlm. 56.
6
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa puisi mengandung simbol-simbol
yang membutuhkan pembacaan simbolnya secara detail dan terperinci untuk
mendapatkan kandungan atau hal-hal yang ingin disampaikan pengarang. Untuk
menemukan pesan yang spesifik di dalam puisi, diperlukan teori yang tepat
sebagai pendekatan untuk menganalisa.
Teori yang digunakan peneliti untuk mendekati objek kajian ini adalah
teori semiotik Michael Riffatere. Peneliti memilih teori tersebut sebagai alat
bedah, karena teori tersebut didesain untuk meneliti dan membedah struktur puisi.
Dengan asumsi tersebut, penelitian dengan objek puisi-puisi Ibnu ‘Arabi ini
mampu memperoleh hasil yang maksimal. Alasan lain peneliti menggunakan teori
ini, peneliti menemukan terdapat beberapa penelitian yang kurang tepat dalam
aplikasi teori tersebut.
Peneliti yakin ada hal-hal yang belum terbaca oleh pembaca puisi di dalam
puisi-puisi Ibnu ‘Arabi. Banyak tanda-tanda yang harus diterjemahkan ke dalam
bahasa konfensional. Persoalan-persoalan yang penting dan riskan untuk diketahui
oleh orang awam, tentunya penyampaiannya dengan menggunakan media khusus,
agar pesan bisa ditangkap oleh orang-orang tertentu juga. Salah satu media yang
digunakan adalah puisi dengan keunikannya. Kemudian menjadi perlu untuk
membedah sebagian puisi Ibnu ‘Arabi yang berkaitan dengan manusia sempurna.
Fase ini adalah fase yang sangat krusial sebelum mencapai wih}datul wuju>d.
Karena kondisi yang krusial dalam fase pemikiran Ibnu ‘Arabi yang hasilnya tidak
bisa diterima dan dicerna semua orang, maka beliau kemungkinan besar
menggunakan medium tersebut untuk menyampaikan pemikirannya. Medium
7
tersebut akan dicerna oleh orang-orang tertentu. Untuk itulah peneliti ini
dilaksanakan, agar bahasa-bahasa tersebut dipahami oleh semua pembaca.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini akan mengkaji masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konstruksi semiotika Michael Riffatere?
2. Apa makna semiosis dalam tiga puisi Ibnu ‘Arabi dalam Al-Futu>h}a>t Al-
Makkiyyah berdasarkan teori semiotik Riffatere?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengungkap tanda-tanda yang ada di dalam puisi-puisi Ibnu
‘Arabi.
2. Mengetahui matriks puisi-puisi dalam Ibnu ‘Arabi.
3. Mengetahui hipogram puisi-puisi dalam Ibnu ‘Arabi.
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
1. Mendorong geliat pembacaan tanda-tanda yang terdapat di dalam
puisi dengan menggunakan semiotik.
2. Meningkatkan tingkat apresiasi pembaca terhadap bahasa puisi
dengan pendekatan-pendekatan yang beragam. Kebanyakan
pembaca saat ini hanya menikmati lewat baris kalimat puisi.
8
3. Menambah khazanah model penelitian kebahasaan yang dapat
diakses oleh semua orang.
D. Tinjauan Pustaka
Sangatlah penting bagi seorang peneliti mengetahui posisi dalam
keilmuan yang berkenaan dengan kajian yang hendak diteliti, maka dari itulah
dibutuhkan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka sangat penting untuk dicantumkan,
hal ini menjadi penting untuk mengetahui nilai orisinalitas penelitian. Sudah
menjadi norma dalam penelitian, tidak diperbolehkan mengulang objek atau judul
yang sama dengan menggunakan teori yang sama.
Penelitian dengan menggunakan teori semiotika telah banyak dilakukan.
Objek yang dikaji juga banyak variannya. Terkait dengan tema dan objek yang
peneliti kaji, yaitu teori semiotika Michael Riffatere dengan objek puisi-puisi Ibnu
‘Arabi, peneliti belum pernah menemukannya. Dalam hal ini, peneliti hanya
menemukan beberapa tema seputar semiotika puisi Riffatere. Di antara karya
tersebut diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hanif. Penelitian tersebut
berjudul H{ikmatun Wanas}i>hatun Lil-Ima>m ‘Ali ibn Abi> T{o>lib Filqas}i>dah az-
Zainiyyah (Tah}li>l Simioti>qi li Michael Riffaterre)10, penelitian yang dilakukan
pada tahun 2007. Objek penelitian tersebut adalah puisi Zainiyyah Imam ‘Ali Bin
Abi> T{o>lib. Penelitian tersebut menggali makna yang ada dalam puisi tersebut.
10
Muhammad Hanif, H{ikmatun Wanas}i>hatun Lil-Ima>m ‘Ali ibn Abi> T{o>lib Filqas}i>dah az-
Zainiyyah; Tah}li>l Simioti>qi li Michael Riffaterre (Yogyakarta: Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007).
9
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah secara tekstual puisi tersebut banyak
dipengaruhi oleh firman Allah dan Hadits Rasul; secara kontekstual puisi tersebut
erat kaitannya dengan keadaan Ali bin Abi T{o>lib dan sifat-sifat beliau. Penelitian
tersebut berbeda dalam Objek yang akan diteliti.
Berbagai ulasan di atas menunjukkan, bahwa peneliti tidak menemukan
adanya karya yang sama seperti yang peneliti lakukan. Berdasarkan asumsi
tersebut, penelitian tesis yang dilakukan peneliti dengan judul Kritik Atas Puisi-
Puisi Ibnu ‘Arabi (Studi Analisis Semiotika Riffatere) belum pernah dilakukan
sama sekali. Maka dari itu, objek yang peneliti lakukan layak untuk diteliti.
E. Landasan Teori
Kerangka teori adalah menjadikan teori sebagai tolak ukur analisa pada
sebuah aktifitas kerja. Terkait dengan pemaknaan puisi tentunya, tentunya yang
dikaji adalah pemaknaan puisi secara utuh dengan cara mencari dan memahami
simbol-simbol atau tanda di dalamnya. Dalam hal ini untuk memahami makna di
dalam puisi secara utuh, peneliti menggunakan teori semiotika Riffatere.
Menurut Riffatere, di dalam puisi terdapat ketidaklangsungan ekspresi.
Artinya, puisi diekspresikan dengan kata-kata dan kalimat, akan tetapi kata-kata
yang digunakan mempunyai makna di luar teks.11
Puisi dari dulu hingga sekarang
selalu bergerak dan berubah. Hal tersebut dikarenakan evolusi selera dan konsep
selalu berubah dari masa ke masa. Satu hal yang tidak berubah di dalam puisi.
Puisi adalah ekspresi yang tidak langsung, yaitu menyatakan pikiran atau gagasan
11
Culler, The Pursuit of Signs; Semiotic, Literature, Deconstruction (London: Roudledge
Classics, 2005), hlm. 89.
10
secara tidak langsung. Di dalam bukunya Semiotics of Poetry, Riffatere
menjelaskan:
In all literature with a long enough history, we observe that poetry
keeps swinging back and forth, tending first one way, then the other.
The choice between alternatives is dictated by the evolution of taste
and continually changing esthetic conceps. But whichever of the two
trends prevails, one factor remains constant: poetry espresses
concepts and thing by indirection. To put it simply, a poem says one
thing and means another.12
Statemen di atas sama dengan beberapa ilmuwan muslim klasik. Salah satu
ilmuwan muslim klasik tersebut adalah H{a>zim al-Qhart}aja>ni. Menurutnya, puisi
adalah ungkapan kata yang sesuai dengan irama dan tujuannya. Puisi juga
mengandung berbagai hal yang tidak diungkapkan secara langsung dalam tulisan
maupun judulnya.13
Kandungan puisi yang tidak terungkap secara langsung
tersebut menurut Riffatere harus ditemukan sendiri oleh pembaca puisi.
Pengarang puisi boleh dibatasi oleh ruang dan waktu, akan tetapi redaksi puisi dan
maknanya akan selalu abadi.
Berkaitan dengan problematika puisi, Adonis juga pernah mengkritisinya.
Menurutnya, setiap saat puisi selalu bertambah banyak dan bisa saja mengalami
perkembangan. Banyaknya puisi ini akan menjadikan problem tersendiri di dalam
puisi. Problem umum yang dihadapi adalah tidak mungkin untuk menghafal
semua puisi yang dikarang. Maka dari itu harus ada sarana lain diluar transmisi
12
Michael Riffatere, Semiotic of Poetry (Bloomington: Indiana University press, 1978),
hlm. 1. 13
Ha>di Fa>t}imah al-Zahra>’, Jama>liyyatu al-Syi’ri fi al-Syi’ri al-S{u>fi, Muhyiddi>n Ibnu
‘Arabi Namu >dzajan (Al-Jaza>ir: Jami>’ah Abi > Bakr press., 2006), hlm. 56.
11
oral dan hafalan. Berdasarkan hal tersebut, kemudian muncullah yang namanya
tulisan.14
Dengan tulisan ini, makna-makna puisi mulai mengalami peralihan dari
wilayah pendengaran ke wilayah pemikiran. Selain itu, tulisan juga merupakan
sarana mengakomodasi sesuatu yang sulit dihafalkan, sesuatu yang terlupakan,
sesuatu yang ingin diwariskan dari generasi ke generasi lainnya, serta sesuatu
yang ingin diajarkan kepada orang yang tinggal di negeri lain.
Puisi-puisi sufistik Ibnu ‘Arabi juga sama, nilai-nilai dan makna semisosis
di dalamnya harus disingkap. Hal ini karena puisi sufi tidak tercipta begitu saja,
melainkan banyak faktor yang mengilhami dan banyak tanda atau simbol yang
terkandung di dalamnya. Para sufi melihat, puisi sebagai sarana atau ruang yang
sesuai untuk menampung ide-ide, rahasia-rahasia, dan yang lainnya. Berawal dari
sinilah terjadi jalinan kuat antara puisi dan yang ghaib. Komponen puisi sufi
pikirkan dan dibentuk lewat untaian kata-kata dengan sedemikian rupa, sehingga
terciptalah yang namanya puisi sufi.15
Puisi-puisi sufi tercipta, hasil dari pengejawantahan perjalanan mistik para
sufi. Pengalaman-pengalaman tersebut diaplikasikan melalui tanda dan simbol
lewat untaian kata dan frase di dalam puisi. Diksi yang diterapkan di dalamnya
juga hasil dari renungan.16
Hasilnya, puisi yang dihasilkan melebihi keindahan-
keindahan puisi pada umumnya. Sehingga, puisi hasil dari pemikiran sufi ini
dapat merepresentasikan perjalanan mistiknya. Bagi para pembaca dan penikmat
14
Adonis, terj. Khairon Nahd}iyyi>n, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam vol.3
(Yogyakarta: LkiS, 2007), hlm. 37. 15
Fais}a>l Ahmad, Mu’jam al-sima>’iyya>t (Beiru>t: ad-Da>r al-‘Arabiyyah Li al-’ulu>m
Nasyiu>n, 2010), hlm. 292. 16
Abdulla>h Hamma>di, Al-Simya>’ Wal-nas} al-Adabi, vol. IV (Sakrah: Muh}ammad
Khaidar press., 2006), hlm. 220.
12
puisi, hasil dari renungan tersebut juga tidak akan bisa langsung ditangkap
pesannya. Mereka juga membutuhkan perenungan dengan mengurai setiap simbol
dan mendalami makna yang terkandung di dalamnya.17
Berbeda dengan
keindahan yang terdapat di dalam rangkaian kata secara lahir, para pembaca dan
pendengar bisa menikmatinya secara langsung. Untuk menemukan makna simbol
dan tanda dalam puisi, semiotik dapat diaplikasikan guna menemukan makna
semiosis di dalamnya.
Dalam kajian semiotika puisi, Riffatere menawarkan empat tahapan untuk
menemukan makna semiosis. Tahapan-tahapan tersebut adalah: pertama,
memaknai puisi sesuai dengan bahasa tekstual; kedua, membaca kembali semua
elemen teks puisi, menyorot dan menemukan kata-kata yang tidak biasa di dalam
puisi, bisa berupa majas dan yang lainnya; ketiga, menemukan hipogram di
dalam puisi, implikasi makna kebahasaan berupa makna presuposisi, konotatif,
dan oposisional; keempat, menemukan matriks puisi, yaitu pernyataan yang
dihasilkan dari hipogram-hipogram yang ditemukan.18
Makna semiosis puisi sesuai dengan semiotika Riffatere terletak pada
matriks. Matriks merupakan sumber seluruh makna yang dibangun dalam puisi
dan menjadi ruh yang melatarbelakangi penciptaan puisi.19
Ia menyatukan semua
oposisi-oposisi biner yang ada di dalam puisi.
Teori semiotika Riffatere ini berkompeten dalam membaca tanda-tanda
yang terdapat dalam puisi sufistik Ibnu ‘Arabi. Bangunan teori ini terstruktur
17
Ibid., hlm. 221. 18
Raman Shelden, Peter Widdowson, Peter Brooker, A Reader’s Guide to Contemporary
Literary Theory (London: Pearson Educated Limited, 2005), hlm. 58. 19
Culler, The Pursuit of Signs, hlm. 101.
13
dengan rapi dalam pembedahan puisi untuk membahasakan tanda dan
mengungkap makna semiosis di balik tanda tersebut. Teori ini yang dipilih
peneliti untuk mengalisis objek yang diteliti, yaitu puisi-puisi Ibnu ‘Arabi.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara mencapai tujuan, yaitu untuk mencapai
pokok permasalahan. Demikian halnya dengan penelitian terhadap bahasa yang
disuguhkan dalam karya sastra, harus melalui metode yang tepat. Dalam
penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, kualitatif
deskriptif artinya tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan variabel.
Penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti termasuk dalam library research.
1. Data
Data adalah sumber semua informasi atau bahan mentah yang
disediakan oleh alam yang harus dicari. Data merupakan bahan yang sesuai
untuk memberi jawaban terhadap masalah yang dikaji. Data adalah bagian
yang penting dalam bentuk penelitian. Oleh karena itu, berbagai hal yang
merupakan bagian dari keseluruhan proses pengumpulan data harus benar-
benar dipahami oleh setiap peneliti. Adapun data penelitian ini berupa data
lunak (soft data) yang berwujud kata, kalimat ungkapan yang terdapat dalam
puisi-puisi Ibnu ‘Arabi. Data yang digunakan dalam penelitian ini,
dikelompokkan menjadi dua:
14
a. Data primer adalah data utama yang diperlukan oleh peneliti untuk
keperluan penelitian. Dalam penelitian ini, data primernya berupa teks
puisi Ibnu ‘Arabi di dalam kitab Al-Futu>ha>t al-Makkiyyah .
b. Data sekunder adalah data tambahan yang diperlukan oleh peneliti
untuk mendukung penelitiannya. Dalam penelitian ini data
sekundernya berupa makalah, buku-buku, dan artikel yang
mempunyai relevansi untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi
hasil penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data adalah semua informasi atau bahan yang
disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan
dipilih peneliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
teknik pustaka, simak dan catat. Teknik pustaka adalah teknik penggunaan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak adalah suatu
metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu
penggunaan bahasa. Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai
instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti
terhadap sumber, data primer yakni sasaran peneliti yang berupa puisi-pusi
Ibnu ‘Arabi untuk memperoleh data yang diinginkan. Hasil penyimakan
kemudian dicatat sebagai sumber data.
15
3. Analisis Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan kata, kalimat, paragrap
dalam puisi-puisi Ibnu ‘Arabi dengan tinjauan semiotik. Teknik yang
digunakan untuk menganalisis puisi-puisi Ibnu ‘Arabi dalam penelitian ini
adalah metode pembacaan model semiotik yaitu pembacaan heuristik dan
pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang
dilakukan dengan interpretasi secara inferensial melalui tanda-tanda linguistik.
Pembacaan berasumsi bahwa bahasa bersifat referensial artinya bahwa harus
berhubungan dengan hal-hal yang nyata. Pada tahap ini pembaca menemukan
arti secara linguistik. Adapun realisasi pembacaan heuristik ini dapat berupa
sinopsis atau gaya bahasa yang digunakan. Hubungan antara heuristik dan
hermeneutik dapat dipandang sebagai hubungan yang bersifat gradasi, sebab
kegiatan pembacaan dan kerja hermeneutik yang oleh Riffaterre juga sebagai
pembaca retroaktif yang memerlukan pembacaan berkali-kali dan kritis. Salah
satu tugas hermeneutik adalah menghidupkan dan mengkonstruksikan sebuah
teks dalam jaringan intruksi antara pembicara, pendengar, dan kondisi batin
serta sosial dengan melingkupinya agar sebuah pertanyaan tidak mengalami
aliensi dan menyesatkan penbaca. Pembacaan hermeneutik merupakan
pembacaan bolak-balik melalui awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini
merupakan interprestasi tahap kedua yang bersifat retroktif yang melibatkan
banyak kode di luar bahasa dan menggabungkan secara integratif sampai
16
pembaca dapat membongkar secara struktural guna mengungkapkan makna
dalam sistem tertinggi yakni makna keseluruan teks sebagai sistem.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini supaya lengkap dan sistematis, maka perlu adanya
sistematika penulisan. Penelitian ini terdiri dari empat bab yang dapat
dipaparkan.
Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang mendeskripsikan secara
utuh penelitian yang dilakukan peneliti. Poin-poin pendahuluan ini yaitu latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjaun pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Pada bab kedua, peneliti berbicara tentang konstruksi semiotika
Riffatere. Pembahasan ini meliputi biografi Michael Riffatere, konstruksi
semiotika Michael Riffatere, dan membahas tentang simbol di dalam puisi sufi.
Selanjutnya, pada bab ketiga peneliti akan memberikan analisis
terhadap tiga puisi yang dipilih sebagai objek material dengan cara menelaah
aspek semiosis. Kajian ini sebagai jawaban dari rumusan masalah yang kedua.
Diharapkan pada bab ini, dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
aplikasi teori semiotik Michael Riffatere terhadap puisi-puisi yang dijadikan
sampel. Pada bab ini penelitian akan menghasilkan matriks-matriks dengan
menggunakan teori tersebut.
17
Terakhir, bab keempat yaitu penutup. Bab tersebut memuat simpulan
dan saran terhadap penelitian yang telah dilakukan. Selain simpulan, bab ini
juga berisi saran-saran untuk penelitian yang akan datang.
105
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan persoalan di dalam rumusan masalah, dan setelah melalui
penelitian yang mendalam dalam tesis ini, maka kesimpulan dari penelitian ini
sebagai berikut:
Pertama, semoitika Riffatere digunakan sebagai pendekatan bagi puisi,
guna menemukan makna yang terdalam di dalamnya. Semiotika Riffatere ini
adalah hasil dari dialektika dengan ahli semiotika pendahulunya sekaligus
gurunya yaitu Roman Jacobson. Menurutnya semiotika yang digunakan
Jacobson ketika diaplikasikan di dalam puisi yang terbaca hanya pada wilayah
lahir puisi, belum bisa sampai menemukan makna terdalam. Dalam teorinya
Riffatere hanya sampai pada pembacaan heuristik saja. Langkah kerja
semiotika Riffatere dalam menemukan makna terdalam puisi adalah dimulai
dengan pembacaan heuristik, kemudian diperdalam lagi dengan pembacaan
hermeneutik. Pembacaan hermeneutik teridiri dari penemmuan hipogram
potensial, model, dan terakhir matriks.
Kedua, hasil yang didapat dalam pembacaan puisi Ibnu ‘Arabi adalah:
model puisi yang ditemukan di dalam penelitian adalah Khali>fah dan s}u>rah al-
h}aqq.” Sedangkan matriks yang didapat adalah “manusia sempurna.” Untuk
hipogram potensial dapat dilihat pada penelitian. Kemudian hipogram aktual
pada puisi pertama adalah berkaitan dengan teori asma’ Ibnu ‘Arabi. Pada puisi
106
kedua peneliti mendapatkan model “fal amru’aqlun dan i>ma>nun id|asytaraka>.”
Matriks pada puisi kedua adalah “rasio dan tajalli.” Hipogram aktual yang
didapat pada puisi kedua ini adalah berkaitan dengan konsep akal dan syariah
menurut Ibnu ‘Arabi. Pada puisi terakhir, model yang didapat adalah kalimat
Inna at-tah}awwula fis} s}uwari. Kemudian matriks yang didapat adalah
kesempurnaan citra Allah. Sedangkan hipogram aktual pada puisi ketiga ini
adalah berkaitan dengan teori mikro kosmos dan makro kosmos.
B. Saran-Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian mendalam sebagian puisi Ibnu
‘Arabi dengan menggunakan teori semiotika Riffatere, saran-saran dari peneliti
sebagai berikut:
Pertama, puisi mempunyai banyak tanda, tanda tersebut tidak bisa
dibaca hanya dengan serampangan saja. Pengungkapan makna di dalam puisi
hendaknya menggunakan semiotika Riffatere. Teori ini dimunculkan khusus
untuk membaca makna di dalam puisi. Hingga sekarang sedikit para peneliti
yang menggunakan semiotika Riffatere sebagai pendekatan dalam membaca
puisi.
Kedua, diperlukan pembahasan yang intens dalam berbagai kesempatan
seperti dibangku kuliah dan diskusi. Hal ini hendaknya dilakukan karena tidak
sedikit civitas akademika khususnya linguistik dan sastra yang belum
memahami teori tersebut.
107
DAFTAR PUSTAKA
‘Abduttawwa>b, Ramad{a>n, Fus}u>l fi> Fiqh al-Lughah al-Arabiyyah, Kairo:
Maktabah al-Khanji, 1997.
Afifi, E.A., Filsafat Mistis Ibnu ‘Arabi. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995.
Al-H{aki>m, Su’a>d, Al-Mu’jam as}-S}u>fi Fi> Hudu>d al-Kalimati. Beirut: Dandarah,
1981.
Ali, Yunasril, Manusia Citra Tuhan, Jakarta: Paramadina, 1997.
‘Arabi, Ibnu, Di>wa>n Ibnu ‘Arabi, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996.
‘Arabi , Ibnu, Tanazzulul Amla>k fi Haraka>til Afla>k, Beirut: Da>r Ha>dir, t.t.
Arnel, Iskandar, The Concept of The Perfect Men in The Thought of Ibn ‘Arabi
and Muhammad Iqbal: A Comparative Study, Mcgill University, 1997.
‘Aud Ah}mad, Mu>jizu ‘Ilmi al-Lughah, Kuwait: Silsilatu al- Kutub al-S|aqafiyyah,
1997.
Bennet, Andrew, Nicholas Royle, Introduction to Literature, Criticism, and
Theory, Edinburgh: Pearson Education limited, 2004
Beach, Richard A Teacher’s Introduction; Reader-Response Theories, Illionis:
NCTE, 1993.
Budra’, ‘Abdurrahma>n, Min Z{awa>hirul Asyba>h Wannaz|a>ir Fillughawiyya>t al-
‘Arabiyyah Waddarsi al-Lisa>ni al-Mu’as}ir “at-Tara>duf.” Maghrib:
Majlis an-Nasyr al-‘Ilmi, 2005.
Card, Orson Scott, Femmy Syahrani (pent.), Penokohan dan Sudut Pandang:
Mencipta Sosok Fiktif Yang Memikat dan Dipercaya Pembaca. Bandung:
Mizan, 2005.
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Culler, The Pursuit of Signs; Semiotic, Literature, Deconstruction. London:
Roudledge Classics, 2005.
Damono, Sapardi Djoko, Sumbangan Sastra Dalam Pengembangan Bahasa,
Dalam: Ida Sundari, Meretas Ranah Bahasa, Semiotika, dan Budaya.
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2001.
108
Daoud, Amani Soleiman. Tanpa Tahun. Mysticism An Stylistics; A Study In Al-
Hallaj Poetry. ttp.: t.p., t.t.
Djojosuroto, Kinayati, Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007.
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori,
dan Aplikasi. Yogyakarta: Medpress, 2008.
Haidar, Ali, Al-Jumal Liabi Bakr Abdul Qahir al-Jurjani, Damaskus: Maktabah
Majma’ullughah al-Arabiyyah, 1982.
Hermawan, Sainul, Teori Sastra Dari Marxis Sampai Rasis. Banjarmasin: FBS
FKIP ULM, 2006.
Hittick, William C., Dunia Imajinal Ibnu ‘Arabi; kreativitas Imajinasi dan
Persoalan Diversitas Agama. Surabaya: Risalah Gusti, 2001.
Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita, 2001.
Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Kridalaksana, Harimurti dkk., PELANGI BAHASA; Kumpulan Esai yang
Dipersembahkan Kepada Prof. J.W.M Verhaar, S. J, Jakarta: Bhatara
Karya Aksara, 1982.
Yulia Nasrul latifi, “Pemaknaan Puisi dalam Semiotika Riffatere dan
Penerapannya dalam Sajak Doa Karya Chairil Anwar”, Adabiyyat:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab 6, no. II, Juli 2007, hlm. 310.
Luxemburg, Jan Van. Dick Hartoko(pent.), Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta:
Gramedia, 1986.
Manz|u>r, Ibnu, Lisa>nu al- ‘Arab, vol. VI. Beiru>t: da>ru S{adrin, 2005.
Muntasyir, Rizal, Filsafat Bahasa; Aneka Masalah, Arti, dan Upaya
Pemecahannya, Jakarta: Prima Karya, 1988.
Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2000.
Pradopo, Rachmat Djoko, Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama
Media, 2002.
Putra, Heddy Shri Ahimsa, Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya Sastra.
Yogyakarta: Galang Press, 2001.
109
Ratna, Nyoman Kutha, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan
Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Riffatere, Michael, Semiotic of Poetry. Bloomington: Indiana University press,
1987.
Sastra, Gusdi, Neurolinguistik; Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta, 2011.
Schimmel, Annemarie, Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta: Temprint, 1986.
Shelden, Raman dkk., A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory.
London: Pearson Educated Limited, 2005.
Sumardjo, Jakob, Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia, 1988.
Takeshita, Masataka, Manusia Sempurna Menurut Konsepsi Ibnu ‘Arabi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Teew, A., Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia, 1983.
Umar, Mukhtar Ahmad, Ususu ‘Ilmi al-Lughah, Kairo : ‘A<lamu al-Kutub, 1997.
Wirawan, Mengaktifkan Alam Bawah Sadar Manusia; Refleksi Menuju
Kepribadian Yang Lebih Sempurna. Tanpa Kota: Platinum, 2103.
Wellek, Rene. Melani Budianto(pent.), Teori sastra. Jakarta: Gramedia, 1989.
Ya>qu>t, Sulaima>n, Manhajulbah}s|i al-Lughawi, Kuwait: Da>rul Ma’rifah al-
Ja>mi’iyyah, 2002.
Margalit Fox, “Michael Riffatere, 81, a Scholar of Literature at Columbia, Is
Dead.” Dalam http: //www.nytimes.com /2006/05/books /05riffatere.html
?r=0. Akses tanggal 21 Juli 2016.
Chapel, A Memorial Service for Profesor Riffatere, dalam Error! Hyperlink
reference not valid.. Akses tanggal 21 Juli 2016.
Https://Id.Wikipedia.Org/W/Index.Php?Title=Michael_Riffatere&Oldid=1049157
3. Akses 21Juli 2016.
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Ali Rohmat, S.Hum.
Tempat/tgl. Lahir : Grobogan, 26 Juli 1985
Alamat Rumah : Kandangrejo 06/01, Klambu, Grobogan, Jawa
Tengah
Nama Ayah : Suwito
Nama Ibu : Kasiyem
Nama Istri : Dahlia
No HP : 085786525517
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN Kandangrejo IV, tahun 1992-1998.
b. MTs YPI Klambu, tahun 1998-2001.
c. MAKN-MAN I Surakarta tahun 2001-2004.
d. S1 Universitas Islam Negeri Yogyakarta tahun 2005-2011.
e. S2 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2012-
sekarang.
2. Pendidikan Non-Formal dan Pelatihan
a. Pondok Pesantren Darul Masyruh Klambu tahun 1998-2001.
b. Berproses di Civil Community.
C. Riwayat Pekerjaan
1. Tentor Bahasa Arab lepas.
2. Penerjemah Bahasa Arab lepas.
3. Pelatih Taekwondo di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Pengajar di PPM Aswaja Nusantara.
5. Staf Jurnal Mlangi.
6. Pengajar di MA Nur Iman Mlangi sampai sekarang
111
D. Pengalaman Organisasi
1. Koordinator pengajar Taman Pendidikan al-Qur’an Masjid Muqarrabin
Surakarta tahun 2001-2002.
2. Ketua I HIMADIKA 2006-2007.
3. Sekretaris BEM J. Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2007.
4. Ketua I UKM Taekwondo Dojang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 2006-2007.
5. Dewan Pimpinan Dojang (DPD) UKM Taekwondo Dojang UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2007-2008.
6. Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) KAMAGAYO tahun 2007-
2010
7. Ketua umum UKM Taekwondo Dojang UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2009-2010.
8. Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2009-2010.
9. Ketua dewan pengajar di PPM Aswaja Nusantara 2104.
10. Dewan Pelatih Taekwondo Dojang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
sampai sekarang.
E. Pelatihan
1. Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Tingkat Nasional tahun 2008.
2. Instructur Course, Instructur Refresher Course tahun 2011.
3. I Solution Teaching Qualification, dan lain-lain.