6
Kriteria kausalitas (hubungan sebab akibat) menurut Bradford Hill (1897- 1991) membuat kriteria dari suatu faktor sehingga faktor tersebut dapat dikatakan sebagai faktor yang mempunyai hubungan kausal. Kriteria tersebut adalah : 1. Kekuatan asosiasi (kekuatan hubungan) 2. Konsistensi 3. Spesifisitas 4. Hubungan temporal 5. Efek dosis respon (respon tehadap dosis) 6. Biologic plausibility atau kelayakan biologis (masuk akal) 7. Koherensi bukti-bukti 8. Bukti Eksperimen 9. Analogi Penjelasan Kriteria Bradford Hill 1. Kekuatan asosiasi : semakin kuat asosiasi, maka emain sedikit hal tersebut dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi, dan kekacauan) 2. Konsistensi : replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda. 3. Spesifisitas dari asosiasi : ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin juat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan peran dari setiap penyakit. 4. Temporalitas : kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahka pada saat efek sementara diperkirakan

Kriteria Hill

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kriteria Hill

Kriteria kausalitas (hubungan sebab akibat) menurut Bradford Hill (1897-1991)

membuat kriteria dari suatu faktor sehingga faktor tersebut dapat dikatakan sebagai

faktor yang mempunyai hubungan kausal.

Kriteria tersebut adalah :

1. Kekuatan asosiasi (kekuatan hubungan)

2. Konsistensi

3. Spesifisitas

4. Hubungan temporal

5. Efek dosis respon (respon tehadap dosis)

6. Biologic plausibility atau kelayakan biologis (masuk akal)

7. Koherensi bukti-bukti

8. Bukti Eksperimen

9. Analogi

Penjelasan Kriteria Bradford Hill

1. Kekuatan asosiasi : semakin kuat asosiasi, maka emain sedikit hal tersebut dapat

merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini

membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan

kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi,

dan kekacauan)

2. Konsistensi : replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang

berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan

kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda.

3. Spesifisitas dari asosiasi : ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan

kekuatan yang mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan

penularannya, semakin juat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa

satu agen berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan

bukti yang melawan peran dari setiap penyakit.

4. Temporalitas : kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahka pada saat efek

sementara diperkirakan

Page 2: Kriteria Hill

5. Tahapan biologis : perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan

kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten

dengan model konseptual yang dihipotesakan.

6. Masuk akal : kami lebih siap untuk menerima kasus dengan hubungan yang

konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan kami secara umum. Telah jelas

bahwa kecenderungan ini memiliki lubang-lugang kosong, tetapi akal sehat selalu

saja membimbing kita

7. Koherensi : bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang

dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren?

8. Eksperimen : demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah

kausa bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang

mungkin, mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas.

9. Analogi : kami lebih siap lagi untuk menerima argumentasi-argumentasi yang

menyerupai dengan yang kami dapatkan.

Kekuatan asosiasi

- Ekses-ekses yang telah diketahui sebelumnya dari penyakit dan diasosiasikan dengan

bukaan

- Besaran dari rasio kejadian bukaan terhadap kejadian tidak ada bukaan

- Seberapa kuatkah “kuat” itu?

Konsistensi

Asosiasi telah “diamati berulang kali oleh orang yang berbeda, tempat yang berbeda,

keadaan dan waktu yang berbeda pula”Konsistensi membantu dalam perlindungan dari

munculnya kesalahan atau artefak. Tetapi hasil yang diobservasi dengan konsisten tidak

langsung bebas dari bias, terutama dalam sejumlah kecil kajian, dan hasil dalam

populasi yang berbeda akan sama sekali berbeda jika hubungan kausal dipengaruhi olhe

ada atau tidak adanya variabel-variabel pemodifikasi.

Spesifisitas

Hubungan antara bukaan dan penyakit adalah spesifik dalam beragam cara-penyakit

spesifik terhubung dengan bukaan yang spesifik pula, tipe spesifik dari bukaan lebih

Page 3: Kriteria Hill

efektif, dan seterusnya. Ada hubungan dekat antara spesifisitas dan kekuatan dimana

didefinisikan lebih akurat untuk penyakit dan bukaan, akan semakin kuat resiko relatif

yang diobservasi. Tetapi adanya fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap banyak

penyakit bukan merupakan bukti yang menyanggah perannya dalam setiap penyakit.

Sebagai contoh, rokok dapat menyebabkan banyak penyakit.

Temporalitas

Pertama adalah bukaan, kemudian penyakit.

Terkadang sangat sulit untuk mendokumentasikan rangkaian, terutama jika ada tundaan

yang panjang antara bukaan dan penyakit, penyakit subklinis, bukaan (misalnya

perlakuan) yang membawa manifestasi awal dari penyakit.

Tahapan Biologis

Verifikasi terhadap hubungan respon-dosis konsisten dengan model konseptual

hipotesis.

Masuk akal

Apakah asosiasi masuk akal secara biologis. Misalnya, estrogen dan kanker endometrial,

estrogen dan kanker payudara, kontrasepsi oral dan kanker payudara.

Koherensi

Apakah interpretasi kausal cocok dengan fakta yang diketahui dalam sejarah alam dan

biologi dari penyakit, termasuk juga pengetahuan tentang distribusi dari bukaan dan

penyakit (orang, tempat, waktu) dan hasil dari eksperimen laboratorium. Apakah semua

“potongan telah cocok tempatnya”

Bukti-bukti eksperimental

Beberapa tipe desain kajian dapat memberikan bukti yang lebih meyakinkan dibanding

desain kajian jenis lainnya. Kajian-kajian intervensi dapat menyediakan dukungan yang

terkuat, terutama ketika bukaan dapat dilakukan secara acak. Karena tidak etis dan/atau

tidak praktis untuk menentukan banyak bukaan sebagai kajian epidemiologis. Satu

alternatif yang mungkin adalah dengan menghilangkan bukaan dan melihat apakah

penyakit menurun, kecuali jika proses kausal dianggap tidak dapat lagi dibalikkan.

Misalnya, pellagra, kudis, HDFP, LRC-CPPT, MRFIT.

Analogi

Page 4: Kriteria Hill

Apakah pernah ada situasi yang serupa di masa lalu? (misalnya rubella, thalidomide

selama kehamilan)

Pengecualian bagi temporalitas, tidak ada kriteria yang absolut, karena asosiasi kausal

dapat sangat lemah, relatif non-spesifik, diobservasi tidak konsisten, dan dalam konflik

dengan pengungkapan penmahaman biologis. Tetapi, setiap kriteria yang memperkuat

jaminan kami dalam mencapai penilaian kausalitas.

Beberapa dari kriteria (misalnya, koherensi, tahapan biologis, spesifisitas, dan mungkin

juga kekuatan) dapat dirumuskan dalam bentuk isu yang lebih umum dari konsistensi

data yang diobservasi dengan model hipotesisasi etiologis (biasanya biologis). Sebagai

contoh, tahapan biologis tidak harus monoton, seperti dalam kasus dosis radiasi tinggi

yang mana akan mengarah kepada pembunuhan sel-sel dan karena itu menurunkan

kemungkinan perkembangan tumor. Serupa dengan itu, spesifisitas dapat dipakai pada

situasi-situasi tertentu tetapi tidak untuk situasi lain, tergantung pada proses

patofisiologis yang dihipotesiskan.

Ukuran Epidemiologi :

Yaitu mengukur kejadian penyakit, cacat ataupun kematian pada populasi. Merupakan

dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan

menggunakan Prevalens dan Incidens.

1) Prevalensi : Merupakan proporsi individu dalam populasi yang mengalami penyakit

atau kondisi lainnya pada suatu periode waktu tertentu.

Manfaat prevalensi :

- Mendeskripsikan beban penyakit pada populasi

- Mendeskripsikan status penyakit pada populasi,

- Menaksir frekuensi paparan,

- Menaksir kebutuhan pelayanan kesehatan untuk individu-individu yang

terkena penyakit

Ciri prevalence :

•         berbentuk proporsi

•         tidak mempunyai satuan

•         besarnya antara 0 dan 1

Jenis prevalence :

Page 5: Kriteria Hill

•            Point Prevalence

–      Point Prevalens, yaitu probabilitas dari individu dalam populasi berada

dalam keadaan sakit pada satu waktu tertentu

•            Period Prevalence

–          Period Prevalens yaitu proporsi populasi yang sakit pada satu periode

tertentu.

Kegunaan prevalence :

•  Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu

•  Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan ketenagaan

2) Insidence (menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode

tertentu)

a. Cumulative insidence : mengukur risiko untuk sakit

* Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode

waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab

lain

* Risiko ini biasanya digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama

pada orang sehat tersebut. Misalnya : Insidens penyakit jantung mengukur risiko

serangan penyakit jantung pertama pada orang yang belum pernah menderita

penyakit jantung. b. Insidence rate (insidence density) : mengukur kecepatan

untuk sakit

- Insidens rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan status penyakit

per satuan waktu, relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada

waktu itu

- Menyatakan suatu jumlah kasus baru per orang-waktu

- Jumlah orang yang berpindah status dari tidak sakit ke status sakit selama

periode waktu tertentu merupakan hasil paduan antara tiga faktor, yaitu ukuran

besarnya populasi, lama periode pengamatan, kekuatan penyebaran penyakit

(force of morbidity).