Upload
dedewidianto
View
76
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kriteria Bahan Konstruksi Kimia
Citation preview
TUGAS
BAHAN KONSTRUKSI KIMIA
KRITERIA PEMILIHAN BAHAN KONSTRUKSI KIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Aufa Fauzan H.
NIM : 03111003091
Kelas : A
Dosen Pengasuh : Ir. Faisol Asip
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seorang teknik kimia adalah sosok yang harus bertanggung jawab terhadap suatu proses
industri kimia. Termasuk juga dalam pemilihan material konstruksi pabrik. Pemilihan material
konstruksi untuk peralatan teknik kimia bukan masalah mudah. Pemilihan material
mempengaruhi keselamatan, kehandalan, seumur hidup, dan biaya peralatan. Banyak kriteria
yang harus dipertimbangkan, dan ada berbagai jenis bahan yang sedikit jumlah ketersediaannya.
Perancangan pabrik untuk industri kimia tentu harus memperhatikan berbagai macam
pertimbangan. Hal semacam ini dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefesienkan pengunaan
bahan konstruksi kimia tersebut. Seorang sarjana teknik kimia harus mengedepankan aspek
ekonomi dalam setiap rancangan yang dibuat. Menjadi satu keharusan bagi kita untuk
mengetahui sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Jadi diharapkan ketika kita mengenali sifat bahan
yang kita gunakan, maka penggunaan yang nanti dilakukan akan efektif karena kita mengetahui
kekurangan dan kelebihan bahan yang digunakan.
1.2. Tujuan
Pembuatan makalah ini adalah tidak lain bertujuan untuk :
1. Menjadikan bahan acuan informasi yang berkaitan dengan Bahan Konstruksi Teknik
Kimia
2. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia
Untuk memilih material kita patut berpegang kepada “most important characteristics” dari
suatu material, dan hal ini juga bergantung dengan keadaan geografis atau lingkungan suatu
tempat. Pedoman ini dapat dijadikan penentuan skala prioritas untuk memilih suatu material, dan
hal itu adalah:
1. Material properties
2. Thermal properties
3. Corrosion resistance
4. Thermal conductivity and electrical resistance
5. Ease of fabrication
6. Cost
7. Availability in standard size
8. Contamination
9. Recycle
Faktor kemudahan untuk merecycle bahan yang digunakan juga merupakan faktor pertimbangan
yang penting :
1. Material properties
2. Class
3. Property
4. Physical
Dimension, shape Density or specific gravity Porosity Moisture content
Macrostructure Microstructure
5. Chemical
Oxide or compound composition Acidity or alkalinity Resistance to corrosion or
weathering
6. Physico-chemical
Water - absorptive or water -repellant action, Shrinkage and swell due to moisture
changes
7. Acoustical
8. Sound transmission & Sound reflection
9. Mechanical
Strength, tension, compression, shear and flezure (under static, impact or fatigue
condition) Stiffness, Thoughness, Elasticity, Plasticity, Ductility, Brittleness,
Hardness, Wear resistance
10. Thermal
Specific heat Expansion Conductivity, Electrical and magnetic optical,
Conductivity Magnetic parmeability Galvanic action Colour Light transmission,
Light reflection
Berbagai macam sifat bahan pada tabel diatas yaitu berbagai macam sifat bahan secara
teknik yang nantinya dapat dipertimbangkan dalam proses pemilihan bahan. Sifat – sifat tersebut
dikelompokkan berdasarkan beberapa kelas peninjauan, seperti secara fisik, mekanik, kimia dan
lain sebagainya.
2.2. Sifat Mekanik Bahan
Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik menyatakan
kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima
beban / gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan / komponen tersebut. Seringkali
bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain,
maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang
diperlukan. Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan. Baja
mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja memenuhi syarat untuk suatu
pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang kurang baik. Untuk mengatasi hal
itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara
pengecatan atau galvanising, dan cara lainnya. Jadi tidak harus mencari bahan lain seperti selain
kuat juga harus tahan korosi, tetapi cukup mencari bahan yang syarat pada sifat mekaniknya
sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi. Berikut adalah beberapa sifat mekanik
yang penting untuk diketahui :
Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis
beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan,
kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.
Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk tahan
terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan
sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan kekuatan.
Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila
suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila tegangan yang
bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya
bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan
yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas kemampuannya,
maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun tegangan yang diberikan
telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang
dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan
dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan
ukuran semula setelah menerima bebang yang menimbulkan deformasi.
Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal
kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan.
Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi
plastik (permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai macam pembentukan seperti forging, rolling,
extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan
yang mampu mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang memiliki
keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan terjadinya
deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan rendah atau getas (brittle).
Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi
tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya
energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat
ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.
Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima
tegangan berulang – ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh
kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit
diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan kecenderungan suatu logam
untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya berubah sesuai dengan fungsi waktu, pada
saat bahan atau komponen tersebut tadi menerima beban yang besarnya relatif tetap.
Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu :
1. Sifat mekanik statis yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang besarnya tetap
atau bebannya mengalami perubahan yang lambat.
2. Sifat mekanik dinamis yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang besar
berubah – ubah, atau dapat juga dikatakan mengejut.
Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan yang
berbeda.
2.3. Sifat Thermal Bahan
Sifat termal baha adalah perubahan sifat yang berkaitan dengan sihi. Sifat termal ini dipengaruhi
beberapa faktor yaitu :
1. Kandungan Uap Air
Apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal.
Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara
dalam bahan tersebut.
2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil, namun secara umum
dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.
3. Kepadatan dan Porositas
Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin
banyak maka konduktifitas termal rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan
kepadatan yang sama akan tergantung pada perbedaan struktur yang meliputi ukuran, distribusi,
hubungan pori dan lubang. Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan
kalor ada 2 jenis, yaitu :
Keadaan tetap (steady heat flow)
Keadaan berubah (transien heat flow)
4. Sifat Elektrik Bahan
Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut :
Konduktif – jika resistansinya < 105 ohm ; disini elektron mudah bergerak atau mengalir,
jadi netralisasi dapat dilakukan dengan mudah dengan cara grounding. Contoh : logam
dan tubuh manusia.
Insulatif – jika resistansinya > 1011 ohm ; elektron bisa dikatakan tak dapat bergerak,
jadi netralisasi hanya mungkin dilakukan dengan ionisasi. Contoh : plastik dan karet
Dari pengukuran tribocharging, kita bisa menentukan apakah muatan listrik mudah
ditimbulkan pada bahan tersebut – jika tidak mudah membangkitkan muatan (atau
muatan yang dihasilkan cukup rendah), maka bahan itu dapat dikatakan sebagai anti-
statik.
Statik disipatif – resistansi di antara 105 sampai 1011 ohm ; disini, elektron dapat
bergerak tetapi lambat, jadi perlu diketahui parameter decay time. Untuk mengetahui
berapa cepat grounding dapat menetralisasi muatan. Pengukuran tribocharging juga perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik atau tidak. Umumnya
bahan yang masuk kategori statik disipatif adalah bahan buatan, artinya memang khusus
dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu, misalnya bahan dasarnya adalah insulatif tapi
diberi tambahan karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat statik disipatif.
Jika kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat konduktif. Untuk mengukur nilai
resistansi bahan, kita gunakan Mega Ohm meter (atau Surface Resistance Meter) – ini
semacam multimeter biasa tetapi dengan jangkauan pengukuran sampai 100 G Ohm atau
lebih. Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya Electrostatic Voltmeter/
Fieldmeter) untuk mengukur muatan listrik dari proses tribocharging dan dengan bantuan
stopwatch, kita pun dapat mengukur decay time secara kualitatif. Untuk hasil yang lebih
akurat, kita perlu menggunakan Charged Plate Monitor. Jadi, jika adanya muatan listrik
statik menimbulkan masalah, maka salah satu solusinya adalah dengan menetralkan
mutan listrik bersangkutan. Cara efektif untuk menetralkan muatan listrik dilakukan
berdasarkan sifat listrik material/bahan.Pada dasarnya netralisasi muatan dapat dilakukan
dua cara, yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer. Grounding dilakukan jika elektron
dapat bergerak atau mengalir dalam bahan bersangkutan, yaitu dengan menghubungkan
bahan tersebut ke tanah/bumi atau bagian ground dari kabel listrik karena tanah/bumi
adalah reservoar muatan (sumber muatan yang tak-terhingga). Sebaliknya, untuk bahan
yang tak dapat mengalirkan muatan, maka tidak ada jalan lain untuk menetralkan muatan
kecualim memberikan muatan yang berlawanan dari udara. Sebetulnya udara
mengandung sejumlah molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan suatu benda,
tapi netralisasi secara alami ini akan berlangsung sangat lama. Untuk mempercepat
proses netralisasi, maka digunakan alat/peralatan yang disebut Ionizer. Ionizer dirancang
untuk menghasilkan sejumlah besar ion positif maupun negatif dan ion-ion tersebut
diarahkan ke permukaan benda yang akan dinetralisasi. Selain itu, netralisasi juga dapat
dilakukan dengan membasahi permukaan bahan bersangkutan dengan air biasa (bukan DI
water) atau larutan yang mengandung air seperti IsoPropyl Alcohol (IPA).
2.4. Bahan Konstruksi Metal
Secara umum bahan metal yang digunakan pada industri dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu Ferrous dan nonferrous. Ferrous metal didefinisikan sebagai bahan yang mengandung
sedikitnya 50 % besi ( iron). Ferrous alloy. Alasan mengapa bahan ini sering digunakan adalah
karena biayanya bahan ini relatif lebih murah, dan memiliki kemampuan kerja yang baik.
Ferrous alloy dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : Cast Iron, Carbon Steels, Low-Alloy
Steels dan Stainless Steels.
Cast Iron. Cast iron adalah alloy yang memiliki kadar carbon lebih dari 1.5 %. Terdapat 4
jenis dari Cast iron yaitu : gray, white, ductile iron dan wrought iron.
Gray cast iron. Gray cast iron merupakan cast iron yang umum digunakan dan paling
murah diantara yang lainnnya, Mudah dibentuk, memiliki tensile streght yang rendah
yaitu dari 155 – 400 N/mm2. Digunakan untuk peralatan – peralatan yang
memerlukan vibration dampening dan wear resistance. Warna keabu-abuan disebabkan
oleh kandungan graphite yang tersebar pada massa nya. Material ini tidak digunakan
untuk proses – proses yang beroperasi pada tekanan tinggi.
White Cast Iron. Memiliki kandungan silikon yang lebih rendah dari gray cast iron. Tidak
terdapat partikel graphite pada mikrosturkturnya, apabila carbon dalam cast iron tersebut
dikombinasikan dengan iron akan membentuk iron carbide (Fe3C ). Metal ini sangat
abbrasive dan brittle, karena sifat – sifat ini bahan ini tidak disarankan
penggunaannya untuk aplikasi Pressure –Vessel, namun begitu dapat digunakan
untuk grinding balls, casing pompa slurry dan roda mobil.
Ductile cast iron. Memiliki unsur yang sama dengan gray cast iron, tetapi beda dalam
pembuatannya. Digunakan untuk high strenght pipe, bodi valve, casing pompa, casing
kompressor , crankshaft ( poros mesin ).
Wrought iron. Pada dasarnya merupakan besi murni ( pure iron ) dengan kandungan
carbon yang rendah serta sedikit kandungan slag dalam bentuk iron silicate. Slag yang
terkandung memberikan daya shock yang baik, vibrasi serta tahan terhadap korosi.
Umumnya digunakan untuk pipa air, dan engine bolt.
Silicon iron. Memilik kandungan silikon yang tinggi, kira – kira sekitar 15
% yang disebut juga dengan silicon iron. Terdapat dua jenis umum dengan nama
dagang Duriron dan Durichlor. Durichlor mengandung molybdenum digunakan
untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Keduanya digunakan untuk aplikasi
yang tahan terhadap korosi dan oksidasi. Direkomendasikan agar bahan ini
digunakan kondisi tekanan operasi dibawah 50 psig.
Carbon Steel. Perbedaan antara carbon steel dengan cast iron adalah persentase kandungan
carbon. Pada carbon steel kandungan carbon kurang dari 1.5 %. Material ini mudah difabrikasi
dan memiliki streght yang lebih baik dari pada cast iron. Tergantung dari jenis treatment
panas serta alloy yang digunakan, bahan ini bisa dibuat dengan berbagai derajat atau tingkatan
hardness dan ductility, dan dengan beberapa tambahan membuat bahan ini lebih mudah
disambung ( Weld ) dari pada cast iron. Dengan sifat – sifat seperti ini ditambah lagi
dengan ketersediaannya dalam jumlah banyak , membuat carbon steel menjadi pilihan pertama
untuk konstruksi peralatan. Salah satu kelemahan utamanya adalah ketahanan
terhadap korosi .
Low alloy steel. Bahan ini memiliki kandungan chromium dalam jumlah yang kecil. Bahan
ini menggantikan penggunaan carbon steel pada industri perminyakan karena beberapa
peralatan mengalami proses korosi ketika mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur
yang tinggi. Diketahui bahwa dengan adanya chromium dapat menghambat pembentukan
iron sulfide. Penambahan chromium juga diketahui dapat meningkatkan strenght material pada
temperature tinggi. Perbedaan mendasar antara carbon steel dengan low alloy steel adalah
jumlah kandungan chromium. Carbon steel memilik kandungan chromium kurang dari 4 %
sedangkan Low alloy steel kandungan chromium antara 4 – 9 %.
Stainless steel. Steel dengan kandungan chromium sekitar 12 % atau lebih disebut sebagai
stainless steel. terdapat 3 jenis bahan ini yaitu : ferritic, austenic dan martensitic stainless steel.
Ferritic stainless steel. Memiliki kadar karbon sebesar 0.2 % atau kurang dan kadar chromium
antara 11 – 18 %. Material ini tahan terhadap korosi dari pada Martensistic steel serta
cocok digunakan untuk fluida dengan tingkat oksidasi keasaman tinggi seperti asam nitrat.
Bahan ini memiliki tensile serta impact strenght yang rendah.
● Martensitic steel. Memiliki kadar chromium antara 12 – 18% dan kadar carbon
hingga mencapai 1.2 %. Dari sisi strenght dan hardnability lebih baik dari pada ferritic
stainless steel. Dengan kadar chromium yang rendah bahan ini tahan terhadap air, steam
dan bahan – bahan yang bersifat korosi tingkat menengah ( moderate ) lainnya.
● Austenitic Stainless steel. bahan ini lebih komplek dari yang lainnya karena terdapat
tambahan nickel sebesar 3.2 hingga 22 % . Material ini memiliki tingkat tensile strenght
yang tinggi, ductility dan lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan material
stainless steel lainnya pada range temperature yang sangat lebar . Daya tahan korosinya
terhadap bahan – bahan sulfur serta asam – asam organik lebih baik dari
pada carbon steel, low alloy steel bahkan terhadap ferritic dan martensitic stainless steel.
Walaupun tahan terhadap korosi yang sangat baik hingga pada temperature 650 F ke
atas, pengalaman memperlihatkan bahwa material ini memiliki permasalahan terhadap
stress corrosion cracking pada temperature yang sangat tinggi dan dengan pH yang
tinggi (8 atau keatas) seperti pada proses –proses high pressure boiler feedwater
system (sistem umpan boiler bertekanan tinggi) dan nuclear steam generator (pembangkit
steam tenanga nuklir ).
Non Ferrous Alloy, pemilihan bahan jenis ini dimungkinkan apabila material ferrous alloy
tidak cocok dengan aplikasi yang dikehendaki. Bahan nonferrous alloy ini secara umum lebih
mahal serta sulit untuk di sambung ( weld ). NonFerrous Alloy biasanya digunakan karena
memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi bila dibandingkan dengan ferrous alloy.
Aluminium adalah bahan dengan tingkat keuletan (ductility) yang baik, bahan ini juga
memiliki rasio high strenght - berat yang tinggi serta nonmagnetic, memiliki konduktivitas
termal dan elektrik yang baik, beberapa alloy aluminium sulit untuk di sambung dengan cara
pengelasan (weld) dan sementara yang lainnya bahkan tidak bisa disambung (weld). Beberapa
komponen lain ditambahkan ke aluminium untuk memberikan sifat – sifat mekanikal
yang lebih baik lagi (memperbaiki sifat bahan) , komponen tambahan tersebut dapat berupa
iron, manganese, silicon, copper, magnesium, dan zinc. Aluminium digunakan untuk aplikasi :
transportasi, penyimpanan dengan faktor tingkat kemurnian tinggi untuk berbagai jenis larutan
organik, asam nitrat , dan larutan encer dengan pH antar 4.5 – 8.5. Material ini tidak
digunakan untuk menangani alkohol , organic halides, anhydrous organis acid, mercury,
garam – garam logam berat dan steam. Material ini juga dapat digunakan untuk kondisi
cryogenic.
BAB III
PENUTUP
Setelah melakukan observasi pustaka di berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa dasar
Ilmu Bahan Konstruksi Teknik Kimia adalah mencakup sebagai berikut :
1. Untuk merancang keperluan industri diperlukan pemahaman ilmu tentang bahan yang
cukup, agar penggunaan alat dapat maksimal, efektif, dan berdaya tahan tinggi.
2. Sifat – sifat material dapat diketahui melalui uji material. Dan hasil pengujian dapat
dijadikan landasan perancangan alat, berdasarkan sifat – sifatnya.
3. Beberapa material dapat berdeformasi, dan dapat kembali seperti semula (deformasi
elastis) dan tidak dapat kembali (deformasi plastic).
4. Berdasarkan sifat keelektrikan bahan, maka bahan dibagi menjadi 3, yaitu konduktif,
insulatif dan statik desipatif
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.Bahan Konstruksi Teknik Kimia Bahan Konstruksi Korosi.
(online).http://fakeplasticworlds.wordpress.com/2009/12/18/bahan-konstruksi-teknik-
kimia-bahan-konstruksi-korosi-pengantar/.Diakses pada tanggal 04 November 2013.
Anonim.2010.Listrik Bahan Semikonduktor.(online).http://www.fisika-ceria.com/sifat-listrik-
bahan-semikonduktor.html.Diakses pada tangggal 04 November 2013.
Mustazama.2010.Sifat – Sifat Mekanik Bahan,(online).
http://mustazamaa.wordpress.com/2010/04/15/sifat-sifat-mekanik-bahan/.Diakses
pada tanggal 04 November 2013.
Noviritia.2011.Deformasi Plastik dan Delasktik.(online).
http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.html. Diakses
pada tanggal 04 November 2013.
Rudydwi.2010.Mengetahui Sifat Mekanik Material dengan Uji Tarik.(online).
http://rudydwi.wordpress.com/2010/03/28/mengetahui-sifat-mekanik-material-dengan-
uji-tarik/. Diakses pada tanggal 04 November 2013.
Van Vlack H. Laurence. 1995. Ilmu dan teknologi Bahan Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga