17
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 155 KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI DI INDONESIA Rachman Hakim [email protected] Universitas Madura Munawar Ismail Arif Hoetoro Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT The relationship between the credibility of the central bank and the persistence of inflation is still ambigous as this information is crucial in setting the appropriate policy for combating an inflation problem. The objective of this paper is to measure the rate of inflation persistence and to examine the importance of the credibility of the bank central on the persistence of inflation in Indonesia by using the New Keynesian Phillips Curve Hybrid. It is found that the persistence of inflation in the period of full - fledged Inflation Targeting (2006:1-2012:3) lower when compared with the period of Inflation Targeting Lite (2000:1-2005:4). Meanwhile, the credibility of the central bank is significantly influencing the persistence of inflation only when Indonesia was implementing the Full- Fledged Inflation Targeting. When Indonesia was applying the Inflation Targeting Lite, the impact of bank central credibility on persitence inflation was not significant. These findings indicate that the behavior of inflation in Indonesia was backward looking during the periode of Inflation Targeting Lite and becoming forwardlooking after adopting the Full-Fledged Inflation Targeting Policy. This change is related to the increased credibility of the central bank in the full - fledged Inflation Targeting period. Keywords: credibility, persistence ofinflation ABSTRAK Hubungan kredibilitas bank sentral dan persistensi inflasi masih menjadi kontroversi, padahal kepastian hubungan ini sangat penting untuk merumuskan kebijakan anti inflasi yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat persistensi inflasi dan menguji dampak kredibilitas bank sentral terhadap persistensi inflasi di Indonesia sejak penerapan inflation targeting framework dengan menggunakan model New Keynesian Phillips Curve Hybrid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persistensi inflasi pada periode Full-Fledged Inflation Targeting (2006:1-2012:3) lebih rendah jika dibandingkan dengan periode Inflation Targeting Lite (2000:1-2005:4). Sementara itu, kredibilitas bank sentral berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi inflasi pada saat Indonesia menerapkan Full- Fledged Inflation Targeting, sedangkan pada saat Indonesia masih menerapkan Inflation Targeting Lite, kredibilitas bank sentral tidak berpengaruh terhadap persistensi inflasi. Ini menunjukkan bahwa perilaku inflasi di Indonesia masih bersifat backward looking pada masa penerapan Inflation Targeting Lite dan berubah menjadi forward looking setelah mengadopsi Full-Fledged Inflation Targeting. Perubahan ini ada kaitannya dengan meningkatnya kredibilitas bank sentral pada periode Full-Fledged Inflation Targeting. Kata Kunci: Kredibilitas, persistensi inflasi PENDAHULUAN Krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997/1998 menuntut Bank Indonesia untuk mengubah tatanan kelembagaan menjadi bank sentral yang lebih independen. Perubahan ini didasari munculnya banyak pendapat yang mengatakan bahwa salah satu penyebab krisis adalah ketidak- mampuan Bank Indonesia untuk bertindak secara objektif karena selama periode pra- krisis kebijakan Bank Indonesia selalu dianggap terkait dengan kepentingan politik

KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

  • Upload
    doannhu

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

155

KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI DI INDONESIA

Rachman [email protected]

Universitas MaduraMunawar Ismail

Arif HoetoroUniversitas Brawijaya Malang

ABSTRACT

The relationship between the credibility of the central bank and the persistence of inflation is still ambigous as thisinformation is crucial in setting the appropriate policy for combating an inflation problem. The objective of thispaper is to measure the rate of inflation persistence and to examine the importance of the credibility of the bankcentral on the persistence of inflation in Indonesia by using the New Keynesian Phillips Curve Hybrid. It is foundthat the persistence of inflation in the period of full - fledged Inflation Targeting (2006:1-2012:3) lower whencompared with the period of Inflation Targeting Lite (2000:1-2005:4). Meanwhile, the credibility of the centralbank is significantly influencing the persistence of inflation only when Indonesia was implementing the Full-Fledged Inflation Targeting. When Indonesia was applying the Inflation Targeting Lite, the impact of bank centralcredibility on persitence inflation was not significant. These findings indicate that the behavior of inflation inIndonesia was backward looking during the periode of Inflation Targeting Lite and becoming forwardlooking afteradopting the Full-Fledged Inflation Targeting Policy. This change is related to the increased credibility of thecentral bank in the full - fledged Inflation Targeting period.

Keywords: credibility, persistence ofinflation

ABSTRAK

Hubungan kredibilitas bank sentral dan persistensi inflasi masih menjadi kontroversi, padahalkepastian hubungan ini sangat penting untuk merumuskan kebijakan anti inflasi yang tepat. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengukur tingkat persistensi inflasi dan menguji dampak kredibilitas banksentral terhadap persistensi inflasi di Indonesia sejak penerapan inflation targeting framework denganmenggunakan model New Keynesian Phillips Curve Hybrid. Hasil penelitian menunjukkan bahwapersistensi inflasi pada periode Full-Fledged Inflation Targeting (2006:1-2012:3) lebih rendah jikadibandingkan dengan periode Inflation Targeting Lite (2000:1-2005:4). Sementara itu, kredibilitas banksentral berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi inflasi pada saat Indonesia menerapkan Full-Fledged Inflation Targeting, sedangkan pada saat Indonesia masih menerapkan Inflation Targeting Lite,kredibilitas bank sentral tidak berpengaruh terhadap persistensi inflasi. Ini menunjukkan bahwaperilaku inflasi di Indonesia masih bersifat backward looking pada masa penerapan Inflation Targeting Litedan berubah menjadi forward looking setelah mengadopsi Full-Fledged Inflation Targeting. Perubahan iniada kaitannya dengan meningkatnya kredibilitas bank sentral pada periode Full-Fledged InflationTargeting.

Kata Kunci: Kredibilitas, persistensi inflasi

PENDAHULUANKrisis moneter yang melanda Indonesia

tahun 1997/1998 menuntut Bank Indonesiauntuk mengubah tatanan kelembagaanmenjadi bank sentral yang lebih independen.Perubahan ini didasari munculnya banyak

pendapat yang mengatakan bahwa salahsatu penyebab krisis adalah ketidak-mampuan Bank Indonesia untuk bertindaksecara objektif karena selama periode pra-krisis kebijakan Bank Indonesia selaludianggap terkait dengan kepentingan politik

Page 2: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

156 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

pemerintah. Perubahan tatanan ini di-wujudkan dengan mengganti Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia (Pohan, 2008).

Dengan diterapkannya Undang-UndangNo. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia me-masuki sebuah era baru dalam sejarahmoneter di Indonesia selain menjadilembaga yang independen, Bank Indonesiajuga mempunyai tujuan yaitu mencapai danmemelihara kestabilan nilai rupiah.

Stabilitas nilai rupiah bisa dilihat daridua sudut pandang, yaitu nilai rupiahterhadap mata uang negara lain (kurs) dannilai rupiah terhadap barang (inflasi), tetapidengan menganut sistem nilai tukarmengambang, menunjukkan secara implisitbahwa tujuan kebijakan moneter di Indo-nesia adalah menjaga kestabilan harga(inflasi).

Sebagai implementasi dari undang-undang baru tersebut, pada awal tahun 2000Bank Indonesia mulai mengumumkan targetinflasi sebagai sasaran akhir kebijakanmoneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadielemen penting dalam kebijakan moneter,utamanya karena target tersebut diumum-kan secara eksplisit kepada publik. Dengandemikian, penetapan sasaran inflasi menjadisesuatu yang mengikat dalam setiap pe-rumusan kebijakan moneter Bank Indonesia.Penetapan inflasi sebagai satu-satunyasasaran akhir dalam sebuah kebijakanmoneter seringkali disebut dengan InflationTargeting Framework (ITF), tetapi kerangkakebijakan moneter yang dipraktekkan BankIndonesia berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1999 masih dikategorikan sebagaiInflation Targeting Lite karena masih ter-campur dengan komitmen untuk mencapaitujuan kebijakan yang lain (Pohan, 2008).

Setelah beberapa tahun menggunakanUndang-Undang No. 23 Tahun 1999 sebagaidasar kebijakan moneter, akhirnya diumum-kan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal7 sebagai sebuah landasan baru dalammembuat kebijakan moneter. Hal ini bisadikatakan sebagai batu loncatan bagi Bank

Indonesia dari penerapan inflation targetinglite menuju full-fledged inflation targeting.Artinya, dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, makaBank Indonesia bisa dibilang menganutInflation Targeting Framework secara penuh(Harmanta et al., 2011).

Dalam kerangka ITF, Bank Indonesiamengumumkan sasaran inflasi ke depanpada periode tertentu. Setiap periode BankIndonesia mengevaluasi apakah proyeksiinflasi ke depan masih sesuai dengan sasaranyang ditetapkan. Proyeksi ini dilakukandengan sejumlah model dan sejumlah in-formasi yang dapat menggambarkan kondisiinflasi ke depan. Jika proyeksi inflasi sudahtidak kompatibel dengan sasaran, BankIndonesia melakukan respon dengan meng-gunakan instrumen yang dimiliki. Misalnyajika proyeksi inflasi telah melampaui sasa-ran, maka Bank Indonesia akan cenderungmelakukan pengetatan moneter. Akan te-tapi, masalahnya proyeksi inflasi banksentral seringkali berbeda dengan ekspektasiinflasi para pelaku ekonomi.

Erceg dan Levin (2003) beranggapanbahwa pelaku ekonomi akan membentukekspektasi inflasi sendiri yang dapat berbedadari yang diinginkan oleh bank sentralketika para pelaku ekonomi hanya memilikiinformasi yang terbatas baik mengenai tar-get inflasi (jangka panjang) maupun komit-men bank sentral dalam stabilisasi inflasi.Sebaliknya, dapat pula terjadi ketika banksentral menghadapi ketidakpastian bagai-mana proses pembentukan ekspektasi parapelaku ekonomi maka menurut Aoki danKimura (2006) langkah stabilisasi banksentral juga akan cenderung tidak sistematis(unsystematic monetary policy).

Dalam perjalannya ITF tidaklah menuaihasil seperti yang diharapkan. Target inflasiyang sudah ditetapkan seringkali tidak se-suai dengan inflasi aktual (Bank Indonesia,2012). Bank Indonesia terlihat masih me-nemui banyak kendala untuk mengontrollaju inflasi. Hal ini tentu harus diperbaikioleh Bank Indonesia untuk memperbaikikredibilitas mereka di mata masyarakat

Page 3: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 157

Indonesia. Bank Indonesia harus bisa me-nentukan instrumen kebijakan yang tepatagar inflasi aktual berada pada kisaran yangdiharapkan atau sesuai dengan target inflasi.

Inflasi aktual yang seringkali tidaksesuai dengan target inflasi bisa jadi akanmengurangi keyakinan para pelaku ekonomitentang kredibilitas sasaran inflasi dankerangka kerja kebijakan moneter yangditempuh bank sentral. Akhirnya perilakupelaku ekonomi menjadi backward lookingdan inflasi cenderung menjadi lebih sulituntuk dikontrol dan tidak mudah di-pengaruhi oleh kebijakan moneter secaracepat. Hal inilah yang nantinya akan me-nimbulkan sebuah fenomena yang kita kenalsebagai persistensi inflasi.

Secara lebih spesifik, untuk dapat me-rancang strategi kebijakan moneter yangtepat dalam lingkungan inflasi yang per-sisten diperlukan pemahaman yang men-dalam mulai dari gejala persistensi inflasi itusendiri, pengetahuan tentang mekanismedan faktor-faktor yang mendorong muncul-nya fenomena persistensi inflasi, perilakumikro yang mendominasi persistensi inflasi,pengaruh trade-off antara kestabilan hargadan promosi pertumbuhan terhadap persis-tensi inflasi, hingga pengaruh ketidak-pastian terhadap strategi kebijakan moneter.

Penelitian mengenai persistensi inflasipernah beberapa kali dilakukan di Indo-nesia. Alamsyah (2008) mengemukakan me-ngenai adanya persistensi inflasi yang tinggidi Indonesia, dimana persistensi inflasidisaggregat untuk kategori makanan danjasa masing-masing 0,8 dan 0,9, tetapi ter-dapat kecenderungan bahwa ada kecenderu-ngan derajat persistensi inflasi mulai me-nurun dalam periode pasca krisis.

Penelitian Harmanta, Bathaluddin danWaluyo (2011) menunjukkan bahwa persis-tensi inflasi di Indonesia cenderung meng-alami penurunan pada full-fledged inflationtargeting jika di- bandingkan dengan persis-tensi inflasi pada masa inflation targeting lite.Persistensi inflasi sendiri diperkirakan me-miliki keterkaitan dengan kredibilitas banksentral. Hal ini seperti yang diungkapkan

dalam penelitian- nya Davis (2012) sertaGonzalez dan Hamann (2011). Turunnyapersistensi inflasi di masa full-fledged inflationtargeting harusnya menunjukkan bahwakredibilitas bank sentral mengalami per-baikan pada periode tersebut, pada kenyata-annya tidaklah demikian. Kredibilitas banksentral pada masa full-fledged inflationtargeting tidaklah lebih baik jika di-bandingkan dengan masa inflation targetinglite, hanya satu kali bank sentral mampumencapai target inflasi yaitu tahun 2007.Fenomena mengenai persistensi memangmenarik untuk diteliti, begitu pula denganstudi tentang kredibilitas otoritas moneter disuatu negara.

Dalam konteks Indonesia yang barutahun 2005 mencoba melaksanakan ITFsecara konsisten, berbagai perkembangandan pandangan yang ada pada dasarnyamenunjukkan bahwa upaya meningkatkankredibilitas kebijakan moneter akan men-dapatkan tantangan yang tidak ringan.Kredibilitas sendiri bisa jadi memilikipengaruh yang krusial terhadap tingkatpersistensi inflasi.

Dari paparan sebelumnya sepertinyasudah menjadi pandangan umum bahwakredibilitas Bank Indonesia sedikit diragu-kan sehingga berakibat pada sulitnyamengendalikan inflasi. Kurangnya kredibili-tas Bank Indonesia bisa berakibat padacenderung persistennya inflasi di Indonesiasehingga Bank Indonesia kesulitan untukmengontrol laju inflasi (Harmanta et al.,2011). Davis (2012) meneliti apakah peruba-han tingkat inflasi dan ekspektasi inflasi diAmerika Serikat sangat dipengaruhi olehkredibilitas bank sentral. Hasil akhirnyamenunjukkan bahwa perubahan level kredi-bilitas bank sentral sangat menentukantingkat persistensi inflasi di Amerika Serikat.

Sargent (1999) berpendapat bahwapenurunan persistensi inflasi AS selamatahun 1990-an sangat terkait denganpeningkatan kredibilitas kebijakan moneter.Hal ini menjadi dasar bagi Gonzalez danHamann (2011) untuk berhipotesis bahwa

Page 4: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

158 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

kurangnya kredibilitas kebijakan moneteradalah sumber persistensi inflasi.

Gonzalez dan Hamann (2011) meng-ukur persistensi inflasi di Kolombia untukperiode 1990-2010. Mereka juga menelitiapakah kredibilitas memiliki keterkaitandengan persistensi inflasi. Hasilnya cukupmengejut kan dimana kredibilitas memangberpengaruh terhadap persistensi inflasitetapi pengaruhnya tidaklah terlalu besar.Pada periode penelitian, bank sentral be-berapa kali mengalami penurunan kredibili-tas, tetapi tingkat persistensi inflasi diKolombia tetaplah konstan.

Berbeda dengan pendapat Davis (2012)serta Gonzalez dan Hamann (2011) me-ngenai pengaruh kredibilitas, Garcia (2000)dan Ghezzi (2001) terlihat masih ragu apa-kah kredibilitas memiliki pengaruh ter-hadap persistensi inflasi. Sebenarnyamasalahnya lebih pada ukuran kredibilitasitu sendiri. Tidak ada aturan baku dalampengukuran kredibilitas.

Artinya agak susah untuk mengukurkredibilitas sehingga pengaruhnya terhadappersistensi inflasi juga sulit ditentukan.Perbedaan hasil dari beberapa penelitian inimenunjukkan bahwa sebenarnya pendapatbahwa kredibilitas bank sentral berpengaruhterhadap persistensi inflasi masih menjadisebuah kontroversi. Artinya, pendapat inibisa benar dan bisa pula tidak. Hal inilahyang membuat penelitian mengenai pe-ngaruh kredibilitas terhadap persistensiinflasi masih menarik untuk diteliti.

Berdasarkan uraian di atas maka rumu-san masalah dari penelitian ini adalahseberapa besar tingkat persistensi inflasi diIndonesia dan apakah kredibilitas banksentral memiliki pengaruh terhadap persis-tensi inflasi di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untukmelihat besarnya tingkat atau derajat persis-tensi inflasi di Indonesia. Selanjutnya, akanditeliti apakah kredibilitas bank sentralmemiliki pengaruh terhadap persistensiinflasi di Indonesia.

TINJAUAN TEORETISKredibilitas Bank Sentral

Giavazzi dan Pagano (1988) men-definisikan kredibilitas sebagai ukuranmengenai bagaimana pembuat kebijakanbisa mempengaruhi kejadian-kejadian dimasa mendatang dengan memberikanpengumuman mengenai kebijakan yangakan dilakukan saat ini.

Bank sentral yang bisa mempengaruhiekspektasi inflasi akan mendapat kebijakanmoneter yang efektif karena kebijakanmoneternya bisa dipercaya. Beberapa pe-nelitian mengindikasikan bahwa masalahkredibilitas kebijakan moneter bisa munculkarena pelaku ekonomi dihadapkan padaketidakpastian mengenai pilihan kebijakandari otoritas moneter.

Blinder mendefinisikan kredibilitas se-bagai 'perbuatan yang sesuai dengan per-kataan (Harmanta et al., 2011). Kompati-bilitas antara kata dan tindakan adalah apayang sebenarnya menjadi inti dari kredibi-litas. Sebuah bank sentral dianggap kredibeljika mereka benar-benar menjalankan ke-bijakan moneter untuk mencapai sasaranyang telah ditetapkan. Definisi yang hampirmirip dengan Svensson (1999) yang me-nunjukkan bahwa kebijakan moneter yangkredibel tercermin dalam hubungan dekatantara target inflasi dengan ekspektasipelaku ekonomi.

Agenor dan Taylor (1993) pernah me-lakukan penelitian mengenai efek kredibi-litas dalam konteks kebijakan stabilisasi dinegara-negara yang tinggi tingkat inflasinya.Sebuah prosedur alternatif dengan me-masukkan variabel kredibilitas secara eks-plisit dalam model regresi. Agenor danTaylor menyatakan bahwa penelitian yanghampir serupa pernah dilakukan Christen-sen dimana dia menggunakan variabel nilaitukar yang dianggap mampu mewakilivariabel kredibilitas. Penelitian tersebutmenunjukkan bahwa kredibilitas bank sentalbisa dinilai berdasarkan banyak hal, tetapiseringkali kredibilitas dilihat dari apa yangditetapkan oleh bank sentral sebagai targetmoneternya baik itu nilai tukar, tingkat

Page 5: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 159

harga, pertumbuhan atau variabel yang lain.Ketika mampu memenuhi targetnya makabank sentral akan disebut kredibel. Sebalik-nya ketika targetnya tidak tercapai makabank sentral akan dinilai tidak kredibel.

Mengingat sifat tidak teramati, tingkatkredibilitas umumnya berkisar antara 0(tidak kredibel) sampai 1 (kredibel sem-purna). Cecchetti dan Krause (2002) me-rumuskan pengukuran kredibilitas sebagaiberikut:

IC = 1 ifπ ≤ π1 − 10,2 − π (π − π )0 ifπ ≥ 20% ifπ < π < 20%Dengan πe adalah ekspektasi inflasi

pelaku ekonomi (sektor swasta) dan πtarget

adalah target inflasi bank sentral. Mengacupada rumus di atas, ketika ekspektasi inflasisama atau melebihi batas atas 20%, makaindeks kredibilitas akan menjadi 0 (tidakkredibel). Tidak seperti langkah-langkahsebelumnya, Cecchetti dan Krause tidakmemberlakukan hukuman simetris dan dimana saja ekspektasi inflasi yang lebihrendah dari target, maka otoritas moneterdianggap sempurna kredibel.

Neuenkirch dan Tillman (2012) me-nyatakan bahwa ekspektasi inflasi di masadepan ditentukan dengan melihat targetinflasi dan rata-rata tingkat inflasi di masalalu. E π = γ π∗ + (1 − γ )π

Dimana π adalah rata-rata inflasi dimasa lalu dan γ adalah bobot relatifterhadap target inflasi. Semakin tinggi γ ,maka semakin tinggi tingkat kredibilitasbank sentral.γ = 1 − α|π − π∗|

Kredibilitas (γ ) itu sendiri mencermin-kan kinerja inflasi masa lalu dan dimodelkansebagai fungsi dari deviasi absolut dari rata-rata inflasi masa lalu terhadap target inflasi.

Sebagai alternatif pengukuran darikredibilitas kebijakan moneter, Valentin dan

Rozalia (2008) menawarkan metodepengukuran kredibilitas kebijakan monetersebagai berikut:ICI = f(x) = 1 − |π − π |

π , if|π − π | < π0, if|π − π | > π

Dengan πe adalah ekspektasi inflasipelaku ekonomi (sektor swasta) dan πtar

adalah target inflasi bank sentral. Untukilustrasi, ketika ekspektasi inflasi sempurnasesuai target (πe = πtar), maka indeks akanmendapatkan kredibilitas 1 (atau kredibilitasyang sempurna). Sebaliknya, jika ekspektasiinflasi dua kali target inflasi atau lebih, makaindeks kredibilitas akan bernilai nol atautidak kredibel.

Cara penghitungan kredibilitas banksentral di atas kurang sesuai dengan pe-ngertian kredibilitas seperti yang diungkap-kan oleh Blinder, yaitu 'perbuatan yangsesuai dengan perkataan'. Untuk menyesuai-kan dengan pengertian tersebut makapengukuran kredibilitas akan di- lakukandengan cara sebagai berikut:= ( ) = 1 − | − | , | − | <0, | − | >

Perbedaan persamaan tersebut jikadibandingkan dengan persamaan sebelum-nya hanya pada perubahan ekspektasi inflasi( ) menjadi inflasit-1 ( ). Perubahan inisesuai dengan pernyataan Mankiw (2007)mengenai ekspektasi adaptif. Asumsi iniberanggapan bahwa orang-orang meng-harapkan harga meningkat tahun ini padatingkat yang sama sebagaimana tahun lalu,artinya = , sehingga nantinya kredibi-litas akan diukur dengan membandingkanantara target inflasi dan inflasi aktual diperiode sebelumnya (inflasit-1)

Persistensi InflasiDalam literatur, ditemui ada beberapa

pengertian mengenai persistensi inflasi.Willis (2003), mendefinisikan persistensiinflasi sebagai “kecepatan kembalinya inflasike garis dasar atau basisnya setelah terjadishock”. Kalau diperhatikan pengertian dari

Page 6: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

160 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Willis bisa diartikan bahwa persistensiinflasi itu adalah berapa lama kecepatanyang diperlukan oleh inflasi untuk kembalike kondisi semula setelah terjadinya kejutanatau shock. Jika kecepatannya rendah bisadikatakan bahwa inflasinya sangat persisten,akan tetapi jika kecepatannya tinggi, kitabisa mengatakan bahwa inflasinya tidakpersisten. Dengan kata lain, tingkat kecepa-tan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkatpersistensi inflasi rendah dan sebaliknyatingkat persistensi inflasi yang tinggi di-tunjukkan oleh lamanya tingkat inflasikembali ke level ekuilibriumnya.

Gadzinski dan Orlandi (2004) meng-artikan persistensi inflasi sebagai lambatnyainflasi untuk kembali pada nilai sasaranyang telah ditetapkan bank sentral ketikaterjadi perubahan dalam pencapaian sasarantersebut atau karena adanya goncangan lain.Menurut Batini (2002), terdapat tiga jenispersistensi inflasi yaitu: Pertama, serialcorrelation positif pada inflasi. Kedua, adanyajeda waktu antara tindakan kebijakanmoneter sistematis dan pengaruhnya ter-hadap inflasi. Serta kelambanan respon dariinflasi terhadap kebijakan moneter tidaksistematis.

Secara harfiah, persistensi inflasi dapatdiartikan sebagai keberlangsungan, ataukecenderungan untuk menguat, atau denganistilah statistik dapat didefinisikan sebagaiserial korelasi posistif. Dengan demikian,persistensi inflasi tidak hanya dapat terjadikenaikan tetapi juga penurunan dari nilaialamiahnya. Jika posisi persistensi inflasiberada pada nilai alamiahnya, maka nilaipersistensi inflasi akan bertanda positif,sedangkan jika posisi persistensi berada dibawah nilai alamiahnya, maka nilai persis-tensi akan bertanda negatif. Pada berbagailiteratur yang ada, pembahasan persistensiinflasi kebanyakan lebih fokus pada kenai-kan saja, dimana studi-studi tersebut ber-tujuan untuk mengetahui cepat atau lambat-nya penurunan inflasi untuk dapat kembalike nilai alamiahnya.

Marques (2004) menyatakan bahwapersistensi inflasi biasanya dibahas dalam

dua pendekatan yang berbeda. Satu men-definisikan dan mengevaluasi persistensiinflasi dalam konteks representasi univariattime-series sederhana sementara yang lainmenggunakan model ekonometrik struktu-ral yang bertujuan untuk menjelaskan peri-laku inflasi. Untuk memudahkan kita bisamenyebut pendekatan yang pertama sebagaipendekatan "univariat" dan kedua sebagaipendekatan "multivariat". Persistensi biasa-nya dilihat mengacu pada durasi guncanganmemukul inflasi. Berdasarkan pendekatanunivariat model autoregressive sederhanauntuk inflasi biasanya diasumsikan danguncangan diukur dalam komponen whitenoise dari proses autoregressive.

Marilah kita secara singkat meninjaulangkah-langkah yang paling umum diguna-kan dalam mengukur persistensi inflasi.Berdasarkan pendekatan univariate, persis-tensi diselidiki dengan melihat representasideret waktu univariat inflasi. Alamsyah(2008) mengukur persistensi inflasi denganmengaplikasikan persamaan univariatmodel AR (1) dengan bentuk persamaansebagai berikut:π = μ + απ + εdimana πt adalah tingkat inflasi padaperiode t, α adalah koefisien otoregresif, danεt merupakan error term. Inflasi tahun ke-tbergantung pada inflasi periode sebelumnya(Ajija et al., 2011). Koefisien parameter αdiinterpretasikan sebagai derajat persistensiinflasi. Cara penjumlahan koefisien tersebutmerupakan cara pengukuran skalar persis-tensi terbaik menurut Andrews dan Chen(1994). Persistensi inflasi dikatakan tinggiapabila tingkat inflasi saat ini sangat di-pengaruhi oleh nilai lagnya, sehingga koefi-siennya mendekati 1. Dalam hal ini, inflasidikatakan mendekati unit root process.

Pengaruh Kredibilitas terhadap PersistensiInflasi

Untuk meneliti pengaruh kredibilitasbank sentral terhadap persistensi inflasi, kitatidak bisa menggunakan pendekatan uni-variat seperti dalam penjelasan sebelumnya.

Page 7: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 161

Pada dasarnya, pendekatan univariat ter-sebut hanya untuk melihat derajat persis-tensi inflasi saja, oleh karena itu diperlukanmetode lain untuk mengukur pengaruhkredibilitas bank sentral terhadap persistensiinflasi. Metode ini sering disebut denganpendekatan multivariat.

Selain bertujuan untuk melihat seberapabesar persistensi di Indonesia, fokus pe-nelitian ini juga ingin melihat bagaimanapengaruh kredibilitas bank sentral terhadappersistensi inflasi itu sendiri. Penelitian iniakan menggunakan pendekatan multivariatsebagai salah satu alat analisisnya. Pen-dekatan multivariat sendiri memiliki banyakmetode yang bisa digunakan.

New Keynesian Phillips Curve Hybrid(NKPC Hybrid) merupakan salah satumetode yang cukup populer untuk diguna-kan dalam melihat besarnya persistensiinflasi serta faktor-faktor yang mempe-ngaruhinya. NKPC hybrid ini memasukkanunsur forward looking dan lagged inflation.Persamaannya dapat dituliskan sebagaiberikut:π = γ E (π ) + γ π + ky + edimana yt adalah deviasi dari output gap ataubiaya marjinal (marginal cost) aktual terhadapkondisi optimal, et adalah unsur kejutan darisisi pasokan atau supply shock, γ adalahkoefisien pada variabel inflasi dimana ter-kadang direstriksi (γ +γ ) = 1. Untuk mem-perjelas restriksi tersebut, persamaannyabisa dibuat seperti di bawah ini:= ( ) + (1 − ) + +

Ada dua metode yang bisa digunakanuntuk melihat pengaruh kredibilitas ter-hadap persistensi inflasi. Pertama denganmembandingkan seberapa besar persistensiinflasi dalam beberapa periode dengankredibilitas bank sentral juga dalam periodetersebut. Akan tetapi, ada metode lain yangcukup sering digunakan yaitu dengan caramemasukkan variabel kredibilitas ke dalammodel, misalnya model NKPC Hybrid.

Agenor dan Taylor (1993) pernah menulispersamaan sebagai berikut:= += + +

Dimana adalah persistensi inflasi danadalah variabel kredibilitas. Artinya

Agenor dan Taylor beranggapan bahwapersistensi inflasi dipengaruhi oleh kredibi-litas. Mereka melanjutkan bahwa harusnyabernilai negatif, artinya semakin tinggikredibilitas maka efek inersia dari inflasiatau persistensi inflasi akan semakin kecil.Agenor dan Taylor memasukkan variabelkredibilitas ke dalam model karena ber-pedoman pada prosedur yang pernah di-lakukan oleh Christensen (1987 dan 1990).Christensen memasukkan variabel kredibi-litas ke dalam model regresi. Variabelkredibilitas tersebut diukur berdasarkankondisi nilai tukar.

Davis (2012), Napolitano dan Montaglio(2001), serta Harmanta, Bathaluddin danWaluyo (2011) juga pernah menyatakanbahwa kredibilitas bank sentral berkorelasisecara negatif dengan persistensi inflasi.Untuk mempermudah penelitian ini makavariabel kredibilitas akan dimasukkan kedalam model NKPC hybrid, sehingga modelpenelitian akan menjadi sebagai berikut:= ( ) + (1 − ) ++ +

Penambahan variabel tambahan dalammodel NKPC hybrid ini sepertinya tidak akanmenyalahi aturan karena penelitian-penelitian terdahulu juga pernah melakukanhal yang sama, contohnya penelitian yangdilakukan oleh Alamsyah (2008). Artinyamodel NKPC hybrid ini bisa dibilangfleksibel dan tidak hanya terpaku pada tigavariabel utama saja, yaitu inflasi periodesebelumnya, ekspektasi inflasi, dan outputgap.

Dalam model NKPC hybrid, variabeldependen yang digunakan adalah inflasiaktual. Hal ini bisa jadi menimbulkan sedikittanda tanya karena sebenarnya model

Page 8: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

162 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

tersebut ingin melihat pengaruh variabelindependen dalam NKPC hybrid terhadappersistensi inflasi. Penjelasannya bisa kitadapatkan dari kerangka fikir di atas. Pertamaakan dilihat nilai persistensi inflasi ber-dasarkan nilai koefisien AR, kemudiantentukan apakah koefisien tersebut signi-fikan atau tidak (berdasar nilai probabilitas).Ketika nilai probabilitas menunjukkan nilaiyang signifikan maka artinya perubahannilai inflasi aktual juga menandakan akanberubahnya nilai persistensi inflasi (koefi-sien AR). Singkat kata, perubahan inflasiaktual mencerminkan perubahan nilaipersistensi inflasi, sehingga hal ini me-mungkinkan kita untuk menggunakaninflasi aktual sebagai variabel dependendalam model NKPC hybrid.

METODE PENELITIANJenis Penelitian

Penelitian ini disusun dengan pen-dekatan positivis. Data yang digunakanberupa data sekunder yang berasal dari BankIndonesia. Data tersebut nantinya akandiolah supaya nantinya bisa memberikanjawaban terhadap rumusan masalah yangdiangkat dalam penelitian ini.

Jenis dan Sumber DataData yang akan digunakan dalam

penelitian ini berupa data sekunder yangmeliputi: Pertama, inflasi Triwulanan (year-on-year) tahun 2000-2012. Sumber databerasal dari Bank Indonesia. Kedua, targetInflasi dari tahun 2000-2012. Sumber databerasal dari Bank Indonesia. Ketiga, GDPtriwulanan dari tahun 2000-2012. Sumberdata berasal dari Bank Indonesia. Terakhir,ekspektasi inflasi triwulanan tahun 2000-2012. Sumber data berasal dari hasil surveyyang dilakukan Bank Indonesia.

Latar belakang penggunaan data inflasiyear-on-year berdasarkan beberapa alasan.Penggunaan data inflasi month-on-monthataupun quarter-to-quarter sangat terkaitdengan faktor seasonal sehingga dikhawatir-kan kurang dapat menggambarkan tingkat

persistensi inflasi yang sebenarnya(Arimurti, 2011).

Teknik Analisis Dataa. Uji Stasioneritas Data

Dalam ekonometrika, data yang akandigunakan harus stasioner khususnya untukdata time series. Secara statistik, sebuah datatime series dikatakan stasioner jika rata-ratadan varians data tersebut konstan dari waktuke waktu dan nilai kovarian diantara duaperiode bergantung hanya pada jarak ataukelambanan antara dua periode waktutersebut, bukan tergantung pada waktusesungguhnya saat dihitungnya kovarian.Selain itu adanya data yang terlalu besarselama periode pengamatan dan mem-punyai kecenderungan untuk mendekatinilai rata-ratanya (Engle dan Granger, 1987).

Dengan mendefinisikan random walkssebagai perilaku series yang bervariasi ter-hadap perubahan waktu dan tidak mem-punyai batas variance yang tetap, makapengujian random walks adalah pengujianstationarity. Jika variabel terbukti non stasio-ner, maka dengan berjalannya waktu makavariabel tersebut cenderung untuk tidakkembali pada suatu kecenderungan jangkapanjang yang sama (random walks). Se-baliknya jika variabel ternyata stasioner,maka dengan berjalannya waktu variabeltersebut akan cenderung kembali pada suatukecenderungan jangka panjang yang tetap.

Uji yang paling sering digunakan untukmelihat stasioneritas data adalah DickeyFuller-Test (DF-Test) yang kemudian ber-kembangkan menjadi Augmented DickeyFuller-Test (ADF-Test). Metode ini banyakmendapat kritikan karena penggunaannyamenuntut sampel data yang besar. Selainitu, metode ini juga sangat sering menerimahipotesa null bahwa data tidaklah stasioner(Gujarati, 2003).

b. Chow TestDalam mengestimasi model yang

menggunakan data time series, dimungkin-kan munculnya perubahan struktural(structural break). Akan tetapi, ada juga yang

Page 9: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 163

menyebutnya dengan structural shift ataujump (Ariefianto, 2012). Oleh karena peruba-han struktural ini, maka bisa diartikanbahwa nilai parameter dari model tidaksama sepanjang periodenya (Gujarati danPorter, 2010). Perubahan struktural bisaterjadi karena kekuatan eksternal, peruba-han kebijakan, tindakan pemerintah, mau-pun penyebab lainnya (Gujarati, 2003). Polahubungan suatu variabel dengan variabellain sangat mungkin berbeda antara satuperiode dengan periode lainnya. Untukmengetahui stabilitas parameter dari suatupersamaan dalam satu seri data runtutwaktu dapat digunakan chow test. Uji inipertama kali dikemukan oleh Chow (1960).

Salah satu metode yang dapat diguna-kan dalam chow test adalah chow’s breakpointtest. Metode ini memiliki tujuan untukmencocokkan persamaan secara terpisahuntuk setiap sub sampel dan melihat apakahterdapat perbedaan yang signifikan dalampersamaan yang diestimasi (Anonim, 2004).

c. Autoregressive (AR)Seperti yang dijelaskan sebelumnya,

ada beberapa metode yang dapat digunakanuntuk mengukur derajat persistensi inflasipada pendekatan univariat. Dengan melihatkelebihan dan kekurangan masing-masing,penelitian ini akan menggunakan metodeautoregressive (AR) sebagai berikut:π = μ + απ + ε

Dari hasil estimasi persamaan tersebut,tingkat persistensi inflasi dihitung dengan

melihat jumlah koefisien AR. Ini merupakancara pengukuran skalar persistensi terbaikmenurut Andrews dan Chen (1994).

d. Estimasi Model NKPC HybridBerdasarkan penjelasan-penjelasan se-

belumnya, model NKPC hybrid yang akandiestimasi adalah sebagai berikut:π = αE (π ) + (1 − α)π + βgap +γCred + εDimana:πt = tingkat inflasi pada waktu tEt(πt+1) = ekspektasi inflasiπt-1 = inflasi periode sebelumnyagapt = output gapCredt = kredibilitas bank sentral

Model NKPC hybrid ini nantinya akandiestimasi dengan menggunakan metodeOrdinary Least Square. Persisten atau tidak-nya inflasi di Indonesia bisa dilihatpenyebabnya dengan mengestimasi modelNKPC hybrid tersebut.

ANALISIS DAN PEMBAHASANUji Stasioneritas dan Chow Breakpoint Test

Dalam melakukan uji stasioneritas, kitaharus memperhatikan nilai probabilitas. Jikanilai probabilitas berada di bawah α =1%, α=5%, ataupun α = 10%, maka tidak terjadi unitroot. Sebaliknya, jika nilai probabilitas lebihbesar dari α = 1%, α = 5%, ataupun α = 10%,maka itu menandakan terjadinya unit root.Selain itu, kita juga bisa membandingkannilai t-statistik dan nilai kritis untukmenentukan apakah hipotesis null adanyaunit root dapat ditolak atau tidak.

Tabel 1Uji Stasioneritas Data Inflasi

Null Hypothesis: INFLASI has a unit rootExogenous: ConstantLag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)

t-Statistic Prob.*Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.781404 0.0056Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.92244910% level -2.599224

Sumber: Data diolah

Page 10: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

164 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Dari hasil uji stasioneritas di tabel 1 bisakita lihat bahwa nilai probabilitas adalah0,0056 atau lebih kecil jika dibandingkandengan α. Dimana artinya variabel inflasisudah stasioner pada α = 1%, α = 5%, atau-pun α = 10%. Hasil perbandingan antara nilait-statistik dan nilai kritis menunjukkan halserupa. Nilai t-statistik lebih kecil daripadanilai kritis baik pada α = 1%, α = 5%, ataupunα = 10%. Artinya, hipotesis null adanya unitroot bisa ditolak.

Selanjutnya akan dilakukan chow testuntuk melihat kemungkinan terjadinyaperubahan struktural (structural break). Ujiini bisa dilakukan dengan membandingkannilai F-statistik dan probabilitasnya. Ketikanilai F-statistik lebih besar daripada nilaiprobabilitasnya maka itu sudah menunjuk-kan adanya structural break dalam suatuperiode.

Tabel 2Chow Breakpoint Test

Chow Breakpoint Test: 2006:1F-statistic 1.227840 robability 0.302550Log likelihood ratio 2.603555 robability 0.272048

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perkiraan awal, diprediksibahwa akan terjadi structural break padatahun 2005 tepatnya pada kuarter ketiga(2005:3). Alasannya karena pada saat itulahBank Indonesia mulai menerapkan ITFsecara penuh, yaitu full-fledged inflationtargeting, setelah sebelumnya menerapkaninflation targeting. Ternyata perkiraan ter-jadinya structural break pada tahun 2005kuarter ketiga tidak sepenuhnya benar.Sebenarnya perkiraan tersebut juga tidaksepenuhnya salah karena structural breakmasih terjadi pada periode di sekitar tahun2005 kuarter ketiga, yaitu pada tahun 2006kuarter pertama (2006:1). Hal ini dikarena-kan nilai F-statistik yang lebih tinggidaripada nilai probabilitas pada periodetersebut, yaitu 1.227840 berbanding0.302550. Dari hasil chow test ini, nantinyadata akan dibagi menjadi dua periode, yaitu

2000:1-2005:4 dan 2006:1-2012:3. Periodepertama (2000:1-2005:4) adalah periodeinflation targeting lite. Sedangkan periodekedua (2006:1-2012:3) akan dinamakanperiode full-fledged inflation targeting.

Estimasi Model Autoregressive (AR)Setelah diketahui ketepatan waktu

munculnya structural break yang diperolehmelalui hasil chow breakpoint test dan telahdipastikan pula bahwa variabel memangstasioner, maka selanjutnya dapat dilakukanestimasi model autoregressive. Karena esti-masi yang digunakan adalah model auto-regressive, maka ukuran persistensi inflasiadalah nilai dari koefisien autoregressive.

Hasil estimasi model autoregressivepada periode inflation targeting lite me-nunjukkan bahwa persistensi inflasi adalahsebesar 0.468957.

Tabel 3Hasil estimasi model Autoregressive (AR)

Periode Persistensi InflasiInflation Targeting Lite 0.468957Full-Fledged Inflation Targeting 0.378881

Sumber: Data diolah

Page 11: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 165

Koefisien ini tidak jauh berbeda denganhasil estimasi full sample sehingga kembalibisa disimpulkan bahwa selama periode2000:1-2005:4 inflasi tidaklah persisten.

Untuk periode full-fledged inflationtargeting, hasil estimasi model autoregressivemenunjukkan persistensi inflasi sebesar0.378881. Koefisien ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.Akan tetapi, selama periode 2006:1-2012:3inflasi bisa dikatakan tidak persisten.

Hasil estimasi ini berbeda dari perkira-an sebelumnya dimana diperkirakan persis-tensi inflasi di Indonesia masih relatif tinggi,

kenyataannya tidaklah demikian Persistensiinflasi di Indonesia relatif cukup rendah.Persistensi inflasi di Indonesia cenderungmengalami penurunan pada periode full-fledged inflation targeting jika dibandingkandengan periode inflation targeting lite.

Estimasi Model NKPC Hybrida. Estimasi Model NKPC Hybrid PeriodeInflation Targeting Lite

Hasil estimasi untuk periode inflationtargeting lite (2000:2-2005:4) adalah sebagaiberikut:

Tabel 4Estimasi Model NKPC Hybrid Periode 2000:2-2005:4

Variabel Koefisien ProbabilitasEkspektasi Inflasi 0.2599116 0.165Inflasit-1 0.7400884 0.001Output Gap 19.45755 0.032Kredibilitas 0.5891048 0.794Konstanta 0.0929179 0.959

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4, kita bisa melihatbahwa variabel yang berpengaruh terhadappersistensi inflasi yaitu Inflasit-1 dan OutputGap Sementara itu, kredibilitas tidaklahdemikian.

b. Estimasi Model NKPC Hybrid PeriodeFull-FledgedInflation Targeting

Periode full-fledged inflation targetingadalah tahun 2006:1-2012:3. Hasil estimasiuntuk periode kedua tersebut adalah sebagaiberikut:

Tabel 5Uji Multikolinearitas

Kredibilitas EkspektasiInflasi

Output Gap Inflasit-1

Kredibilitas 1.000000 -0.602701 -0.225128 -0.779655Ekspektasi Inflasi -0.602701 1.000000 0.027800 0.878200

Output Gap -0.225128 0.027800 1.000000 0.084294Inflasit-1 -0.779655 0.878200 0.084294 1.000000

Sumber : Data diolah

Dari hasil uji ternyata terjadi multi-kolinearitas antara variabel ekspektasi inflasidan inflasit-1. Nilai koefisien korelasi ke-duanya adalah sebesar 0.878200. Berdasar-

kan beberapa pertimbangan, inflasit-1 akandikeluarkan dari model. Artinya variabelyang tersisa hanya ekspektasi inflasi, outputgap, dan kredibilitas.

Page 12: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

166 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Tabel 6Estimasi Model NKPC Hybrid Periode 2006:1-2012:3

Variabel Koefisien ProbabilitasEkspektasi Inflasi 1.749770 0.0001Output Gap 14.66898 0.2512Kredibilitas -2.562097 0.0462Konstanta -4.260172 0.2056

Sumber : Data diolah

Untuk mempersingkat hasil-hasil esti-masi model NKPC Hybrid untuk periodeinflation targeting lite dan full-fledged inflationtargeting, kita bisa memperhatikan tabel di

bawah ini. Dari tabel 6 kita bisa melihat nilaikoefisien setiap variabel, nilai probabilitas,dan apakah variabel berpengaruh atau tidakterhadap persistensi inflasi.

Tabel 7Hasil Estimasi Model NKPC Hybrid

Variabel Inflation Targeting Lite Full-Fledged Inflation TargetingKoefisien Prob. Pengaruh Koefisien Prob. Pengaruh

Ekspektasi 0.2599116 0.165 Tidak 1.749770 0.0001 AdaInflasit-1 0.7400884 0.001 Ada - - -Output Gap 19.45755 0.032 Ada 14.66898 0.2512 TidakKredibilitas 0.5891048 0.794 Tidak -2.562097 0.0462 AdaKostanta 0.0929179 0.959 - -4.260172 0.2056 -

Sumber: Data diolah

Setiap variabel bisa ditentukan apakahberpengaruh atau tidak terhadap persistensiinflasi, yaitu dengan membandingkan antaranilai αdengan nilai probabilitas. Jika nilaiprobabilitas kurang dari α maka variabeltersebut memiliki pengaruh terhadap persis-tensi inflasi. Dari tabel 7 bisa dilihat bahwapada periode inflation targeting lite hanyavariabel inflasit-1 dan output gap yang mem-pengaruhi persistensi inflasi. Sementarapada periode full-fledged inflation targeting,ekspektasi inflasi dan kredibilitas lebihberpengaruh terhadap persistensi inflasi.Hal ini bisa diartikan bahwa pelaku ekonomidi Indonesia ternyata lebih cenderungberperilaku backward looking pada periodeinflation targeting lite, sedangkan padaperiode full-fledged inflation targeting, pelakuekonomi di Indonesia mulai berperilakuforward looking. Sementara itu, kredibilitasternyata tidak berpengaruh terhadap persis-tensi inflasi selama periode inflation targetinglite, tetapi pada periode full-fledged inflation

targeting, hal sebaliknyalah yang terjadi. Halini merupakan pengaruh positif perubahankerangka kebijakan bank Indonesia, inflationtargeting lite menjadi full-fledged inflationtargeting.

Pembahasana. Periode Inflation Targeting Lite

Secara garis besar, hasil penelitianmenunjukkan bahwa persistensi inflasi diIndonesia masih cukup rendah. Ini ber-tentangan dengan hasil penelitian Alamsyah(2008) yang menyatakan persistensi inflasi diIndonesia masih cukup tinggi. Selain itu,pelaku ekonomi di Indonesia ternyata lebihcenderung berperilaku backward looking. Halini dikarenakan variabel inflasit-1 yangpengaruhnya terlihat dominan sebagaisumber persistensi inflasi terutama padaperiode inflation targeting lite. Pendapatbahwa pelaku ekonomi di Indonesia lebihcenderung berperilaku backward looking padaperiode inflation targeting lite ini juga pernah

Page 13: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 167

diungkapkan oleh Alamsyah (2008). Selainitu, diketahui pula bahwa ternyata kredibi-litas bank sentral tidak berpengaruhterhadap persistensi inflasi. Hasil penelitianini tentunya bertentangan dengan hasilpenelitian Harmanta et al (2011), Davis (2012)serta banyak penelitian lain yang menyata-kan kredibilitas sangat menentukan tingkatpersistensi inflasi.

Periode inflation targeting lite merupakantahapan awal bank sentral untuk mulaimenggunakan kerangka kebijakan ITF. Se-telah krisis tahun 1998 dan berbagai macamhal yang menyertai, tentu tidak mudah bagimasyarakat untuk mempercayai bahwabank sentral mampu dan berkomitmenuntuk mencapai target inflasi yang telahditetapkan. Artinya periode inflationtargeting lite termasuk masa yang sulit bagibank sentral. Setiap kebijakan yang diambilcenderung belum banyak mendapat responyang positif dari masyarakat, mengingatkredibilitas bank sentral yang belum cukupbaik di mata masyarakat. Dengan kata lain,cukup masuk akal jika kredibilitas banksentral belum banyak memberi pengaruhdalam upaya mengontrol laju inflasi,

sehingga pada akhirnya inflasi menjadi lebihpersisten.

Tingginya inflasi IHK tidak terlepas daripengaruh ekspektasi inflasi produsen danpedagang, serta konsumen. BerdasarkanSurvei Mekanisme Pembentukan Harga diSektor Manufaktur dan Ritel (Bank Indo-nesia, 2001), diketahui bahwa dasar pem-bentukan ekspektasi inflasi pada produsendan pedagang ritel lebih banyak bersumberdari perkembangan inflasi aktual dan inflasitahun sebelumnya. Survei ini dilakukanBank Indonesia pada tahun 2001, kuranglebih pada awal periode inflation targetinglite. Hal ini sebenarnya bisa menjadi buktiterhadap perilaku masyarakat yang backwardlooking. Pelaku ekonomi yang kurangmengacu pada target inflasi Bank Indonesiamenunjukkan kurang kredibelnya BankIndonesia di mata mereka. Pelaku ekonomitidak yakin sepenuhnya bahwa Bank Indo-nesia mampu mencapai target tersebut,sehingga pada akhirnya pelaku ekonomicenderung mengacu pada inflasi aktual padaperiode sebelumnya dalam pembentukanekspektasi inflasi.

Gambar 1Acuan dalam Pembentukan Ekspektasi Inflasi Produsen (% Responden)

14%

31%55%

Perkembanganinflasi aktual

Target inflasiBI

Proyeksi inflasilembaga swasta

Page 14: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

168 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

b. Periode Full-Fledged Inflation TargetingPada periode full-fledged inflation

targeting, ternyata persistensi inflasi cende-rung menurun dibandingkan denganperiode inflation targeting lite. Hasil estimasiNKPC hybrid menunjukkan hasil yang jauhberbeda dengan periode inflation targetinglite. Ekspektasi inflasi dan kredibilitas sangatberpengaruh terhadap persistensi inflasi.Hal ini menunjukkan pelaku ekonomi diIndonesia mulai berperilaku forward looking.Pendapat yang serupa bahwa pelaku ekono-mi di Indonesia lebih cenderung berperilakuforward looking pada periode full-fledgedinflation targeting ini juga pernah diungkap-kan oleh Harmanta et al (2011) dan Hutabarat(2005). Perubahan perilaku ini bisa jadi adakaitannya dengan perubahan rezim dariinflation targeting lite menjadi full-fledgedinflation targeting. Artinya perubahan ke-rangka kebijakan dari inflation targeting litemenjadi full-fledged inflation targeting mem-berikan pengaruh yang cukup baik dimanapelaku ekonomi tidak berperilaku backwardlooking lagi dan lebih condong berperilakuforward looking. Perubahan perilaku tersebutbisa dibilang baik karena berdasarkanbanyak penelitian diketahui perilaku forwardlooking akan berakibat terkendalinya lajuinflasi atau inflasi menjadi tidak persisten.

Tentu juga menjadi bahasan yangcukup menarik bagaimana bank sentral bisamembuat kredibilitas mereka mampu mem-pengaruhi persistensi inflasi selama periodefull-fledged inflation targeting. Hasil penelitianini tentunya sangat mendukung hasilpenelitian Harmanta et al (2011) dan Davis(2012) yang menyatakan kredibilitas sangatmenentukan tingkat persistensi inflasi.Padahal sebelum periode tersebut, tepatnyatahun 2005, kredibilitas bank sentral sempatjatuh. Hal ini dikarenakan naiknya hargaBBM sehingga harga-harga cenderung tidakterkendali. Sementara itu, pada tahun 2008terjadi krisis global yang tentunya membuatbank sentral cukup kesulitan dalam me-ngontrol laju inflasi selama periode full-fledged inflation targeting.

Fakta berpengaruhnya kredibilitas banksentral terhadap persistensi inflasi selamaperiode full-fledged inflation targeting tentumenarik untuk ditelusuri alasannya. Semua-nya tentu terkait dengan respon yang baikdari bank sentral untuk mengatasi setiapmasalah yang melanda selama menerapkanfull-fledged inflation targeting. Banyak keputu-san penting yang diambil oleh bank sentralsehingga kredibilitas mereka cenderungmembaik dibandingkan dengan periodeinflation targeting lite.

Berbagai macam upaya positif yangtelah dilakukan Bank Indonesia dalammengatasi setiap permasalahan yang me-landa, sepertinya bisa menjadi alasan kuatdibalik meningkatnya kredibilitas mereka dimata masyarakat. Tentu tidak mengheran-kan ketika persistensi inflasi mengalamipenurunan sebagai akibat dari meningkat-nya kredibilitas Bank Indonesia selamaperiode full-fledged inflation targeting, se-hingga pada akhirnya laju inflasi cenderunglebih mudah untuk dikontrol. Bank sentralmampu meyakinkan banyak pihak jikamereka memang memiliki komitmen kuatuntuk mongontrol laju inflasi agar sesuaidengan apa yang telah ditargetkan. Komit-men yang kuat dalam mengontrol laju inflasiini pada akhirnya akan membuat banksentral menjadi sangat kredibel di matamasyarakat, sehingga kredibilitas banksentral ini mampu membuat laju inflasimenjadi tidak persisten.

Hal tersebut menunjukkan pentingnyakredibilitas bagi sebuah bank sentral yangmenerapkan inflation targeting framework(ITF). Menurut Pohan (2008), kerangkakonstitusional adalah prasyarat pentingyang mutlak diperlukan oleh bank sentraldalam menerapkan ITF. Kerangka operasi-onalnya pada umumnya antara lain terdiriatas beberapa hal berikut, yaitu mandat,independensi, transparansi dan akunta-bilitas. Hal-hal tersebut dirasa cukup krusialperannya untuk menjaga kredibilitas banksentral.

Karakteristik utama kerangka kebijakanITF adalah adanya suatu mandat yang

Page 15: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 169

menetapkan target inflasi sebagai tujuanutama kebijakan moneter. Dengan kata lain,target seperti pertumbuhan atau tingkatpengangguran harus diletakkan sebagaisasaran yang perioritasnya masih di bawahpencapaian target inflasi. Mandat tersebutmerupakan karakteristik utama dalam mem-bedakan antara bank sentral yang me-nerapkan ITF dengan bank yang hanyamengumumkan proyeksi inflasi.

Dalam penerapan ITF, penting bagibank sentral untuk memiliki target daninstrumen yang sifatnya independen. Untukdapat melaksanakan mandat kebijakanmoneter yang efektif, bank sentral memerlu-kan independensi dalam pemilihan danpenggunaan instrumen moneter. Inde-pendensi ini penting untuk menjaga kredibi-litas bank sentral. Sebisa mungkin akan lebihbaik jika tidak ada campur tangan dari luardalam pemilihan dan penggunaan instru-men moneter tersebut.

Selain diperlukan adanya pemilihan danpenggunaan instrumen secara independen,proses pengambilan kebijakan bank sentralharus bersifat transparan dan memilikiakuntabilitas. Dalam penerapan ITF, banksentral dituntut untuk bekerja secara trans-paran mengingat akuntabilitas merupakankunci keberhasilan ITF. Sebagai implikasidari pemberian mandat dan adanya inde-pendensi dalam mencapai tujuan ITF, makabank sentral dituntut untuk dapat mem-pertanggungjawabkan kebijakan yang telahdilakukan dalam upaya pencapaian targetinflasi (accountable). Penjelasan bank sentralsecara transparan tentang kebijakan mone-ternya akan memberi insentif dalam pen-capaian target inflasi melalui peningkatankepercayaan publik.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Selama menerapkan Inflation TargetingFramework (ITF) persistensi inflasi diIndonesia tidak bisa dibilang tinggi. Artinyainflasi cenderung tidak persisten. Hasilestimasi ini berbeda dari yang diperkirakansebelumnya. Hipotesis penelitian memper-

kirakan persistensi inflasi di Indonesia masihrelatif tinggi. Ternyata pada kenyataannyatidaklah demikian, tetapi persistensi inflasidi Indonesia cenderung mengalami penuru-nan pada periode full-fledged inflationtargeting jika dibandingkan dengan periodeinflation targeting lite.

Pada periode inflation targeting lite,kredibilitas tidak berpengaruh terhadappersistensi inflasi. Hal ini bisa jadi disebab-kan oleh perilaku para pelaku ekonomi diIndonesia yang ternyata lebih cenderungberperilaku backward looking. Hal ini di-karenakan variabel inflasit-1 yang penga-ruhnya terlihat dominan sebagai sumberpersistensi inflasi terutama pada masainflation targeting lite. Sementara itu, padaperiode full-fledged inflation targeting, ter-nyata hasil estimasi menunjukkan hasil yangjauh berbeda dengan periode inflationtargeting lite. Kredibilitas sangat berpe-ngaruh terhadap persistensi inflasi. Hal inisebagai akibat dari pelaku ekonomi diIndonesia yang mulai berperilaku forwardlooking.

SaranHasil penelitian menunjukkan bahwa

perubahan kerangka kebijakan dari inflationtargeting lite menjadi full-fledged inflationtargeting memberikan pengaruh yang cukupbaik dimana pelaku ekonomi tidak ber-perilaku backward looking lagi dan lebihcondong berperilaku forward looking. Selainitu, kredibilitas bank sentral juga ber-pengaruh terhadap persistensi inflasi ter-utama pada periode full-fledged inflationtargeting. Tentunya saran yang akan diberi-kan tidak jauh dari hasil penelitian tersebut.

Bank sentral harus terus meningkatkankredibilitasnya atau setidaknya memper-tahankan kredibilitas mereka di mata masya-rakat atau pun para pelaku ekonomi Indo-nesia. Tujuannya agar mereka mau me-respon dengan baik setiap kebijakan yangakan diambil oleh bank sentral. Ketikakredibilitas bank sentral cenderung me-nurun secara drastis, tentu hal ini bisamenjadi bumerang bagi bank sentral sendiri.

Page 16: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

170 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Setiap kebijakan atau arahan yang dilakukanbank sentral tidak akan mendapat respondengan baik. Hal semacam ini bisa menjadipersoalan yang pelik terutama ketikaIndonesia sedang dilanda masalah dalamperekonomiannya. Masalah tersebut akanmenjadi berlarut-larut dan cenderung sulitmencari solusi sebagai penyelesaian masa-lah. Hal sebaliknya akan terjadi jika banksentral mampu menjaga kredibilitasnya.

Pengaruh ekspektasi inflasi cukup besarterhadap tingkat persistensi inflasi di Indo-nesia terutama pada periode full-fledgedinflation targeting. Hal ini tentu bisa dibilangpencapaian yang baik dari bank sental. Banksentral harus mampu mengarahkan ekpek-tasi masyarakat dan pelaku ekonomi agarbisa merespon setiap kebijakan yang diambilbank sentral. Sehingga nantinya ekpektasiinflasi masyarakat dan pelaku ekonomi bisamendekati proyeksi atau target inflasi yangtelah ditetapkan bank sentral. Akibatnyatentu inflasi akan cenderung lebih tidakpersisten dan pada akhirnya inflasi akanlebih mudah untuk dikontrol perkemba-ngannya.

DAFTAR PUSTAKAAgenor, Pierre-Richard and M. P. Taylor.

1993. Analysing Credibility in High-Inflation Countries: A New Approach.The Economic Journal 103: 329-336.

Ajija, S.R., D. W. Sari., R. H. Setianto, dan M.R. Primanti. 2011. Cara Cerdas MenguasaiEviews. Salemba Empat. Jakarta.

Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasidan Dampaknya Terhadap Pilihan danRespon Kebijakan Moneter di Indo-nesia. Disertasi. Program PascasarjanaUniversitas Indonesia. Depok.

Andrews, D.W.K, dan H.Y. Chen. 1994.Approximately Median-Unbiased Esti-mation of Autoregressive Models.Journal of Business & Economic Statistics12(2).

Anonim. 2004. Eviews 5 User’s Guide. Quanti-tative Micro Software, LLC, UnitedStates of America.

Aoki, K. dan T. Kimura. 2006. LearningAbout Belief About Inflation Target andStabilisation Policy. Prosiding LondonSchool of Economics: 1-27.

Ariefianto, M. D. 2012. Ekonometrika, Esensidan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews.Erlangga. Jakarta.

Arimurti, T. dan B. Trisnanto.2011. Persis-tensi Inflasi di Jakarta dan ImplikasinyaTerhadap Kebijakan PengendalianInflasi Daerah. Buletin Ekonomi Moneterdan Perbankan 14(1): 5-29.

Bank Indonesia. 2012. Inflasi. www.bi.go.id.Diakses tanggal 20 Oktober 2012.

Batini, Nicoletta. 2002. Euro Area InflationPersisten. Europan Central Bank WorkingPaper 201: 1-59.

Cechetti, S. G. and S. Krause. 2002. CentralBank Structure, Policy Efficiency, andMacroeconomics Performance: Explo-ring Empirical Relationships. ProsidingThe Federal Reserve Bank of St. Louis: 47-60.

Chow, G. C. 1960. Test of Equality BetweenSets of Coefficients in Two LinierRegressions. Econometrica 28(3): 591-605.

Davis, J. S. 2012. Central Bank Credibilityand the Persistence of Inflation andInflation Expectations. Federal ReserveBank of Dallas, Globalization and MonetaryInstitute Working Paper 117: 1-42.

Engle, Robert F. dan C. W. J. Granger. 1987.Co-Integration and Error Correction:Representation, Estimation and Testing.Econometrica 55(2): 251-276.

Erceg, C. J., and A. T. Levin. 2003. ImperfectCredibility and Inflation Persistence.Journal of Monetary Economics 50: 915-944.

Garcia, A. J. 2000. Essays in Credibility andThe Source of Persistence inflation.Disertasi. Departement of EconomicsUniversity of Warwick.

Ghezzi, P. 2001. Backward-looking indexa-tion, Credibility and Inflation Persis-tence. Journal of International Economics53: 127-147.

Giavazzi, F. and M. Pagano. 1988. TheAdvantage of Tying One's Hands: EMS

Page 17: KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716002.pdf · moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi elemen penting dalam

Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 171

Discipline and Central Bank Credibility.European Economic Review 32(5): 1055-1075.

Gonzalez G. Andre and F. Hamann. 2011.Lack of Credibility, Inflation Persistenceand Disinflation in Colombia. Banco de laRepublica, Colombia, Primer Semestre de2011: 61-97.

Gujarati, D. N. 2003. Basic Economterics. 4th

Edition. McGraw-Hill. New York.Gujarati, D. N dan D. Porter. 2010. Dasar-

dasar ekonometrika. Buku 1 Edisi 5.Salemba Empat. Jakarta.

Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo.2011. Inflation Targeting Under Im-perfect Credibility: Lessons from Indo-nesian Experience. Bulletin of Monetary,Economics and Banking 2011: 271-306.

Hutabarat, A. R. 2005. Determinan InflasiIndonesia. Bank Indonesia OccasionalPaper 6: 1-39.

Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi. EdisiKeenam. Erlangga. Jakarta.

Marques, C. R. 2004. Inflation Persistence,Facts or Artefacts?. European CentralBank, Working Paper Series 371: 1-50.

Napolitano, O. and A. Montagnoli. 2001.Inflation Persistence and Credibility inTurkey during The Nineties. Prosiding

International Conference in Economics VAnkara: 1-19.

Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012.Inflation Targeting, Credibility, andNon-Linear Taylor Rules. Joint Discus-sion Paper Series in Economics 35: 1-15.

Pohan, A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter &Implementasinya di Indonesia. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Pohan, A. 2008. Potret Kebijakan MoneterIndonesia Seberapa Jauh Kebijakan MoneterMewarnai Perekonomian Indonesia. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sargent, T. (1999). The conquest of Americaninflation. Princeton University press.Princeton.

Svensson, Lars E.O. 1999. Inflation Targetingas a Monetary Policy Rule. Journal ofMonetary Economics: 43(3): 607-54.

Valentin, T and R.V. Rozalia. 2008. Evalua-tion Of National Bank Of RomaniaMonetary Policy Credibility. ProsidingBabes-Bolyai University, Faculty of Busi-ness, Cluj Napoca: 497-502.

Willis, J. L. 2003. Implications of structuralchanges in the U.S. economy for pricingbehavior and inflation dynamics. FederalReserve Bank of Kansas City EconomicReview 88(1): 5-27.