Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
! ""!
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
! ! !
!!!!!!!!!!!!!
!!
! KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI
!
!
! """!
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! ! !
!!
!!
!!
!!
!!
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Pasal 2 (1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasannya menurut perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
!!!!!!!!!!!!!!
! "#!
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!!! ! !
!!!!!!!
!!!
KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI !!!!!!!!!!
!"#$%#&'()*+*#$$,(#-#$!(.#*"#$/00"$$1('+ 23*40$%5$
%(67#&$!'("#8+!!
!
!
!
!
!
!
!
!
! #!
!
KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI Editor: Wahyu Triono KS Cetakan 1. © Sri Widyastuti, dkk., 2017 Desain Sampul dan Layout : Wahyu Triono KS Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit ISBN: !978-602-70083-6-6!xiii + 215 halaman Penerbit: FEB-UP Press Jln. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Telp. (021) 7272606, Fax. (021) 7270133 www.univpancasila.ac.id Email: [email protected] !
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
! ! !!!
! ! !"#!
P
KATA SAMBUTAN
uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penyusunan buku ini telah diselesaikan dengan segala daya dan upaya. Tujuan dari penyusunan buku ini adalah sebagai sumbang-
sumbangsih wawasan dan pengetahuan tentang Green Entrepreneurship bagi kalangan mahasiswa, akademisi dan masyarakat umum secara luas.
Saat ini Entrepreneurship bukan lagi hanya membicarakan bagaimana menghasilkan keberhasilan ekonomi, namun harus mampu menjadi wirausahawan yang berkelanjutan (sustainable entrepreneurs) mampu mengelola triple bottom line (profita- bilitas perusahaan, potensi manfaat untuk lingkungan hidup, serta potensi manfaat untuk masyarakat) dengan menyeimbang- kan kesehatan ekonomi, keadilan sosial dan ketahanan lingku- ngan melalui perilaku kewirausahaan mereka. Entrepreneurship semacam ini, dikenal sebagai Green Entrepreneurship atau ke- wirausahaan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, ini diyakini akan menjadi tuntutan di masa mendatang. Ini terkait semakin meningkatnya kesadaran konsumen terhadap berbagai produk ramah lingkungan.
Tahun 2013 sebuah program bertajuk International Green Enterpreneurship Program/ IGEP telah diselenggarakan di Indonesia bekerjasama dengan Bank Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Serikat Pekerja dan Apindo dalam rangka memperkenalkan kreasi wirausaha berwawasan lingku- ngan, pekerjaan berwawasan lingkungan dan hidup layak, dan menentukan solusi praktis untuk menghadapi tantangan peruba- han iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Membuka lapangan pekerjaan dengan cara memulai sebuah usaha telah menjadi bagian penting dalam kebijakan negara Indonesia terkait bidang ketenagakerjaan. Indonesia telah mengambil langkah-langkah dan menetapkan kebijakan-kebijakan untuk menuju tren ekonomi dengan tingkat emisi karbon rendah dan karenanya perkembangan sejumlah industri berwawasan lingkungan seperti energi terbarukan, pertanian, pariwisata, dan kreativitas yang berwawasan lingkungan telah menarik perhatian para pengusaha. Sementara itu, berbagai kebijakan baru, hukum, dan peraturan mengharuskan perusahaan tradisional dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi, yang menghasilkan banyak polusi dan emisi GHG, untuk melakukan efisiensi energi.
Melalui berbagai program pelatihan wirausaha berwawasan lingkungan dengan dibekali booklet, termasuk buku pedoman pelatihan IGEP
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
! ! !!
! "##!
mengkampanyekan “Mulailah Bisnis Berwawasan Lingkungan Anda” (Start Your Green Business, SYGB). Kita telah sama-sama mengetahui bahwa peran kewira- usaahaan yang cukup penting dalam perekonomian telah mendo- rong tumbuhnya pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship education). Bukanlah berlebihan, bila Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila (FEB-UP) sebagai institusi pendidi- kan mempelopori kampanye “Mulailah Belajar Bisnis Berwawa- san Lingkungan” (Star Your Green Businness Education). Penerbitan buku Green Entrepreneurship diantaranya di- dedikasikan untuk mempelopori dimulainya program “Mulailah Belajar Bisnis Berwawasan Lingkungan”(Star Your Green Businness Education) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer- sitas Pancasila (FEB UP) dari sekarang.
Semoga penyusunan dan penerbitan buku ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi penting bagi pendidikan kewirausahaan. Jakarta, 12 Desember 2017 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Dr. Sri Widyastuti, S.E., M.M., M.Si.
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!
! "###!
K
KATA PENGANTAR
emajuan suatu negara dan bangsa ditentukan oleh jumlah wirausaha atau entrepreneurnya. Jika Indone- sia ingin menjadi negara dan bangsa yang maju harus memiliki banyak entrepre-
neur. Data menunjukkan bahwa saat ini jumlah entrepreneurship di Indonesia tak sampai 0,5% dari populasi, kalah jauh dari Singapura, Jepang dan negara-negara maju lainnya yang mencapai di atas 10% dari populasi pendu- duknya.
Perguruan Tinggi memiliki potensi besar dalam melahir- kan wirausaha handal yang sangat dibutuhkan bagi perekono- mian suatu negara dan bangsa di tengah persaingan global dewasa ini. Untuk mendukung tumbuhkembangnya green entre- preneur muda yang handal yang memiliki orientasi kepada kepedulian lingkungan dan secara berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang hijau di masa yang akan datang.
Secara prinsip green entrepreneurship memilik kesamaan dengan wirausaha pada umumnya. Para green entrepreneurship muda yang handal adalah seseorang yang memanfaatkan kesem- patan bisnis yang ada (seek for business opportunity) dan men- dapatkan keuntungan dari bisnis tersebut (profitability), serta di dukung dengan kegiatan yang menanggulangi permasalahan pada lingkungan dan sosial (socio-environmental).
Green entrepreneurship juga menciptakan lapangan peker- jaan dengan skala besar untuk banyak orang di sekitar mereka, dengan memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk ikut melestarikan lingkungan dalam bisnis mereka. Lingkungan disini, tidak hanya alam saja,para pekerja (labour) dan masyara- kat (society) juga merupakan bagian dari lingkungan yang perlu kita perhatikan hak-hak nya.
Penyusunan dan penerbitan buku ini didedikasikan untuk menumbuhkembangkan para green entrepreneurship muda terutama kalangan mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum secara luas. Sehingga memberi dampak secara langsung bagi perkembangan perekonomian negara dan bangsa.
Buku Green Entrepreneurship ini diharapkan dapat dijadi- kan sebagai panduan dan referensi bagi kalangan mahasiswa dan para akademisi untuk menumbuhkembangkan kewirausahaan yaitu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Buku ini diperkaya dengan pengalaman lapangan secara langsung di
!
! #$!
tengah-tengah masyarakat dalam menyelenggarakan pelatihan pembuatan keset untuk pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu contoh aplikatif dari Green Entrepreneurship yang merupakan program reuse, revolution recycling atau daur ulang sebagai alternatif untuk memanfaatkan limbah produk tidak dibuang begitu saja, melainkan mengguna- kannya kembali untuk sesuatu hal yang lebih berguna dan bermanfaat. Membuat barang-barang konsumen baru dari bahan daur ulangdapat membantu untuk mengurangi limbah, menjaga ruang di tempat pembuangan sampah tidak meluap dan mengu- rangi pemanasan global.
Di dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami me- nyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, masukan dari para pembaca secara konstruktif tentu sangat kami harapkan untuk perbaikan pada edisi selanjutnya atau dalam penyusunan dan penerbitan buku berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami mengucapkan terima- kasih. Kepada semua para pembaca kami mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat dalam pengembangan Green Etnrepreneurship khususnya di Perguruan Tinggi di Seluruh Indonesia. Jakarta, 12 Desember 2017 Penulis !
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
x
DAFTAR ISI
Halaman COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN 1 1.1 Kewirausahaan Berbasis Lingkungan 1
1.2 Peran Kewirausahaan 10 1.3 Pengertian Kewirausahaan 15 1.4 Karakteristik Wirausaha 19 1.5 Tantangan Berwirausaha 26 1.6 Model Proses Kewirausahaan 30
BAB II : KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN 36
2.1 Mengapa Harus Berwirausaha 36 2.2 Sukses Membutuhkan Kerja Keras 47 2.3 Ciri dan Sikap Wirausahawan 53 2.4 Membangun Kewirausahaan di Indonesia 57 2.5 Mempersiapkan Diri untuk Menjadi Pengusaha Muda 60 BAB III : MOTIVASI DAN TANTANGAN BERWIRAUSAHA 73
3.1 Motivasi Seorang untuk Menjadi Wirausahawan 73 3.2 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan 88 3.3 Tantangan Berkewirausahaan 97 BAB IV : MENANGKAP PELUANG USAHA 113
4.1 Menilai Peluang Membuka Usaha/Bisnis Baru 113 4.2 Strategi Menangkap Peluang Usaha 117 4.3 Motivasi Berprestasi 123 4.4 Motivasi Menjadi Wirausahawan Sukses 130 BAB V : PENGEMBANGAN JARINGAN USAHA 140
5.1 Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) di Indonesia
140
5.2 Strategi Pencapaian Daya Saing untuk UMKM 148 5.3 Pengembangan Jaringan Usaha, Negosiasi dan Bisnis
UMKM 152
BAB VI : PELATIHAN PEMBUATAN KESED DALAM UPAYA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 163
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
xi
6.1 Pendahuluan 163 6.2 Permasalahan Mitra 165 6.3 Metode Pelaksanaan 168 6.4 Profil Mitra Pengusaha “Wahid Home Industry” 173 6.5 Deskripsi Hasil Pelatihan Pembuatan Keset 180 LAMPIRAN 185 DAFTAR PUSTAKA 194 GLOSARIUM 198 INDEKS 209 BIO DATA PENULIS 211
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Perbedaan antara Pengusaha Biasa dengan Wirausaha Bisnis 20 Tabel 2.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tinggi 38 Tabel 2.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2017 (Ribuan)
40
Tabel 2.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan
41
Tabel 2.4 Jumlah Unit. Tenaga Kerja. Nilai Produksi. dan Nilai Investasi Berdasarkan Unit Usaha di Indonesia Tahun 2013
45
Tabel 2.5 Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), 2010-2015
58
Tabel 3.1 Perbedaan Wirausahawan dengan Karyawan 88 Tabel 4.1 Kekurangan Versus Seharusnya bagi Wirausahawan 134 Tabel 5.1 Kriteria UMKM Menurut UU no. 20 Tahun 2008 141 Tabel 5.2 Karakteristik UMKM di Indonesia 142 Tabel 6.1 Materi Pelatihan 169 Tabel 6.2 Check List Proses Pembuatan Keset Kain 170 Tabel 6.3 Pedoman Hasil Evaluasi 170 Tabel 6.4 Kegiatan Pengabdian Masyarakat FEB-UP 172 Tabel 6.5 Kualifikasi Tim Pelaksana 173 Tabel 6.6 Bahan Baku Keset 177 Tabel 6.7 Rekapitulasi Hasil Produk Keset Kain Peserta 181 Tabel 6.8
Rekapiltulasi Hasil Kegiatan Pembuatan Keset 182
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.1 Imbalan Wirausaha 28 Gambar 1.2 Model Proses Kewirausahaan 30 Gambar 1.3 Proses Kewirausahaan 31 Gambar 2.1 Perbedaan Wirausahaan Dengan Karyawan/Orang Gajian 44 Gambar 3.1 Imbalan Berwirausaha 87 Gambar 3.2 Konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki 90 Gambar 5.1 Daya Saing dan Faktor-faktor Pendukung Utama 149 Gambar 6.1 Check List Proses Pembuatan Keset Kain 134 Gambar 6.2 Pedoman Hasil Evaluasi 134
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kewirausahaan Berbasis Lingkungan
Era globalisasi adalah era dimana berbagai aktivitas entitas tidak mengenal
batas negara. Dengan adanya aktivitas entitas yang tidak mengenal batas
wilayah ini menyebabkan dunia pekerjaan/bisnis juga tidak mengenal batas
wilayah, sehingga begitu banyak pesaing akan dihadapi. Dengan persaingan
yang semakin ketat ini, para pengusaha harus memiliki ide-ide kreatif agar
tetap mampu bersaing dengan pengusaha dari berbagai negara agar tetap
tejaga keberlanjutan usaha di masa yang akan datang. Keberlanjutan bisnis
merupakan suatu peluang ekonomi (economic opportunity). Dimana
peningkatan kinerja dan keberlanjutan bisnis telah diwarnai isu-isu
permasalahan sosial dan lingkungan. Bowers (2010) menyampaikan bahwa
dengan membingkai keberlanjutan dalam kegiatan bisnis, terdapat nilai
ekonomi (economic value) yang memberi dampak terhadap pemahaman
publik mengenai seberapa baik kegiatan bisnis tersebut memiliki perhatian
pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan.
Partisipasi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kinerja mengenai
kepedulian terhadap lingkungan dan komunitas merupakan bagian tak
terpisahkan dari strategi perusahaan dan menjadi bagian integral dari
kerangka pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh, Dutta et al
(2010). Merespon peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,
perusahaan berpikir keras untuk dapat memanfaatkan peluang isu ini demi
kepentingan bisnis mereka. Mulai tumbuhnya kesadaran ini berdampak pada
kecenderungan perusahaan untuk lebih peduli terhadap perlindungan
lingkungan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (Dwyer, 2009; Lee,
2009). Dalam era terbentuknya kesadaran masyarakat pada kelestarian
lingkungan, perusahaan mulai lebih memperhatikan pemasaran hijau (green
marketing) di beberapa industry, seperti industri informasi dan elektronik
(Chen, 2010). Hal tersebut dimunculkan dengan harapan citra perusahaan
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 2
dapat dibentuk bahwa perusahaan hijau adalah perusahaan yang peduli
lingkungan.
Saat salah satu anggota tim peneliti dari University of New
York, Oceanographer David Holland memulai penelitiannya terkait perubahan
iklim secara global. Perubahan iklim, memang dianggap sebagai masalah
yang masih lama terjadi, namun harus segera disadari bahwa hal itu sudah
ada di depan mata kita saat ini. Isu perubahan iklim ini, telah menjadi
permasalahan global yang harus diselesaikan oleh seluruh pihak, baik dari
pemerintah, swasta dan juga seluruh masyarakat dunia. Pada tahun 2013
menemukan bahwa penyebab perubahan iklim ini adalah karena adanya
penumpukan karbon dan emisi gas metana yang dimulai sejak 1854, yang
ditimbulkan dari berbagai aktivitas bisnis perusahaan di dunia. Namun,
ternyata tidak sedikit juga perusahaan yang sebenarnya sudah perduli
dengan keberlangsungan lingkungan hidup di planet bumi ini. Perusahaan-
perusahaan yang mendapat julukan paling hijau membuat strategi dalam
aktivitas bisnisnya untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti
mengurangi penggunaan energi, menghemat air, mengurangi produksi
karbon, dan lain sebagainya. Perusahaan paling hijau di dunia, Newsweek,
(2014) adalah sebagai berikut dengan:
! Vivendi (85,3%). Negara Prancis ternyata menjadi negara dengan jumlah perusahaan paling hijau terbanyak versi Newsweek. Selain Schneider
Electric dan Kering, juara perusahaan paling hijau versi Newsweek ini
kembali di tempati oleh perusahaan asal Prancis, Vivendi. Vivendi adalah
raksasa perusahaan media dan telekomunikasi. Perusahaan ini telah
melakukan upaya yang signifikan untuk menurunkan emisi karbon dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan di seluruh anak perusahaannya,
seperti Maroc Telecom dan Universal Music di California Selatan. Vivendi
membuat startegi yang bersahabat dengan lingkungan ini
melalui kerjasamanya dengan para pemasok. Perusahaan membuat
kontrak dengan pemasok untuk berperlilaku dengan cara bertanggung
jawab secara lingkungan dan juga sosial. ! Allergan merupakan sebuah perusahaan farmasi global yang dikenal
sebagai produsen Botox, injeksi neurotoxin yang digunakan untuk
menghaluskan sementara kerutan di kulit wajah. Allergan telah memulai
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 3
upaya sustainable strategy nya sejak 20 tahun lalu. Upaya perusahan
beberapa tahun terkahir ini berfokus pada pengelolaan sampah dan
proyek efisiensi energi. Upaya perusahaan dengan memasang panel
pembangkit listrik berbasis tata surya, telah berhasil mengurangi
konsumsi energi sebesar 11% pada 2011-2012. Baru-baru ini, Allergan
juga berpartisipasi dalam program CEO Water Mandate yang membantu
perusahaan menerapkan kebijakan dan program penggunaan air yang
berkelanjutan. ! Adobe Systems merupakan salah satu perusahaan perangkat lunak
terbesar, Adobe Systems. Adobe adalah pelopor yang membangun
konsep hijau ke dalam strategi perusahaan secara keseluruhan. Sama
halnya dengan Atlas Copco, perusahaan yang masuk dalam Fortune 500
ini juga memiliki tujuan ambisius untuk mencapai netralitas karbon global
pada 2015. Berdasarkan data terbaru, 70% dari luas bangunan global
perusahaan (termasuk di San Jose, California, dan juga kantor pusatnya)
telah mendapat sertifikasi dari LEED, sebuah sertifikasi untuk standard
bangunan ‘hijau’. ! Kering (83,6%) adalah perusahaan yang berhasil menjadi pemimpin
untuk industri fashion dan aksesoris pakaian olahraga ini merupakan
sebuah perusahaan multinasional asal Prancis. Berbagai merek, seperti
Gucci, Alexander McQueen dan Puma di produksi, di desain dan di
pasarkan oleh mereka. Perusahaan ini menempati posisi ke-4 karena
perusahaan telah berkomitmen untuk menghilangkan semua bahan kimia
berbahaya dari produk-produknya. Selain itu, perusahaan ini juga aktif
dalam mengendalikan limbah produksinya. Untuk mengurangi jumlah
kemasan yang dikirim ke toko, mereka menggunakan tas daur ulang yang
bisa menghemat 298 ton karton. ! NTT Docomo ( 83,1%) adalah perusahaan yang berkantor pusat di
Tokyo, Jepang. Perusahaan mobile service provider terbesar di Jepang
ini merupakan perusahaan hijau tingkat dunia. Docomo menggunakan
alternatif sumber energi yang rendah karbon, seperti penggunaan panel
surya atau tenaga angin untuk menghemat jumlah listrik yang dibeli dari
grid komersial listrik. Perusahaan yang dipisahkan dari Nippon Telegraph
and Telephone pada 1991 ini juga menciptakan banyak produk ramah
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 4
lingkungan, termasuk charger bertenaga surya yang mampu mengisi
handset dalam waktu 4,5 jam dan Touch Wood, ponsel berbahan dasar
kayu.
! Ecolab adalah sebuah perusahaan mitra yang didirikan oleh perusahaan
Water Stewardship, yang memiliki kerangka kerja global untuk
mempromosikan penggunaan air tawar. Perusahaan ini menempati
urutan ke-6 perusahaan paling ‘hijau’ dengan menjalankan program yang
disebut Create and Maintain Value (CMV), yang bertujuan untuk
mengidentifikasi penggunaan air dan air limbah agar lebih efisien. Contoh
dari keberhasilan program CMV ini, yaitu mampu menghemat
penggunaan air sekitar 1,5 juta kilowatt jam listrik, 33,5 juta gas alam
BTU, dan 59,3 juta gallon air per tahun. ! Atlas Copco adalah perusahaan yang terletak di pusat kota Swedia.
Perusahaan yang memiliki motto: “Commited to sustainable productivity”
ini memiliki kegiatan usaha dengan menyediakan jasa dan membuat
berbagai macam peralatan demi peningkatan produktivitas, seperti
efisiensi energi, keamanan dan ergonomi di lingkungan perusahaan.
Belum puas dengan prestasinya sebagai perusahaan penghasil emisi
karbon terendah, Atlas Copco masih berusaha merealisasikan tujuan
ambisiusnya untuk terus mengurangi emisi karbon dioksida paling tidak
hingga 20% pada tahun 2020. ! Biogen, perusahaan berdiri pada tahun 1978, perusahaan bioteknologi
tertua menyatakan sebagai perusahaan paling ‘hijau’ di dunia. Setelah
merger dengan IDEC Pharmaceuticals di tahun 2003, Biogen fokus
menghilangkan aktivitas yang menyebabkan pemborosan energi dengan
cara mengubah pembakaran sampah menjadi energi dengan melakukan
pembakaran material organik. ! Compass Group, perusahaan yang berbasis di Surrey, Inggris ini
menjalankan bisnisnya di lebih dari 50 negara ini adalah perusahaan
penyedia makanan dan jasa layanan terbesar. Melalui projek inovatif nya
untuk mengurangi energi, Compass Group telah berhasil mengubah lebih
dari 248.000 galon minyak jelantah menjadi biodiesel sejak tahun 2004. ! Schneider Electric adalah perusahaan multinasional asal Prancis. Dengan
kegiatan utama bisnisnya adalah membuat produk dan menyediakan jasa
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 5
untuk membantu pelanggannya meningkatkan efisiensi energi di rumah
dan untuk bisnis mereka sendiri. Mereka menjual produk yang di
sebut Green Premium Offers yang dibuat tanpa bahan kimia berbahaya.
Beberapa perusahaan kelas dunia telah menyatakan keberhasilan
bisnisnya dengan cara memasukkan dan memberikan perhatian terhadap
permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan menjadi bagian integral
dari kegiatan bisnisnya (dalam Bowers, 2010), sebagaimana berikut ini.
" Unilever: by addressing social and sustainability issues, our brands can
make areal difference and create growth opportunities for our business.
" Ford: in the auto-industry, the company that can take the lead in
addressing environment concerns will have a real competitive edge. That
is why Ford isinvesting so heavily in this area. We want to transform
ourselves into a leadingedge provider of sustainable personal
transportation.
" Nike: corporate responsibility must evolve from being seen as an
unwanted cost to being recognized as an intrinsic part of a healthy
business model, an investment that creates competitive advantage and
helps a company achieve profitable sustainable growth.
" Philips: initially people thought of it as a cost factor, which indeed it is
when you treat as an add-on. However, if it is designed into the way you
do things from beginning as it is here at Philips, it saves you money
because you’re operating more effectively. So today we recognize that
sustainability offers significant business opportunities.
" General Electric: ecomagination also refers GE’s commitment to invest in
a future that creates innovative solutions to environmental challenges and
delivers valuable products and services to customers while generating
profitable growth for the company.
Selain perusahaan kelas dunia tersebut di atas terdapat produk asli
buatan Indonesia asli hasil karya anak bangsa. Produk Indonesia layak untuk
didukung dengan menggunakan produk buatan dalam negeri, agar
perusahaan terus dapat eksis dan berkarya lebih baik lagi. Di sinilah
semangat kebangsaan dan nasionalisme ditumbuhkan, karena telah
memberikan peluang lapangan kerja yang luas. Kesadaran menggunakan
produk asli dalam negeri perlu ditingkatkan karena produk tersebut menyerap
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 6
banyak tenaga kerja dan yang pasti lapangan kerja akan bertambah, bila
perusahaan tersebut bisa bersaing dengan produk internasional dengan
demikian kemakmuran bangsa akan tercapai, Tempo (2016).
Pada kesempatan Tropical Landscape Summit yang diadakan di Jakarta
pada 27-28 April 2015, Badan Koordinasi Penanaman Modal menawarkan
program pemberian insentif bagi bidang usaha ramah lingkungan atau
investasi hijau (green investment). Ada 10 bidang usaha yang mendapatkan
insentif tersebut yaitu pengusahaan tenaga panas bumi, industri pemurnian
dan pengolahan gas alam, industri kimia dasar organik yang bersumber dari
hasil pertanian, industri lampu tabung gas, dan pembangkit tenaga listrik.
Selain itu 5 bidang industri lainnya adalah pengadaan gas alam dan buatan,
penampungan penjernihan dan penampungan air bersih, angkutan perkotaan
yang ramah lingkungan, kawasan pariwisata, dan terakhir adalah pengelolaan
dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya, Kompas (2015).
Indonesia telah mengembangkan program produk hijau atau ekolabel.
Sampai dengan awal tahun 2015 pencapaian program ekolabel Indonesia
salah satunya adalah telah menyusun standar kriteria ekolabel dalam bentuk
Standar Nasional Indonesia (SNI). Terdapat lebih dari 100 merek lokal dalam
berbagai kategori produk manufaktur dari elektronik (TV Kusrin, Politron, Axio,
Evercoss, Nexian, Maspion, Miyako dll); kategori garmen dan fashoin (Jeans
Lea, Cressida, The Executive dll), kategori makanan dan minuman (Hoka Hoka Bento, Kacang Dua Kelinci, Indomie, PT Wings Food, Kino dll), kategori cat tembok (PT Avia Avian, Dulux/ICI, Jotun, Propan), kategori
toiletris (Wing, Kao, Unilever, dll), Kompas (2016). Namun produk hijau atau
berekolabel masih terbatas ditemukan di pasaran Indonesia.
Keberadaan konsumen dan produsen mempengaruhi keberasaan
produk hijau dipasaran karena produk hijau dipengaruhi oleh pasar (market
driven). Dari sisi produsen masih banyak yang belum menyadari dampak
positif dari memproduksi produk hijau baik dari aspek lingkungan, sosial dan
ekonomi. Selain itu belum tumbuhnya permintaan konsumen terhadap produk
hijau. Sehingga produsen berpendapat selama produk yang diproduksi masih
laku di pasaran maka tidak perlu melakukan perubahan pada produk yang
dihasilkan. Konsumen perlu terus diedukasi dengan menambah pengetahuan
tentang lingkungan. Untuk mengetahui produk hijau tersebut setidaknya ada
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 7
dua cara yang bisa dilakukan. Pertama adalah dengan melihat label yang
berupa logo atau pernyataan pada produk atau kemasan yang
mengidentifikasin produk hijau. Label tersebut biasanya disebut dengan
ekolabel/ecolabel. Label lingkungan atau ekolabel diartikan sebagai
pernyataan yang menunjukan aspek lingkungan dalam suatu produk atau
jasa (ISO 14020 : 1998). Sehingga produk yang telah mendapatkan ekolabel
dapat menjadi indikator bahwa produk tersebut ramah terhadap lingkungan
dibanding produk lain yang sejenis yang tidak berekolabel karena produk
tersebut telah mempertimbangkan aspek lingkungan. Cara kedua adalah
dengan melihat pernyataan yang ada pada produk atau kemasan yang
berupa informasi diantaranya mengenai komposisi produk, cara penggunaan
atau penanganan ketika sudah tidak digunakan lagi.
Selama ini permasalahan lingkungan akibat dari proses produksi,
penggunaan produk dan setelah produk tidak lagi digunakan menjadi
pekerjaan rumah dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan. Oleh
sebab itu sudah saatnya industri di Indonesia mulai mempertimbangkan untuk
memproduksi produk hijau untuk mengurangi permasalahan tersebut. Produk
hijau merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan bagi upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Produk hijau dapat diartikan
sebagai produk yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan sepanjang
daur hidupnya (life cycle) mulai dari ektraksi bahan baku, proses produksi,
transportasi, penggunaan dan setelah produk tersebut tidak lagi digunakan,
sehingga memberikan dampak sedikit bagi lingkungan. Oleh karena itu
dipandang perlu untuk juga memberikan insentif tersebut kepada bidang
usaha yang memproduksi produk hijau. Sehingga dapat menjadi pendorong
usaha untuk menghasilkan produk hijau.
Selain di industri manufaktur, masalah lingkungan menjadi kebutuhan di
industri jasa perbankan dengan menerapkan green banking. Konsep green
banking atau perbankan hijau adalah sebuah konsep yang mendorong bisnis
perbankan membantu pengurangan pencemaran lingkungan. Untuk
membantu pengurangan pencemaran lingkungan, bank dalam proses
pembiayaan sebuah pembangunan harus melihat dampak terhadap
kelestarian lingkungan, Bhardwaj & Malhotra, (2013). Penerapan green
banking di berbagai negara (Radyati, 2014) sebagai berikut: (1) Internal Bank:
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 8
menerapkan program efisiensi dan R3 (Reduce, Reused, Recycle) antara lain
dengan mengoptimalkan daya inovasi dan kreativitas pegawai serta dengan
memanfaatkan piranti teknologi; (2) Eksternal Bank: mengedukasi stake
holders melalui program ramah lingkungan dan menawarkan eco-product
pada pelanggan, seperti: (a) Corporate Social Responsibility (CSR): yaitu
dengan melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan
dan pemberdayaan masyarakat atau terlibat dalam sosialisasi green
business; (b) Kredit: yaitu dengan melakukan penyaluran kredit pada sektor
atau industri ramah lingkungan seperti energi terbarukan (renewable energy),
produk organik, industri kreatif yang memanfaatkan limbah, produk efisien
(high end product), pengolah limbah, serta pertanian dan kehutanan,
memberikan insentif bunga kepada debitur yang memiliki bisnis model yang
ramah lingkungan, menerapkan prinsip sustainability dalam analisa kelayakan
kredit debitur secara bertahap sebagai bagian klausul kredit serta dipercaya
menjadi bank penyalur kredit dari lembaga-lembaga dunia untuk proyek
lingkungan; (c) Pendanaan: yaitu menyediakan produk giro, tabungan atau
deposito yang berafiliasi dengan rekening komunitas lingkungan. Otoritas
Jasa Keuangan Indonesia menyatakan bahwa komitmen menerapkan
keuangan berkelanjutan di Indonesia. Komitmen tersebut dituangkan
dalam penandatanganan green banking pilot project oleh delapan bank
yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Muamalat, BRI syariah, BJB
dan Bank Artha Graha Internasional, Himawan (2015), Delapan bank
yang mewakili 46 persen aset perbankan nasional ini diharapkan
mendorong bank dan lembaga jasa keuangan lainnya mengikuti jejak
mereka untuk mulai menerapkan aspek lingkungan, sosial dan tata
kelola berwawasan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ TPB atau Suistanable
Development Goals/ SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang
terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa/
PBB sebagai agenda pembangunan dunia untuk kemaslahatan manusia dan
menjamin masa depan dunia dan umat manusia yang lebih baik.
Pembangunan berkelanjutan secara efektif haruslah mengaitkan isu-isu
permasalahan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Memadukan pemberian
perhatian pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan ke dalam
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 9
tindakan-tindakan ekonomi adalah terkait dengan tanggung jawab terhadap
pembangunan keberlanjutan termasuk untuk keberlanjutan kegiatan bisnis di
masa yang akan datang, (Anderson, 1998; Choi dan Gray, 2008). Dalam
upaya mencapai keberhasilan secara berkelanjutan, para wirausahawan
haruslah mampu memenuhi dengan apa yang disebut sebagai triple bottom-
line, yaitu mencapai kemakmuran ekonomi (economic prosperity),
memperhatikan kualitas lingkungan (environmental quality), dan
memperhatikan keadilan sosial (social equity), Marshall &Harry (2005).
Mereka tidak hanya mencetak keuntungan, namun mereka juga bertanggung
jawab terhadap kepentingan-kepentingan sosial dan lingkungan secara
simultan. Lebih lanjut para wirausahawan dapat menyediakan kegiatan dan
memberikan kontribusi secara langsung untuk mengatasi permasalahan
sosial dan lingkungan tersebut. Mereka mengintegrasikan gerakan
berorientasi nilai (value-oriented driven) dalam upaya mencapai pertumbuhan
bisnisnya secara berkelanjutan.!
Kewirausahaan merupakan bentuk aktivitas usaha yang secara
langsung memadukan nilai-nilai dan persepsi dari masing-masing individu
wirausahawan. Para wirausahawan diakui sebagai pencipta pertumbuhan
ekonomi. Implementasi gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan
haruslah berjalan sejajar beriring dengan upaya pencapaian pertumbuhan
ekonomi, dan dengan cara demikian akan menjamin adanya perlindungan
efektif terhadap lingkungan secara global. Perlindungan terhadap lingkungan
dan memberikan kontribusi secara langsung untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan sosial dan lingkungan tersebut. Mereka mengintegrasikan
gerakan berorientasi nilai (value-oriented driven) dalam upaya mencapai
pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan, Djatmika, (2012).
Di Indonesia target SGDs yang paling sulit tercapai ada dua, yaitu
pengentasan kemiskinan (ekonomi) dan konservasi lingkungan. Bisakah ini
diatasi melalui kewirausahaan hijau? Ketika seorang calon pengusaha ingin
memulai perjalanannya, salah satu keraguannya pasti adalah jaminan
keberlangsungan usaha, yang mana diuji melalui efektivitas dan efisiensi dari
proses bisnis. Green Entrepreneurship Model menawarkan efisiensi kinerja
pada sepuluh rantai nilai, dan di saat yang sama mengefektifkan peluang
keuntungan, karena awareness dari calon customer terhadap produk ramah
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 10
lingkungan, termasuk di Indonesia, semakin meningkat. Wirausaha adalah
semua, kemudian menjadikannya peluang untuk kembali melipatgandakan
nilai tersebut untuk mengambil peran dalam perkembangan ekonomi dan
kesejahteraan sosial.
Pengembangan karakter kewirausahaan di Indonesia, tidak hanya
diperlukan dari segi kuantitas, tapi juga dari segi kualitas, yang awalnya
orientasi hanya pada keuntungan, dan juga terhadap pelestarian lingkungan,
agar keberlanjutan pembangunan dapat tercapai. Awalnya tujuan wirausaha
ada dua, yakni kesejahteraan ekonomi dan kemakmuran sosial, namun
sekarang, juga ada lingkungan hidup (sustainable development). Dengan
demikian, pendekatan perilKku terhadap kewirausahaan yang hijau (Green
Entrerepneurial Behavior/GEB) dilakukan melalui penyampaian nilai-nilainya
di jenjang pendidikan tinggi, Anisah & Wandary, (2015).
Harapan yang ingin dicapai adalah bahwa hal tersebut dapat menjadi
jembatan bagi kesenjangan yang terjadi antara yang mana pembentukan
sikap green economy dapat mendorong pengembangan aktivitas
kewirausahaan yang memperhatikan keseimbangan antara aspek
manajemen keorganisasian, lingkungan, dan masyarakat. GEB lebih
menekankan pada upaya mengeliminasi orientasi jangka pendek dari aktivitas
kewirausahaan, terutama yang konvensional. Perlu menjadi perhatian juga
bahwa pengembangan karakter kewirausahaan di Indonesia perlu dibangun,
dibina, dan dipelihara, karena GEB adalah perilaku yang bersifat
intentional/diniatkan, sehingga memerlukan inisiatif, proaktivitas, konsistensi
maupun komitmen untuk berpikir dan bertindak dengan menambahkan
wawasan lingkungan yang hijau.
1.2 Peran Kewirausahaan
Salah satunya indikator semakin majunya suatu negara adalah ditandai
dengan semakin banyaknya orang yang terdidik/ berpendidikan tinggi.
Namun karena kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja
bagi tenaga kerja terdididk sangat terbatas dan tidak sebanding dengan
pertambahan penduduk, maka akan semakin banyak orang
terididk/berpendididkan tinggi yang menganggur. Keterbatasan terserapnya
lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian orang
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 11
terididk/berpendididkan tinggi beralih pada peluang bekerja pada sektor
swasta, namun beratnya persyaratan yang ditetapkan terkadang membuat
peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas. Satu-satunya
peluang yang masih sangat besar adalah bekerja dengan memulai usaha
mandiri. Hanya saja, jarang ditemukan seseorang sarjana yang ingin
mengawali kehidupannya setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai
mendirikan usaha. Kecenderungan yang demikian berakibat pada tingginya
residu angkatan kerja berupa pengangguran terdidik. Jumlah lulusan
perguruan tinggi dalam setiap tahun semakin meningkat. Kondisi ini tidak
sebanding dengan peningkatan ketersediaan kesempatan kerja yang akan
menampung mereka. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dunia
kewirausahaan menjadi semakin penting untuk diketahui lebih jauh lagi,
karena mampu menciptakan lapangan kerja dan mendorong kemajuan
ekonomi.
Bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain bisa dilihat dari
kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai, jika ada spirit
kewirausahaan yang kuat dari warga negaranya. Menurut PBB suatu negara
akan memiliki ekonomi yang kuat apabila sedikitnya 20 % kegiatan
ekonominya digerakkan oleh usaha kecil hingga menengah. Indonesia belum
termasuk kategori negara ekonomi yang maju, jika dilihat dari porsi
kewirausahaan. Kategori negara makmur yang maju perekonomiannya
adalah negara yang memiliki sekurang-kurangnya 2% dari jumlah penduduk
suatu negara. Menurut McClelland (2008), salah satu faktor yang
menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah
wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi
penduduknya. Saat ini, jumlah wirausaha yang terdapat di Indonesia
mencapai 400 ribu jiwa atau lebih kurang 1.65% dari total penduduk yang
berperan sebagai wirausaha. Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang tidaklah lepas dari
peran dunia kewirausahaan. Amerika Serikat misalnya yang memiliki jumlah
wirausaha sebesar 11,5% dari populasi penduduknya atau negara tetangga
yaitu Singapura dengan 7,2% warganya bekerja sebagari wirausaha. Efeknya
tidak mengherankan bila kedua negara tersebut menjadi negara dengan
perkembangan ekonomi termaju di dunia.
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 12
Kewirausahaan memiliki peran penting dalam memajukan ekonomi dan
kemajuan ekonomi merupakan salah satu faktor utama yang dapat
meningkatkan martabat bangsa di kancah Internasional. Sekarang ini
Indonesia termasuk anggota G-20—negara-negara yang memiliki ekonomi
terbesar di dunia ini. Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara
yang menjadi anggota G-20 tersebut, karena ekonomi Indonesia memang
terbesar di kawasan ini. Tetapi banyak hal yang masih harus lakukan untuk
lebih memajukan ekonomi. Sudah banyak wirausahawan Indonesia yang
mampu menembus pasar mancanegara. Hal ini merupakan modal yang baik,
karena selain mengharumkan nama Indonesia, juga sebagai penghasil devisa
yang akan memperkuat cadangan devisa. Pemerintah dapat membuka akses
seluas-luasnya dan juga mempermudah perizinan agar produk bisa dijual di
pasar Internasional. Banyak pangsa pasar yang bisa dikembangkan seperti
pasar ASEAN, Asia Pasifik dan dunia. Saat ini Indonesia diuntungkan sebagai
negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tengah lesunya
perekonomian negara lain terutama di Eropa dan Amerika.
Kajian Bank Indonesia (2016) dilaksanakan dalam rangka mengetahui
posisi daya saing UMKM Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya dan menyusun strategi peningkatan daya saing UMKM Indonesia
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kajian dilaksanakan untuk
dapat memberikan indikasi mengenai posisi daya saing UKMK sebagai
berikut:
1. UMKM merupakan pelaku ekonomi yang penting dalam hal penyerapan
tenaga kerja di negara-negara ASEAN.
2. Meskipun UMKM termasuk di dalamnya usaha skala mikro mencakup 96
persen dari keseluruhan usaha di negara-negara ASEAN, kontribusinya
dalam pembentukan nilai tambah masih terbatas, UMKM berkontribusi
sebesar 42 persen dari total PDB negara-negara ASEAN.
3. Kontribusi UMKM ASEAN terhadap nilai ekspor dan jaringan produksi
global dan regional (Global Value Chain) lebih rendah daripada
perusahaan besar ASEAN.
4. Kinerja UMKM Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-
negara ASEAN dengan tingkat pembangungan yang relatif sama,
terutama dari segi produktivitas, kontribusi terhadap ekspor, partisipasi
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 13
dalam jaringan produksi global dan regional serta kontribusi terhadap nilai
tambah.
Di Indonesia memiliki Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
merupakan model usaha yang sangat penting untuk menjaga stabilitas
perekonomian. UMKM menawarkan peluang bisnis yang besar dan
memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, berkontribusi
terhadap PDB dan distribusi hasil pembangunan. Menurut data Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pada tahun 2014 terdapat sebanyak
57, 8 juta pelaku UMKM di Indonesia. Sedangkan menurut data Bank
Indonesia tahun 2015, UMKM berkontribusi pada Produk Domestik Bruto
(PDB) sebesar 60% dan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 97% dari
seluruh tenaga kerja nasional. Dengan demikian wirausaha perperan dalam
menggerakkan roda perekonomian, (Mutmainah, 2016).
Seorang wirausahawan akan berusaha menciptakan produk atau jasa
yang bisa diterima konsumen. Wirausahawan bisa menggaji karyawan yang
membantunya. Karyawan tersebut kemudian mempunyai pendapatan untuk
keluarganya, sehingga keluarganya bisa memiliki daya beli untuk memenuhi
kebutuhannya. Wirausahawan dapat berperan dalam menyediakan lapangan
kerja untuk masyarakat. Lapangan kerja di Indonesia tidak sebanding dengan
pencari kerja. Penduduk yang memperoleh pendidikan yang lebih tinggi tidak
berorientasi menjadi karyawan, bisa menjadi solusi dengan menyediakan
lapangan pekerjaan minimal untuk dirinya sendiri. Para sarjana harus
mencoba untuk merubah mindset dimana masih menjadi stereotip di
masyarakat semakin tinggi pendidikan, semakin berpeluang untuk bekerja di
perusahaan besar dan dibayar tinggi.
Peran lain dari wirausaha adalah sebagai salah satu sumber pemasukan
pemerintah baik pusat maupun daerah dari sisi pajak. Wirausahawan
membayar berbagai macam pajak seperti pajak penjualan dll. Dukungan
pemerintah kepada masyarakat sangat penting karena perannya dalam
pembayaran pajak. Para wirausahawan Indonesia telah memajukan bangsa
melalui sumbangan-sumbangannya di berbagai bidang seperti pendidikan,
budaya, kesehatan dan lain-lain. Saat ini sudah banyak dikenal istilah social
entreprenuer. Social entreprenuer atau wirausahawan sosial merupakan
seseorang yang mampu mengidentifikasi problem sosial di sekitarnya seperti
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 14
pendidikan, kesehatan, pengangguran dan lain-lain untuk kemudian melalui
kemampuan kewirausahaannya berhasil membantu menyelesaikan
permasalahan tersebut. Negara Indonesia membutuhkan banyak
wirausahawan sosial, sehingga bisa mengatasi masalah yang masih banyak
terjadi di masyarakat. Seorang social entreprenuer dari Bangladesh yang
cukup mendunia adalah Muhammad Yunus. Melalui Grammen Bank yang
dibukanya berhasil memberdayakan banyak orang dan membantu banyak
orang keluar dari jerat kemiskinan terutama kalangan kaum ibu, (Nurhayati,
2016).
Menurut Azwar (2013), menumbuhkan jiwa kewirausahaan para
mahasiswa perguruan tinggi merupakan alternatif untuk mengurangi tingkat
pengangguran, karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan
muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri karena dunia bisnis
masa kini dan masa depan lebih mengandalkan knowledge dan intelectual
capital. Untuk itu agar dapat meningkatkan daya saing bangsa,
pengembangan wirausaha muda perlu diarahkan pada kelompok muda
terdidik (intelektual).
Niat dibutuhkan sebagai langkah awal dalam memulai menjadi
wirausaha. Menurut Ramayah & Harun (2005), niat berwirausaha
didefinisikan sebagai keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha
dengan menciptakan produk baru atau jasa melalui peluang bisnis dan
pengambilan risiko. Kegiatan kewirausahaan sangat ditentukan oleh niat
individu itu sendiri. Orang- orang tidak akan menjadi pengusaha secara tiba-
tiba tanpa adanya pendorong tertentu. Pendidikan kewirausahaan menjadi
faktor penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan keinginan, jiwa
dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda. Pendidikan menjadi
sangat penting karena merupakan sumber sikap dan niat keseluruhan untuk
menjadi wirausahawan sukses di masa depan (Fatoki, 2014).
Besarnya niat seseorang menjadi wirausaha menarik peneliti untuk
meneliti faktor-faktor yang dianggap bisa mempengaruhi niat dalam
berwirausaha yaitu pengaruh pendidikan kewirausahaan, self efficacy dan
locus of control. Self efficacy adalah kepercayaan seseorang atas
kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, atau dengan kata
lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 15
mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi
seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan niat seseorang
(Indarti dan Rostiani, 2008). Locus of control menurut Kreitner dan Kinicki
dalam (Wiriani at al, 2013), terdiri dari dua konstruk yaitu internal dan
eksternal, dimana internal locus of control apabila seseorang meyakini bahwa
apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan dia selalu mengambil
peran serta bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan,
sedangkan external locus of control apabila seseorang meyakini bahwa
kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya.
1.3 Pengertian Kewirausahaan
Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan, berikut ini adalah beberapa
definisi mengenai wirausahawan:
a. Wirausahawan adalah seseorang yang menemukan gagasan baru dan
selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimiliki secara optimal
untuk mencapai tingkat keuntungan tertinggi.
b. Wirausahawan adalah orang yang memiliki pandangan yang tidak lazim,
yaitu orang yang dapat mengenali potensi atas barang dan jasa.
Wirausahawan akan bereaksi terhadap perubahan ekonomi dan
kemudian menjadi pelaku dalam mengubah permintaan menjadi produksi.
c. Wirausahawan adalah orang yang memiliki seni dan keterampilan tertentu
dalam menciptakan usaha yang baru. Wirausahawan memiliki
pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Wirausahawan akan memengaruhi masyarakat
dengan membuka usaha baru, tetapi pada saat yang sama dipengaruhi
oleh masyarakat untuk mengenali kebutuhan dan memenuhinya melalui
ketajaman manajemen sumber daya
d. Wirausahawan adalah orang yang dapat melihat cara-cara yang ekstrem
dan mau mengubah sesuatu yang tak bernilai atau bernilai rendah
menjadi sesuatu yang bernilai tinggi (misalnya, dari terigu menjadi roti
bakar yang lezat), dengan cara memberikan nilai baru ke barang tersebut
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apabila suatu nilai ditambahkan ke
dalam suatu produk/barang, maka akan didapatkan keuntungan.
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 16
Berdasarkan definisi di atas, terdapat ciri umum yang selalu terdapat
dalam diri wirausahawan, yaitu kemampuan mengubah sesuatu menjadi lebih
baik atau menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, atau berjiwa kreatif
dan inovatif, Ciri "kreatif' dan "inovatif" ini sebagai sifat yang terdapat pada diri
wirausahawan, Jadi, pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah
seseorang yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan
dengan risiko dan ketidakpastian untuk memperoleh keuntungan dan
mengembangkan bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan
memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.
Adapaun istilah wirausaha (entrepreneur) sering kali tumpang tindih
dengan istilah wiraswasta. Secara etimologi wiraswasta terdiri dari tiga kata
yaitu wira yang berarti manusia unggul, teladan, berani berbudi luhur; swa
artinya sendiri atau mandiri; sedangkan sta artinya berdiri. Menurut etimologi bahasa sanksekerta tersebut wiraswasta diartikan sebagai manusia yang
memiliki keberanian, keteladanan dan keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang
ada pada diri sendiri, Alma, (2000). Wirausaha diartikan sebagai orang yang
mempunyai kemampuan menemukan dan menilai kesempatan-kesempatan
usaha, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan dan segera bertindak
untuk memperoleh keuntungan dan peluang tersebut. Jadi kewirausahaan
adalah kegiatan yang memadukan watak pribadi, keuangan dan sumberdaya
dari lingkungan.
Sedangkan Entrepreneur artinya orang yang mampu mengkombinasikan
sumberdaya, tenaga kerja, material dan peralatan dalam rangka
meningkatkan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya atau orang yang
mamu memperkenalkan perubahan-perubahan, memiliki kreativitas dan
inovasi, serta perbaikan produksi. Entrepreneurship adalah proses pola pikir
dengan menciptakan sesuatu yang lain yang menggunakan waktu untuk
aktivitas yang disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa untuk
memperoleh kepuasan serta kebebasan pribadi. Istilah Entrepreneurship
diapdosi dari Bahasa Perancis, entreprendre yang berarti melakukan (to
under take), memulai atau berusaha melakukan tindakan mengorganisir dan
mengatur. Istilah Entrepreneurship mulai diperkenalkan dalam tulisan Richard
Cantillon yang berjudul Essai Sur la Nature du Commerce en General tahun
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 17
1755, Bula (2012). Seorang wirausaha atau entrepreneur adalah seorang
pemimpin artinya seorang wirausaha harus percaya pada diri sendiri, memiliki
kemampuan mengambil resiko, fleksibilitas tinggi, dan memiliki keinginan kuat
untuk mencapai sesuatu serta tidak memiliki berkeinginan untuk tergantung
pada orang lain.
Pengertian kewirausahaan berasal dari kata enterpreneur yang berarti
orang yang membeli barang dengan harga yang pasti meskipun orang itu
belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering
juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan,
keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan
sendiri. Pengertian lainnya menyebutkan kewirausahaan adalah proses
menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan
disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta
kebebasan pribadi. Raymond & Russel (1987) memberikan definisi tentang
wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan berusaha yang
dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur is an independent growth
oriented owner operator.
Proses kewirausahaan diawali dengan adanya proses kewirausahaan
diawali dengan adanya inovasi menurut Carol Noore yang dikutip oleh
Bygrave (1996). Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang
berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi,
organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk
locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan
kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal,
keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus
of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor
yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran,
aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi
kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan
keluarga.
Dalam literatur-literatur, kewirausahaan diartikan berbeda-beda oleh
para ahli. Berikut beberapa pengertian entrepreneurship (kewirausahaan),
Suryana (2013) menyatakan bahwa entrepreneurship merupakan sebuah
proses penciptaan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 18
mencari peluang dari masalah yang dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat ide
baru dengan melakukan kombinasi, mengubah, atau merekonstruksi ide-ide
lama. Sedangkan inovasi merupakan kemampuan dalam penemuan suatu
proses produksi atau pengenalan akan suatu produk yang baru. Sunyoto &
Wahyuningsih. (2003) memiliki pandangan tentang entrepreneurship yang
berbeda yaitu suatu sikap untuk menciptakan sesuatu yang baru serta bernilai
bagi diri sendiri dan orang lain. Entrepreneurship dipandang tidak hanya
mencari keuntungan pribadi, namun juga harus mempunyai nilai sosial.
Kartajaya (2008) menyampaikan pengertian entrepreneurship yaitu
suatu usaha yang dapat menciptakan sesuatu yang menghasilkan dengan
menciptakan nilai melalui pengamatan atas suatu kesempatan bisnis, dengan
melakukan manajemen terhadap risiko yang mungkin timbul serta
keterampilan untuk berkomunikasi serta memobilisasi sumber daya yang ada
terutama sumber daya manusia. Marlo (2013) menjelaskan bahwa
entrepreneurship adalah kemampuan seseorang dalam kepekaan
terhadap peluang dan memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan
perubahan pada sistem yang ada. Dalam dunia entrepreneurship, peluang
adalah kesempatan untuk mewujudkan atau melaksanakan suatu usaha
dengan tetap memperhitungkan resiko yang akan dihadapi. Robbin & Coulter
(2012) menjelaskan kewirausahaan adalah suatu proses dimana seseorang
atau suatu kelompok individu menggunakan upaya & sarana yang terorganisir
untuk mencari sebuah peluang dan menciptakan suatu nilai yang tumbuh
dengan memenuhi kebutuhan serta keinginan melalui sebuah inovasi dan
keunikan, mereka biasanya tidak mempedulikan apapun sumber daya yang
digunakan pada saat ini. Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat di atas,
maka dapat diperoleh secara rinci unsur-unsur utama yang ada
dalam entrepreneurship, yaitu: mereka yang mampu menerapkan kreativitas
dan inovasi, memanfaatkan peluang, membuat perubahan, dan memberikan
nilai tambah bagi dirinya sendiri maupun orang lain orang lain.
Pilihan menjadi seorang wirausaha hendaknya dipertimbangkan sisi
positif negatifnya. Wirausaha mengalami berbagai tekanan pribadi yang tidak
menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan waktu, tenaga dan
fikiran lebih banyak. Kemungkinan gagal dalam bisnis dan tidak adanya
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 19
jaminan untuk berhasil. Tidak seorangpun menginginkan kegagalan, akan
tetapi seorang wirausaha harus siap menerima berbagai resiko yang
berhubungan dengan kegagalan bisnis. Wirausaha memerlukan komitmen
dan pengorbanan tinggi, karena akan mendapatkan tantangan yang berupa
kerja keras, tekanan emosional dan resiko ketidakpastian. Wirausaha tentu
mengharapkan dapat mengambil imbalan dari usaha/bisnis yang dilakukan.
Imbalan wirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, dari sisi
pembentukan karakter seorang wirausaha/ entrepreneur. Hal ini dapat dicapai
melalui: 1) Mengembangkan dan membiasakan unjuk kerja yang
mengedepankan ide kreatif dalam berpikir dan sikap mandiri bagi mahasiswa
dalam proses pembelajaran. Untuk lebih menekankan model latihan, tugas
mandiri, problem solving, cara mengambil keputusan, menemukan peluang.
2) Menanamkan sikap dan perilaku jujur dalam komunikasi dan bertindak
dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pembelajaran
sebagai modal dasar dalam membangun mental entrepreneur. 3) Para
praktisi pendidikan juga perlu sharing dan memberi support atas komitmen
pendidikan tentang mental entrepreneurship ini kepada lembaga-lembaga
terkait dengan pelayanan bidang usaha yang muncul di masyarakat agar
benar-benar berfungsi dan benar-benar menyiapkan kebijakan untuk
mempermudah dalam melayani masyarakat.
1.4 Karakteristik Wirausaha
Inti perbedaan antara pengusaha biasa dan wirausahawan bisnis adalah
bahwa penguasa biasa menjalankan bisnis di bidang yang sudah lazim
dengan produk yang lazim pula. Wirausahawan bisnis membangun bisnisnya
dari ide inovatifnya sendiri, serta lebih fokus pada kualitas produk dan
kepuasan pelanggan ketimbang terlalu fokus pada laba. Tipe paling
mendasar dalam wirausaha adalah wirausaha bisnis/Business Entrepreneur,
yaitu wirausaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa serta
pemasarannya. Banyak orang yang bertanya apa bedanya pengusaha biasa
dengan wirausahawan bisnis? padahal mereka melakukan hal yang sama,
yaitu menghasilkan barang dan jasa serta memasarkannya. Adapun
perbedaannya yaitu sebagai berikut:
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 20
Tabel 1.1 Perbedaan antara Pengusaha Biasa dengan Wirausaha Bisnis
Pengusaha Biasa Wirausahawan Bisnis
Memiliki sebuah usaha Memiliki banyak usaha Biasanya bermain aman Tegas dan ambisius Biasanya berorientasi laba Berorientasi pelanggan Mendapatkan usaha dari membeli, donasi, atau warisan
Mencipta idenya sendiri dan mengubahnya menjadi bisnis
Umumnya mengikuti pola yang sudah umum
Seorang inovator
Bekerja untuk perusahaan Perusahaan bekerja untuknya Biasanya merekrut orang untuk turut andil dalam menghasilkan laba
Merekrut orang untuk membuat hidup mereka lebih baik
Sumber: Andriani (2016)
Creative entrepreneur adalah orang yang bergerak di bidang usaha
menciptakan atau memanfaatkan pengetahuan dan informasi. Contohnya
adalah orang yang bergerak di bidang pembuatan film, iklan, video game,
penerbitan buku, musik, dan sebagainya. Dalam semua bidang tersebut, yang
menjadi modal utamanya adalah kreativitas dalam mencipta suuatu produk.
Setiap produk yang dihasilkan oleh creative entrepreneur merupakan produk
yang unik dan karena itu memiliki perjalanan hidupnya masing-masing. Difinisi
lain tentang creative entrepreneur yaitu dari seorang konsultan kebijakan,
Howkins (2010) sebagai orang yang menggunakan kreativitas untuk
memunculkan kekayaan di dalam diri mereka sendiri dibandingkan dengan
menggunakan modal eksternal.
Technopreneur adalah seorang wirausahawan yang menghasilkan
kekayaan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang pesat
berkembang. Membicarakan technopreneurship ini sangat menarik karena
banyak begitu banyak inovasi teknologi informasi, seperti Google maupun
Apple yang tumbuh menjadi sangat besar. Seorang technopreneur adalah
seorang yang berusaha memberikan layanan yang memberikan nilai tambah,
rasa gembira, atau ketagihan kepada mereka yang menikmati produknya.
Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja
keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social
entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat. Social entrepreneur adalah seorang wirausahawan yang
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 21
bergerak di bidang usaha perbaikan kondisi-sosial, lingkungan, pendidikan,
dan ekonomi masyarakatnya. Social entrepreneur adalah seorang yang
menjalankan usahanya menciptakan perbaikan social melalui pasar.
Pengertian sederhana dari social entrepreneur adalah seseorang yang
mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan
entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change),
terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan
(healthcare).
Kewirausahaan sosial diawali dengan keprihatinan terhadap keadaan
sosial yang berujung menjadi sebuah model bisnis baru. Kewirausahaan
sosial merupakan kombinasi dari semangat besar dalam misi sosial dengan
disiplin, inovasi dan keteguhan seperti yang lazim ditemukan di dunia bisnis.
Dapat dikatakan kewirausahaan sosial menggunakan sikap mental wirausaha
demi tujuan-tujuan sosial. Kewirausahaan sosial merupakan solusi alternatif
yang kreatif karena tidak hanya berorientasi pada keuntungan belaka akan
tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Melalui kewirausahaan sosial, masalah
ekonomi Indonesia dapat sedikit teratasi. Karena dengan ini, masyarakat
akan terlibat langsung dalam menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya akan
dikembalikan lagi ke masyarakat untuk dikembangkan. Tujuan jangka
panjangnya, kewirausahaan sosial dapat membantu masyarakat menjadi
lebih mandiri dalam hal finansial dan tidak selalu menggantungkan pada
kebijakan pemerintah yang cenderung hanya sebagai pemanis buatan
(sementara), seperti subsidi dan bantuan langsung tunai, Sakwati (2011).
Selanjutnya wirausaha dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori:
! Berdasarkan profilnya dalam masyarakat, Zimmers & Scarborough (2008):
a. Women Entrepreneur ialah perempuan pengusaha, perempuan yang
terjun di dunia wirausaha dalam skala kecil maupun skala besar. Banyak
wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasannya mereka menekuni
bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin
memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah
tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.
b. Monority Entrepreneur ialah pengusaha minoritas, penghubung dengan
pemilik minoritas sesama pengusaha kecil, sering
mendiskusikan tantangan dan sarana pertukaran bisnis. Kaum minoritas
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 22
terutama di negeri kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di
lapangan pemerintah sebagaimana layaknya warga negara pada
umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis
dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah
tertentu yang menjadi minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat
mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin
maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.
c. Migrant Entrepreneur ialah pengusaha imigran, orang yang pindah dari
negaranya ke negara lain untuk mengembangkan usahanya.
d. Part Time Entrepreneur ialah pengusaha paruh waktu, orang yang
menjalankan usahanya secara separuh waktu dikarenakan adanya jadwal
kegiatan yang padat. Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah
biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu,
mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal
yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi
perdagangan tingkat menengah.
e. Home Based Entrepreneur. Pengusaha berbasis rumah sebagai tempat
untuk menjalankan suatu usaha. Ibu-ibu rumah tangga memulai kegiatan
bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue
dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar
tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju.
Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak.
Kemudian usaha catering ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.
f. Family Owned Business ialah dimana satu atau lebih anggota dari satu
atau lebih keluarga memiliki kepemilikan komitmen yang signifikan
terhadap keseluruhan bisnis. Sebuah keluarga dapat membuka berbagai
jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih
dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan
dikelola oleh ibu. Kedua perusahan ini maju dan membuka beberapa
cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.
Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak
mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka
kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 23
g. Copreneurs ialah pasangan yang terjun ke dalam bisnis dan memiliki
hubungan pribadi. Copreneur dibuat dengan cara menciptakan
pembagian pekerjaan berdasarkan keahlian masing-masing orang.
Orang- orang yang ahli diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi
tertentu dalam bisnis yang sudah ada. Copreneurs antrepreneurial
complecs who work together as co-owners their businesses, Zimmerer &
Scarborough, (1996). Copreneurs ini berbeda dengan usaha famili yang
disebut sebagai usaha Mom & Pop (“Pop as “boss” and Mom as
“subordinate”)
Berdasarkan tingkat kebebasan, Raymond Kao-Russel Knight (1987)
memberikan definisi tentang wirausaha dengan menekankan pada aspek
keberhasilan berusaha yang dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur
is an independent growth oriented owner-operator. Berdasarkan hal tersebut
istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang karena
mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Aspek umum yang
terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu adanya unsur resiko,
kreatifitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan. Kebebasan dalam bekerja
adalah nilai lebih bagi seorang entrepreneur. Pada dasarnya, orang yang
mempunyai jiwa kepemimpinan ataupun orang yang memiliki inisiatif, akan
lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan
segala inovasi dan kreativitasnya. Kebebasan dalam bekerja merupakan
sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya
sendiri dan tidak berkomitmen untuk majikan pada jangka panjang tertentu.
Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau
berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup
untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu ke depan
(Raymond Kao & Russell Knight, 1987).
Berbagai bentuk kebebasan banyak muncul dari definisi tersebut.
Raymond melihat adanya suatu rentang spektrum dari aspek kebebasan
yang bergerak dari pengusaha perseorangan yang bebas murni sampai
kepada seorang manajer dalam perusahaan milik orang lain. Wirausaha
tidak membentuk suatu stereotipe sendiri tetapi ada banyak bentuk dan
tipe wirausaha. Salah satu bentuknya adalah wirausaha waralaba (franchise
entrepreneur) yang terletak pada titik tengah spektrum di atas. Seorang
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 24
pewaralaba adalah memiliki usaha yang independent akan ia tergantung
pada ikatan kontrak kerjasama resmi dan tunduk pada pengusaha pemberi
hak waralaba (franchisor). Demikian halnya seorang distributor yang harus
tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh produsen pembuat produk
tertentu. Juga pengusaha yang melakukan perkongsian bagi hasil mereka
juga sedikit mengorbankan independensinya. Sebuah perusahaan yang dibeli
oleh pihak lain tetapi pemiliknya masih tetap tinggal dalam perusahaan
tersebut sebagai general manajer dia juga tidak bebas. Manager sebuah
divisi pada suatu perusahaan bebas lakukan kegiatan dalam lingkup divisinya
akan tetapi harus tunduk pada aturan-aturan umum perusahaan.
Selanjutnya diungkapkan pula 3 tipe utama dari wirausaha yaitu:
1. Wirausaha Ahli (Craftman) atau seorang penemu memiliki suatu ide yang
ingin mengembangkan proses produksi system produksi, dan
sebagainya. Dia cendrung bergerak dalam bidang penelitian membuat
model percobaan laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi
idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak
pada bidang teknis produksi dibandingkan pengetahuan di bidang
pengawasan, finance dan sebagainya. Misalnya seorang tukang
mendirikan sebuah perusahaan kontruksi seorang sopir truk membuka
perusahaan pengangkutan, seorang dokter membuka sebuah
perusahaan klinik kesehatan. Sebagian besar wirausaha berasal dari tipe-
tipe individu seperti ini.
2. The Promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar
belakang pekerjaan sebagain seles atau bidang marketing yang
kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampialan yang
sudah ia miliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk
mengembangkan perusahaan yang baru ia rintis.
3. General Manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses
bekerja pada sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang
produksi, permasalahan, permodalan dan pengawasan). Manager sebuah
divisi pada suatu perusahaan bebas melakukan kegiatan dalam
melakukan definisinya akan tetapi dia harus tunduk kepada aturan-aturan
umum perusahaan. Sebagai kesimpulan Raymond Kao menyatakan
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 25
bahwa adalah sulit untuk menggambarkan secara pasti pengertian
wirausaha untuk tujuan akademis.
! Berdasarkan jenis dan fungsi tanggung jawabnya (Justin, Carlos dan
William)
1. Founders (Pendiri Perusahaan)
Umumnya founders dipertimbangkan sebagai wirausaha murni. Pendiri
perusahaan mungkin seorang investor yang memulai bisnis berdasarkan
barang atau jasa yang baru atau yang sudah diimprovisasi. Mereka
mungkin juga seorang pekerja tangan yang mengembangkan
keahliannya dan kemudian memulai perusahannya sendiri. Ketika
bertindak sendiri atau bagian dari suatu group pendiri perusahaan
membawa perusahaan menjadi nyata dengan melakukan survei pasar,
mencari dana dan memberikan fasilitas yang diperlukan.
2. General Manajer
Dalam kondisi tertentu setelah pendirian suatu perusahaan baru mungkin
perusahaan tersebut dibeli atau didanai oleh pihak kedua atau wirausaha
lain yang bertindak sebagai administrator bisnis. Jadi kita mengakui
wirausaha lain yang disebut general manajer sebagai seorang yang
mengepalai operasi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
3. Franchise
Franchise berfungsi sebagai wirausaha yang terbatas. Kekuasaan
seorang wirausaha waralaba dibatasi dengan hubungan kontrak kerja
dengan franchisor.
! Berdasarkan latar belakang dan gaya manajemen, Norman R Smith
(2012).
1. Wirausaha Artisan
Seseorang yang memulai bisnisnya hanya berdasarkan keahlian teknis
yang dimilikinya digolongkan sebagai wirausaha artisan. Seorang ahli
mekanik yang memulai usaha bengkel di garasi rumahnya adalah contoh
wirausaha artisan. Pendekatan manajemen wirausaha artisan
biasanya lebih bersifat kekeluargaan dan paternalistik sehingga
cenderung enggan mendelegasikan kewenangannya, mereka membatasi
strategi pemasaran pada komponen harga secara tradisional, kualitas
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 26
dan reputasi perusahaan, orientasi waktu mereka singkat, dengan
sedikit perencanaan atau pertumbuhan di masa mendatang.
2. Wirausaha Oportunitis
Selain berbekal keahlian/pendidikan teknis wirausaha oportunitis juga
membekali diri dengan pengetahuan- pengetahuan non teknis seperti
ekonomi, hukum, bahasa dan lain sebagainya. Berbeda dengan
wirausaha artisan, wirausaha oportunitis menghindari sistem paternalistik
dengan lebih banyak mendelegasikan kewenangan yang diperlukan bagi
pertumbuhan perusahaan, menggunakan berbagai strategi pendekatan
dalam pemasaran, mendapatkan permodalan lebih dari dua sumber
dan merencanakan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
1.5 Tantangan Berwirausaha
Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk,
proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali
perubahan. Mengubah tantangan menjadi peluang. Menciptakan permintaan
melalui penemuan baru (market driven). Menurut Zimmerer, ide-ide yang
berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Dalam mengevaluasi ide, wirausaha perlu mengidentifikasi
dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi dengan cara:
1) Pengurangan resiko melalui strategi yang proaktif
2) Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin
3) Pengelolaan resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha adalah sebagai berikut :
1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan
melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru,
melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis
usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri /
manufaktur / produksi atau jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”, tahap
ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan,
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 27
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko
dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil
yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh
tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan
maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Seseorang yang berminat untuk berwirausaha karena adanya imbalan
yang kuat. Beberapa orang mungkin lebih tertarik pada satu jenis imbalan
tertentu daripada sebagian yang lain yang lebih tertarik pada kepuasan yang
mungkin didapat dengan berusaha. Imbalan berusaha diperoleh sebagai
balasan dan berbagai tantangan yang dihadapi orang yang memulai dan
mengoprasikan bisnisnya merupakan imbalan kerja keras menyita banyak
waktu dan membutuhkan tenaga serta pikiran. Setiap orang yang tertarik
untuk berwirausaha, karena adanya imbalan yang kuat. Beberapa orang
mungkin lebih tertarik pada satu jenis imbalan tertentu daripada sebagian
yang lain yang lebih tertarik pada kepuasan yang mungkin didapat
dengan berusaha. Imbalan berusaha diperoleh sebagai balasan dan
berbagai tantangan yang dihadapi orang yang memulai dan mengoprasikan
bisnisnya merupakan imbalan kerja keras menyita banyak waktu dan
membutuhkan tenaga serta pikiran.
Wirausaha mengalami berbagai tekanan pribadi yang mungkin
tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan waktu,
tenaga dan fikiran lebih banyak. Kemungkinan gagal dalam bisnis dan tidak
adanya jaminan untuk berhasil selalu ada yang mengakibatkan tidak
seorangpun menginginkan kegagalan akan tetapi seorang wirausaha harus
siap menerima berbagai resiko yang berhubungan dengan kegagalan
bisnis.
Ketika memutuskan untuk memilih menjadi seorang wirausaha akan
dipertimbangkan sisi positif negatifnya. Tantangan berupa kerja keras,
tekanan emosional dan resiko ketidakpastian memerlukan komitmen dan
pengorbanan tinggi jika kita mengharapkan dapat mengambil imbalan dari
usaha/bisnis yang dilakukan.
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 28
Imbalan Kewirausahaan
Kebebasan Bebas dari
pengawasan dan aturan birokrasi
!
Laba Bebas dari
batasan gaji standar
!
Kepuasan Kepuasan
menjalani hidup dari kebebasan!
Gambar 1.1 Imbalan Wirausaha (Gunadhi, 2006)
Imbalan wirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori (gambar 1.1):
1. Imbalan berupa laba merupakan hasil finansial dari kegiatan bisnis
apapun yang harus dapat menggantikan kerugian curahan waktu dan
tenaga (ekuivalen dengan upah) dan dana yang
dikeluarkan/diinvestasikan (ekuivalen dengan tingkat bunga) sebelum
laba yang sebenarnya dapat direalisasikan. Dengan kata lain laba
juga diperoleh sebagai imbalanbagi resiko dan inisiatif yang
diambil dalam mengoperasionalkan bisnis, imbalan berupa laba bisa
jadi menjadi motivasi paling kuat bagi sebagian wirausaha. Orang yang
memiliki misi “memaksimalkan keuntungan dan memenuhi semua
kebutuhan hidup adalah wirausahan yang memiliki orientasi sangat besar
pada imbalan berupa laba. Walau demikian bagi sebagian wirausaha
lainnya laba dipandang sebagai salah satu cara untuk mempertahankan
nilai perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin mengambil keuntungan
yang pantas bagi dirinya sendiri atau sebagian lainnya lebih suka
membagi-bagikan keuntungan/ laba tersebut akan tetapi kebanyakan
wirausaha puas dengan laba yang pantas karena memang laba
diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik
berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan
pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 29
minatnya untuk berwirausaha (Suhartini, 2011). Dalam bisnis,
pendapatan adalah jumlah uang yang diterima perusaha-an dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada
pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding
keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah
dikurangi pengeluaran. Ekspektasi akan pengha-silan yang lebih baik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
menjadi wirausaha-wan atau tidak. Jika seseorang berharap
mendapatkan pendapatan lebih tinggi dengan menjadi wirausahawan, ia
akan semakin terdorong menjadi wirausahawan. pendapatan berpe-
ngaruh terhadap minat berwirausaha. Seseorang akan tertarik untuk men-
jadi wirausaha karena pendapatan yang diperolehnya jika sukses mele-
bihi karyawan. Seseorang dengan harapan pendapatan yang lebih tinggi
daripada bekerja menjadi karyawan menjadi daya tarik untuk menjadi
wirausaha.
2. Kebebasan untuk menjalankan perusahaan sesuai keinginan adalah
imbalan lain yang dapat diperoleh sebagai imbalan jasa. bagi seorang
wirausaha umumnya punya keinginan kuatuntuk menjadi “bos”
atas dirinya sendiri dan perusahaannya, bebas membuat keputusan,
bebas mengambil resiko dan memungut imbalan/laba. Seorang
wirausaha umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karier
kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusannya dengan
caranya sendiri, memungut labanya sendiri dan mengatur jadwalnya
sendiri. Tentunya kebebasan tersebut tidak menjamin kehidupan yang
mudah karena kebanyakan wirausaha mencurahkan waktu dan
tenaganya untuk bekerja keras demi kelangsungan usahanya.
3. Imbalan kepuasan menjalani hidup adalah kenikmatan yang diperoleh
demi kebebasan mereka dalam menjalankan bisnisnya. Kenikmatan
tersebut juga merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada
barang dan jasa perusahaanya. Bisnis-bisnis yang memenuhi gaya hidup
dan memberikan ketertarikan pada pola hidup tertentu pada pemiliknya
(lifestyle businesses) adalah contoh bisnis yang memberikan kepuasan
bagi pemiliknya. Misalnya orang yang sangat tertarik pada ikan hias
kemudian mendirikan usaha toko ikan hias. Sambil menjual pelaku
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 30
Innovation (Inovasi)
Triggering Event (Pemicu)
!
Implementation (Pelaksanaan)
!
Growth (Pertumbuhan)
!
wirausaha tersebut dapat ngobrol, berdiskusi atau bertukar pengalaman
dengan pelanggan tokonya sehingga iapun memperoleh kepuasan dari
usahanya tersebut. Kepuasan menjalani hidup juga dapat diperoleh
dari kenikmatannya karena berhasil membantu orang-orang
disekelilingnya dengan membuka lapangan pekerjaan dan memberikan
upah yang layak bagi pegawai-pegawainya sehingga pelaku wirausaha
merasa menjadi orang yang lebih berguna dalam kehidupannya.
1.5 Model Proses Kewirausahaan
Terdapat empat langkah dalam model proses kewirausahaan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam maupun luar diri
pribadi pelaku wirausaha. Apabila seseorang mempunyai keinginan untuk
membuka usaha baru maka ia akan mencari faktor-faktor apa saja yang
sekiranya dapat menguntungkan. Menurut Bygrave proses inovasi menjadi
langkah awal kegiatan wirausaha. Inovasi dapat dipicu oleh faktor personal
seperti dorongan berprestasi, rasa penasaran, faktor pendidikan dan
pengalaman, kesiapan mental untuk menanggung resiko dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mendorong inovasi
antara lain adalah adanya peluang usaha yang muncul.
Gambar 1.2 Model Proses Kewirausahaan (Bygrave, 2010)
Model proses perintis dan pengembangan kewirausahaan digambarkan
oleh Bygrave dalam langkah-langkah pada Gambar 1.2. Di mana proses
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 31
P
Proses Imitasi dan Duplikasi
!
Proses Inovasi
pemicu yang dapat memaksa seseorang terjun ke dunia usaha antara lain
faktor internal seperti ketidakpuasan pada pekerjaan yang ditekuni
sekarang. Adanya PHK dan tidak adanya pekerjaan lainnya, faktor usia dan
tanggung jawab keluarga. Faktor eksternal yang dapat mendorong antara lain
persaingan dalam kehidupan, adanya sumber-sumber yang dapat
dimanfaatkan, kebijakan pemerintah yang membuat kemudahan dan
dukungan usaha misalnya fasilitas kredit dan bimbingan usaha dari
pemerintah.
Dalam proses pelaksanaan, faktor personal pelaku wirausaha sangat
memegang peranan penting. Kesiapan mental secara total untuk melakukan
usaha, komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi guna mencapai
keberhasilan usaha serta adanya pembantu utama dalam menjalankan usaha
adalah faktor yang mendorong pelaksanaan usaha. Proses pertumbuhan
usaha sangat dipengaruhi oleh faktor organisasi/team work yang dibentuk
untuk menjalankan sebuah usaha. Adanya tim yang kompak dalam
menjalankan usaha memungkinkan semua rencana dan pelaksanaan
operasional usaha berjalan dengan lancar. Tim yang kompak juga akan
melahirkan strategi yang handal. Adanya struktur dan budaya organisasi
yang mantap mendorong terciptanya tanggung jawab seluruh karyawan
perusahaan untuk mendukung perkembangan usaha. Kualitas produk
yang dapat dibanggakan, lokasi usaha yang strategis menjadi faktor
pendukung. Menurut Suryana proses kewirausahaan dapat terjadi seperti
pada berikut ini:
Gambar 1.3 Proses Kewirausahaan (Suryana)
Suryana (2003) menguraikan model proses kewirausahaan dengan
tahapan yang sedikit berbeda dengan apa yang diuraikan oleh Bygrave. Di
samping faktor manajerial dalam perusahaan perkembangan usaha juga
dipengaruhi faktor eksternal seperti adanya konsumen dan pemasok bahan
baku yang kontinu, adanya investor yang memperbesar modal dan adanya
GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk
!
! 32
kebijakan di bidang ekonomi yang menguntungkan dunia usaha. Proses
inovasi yang menjadi inti kegiatan kewirausahaan dapat diawali dan sebuah
proses imitasi dan duplikasi. Ketika ada suatu produk baru yang sangat
digemari oleh konsumen biasanya tak lama kemudian akan bermunculan
produk- produk sejenis dari