Upload
nurul-trinanda-rizal
View
189
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kota padang 2012
Citation preview
xv
Kota Padang adalah
salah satu Kota tertua di pantai
barat Sumatera di Lautan
Hindia.Menurut sumber sejarah
pada awalnya (sebelum abad ke-17)
Kota Padang dihuni oleh
paranelayan, petani garam dan
pedagang. Ketika itu Padang belum
begitu penting karena arusperdagangan orang Minang mengarah ke pantai timur melalui sungai-
sungai besar. Namun sejakSelat Malaka tidak lagi aman dari persaingan dagang yang keras oleh
bangsa asing sertabanyaknya peperangan dan pembajakan, maka arus perdagangan berpindah ke
pantai barat Pulau Sumatera.
Suku Aceh adalah kelompok pertama yang datang setelah Malaka ditaklukkan
olehPortugis pada akhir abad ke XVI. Sejak saat itu Pantai Tiku, Pariaman dan Inderapura yang
dikuasai oleh raja-raja muda wakil Pagaruyung berubah menjadi pelabuhan-pelabuhan penting
karena posisinya dekat dengan sumber-sumber komoditi seperti lada, cengkeh, pala dan emas.
Kemudian Belanda datang mengincar Padang karena muaranya yang bagus dan cukup
besar serta udaranya yang nyaman dan berhasil menguasainya pada Tahun 1660 melalui
perjanjian dengan raja-raja muda wakil dari Pagaruyung. Tahun 1667 membuat Loji yang
berfungsi sebagai gudang sekaligus tangsi dan daerah sekitarnya dikuasai pula demi alasan
keamanan.
Akhirnya pada Tanggal 20 Mei 1784 Belanda menetapkan Padang sebagai pusat
kedudukan dan perdagangannya di Sumatera Barat. Kota Padang menjadi lebih ramai setelah
adanya Pelabuhan Teluk Bayur, Semen dan Tambang Batubara (di Sawahlunto), serta Jalur
Kereta Api. Namun yang menjadi hari Jadi Kota Padang adalah Tanggal 7 Agustus, karena pada
Tanggal 7 Agustus 1669 terjadi penyerbuan besar-besaran terhadap
xvi
+
Loji Belanda di Kepalo Koto Batang Arau yang dilandasi oleh semangat patriotisme dan rasa
cinta tanah air dalam mengusir penjajah dari bumi Nusantara.
Pada awalnya luas Kota Padang adalah 33 Km2, yang terdiri dari 3 Kecamatan dan 13
buah Kampung, yaitu Kecamatan Padang Barat, Padang Selatan dan Padang Timur. Dengan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tanggal
21 Maret 1980 wilayah Kota Padang menjadi 694,96 Km2, yang terdiri dari 11 Kecamatan dan
193 Kelurahan. Dengan dicanangkannya pelaksanaan otonomi daerah sejak Tanggal 1 Januari
2001, maka wilayah administratif Kota Padang dibagi dalam 11 Kecamatan dan 103 Kelurahan.
Dengan Keluarnya Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Pembentukan
organisasi Kelurahan Maka jumlah Kelurahan di Kota Padang menjadi 104 Kelurahan.
Pasa Batipuh
1.1 LUAS DAN BATAS WILAYAH KOTA
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional telah ditetapkan Kota Padang sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Berdasarkan PP
No 17 tahun 1980, luas wilayah Kota Padang secara
administratif adalah 165,35 Km. Menurut Perda No.
10 Tahun 2005 tentang luas Kota Padang diketahui
terjadi penambahan luas administrasi menjadi
1.414,96 Km2, dimana penambahan wilayah
lautan/perairan seluas 720,00 km2. Secara geografis,
Kota Padang berada di antara 00o o o
dan 100o
Kota Padang yang membujur dari Utara ke Selatan memiliki pantai sepanjang 68,126 km
dan terdapat deretan Bukit Barisan, dengan panjang daerah bukit (termasuk sungai) 486,209 Km2.
Perpaduan kedua letak tersebut menjadikan Kota Padang memiliki alam yang sangat indah dan
menarik. Batas-batas wilayah Kota Padang sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan Sebelah Timur : Kabupaten Solok Sebelah Barat : Samudera Hindia
Di samping memiliki wilayah daratan, Kota Padang juga memiliki wilayah perairan yang
dihiasi oleh 19 pulau kecil yang masuk dalam wilayah administrasi Kota Padang. Kesembilan
belas (19) pulau tersebut tersebar pada kecamatan di Kota Padang. Dari 19 buah pulau kecil
tersebut, terdapat 2 pulau yang telah dikelola dengan baik untuk pariwisata, seperti Pulau Sikuai
dan Pulau Pasumpahan.
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2012
Tabel 1.2
Kondisi Geografi Kota Padang
No Uraian Data
1 Letak Wilayah 1
100
2 Luas Wilayah Darat 694.96 Km2 (efektif =205 Km2 atau 29 %
3 Luas Wilayah laut 720 Km
4 Panjang Pantai 68.126 Km (di luar pulau-pulau kecil)
5 Temperatur 22,2 C 32,7 C
6 Curah Hujan 336,25 mm / bulan
7 Jumlah sungai 5 buah sungai besar dan 16 buah sungai kecil
8 Jumlah Pulau 19 buah
Sumber : BMKG, Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumbar
1.2. IKLIM, TOPOGRAFI DAN GEOLOGI
1.2.1 Iklim
Kota Padang mempunyai iklim tropis dimana hujan turun hampir sepanjang
tahun. Tingkat curah hujan di Kota Padang mencapai rata-rata 336,25 mm per bulan
dengan rata-rata hari hujan 16 hari per bulan pada tahun 2012. Tingkat curah hujan
tertinggi terjadi pada Bulan Maret sebesar 585,4 mm dan sering terjadi hujan sepanjang
bulan, yakni dengan banyaknya hari hujan terjadi selama 16 hari sedangkan terendah
terjadi pada Bulan Juli sebesar 194,9 mm yang terjadi hujan selama 16 hari. Hari hujan
terlama/sering terjadi hujan sepanjang bulan adalah pada Bulan November, yakni selama
27 hari dengan curah hujan sebesar 575 mm dan hari hujan tersingkat/jarang terjadi hujan
yakni pada Bulan Januari, Mei dan Juni yang hanya terjadi selama 10 hari dengan curah
hujan masing-masing sebesar 216 mm, 214,9 mm dan 244,9 mm.
Gambar 1.2 Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan Kota Padang
Tahun 2012
Gambar 1.3 Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan Kota Padang
Tahun 2012
Tabel 1.3 Kondisi Temperatur dan Kelembaban Menurut Bulan
di Kota Padang Tahun 2012
Bulan Suhu Udara (0C) Kelembaban
Rata-rata (%) Maksimum Minimum Rata-rata Januari 32.2 22.2 26.8 80 Februari 31.7 22.9 26.7 78 Maret 32.0 22.3 26.6 81 April 32.7 23.0 27.3 80 Mei 32.5 23.0 27.3 81 Juni 32.1 22.5 26.7 81 Juli 31.7 22.6 26.5 82 Agustus 30.2 22.6 25.9 85 September 30.4 22.6 26.0 86 Oktober 30.3 23.3 26.1 87 November 30.6 23.2 26.2 84 Desember 30.6 23.3 26.3 84
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Selama Tahun 2012 suhu udara Kota Padang terjadi cukup tinggi yaitu antara 22,2 oC s/d
32,7 oC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan April sebesar 32,7 oC dengan suhu minimum
sebesar 22,3 oC, hal ini menunjukkan bahwa sepanjang Bulan April suhu udara Kota Padang
sangat panas dengan rata-rata kelembaban 80%. Rata-rata kelembaban sepanjang Tahun 2012
berkisar antara 78% 87%.
Gambar 1.4
Kondisi Suhu Udara Kota Padang Tahun 2012
Gambar 1.5 Kelembaban Rata-Rata Kota Padang Sepanjang Tahun 2012
1.2.2 Topografi
Kota Padang memiliki topografi yang bervariasi terdiri dari perpaduan daratan yang
landai dan perbukitan bergelombang yang curam. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang
memiliki tingkat kelerengan lahan rata-rata > 40%.
Tabel 1.4
Topografi dan Ketinggian Wilayah Kota Padang Tahun 2012
No Kondisi Topografi Luas
Ha Persentase (%) I Kelerengan Lahan
0 2% Datar 16.379,82 23,57 3 15% Bergelombang 5.510,93 7,93 16 40% Curam 13.219,48 19,02
>40% Sangat Curam 34.385,77 49,48 Jumlah 69.496,00 100,00
II Ketinggian 0 25 m dpl 15.898,68 22,88 25 100 m dpl 6.479,39 9,32 100 500 m dpl 19.324,56 27,81 100 1.000 m dpl 15.787,23 22,72 >1.000 m dpl 12.006,13 17,28
Jumlah 69.496,00 100,00 Sumber : Hasil Perhitungan Aplikasi ArcGIS, Tahun 2011
Wilayah Kota Padang yang berada dipantai barat Pulau Sumatera mempunyai topografi
bervariasi perpaduan dataran rendah, perbukitan dan daerah aliran sungai. Bagian utara Kota
Padang merupakan daerah pantai, perbukitan dan sebagian daratan tinggi. Bagian barat Kota
Padang terdiri dari daratan rendah yang landai dengan ketinggian rata-rata 0 25 meter di atas
permukaan laut. Kearah timur dan selatan topografi wilayah Kota Padang merupakan daerah
perbukitan, bergelombang dan curam dengan ketinggian yang bervariasi, dimana yang tertinggi
mencapai 1.800 meter di atas permukaan laut pada kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten
Solok.
Tabel 1.5 Ketinggian Wilayah Daratan Kota Padang
Menurut Kecamatan
No Kecamatan Ketinggian (m) 1. Bungus Teluk Kabung 0 - 850 2. Lubuk Kilangan 25 - 1.853 3. Lubuk Begalung 8 - 400 4. Padang Selatan 0 - 322 5. Padang Timur 4 - 10 6. Padang Barat 0 - 8 7. Padang Utara 0 - 25 8. Nanggalo 3 - 8 9. Kuranji 8 - 1.000 10. Pauh 10 - 1.600 11. Koto Tangah 0 - 1.600
Kota Padang 0 - 1.853 Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Padang
Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut yang bervariasi merupakan
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung umumnya terdapat diwilayah
Timur Kota Padang. Wilayah yang mempunyai topografi relatif datar adalah Kecamatan Padang
Utara, Padang Barat, Padang Timur, Nanggalo, dan sebagian Kecamatan Kuranji, Pauh, Lubuk
Begalung, Lubuk Kilangan serta sebagian kecil Padang Selatan. Sedangkan wilayah perbukitan
terdapat di sebagian besar Wilayah Kecamatan Koto Tangah bagian timur, Kecamatan Pauh,
Lubuk Kilangan dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan
sungai terpanjang Batang Kandis yaitu sepanjang 20 km berada pada Kecamatan Koto Tangah.
Nama, panjang dan lokasi yang dilalui sungai pada Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 1.6 di
bawah ini.
Tabel 1.6 Sungai-sungai di Kota Padang
No Nama Sungai Panjang (Km) Lokasi (Kecamatan)
1 Batang Kuranji 17,00
Pauh Kuranji Nanggalo Padang Utara
2 Sungai Gayo 3,00 Pauh 3 Batang Guo 5,00 Kuranji 4 Batang Belimbing 5,00 Kuranji 5 Batang Pagang 11,00 Nanggalo
6 Sungai Banjir Kanal 5,50 Padang Timur Padang Utara 7 Batang Muar 0,40 Padang Utara 8 Sungai Koto 2,00 Padang Timur 9 Batang Arau 5,00 Padang Selatan 10 Batang Logam 15,00 Koto Tangah 11 Batang Kandis 20,00 Koto Tangah 12 Sungai Tarung 12,00 Koto Tangah 13 Sungai Padang Aru 5,00 Lubuk Kilangan 14 Sungai Padang Idas 4,50 Lubuk Kilangan 15 Batang Kampung Juar 2,50 Lubuk Begalung 16 Batang Aru 6,00 Lubuk Begalung 17 Batang Kayu Aro 5,00 Bungus Teluk Kabung 18 Sungai Timbulun 3,00 Bungus Teluk Kabung 19 Sungai Sarasah 2,00 Bungus Teluk Kabung 20 Sungai Pisang 3,00 Bungus Teluk Kabung 21 Bandar Jati 2,00 Bungus Teluk Kabung
Sumber : Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat
Berdasarkan atas kewenangan dalam hal pengelolaan perairan, Kota Padang memiliki
perairan seluas 72.000 Ha, termasuk di dalamnya 19 pulau-pulau kecil dan 13 pulau yang terletak
relatif dekat dengan daratan. Pemanfaatan pulau-pulau kecil ini belum optimal dan kondisi pulau
ini sebagian sudah mengalami abrasi akibat terumbu karang yang mengelilinginya telah rusak.
Kondisi pesisir pantai Kota Padang secara garis besar dapat dibedakan atas 2 kelompok,
yaitu :
1. Pesisir yang landai, yaitu di daerah Padang Sarai Batang Arau, dan Labuhan
Tarok - Teluk Kabung.
2. Pesisir yang curam dengan kawasan pesisir yang landai relatif sangat kecil antara
lain pada kawasan pesisir Batang Arau Labuhan Tarok, Teluk Kabung Sungai
Pisang Pantai Padang.
Secara administratif terdapat 6 (enam) kecamatan yang bersentuhan langsung dengan
pantai yaitu: Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Selatan,
Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
1.2.3 Geologi
Wilayah Kota Padang terbentuk oleh endapan permukaan, batuan vulkanik dan intrusi
serta batuan sedimen dan betamorf. Aliran yang tidak teruraikan (Qtau) mencakup seluruh
kawasan Bukit Barisan yang ada di wilayah Kota Padang dan sekitar kawasan Gunung Padang
serta Bukit Air Manis. Aluvium (Qal) yang menyebar dari utara ke selatan di seluruh dataran
rendah wilayah Kota Padang umumnya terdiri dari Lanau, Lempeng, Pasir Lempung, Lempeng
Pasiran, dan Bongkahan Batuan Andesit. Kipas Aluvium (Qf) terlihat pada singkapan di bagian
bawah lereng-lereng pegunungan dan perbukitan Bukit Barisan dan sebagian bersebelahan dengan
kipas aluvium setempat yang terdapat di Bukit Air Manis. Sebagian besar menutupi perbukitan di
sepanjang pantai bagian selatan wilayah Kota Padang mulai dari Telung Nibung hingga
keperbukitan Labuan Tarok Kecamatan Teluk Kabung.
Andesit dan Tufa (Qtta dan QTp) yang terlihat pada singkapan setempat di perbukitan
yang berdekatan dengan daerah Pengambiran dan Tarantang, Perbukitan sekitar Air Dingin yang
bersebelahan dengan batu gamping.
Kipas Alluvium (Qt) merupakan batuan terdiri dari rombakan batuan andesit berupa
bongkah-bongkah yang berasal dari gunung api strato, berwarna abu-abu kehitaman, keras,
komposisi mineral piroksen, homblende dan mineral hitam lainnya. Batuan ini tersebar di bagian
bawah lereng-lereng pegunungan dan perbukitan sekitar Bukit Nago dan Limau Manis.
Tufa Kristal (QTt) Merupakan tufa kristal yang mengeras yang terlihat pada singkapan
setempat di perbukitan Bukit Air Manis, Teluk Nibung dan Lubuk Begalung hingga ke perbukitan
di Kelurahan Labuhan Tarok.
Andesit (Qta) dan Tufa (QTp) merupakan batuan gunung berapi yang masih pasif
bewarna hitam keabu-abuan hingga putih, Andesit berselingan dengan tufa, terlihat pada
singkapan setempat di Pegambiran, Tarantang dan perbukitan Air Dingin yang bersebelahan
dengan batu gamping. Batu Gamping (PTIs) Berwarna putih hingga ke abu-abuan, terlihat pada
singkapan di Indarung, sekitar Bukit Karang Putih.
Fillit berwarna hitam hingga abu kemerahan, Batu Pasir berwarna abu-abu kehijauan
mengandung klorit keras dan berbutir halus, Batu Lanau bewarna hijau kehitaman dan Meta
(PTps). Batuan ini terlihat pada singkapan Koto lalang (jalan ke arah Solok). Umumnya
mendasari bukit-bukit dan pegunungan yang landai.
Tabel 1.7 Jenis Batuan Geologi yang Terdapat di Kota Padang
No Jenis Batuan (Litologi) Luas (Ha) Persentase
(%) 1 Aluvium 21.566,89 31,03
2 Batuan Gunung Api 34.972,34 50,32
3 Batuan Intrusi 1.337,81 1,93
4 Batuan Metamorf 1.189,56 1,71
5 Batu Kapur 1.158,56 1,67
6 Formasi Palepat 0,01 0,00
7 Formasi Painan 9.270,83 13,34
Jumlah 69.496,00 100,00 Sumber : Hasil Perhitungan Aplikasi ArcGIS, Tahun 2011
Wilayah Kota Padang terdiri dari 7 jenis tanah yang tersebar di seluruh wilayah, yaitu:
Aluvial, Andosol (humus), Komplek Podsolik Merah Kuning Latosol dan Litosol, Latosol,
Latosol dan Podsolik Merah Kuning, Organosol dan Glei Humus (humus pemukaan bagian
bawah) dan Regosol (batuan melapuk bagian atas).
Dari semua jenis tanah tersebut, yang terluas adalah jenis tanah Latosol mencapai
46,70%. Secara rinci jenis tanah di wilayah Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.8 Jenis Tanah di Kota Padang
No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1 Aluvial 15.948,07 22,95%
2 Andosol 5.623,77 8,09%
3 Komplek Podsolik Merah Kuning Latosol dan Litosol 10.794,68 15,53%
4 Latosol 32.453,15 46,70%
5 Latosol dan Podsolik Merah Kuning 3.027,21 4,36%
6 Organosol dan Glei Humus 688,30 0,99%
7 Regosol 960,81 1,38%
Kota Padang 69.496,00 100,00% Sumber : Hasil Perhitungan Aplikasi ArcGIS, Tahun 2011
1.3 TATA PENGGUNAAN LAHAN
Karena letak Kota Padang yang berada di antara pertemuan dua lempeng Esia dan
lempeng Eurasia bisa menimbulkan gempa besar dan dapat diikuti oleh tsunami, seperti yang
terjadi pada saat gempa tanggal 30 September 2009 yang lalu. Akibat dari kejadian tersebut
penggunaan lahan di Kota Padang terjadi sedikit pergeseran yakni dari lahan pertanian ke
perkantoran dan perumahan masyarakat yaitu dari zona merah (tepi pantai) ke zona hijau (daerah
by pass) dimana masih banyaknya masyarakat Kota Padang yang bermukim di zona merah.
Perpindahan yang dilakukan ini untuk meminimalisir dampak yang akan timbul dari bahaya
gempa dan tsunami yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Dampak dari perubahan Rencana Tata Ruang dan Wilayah ini akan mengurangi
penggunaan lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan berbagai fasilitas pelayanan
perkantoran. Tetapi sepanjang lahan pertanian itu masih produktif akan tetap dijadikan sebagai
lahan pertanian seperti di Kecamatan Bungus, Koto Tangah, Kuranji dan Pauh yang memiliki
tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sedangkan tanah yang tak produktif akan dialih fungsikan.
Tabel 1.9 Tata Penggunaan Lahan di Kota Padang
Tahun 2010 s/d 2012
No Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
2010 2011 2012 2011 (%) 2012 (%)
1 Tanah Perumahan 7.123,23 6.696,27 6.907,62 9,63 9,94
2 Tanah Perusahaan 254,26 261,06 261,06 0,38 0,38
3 Tanah Industri (Termasuk PT. Semen Padang)
702,25 702,25 702,25 1,01 1,01
4 Tanah Jasa 715,32 715,32 715,32 1,03 1,03
5 Sawah Berigasi Teknis 4.934,00 4.934,00 4.934,00 7,10 7,10
6 Sawah non Irigasi 173,94 124,74 80,25 0,17 0,12
7 Ladang/Tegalan 952,75 952,75 942,23 1,37 1,36
8 Perkebunan Rakyat 2.147,50 2.147,50 2.147,50 3,09 3,09
9 Kebun Campuran 13.044,98 13.829,40 13.711,02 19,90 19,73
10 Kebun Sayuran 1.343,00 1.343,00 1.343,00 1,93 1,93
11 Peternakan 26,83 26,83 26,83 0,04 0,04
12 Kolam Ikan 100,80 100,80 100,80 0,15 0,15
13 Danau Buatan 2,25 2,25 2,25 0,00 0,00
14 Tanah Kosong 27,86 27,86 15,26 0,04 0,02
15 Tanah Kota 16,00 16,00 16,00 0,02 0,02
16 Semak 1.848,07 1.533,32 1.508,98 2,21 2,17
17 Rawa 120,00 120,00 120,00 0,17 0,17
18 Jalan Arteri dan Jalan Kolektor
135,00 135,00 135,00 0,19 0,19
19 Hutan Lebat 35.448,00 35.448,00 35.448,00 51,01 51,01
20 Sungai dan Lain-lain 379,45 379,45 379,45 0,55 0,55
T o t a l 69.496,00 69.496,00 69.496,00 100 100
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Padang Tahun 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi beberapa peningkatan, penurunan dan
kesamaan terhadap penggunaan lahan di Kota Padang dari tahun 2011 ke tahun 2012.
Peningkatan terjadi pada jenis penggunaan lahan tanah perumahan. Peningkatannya sebesar
211,35 Ha, dimana pada tahun 2011 luas tanah perumahan sebesar 6.696,27 Ha naik menjadi
6.907,62 Ha atau sekitar 9,94 % dari total luas penggunaan lahan di Kota Padang secara
keseluruhan. Peningkatan ini terjadi akibat meningkatnya permintaan terhadap perumahan yang
terjadi di Kota Padang. Hal ini juga mengakibatkan penurunan terhadap jenis penggunaan lahan
lainnya.
Penurunan penggunaan lahan di Kota Padang terjadi pada jenis penggunaan sawah non
irigasi, ladang/tegalan, kebun campuran, tanah kosong dan semak. Penggunaan lahan untuk sawah
non irigasi turun sebesar 44,49 Ha, ladang/tegalan turun sebesar 10,52 Ha, kebun campuran turun
sebesar 118,38 Ha, tanah kosong turun sebesar 112,60 Ha dan semak turun sebesar 24,34 Ha dari
tahun 2011 ke tahun 2012.
Sementara itu beberapa jenis penggunaan lahan yang tidak terjadi perubahan dari tahun
2011 ke tahun 2012 adalah untuk tanah perusahaan, tanah industri, tanah jasa, sawah berigasi
teknis, perkebunan rakyat, kebun sayuran, peternakan, kolam ikan, danau buatan, tanah kota,
rawa, jalan arteri, hutan lebat, sungai dan lain-lain. Sawah yang beririgasi teknis tidak mengalami
perubahan yakni seluas 4.934 Ha, hal ini sejalan dengan kebijakan yang tetap dipertahankan oleh
Pemko Padang yakni tidak dibolehkan pengalihan fungsi atas lahan pertanian yang produktif
dengan arti kata lahan pertanian tersebut tetap dipertahankan untuk menunjang ketahanan pangan
daerah. Penggunaan lahan sebagai hutan lebat di Kota Padang masih dominan dan luasnya masih
sama/tidak berubah dengan tahun sebelumnya yakni seluas 35.448 Ha. Hal ini menandakan belum
adanya hak penguasaan atas hutan lebat atau hutan lindung yang terdapat di Kota Padang.
1.4 DAERAH RAWAN BENCANA
Secara geografis wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia/Benua Asia, lempeng
Indo-Australia/Benua Australia, dan lempeng Hindia dan Pasifik/Samudera Hindia dan Pasifik.
Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang
dari Pulau Sumatera Jawa Nusa Tenggara Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan daratan rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut
sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia. Sewaktu-waktu lempeng tersebut akan bergeser
patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat
menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif
ring of fire (cincin api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin
api pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan
dengan lempeng Amerika Selatan.
Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, diantaranya
hampir 70 buah masih aktif. Zone kegempaan dan gunung api aktif circum Pasifik amat terkenal,
karena setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa
manusia amat banyak.
Kota Padang sangat rentan dengan bencana alam baik gempa bumi, air pasang, longsor
dan banjir serta kemungkinan gempa dan tsunami. Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam
(natural disaster) atau oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan bencana antara lain :
1. Gempa bumi dan tsunami 2. Erosi pantai 3. Letusan Gunung Api 4. Longsor Lahan 5. Banjir 6. Kebakaran
1.4.1 Gempa Bumi dan Tsunami
Kota Padang yang terletak pada pesisir pantai Pulau Sumatera sehingga rawan sekali
terhadap gempa. Apalagi adanya pertemuan lempeng antara India dan Australia yang menyusup
dibawah lempeng Aurasia membentuk zona Banioff yang secara terus menerus bergerak secara
aktif kearah barat timur sehingga bisa menimbulkan gempa yang sangat kuat dan diikuti
tsunami.
1.4.2 Erosi Pantai Karena Kota Padang terletak dibagian pantai barat pulau Sumatera bagian Barat dan
berhubungan langsung dengan laut Hindia sehingga ombaknya agak besar. Erosi pantai/abrasi
merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada pantai sehingga luas
daerah pantai menjadi berkurang.
Pada umumnya proses interaksi antara perairan pantai dengan laut lepas lebih banyak
ditemui pada pantai di kota Padang karena pantai-pantai tersebut banyak berhubungan dengan
lautan, terkecuali pantai Bungus, karena pantai ini terletak pada daerah teluk, maka kecepatan
arus sepanjang pantainya cenderung rendah. Pada umumnya pantai yang ada di Kota Padang
adalah pantai pasir yang terdiri dari kawasan dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling
keras dari sisa-sisa pelapukan lahan atas (upland). Seperti daerah pantai di sekitar Kampus
Universitas Bung Hatta, sisa-sia terumbu karang yang dominan. Ekosistemnya pun termasuk
terumbu karang yang dari segi tipenya termasuk kepada jenis terumbu karang tepi (friding reef).
1.4.3 Longsoran tanah Kota Padang yang juga terletak dekat Bukit Barisan sehingga memiliki tingkat bahaya
longsoran lahan yang sedang dan tinggi.Tingkat bahaya longsoran lahan yang rendah umumnya
terdapat didaerah alluivial pantai dengan lereng 0-8%, sedangkan tingkat bahaya longsoran lahan
sedang terdapat pada daerah lereng kaki pegunungan, kompleks perbukitan vulkanik, dan
pegunungan vulkanik.
Faktor yang mempengaruhi tingkat longsoran lahan di daerah Kota Padang adalah
karakteristik lahannya berupa kemiringan lereng yang umumnya berkisar 23-99%. kecuali untuk
daerah Sungai Sapih, Air Dingin, dan Bukit Lantiak.
Struktur batuan wilayah Kota Padang umumnya miring, kecuali di daerah Kuranji yang
mempunyai struktur masif sehingga akan mempermudah terbentuknya bidang gelincir.
Kedalaman air tanah umumnya dangkal, yaitu berkisar dari 86 cm hingga kedalaman 7 m dan
memiliki jalur mata air (spring) dan jalur rembesan (seepage), dan curah hujan yang tinggi.
Akibat curah hujan yang tinggi, air tanah tergolong dangkal dan banyak terdapat jalur mata air
dan rembesan mempercepat terjadinya longsoran lahan.
Tingkat bahaya longsoran lahan tinggi terdapat pada hampir setiap kecamatan di Kota
Padang, kecuali kecamatan Padang Utara dan Padang Timur. Hal ini disebabkan pada umumnya
di daerah tersebut memiliki topografi daerah yang datar dengan kemiringan lereng sebagian besar
berkisar 0-8% , sehingga tidak memiliki potensi untuk mengalami longsor. Tingkat bahaya
longsoran lahan yang rendah ini umumnya terdapat pada daerah yang memiliki penggunaan lahan
berupa ion pemukiman, sehingga apabila terjadi longsoran lahan tidak menimbulkan korban jiwa.
1.4.4 Banjir Kota Padang merupakan perpaduan antara bentuk lahan perbukitan vulkanik bagian
Timur, bentuk lahan aluvial bagian tengah dan lahan marin bagian Barat karena Padang memiliki
beberapa sungai seperti Batang Bungus, Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air Dingin
serta masih ada lagi 18 sungai kecil lainnya.yang mempunyai aliran permanen sepanjang tahun.
Hal ini didukung lagi bahwa Kota Padang merupakan daerah tropis dengan curah hujan yang
cukup tinggi rata-rata 384,88 mm perbulan dengan rata-rata hari hujan 15-17 hari per bulan.
Apalagi luapan sungai tersebut bersamaan dengan terjadinya pasang laut.
Tingkat bahaya banjir Kota Padang dibedakan berdasarkan tingkat bahaya tinggi dan
tingkat bahaya sedang. Tingkat bahaya banjir tinggi umumnya tersebar pada daerah dataran yang
memilki satuan bentuk lahan dataran banjir, dataran aluvial, rawa belakang dan depresi antar
gisik.
Tingkat bahaya banjir terbesar terdapat pada Kecamatan Koto Tangah dengan luas daerah
700 Ha. Tingkat bahaya banjir sedang terdapat pada Kecamatan Kuranji dengan luas daerah 802
Ha.
Tingkat tinggi bahaya banjir biasanya disebabkan oleh curah hujan tinggi dan terjadinya
pasang surut air laut. Pasang surut di Kota Padang memilki tipe pasang surut ganda campuran,
artinya dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dan tidak membahayakan Kota
Padang.
1.4.5 Kebakaran Bahaya kebakaran untuk kota Padang dapat digolongkan menjadi 3 wilayah yaitu:
1. Tingkat Resiko Kebakaran-1
Resiko terbesar terdapat di Kecamatan Padang Utara, Padang Timur, dan Padang
Barat yang merupakan area pusat perdagangan kepadatan tertinggi.
2. Tingkat Resiko Kebakaran-2
Kecamatan Kuranji, Nanggalo, Padang Selatan, dan Lubuk Begalung sebagai
kecamatan tumbuh cepat.
3. Tingkat Resiko Kebakaran-3
Kecamatan dengan bahaya kecil akan kebakaran terdapat di kecamatan Bungus
Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Koto Tangah
karena dekat dengan hutan.
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 19
Kondisi Demografi Penduduk
BAB 2 KONDISI DEMOGRAFI PENDUDUK
Demografi berasal dari kata demos, artinya rakyat atau penduduk dan graphien berarti
mencitra, menulis, melukis atau gambaran tentang penduduk pada suatu negara atau wilayah.
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan secara
kuantitatif dan kualitatif berupa susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk. Demografi
meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah
setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat
merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti
pendidikan,kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Data yang diperoleh untuk keperluan
demografi ini digunakan untuk menyusun perencanaan, dengan memberi gambaran penduduk
atau masa yang akan datang dibandingkan dengan pada masa lampau. Data yang diperoleh juga
digunakan untuk pembangunan disegala bidang seperti: bidang pendidikan dan bidang-bidang lain
yang memerlukan data khusus demografi ini. Data demografi tentang jumlah penduduk menurut
kelompok umur, jenis kelamin yang sangat diperlukan dalam kebijakan-kebijakan yang akan
diambil oleh pemerintah pusat, dan daerah.
2.1. POTRET UMUM DEMOGRAFIS PENDUDUK
Penduduk Padang merupakan semua orang yang berdomisili di wilayah territorial Kota
Padang selama 6 (enam) bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 (enam)
bulan tetapi bertujuan menetap. Sementara itu yang dikatakan rumah tangga adalah seseorang
atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya
tinggal bersama serta pengelolaan makan dari satu dapur, yakni jika pengurusan kebutuhan
sehari-harinya dikelola bersama-sama menjadi satu. Sedangkan anggota rumah tangga adalah
semua orang yang biasanya bertempat tinggal disuatu rumah tangga baik yang berada di rumah
pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada.
Jumlah dan pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan tentang
keadaan komposisi, distribusi dan kecepatan perubahan penduduk di suatu daerah. Pengetahuan
mengenai hal ini akan dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan
program pembangunan, khususnya mengenai penyediaan perumahan, pendidikan, dan fasilitas
sosial lainnya yang secara keseluruhan mempengaruhi pola pemukiman penduduk dan struktur
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 20
Kondisi Demografi Penduduk
tata ruang daerah. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan yang
sedang berjalan, serta dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam menentukan target
pemasukan melalui pajak di masa yang akan datang.
2.1.1. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Pada tahun 2012 Penduduk Kota Padang tercatat sebanyak 854.336 jiwa yang terdiri dari
421.656 orang laki-laki dan 432.680 orang perempuan. Jumlah rumah tangga di Kota Padang
pada tahun 2012 tercatat sebanyak 201.274 yang berarti bahwa dalam setiap rumah tangga rata-
rata beranggotakan 4 orang.
Gambar 2.1.
Jumlah Penduduk Kota Padang Tahun 2008 - 2012
Rasio jenis kelamin pada tahun 2012 tercatat sebesar 97,45 yang berarti setiap 100 orang
wanita berbanding dengan sekitar 97 orang laki-laki. Dibandingkan tahun 2011 terlihat penurunan
rasio jenis kelamin, di mana pada tahun 2011 perbandingannya menunjukkan setiap 100 orang
wanita terdapat 99 orang lakilaki. Dari jumlah maupun rasio jenis kelamin, terlihat bahwa di
Kota Padang lebih banyak penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Lebih
banyaknya penduduk perempuan merupakan gambaran masih banyaknya laki-laki dewasa
merantau keluar dari Kota Padang dalam mencari penghidupan. Untuk melihat jumlah penduduk,
jumlah rumah tangga dan rasio jenis kelamin penduduk Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
2008 2009 2010 2011 2012
433.776 443.235 418.247 423.675 432.680
423.039 432.515 415.315 420.641 421.656
Perempuan Laki-Laki
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 21
Kondisi Demografi Penduduk
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Jumlah Rumah Tangga
dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Padang
Tahun 2008 2012
No Tahun Penduduk
Jumlah Rumah
tangga
Rata -
rata
Rasio Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan
1 2012 421.656 432.680 854.336 201.274 4 97,45
2 2011 420.641 423.675 844.316 199.554 4 99,28
3 2010 415.315 418.247 833.562 194.280 4 99,30
4 2009 432.515 443.235 875.750 211.654 4 97,58
5 2008 423.039 433.776 856.815 210.840 4 97,52
Sumber: Padang Dalam Angka Tahun 2012
Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Koto Tangah yaitu sebanyak
167,791 orang (19,64 %), diikuti oleh Kecamatan Kuranji sebanyak 130.916 orang (15,32 %) dan
Kecamatan Lubuk Begalung sebanyak 109.548 orang (12,83 %). Sementara kecamatan dengan
jumlah penduduk terendah terdapat pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung sebanyak 23.360
orang (2,73 %).
Gambar 2.2
Jumlah Penduduk Kota Padang Menurut Kecamatan
Tahun 2012
0
50.000
100.000
150.000
200.000
23.360
50.249
109.584
58.32077.989
46.41169.729
58.232
130.916
61.755
167.791
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 22
Kondisi Demografi Penduduk
Setelah sempat mengalami penurunan jumlah penduduk pada tahun 2010 pasca gempa
tanggal 30 September 2009, secara berangsur-angsur jumlah penduduk Kota Padang kembali
mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012. Penurunan jumlah penduduk pasca gempa ini
disebabkan oleh banyaknya korban jiwa saat kejadian gempa dan banyaknya terjadi migrasi
keluar Kota Padang. Selain itu, kejadian gempa juga mendorong penduduk melakukan migrasi
antar kecamatan, dimana masyarakat cenderung mulai menjauhi daerah pinggir pantai dan
mencari tempat di wilayah yang dianggap relatif aman. Hal ini tergambar pada persentase
penduduk antar kecamatan yang menunjukkan bahwa persentase penduduk pada kecamatan yang
terletak di pinggir pantai cenderung mengalami penurunan sedangkan kecamatan yang dianggap
sebagai wilayah aman mengalami kenaikan, seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kota Padang Menurut Kecamatan
Tahun 2008 s/d 2012
No Kecamatan
2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
1. Bungus Teluk Kabung 24.116 2,81 24.417 2,79 22.896 2,75 23.142 2,74 23.360 2,73
2. Lubuk Kilangan 43.531 5,08 44.552 5,09 48.850 5,86 49.751 5,89 50.249 5,88
3. Lubuk Begalung 106.641 12,45 109.793 12,54 106.432 12,77 108.018 12,79 109.584 12,83
4. Padang Selatan 63.345 7,39 64.458 7,36 57.718 6,92 57.386 6,80 58.320 6,83
5. Padang Timur 87.174 10,17 88.510 10,11 77.868 9,34 77.932 9,23 77.989 9,13
6. Padang Barat 61.437 7,17 62.010 7,08 45.380 5,44 46.060 5,46 46.411 5,43
7. Padang Utara 76.326 8,91 77.509 8,85 69.119 8,29 69.275 8,20 69.729 8,16
8. Nanggalo 58.801 6,86 59.851 6,83 57.275 6,87 57.731 6,84 58.232 6,82
9. Kuranji 120.309 14,04 123.771 14,13 126.729 15,20 128.835 15,26 130.916 15,32
10. Pauh 53.669 6,26 54.846 6,26 59.216 7,10 60.553 7,17 61.755 7,23
11. Koto Tangah 161.466 18,84 166.033 18,96 162.079 19,44 165.633 19,62 167.791 19,64
Padang 856.815 100 875.750 100 833.562 100 844.316 100 854.336 100
Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Padang Tahun 2012 (data diolah)
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 23
Kondisi Demografi Penduduk
Fenomena yang sama juga tergambar pada grafik di Gambar 2.3, dimana jumlah
penduduk pada kecamatan yang berada di pinggir pantai mengalami penurunan yang cukup
drastis pada tahun 2010 dan mengalami pertambahan yang lambat pada tahun-tahun berikutnya,
sedangkan kecamatan yang berada pada zona aman justru mengalami peningkatan jumlah
penduduk pada tahun 2010 dan terus bertambah pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat masih trauma terhadap ancaman tsunami yang dapat diakibatkan oleh gempa
di Kota Padang.
Gambar 2.3
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Tahun 2008 s/d 2012
Selain itu, rencana pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang ke bekas Terminal
Regional Bingkuang Aie Pacah juga ikut andil dalam mempengaruhi keputusan masyarakat untuk
bermukim di wilayah tersebut, termasuk juga keputusan para pengembang untuk berinvestasi dan
membangun perumahan di wilayah yang dianggap aman dari bencana.
2.1.2. Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah.
Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu rasio yang
0
50.000
100.000
150.000
200.000
2008
2009
2010
2011
2012
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 24
Kondisi Demografi Penduduk
menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa
banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu.
Kota Padang dengan luas 694,96 km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak
854.336 orang memiliki kepadatan penduduk mencapai 1.229 jiwa per km2. Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, kepadatan penduduk pada tahun ini mengalami peningkatan. Bila ditinjau per
kecamatan, terlihat bahwa Kecamatan Padang Timur merupakan kecamatan yang memiliki
tingkat kepadatan penduduk paling tinggi, yaitu mencapai 9.569 jiwa per km2. Selanjutnya diikuti
oleh Kecamatan Padang Utara sebesar 8.630 jiwa per km2, sedangkan Kecamatan Bungus Teluk
Kabung dengan kepadatan sebesar 232 jiwa per km2 merupakan kecamatan dengan tingkat
kepadatan penduduk terendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Untuk lebih jelasnya
kepadatan penduduk menurut persebaran wilayah Kecamatan di Kota Padang dapat dilihat pada
Tabel 2.3 di bawah.
Tabel 2.3
Kepadatan Penduduk Kota Padang Menurut Kecamatan
Tahun 2012
No Kecamatan Luas
Daerah
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
( Km2 )
1. Bungus Teluk Kabung 100,78 23.360 232
2. Lubuk Kilangan 85,99 50.249 584
3. Lubuk Begalung 30,91 109.584 3.545
4. Padang Selatan 10,03 58.320 5.815
5. Padang Timur 8,15 77.989 9.569
6. Padang Barat 7,00 46.411 6.630
7. Padang Utara 8,08 69.729 8.630
8. Nanggalo 8,07 58.232 7.216
9. Kuranji 57,41 130.916 2.280
10. Pauh 146,29 61.755 422
11. Koto Tangah 232,25 167.791 722
Padang
2012 694,96 854.336 1.229
2011 694,96 844.316 1.215
2010 694,96 833.562 1.199
2009 694,96 875.750 1.260
2008 694,96 856.815 1.233
Sumber: Padang Dalam Angka Tahun 2012
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 25
Kondisi Demografi Penduduk
Gambar 2.4
Persentase Luas Daerah menurut Kecamatan
Tahun 2012
Laju pertumbuhan penduduk Kota Padang dari tahun 2002 sampai 2012 sebesar 1,52 %
dapat dilihat pada Tabel 2.4. Pertumbuhan yang cukup mencolok terlihat pada Kecamatan Pauh
sebesar 3,88 %, diikuti oleh Koto Tangah sebesar 3.06 %. Sementara itu pada Kecamatan Padang
Barat malahan terjadi penurunan drastis sebesar -2,81 %, begitu juga dengan Kecamatan Padang
Timur yang turun menjadi -0,63 %. Hal ini berarti bahwa penduduk pada kedua kecamatan
tersebut mengalami penurunan jumlah penduduk. Diperkirakan hal tersebut terjadi karena
disamping telah tingginya kesadaran penduduk dalam melaksanakan program KB juga terjadinya
perpindahan penduduk ke wilayah kecamatan lain terkait dengan rasa takut terhadap ancaman
bencana, juga dengan pengembangan wilayah pemukiman dan pemindahan pusat pemerintahan.
15%
12%
5%
2%1%
1%
1%1%
8%21%
33%
Bungus Teluk Kabung Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung Padang Selatan
Padang Timur Padang Barat
Padang Utara Nanggalo
Kuranji Pauh
Koto Tangah
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 26
Kondisi Demografi Penduduk
Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Padang Menurut Kecamatan
Kecamatan Penduduk Laju Pertumbuhan
Penduduk Pertahun 2002 2012
1. Bungus Teluk Kabung 20.227 23.360 1,45
2. Lubuk Kilangan 39.882 50.249 2,34
3. Lubuk Begalung 86.055 109.584 2,45
4. Padang Selatan 56.295 58.320 0,35
5. Padang Timur 83.038 77.989 - 0,63
6. Padang Barat 61.693 46.411 - 2,81
7. Padang Utara 68.896 69.729 0,12
8. Nanggalo 52.674 58.232 1,01
9. Kuranji 99.292 130.916 2,80
10. Pauh 42.188 61.755 3,88
11. Koto Tangah 124.181 167.791 3,06
Padang 734.421 854.336 1,52
Sumber: Padang Dalam Angka Tahun 2012
2.1.3. Struktur Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan karakteristik demografi lain berbeda untuk setiap
kelompok umur seperti kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Pada umumnya bayi laki-
laki lebih banyak daripada bayi perempuan. Begitu juga dengan tingkat kematian dan harapan
hidup, resiko kematian tertinggi terjadi pada kelompok umur kurang dari satu tahun dan harapan
hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Secara total berdasarkan jenis kelamin, terlihat
bahwa persentase penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan penduduk perempuan. Jumlah
penduduk laki-laki pada akhir tahun 2012 sebesar 421.656 jiwa sedangkan penduduk perempuan
berjumlah sebesar 432.680 jiwa. Sehingga rasio jenis kelamin menunjukkan angka 97,45. Angka
tersebut mengandung arti bahwa tiap-tiap 100 penduduk perempuan di Kota Padang terdapat lebih
kurang 97 orang penduduk laki-laki. Rendahnya jumlah penduduk laki-laki dibandingkan
penduduk perempuan di Kota Padang disebabkan oleh tingkat mortalitas penduduk laki-laki lebih
besar dari mortalitas penduduk perempuan dan masih adanya budaya merantau. Jumlah penduduk
dan rasio jenis kelamin menurut kelompok umur di Kota Padang terlihat dalam Tabel berikut.
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 27
Kondisi Demografi Penduduk
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur
Tahun 2012
No Kelompok Umur
Penduduk / Jiwa
Jumlah Rasio Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan
1. 0 - 4 37.958 36.481 74.439 104,05
2. 5 - 9 40.164 37.922 78.086 105,91
3. 10 -14 40.842 39.353 80.195 103,78
4. 15 - 19 44.680 47.196 91.876 94,67
5. 20 - 24 48.582 50.343 98.925 96,50
6. 25 - 29 37.170 35.655 72.825 104,25
7. 30 - 34 31.403 31.857 63.260 98,57
8. 35 - 39 27.750 29.916 57.666 92,76
9. 40 - 44 26.991 28.305 55.296 95,36
10. 45 - 49 22.934 26.149 49.083 87,71
11. 50 - 54 21.833 22.476 44.309 97,14
12. 55 - 59 17.007 16.657 33.664 102,10
13. 60 - 64 9.555 9.533 19.088 100,23
14. 65 - 69 6.003 7.562 13.565 79,38
15. 70 - 74 4.568 5.584 10.152 81,81
16. 75 + 4.216 7.691 11.907 54,82
Jumlah
2012 421.656 432.680 854.336 97,45
2011 420.641 423.675 844.316 99,28
2010 415.315 418.247 833.562 99,30
2009 432.515 443.235 875.750 97,58
2008 423.039 433.776 856.815 97,52
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang Tahun 2012
Cara lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin adalah dengan piramida penduduk. Dengan melihat proporsi penduduk
laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh
gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan
penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran,
kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan
perkembangan penduduk di masa yang akan datang.
Piramida penduduk Kota Padang tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 2.5. Dari gambar
tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk usia muda (20 - 24 tahun) mempunyai komposisi yang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 28
Kondisi Demografi Penduduk
cukup besar, kemudian berangsur menurun pada kelompok usia dewasa (25 - 74 tahun). Bentuk
piramida ini walaupun telah mulai mendekati bentuk Piramida Penduduk Stasioner, tetapi terlihat
bahwa tingkat kelahiran, kematian dan migrasi di Kota Padang masih tinggi, tidak jauh berbeda
dengan kondisi pada tahun sebelumnya.
Gambar 2.5
Piramida Penduduk Kota Padang
Tahun 2012
Sumber: BPS Kota Padang
Dari data tersebut juga dapat dihitung angka ketergantungan Kota Padang Tahun 2012
dengan cara menghitung jumlah penduduk non produktif yang terdiri dari penduduk muda non
produktif (0-14 tahun) ditambah dengan jumlah penduduk tua non produktif (65 tahun keatas)
dibagi dengan jumlah penduduk dewasa produktif (15-64). Dari hasil perhitungan didapatkan
bahwa angka ketergantungan Kota padang Tahun 2012 adalah sebesar 45,8. Angka ini berarti
bahwa setiap 100 orang dari kelompok produktif harus menanggung lebih kurang 46 orang dari
kelompok yang tidak produktif. Dengan kriteria angka ketergantungan rendah bila kurang dari 30,
angka ketergantungan sedang bila 30 - 40, dan angka ketergantungan tinggi bila lebih dari 41,
maka angka tersebut menunjukkan bahwa angka ketergantungan di Kota Padang masih tergolong
tinggi.
60.000 40.000 20.000 0 20.000 40.000 60.000
0 - 4
5 - 9
10 -14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 +
Perempuan Laki-Laki
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 29
Kondisi Demografi Penduduk
2.2. POTRET KONDISI SOSIO-EKONOMI PENDUDUK
Status pekerjaan penduduk adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam
melakukan pekerjaan. Penduduk yang masuk dalam usia kerja adalah penduduk yang berumur 15
tahun keatas. Sedangkan yang dikatakan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan
lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
2.2.1. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Salah satu ukuran tingkat pendidikan masyarakat adalah angka partisipasi sekolah. Peran
serta masyarakat dalam pendidikan terlihat pada besaran angka partisipasi sekolah penduduk pada
semua tingkat pendidikan sekolah. Angka partisipasi sekolah berguna untuk melihat seberapa
banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada.
Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukan adanya keberhasilan di bidang
pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya pemerintah dalam memperluas jangkauan
pelayanan pendidikan. Ukuran partisipasi sekolah terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM).
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya yang
sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK merupakan indikator yang paling sederhana
untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masingmasing jenjang pendidikan.
Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) adalah rasio jumlah siswa pada satu kelompok umur
tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Gambaran
perkembangan APK dan APM di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6
Angka Partisipasi Sekolah, Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan APS APK APM
1. Sekolah Dasar 7 - 12 Tahun 98,94 99,15 90,71
2. Sekolah Menengah Pertama
13- 15 Tahun 94,32 93,48 71,94
3. Sekolah Menengah Atas 16 18 Tahun
74,62 77,40 60,21
4. Perguruan Tinggi 19 24 Tahun
60,43 47,75 43,96
Sumber: BPS Kota Padang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 30
Kondisi Demografi Penduduk
2.2.2. Penduduk Menurut Agama
Sebuah kota besar ditandai dengan adanya heterogenitas dalam berbagai hal, termasuk
dalam hal agama dan kebudayaan. Kota Padang sebagai sebuah kota besar juga tidak terlepas dari
hal tersebut. Semua agama yang diakui negara terdapat di Kota Padang.
Penduduk Kota Padang di dominasi oleh pemeluk Agama Islam, yaitu sebesar 97,502 %.
Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 96,937 % Selanjutnya disusul oleh
penganut agama Katholik, Protestan, Budha, dan Hindu. Lebih lengkapnya persentase penduduk
Kota Padang menurut agama di Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7
Persentase Jumlah Penduduk Kota Padang Menurut Agama
Tahun 2012
No Kecamatan Islam Katholik Protestan Hindu Budha Lainnya Jumlah
1. Bungus Teluk
Kabung 2,956 0,005 0,026 0,000 0,000 0,000 2,987
2. Lubuk Kilangan 5,583 0,012 0,036 0,000 0,002 0,000 5,633
3. Lubuk Begalung 11,082 0,000 0,012 0,000 0,000 0,000 11,094
4. Padang Selatan 6,631 0,579 0,321 0,006 0,003 0,000 7,539
5. Padang Timur 10,927 0,008 0,042 0,003 0,002 0,000 10,982
6. Padang Barat 4,143 0,705 0,162 0,075 0,267 0,000 5,351
7. Padang Utara 9,107 0,035 0,045 0,003 0,005 0,000 9,194
8. Nanggalo 7,288 0,002 0,015 0,000 0,000 0,000 7,305
9. Kuranji 12,973 0,004 0,008 0,000 0,000 0,000 12,985
10. Pauh 5,931 0,000 0,015 0,000 0,000 0,000 5,947
11. Koto Tangah 20,882 0,037 0,061 0,001 0,002 0,000 20,982
Padang
2012 97,502 1,387 0,744 0,087 0,280 0,000 100
2011 96,937 1,508 0,994 0,113 0,448 0,000 100
2010 96,776 1,281 1,568 0,018 0,344 0,004 100
2009 96,937 1,507 0,993 0,114 0,449 0,000 100
2008 96,921 1,517 0,995 0,115 0,453 0,000 100
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
2.2.3. Situasi Angkatan Kerja
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah di bidang ketenagakerjaan adalah
masalah pengangguran. Permasalahan tersebut terkait erat dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi yang dipicu oleh tingkat kelahiran atau fertilitas sedangkan lapangan pekerjaan yang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 31
Kondisi Demografi Penduduk
tersedia tidak mampu menampung hal tersebut. Untuk mengatasi permasalahan itu, pemerintah
telah berusaha untuk dapat menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga diharapkan dapat
menurunkan tingkat pengangguran di masa yang akan datang.
Indikator yang biasa digunakan untuk melihat tingkat pengangguran adalah Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan perbandingan penduduk yang mencari pekerjaan
terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka mencerminkan jumlah orang
yang kegiatannya mencari kerja untuk setiap seratus orang angkatan kerja. Pada Tabel 2.8
dibawah terlihat bahwa pada tahun 2012 TPT penduduk perempuan lebih tinggi dari penduduk
laki-laki. TPT penduduk laki-laki sebesar 10,85 persen dan TPT penduduk perempuan sebesar
12,59 persen.
Tabel 2.8
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2012
No Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Angkatan Kerja 72,23 39,73 55,69
- Bekerja 89,15 87,41 88,52
- Mencari Pekerjaan 10,85 12,59 11,48
2. Bukan Angkatan Kerja 27,77 60,27 44,31
- Sekolah 56,76 21,77 32,54
- RT 5,88 69,35 49,82
- Lainnya 37,35 8,88 17,64
Padang 2012 100,00 100,00 100,00
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
pada Tahun 2012 berjumlah 12.791 orang, dengan rincian laki-laki sebanyak 5.594 orang dan
perempuan sebanyak 7.197 orang. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya
yang sebanyak 6.194 orang, seperti terlihat pada Tabel 2.9 dibawah.
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 32
Kondisi Demografi Penduduk
Tabel 2.9
Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Sekolah Dasar 5 - 5
2. SMTP 34 59 93
3. SMU 3.690 3.376 7.066
4. D1 dan D2 3 10 13
5. Sarjana Muda / D3 420 1.175 1.595
6. Sarjana 1.442 2.577 4.019
Padang
2012 5.594 7.197 12.791
2011 2.801 3.393 6.194
2010 6.104 7.841 13.945
2009 7.121 9.289 16.410
2008 5.986 6.861 12.847
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
Dari jumlah tersebut, yang telah bekerja tercatat sebanyak 399 orang atau hanya sekitar 3
% dari total pencari kerja yang terdaftar, seperti terlihat pada Tabel 2.10. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa rendahnya kesempatan kerja di Kota Padang. Selain itu juga
kemungkinan banyak pencari kerja yang telah mendapatkan pekerjaan namun tidak
melaporkannya ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang, sehingga datanya tidak tercatat.
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 33
Kondisi Demografi Penduduk
Tabel 2.10
Jumlah Pencari Kerja yang Telah Ditempatkan
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Sekolah Dasar - - -
2. SMTP 1 26 27
3. SMU 128 140 268
4. D1 dan D2 - - -
5. Sarjana Muda / D3 8 39 47
6. Sarjana 20 37 57
Padang
2012 157 242 399
2011 83 240 323
2010 270 813 1.083
2009 465 523 988
2008 168 756 924
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 34
Prasarana dan Sarana Perkotaan
BAB 3 PRASARANA DAN SARANA PERKOTAAN
Prasarana dan sarana perkotaan adalah bangunan atau fasilitas-fasilitas dasar,
peralatan-peralatan dan instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk
mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Prasarana dan sarana merupakan aset fisik yang dirancang dalam sistem, sehingga mampu
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Prasarana dan sarana merupakan komponen utama dalam pengembangan suatu
wilayah, ketika prasarana dan sarana yang dimiliki terbatas atau kurang, maka dapat
dipastikan wilayah tersebut akan sulit untuk berkembang, baik dalam pengembangan
potensi daerah maupun pengembangan potensi penduduk. Keterbatasan prasarana dan
sarana secara faktual di lapangan pada hakekatnya akan memberikan hambatan kepada
masyarakat terhadap akses-akses yang dibutuhkan, dengan kata lain keterbatasan
prasarana dan sarana akan menciptakan berbagai persoalan dasar pada masyarakat.
Pembangunan prasarana dan sarana Kota Padang perlu ditingkatkan untuk
mendukung fungsi dan peran daerah perkotaan yaitu sebagai penggerak perkembangan
ekonomi lokal, peningkatan kesempatan kerja dan pengurangan angka kemiskinan. Kota
Padang sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi Sumatera Barat, sebagai Pusat Perdagangan
dan Jasa maupun sebagai Pintu Gerbang Sumatera Barat, memerlukan berbagai macam
peningkatan prasarana dan sarana perkotaan seperti jalan dan jembatan, air bersih,
drainase, pengolahan sampah, air limbah, sarana perumahan permukiman, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana perdagangan, sarana peribadatan dan sarana
perhubungan.
3.1. PRASARANA JALAN DAN JEMBATAN
Pembangunan prasarana jalan dan jembatan merupakan kebutuhan utama dalam
mendukung aktivitas perkotaan. Sistem jaringan jalan Kota Padang meliputi sistem
jaringan primer, sekunder, lokal dan jalan lingkungan. Ditinjau dari status (kewenangan
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 35
Prasarana dan Sarana Perkotaan
penangan), jalan Kota dalam 3 tahun terakhir (2010-2012) menunjukkan perkembangan
yang cukup pesat terutama pada jalan kota, yaitu terjadi penambahan total panjang jalan
dari 1.642,427 Km pada tahun 2010 menjadi 2.312,8 Km pada tahun 2011 dan 2012.
Pemerintah selalu berusaha untuk melakukan peningkatan panjang dan kwalitas jalan,
baik melalui dana APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kota Padang, serta usaha-usaha
partisipasi masyarakat melalui pola Manunggal Sakato, Laksitardanas dan lain-lain.
Peningkatan perubahan kondisi jalan dan pengaspalan jalan di Kota Padang dapat dilihat
dari tabel dibawah ini :
Tabel 3.1
Perkembangan Status dan Kondisi Jalan Kota Padang
Tahun 2010 s/d 2012
Klasifikasi Prasarana 2010 2011 2012
1. Status Jalan
a. Jalan Nasional (Km) 100,60 100,60 100,60
b. Jalan Kota (Km) 1.541,827 2312,80 2.312,80
2. Kondisi Jalan
a. Aspal (Km) 958,00 1180,60 1224,19
b. Kerikil (Km) 293,33 435,93 392,34
c. Cor Beton (Km) 248,03 295,64 335,70
d. Tanah (Km) 143,07 400,63 360,57
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
Ditinjau dari sistem jaringan jalan di
Kota Padang meliputi sistem jaringan
primer, sekunder dan lokal serta jalan
lingkungan. Data sampai akhir tahun 2012
panjang jalan di Kota Padang 2.312,80 Km,
terpanjang adalah jalan Lokal Sekunder
yaitu 1.733,96 Km, kemudian Jalan
Kolektor Sekunder 242,93 Km, jalan Arteri
Sekunder 235,32 Km dan jalan Arteri
Primer 100,60 Km, seperti yang terdapat
pada tabel 3.2. Prasarana Jalan di Kota Padang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 36
Prasarana dan Sarana Perkotaan
Tabel 3.2 Jenis Permukaan Jalan Kota Padang Menurut Fungsi
Tahun 2012
No Fungsi Jalan Jenis Permukaan
Jumlah Aspal Corl Beton Kerikil Tanah
1 Arteri Primer 100,60 - - - 100,60
2 Arteri Sekunder 235,32 - - - 235,32
3 Kolektor Primer - - - - -
4 Kolektor Sekunder 242,929 - - - 242,929
5 Lokal Primer - - - - -
6 Lokal Sekunder 645,345 335,7018 392,34 360,57 1.733,96
Jumlah 1.224,19 335,7018 392,34 360,57 2312,80
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
Sampai akhir tahun 2012, terdapat sebanyak 109 jembatan di Kota Padang
dengan total panjang 2.014 m. Dari total jumlah jembatan tersebut, paling banyak berupa
jembatan beton (58 jembatan) dengan panjang keseluruhan 320 meter dan jembatan
rangka baja/bailley (26 jembatan) dengan panjang 902,30 meter selebihnya jembatan
gantung dan jembatan leger INP dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3.3
Jumlah dan Panjang Jembatan Kota Padang Tahun 2012
No Jenis Jembatan Jumlah
Jembatan
Panjang
Jembatan(m)
1 Jembatan Gantung 13 557,00
2 Jembatan Rangka Baja/Bailley 26 902,30
3 Jembatan Leger INP 12 234,70
4 Jembatan Beton 58 320,00
5 Jembatan Nasional/Propinsi - -
Jumlah 109 2.014
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
3.2. PRASARANA AIR BERSIH
Cakupan layanan PDAM di Kota Padang tahun 2012 adalah sekitar 64 % dari
total penduduk Kota Padang. Sedangkan jumlah produksi air bersih mengalami
penurunan dari 34.685.688,00 m pada tahun 2011 menjadi 31.806.682,00 m pada tahun
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 37
Prasarana dan Sarana Perkotaan
2012. Demikian juga dengan jumlah distribusi air bersih, terjadi penurunan dari tahun
2011 sebesar 33.498.798,00 m, menjadi 30.701.210,80 m pada tahun 2012.
Dalam usaha menekan angka kehilangan air, PDAM sudah melakukan
pengawasan secara berkala disamping perbaikan pipa-pipa PDAM yang rusak. Dalam
jangka waktu 2 tahun ini, telah terjadi penurunan angka kehilangan air dari 14.095.153,00
m pada tahun 2011, menjadi 10.030.085,80 m pada tahun 2012.
Tabel 3.4
Produksi, Pemakaian Dan Distribusi Air PDAM di Kota Padang
Tahun Produksi (m) Pemakaian (m) Jumlah
Distribusi
(m)
Kehilangan
Air (m) Jual Instalasi
2009 33.691.968,00 17.877.553,00 1.195.658,00 32.496.310,00 14.618.757,00
2010 34.013.941,00 17.589.122,00 1.031.050,50 32.982.890,50 15.385.266,50
2011 34.685.688,00 19.403.645,00 1.038.760,00 33.498.798,00 14.095.153,00
2012 31.806.682,00 20.671.125,00 1.105.482,00 30.701.210,80 10.030.085,80
Sumber : PDAM Kota Padang
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2012 terjadi penurunan produksi air
PDAM di Kota Padang yang cukup tinggi, yaitu sebesar 2.879.006 m3. Hal ini terjadi
akibat :
1. Tingginya stop operasional pada masing-masing Instalasi Pengelolaan Air
(IPA), yang terjadi akibat seringnya pemutusan pasokan listrik PLN.
2. Stop operasional dilakukan akibat seringnya terjadi hujan lebat yang
mengakibatkan tingkat kekeruhan pada air baku meningkat.
3. Stop operasional juga diakibatkan karena pompa tidak dapat bekerja secara
maksimal akibat beberapa komponen sering mengalami kerusakan.
Penurunan jumlah produksi air berdampak terhadap penurunan jumlah distribusi
air, dari 33.498.798 m3 pada tahun 2011, menjadi 30.701.210,80 33 m
3 pada tahun 2012.
Dari tabel dibawah tercatat bahwa nilai jual PDAM pada tahun 2011 adalah
sebesar Rp 76.222.652,15 yang berasal dari 85.365 unit pelanggan dengan volume
pemakaian sebesar 20.581,02 m air. Walaupun terjadi penurunan produksi air, namun
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 38
Prasarana dan Sarana Perkotaan
volume pemakaian air pada tahun 2012 ini meningkat dibanding tahun 2011. Hal ini salah
satunya adalah akibat peningkatan angka cakupan pelayanan PDAM di Kota Padang.
Tabel 3.5
Jumlah Pelanggan, Pemakaian Dan Nilai Penjualan PDAM Menurut Jenis Pelanggan Di
Kota Padang Tahun 2012
No. Jenis Pelanggan Pelanggan
(unit)
Pemakaian
(000 m)
Nilai Penjualan
(Rp. 000)
1 Kelompok I.A (Hydrant Umum, MCK Umum, WC Umum, Terminal Air dan
Tempat Ibadah)
695 332,84 333.621,81
2 Kelompok I.B (Hydrant Umum, MCK Umum, WC Umum, Terminal Air dan
Tempat Ibadah)
395 273,57 272.156,49
3 Kelompok II.A (Yayasan Sosial, Panti Asuhan dan
Badan Sosial Lainnya)
4.275 729,32 1.617.870,75
4 Kelompok II.B (Rumah Tangga A, Sekolah Negeri, Rumah Sakit, Laboratorium &
Sanatorium, Pemerintahan dan
Instansi Pemerintah A)
10.182 2.144,96 5.704.477,90
5 Kelompok II.C (Rumahtangga C)
55.049 12.490,96 39.831.553,35
6 Kelompok II.D (Rumahtangga D)
9.676 2.628,67 12.097.299,90
7 Kelompok III.A (Rumah Tangga B, Sekolah
SwastaTK - SLTA)
331 412,81 2.605.650,35
8 Kelompok III.B (Rumah Tangga C, Kios, Industri
Rumah Tangga, Instansi
Pemerintah B, Kolam Renang
Milik Pemerintah)
331 412,81 2.605.650,35
9 Kelompok IV.A (Rumah Tangga D, Real Estate, Kedutaan dan
Konsulat Asing dan Instansi
Pemerintah C)
3.826 685,04 5.501.505,30
10 Kelompok IV.B (Niaga Kecil, Industri Kecil dan
Lembaga Swasta
Non Komersil)
456 260,92 2.700.187,25
11 Kelompok IV.C (Niaga Besar dan Industri Besar)
147 156,76 1.901.898,70
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 39
Prasarana dan Sarana Perkotaan
No. Jenis Pelanggan Pelanggan
(unit)
Pemakaian
(000 m)
Nilai Penjualan
(Rp. 000)
12 Kelompok V (Khusus Pelabuhan Laut dan
Sungai, PLN dan Gas, Unit Produksi, Telekomunikasi unit
Sentral Otomat)
2 52,36 1.050.780,00
J u m l a h 85.365 20.581,02 76.222.652,15
Sumber : PDAM Kota Padang
Untuk meningkatkan akses penduduk pinggiran kota terhadap fasilitas air minum,
Pemerintah Kota Padang telah melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), yaitu salah satu program nasional (Pemerintah
dan Pemerintah Daerah) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan dan peri urban
terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis
masyarakat. Program Pamsimas ini di Kota Padang dimulai pada Tahun 2008 dan sampai
dengan tahun 2012 sudah terdapat 59 lokasi yang telah menjadi lokasi Program Pamsimas
seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.6
Lokasi Program Pamsimas Kota Padang Tahun 2008 - 2012
No. Desa/Kelurahan Kecamatan
Tahun 2008
1. Bungus Timur Bungus Teluk Kabung
2. Teluk Kabung Utara Bungus Teluk Kabung
3. Teluk Kabung Tengah Bungus Teluk Kabung
4. Baringin Lubuk Kilangan
Sarana air bersih bagi masyarakat yang tidak terjangkau pelayanan PDAM
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 40
Prasarana dan Sarana Perkotaan
No. Desa/Kelurahan Kecamatan
5. Batu Gadang Lubuk Kilangan
6. Sei Beremas kel.Gates Lubuk Begalung
7. Anak air Kel. Batipuah Panjang Koto Tangah
8. Koto Kaciak Kel.Mata Air Padang Selatan
9. Indarung Lubuk kilangan
Tahun 2009
1. Kampung Pulau Bungus Timur Bungus Teluk Kabung
2. Bungus Barat Bungus Teluk Kabung
3. Tarantang Lubuk Kilangan
4. Ampalu Kel. Pengambiran Lubuk Begalung
5. Pampangan Lubuk Begalung
6. Kampung Baru Kel. Batipuah Panjang Koto Tangah
7. Sungai Bangek Kel. Balai Gadang Koto Tangah
8. Sungai Lareh Kel. Lubuk Minturun Koto Tangah
9. Lolo Kel. Gunung sariak Kuranji
10. Talao Bakok Kel Padang Sarai Koto Tangah
11. Lambung Bukit Pauh
12. Lubuk Jerong Kel, Teluk Kabung Tengah Bungus Teluk Kabung
13. Limau Manis Selatan Pauh
Tahun 2010
1. Koto Lalang/Bgs Timur Bungus Teluk Kabung
2. Baringin / Balai Gadang Koto Tangah
3. Parak Buruk Koto Tangah
4. Parak / Pgbrn Ampalu Lubuk Begalung
5. Koto Lalang Luki Lubuk Kilangan
6. Banda Luruih/Sei Sapih Kuranji
7. Kurao Pagang Nanggalo
8. Koto Pulai Koto Tangah
9. Piai Tengah Pauh
10. Limau Manis Pauh
11. Cindakir / TKU Bungus Teluk Kabung
12. Korong Gadang (REP) Kuranji
Tahun 2011
1. Durian Ratus, Kurao Pagang Nanggalo
2. Tabing Banda Gadang Nanggalo
3. Pisang Pauh
4. Rawang, Bungus Selatan Bungus Teluk Kabung
5. Kelok Gurun Sikayan, Batipuh Panjang Koto Tangah
6. Koto Lalang Lubuk Kilangan
7. Ladang Keladi, Kel. Sei Sapih (Rep.) Kuranji
8. Teluk Kabung Tengah (HID) Bungus Teluk Kabung
9. Sungai Lareh, kel. Lubuk Minturun (HID) Koto Tangah
Tahun 2012
1. Lubuk Minturun Sungai Lareh Koto Tangah
2. Aie Dingin Balai Gadang Koto Tangah
3. Kampung Jambak Pagambiran Ampalu Lubuk Begalung
4. Parak Rumbio Kurao Pagang Nanggalo
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 41
Prasarana dan Sarana Perkotaan
No. Desa/Kelurahan Kecamatan
5. Koto Panjang Ikur Koto Koto Tangah
6. Padang Besi Lubuk Kilangan
7. Koto Luar Pauh
8. Limau Manis Pauh
9. Batu Gadang Lubuk Kilangan
10. Kampung Pinang, Lambung Bukit Pauh
11. Bukik Karam Padang Selatan
12. Kampuang Baru, Batipuah Panjang Koto Tangah
13. Parak Buruak Koto Tangah
14. Limau Manis Pauh
15. Limau Manis Selatan Pauh
16. Sungai Bangek, Balai Gadang Koto Tangah Sumber : Bappeda Kota Padang
3.3. PRASARANA DRAINASE
Sistem jaringan drainase Kota Padang terdiri dari jaringan drainase mayor dan
minor dengan total panjang drainase mayor 125.900 meter, yang merupakan sungai-
sungai besar yang bermuara ke Samudera Hindia.
Tabel 3.7
Jaringan Drainase Mayor di Kota Padang Tahun 2011 s/d 2012
No Nama
Sungai Nama Sungai
Saluran Kecamatan
Primer Sekunder
1
Bat
ang k
ura
nji
Waduk Ulak Karang Padang Utara
2 Khatib Sulaiman Padang Utara
3 Sejajar Rel KA (Primer Balanti
Timur)
Padang Utara
4 Saluran Kawasan Lapai Nanggalo
5 Gajah Mada Padang Utara
6 Teknologi Nanggalo
7 IKIP (UNP) Padang Utara
8 Kawasan Perumnas Siteba Padang Utara
9
Bat
ang
Bel
imb
ing Tunggul Hitam Koto Tangah
10 Kawasan Air Tawar Timur Padang Utara
11 Kawasan Kompi Unit 133 Siteba Nanggalo
Ban
jir
Kan
al Utara-Selatan
12 Pasar Pagi Padang Barat
13 SMA 2 Padang Barat
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 42
Prasarana dan Sarana Perkotaan
No Nama
Sungai Nama Sungai
Saluran Kecamatan
Primer Sekunder
14 GOR H. Agus Salim Padang Barat
15 Kawasan Padang Baru Utara Padang Barat
16 Tenku Umar Padang Utara
17 Kawasan Parak Kopi Padang Utara
18 Kawasan Alai Timur Padang Utara
19 Kawasan Andalas Timur Padang Timur
20 Saluran Buangan Aliran Gn.Nago Padang Timur
21 Parak Karakah Padang Timur
Selatan-Utara
22 Waduk Purus Padang Barat
23 Olo Ladang Padang Barat
24 Bandar Purus Padang Barat
25 Jati Padang Barat
26 Jalan Gandoria Padang Barat
27 Saluran Aru Lubuk Begalung
Bat
ang A
rau
Utara-Selatan
28 Kalimati Padang Barat
29 Pulau Karam Padang Barat
30 Pulau Air Padang Selatan
31 Bandar Jati Padang Selatan
32 RS. Ganting Padang Timur
33 Parak Pisang Padang Timur
34 Parak Gadang Padang Timur
35 Air Camar Padang Timur
36 Parak Lawas Padang Timur
Selatan - Utara
37 Seberang Palinggam I Padang Selatan
38 Seberang Palinggam II Padang Selatan
39 Seberang Padang Utara Padang Selatan
40
Bat
ang
Jir
ak
Koto Baru Padang Selatan
41 Candana Mata Air Padang Selatan
42 Koto Kaciak Padang Selatan
43 SKEP Padang Selatan
44 Perum. Penggambiran Padang Selatan
45 Pampangan Padang Selatan
46 Kawasan Mata Air Timur Padang Selatan
47 Kawasan Mata Air Barat Padang Selatan
48 Saluran Rawang Barat Padang Selatan
49 Saluran Rawang Timur Padang Selatan
50 B a t a n g K a n d i s
Saluran Rumah Potong Hewan Koto Tangah
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 43
Prasarana dan Sarana Perkotaan
No Nama
Sungai Nama Sungai
Saluran Kecamatan
Primer Sekunder
51 Saluran Rimbo Jariang Koto Tangah
52 Saluran Kuala Nyiur Koto Tangah
53 Saluran Kayu Kalek Koto Tangah
Kota Padang
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
Sistem drainase Kota Padang bertumpu pada 7 (tujuh) sungai utama dan beberapa
anak sungai badan penerima utama, yaitu: Batang Kandis, Batang air Dingin, Batang
Tabing, Batang Balimbing, Batang Panjalinan, Batang Kuranji, Saluran Lolong, Banjir
Kanal, Batang Arau dan Batang Jirak, dengan luas total + 3.986 Ha.
Tabel 3.8
Areal Tangkapan Drainase Kota Padang
Tahun 2012
No. Areal Drainase Luas Wilayah
Tangkapan (Ha) Badan Penerima
1 Aie Pacah 445,70 Batang Balimbing
2 Pasir Putih 139,02 Batang Air Dingin
3 (Bandara) Tabing 326,60 Sal. Primer
Linggarjati
4 Muara Penjalinan 126,80 Batang Air Dingin
5 Siteba 185,75 Batang Balimbing
6 Sawah Liat 63,00 Batang Kuranji
7 Kandis 33,75 Batang Kuranji
8 Lapai 179,00 Batang Kuranji
9 Ulak Karang 213,56 Batang Kuranji
10 Lolong 215,00 Saluran Lolong
11 Alai 107,50 Banjir Kanal
12 Purus 126,00 Banjir Kanal
13 Jati 420,00 Batang Arau
14 Ujung Gurun 174,02 Banjir Kanal
15 Aur Duri 321,10 Batang Arau
16 Olo Nipah 148,05 Batang Arau
17 Kali Mati 47,56 Batang Arau
18 Rawang Barat 56,00 Batang Jirak
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 44
Prasarana dan Sarana Perkotaan
Pengelolaan drainase di Kota Padang merupakan tugas Dinas Pekerjaan Umum
(DPU) dan dibantu Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). DPU mengelola drainase
mayor sepanjang 49.275 m dan drainase minor 29.395 m. sedangkan DKP mengelola
persampahan di 5 (lima) sektor banjir Kanal dengan total panjang 24.850 m serta drainase
lingkungan.
Tabel 3.9
Area Layanan Pengelolaan Drainase Kota Padang
No Area Panjang (m)
1 Banjir Kanal Padang Baru 6.840
2 Batang Tabing 1.700
3 Muaro Penyalinan 3.900
4 Batang Kuranji 6.700
5 Batang Jirek 5.710
Total 24.850
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
Untuk mendukung pemindahan Pusat Pemerintahan Kota Padang ke kawasan Air
Pacah akan dilakukan normalisasi sungai Bandar Lurus dan Batang Latung.
3.4. PRASARANA SUMBER DAYA AIR / JARINGAN IRIGASI
Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil. Terdapat
lebih dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang
mencapai 155,40 Km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil) dan terbagi dalam 6 daerah
sungai (DAS), yaitu : DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS Batang Arau, DAS
Batang Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai Pisang. Potensi sumber air sungai
tersebut dimanfaatkan untuk mengairi sawah di Kota Padang seluas 6.659 Ha yang
tersebar di 31 Daerah Irigasi yang didukung oleh jaringan irigasi setengah teknis dan
irigasi sederhana.
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 45
Prasarana dan Sarana Perkotaan
Tabel 3.10
Daerah Irigasi (DI) Kota Padang
No Daerah Irigasi Kecamatan Jenis
lrigasi
Luas (Ha)
2011 2012
1 Kapalo Hilalang Koto Tangah Teknis 81,25 81,25
2 Aur Kuning Koto Tangah sederhana 17,50 17,50
3 Sei Bangek Koto Tangah Teknis 116,50 116,5
4 Kasang II Koto Tangah sederhana 585 585
5 Sei Latung Koto Tangah Teknis 104,50 104,50
6 Lubuk Minturun Koto Tangah sederhana 105,50 105,50
7 Koto Tuo Koto Tangah Teknis 1003,73 1003,73
8 Tabek Syukur Koto Tangah sederhana 15,00 15,00
9 Lubuk Ramang Koto Tangah sederhana 88,00 88,00
10 Bandar Lurus Koto Tangah sederhana 20,00 20,00
11 Tabek Batu Koto Tangah sederhana 40,00 40,00
12 Lolo Kuranji sederhana 67,00 67,00
13 Lubuk Tempurung Kuranji sederhana 20,00 20,00
14 Sei Guo Kuranji Teknis 657,00 657,00
15 Lubuk Lagan Kuranji sederhana 35,00 35,00
16 Ampang Baringin Kuranji sederhana 29,00 29,00
17 Batu Busuk Pauh sederhana 120,00 120,00
18 Bandar Duku Pauh sederhana 28,00 28,00
19 Limau Manis Pauh Teknis 625,50 625,50
20 Gunung Nago Pauh Teknis 2.087,00 2.087,00
21 Ulu Gadut Pauh sederhana 53,00 53,00
22 Rasak Bungo Lubuk Kilangan sederhana 120,00 169,00
23 Koto Lalang Lubuk Kilangan sederhana 208,00 208,00
24 Baringin Lubuk Kilangan sederhana 109,00 109,00
25 Lubuk Laweh Lubuk Begalung Teknis 248,00 248,00
26 Tabek Bugis Lubuk Begalung sederhana 67,00 67,00
27 Taratak Paneh Lubuk Begalung sederhana 118,00 118,00
28 Pinana Sinawa Bungus
Tl.Kabung sederhana 70,00 70,00
29 Tabek Sirarah Bungus
Tl.Kabung Teknis 273,00 273,00
30 Tabek Koto Panjang Bungus
Tl.Kabung sederhana 144,00 144,00
31 Bandar Sikabu Bungus
Tl.Kabung sederhana 81,00 81,00
Luas 7.336,48 7.385,48
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 46
Prasarana dan Sarana Perkotaan
Panjang irigasi primer dan irigasi sekunder pada Tahun 2012 dibanding dengan
tahun 2010 dan 2011 mengalami perubahan yang cukup besar. Pada tahun 2010 dan 2011
panjang saluran irigasi primer adalah 15.970 m sedangkan pada tahun 2012 terjadi
peningkatan menjadi 31.800 m. Sebaliknya terjadi penurunan pada panjang irigasi
sekunder dari 159.730 m pada tahun 2010 dan 2011 menjadi 122.154 pada tahun 2012.
TabeI 3.11
Perkembangan Prasarana Pengairan Kota Padang
Klasifikasi Prasarana Pengairan 2010 2011 2012
Jenis sarana irigasi teknis (M)
a. Primer 15,970 15,970 31,800
b. Sekunder 159,730 159,730 122,154
c. Tersier 163,322 163,322
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang
3.5. PRASARANA PENGELOLAAN SAMPAH
Kegiatan operasional pengelola sampah di Kota Padang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP). DKP Kota Padang bertanggung jawab untuk
mengelola sampah dari permukiman, daerah komersil, perkantoran, sebagian industry,
jalan raya, taman-taman kota, dan Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) atau Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA).
Koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan instansi Pemerintah Kota
Padang dalam pengelolaan sampah kota :
1. Dinas Pasar memiliki tanggung jawab mengelola sampah pasar di seluruh
Kota Padang. Sampah yang berasal dari pasar dikumpulkan dan diangkut ke
TPA oleh petugas Dinas Pasar.
2. Dinas PU, mengelola sedimen dari saluran drainase primer, mulai dari
pengumpulan sampai pengangkutannya.
3. Dinas Pariwisata, mengelola sampah yang dihasilkan dari daerah pariwisata di
Kota Padang dikumpulkan oleh petugas Dinas Pariwisata, namun
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 47
Prasarana dan Sarana Perkotaan
pengangkutan sampah ke LPA Air Dingin dilakukan oleh petugas DKP Kota
Padang.
4. Bappedalda, bertanggung jawab melakukan koordinasi dengan DKP untuk
optimalisasi pengelolaan sampah. Optimalisasi tersebut dilakukan dengan
melaksanakan berbagai program diantaranya membantu mengaktifkan
program bank sampah beberapa lokasi dan rencana pengelolaan sampah
dengan mengacu konsep 3R.
Daerah pelayanan persampahan masih focus pada pusat Kota Padang yang terdiri
dari 4 kecamatan. Sampah dari daerah tersebut diangkut menggunakan dump truck dan
Arm Roll Truck berkapasitas 6 m3. Berikut merupakan wilayah pelayanan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang.
TabeI 3.12
Wilayah Pelayanan Sampah oleh DKP
No. Area Pelayanan
1. Kecamatan Padang Barat
2. Kecamatan Padang Timur
3. Kecamatan Padang Utara
4. Kecamatan Padang Selatan
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
Wilayah yang tidak terlayani langsung oleh DKP dilayani oleh kecamatan dengan
menyediakan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah secara mendiri
menggunakan mobil kecamatan atau mobil angkutan sampah milik DKP. Berikut daerah
yang dilayani petugas/mobil kecamatan :
TabeI 3.13
Wilayah Pelayanan Sampah oleh Mobil Kecamatan
No. Area Pelayanan
1. Kecamatan Nanggalo
2. Kecamatan Pauh
3. Kecamatan Kuranji
4. Kecamatan Lubuk Kilangan
5. Kecamatan Lubuk Begalung
6. Kecamatan Koto Tangah
7. Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 48
Prasarana dan Sarana Perkotaan
Pola penanganan sampah yaitu sampah dikumpulkan secara individual ke
container/TPSS/Depo kemudian diangkut oleh truk ke TPA yang terletak di Air Dingin.
Berdasarkan data DKP tahun 2013, jumlah sampah yang dihasilkan yaitu 800 ton/hari,
sedangkan yang bisa diangkut ke TPA Air Dingin setiap harinya yaitu 600 ton/hari. Dari
data tersebut diketahui bahwa tingkat pelayanan DKP tahun 2013 yaitu 75 %.
Luas TPA Air Dingin 30,3 Ha, hingga saat ini telah terpakai 18,4 Ha atau 60%.
Sampah yang masuk ke LPA terdiri dari 70% sampah organik dan 30% sampah
anorganik. Sebagian sampah organik diolah menjadi kompos dan sisanya diurug dengan
menggunakan sistem open dumping. Saat ini sistem pengelolaan di LPA mulai mengarah
ke sanitary landfill.
3.6. PRASARANA PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Pengelolaan air limbah di Kota Padang bersifat individual dengan sistem setempat
(on-site sistem) menggunakan cubluk dan septic tank. Persentase penduduk yang
menggunakan jamban yang layak sekitar 90% dari penduduk keseluruhan, yang terdiri
35% dilengkapi septic tank dan 55% menggunakan cubluk.
Pengolahan limbah cair dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, saat ini
terdapat 1 Instalasi Pembuangan Limbah Tinja (IPLT) dan untuk fasilitas pengangkutan
limbah cair adalah 2 truk tinja dengan kapasitas masing-masing 2.000 liter. Instalasi
Pembuangan Limbah Tinja (IPLT) yang mempunyai kapasitas 83 m terletak di
Nanggalo. Pengolahan limbah Rumah Sakit dilakukan dengan incenerator dimana saat ini
terdapat 3 incenerator yaitu di Rumah Sakit Yos Sudarso, Rumah Sakit M. Djamil dan
RSUD Sungai Sapih. Untuk limbah industri pengolahannya dilakukan sendiri.
3.7. PRASARANA ENERGI / LISTRIK
Areal pelayanan listrik telah mencakup seluruh wilayah Kota Padang dengan
jumlah pelanggan pada tahun 2012 sebanyak 440.684 pelanggan dengan total daya
terpasang sebesar 652.935.783 VA. Total jumlah daya yang terjual pada tahun 2012
adalah 1.497.705.279 Kwh.
Profil Daerah Kota Padang Tahun 2012 49
Prasarana dan Sarana Perkotaan
Tabel 3.14
Jumlah Pelanggan PT. PLN Cabang Padang
Per Golongan Tarif Daya Tahun 2012
No Golongan Tarif Daya
Jumlah
Pelanggan
(unit)
Total Daya
Terpasang (VA)
Total Daya
Terjual