65
KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING (GAGAL TUMBUH BAYI) DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Disusun Oleh : Danang Dwi Amboro 16510020 PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2020

KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING

(GAGAL TUMBUH BAYI) DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN

KASIHAN, KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Danang Dwi Amboro

16510020

PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2020

Page 2: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh
Page 3: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh
Page 4: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

iii

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri”

(QS. Ar Ra`d : 11)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya”

(QS. Al Baqarah Ayat 286)

”Finish what you started”

(Danang)

“Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini dan

hidup dengan sebaik-baiknya”

(Cak Lontong)

“Bukan mimpikan hidupmu, tetapi hidupkan mimpimu”

(Marco Reus)

“Sopo nandur bakal ngunduh”

(istilah jawa)

Page 5: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada :

Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga

saya dapat menyelesaikannya tepat waktu

Kedua orangtua saya serta kakak saya yang selalu mendukung saya

selama menempuh studi

Teman-teman Karangtaruna AKRAB Desa Bangunjiwo, Bayu, Lukman,

Cicik, Sarwanto dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

Teman-teman pamong Desa Bangunjiwo Mas Iksan, Mas Eryan, Mas

Hermawan, Mbak Rumi, Mas Mugi yang selalu membantu dalam

penelitian saya

Rekan Organisasi TPID Kecamatan Kasihan Bapak Sukandar, Mbak

Astuti, Mas Yoga, Pak Purwoko

Kamadiksi STPMD APMD yang telah berjasa dengan diberikannya

beasiswa untuk saya

Teman-teman sosiatri 2016, Eyas, Naufal, Intan, Prihatin, Agus dan yang

lainnya terimakasih sudah memberikan pengalaman yang berharga

selama ini

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta

yang telah menambah wawasan dan pengetahuan saya selama

mengikuti pembelajaran di kampus

Page 6: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat Rahmat dan

Penyertaan-Nya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konvergensi

Pencegahan Dan Penanganan Stunting (Gagal Tumbuh Bayi) di Desa

Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta”. Sebagai

salah satu persyaratan akademik untuk menempuh sarjana Ilmu Sosiatri pada Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta’.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik

materi maupun bahasa, maka penulis menghargai dan berterim kasih atas kritikan dan

saran yang bersifat konstruktif dalam penyempurnaan tulisan ini. Penulis juga

menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain, tulisan ini tidak akan diselesaikan dengan

baik, maka penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas pertolongan dan bimbingannya-Nya dalam hidupku

hingga bisa sampai pada penyelesaian penulisan skripsi ini.

2. Dr. Sutoro Eko Yunanto, selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat

Desa “APMD” Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam proses penelitian.

3. Dra. Oktarina Albizzia, M.Si. selaku Ketua program studi Ilmu Sosiatri yang telah

mendukung dan memberikan izin dalam proses penelitian dan juga selaku Dosen

Wali yang telah membantu serta membimbing saya menjadi mahasiswa yang

baik.

4. Ibu Ratna Sesotya Wedadjati, S.Psi.,M.Si.Psi. selaku Dosen Pembimbing skripsi

yang dengan tulus dan setia, memberikan pengarahan, bimbingan dalam penelitan

skripsi ini.

5. Dosen penguji I Drs. AY Oelin Marliyantoro,M.Si. yang telah banyak

memberikan masukan terhadap isi skripsi ini.

6. Dosen penguji II Dra. Oktarina Albizzia, M.Si. yang telah banyak memberikan

masukan terhadap isi skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak memberi materi kuliahnya khususnya Dosen

Jurusan Ilmu Sosiatri STPMD”APMD” Yogyakarta.

Page 7: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh
Page 8: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN MOTTO iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR SINGKATAN x

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 8

C. TUJUAN PENELITIAN 8

D. MANFAAT PENELITIAN 8

E. KERANGKA TEORI

1. Konvergensi 10

2. Pencegahan dan Penanganan 14

3. Stunting 16

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian 27

Page 9: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

viii

2. Ruang Lingkup Penelitian 27

3. Subyek Penelitian 30

4. Lokasi Penelitian 30

5. Teknik Pengumpulan Data 31

6. Teknik Analisis Data 32

BAB II. GAMBARAN UMUM KEADAAN DESA

A. Keadaan Geografis 34

B. Keadaan Umum Wilayah Desa 34

BAB III. ANALISIS DATA

A. Deskripsi Informan 46

B. Konvergensi Pencegahan dan Penanganan Stunting Di Desa Bangunjiwo

1. Perencanaan 49

2. Pelaksanaan 53

3. Pemantauan Program 66

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan 70

B. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah RT ................................................................................................. 35

Tabel 2. Sekolah Formal ......................................................................................... 37

Tabel 3. Gedung Sekolah ........................................................................................ 38

Tabel 4. Tempat Ibadah........................................................................................... 39

Tabel 5. Sarana Kesehatan ...................................................................................... 40

Tabel 6. Indentitas Informan Perangkat Desa Bangunjiwo .................................... 45

Tabel 7. Identitas Informan Pengurus RDS Desa Bangunjiwo ............................... 46

Tabel 8. Identitas Informan Kader Stunting ............................................................ 47

Page 11: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

x

DAFTAR SINGKATAN

SDM : Sumber Daya Manusia

KPM : Kader Pembangunan Manusia

TPID : Tim Program Inovasi Desa

PKTD : Padat Karya Tunai Desa

OPD : Organisasi Perangkat Daerah

RDS : Rumah Desa Sehat

PPKBPMD : Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa

HPK : Hari Pertama Kehidupan

Page 12: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara terbesar di benua Asia, bahkan dunia. Dengan

jumlah penduduk kurang lebih 265 juta jiwa. Berbagai hal tentu saja sangat mungkin

terjadi dengan banyaknya penduduk yang ada. Mulai tahun 2019 ini pemerintah

sedang gencang-gencangnya merencanakan mewujudkan SDM (sumber daya

manusia) yang memiliki kapasitas tinggi atau pembangunan manusia. Serta

pemerintah akan meningkatkan standar orang Indonesia, mulai yang terlihat yakni

tinggi badan. Berkaca pada negara lain yakni Jepang, dahulu masyarakat Jepang

memiliki rata-rata tinggi badan yang rendah, namun karena pembangunan manusia di

Jepang yang sangat baik maka saat ini negara Jepang menjadi negara yang maju

dengan kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga Jepang saat ini memegang

kendali monopoli ekonomi maupun bisnis di dunia. Hal ini ada sangkut pautnya

dengan kondisi Indonesia saat ini, dengan rata-rata tinggi badan orang Indonesia 165

cm. Secara logika tinggi badan bagi banyak orang hanyalah masalah genetik, namun

menurut bidang kesehatan gagal tumbuh tingginya seseorang dibanding dengan orang

seusianya akan mempengaruhi banyak hal, ini sering disebut dengan stunting.

Konvergensi percepatan pencegahan stunting adalah intervensi yang dilakukan

secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama mensasar kelompok sasaran prioritas

yang tinggal di desa untuk mencegah stunting. Penyelenggaraan intervensi, baik gizi

spesifik maupun gizi sensitif, secara konvergen dilakukan dengan mengintegrasikan

dan menyelaraskan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan pencegahan stunting.

Page 13: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

2

Dalam pelaksanaannya, upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilakukan

mulai pada tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, hingga pemantauan

dan evaluasi.

Dalam KBBI, konvergensi memiliki arti keadaan menuju satu titik pertemuan.

Konvergensi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata converge yang artinya

memusatkan pada satu titik, bertemu atau tindakan bertemu di satu tempat. Didalam

kamus besar bahasa Indonesia konvergensi berasal dari kata konvergen, yang berarti

bersifat menuju pada satu titik. Sedangkan didalam kamus psikologi konvergensi

adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses

perkembangan tingkah laku. Dari sini dapat ditarik sebuah pengertian bahwa

konvergensi merupakan pertemuan dua variabel yang berbeda kedalam satu titik yang

sama. Atau lebih tegasnya mempertemukan dua aliran yang berlawanan yaitu antara

nativisme dengan empirisme kedalam satu ikatan yang sama. Konvergensi dalam

penelitian ini dapat diartikan upaya banyak pihak dalam menyelesaikan satu peristiwa,

dalam hal ini peristiwanya adalah pencegahan stunting. Upaya banyak pihak tersebut

mulai dari TPID Kecamatan, Pendamping Desa, Pemerintah Desa, Kader

Pembangunan Manusia (KPM), Kader Yandu, dan Puskesmas.

Menurut Menteri Kesehatan RI, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada

anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya

(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan

setelah lahir tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun.

Page 14: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

3

Penanganan stunting ini menjadi prioritas nasional sampai didalam pencairan dana

desa tahap 3 harus melaporkan hasil penanganan stunting mulai tahun 2020. Untuk

Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi lokus stunting adalah Kabupaten Bantul

dan Kabupaten Kulonprogo.

Dari data Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyatakan tingkat prevalensi

stunting balita di Indonesia mengalami penurunan, sesuai hasil Survei Gizi Balita

Indonesia (SSGBI). Survei tersebut dilakukan secara terintegritas dengan Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS pada Maret 2019 dan

melibatkan 320.000 rumah tangga, dalam hasil SSGBI di Kemenkes menyatakan

prevalensi stunting balita mengalami penurunan dari 30,8 % tahun 2018 (Riskesdas

2018) menjadi 27,67 % tahun 2019 (https:/m.bisnis.com/kabar24) diakses tanggal 11

Desember 2019 pukul 23.00WIB)

Berikut adalah 10 data desa stunting di Kabupaten Bantul 2018

Tabel I.1

Data stunting Bantul

Page 15: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

4

Tabel I.2

Data stunting Kabupaten Bantul klaster timur 2018

Tabel I.3

Data stunting klaster tengah Kabupaten Bantul

Page 16: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

5

Tabel I.4

Data stunting klaster barat Kabupaten Bantul

(materi power point TPID Kecamatan Kasihan dalam pelatihan yang dilaksanakan oleh

pemerintah Kabaputen Bantul dalam penanganan stunting diakses pada tanggal 11

Desember 2019 pukul 23.00 WIB)

Pada Tahun 2018 dari kesepakatan 4 menteri yang mewajibkan penggunaan Dana

Desa untuk pencegahan dan penanganan stunting serta PKTD, istilah stunting ini nyaris

tidak dipahami dan tidak dikenal oleh masyarakat. Akibatnya hampir tidak ada Desa di

Kabupaten Bantul yang mengalokasikan anggaran dari Dana Desa untuk kegiatan

pencegahan dan penanganan stunting.Yang mendapat perhatian Desa dan masyarakat

adalah bahwa untuk kegiatan pembangunan yang didanai dari Dana Desa maka sedikitnya

30% wajib dialokasikan untuk HOK

Penanganan stunting merupakan prioritas pembangunan nasional melalui

Rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan Pangan. Sesuai dengan UU tentang Desa,

maka terhadap upaya penanganan stunting yang sudah menjadi prioritas nasional sangat

memungkinkan bagi Desa untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang relevan dan yang

Page 17: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

6

bersifat skala desa melalui APBDes. Rujukan Belanja Desa untuk penanganan stunting

diperkuat dengan telah dikeluarkannya Permendesa No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas

Penggunaan Dana Desa.

Dasar Hukum terkait dengan konvergensi stunting :

1. Permendesa No 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2018

terkait Stunting

2. Bab III Pasal 4, Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai kegiatan

bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

3. Bab III Pada Pasal 5 disebutkan bahwa kegiatan pembangunan Desa meliputi

pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana

pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat dan

pendidikan.

4. Bab III Pasal 7 Kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat meliputi dukungan

pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan, kesehatan,

pemberdayaan perempuan dan anak.

Dalam konvergensi penanganan dan pencegahan stunting di Kabupaten Bantul

sebagai lokus stunting bersama dengan Kabupaten Kulonprogo sudah melakukan atau

sedang melakukan upaya ditahun 2019 ini, mulai dari TPID Kecamatan yang dititipi oleh

Kabupaten sebagai pemantik agar Desa-Desa mampu melakukan penanganan maupun

pencegahan, konvergensi yang dilakukan banyak pihak untuk melakukan suatu hal dalam

hal ini yakni stunting, pihak-pihak tersebut antara lain TPID Kecamatan, Pendamping

Desa, Pemerintah Desa, KPM Desa (Kader Pembangunan Manusia), Kader Yandu, dan

Puskesmas.

Page 18: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

7

Stunting ditahun 2019 sedang menjadi isu nasional yang pemerintah sangat

menggencarkan kebijakan terkait dengan stunting, mulai dengan melibatkan banyak

pihak tidak hanya yang dibidang kesehatan. Pemerintah Desa juga dibebankan untuk

melakukan pencegahan dan penanganan stunting ini, yakni dengan kebijakan dari

pemerintah bahwa pencairan dana desa tahap 3 di tahun 2020 dari pemerintah desa harus

bisa melaporkan scorecard stunting yang dilakukan oleh KPM Desa, akan sangat menarik

meneliti bagaimana reaksi desa-desa dalam melakukan tugas konvergensi stunting ini.

Ditambah juga belum ada penelitian terkait konvergensi stunting ini karena terkait

peraturan tersebut akan diberlakukan mulai tahun 2020.

Saya tertarik untuk mengangkat tema konvergensi pencegahan stunting tingkat

Desa ini karena tema ini sangat menarik dan sedang menjadi isu nasional ditahun 2019,

kemudian juga ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan yang sedang dilakukan oleh

Desa. Serta juga untuk mengetahui bagaimana peran-peran yang dilakukan oleh pihak

yang bersangkutan pada isu stunting ini, cukup banyak yakni ada 6 pihak untuk

memecahkan satu isu.

Page 19: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

8

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses konvergensi pencegahan dan penanganan stunting di Desa

Bangunjiwo ?

2. Apa saja kendala yang dialami dalam proses konvergensi pencegahan dan

penanganan stunting di Desa Bangunjiwo ?

C. TUJUAN dan MANFAAT

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui proses konvergensi pencegahan dan penanganan stunting di

Desa Bangunjiwo

b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Desa Bangunjiwo dalam proses

konvergensi pencegahan dan penanganan stunting.

2. Manfaat

a. Secara Teoritis

1) Sebagai pembanding antara teori yang didapat dari bangku perkuliahan

dengan fakta yang ada di lapangan.

2) Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dibidang yang sejenis.

b. Secara Praktis

1) Penelitian ini dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam

mengaplikasikan pengetahuan teoritik terhadap masalah praktis.

2) Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan umum tentang proses

konvergensi stunting ditingkat Desa.

Page 20: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

9

3) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi berbagai

pihak sebgai bahan tambahan informasi, baik bagi peneliti lanjutan dan lain

sebagainya.

4) Penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi pemerintah karena terkait

peraturan pencairan dana desa tahap 3.

D. KERANGKA TEORI

Untuk menelaah permasalahan diatas tidak cukup hanya dilandasi dengan

pemikiran atau secara logika tetapi juga harus dilandasi dengan teori sehingga terwujud

karya ilmiah sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu suatu penelitian tidak

mungkin dapat dilakukan tanpa orientasi pendahuluan di perpustakaan (Masri Singaribun,

1995:70). Maka dalam hal ini penelitian akan membahas tentang teori-teori yang

berhubungan dengan proses konvergensi pencegahan dan penanganan stunting.

Menurut Masri Singarimbun (1995:37), Teori adalah serangkaian asumsi, konsep,

konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara

sistematis dengan cara merumuskan hubungan suatu konsep. Dari pengertian atau batas

tentang teori tersebut dapat disimpulkan bahwa teori adalah suatu rangkaian proporsi

yang saling berhubungan untuk menjelaskan suatu fenomena sosial secara sistematis

dalam taraf ketelitian yang diperoleh dengan abstraksi, konsep, dan hubungan proporsisi.

Dengan demikian kerangka teoritis tersebut akan memudahkan serta memberikan

arah yang tepat dalam pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan yaitu proses

konvergensi pencegahan dan penanganan stunting di Desa Bangunjiwo.

Page 21: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

10

1. Konvergensi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), konvergensi memiliki arti keadaan

menuju satu titik pertemuan. Sedangkan menurut Wikipedia ada pengertian mengenai

konvergensi media, yaitu adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang

ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan.

Konvergensi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata converge yang

artinya memusatkan pada satu titik, bertemu atau tindakan bertemu di satu tempat.

Didalam kamus besar bahasa Indonesia konvergensi berasal dari kata konvergen, yang

berarti bersifat menuju pada satu titik. Sedangkan didalam kamus psikologi konvergensi

adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses

perkembangan tingkah laku. Dari sini dapat ditarik sebuah pengertian bahwa konvergensi

merupakan pertemuan dua variabel yang berbeda kedalam satu titik yang sama. Atau

lebih tegasnya mempertemukan dua aliran yang berlawanan yaitu antara nativisme

dengan empirisme kedalam satu ikatan yang sama.

Konvergensi adalah teori yang dipelopori oleh Louis William Stern,(1978:54).

Stern menyatakan bahwa perkembangan manusia baik dasar keturunan maupun

lingkungan, sama-sama mempunyai peranan yang penting. Jadi menurutnya proses

perkembangan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, yang seakan-akan seperti

halnya dua garis yang menuju pada satu titik pertemuan.

Stern (1988:23) mengemukakan pendapatnya disertai bukti-bukti hasil

penyelidikannya terhadap anak-anak kembar yang dilakukannya di Hamburg, Jerman.

Stern mengetahui anak-anak kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang sama. Anak-

anak tersebut kemudian dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh

Page 22: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

11

lingkungan yang berbeda satu sama lain. Pemisahan terhadap anak kembar segera

dilakukan setelah kelahiran mereka. Setelah dalam kurun waktu tertentu Stern

memperoleh data dari pengamatannya bahwa kedua anak kembar tersebut akhirnya

mempunyai sifat yang berbeda satu sama lain. Hal ini berarti adanya pengaruh faktor

lingkungan tempat anak mengalami perkembangan. Dengan pernyataan lain, faktor

pembawaan (keturunan) tidak menentukan secara mutlak sifat-sifat atau struktur

kejiwaan individu. Dalam penelitian itu menandaskan bakat yang dibawa pada waktu

lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan baik.

Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan dapat menghasilkan perkembangan anak

yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk

mengembangkan.

Senada dengan Stern, Djumransjah (dalam stern dan Johnson 1976) juga

menegaskan bahwa walaupun keadaan pembawaan yang sama, pengaruh lingkungan atas

manusia dapat dibuktikan. Seperti halnya kemampuan dua orang anak kembar, yang

ketika lahir sudah dapat ditentukan oleh dokter bahwa pembawaan mereka sama, tetapi

jika dibesarkan dalam lingkungan yang berlainan mereka akan berlainan pula

perkembangannya. Disisi lain Ngalim Purwanto juga berujar bahwa proses

perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan dan faktor

lingkungannya saja. Akan tetapi aktivitas manusia sendirilah yang turut menentukan atau

memainkan peranan perkembangannya. Perkembangan yang sehat akan berkembang jika

kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensial kodrati anak

bersinergi dengan berjalan secara seimbang. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak

Page 23: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

12

sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak atau bahkan melumpuhkan potensi

psiko-fisis anak.

Demikian pula halnya dengan pembawaan, menurut Anatasi dalam Alex Sobur,

pengaruh pembawaan atau keturunan terhadap tingkah laku, selalu terjadi secara tidak

langsung. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara atau perangsang yang

terdapat di lingkungan, sekalipun kenyataannya memang ada semacam tingkatan yang

lebih dan kurang nyaman.

Hal demikian dapat dicontohkan dengan kenyataan-kenyataan antara lain:

a. Latar belakang keturunan yang sama mungkin menghasilkan ciri-ciri kepribadian

yang berbeda pada kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda pula.

b. Latar belakang keturunan yang berbeda dan pada lingkungan hidup yang berbeda

pula, dapat dihasilkan pola perkembangan yang sama atau hampir sama.

c. Lingkungan hidup yang sama bisa menimbulkan perbedaan-perbedaan ciri

kepribadian pada anak-anak yang berlainan latar belakang keturunannya.

d. Lingkungan hidup yang tidak sama bisa menimbulkan persamaan dalam ciri-ciri

kepribadian meskipun latar belakang keturunan tidak sama.

Adapun tentang hubungan antara pengaruh lingkungan dan faktor keturunan dapat

dirumuskan dengan. Pertama, faktor lingkungan dan keturunan menjadi sumber

timbulnya tingkah laku. Kedua, faktor keturunan dan lingkungan tidak bisa berfungsi

secara terpisah, melainkan saling berhubungan. Ketiga, bentuk interaksi yang terjadi

dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang majemuk, artinya suatu

hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.

Page 24: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

13

Langeveld sebagaimana disitir oleh Sumadi, mencoba menemukan hal-hal apa

yang memungkinkan perkembangan anak itu menjadi orang dewasa, ia menemukan hal-

hal sebagai berikut :

a. Justru karena anak itu adalah makhluk hidup (makhluk biologis) maka dia

berkembang

b. Bahwa anak itu pada waktu masih sangat muda adalah sangat tidak berdaya, dan

adalah suatu keniscayaan bahwa dia perlu berkembang menjadi lebih berdaya

c. Bahwa kecuali kebutuhan-kebutuhan biologis anak memerlukan adanya perasaan

aman, karena itu perlu adanya pertolongan atau perlindungan dari orang yang

mendidik.

d. Bahwa di dalam perkembangannya anak tidak pasif menerima pengaruh dari luar

semata-mata, melainkan ia juga aktif mencari dan menemukan.

Pendapat tersebut dapat dipahami, bahwa anak adalah makhluk hidup yang

berkembang secara dinamis. Kemudian perkembangan yang dinamis tersebut pada

gilirannya menggiring anak untuk mengeksplorasi semua aspek-aspek perkembangannya

dan dengan tenaga-tenaga dari luar yang menolong. Instrumen penolong dalam hal ini

salah satunya dengan melalui pendidikan. Pendidikan dalam konteks konvergensi dapat

disimpulkan bahwa, pertama pendidikan mungkin diberikan, kedua yang membatasi hasil

pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu sendiri dan ketiga pendidikan diartikan

sebagai penolong atau pertolongan yang diberikan pada lingkungan anak didik untuk

mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya pembawaan yang

buruk.

Page 25: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

14

Dengan demikian dapat diketahui bahwa bakat yang dibawa anak sejak

kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang

sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang memiliki otak yang cerdas,

namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasakan anak

tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa dalam proses pendidikan anak tetap

memerlukan bantuan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dalam

menumbuhkembangkan potensi bawaan yang dimilikinya.

2. Pencegahan dan Penanganan

Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar

suatu tidak terjadi. Dapat dikatakan suatu upaya yang dilakukan sebelum terjadinya

pelanggaran atau kejadian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007),

pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar

sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan

identik dengan perilaku.

Dalam penelitian ini ditekankan upaya yang akan diteliti berupa upaya

pencegahan atau upaya preventif. Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang

belum atau rentan terhadap suatu masalah, menurut Yunita (dalam L.Abate,1990:10)

definisi dari pencegahan adalah Prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai

pendekatan, prosedur dan metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi

interpersonal seseorang dan fungsinya sebagai individu, pasangan, dan sebagai orang tua

Menurut Yunita dalam(L’Abate,1990:11), sebagian besar program preventif yang

efektif memliki karakteristik sebagai berikut:.

Page 26: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

15

a. Fokus terhadap pemahaman mengenai resiko dan masalah dari perilaku

yang ingin dicegah dalam kelompok sasaran

b. Desain untuk merubah “life trajectory” dari kelompok sasaran, dengan

menyediakan pilihan dan kesempatan dalam jangka panjang yang

sebelumnya tidak tersedia

c. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan hidup baru yang dapat

membantu partisipan untuk menghadapi stress dengan lebih efektif dengan

dukungan sosial yang ada

d. Fokus dalam menguatkan dukungan dasar dari keluarga, komunitas atau

lingkungan sekolah

Koleksi dari penelitian yang memiliki kualitas yang baik menjadi bukti

dalam keefektivitasaan dokumen.Sedangkan menurut (Oktavia, 2013) upaya preventif

adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu

yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin pravenire

yang artinya datang sebelum/antisipasi/mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam

pengertian yang luas preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk

mencegah terjadinyan gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang.Dengan

demikian upaya preventif adalah tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu terjadi.

Hal tersebut dilakukan karena sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merusak

ataupun merugikan. Sedangkan penanganan menurut kamus besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah proses, cara, perbuatan menangani; penggarapan.

Page 27: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

16

3. Stunting

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak yang

disebabkan karena kekurangan asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan

kurangnya stimulus psikososial. Stunting ditandai dengan panjang/tinggi badan anak

lebih pendek dari anak seusianya. Anak stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak

maksimal. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa

depan berisiko menurunkan produktivitas. Stunting adalah Kondisi Kekurangan Gizi

Kronis. Secara fisik anak stunting memiliki tinggi badan di bawah standar pertumbuhan

anak normal seusianya (WHO) (2007)

Menurut Menteri Kesehatan RI (2011), stunting adalah kondisi gagal tumbuh

pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya

(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan

setelah lahir tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi dibawah

lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk

usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal

setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi Stunting baru nampak setelah bayi berusia 2

tahun. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya periode1000

hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat

pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Stunting

dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000 hari pertama

kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang anal pada 1000 hari

pertama.Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat didalam kandungan dan

Page 28: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

17

menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap kegidupan saat dewasa.

Hal ini dapat terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak-anak

dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015). Balita pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau

tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku

WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006. Stunting pada anak

merupakan indikator status gizi yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau. Stunting merupakan

istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran

yang semestinya (bayi pendek).Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang

sangat pendek hingga melampaui deficit. 2 SD dibawah median panjang atau tinggi

badan populasi yang menjadireferensi internasional. Stunting adalah keadaan

dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak

lebih pendek dibandingkan dengan anak–anak lain seusianya (MCN, 2009;22).

a. Tanda Stunting

Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),ditandai

dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam

mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usiaanak. Stuntingmerupakan

kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa laludan digunakan

sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat

didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang

mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan

indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai

Page 29: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

18

dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk

mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka

kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motik yang rendah serta fungi

tubuh yang tidak seimbang.

b. Penyebab Stunting

Pada masa ini merupakan proses terjadinya Stunting pada anak dan peluang

peningkatan Stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi

ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil

dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation

(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan.Anak-anak yang mengalami hambatan dalam

pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit

infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu

makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak.Keadaan ini semakin

mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang

terjadinya Stunting (Depkes, 2011). Gizi buruk kronis (Stunting) tidak hanya

disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi

disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu

sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab Stunting yaitu asupan makanan tidak

seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat,

protein,lemak, mineral, vitamin,dan air), riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),

Page 30: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

19

riwayat penyakit,praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta

setelah ibu melahirkan. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, tidak

menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

c. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia, sehingga prestasi

belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak yang menderita

Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada

kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan

menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh

proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya. Gagal tumbuh yang

terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada

kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah Stunting menunjukkan

ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang yaitu kurang energi dan protein,

juga beberapa zat gizi mikro.

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian Stunting berhubungan

dengan berbagai macam faktor yaitu faktor karakteristik orangtua yaitu pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, pola asuh, pola makan dan jumlah anggota dalam keluarga,

faktor genetik, penyakit infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energi dan protein,

sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai.

Page 31: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

20

Adapun faktor resiko Stunting yaitu :

1) Pendidikan Orang tua

Menurut George F. Kneller yang dikutip oleh Siswoyo dkk (2007:15)

pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan teknis.Dalam arti luas pendidikan

menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang

berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau

kemampuan fisik individu. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana

masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau

lembaga lainnya) dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu

pengetahuan, nilai-nilai keterampilan-keterampilan, dan generasi-generasi.

Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur,

bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini

berlangsung di sekolah,pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan informal adalah pendidikan yang didapatkan seseorang dari

pengalaman sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar sepanjang

hayat.Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari

maupun dalam pekerjaan, masyarakat, dan organisasi.Pendidikan non formal adalah

pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti

Page 32: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

21

peraturan yang ketat. Tingkat pendidikan merupakan suatu proses yang sengaja

dilakukan oleh orangtua siswa TK Islam Zahrotul Ulum untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuannya melalui pendidikan formal yang berjenjang. Tingkat

pendidikan mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan

makanan dalam hal kualitas dan kuantitas. Pendidikan orang tua terutama ayah

memiliki hubungan timbal balikdengan pekerjaan. Pendidikan ayah merupakan faktor

yang mempengaruhi harta rumah tangga dan komoditi pasar yang dikonsumsi karena

dapat mempengaruhi sikap dan kecenderungan dalam memilih bahan-bahankonsumsi.

Sedangkan pendidikan ibu mempengaruhi status gizi anak, dimana semakin tinggi

pendidikan ibumaka akan semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan juga

berkaitan dengan pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin tinggi pendidikan

ibu maka semakin baik pula pemahaman dalam memilih bahan makanan.

2) Pekerjaan Orang tua

Pekerjaan orangtua mempunyai andil yang besar dalam masalahgizi.

Pekerjaan orang tua berkaitan erat dengan penghasilan keluarga yang mempengaruhi

daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang terbatas, besar kemungkinan

kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya secara kualitas dna kuantitas.

Peningkatan pedapatan keluarga dapat berpengaruh pada susunan makanan.

Pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya

konsumsi pangan seseorang. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang

tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan

anak baik primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 2000).

Page 33: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

22

3) Tinggi badan orang tua

Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki.Parameter

ini merupakan parameter yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan

tidak sensitif untuk mendeteksi permasalahan gizi pada waktu yang singkat.

Pengukuran tinggi badan sebagai parameter tinggi badan mempunyai banyak kegunaan,

yaitu dalam penilaian status gizi, penentuan kebutuhan energi basal, penghitungan

dosis obat, danprediksi dari fungsi fisiologis seperti volume paru, kekuatan otot,

dan kecepatan filtrasi glomerulus.Tinggi badan dapat ukur dari alas kaki ke titik

tertinggi pada posisi tegak.

Menurut Wibowo Adi (2008) berpendapat bahwa tinggi badan merupakan

ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi

kepala dan leher tegak, pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar

dan tarik nafas beberapa saat. Menurut Wahyudi (2011) yangdikutip Catur baharudin

(2007) berpendapat bahwa tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna

tanpa alas kaki. Untuk mengukur tinggi badan seseorang pada posisi berdiri secara

anatomis, dapat diukur dari kepala bagian atas sampai ketelapak kaki bagian bawah.

e. Proses pencegahan stunting

Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi

spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen. Konvergensi

penyampaian layanan membutuhkan keterpaduan proses perencanaan, penganggaran,

dan pemantauan program/kegiatan pemerintah secara lintas sektor untuk memastikan

tersedianya setiap layanan intervensi gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas dan

intervensi gizi sensitif untuk semua kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin.

Page 34: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

23

Dengan kata lain, konvergensi didefinisikan sebagai sebuah pendekatan intervensi yang

dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama pada target sasaran wilayah

geografis dan rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Penyelenggaraan

intervensi secara konvergen dilakukan dengan menggabungkan atau mengintegrasikan

berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.

Upaya konvergensi akan terwujud apabila:

1) Program/kegiatan Nasional, daerah, dan desa sebagai penyedia layanan intervensi

gizi spesifik dan gizi sensitif dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi sesuai

kewenangan.

2) Layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif tersedia dan dapat

diakses bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan, terutama rumah tangga

1.000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan).

3) Kelompok sasaran prioritas menggunakan dan mendapatkan manfaat dari layanan

tersebut.

Upaya konvergensi percepatan pecegahan stunting dilaksanakan mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi program/ kegiatan.

Pada tahap perencanaan, konvergensi diarahkan pada upaya penajaman proses

perencanaan dan penganggaran regular yang berbasis data dan informasi faktual agar

program dan kegiatan yang disusun lebih tepat sasaran melalui:

1) pelaksanaan analisis situasi awal

2) pelaksanaan rembuk stunting

3) penyusunan rencana kerja.

Page 35: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

24

Analisis situasi awal dan rembuk stunting dilakukan untuk mengetahui kondisi

stunting di wilayah kabupaten/kota, penyebab utama, dan identifikasi program/kegiatan

yang selama ini sudah dilakukan. Dari analisis ini diharapkan dapat menentukan

program/kegiatan, kelompok sasaran, sumber pendanaan2 dan lokasi upaya percepatan

pencegahan stunting di daerah, yang kemudian diterjemahkan dalam Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Organisasi Perangkat daerah (OPD) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada tahap pelaksanaan, konvergensi diarahkan pada upaya untuk melaksanakan

intervensi gizi spesifik dan sensitif secara bersama dan terpadu di lokasi yang telah

disepakati bersama, termasuk didalamnya mendorong penggunaan dana desa untuk

percepatan pencegahan stunting dan mobilisasi Kader Pembangunan Manusia (KPM).

f. Skema Koordinasi

Upaya konvergensi pencegahan stunting merupakan pendekatan intervensi yang

dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama. Upaya ini harus melibatkan

lintas sektor dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan. Pemerintah

daerah bertanggungjawab dalam memastikan intervensi lintas sektor untuk pencegahan

stunting dapat dilaksanakan secara efektif di tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai

dengan tingkat desa.

Upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilaksanakan mengikuti

siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan di daerah untuk memastikan:

1) Perencanaan kegiatan pencegahan stunting dilakukan dengan berbasis data.

Page 36: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

25

2) Intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dialokasikan dalam dokumen perencanaan

dan penganggaran.

3) Pemantauan secara terpadu dan melakukan penyesuaian pelaksanaan

program/kegiatan berdasarkan temuan di lapangan untuk meningkatkan kualitas

dan cakupan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.

4) Sistem manajemen data yang baik untuk mengukur hasil-hasil pelaksanaan

program/kegiatan.

5) Hasil evaluasi kinerja digunakan sebagai dasar perencanaan dan penganggaran

tahun berikutnya.

Sedangkan pada tahap pemantauan dan evaluasi, konvergensi dilakukan melalui

pelaksanaan pemantauan yang dilakukan bersama dengan menggunakan mekanisme dan

indikator yang terkoordinasikan dengan baik secara berkelanjutan. Sehingga hasil

pemantauan dan evaluasi dapat dijadikan acuan bagi semua pihak yang terkait untuk

mengetahui perkembangan pelaksanaan upaya percepatan pencegahan stunting dan

memberikan masukan bagi tahap perencanaan dan penganggaran selanjutnya.

Peran Pemerintah Desa Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, Desa berkewajiban mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang

menjadi program prioritas nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya. Dengan demikian desa perlu menyusun program/kegiatan yang relevan

dengan pencegahan stunting, yang didanai oleh Dana Desa. Adapun peran pemerintah

desa untuk mendukung pencegahan stunting, adalah sebagai berikut:

1) Mensosialisasikan kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat.

Page 37: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

26

2) Melakukan pendataan terhadap kelompok sasaran, permasalahan terkait stunting,

cakupan layanan dasar kepada masyarakat, kondisi penyedia layanan,dan

sebagainya .

3) Pembentukan dan pengembangan Rumah Desa Sehat (RDS) sebagai sekretariat

bersama yang berfungsi untuk ruang belajar bersama, penggalian aspirasi,

aktualisasi budaya, aktivitas kemasyarakatan, akses informasi serta forum

masyarakat peduli kesehatan, pendidikan dan sosial.

4) Menyelenggarakan rembuk stunting desa.

5) Tersusunnya rencana aksi pencegahan stunting di desa dan daerah.

6) Menyiapkan Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan pelaku desa lainnya yang

terkait dengan pencegahan stunting.

7) Meningkatkan pelayanan posyandu, peningkatan layanan kegiatan pengasuhan,

penyuluhan pola hidup sehat pada PAUD, dan lainnya dalam upaya pencegahan

stunting.

8) Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana intervensi gizi sensitif

sesuai dengan kewenangannya.

9) Meningkatkan kapasitas aparat desa, KPM, dan masyarakat melalui pelatihan

yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah lainnya.

10) Pemantauan pelaksanaan program/kegiatan pencegahan stunting, serta pengisian

dan pelaporan scorecard desa kepada OPD terkait.

11) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan stunting, mengukur

capaian kinerja desa, dan melaporkan kepada bupati/walikota melalui camat.

Page 38: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

27

12) Melakukan pemutahiran data secara berkala sebagai dasar penyusunan rencana

program/kegiatan pencegahan stunting tahun berikutnya.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian konvergensi pencegahan dan penanganan stunting di Desa

Bangunjiwo merupakan suatu penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

melakukan penggambaran terhadap obyek atau variable yang diteliti. Metode

kualitatif merujuk pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

apa yang ditulis dan dikatakan oleh orang/ tingkah laku yang diamati. Penelitian

deskriptif merupakan tingkat kedua yang merupakan pengembangan lanjut dari

penelitian eksploratif dimana peneliti sudah mengetahui beragam variable yang

terlibat dalam sasaran studinya. Penelitian deskriptif mengarah pada

pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai kondisi tentang apa yang

terjadi apa adanya di lapangan studinya. (H.B. Sutopo,2002 : 110-111).

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah suatu obyek yang dikaji dalam penelitian agar

sesuai dengan tuuan penelitian, yaitu Konvergensi Pencegahan dan Penanganan di

Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan.

b. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan salah satu unsur pokok dalam peneltian.

Untuk itu sebuah konsep harus didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi

Page 39: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

28

kesalahan dalam pengukurannya. Konsep adalah suatu abstraksi yang

menggambarkan secara umum atas kejadian nyata dalam suatu fenomena.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat didefinisikan konsep sebagai berikut :

1) Konvergensi

Konvergensi adalah upaya banyak pihak / lebih dari satu untuk

menyelesaikan sesuatu.

2) Pencegahan dan penanganan

Pencegahan adalah upaya preventif yaitu upaya menghindari agar suatu hal

atau kejaidan tidak terjadi, sedangkan penanganan adalah upaya

menyembuhkan atau membuat normal suatu hal yang seharusnya tidak

terjadi.

3) Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi

kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya

c. Definisi Operasional

Definisi operasioanal merupakan suatu definisi yang menjelaskan atas suatu

variable yang dapat diukur. Definisi operasional ini memberikan informasi untuk

mengukur variable yang akan diteliti. Setelah mengidentifikasi variabel-variabel

penelitian diatas kedalam bentuk yang lebih formal, maka konsep yang telah

dirumuskan tersebut perlu dijabarkan lebih konkrit kedalam proses penelitian

untuk secara abstrak dapat dirumuskan. Berdasarkan hal ini maka dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa indikator-indikator yang berhubungan dengan proses

Page 40: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

29

Konvergensi Pencegahan dan Penanganan Stunting di Desa Bangunjiwo yaitu

sebagai berikut :

Proses pelaksanaan konvergensi pencegahan dan penanganan stunting di

Desa Bangunjiwo :

1) Perencanaan

a) Mensosialisasikan kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat.

b) Melakukan pendataan terhadap kelompok sasaran, permasalahan terkait

stunting, cakupan layanan dasar kepada masyarakat, kondisi penyedia

layanan,dan sebagainya

2) Pelaksanaan

a) Pembentukan dan pengembangan Rumah Desa Sehat (RDS) sebagai

sekretariat bersama yang berfungsi untuk ruang belajar bersama,

penggalian aspirasi, aktualisasi budaya, aktivitas kemasyarakatan, akses

informasi serta forum masyarakat peduli kesehatan, pendidikan dan sosial.

b) Menyelenggarakan rembuk stunting desa.

c) Tersusunnya rencana aksi pencegahan stunting di desa dan daerah.

d) Menyiapkan Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan pelaku desa

lainnya yang terkait dengan pencegahan stunting.

e) Meningkatkan pelayanan posyandu, peningkatan layanan kegiatan

pengasuhan, penyuluhan pola hidup sehat pada PAUD, dan lainnya dalam

upaya pencegahan stunting.

f) Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana intervensi gizi

sensitif sesuai dengan kewenangannya.

Page 41: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

30

g) Meningkatkan kapasitas aparat desa, KPM, dan masyarakat melalui

pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga non

pemerintah lainnya.

3) Pemantauan program

a) Pemantauan pelaksanaan program/kegiatan pencegahan stunting, serta

pengisian dan pelaporan scorecard desa kepada OPD terkait.

b) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan stunting,

mengukur capaian kinerja desa, dan melaporkan kepada bupati/walikota

melalui camat.

c) Melakukan pemutahiran data secara berkala sebagai dasar penyusunan

rencana program/kegiatan pencegahan stunting tahun berikutnya.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini berjumlah 17 orang. Dengan rincian

13 orang dari Kader Stunting, 2 dari pengurus Rumah Desa Sehat Bangunjiwo,

dan 2 perangkat Desa Bangunjiwo.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat seseorang peneliti melakukakan

penelitian. Lokasi penelitian ini tentunya tidak dilakukan di sembarangan tempat,

melainkan dilakukan ditempat yang sesuai dengan topik penelitiannya yaitu di

Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta,

55184.

Page 42: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

31

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penyusun menggunakan

kombinasi dari beberapa metode, sehingga dapat diharapkan akan memperoleh

data yang dibutuhkan secara valid. Adapun teknik pengumpulan data yang

dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Observasi

Pengumpulan data melalui metode observasi ini yaitu dengan melakukan

pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian, dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi lokasi penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran

yang lebih jelas tentang lokasi penelitian.penyusunan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap obyek yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas, dan

pelaksanaan program.

b. Wawancara

Pengambilan data melalui metode wawancara ini yaitu dengan

memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak

yang bersangkutan guna memperoleh data dan informasi mengenai hal yang

diteliti.

c. Dokumentasi

Metode ini yaitu guna memperoleh data dengan melihat dan mencatat

dokumen-dokumen arsip yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi

tentang lokasi penelitian. Dokumen-dokumen itu bisa berasal dari

perpustakaan, dari imstansi yang diteliti dan dari tempat lain.

Page 43: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

32

6. Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian ini, penelitian menggunakan pendekatan sosial,

dimana dalam kehidupan manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda pada

setiap individu dan antar individu yang satu dengan individu lainnya yang saling

berinteraksi dan saling secara timbal balik.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang bersifat

kualitatif, artinya jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya. (Mantra, 2004:30).

Moleong (2001:190) menyatakan untuk menganalisis data secara

sistematis maka ada proses analisis data secara umum dimulai dari :

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber

Proses analisis data dimulai dari berbagai sumber, yaitu wawancara,

pengamatan, dan dokumentasi yang dilakukan di lapangan terutama di Desa

Bangunjiwo.

b. Mengadukan reduksi data

Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang intinya.

Proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada

didalamnya.

c. Menyusun dalam satuan-satuan

Proses yang ketiga dalam analisis data yakni menyusun satuan-satuan,

yang kemudian dikategorikan sambil membuat koding atau menafsirkan

informasi.

Page 44: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

33

d. Tahap akhir ialah mengadukan penafsiran kedua

Proses penafsiran data berarti peneliti melakukan penafsiran atau

menganalisis data yang didapatkan maupun wawancara. Hasil tersebut

diolah dan diartikan dengan kata-kata atau dideskripsikan peneliti tentang

proses Konvergensi Pencegahan dan Penanganan Stunting di Desa

Bangunjiwo.

Berdasarkan urutan diatas yang dimaksud dengan penelitian kualitatif

adalah penelitian yang dilakukan terhadap manusia dengan melalui proses

wawancara, pengamatan, dokumentasi dan lainnya baik pada spek bahasa

maupun tingkah laku yang dilakukan sesuai dengan realitas yang wajar dan

alamiah, sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata,

gambar dan sebagainya serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mengetahui krediblitas dan keabsahan data maka teknik analisis

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu teknik

pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuai yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekam atau sebagai pembanding terhadap data tersebut

(Moleong, 2001:178).

Selanjutnya menganalisa data dengan gejala yang diteliti dan

menginterpretasikan data-data tersebut atas dasar teori yang ada, dan bersifat

menyeluruh. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran keadaan

dan bukan merupakan penyajian angka-angka. Dengan demikian laporan

peneliti mengenai “Konvergensi Pencegahan dan Penanganan Stunting di

Desa Bangunjiwo”.

Page 45: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

34

BAB II

GAMBARAN UMUM KEADAAN DESA

A. Keadaan Geografis

Desa Bangunjiwo secara Administrative merupakan bagian dari Kabupaten

Bantul diantara 75 Desa yang ada di wilayah Kabupaten Bantul dan salah satu dari 4

(empat) Desa di wilayah Kecamatan Kasihan. Mobilitas / jarak tempuh Desa Bangunjiwo,

5 Km dari Kecamtan Kasihan, 8 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Bantul dan 13

Km dari Pusat Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa Bangunjiwo adalah merupakan gabungan dari 4 (empat) Kalurahan yaitu :

1. Kalurahan Sribitan.

2. Kalurahan Paitan.

3. Kalurahan Bangen.

4. Kalurahan Kasongan.

Pengabungan Kalurahan - Kalurahan tersebut diatas pada tanggal 6 Desember tahun 1946

dengan nama Desa Bangunjiwo.

B. Keadaan umum wilayah Desa

1. Batas wilayah Desa

a. Sebelah Utara : Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

b. Sebelah Selatan : Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

c. Sebelah Barat : Desa Triwidadi, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.

Page 46: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

35

d. Sebelah Timur : Desa Tirtonirmolo dan Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul.

2. Pemerintahan Desa

Desa Bangunjiwo terdiri dari 19 wilayah Dukuh serta 144 RT (Rukun Tetangga)

dengan pembagian wilayah sebagai berikut :

Tabel II.1

Jumlah Rukun Tetangga

NO NAMA PEDUKUHAN JUMLAH RT

1 Gendeng 16

2 Ngentak 12

3 Donotirto 11

4 Lemahdadi 7

5 Salakan 3

6 Sambikerep 4

7 Petung 4

8 Kenalan 6

9 Sribitan 9

10 Kalirandu 11

11 Bangen 5

12 Bibis 5

13 Jipangan 10

14 Kalangan 6

15 Kalipucang 5

16 Gedongan 12

17 Kajen 6

18 Tirto 7

19 Sembungan 5

Sumber : RPJM-Des Bangunjiwo 2015-2019

Dari tabel II.1 diatas dapat disimpulkan bahwa persebaran RT tiap Pedukuham

berbeda. Jumlah RT terbanyak ada di Pedukuhan Gendeng dengan jumlah 16 RT,

sedangkan jumlah RT paling sedikit ada Pedukuhan Salakan dengan jumlah 3 RT.

Page 47: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

36

3. Organisasi Pemerintah Desa

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH

DESA BANGUNJIWO

LURAH

DESA BPD

WIJI

HARINI,

S.SOS., MM SIHANA

CARIK

SUKARMAN

KAUR

KEUANGAN

KAUR TU &

UMUM

KAUR

PERENCANAAN

JOKO

MUGI

RAHARJO RUMIYATI, S.T.

KASI

PEMERINTAHAN KASI

KESEJAHTERAAN

KASI

PELAYANAN

SUTADI

ANDOYO

SLAMET

WIDODO

19 KEPALA

DUKUH

Page 48: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

37

4. Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) terdiri atas :

BPD DESA BANGUNJIWO

PERIODE 2018-2024

KETUA BPD

SIHANA, S.Pd.

WAKIL KETUA

PURNOMO ADI

SEKRETARIS

WASIYEM

KABID PEMERINTAHAN

KABID

PEMBANGUNAN

RIYANTO MUTTAQIN

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

EKO NURHADI JIWANDONO SUDARNO

ROY RAMADHAN

5. Kependudukan.

Jumlah Penduduk pada Bulan Desember 2018.

1. Laki - laki ada : 15.203 Jiwa.

2. Perempuan ada : 14.742 Jiwa.

3. Usia 0-15 : 9.038 Jiwa

4. Usia 16-65 : 19.247 Jiwa

Page 49: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

38

5. Usia 65 keatas : 1.371 Jiwa

Jumlah : 29.945 Jiwa, 10.383 KK

6. Pendidikan

a. Sekolah Formal

Berikut adalah tabel jumlah sekolah formal yang ada di Bangunjiwo.

Tabel II.2

Sarana Sekolah Formal

NO NAMA SEKOLAH FORMAL JUMLAH

1 PAUD 13

2 TK 12

3 SD/MI 12/1

4 SLTP 2

5 SLTA/SMK 1

6 Perguruan Tinggi 1

7 SLB 1

8 TPA/TPQ 46

9 Pondok Pesantren 1

10 Lembaga bimbingan belajar 1

Sumber : RPJM-Des Bangunjiwo 2015-2019

Dari tabel II.2 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah sekolah formal yang ada di

Desa Bangunjiwo rata-rata paling banyak adalah PAUD, TK dan SD dengan kisaran

jumlah 12/13. Selain itu ada juga sekolah formal SLB maupun pondok pesantren yang

masing-masing berjumlah 1.

b. Sekolah Non Formal

PKBM : 1 PKBM Adi Jiwa

Page 50: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

39

7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada :

a. Jalan :

1) Jalan Kabupaten.

2) Jalan Desa.

3) Jalan / Gang RT.

b. Gedung Kantor :

1) Gedung Kantor Desa.

2) Gedung BPD.

3) Gedung Lembaga Desa : LPMD, PKK, Karang Taruna.

4) Gedung BKM.

5) Gedung Perpustakaan Desa.

6) Gedung Serbaguna.

c. Gedung Sekolah :

Berikut adalah tabel jumlah gedung sekolah yang ada di Desa Bangunjiwo.

Tabel II.3

Gedung Sekolah

NO NAMA GEDUNG JUMLAH

1 TK 12

2 SD 12

3 SMP 2

4 Madrasah Stanawiyah 1

5 SMK 1

6 Perguruan tinggi STEI Hamfara 1

7 SLB 1

8 PKBM 1

Sumber : RPJM-Des Bangunjiwo 2015-2019

Page 51: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

40

Dari tabel II.3 diatas dapat disimpulkan bahwa gedung paling banyak adalah

gedung TK dan gedung SD dengan jumlah masing-masing 12 bangunan.

d. Gedung Puskesmas Kasihan 1

e. Tempat Ibadah :

Berikut adalah tabel tempat ibadah yang ada di Desa Bangunjiwo.

Tabel II.4

Tempat Ibadah

NO NAMA BANGUNAN JUMLAH

1 Masjid 57

2 Mushola 41

3 Gereja Kristen 1

Sumber : RPJM-Des Bangunjiwo 2015-2019

Dari tabel II.4 diatas dapat disimpulkan bahwa untuk tempat ibadah yang paling

banyak adalah masjid dengan jumlah 57 tempat, disusul mushola 41 tempat, dan Gereja

Kristen 1 tempat. Dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Bangunjiwo beragama

Islam.

f. Gedung Olah Raga : 4

Page 52: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

41

8. Kesehatan

Berikut adalah tabel sarana kesehatan yang ada di Desa Bangunjiwo :

Tabel II.5

Sarana Kesehatan di Bangunjiwo

NO NAMA SARANA KESEHATAN JUMLAH

1 Puskesmas 1

2 Dokter spesialis anak 1

3 Dokter gigi 1

4 Dokter umum 5

5 Bidan 6

6 PLKB 1

7 Kader PPKBD 21

8 Kader SUBPPKBD 141

9 Kader Yandu 322

10 Kader Jumantik 141

11 Kader motivator KP ibu 58

12 Dokter praktik 5

13 Klinik bersalin & pelayanan KB 3

14 Ponyandu balita 27

15 Posyandu lansia 17

Sumber : RPJM-Des Bangunjiwo 2015-2019

Dari tabel II.5 diatas dapat disimpulkan bahwa untuk sarana kesehatan di Desa

Bangunjiwo paling banyak adalah kader yandu yang berjumlah 322. Desa Bangunjiwo

memiliki 1 puskesmas.

9. Mata pencaharian Penduduk / Perekonomian Penduduk

a. Mata Pencaharian di Bidang Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.

b. Mata Pencaharian di Bidang Jasa Ketrampilan antara lain :

1) Tukang Kayu.

2) Tukang Batu.

3) Tukang Jahit / Bordir.

Page 53: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

42

4) Tukang Cukur.

5) Salon Kecantikan dan Rias Pengantin.

6) Bengkel Sepeda, Sepeda motor dan Mobil.

c. Mata Pencaharian di Bidang Jasa / Buruh.

1) Buruh Bangunan

2) Buruh Industri.

3) Buruh Tani.

d. Mata Pencaharian di Bidang Industri Kecil / Kerajinan.

1) Kerajinan Keramik / Gerabah Kasongan dan sekitarnya.

2) Kerajinan Patung Batu Lemahdadi.

3) Kerajinan Kipas Bambu Jipangan.

4) Kerajinan Tatah Sungging Gendeng.

5) Kerajinan Mebelair.

6) Kerajinan Patung Kayu.

7) Kerajinan Kulit / Tas.

8) Kerajinan Ukir.

9) Kerajinan Topeng.

10) Kerajinan Pintu Foolding Gate dan Etalase.

11) Kerajinan Bunga Melenium.

12) Kerajinan Iket Blangkon.

13) Kerajinan Wayang Kayu.

Page 54: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

43

10. Sosial Budaya

a. Budaya / Tradisi

Di Desa Bangunjiwo masih banyak budaya tradisional yang masih dilestarikan

keberadaannya, hal ini untuk mendukung kekayaan budaya maupun adat istiadat yang

tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara di

Desa Bangunjiwo juga untuk mendukung kawasan Cagar Budaya Ambarbinangun yang

pusat kegiatannya di Desa Bangunjiwo. Sesuai Visi dan Misi Desa Bangunjiwo yaitu

”Bangunjiwo yang maju dalam bingkai nilai - nilai tradisi yang kuat”, maka Pemerintah

Desa Bangunjiwo akan selalu melestarikan budaya dan adat istiadat yang hidup dan

berkembang di dalam kehidupan masyarakat di Desa Bangunjiwo, bagi para warga

pendatang dari daerah lain hukumnya wajib untuk ikut melestarikan budaya yang ada dan

adat istiadat sejauh tidak bertentangan dengan ajaran Agama.

Budaya yang ada dan terus dilestarikan antara lain :

1) Bersih Desa / bersih Dusun, biasanya dengan mengadakan Pentas Wayang Kulit,

Ketoprak, Jatilan dan lainnya.

2) Mitoni ( Tingkepan ), yaitu selamatan kandungan berumur 7 bulan.

3) Brokohan, yaitu selamatan bayi yang baru lahir.

4) Puputan, yaitu selamatan bayi yang sudah puput / tali pusernya lepas.

5) Wiwit, yaitu selamatan untuk padi yang akan dipanen.

6) Mindhoni, yaitu selamatan anak berumur 1 windhu ( 8 tahun ).

7) Kenduri / Sedekahan, yaitu selamatan untuk memperingati hari - hari besar Islam.

Page 55: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

44

8) Selamatan / Do’a bagi orang yang meninggal dunia , 7 hari, 40 hari, 100 hari, 2

tahun dan Nyewu ( 1.000 hari ).

Page 56: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

45

11. Peta Desa

Page 57: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

DAFTAR PUSTAKA

Ginott. 2005. Antara Orang tua dan Anak. Jakarta : Pustaka Tangga

Hadi, Yusuf Dwi. 2014. Konsep Pembentukan Kepribadian Anak Menurut Teori

Konvergensi Dalam Perspektif Pendidikan Islam,

Jakarta; PT Refika Aditama. Hal : 113

Ham Hurlock, E.B. 1995. Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Louis Willian, S. 1978. Perkembangan Lingkungan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Masri. 1995. The Power of Golden Age. Bandung : cv. Mandar Maju.

Stern. 1988. Teori Konvergensi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Utama. 1985. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta : CV. Rajawali

Sumber-sumber lain :

Materi Pelatihan TPID Kecamatan Kasihan

Panduan Konvergensi Program/Kegiatan Percepatan Pencegahan Stunting TNP2K (Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan)

Permendes No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

https://kbbi.web.id/konvergensi

Page 58: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

INTERVIEW GUIDE

KADER STUNTING

NAMA :

UMUR :

PEKERJAAN :

PENDIDIKAN :

ALAMAT :

JENIS KELAMIN :

JABATAN :

1. PERENCANAAN

a. Mensosialisasikan kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat.

1) Apakah Anda mengetahui tentang stunting?

2) Apakah Anda mensosialisasikan pencegahan stunting kepada posyandu /

masyarakat?

3) Bagaimana cara Anda mensosialisasikan pencegahan stunting kepada

posyandu / masyarakat?

4) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap sosialisasi yang Anda lakukan?

b. Melakukan pendataan terhadap kelompok sasaran, permasalahan terkait

stunting, cakupan layanan dasar kepada masyarakat, kondisi penyedia

layanan,dan sebagainya

1) Apakah Anda melakukan pendataan terkait stunting kepada masyarakat?

2) Dalam pendataan stunting siapa saja yang Anda libatkan?

3) Kendala apa yang Anda temui ketika melakukan pendataan stunting?

Page 59: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

4) Bagaimana respon Anda mengenai kendala yang ditemui saat pendataan

stunting?

2. PELAKSANAAN

a) Pembentukan dan pengembangan Rumah Desa Sehat (RDS) sebagai

sekretariat bersama yang berfungsi untuk ruang belajar bersama,

penggalian aspirasi, aktualisasi budaya, aktivitas kemasyarakatan, akses

informasi serta forum masyarakat peduli kesehatan, pendidikan dan

sosial.

1) Apakah Anda mengetahui tentang Rumah Desa Sehat (RDS)? Jika iya

apa keterlibatan Anda dalam pembentukan dan pengembangan RDS?

b) Menyelenggarakan rembuk stunting desa.

1) Apakah Anda mengetahui tentang rembuk stunting desa?

2) Bagaimana proses saat rembuk stunting desa dilakukan?

3) Bagaimana keterlibatan Anda dalam rembuk stunting desa?

c) Tersusunnya rencana aksi pencegahan stunting di desa dan daerah.

1) Apakah Anda mengetahui tentang rencana aksi pencegahan stunting di

Desa? Jika iya, seperti apa?

d) Menyiapkan Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan pelaku desa

lainnya yang terkait dengan pencegahan stunting.

1) Apakah Anda mengetahui siapa saja pelaku atau yang dilibatkan dalam

pencegahan stunting ditingkat Desa?

2) Siapa yang menentukan pelaku pencegahan stunting tersebut?

Page 60: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

3) Bagaimana Anda bisa dipilih sebagai salah satu pelaku terkait

pencegahan stunting?

e) Meningkatkan pelayanan posyandu, peningkatan layanan kegiatan

pengasuhan, penyuluhan pola hidup sehat pada PAUD, dan lainnya dalam

upaya pencegahan stunting.

1) Apa yang Anda lakukan dalam peningkatan pelayanan posyandu?

2) Kegiatan apa saja yang ada dalam posyandu yang Anda lakukan?

3) Apakah anda melakukan penyuluhan pola hidup sehat pada PAUD?

4) Kegiatan apa yang anda lakukan di posyandu dalam upaya pencegahan

stunting?

f) Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana intervensi gizi

sensitif sesuai dengan kewenangannya.

1) Apakah Anda membutuhkan pembangunan sarana dan prasarana dalam

kegiatan posyandu? Jika iya, apa yang dibutuhkan oleh posyandu?

2) Bagaimana cara Anda memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana

tersebut?

g) Meningkatkan kapasitas aparat desa, KPM, dan masyarakat melalui

pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga non

pemerintah lainnya.

1) Apakah anda pernah mengikuti pelatihan terkait pencegahan stunting

yang dilakukan oleh Desa?

Page 61: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

3. PEMANTAUAN PROGRAM

a) Pemantauan pelaksanaan program/kegiatan pencegahan stunting, serta

pengisian dan pelaporan scorecard desa kepada OPD terkait.

1) Dalam pencegahan stunting ini, apa yang harus Anda pantau atau

laporkan?

2) Kepada siapa Anda melaporkan hasil pantauan tersebut?

3) Bagaimana proses pemantauan atau pelaporan yang Anda lakukan?

4) Kendala apa yang Anda temui dalam proses pemantauan atau

pelaporan?

b) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan stunting,

mengukur capaian kinerja desa, dan melaporkan kepada bupati/walikota

melalui camat.

1) Apakah Anda mengevaluasi kinerja ada dalam pencegahan stunting

ini?

c) Melakukan pemutahiran data secara berkala sebagai dasar penyusunan

rencana program/kegiatan pencegahan stunting tahun berikutnya.

1) Bagaimana cara Anda melakukan pemutahiran data secara berkala?

2) Apakah Anda memiliki arsip data yang ada di posyandu?

Page 62: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

INTERVIEW GUIDE

PEMERINTAH DESA DAN PENGURUS RDS

NAMA :

UMUR :

PEKERJAAN :

PENDIDIKAN :

ALAMAT :

JENIS KELAMIN :

JABATAN :

1. PERENCANAAN

a. Mensosialisasikan kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat.

1) Apakah Anda mengetahui tentang stunting?

2) Apakah Anda mensosialisasikan pencegahan stunting kepada masyarakat?

3) Bagaimana cara Anda mensosialisasikan pencegahan stunting kepada

masyarakat?

4) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap sosialisasi yang Anda lakukan?

b. Melakukan pendataan terhadap kelompok sasaran, permasalahan terkait

stunting, cakupan layanan dasar kepada masyarakat, kondisi penyedia

layanan,dan sebagainya

1) Apakah Anda melakukan pendataan terkait stunting kepada masyarakat?

2) Dalam pendataan stunting siapa saja yang Anda libatkan?

3) Bagaimana alur terkait pendataan stunting?

Page 63: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

2. PELAKSANAAN

a) Pembentukan dan pengembangan Rumah Desa Sehat (RDS) sebagai

sekretariat bersama yang berfungsi untuk ruang belajar bersama,

penggalian aspirasi, aktualisasi budaya, aktivitas kemasyarakatan, akses

informasi serta forum masyarakat peduli kesehatan, pendidikan dan

sosial.

1) Apakah di Desa ini ada Rumah Desa Sehat (RDS)?

2) Bagaimana kepengurusan RDS yang ada di Bangunjiwo?

3) Apakah Desa menganggarkan untuk berjalannya RDS?

b) Menyelenggarakan rembuk stunting desa.

1) Apakah Anda mengetahui tentang rembuk stunting desa?

2) Bagaimana proses saat rembuk stunting desa dilakukan?

3) Kendala yang ditemui ketika rembuk stunting desa?

c) Tersusunnya rencana aksi pencegahan stunting di desa dan daerah.

1) Bagaimana tindak lanjut setelah adanya rembuk stunting?

2) Apakah ada rencana aksi pencegahan stunting di Desa Bangunjiwo?

d) Menyiapkan Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan pelaku desa

lainnya yang terkait dengan pencegahan stunting.

1) Bagaimana Desa menentukan Kader Pembangunan Manusia (KPM)?

2) Bagaimana cara Desa memenuhi kebutuhan pelaku lainnya terkait

pencegahan stunting?

3) Apakah ada kendala dalam menyiapkan KPM atau pelaku dalam

pencegahan stunting?

Page 64: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

e) Meningkatkan pelayanan posyandu, peningkatan layanan kegiatan

pengasuhan, penyuluhan pola hidup sehat pada PAUD, dan lainnya dalam

upaya pencegahan stunting.

1) Bagaimana yang dilakukan Desa dalam upaya meningkatkan pelayanan

posyandu?

2) Bagaimana intervensi Desa kepada posyandu dalam upaya pencegahan

stunting?

f) Meningkatkan atau membangun sarana dan prasarana intervensi gizi

sensitif sesuai dengan kewenangannya.

1) Kebutuhan sarana dan prasarana apa yang perlu dipenuhi oleh Desa

dalam upaya pencegahan stunting ini? Dan dibutuhkan dana berapa?

g) Meningkatkan kapasitas aparat desa, KPM, dan masyarakat melalui

pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga non

pemerintah lainnya.

1) Bagaimana cara untuk meningkatkan kapasitas KPM atau pelaku dalam

pencegahan stunting?

3. PEMANTAUAN PROGRAM

a) Pemantauan pelaksanaan program/kegiatan pencegahan stunting, serta

pengisian dan pelaporan scorecard desa kepada Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) terkait.

1) Bagaimana proses pemantauan yang dilakukan oleh Desa terkait

pencegahan stunting ini?

Page 65: KONVERGENSI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTINGrepo.apmd.ac.id/1263/1/SKRIPSI KONVERGENSI STUNTING.pdf · 2020. 10. 27. · konvergensi pencegahan dan penanganan stunting (gagal tumbuh

2) Apakah desa melakukan pelaporan scorecard desa kepada Organisasi

Perangkat Daerah (OPD)?

b) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan stunting,

mengukur capaian kinerja desa, dan melaporkan kepada bupati/walikota

melalui camat.

1) Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh Desa dalam pelaksanaan

pencegahan stunting ini?

c) Melakukan pemutahiran data secara berkala sebagai dasar penyusunan

rencana program/kegiatan pencegahan stunting tahun berikutnya.

1) Bagaimana bentuk pemutahiran data secara berkala yang dilakukan

oleh Desa?

2) Apakah Desa memiliki arsip data secara berkala?