Upload
mdtabanio
View
208
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
semoga sedikit yang bisa di bagi ini bisa menambah wawasan kita tentang penggunaan termocontrol dan termocouple untuk mengoperasikan kontaktor. juga disini terdapat penjelasan tentang mikro controller
Citation preview
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Instalasi Alat
Mikro-kontroler X merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengontrol suhu.
Dalam mengontrol suhu, mikro-kontroler X membutuhkan komponen-komponen lain seperti
termokopel, relay dan kontaktor. Semua komponen yang terhubung ke Mikro-kontroler X ada
dua macam yaitu input dan output seperti terlihat pada Gambar 4-1.
Gambar 4-1 Input dan output mikro-kontroler X
Dalam masalah ini input yang digunakan adalah termokopel. Termokopel ini digunakan
untuk membaca suhu dari furnace atau tungku pemanas. Prinsip kerja dari termokopel adalah
mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektris yang berupa tegangan.
Tegangan inilah yang diolah oleh mikro-kontroler X sehingga dapat mengontrol output sesuai
dengan fungsinya. Pada penggunaan termokopel, pengguna tidak perlu memperhitungkan
tegangan input yang masuk ke mikro-kontroler X, tetapi cukup memasukkan jenis termokopel
yang digunakan saja, maka mikro-kontroler X akan mengolah input dari termokopel secara
otomatis. Pemasangan termokopel akan terlihat seperti pada Gambar 4-2.
Gambar 4-2 Pemasangan termokopel
Sebenarnya selain menggunakan termokopel input mikro-kontroler X, juga dapat menggunakan
resistor bulb dan arus / tegangan. Kemudian output dari mikro-kontroler X ini adalah berupa
solid state relay (SSR). SSR ini berbeda dengan relay pada umumnya, jika relay biasanya ada
bagian mekanik yang bergerak maka pada SSR ini tidak ada bagian mekanik yang bergerak, oleh
karena itu dinamakan solid state relay. Cara kerja dari SSR yaitu mengaktifkan sebuah dioda
photo sensitive dengan menggunakan sinar dari sebuah LED. Ketika terjadi beda potensial antara
kaki 1 dan kai 2 maka LED akan menyala, dengan demikian maka dioda photo sensitive akan
aktif dan terjadi kontak antara kaki 4 dan kaki 6. Skema dari SSR ditunjukkan oleh Gambar 4-3.
Gambar 4-3 Skema SSR
Mikro-kontroler X menyediakan kaki output yang dapat di interface-kan dengan SSR yang
terletak pada kaki no 31 dan 32, seperti terlihat pada gambar 4-4 berikut.
Gambar 4-4 Pemasangan SSR
Output dari SSR masih berupa tegangan DC jadi belum bisa digunakan untuk mengontrol suhu
furnace . Untuk mengatasi hal tersebut maka ditambahkanlah sebuah kontaktor yang yang
menghubungkan antara furnace dan SSR.
Kontaktor dan relay pada prinsipnya sama saja, yaitu menghubungkan dan melepas kontak
dengan sarana koil. Relay sering dipakai untuk aplikasi kontrol dengan besaran beban yang dapat
di tampung kecil, biasanya kurang dari 12Ampere, tetapi ada juga relay yang berkapasitas besar
contohnya yang terdapat pada generator yaitu switch relay pada bagian dinamo starter yang
dapat menerima beban sampai 200A. Sedangkan kontaktor umumnya dipakai untuk aplikasi
berat bahkan sampai ratusan ampere, di kontaktor selain fungsi kontak utama juga terdapat
kontak bantu (auxiliary contact) dengan karakter kemampuan lebih kecil daripada kontak
utamanya, sedangkan pada relay tidak ada semua kontak memiliki kemampuan atau kapasitas
yang sama. Pada kontaktor juga tersedia yang jenis NO maupun NC, dalam pengontrolan furnace
jenis yang dipakai adalah jenis NC, untuk mengurangi kebisingan. Kaki kontaktor yang
digunakan hanya empat yaitu kaki A1 terhubung ke SSR, kaki A2 terhubung ke ground DC, kaki
11 terhubung ke tegangan AC dan kaki 12 terhubung ke furnace. Skema dari kontaktor
ditunjukkan oleh Gambar 4-5
Gambar 4-5 Skema kontaktor
Jika terjadi kontak maka tegangan AC yang mengalir menuju ke furnace akan terputus, sehingga
furnace dalam keadaan off maka suhu dalam furnace pun akan menurun. Jika penurunan suhu
pada furnace mencapai batas bawah, maka kontak disambungkan lagi, sehingga furnace akan
aktif dan suhu dalam furnace akan meningkat.
2. Pengaturan Fungsi-Fungsi Mikro-kontroler X
Untuk melakukan pengontrolan suhu dengan menggunakan mikro-kontroler X pertama-
tama pengguna harus mengerti fungsi-fungsi yang ada dalam mikro-kontroler X. Mikro-
kontroler X PXR 5/9 ini memiliki sepuluh macam fungsi yaitu:
1. Kontrol On/Off
2. Auto-tuning
3. Self-tuning
4. Fungsi alarm
5. Fungsi ramp/soak
6. Fungsi komunikasi
7. Fungsi input digital
8. Fungsi lain (mask/unmask)
9. Fungsi output re-transmisi
10. Fungsi remote SV
Masing-masing fungsi tersebut diatas memiliki parameter-parameter tersendiri yang harus diatur
supaya mikro-kontroler X dapat melakukan aplikasi sesuai fungsi yang telah dipilih. Untuk
pengaturan parameter pada masing-masing fungsi, maka prosedur adalah sebagai berikut:
1. Kontrol On/Off
Kontrol On/Off ini hanya memungkinkan mikro-kontroler X untuk melakukan kontak
On/Off saja. Pada operasi ini maka konfigurasi hardware output adalah sama dengan
pemasangan pada SSR yaitu pada kaki output seperti yang ditunjukkan pada gambar 4-4.
Dalam kerja prakter ini output kontrol dihubungkan pada SSR yang kemudian
disambungkan ke kontaktor yang melakukan kontak On/Off pada furnace.
Parameter-parameter yang diatur dalam fungsi ini yaitu ada tiga macam yaitu: “P”, “P-n1”
dan “HYS”. Untuk mengatur parameter “P” pengguna harus masuk ke blok parameter kedua
atau menekan tombol sel selama 3 detik. Parameter “P” dalam kontrol On/Off diberi nilai
“0”. Kemudian untuk mengatur parameter “P-n1” pengguna harus masuk ke blok parameter
ketiga atau menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter “P-n1” dalam kontrol On/Off
diberi nilai “0” atau “1” untuk operasi membalik dan diberi nilai “2” atau “3” untuk operasi
searah. Untuk mengatur parameter “HYS” pengguna harus masuk ke blok parameter kedua
atau menekan tombol sel selama 3 detik. Pilih parameter “HYS” dalam kemudian diberi nilai
berapa saja. Parameter “HYS” adalah parameter yang mempengaruhi nilai tunda pada saat
On. Seperti terlihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 berikut.
Operasi membalik
PV
Ketika nilai PV naik
PV
Ketika nilai PV turun
Gambar 4.6 Tunda on pada operasi membalik
Operasi maju
PV
Ketika nilai PV naik
PV
Ketika nilai PV turun
Gambar 4.7 Tunda on pada operasi maju
2. Auto-tuning
Fungsi auto-tuning ini akan melakukan perhitungan otomatis dan memasukkan parameter
control ( P, I dan D). Untuk menggunakan fungsi auto-tuning ini maka parameter yang diatur
adalah parameter AT. Parameter AT terletak pada blok parameter pertama, untuk menuju ke
blok parameter pertama dapat dilakukan dengan cara menenekan tombol sel selama 1 detik.
Parameter AT memiliki tiga macam nilai setting yaitu ”0”, ”1” dan ”2”. Nilai ”0” untuk
menonaktifkan fungsi auto tuning. Nilai ”1” untuk melakukan auto-tuning tipe standar pada
SV atau melakukan operasi output seperti Gambar 4-8 berikut.
Gambar 4-8 Grafik PV pada operasi AT tipe standart
Nilai ”2” untuk melakukan auto-tuning tipe low PV, atau melakukan operasi output seperti
Gambar 4-9 berikut.
Gambar 4-9 Grafik PV pada operasi AT tipe low PV
3. Self-tuning
Fungsi self-tuning sangat berguna dimana perubahan parameter PID sangat diperlukan
perubahan yang berkali-kali ketika dalam proses kondisi. Parameter yang diatur pada fungsi
ini adalah parameter ”SELF”. Parameter ini terdapat pada blok parameter kedua atau tekan
tombol sel selama 2 detik. Setelah masuk ke blok parameter kedua kemudian pilih parameter
”SELF”, atur parameter ”SELF” dari keadaan default yaitu ”PID” menjadi ”SELF”. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 4-10 berikut.
Gambar 4-10 Pengaturan parameter CTrL
Setelah parameter ”CTrL” diatur pada ”SELF”, matikan mikro-kontroler X dan hidupkan lagi
maka secara otomatis mikro-kontroler X akan menjalankan fungsi self-tuning. Operasi output
pada fungsi self-tuning akan terlihat pada Gambar 4-11 berikut.
Gambar 4-11 Grafik operasi output pada fungsi self-tuning
4. Fungsi alarm
Mikro-kontroler X PXR 5/9 memiliki tiga buah output alarm yaitu AL1, AL2 dan AL3.
Masing-masing dari setiap alarm tersebut berada pada kaki 8 untuk AL1, kaki 9 untuk AL2
dan kaki 10 untuk AL3 sedangkan COM atau common berada pada kaki 7. Kaki common
harus dihubungkan ke kutub positif jika alarm yang digunakan aktif high dan sebaliknya jika
alarm yang digunakan adalah aktif low maka kaki common terhubung pada kutub negatif.
Konfigurasi output alarm tersebut ditunjukan pada Gambar 4-12 berikut.
Gambar 4-12 Pemasangan output alarm
Fungsi alarm ini memiliki banyak variasi fungsi, dan masing-masing variasi mempunyai
parameter tersendiri yang harus diatur. Berbagai macam variasi fungsi alarm ditampilkan
pada Tabel 4-1 berikut .
Tabel 4-1 Macam variasi fungsi alarm
No Fungsi keterangan Parameter
1 Hysteresis Mengatur hysteresis untuk mencegah kebisingan.
2 Tunda ON Alarm akan aktif dengan waktu tunda beberapa detik.
3 Kunci alarm (alarm latch)
Menjaga status alarm tetap dalam kondisi ON. Untuk membatalkan opersi alarm latch dengan menggunakan prosedur dibawah ini:
i) Hidupkan kontroler lagi.
ii) Diubah kondisi alarm latch setting pada kondisi off.
iii) Gunakan parameter alarm latch cancel.
iv) Batalkan dengan digital input.
v) Batalkan dengan fungsi komunikasi.
4 Alarm status error
Alarm akan hidup ketika indikator error ditampilkan.
5 De-energizing
Output alat menjadi de-energizing
Pada fungsi hysteresis, parameter yang diatur berada pada blok parameter ketiga, untuk
mengakses blok parameter ketiga cukup menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter
”A1hY”, ”A2hY” dan ”A3hY” dapat diberi nilai mulai dari 1 sampai 50 % FS.
Kemudian pada fungsi tunda On/Off, parameter yang diatur berada pada blok parameter
ketiga, untuk mengakses blok parameter ketiga cukup menekan tombol sel selama 5 detik.
Parameter ”dLY1”, ” dLY2” dan ” dLY3”. Rentang pengaturan parameter delay ini mulai
dari 0 sampai 9999 detik.
Fungsi latch (kunci alarm) sebenarnya adalah fungsi tambahan dari fungsi alarm ini.
Fungsi alarm latch pada masing-masing alarm dapat diatur dengan parameter ”A1oP”, ”
A2oP” dan ” A3oP”. Rentang pengaturan dari paremeter tersebut adalah dari nilai 000
sampai nilai 111, dengan format pengaturan seperti pada Gambar 4-13 berikut.
Gambar 4-13 Format pengaturan alarm
Prosedur diatas juga untuk mengaktifkan fungsi Alarm status error dan De-energizing.
5. Fungsi ramp/soak
Ramp/soak adalah operasi pemanasan, dimana proses pemanasan yang terjadi akan terlihat
seperti Gambar 3-17 berikut.
Gambar 3-17 Grafik operasi ramp/soak
Mikro-kontroler X PXR 5/9 menyediakan fungsi ramp/soak yang memungkinkan pengguna
untuk melakukan operasi seperti pada grafik diatas. Fungsi ramp/soak pada mikro-kontroler
X dapat diatur menggunakan dua parameter yaitu ”PTn” dan ”CTrL”. Pertama-tama memilih
pola dari operasi ramp/soak ini dengan memasukkan nilai pada parameter ”PTn” sebagai
berikut.
1 = untuk mengeksekusi segmen pertama sampai keempat
2 = untuk mengeksekusi segmen kelima sampai kedelapan
3 = untuk mengeksekusi segmen pertama sampai kedelapan
Parameter ”PTn” tersebut berada pada blok parameter kedua, untuk mengaksesnya cukup
menekan tombol sel selama 3 detik, kemudian cari parameter tersebut dengan menggunakan
tombol up dan tombol down. Untuk memulai operasi ramp/soak maka parameter ”ProG”
yang terletak pada blok parameter pertama diatur dalam keadaan ”rUn”.
6. Fungsi komunikasi
Fungsi ini memungkinkan data internal dapat dibaca atau ditulus via komunikasi
MODBUS atau ASCII. Untuk menggunakan fungsi ini parameter yang diatur ada tiga
macam yaitu Stno, CoM dan PcoL. Ketiga parameter tersebut berada pada blok parameter
ketiga atau dapat diakses dengan menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter Stno
digunakan untuk mengatur nomor stasiun komunikasi. Parameter ini dapat diatur mulai dari
nilai 0 sampai 255. Contoh, jika menggunakan stasiun no 18 maka maka tampilan pada
mikro-kontroler X adalah seperti Gambar 4-15 berikut.
Gambar 4-15 Pengaturan parameter STno
Parameter Com digunakan untuk mengatur parity pada komunikasi serial. Pada mikro-
kontroler X secara default baudrate-nya adalah 9600 bps. Rentang pengaturan dari parameter
ini adalah dari nilai 0 sampai 2 seperti ditunjukan pada Tabel 4-2 dibawah ini.
Tabel 4-2 Rentang pengaturan parameter CoM
Gambar 4-16 berikut merupakan tampilan dari pengaturan parameter CoM pada mikro-
kontroler X.
Gambar 4-16 Pengaturan parameter CoM
Parameter PCoL digunakan untuk mengatur protokol komunikasi mikro-kontroler X.
Pengaturan dari paraneter PcoL ada dua macam yaitu nilai 1 untuk memilih protokol modbus
dan nilai 2 untuk memilih protokol ASCII.
Gambar 4-17 berikut merupakan tampilan dari pengaturan parameter PcoL pada mikro-
kontroler X.
Gambar 4-17 Pengaturan perameter PCoL
7. Fungsi Input Digital (Pilihan)
Fungsi digital input jika diaktifkan maka akan menyediakan fungsi-fungsi dibawah ini:
o SV switching
o Memilih mode kontrol : Run/Standby
o Memilih Run/Reset pada fungsi ramp/soak
o Start/ stop pada auto-tuning
o Membatalkan Alarm Latch
o Start/reset pada timer
Parameter yang harus diatur untuk menggunakan fungsi input digital ini adalah ”di-1” dan
”di-2” seperti ditunjukan oleh Gambar 4-18 berikut.
Gambar 4-18 Pengaturan parameter ”di-1” dan ”di-2”
Rentang pengaturan pada fungsi input digital adalah dari nilai 1 sampai 12 dengan Tabel 4-3
dibawah ini:
Tabel 4-3 Rentang pengaturan fungsi input digital
Kode
Fungsi Keterangan
1 Saklar Set Value (SV) Menyaklar antara lokal SV dan
2 Mode kontrol, Run/StandbyPada mode standby kontrol tidak disediakan dan SV berkedip.
3Memulai auto-tuning
(standart)Start/stop dapat diatur pada saat DI bangkit atau turun.
4 Memulai auto-tuning (low PV)
5 Semua kunci alarm dicancel Ketika fungsi ini tidak digunakan fungsi DI tidak efektif
6 Kunci alarm 1 dicancel
7 Kunci alarm 2 dicancel
8 Kunci alarm 3 dicancel
9 Timer ALM 1 Operasi tunda timer On/Off. Waktu yang tersisa pada timer dapat diperiks dengan timer 1 dan 2 tampilan parameter (block pertama).
10 Timer ALM 1
11 Timer ALM 1
12 Run/Reset Ramp/SoakOperasi Run/Reset pada Ramp/Soak dapat ditampilkan pada waktu DI naik atau turun.
Pada Gambar 4-19 berikut merupakan konfigurasi hardware dari fungsi input digital.
Gambar 4-19 Konfigurasi hardware dari fungsi input digital.
8. Fungsi-fungsi lain
Fungsi ini digunakan untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu parameter.
Parameter ”bAL” dan ”Ar” tidak dapat diakses pada pengaturan default. Jika dibutuhkan
untuk mendisable beberapa parameter maka prosedurnya sebagai berikut.
1. Fungsi bAL dan Ar digunakan untuk menekan overshoot (biasanya tidak dibutuhkan
untuk mengunbah settingan).
2. Jika fungsi bAL dan Ar tidak bernilai maksimal, terkadang akan didapatkan kontrol yang
kurang bagus.
3. ”Ar” (Anti-reset wind-up) akan otomatis aktif dengan proses auto-tuning.
o bAL
MV dihitung dengan menambahkan offset bAL ke MV, hasil perhitungan PID, dari
PV dan SV. Proses perhitungan MV diperlihatkan pada Gambar 4-20 berikut.
Gambar 4-20 Proses perhitungan MV
o Ar
Rentang integral adalah Aksi integral tidak bekerja jika PV berada diluar
rentang seperti pada Gambar 3-20 dibawah ini .
Gambar 3-20 Aksi integral
Menutup / membuka parameter bAL dan Ar
o Untuk membuka (enable)
Tampilkan “dSP3” pada parameterblok ketiga dan kemudian mengurangi
128 dari nilai pada saat tersebut.
Tampilkan “dSP4” pada parameter blok ketiga dan kemudian mengurangi
1 dari nilai pada saat tersebut.
o Untuk menutup (disable)
Tampilkan “dSP3” pada parameterblok ketiga dan kemudian
menambahkan 128 dari nilai pada saat tersebut.
Tampilkan “dSP4” pada parameterblok ketiga dan kemudian
menambahkan 1 dari nilai pada saat tersebut.
9. Fungsi output re-transmisi
Fungsi ini digunakan untuk membuat output dari PV, SV, MV dan DV mebgehasilkan
arus 4 sampai 20mA. Untuk menggunakan fungsi output retransmisi adalah dengan mengatur
parameter , dan Kedua parameter tersebut berada pada blok parameter
ketiga atau untuk mengaksesnya menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter
digunakan untuk memilih tipe output yang akan diatur. Rentang nilai output dari parameter
Ao-T akan seperti pada Tabel 4-4 dibawah ini.
Tabel 4-4 Rentang nilai parameter Ao-T
Parameter dan digunakan untuk mengatur batas ats dan batas bawah dari output
retransmisi dengan rentang pengukuran antara -100 sampai 100 %.
10. Fungsi remote SV
Fungsi ini digunakan untuk mengontrol SV dengan input mulai dari 1 sampai 5 Volt dari
peralatan luar. Konfigurasi hardware pada mikro-kontroler X untuk fungsi remote SV adalah
ditunjukkan pada Gambar 4-21 berikut.
Gambar 4-21 Konfigurasi fungsi remote SV
Untuk menampilkan operasi remote SV adalah sebagai berikut.
Hubungkan sinyal tegangan remote SV dengan terminal input remote SV.
Mengatur titik nol dan titik rentang pada operasi remote SV. Parameter digunakan
untuk mengatur titik nol input remote SV. Sedangkan parameter digunakan untuk
mengatur titik rentang dari input remote SV. Kedua parameter tersebut berada pada blok
parameter ketiga dengan rentang pengaturan dari -50 sampai 50 % FS.
Mengubah parameter Menjadi parameter untuk operasi remote SV.
adalah parameter untuk setting untuk filter input remote SV.
3. Aplikasi
Pada kerja praktek ini aplikasi mikro-kontroler X yang digunakan adalah untuk
mengontrol suhu pada tungku furnace dengan control On/Off. Komponen-komponen yang
digunakan dalam aplikasi ini adalah mikro-kontroler X, solid state relay (SSR), kontaktor,
termokopel dan furnace. Dari semua komponen yang dipakai, digolongkan menjadi tiga bagian
yaitu input, kontroler dan output.
Pada bagian input, menggunakan termokopel. Termokopel adalah sebuah transduser elektronik
yang tersusun oleh dua buah batang logam yang ujungnya disatukan seperti pada Gambar 4-22,
jika ujung yang disatukan tadi dipanaskan, maka akan menghasilkan tegangan. Tegangan yang
dihasilkan akan berbanding lurus dengan kenaikan suhu.
Gambar 4-22 Termokopel
Termokopel dibagi 8 tipe yaitu:
Tipe K ( rentang suhu -200 °C sampai 1200 °C )
Tipe E ( rentang suhu
Tipe J ( rentang suhu -40 °C sampai 750 °C )
Tipe N ( rentang suhu 1200 °C ke atas )
Tipe B (rentang suhu 1800 °C ke atas )
Tipe R ( rentang suhu 1600 °C ke atas )
Tipe S ( rentang suhu 1600 °C ke atas )
Tipe T ( rentang suhu -200 °C sampai 350 °C )
Pada mikro-kontroler X setting input termokopelnya dapat dilakukan dengan melakukan
pengaturan pada parameter P-SL, P-SU dan P-dP. Parameter P-SL digunakan untuk mengisi nilai
batas bawah dari termokopel yang digunakan. Parameter P-SU digunakan untuk mengisi nilai
batas atas dari termokopel yang digunakan. Parameter P-dP digunakan untuk mengatur posisi
koma pada tampilan bilangan desimal. Selain parameter diatas masih ada parameter yang harus
diatur yaitu parameter P-n2. Parameter ini berfungsi untuk memasukkan jenis termokopel yang
digunakan. Kemudian parameter tersebut dimasukkan jenis-jenis termokopel sesuai Tabel 4-5
dibawah ini.
Tabel 4-5 Kode input termokopel
Keempat parameter P-SL, P-SU, P-n2 dan P-dP terdapat pada blok parameter kedua atau dengan
menekan tombol sel selama 3 detik.
Selanjutnya pemrograman kontroler agar bisa digunakan untuk operasi On/Off adalah mengatur
parameter P-n1, SV-L dan SV-H. Misalkan diinginkan pengaturan yang memungkinkan
kontroler untuk melakukan operasi pemanasan suatu zat pada suhu 400 atau dengan kata lain set
point (SV)-nya adalah 400, maka parameter SV-L diatur dengan nilai 0 dan SV-H diatur dengan
nilai 400. Kemudian parameter Pn-1 diatur sesuai konfigurasi hardware outputnya, seperti
terlihat pada Tabel 4-6 dibawah ini.
Tabel 4-6 Pengaturan parameter Pn-1
Kode Output Aksi kontrol output1 Batas pembakaran output 1
0
Single (kontrol output 1)
Aksi majuBatas bawah
1 Batas atas
2Aksi mundur
Batas bawah
3 Batas atas
Jika konfigurasi hardware menggunakan output 1 dengan operasi maju dan SV diatur pada batas
atas maka parameter P-n1 diatur pada nilai 1. Gambar 4-23 berikut merupakan konfigurasi
hardware output mikrokontroler X.
Gambar 4-23 Pemasangan SSR
Output dari mikrokontroler X ini hanya memiliki arus sebesar kurang lebih 20mA jadi
tidak mungkin output mikrokontroler X dapat langsung mengendalikan tungku furnace, oleh
karena itu dibutuhkan dua komponen tambahan yaitu SSR dan kontaktor. SSR berfungsi untuk
mengubah output dari mikrokontroler X yang hanya 20 mA menjadi teganganyang mampu
mengaktifkan kontaktor. Kontaktor berfungsi untuk mengubah output dari SSR yang berupa
tegangan DC menjadi output tegangan AC yang dapat digunakan untuk mengontrol furnace.
SSR yang digunakan memiliki empat buah kaki, dua kaki digunakan untuk menyalakan
LED dihubungkan ke output mikrokontroler X. Output mikrokontroler X yang disambungkan ke
SSR yaitu pada kontrol output 1 atau pada kaki nomor 31 dan 32. Sedangkan dua kaki lainnya
dihubungkan ke kontaktor. Gambar 4-24 berikut merupakan pengkabelan dari SSR
Gambar 4-24 Pengkabelan SSR
Kontaktor adalah saklar elektronik yang bisa menyaklar tegangan AC dengan kontrol tegangan
DC. Tegangan DC dari SSR dihubungkan kekaki A1, kaki A2 terhubung ke ground DC, kaki 11
terhubung ke tegangan AC dan kaki 12 terhubung ke furnace. Gambar 4-25 berikut merupakan
konfigurasi hardware dari kontaktor.
Gambar 4-25 Konfigurasi hardware kontaktor
Jika terjadi kontak maka tegangan AC yang mengalir menuju ke furnace akan terputus, sehingga
furnace dalam keadaan off maka suhu dalam furnace pun akan menurun. Jika penurunan suhu
pada furnace mencapai batas bawah, maka kontak diputus, sehingga furnace akan aktif dan suhu
dalam furnace akan meningkat, dengan demikian maka suhu dapat dipertahankan pada posisi
SV.