Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung
Terhadap Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Nugroho Aji
11141110000056
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis tentang kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT)
Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.
Tujuan penelitian ini ialah menjelaskan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang
berasal dari ikatan-ikatan sosial di masyarakat dapat menjelma menjadi suatu
kekuatan ekonomi lokal dengan memberikan pengaruh terhadap perkembangan
institusi ekonomi di Kota Depok dengan melihat kemunculan dan perkembangan 2
institusi yaitu pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung di Kota Depok. Selain itu
penelitian ini juga menganalisa proses pemberdayaan perempuan dengan melihat
pergeseran peran dan kedudukan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung sebelum dan
sesudah bergabung dalam kelompok.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan
data melalui wawancara dan observasi. Setelah terkumpul, data diolah kemudian
dianalisis menggunakan kerangka teori. Kerangka teori yang digunakan ialah teori
Strukturasi Anthony Giddens. Teori ini digunakan untuk melihat proses yang
terbentuk dari relasi agen dan struktur (duality of structure) dalam terciptanya
struktur-struktur baru. Hasilnya, dapat dilihat bahwa (1) ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung memiliki kontribusi dalam proses terbentuknya institusi pasar tani di Kota
Depok. (2) Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung berkontribusi aktif dalam
mereproduksi struktur gerai UKM Cipayung yang tidak berkembang dengan baik
sehingga melahirkan struktur baru berupa gerai Cip-Icip Cipayung. Poin-poin
tersebut merupakan bagian dari kontribusi yang diberikan oleh ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung dalam proses perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.
Selain itu, KWT Kecamatan Cipayung juga dapat menjadi wadah pemberdayaan bagi
para anggotanya. Dengan tergabung dalam KWT, ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung menjadi banyak belajar mengenai hal-hal baru dan membuka jaringan
pertemanan baru. Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung juga mengalami pergeseran
peran dan kedudukan dari yang sebelumnya hanya beraktivitas pada ranah domestik
semata sekarang menjadi banyak beraktivitas di ranah publik.
Kata Kunci: Kelompok Wanita Tani (KWT), Agency, Strukturasi, Institusi
Ekonomi, Kota Depok.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Terhadap
Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok”. Tak lupa shalawat serta salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Skripsi ini adalah bagian dari karya ilmiah awal yang telah memberikan
berbagai pengalaman dan pelajaran penting bagi penulis untuk dapat menciptakan
karya-karya ilmiah di waktu yang akan datang. Selesainya skripsi ini tentu tidak
didapatkan hanya dari duduk dibelakang meja kerja semata namun harus ditempuh
dengan kerja-kerja di lapangan ditambah dengan bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak terkait, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh jajarannya yang telah
berjuang memajukan kualitas intelektual mahasiswa melalui peran
strukturalnya di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Prodi Sosiologi sekaligus
pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah membimbing,
membantu, mendukung dan memberikan masukan selama proses
penulisan skripsi.
vii
4. Kasyfiyullah, M.Si selaku dosen sekaligus teman diskusi yang dengan
sabar dan pengertian dalam memberikan ide, kritik dan semangat kepada
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan ilmu serta motivasi di dalam kelas maupun di luar kelas
selama penulis kuliah.
6. Seluruh jajaran staf bidang akademik, administrasi, dan perpustakaan
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis
dalam mengurus berkas, administrasi, mengakses buku, dan literatur
selama perkuliahan.
7. Untuk kedua orang tua tercinta Bapak Irawan dan Ibu Suwartini yang
dengan semangat, kerja keras, tanggung jawab dan kasih sayangnya
membuat penulis dapat menempuh pendidikan sampai saat ini. Terima
kasih juga untuk adik Nugrah Suciati yang senantiasa mengingatkan
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan lulus kuliah.
8. Ketua dan anggota KWT Kecamatan Cipayung, Ketua KTNA Kecamatan
Cipayung atas kesediaannya membantu penulis dalam mengumpulkan
data penelitian serta memberikan semangat agar skripsi ini segera selesai.
9. Kepala, dan staf BPP Ratu Jaya, staf DKUM Kota Depok yang membantu
dalam mengumpulkan data penelitian serta memberikan semangat kepada
penulis.
10. Wahyu Ramdhani, Ronald Adam, Khalid Syaifullah, Ivan Sulistiana, yang
telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi sekaligus memberikan
masukan-masukan untuk pengembangan pengetahuan penulis.
11. Kawan-kawan seperjuangan Sosiologi 2014 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fulki Yuga, Deni Hardiawan, Alif Pahlevi, M. Jibril Ridho, Bayu
Rachmat, Novrizaldi, Fahmaiar Nur Oktavena, Viki Ni’mah Muzayadah,
Azizah Cesa, Restu Setio Wati, Nia Nadia, Harly Adam, Shabrina
Belinda, Isma Aida, Siti Asiah Melati, Risma Tri Handayani, Tina
viii
Ramadanti, Vicky Anilta, Nining Nia, Novia Putri, Hani Hanifah, Siti
Habibah, Prayogo Pangestu, Shofiyyah Ash Shiddiqoh, Ahmad Bisri,
Ghayda Putri, Nitasari, Runi Sikah, Shonyo Mus’ab, Beby Nurdiana,
Fauzan Jamal, Alif Permana, Ilmiono Rahman, Usman Efendi, Rachmat
Nurdiansyah, dan kawan-kawan lainnya. Terima kasih atas persahabatan,
diskusi dan kerja samanya selama perkuliahan.
12. Zarra Afiyanti, Hana Ika, Fithri Andini, Fathur Kahar, Zamzam Firdaus,
Andes Rojabi, Amalia Nisa Sabila dan kawan-kawan Forum Diskusi
Sosiologi (FOKUS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jangan lupa untuk
tetap santai dalam pembawaan dan serius dalam pemikiran.
13. Allyn Phita Oktaviani, Vanessa Mayrani, Joko Lelono, Chusnul Chotimah
dan kawan-kawan FISIP UIN Jakarta lainnya serta segenap invididu yang
telah terlibat secara langsung maupun tidak dalam proses penelitian ini.
Terima kasih, mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu.
Demikian ucapan terima kasih penulis, semoga semua bantuan maupun
dukungan dibalas oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk orang
banyak. Tak lupa penulis juga menunggu kritik yang membangun dari para pembaca
sekalian.
Depok, 29 Agustus 2018
Nugroho Aji
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL…………………………………………………. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ……………. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………….. iv
ABSTRAK…………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR……………………………………………… vi
DAFTAR ISI……………………………………………………...... ix
DAFTAR TABEL………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………….......... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah….………………………………………... 1
B. Pertanyaan Penelitian…………...………………..….………... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………….….…………….... 7
D. Tinjauan Pustaka…………………………….………………... 8
E. Kerangka Teoritis………………………….………………….. 15
F. Metode Penelitian……………………….…………………….. 22
G. Sistematika Penulisan…………………..……………………... 25
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Depok……………….………………. 27
B. Gambaran Umum Kecamatan Cipayung..……………………. 30
C. Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung………. 33
x
D. Pasar Tani…………………………………………………….. 41
E. Gerai Cip-Icip Cipayung……………………………………… 44
BAB III KONTRIBUSI KELOMPOK WANITA TANI (KWT)
KECAMATAN CIPAYUNG TERHADAP PERKEMBANGAN
INSTITUSI EKONOMI DI KOTA DEPOK
A. Pasar Tani…………………..........………….…………..…..… 63
B. Gerai Cip-Icip Cipayung……………………………………… 72
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………...……………….………………………. 86
B. Saran…………………………………………………………... 87
DAFTAR PUSTAKA……………………….............……….……… 89
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11
Tabel II.A.1. Jumlah Penduduk Kota Depok …………….............................. 28
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Pemetaan Penelitian Terdahulu.……………………............................. 14
Gambar II.1 Peta Wilayah Kota Depok…………………………............................. 29
Gambar II.2 Peta Kecamatan Cipayung.................................................................... 31
Gambar II.3. Garis Koordinasi KWT Cipayung....................................................... 35
Gambar II.4 Produk-Produk KWT Kecamatan Cipayung……………………….... 38
Gambar II.5 Gambaran Distribusi Persentase PRDB Kota Depok Menurut Sektor
2016 .................................................................................................. 40
Gambar II.6. Pasar Tani Kota Depok 2018 ……………………............................. 42
Gambar II.7. Logo Cip-Icip Cipayung...................................................................... 45
Gambar II.8. Gerai Cip-Icip Cipayung ................................................................... 46
Gambar III.1. Pelatihan Pengolahan Belimbing KWT Kecamatan Cipayung…….. 53
Gambar III.2. Pelatihan Kemasan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian…..... 54
Gambar III.3. Pertemuan Rutin KWT Kecamatan Cipayung dihadiri oleh Penyuluh
Pertanian dari BPP Ratu Jaya…………………………………...…. 57
xiii
Gambar III.4. Kunjungan KWT Kecamatan Cipayung ke KWT Sri Mandiri
Kab.Kuningan………………………………………………..….… 58
Gambar III.5. Kondisi Pasar Tani di Balaikota Depok……………………...…….. 65
Gambar III.6. Tampilan Stand Kecamatan Cipayung……………………...……… 66
Gambar III.7. Gerai Cip-Icip Cipayung…………………………………...………. 76
1
BAB I
Pendahuluan
A. Pernyataan Masalah
Penelitian ini membahas tentang kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT)
Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.
Penelitian ini akan menjelaskan KWT Kecamatan Cipayung sebagai kelompok
kolektif ibu-ibu rumah tangga yang berawal dari ikatan-ikatan sosial masyarakat
dapat membentuk kekuatan ekonomi lokal dan memiliki kontribusi positif dalam
membangun kegiatan ekonomi di wilayah Kota Depok dengan memberikan
pengaruh terhadap perkembangan pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung di Kota
Depok.
Sebagai negara berkembang, Indonesia terus menerus melakukan berbagai
macam pembangunan. Pembangunan tidak hanya berkutat pada bidang
infrastruktur namun juga mencakup pembangunan sumber daya manusia. Sejauh
ini pembangunan sumber daya manusia sering dianggap belum merata pada
semua golongan, salah satunya pada kaum perempuan Indonesia. Perempuan di
Indonesia sejak lama harus berjuang untuk dapat memperbaiki posisinya dalam
rumah tangga dan masyarakat.
Berbagai perjuangan telah dilakukan oleh tokoh-tokoh pahlawan, maupun
organisasi perempuan seperti Perwani (Persatuan Wanita Indonesia), dan Gerwani
pada orde lama. Di era orde baru perjuangan perempuan mendapat sedikit angin
segar dengan adanya UU Perkawinan Tahun 1974 disusul dengan dibentuknya
2
Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Selain itu, dibentuk pula organisasi-
organisasi perempuan baru seperti Dharma Wanita (organisasi istri pegawai
negeri), Persit Kartika Candra Kirana (organisasi istri militer), dan Persatuan Istri
Dokter Indonesia. Tetapi dengan dibentuknya organisasi-organisasi perempuan ini
menunjukan adanya subordinasi perempuan dan superioritas laki-laki. Hal ini
menegaskan posisi perempuan sebagai pendamping laki-laki dan justru
menempatkan posisi perempuan pada bayang-bayang identitas suami bukan
identitas perempuan itu sendiri (Darwin, 2004:290).
Memasuki era reformasi, banyak masyarakat mengharapkan terbentuknya
wujud „Indonesia Baru‟. Namun harapan tersebut tidak berjalan lurus, gelombang
politik pasca reformasi justru mengalami ketidakstabilan. Kondisi ini pun
berimbas kepada perjuangan perempuan. Muhadjir Darwin mengatakan bahwa :
“Dalam situasi yang kacau seperti ini masalah perempuan menjadi
tenggelam dan seolah-olah terlupakan. Media massa lebih sibuk dengan
liputan politik, konflik sosial, dan peristiwa hukum yang melibatkan
banyak elit. Padahal masalah perempuan, bukan sudah terpecahkan, tetapi
justru berada pada situasi yang lebih rentan” (2004:292).
Dari tiga era tersebut dapat dilihat bahwa meskipun sepanjang sejarah
Indonesia banyak bermunculan organisasi perempuan, terbitnya undang-undang
yang memperhatikan nasib perempuan, bahkan sampai dibentuknya Kementerian
yang khusus untuk mengakomodir urusan perempuan tetapi hal tersebut belum
dapat membawa kaum perempuan Indonesia ke posisi yang lebih baik.
Posisi perempuan Indonesia dalam pandangan dan keyakinan kebanyakan
masyarakat sampai saat ini masih saja berada dalam area domestik antara dapur,
3
sumur dan kasur. Hal senada juga dikemukakan oleh Indraswari (2008:51)
“…selama ini perempuan hampir selalu dipotret dalam kaitannya dengan peran
domestik mereka sebagai istri dan ibu yang bertugas mengelola rumah tangga”.
Eksisnya pandangan seperti ini didukung juga dengan adanya budaya partiarki
yang masih diyakini oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Di tengah kondisi mayoritas masyarakat yang menyakini bahwa perempuan di
Indonesia berada dalam wilayah domestik antara dapur, sumur, dan kasur,
ditemukan hal yang berbeda dari lingkungan sosial tempat penulis tinggal. Ada
sekelompok ibu-ibu yang bergerak bersama, melakukan serangkaian kegiatan
yang membuat mereka tidak hanya berdiam diri di rumah saja namun mereka
beraktivitas dan dapat menjangkau ranah-ranah publik. Setelah berusaha untuk
mencari informasi lebih lanjut, barulah diketahui bahwa mereka merupakan
sekelompok ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT) Kecamatan Cipayung.
Sejauh penelusuran penulis, pada mulanya kelompok wanita tani berasal dari
wanita tani ialah istri-istri para petani di desa yang terlibat secara langsung
maupun tidak dalam kegiatan pertanian (Suraningsih, 2017). Seiring
perkembangan zaman, kelompok wanita tani tidak hanya berada di desa, namun
juga berada di wilayah perkotaan. Ada perbedaan dengan KWT yang berada di
wilayah perkotaan yaitu anggotanya bukan merupakan istri petani, melainkan ibu-
ibu rumah tangga yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk melakukan
kegiatan pertanian atau pun membuat makanan olahan dari hasil pertanian,
peternakan dan perikanan yang hasilnya memiliki nilai jual.
4
KWT juga terdapat di beberapa tempat seperti Aceh, Semarang, Yogyakarta,
Jakarta, Kudus, dan Pontianak. KWT telah memberikan manfaat bagi perempuan
itu sendiri maupun bagi keluarga, antara lain (1) Secara sosial dapat meningkatkan
kualitas hidup perempuan. Program ataupun kegiatan yang dilakukan dengan
strategi berbasis kolektif merupakan hal yang penting bagi kaum perempuan, hal
ini dibuktikan adanya beberapa penelitian seperti Nowak dan Caufield (dalam
Strempel, 2011) yang menjelaskan bahwa dengan menggalakkan kegiatan
bersama, organisasi perempuan menyediakan kesempatan (opportunity) bagi
perempuan untuk dapat mengembangkan kecakapan diri dalam memimpin,
mengelola, membangun kepercayaan diri dan membantu membina hubungan
dengan kelompok lain yang dapat memberikan bantuan dan dukungan.
Food and Fertiliser Technology Centre (FFTC) (dalam Strempel, 2011) juga
menjelaskan pentingnya mengembangkan kelompok wanita sebagai strategi untuk
memberikan akses perempuan terhadap informasi, meningkatkan kemampuan
mereka untuk ikut mengambil keputusan dan menciptakan kesempatan untuk
membentuk kegiatan bersama dalam usaha mengakses masukan ekonomi.
(2) Mengatasi persoalan gender. Poin penting yang membuat program KWT
dapat memberdayakan kaum perempuan yaitu adanya jaminan bahwa KWT
dikelola dan dijalankan oleh para anggotanya. Artinya, perempuan di sini
dilibatkan dalam proses merancang dan melaksanakan program. Ini merupakan
strategi pemberdayaan yang efektif merujuk pada laporan yang dikeluarkan oleh
International Centre for Research Women (2009), keikutsertaan perempuan dalam
5
merancang dan menyebarkan program adalah satu dari tujuh strategi pokok untuk
mencapai pemberdayaan lewat perubahan (Strempel, 2011).
(3) Secara ekonomi dapat mengatasi persoalan finansial, namun menghasilkan
uang bukan satu-satunya aspek penting dalam memberdayakan perempuan dari
segi ekonomi. Terdapat aspek penting lainnya yang juga merupakan bagian dari
pemberdayaan secara ekonomi seperti, pelatihan dalam bidang manajemen bisnis,
dan pengembangan kepemilikan oleh perempuan, pengawasan dan keikutsertaan
dalam pengelolaan kekuasaan (UNFPA, dalam Strempel, 2011).
(4) Mengatasi persoalan ketersediaan pangan, (5) Membantu perbaikan
kesehatan dan gizi di keluarga, (6) Menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak
menggunakan bahan kimia dalam merawat tanaman (Strempel, 2011, Wahyuni
dan Sukardja dalam Sri Wahyuni, 2003).
Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa KWT juga penulis temukan di
wilayah Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kota Depok meskipun merupakan
Kota termuda di Jawa Barat yang baru ditetapkan sebagai Kotamadya Daerah
Tk.II pada tanggal 27 April 1999 namun memiliki prestasi dalam perolehan
Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2009 dan 2010, Kota Depok
menempati posisi ketiga dari sepuluh Kabupaten/Kota dengan IPM tertinggi
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011:14).
Prestasi tersebut menyiratkan adanya proses pemberdayaan manusia yang baik,
salah satunya pemberdayaan perempuan melalui kelompok wanita tani.
6
KWT yang ada di Kota Depok berada dibawah naungan Dinas Ketahanan
Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP). Seiring perkembangannya, KWT
yang ada di Kota Depok mendapatkan ruang untuk memasarkan produknya dalam
Pasar Tani yang diadakan di halaman Balaikota Depok. Diadakannya pasar tani
merupakan salah satu perwujudan program Kota Depok yaitu Depok Sahabat
Petani (Depok.go.id, diakses 14 Februari 2018). Diantara KWT yang ada di Kota
Depok pada bulan April 2017, KWT Kecamatan Cipayung merupakan yang
terbaik menyisihkan 10 KWT dari yang ada di Kota Depok dalam pasar tani
(Observasi, Pidato Imam Bukhori Ketua Kontak Tani dan Nelayan Kecamatan
Cipayung, dalam Rembug KTNA Kecamatan Cipayung, Depok 28 Maret 2018).
Setelah melakukan observasi dalam beberapa kegiatan KWT Cipayung,
penulis mengetahui bahwa KWT Kecamatan Cipayung terdiri dari beberapa KWT
yang aktif seperti KWT Nusa Indah, KWT Sukses Bersama, KWT Lembah Griya
Indah, KWT Usaha Bersama, dan KWT Mawar. KWT yang ada di Cipayung
memiliki kegiatan lain di samping mengelola pangan olahan pertanian yang dapat
menopang jalannnya kelompok tersebut seperti koperasi simpan pinjam, dan juga
adanya gerai Cip-Icip Cipayung sebagai tempat yang khas untuk memasarkan
produk-produk yang dihasilkan dari Kecamatan Cipayung. Adanya prestasi yang
dimiliki oleh KWT Kecamatan Cipayung membuktikan bahwa ada proses
pemberdayaan yang baik dalam menciptakan kelompok wanita tani yang unggul
dan dapat berkontribusi bagi perkembangan ekonomi di wilayah tersebut.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka studi yang berjudul
“Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Terhadap
7
Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok” menjadi menarik dan
penting untuk dikaji secara mendalam terutama dalam melihat proses
pemberdayaan perempuan yang berawal dari ikatan-ikatan sosial lalu dapat
menjelma menjadi kekuatan-kekuatan ekonomi lokal. Sehingga pada akhirnya
dapat menunjang perkembangan institusi ekonomi yang ada di Kota Depok.
Dengan menggali hal ini, boleh jadi proses pemberdayaan perempuan melalui
program Kelompok Wanita Tani (KWT) di wilayah perkotaan dapat menjadi
rujukan bagi pihak lain yang membutuhkan solusi bagi persoalan pemberdayaan
perempuan dan pengembangan ekonomi. Penelitian ini juga penting sebab masih
sedikit penelitian yang mengkaji proses kontribusi kelompok wanita tani dalam
kacamata sosiologis.
B. Pertanyaan Penelitian
Mengacu pada pernyataan penelitian yang telah dipaparkan di atas maka
pertanyaan dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan
Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
Utamanya, tujuan dari penelitian ini ialah untuk menjelaskan kontribusi
yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung
terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok. Sekaligus
mendeskripsikan proses pemberdayaan perempuan melalui kelompok wanita tani
di Kecamatan Cipayung Kota Depok.
8
C.2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan teoritis terkait
kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung terhadap
perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok dan menjelaskan proses
pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi dan bahan rujukan ilmiah bagi para akademisi, praktisi
atau instansi dalam melihat tema Kelompok Wanita Tani (KWT). Kemudian
memberikan rekomendasi untuk para kelompok yang peduli atau pun
berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, serta tak lupa untuk pemerintah
dalam mengambil kebijakan.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelusuran literatur, penulis menemukan beberapa penelitian
sebelumnya yang membahas tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) maupun
pengembangan institusi ekonomi sebagai bentuk dari kekuatan ekonomi lokal
yang berasal dari perspektif sosiologis maupun disiplin ilmu lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana Chaidir, Dompak Napitupulu,
dan Idris Sardi (2018) membahas mengenai percepatan penumbuhan ekonomi
daerah dapat ditunjang salah satunya melalui pengembangan agroindusti.
Penelitian dengan metode kualitatif ini berfokus pada strategi yang digunakan
oleh KWT Tunas Baru di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu, Jambi dalam
mengembangkan industri pengolahan ikan patin. Hasilnya ialah KWT Tunas Baru
9
memiliki kekuatan dalam mengelola industrinya yaitu adanya kepemilikan modal
pribadi, lokasi produksi yang strategis dijangkau masyarakat, tenaga kerja yang
berpengalaman, kualitas yang sudah terjamin dan harga produk yang dijual lebih
murah. Namun meskipun begitu, terdapat kelemahan yang dimiliki dari KWT
Tunas Baru yaitu tenaga kerja yang sedikit, dan kurangnya kegiatan promosi.
Maka strategi yang dapat digunakan agar industri ini dapat berkembang
diantaranya dengan meningkatkan modal, menjaga mutu produk, dan
meningkatkan kegiatan promosi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kusumanigrum (2016) melihat
adanya kekuatan ekonomi lokal yang dibangun secara kolektif oleh perempuan
desa. Kusumaningrum dalam penelitiannya di dusun Mrisi menemukan bahwa
adanya labeling terhadap perempuan desa yang dipandang sebelah mata karena
rendahnya tingkat pendidikan membuat perempuan di dusun Mrisi bergerak
bergotong royong untuk mematahkan labeling tersebut. Mereka bergerak bersama
dengan berlandaskan nilai normatif saling asih asuh merintis usaha kripik tempe
sagu yang akhirnya dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan keluarga dan
bahkan membuka lapangan pekerjaan yang baru.
Jamilah (2016) dalam penelitiannya di Tasikmalaya melihat kemunculan
kekuatan ekonomi lokal yang diinisiasi oleh pengusaha bordir dari kalangan
bawah atau non elit di dalam struktur feudal masyarakat Sunda. Kekuatan
ekonomi lokal ini pernah menopang krisis ekonomi Indonesia di tahun 1998.
Terdapat nilai yang menjadi pegangan dari para pengusaha bordir, yaitu nilai etika
10
Islam dan Sunda. Nilai-nilai inilah yang menjadi salah satu faktor industri bordir
ini dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini.
Adapula penelitian lainnya dari Indraswari (2008) yang melihat posisi
perempuan miskin perkotaan dalam membangun ketahanan ekonomi keluarganya.
Dalam penelitiannya, Indraswari melihat perempuan aktif bergerak mengatasi
keterbatasan ekonomi yang dialami oleh keluarganya. Cara yang ditempuh oleh
perempuan ini, salah satunya dengan membangun modal sosial dengan sesama
perempuan di lingkungan tempat tinggal. Tujuannya yaitu untuk membangun
dana kolektif yang dapat diakses oleh mereka sebagai cara dalam menyelamatkan
keluarga mereka dari kemiskinan. Arisan dan koperasi adalah salah satu bentuk
kerja sama dan jaringan yang sengaja dibentuk oleh perempuan perkotaan secara
kolektif. Tujuannya agar mereka memiliki akses terhadap sumber daya ekonomi.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat dilihat bahwa ada kesamaan antara
penelitian-penelitan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
subjek yang diteliti sama-sama kelompok wanita tani dan seputar kemunculan
kekuatan ekonomi lokal. Sementara perbedaannya ialah penelitian sebelumnya
mengkaji kelompok wanita tani dengan fokus pada strategi pengembangan
industri yang dirintisnya. Belum ada yang mengkaji kelompok wanita tani yang
berangkat dari ikatan-ikatan sosial di masyarakat mampu menjelma menjadi
kekuatan ekonomi lokal dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan
institusi ekonomi dalam cakupan yang lebih luas seperti dalam satu kota.
Kemudian, dari penelitian-penelitian sebelumnya tidak banyak yang
menggunakan teori-teori sosiologi sebagai pisau analisa. Sedangkan penelitian ini
11
akan menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens untuk menganalisa
kontribusi KWT terhadap perkembangan institusi ekonomi. Maka dari itu
penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan sebab hendak mengisi lubang
kosong yang terdapat dari literatur penelitian tentang kelompok wanita tani.
Untuk memudahkan pembaca dalam melihat temuan-temuan dari
penelitian terdahulu, maka penulis merangkumnya dalam bentuk tabel dibawah
ini:
Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka
No. Nama dan Judul Teori Metodologi Hasil
1 Nurdiana Chaidir,
Dompak Napitupulu,
dan Idris Sardi (2018).
“Strategi
Pengembangan
Agroindusti Ikan Patin
(Studi Kasus di Desa
Pudak Kecamatan
Kumpeh Ulu
Kabupaten Muaro
Jambi)
Analisis SWOT Kualitiatif KWT Tunas Baru
di Desa Pudak
memiliki
agroindustri
pengolahan ikan
patin. Kekuatan
yang dimiliki oleh
KWT Tunas Baru
dalam mengelola
industrinya ini
berasal dari adanya
kepemilikan modal
pribadi, lokasi
produksi yang
strategis dijangkau
masyarakat, tenaga
kerja yang
berpengalaman,
kualitas yang sudah
terjamin dan harga
produk yang dijual
lebih murah.
Adapun kelemahan
yang dimiliki dari
KWT Tunas Baru
yaitu tenaga kerja
yang sedikit, dan
kurangnya kegiatan
promosi.
12
2 Demeiati Nur
Kusumanigrum (2016).
“Pengaruh Perspektif
Pemberdayaan
Perempuan dalam
Kebangkitan Ekonomi
Lokal: Industri Tempe
Sagu di Dusun Mrisi-
Yogyakarta”
Teori
Pemberdayaan
Perempuan
Kualitatif Kemunculan UKM
Kripik Tempe Sagu
dilihat sebagai
wadah
pemberdayaan
perempuan desa.
Potret perempuan
desa yang
dipandang sebelah
mata membuat
perempuan di
dusun Mrisi
bergerak bergotong
royong dengan
berlandaskan nilai
normatif saling asih
asuh merintis
produksi kripik
tempe sagu yang
akhirnya dapat
memberikan
sumbangan bagi
pendapatan
keluarga dan
bahkan membuka
lapangan pekerjaan
yang baru.
3 Joharotul Jamilah
(2016) “Ketahanan
Industri Bordir di
Tasikmalaya: Studi
Etika Moral Ekonomi
Islam Pada Komunitas
Tatar Sunda”.
Teori
Embeddedness
dan
Isomorphism
Kualitatif Kemunculan
kekuatan ekonomi
lokal berupa
industri bordir di
Tasikmalaya
dipelopori oleh
kelompok non elit,
kelas bawah, dan
masyarakat yang
menempati posisi
marginal di dalam
struktur feudal
13
sunda. Namun
mereka para
pengusaha industri
bordir dapat
berjuang bertahan
karena memegang
teguh nilai etika
Islam dan Sunda.
4 Indraswari (2008).
“Perempuan, Sumber
Daya Ekonomi dan
Modal Sosial
Modal Sosial Kualitatif Modal sosial dalam
kalangan
perempuan
berfungsi sesuai
dengan kelas sosial.
Modal sosial pada
perempuan yang
tidak terlalu miskin
namun masih
mampu
membangun kerja
sama dan jaringan
seperti arisan dan
koperasi dapat
menjadi akses
kepada sumber
daya ekonomi.
Kemudian mereka
juga masih dapat
membuka warung
kelontong sebagai
upaya untuk
mendapatkan
sumber daya
ekonomi. Upaya-
upaya ini mereka
bangun guna
menyelamatkan
perempuan dan
keluarganya dari
kemiskinan yang
parah.
14
Selanjutnya, untuk memastikan kedudukan dan ide baru dari penelitian ini
di antara penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar I.1. Pemetaan Penelitian Terdahulu
Ide penelitian ini sekaligus menjadi yang terbaru dalam tema penelitian
kelompok wanita tani yakni akan mengkaji bagaimana KWT dapat berkontribusi
terhadap aspek yang lebih luas seperti perkembangan institusi ekonomi di satu
Kota. Penelitian ini akan menjelaskan proses kontribusi yang diberikan oleh
anggota KWT Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di
“Indraswari (2008). “Perempuan,
Sumber Daya Ekonomi dan Modal
Sosial
Kontribusi KWT Kec.
Cipayung Terhadap
Perkembangan Institusi
Ekonomi di Kota Depok
Nugroho Aji (2018)
Joharotul Jamilah (2016) “Ketahanan
Industri Bordir di Tasikmalaya: Studi
Etika Moral Ekonomi Islam Pada
Komunitas Tatar Sunda”.
Demeiati Nur Kusumanigrum (2016).
“Pengaruh Perspektif Pemberdayaan
Perempuan dalam Kebangkitan
Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu
di Dusun Mrisi-Yogyakarta”
Nurdiana Chaidir, Dompak
Napitupulu, dan Idris Sardi (2018).
“Strategi Pengembangan Agroindusti
Ikan Patin (Studi Kasus di Desa Pudak
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten
Muaro Jambi)
15
Kota Depok dengan melihat kemunculan dan perkembangan dari institusi pasar
tani dan gerai Cip-Icip Cipayung.
E. Kerangka Teoritis
1. Definisi Konseptual
a) Kontribusi
Kontribusi dalam pengertiannya secara umum yakni pemberian andil dalam
sebuah kegiatan, baik dalam bentuk masukan ide maupun lainnya (Badudu, 1994).
Soerjono (1997) menjelaskan bahwa kontribusi ialah ikut serta atau memberikan
ide, tenaga, dan lain sebagainya dalam sebuah kegiatan. Adapula Ahira (2012)
menjelaskan kontribusi sebagai keikutsertaan, keterlibatan, maupun sumbangan
materi atau tindakan. Tindakan dalam hal ini diartikan dengan perilaku yang
dilakukan oleh individu yang selanjutnya dapat memberikan dampak positif
ataupun negatif terhadap pihak lain.
b) Kelompok Wanita Tani
Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan istri-istri para petani di desa yang
terlibat secara langsung maupun tidak dalam kegiatan pertanian (Suraningsih,
2017). Saat ini, KWT tidak hanya berada di wilayah pedesaan namun juga
terdapat di wilayah perkotaan sekaligus menjadi wadah bagi ibu-ibu rumah tangga
dalam meningkatkan produktivitas dirinya. KWT di perkotaan memiliki fokus
dalam mengolah hasil-hasil pertanian, baik yang ditanam sendiri maupun dari
petani sekitar.
c) Institusi Ekonomi
16
Institusi Ekonomi merupakan institusi yang memiliki fungsi untuk
memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi,
menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta. Sebagai contoh,
pertanian, peternakan, koperasi, industri, dan perbankan (Setiadi dan Usman
Kolip, 2011:291). Institusi ekonomi merupakan bagian dari sistem sosial di
masyarakat yang saling berkaitan satu sama lain dengan institusi lainnya seperti
institusi keluarga, agama, dan pendidikan yang memiliki peran yang berbeda-beda
(Ogburn, 1964).
2. Definisi Operasional
a) Kontribusi
Kontribusi dalam penelitian ini diartikan sebagai pemberian andil berupa
masukan ide, keterlibatan, keikutsertaan, dan sumbangan lain baik berupa materi
atau tindakan yang dilakukan oleh individu yang akan memberikan dampak untuk
pihak lain.
Kontribusi yang akan dianalisis dalam penelitian ini berfokus pada
sumbangan ide maupun materi, keikutsertaan, dan keterlibatan yang dilakukan
oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung terhadap institusi pasar tani dan gerai
Cip-Icip Cipayung.
b) Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Kota Depok
Berdasarkan dari definisi tentang KWT diatas maka dalam penelitian ini
KWT dibatasi sebagai kelompok bagi para perempuan atau ibu rumah tangga di
perkotaan dalam melakukan produktivitas serta dapat menjadi wadah untuk
memberdayakan ekonomi untuk menunjang kesejahteraan keluarga. Jumlah
17
anggota kelompok idealnya sekitar 15-30 orang atau dapat juga disesuaikan
dengan kondisi dan wilayah kerja kelompok.
KWT dalam penelitian ini adalah KWT yang berada di Kecamatan
Cipayung Kota Depok. KWT di Kecamatan Cipayung terdiri dari KWT Nusa
Indah, KWT Lembah Griya Indah, KWT Sukses Bersama, KWT Usaha Bersama,
dan KWT Mawar. Dipilihnya KWT di Kecamatan Cipayung Kota Depok sebagai
subjek penelitian dikarenakan KWT Cipayung merupakan salah satu KWT yang
ada di Kota Depok dengan beberapa keunggulan diantaranya yaitu mendapatkan
predikat KWT terbaik dalam pasar tani April 2017 dan telah memiliki Gerai Cip-
Icip Cipayung yang menjadi tempat untuk membeli oleh-oleh pangan olahan khas
dari Kecamatan Cipayung. Dengan melihat kondisi ini, KWT Kecamatan
Cipayung menjadi berkembang selangkah lebih maju dari KWT lainnya di Kota
Depok. Kelompok Wanita Tani inilah yang akan menjadi subjek dalam penelitian
ini.
c) Institusi Ekonomi
Merujuk pada definisi institusi ekonomi diatas yang merupakan institusi
dengan fungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup,
memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta,
maka institusi ekonomi yang akan diteliti pada penelitian ini ialah gerai Cip-Icip
Cipayung, dan Pasar Tani.
Pasar tani dan Gerai Cip-Icip Cipayung dipilih sebab dua institusi ekonomi
ini menjadi ranah yang sentral bagi ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dalam
18
melakukan aktivitasnya. Selanjutnya, dua institusi ini mencerminkan adanya relasi
yang terbentuk antara praktik sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung dengan perkembangan (struktur) institusi ekonomi di Kota Depok.
c) Kajian Teori: Teori Strukturasi (Anthony Giddens)
Teori strukturasi merupakan teori yang dikemukakan oleh Anthony
Giddens. Menurut teori ini, domain dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukanlah
pengalaman masing-masing aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas
kemasyarakatan, melainkan praktik-praktik sosial yang terjadi sepanjang ruang
dan waktu (Giddens, 2010).
Teori ini memusatkan perhatiannya pada praktik sosial yang berulang
antara agen dan struktur (Ritzer, 2004:507). Aktivitas-aktivitas atau praktik sosial
tidak dihadirkan oleh para aktor sosial, melainkan terus menerus diciptakan oleh
mereka melalui sarana-sarana pengungkapan diri mereka sebagai aktor (Giddens,
2010). Menurut Bernstein (dalam Ritzer, 2004) dasar tujuan dari teori ini ialah
untuk menjelaskan hubungan dialektika dan saling pengaruh-mempengaruhi
antara agen dan struktur. Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur dan seluruh
struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling jalin menjalin
tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia. Fokus dari analisis teori
strukturasi adalah praktik atau tindakan manusia yang berulang-ulang. Artinya,
aktivitas bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial namun secara terus-
menerus mereka ciptakan ulang melalui suatu cara, dan dengan cara itu juga
mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor (Ritzer, 2004).
19
Adapun elemen-elemen teori strukturasi yang dijelaskan oleh Giddens
(1984) ialah :
1. Agen, Agensi
Dalam teori strukturasi, Giddens menjelaskan tentang agensi yakni suatu
konsep yang merujuk kepada aksi atau tindakan sosial yang dilakukan oleh agen.
Agen adalah aktor atau pelaku yang melakukan tindakan dan aktivitas sosial.
Konsep agen biasanya merujuk pada individu, namun konsep ini juga dapat
merujuk pada kolektivitas atau kelompok terorganisir, organisasi dan bangsa
(Ritzer, 2004:506).
Terdapat 3 aspek fundamental yang terdapat pada diri agen atau aktor
dalam melakukan aktivitas sosialnya. (a) Monitoring tindakan secara refleksif
(Reflexive monitoring of action) ialah aktor memonitor pemikiran dan aktivitas
mereka sendiri termasuk yang berhubungan dengan orang lain mencakup aspek
sosial dan fisik. (b) Rasionalisasi tindakan (Rationalization of action) ialah aktor
mengembangkan kebiasaan sehari-hari atau memelihara „theoretical
understanding’ yang berkelanjutan terhadap aktivitas sosialnya. Kemudian, aktor
juga memiliki (c) Motivasi tindakan (Motivation of action) ialah keinginan dan
hasrat yang mendorong aktor untuk melakukan tindakan (Ritzer, 2004:509).
Dalam bagian kesadaran, Giddens membedakan antara kesadaran diskursif
yaitu kemampuan untuk melukiskan tindakan-tindakan aktor dengan kata-kata
sedangkan kesadaran praktis yaitu tindakan-tindakan yang diterima begitu saja
oleh aktor tanpa mampu mengungkapkan kata-kata tentang apa yang mereka
lakukan. Kesadaran praktis inilah yang sangat penting bagi teori strukturasi, yang
20
lebih memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan aktor ketimbang apa yang
dikatakannya (Ritzer, 2004:509)
Sesuai dengan penekanannya pada keagenan, Giddens memberikan
(power) kepada agen ialah kapasitas individu untuk mengubah (sense of
transformative capacity) dan membuat perbedaan. Aktor berhenti menjadi agen
apabila ia kehilangan kemampuan untuk menciptakan perbedaan (Ritzer, 2004).
2. Struktur, Strukturasi
Letak inti teori strukturasi Giddens terletak pada pemikiran mengenai
struktur, sistem, dan dualitas struktur. Struktur merupakan perangkat sosial yang
memiliki aturan dan sumber daya, perangkat yang memungkinkan praktik sosial
serupa dapat dijelaskan untuk eksis di sepanjang ruang dan waktu yang
membuatnya menjadi bentuk sistemik (Giddens dalam Ritzer, 2004). Sistem
didefinisikan sebagai praktik sosial yang direproduksi (reproduced) atau
hubungan yang direproduksi antara aktor dan kolektivitas yang diorganisir
sebagai praktik sosial tetap. Strukturasi didefinisikan sebagai kondisi yang
mengatur keberlanjutan atau perubahan (transformation) struktur dan oleh karena
itu mereproduksi sistem sosial. Strukturasi meliputi hubungan dialektika antara
agen dan struktur atau yang disebut sebagai dualitas struktur (Ritzer, 2004). Agen
dan struktur mengalami dualitas, struktur tidak akan ada tanpa agen, agen tidak
akan bisa melakukan praktik sosial tanpa adanya struktur.
Struktur bagi Giddens hanya ada di dalam dan melalui aktivitas manusia
sebagai agen. Struktur merupakan akibat atau hasil dari praktik sosial yang
dilakukan oleh agen. Seluruh interaksi yang dilakukan oleh agen melibatkan
21
pemaknaan, penggunaan kekuasaan dan sanksi normatif. Dalam interaksi yang
terjadi, agen menggambarkan dan mereproduksi sifat-sifat kultural dari sistem
sosial yang saling berkaitan, yakni signifikansi (S), dominasi (D) dan legitimasi
(L). Giddens menjelaskannya sebagai berikut :
S-D-L : Institusi Simbolik
D (auth)-S-L : Institusi Politik
D (alloc)-S-L : Institusi Ekonomi
L-D-S : Institusi Hukum
Dari konsep subtantivis di atas, Giddens ingin menjelaskan bahwa terdapat
keterkaitan antara ketiga institusi tersebut. Institusi simbolik akan eksis apabila
signifikansi telah ada dan diikuti dengan dominasi dan legitimasi. Institusi politik
akan ada jika terdapat keterkaitan antara dominasi otoritatif, signifikansi dan
legitimasi. Institusi ekonomi akan terbentuk jika terdapat kondisi yang saling
berkaitan antara dominasi alokatif, signifikansi dan legitimasi. Institusi hukum
akan ada jika ada keterkaitan antara legitimasi, dominasi dan signifikansi.
Struktur dalam teori strukturasi bersifat dinamis. Struktur dapat juga
mengalami keusangan (obsolence) dan akhirnya direproduksi. Keusangan yang
dimaksud ialah perubahan pada struktur lama menjadi struktur baru dalam
rangka penyesuaian dengan praktik sosial yang terus berkembang (Priyono,
2002).
Setelah penjabaran di atas, penulis melihat teori strukturasi dapat
digunakan untuk menganalisis kontribusi yang diberikan oleh ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung sebagai agen terhadap perkembangan institusi ekonomi
22
(struktur) di Kota Depok. Penulis mencoba melihat bagaimana praktik-praktik
sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dapat memberi
pengaruh terhadap perkembangan institusi ekonomi yang ada di Kota Depok.
F. Metode Penelitian
F.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk menangkap sekaligus memahami makna
yang terdapat pada rangkaian proses kegiatan KWT Kecamatan Cipayung yang
dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota
Depok. Maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah
pendekatan dengan mengeksplorasi dan memahami makna yang dimiliki oleh
sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan (Creswell, 2010).
Untuk dapat mengeksplorasi dan memahami makna dari proses kegiatan
yang dilakukan oleh KWT Kecamatan Cipayung, penulis melakukan interaksi
yang intens dengan ibu-ibu anggota KWT Kecamatan Cipayung sebagai pihak
yang diteliti. Adapun interaksi yang dilakukan berupa datang berkunjung ke acara
pertemuan rutin, rembug kelompok, pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung.
Termasuk di dalamnya penulis harus mampu memahami dan mengembangkan
pola-pola, dan analisis terhadap proses-proses sosial yang terjadi di dalam KWT
Kecamatan Cipayung (Creswell, 2010). Dengan demikian, pendekatan kualitatif
ini dirasa tepat untuk menangkap makna yang terkandung dari proses kontribusi
Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan
institusi ekonomi di Kota Depok.
23
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Creswell (2010:20)
menjelaskan metode studi kasus merupakan strategi penelitian yang membuat
peneliti menyelidiki secara cermat suatu peristiwa, aktivitas, proses atau
sekelompok individu. Namun, kasus-kasus yang diteliti harus dibatasi oleh waktu
dan aktivitas. Studi kasus dipilih karena penelitian ini ingin menyelidiki secara
cermat rangkaian-rangkaian yang terjadi dalam cakupan proses kegiatan KWT
Kecamatan Cipayung yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan
institusi ekonomi di Kota Depok.
F.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data yang
tidak dikumpulkan secara langsung oleh peneliti, atau dikumpulkan melalui
sumber-sumber lain yang telah tersedia (Silalahi, 2010). Penggunaan kedua jenis
data ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat dan melengkapi satu sama
lain. Data primer penulis dapatkan langsung dari hasil wawancara dan observasi
lapangan tentang aktivitas yang dilakukan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung
selama penelitian. Data sekunder didapatkan dari ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung atau sumber lain yang dapat menunjang proses penelitian ini.
Teknik pengumpulan data primer yang digunakan yaitu wawancara dan
observasi. Proses wawancara dilakukan dengan tatap muka (face to face
interview) dengan informan. Kemudian, wawancara juga dapat dilakukan dengan
24
cara tidak terstruktur (unstructured interviews) yaitu peneliti dan informan saling
berinteraksi dengan cair (Marvasti, 2004).
Proses observasi dilakukan dengan turun langsung ke lapangan penelitian
yaitu mengamati proses kegiatan-kegiatan yang dilakukan para KWT Kecamatan
Cipayung diantaranya saat pertemuan rutin kelompok, rembug KTNA Kecamatan
Cipayung, proses produksi pangan, pelaksanaan pasar tani dan bazar UKM di
Walikota Depok. Ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran langsung mengenai
dinamika dan aktivitas yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Cipayung sehingga
dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota
Depok
Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive
sampling, yang didasarkan pada siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan terkait kontribusi yang diberikan KWT
Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.
Maka informan dalam wawancara dibatasi pada ketua Kontak Tani Nelayan
Andalan (KTNA) Kecamatan Cipayung Kota Depok 1 orang, ketua dan anggota
Kelompok Wanita Tani Kecamatan Cipayung sebanyak 8 orang, staf Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM) Kota Depok 1 orang dan Kepala Balai
Penyuluh Pertanian 1 orang.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan
dokumen dan materi visual (Creswell, 2010). Pengumpulan dokumen dilakukan
dengan bersumber pada dokumen-dokumen berita di internet yang berkaitan
dengan kegiatan KWT Kecamatan Cipayung. Sementara pengumpulan materi
25
visual dilakukan dengan mengumpulkan foto-foto atau gambar-gambar dari
aktivitas anggota KWT Kecamatan Cipayung yang diambil secara langsung
maupun tidak langsung.
Proses pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan dibeberapa
tempat seperti kediaman ketua dan anggota KWT Kecamatan Cipayung, Kantor
Kecamatan Cipayung, Kantor Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM)
Kota Depok, Kantor Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya dan ditambah
melalui website yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Lokasi penelitian ini dipilih karena beberapa lokasi merupakan tempat-tempat
yang menjadi ruang beraktivitas anggota KWT Kecamatan Cipayung.
F.3. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisa data, penulis merujuk pada Miles dan Huberman
(1994 dalam Marvasti, 2004:88-90) yaitu saat proses menganalisa data dalam
kualitatif harus melewati beberapa tahap. Pertama, penulis akan melakukan
reduksi data yaitu proses memilih, menyederhanakan, mengabstraksi, dan
mentransformasi data yang terkumpul dari proses pengumpulan data aktivitas-
aktivitas ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung di lapangan. Proses reduksi ini terus
berkelanjutan selama penelitian ini berlangsung. Tahap kedua yaitu penulis
melakukan display data yaitu menyusun informasi secara terstruktur agar
menimbulkan adanya proses penarikan kesimpulan serta pengambilan keputusan
terhadap data yang terkumpul. Tahap ketiga, penulis melakukan penarikan
kesimpulan yang dalam proses ini terdapat penggambaran makna dari data yang
26
ditampilkan terkait kontribusi KWT Kecamatan Cipayung terhadap
perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini penulis memberikan penjelasan tentang pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum Kota Depok dan
Kecamatan Cipayung berdasarkan letak geografi, wilayah administrasi, serta
kependudukan. Kemudian, penulis juga memberikan penjelasan mengenai
Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung dan gambaran umum
institusi pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung.
BAB III Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung
Terhadap Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok
Bab ini berisikan tentang proses kontribusi yang diberikan KWT Kecamatan
Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok
BAB IV Penutup
Berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran bagi penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
27
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Depok
Penelitian ini dilakukan di Kota Depok provinsi Jawa Barat. Daerah yang
dijuluki Kota Belimbing ini pada awalnya hanya sebuah Kecamatan yang
berada di lingkungan Kewedanan (Pembantu Bupati) wilayah Parung
Kabupaten Bogor. Pada tahun 1981, pemerintah membentuk Kota
Administratif Depok dengan berlandaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor
43 tahun 1981. Saat itu terdapat 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa.
Setelah 17 tahun terbentuknya Kota Administratif Depok, ternyata terjadi
perkembangan yang pesat di berbagai bidang seperti pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan. Hal ini dibuktikan dengan semua Desa
berganti menjadi Kelurahan dan terjadinya pemekaran Kelurahan, sehingga
jumlah Kelurahan mencapai 23 (dua puluh tiga).
Semakin berkembangnya wilayah ini, membuat pemerintah menaikkan
statusnya menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan yang diberikan
menjadi lebih baik dan maksimal. Tepat pada tanggal 27 April 1999,
Kotamadya Tk.II Depok diresmikan. (Depok.go.id, diakses pada 5 April 2018).
Kondisi demografi Kota Depok juga terus mengalami perkembangan.
Tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi adalah hasil dari peningkatan
jumlah wilayah pemukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Jumlah
penduduk di Kota Depok pada tahun 2016 mencapai 2.179.813 jiwa yang
terdiri dari 1.098.473 laki-laki dan 1.081.340 perempuan. Untuk wilayah
28
dengan luas keseluruhan sekitar 200,29 km2
jumlah kepadatan penduduk tahun
2016 mencapai 10.883 jiwa/km2
(BPS Kota Depok, 2017:4). Populasi
penduduk perempuan yang cukup besar, menunjukan bahwa kontribusi aktif
perempuan akan diperhitungkan dalam proses perkembangan Kota Depok itu
sendiri. Tidak hanya kaum laki-laki saja yang dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan dan kemajuan Kota Depok.
Tabel II.A.1. Jumlah Penduduk Kota Depok
No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
1. Laki-laki 1.098.473
2. Perempuan 1.081.340
Total : 2. 179.813
Sumber: BPS Kota Depok, 2017
Secara geografis, Kota Depok berada dalam wilayah Jabodetabek. Wilayah
Kota Depok berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lainnya. Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan
Wilayah DKI Jakarta. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok
Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede
Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor (Buku Putih Sanitasi Pemkot
Depok, 2011). Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan
dataran rendah. Kota Depok dialiri dua sungai-sungai besar yaitu sungai
Ciliwung dan Cisadane.
29
Gambar II.1. Peta Wilayah Kota Depok
Sumber: Google
Di tahun 2005 luas wilayah terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%)
dari luas wilayah Kota Depok. Meningkatnya jumlah pemukiman membawa
dampak pada penurunan kondisi alam Kota Depok. Kondisi yang demikian
membuat pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok akan
semakin sulit, sebab lahan sawah akan semakin menyempit (Depok.go.id,
diakses pada 5 April 2018). Kondisi inilah yang membuat KWT di Kota Depok
lebih memilih bergerak pada bidang olahan hasil pertanian.
Kondisi sosial ekonomi di Kota Depok juga berkembang mengikuti
perkembangan dibidang lainnya. Secara sosial, angka Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kota Depok sudah berada dalam kriteria tinggi yaitu sebesar
79,60. Penduduk Kota Depok sebagian besar merupakan kaum komuter yang
30
melakukan aktifitas ekonomi khususnya di wilayah luar Depok namun tinggal
di Kota Depok.
Di tahun 2016, penduduk Kota Depok sudah tidak ada yang pengeluaran per
orang sebulannya di bawah Rp 200.000. Sektor perekonomian yang mengalami
pertumbuhan tinggi di tahun 2016 adalah sektor informasi dan komunikasi
(14,23%), sektor jasa keuangan dan asuransi (10,91%) sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum (9,77%), dan sektor konstruksi (9,44%).
B. Gambaran Umum Kecamatan Cipayung
Kecamatan Cipayung merupakan lokasi pusat dari kegiatan KWT
Kecamatan Cipayung. Kecamatan ini adalah hasil dari pemekaran yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok pada tanggal 30 Oktober 2009
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007. Wilayah administrasi
Kecamatan Cipayung terdiri dari 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Cipayung,
Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kelurahan Ratu
Jaya dan Kelurahan Pondok Jaya.
Dari sisi demografi, jumlah penduduk Kecamatan Cipayung mencapai
117.725 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebebsar 60.189 jiwa dan
perempuan 57.536 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bojong
Pondok Terong sebesar 29.599 jiwa sedangkan paling sedikit berada di
Kelurahan Cipayung Jaya sebesar 17.188 jiwa (Cipayung.depok.go.id, Diakses
pada 5 April 2018). Kepadatan penduduk secara umum di Kecamatan
Cipayung adalah 12.867 jiwa/km2.
31
Secara geografis, wilayah Kecamatan Cipayung berjarak ± 5 Km kearah
selatan dari pusat pemerintahan Kota Depok. Wilayah ini merupakan dataran
rendah dengan luas sebesar 11,63 km2
. Kecamatan Cipayung sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Pancoran Mas. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Sukmajaya dan Kecamatan Cilodong. Sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Sawangan. Penggunaan lahan di Kecamatan Cipayung mayoritas
digunakan untuk hunian perumahan yakni sebesar 53,56 %
(Cipayung.depok.go.id, Diakses pada 5 April 2018).
Gambar II.2. Peta Kecamatan Cipayung
Sumber: Cipayung.depok.go.id
32
Kondisi pendidikan di Kecamatan Cipayung juga masih memprihatinkan,
masih banyak masyarakat yang status pendidikannya tidak tamat Sekolah
Dasar (SD) yaitu sebesar 9.239 jiwa. Status pendidikan terakhir masyarakat
Kecamatan Cipayung paling banyak yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) sebesar 26.916 jiwa sedangkan yang lulus dari Universitas sebesar
12.022 jiwa. Angka melek huruf Kecamatan Cipayung sebesar 96,55 % yang
menempati urutan kedua terendah diantara Kecamatan lainnya di Kota Depok
(BPS Kota Depok, 2016).
Penduduk Kecamatan Cipayung memiliki jenis pekerjaan yang beragam.
Jenis pekerjaan yang menempati urutan pertama atau paling banyak digeluti
oleh masyarakat Kecamatan Cipayung adalah buruh yaitu sebanyak 27. 104
jiwa, lalu posisi kedua wiraswasta sebanyak 25.241 jiwa, dan posisi ketiga
yaitu pedagang sebanyak 11.271 jiwa.
Mayoritas penduduk Kecamatan Cipayung menganut agama Islam yaitu
sebesar 109.931 jiwa. Hal ini diperkuat dari banyaknya jumlah majelis taklim
yang tersebar di wilayah ini serta kultur masyarakatnya yang islami. Agama-
agama lainnya hanya minoritas, jumlahnya pun tidak sampai setengah dari
jumlah penganut agama Islam di Kecamatan Cipayung. Penganut agama
Katolik hanya sebesar 1.603 jiwa, Protestan sebesar 2. 278 jiwa, Hindu sebesar
631 jiwa, dan Budha 722 jiwa.
Di bagian pertanian, produksi tanaman palawija yang dihasilkan sangat
kecil apabila dibandingkan dengan jenis sayur-sayuran. Hal ini terjadi karena
33
semakin berkurangnya lahan untuk pertanian akibat tingginya permintaan
untuk kebutuhan perumahan. Banyak sekali lahan pertanian yang beralih fungsi
menjadi perumahan penduduk. Kondisi ini juga yang membuat ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung memilih bergerak dibidang olahan hasil pertanian.
C. Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung
Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan kelompok perempuan yang
asal mulanya adalah istri para petani yang memiliki aktifitas untuk
mengimbangi aktifitas petani baik pada saat melengkapi proses pertaniannya
maupun proses pengolahan hasil dari pertanian tersebut (Wawancara, Pak
Sutarman, Staf Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya, Depok, 28 Maret 2018).
KWT yang ada di Kecamatan Cipayung memiliki perbedaan dengan
KWT seperti pada mulanya. Mengingat luas lahan pertanian yang ada di
Kecamatan Cipayung semakin menyusut akibat lebih banyak dipergunakan
sebagai lahan perumahan maka KWT yang ada di Cipayung adalah kelompok
tani yang bergerak dalam bidang olahan, bukan yang turun langsung
melakukan aktifitas pertanian seperti kelompok wanita tani pada mulanya
(Wawancara, Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Cipayung, Depok, 10 April
2018).
Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Kecamatan Cipayung berada
dalam naungan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Cipayung. Dalam
pengukuhan sekaligus pergantian pengurus yang baru yaitu tanggal 28 Maret
2018 di Aula Kecamatan Cipayung, KTNA Cipayung menaungi beberapa
34
kelompok tani dan nelayan seperti Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani),
Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan), Poknak (Kelompok Peternak), dan
KWT (Kelompok Wanita Tani).
Adapun Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Kecamatan
Cipayung terdiri dari beberapa Kelompok Wanita Tani yang tersebar di
Kelurahan yang ada dalam wilayah administratif Kecamatan Cipayung,
diantaranya :
1. Kelompok Wanita Tani (KWT) Sukses Bersama. KWT ini berlokasi
di Kampung Bulak Barat Indah RT 01 RW 08 Kelurahan Cipayung,
Kecamatan Cipayung Kota Depok. Terbentuk pada tanggal 19 April
2012.
2. Kelompok Wanita Tani (KWT) Lembah Griya Indah. Berlokasi di
Perumahan Lembah Griya Indah RW 09 Kelurahan Cipayung Jaya,
Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Dibentuk pada tanggal 7
Oktober 2011.
3. Kelompok Wanita Tani (KWT) Nusa Indah. Berlokasi di Kampung
Rawa Sari RW 05 Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung,
Kota Depok. Dibentuk pada tanggal 6 Oktober 2016.
4. Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar. Berlokasi di RW 08
Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok.
Dibentuk pada tanggal 26 Oktober 2011.
35
5. Kelompok Wanita Tani (KWT) Usaha Bersama. Berlokasi di
Kampung Utan RW 03, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan
Cipayung. Kota Depok. Dibentuk pada tanggal 6 April 2009.
G
a
m
b
a
r
II.3. Garis Koordinasi KWT Cipayung
Dalam proses pembentukannya, semua KWT yang ada di Kecamatan
Cipayung memiliki proses yang hampir sama. Bermula dari adanya
perkumpulan ibu-ibu seperti arisan ataupun pengajian lalu diumumkan bahwa
akan ada pelatihan dari pemerintah untuk mencetak Kelompok Wanita Tani.
Setelah terkumpul ibu-ibu yang berminat untuk mengikuti pelatihan,
selanjutnya mereka menjadi peserta yang dididik dan dilatih selama kurang
lebih satu minggu oleh Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan
(DKPPP) yang dahulu bernama Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan).
Kemudian setelah pelatihan, peserta akan dikukuhkan secara resmi menjadi
KWT dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) dari Kelurahan yang
diketahui oleh Kecamatan dan DKPPP (Wawancara, Ibu Purwaningsih, Ketua
KWT Cipayung, Depok, 10 April 2018).
KTNA Cipayung
KWT Sukses Bersama
KWT Lembah Griya Indah
KWT Nusa Indah KWT Usaha Bersama
KWT Mawar
KWT Cipayung
36
Tujuan dibentuknya KWT Kecamatan Cipayung yaitu untuk menambah
pendapatan ibu rumah tangga, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
serta meningkatkan kerja sama antara petani, pedagang, dan kelompok tani.
Kerja sama antara petani dengan KWT muncul dalam proses mendapatkan
bahan baku olahan. Hal ini dikarenakan, KWT yang ada di Kecamatan
Cipayung tidak memproduksi langsung bahan-bahan baku untuk produk olahan
yang mereka hasilkan melainkan membeli dari para petani yang ada di
lingkungan sekitarnya.
Kegiatan-kegiatan yang ada di KWT Cipayung beragam. Kegiatan
utamanya yaitu mengadakan pertemuan rutin setiap bulan dengan beberapa
kegiatan di dalamnya seperti membuat produk olahan, ataupun melakukan
evaluasi terhadap perkembangan kelompok secara keseluruhan. Dalam
pertemuan biasanya dihadiri juga oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Ratu Jaya untuk mendampingi sekaligus
me-monitoring KWT tersebut.
Selain itu, ada pula kegiatan pelatihan yang diberikan oleh Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) dan Balai Penyuluh
Pertanian (BPP) diantaranya pelatihan membuat makanan olahan, pelatihan
fotografi produk, pelatihan penanaman hidroponik dan manajemen keuangan.
Pelatihan yang didapat tidak hanya dari DKPPP dan BPP yang merupakan
pembina KWT secara struktural tetapi ada juga pelatihan ataupun sosialisasi
yang dilakukan oleh pihak lain seperti dari Industri Dagang (Indag) Kota
Depok yang memberikan pelatihan pengemasan produk olahan, kemudian ada
37
pula dari asosiasi dan kampus-kampus yang mengadakan sosialisasi pemasaran
secara online.
Dalam hal pendanaan, KWT yang ada di Kecamatan Cipayung
mendapatkan modal dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan
(DKPPP). Setelah mereka mendapatkan pelatihan maka mereka juga dibantu
dalam hal permodalan dan pengadaan alat-alat untuk memproduksi olahannya
masing-masing. Sebagai contoh pada tahun 2015, DKPPP selaku pembina
KWT Kecamatan Cipayung mengeluarkan dana sebesar 15 juta rupiah untuk
modal produksi di satu KWT.
Para anggota KWT Cipayung menghasilkan produk-produk olahan dari
pertanian seperti stik jambu merah, stik daun jambu merah, dodol jambu
merah, jus jambu merah, jelly jambu merah, dan peyek mini. Di bidang
perikanan ada olahan stik telur ikan, dan nugget ikan lele.
38
Gambar II.4. Produk-Produk KWT Kecamatan Cipayung
39
Produk-produk yang telah dihasilkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cipayung kemudian dipasarkan ke Pasar Tani yang ada di Balaikota Depok,
Gerai Cip-Icip Cipayung, dan ada juga yang dijual ke warung-warung kecil.
Tidak ada pembatasan tentang pemasaran produk KWT ini, bahkan secara
online melalui media sosial.
Dalam perkembangan KWT Kecamatan Cipayung juga terjadi dinamika
yang menarik. Untuk peraturan, setiap kelompok memiliki peraturannya
masing-masing. Sebagai contoh di salah satu KWT aturannya yaitu setiap ada
pasar tani maka anggota KWT wajib mengirimkan produknya, dan setiap
anggota KWT harus menghadiri pertemuan rutin yang diadakan. Namun
apabila ada anggota yang melanggar atau tidak melaksanakan aturan tersebut,
tidak ada hukuman atau sanksi yang baku karena mengingat beberapa hal
seperti perbandingan tingkat penjualan di pasar tani dengan tempat lainnya.
Dari tingkat perkembangan, ada KWT yang proses perkembangannya
selalu meningkat karena motivasi yang besar dari anggota-anggotanya, namun
ada pula yang mengalami stagnansi yang disebabkan rendahnya motivasi
maupun karena kesibukan lain dari para anggotanya.
Untuk menunjang perkembangan KWT sekaligus membuka jaringan atau
relasi dengan pihak luar maka KWT Cipayung seringkali mengadakan
kunjungan-kunjungan maupun studi banding ke KWT di daerah lain dan juga
Usaha Kecil Menengah (UKM). Kunjungan dan studi banding yang pernah
dilakukan diantaranya ke daerah peternakan dan pengolahan susu di Boyolali
40
pada tanggal 28 Maret 2017 dan ke UKM yang bergerak dibidang makanan
gudeg di Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober 2017.
Adanya KWT Kecamatan Cipayung yang bergerak di bidang olahan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan Pendapatan Regional
Domestik Bruto (PRDB) untuk Kota Depok. Struktur ekonomi Kota Depok
berdasarkan Produk Regional Domestik Bruto (PRDB) didominasi oleh sektor
industri pengolahan sebesar 32,34 (BPS Kota Depok, 2017:16-21). Dari sini
dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang diberikan dari sektor industri olahan
seperti industri olahan pangan untuk perkembangan perekonomian Kota
Depok.
Gambar II.5.
Gambaran Distribusi Persentase PRDB Kota Depok Menurut Sektor 2016
32%
1% 17% 22%
5% 4% 0%
19%
Distribusi Persentase PRDB Kota Depok 2016
Industri Pengolahan
Pertanian
Jasa-jasa
Perdagangan besar dan eceran
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan akomodasi dan Makan minum
Pengadaan air, listrik dan gas
Konstruksi
41
D. Pasar Tani
Pasar Tani disini seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan tindakan ekonomi jual beli. Pasar Tani
merupakan institusi atau tempat untuk para petani lokal yang ada di Kota
Depok memasarkan produk-produknya.
Adapun jenis produk yang ditampilkan seperti sayur-sayuran, buah-buahan,
olahan buah, tanaman hias (pertanian), olahan daging ayam, olahan susu
(peternakan), dan olahan ikan (perikanan). Semua produk merupakan hasil dari
seluruh petani se-Kota Depok yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan
Andalan (KTNA) yang di dalamnya terdiri dari Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan), Kelompok Peternak (Poknak), Kelompok Pembudidaya Ikan
(Pokdakan), dan juga Kelompok Wanita Tani (KWT) (Dkppp.depok.go.id,
diakses pada 5 April 2018).
Jika merujuk definisi pasar pada umumnya, maka yang menjadi penjual
dalam pasar tani adalah para petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok
tani di Kota Depok sedangkan pembelinya adalah masyarakat umum.
Pasar tani adalah kegiatan yang diadakan oleh Dinas Pertanian dan
Perikanan (Distankan) Kota Depok untuk menjalankan program Depok Sahabat
Petani yang berlokasi di lapangan PBB Balai Kota Depok. Tujuannya adalah
untuk membantu para petani lokal dalam memasarkan produknya agar dapat
bersaing di pasar dan menciptakan rasa bangga masyarakat terhadap produk
pangan lokal Kota Depok.
42
Gambar II.6. Pasar Tani Kota Depok 2018
Sumber: Dokumentasi peneliti 9 Maret 2018 dan Depok.go.id
Bila melihat sejarahnya, pasar tani bermula dari aspirasi yang berkembang
di grassroot kelompok petani lokal agar Dinas Pertanian dan Perikanan
(Distankan) yang telah mengalami perubahan nomenklatur menjadi Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) untuk mengadakan
kegiatan atau event , hal ini dijelaskan oleh Bapak Sutarman:
“Dulu pas penyelenggaraan pasar tani ada cetusan bahwa aspirasi
yang berkembang di lapangan, bagaimana kalo DKP3 membuat event.
Namanya belum pasar tani. Membuat event untuk menyuguhkan,
menayangkan, dan memberitahukan serta ada nilai jual. Dipikirkan,
dikemas, ini mungkin dan ada juga penyelenggaraan yang sama yang
diadakan ditingkat nasional. Tingkat nasional kan ada, yang di depan
DepTan yang tenda putih. Itu tingkatnya nasional, jadi antara tingkat
lokal, regional, nasional itu mungkin berbeda. Yang nasional pengikutnya
gabungan dari semua provinsi, kalo regional dari kabupaten kota, kalo
lokal dari kecamatan”. (Wawancara, Depok 28 Maret 2018).
Jadi pasar tani pada awalnya memang belum bernama pasar tani, dulu nama
kegiatannya adalah Pameran Fasilitasi Promosi Pertanian dan Perikanan 2015.
Kegiatan ini diadakan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota
43
Depok yang bekerja sama dengan CV. Global Inmarco Sejahtera yang
bertindak sebagai event management. Waktu pelaksanaannya ialah tanggal 22
sampai dengan 24 April 2015 di lapangan upacara Balai Kota Depok. Kegiatan
ini diadakan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Ke-16 Kota Depok
(Dkppp.depok.go.id, diakses pada 5 April 2018).
Diadakannya pasar tani bukan hanya sebagai ajang pemasaran atau
promosi produk-produk kelompok petani lokal. Namun, kegiatan ini juga untuk
membuat kegiatan yang serupa dengan yang ada di tingkat nasional yaitu pasar
tani yang diadakan di halaman depan Kementerian Pertanian.
Dalam pelaksaaannya, terdapat perbedaan antara pelaksanaan pasar tani di
tahun 2018 dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya, pasar tani
dapat diikuti oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan kelompok tani,
maka tahun 2018 diperketat. Yang diperbolehkan mengikuti atau menjadi
peserta pasar tani hanyalah kelompok petani, baik itu Gapoktan (Gabungan
Kelompok Tani), Kelompok Wanita Tani (KWT), dan kelompok lainnya yang
tergabung dalam KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) di bawah binaan
Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP).
Waktu pelaksanaan pasar tani juga tidak setiap hari, ada waktu-waktu
tertentu. Kegiatan pasar tani diadakan satu bulan sekali berlokasi di halaman
kantor PBB Balaikota Depok. Namun jika ada event penting yang berkaitan
dengan Kota Depok, maka jumlah pelaksanaan pasar tani dapat ditambah.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutarman:“Per bulan. Itu diagendakan
44
sampai Desember sebanyak 13 kali. Karena di event HUT Kota Depok yang ke
19, diadakan dan diberi waktu selama 3 hari. Jadi ada 13 kali. Nah itu
campuran kalo pasar tani yang di HUT Kota Depok. Dindag, UMKM,
semuanya bisa nampil” (Wawancara, Depok 28 Maret 2018).
Berbeda dengan pasar tani pada biasanya, dalam pasar tani yang diadakan
pada HUT Kota Depok semua kelompok petani dan pelaku bisnis pangan
lainnya boleh ikut sebagai peserta. Tidak terbatas hanya petani-petani yang
tergabung dalam kelompok tani saja.
Yang terbaru dalam terkait pasar tani adalah lokasi pasar tani ditahun 2018
tidak hanya terpusat di lapangan PBB Balaikota Depok saja, tetapi juga akan
dilaksanakan di Kecamatan dan juga Kelurahan yang ada di Kota Depok.
Namun dengan syarat bahwa ada pengajuan permohonan pelaksanaan pasar
tani dari Kecamatan atau Kelurahan tersebut lalu kemudian diakomodasi oleh
DKPPP (Depok.go.id, diakses pada 6 April 2018).
E. Gerai Cip-Icip Cipayung
Gerai Cip-Icip Cipayung merupakan gerai yang menjadi tempat pemasaran
produk-produk hasil dari beberapa kelompok masyarakat yang ada di
Kecamatan Cipayung seperti Kelompok Wanita Tani (KWT) Cipayung,
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Cipayung, Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Cipayung, dan juga Usaha Kecil
Mikro (UKM) yang ada di Cipayung (Wawancara, Ibu Evi, Pengelola Gerai
Cip-Icip Cipayung, 14 April 2018).
45
Gerai ini berada di lantai 1 Depok Town Square (DETOS). Dalam
perjalanannya gerai ini berawal dari keinginan ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung untuk memperkenalkan, mengangkat dan membesarkan nama
Kecamatan Cipayung ke masyarakat luas. Berbekal jaringan pertemanan
dengan kelompok-kelompok masyarakat lain yang ada di Kecamatan
Cipayung, maka Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan Cipayung) sebagai aktor
yang berperan penting dalam berdirinya gerai Cip-Icip Cipayung mengajak
kelompok-kelompok tersebut untuk berjuang bersama mengangkat nama
Kecamatan Cipayung melalui produk-produk olahan yang dihasilkan dari
kelompok-kelompok usaha di Kecamatan Cipayung.
Ini merupakan langkah progresif yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung agar selangkah lebih maju disbanding KWT lain yang
ada di Kota Depok. Mereka mampu memasarkan produk-produk unggulannya
di pusat perbelanjaan.
Gambar II.7. Logo Cip-Icip Cipayung
Sumber: Dokumentasi Peneliti
46
Sekitar bulan Agustus 2017 gerai ini resmi dibuka dengan nama Cip-Icip
Cipayung. Produk-produk yang dijual berasal dari daerah Kecamatan
Cipayung, sehingga secara tidak langsung gerai ini dapat disebut sebagai
tempat oleh-oleh khas Cipayung persis yang tercantum dalam papan nama
gerai.
Gambar II.8. Gerai Cip-Icip Cipayung
Sumber: Dokumen Pribadi Pengelola Gerai Cip-Icip Cipayung
47
BAB III
KONTRIBUSI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) KECAMATAN
CIPAYUNG TERHADAP PERKEMBANGAN INSTITUSI EKONOMI DI
KOTA DEPOK
Sebelum memulai pembahasan mengenai kontribusi Kelompok Wanita Tani
(KWT) Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Depok,
perlu untuk membahas terlebih dahulu mengenai proses terbentuknya Kelompok
KWT di Kecamatan Cipayung itu sendiri. Pembahasan ini sebagai pengantar
untuk melihat ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok wanita tani sebagai aktor
atau agency yang melakukan praktik sosial dalam rutinitas sehari-hari.
KWT Kecamatan Cipayung merupakan kelompok wanita tani yang fokus
pada bidang olahan hasil tani. Berbeda dengan kelompok wanita tani pada
awalnya yang anggotanya terdiri dari istri-istri petani di desa yang memiliki
fungsi untuk mendampingi, mengimbangi, dan membantu kegiatan bertani suami
mereka. Membantu mulai dari proses bertani, memanen sampai mengolah hasil
pertanian itu sendiri (Pak Sutarman dalam Observasi pada saat Rembug KTNA
Kecamatan Cipayung, 28 Maret 2018).
KWT Kecamatan Cipayung adalah salah satu kelompok tani yang memiliki
basis produksi di wilayah perkotaan, bukan wilayah pedesaan seperti kelompok
wanita tani pada mulanya. Semakin berkembangnya Kota Depok sebagai bagian
dari daerah penyangga Ibu Kota menyebabkan terjadinya penyempitan lahan
pertanian. Ini terjadi karena tingginya permintaan lahan untuk kawasan hunian
48
perumahan. Kondisi ini membuat berubahnya lahan-lahan yang dahulu digunakan
sebagai lahan pertanian menjadi kawasan tempat tinggal, baik dengan cara dibeli
oleh developer perumahan maupun dijadikan rumah untuk anak-anak pemilik
lahan itu sendiri. Dari 11,63 km2
luas dataran Kecamatan Cipayung, 53, 56
persen digunakan untuk kawasan hunian perumahan (BPS Kota Depok, 2015).
Wilayah perkotaan yang semakin hari semakin sedikit lahan untuk
melakukan aktivitas pertanian membuat anggota kelompok wanita tani
mensiasatinya dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam.
Namun memanfaatkan lahan pekarangan rumah pun kurang maksimal. Maka
dengan terbatasnya lahan kelompok wanita tani ini memilih untuk bergerak di
bidang olahan hasil tani. Bahan baku hasil pertanian didapatkan dari lahan
pertanian yang tersisa milik anggota kelompok dan juga dari hasil panen petani
sekitar.
KWT Kecamatan Cipayung berada dalam garis koordinasi Kontak Tani
Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Cipayung. KWT Kecamatan Cipayung
terdiri dari beberapa kelompok yang tersebar di beberapa Kelurahan di wilayah
Kecamatan Cipayung. Sebenarnya, KWT di Kecamatan Cipayung sudah lama
terbentuk. Sebelum terjadi pemekaran wilayah Kecamatan Cipayung pada 2009
pun sudah ada kelompok wanita tani, namun saat itu kondisinya masih berjalan
sendiri-sendiri dan belum ada pengintegrasian secara wilayah administratif
Kecamatan Cipayung.
49
KWT yang pertama berdiri di wilayah Kecamatan Cipayung adalah KWT
Usaha Bersama pada tahun 6 April 2009 yang berlokasi di Kampung Utan, RW
03, Kelurahan Pondok Jaya. Kemudian setelah terbentuknya KWT Mawar dan
terjadi pemekaran wilayah barulah banyak dibentuknya kelompok-kelompok
wanita tani lain di wilayah Kecamatan Cipayung.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan, terdapat 5 kelompok wanita tani
yang aktif di wilayah Kecamatan Cipayung hingga saat ini. Sebenarnya jumlah
kelompok wanita tani yang ada di wilayah Kecamatan Cipayung lebih dari 5,
namun dalam perkembangannya ada beberapa kelompok yang tidak berkembang
bahkan tidak aktif setelah pembentukan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal
seperti kesibukan dengan mengurus rumah tangga maupun rendahnya motivasi
dari anggota-anggotanya.
Secara umum, proses pembentukan kelompok wanita tani memiliki pola
mekanisme yang hampir sama. Pertama, ibu-ibu yang berada di suatu wilayah
dikumpulkan terlebih dahulu. Cara mengumpulkannya pun beragam, ada salah
satu orang yang bergerak memberikan pemberitahuan tentang adanya program
pembentukan kelompok wanita tani di acara arisan atau pengajian di majelis
taklim, ada pula yang memberikan pemberitahuan secara person to person
(Wawancara Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Kecamatan Cipayung, Depok 10
April 2018).
Hal ini dilakukan oleh Ibu Purwaningsih (Ketua KWT Kecamatan
Cipayung) “…tadinya ibu-ibu itu cuma kumpul-kumpul misalnya arisan atau
50
anter anak sekolah TK atau kita punya temen se grup, terus dibikin KWT itu
dengan tujuan ibu-ibu menambah penghasilan uang atau menambah
pendapatan”. (Wawancara, 10 April 2018).
Setelah pemberitahuan tentang program kelompok wanita tani itu sampai ke
masyarakat, maka langkah berikutnya ialah melakukan pertemuan di satu tempat,
bisa di salah satu rumah warga maupun di ruang publik yang tersedia seperti
majelis taklim atau masjid. Pertemuan tersebut dihadiri oleh ibu-ibu setempat
yang ingin bergabung dalam kelompok wanita tani, wakil dari Kelurahan dan juga
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) selaku utusan dari Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Pertanian Kota Depok.
Dalam pertemuan akan dijelaskan mengenai kelompok wanita tani, tujuan dan
manfaat, serta langkah lebih lanjut untuk membentuk kelompok.
Proses ini dilakukan oleh Ibu Evi dalam merangkul ibu-ibu lain untuk
membentuk KWT. Bu Evi menjelaskan:
“Nah jadi dibentuklah KWT Lembah Griya Indah, ibu yang mempelopori.
Waktu itu pak RW nya masih Pak Ende. Terus kita ngumpulin orang di masjid,
terbentuklah KWT Lembah Griya Indah, anggotanya 30 orang. Tapi karena ibu
sudah ketua di GPOP waktu itu, hanya sebagai istilahnya inisiator”.
(Wawancara, 14 April 2018).
Proses selanjutnya dari pertemuan tersebut akan didata ibu-ibu yang ingin
menjadi anggota kelompok. Proses ini disebut sebagai prosedur mekanisme
pembentukan kelompok. Adapun prasyarat untuk membentuk sebuah kelompok
51
dijelaskan oleh Pak Sutarman (Kepala Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya)
“…langkah pertama ada kesepakatan dari orang per orang lalu dikumpulkan.
Nah jadi kelompok ini tidak dibentuk atas dasar pesanan, baik itu pesanan
individu maupun pesanan organisasi. Tapi betul-betul memiliki niatan ingin
mempunyai wadah dari masing-masing” (Wawancara, Depok 5 Juni 2018).
Setelah ada kesepakatan dari ibu-ibu yang hadir, maka akan dimusyawarahkan
perihal nama kelompok, dan susunan kepengurusannya.
Setelah terbentuk kelompok, ternyata proses merintisnya tidak selalu lancar.
Ada perjuangan yang harus ditempuh agar KWT ini dapat berlanjut. Seperti yang
dijelaskan oleh Ibu Evi:
“Tahun 2014, ibu kan buka kantin dari Blue Bird di Cimanggis sana jadi
ibu off tuh semua kegiatan di sini karena fokus kegiatannya di Cimanggis bahkan
ibu ngekost di sana. Nah setelah berapa lama, ibu kasih anak buah ibu buat
megang kantin di sana, paling ibu kesana ambil hasil aja. Nah ibu balik kan ke
Griya, sekali ibu liat, UPPKS nggak jalan, KWT juga nggak jalan, terusnya
Kelurahan ganti lagi Pak Lurahnya. Terus Ibu Lurah yang lama bilang “Bu Evi
sini tolongin, ini temen Ibu, Pak Suprihatin ini ibunya, Bu Aliyah ini PNS
kerjanya di Departemen Agama sehingga dia belum pernah jadi lurah lah, belum
pernah punya pengalaman ibaratnya dari nol, tolong dibantu Bu Evi”. Ya
kebetulan karena saya juga udah nggak di Cimanggis, saya terima lagi. Saya jadi
sekretaris lagi. Saya lihatlah UPPKS, kok nggak jalan, kan saya suruh ganti
kepengurusan, ngga ada yang mau alasannya sibuk. Akhirnya ibu jalan lagi. Pas
pergantian RW kemarin juga pak Endang bilang “tolong bu di aktifkan lagi”. Ya
52
saya bilang “yang kemarin juga sudah ada SKnya tapi tidak berjalan, ada
dibentuk tapi kegiatannya tidak ada”. Nah jalanlah karena mau ada pasar tani,
“udah Mama Aji, gapapa SK belum kita ganti kita memproklamirkan diri aja
KWT gitu”. Jadi Mama Aji, Bu Rini Sukorini, Bu Nedi, sama Saya. Jadi tuh kita,
pakai namanya memang sudah ada kan KWT Lembah Griya. Pokoknya kita ikut
pasar tani, ikut apa, apa. Teteplah karena ibu dulu sudah olahan jambu merah,
kebetulah bu Rini juga punya kebun jambu di Serong sini. Jadilah kita terkenal
bahwa Lembah Griya itu olahan unggulannya jambu merah”.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa ada masalah yang membuat KWT
tidak berjalan, seperti kesibukan dari anggota ataupun alasan lainnya. Sebagai
inisiator sekaligus aktor, Bu Evi akhirnya berjuang untuk menggerakan kembali
KWT yang sempat vakum. Dengan mengajak beberapa teman, akhirnya KWT
menjadi bergerak kembali dan aktif mengikuti pasar tani maupun kegiatan
lainnya. Berangkat dari proses pembentukan KWT ini nantinya akan dilihat
bahwa ikatan-ikatan sosial yang terdapat di masyarakat ternyata dapat juga
bergerak menjadi kekuatan ekonomi.
Setelah resmi terbentuk kelompok wanita tani, maka ibu-ibu akan diberikan
pelatihan-pelatihan oleh Dinas Pertanian yang sekarang mengalami nomenklatur
menjadi Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP). Pelatihan
yang diberikan seputar membuat olahan dari hasil tani seperti olahan dari
belimbing, olahan dari pisang dan olahan dari singkong.
53
Dalam prosesnya karena kelompok wanita tani yang berada di Kecamatan
Cipayung merupakan kelompok tani di wilayah perkotaan dan juga berada
dibawah binaan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan maka olahan
yang dibuat tidak terbatas pada hasil pertanian, namun juga mencakup olahan dari
hasil peternakan dan perikanan seperti olahan telur asin, olahan nugget, dan
olahan susu sapi (Wawancara Ibu Saminah, anggota KWT Kecamatan Cipayung,
Depok 31 Mei 2018).
Gambar III.1. Pelatihan Pengolahan Belimbing KWT Kecamatan Cipayung
Sumber: Dokumen pribadi informan
Uniknya, pelatihan-pelatihan yang diberikan tidak hanya terbatas dari Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) semata namun juga dari
pihak-pihak lainnya. Hal ini terjadi karena KWT Kecamatan Cipayung dianggap
sebagai asset masyarakat dan memiliki potensi untuk berkembang lebih maju
maka banyak sekali pihak-pihak yang turut serta memperhatikan
54
perkembangannya (Wawancara, Imam Bukhori, Ketua KTNA Kecamatan
Cipayung, Depok 28 Maret 2018).
Adapun pihak lain yang ikut memperhatikan ialah Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro (DKUM), Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan juga dari pihak
akademisi yang bergerak dibidang ekonomi dan pemasaran. Pelatihan yang
diberikan oleh pihak di luar DKPPP ini lebih mengarah kepada pelatihan desain
kemasan, pelatihan manajemen keuangan, dan pelatihan marketing online.
Gambar III.2. Pelatihan Kemasan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Sumber: Dokumen pribadi informan
Selain diberi pelatihan, kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung juga
mendapatkan kebutuhan penyokong awal kelompok seperti yang dijelaskan oleh
55
Ibu Mulyani “…Ya terus kita dikasih modal, namanya uang hibah kan, terus
dikasih peralatan juga, gitu” (Wawancara, Ibu Mulyani, anggota KWT
Kecamatan Cipayung, Depok 28 Mei 2018). Bantuan modal diberikan oleh Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan ini berkisar pada angka 15 juta rupiah
(Wawancara Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Kecamatan Cipayung 10 April
2018).
Pelatihan, peralatan dan modal yang diberikan untuk kebutuhan produksi
harus dipertanggung jawabkan dengan adanya produk yang dihasilkan. Sebab
akan dipertanyakan hasilnya oleh Dinas terkait (DKPPP, DKUM), seperti yang
dijelaskan oleh Ibu Suwartini (anggota KWT Kecamatan Cipayung) “…nanti
akan dipertanyakan menggunakan fasilitas pelatihan kalo engga produksi juga
dipertanyakan, “kenapa?” gitu. kita harus tetap berjalan meskipun sedikit”
(Wawancara, 21 Mei 2018).
Perihal waktu produksi yang dilakukan dikembalikan pada masing-masing
anggota. Seperti yang dikemukakan Ibu Mulyani“..Lagi ini sih pernah seminggu
bisa dua kali.” (Wawancara, Depok 28 Mei 2018), ada pula yang berdasarkan
pesanan dan jika setiap ada event seperti pasar tani. Produk-produk yang
dihasilkan pun harus memiliki standarisasi seperti telah tersertifikasi Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT) yang didahului dengan sertifikat telah mengikuti
program Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP), lalu Good Manufacturing
Practice (GMP), dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
(Wawancara Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Kecamatan Cipayung 10 April
2018).
56
Selain itu, kelompok wanita tani juga memiliki kewajiban untuk memiliki
catatan administrasi, minimal buku catatan inventaris barang, buku catatan
kepengurusan, buku surat masuk dan keluar, buku laporan, dan buku rencana
kegiatan. Kemudian, mereka juga memiliki kewajiban untuk mengadakan
pertemuan rutin. Perihal pertemuan rutin ini, terdapat dua pendapat yang berbeda,
menurut pak Sutarman (Kepala Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya) minimal 2
minggu sekali, namun dari beberapa anggota KWT Cipayung mengatakan
pertemuan rutin diadakan minimal satu bulan sekali, keputusan waktunya pun
dikembalikan pada kesepakatan anggota KWT Kecamatan Cipayung.
Pertemuan rutin yang dilakukan oleh kelompok wanita tani Kecamatan
Cipayung memiliki jadwal satu bulan sekali. Lokasinya di rumah anggota
kelompok dan bergiliran dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Di dalam
pertemuan rutin, yang dibahas ialah seputar perkembangan kelompok, evaluasi
produk seperti hambatan atau kesulitan dalam proses produksi, rencana kegiatan
kelompok, dan juga pemberitahuan informasi terbaru dari Ketua kelompok wanita
tani.
57
Gambar III.3. Pertemuan Rutin KWT Kecamatan Cipayung dihadiri oleh
Penyuluh Pertanian dari BPP Ratu Jaya
Sumber: Dokumen informan
Rutinitas pertemuan ini menjadi ruang untuk bertukar pengalaman, dan
informasi sebab dalam pertemuan tidak hanya anggota dan pengurus saja yang
hadir namun juga dihadiri oleh Ketua KWT Kota Depok, dan penyuluh pertanian
dari BPP. Kehadiran mereka untuk memberikan masukan-masukan tentang
produk yang dihasilkan kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung, informasi
terbaru seputar perkembangan produk yang ada di pasaran, maupun memberikan
informasi tentang event-event untuk memasarkan produk seperti pasar tani, dan
sebagainya (Wawancara Ibu Yanti, anggota KWT Kecamatan Cipayung, 6 Juni
2018).
58
Selain pertemuan rutin setiap satu bulan, rutinitas lain yang dilakukan oleh
ibu-ibu kelompok wanita tani ialah kunjungan. Kunjungan yang dimaksud adalah
semacam studi banding untuk melihat kondisi kelompok wanita tani di daerah lain
yang sudah lebih maju. Beberapa kunjungan yang pernah dilakukan yaitu antar
KWT di Kecamatan lain dalam wilayah Kota Depok maupun luar Kota seperti ke
Boyolali, Bandung, Jogja, Malang, dan yang terbaru ke daerah Kuningan tepatnya
Desa Sembawa, Kabupaten Kuningan. Di sana terdapat kelompok wanita tani Sri
Mandiri yang bergerak pada olahan tani ubi-ubian dengan jangkauan pasar serta
produksi yang lebih luas dan sudah memiliki kemitraan dengan lembaga
pemerintahan, maupun pihak swasta seperti Alfamart (Wawancara Ibu
Purwaningsih, Pak Sutarman dan Ibu Titik).
Gambar III.4. Kunjungan KWT Kecamatan Cipayung ke KWT Sri Mandiri
Kab.Kuningan
Sumber: Dokumen informan
59
Secara sosiologis, kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung bermula dari
ikatan sosial yang ada di masyarakat lalu ditransformasikan ke dalam sebuah
kelompok yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk olahan
dari hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang memiliki nilai jual dan nilai
ekonomi. Sesuai dengan teori strukturasi, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung
dalam penelitian ini dapat disebut sebagai agen (agent), yakni aktor yang
melakukan aktivitas atau praktik sosial. Praktik sosial yang dilakukan agen
bukanlah dihasilkan sekali jadi namun dilakukan secara terus menerus mereka
ciptakan ulang melalui suatu cara dan dengan cara itu juga mereka menyatakan
diri sebagai aktor (Ritzer, 2004). Artinya, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung
melakukan praktik sosial yang dimanifestasikan dalam kegiatan-kegiatannya
dalam kelompok wanita tani.
Agen memiliki 3 aspek penting yang terdapat dalam melakukan aktivitas
sosialnya. (a) Monitoring tindakan secara refleksif (reflexive monitoring of action)
ialah aktor memonitor pemikiran dan aktivitas mereka sendiri termasuk yang
berhubungan dengan orang lain mencakup aspek sosial dan fisik. (b) Rasionalisasi
tindakan (rationalization of action) ialah aktor mengembangkan kebiasaan sehari-
hari atau memelihara “theoretical understanding” yang berkelanjutan terhadap
aktivitas sosialnya. Kemudian, aktor juga memiliki (c) motivasi tindakan
(motivation of action) ialah keinginan dan hasrat yang mendorong aktor untuk
melakukan tindakan (Giddens, 1984, Ritzer, 2004).
Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dalam aspek yang pertama yaitu
monitoring tindakan (reflexive monitoring of action) terlihat dalam proses
60
perjuangan merintis KWT dan aktivitas pertemuan rutin. Di dalam perjuangannya
merintis KWT seperti yang dilakukan oleh Ibu Evi, aktor memonitor kondisi
kelompok yang sempat mengalami kevakuman atau tidak berjalan. Kemudian,
berbekal kemampuannya sebagai aktor seperti yang dikatakan Giddens bahwa
aktor memiliki kemampuan untuk mengubah (sense of transformative capacity)
maka Ibu Evi mengubah kondisi kelompok yang tidak aktif tersebut menjadi aktif
kembali. Mereka melakukan kembali aktifitas-aktifitas yang biasanya dilakukan
oleh KWT seperti membuat produk dan juga mengikuti pasar tani.
Selanjutnya, monitoring tindakan juga terjadi dalam aktivitas pertemuan
rutin. Dalam pertemuan rutin dilakukan pembahasan mengenai aktivitas
kelompok wanita tani selama ini, rencana kegiatan kelompok, sekaligus
melakukan evaluasi terhadap aktivitas yang telah dilakukan. Ini merupakan cara
ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dalam memonitor tindakannya secara terus-
menerus, dan juga aspek sosial dan fisik di tempat mereka berada. Monitoring
tindakan terlihat dalam hal pembahasan mengenai perkembangan kelompok
wanita tani sejauh ini, dan adanya pembahasan mengenai rencana kegiatan yang
akan dilakukan oleh kelompok wanita tani di waktu selanjutnya. Monitoring
mengenai aspek sosial dilakukan dalam pembahasan mengenai evaluasi produk
yang dihasilkan. Termasuk pembahasan mengenai hambatan-hambatan yang
dialami sewaktu produksi. Tidak hanya itu, dalam pertemuan rutin juga terjadi
tukar pengalaman antara masing-masing anggota, yang dengan hal ini para
anggota dapat merefleksikan rasa kekeluargaan dan solidaritasnya dalam satu
kelompok.
61
Kemudian, dalam pertemuan rutin, Ketua KWT Kecamatan Cipayung juga
memberikan informasi-informasi tentang hal-hal terbaru seputar KWT seperti
mengenai program pelatihan yang akan diselenggarakan di waktu yang akan
datang. Ini merupakan bagian dari cara mereka memonitoring tindakan (reflexive
monitoring of action) dalam hal mengatur hubungan dengan pihak lain secara
kontinyu.
Selanjutnya, aspek rasionalisasi tindakan (razionalization of action) yang
dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung terlihat dari proses produksi
yang mereka lakukan. Dalam kegiatan produksi, anggota KWT Kecamatan
Cipayung melakukan rasionalisasi berupa mengembangkan kebiasaan sehari-hari
atau memelihara “theoretical understanding” yang berkelanjutan terhadap
aktivitas produksinya tersebut. Dengan melakukan produksi, mereka telah
mengaplikasikan pengetahuan atau wawasan baru tentang cara menghasilkan
suatu produk olahan dari hasil pertanian yang mereka dapatkan selama pelatihan.
Proses produksi yang mereka lakukan juga mengembangkan kemampuan mereka
sebagai anggota kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung untuk terus
berinovasi dengan olahan hasil tani.
Dengan melakukan proses produksi, anggota KWT Kecamatan Cipayung
telah mempertanggung jawabkan pemberian pelatihan, peralatan dan modal yang
telah mereka dapatkan dari pemerintah. Memproduksi suatu produk juga menjadi
salah satu cara sebagai anggota KWT untuk mengikuti event pasar tani yang
diadakan setiap satu bulan sekali di lapangan Balai Kota Depok.
62
Aspek motivasi tindakan (motivation of action) yaitu keinginan dan hasrat
yang mendorong aktor untuk melakukan tindakan. Aspek ini dapat terlihat dalam
kunjungan yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung ke KWT di
wilayah lain. Untuk dapat membuat KWT Kecamatan Cipayung lebih maju dan
berkembang dari sebelumnya maka ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung
memotivasi kelompoknya dengan cara melakukan kunjungan atau semacam studi
banding ke kelompok wanita tani yang berada di daerah lain yang sudah lebih
berkembang dan maju seperti KWT Sri Mandiri di Kabupaten Kuningan. Dengan
melihat, mengamati, dan bertukar pengalaman dengan kelompok wanita tani yang
sudah lebih maju, maka akan mendorong anggota KWT Kecamatan Cipayung
untuk lebih semangat dan inovatif dalam mengembangkan kelompoknya.
Dalam teori strukturasi, ditekankan pula bahwa agen memiliki power dalam
dua hal yaitu kemampuan untuk mengubah (sense of transformative capacity) dan
kemampuan untuk membuat perbedaan (make a difference) (Giddens, 1984). Ibu-
ibu anggota KWT Kecamatan Cipayung sebagai agen mampu menciptakan
perubahan dan membuat perbedaan dengan sumber daya berupa pengetahuan,
kemampuan dan otoritas yang dimilikinya dalam memproduksi suatu produk
olahan. Dengan hal tersebut, maka anggota KWT Kecamatan Cipayung dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang institusi ekonomi yang berada di Kota
Depok.
Namun dalam kesehariannya, meskipun anggota KWT Kecamatan
Cipayung (agen) disatu sisi memiliki otoritas atas proses tumbuh kembangnya
institusi ekonomi (struktur) di Kota Depok, tetapi disisi lain anggota KWT juga
63
harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam struktur tersebut. Dari hal ini
dapat dilihat bahwa power yang dimiliki oleh anggota KWT Cipayung bersifat
tidak kaku dan karena itu pula, mereka bisa mempengaruhi dan berkontribusi
untuk institusi-institusi di tempat mereka beraktivitas dan bergerak. Dinamika
inilah yang dijelaskan oleh Giddens sebagai dialectic of control dalam sistem-
sistem sosial.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung memiliki kontribusi
terhadap perkembangan dua institusi ekonomi di Kota Depok. Adapun dua
institusi tersebut yaitu (A) Pasar Tani, (B) Gerai Cip-Icip Cipayung.
A. Pasar Tani
Kontribusi pertama yang diberikan KWT Kecamatan Cipayung terhadap
perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok ialah terbentuknya pasar tani.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa otoritas (power) yang dimiliki
oleh KWT Kecamatan Cipayung bersifat tidak kaku maka kontribusi yang
diberikan pun akan menggambarkan sebuah hubungan yang bersifat dialektis.
Perkembangan KWT Kecamatan Cipayung tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang pasar tani, sedangkan kemunculan pasar tani sendiri merupakan hasil
dari kontribusi KWT Kecamatan Cipayung.
Terbentuknya pasar tani bermula dari adanya aspirasi yang berkembang di
kalangan kelompok tani supaya Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perikanan (DKPPP) yang dahulu bernama Dinas Pertanian dan Perikanan untuk
mengadakan sebuah event yang isinya untuk memberitahukan adanya produk-
64
produk hasil pertanian dari kelompok tani di Kota Depok. Hal ini dijelaskan oleh
Bapak Sutarman (Kepala Badan Penyuluh Pertanian Ratu Jaya) :
“Dulu pas penyelenggaraan pasar tani ada cetusan bahwa aspirasi
yang berkembang di lapangan, bagaimana kalo DKP3 membuat event.
Namanya belum pasar tani. Membuat event untuk menyuguhkan,
menayangkan, dan memberitahukan serta ada nilai jual. Dipikirkan,
dikemas, ini mungkin dan ada juga penyelenggaraan yang sama yang
diadakan di tingkat nasional. Tingkat nasional kan ada, yang di depan
DepTan yang tenda putih. Itu tingkatnya nasional, jadi antara tingkat
lokal, regional, nasional itu mungkin berbeda. Yang nasional pengikutnya
gabungan dari semua Provinsi, kalo regional dari Kabupaten Kota, kalo
lokal dari Kecamatan”. (Wawancara, Depok 28 Maret 2018).
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pasar tani pada mulanya adalah
sebuah event. Event tersebut dahulu bernama Pameran Fasilitasi Promosi
Pertanian dan Perikanan. Diadakan pada tanggal 22 sampai 24 April 2015 dalam
rangka menyambut Hari Ulang Tahun Ke 16 Kota Depok (Dkppp.depok.go.id,
diakses pada 5 April 2018).
Setelah event tersebut berlangsung, maka dibuatlah sebuah kegiatan yang
menyerupai kegiatan yang sudah diadakan lebih dahulu di tingkat Nasional oleh
Kementerian Pertanian, yaitu kegiatan pasar tani. Terbentuknya pasar tani di Kota
Depok tidak terlepas dari adanya kontribusi dari ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung, hal ini dijelaskan oleh Ibu Purwaningsih (Ketua KWT Kecamatan
Cipayung) “Justru karena adanya produk dari KWT itu makanya ada pasar tani.
Dibentuknya KWT udah se Kota Depok dari 11 Kecamatan dibentuklah pasar
tani” (Wawancara, 10 April 2018).
Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan
Cipayung) yang mengatakan bahwa KWT Cipayung “…salah satu inisiator pasar
tani juga” (Wawancara, 14 April 2018). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
65
dilihat bahwa institusi pasar tani terbentuk setelah adanya dorongan yang
diberikan oleh kelompok tani yang ada di Kota Depok, salah satunya ialah
kelompok wanita tani (KWT) Kecamatan Cipayung. Setelah kelompok wanita
tani berkembang dengan produk-produk yang dihasilkannya, maka mereka
sebagai inisiator menyampaikan aspirasi untuk segera dibentuk ruang yang dapat
mengakomodir atau menjadi wadah bagi mereka dalam mempromosikan,
menyuguhkan dan menjual produk-produk yang dihasilkan dari olahan pertanian.
Gambar III.5. Kondisi Pasar Tani di Balaikota Depok
Sumber : Dokumentasi peneliti saat observasi 9 Maret 2018 dan Depok.go.id
Dalam pasar tani, terdapat beberapa mekanisme salah satunya pembagian
lahan promosi produk berdasarkan wilayah kecamatan. Terdapat beberapa stand
yang mewakili kelompok-kelompok tani dari masing-masing Kecamatan yang ada
66
di Kota Depok. Dalam stand tersebut disuguhkan produk-produk yang dihasilkan
oleh kelompok wanita tani seperti olahan hasil tani maupun hasil tani itu sendiri.
Gambar III.6. Tampilan Stand Kecamatan Cipayung
Sumber: Dokumen peneliti saat observasi tanggal 9 Maret dan 4 Juni 2018
Untuk stand KWT Kecamatan Cipayung, produk-produk yang disuguhkan
ialah olahan hasil pertanian, peternakan dan perikanan seperti stik jambu merah,
67
stik daun jambu merah, dodol jambu merah, gatot instan, tiwul instan, permen
susu, keripik pisang, keripik kimpul, pastel mini, peyek mini, telur gabus, nugget
ikan, nugget ayam, dan juga hasil tani seperti jambu kristal dan jambu jamaica.
Dalam teori strukturasi, proses terbentuknya pasar tani di Kota Depok dapat
dilihat sebagai proses practical consciousness (kesadaran praktis) yaitu tindakan
ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang didasari kesadaran praktis dari
terbentuknya pasar tani. Giddens dalam teori strukturasi membahas mengenai
kesadaran, terdapat practical consciousness dengan discursive consciousness.
Kesadaran diskursif (discursive consciousness) mengacu pada kemampuan untuk
melukiskan tindakan-tindakan aktor dengan kata-kata. Sementara kesadaran
praktis (practical consciousness) mengacu pada tindakan-tindakan yang diterima
begitu saja oleh para aktor (Giddens, 1984). Kesadaran praktis yang dilakukan
oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yaitu telah melakukan tindakan dengan
membuat produk-produk yang dapat dipromosikan, diperkenalkan, dan dijual ke
masyarakat dalam pasar tani Kota Depok. Artinya, ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung telah mampu membuat tindakan praktis yang berkontribusi terhadap
terbentuknya pasar tani.
Ibu-ibu anggota KWT Kecamatan Cipayung juga turut andil dalam proses
berkembangnya pasar tani sampai saat ini. Yang dilaksanakan kurang lebih 13
dari kali dalam satu tahun. Hal ini dikemukakan oleh Pak Sutarman selaku Kepala
Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya,“Per bulan. Itu diagendakan sampai
Desember sebanyak 13 kali. Karena di event HUT Kota Depok yang ke 19,
68
diadakan dan diberi waktu selama 3 hari. Jadi ada 13 kali”. (Wawancara, 28
Maret 2018).
Berdasarkan informasi tersebut dapat dilihat bahwa ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung memiliki peran yang sentral dalam keberlangsungan pasar
tani di Kota Depok. Mereka yang membuat pasar tani ada dan berlanjut sampai 13
kali pelaksanaan dalam satu tahun pada tahun ini. Peran serta yang dilakukan oleh
ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung ditunjukan dengan menghasilkan produk-
produk pertanian maupun olahan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan yang
kemudian dipromosikan, disuguhkan di pasar tani sehingga dapat terus
berlangsung dan membawa manfaat bagi masyarakat Depok bahkan luar Depok
sekalipun, seperti yang dikemukakan pak Sutarman “..Karena kan misalnya
selama ini kita cari produk ini, “oh ternyata adanya di pasar tani”. Nah
diketemukanlah antara produsen dengan konsumen. Ada yang bahkan dari luar
Jawa pernah datang ke pasar tani”. (Wawancara, 5 Juni 2018).
Apabila merujuk pada analisis institusional yang dikemukakan oleh
Giddens, yaitu signifikansi, dominasi dan legitimasi, maka dapat dilihat bahwa
pasar tani tidak dapat berkembang sampai sejauh ini tanpa adanya dominasi
alokatif dari ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang dapat mengontrol objek
material yang ada di pasar tani yaitu berupa produk-produk yang dipromosikan di
sana.
Dengan legitimasinya sebagai anggota kelompok wanita tani mereka
memiliki hak secara sah untuk membuat hasil-hasil olahan hasil tani dan mereka
pun berhak untuk memilih mempromosikan produk olahannya dalam pasar tani
69
atau tidak. Hal ini terlihat dari pernyataan Ibu Titik (Anggota KWT Cipayung)
“..Mau ikut pasar tani atau engga itu dikembaliin lagi masing-masing. Silahkan
kalo mau bawa produk ke pasar tani malah lebih bagus”. (Wawancara, 31 Mei
2018). Berdasarkan informasi di atas dapat dilihat bahwa ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung memiliki dominasi alokatif berupa berhak untuk membuat
keputusan (decision making) dalam keikutsertaannya di pasar tani. Dalam proses
ini ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung sebagai agen juga melakukan proses
reflexive monitoring of action yaitu ibu-ibu KWT Cipayung dapat memonitor
tindakannya dan mengatur pelaksanaan pasar tani supaya dapat berlangsung
secara kontinyu.
Dominasi alokatif dan legitimasi yang dimiliki oleh ibu-ibu KWT Cipayung
dalam pasar tani pernah dibuktikan ketika terjadi perubahan penanggung jawab
pelaksana pasar tani. Ketika perubahan pelaksana dari Dinas bidang perikanan ke
Dinas bidang pangan dan hortikultura terjadi pula beberapa perubahan diantaranya
pengetatan aturan produk, yaitu produk yang dijual haruslah dari olahan tanaman
pangan, tidak boleh dari olahan perikanan maupun peternakan seperti pelaksanaan
pasar tani sebelum-sebelumnya. Namun hal tersebut dirasakan ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung terlalu kaku atau saklek.
Selain aturan produk yang harus berasal dari olahan tanaman pangan,
ditambah lagi bahan baku harus berasal dari Kota Depok, tidak bisa dari daerah
lainnya. Akhirnya sebagian besar ibu-ibu KWT Cipayung sepakat untuk
memboikot dan tidak hadir pada saat pelaksaan pasar tani tanggal 9 Maret 2018.
Kemudian yang terjadi adalah seperti yang dijelaskan oleh Ibu Evi (anggota KWT
70
Kecamatan Cipayung) “…Akhirnya saya dan temen-temen KWT ngga pada ikut,
hanya bu Rini dan bu Nedi. Itu dek katanya PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)
ditanyain kita, “Mana bu Evi ?”, ya jadi kan ibaratnya kita cukuplah dikenal,
“Ko ngga pada dateng, kayanya jadi sepi” gitu loh….”(Wawancara, 14 April
2018).
Kondisi sepinya pasar tani juga penulis lihat dan rasakan ketika observasi
pada tanggal 9 Maret 2018 tepat pada saat ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung
sebagian besar memilih untuk memboikot tidak hadir dalam pasar tani. Artinya
ketika mereka memutuskan untuk tidak ikut serta dalam pasar tani, institusi
tersebut menjadi kehilangan sedikit ruh nya. Sebab yang membuat pasar tani terus
ada dan berkembang sampai saat ini ialah keberadaaan ibu-ibu KWT, salah
satunya KWT Kecamatan Cipayung yang mempromosikan, menyuguhkan dan
menjual produk-produk mereka di pasar tani.
Di dalam pasar tani, seperti yang sudah disinggung di paragraf sebelumnya
bahwa ibu-ibu KWT Cipayung tetap dipengaruhi dan harus mengikuti aturan-
aturan (rules) yang bersumber dari dinas pelaksana. Adapun aturan-aturan yang
berlaku di pasar tani antara lain, (1) harus anggota kelompok tani, (2) produk-
produk yang dihasilkan berasal dari olahan hasil pertanian, perikanan, dan
peternakan, (3) bahan baku harus berasal dari wilayah Depok. Inilah proses yang
dinamakan dualitas struktur (duality of structure) dalam teori strukturasi. Ketika
ibu-ibu KWT Cipayung (agen) berkontribusi dalam mempengaruhi perubahan
pada struktur bahkan hingga memproduksi struktur baru yang dalam hal ini pasar
tani, namun mereka tetap tidak bisa terbebas dari struktur tersebut. Ibu-ibu KWT
71
Kecamatan Cipayung bergerak dalam struktur pasar tani dan harus tunduk patuh
dengan segala aturan yang ada dan menjadi dasar dari praktik sosial yang
dilakukan dalam struktur tersebut.
Dengan demikian dapat dilihat kontribusi ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung terhadap institusi pasar tani yakni mencakup proses terbentuk dan
berkembangnya pasar tani. Kontribusi terhadap proses terbentuknya pasar tani
dapat terlihat dari ibu-ibu KWT Cipayung sebagai inisiator telah memberikan
pengaruh terhadap pemerintah melalui dominasi alokatifnya dalam menghasilkan
berbagai macam produk-produk pertanian maupun olahan hasil pertanian,
perikanan dan peternakan yang dapat dipromosikan, disuguhkan dan dijual
sehingga mendorong Dinas Pertanian untuk membentuk pasar tani. Kemudian,
kontribusinya juga terlihat dari tindakan monitoring of action yang dilakukan
disertai dengan peran dominasi alokatifnya dalam rangka mengembangkan pasar
tani supaya terus berlangsung secara terus-menerus.
Dari kontribusi yang diberikannya tersebut, ibu-ibu KWT Cipayung telah
mempengaruhi struktur pasar tani, namun meskipun begitu tetap saja mereka
mendapat pengaruh dari struktur yang diciptakannya dan harus mengikuti
berbagai aturan (rules) yang berlaku dalam pasar tani. Hubungan yang dialektis
antara ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dan institusi pasar tani tersebut
merupakan hubungan dualitas yang tidak dapat terpisahkan dalam sebuah sistem
sosial.
72
B. Gerai Cip-Icip Cipayung
Setelah pasar tani, institusi yang dalam proses perkembangannya
mendapatkan pengaruh dari KWT Kecamatan Cipayung ialah Gerai Cip-Icip
Cipayung. Dalam sejarahnya, terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung ini
merupakan kelanjutan dari perjuangan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung .
Setelah kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung terbentuk, kemudian diiringi
dengan dibentuknya kelompok-kelompok tani dan nelayan lainnya seperti
kelompok tani (Poktan), kelompok peternak (Poknak), dan kelompok
pembudidaya ikan (Pokdakan).
Akhirnya ketika kelompok-kelompok tani dan nelayan ini mulai terbentuk
dan berkembang, maka diintegrasikanlah ke dalam satu naungan yang bernama
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Cipayung yang menaungi
kelompok-kelompok tersebut (Wawancara Pak Imam Bukhori, Ketua KTNA
Cipayung, 28 Maret 2018).
Berada dalam satu naungan bernama KTNA Kecamatan Cipayung
membuat hubungan dan komunikasi yang terjalin antar kelompok-kelompok
semakin baik. Mereka sering mengadakan pertemuan dan saling tukar informasi.
Dalam perkembangannya, terdapat informasi yang memberitahukan perihal
adanya pembinaan Usaha Kecil Mikro (UKM) yang diadakan oleh Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM). Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung pun
ikut mendaftarkan diri sebagai peserta pembinaan UKM.
Untuk bisa mengikuti program pembinaan UKM, setiap peserta harus
memiliki produk unggulan masing-masing. Akhirnya ibu-ibu KWT Kecamatan
73
Cipayung memilih produk unggulan yang akan mereka bawa dalam pembinaan
UKM. Produk unggulan yang dipilih haruslah memiliki beberapa kriteria, hal ini
dikemukakan oleh Ibu Purwaningsih (Ketua KWT Cipayung) “…Nah kami
mengambil produk yang udah bagus, yang udah P-IRT, PKP, GMP, kemasan.”
(Wawancara, 10 April 2018).
Salah satu produk unggulan yang berasal dari ibu-ibu KWT Cipayung
adalah produk olahan jambu merah. Produk ini merupakan produk unggulan Ibu
Evi, salah satu anggota KWT Cipayung, ia mengemukakan “…Nah kita ikut,
membentuklah menjadi UKM JaMe Depok”. (Wawancara, 14 April 2018). UKM
JaMe adalah singkatan dari Usaha Kecil Menengah Jambu Merah Depok. Setelah
menjadi UKM, ibu-ibu KWT Cipayung sering mengikuti program-program,
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
(DKUM). Lalu, dengan seringnya bertemu sesama pelaku UKM maka mereka
membuat komunitas yang isinya adalah pelaku UKM dengan bidang olahan
pertanian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam berbagi informasi seputar
UKM.
Ketika ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung banyak yang mengikuti program
binaan UKM maka timbul inisiatif dari mereka untuk mendorong Camat
Cipayung agar turut memperhatikan keberadaaan UKM-UKM di Kecamatan
Cipayung yang dirintis oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung. Hal ini
dijelaskan oleh Ibu Evi :
“Pak Camat melalui Bunda Sri Mulyati itu Pembina bidang UKM
dia dinasnya di Bojong Pondok Terong Cuma dulu sama Pak Camat dia di
Indag, jadi ada kedekatan. Sehingga, dibantulah UKM di Kecamatan. Ada
gerai tuh di Kecamatan 3 pintu. Ibu yang diserahin megang kuncinya.
74
Dulu tuh sering buka, jadi 1 buat kuliner, 1 buat kraf, 1 buat fashion. Nah
cuma, semuanya gini loh dek, dikasih tapi ngga ada gebrakan atau kerja
sama antar beberapa pihak. Paling dikasih silahkan, paling pak Camat
minta kalo ada event-event tertentu itu buka. Sehingga kelihatan kita
punya UKM. Bahkan waktu sinergitas Kecamatan juga kita buka, pak
Wali lihat produk-produknya, menang itu, ya paling engga kelihatanlah
bahwa Cipayung itu UKM nya jalan walaupun kenyataannya pada hari
biasa tutup. Soalnya waktu itu kan ibu nyuruh Bu Titi buat jaga eh tapi dia
hamil, cutilah dia, akhirnya ibu minta gentian ibu-ibu KWT yang
produknya ditaro disitu ganti jaga. Tapi karena sepi, biasalah ibu-ibu,
“aduh sepi..gini-gini”.” (Wawancara, 14 April 2018).
Dari penjelasan Ibu Evi tersebut, dapat dilihat bahwa setelah ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung berjuang agar diperhatikan oleh Camat Cipayung, akhirnya
usaha mereka membuahkan hasil yakni mendapat gerai UKM di Kantor
Kecamatan Cipayung. UKM Kecamatan Cipayung pernah maju dan bahkan
menang dalam acara sinergitas Kecamatan yang mendapat penilaian dari Walikota
Depok. Namun terdapat beberapa hal yang menghambat proses perkembangan
gerai tersebut. Diantara faktor yang menghambat ialah tidak adanya kerja sama
antar beberapa pihak dan juga kendala dalam menjaga gerai tersebut.
Mengalami hambatan yang cukup signifikan membuat ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung harus mencari jalan keluar agar usaha yang selama ini telah
mereka rintis tidak berhenti dan bahkan menghilang begitu saja.
Di tahun 2017, akhirnya Ibu Evi (salah satu dari anggota KWT Kecamatan
Cipayung) mengambil langkah berani, yakni mengambil satu gerai di Depok
Town Square (Detos) untuk dijadikan wadah memasarkan, mempromosikan
produk-produk yang dihasilkan dari kelompok-kelompok usaha dari Kecamatan
Cipayung. Berbekal ikatan sosial yang terjalin dalam KTNA Kecamatan
Cipayung, maka Ibu Evi menggandeng kawan-kawan dari KWT dan KTNA
75
Kecamatan Cipayung, diantaranya Ibu Sujatinah dan Pak Imam Bukhori, mereka
bersinergi sepakat untuk membawa nama Kecamatan Cipayung. Hal itu akhirnya
mempengaruhi penamaan gerai, dia menjelaskan “…Nah jadi ibu beranikan diri
di Detos itu bikin gerainya atas nama sendiri ibu, ngga atas nama JaMe tapi
namanya Cip-Icip Cipayung”. (Wawancara, 14 April 2018).
Dalam sudut pandang teori strukturasi, tidak berkembangnya gerai UKM di
Kantor Kecamatan karena beberapa hambatan dapat dilihat sebagai proses
obsolence (keusangan) struktur. Keusangan struktur dapat terjadi ketika suatu
struktur tidak lagi sesuai dengan praktik sosial yang berubah secara dinamis, maka
terjadi perubahan struktur yang dipelopori oleh agen atau aktor untuk
menyesuaikan antara praktik sosial dan struktur (Priyono, 2002). Struktur gerai
UKM yang mengalami beberapa hambatan membuat tidak dapat maju dan
berkembangnya UKM-UKM yang telah dirintis oleh ibu-ibu KWT Kecamatan
Cipayung. UKM-UKM yang telah dirintis ini memerlukan ruang atau sarana baru
yang lebih baik lagi untuk dapat terus bertahan dan berkembang. Akhirnya Ibu
Evi (anggota KWT Kecamatan Cipayung) sebagai agen, memberanikan diri untuk
membuka gerai baru di Detos yang diberi nama Gerai Cip-Icip Cipayung. Dengan
tindakan ini maka, struktur lama yang telah mengalami keusangan, direproduksi
atau diperbaharui dengan struktur baru yang lebih relevan untuk dapat
mengimbangi perkembangan UKM hari demi hari.
76
Gambar III.7. Gerai Cip-Icip Cipayung
Sumber: Dokumen informan
Dalam proses tersebut, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung telah melakukan
tindakan monitoring of action dalam mengontrol perkembangan UKM yang ada di
Kecamatan Cipayung. Proses terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung juga
termasuk ke dalam bagian dari power yang dimiliki oleh ibu-ibu KWT Cipayung
(agen) yaitu kemampuan untuk mengubah (sense of transformation) dengan
melakukan perubahan struktur gerai UKM dalam upaya melakukan
penyeimbangan terhadap perkembangan UKM yang ada.
77
Selain itu, penggunaan nama gerai Cip-Icip Cipayung juga mendapat
pengaruh dari KWT Kecamatan Cipayung. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Evi
(anggota KWT Kecamatan Cipayung) :
“Sebetulnya nama Cip-Icip ini adalah salah satu brand dari KWT
Nusa Indah. Waktu itu sama ibu pas pelatihan kemasan, dikasihlah sama
narasumbernya, ibu dikasih JaMe, dia dikasih Cip-Icip Cipayung. Itu
tahun 2013 kali ya. Tetapi seperti biasa juga, KWT nya bu Mul ngga
jalan, malah dia dibina lagi sama Bu Rini bidang peternakan untuk
produk-produk olahan peternakan, kaya nugget ayam, terus ada kripik
ceker, permen susu. Dia pake namanya Nusa Indah. Saya bilang “sayang
nama itu bagus, dan itu membawa nama Cipayung”. Sehingga ibu nekat
menggunakan nama Cip-Icip Cipayung tapi ijin ke dia. Tapi produk dia
nih kripik kimpul tetep ibu bikinin label. Kemudian ibu bikinin lagi stik
wortel, stik ubi ungu, pokoknya ibu bikinin label Cip-Icip Cipayung.
Karena kan kalo makanan di jual, telanjang ga ada label itu orang kurang
tertarik. Jadi supaya nama itu ngga hilang, dan juga kan brandnya
Cipayung”. (Wawancara, 14 April 2018).
Berdasarkan penuturan di atas, asal muasal nama Cip-Icip Cipayung adalah
salah satu brand yang dimiliki oleh KWT Nusa Indah yang merupakan bagian dari
KWT Cipayung. Hal ini pun diakui oleh Ibu Mulyani yang mengatakan :
“itu nama loyalty saya. Tadinya kan pelatihan kemasan, terus saya
kan dari KWT Nusa Indah, kan ngga ngejual gitu. Terus kata saya yaudah
Cip-Icip gitu. Cuma karena saya dapet kemasan, bantuan kemasan
semuanya Nusa Indah semua jadi saya tetep Nusa Indah. Terus akhirnya
Bu Evi, “Bu Mul mereknya saya pake yah”, kata saya “Pake bu ngga apa-
apa”. (Wawancara, 28 Mei 2018)
Jadi, memang benar bahwa Cip-Icip Cipayung sebelumnya merupakan
brand untuk produk yang dihasilkan dari KWT Nusa Indah, namun karena faktor
adanya bantuan kemasan dengan nama brand yang dicetak Nusa Indah maka
akhirnya nama tersebutlah yang sampai sekarang digunakan. Untuk menjaga agar
nama Cip-Icip Cipayung tidak hilang dan agar Kecamatan Cipayung semakin
dikenal masyarakat luas melalui produk-produk yang dihasilkan dari UKM yang
78
ada di wilayah tersebut maka Ibu Evi meminta izin penggunaan nama Cip-Icip
Cipayung dipilih sebagi nama dari gerai tersebut.
Setelah gerai Cip-Icip Cipayung berdiri dan berjalan, Ibu Evi memberitahu
perihal kemajuan ini kepada pihak pemerintahan. Ibu Evi menjelaskan “saya
kasih tau. Saya kasih foto ke Pak Hariyadi ya kalo pak Camat kan agak sibuk ya.
Dia itu bidang pemerintahan” (Wawancara, 14 April 2018). Namun pasca
diberitahu tentang keberadaan gerai Cip-Icip Cipayung pun respon pihak
pemerintahaan masih sangat kurang, Camat Cipayung hanya berkomentar bagus
namun tidak sampai datang berkunjung ke gerai Cip-Icip Cipayung.
Meskipun tidak direspon dengan signifikan oleh pihak pemerintahan namun
gerai Cip-Icip Cipayung tetap berlanjut, bahkan gerai ini juga dapat menjadi
simbol dari kemajuan UKM yang ada di Cipayung. Di Gerai tersebut menjual
khusus produk-produk yang dihasilkan dari kelompok-kelompok masyarakat yang
ada di Kecamatan Cipayung. Hal tersebut merupakan bagian dari tujuan
terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung. Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan
Cipayung) sekaligus pengelola gerai menjelaskan, “kita itu pengen produk-
produk Cipayung itu dikenal, khususnya KWT, UPPKS, KTNA, semua. Intinya
nama Cipayung itu kan orang bisa inget terus “Cipayung, Cipayung, Cipayung”.
Nama Cipayung bisa terangkat”. (Wawancara, 14 April 2018)
Tindakan agen menggunakan nama Cip-Icip Cipayung ini dapat dilihat
sebagai proses signifikansi, yang memiliki pengaruh dalam aspek simbolik dan
pemaknaan. Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan Cipayung) melakukan proses
signifikansi simbolik kemajuan kelompok-kelompok masyarakat (diantaranya
79
KWT) yang ada di Kecamatan Cipayung dengan membawa nama Cipayung yang
ditransformasikan dalam nama gerai. Hal ini dilakukan sebagai tindakan untuk
menjaga simbol identitas Kecamatan Cipayung. Dalam proses ini, agen juga telah
melakukan razionalization of action. Rasionalisasi tindakan digambarkan Ibu Evi
saat merasionalkan nama gerai Cip-Icip Cipayung sebagai cara untuk menjaga
agar identitas Kecamatan Cipayung dapat terangkat ke masyarakat luas.
Keberlangsungan gerai Cip-Icip Cipayung juga memiliki pengaruh dari
KWT Kecamatan Cipayung. Produk-produk yang diperkenalkan dan dipasarkan
pada gerai Cip-Icip Cipayung sebagian besar berasal dari hasil produksi yang
dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung. Hal ini dijelaskan oleh Ibu
Suwartini “…Ya memang harus karena itu kan produk Cipayung, nah kita kan
termasuk KWT Cipayung jadi tiap hari harus ada. Nah itu makanya stok itu harus
ada karena kita kan memantau”(Wawancara, 21 Mei 2018). Kemudian Ibu Titik
juga mengemukakan hal yang senada “Iya sering, naro pastel abon atau pastel
mini itu”(31 Mei 2018). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa ibu-
ibu KWT Kecamatan Cipayung memiliki dominasi alokatif dalam proses
perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung. Mereka dapat mengontrol ketersediaan
produk-produk yang dipasarkan disana.
Namun meskipun KWT Kecamatan Cipayung memiliki dominasi alokatif,
tetap ada rules yang harus dipatuhi dalam memasarkan produknya di Gerai Cip-
Icip Cipayung. Adapun aturan yang terdapat dalam gerai tersebut dijelaskan oleh
Ibu Evi, “gini, terserah mau dari dia misalnya kasih patokan sekian tapi nanti
buat yang jaga dipotong 15% sampe 20% atau dia ngasih harga dasar terus pas
80
dijual ibu naikin. Nah itu buat yang jaga sama buat operasional
kios”.(Wawancara, 14 April 2018).
Dari penjelasan tersebut, aturan yang harus ditaati ialah adanya sistem
pemotongan hasil keuntungan dari produk yang berhasil dijual. Aturan itu pun
diketahui dan dijalani oleh anggota KWT Kecamatan Cipayung yang memasarkan
produknya di gerai Cip-Icip Cipayung. Hal tersebut merupakan dualitas struktur
yang terjadi, di satu sisi ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dapat mempengaruhi
perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung dengan dominasi alokatif yang
dimilikinya sehingga dapat mengontrol pemasokan produk-produk yang
dipasarkan. Namun di sisi lain dalam proses pemasaran produk, mereka tetap
dipengaruhi oleh aturan pemotongan keuntungan sebagai tata cara pemasaran
yang berlaku disana.
Ibu Evi juga mengatakan bahwa dalam gerai Cip-Icip Cipayung tidak hanya
menjual produk-produk olahan yang berasal dari kelompok-kelompok usaha di
Kecamatan Cipayung namun juga ada beberapa produk yang sengaja dijual untuk
menunjang operasional gerai. Ibu Evi menjelaskan:
“Karena depannya itu Dino Park tempat maenan macem-macem, jadikan
kalo kita Cuma menjual kripik-kripik, ya kan kita melihat peluang, jadi di tarolah
sama si mamas maenan segala macem, juallah lego, tapi eh banyak bapak-bapak
yang nunggu, jadi jual lah itu milkshake, dark chocolate, thai tea, ice cream”
(Wawancara, 14 April 2018).
Dijualnya produk-produk tambahan merupakan strategi yang digunakan Ibu
Evi untuk menarik perhatian pengunjung sekaligus menjadi celah peluang lain
bagi penjualan di gerai Cip-Icip Cipayung.
Terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung yang di motori oleh Ibu Evi yang
notabene anggota KWT Kecamatan Cipayung menunjukan bahwa berawal dari
81
ikatan-ikatan sosial yang ada di masyarakat ternyata dapat menjelma menjadi
kekuatan ekonomi lokal. Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung sebagai agen
menunjukan kemampuannya untuk membuat perbedaan (make a difference).
Gerai Cip-Icip Cipayung merupakan bukti perbedaan dalam kemajuan dan
keunggulan yang dimiliki oleh KWT Cipayung. Berdasarkan observasi penulis,
hanya KWT Kecamatan Cipayung yang memiliki gerai tersendiri dalam
memasarkan produknya di pasar modern seperti Depok Town Square (Detos).
Dengan penjelasan yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa berawal
dari ikatan sosial yang terjalin antara ibu-ibu lalu beranjak menjadi KWT
Kecamatan Cipayung kemudian dapat menjelma menjadi kekuatan ekonomi lokal
yaitu memiliki andil dalam mempengaruhi proses terbentuk maupun
perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung. Pengaruh terhadap proses terbentuknya
dapat terlihat dari kemampuan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang dengan
kemampuannya untuk merubah struktur (sense of transformation) yang telah
usang sehingga mereproduksi struktur yang baru yaitu Gerai Cip-Icip Cipayung.
Kemudian, dengan proses rasionalisasi tindakan (razionalization of action) dan
peran signifikansinya dapat menjaga sekaligus mengangkat nama Kecamatan
Cipayung agar lebih di kenal oleh masyarakat luas dengan membentuk aspek
simbolik penggunaan nama Cip-Icip Cipayung sebagai nama gerai. Peran
dominasi alokatif yang dimiliki ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung juga turut
mempengaruhi gerai Cip-Icip Cipayung dalam perkembangannya. Dari berbagai
kontribusi yang diberikannya tersebut, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung
sebagai agen terbukti telah mempengaruhi perkembangan gerai Cip-Icip
82
Cipayung, namun meskipun demikian, mereka tetap dipengaruhi oleh struktur
tersebut dalam melakukan tindakan-tindakannya sebab mereka berada dan
melakukan praktik sosial dalam institusi gerai Cip-Icip Cipayung.
Di samping pembahasan mengenai kontribusi yang diberikan KWT
Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok,
terdapat pula proses pemberdayaan perempuan dengan melihat pergeseran posisi
peran dan kedudukan perempuan yang dialami oleh ibu-ibu anggota KWT
Kecamatan Cipayung. Ketika bergabung dalam KWT, ibu-ibu yang berada di
Kecamatan Cipayung berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
Mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya bekerja
pada ranah domestik. Adapun tujuan mereka bergabung ke dalam kelompok
wanita tani beragam antara lain untuk membantu perekonomian keluarga, dan
untuk menambah ilmu dan pengalaman.
Kontribusi KWT dalam membantu perekonomian keluarga dibuktikan
dengan hasil atau keuntungan yang dimiliki KWT Kecamatan Cipayung sejak
awal merintis sampai saat ini diolah menjadi koperasi simpan pinjam, Ibu
Purwaningsih (Ketua KWT Kecamatan Cipayung) mengatakan “Kami bikin
simpan pinjam, alhamdulillah sudah mencapai 20 juta” (Wawancara, 10 April
2018). Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini, membantu ibu-ibu KWT
Kecamatan Cipayung saat memiliki kebutuhan financial.
Dengan memilih bergabung di KWT Kecamatan Cipayung, mulailah ibu-ibu
anggota KWT mendapatkan jejaring pertemanan yang baru, ilmu pengetahuan
yang baru serta berbagai macam kegiatan, mulai dari pelatihan produk, pelatihan
83
kemasan, pelatihan manajemen usaha, dan kunjungan-kunjungan. Hal ini
menunjukan tersedianya manfaat yang berguna bagi ibu-ibu anggota KWT
Kecamatan Cipayung, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Purwaningsih
“Manfaatnya banyak sekali. Kami jadi banyak wawasan, dikenal orang, banyak
temen, banyak relasi, kita tahu daerah mana produk unggulannya
apa”.(Wawancara, 10 April 2018).
Dengan berbagai kegiatan ada di KWT Kecamatan Cipayung, kemudian
dapat memotivasi ibu-ibu yang belum ikut KWT, ini dibuktikan dengan masuknya
anggota-anggota baru KWT Kecamatan Cipayung seperti Ibu Rini yang
mengemukakan pandangannya sebelum dan pengalamannya setelah ikut KWT :
“Tadinya engga begitu tertarik, cuma setau saya ya ibu-ibu yang
kreatif, yang istilahnya punya kegiatan, tadinya saya ngga begitu tertarik
setelah saya bergabung itu justru saya makin bukan tertarik lagi, justru
saya disitu bener-bener jiwa sudah di KWT dan saya makin melejit di situ.
Pokoknya pengin bikin sesuatu bikin sesuatu, dari KWT itulah saya punya
ide-ide bikin ini bikin ini” (Wawancara, 22 Mei 2018).
Kemudian, pengalaman serupa pun didapatkan oleh Ibu Yanti yang
mengatakan:
“Tadinya saya kaya “ah engga ah”, orang waktu itu pelatihan jam 1
siang begini, panas. Sementara waktu itu anak saya yang kecil masih
umur 2 tahun, jadi saya sempet ngga dateng berapa hari. Di hari-hari
terakhir saya dateng, faktor ngga enak sih. Tapi setelah makin ke sini,
saya makin menikmati, kerasa manfaatnya.” (Wawancara, 6 Juni 2018).
Dari penuturan di atas terlihat bahwa memang dengan menggabungkan diri
dengan kelompok, kaum perempuan dapat merasakan manfaat yang lebih dari
keanggotaannya tersebut. Seperti hasil refleksi dari Ikasari (dalam Ruwaida,
2016:287) yang melakukan studi pada program PPSW di Jakarta yang
memperlihatkan bahwa dengan berkelompok, perempuan yang menjadi anggota
84
dapat saling belajar bahkan mengembangkan solidaritasnya. Kemudian, dengan
berkelompok, mereka dapat melakukan simpan pinjam, mengembangkan usaha
kelompok, memberikan bantuan dan mengelola sumber daya seperti dana sehat,
beasiswa, dan arisan. Pengalaman pun ikut bertambah seperti pengalaman
berorganisasi membuat mereka dapat belajar menjadi pemimpin, bekerja sama,
dan mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan yang sebelumnya belum
pernah mereka lakukan.
Dalam kelompok wanita tani, ibu-ibu yang tergabung menjadi anggota pun
dapat membantu perekonomian keluarga dengan usaha yang dijalankan, kemudian
mereka juga dapat saling belajar dari adanya momen pertemuan rutin yang
dilakukan setiap satu bulan sekali dalam KWT, belajar manajemen organisasi
yang akan bermanfaat untuk anggota dalam belajar menjalin kerja sama, belajar
menjadi pemimpin, dan belajar untuk mengambil keputusan. Selain itu mereka
juga terus melakukan pengembangan diri melalui pelatihan-pelatihan yang
diberikan dari dinas maupun pihak lainnya, dan juga dapat mengembangkan
solidaritas sesama perempuan.
Linda Mayoux dan Maria Hartl (dalam Ruwaida, 2016:284) mengemukakan
bahwa program pemberdayaan ekonomi selayaknya memberikan keuntungan pada
perempuan, tidak hanya partisipasi ekonominya yang meningkat namun juga
pendapatan dan kesejahteraannya meningkat, serta menguatnya kedudukan dan
perannya di keluarga juga masyarakat.
Dalam program kelompok wanita tani khususnya yang ada di Kecamatan
Cipayung, telah terlihat bahwa selain menguatnya partisipasi ekonomi perempuan
85
dalam rumah tangga, mereka yang tergabung sebagai anggota juga mengalami
penguatan peran dan kedudukan. Mereka tidak lagi hanya bekerja pada ranah
domestik namun sekarang telah bergeser menjadi kerja-kerja publik. Hal ini
dibuktikan dengan pengalaman ibu-ibu setelah bergabung dengan KWT
Kecamatan Cipayung seperti dari Ibu Saminah “Jadi waktunya ngga cuma di
rumah aja, ke [kantor] Walikota, ke mana gitu” (Wawancara, 31 Mei 2018),
kemudian Ibu Titik “Nambah wawasan, nambah teman, nambah pengalaman,
sekarang banyak ini mas kegiatan di luar”. (Wawancara, 31 Mei 2018), dan Ibu
Purwaningsih “… jadi saya kegiatannya ngga cuma di rumah aja. Itu bermanfaat
banget mas.”(Wawancara, 24 Mei 2018).
Dengan adanya pergeseran posisi peran dan kedudukan perempuan yang
dialami oleh anggota KWT Kecamatan Cipayung, dapat membuktikan bahwa di
tengah kondisi masyarakat yang mensubordinasi peran dan kedudukan
perempuan, kelompok wanita tani memiliki kontribusi dalam memberdayakan
kaum perempuan agar dapat memperbaiki posisinya menjadi lebih baik dari
sebelumnya di tengah masyarakat yang ada.
86
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan serta analisis yang telah dijelaskan dalam
pembahasan, setidaknya terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil.
Bahwa berangkat dari ikatan-ikatan sosial yang ada di masyarakat, Kelompok
Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung dapat menjelma menjadi kekuatan
ekonomi lokal dan memiliki kontribusi terhadap perkembangan institusi ekonomi
di Kota Depok. Hal ini dapat dilihat dari terbentuk dan berkembangnya pasar tani
dan gerai Cip-Icip Cipayung di Kota Depok.
Dengan merujuk pada teori strukturasi, ibu-ibu KWT Cipayung dapat
dipandang sebagai agen yang melakukan tindakan sosial seperti merefleksi
tindakan (reflexive monitoring of action), merasionalisasi tindakan
(razionalization of action), dan memotivasi tindakan (motivation of action).
Kontribusi yang diberikan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dapat dilihat
dari (1) pengaruh yang diberikan oleh anggota KWT Cipayung dalam membentuk
dan mengembangkan institusi pasar tani, lalu (2) dari kemampuannya untuk
melakukan transformasi yaitu berupa reproduksi yang dilakukan anggota KWT
Cipayung terhadap struktur gerai UKM di Kecamatan Cipayung yang telah usang
(obsolence) dan tidak relevan lagi dalam mengimbangi praktik sosial yang ada
sehingga agen menciptakan struktur baru yaitu gerai Cip-Icip Cipayung.
Kontribusi yang dilakukan tersebut memang telah memberikan pengaruh dalam
87
berbagai perkembangan maupun perubahan yang terjadi di pasar tani dan gerai
Cip-Icip Cipayung. Adapun aspek yang dipengaruhi berupa dominasi alokatif
(ekonomi), legitimasi (keabsahan) dan signifikansi (pemaknaan). Namun
meskipun mereka telah berkontribusi memberikan pengaruh terhadap struktur
yang ada, namun tetap saja mereka tidak dapat terlepas dan harus mentaati segala
aturan (rules) yang menjadi dasar acuan dalam melakukan praktik sosial di
struktur tersebut. Proses ini yang disebut sebagai dualitas struktur (duality of
structure).
Selain itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung juga telah
berkontribusi dalam memberikan wadah bagi kaum perempuan untuk dapat
memberdayakan diri secara ekonomi, sekaligus belajar dan mencari pengalaman
yang sebelumnya tidak pernah didapatkan sehingga kedudukannya dapat bergeser
dari kerja-kerja di ranah domestik menjadi kerja-kerja di ranah publik.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyarankan agar penelitian-
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dari perspektif sosiologi maupun
perspektif lainnya dapat melakukan kajian yang lebih komprehensif tentang
Kelompok Wanita Tani. Fenomena kelompok wanita tani di Indonesia menarik
dan tidak kalah penting karena dalam proses perkembangannya sampai saat ini
seringkali menimbulkan banyak pertanyaan yang menuntut untuk dilakukannya
sebuah kajian agar dapat menjawab pertanyaan yang timbul tersebut. Namun,
penelitian KWT dari disiplin sosiologi masih kurang dari cukup untuk dijadikan
88
sebagai rujukan untuk penelitian dengan perspektif sosiologi selanjutnya, ini pula
yang menjadi kendala dari penelitian ini. Maka, penulis menyarankan agar para
peneliti selanjutnya dapat menggunakan teori-teori sosiologi sebagai pisau analisa
agar disiplin sosiologi dapat semakin berkembang lebih luas.
Kemudian, penulis juga menyarankan agar pemerintah lebih memperhatikan,
membina dan memberi ruang gerak kelompok-kelompok wanita yang ada di
berbagai wilayah Indonesia. Hal ini penting karena dengan berkelompok, atau
dengan suatu tindakan kolektif yang dilakukan langsung oleh perempuan dapat
membawa perubahan yang berarti bagi kedudukan mereka di masyarakat.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2012. Terminologi Kosa Kata. Jakarta: Aksara.
Badudu, J.S. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: Bali Pustaka.
Creswell, John W. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed
Approaches (terj.). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Chaidir, Nurdiana, Dompak Napitupulu dan Idris Sardi. Strategi Pengembangan
Agroindustri Ikan Patin (Studi Kasus di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh
Ulu Kabupaten Muaro Jambi). Jurnal Ilmiah Sosio-Ekonomika Bisnis
Vol.21 No.1
Darwin, Muhadjir. Gerakan Perempuan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 7 No.3, Maret 2004
Giddens, Anthony. 1984. “The Constitution of Society: Outline of the Theory of
Structuration”. Cambridge: Polity Press.
Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi Dasar-dasar Pembentukan Struktur
Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indraswari. Perempuan, Sumber Daya Ekonomi dan Modal Sosial. Jurnal Analisis
Sosial Vol 13 No. 1 Juni 2008.
Jamilah, Joharotul. 2016. Ketahanan Industri Bordir di Tasikmalaya: Studi Etika
Moral Ekonomi Islam Pada Komunitas Tatar Sunda. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Depok. 2011. Buku Putih Sanitasi Pemkot
Depok.
Kecamatan Cipayung Dalam Angka Tahun 2016. 2016. Badan Pusat Statistik
Kota Depok.
Kusumaningrum, Demeiati Nur. 2016. Pengaruh Perspektif Pemberdayaan
Perempuan dalam Kebangkitan Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu di
Dusun Mrisi-Yogyakarta. Jurnal INSIGNIA Vol. 3 No. 2 November 2016.
90
Marvasti, Amir B. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction.
New Delhi-London: SAGE Publications.
Moleong, Lexy J. 2006. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pembangunan Manusia Berbasis Gender. 2011. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) dan Badan Pusat Statistik
(BPS).
Priyono, B. Herry. 2002. “Anthony Giddens: Suatu Pengantar”. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2004. “Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Ruwaida, Ida. 2016. Pemberdayaan dan Aksi Kolektif Perempuan: Sebuah
Refleksi Sosiologis. Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol.18 No.2 Tahun
2016: 283-292.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. “Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya”.
Jakarta:Kencana.
Silalahi, Uber. 2010. Metode Penelitian Sosial. cet.ke-2. Bandung: Refika
Aditama.
Soerjono, dan Djoenaesih. 1997. Istilah Komunikasi. Yogyakarta: Liberty.
Statistik Daerah Kota Depok 2017. 2017. Badan Pusat Statistik Kota Depok.
Statistik Daerah Kecamatan Cipayung 2015 Kota Depok. 2015. Badan Pusat
Statistik Kota Depok.
Strempel, Anna. 2011. Penilaian Kebutuhan Proyek untuk Perempuan Aceh di
bidang Pertanian.
http://www.dpi.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0020/380117/Kelompok-
Wanita-Tani-Bahasa-Indonesia.pdf. diakses pada 11 Februari 2018.
91
Suraningsih, Maya Safrina. 2017. “Strategi Komunikasi Keberdayaan Wanita
Tani Melalui Pemanfaatan Pekarangan Menuju Ketahanan Pangan
Keluarga”. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor
Internet
Ini Manfaat Pasar Tani bagi Petani Depok. Depok.go.id. Diakses pada 14
Februari 2018. (http://www.depok.go.id/12/02/2017/10-ekonomi-kota-
depok/ini-manfaat-pasar-tani-bagi-petani-depok).
Geografi Kota Depok. Depok.go.id. Diakses 5 April 2018.
(https://www.depok.go.id/profil-kota/geografi).
Sejarah Kota Depok. Depok.go.id. Diakses 5 April 2018.
(https://www.depok.go.id/profil-kota/sejarah).
Kependudukan Kecamatan Cipayung 2016. Cipayung.depok.go.id. Diakses 5
April 2018. (http://cipayung.depok.go.id/profil/kependudukan).
Sejarah Kecamatan Cipayung. Cipayung.depok.go.id. Diakses 5 April 2018.
(http://cipayung.depok.go.id/profil/sejarah-kecamatan).
Rapat Persiapan Pameran Produk Pertanian. Dkppp.depok.go.id. Diakses 5
April 2018. (http://dkppp.depok.go.id/archives/619).
Pasar Tani Akan Digilir Di Kecamatan dan Kelurahan. Depok.go.id. Diakses 6
April 2018. (https://www.depok.go.id/08/02/2018/01-berita-depok/pasar-
tani-akan-digilir-di-kecamatan-dan-kelurahan).
Pelaku Usaha Pemula Dibekali Keahlian Manajemen. Depok.go.id. Diakses 3
Juli 2018. (https://www.depok.go.id/09/10/2017/01-berita-depok/pelaku-
usaha-pemula-dibekali keahlian-manajemen).
Program Gerakan Perempuan Untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP).
Depok.go.id. Diakses 13 Juni 2018.
(https://www.depok.go.id/13/05/2011/pertanian-kota-depok/program-
gerakan-perempuan-untuk-optimalisasi-pekarangan-gpop).
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Pak Imam Bukhori dan Pak Sutarman, SP
Lokasi : Kantor Kecamatan Cipayung Depok
Status : Ketua KTNA Cipayung dan Ketua Balai Penyuluh Pertanian Ratujaya
Tanggal : 28 Maret 2018
No Dialog
1 P : Sejarah perkembangan ktna cipayung
I-1 : KTNA Cipayung membawahi 18 kelompok tani diantaranya kelompok wanita tani,
kelompok pembudidaya ikan (pokdakan), kelompok pemasaran hasil pengolahan ikan,
kelompok pertanian (poktan), dan kelompok peternakan (poknak). Tetapi diantara
beberapa kelompok tani itu yang banyak adalah kelompok wanita tani disingkat dengan
KWT. KWT itu sebetulnya lahirnya dari istri-istri para petani. Nah semuanya itu dibina
dan dinaungi di dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan. Nah perkembangannya
ternyata kelompok wanita tani itu, karena ini merupakan asset masyarakat, potensi,
banyak sekali yang memperhatikan salah satunya adalah dinas koperasi dan usaha mikro.
Karena KWT itu bisa menjadi usaha yang bisa meningkatkan penghasilan keluarga. selain
itu, dalam perkembangan KWT juga diakui sebagai UKM-UKM, artinya produk KWT itu
pada akhirnya ada yang masuk di UKM. Karena, usaha KWT yang dihasilkan itu juga
merupakan usaha mikro akhirnyalah dia masuk di grup-grup UKM. Kemudian dilirik juga
oleh dinas perdagangan, makanya dikasihlah pelatihan-pelatihan tetapi melalui UKM itu.
2 P : Nah kalo di Kecamatan Cipayung sendiri, mulai ada KWT tahun berapa pak ?
I : Kalau sejarahnya saya ngga tau persis ya, nah nanti ke pak Tarman.
3 P : Jadi saya mau tahu sejarah KWT Cipayung itu dari tahun berapa dan sejauh ini di
KWT Cipayung ini ada beberapa KWT turunannya lagi atau bagaimana pak ?
I-2 : Gini, istilah wadah KWT ini sudah lama. Ada dan terbentuk secara turun temurun.
Mungkin bedanya KWT disini sejak saya tugas di BP juga sudah ada. Tetapi mungkin
beda KWT di Kota Depok dengan di tempat lainnya. Bedanya itu kalau di kita, sudah ada
kontribusi diatas 50% ke olahan. Kalau di daerah di luar Depok, KWT itu betul-betul
pendamping suami dalam berbudidaya di sawah. Pengolahannya itu menunggu hasil
produksi yang dihasilkan per musim, nah itu bedanya, kalau di sini kan dihasilkan setiap
saat. Kadang bisa diolah selain pemanfaatan lahan pekarangan dengan cara tadi tabulapot
(tanaman tumbuh dalam pot), tabulakar (tanaman tumbuh dalam pekarangan) dan toga
(tanaman obat keluarga). Dia mengolah, baik yang bahan bakunya dari seperti ceker kalau
peternakan kan, kemudian bakso ikan dari perikanan, dan juga KWT-KWT yang
P : Peneliti
I-1 : Pak Imam
I-2 : Pak Sutarman
olahannya keripik, combro dan sebagainya. Itu bedanya di kota depok.
Sehingga, nilai kegiatannya yang dikandungnya mungkin lebih banyak aktifitas di kita,
sebutannya sama aktifitasnya berbeda. Kalo sebutannya kan kelompok wanita tani. Nah
asal muasal kelompok itu ada 3, kelompok pertanian (poktan) bapak-bapaknya atau
suami. Ada taruna tani, anaknya. Ada KWT, ibunya. Jadi bapak, ibu dan anak.
Nah kalau di sini aktifitasnya punya nilai lebih, saya kira hanya itu perbedaannya. Nah
kemudian, kepentingan KWT sendiri tergantung pada rancangan dan tujuan di awal. Nah
bedanya hanya aktifitas KWT dengan yang di luar KWT walaupun sama-sama pengolah,
kalau KWT diberi kesempatan yang pertama, untuk saling menunjang kerja sama dengan
KWT yang ada atau yang legal. Yang kedua, kalau ada event baik kabupaten, kota,
provinsi dan nasional, ada KWT yang diikut sertakan sampai ke pekan nasional (pennas)
ketemu dengan KWT seluruh Indonesia. Tetapi kalau KWT nya tidak punya legitimasi
formal ngga bisa berangkat kemana-mana dan dibina oleh jajaran kami DKP3. Jadi dewan
pembinanya DKP3, dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan. Nah ini mulai
perubahan nomenklaturnya tahun 2017. Kalau dulu kan dinas pertanian dan perikanan.
Mungkin itu kalau dari sisi badan atau kelembagaan.
3 P : Jadi fokus saya kan gimana KWT ini berkontribusi terhadap perkembangan institusi
ekonomi di kota depok, nah saya ambil institusinya pasar tani sama ukm cip-icip
cipayung. Atau ada lagi institusi ekonomi lainnya pak yang berawal dari kontribusi KWT
?
I-2 : Kalau kayanya mah selain yang disebutkan ngga ada yah. Paling tadi, di dalamnya
ada bagian umkm, ada bagian dari dinas perindag, ada juga bagian dari dinas kesehatan.
Sekarang contohnya, kenapa dengan indag, sebab DKP3 hanya membina subteknis
produksi. Sedangkan udah berbentuk olahan dalam nilai jual harusnya difasilitator oleh
indag. Kemudian mengarah pada produk yang hiegenis, tentunya harus dinas kesehatan.
Kemudian, kwt bergerak juga harus mendapat legitimasi formal dari MUI untuk
kehalalannya. Jadi ada keterpaduan dari pembinaan. Tapi kalo pembinaan utama
teknisnya dibawah DKP3.
Nah dengan demikian, pendongkel si peningkatan ekonomi yaitu sudah pasti dan jelas.
Selain membesarkan lembaga organisasinya, melengkapi juga aktifitas pertemuan dan
hasil kegiatannya yang juga berperan untuk menghimpun produk-produk sesama anggota
untuk diangkat dipasarkan oleh pengurus salah satunya melalui pasar tani ataupun
kemitraan dengan produsen-konsumen. Artinya produk KWT ditampung dititipkan ke
warung, di warung nanti diserap oleh konsumen. Nah itu juga bagian dari kegiatan KWT.
Kemudian KWT juga bisa bekerja sama dengan pokja 3 PKK. Pokja 3 itu kan sandang,
pangan dan tata laksana rumah tangga. Itu juga ada link kerja sama mereka. Kemudian
peluang KWT yang bisa diikuti, pertama, mendapat pembinaan dari DKP3 itu sendiri,
kemudian dibina oleh indag, dibina oleh kesehatan, dibina oleh umkm. Nah kemudian
yang sifatnya ke luar, kita memberi kesempatan untuk mengikuti diklat. Nanti pada bulan
April ada seleksi untuk mengikuti WUB (wirausaha baru). Kami mendapat jatah kemarin
tahun ini hampir 40 orang. Syaratnya yang menjadi anggota kelompok, mau itu poktan
mau itu KWT, yang penting anggota kelompok bukan perorangan. Nah itu artinya, belajar
menghargai kepada organisasi. Kedua, memberi kesempatan untuk berperan aktif
menyebarkan ilmu pengetahuan yang didapat untuk anggota dalam kepengurusan. Ketiga,
mudah-mudahan masyarakat lain bisa melihat, dengan masuk di organisasi itu belajar
manajemen organisasi, belajar memperkuat sisi perencanaan, kemudian mendewasakan,
saling mengisi dan melengkapi.
4 P : Awal mula KWT Cipayung terbentuk tahun berapa pak ?
I-1 : Mulai dari terpecah dari bogor sudah ada. Soalnya sebelum pemekaran, KTNA itu
sudah ada. 18 tahun yang lalu itu. Semua se-kota depok sudah ada sejak pemekaran. Kalo
dulu itu ngga terlalu di ekspose, beda kalo sekarang kan besar-besaran publikasinya.
5 P : KWT di Cipayung itu ada berapa jumlahnya pak ?
I-1 : Bu Pur, KWT Cipayung itu ada berapa kelompok ? ini yang mengetuai forum KWT
Cipayung ini
I-3 : Ada 5 kelompok
I-2 : Kalo kelembagaannya ada 17 itu termasuk gapoktan, kalo KWT nya sendiri ada 11.
6 P : Itu 11 kelompok aktif semuanya pak ?
I-2 : Mudah-mudahan aktif. Nah makanya nanti setelah pengukuhan pengurus KTNA
akan diadakan bedah kelompok itu melihat bagaimanasih aktifitas kelompok itu, baik dari
sisi kepengurusan maupun fisik ya.
7 P : Nah kalo untuk pasar tani sendiri pak, tahun berapa mulai ada di depok ?
I-2 : Baru 2 tahun sih. Tahun 2017. Kalo tahun 2017 penanggung jawabnya bidang
perikanan, kalo 2018 penanggung jawabnya bidang KPH (ketahanan pangan dan
holtikultura)
8 P : Tadi saya nyatet katanya di pasar tani ada pemilahan, itu bagaimana pak maksudnya ?
I-2 : Kalo dulu kan pasar tani semua masuk, dan bedanya kalo dulu di motori oleh KTNA.
Kalo sekarang dikembalikan kepada penyuluh setempat masing-masing. Bermitra bekerja
sama dengan KTNA. Karena, penyuluh kan jajaran utama DKP3, KTNA kemitraan.
Kedua, perbedaannya, dulu semua produk masuk. Nah setelah dikembalikan kepada
maksud dan tujuan pasar tani sendiri, baru diluruskan. Jadi pada prinsipnya kan, pasar tani
itu adalah untuk memberi kesempatan kepada petani yang sudah bergabung dengan
kelompok tani dalam rangka memasarkan hasil produknya. Kedua, merupakan event
promosi supaya diketahui oleh masyarakat yang ada di kota Depok. Nah yang ketiga,
dalam rangka peningkatan kualitas produk yang dibuat. Yang keempat adalah dari sisi
pengemasan. Kemasan yang bagus itu otomatis akan mendompleng nilai harga yang
dilempar ke konsumen. Yang terakhir, sebagai penunjang pengalaman dan pengetahuan.
Jadi secara tidak langsung di produk yang sama dengan beda KWT bisa saling
melengkapi. Kalau memang minat masyarakat sudah berkurang tentunya DKP3 akan
mengalihkan pasar tani tersebut tidak lagi diselenggarakan. Jadi tergantung situasi sasaran
itu sendiri. Bisa pasar tani diselenggarakan di luar balai kota di beberapa kecamatan
disesuaikan dengan kepentingan dan keperluan. Tidak mesti harus ditingkat kota.
Sedangkan kecamatan menyarakankan, kalau dirasakan perlu pasar tani itu ditarik ke
kecamatan, silahkan, yang dimotori oleh KTNA. Kemudian pasar tani itu boleh diikuti
apabila orangnya sudah menjadi anggota kelompok juga dan diketahui darimana KWT
ini, yang dijual ini. kemudian yang diakhir pasar tani dilaporkan ke DKP3 bahwa kegiatan
ini omzetnya sekian. Jadi dari satu ke lain penyelenggaraan ketahuan naik turunnya, nilai
jualnya berapa, KWT yang ikut berapa, dan kelompok lain poktan, pokdakan dan lainnya
berapa. Sehingga bisa menjadi bahan evaluasi.
9 P : Pasar tani itu diadakannya per bulan atau bagaimana pak ?
I-2 : per bulan. Itu diagendakan sampai desember sebanyak 13 kali. Karena di event HUT
Kota Depok yang ke 19, diadakan dan diberi waktu selama 3 hari. Jadi ada 13 kali. Nah
itu campuran kalo pasar tani yang di HUT Kota Depok. Dindag, umkm, semuanya bisa
nampil.
10 P : Awal mula pasar tani ini berasal dari adanya permintaan dari KTNA sendiri atau
bagaimana pak ?
I-2 : pertama, melihat posisi ya dan perkembangan. Dulu pas penyelenggaraan pasar tani
ada cetusan bahwa aspirasi yang berkembang di lapangan, bagaimana kalo DKP3
membuat event. Namanya belum pasar tani. Membuat event untuk menyuguhkan,
menayangkan, dan memberitahukan serta ada nilai jual. Dipikirkan, dikemas, ini mungkin
dan ada juga penyelenggaraan yang sama yang diadakan ditingkat nasional. Tingkat
nasional kan ada yang di depan deptan yang tenda putih. Itu tingkatnya nasional, jadi
antara tingkat lokal, regional, nasional itu mungkin berbeda. Yang nasional pengikutnya
gabungan dari semua provinsi, kalo regional dari kabupaten kota, kalo lokal dari
kecamatan. Nah untuk menjaring juga pada akhirnya apabila ada HPS (hari pangan
sedunia) atau hari bidang pertanian setahu sekali di provinsi, dan hari pennas itu bisa
merekam jejak-jejak produk yang dihasilkan. Kalo pennas (pekan nasional) khususnya
provinsi, beda lagi di kabupaten kota. Kalo AKP baru kabupaten kota yang ngambil.
Mungkin itu, kalo pencetusnya itu mungkin ada aspirasi, kedua ada agenda untuk
mempertemukan 3 bidang dalam tempat dan ruang yang sama.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Purwaningsih
Lokasi : Jl. H. Nasir No.2 Cipayung
Status : Ketua KWT Cipayung
Tanggal : 10 April 2018
No Dialog
1 P : Ibu Pur ini posisinya di KWT Cipayung sebagai apa ?
I : Ketua KWT se-Kecamatan Cipayung
2 P : Kalau sejarah berdirinya KWT Cipayung itu bagaimana bu ?
I : Tujuan kota Depok kan mensejahterakan warganya. Di samping itu untuk
pemberdayaan wanita, jadi kita dibentuk. Yang tadinya ibu-ibu itu cuma kumpul-kumpul
misalnya arisan atau anter anak sekolah TK atau kita punya temen se grup, terus dibikin
KWT itu dengan tujuan ibu-ibu menambah penghasilan uang atau menambah pendapatan
per kapita.
3 P : Awal berdirinya KWT itu siapa pencetusnya bu ?
I : Dari dinas mas. Dari dinas pertanian dulu masih distankan.
4 P : Itu prosesnya gimana bu ?
I : Kami mengumpulkan sebanyak 20 orang, kemudian kami dididik selama seminggu
terus dibuatkan SK dari kelurahan, mengetahui kecamatan dan DKPPP. Itu semua KWT
prosesnya begitu.
5 P : Kenapa ibu memilih KWT ?
I : Kan kalo KWT itu kita para wanita dikumpulkan supaya membantu perekonomian
keluarga agar punya usaha masing-masing
6 P : Bedanya KWT di Cipayung dengan daerah lainnya apa bu ?
I : Kan KWT itu ada dua mas. Ada KWT Pertanian ada KWT Olahan. Nah KWT kami
itu yang olahan.
7 P : Kalau olahan itu bahan bakunya dari lahan sendiri atau bagaimana bu ?
I : Biasanya kalau saat ini ya paling belinya dari petani sekitar
8 P : Saat pembentukan KWT, gimana cara ngajak ibu-ibu lainnya ?
I : Kan waktu itu kami sering ada arisan ya, ada pengajian gitu. Disitu kita tanya “ibu-ibu
siapa yang mau, kita dididik dari dinas, dilatih olahan makanan, dilatih pertanian juga”.
Kebetulan alhamdulilah kami dapat 20 orang. Tapi berjalannya waktu nggak semuanya
aktif. Nah dari 20 itu semakin menyusut makin kesini.
9 P : Tujuan dibentuknya KWT selain untuk menambah penghasilan, apa lagi bu ?
I : Menambah wawasan. Karena kita kan dididik itu pinter lama-lama. Ada olahan dari
pertanian, peternakan, perikanan gitu. Nambah jaringan juga, kita untuk KWT itu ada
kunjungan dari KWT ke KWT lainnya. Ada juga studi banding. Kita pernah kunjungan
ke Boyolali, ke Bandung pernah, ke Puncak pernah, ke Jogja pernah. Yang ke Jogja itu
tanggal 28 Oktober ke tempat gudeg yang udah maju UKMnya. 28 Maret ke Boyolali
yang ke peternakan ke olahan susu. Nanti rencana tanggal 29 April kita mau ke
Kuningan ke tempat serba ubi.
10 P : Tadi kan ibu nyebut UKM ya, apa kalo dari KWT itu bisa naik ke UKM atau gimana
bu ?
I : Karena KWT kan udah sebagian ngga berkelompok mas. Berhubung dia punya usaha
masing-masing, dia pengen setingkat lebih maju jadi dijadiinlah UKM. Dari KWT itu per
kelompok nah jadi UKM per orangan
11 P : Nah kalo cara ngejalin jaringan, itu KWT Cipayung gimana bu ?
I : Nah kita sering ikut pameran. Kebetulan di dinas itu ada acara tiap bulan minggu ke
dua itu ada pasar tani namanya. Nah itu para KWT mas yang hadir di sana, yang jualan
juga KWT-KWT, di luar KWT ngga bisa masuk karena itu kan bentukan dinas jadi udah
ada PPLnya misale Cipayung KWT nya berapa PPL nya siapa yang mau pasar tani siapa,
jadi udah terorganisir udah ada daftarnya.
12 P : Nah dulu pas terbentuknya pasar tani, KWT ikut andil ngga disitu ?
I : Justru karena adanya produk dari KWT itu makanya ada pasar tani. Dibentuknya
KWT udah se Kota Depok dari 11 Kecamatan dibentuklah pasar tani
13 P : Pas pasar tani dibentuk itu, Kecamatan Cipayung ngirim berapa KWT ?
I : Waktu itu hampir semuanya, semuanya mewakili. Kan satu Kecamatan dikasih satu
stand, jadi itu isinya semua KWT yang ada di Kecamatan Cipayung.
14 P : Saya pernah baca dari internet, kalo KWT Cipayung pernah dapet predikat stand
terbaik, itu tahun berapa ya bu ?
I : Iya pernah, belum lama itu sekitar 2 atau 3 tahun sekarang deh kayanya. Sekitar
2017an
15 P : Waktu itu olahan apa aja yang ditaro ?
I : Semua KWT naro, ada cheese stick, ada es buah, ada cilok, ada nugget, ada buntil.
Jadi bervariasi, karena kan ada yang olahan dari pertanian, peternakan, perikanan.
16 P : Nah kalo dari KWT yang ada di Cipayung kan ada 6 ya, itu apa aja namanya ?
I : KWT Lembah Griya, Nusa Indah, Sukses Bersama, Mawar, Dahlia sama Maju
Bersama.
17 P : Itu produknya apa aja bu dari masing-masing KWT ?
I : Untuk yang Dahlia, karena kan dia dibentuk udah lama, bareng sama Sukses Bersama
tapi dia ngga berjalan. Jadi dia re-organisasi, karena re-organisasi jadi dianya belum
matang. Setau saya sih snack box tapi ya itu mati suri. Untuk KWT Lembah Griya kan
yang jame ya. Terus yang Mawar itu aneka pastel mini. Kalo Sukses Bersama ada peyek
mini, ada juga buntil, ada juga wajik. Nah nanti dimasukin ke kemasan.
18 P : Kemasanya bikin sendiri ?
I : Iya bikin sendiri
19 P : Kalo di KWT itu ada kaya anggaran gitu bu ?
I : Ada. Biasanya kan gini, kami setelah dididik dari dinas kami dibantu, dibantu
permodalan, dibantu alatnya, dibantu pelatihannya. Jadi kami alhamdulillah udah dapat
dua kali bantuan. Pas pertama itu pas pelatihan, uang sakunya ngga kita ambil tapi
jadikan modal. Terus kemarin tahun 2015 dapet itu 15 juta dari dinas. Nah yang kedua
ini, sebagian kami belikan alat sebagian kami kelola buat koperasi. Sebenernya bukan
koperasi sih, kan kalo koperasi ada AD/ART nya, nah kalo kami belum karena per
kelompok dan belum sejumlah 20 orang, kan minim 20 orang. Kami bikin simpan
pinjam, alhamdulillah sudah mencapai 20 juta.
20 P : Nah kalo produk-produknya di pasarinnya kemana aja ?
I : Ada online, ada oleh-oleh Depok,
21 P : Oleh-oleh Depok yang di mana bu ?
I : di DETOS (Depok Town Square)
25 P : Itu yang sama Cip-Icip Cipayung bukan sih bu ?
I : Iya. Itu kan karena satu kecamatan dapet satu kios, nah kami masuk kesana. Itu isinya
semua olahan dari Cipayung.
26 P : Kalo secara online nya gimana bu ?
I : Paling ya lewat WhatsApp, kebanyakan sih gitu mas. Karena kan sebenernya kita
pengen kemasan yang lebih bagus ya. Kemarin kebetulan kami dapet pelatihan khusus
kemasan. Baru seminggu yang lalu dari tanggal 2 sampai tanggal 6.
27 P : Itu kalo pelatihan-pelatihan itu tempatnya di mana bu ?
I : Itu dari Indag, Industri Perdagangan. Kemarin saya diminta ajak temen-temen yang
belum ini kemasannya untuk dididik khusus kemasan. Alhamdulillah kemarin saya bawa
15 orang
28 P : Kalo KWT Cipayung ini kegiatan rutinnya apa aja bu ?
I : Alhamdulilah tiap bulan mas. Pertemuan rutin tiap bulan setiap minggu kedua hari
Rabu.
29 P : Kalo pertemuan rutin itu apa aja yang dibahas ?
I : Ada kita bikin olahan, ada juga manajemen keuangan, ada juga kunjungan dari BPP
(Balai Penyuluh Pertanian) Ratu Jaya
30 P : Kalo manajemen keuangan itu dari mana bu pelatihannya ?
I : Dari dinas DKPPP juga. Jadi dia multifungsi mas
31 P : Nah selama dibina DKPPP, pelatihan apa aja bu yang udah di dapet ?
I : Banyak, olahan belimbing, abon, susu, keripik pisang, keripik singkong, abon ayam.
Terus pertanian juga, hidroponik, aquaponik. Kalo dinas mah hampir semua
menyediakan, kalo KWT bentukan dinas mas, kalo KWT ngga bentukan dinas mah
susah.
32 P : Emangnya ada bu KWT bukan bentukan dinas ?
I : Ada. Ada yang KWT Mandiri. Maaf ya kaya bu Evi itu KWT Mandiri. Jadi dia
dibentuknya bukan dari dinas tapi dari P2WKSS dari Kelurahan.
33 P : Nah tapi olahannya itu bisa masuk ke pasar tani ngga ?
I : Bisa. Karena dia kan berdirinya udah lama dari 2012 yaa bareng saya di Sukses
Bersama. Udah bisa diatas 3 tahun, karena kita kan merekrut semua. Kebetulan kan
untuk P2WKSS kan juga binaan dari PKK, nah itu masuk kan ada bidang KWT juga di
PKK. Cuma bedanya dia ngga dibentuk dari dinas. Tapi ngga masalah sih sebenernya itu
34 P : Jadi KWT Cipayung ini salah satu pencetusnya pasar tani, kaya ikut andil lah ya gitu
bu ?
I : Justru pasar tani tercetus karena adanya KWT
35 P : Nah untuk bisa jadi UKM dari KWT itu gimana prosesnya bu ?
I : Dari KWT kita ikut ke UKM mas.
36 P : Beda pembinanya ?
I : Kalo itu mah dari kita-kita aja. Jadi kita bentuk grup, terus ada ketua, sekretaris,
bendahara, seksi humas dan biasanya ya. Nah kami mengambil produk yang udah bagus,
yang udah PIRT, PKP, GMP, kemasan.
37 P : Itu yang udah kaya standarisasi gitu ya ?
I : Iyaa mirip-mirip halal gitu. nanti ujung finishnya ke halal MUI bahkan HAKI mas
38 P : Kalo standarisasi gitu, prosesnya gimana bu ?
I : Nah kita pasti diperiksa dari dinas terkait. Biasanya dari puskesmas, untuk PIRT ya.
Kita disurvei, dilihat cara olahannya, layak apa engga, pantes apa engga dikasih PIRT.
Ada juga dari DinKes
39 P : Kalo visi misi KWT Cipayung ini apa aja bu ?
I : Kalo visinya secara globalnya ya itu meningkatkan penghasilan keluarga.
40 P : Kalo omzet di gerai oleh-oleh itu berapa bu ?
I : Wah banyak mas. Banyak sebenernya. Karena gini mas, kelompok yang mau maju, ya
maju dia keluar. Kalo yang engga ya stag di dalem. Nah yang maju itu bisa terobos ke
WUB Jawa Barat, WUB Depok
41 P : WUB itu apa bu ?
I : Wira Usaha Baru Depok, setelah itu ada juga WUB Jawa Barat. Ini ada juga WUB
Pertanian. WUB yang khusus pertanian dari DKPPP. Kami pun kemarin daftar untuk
Cipayung ada 5 orang.
42 P : Jadi terus maju ya tingkatannya. Berarti KWT itu juga punya andil ya dalam
perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung ?
I : Iyaa, soalnya kan mereka-mereka yang udah pinter pasti punya inovasi dia, yang
kemasannya udah bagus, minimal udah PIRT kalo yang ditaro di gerai itu karena bisa
dipertanggung jawabkan. Ini kami dari dinas DKPPP lagi proses, ditawarin 1 kios 1
orang. Tapi kan ngeri juga, kan satu orang produknya satu kaya peyek, kan ga bisa juga
begitu. Paling kalo dapet nanti digunain rame-rame se Cipayung kaya Cip-Icip Cipayung
itu.
43 P : Cip-Icip Cipayung itu idenya dari muncul dari KWT Cipayung atau gimana bu ?
I : Dari perorangan, karena tadinya kan udah naik kelas kan KWT itu. Setelah itu, kami
semua KWT kan ada unggulan-unggulan pengennya kita rangkul jadi satu kita jadiin saja
dan Pak Camat pun merespon yang ngeresmiin, pak Camat itu yang ngasih. Nah kalo
yang DKPPP banyak, ada di Transmart, di Detos, ada di DTC, yang kios satu orang satu
itu. Karena dari WUB Depok itu kita yang ikut berkesempatan mendapat kios satu
walaupun itu masih harus diseleksi yaa. Itu dari WUB mas yang dapat 1 kios itu. WUB
itu per orangan dibawah binaan DKUM, Dinas Koperasi Usaha Mikro
44 P : Dari Cipayung udah ada yang pernah lolos ke WUB ?
I : Alhamdulilah untuk Cipayung 25 orang. Yang ikut WUB Jawa Barat ada 12 orang.
45 P : Itu yang di WUB Jawa Barat mewakili Depok ?
I : Mewakili Cipayung mas, karena seluruh Depok. Pesertanya yang daftar itu 14.000
yang diterima 6.000 termasuk Cipayung. Kecamatan Cipayung khusus 12 orang loh mas.
Yang lainnya ngga sampai 12, paling banyak Cipayung dan kebetulan peserta terbaik.
Kan udah pada jalan dari bulan April kemarin dari tanggal 1 udah jalan. Kan ngga
barengan mas, yang dari makanan jalan duluan, yang dari kraf belakangan. Kebetulan
saya nanti bulan Oktober. Itu tempatnya di Bandung. Jadi disana pun dididik kita mas.
46 P : Selama ibu ikut KWT Cipayung, manfaat apa yang ibu dapet ?
I : Manfaatnya banyak sekali. Kami jadi banyak wawasan, dikenal orang, banyak temen,
banyak relasi, kita tahu daerah mana produk unggulannya apa, untuk Malang kan Apel,
untuk Kuningan kan Ubi, untuk Garut itu tas. Jadi seneng banget. Tadinya kan ngga
punya temen mas, sekarang ada temen yang dari Cianjur, ada yang dari Malang, itu yang
paling kita rasakan. Jadi kita kalo udah ketemu ya, motivasi kita tumbuh semangat kita
tumbuh walaupun usia udah tua semangatnya masih muda. Tapi ini juga kalo yang ingin
maju aja. Bayangin kalo se KWT ada 20 orang yang muncul ke permukaan paling
banyak 3 orang udah paling banyak itu. Kaya Lembah Griya 1 ,Bu Evi. Nusa Indah, Bu
Mul. Usaha Bersama, Bu Sujatinah sama Bu Kokom. Untuk saya sendiri Sukses
Bersama, Saya dan Bu Yanti yang kacang pedas manis. Yang Dahlia malah ngga sama
sekali. Saya anehnya gini, kalo pelatihan nggak diajak pasti cemburu sosial tapi nggak
ada kerjanya. Padahal udah ke Bandung juga itu yang pelatihan hidroponik. Kalo
ditanyain saya minta SK aja ngga dikasih sampe sekarang.
47 P : Kalo pelatihan-pelatihan itu rutin per bulan bu ?
I : Setiap tahun ada programnya pasti. Untuk tahun ini pelatihan kemasan ada dua
gelombang. Tahun kemarin itu banyak, ada jahit, ada fotografi, ada hantaran, ada sablon,
ada pertanian yang hidroponik itu.
48 P : Kalo untuk KWT sendiri biasanya pelatihannya teknis kan ya bu ?
I : Teknis dan praktek. Biasanya teknis dua hari, kaya tata cara bikin abon ayam terus
hari terakhirnya langsung praktek. Biasanya seminggu itu 3 hari teori 2 hari praktek.
49 P : Kalo abis pelatihan misalnya pelatihan abon ayam, nah itu abon ayam langsung jadi
produk di KWT atau gimana ?
I : Itu tergantung KWT nya mau ngambil apa engga. Jadi meskipun banyak pelatihan
kaya jus belimbing, selai belimbing, dodol belimbing, itu tergantung kitanya mau jalanin
apa engga. Jadi pelatihan semuanya dikasih tapi tergantung mau diterapin apa engga.
50 P : Kalo kemasan sendiri pelatihannya dari mana ?
I : Dari indag mas. PIRT, PKP, GMP itu dari indag sama DKUM. Dinkes juga ada, dia
dibagian PKP sama PIRT. Itu standarisasi untuk higienis.
51 P : Berarti selama ini KWT pelatihannya dari 3 sumber ya ?
I : Iya DKPPP, DKUM, Indag sama DinKes. Nah kalo yang online gitu biasanya dari
asosiasi mas. Dari kampus juga pernah dia sosialisasi kaya manajemen sama online gitu
51 P : Kalo KWT itu ada pertemuan rutin kan ya, nah selain itu apa lagi bu ?
I : Ada pertemuan rutin, ada pertemuan rutin se Cipayung. Itu tiap bulan rutin. Tiap
pertemuan langsung diekspos ke dinas, kan kami ada grupnya. Jadi kegiatannya ini,
isinya ini, jadi kita ngga cuma cerita aja tapi ada bukti. Kalo laporan itu ada foto terus
narasi kegiatannya.
52 P : Jadi kaya di monitor gitu ya dari DKPPP ?
I : Iya dari DKPPP
53 P : Kalo pertemuan gitu, orang dinasnya dateng bu ?
I : Minimal penyuluhnya sama BPP Ratu Jaya
54 P : Nah DKPPP sama BPP sama penyuluh itu posisinya turunan atau gimana ?
I : Nah DKPPP itu ada ketuanya terus ada sub bidangnya misalnya untuk Pertanian itu
ada Bu Farah, Perikanan Bu Hermin, untuk peternakan saya lupa. Setiap sub bidang ada
penyuluhnya, untuk pertaniannya Pak Iqbal, untuk peternakannya Bu Rini Ekowati,
untuk perikanannya Pak Fadli. Itu penyuluh yang harus terjun ke lapangan setiap KWT
ada pertemuan. Misalnya mau bikin produk, itu penyuluh hadir untuk melihat dan
memberi masukan. Tapi kadang juga engga kan mereka sibuk juga mas. Kalo nungguin
beliau-beliau kita ngga jalan mas. Kalo saya udah saya program mas, pertemuan ini mau
bawa apa, pertemuan bulan ini mau ngadain apa.
55 P : Nah kalo masalah aturan-aturan itu di KWT gimana bu ?
I : Beda-beda mas, tiap KWT bisa jadi beda. Kalo di Sukses Bersama sendiri setiap pasar
tani peserta diwajibkan mengirim produknya. Terus pertemuan harus hadir, kalo yang
koperasi wajib bayar koperasinya.
56 P : Kalo misalkan ada yang ngga ngelakuin salah satu aturan, misalnya ga ngirim produk
ke pasar tani itu gimana bu ?
I : Engga ada sanksi karena kan kita fleksible ya, takutnya kan di jualan di tempat lain,
kalo misalnya dia di pasar tani engga laku kan mending jual di tempat lain
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Purwaningsih
Lokasi : Jl. H. Nasir No. 2 Cipayung
Status : Ketua KWT Cipayung
Tanggal : 24 Mei 2018
No Dialog
1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?
I : Tahun 2012
2 P : Boleh diceritain bu proses gabungnya itu gimana ?
I : Awalnya saya kan kerja ya. Terus sepintas saya dateng ke grup. Tapi setelah saya
nggak kerja, saya fokus di KWT. Apapun itu kegiatannya saya ikut setiap satu bulan
sekali di samping pasar tani.
3 P : Pertama ibu ikut KWT itu ada penyuluh yang dateng atau bagaimana ?
I : Pertama itu dikumpulin mas kami satu RW ada 15 orang, eh 21 waktu itu. Nah kami
dilatih selama seminggu. Jadi yang ngelatih dari DK3 juga. Tapi setiap hari beda
pelatihannya. Sehari ada keripik pisang, keripik singkong, nugget, bakso, otak-otak, kaki
naga itu. Itu pertamanya mas.
4 P : Kenapa sih ibu mau ikut KWT ?
I : Karena kan gini daripada kami ngga punya kegiatan, kami ingin punya kegiatan yang
positif. Yang bisa membantu temen-temen semua, yang menghasilkan karyalah. Entah
itu produk olahan dari makanan maupun dari kraf.
5 P : Selama ibu di KWT itu kegiatannya apa aja bu ?
I : Kami pernah kunjungan di Jogja pernah, terus di Malang pernah, terus di Kuningan
pernah. KWT kita kunjungan ke lintas sektor Depok. Kalo pelatihannya banyak banget
mas. Mulai dari olahan, marketing online, kemasan, cara memasak yang bagus, cara
memasak yang hiegenis, layak halal, pirt, itu semua udah saya ikutin.
6 P : Kalo ibu produknya apa aja bu ?
I : Peyek mini untuk saya pribadi. Untuk krafnya sandal kreatif, banyak juga sih engga
hanya sandal. Ada tempat tissue, ada lampu hias, ada juga gantungan kunci, banyak mas.
7 P : Ibu produksinya kapan aja bu ?
I : Kalo ada pesenan saya langsung bikin mas. Terus kalo mau pasar tani itu saya bikin.
8 P : Tujuan ibu ikut pasar tani apa bu ?
I : Memperkenalkan produk dan itu juga udah kegiatan bulanan mas yang wajib diikuti
setiap anggota KWT.
9 P : Nah kalo ada anggota yang tidak ikut pasar tani itu ada sanksi atau engga bu ?
I : Engga sih, karena kita rolling. Misalnya kosong pasti ada salah satu kan yang
mewakili. Engga kaya gitu, kita masih fleksibel.
10 P : Kalo masalah produksi itu kendalinya dipegang sama siapa bu ?
I : Kalo produksi masing-masing mas, jadinya perorangan.
11 P : Ibu pernah naro produk di gerai Cip-Icip Cipayung ?
I : Iya pernah di Cip-Icip Cipayung
12 P : Nah kalo di Gerai Cip-Icip Cipayung itu ada aturannya engga ? semisal untuk hal
naro produk gitu
I : Biasanya sih konsinyasi mas, misale dari kami 25 harganya nah nanti terserah
dijualnya berapa gitu
13 P : Ibu ikut wub ?
I : Iya
14 P : Nah wub itu apa sebenernya bu ?
I : Wub itu wirausaha baru. Jadi yang KWT yang berpengalamannya sudah lebih bagus,
kita ditampung lagi dengan wadah wub itu. Disitu juga selama seminggu dididik.
Marketing online ada, kemasan ada, kaya pelatihan gitu.
15 P : Ibu ikut wub dari kapan bu ?
I : Dari November 2017
16 P : Ibu bisa ikut wub itu gimana prosesnya ?
I : Kami kan sering ke kantor DKUM, jadi kami cari informasi. Jadi hasilnya kami
masuk alhamdulillah. Itu seleksinya kan banyak mas, ngga diterima gitu aja. Waktu itu
kan saya ada acara di Kecamatan, kebetulan saya juga anggota forum komunikasi
kecamatan sehat. Terus dari situ saya dapet informasi kalau ada pelatihan buat wirausaha
baru khusus Depok. Akhirnya kami mendaftar, kebetulan untuk Cipayung saya yang
koordinir. Waktu itu saya membawa 25 orang untuk dididik sebagai wirausaha baru
Depok. Itu sebagian besar ibu-ibu KWT.
17 P : Tujuan ibu ikut wub itu apa ?
I : Ingin naik kelas lagi, kami pengen tambah wawasan yang baru. Itu kan ada marketing
online, banyak disitu.
18 P : Kalo di wub itu ada aturan-aturannya bu ?
I : Ada. Kami harus punya produk, terus udah produksi selama 1 atau 2 tahun minimal.
Udah pernah mengikuti tahapan-tahapan pelatihan. Kaya kemasan, layak sehat.
19 P : Kalo ada aturan yang tidak terpenuhi itu gimana bu ?
I : Di diskualifikasi, kalo untuk wub nya.
20 P : Nah setelah ibu ikut KWT, ikut pelatihan, sampai ikut wub. Ibu merasa ada
perubahan dalam keseharian ibu ?
I : Ada, jadi saya kegiatannya ngga cuma di rumah aja. Itu bermanfaat banget mas.
Setelah wub kita kenal seluruh orang seluruh Depok. Itu kan dari berbagai daerah ya jadi
satu. Terus kemudian malah ada kesempatan lagi, wawasan saya jadi banyak, produk
saya juga jadi makin bagus. Tadinya kan peyek saya masih peyek biasa nah sekarang
udah jadi peyek mini. Dapet juga kesempatan untuk ikut wub Jawa Barat. Pertamanya
sih ikut KWT dulu, terus kita kan sering ke dinas, “ada informasi bu ada wub Depok mau
ikut ngga ?” nah saya ikut. Terus seleksi, banyak yang ngga lulus juga. Kan ditanyain dia
pemasarannya berapa, sehari produksinya berapa, detail sampai penghasilan bersihnya
aja diitung. Saya jadi punya kemasan sekarang, peyeknya juga punya nama, tadinya mah
ngasal kan peyek aja udah gitu.
21 P : Itu kemasan dan nama dapet dari hasil pelatihan ?
I : Nah pelatihan itu akhirnya saya pengen gitu ya yang berbeda dari yang lain gitu. Kalo
yang umumnya peyek kan biasa ya melebar gitu, nah kami menciptakan yang kecil-kecil.
Itu yang saya rasakan endingnya itu mas.
22 P : Kalo di wub ini pemasarannya kaya gimana bu ? ada kaya pasar tani gitu ?
I : Ada juga mas kaya pasar tani gitu di wali kota cuman dia momennya tertentu ngga
tiap bulan, kalo pasar tani kan tiap bulan. Kalo wub dimomen tertentu, misale ada ulang
tahun Depok, terus hari krida nasional, hari koperasi, itu pasti ada. Kalo di wub kan ada 8
angkatan, kebetulan kami angkatan ke 6. Jadi dari 1 sampe 8 itu satu stand satu wub gitu.
23 P : Kalo wub itu ada kaya gerai khususnya gitu ngga bu ?
I : Ada itu, kami ditawarin dapet gerai gratis dari DKUM. Posisinya di itc, transmart, di
DETOS, di Margo, pokoknya lingkup Depok.
24 P : Tapi kalo semisal ada yang ngga memenuhi syarat, ngga bisa dapet gerai itu ?
I : Iya ngga bisa. Kalo saya memang ngga ngambil karena kan produk saya belum
banyak jadi ngga mungkin dong satu gerai cuma diisi peyek mini aja kan ngga menarik
untuk peminat. Jadi memang ditawari tapi diambil atau engga nya itu dikembalikan lagi
ke orangnya. Jadi saya lebih jualnya ke online, pesenan lewat jaringan temen, kalo yang
sandal ini ada sodara saya yang di Ternate mas jualan dia disana, saya yang kirim dari
sini. Kalo di Purwokerto banyak pesenan toples yang lebaran dan tempat tissue.
25 P : Jadi awalnya dari berkelompok, terus berjejaring sampe sekarang maju kaya gini ya
bu ?
I : Iya mas. Tapi itu tergantung individunya mas. Semua diikutin tapi toh ngga ada
hasilnya juga ada. Cuma kalo kami kan malu ya, udah ikut terus apa bukti dari ikut
kegiatannya.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Evi
Lokasi : Kedai Mystic ,Cipayung, Depok
Status : Anggota KWT Cipayung dan Pengelola Gerai Cip-Icip Cipayung
Tanggal : 14 April 2018
No Dialog
1 I : Awal mulanya aku dari kemuning kelompok uppks (usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera).
P : Itu dari binaannya mana bu ?
I : Itu dinas kependudukanlah, KB (keluarga berencana).
P : Oh bukan DKPPP ?
I : Bukan-bukan. Sekarang namanya DPAPMK. Nah kemudian kan sepuluh orang tuh
anggota kemuning, termasuklah si mamah. Nah terusnya, tiap orang punya produk.
Teruskan ibu produknya jambu biji merah, jadi ibu mencobalah membuat P-IRT,
kelengkapan gitu. Sejalan dengan itu, kalo engga salah tahun 2010 akhir mau 2011. Nah
kemudian, karena ibu di PKK jugakan ada terintegrasi dengan KWT dari DKPPP kan,
dulu dinas pertanian. Ibu juga sama Bu Lurah suka membina, di Cipayung Jaya itu ada
dua tadinya. Yang Bu Mulyani ini yang Nusa Indah, dengan Mawar di RW 08, itu tuh
yang lebih dulu di Cipayung Jaya. KWT Mawar itu dibentuk pada program P2WKSS
kalo gak salah tahun 2008 atau 2009. Nah ibu belum masuk tuh ke PKK. Tahun 2010,
2011 ibu masuk terus ibu bentuk UPPKS karena waktu itu ada lomba. Setelah Mawar,
ibu udah jadi PKK terus sama ibu Lurah dibentuk dari Dinas, KWT Nusa Indah, itu
programnya pemberantasan kemiskinan. Nah ibu sama bu Lurah setiap bulan ikut
membina lah. Setelah itu, tahun 2012 apa 2013 RW 09 dapet bantuan bibit cabe. Itu
dibentulah dari dinas, itu programnya SBY waktu itu namanya GPOP (gerakan
perempuan optimalisasi pekarangan). Nah disitu 130 KK harus dibagi. Ketuanya ibu, bu
Alif, terus ada almarhum bu Eko yang blok G. Dari situ memang kan ada dana, untuk
bibit, dana untuk pupuk, dana untuk segala macem, ibu sisihkanlah dana itu membuat
KWT Lembah Griya Indah. Nah dari 137 orang itu kita rapetkan, karena kan kalo itu
gerakan optimalisasi perempuan berarti perempuan yang di rumah memanfaatkan
pekarangan yang sempit. Jadi kenapa juga kita pilihnya RW 09, karena itu programnya
pertanian perkotaan. Meskipun itu lahan pekarangan sempit tapi kita tetep bisa nanem di
pot, di bekas alat rumah tangga yang tidak terpakai. Nah jadi dibentuklah KWT Lembah
Griya Indah, ibu yang mempelopori. Waktu itu pak RW nya masih Pak Ende. Terus kita
ngumpulin orang di masjid, terbentuklah KWT Lembah Griya Indah, anggotanya 30
orang. Tapi karena ibu sudah ketua di GPOP waktu itu, hanya sebagai istilahnya
inisiator. Tahun 2014, ibu kan buka kantin dari Blue Bird di Cimanggis sana jadi ibu off
tuh semua kegiatan di sini karena fokus kegiatannya di Cimanggis bahkan ibu ngekost di
sana. Nah setelah berapa lama, ibu kasih anak buah ibu buat megang kantin di sana,
paling ibu kesana ambil hasil aja. Nah ibu balik kan ke Griya, sekali ibu liat, UPPKS
nggak jalan, KWT juga nggak jalan, terusnya Kelurahan ganti lagi Pak Lurahnya. Terus
ibu Lurah yang lama bilang “bu Evi sini tolongin, ini temen ibu pak Suprihatin ini
ibunya, bu Aliyah ini PNS kerjanya di Departemen Agama sehingga dia belum pernah
jadi lurah lah, belum pernah punya pengalaman ibaratnya dari nol, tolong dibantu bu
Evi”. Ya kebetulan karena saya juga udah nggak di Cimanggis, saya terima lagi. Saya
jadi sekretaris lagi. Saya lihatlah UPPKS, kok nggak jalan, kan saya suruh ganti
kepengurusan, ngga ada yang mau alasannya sibuk. Akhirnya ibu jalan lagi. Pas
pergantian RW kemarin juga pak Endang bilang “tolong bu di aktifkan lagi”. Ya saya
bilang “yang kemarin juga sudah ada SKnya tapi tidak berjalan, ada dibentuk tapi
kegiatannya tidak ada”. Nah jalanlah karena mau ada pasar tani, “udah mama aji, gapapa
SK belum kita ganti kita memproklamirkan diri aja KWT gitu”. Jadi mama Aji, bu Rini
Sukorini, bu Nedi, sama Saya. Jadi tuh kita, pakai namanya memang sudah ada kan
KWT Lembah Griya. Pokoknya kita ikut pasar tani, ikut apa, apa. Teteplah karena ibu
dulu sudah olahan jambu merah, kebetulah bu Rini juga punya kebun jambu di Serong
sini. Jadilah kita terkenal bahwa Lembah Griya itu olahan unggulannya jambu merah.
Terus mulailah karena kita aktif dengan bu Pur, dengan pak Imam KTNA, memang
KTNA itu gabungan organisasi yang ada di dinas pertanian. Kontak Tani, Nelayan,
KWT juga. KWT kan sifatnya olahan. KWT itu bukan petani tapi wanita pengolah hasil
pertanian. Tetapi kita diajarin juga kadang-kadang kaya hidroponik. Cuma ya begitu pas
berjalan, kembali lagi,tadinya juga semua KWT dibentuk 30 orang, lama-lama menciut
jadi 10, 10 juga itu udah bagus. Tapi insyaAllah yang ketuanya masih semangat aja jadi
kita masih nunjukin ke orang bahwa ada lho manfaatnya. Kemudian ada lagi, karena ibu
di kelompok, ibu ketua UPPKS, ibu juga di KWT, tetapi karena kita mau naik kelas
ketika produk kita mau kita bawa keluar kalo kita pake nama kelompok sepertinya tidak
menjual gitu lho. Lagi pula ada binaan UKM (usaha kecil mikro), nah itu dari DKUM
(Dinas Koperasi Usaha Mikro). Nah kita ikut, membentuklah menjadi UKM JaMe
Depok. Kemudian ada program-program, ada pelatihan kita ikut. Kita juga ikut
komunitas-komunitas, di Depok itu ada komunitas UKM Pertanian. Sebetulnya itu bukan
dibawah dinas pertanian cuma temen-temen aja yang punya usaha pertanian, kita
membentuk komunitas. Sehingga kalo ada info-info bazzar, info pelatihan, kita cepet.
Temen-temen juga saya ajak, bu Pur, bu Mulyani, bu Titi. Terus baru tahun kemarin
tahun 2017, adalah seperti kerja sama antara Kadin dengan Detos untuk memiliki gerai
atau kios, sepertinya gratis tapi tetep diminta untuk administrasi, segala macemlah. Ibu
ambil satu, pak Imam satu, bu Sujatinah satu, kita punya cita-citalah membawa nama
Cipayung. Nah kebetulah ibu sama Pak Camat melalui Bunda Sri Mulyati itu Pembina
bidang UKM dia dinasnya di Bojong Pondok Terong Cuma dulu sama Pak Camat dia di
Indag, jadi ada kedekatan. Sehingga, dibantulah UKM di Kecamatan. Ada gerai tuh di
Kecamatan 3 pintu. Ibu yang diserahin megang kuncinya. Dulu tuh sering buka, jadi 1
buat kuliner, 1 buat kraf, 1 buat fashion. Nah cuma, semuanya gini loh dek, dikasih tapi
ngga ada gebrakan atau kerja sama antar beberapa pihak. Paling dikasih silahkan, paling
pak Camat minta kalo ada event-event tertentu itu buka. Sehingga kelihatan kita punya
UKM. Bahkan waktu sinergitas Kecamatan juga kita buka, pak Wali lihat produk-
produknya, menang itu, ya paling engga kelihatanlah bahwa Cipayung itu UKM nya
jalan walaupun kenyataannya pada hari biasa tutup. Soalnya waktu itu kan ibu nyuruh bu
Titi buat jaga eh tapi dia hamil, cutilah dia, akhirnya ibu minta gentian ibu-ibu KWT
yang produknya ditaro disitu ganti jaga. Tapi karena sepi, biasalah ibu-ibu, “aduh
sepi..gini-gini”.
Nah jadi ibu beranikan diri di Detos itu bikin gerainya atas nama sendiri ibu, ngga atas
nama JaMe tapi namanya Cip-Icip Cipayung. Karena depannya itu Dino Park tempat
maenan macem-macem, jadikan kalo kita Cuma menjual kripik-kripik, ya kan kita
melihat peluang, jadi di tarolah sama si mamas maenan segala macem, juallah lego, tapi
eh banyak bapak-bapak yang nunggu, jadi jual lah itu milkshake, dark chocolate, thai tea,
ice cream. Jadi sekarang ini karena Kadinnya lepas, ya biasalah, kita jadi kaya Quo Vadis
gatau harus gimana. Kembali lagi ngga ada pembinaan. Biasanya kan kalo ada event-
event gitu kan, orang bisa tau “oh ternyata ada gerai Cipayung”. Nah akhirnya gitu, hari
biasa sepi ramenya weekend.
2. P : Nama Cip-Icip Cipayung dari mana bu ?
I : Sebetulnya nama Cip-Icip ini adalah salah satu brand dari KWT Nusa Indah. Waktu
itu sama ibu pas pelatihan kemasan, dikasihlah sama narasumbernya, ibu dikasih JaMe,
dia dikasih Cip-Icip Cipayung. Itu tahun 2013 kali ya. Tetapi seperti biasa juga, KWT
nya bu Mul ngga jalan, malah dia dibina lagi sama bu Rini bidang peternakan untuk
produk-produk olahan peternakan, kaya nugget ayam, terus ada kripik ceker, permen
susu. Dia pake namanya Nusa Indah. Saya bilang “sayang nama itu bagus, dan itu
membawa nama Cipayung”. Sehingga ibu nekat menggunakan nama Cip-Icip Cipayung
tapi ijin ke dia. Tapi produk dia nih kripik kimpul tetep ibu bikinin label. Kemudian ibu
bikinin lagi stik wortel, stik ubi ungu, pokoknya ibu bikinin label Cip-Icip Cipayung.
Karena kan kalo makanan di jual, telanjang ga ada label itu orang kurang tertarik. Jadi
supaya nama itu ngga hilang, dan juga kan brandnya Cipayung.
Nah kemudian karena binaan DKUM, ada namanya WiraUsaha Baru (WUB), nah ibu
ikut. Nah ternyata ada 20 orang dari Cipayung dan 6 orang dari Limo. Kemudian kita tuh
ada pendampingan, pendampingnya pak Ubaidillah yang Wali Soto beli soto dengan doa
di Sawangan depan RSUD. Sehingga dikasih taulah harus begini harus begini. Jadi kalo
kita udah masuk WUB Depok kita punya target. Dalam setahun itu, usaha mikro itu
paling tinggi modalnya lah termasuk assetnya itu 50 juta. Dan omsetnya 300 juta dek.
Itung-itung kalo 300 juta, sebulan harus 25 juta.
3 P : Nah itu gimana caranya ?
I : Nah produk ibu kan banyak, ibu ikut lagi tuh WUB Jawa Barat tahun 2018 bulan
April di Bandung. Dibina juga dari Jawa Barat. Termasuklah waktu dimentoring sama
pak Ubai ini, produk ibu kan banyak ada 12, nah itu disuruh milih mana yang mau
diunggulkan, maka ibu milihlah stik jambu merah dan stik daun jambu. Sehingga kaya
Kartika Sari deh dek, dia kan terkenalnya pisang molen tapi ternyata di ada macem-
macem. Nah itu udah bagaimana target tercapai, makanya kita udah bukan mikro lagi,
naik kelas. Nah kemarin ada program juga dari pak Ubai, kumpulin yang di Cipayung,
nanti ada 1000 kios buat UKM. Jadi dibagi nanti di tranSMART ada, di margo city ada.
Nah ibu ikut tuh wawancara, insya Allah dapet yang di margo.
4 P : Nah kalo tadi bu, tujuan dibentuknya Cip-Icip Cipayung itu apa bu ?
I : Tadinya kita itu pengen produk-produk Cipayung itu dikenal, khusunya KWT,
UPPKS, KTNA, semua. Intinya nama Cipayung itu kan orang bisa inget terus
“Cipayung, Cipayung, Cipayung”. Nama Cipayung bisa terangkat.
5 P : Berdirinya kapan itu bu gerai itu ?
I : Sebenernya UKM itu dapetnya di lantai 1 ya. Tahunnya sih 2017 ya baru. Kurang
lebih bulan Agustus. Kalo misalkan mudah-mudahan saya dapet di margo, itu saya
lepaskan.
6 P : Produk yang ada di gerai itu darimana aja ?
I : Temen-temen yang KWT terus juga temen-temen yang UKM tambahannya. Temen-
temen WUB Cipayung, ada onde-onde ketawa, terus roti yang di gang mandor itu
namanya sih kueku di ngasih namanya. Kebetulan ibu adminnya lah kalo bisa dibilang.
Alhamdulillah ibu ketemu Bu Pur, bu Sujatinah, Bu Kokom, mereka orang KWT tapi
wirausaha juga ikut.
7 P : Itu sistemnya gimana bu ? kaya nitip gitu ?
I : Iya nitip. Nanti seminggu atau abis saya bayar, baru ambil lagi.
8 P : Nah dalam proses itu ada aturan-aturan khusus ngga bu ?
I : Kayanya gini, terserah mau dari dia misalnya kasih patokan sekian tapi nanti buat
yang jaga dipotong 15% sampe 20% atau dia ngasih harga dasar terus pas dijual ibu
naikin. Nah itu buat yang jaga sama buat operasional kios. Karena kan kios itu walaupun
dibilang gratis tapi tetep aja ngga gratis, bayar listrik sendiri, bayar kebersihan.
9 P : Jadi KWT ini sebagai pelopor gerai itu ada yaa bu ?
I : intinya sih UKM ya UKM JaMe. Kita sewa, terus kita ngajak temen-temen KWT gitu.
10 P : Pak Camat tau ada gerai itu ?
I : Tau, saya kasih tau. Saya kasih foto ke pak Hariyadi ya kalo pak Camat kan agak
sibuk ya. Dia itu bidang pemerintahan tapi di Tapos itu dia KTNA
11 P : Respon pak Camat gimana bu ?
I : Ya bagus, semua jempol, tapi akhirnya yang dateng pak Sobil. Cuma ya gitu aja, ngga
ada pembinaan khusus. Terus ibu juga dari KWT, UKM, WUB, terus diajak ke IWAPI
(Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). kan baru tahun kemarin itu dibentuk IWAPI
Ranting Kecamatan Cipayung. Tetapi ngga jalan kepengurusannya. Sehingga ketua yang
kemarin itu pindah ikut suaminya dinas di luar kota. Maka diganti dengan bu Eka di Ratu
Jaya. Terus ada bunda Banan ya dari IWAPI Kota Depok, kenal sama saya jadi bilang
“Bu Evi, udah, IWAPI orang-orang KWT, atau UKM aja yang udah kenal yang udah tau
sepak terjangnya di Kecamatan”. Jadinya itulah, semua kita-kita juga dek. Jadi karena
kalo ada apa-apa kita bruk barengan, jadi orang-orang ngeliatnya “oh Cipayung ada
geraknya sekarang”. Jadi pak Imam KTNA juga dulunya belum kelihatan tapi setelah
kita ikut baru tuh, makanya kepilihlah bu Pur kan wakilnya dari KWT.
12 P : Kalo KWT Cipayung di pasar tani itu gimana bu ?
I : Cukup dikenal, salah satu inisiator pasar tani juga. Itu kan dari dinas, nah kita KWT
disuruhlah ikut. Jadi kaya ajang pertemuan, kerja sama. Tahun lalu yang menjadi
pelaksananya bidang perikanan, kemudian kita pernah jadi juara stand terbaik bulan
apalah saya lupa. Nah tahun ini berubahlah, panitianya yang dari bidang pertanian.
Nah itu orangnya, ini saya terbuka aja ya, agak terlalu kaku, saklek, harus dari olahan
tanaman pangan. Udahlah ya kita masih ikut tuh. Pertama kali jambu bu Rini, jambu
Jamaica, terus produk-produk kita. Bulan kemarin bulan Maret kebetulan saya emang
juga lagi ke Boyolali lah atau ke mana, jadi saya engga ikut. Dan lagi semua temen-
temen KWT pada engga ikut karena apa, kalo kita ini olahan jambu, jambunya dari
mana, terlalu rumit. Harus dari Depok, engga boleh dari Sukabumi. Ya kita mana tau.
Kalo singkong, singkongnya harus dari Depok, kan kayanya terlalu saklek. Jadi kita
sedikit banyak memboikotlah, udah kita ngga usah ikut. Biarin aja bu Rini Ramto aja. Bu
Rini pun dicecer. Karena memang jambu Jamaica banyak ya di kita, termasuk yang di
pak haji Encap ya. Itu kna jambu Jamaica semua itu. saya bilang, “jangan takut kalo
disuruh liatin kebunnya, ya kita liatin”. termasuk jambu biji merah, bu Rini itu pasang
badan “iya memang saya ada kebunnya di Cipayung juga ada”. Tapi jambu Kristal disini
kurang bagus, bagusnya di Sukabumi, nah bu Rini juga ada kebun disana, nah itu kagak
boleh dek, kan saklek. Akhirnya saya dan temen-temen KWT ngga pada ikut, hanya bu
Rini dan bu Nedi. Itu dek katanya PPL ditanyain kita, “Mana bu Evi ?”. ya jadi kan
ibaratnya kita cukuplah dikenal. “Ko ngga pada dateng, kayanya jadi sepi” gitu loh.
Karena kan adek tau lah karena kita rembug kan rame aja gitu. kalo mau jualan jangan
diem-diem. Kalo pas jualan kan mereka pada apel, nah abis apel kan pada bruk nyari
sarapan, nyari apa, kita teriak-teriak dek “ ayo..ayo ayo sarapan ini ada tiwul, ada ini”
gitu kan. Sehingga mereka pada ketawa, kadang-kadang saya suka ledekin “ini sarapan
biar kuat ngadepin kenyataan, ini ada tiwul nih makanan langka”. Terus ada juga
kerupuk gendar, nah itu pak wali doyan, kadang kalo beli sampe 17 bungkus. Jadi
Cipayung itu cukup terkenal.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Suwartini
Lokasi : Jl. Siliwangi Blok F2/7 Cipayung Jaya, Cipayung, Depok
Status : Anggota KWT Cipayung
Tanggal : 21 Mei 2018
No Dialog
1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?
I : Sejak 2012
2 P : Itu prosesnya gimana bu bisa ikut KWT ?
I : Awalnya pengen tau aja cara bikin sesuatu, lama-lama tertarik juga. Karena ternyata
selain iseng-iseng juga bisa untuk menambah sedikit pendapatan keluarga.
3 P : Sebelum ibu ikut KWT, kegiatan sehari-hari apa bu ?
I : Awal-awalnya sih sebagai kader posyandu. Nah setelah itu karena ada penawaran
KWT, saya juga sebenernya gatau KWT itu apa. Awalnya kan di kota Depok ini banyak
lahan, jadi diberdayakanlah perempuan jadi tani, eh lama-lama lahannya tidak ada karena
banyak pembangunan perumahan. Akhirnya kita KWT ini tetep bergerak tapi hanya
menghasilkan olahan dari petani luar, paling engga masih dalam wilayah Cipayung.
Setelah itu karena kita banyak penyuluh-penyuluh dari kota Depok, semakin hari
semakin berkembanglah KWT ini nah dari situ semakin tertarik untuk membuat sesuatu
dari bahan yang ada di lingkungan sekitar kita. Jadi dulunya mah cuma kader sama
ngurus rumah tangga aja. Tapi kan masih banyak waktu luang tuh, ya daripada engga ada
hasilnya kita ikutan lah jadi kelompok KWT. Kita dari KWT ini lebih mengembangkan
apa yang lagi banyak di wilayah Cipayung ini, akhirnya kita milih jambu karena di
wilayah Cipayung ini banyak jambu. Apalagi kalo di stasiun kan, kalo pagi itu sisa yang
dipilah sama pedagang yang untuk dibawa ke kota, sayang bener kalo dibuang begitu
saja. Dari beberapa KWT, kita inisiatif untuk mengolah hasil tani itu. Nah untuk
kelompok tani di Cipayung, khususnya di Lembah Griya sepakatlah kita untuk mengolah
jambu biji merah.
4 P : Itu jambu merahnya beli di petani sekitar atau ada kebunnya ?
I : Kita tidak menanam sendiri tapi membeli dari petani sekitar. Ya istilahnya membantu
petani lah daripada jambu yang sudah terlalu matang itu dibuang, kita beli walaupun
tidak murah-murah banget sih harganya
5 P : Nah sebelum ibu gabung ke KWT, pandangan ibu terhadap KWT sendiri itu gimana ?
I : Ya kalo menurut saya sih buat ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah,
lebih menghasilkan lah. Untuk membantu daripada di rumah aja tidak membuang-buang
waktu. Membantu sekali KWT itu. Apalagi dengan berkumpulnya satu wadah di setiap
satu bulan sekali ketemu di wali kota, semakin banyak wawasan, semakin banyak teman,
jadi banyak silaturahimnya lah. Toh kita juga banyak pembekalan dari kecamatan, dari
kelurahan, dari BPP tingkat kecamatan, ya engga dibidang pertanian aja, ya walaupun
terbentuknya KWT, kita juga dapet masukan tentang mengolah perikanan, mengolah
peternakan, ya alhamdulillah dengan ikut KWT pengetahuan semakin bertambah,
wawasan semakin luas, silaturahmi juga banyak.
6 P : Kegiatan di KWT itu apa aja bu ?
I : Diantaranya pelatihan-pelatihan tiap satu bulan, atau tri wulan ataupun tahunan ada.
Itu diselenggarakan mulai dari tingkat kelurahan, tingkat kecamatan, atau tingkat kota.
Untuk perbandingan KWT, kita kadang-kadang mengadakan kunjungan, entah itu
kunjungan sendiri ataupun diundang oleh KWT daerah lain.
7 P : Pelatihannya apa aja bu sama kunjungannya pernah kemana aja ?
I : Untuk wilayah Cipayung Jaya ini kemarin baru saja kunjungan studi banding lah ke
wilayah Kuningan, masih sesame Jawa Barat sebetulnya. Cuma dengan kunjungan kita
jadi lebih mengerti cara mengolah pertanian karena wilayah Kuningan mereka mengolah
dari bahan ubi. Disini juga kan masih ada petani yang menanam ubi-ubian nah kita
mungkin bisa memanfaatkan ilmu yang didapat dari hasil kunjungan. Kalo untuk
pelatihan dari BPP hampir setiap triwulan ada, kalo saya sendiri kemarin ikut pelatihan
cara mengolah singkong jadi beberapa macam makanan kaya keripik singkong, pempek
singkong, pudding singkong.
8 P : Kalo ibu sendiri produknya apa ?
I : Untuk saya sendiri, karena kita KWT ini terdiri dari beberapa anggota, jadi tiap
anggota menguasai satu produk, kalo saya sendiri lebih menguasai dari dodol jambu
merah sendiri. Masih banyak temen-temen yang lain ya sementara untuk produksi
wilayah lembah griya karena ada beberapa anggota jadi kita bagi-bagi tapi setelah itu
terserah anggota sendiri mau produksi apa, tidak dibatasi. Tapi dari yang sudah diakui
kota Depok, kita ini produksi unggulannya dari jambu merah.
9 P : Itu produksinya kapan aja bu ?
I : Untuk sementara masih sebatas pameran-pameran, kalo ada pameran baru kita
produksi. Ataupun ada pesenan bagi orang yang sudah kenal. Kaya setiap bulan kita isi
di pasar tani kota Depok, kita juga sudah punya gerai, kita juga sudah masuk ke online di
tokopedia. Kalo yang sudah merasakan mungkin pesen untuk oleh-oleh, untuk acara
arisan atau apa pasti menghubungi. Sementara produksi berdasarkan pesenan kalopun
stok mau habis.
10 P : Tadi kan ibu nyebut pasar tani ya, nah kenapa ibu milih ikut pasar tani ?
I : Ya untuk memasarkan produksi, untuk lebih dikenal khalayak ramai, karena di sana
pun kita akan bertemu dengan beberapa KWT Kecamatan lain. Nah dengan berteman
dengan KWT lain, kita saling memasarkan
11 P : Kalo di pasar tani itu kegiatannya apa aja bu ?
I : Hanya memasarkan aja, kadang-kadang ada semacam demo masak yang diadakan dari
kota Depok di salah satu stand nya itu. Jadi itu demo secara spontan
12 P : Nah di pasar tani itu ada aturan-aturannya ngga sih bu ? semisal tiap KWT harus
masarin produknya di pasar tani atau produknya harus ada standarnya
I : Ya harus. Karena kan setiap anggota KWT itu paling engga udah pernah ikut
pelatihan. Untuk pelatihannya itu sendiri kita harus taat sama peraturan yang dibuat oleh
kota Depok, diantaranya kemasan yang disesuaikan standar itu seperti apa, terus
komposisi itu seperti apa, terus dari bahan bakunya itu seperti apa, karena itu pasar tani
wilayah Depok ya diutamakan produksinya itu bahan lokal. ya meskipun diharuskan ada
tambahan dari luar, paling itu hanya untuk hiasan-hiasan aja.
13 P : Nah jadi tiap KWT harus naro produknya di pasar tani atau boleh di mana saja ?
I : Iya paling engga ada produk unggulan yang dipasarkan di pasar tani itu untuk setiap
kecamatan, karena mereka itu mengadakan standnya itu per kecamatan. Jadi karena
Cipayung itu ada 5 kelurahan makanya tiap kelurahan itu harus naro produknya karena
nanti akan dipertanyakan menggunakan fasilitas pelatihan kalo engga produksi juga
dipertanyakan, “kenapa?” gitu. kita harus tetap berjalan meskipun sedikit.
14 P : Nah kalo ada yang tidak mentaati aturan semisal dia pernah ikut pelatihan tapi tidak
bikin produk gitu atau produknya tidak memenuhi standar, itu ada sanksi atau tidak ?
I : Ada sanksi harus keluar dari kelompok, suatu saat tidak boleh ikut pasar tani. Kalau
ngga dia akan di black list kalo suatu saat ada pelatihan tidak akan diundang.
15 P : Itu kalo dia ngga bikin produk akan di black list ?
I : Engga di black list Cuma akan dipertanyakan, “engga bikinnya kenapa ?” mungkin
nanti akan dibantu. Tapi kalo yang melanggar ini akan diblack list nanti tidak dapat
bantuan. Ya walaupun engga semua bantuannya materi tapi kan dengan wawasan cara
pemasaran, cara produksi.
16 P : Nah kalo tentang gerai Cip-Icip Cipayung ibu tau ?
I : Gerai Cipayung karena dari namanya juga Cipayung, untuk sementara yang
dipamerkan hanya hasil KWT ibu-ibu Cipayung. Tapi ngga nutup kemungkinan orang
dari wilayah lain nitip.
17 P : Nah ibu pernah masarin produk disitu ?
I : Ya memang harus karena itu kan produk Cipayung, nah kita kan termasuk KWT
Cipayung jadi tiap hari harus ada. Nah itu makanya stok itu harus ada karena kita kan
memantau.
18 P : Kalo naro produk disitu ada aturan aturannya atau tidak ?
I : Kalo untuk nitip karena kita tidak berdasarkan aturan yang baku, biasanya nitip
dibayar kalo barang itu laku, jadi kalo misalkan barang itu nyisa silahkan diambil.
Karena kan istilahnya nitip bukan konsinyasi, kalo konsinyasi kan berapa persen, kalo
nitip si engga.
19 P : Kalo ada anggota yang tidak naro produknya di gerai itu ada sanksinya ngga ?
I : Engga ada sih karena kita masih harus tau alasannya juga, kenapa dia tidak naro, bisa
sedang sibuk dengan urusan yang lain ataupun mungkin ada kendala bahan bakunya
belum ada. Kan namanya juga ibu-ibu pasti keperluannya ngga semua untuk diproduksi
itu. mungkin dia lagi ngurusin anaknya, ngurusin rumahnya, gitu.
20 P : Setelah ibu ikut KWT, ada perubahan ngga sih bu dalam diri ibu atau keseharian ibu ?
misalnya jadi lebih banyak temen, lebih banyak kegiatan yang ngga cuma di rumah aja
I : Ya pastinya, soalnya kan dengan ikut keanggotaan setiap bulan harus ada pertemuan,
terus juga tiap satu bulan di kecamatan pasti ada tuh pertemuan, di kelurahan, di wali
kota. Jadi memang dengan pertemuan itu pasti ada perubahanlah di sehari-harinya. Jadi
kita tidak diam di rumah, kan kita atur waktunya, minggu pertama di kelurahan, minggu
kedua di kecamatan, minggu ketiga di wali kota. Itu rutin, sudah kita agendakan ya
meskipun tidak baku dengan agenda itu. kan tiap kelompok ada anggotanya, bisa gentian
gitu. tapi dari tiap KWT harus ada perwakilannya, untuk memantau maju engga nya itu
KWT. Kalo engga kan nanti ngga ada masukan juga kalo ngga datang pertemuan. Malah
kita mau mengadakan koperasi KWT. Jadi setiap anggota diwajibkan membayar
simpanan wajib sekian, terus ada simpanan pokok dan tabungan. Itu diperlukan kalau
suatu saat kita butuh permodalan nah itu bisa dipinjam.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Sukorini
Lokasi : Posyandu Lembah Griya
Status : Anggota KWT Cipayung
Tanggal : 22 Mei 2018
No Dialog
1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?
I : Dari 2 tahun yang lalu
2 P : Sebelum ikut KWT, kegiatan ibu sehari-hari apa ?
I : Ngurus rumah tangga biasa, cuma saya aktif diistilahnya dagang, dagang online atau
dagang langsung gitu.
3 P : Ibu bisa ceritain proses gabung ke KWT itu gimana ?
I : Ya pertama-tama saya kan suka dagang. Nah dari situ yang ketua KWT ngajakin saya
dagang, terus ngajakin masuk di KWT. Kebetulan saya juga punya produk. Saya
orangnya demen banget bikin sesuatu dan ternyata dengan produk saya itu di KWT
diterima. Awalnya saya bukan anggota KWT, terus saya diajak, dan saya punya produk
dari hasil tani. KWT kan istilahnya perkumpulan ibu-ibu petani ya.
4 P : Sebelum ibu gabung di KWT, pandangan ibu terhadap KWT itu sendiri bagaimana ?
I : Tadinya engga begitu tertarik, cuma setau saya ya ibu-ibu yang kreatif, yang
istilahnya punya kegiatan, tadinya saya ngga begitu tertarik setelah saya bergabung itu
justru saya makin bukan tertarik lagi, justru saya disitu bener-bener jiwa sudah di KWT
dan saya makin melejit di situ. Pokoknya pengin bikin sesuatu bikin sesuatu, dari KWT
itulah saya punya ide-ide bikin ini bikin ini.
5 P : Selama di KWT kegiatan apa aja yang sudah ibu ikuti ?
I : Kunjungan pernah, pelatihan pernah. Yang jelas di KWT itu banyak kegiatan, banyak
organisasi, terus banyak wawasan, terus banyak kreasi, yang jelas kita bisa berpikir
pokoknya gini “ternyata ibu-ibu pada hebat ya, hasil ibu-ibu itu bener-bener luar biasa”.
Setelah saya udah masuk di KWT itu bener saya salut sama ibu-ibu yang pengen
kegiatan itu dan pengen nyari tambahan penghasilan.
6 P : Ibu pernah ikut pelatihan apa aja bu ?
I : Pelatihan kemasan, terus pelatihan motivasi bisnis, terus satunya lagi apa ya kadang
saya lupa. Kalo kunjungannya pernah ke PT Sorin di Cilengsi itu pabrik nugget, sosis,
7 P : Kalo produknya ibu sendiri itu apa ?
I : Gatot, tiwul, terus wingko, jus, banyak deh. Saya tuh ingetnya harus produksi, harus
produksi, pokoknya cari terobosan deh
8 P : Kalo produksinya itu kapan aja bu ?
I : Aku selalu stok ada, cuma karena saya banyak kegiatan, puasa ini aku istirahat dulu
produksi. Kalo stok udah mau habis, kita produksi. Tapi selalu produksi sih ngga sebulan
sekali lah. Paling seminggu langsung bikin banyak, terus kita kemas.
9 P : Ibu pernah ikut pasar tani kan ya ?
I : Wah sering, tiap bulan saya ikut
10 P : Nah alasan ibu ikut pasar tani apa ?
I : Ya itu tadi saya hobinya dagang. Terus di pasar tani itu memang khusus menjual
hasil-hasil tani untuk wilayah Depok. Disitu kebetulan saya punya produk. Di Depok itu
kita di fasilitasi tempat untuk berjualan tanpa pungutan biaya sedikit pun
11 P : Kegiatan di pasar tani itu apa aja bu ?
I : Ada demo masak, terus yang jelas dagang, suka panggung seni ada, kadang ada
kunjungan sama pak wali, bu wali juga, pak wakil juga
12 P : Nah di dalam pasar tani itu ada aturan-aturannya ngga bu ?
I : Gini, diusahakan hasil tani dari wilayah Depok. Terus kalo dari produk ibu-ibu
diusahakan dari non-terigu deh, harus hasil tani contohnya kaya ubi, singkong, jagung,
diusahakan yang begitu. Yang jelas yang ikut pasar tani harus warga Depok, kalo diluar
Depok ngga boleh
13 P : Kalo semisal ada yang melanggar, ada sanksinya ngga ?
I : Engga sih paling teguran aja, “diusahakan ya besok yang ini” gitu. Kita kan ngga
terlalu pakem bangetlah peraturan. Ini kan usaha ibu-ibu, kalo ibu-ibu udah usaha kan
masa iya harus kita patahin, kan engga begitu.Kasihan dia udah mroduksi ternyata disitu
disuruh pulang kan kasian juga dia udah mengeluarkan modal segala macem.
14 P : Nah ibu tau gerai Cip-Icip Cipayung bu ?
I : Tau
15 P : Ibu pernah masarin produk disitu ?
I : Pernah, cuma kalo di DETOS itu kan yang siap dikonsumsi ya. Sedangkan kan kalo
saya itu gatot itu kan mentah, jadi kemungkinan orang untuk beli itu kan jarang. Kalo
kaya gatot, tiwul itu dibikin mateng itu ngga tahan lama. Jadi sasaran saya itu untuk usia-
usia yang udah 45 keatas yang istilahnya udah menjaga pola makannya, kesehatan gitu.
Makanya kalo di pasar tani itu kalo mateng harus hari itu habis. Makanya saya jualnya
mentah. Kalo mentah kan bisa 3 bulan pun ngga masalah.
16 P : Kalo di gerai itu ada aturan sendiri ngga bu ?
I : Paling kalo keuntungan itu dari saya naro harga berapa nanti terserah pengelola
ngambil untunanya berapa. Selebihnya sih ngga ada.
17 P : Ibu pernah ikut wub bu ?
I : Nah saya baru daftar. Wub itu kalo saya dibidang pertanian. Saya udah daftar wub
yang Jawa Barat, tapi sekarang tahun ini mau diadakan di Sukabumi. Saya udah daftar
penyaringan. Insya Allah nih saya udah yakin lolos karena apa, produk saya waktu itu
sempet diambil sama yang seleksi.
18 P : Ibu bisa ceritain prosesnya ikut wub ?
I : Wub yang jelas harus punya produk, terus yang anggota KWT, terus dari situ saya
informasi dari temen-temen, dari PPL, kan PPL setiap pelatihan selalu mengawasi selalu
ngasih info. Yang jelas harus punya produk sendiri, anggota KWT, itu aja.
19 P : Wub itu ada di Depok juga atau langsung ke Jawa Barat bu ?
I : Wub Depok ada, cuma yang tahun ini kayanya wub pertanian belum aku itu. Wub itu
kan setau saya ada pertanian sama kraf kerajinan. Itu ada di Depok itu.
20 P : Alasan ibuu ikut wub itu apa ?
I : Pertama, yang jelas cari wawasan lah, naik kelas, mengenalkan produk saya, terus kita
bisa belajar cara berbisnis, untuk memotivasi kita untuk lebih produksi barang, lebih
memotivasi kita berjualan kan gitu. Biasanya kan disitu ada kaya pelajaran-pelajarannya.
Kalo wub itu kan pelatihannya langsung satu minggu full.
21 P : Kalo di wub itu ada aturan-aturan khusus atau engga ?
I : Di penyaringan produk itu ketat banget, harus punya kaya bikin proposal gitu.
Tingkatannya lebih sulit. Cuma waktu itu saya baru penyaringan aja jadi belum sampe
tahap itu.
22 P : Nah setelah ibu ikut KWT, ikut pelatihan-pelatihan, ikut wub, yang ibu dapatkan apa
?
I : Yang jelas saya suka ya, saya awalnya sebenernya ngga suka organisasi, tapi setelah
kita kumpul, tadi gabung sama KWT, kumpul sama orang justru saya sekarang seneng
banget perkumpulan, organisasi. Banyak waktu saya di luar, tapi karena saya seneng jiwa
saya enjoy. Justru banyak kegiatan justru saya ikutin.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Mulyani
Lokasi : Jalan Rawa Sari 1 RT 01 RW 05
Status : Anggota KWT Cipayung
Tanggal : 28 Mei 2018
No Dialog
1 P : Ibu Mulyani sejak kapan ikut KWT ?
I : Dari 2013
2 P : Dulu sebelum ikut KWT, kegiatannya sehari-hari apa bu ?
I : Tadinya saya kerja di Jakarta. Terus kan karena lahir anak yang kedua tuh sama suami
saya udah ga boleh kerja. Terus pas 2012 anak saya meninggal. Terus kan saya di rumah
itu sedih ya. Terus ada itu tuh dari kelurahan, kegiatan, kata suami saya “ikut aja sana gih
biar jadi ngga itu (sedih mulu)”.
3 P : Itu waktu ibu ikut prosesnya gimana ?
I : Oh itu dari kelurahan kan ke RW ke RT tuh. Nah dari RT kumpul tuh di rumah bapak
Sutami yang sekarang RW. Pertama sih banyak yang kumpul, ya 4 RT kan banyak. Dulu
saya cuma wakil, terus ketuanya ngundurin diri. Terus disaring lagi yang aktif-aktif, nah
saya dipilih jadi ketua. Ya kan kadang-kadang orang ya cuma gitu doang, ngga ada
kelanjutannya.
4 P : Pandangan ibu terhadap KWT itu sendiri gimana ?
I : Ya kalo menurut saya mah baik ya. Soalnya kan dari ngga bisa, saya jadi bisa.
Umpamanya kan KWT itu kan pengolahan dari pertanian, dari peternakan, kan gitu ya.
Nah kan kita dari peternakannya disuruh olah nugget, telor asin. Nah kalo dari
pertaniannya ya kaya stik-stik gitu, stik wortel, stik bayem, gitu. Saya kan yang bikin,
yang masarin juga. Ntar saya bawa ke kelurahan, ke kecamatan, gitu dagang aja.
5 P : Kalo kegiatan di KWT itu ada apa aja bu ?
I : Pelatihan banyak. Pelatihan bikin permen susu, terus bikin abon, bikin nugget juga,
terus kemarin bikin kefir. Kunjungan juga saya pernah ke, belom lama ke Kuningan
bikin ubi tuh. Kalo disana bilangnya gemblong ya, kalo disini namanya keripik ubi.
Terus juga ke Boyolali ke tempat keripik ceker. Terus pernah juga dagang tuh di Bekasi.
Bawa yang segala stik-stik, itu udah lama. Itu pas lagi dagang kan ada stand, itu kan
seluruh Jawa Barat ngumpul di situ. Jadi itu KWT se Jawa Barat kumpul di situ. Pas
hujan, aduh stand rubuh, pas magrib ya itu kita digedor-gedor, akhirnya dagang di
pinggir jalan. Itu tahun 2016. Terus dari Bekasi pergi lagi ke Malang. Itu kalo yang di
Malang seluruh Indonesia, ya sama juga dagang juga. Terus banyak sih pergi-pergi, saya
senengnya begitu. Terus ke Bandung, bikin label, kemasan.
6 P : Itu kalo kemasan ada pelatihannya bu ?
I : Kemasan kan kita dari Indag, terus bikin PIRT juga. Terus kemarennya halal tuh, ke
Bandung kan. Nah dari Bandung terus ke sini ngeliat itu kita produksinya gimana.
Produknya halal apa engga, gitu.
7 P : Kalo ibu sendiri produknya apa aja bu ?
I : Banyak. Nugget, permen susu, nih kemaren saya ada orderan tuh sepuluh pack permen
susu. Kalo nugget sih bu Rini PPL suka bawa. Kadang “bu Mul 3 kilo dong nugget”, nah
kita bikin. Kalo keripik ceker bikin sih, cuma kemaren gagal. Sulit, bukan apa-apa. Dia
harus ini, panasnya harus di jemur. Cuma pas kemaren itu ujan, aduh jadi gagal. Kalo
nugget itu pake wortel, kan anak-anak suka susah makan sayur, nah jadi dijadiin ke
nugget.
8 P : Produksinya kapan aja bu ?
I : Kadang-kadang pesenan. Lagi ini sih pernah seminggu bisa dua kali, 5 kilo 5 kilo
sekali bikin. Dulu mah bareng, gitu kan. Kalo bikin bareng deh rame-rame. Lumayan
untungnya lagi bareng tuh. Setahun itu kita kan kagak diambil tuh untungannya saya
simpen, nah setahun saya bagiin, itu satu orang satu juta. Terus sama saya beliin gamis
deh tuh. Cuma kemarihnya pada males, akhirnya saya sendiri aja dah daripada ngga
jalan. Itu satu pack 15 ribu.
9 P : Ibu ikut pasar tani kan ya ? tujuannya apa bu ?
I : Iya masarin dagangan. Kita kan namanya ikut pasar tani kan memperkenalkan produk
kita ke yang lain juga. Terus kan kita kalo di pasar tani tuh, ngga dari sini aje jadi dari
seluruh Depok kumpul di situ KWT se Depok kumpul. Jadi kan kita kenal sama si A si
B, kan KWT laen. Silahturahmi lah, dari Tapos, Sawangan, Cilodong.
10 P : Itu isinya KWT semua bu ?
I : Sekarang KWT, kalo dulu kan gabung sama UKMP. Sekarang KWT khusus. Jadi
yang UKMP nya sendiri lah dia bazzar-bazzar hari minggu kan di Juanda, kalo engga ada
bazzar dimana gitu.
11 P : Kegiatannya kalo di pasar tani itu apa aja bu ?
I : Kayanya si dagang doang, kadang-kadang ada demo masak
12 P : Kalo mau ikut pasar tani itu ada aturan-aturannya ngga bu ?
I : Ya sekarang. Kan kalo dulu KWT, UKMP nyampur, orang dagang juga. Sekarang
mah khusus KWT tapi ada ininya non beras sama non terigu. Itu belom lama lah mulai
setahun ini.
13 P : Kalo ada anggota yang ngga sesuai sama aturan itu gimana bu ?
I : Ya paling ditegur sih. Ya tapi kan susah juga ya kalo ini non terigu.
14 P : Ibu tau gerai Cip-Icip Cipayung ?
I : Tau, itu nama loyalty saya. Tadinya kan pelatihan kemasan, terus saya kan dari KWT
Nusa Indah, kan ngga ngejual gitu. Terus kata saya yaudah Cip-Icip gitu. Cuma karena
saya dapet kemasan, bantuan kemasan semuanya Nusa Indah semua jadi saya tetep Nusa
Indah. Terus akhirnya bu Evi, “Bu Mul mereknya saya pake yah”, kata saya “Pake bu
ngga apa-apa”.
15 P : Ibu pernah masarin produk disitu bu ?
I : Sering kan emang masarinnya di situ. Kalo disitu saya naronya ini kremes sama
kimpul
16 P : Kalo masarin produk di situ ada aturannya ngga bu ?
I : Ya paling konsinyasi harga. Kalo aturan laennya sih engga ada.
17 P : Ibu pernah ikut wub juga bu ?
I : Ikut, kemarenan tapi baru Depok.
18 P : Itu tahun berapa ikut nya ?
I : Belom lama, tahun 2017
19 P : Wub yang ibu tau itu kaya gimana ?
I : Wirausaha Baru. Ya namanya kita kan baru merintis, jadi ikut wub. Nanti disana
diajarin cara marketing, sekarang kan pake sosmed tuh, online, diajarin juga sih biar ga
gaptek. Ya pengalamannya gitu juga si, happy aja lah.
20 P : Kalo di wub itu prosesnya gimana bu ?
I : Ya kalo ini kan melalui dinas kita, jadi orang Bandung dateng, kita bawa produk, terus
ngisi formulir, profil tuh segala tuh. Nanti pemberitahuannya nanti.
21 P : Tujuan ibu ikut wub apa bu ?
I : Ya pengen naik kelas, semua juga pengen maju, inovasi terus, dapet ilmu juga
22 P : Nah itu dapet informasi wub dari mana bu ?
I : Kalo itu kan kadang DKUM, ada WA kan tuh misalnya “ikut wub sini”, terus kita
daftar. Kalo kemaren dari dinas DKPPP tuh, “ikut wub Jabar ya, daftar tanggal sekian di
BPP Ratu Jaya”. Terus ngumpul tuh se Depok juga. Itu yang ngasih tau penyuluh KWT
juga.
Kalo yang kemaren tuh yang wub Jabar itu pada wub mandiri tuh. Mereka daftar sendiri,
pake skck, surat kesehatan dari dokter, kan online dia, ah saya males ah. Kalo ini dari
dinas, dari orang dari Jawa Baratnya dateng kesini ke BPP, nah kita diundang. Itu juga
KWT tuh ngumpul se Depok, ketuanya tapi.
23 P : Kalo di wub Depok ada aturannya sendiri bu ?
I : Kan ini pertanian, jadi produk kita harus pertanian. Kalo peternakan, kita ngajuin apa
gitu yang dari peternakan, gitu. Kita si kaya persaudaraan aja gitu.
24 P : Jadi kalo keputusan-keputusan mah misalnya terkait produksi, mau ikut wub apa
engga itu dibalikin lagi ke orangnya ya bu ?
I : Iya, gitu. Kalo saya kan gini, namanya saya udah pengalaman gitu ya, saya pengen
anggota yang laen. Jangan saya lagi saya lagi. Kan kalo pelatihan suka 4L “lo lagi lo
lagi”, begitu. Yang laen “engga ah, udah bu Mul aja yang pengalaman”, pada begitu.
Yang laen suka ada aja dah alesannya.
25 P : Kalo KWT Nusa Indah sendiri itu terbentuknya tahun berapa bu ?
I : Itu yang pas di kumpulin di rumah pak RW. Kan banyak tuh ya pas pertama. Terus
kan namanya dari pemerintah ya, ada pelatihan-pelatihan, bikin nugget, bikin telor asin,
bikin keripik pisang. Ya terus kita dikasih modal, namanya uang hibah kan, terus dikasih
peralatan juga, gitu. Cuma kan terserah dia yang pada mau ngembangin. Ya namanya
ibu-ibu kan suka capek atau sibuk gitu, akhirnya makin ke sini makin dikit.
26 P : Ada pertemuan rutinnya bu ?
I : Ada sih dulu mah sebulan sekali, ada arisannya juga.
27 P : Kalo lagi pertemuan, yang dibahas apa aja bu ?
I : Perkembangannya gimana, terus kalo dulu-dulu ya suka pada bawa produk dah tuh,
ntar siapa aja yang mau beli. Jadi ntar dia bawa nugget, ntr ada yang bawa telor asin,
gitu. Kalo KWT Cipayung sebulan sekali, muter itu mah, ntar di Cipayung, ntar di
Cipayung Jaya, gitu, gimana kesepakatan aja.
28 P : Setelah ibu ikut KWT, ada perubahan apa yang ibu dapetin ?
I : Iya, tadinya saya kaga bisa apa-apa ya jadi bisa kan. Saya mah kan apa aja saya coba,
kaya permen susu, apalah. Jadi banyak grup, ya IWAPI, KTNA, UKMP, KWT, KWT Se
Depok, ya banyak banget grupnya ampe penuh WA. Jadi dari KWT punya banyak
temen. Kadang kan ngumpul juga sebulan sekali atau ada pertemuan se Depok tuh. KWT
juga ikut ngembangin ekonomi di Depok. Terus kan terbuka juga pikiran kita kan., ngga
sempit. Terus kan kenal sama si A dari sono, si B dari sini di pasar tani. Kemaren kan
buka tuh 3 hari pas ulang tahun Depok, terus lanjut 2 hari pas pendidikan nasional, jadi 5
hari. Tapi saya lagi ke Kuningan, jadi nitip aja produknya.
29 P : Jadi anggota ga dateng di pasar tani itu gapapa ?
I : Gapapa, kan bisa nitip kita. Iya yang penting ada perwakilan. Kaya saya kan misalnya
“bu Evi nitip ya”. Yah saya jadi banyak kegiatanlah, kemaren saya ga pernah naik
pesawat, kemaren saya naek pesawat ke Boyolali. Iya pengalaman, kalo sendiri mah
belom tentu kan. Seneng gitu.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan 1 : Ibu Saminah
Informan 2 : Ibu Titik
Lokasi : Jalan Pemuda, Kp. Pulo RT 03 RW 08 No.85
Status : Anggota KWT Cipayung
Tanggal : 31 Mei 2018
No Dialog
1 P : Bagaimana sejarah berdirinya KWT Mawar ?
I 1 :Waktu itu tanggal 7 Mei 2008 di Kelurahan Cipayung Jaya. Kan ada program
P2WKSS, itu peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera. Nah
ditujukan untuk peningkatan keterampilan para ibu-ibu untuk memperbaiki ekonomi
keluarga. Jadilah dibentuknya KWT. Nah waktu itu KWT jumlahnya 30 orang, waktu
awal mula. Seiring berjalannya waktu, surut akhirnya jadi 20, terus jadi 15, sekarang 10.
Jadi yang dari 2008 itu sekarang tinggal 10 orang yang aktif. Waktu itu di Cipayung
Jaya kebetulan ada program, yang diambil kebetulan Kelurahan Cipayung Jaya, jadi
kelurahan yang lain kan belum umpamanya Pondok Terong, Ratu Jaya, Cipayung itu
belum. Nah kebetulan di tempatkan di RW 8, makanya RW 8 ditunjuk yang ada wanita
tani. Nah kita sepakat “namanya apa ya ibu-ibu ?” yaudah kita nama mawar aja.
Begitulah terbentuknya KWT Mawar.
2 P : Itu pas awal mula, gimana cara ngajak ibu-ibunya bu ?
I1 : Iya kebetulan kan waktu itu ada undangan, dikasih undangan ada keluarga binaan.
Keluarga binaan tuh warga-warga yang ibu-ibunya dikumpulin. Kebetulan itu di majelis
taklim sambal kasih pengarahan. Terus di data, diajarin keterampilan-keterampilan, kaya
masak, pengolahan olahan, bikin kue gitu. Nah terus dikasih jadwal, umpama nih yang
bikin masakan hari senin berapa orang, gitu. Jadi tempatnya di taklim sebagian sama
tempat bu RW.
4 P : Kalo KWTnya sendiri itu gimana bu awal perjalannya ?
I2 : Siapa yang mau ikut KWT, ya silahkan ikut. Yang mau masuk anggota KWT siapa,
nanti didata .
I1 : Iya didata, pada nanya kan “KWT apa bu ?”, “ini kita diajarin cara ngolah-ngolah
hasil pertanian, hasil perikanan, hasil peternakan”. Cara bikin telor asin nanti diajarin,
cara bikin nugget diajarin, itu binaan dari dinas pertanian. Dulu kan ada PPLnya ya, nanti
dia yang bawa narasumber, umpama hari senin diajarin bikin telor asin gitu.
I2 : Dulu PPLnya bu Anis, terus pindah, diganti bu Nike, pindah juga, sekarang pak Iqbal
mas.
5 P : Kalo produk KWT Mawar itu ada apa aja bu ?
I2 : Ada pastel abon, telor gabus, peyek kacang hijau, terus apa lagi ya bu ?
I1 : Waktu itu kembang goyang, nugget ikan, nugget ayam
6 P : Itu sebelum bikin produk, pasti ada pelatihannya dulu bu ?
I1 : Iya, biasanya kalo pelatihannya 2 hari, nah kan nanti hasilnya dilihat seminggu, nah
nanti kita adain pertemuan lagi. 7 hari kan biasanya udah bisa tuh yang kita praktek itu.
7 P : Kegiatan KWT Mawar sendiri itu apa aja bu ?
I2 : Iya pertemuan rutin tiap hari rabu seminggu sekali jam 1 sampe jam 3 sore, terus
P : Peneliti
I 1 : Ibu Saminah
I 2 : Ibu Titik
kadang kita arisan biar ini mas biar ngga bosen,
I1 : Waktu itu ada pengajiannya juga.
8 P : Kalo pertemuan gitu anggota wajib dateng ?
I1: Iya, cuma kadang-kadang kan namane ibu-ibu ada acara keluar, ada halangan, gitu.
jadi kita ngga mengharuskan ibu harus dateng, kan ini sifatnya kaya yang sukarela lah,
jadi umpama dia ada acara atau keperluan, silahkan ngga dateng gapapa.
9 P : Ibu Titik juga dari 2008 ikut KWT nya ?
I2 : Kalo saya engga mas, saya dari tahun 2011. Termasuk baru saya. Saya baru tau,
diajakin sama temen ikut KWT. Kan saya suka bikin ini mas pastel abon
I1 : Jadi “ikut aja bu, ikut bergabung daripada ini sendirian”
10 P : Sebelum ikut KWT, kegiatan sehari-hari apa bu ?
I1 : Ya di rumah aja, ibu rumah tangga
I2 : Kalo saya bikin itu tadi, pastel abon. Apalagi kalo pas ini mas mau lebaran, pesenan
saya banyak
11 P : Tujuannya ikut KWT apa bu ?
I1 : Ya untuk menambah ilmu juga,
I2 : Kita jadi tambah pengalaman, dari dinas suka diajak pelatihan kemana-mana, ke
Lembang waktu itu saya dari dinas peternakan.
12 P : Kalo bu Titik kan dari 2011 ya, itu tertarik ikut KWT karena liat temen-temen pada
maju atau gimana bu ?
I2 : Iya mas, saya senengnya begitu mas. Bisa nambah pengalaman, jadi ada binaan dari
dinas kita mas. Jadi inilah seneng pokoknya. Kalo ada yang bantu kita kan seneng. Dapet
ilmu, dapet temen.
13 P : Sebelumnya, pandangan ibu terhadap KWT itu gimana bu ?
I2 : Ya KWT itu berguna membantu ibu-ibu untuk menambah pengetahuan, menambah
penghasilan. Kalo dulu kan bikin kue belom bisa dipasarin kemana-mana, sekarang kan
ada pasar tani jadi bisa dipasarin kemana-mana. Nambah jaringan juga. Saya kan suka
ikut pasar tani mas, pastel saya suka diliat sama dinas, banyak yang pesen juga mas. Jadi
ikut KWT produk kita bisa dikenal mas, tadinya kan cuma sekitar sini aja, sekarang bisa
keman-mana.
14 P : Kegiatan di KWT yang pernah ibu ikutin disamping pertemuan rutin apa aja bu ?
I2 : Kemarin kunjungan ke Kuningan mas. Yang olahan dari ubi, KWT Sri Mandiri.
Studi banding gitu lah mas, biar kita tau disana itu olahannya ubi udah keman-mana,
jangakauan pasarnya luas produksinya, udah ke alfa segala. Kalo pelatihannya ya olahan,
terus kemasan.
15 P : Kalo waktu produksinya itu kapan aja bu ?
I2 : Sebetulnya kalo produk kita harus tiap ini produksi ya, tapi pemasarannya mas susah
kadang. Jadi sementara ini kalo pas ada pesenan kita produksi.
I1 : Iya soalnya kaya pas ada pasar tani nih, kita produksi tau-tau kurang laku, lakunya
cuma berapa biji.
16 P : Tujuan ibu ikut pasar tani apa bu ?
I1 : Terus terang biar produk kita laku, bisa menambah penghasilan keluarga, sama
nambah temen.
17 P : Kegiatannya di pasar tani itu apa aja bu ?
I2 : Ya masarin produk, ada demo masak disitu juga. Itu kan sebulan sekali mas
waktunya, nanti besok tanggal 4 ada pasar tani
18 P : Kalo di pasar tani itu ada aturan-aturannya bu ?
I 2 : Iya harus anggota KWT. Sekarang gaboleh sembarangan masuk ke pasar tani. Kalo
dulu kan semua itu boleh, kalo sekarang udah gaboleh, sekarang harus KWT yang
dikenal sama dinas.
20 P : Kalo dari produknya sendiri ada aturannya ?
I 1 : Iya, kebetulan kan kita punya PIRT, surat ijin dari dinas kesehatan
21 P : Kalo ada anggota yang ngga ikut pasar tani atau produknya ngga memenuhi standar
itu gimana bu ?
I2: Kalo itu si gapapa, fleksibel aja. Mau ikut pasar tani atau engga itu dikembaliin lagi
masing-masing. Silahkan kalo mau bawa produk ke pasar tani malah lebih bagus.
22 P : Ibu tau gerai Cip-Icip Cipayung ?
I2 : Tau, yang bu Evi kan.
23 P : Nah iya, ibu pernah masarin produk disitu bu ?
I2 : Iya sering, naro pastel abon atau pastel mini itu. Itu produk sini mas
24 P : Kalo di gerai Cip-Icip ada aturannya sendiri atau engga bu ?
I2 : Kayanya si engga ada ya, cuma setau saya yang masuk situ itu harus KWT, sama
kalo harga dari kita berapa nanti dijualnya terserah gitu
25 P : Kalo wub, ibu tau ?
I1 : Tau, wirausaha baru
26 P : Ibu ikut wub ?
I1 : Ikut baru daftar kemarin tapi sampe sekarang belom ada pengumuman. Rencana
katanya Oktober.
27 P : Wub itu sebenernya apa bu ?
I2 : Ya kaya kita itu biar ikut usaha-usaha, wirausaha yang begitulah yang lebih maju,
naik kelas, biar terkenal gitu.
I1 : Jadi yang dulu-dulu kan udah ada pengusaha, sekarang kan ada regenerasinya lah. Di
samping itu juga produknya bisa lebih bagus.
28 P : Untuk ikut wub itu prosesnya gimana bu ?
I2 : Kita harus punya produk mas, terus ijin dari kelurahan SKU (Surat Keterangan
Usaha), Ktp, KK, terus dilampirin ke BPP, sama itu anggota KWT.
29 P : Kalo beberapa aturan itu ada yang belum terpenuhi, ada sanksinya ngga ?
I2 : Engga mas, biasanya disuruh melengkapi aja terus baru diikut sertakan pelatihan
30 P : Itu ada pelatihannya juga bu ?
I1 : Ada, makanya kita kebetulan kemarin yang diserahkan itu mau diseleksi dulu dari
Depok dapet waktunya ntar bulan Oktober. Jadi sekarang ini mungkin lagi seleksi yang
di Karawang dulu atau di mana gitu. Untuk Depok kalo kita udah diseleksi, pelatihannya
bulan Oktober.
31 P : Setelah ikut KWT, ada perubahan atau engga dalam keseharian ibu ?
I 2: Ada mas banyak perubahannya. Ya jadi sering ikut pelatihan-pelatihan dari dinas ya
kalo ikut KWT. Nambah wawasan, nambah teman, nambah pengalaman, sekarang
banyak ini mas kegiatan di luar
I1 : Jadi waktunya ngga cuma di rumah aja, ke walikota, ke mana gitu
32 P : Oiya kalo omzet sendiri gimana bu dari ikut KWT ini ?
I1 : Sementara belum begitu menonjol mas, karena kan belum produksi yang begitu luas
pasarannya. Makanya nanti ikut wub biar bisa luas
33 P : Kalo modal awalnya sendiri itu darimana bu ?
I1 : Kita dapet bantuan bansos mas dari dinas, waktu itu dikirim ke rekening KWT
Mawar langsung mas. Terus sekalian juga sama peralatannya kaya kompor gitu
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Ibu Yanti
Lokasi : Jl. H. Nurdin No.62 RT 02 RW 08 Cipayung, Depok
Status : Anggota KWT Cipayung
Tanggal : 6 Juni 2018
No Dialog
1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?
I : Oh dari mulai berdiri, dari 2012
2 P : Itu prosesnya seperti apa bu bisa ikut KWT ?
I : Pertama itu dia dari dinas pertanian dan perikanan waktu itu ada pelatihan di RW 02
lokasinya. Itu diambil beberapa orang buat pelatihan. Setelah selesai kan biasa kita dapet
uang transport, nah itu kita kumpulin. Sekian persen kita kumpulin, nah dari situ kita
buat modal usaha. Waktu itu baru terbentuk ada 12 anggota. Ya kita kumpulin aja itu,
kebetulan kan anggotanya ada yang suka jualan gorengan. Butuh modal kan ya. Nah
pertama itu kita bikin ada produknya, kita bikin rempeyek dari udang rebon, dari kacang,
begitu. Tapi makin ke sini, dengan kesibukan masing-masing tentunya, ngga bisa dong
tiap saat bikin ke satu tempat bikin bareng-bareng. Nah akhirnya masing-masing. Di
masing-masing itu, cara ngumpulinnya kita akhirnya make uang itu buat simpan pinjam.
Dengan tetep masih ada produk, tapi masing-masing anggota karena kendala kita kalo
mau ngumpul bareng susah. Dari sedikit-sedikit, pertama itu ada pinjaman 200 ribu per
orang. Kita atur dengan pengembalian ngga banyak sih, sepuluh kali bayar, itu dengan
uang jasa 10 persen yang larinya ke mereka-mereka juga. Karena kan ngumpul tuh uang
jasa, ngumpul makin banyak itu makin banyak mereka bisa ngajuin pinjaman. Dan
sekarang alhamdulillah satu orang sudah bisa 1 sampai 1,5 juta.
3 P : Jadi awalnya itu dari KWT terus lanjut ke simpan pinjam begitu bu ?
I : Iya dari dinas pertanian itu membentuk KWT. Tapi kan ya itu tadi kendala kita yang
susah untuk ngumpul makanya kita jadi produksi masing-masing per orangan. Gimana
cara mengikatnya ? kita kan perlu pengikat, pertemuan tiap bulan ya itu dengan simpan
pinjam, pengembaliannya ya yang penting ngga memberatkan anggota lah.
4 P : Sebelum ikut KWT, kegiatannya apa bu sehari-hari ?
I : Dulu sampe sekarang pun saya juga menjual produk. Dulu pernah cheese stick, terus
sekarang ada kacang pedas manis, itu yang saya produksi sendiri. Terus kalo yang saya
ambil ke orang itu gamis, baju muslimah.
5 P : Nah dulu alasan gabung ke KWT apa bu ?
I : Saya pengen sosialisasi. Karena saya kan disini juga paling kenal kanan kiri, saya kan
pendatang. Pendatang di tahun 2006. Untuk ke sana lari ke RW kalo ngga ikut KWT
saya ngga kenal semuanya, gitu. Yang kedua, kebetulan kan saya bendaharanya jadi ya
bantu buat megang keuangannya lah. Sama otomatis nambah kegiatan mas biar ngga
suntuk di rumah aja.
6 P : Sebelum ibu gabung KWT, pandangan ibu terhadap KWT itu sendiri gimana ?
I : Tadinya saya kaya “ah engga ah”, orang waktu itu pelatihan jam 1 siang begini, panas.
Sementara waktu itu anak saya yang kecil masih umur 2 tahun, jadi saya sempet ngga
dateng berapa hari. Di hari-hari terakhir saya dateng, faktor ngga enak sih. Tapi setelah
makin ke sini, saya makin menikmati, kerasa manfaatnya.
7 P : Nah kalo kegiatan di KWT yang pernah ibu ikuti apa aja ?
I : Pelatihan saya ikut dari dinas pertanian, kaya pelatihan kemasan. Kalo kunjungannya
paling masih antar kecamatan. Kalo ke luar kota belum saya, masih ada kendala dari
keluarga lah anak ngga bisa ditinggal.
8 P : Kalo untuk produksinya itu waktunya kapan aja bu ?
I : Produksinya kebetulan saya sesuai pesanan aja
9 P : Ibu pernah ikut pasar tani kan ya, itu alesannya kenapa pengen ikut ?
I : Ya satu saya pengen liat situasi di sana. Yang kedua ya biar produk saya dikenal
orang. Memasarkan produk lebih jauh, gitu.
10 P : Kegiatan di pasar tani itu apa aja bu ?
I : Yang pasar tani ya, satu memasarkan produk. Terus yan kedua, kalo ada info-info dari
dinas kan jadinya kita tahu. Jadi kaya ada pertukaran informasi di pasar tani. Terus pasar
tani kan se Depok, jadi kita kan kenal dari Bojongsari, dari Tapos, jadi kan kita banyak
mengenal orang. Otomatis kan kalo kita banyak kenal orang kita bisa saling tukar info,
tukar produk.
11 P : Kalo aturan di pasar tani itu apa aja bu ?
I : Ya salah satunya harus anggota KWT, yang kedua harus hasil pertanian.
12 P : Apa setiap anggota KWT itu wajib memasarkan produknya di pasar tani bu ?
I : Setau saya sebaiknya dipasarkan disitu, cuma kan ngga semua anggota KWT sempat
ke sana. Kadang produk mereka lebih disalurkan ke masyarakat sekitar. Karena kan di
pasar tani kadang-kadang kurang ya kalo buat kue-kue basah gitu. Nanti kalo ngga laku
kan kasian. Kalo di kampung gini kan mereka udah punya langganan. Otomatis mereka
tau, “oh hari ini aku harus produksi sekian karena mereka udah tau” . Jadi ngga naro pun
ngga apa-apa.
13 P : Ibu pernah ikut wub juga ?
I : Wub, kemarin saya sempet daftar buat wub provinsi cuma kalo ngga salah sih di bulan
September Oktober sih pengumumannya.
14 P : Alasan ibu ikut wub apa ?
I : Ya biar produknya lebih ini lah mas, lebih naik kelas otomatis.
15 P : Kalo proses bisa ikut wub itu gimana bu ?
I : Kemarin kita biasa ngisi form dengan syarat-syaratnya kaya kita harus punya ktp
Depok, KK, terus surat keterangan usaha dari kelurahan, terus kita di seleksi kemarin.
Ada wawancara di BPP Ratu Jaya situ. Nanti diumumin lolos engga nya.
16 P : Kalo mau ikut wub itu ada aturannya tersendiri ngga bu ?
I : Kalo wub dari KTNA juga bisa jadi ngga mesti KWT. Terus dia punya produk,
otomatis ya. Produknya harus udah jalan 6 bulan ke atas.
17 P : Setelah ibu ikut KWT, ada perubahan atau tidak dalam kesehariannya bu ?
I : Ya pastinya mas, kita lebih ada kegiatan. Terus kita lebih tau tentang misalnya saya
ikut pelatihan kemasan, jadi saya lebih tau cara mengemas yang baik. Itu pelatihannya di
Depok 2 waktu itu.
18 P : Kalo pelatihan itu waktunya berapa lama bu ?
I : 2 sampe 3 hari, tetapi kemarin kemasan sampe 5 hari sih.
19 P : Kegiatannya apa aja bu dalam pelatihan itu ?
I : Pertama kita daftar dulu ke sana ke dinas yang terkait. Kita daftar di sana, nanti kita di
calling balik kapan pelatihannya. Terus pas hari H, kita biasanya perkenalan dulu, materi
dulu, esok harinya baru praktek.
20 P : Kalo membuat produk itu ada kaya aturan atau standarisasinya gitu ngga bu ?
I : Oh itu iya, kita juga disarankan terus difasilitasi untuk mengurus PIRT gitu-gitu. Kan
awalnya kita pelatihan PKP dulu, dari PKP kalo sertifikatnya udah keluar kita disuruh
ngurus PIRT nya. Kita didampingin sampe selesai. Kalo PIRT kan ada kunjungan juga
dari dinas, buat liat udah layak belom produknya ini dapet PIRT.
21 P : Itu kunjungannya langsung ke rumah tempat produksi bu ?
I : Kalo PIRT kemarin itu iya. Tiba-tiba aja mereka dateng, spontan. Mereka dateng, liat
kondisinya, kaya ruangannya harus tertutup, yang tempat masak dan bahan bakunya
harus terpisah, yang ngga boleh ada binatang masuk, sampe hal-hal yang detail.
22 P : Cara jalin relasi dengan pihak lain itu gimana bu ?
I : Kita lewat komunitas-komunitas, komunitas kan kita lumayan lah antar kecamatan,
terus se Depok, terus online otomatis. Terus juga kalo ada bazzar-bazzar gitu. Jadi
setelah ikut KWT jadi semakin luas, kita ngga cuma di dalem aja. Kalo kita ngga ikut itu
kita ngga tau informasi apa-apa, ngga tau kondisi yang ada di lapangan itu kaya apa. Ada
kemajuan, semakin ke sini kan ngga monoton itu-itu aja, pasti ada perkembangannya.
Tentunya juga ikut mengembangkan ekonomi kan. Kan dari situ kita jadi tau banyak
info, jadi ada jual beli kan otomatis berkembang mas.
23 P : Kalau ada produk yang belum memenuhi standar dari dinas, itu akan kena sanksi atau
engga bu ?
I : Kita paling cuma disarankan untuk lebih baik. Kan dari saran itu, dinas juga
memfasilitasi untuk jadi lebih baik makanya diadakan pelatihan. Jadi sama sekali ngga
memberatkan ke orangnya. Tapi ada juga kadang yang udah produksi besar jadi susah
buat ikut pelatihan, dia nganggepnya daripada ikut pelatihan mending saya produksi bisa
dapet untung kan, dia ngga tau aja kadang manfaat dari pelatihan itu apa, gitu.
24 P : Kalo pertemuan rutinnya itu kan sebulan sekali ya, itu yang dibahas dalam pertemuan
apa aja bu ?
I : Yang dibahas dalam pertemuan itu ya informasi-informasi dari ketua. Kan ketua suka
ada pertemuan sama BPP, jadi informasinya yang didapat disampaikan oleh ketua ke
anggotanya dalam pertemuan. Kalo ada yang harus ditindak lanjutin ya kita tindak
lanjutin. Kalo ada yang harus dikembangkan ya kita kembangkan. Sama evaluasi produk,
kan suka ada penilik dari BPP juga. Kita kaya ada tamu gitu, ada kunjungan juga dari
luar KWT kita. Bulan kemarin juga pas penutupan sebelum puasa, itu juga ketua BPP
dateng, kunjungan dari Bu Yanti ketua KWT se Kota Depok dateng, disini kaya tukar
pengalaman mas misalnya kalo di KWT lain itu begini-begini, gitu kaya kasih masukan.
Tetapi keputusan mau ikutin masukannya itu dikembalikan ke pihak masing-masing
untuk mengembangkan produknya seperti apa.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Bapak Rusli
Lokasi : Kantor Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Status : Staf Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Tanggal : 4 Juni 2018
No Dialog
1 P : WUB ini ada sejak kapan pak ?
I :WUB itu khusus untuk kota Depok, khususnya di dinas koperasi usaha mikro sejak
tahun kemaren 2017. Kita menseleksi dari tiap-tiap kecamatan. Di Depok kan ada 11
kecamatan. Dari 11 kecamatan ini ada yang lebih ada yang kurang. Jadi kecamatan yang
lebih kita oper ke kecamatan yang kurang, gitu. Misalnya Pancoran Mas dia yang daftar
banyak cuma kuotanya sama 30, jadi misalnya di Limo atau Cinere kurang, yang lebih
ini kita masukan ke sana. Biar semua kalo kuotanya 30 jadi 330 kuotanya per tahun
targetnya. Jadi gitu kecamatan yang banyak kita subsidi silang, biar memenuhi target itu
2 P : Target dalam setahun itu berapa peserta pak ?
I : Target ya sekitar 330. Cuma kita lihat juga hasil seleksi, interview, dilihat nilainya
kalau misalkan nilainya bagus tapi kalah nilai di kecamatannya, kita oper ke yang kurang
itu tadi.
3 P : Prosedur untuk ikut wub itu gimana pak ?
I : Sudah punya usaha minimal 6 bulan dari sekarang. Berarti kalo itu dari desember
sampe mei, ya desember.
4 P : Untuk seleksi itu prosesnya gimana ?
I : Seleksinya kita lihat ini formulir, sama kelengkapan. Ktp Depok, KK Depok, SKU
dari Kelurahan setempat, apakah SKU nya sudah lewat atau belum karena ada masa
berlakunya setahun doang. Terus Ktp nya juga bener ngga dia tinggal disitu atau dia
tinggal di Jakarta domisili di Depok, gitu. Kalo domisili ngga bisa.
5 P : Jadi kalo dari KWT sendiri itu yang harus udah maju ke UKM pak yang bisa ikut ?
I : Kalo wub ini ngga mesti binaan kita. Jadi kita persilahkan dia mau binaan siapa, KWT
atau komunitas yang lain boleh. Nah pas udah daftar di wub, itulah yang kita bina. Jadi
dia udah daftar tapi belom ada database di kita, nah itu dikasih pelatihan-pelatihan
lainnya misalnya seminar, workshop, terus yang kulinernya belum ikut PIRT kita ikut
sertakan, terus HAKI nya, Halalnya. Jadi membantu juga untuk pembukaan ini, jadi kita
tau mana binaan mana bukan. Cuma yang bukan binaan kita persilahkan untuk menjadi
binaan kita.
6 P : Dalam pembinaan itu ada proses apa aja pak ?
I : Yang pertama, akses permodalan dari perbankan. Jadi kita mengundang UKM,
mengundang perbankan, untuk sosialisasi misalnya kredit usaha rakyat (KUR). Karena di
pemda sendiri tidak boleh hibah, ngga boleh membantukan dana bantuan, jadi disalurkan
melalui perbankan, kita sebagai mediator aja.
Terus yang kedua, PIRT. Sebelum PIRT, PKP dulu Produk Keamanan Pangan. Jadi
untuk mengikuti PIRT, syaratnya dia harus udah ikut PKP. PKP kita sendiri ada 9
angkatan juga. Jadi dia binaan apa bukan silahkan aja, yang penting dia ngisi formulir
pendaftaran. Abis ngisi formulir pendaftaran, dilampirin ktp, sku, nanti ada panggilan
untuk ikut pelatihannya selama 3 hari. Biasanya di sini di ruang rapat depan sama
belakang. Jadi satu angkatan 30.
7 P : Untuk tahun ini sudah sampai berapa angkatan pak ?
I : Udah 9 angkatan. Cuma itu waktunya diselang-seling.
8 P : Itu per bulan atau per apa pak waktunya ?
I : Kalo sekarang kita lihat juga jumlah pesertanya. Kalo pesertanya udah full bisa per
bulan atau per minggu. Cuma karena agak sulit nyari peserta mungkin bulan sekarang
sudah cukup kita ngadain terus nunggu lagi, gitu. Tergantung pesertanya. Kalo kita sih
mungkin kelar, cuma kan pesertanya agak sulit, jadi mereka sendiri tolong sebarin ke
teman, ke saudara, ke tetangga yang belum ikut untuk ikut, gitu. Jadi karena keterbatasan
SDM juga, terus waktu, makanya mereka sendiri yang datang ke sini.
9 P : Nah tadi di depan saya lihat ada foto kios ukm pak, itu setelah dibina akan dapat kios
atau ada prosedurnya lagi ?
I : Ya diproses dulu. Dia harus melewati itu tadi, kalo kuliner sudah PKP,PIRT, baru
diikutin bazzar, itu buat pangan. Kalo pameran di pasar modern. Kalo kemaren di
DETOS. Bisa di D’Mall, atau di Margo City, tergantung lokasi yang kosong. Jadi yang
sudah ikut dari rangkaian pendaftaran sampai ikut pelatihan, maupun seminar , itu kita
yang pilih. Jadi kita sendir yang milih, misalnya si A udah ikut rangkaian pelatihan 5
kali, baru diikut sertakan bazzar atau pameran. Kalo bazzar sendiri kita ada 3 yah, bazzar
Ramadhan, bazzar HUT Depok, sama bazzar Kemerdekaan ntar 17-an. Kalo pameran
kita bisa dalam daerah, bisa luar daerah. Luar daerah misalnya kemaren ke Makassar, ke
Bali, ke Batam.
10 P : Untuk ikut bazzar sama pameran itu gimana pak ?
I : Ya itu tadi, yang udah finish istilahnya. Udah selesai mengikuti rangkaian kegiatan A
sampai Z. Jadi ngga semua, yang terpilih aja.
11 P : Kalo ada ukm yang sudah mengikuti rangkaian kegiatan tapi ketika bazzar atau
pameran itu tidak ikut, itu gimana pak ?
I : Ya kita ngga paksa, dia bersedia apa engga. Cuma biasanya sih kalo ditawarin itu
langsung mau. Apalagi ke luar daerah kan. Sekalian dia wisata juga, soalnya kemarin itu
ditanggung kan biayanya.
12 P : Wub ini berkontribusi sejauh mana pak untuk perkembangan ekonomi di Depok ?
I : Kalo sekarang ini mungkin kontribusinya belum signifikan soalnya kan kita lihat ngga
merata di tiap kecamatan, ada yang ngirim ada yang engga. Tergantung dari pihak
kecamatan, kelurahan. Kita udah sosialisasikan ke mereka, mereka jalan engga ? gitu.
Biasanya terkendala itu. Kita udah undang rapat, nah pas di lokasi setempat ngga
nyampe ke masyarakat. Jadi tetep masyarakat nanya. “lho kan kita udah sebarin template,
undangan, spanduk ke kecamatan, kenapa ngga jalan ? biasa” gitu, kendalanya itu dari
pihak kecamatan, kelurahan dia ngga mensosialisasikan ke masyarakatnya. Tetep aja.
Kan kasihan yang di Limo, Cinere, Tapos, kejauhan. Kalo mau seperti wub sekarang nih,
kita buka pos pendaftaran di sini, sama di tiap kecamatan. Untuk lebih menjangkau.
Cuma itu tadi,tetep ke sini-sini juga. Atau misalnya ada temen yang ke walikota, nitip
atau ambilin formulir itu gapapa. Jadi di kecamatan juga belom jalan 100 persen ya. Jadi
harus ada kerja samanya juga antara pihak kelurahan dan dinas, sinkron.
13 P : Tapi setidaknya adanya wub ini ikut mengembangkan perekonomian di Depok ya pak
?
I : Iya, mengembakan ekonomi di Depok. Untuk dari usaha mikro ke usaha kecil. Yang
tadinya dia dibina terus dari dinas, dari a sampai z, setelah akhir ini diharapkan naik
kelas, gitu. Mungkin dari asset, omzet, terus tenaga kerja. Kalo udah usaha kecil,
otomatis jadi binaan dinas provinsi. Jadi kita arahkan untuk dibina dan diakomodir sama
dinas provinsi. Soalnya kewenangan sekarang kan di dalam perundang-undangan hanya
skup mikro, jadi dibawah 300 juta omzetnya per tahun. Kalau sudah lewat berarti
otomatis dia usaha kecil. Jadi ada skupnya. Misalnya provinsi binaannya usaha kecil,
kalo kementerian udah usaha besar. Jadi bertahap dari mikro, kecil, menengah, besar.
14 P : Di dalam proses pembinaan, ada Pembina dari pelaku usaha yang sudah maju pak ?
kemarin saya dengar dari ibu-ibu KWT dibina sama pak Ubaidillah ya
I : Jadi istilahnya pendamping. Jadi di tiap kecamatan ini ada 11 ada pendampignya. Pak
Ubai misalnya pendampingnya kecamatan Cipayung, dia itu pelaku soto wali yang depan
RSUD, pernah masuk tv juga. Terus yang tadi pak Iqbal pendamping dari provinsi juga.
Terus di tiap kecamatan ada beberapa pendamping. Biasanya mereka pegang 2 atau 3
kecamatan, misalnya pak Ubai megang Cipayung sama apa, terus pak Ridwan, pak Ade,
pak Iqbal. Jadi 4 pendamping kalo ada 11 jadi masing-masing 3. Jadi mereka yang
mendampingi pelaku ukm, misalnya kendalanya apa aja, terus mereka menghimpun
disampaikan ke dinas. Jadi apa yang di lapangan, kendalanya dicatat terus ditembusin ke
dinas, gitu.
15 P : Kalo wub ini ada pertemuan rutinnya pak ?
I : Kalo pertemuan rutin di lapangan mereka udah berjalan ya, cuma di dinasnya belum.
Misalnya kecamatan Cipayung ngadainnya bulan pertama atau bulan kedua. Jadi
dikembalikan ke masing-masing. Kalo pertemuan didampingi sama orang dinas,sama
pendamping juga, jadi apa yang mereka kemukakan, kita sampaikan juga ke atasan
berupa masukan, kritik, dan sebagainya.
Terus ada jua kios di pasar modern di giant, carefour, superindo, sama tranSMART. Jadi
dikasih space ukm.
16 P : Itu ada kerja sama dengan pihak pengelola pasar modernnya ?
I : Iya sudah. Jadi jangka waktunya satu tahun free, cuma biasa dia bayar keamanan,
listrik, kebersihan. Jadi kita sediakan, tolong dijaga dan dirawat gitu.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Bapak Sutarman
Lokasi : Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Ratu Jaya
Status : Kepala BPP Ratu Jaya
Tanggal : 5 Juni 2018
No Dialog
1 P : Posisi BPP terhadap KWT Cipayung itu bagaimana pak ?
I : Nah kita itu dalam sisi legitimasi ya bahwa sebagai yang melengkapi status lah. Kan
gini, kalau kelompok itu mau dibentuk, langkah pertama ada kesepakatan dari orang per
orang lalu di kumpulkan. Nah disitu jadi membuat langkah prosedur mekanisme
pembentukan kelompok gitu kan judulnya. Nah jadi kelompok ini tidak dibentuk atas
dasar pesanan, baik itu pesanan individu maupun pesanan organisasi, contohnya dalam
hal ini ada pesanan dari partai politik. Tapi betul-betul memiliki niatan ingin mempunyai
wadah dari masing-masing, dihimpun, baru dibuatkan berita acara. Berita acara ditanda
tangani oleh ketua pelaksana dengan sekretaris. Tetapi ketua dan sekretaris itu adalah
ketua pembentukan bukan ketua organisasi, kalaupun setelah berlangsung pemilihan
ketua, toh yang bersangkutan disepakati menjadi ketua, berarti itu mah kebetulan saja.
Nah baru berita acara itu disampaikan ke kelurahan untuk mendapat surat keputusan.
Yang wajib harus hadir dalam pembentukan itu adalah wakil dari kelurahan, kemudian
penyuluh yang dalam hal ini kepala BPP ya, kemudian ya itu tadi ketua dan sekretaris
pembentukan, ditanda tangani disampaikan ke kelurahan. Jadi kita bicara dari pondasi
awal keberadaan organisasi. Nah itu jadi kalau ingin masyarakat membentuk kelompok
wanita tani, prosesnya harus seperti tadi. Jadi ada pembuatan berita acara, berita acara
ditanda tangani oleh ketua pelaksana pembentukan dan sekretaris, serta dibawahnya
ditanda tangani oleh penyuluh. Berita acara itu disampaikan, artinya setelah ada nama
kelompok, susunan kepengurusan dan anggota, dilampirkan dengan daftar hadir,
disampaikan nanti akan keluar surat keputusan dari kelurahan.
Nah habis itu sekaligus menyatakan sebagai kelas pemula. Kan ada empat namanya,
pemula, lanjut, madya, utama. Adapun pernyataan kelas pemula itu, bagian
pengukuhannya adalah kita (BPP), gitu keberadaannya dari awal. Lurah yang
mengeluarkan SK, pengukuhan sebutan pemulanya kita (BPP). Setelah ada surat
keputusan, KWT tuh wajib mempunyai pertama, administrasi, ada 16 buku minimal 5
sampai 8 lah. Buku surat keluar, surat masuk, catatan kepengurusan, inventaris barang,
laporan tempat, dan rencana kegiatan. Kemudian mereka wajib mengadakan pertemuan
secara rutin. Minimal 2 minggu sekali. Kemudian nanti diakhir tahun, kita menilai, itu
untuk menentukan kalo skornya itu kan kalo pemula 0 sampai 250, kemudian kalo lanjut
251 sampai 500, kemudian kalau madya 501 sampai 750, nah kalau kelas utama 751
sampai 1000. Kemudian tingkatannya kalau pemula oleh lurah di SK kan nya, lanjut oleh
camat, madya oleh wali kota, nah baru kelas utama oleh gubernur. Nah jadi organisasi
kemasyarakatan dalam hal ini KWT tidak bisa dianggap sepele karena sudah memiliki
legitimasi formal. Nah ada instrument, setahun sekali itu kita survey instrument nya ada
5 jurus kemampuan kelompok. Pertama, perencanaan, kedua pelaksanaan, ketiga
evaluasi, termasuk evaluasi organisasi, ijin sertifikasi, kemudian ada pengkaderan, dan
terakhir pelaporan. Jadi nanti ada sekitar 30 item dalam bentuk questioner ya. Nah nanti
apakah bisa naik kelas dari pemula ke lanjut, atau naik skor. Jadi katakanlah peran serta
atau kepedulian BPP terhadap kelompok yang dibentuk di wilayahnya seperti itu.
Kemudian, kelompok itu juga bisa mengikuti akses kegiatan yang dilontarkan suratnya
dari kita (BPP). Misalkan contoh, ada kesempatan pelatihan untuk KWT yang
ditargetkan oleh pemerintah kota, masing-masing BPP antara timur dan barat dibutuhkan
40 orang. Seperti kemarin nih, kemarin kita mengikutsertakan pelatihan di Grand Hotel
Ussu di Cisarua, itu untuk sayuran 20 orang, belimbing 20, tanaman hias 20. Nah
otomatis untuk bidang sayurannya kita sebarkan ke KWT. Nah suratnya dari kita. Dinas
DKPPP meluncurkan surat ke BPP, nah BPP terserah mau siapa aja. Nah kita atur kira-
kira dimana potensi yang pas untuk ikut pelatihan itu. Jadi tidak bisa tiba-tiba langsung
DKPPP ngasih surat ke KWT nya, harus melalui BPP masing-masing. Nah sudah dari
awal pembentukan, pengukuhan, penilaian, kemudian yang ketiga akses pelayanan dari
sisi kebutuhan secara umum.
Nah kemudian, kita juga ada tentang supervise, monitoring, dan pembinaan. Jadi
supervise kepada penyuluh, monitoring dan pembinaan kepada KWT. Apa yang
dimonitor, dan dibina ? nah dari akses kelembagaan, kemudian dari akses teknis dan
akses permodalan. Permodalan disini bukan BPP punya uang lantas disebarkan kepada
KWT, tidak. Tetapi menyambungkan peluang yang bisa ditempuh dari sumber yang ada
yang bisa dilengkapi syarat-syarat, seperti ada KUR (Kredit Usaha Rakyat), kalo dulu
ada Kredit Usaha Tani. Nah itu tentunya kan diinformasikan oleh kita (BPP). Nah yang
lainnya, pihak provinsi membutuhkan data untuk mengikuti pelatihan WUB (Wira Usaha
Baru), nah itu pun lewat kita. Minimal calon peserta ini yang tergabung dalam anggota
kelompok, punya background menempuh pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, D3
dan Perguruan tinggi itu dilampirkan foto copy nya. Kemudian punya akses usaha,
kemudian KK, KTP, kemudian dia mengisi biodata. Kemudian diadakan verifikasi dan
validasi di sini (Kantor BPP). Nah mungkin itu keterkaitan jaringan-jaringan antara BPP
dengan wadah dibawah.
Kemudian ada paket KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang diluncurkan untuk
KWT, jadi budi daya baik secara konvensional maupun modern. Kalo modern sudah
menggunakan media nutrisi maupun air seperti akuaponik. Nah itu alokasi dari kita, akan
disalurkan ke berapa KWT, tidak bisa dari dinas langsung ke KWT. Ada juga akses
untuk mengikuti event kabupaten yaitu hari pangan sedunia, yang kedua tingkat provinsi
ada hari krida pertanian, nah terakhir tingkat nasional adalah pennas, pekan nasional
petani dan nelayan. Nah salah satu peserta yang dikirim berasal dari KWT, kita yang
menjaring. Kemudian mereka juga bisa mengikuti pelatihan teknis yang diadakan oleh
BBPP, balai besar pelatihan pertanian yang di Lembang, Bandung. Itu perangkat pusat.
Ada juga yang di Cihea, nah kebetulan wub besok diadakan di Cihea, Cianjur. Jadi kalo
tiba-tiba mau ikut wub tanpa melalui kita itu ngga bisa. Kemudian ada juga paket
pengadaan benih dan nutrisi untuk KWT juga dari kita. Nah tapi mereka (KWT)
mempunyai kesempatan untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, budaya
seluas mungkin dengan mencari informasi baik lewat media cetak, radio, maupun
televise ya silahkan saja. Jadi ada juga informasi lewat kita dalam bentuk leaflet atau
yang berbentuk kaya buku juga bisa.
2 P : Kalo pelatihan yang diberikan oleh BPP itu kapan aja pak ?
I : Nah kalo insidentil langsung informasi lewat penyuluh yang ada di BPP. Yang kedua,
itu tadi kalo ada pelatihan teknis itu dari penyuluh. Ada juga praktisi. Kalau waktunya
mah sesuai dengan agenda yang diberikan oleh DKPPP, jadi berjenjang lah begitu. Tapi
kemarin ada sendiri, satu unit (KWT) kita bawa kunjungan dan pelatihan ke Kuningan.
Seharusnya pelatihannya di BPP tapi kita adakan keluar karena mereka (KWT) ingin
mencari suasana baru. jadi judulnya kunjungan dan pelatihan. Itu ke KWT Sri Mandiri di
Desa Sembawa Kabupaten Kuningan.
3 P : Itu KWT disana olahannya apa pak ?
I : Itu aneka ubi, ubi ungu, ubi merah, ubi putih. Dan bahkan KWT itu sudah bisa
mengekspor keluar produknya. Sudah kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah,
atau swasta sudah masuk.
4 P : Kalo wub sendiri, BPP itu ikut menseleksi pak ?
I : Kemarin kan yang dibutuhkan 20, nah kita ngirim 27 jadi nanti ada yang terseleksi.
Verifikasi validasinya dari provinsi, kita yang penting menginformasikan ke KWT,
melengkapi syarat kita tampung, kita adakan verifikasi di sini nih (Kantor BPP). Yang
orang provinsinya dateng ke sini. Jadi bukan masyarakatnya digiring ke provinsi, lebih
baik kan orang yang validasi dan verifikasinya dateng kesini. Jadi masyarakatnya kita
undang ke BPP. Itu sekitar bulan April lah. Pelatihannya kan bulan Oktober.
5 P : Itu wub pertanian pak namanya ?
I : Iya, jadi menjaring calon wira usaha baru di bidang pertanian. Ya mungkin dalam hal
ini kaya home industry bikin olahan-olahan
6 P : Maka dari itu yang ikut KWT aja pak ?
I : Campur sih sebenernya ada poktan, poknak, ada KWT. Tapi kemarin di dominasi oleh
KWT.
7 P : Dalam standarisasi produk KWT, BPP memperhatikan aja apa pak ?
I : Nah dalam rangka mengacu, mengarah dan meningkatkan olahan menuju pada
persaingan sehat ya, pertama yang kita perhatikan tuh memperbaiki kualitas olahan dari
sisi penampilan. Nah kalo pun itu PIRT kan tanggung jawab (dinas) kesehatan, jadi kita
tidak bisa produksi. Kemudian halal dari MUI. Nah kalo dari kita minimal pertama
higienis, kedua bebas dari kandungan bahan lain dalam hal ini mau pestisida, mau
formalin. Artinya kalo disederhanakan mah tidak menggunakan bahan pengawet gitu
dah. Ada juga kan yang suka make bahan pengawet, bahan pewarna, lebih baik kalo
pewarna itu make bahan alami seperti daun suji, pake kembang belimbing wuluh ya. Nah
alami, itu kan aman ketimbang make bahan pewarna kaya buat cat. Itu kan bahaya kalo
ke makan, ada yang diem-diem beli terus dicampur ke olahan terus di makan sama kita,
kan bahaya. Nah itu kita informasikan yang namanya produk olahan KWT yang
merupakan tanggung jawab BPP dan DKPPP ya kita suruh meningkatkan kualitas untuk
juga bersaing secara sehat.
8 P : Kalo wub dan pasar tani itu salah satu cara mengembangkan ekonomi di Depok pak ?
I : Iya betul salah satu itu. Pertama gini, diadakannya pasar tani untuk mengenalkan.
Yang kedua untuk menjaring konsumen. Yang ketiga agar didapat transaksi yang
dihasilkan oleh wadah KWT. Adapun kerja sama, kemitraan selanjutnya yang terjadi di
pasar tani, ya silahkan. Dengan cara membuat kartu nama. Biasanya melalui pasar tani
itu hasil produksinya lebih banyak. Karena kan misalnya selama ini kita cari produk ini,
oh ternyata adanya di pasar tani. Nah diketemukanlah antara produsen dengan konsumen.
Ada yang bahkan dari luar jawa pernah datang ke pasar tani. Nah kalo wub sendiri kan
sudah berjalan, kita hanya menginformasikan saja. Kalo udah ukm kan sudah sendiri
berarti. Itu sudah dibina sendiri oleh dinasnya. Kalo bicara kelompok, itu baru kita.
Jangan dicampur-campur. Makanya kemarin ada pembatasan di pasar tani. Yang ikut
pasar tani khusus bagi orang-orang yang tergabung dalam kepengurusan organisasi
wanita tani. Kalo ada yang perorangan dititip sama yang lain. Itu untuk menghormati
satu sama lain. Jangan sampe nanti DKUM protes, ko DKPPP udah mencampuri dinas
kami secara kewenangannya. Makanya teknis kita (DKPPP), kalo yang urusan
perdaganga, urusan PIRT urusan lain. Tapi kita mendorong, bahwa nilai produk yang
dikembangkan ini harus mempunyai pangsa pasar yang luas, banyak dan berkualitas.
9 P : Kalau ada pihak-pihak yang nakal, yang menggunakan bahan lain itu ada sanksinya
pak ?
I : Ya tentunya itu kan sudah jelas disurat edaran yang dikeluarkan oleh masing-masing
instansi. Artinya sudah mengikat, apabila ada produk yang menggunakan campuran
bahan lain dan terindikasikan membahayakan konsumen maka otomatis kena sanksi.
Maka jangan sampe produk yang dihasilkan justru membuat masalah terhadap kesehatan,
belinya ngga seberapa tapi efeknya malah lebih besar. Hal-hal seperti itu yang kita
dorong. Kita imbau, jangan sampe produk-produk yang dihasilkan KWT hanya
menggiurkan sesaat nanti akan merugikan konsumen di masa yang akan datang.
10 P : Kalo wub pertanian itu dari tahun berapa pak ?
I : Kalo yang di kita baru tahun ini. tapi kalo yang lain lain itu sudah 2 tahun ke
belakang. Karena Jawa Barat ingin menciptakan 100000 wirausaha baru. Kalo Depok
yang kemarin itu baru dibawah 1000 lah.
11 P : Syarat untuk ikut wub itu apa aja pak ?
I : Kemarin itu yang diminta, pertama tergabung dalam kelompok, mau itu pengurus
maupun anggota. Yang kedua mempunyai background pendidikan, yang ketiga punya
usaha, yang keempat dari sisi domisili, dibuktikan dengan KTP dan KK. Itu aja sih. Yang
penting, kenapa harus lewat BPP ? karena harus yang tergabung dalam kelompok, kalo
yang bukan anggota kelompok tetep gak bisa walaupun usahanya bagus juga.
12 P : Kalo omzet di pasar tani itu gimana pak untuk perekonomian di kota Depok ?
I : Perputaran ekonomi di pasar tani itu hampir mendekati sepuluh juta lah per event. Jadi
antara 5 sampai 10 juta. Ada yang hanya setengah jam itu barang sudah habis.