15
ANALISIS KONTRASTIF INDONESIA-ARAB DALAM PADANAN TERJEMAH TEKS SASTRA: ANALISIS HERMENEUTIKA BUDAYA-) Moh. Pribadi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Pos-el : moh _p r ib adi@y aho o. com Inti Sari Istilah "analisis kontrastif" dapat didefinisikan sebagai cara kerja mengkaji dua bahasa atau lebih secara sinkronis yang meliputi unsur fonetik, morfemik, sintaksis, dan budaya untuk kepentingan penerjemahan dan pengajaran. Tujuan analisis kontrastif adalah untuk r4encari persamaan dan perbedaan antara dua bahasa atau lebih yang menjadi objek kajian. Adapuri teori yang digunakan dalam tulisan ini ialah prinsip pengertian yang proposional (principle of propotionnl understnnding). Metode yang digunakan ialah analisis kontrastif yang dideskripsikan melaui pola-pola sosioli- nguistik. Manfaat dari temuan AK dalam dunia ilmu pengetahuan dapat memperluas pengetahuan objek bahasayang menjadi sasaran; sedangkan manfaat AK dalam dunia terjemah (teks sastra) dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk mencari padanan kata terjemahan yang tepat dalam rangka mempertahankan pesan teks terjemah atas teks aslinya. Untuk itu, artikel ini difo- kuskanpada objekkajianteks sastra. Untukmendukunganalisis ini penulismencobamenggunakan cara hermeneutika (takwil). Penggunaan pisau analisis ini dimaksudkan agar dapat menjadi alat yang tepat dalam kerangka mencari makna tafsir dan takwil ataE teks sastra keduanya. Dari hasil interpretasi teks sastra keduanya dapat menemukan istilah-istilah bahasa yang tepat dalam teks sastra kajiannya sehingga terjadi komunikasi yang tepat antara teks sastra terjemahan. Kata kunci: Analisis Kontrastif, Hermeneutika, Sastra " contrnstkte analysis" term can be defined ns zrt!;:;:;:r to study huo tanguages or more synchronically coaering phonetic, morplrcmic, syntactic, and cultural component for translation and teaching purpose. Tlrc contrastiae analysis is aimed at finding similarities nnd dffirences between fiuo langunges or more ns object of study.Theory employedin thispaper isPrinciple of proportionalunderstanding. Metlndusedin thispnper is contrastiae analysis that is described tlrough sociolinguistic patterns. Tlrc benefit of contrastiae analysis findinginsocialscience canextadl.nnguageobjectknozoledge tlntbecontes the target; meanwhile, the mntrastioe analysis benefit in translation field (literary text) is as one of wnys to find appropriate translstion word parable in rendeing translation text message of source text. Therefore, this article focuses on object ofliterature text studu. To support tlis annlysis tlrc zoiter uses hermeneutic wny (tnkwil), The use of nnalysis knife is aimed toluoe appropriate tool inframe of discoaeringinterpretation meaning and takwil onbot'h of literature text. Tlrc result ofboth ofliterature text interpretation can find nppropriate language terms in its literature text study tlut occur appropriate communicationbefuneenboth of translation literary text. Keyw ords: contrastiae analy sis, I rcrm eneu tics, an d liter ntu r e Makalah ini telah dipresentasikan pada kegiatan Diskusi Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, tanggal 29 September- 1 Oktober 201,4 di Hotel Arjuna, Yogyakarta. Naskah masuk tanggal 3 Oktober 2014. Editor: Drs. Herry Mardianto. Edit:27-30 Oktober 2014. Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra lLl

KONTRASTIF INDONESIA-ARAB DALAM PADANAN TERJEMAH …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KONTRASTIF INDONESIA-ARAB DALAM PADANANTERJEMAH TEKS SASTRA: ANALISIS HERMENEUTIKA

BUDAYA-)

Moh. PribadiUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pos-el : moh _p r ib adi@y aho o. com

Inti SariIstilah "analisis kontrastif" dapat didefinisikan sebagai cara kerja mengkaji dua bahasa atau lebihsecara sinkronis yang meliputi unsur fonetik, morfemik, sintaksis, dan budaya untuk kepentinganpenerjemahan dan pengajaran. Tujuan analisis kontrastif adalah untuk r4encari persamaan danperbedaan antara dua bahasa atau lebih yang menjadi objek kajian. Adapuri teori yang digunakandalam tulisan ini ialah prinsip pengertian yang proposional (principle of propotionnl understnnding).Metode yang digunakan ialah analisis kontrastif yang dideskripsikan melaui pola-pola sosioli-nguistik. Manfaat dari temuan AK dalam dunia ilmu pengetahuan dapat memperluas pengetahuanobjek bahasayang menjadi sasaran; sedangkan manfaat AK dalam dunia terjemah (teks sastra)dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk mencari padanan kata terjemahan yang tepatdalam rangka mempertahankan pesan teks terjemah atas teks aslinya. Untuk itu, artikel ini difo-kuskanpada objekkajianteks sastra. Untukmendukunganalisis ini penulismencobamenggunakancara hermeneutika (takwil). Penggunaan pisau analisis ini dimaksudkan agar dapat menjadi alatyang tepat dalam kerangka mencari makna tafsir dan takwil ataE teks sastra keduanya. Dari hasilinterpretasi teks sastra keduanya dapat menemukan istilah-istilah bahasa yang tepat dalam tekssastra kajiannya sehingga terjadi komunikasi yang tepat antara teks sastra terjemahan.

Kata kunci: Analisis Kontrastif, Hermeneutika, Sastra

" contrnstkte analysis" term can be defined ns zrt!;:;:;:r to study huo tanguages or more synchronically

coaering phonetic, morplrcmic, syntactic, and cultural component for translation and teaching purpose. Tlrccontrastiae analysis is aimed at finding similarities nnd dffirences between fiuo langunges or more ns object ofstudy.Theory employedin thispaper isPrinciple of proportionalunderstanding. Metlndusedin thispnperis contrastiae analysis that is described tlrough sociolinguistic patterns. Tlrc benefit of contrastiae analysis

findinginsocialscience canextadl.nnguageobjectknozoledge tlntbecontes the target; meanwhile, the mntrastioe

analysis benefit in translation field (literary text) is as one of wnys to find appropriate translstion wordparable in rendeing translation text message of source text. Therefore, this article focuses on object ofliteraturetext studu. To support tlis annlysis tlrc zoiter uses hermeneutic wny (tnkwil), The use of nnalysis knife is aimed

toluoe appropriate tool inframe of discoaeringinterpretation meaning and takwil onbot'h of literature text.

Tlrc result ofboth ofliterature text interpretation can find nppropriate language terms in its literature textstudy tlut occur appropriate communicationbefuneenboth of translation literary text.

Keyw ords: contrastiae analy sis, I rcrm eneu tics, an d liter ntu r e

Makalah ini telah dipresentasikan pada kegiatan Diskusi Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, tanggal 29 September-1 Oktober 201,4 di Hotel Arjuna, Yogyakarta.

Naskah masuk tanggal 3 Oktober 2014. Editor: Drs. Herry Mardianto. Edit:27-30 Oktober 2014.

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra lLl

1. Pendahuluan

Motivasi yang melatarbelakangi kajian iniialah suatu keinginan kuat penulis dalam me-

nempatkan sastra kajian secara tepat sebagai pa-

danan terjemah antara dua teks sastra Indonesia

dan Arab. Penempatan teks sastra secara tepatitu penting karena untuk menjaga nilai estetikateks dan maknanya tetap bersih dari pence-maran. Pencemaran teks dapat diilustrasikan se-

bagai bentuk konkret susunanbahasa yang terle-pas dari unsur dan ciri khas sebagai teks sastra.

Sementara itu, pencemaran makna sastra ber-kaitan langsung dengan kabur atau hilangnyapesan dibalik teks yang bersifat implisit akibatterjadinya pencemaran teks tersebut.

Latar belakang tersebut diperkuat lagi olehadanya kesulitan nyata dalam pemilihan danpemilahan terjemah yang tepat. Salah satunyayang muncul dalam dunia terjemah teks sastra

bahasa Arab ke Indonesia atau sebaliknya ialahbagaimana penerjemah dalam memilih ko-sakata yang tepat dan sepadan antara kedua-nya? Ketika berlangsung proses pengalihan pe-

san teks sastra dari bahasa asli (Arab) ke dalambahasa Indonesia atau sebaliknya, muncul ada-

nya dua teks sastra yang memiliki padanan pe-

sary padahal teks sastra antara keduanya ber-

beda makna secara leksikal.

Di sini muncul dilema pemilihan kata atau

teks sastra yang sepadan untuk karya terjemah-an. Jika pemilihan jatuh pada terjemah kataberdasarkan makna leksikal, nilai sastra terje-mahannya tidak dapat dipertahankan. Semen-

tara itu, jika pola terjemahan tidak demikian,penerjemah mencarikan padanan teks sastra-

nya maka ia harus mencari teks sastra Indone-sia atau Arab yang memiliki makna atau pesan

yang sama atau sepadan meskipun berbedamakna leksikalnya. Hal inilah yang mengha-ruskan seorang penerjemah melibatkan pende-

katan-pendekatan sej enis hermeneut ikal (t ak-

wil atau tafsir) dalam menngkontrastifkan duateks sastra Arab dan Indonesia dalam rangkamencari makna yang selaras dengan pesanyang ada dalam teks sastra keduanya.

Dalam tulisan ini, penulis mencoba meng-gunakan pendekatan hermeneutika sebagailandasan dalam berpikir dalam proses penterje-mahan sastra Arab Indonesia. Tujuannya seba-

gai jawaban atas dilema terjemah, agar nilaiestetika dan komunikasi antara teks sastra danaudiensinya dalam karya terjemahan tetap da-pat dipertahankan. Di samping hal tersebut,pemilihan pendekatan kontrastif ini juga dila-tarbelakangi oleh adapya perbedaan asal-usuldan tata bahasa yang'meliputi fonetik, mor-femik, sintaksis, dan perbedaan budaya sampaiperbedaan lambang huruf. Hal ini merupakanfakta-fakta kebahasaan yang tidak dapat di-abaikan oleh penerjemah begitu saja ketika iabekerja dalam ranah terjemah antara bahasaArab dan Indonesia.

2. Landasan Teori dan Metode

Asumsi bahwa bahasa Arab itu sulit bagipenutur bahasa Indonesia jika diselaraskandengan asumsi analisis kontrastif maka semakinjelas bahwa unsur-unsur perbedaan kebaha-saan antara dua bahasa atau lebih menjadi se-

bab utama kesulitan dalam penerjemahan.Oleh karena itu makalah ini berusaha untukmencoba melihat sisi teoretik, metodik, danpraktisnya melalui analisis kontrastif pada ta-taran wacana komunikatif.

Teks-teks sastra yang dikontrastifkan daribahasa Arab ke bahasa Indonesia bertujuanuntuk menggali persamaan dan perbedaanmakna budaya yang tersirat di dalamnya se-

hingga dapat dikomunikasikan kepada masya-'rakat. Makna budaya bersinggungan denganmakna implisit sehingga seorang penerjemah

1 Flermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Nama hermeneutikadiambil dari kata kerja dalam bahasa yunani lwnreneuien yang berarti, menafsirkan, memberi pemahamary ataumenerjemahkan. Jika dirunut lebih lanju! kata kerja tersebut diambil dari nama Hermes, dewa Pengetahuan dalammitologi Yunani yang bertugas sebagai pemberi pemahaman kepada manusia terkait pesan yang disampaikan olehpara dewa-dewa di Olympus.Wikipedia ..., ensiklopedin ..., diakes 10 Agustus 20-14, rutoto.Google.co.id.

112 Widyapanua, Volume 42, Nomor 2, Desember 2014

memerlukan alat penakwil yang tepat. Dalam

hal ini, penulis mencoba mengemukakan me-

tode analisis Gracia tentang Proses interpretasi

teks melalui fungsi arti (meaning function) dan

fungsi implikatif (implicatiae function).Diakui bahwa dalam proses analisis, se-

orang penafsir (interpreter) atau penerjemah

akan menemui dilema penafsiran ketika iamembaca teks sastra misalnya. Dilema itu mun-

cul dari adanya konsekuensi antara dua

audiensi yang berbeda bahasanya, meskipunpada dasarnya, kemudian ia bekerja menafsir-

kannya untuk audiensi tujuan. Dilema itu mun-

cul ketika penafsir (interpreter) menambah teks

atau terjadi penambahan teks (interpretnns) un-

tuk teks di bawah interpretasinya (interpretan-

dum). Hal itu muncul seperti adanya perubah-

an dengan penambahan teks di bawah inter-

pretasi karena suatu pemahaman dari teks sas-

tra (letters texts).

Namun, menurut Gracia, secara garis

besar hal itu dapat diatasi dengan prinsip pe-

ngertian yang proporsional (principle of propo-

tional under standing). Artinya, ketika seseorang

memberikan penafsiran atau interpretasi teks,

ia harus menyadari tentang interpretasi suatu

teks sastra, misalnya untuk suatu audiensi de-

ngan memperhatikan produksi tindak pema-

haman sebagai teks sastra.

Pada tataran selanjutnya penafsir (inter-

preter) menemukan arti teks (meaning of the

text). Fungsi arti (meaning function) dimaksudadalah kreasi penafsir dalam tindak pema-

haman (acts of understanding) bagi suatu au-

diensi yang selaras dengan arti teks, baik kreasi

arti ini dimiliki maupun tidak oleh penulis sas-

tra (letters author) terhadap teks. Singkatnya,seorang penafsir (interpreter) melalui interpre-

tasinya memberikan kreasinya mengenai artiteks untuk audiensi pembaca yang tidak dimi-liki oleh penulis teks sastra (Gracia, 1995:1,60).

Tataran selanjutnya adalah fungsi impli-katlf (i ntplicatiu e fu ncti nn). Kr easi penafsir yang

berupa interpretasi-interpretasi teks sastra mi-

salnya (letters ferfs) untuk menghasilkan tindak

pemahaman bagi suatu audiensi berkaitandengan teks adalah membuka implikasiimpli-kasi arti teks sastra rujukan. Interpretasi tidaklagi hanya berkaitan dengan pemahaman arti

teks sastra, tetapi dengan lebih banyak lagi se-

perti konteks komunikasi budaYa.

Kemampuan yang baik dalam memahami

teks sastra oleh penafsir secara umum merupa-

kan prasyarat untuk pemenuhan fungsi impli-katif ini. Hal ini penti4g karena keefektifan dan

kecukupan interpretasi ter gantung pada bagus-

nya interpretasi penafsir (interpreter). Fungsi

implikatif dapat menciptakan kembali dalam

suatu audiensi tindak pemahaman penulis teks

dan audiensinya atau produksi dalam suatu

audiensi, suatu pemahaman arti dari teks atau

implikasi dari arti itu. Baik buruknya produksisuatu audiensi ditentukan oleh kualitas pro-

duksi kreatif penafsir dan sejauh mana ia me-

mahami teks tersebut.

Ringkasnya, interpretasi senantiasa meli-

batkan konstruksi baru, penemuan baru atau

lainnya. Semua interpretasi melibatkankonstruksi, yaitu produksi teks yang akanmenghasilkan tindak pemahaman audiensi.Hal ini melibatkan penemuan, tempat penafsir

(interpreter position) harus mencari cara terbaik

untuk menghasilkan tindak pemahaman. Na-

mun, interpretasi tidak secara langsung meli-

batkan konstruksi atau penemuan arti teks' Tu-

gas p enaf s ir (in t erp r e t er) adalah men gons truks ipemahaman yang mengantarkan pada inter-

pretasi yang proporsional.From what hns been said it follows that all inter-

, pretations inaolae construction, namely, the

production of a text that will produce acts ofunderstanding in an audience. And they inaolae

discoaery to the degree that interpreters must

search for the best means to produce those acts

of understanding. But interpretations do not

directly inaolae the construction or discoaery

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra 113

of meaning, That task falls to understanding,although interpretations presuppose under-standing of meaning (Graci4 1995:1.63)2.

Dalam penyajian makalah, penulis juga

berusaha keras menjelaskan tema kajian inidengan menggunakan metode analisis kon-trastif yang dideskripsikan melalui pola-pola

sosiolinguistik.3 Metode analisis ini digunakan

ketika pembicaraan menyangkut tema-tema

dan subtema analisis kontrastif yang dipan-dang sebagai ilmu pengetahuan teknis yangmembutuhkan informasi-informasi metodikpenting yang harus dideskripsikan melalui ke-

terangan-keterangan pokok maupun pendu-kungnya termasuk di dalamnya metode Peme-rian contoh-contoh.

Sedangkan sosiolinguistik sebagai cabang

linguistik yang mempelajari hubungan dansaling pengaruh antara perilaku bahasa dan

perilaku sosial (Kridalaksana, 1993:201) di-arahkan pada suatu titik sasaran teks sastra ke-

tika pembicaraan analisis kontrastif yang me-

nyangkut wacana serta latar belakang sosial

yang memiliki peran dalam membentuk ujaran

sebagai perilaku bahasa yang diproduksi oleh

penutur sastranya. Dengan penggunaan me-

tode analisis deskriptif yang disertai kerangka

teori sosiolinguistik, diharapkan makalah inidapat memberikan gambaran jelas; apa makna

yang tersirat di balik lambang-lambang bahasa

yang digunakan dalam teks sastra untuk me-

nemukan persamaan dan perbedaan makna

implisitnya.Sebelum masuk dalam pembahasan tema,

di sini penulis menganggap penting adanya pe-

negasan beberapa istilah berkaitan dengan stu-

di analisis kontrastif. Mahmud (2004:13) me-

nyebutkan sejumlah istilah berkaitan dengananalisis kontrastif: Zabrocki seorang linguis Jer-man menyebutnya "Konfrontative Linguistics",Ellias menyebutnya "Comparative descriptiveLinguistics", Akhmanova dan Melencukmenyebutnya "Linguistics Confrontation", danCarl James menyebutnya "Contrastive Ana-lysis/ nl tahlil ol tnqfrbuly".

Sedangkan istilah "analisis kontrastif" di-definisikan sebagai cara kerja membandingkandua bahasa atau lebih secara sinkronis tidakdiakronis yang subjek penelitiannya meliputiunsur-unsur fonetik, morfemik, sintaksis, danwacana untuk kepeqtingan khususnya duniapengajaran bahasa sebagaimana dalam duniapenerjemahan. Tujuan analisis kontrastif ada-

lah untuk mencari persamaan dan perbedaan

antara dua bahasa atau lebih yang rnenjadiobjek kajian. Manfaat dari temuan analisis kon-trastif dalam dunia sastra dapat digunakan se-

bagai salah satu pertimbangan dasar dalammenyusun terjemahan teks sastra misalnya danmemilih pola-pola terjemahan atau padanansastra yang tepat.

Hasil kerja analisis dapat membantu se-

orang penutur bahasa Indonesia atas adanyakemungkinan penghilangan atau alpa terha-dap bentuk-bentuk kata kerja "madi dan mu-

dhari"' saat ia berbicara dalam bahasa Arabatau ketika menerjemahkannya ke dalam suatu

bahasa (Indonesia) karena tidak tersedianyabentuk kata kerja tersebut dalam bahasa Indo-nesia. Di sisi lain, bagaimanapun, hasil analisis

kontrastif antara bahasa Indonesia dan Melayu

misalnya, tidak akan memprediksi bahwa pe-

nutur bahasa Indonesia akan menghilangkan

bentuk-bentuk kata kerjanya karena antara

Dari apa yang telah dijelaskan, dinyatakan bahwa semua interpretasi melibatkan konstruksi, yaitu produksi teks

yatrg akan menghasilkan tindak pemahaman di audiensi. Mereka melibatkan level atau tingkatan tempat interpreter

iru.,ir *".r.uri iara terbaik untuk menghasilkan tindak pemahaman. Interpretasi tidak secara langsung melibatkan

konstruksi atau penemuan arti. Tugas itu berupa pemahaman walaupun interpretasi menyatakan adanya pemahaman

arti.Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digullkan.Dalam ial ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subjek atau pelaku berbahasa

sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satl.r dengan yang lain.

LL4 Widyapanrya, Volume 42, Nomor 2, Desember 2014

kedua bahasa Indonesia dan Melayu memilikistruktur gramatikal yang sama.a

Hal yang menguntungkan penerjemahatas kerja analisis kontrastif adalah adanya ke-miripan antara dua bahasa. Kemiripan ini dini-lai oleh praktisi analisis kontrastif sebagai halyang positif dan menguntungkan bagi duniaterjemah dan pembelajaran bahasa asing. Mes-kipun demikian, di sisi lain kemiripan formalantara bahasa Indonesia seperti penggunaankosa kata yang berasal dari Arab"paqiyati" (se-

bagai nama seorang wanita) dan Arab "\.=_f"(yu.g berarti "kemaluan" ) dapat menyebabkanseorang Indonesia terasa mudah, meskipunmuncul rasa malu untuk membuat pernyataanyang memalukan itu ketika melihat maknayang terkandung di dalamnya. Sebagai misal"it+jiJJ-tji - Saya tuan putri kemaluan".5Dapat saja percaya bahwa kesamaan dan perbe-daan mungkin sama-sama merepotkan bagipenerjemah dalam penggunaan kosa kata yangtepat dalam teks terjemahannya sehingga halitu memerlukan studi makna dan konteks buda-yanya secara tepat.

Hal yang perlu diperhatikan dalam carakerja analisis kontrastif ini biasanya denganpenggunaan apa yang dikenal oleh masyarakatsebagai pendekatan struktur permukaan" surface structures/al fuaikal al suthhi" . Yaitu de-ngan penggunaan bahasa yang sama atau mi-rip dengan kenyataan " real liae/al haqtqyyal1 al

hoyyoh". Namun harus diakui bahwa pendekat-an ini tidak benar-benar dapat diandalkary olehkarena adanya beberapa kelemahan dari peng-gunaan "struktur permukaan" dengan kenya-taan kehidupan bahasa yang justru menemui

banyak perbedaan unsur dan sudut pandangseperti contoh tersebut.

3. Pembahasan

3.L Cara Keria Analisis KontrastifKerja membandingkan kesamaan antara

dua bahasa dengan menggunakan pendekatansemacam itu (surface structures/al lpikal al suthhi)dapat menyebabkan persamaan interlingualyang dangkal dan tidak signifikan. Hal initerjadi misalnya ketika kita dituntun untukmengidentifikasi berbagai istilah yang memilikikondisi yang sangat perbeda ketika digunakandalam situasi kehidtipan nyata. Meskipun ba-hasa Indonesia dan bahasa Melayu memiliki"struktur permukaan" yurgsama/ tetapi peng-gunaan dalam berbagai konteks kehidupanbahasa nyata menjadi dapat berbeda-beda. Disisi lain, bahasa Arab sebagai bahasa tujuanyang tidak memiliki kesamaan dalam "strukturpermukaan", tentunya semakin berbeda jauhdalam kenyataan penggunaannya.6

Inkonsistensi seperti itu tentunya dapatmenyebabkan adanya segmen besar aktiviskontrastif yang lebih suka menerima saran bah-wa struktur dalam (al haikal al bathini) bisamenjadi pendekatan yang lebih memuaskanuntuk membuat perbandingan. Meskipun de-mikian sikap berhati-hati untuk tidak melupa-kan fakta bahwa "kalimat yang sama dalambahasa yang berbeda" dengan "struktur da-lam" belum tentu memiliki nilai komunikatifyang setara. Sebagai contoh, meskipun dua ka-limat berikut memiliki asal mula yang sama(kata kerja, subjek, objek) "Pintu dibuka oleh tu-kang pos" dan "-r.,-fl J,"-J 4*:r.ri crUl" namuninforrnasi ini dapat menjadi salah jika audiensi

Dalam bahasa Indonesia dan Melayu kata keterangan waktu berdiri sendiri dalam struktur kalimat tidak.'menyatudengan kata kerjanya. Contoh: a-Je+ dri ;bentuk kata kerja iampau dan sekarang (Arab) akan menjadi dua katadalam bahasa Indonesia "telah mengerjakan - sedang mengerjakan" . Kata telnh dan sedang digunakan sebagai kataketerangan waktu lampau dan sekarang, sementara bentuk kata kerjanya "mengerjakan" tidak mengalami perubahandalam kedua kasus waktu tersebut.Yang dimaksud dengan kemiripan formal adalah kemiripan pemakaian kata yang terjadi akibat penggunaan kosakatabahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk sebuah nama dan istilah Indonesia, seperti penggunaannama oranng Indonesia dengan lafal yang berasal dari kos kata Arab.Kata "pusing" dalam penggunaan sehari-hari daiam bahasa Indonesia berarti "sakit kepala atau pening", sementaradalam bahasa Melayu berarti " jalan-jalan".

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra 115

dituntun untuk percaya bahwa dua kalimat ter-

sebut setara dalam "komunikatif" saja.7

3.2 Analisis Konhastif Komunikatif Budaya

Istilah Pendekatan Komunikatif dalamkonteks analisis kontrastif dapat dimaksudkan

dan diarahkan pada ranah dunia terjemah(sastra).8 Pendekatan komunikasi memiliki be-

berapa penafsirary di antaranya diinterpretasi-kan sebagai suatu pendekatan yang menginte-grasikan antara fungsi-fungsi bahasa, tatabahasa, gaya bahasa, dan sastra. (Nababan,

1993:67) Artinya aplikasi analisis kontrastif ko-munikatif sudah memasuki wilayah budaya.e

Sedangkan yang dimaksud dengan bu-daya di sini diarahkan pada hasil karya ma-nusia, dikonkretkan dalam lambang-lambangdan simbol-simbol budaya dan diwujudkan da-

lam karya-karya bahasa, sastra, dan peradaban

lainnya. Dengan demikian, pengertian komuni-katif budaya dalam studi kontrastif dimaksudadalah usaha menerjemahkan makna-makna

simbol dua budaya atau lebih yang tercermindalam teks sastra, kemudian keduanya dikon-traskan. Nilai budayayang tersirat yang dapat

ditemukan dalam proses komunikasi melaluiistilah yang ditemukan dalam terjemah dan pa-

danan teks sastra, dapat selaras dengan makna

asli antara keduanya. Dengan cara demikianpesan yang ada dalam teks sastra dapat diko-munikasikan dengan baik antara teks dengan

pesan dan masyarakat tujuan (audiensinya)meskipun memiliki makna leksikal yang ber-

beda, tetapi memiliki makna budaya yang se-

laras, sebagaimana tampak pada contoh-con-toh yang akan ditampilkan berikutnya.

Para praktisi bahasa di Inggris (Palmer dankawan-kawannya) itulah yang mengembang-kan suatu dasar pendekatan komunikatif ataulisan ini, khususnya dalam bahasa Inggris. Me-nurutnya pendekatan komunikatif ini dapat di-kategorikan cukup ilmiah oleh karena lebih di-dasarkan pada data-data kebahasaan secarakonkret daripada metode langsung. Demikianpula kegiatan ilmiah yang menyangkut kajianbudaya dalam analisis kontrastif komunikatif,objek materialnya dapat dikembangkan dandiarahkan pada karya-karya bahasa dan sastra

yang lebih luas menyangkut peradaban ma-nusia.

Dari hasil pengamatan dan penelitian,mereka menghasilkan suatu tesis tentang pen-dekatan komunikatif dalam dunia terjemah,misalnya. Secara eksplisit istilah pendekatankomunikatif dalam pengajaran bahasa tujuanadalah suatu studi sistematis dari prinsip-prin-sip dan prosedur-prosedur yang dapat diterap-kan pada seleksi pengaturan isr (content) suatuprogram pengajaran bahasa lisan dalamsituasi-situasi berbahasa yang ditentukan.Situasi-situasi berbahasa itu misalnya situasi-situasi di kantor Pos, di rumah makan, di sta-

siury bandar udara, rapat, dan lainnya. Semen-

tara dalam dunia terjemah, situasi berbahasaitu lebih tepat pada situasi dan pada beberapaeoent budaya seperti sedang berpantury mem-

baca puisi, dan berorasi.

Sedangkan istilah dan konsep "kemampu-an komunikatif"l0 itu diartikan sebagai suatupenguasaan secara naluriah yang dipunyaiseorang penutur bahasa asli untuk mengguna-

kan dan memahami bahasa asing atau bahasa

Dalam struktur bahasa Indonesia kalimat "Pintu dibuka oleh tukang pos" masuk dalam kategori bentuk pasif sementara

dalam struktur bahasa Arab kalimat " t-7Jt P:Ai:i *i .-'l-jl" inerupakan bentuk aktif. Hal ini dapat dilihat dalam

sistem tata bahasa Arab, bab kalimat aktif dan pasif.

Pada dasamya pendekatan kontrastif kkomunikatif ini ditujukan pada bidang pengajaran bahasa asing dan terjemah.

Dilihat dari sisi munculnya pendekatan ini justru dilahirkan tidak oleh seorang linguis, tetapi oleh sekelompoklinguis. Di antaranya Palmer (1917-1968), ia memahami dari pemikiran-pemikiran Otto Jespersen (Denmark, ahlibahasa Inggris), kemudian diaplikasikan oleh Palmer daiam bahasa Inggris, kemudian dilakukan oleh Daniel Jones,

ahli fonetik di Inggris dari tahun1925 - 1950.

Istilah "kemampuan komunikatif" berasal dari Dell Hymes dalam artikelnya yang dimuat oleh Pride dan Holmes

dalam sociololinguistics, 1972, dengartjudul: On Commnunicative Competence. (Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran

Bahasn.Jakarta: Gramedia, p. 63)

1-LG Widyapanul, Volume 42, Nomor 2, Desember 2014

tujuan dalam hal ini bahasa Arab misalnya,secara wajar (appropriately) dalam proses ber-komunikasi atau berinteraksi dengan orang laindan bahkan ketika berinteraksi dengan penuturaslinya, dan dalam hubungannya dengan kon-teks sosial.

Posisi analisis kontrastif pada pendekatankomunikatif adalah penyelarasan pesan-pesanyang terkandung dalam bahasa tujuan dalamkaitannya dengan pengalihan ke dalam bahasaasli (bahasa penerjemah). Jika cara kerja ana-lisis kontrastif dari sudut perbandingan struk-tural, yang kajiannya difokuskan pada aspek-aspek bahasa tujuary pendekatan komunikatifmenyelaraskannya ke dalam bahasa asli de-ngan menyesuaikan simbol-simbol bahasa danpertimbangan makna budayanya agar terjadiproses komunikasi yang benar, atau denganistilah lain terjemah budaya.11 Dengan demi-kian, pendekatan komunikatif dalam kajianlinguistik adalah bagaimana peneliti menyela-raskan hasil kerja analisis kontrastif yang mem-fokuskan subjek bahasannya pada bidang bu-daya. Diharapkan hasil analisisnya dapat dipa-kai sebagai media komunikasi budaya, tetapitetap menggunakan bahasa sebagai media.

3.3 Konteks Komunikasi

Dalam bagian ini fokus pembahasan di-arahkan pada bagaimana cara kerja analisiskontrastif yang komunikatif. Yaitu suatu kerjaanalisis kebahasaan dengan cara membanding-kan dua bahasa atau lebih yang objek kajian-nya difokuskanpada makna dansimbol dibalikteks bahasa, yang menyangkut budaya manu-sia yang lebih luas dari sekedar lambang-lam-bang bahasa. Yaitu, membandingkan unsur-unsur makna bahasa dan di luar kebahasaansehingga objek kajiannya masuk dalam ranah"konteks bahasa komunikasi. Dalam konteks ini,

Hymes (1972,269-293) yang dikutip olehJames(1980) menulis dalam bukunya dengan meng-identifikasi unsur-unsur konteks komunikasimenjadi enam (6) variabel atau faktor penentuyang harus dirujuk dalam menentukan ciri-cirisetiap wacana bahasa atau konteks bahasa.(Nababan, 1993:144)

Keenam variabel ini sedikit banyak adapersamaan dengan apa yang disebut dengan"faktor-faktor penentu dalam menggunakansuatu bahasa atau "faktor-faktor sosiolinguis-tik", faktor konteks sosial bahasa dalam hal iniadalah yang berkai(an dengan bahasa Arab.Keenam variabel dirnaksud dalam konteks ana-lisis komunikatif antara bahasa Arab dan Indo-nesia adalah sebagai berikut.'1.. Latar belakang, yakni tempat dan waktu

(setting) suatu bahasa. Artinya kondisiyang menyangkut tempat dan waktu ke-adaan (Arab: maqam/makin dan waqt/za-man) di mana suatu bahasa dimuncul-kan.12 Setting bahasa yang berkaitan de-ngan tempat dan waktu ini akan meme-ngaruhi di sektor keras dan kecilnya te-kanan suara bahasa, singkat dan panjang-nya teks, pemilihan kosa kata, majAzi danllaqtqt, variasi dan gaya bahasa atau mung-kin tema dan topik suatu bahasa. Contoh:pembicaraan dan gaya bahasa di masjidtentunya akan menuntut perbedaan de-ngan tema dan gaya bahasa di lapangan.Demikian pula waktu akan memengaruhibahasa yang dimunculkan. Waktu pendek,panjang, malam, panas, waktu seditr, se-

nang misalnya, akan menuntut pola-polapendek dan panjangnya bahasa yang di-

.gunakan karena alokasi waktu dan ber-beda sama sekali dengan pola-pola keada-an ramah-tamah dan keakraban karenaalokasi waktunya cukup.

l1 Hal ini tentunya berbeda dengan objek analisis kontrastif struktural yang kajiannya difokuskan pada aspek fonologi,morfologi, dan sintaksis termasuk di dalamnya masalah: Bagaimana menerjemahkan ke dalam bahasa asli tentangtata-cara menulis ortografi (orthoegraphy) yakni sistem ejaan suatu bahasa dan logografik (logogram, logographword, dan sign) yakni ideogram yang dipakai untuk menggambarkan kata; misalnya tanda seperti & artinya 'darr , +artinya'ditambah, % arttnya 'persen', ! artinya 'tanda seru', dan sebagainya.Pepatah Arab menyebutkan: gI,,iL ali^ JSJ setiap situasi dan kondisi memiliki tata wicaranya.t2

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra 1L7

2. Para penutur. Masalah pelaku bahasa yangberkaitan dengan penutur bahasa memilikiperan penting dalam melahirkan suatubahasa. Dengan ragam penutur bahasa,dari filsuf, ahli sejaratr, sosiolog, dokter, ahliagam& ahli fisika teknik, senimary sastra-wan, dan profesi keahlian dan sarjana ilmupengetahuan lainnya tentunya sangat me-mengaruhi produksi bahasa yang merekalahirkan. Bahasa seorang hakim terhadapistrinya tentunya akan berbeda denganketika dia berbicara dalam suatu diskusiilmiah tentang suatu kasus hukum dan pe-nanganannya antara para hakim dan parapembantunya. Dengan mengetahui parapenutur atau pelaku bahasa, seseorangakan mengetahui seluk-beluk perbedaandan persamaan antara bahasa yang satudengan lainnya dan sekaligus variasi danragam penuturnya sesuai dengan alam so-

sial dan lingkungannya.

Tujuan. Bentuk-bentuk susunan dan uslubbahasa tentunya memiliki perbedaan- per-bedaan sesuai dengan tujuan dilahirkan-nya suatu bahasa. Ketika bahasa dilahir-kan untuk memberikan suatu deskripsimasalah tentu format dan strukturnyaakan sangat berbeda ketika suatu bahasadilahirkan untuk tujuan kesaksian, kera-hasiaary pendidikan, perintah, kewajiban,dan sebagainya. Bahasa yang dilahirkanakan dipenuhi keterangan-keteranganyang sedemikian lengkap karena untuk 5.pendidikan dan penerangan, sementarabahasa itu akan dipenuhi dengan kode-kode rahasia karena untuk kepentinganintelijen, dan akan dipenuhi dengan ben-tuk-bentuk sumpatr, janji dan sebagainyakarena untuk sebuah kesaksian dalamsuatu sidang, dan sebagainya.

Suasana atau keadaan (hal). Keadaan da-lam pendidikan anak dan dewasa jugaakan memengaruhi panjang dan pendek-nya suatu penjelasan yang tentunya me-lahirkan bentuk teks bahasa yang berlain-

an satu dengan lainnya. Ilustrasi ini pen-ting diangkat untuk modal pengetahuanyang dapat menngantarkan seseorang me-ngetahui bahwa d:ua setting bahasa ataulebih akan memiliki konteks-konteks yangmungkin sama, tetapi cara penyampaian-nya berbeda, ataukonteks bahasa berbeda,tetapi teks bahasanya sama, dan sebagai-nya. Dengan mengetahui suasana atau ke-adaan bahasa, seseorang dapat mengeta-hui lebih banyak keadaan satu bahasa de-ngan lainny a y angdapat memberikan satupertimbangan 14gi baginya untuk meng-antarkan suatu ipemahaman bahasa yanglebih baik.

Di dunia penerjemahan "keadaan atauhnl" tentunya akan sangat membantu se-

orang penerjemah, bagaimana ia menen-tukan suatu makna kata dalam konteks se-

buah kalimat dan alam sosial yang meling-kupinya, dikontraskan dengan budaya danlingkungannya sehingga ia dapat melahir-kan teks terjemahan yang tepat dalam ba-hasa asli (penerjemah). Suatu hasil terje-mahan yang lebih adil tentunya dapat di-capai jika seorang penerjemah dapat men-transfer makna yang lebih daripada seka-dar makna teks. Dengan demikian, ia telahmenerjemahkan makna teks melalui prosesinterpretasi atau takwil yang sekaligus di-sertai pertimbangan alam sosial yang me-lingkupinya.Topik (content).Topik memiliki posisi pen-ting dalam kaitannya dengan bahasa yangakan digunakan. Topik dapat menuntunpenutur bahasa untuk memilih kosakatadan simbol-simbol bahasa lainnya menjadiberbeda karena perbedaan topik. Makna-makna semantik dan leksikal dapat sajatidak digunakan jika pesan yang terkan-dung dalam teks ketika disampaikan ke-pada seorang audiensi, tidak ingin terjadiadanya kesalahpahaman manakala sam-pai kepada alamatnya. Jika dipaksakanuntuk digunakan pola-pola makna seman-

3.

4.

118 WidyapanVa, Volume 42, Nomor 2, Desember 20L4

tik dan leksikal, kesalah pahaman di satusisi dapat terjadi dan makna estetika suatukarya sastra yang bermakna majfrzl segeramenjadi hilang. Ketika hal ini terjadi, seca-

ra jelas dapat dikatakan bahwa kerja terje-mah atas teks sastra telah terjadi dalamsuatu kegagalan komunikasi denganaudiensinya.

6. Media (channel). Dalam hal ini perlu pemi-lahan dan penjelasan media apa yarrgmenjadi alat komunikasi dimana bahasaakan digunakan. Media itu misalnya de-ngan tatap muka, telepon, surat, e-mail,buku, kawat, korary televisi, dan sebagai-nya. Media-media tersebut memiliki peranpenting dalam penggunaan simbol-simbolbahasa yang dapat saja antara kosakatayang digunakan dan makna yang dimak-sudkan memiliki makna khusus atau maj Az.

Penggunaan makna budaya yang bersifatmajaz jika ditelusuri melalui alat kamusmisalnya, justru maknanya menjadi tidakkomunikatif. Sebagai contoh: bahasa da-lam sms atau intelijen yang cenderung ber-sifat individual sangat arbriter, dan spesi-fik, dan rahasia. Seseorang dipastikanakan menemukan kesulitan yang cukupketika mencari padanan makna melaluikamus sebagai alat untuk menerjemahkan.Dalam hal ini orang harus berusaha keras

menelusuri konteks budaya, waktu, tem-pat, siapa, untuk apa sms, dan apabila per-lu mencari pemilik sms tersebut dan kamuskhusus intelijen.

Deskripsi tersebut memberikan kejelasanbahwa objek kajian pendekatan komunikatiflebih diarahkan pada simbol-simbol budayameskipun teks bahasa tetap memiliki peran se-

bagai medianya. Hal ini sesuai dengan pan-dangan tokoh linnguistik James (1980). Dalamkaitan dengan analisis kontrastif, James menye-but dua macam cara kerja analisisnya, /akni:(a) analisis teks dan (b) analisis wacana. Yangdisebut dengan analisis teks ialah analisis pada

tingkat formal yang mengkaji unit-unlt supra-sentential, unlt suprasentential ini lebih luas darikalimat, yang disebut dengan teks. Analisis unit-lunit suprasentensial inilah yang disebut olehWiddowson dengan istilah usage (penggunaanbentuk-bentuk bahasa). Sementara itu, yangdisebut dengan analisis wacana ialah analisisperbandingan bahasa pada tingkat fungsional,yaitu suatu analisis yang memfokuskan padasuatu kajian bagaimana manusia mengguna-kan bahasa secara pragmatis. Analisis wacanaatau analisis fungsional inilah yang disebut olehWiddowson dengan,istilah use (pragmatik).(Nababan, 1.993 :1 45)'1

Kembali ke James, jika kita mengikutijalan pikirannya, kita harus mengatakan bah-wa dalam hal aktivitas tata kerja analisis kon-trastif antara bahasa Indonesia sebagai bahasa

asli (penerjemah) dan bahasa kedua atau ba-hasa tujuan dalam hal ini bahasa Arab misal-nya, tentunya seseorang harus melengkapi diri-nya dengan keterampilan dalam usage dan da-lam use. Untuk mencapai ini bagi seorang (pe-

nerjemah) harus memiliki pengetahuan yangmantap dalam butir-butir analisis teks dan ana-lisis wacana tersebut. Analisis teks telah kitabicarakan dalam bagian pertama dan dalambagian ini kita akan memusatkan perhatianpada masalah analisis wacana yakni annlisiskontr ns tif komunik atif atau an nli si s kon tr astifzoacana bahasa.

3.4 Wacana

Untuk mengadakan analisis kontrastifyang komunikatif antara bahasa tujuan (Arab)dan bahasa asli (penerjemah), kita sebagai pe-neliti, guru, praktisi, dan penerjemah sebelumterjuri ke lapangan untuk meneliti atau sebelum

"masuk kelas untuk mengajar atau sebelum me-nerjemah, menurut Nababan (1,993:145) se-

baiknya menanyakan kepada diri kita sendiripertanyaan-pertanyaan yang berkaitan denganwacana dan tema-tema sosial berkaitan de-ngan istilah kebahasaan yang ada dan dianutoleh masyarakat. Contoh-contoh pertanyaanberikut hanyalah beberapa saja yang masih da-

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra 1L9

pat ditambah dengan pertanyaan-pertanyaaanlain serupar fang menyangkut wacana dalamkomunikasi. Wacana sebagai konteks bahasa

yang melingkupinya di masyarakat sebenarnyacukup beragam dan banyak. Berikut ini hanya-Iah beberapa wacana saja dalam konteks baha-sa Arab yang dapat dijadikan sebagai contoh.

1. Masalah sopan santun berbahasa. Bagai-mana orang menggunakan bentuk-bentukkata untuk menunjukkan sopan santundalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia.Apakah di antara kedua bahasa Indonesia 2.

dan bahasa Arab misalnya dalam masalahini sama atau tidak. Dalam bahasa Arab,apabila seseorang minta tolong kepadaorang lairy ia dapat menerapkan apa yangdisebut "nidhnm al-ghoir al wajib/al fardhi"(aturan bagi orang lain yang menyangkutsuatu kewajiban), yaitu bahwa tradisiArab menggunakan aturan untuk tidakmemaksa kepada orang lain, meskipunsebetulnya minta atau memerintahkan.

Contoh "Wallah! Al jaw harr" (demi Allah!Udara sangat panas). Orang lain yang di-ajak bicara yang lebih muda atau rendahkedudukannya tentunya akan sangat me-

ngerti bahwa kalimat itu sudah cukup da-pat dianggap sebagai perintah halus yangmaksudnya "untuk membuka pintu ataujendela". Dalam bahasa Indonesia kitajuga dapat mengatakan "wah kok gelap

ruangan ini ya?" Bagi orang yang diajakbicara yang usianya lebih muda dan kedu-dukannya lebih rendah sangat mengertibahwa kalimat itu mengandung arti perin-tah halus untuk menyalakan lampu.

Dalam bahasa Indonesia aturan untuk ti-dak memaksa mungkintidak sangat diper-hatikan karena setiap pembicara tahu de:

ngan siapa ia dapat bebas bercanda, me-merintah, dan sebagainya, dan dengansiapa tidak boleh. Pada umumnya usia dankedudukan seseorang itulah yang menen-tukan bentuk-bentuk bahasa mana yangwajar dan mana yang tidak. Akan tetapidalam budaya Arab, sopan santun dite-rapkan juga dalam rumah tangga. Umpa-manya di mana orang tua juga mengata-kan: "syukran" setiap kali anak memberijasa kepada mereka.

Ungkapan simpati. Bagaimana orangmengungkapk4n rasa simpati terhadaporang lain dalaFn bahasa tujuan terjemah(Arab) dan bahasa asli penerjemah (Indo-nesia). Apakah pola-pola keduanya antarabahasa Indonesia dan bahasa Arab itu sa-

ma atau tidak. Dalam tradisi Arab ketikaorang melahirkan simpatinya dapat di-sampaikan melalui pola-pola bahasa yangdikenal dengan " tarahhum" seperti " ra-himnhu,Allah".l3 Sementara itu, dalam pe-

rilaku ajaran Arab menyebutkan: adaenamhak tetangga: jenguklah ketika sakit,layatlah ketika mati, doakan ketika bersirynasehatilah ketika membutuhkan, bantu-lah dalam menyelesaikan masalah. Momenenam ini tentunya memiliki gaya bahasa

masing-masing yang saling berbeda. Con-toh ucapan yang disampaikan kepadaorang sakit "semoga cepat sembuh" dalamistilah Arab menjadi "r11 dIi.J". Ucapan"rll dlLi-,i" tidak atau bukan terjemah dariungkapan "semoga lekas sembuh"keduanya memang selaras dalam hal mak-na doa, sedangkan terjemah leksikalnyaadalah "-semoga- Allah menyembuhkanmu" untuk orang bersin misalnya ungkap-

13 Dalam tata bahasa Arab "tarhirn ' terdapat dalam bab "nidd"' (panggilan), disebut dengan "al mundda al murakhkham"yaitu setiap nida' yang membuang huruf akhir munadanya. Kata "tarhim" bermakna "penghalusan bahasa", sedangkansecara istilah adalah membuang huruf akhir sebuah nida'. Misal: Ya FAthim, Ya! su'a aslinya FAthimah dan Su'ad, Ibn

Mdlik mengatakan: lrL- tcr ,:+q l,* lfs # g.:L^jl ,i .ir=i Fl / / Untuk "tarhim" buanglah akhir "munada"',

seperti "Ya Su'il' untuk memanggil seseorang yang bernama " Srl'id" / / (al Gil6,yini, Jami' al Durfrs al 'Arabiyyah (al

Maktabah al Syamilafu seri II), Bab: Midd/MunAda.

120 Widyapanua, Volume 42, Nomor 2, Desember 2014

an "huss-/e- codot / ...?"'n dalam istilaharabnya menjadi "011 ,'l^-r".rs

3. Topik-topik apa yang dilarang (taboo/tabu/

haram) dalam bahasa Arab dan bahasaIndonesia. Apakah antara keduanya itu 4.

sama-sama memilikinya atau tidak. Refe-

rensi budaya Arab menunjukkan adanyabudaya yang dieksplisitkan dalam istilah-istilah kebahasaan khusus yang dianggaptabu oleh mereka. Istilah-istilah tabu yangterlarang dalam bahasa Arab, antara lainadalah bahasa yang berhubungan denganbudaya hidup pribadi seseorang, rujukanpada seks, menanyakan mengenai pengha-silan atau gaji (a+J<.i iiis.r), dan harga-harga dari sesuatu yang dipunyai orang.

Contoh: bahwa orang Arab sangat tabuuntuk mengungkapkan di muka umumtentang anggota-anggota badan yangdalam kategori' at:r at' (Indonesia: kemalu-an) yang mungkin dalam budaya Indone-sia tidak dianggap "terlalu tabu". Atau se-

seorang dianggap tidak seronok oleh tra-disi Arab jika mengungkapkan haI-halyang menyinggung masalah aurat tadiatau kelamin pria misalnya.

Contoh lain dalam topik tabu dalambudaya bahasa Arab:

;g=lJ^ .JJ=t- cilLc.: cii;OLc c4..,la*;nl

mumisah (pelacur),'ahirah (pelacuran),da'arah (tidak bermoral), ma'khur (rumahbordil, jamak: mawakhir). Kosa-kosa kataini sebenarnya tidak terlalu sulit artinya.Namun karena menyangkut tema-tema 5.terlarang/tabu bagi tradisi Arab, penuturbahasa Arab yang bukan penutur aslimungkin tidak semua mengerti apa yangdimaksud dengan kata-kata tersebut. Olehkarena itu, dengan pemahaman tabu,

orang dapat membandingkan antarakedua bahasa yang kemudian memper-timbangkan; apakah pantas atau tidakdalam pemakaiannya?

Bagaimana orang memuji dan menjawab-nya dalam bahasa Arab dan bahasa Indo-nesia. Apakah antara dua bahasa itu me-miliki pola-pola yang sama atau tidak.Dengan mengambil contoh dari bahasaArab misalnya kita memuji orang untukberbasa-basi sebagai bagian dari per-gaulan antara dua atau para pembicara.

Contoh: -19 9-1!i Anti Qamarun, Contoh

kalimat ini merulakan bentuk sanjunganantara sesama teman wanita yang sudahakrab yang kurang lebih artinya 'Andasangat cantik bagaikan rembulan'. Tentu-nya contoh seperti ini bagi gadis Indonesia,justru sebaliknya, malah tersinggung kare-na rembulan itu wajahnya (permukaan-nya) jelek, kasar, banyak benjolan, berlu-bang, dan seterusnya. Sementara kecan-tikan seorang wanita sama sekali bertolakbelakang dengan keadaan rembulan itu.Oleh karena itu, semestinya kita sanjunggadis Indonesia dengan "siti rahmah/wahIembutnya". Atau dengan kata lain, gadis

Indonesia tampak realistis dalam meman-

dang fenomena alam (bulan), sementara(wanita) Arab melihatnya dengan mata te-

lanjang, memandang rembulan sebagai-mana tampak di malam bulan purnamanan indah menawan dan cantik itu.

Bagaimana orang mengajukan suatu per-tanyaan atau permohonan (lamaran dansebagainya) dalam bahasa Arab dan ba-

hasa Indonesia. Apakah pola-pola kedua-

nya itu sama atau tidak dan seterusnya.Bentuk format bahasa Arab memiliki ciri

la Dua jawaban bersin ini mungkin tidak semua orang sepakat, tetapi setidaknya penulis telah menyaksikan produksibahasa tersebut bagi sebagian penutur bahasa Indonesia dalam pergaulan.

rs Kata " codot" yang ada dalam ucapan orang yang bersin itu secara leksikal mengacu pada jenis binatang malam yang

gemar makan buah masak di malam hari, sementara kalimat .11 el--------r; memiliki arti doa "semoga Allahmengasihimu". Kedua kalimattersebut secara leksikal maknanya sar-rgatberbeda jauh, tetapi dari segi fungsi bahasanya

keduanya sama-sama sebagai ucapan bagi orang yang bersin.

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra L2L

khas, yaitu misalnya padat, jelas, dan se-

derhana. Dengan persyaratan administra-si yang sederhana pula. Jikalau mengaju-kan pertanyaan kepada orang lairu dida-hului dengan "lau samahta li, 'afwan" yangditeruskan dengan inti persoalan atau per-mohonan. Sementara dalam tradisi Indo-nesia, sering didahului dengan sikap basa

basi seolah-olah menunggu keadaan yangcocok dan disusul dengan inti persoalandan permohonan dan bahkan bila perlu ba-hasa permohonan itu masih diperhalus lagi.

Dari deskripsi tersebut, kita dapat melihatbeberapa contoh wacana sebagai latar analisiskontrastif yang komunikatif, yang dapat diker-jakan antara bahasa Arab dan bahasa Indo-nesia. Daftar ini dapat diperpanjang dan diper-luas lagi dengan mempertanyakan cara-carapengungkapan fungsi-fungsi bahasa lainnyadalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Pa-

da umumnya analisis kontrastif demikian ber-kenaan dengan mengenai kaitan yang eratdengan budaya atau cara hidup dari penutur-penutur kedua bahasa itu.

Uraian tentang wacana bahasa tersebutjuga dapat diterapkan dalam menganalisis per-bedaan antara analisis kesalahan dan analisiskontrastif, yang secara sederhana terletak padapenekanan yang diberikan. Dalarn masalahanalisis kontrastif, yang disebut pertama ialahkita melihat pada hasil pelajaran dan terjemahbahasa Arab yang kita dengar f baca. Yang dise-

but kedua (komunikatif) ialah kita tentunyamembandingkan dua sistem bahasa untukmemperoleh pedoman yang dapat dipakai da-lam pengajaran dan penerjemahan dari bahasa

Arab ke Indonesia. Yaitu pedoman untuk me-nentukan faktor-faktor yang harus diketahui'pelajar dan penerjemah bahasa Arab yang ber-

sangkutary mengenai tradisi budaya yang di-ungkapkan dalam bentuk teks bahasa atau ba-

hasa lisan yang maknanya tidak cukup hanyamerujuk pada makna leksikal. (Nababan,1993:1.49)

3.5 Contoh-Contoh Kontrastif KomunikatifSastra

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagi-an awal tulisan ini, bahwa objek formal analisiskontrastif meliputi fonetik, morfemik, sintaksis,dan wacana. Namury penulis hanya membericontoh-contoh dari objek terakhir saja, yaituwacana. Penulis berpandangan bahwa ketigaobjek tersebut dapat dengan mudah dilacak didalam tulisan-tulisan mengenai analisis kon-trastif karena ketiganya yang telah banyakditulis orang.

Tulisan berikut menyajikan beberapa pe-patah Arab yang ketika dikontraskan denganpepatah Indonesia memiliki kesamaan maknadengan pepatah Indonesia, meskipun lafalnyaberbeda dengan maknanya secara leksikal.Contoh:

;,i" / b Fj z-f 'tr ,F:;i 1rt* FSetiap pisau tajam ada tumpulnya, setiap kudnbalap suatu kali terperosok, setiap yang'alimsuatu kali terpeleset/salah juga.

Pada dasarnya terjemah tersebut dapatdipahami oleh audiensi Indonesia, hanya saja

unsur komunikasi dan nilai sastranya menjadikering. Estetika yang terkandung dalam tekspepatah menjadi sirna dan kembali menjadikalimat-kalimat yang terdiri dari susunan katabiasa. Untuk menghindari kasus bahasa komu-nikasi yang tidak tepat ini, seseorang dapat me-rujuk pepatah-pepatah asli bahasa Indonesia(penerjemah) yang memiliki makna yang se-

laras dengan pepatah Arab tersebut, meskipunsimbol-simbol bahasa yang dipakainya berbed4bahkan dengan lafal-lafal yang memiliki maknaleksikal yang berbeda sama sekali, tetapi secara

implisit memiliki pesan makna yang sarna. Se-

bagai misal, yang dijadikan padanan dalampepatah yang memiliki kesamaan makna de-ngan pepatah Arab adalah sebagai berikut.

Sepandni-pandni tupai melorupat sekali wak-tu jatuh juga. Setiap pemberani ada kele-mahan. Senjata pamungkas dapat meleset. Se-

tiap kuda balap yang kencang suatu kali ter-

722 Widyaparua, Volume 42, Nomor 2, Desember 2014

perosok, Setiap orang alim suatu knli terpele-set/snlah.

Pepatah atau peribahasa itu memiliki mak-na yang sepadan dengan makna pepatah Arabtersebut meskipun secara leksikal makna lafal-lafal yang dipakai berbeda sama sekali antarakedua pepatah tersebut. Kata "tupai" yang di-kontraskan dengan "kudaf )ll5>", keduanyajelas memiliki makna masing-masing yang ber-beda. Namun, meskipun makna antara tupaidengan kuda berbeda jauh, keduanya memilikikeahlian yang mirip yaitu kecerdikan dalammelompat sebagai takwil dari pesan yang tersi-rat dalam peribahasa tersebut.

Contoh lain:

dlq* k r-4 df dlJt- i--.r Vl dJl Jtjr Y Yi

Jv)t J*) iL-t :l-.,ly at j ,t bet) g?7 j J.f>

lngntlah, Anda tidak akan memperoleh ilmukecuali dengan enam perknra yang aksn akuceritakan padamu secarfi jelas; cerdas, ambisi,sabar, bekal, petunjuk guru, dan waktu.

Terjemah tersebut tampak sebagai terje-mah dengan susunan bahasa narasi dan dalamformat susunan kalimat biasa dengan menggu-nakan struktur bahasa yang ad,a. Sementaradengan pola terjemah tersebut itu, nilai sastra-

nya menjadi hilang. Oleh karena itu, pelajarIndonesia ketika mencari padanan pepatah ter-sebut, sebenarnya dapat menggunakan pepa-

tah Jawa dan ini lebih tepat, /aitu " jerbasuki

tnou)o beo". Pepatah Jawa yang singkat tetapipadat ini memiliki makna yang penuh, padat,dan luas sehingga jika makna yang terkandungdi dalamnya ditimbang dan diurai, kuranglebih makna pepatah itu adalah seperti dilan-tunkan melalui bahr rajaz dalam nadzm ta'ltmal muta' allim tersebut. Di sinilah konteks budayadan nilai-nilai domestik Indonesia tidak begitusaja dapat diformulasikan hanya berdasarkanterjemah teks sastra Arab tersebut, akan tetapiperlu penakwilan-penakwilan.

Contoh berikutnya:

!t,t _f t,tj ,F I oll .r; elif iut .r.-ot

Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak melihat-Nya,rutmun la melihatmu.

Teks terjemah ini adalah terjemah denganbahasa Indonesia yang baik dan benar, hanyasaja ada unsur yang hilang yaitu nilai senisastranya. Dalam hal ini mungkin akan lebihtepat jika dalam memaknai pepatah Arabtersebut, kita cukup menukil syair Bimbo yangberbunyi: "Tuhan... fuhan yang Maha Esa ...Aku jauh Engkau ja'uh, aku dekat Engkaudekat... Hati adalah cermin tempat pahala dandosa bertarung... Tuhan... Tuhan yang MahaEsa.. Tempat aku memuja dengan segala doa",atau pepatah "Jauh di mata dekat dihati".

Contoh berikut:

'Jl c-,# l, J*.r.Jl !--i

Di musim p(nas kau telah menyin-nyiakan airSUSU

Dari segi tata bahasa terjemahan Indone-sia dari teks sastra Arab tersebut sudah dinilaibenar, dari segi makna pesan juga dapat dipa-hami. Artinya seorang penutur bahasa Indo.nesia dengan melihat teks terjemahan tersebut

tidak akan kesulitan dalam memahaminya darisegi makna leksikalnya. Hanya saja apakahmakna terjemahan yang dipahami dari segimakna leksikal tersebut selaras dengan pesan

teks aslinya?

Makna pesan teks sastra aslinya adalahpemberian isyarat tentang masalah "kesempat-

an". Kesempatan kadang tidak muncul duakali dhlam kehidupan. Ketika kesempatan mun-cul juga waktunya biasanya terbatas. Filal itudiisyaratkan oleh pujangga sastra Arab dengan

keterbatasan air susu hewan ternak di musimpanas. Musim panas adalah waktu berkurang-nya jumlah air susu hewan ternak, air susunya

sedikit bahkan mungkin kering, waktu peme-

rahannya juga tidak sama dengan pemerahan

pada musim dingin.

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra 't'23

Konsekuensinya bagi pemerah harus lebihberhati-hati dalam memanfaatkan air susu pa-da musim panas secara efisien sehingga tidaksampai terjadi krisis labanhewani pada musimpanas. Dengan demikian susu hewani padamusim panas begitu berharga dan penting bagiseseorang atau masyarakat sehingga tepat dija-dikan sebagai isyarat atau lambang bagi nilaipentingnya "kesemp atarr" .

Seseorang harus cermat, berhati-hati, danwaspada dalam meraih kesempatan sehinggatidak sampai tertinggal dan kehilangan ke-sempatan itu. Kesempatan sebagaimana laban

jika terlanjur tuntas dan hilang, tidak dapatdiperah lagi. Dalam konteks sastra, padananteks sastra tersebut tepat jika dikontrastifkandengan puisi Indonesia, misalnya "nasi telahmenjadi bubur." Ketika nasi terlanjur menjadibubur, tidaklah mungkin dikembalikan menjadinasi lagi. OIeh karena itu, berhati-hatilah ketikamemproses nasi sebagaimana kehati-hatian da-lam menyikapi kesempatan,jangan sampai ter-tinggal. Jika kesempatan terlanjur tertinggaldari seseorang, maka lihatlah nasi yang telahmenjadi bubur, ia tidak kembali lagi untukyang kedua kalinya, sebagaimana sulitnyamencari susu hewani yang terlanjur hilang dimusim panas bagi bangsa Arab. Andai katamungkin untuk mengejarnya, itu pun harusmenunggu satu musim berikutnya.

Penggunaan lambang laban bagi orangArab dan bubur bagi orang Indonesia dalamteks sastra tersebut, dapat diinterpretasikanatas dua budaya yang berbeda, tetapi keduanyamemiliki posisi penting yang sama. Susu dannasi keduanya adalah menu pokok bagi duabangsa Arab dan Indonesia. Oleh karena itu,orang Arab memilihnya (laban) karena sebagai

16 Terjemah Arab leksikal :

lambang yang paling dekat di hati masyarakat,sebagaimana orang Indonesia memilih nasiyang begitu akrab dengan mereka, dengantujuan agar komunikasi dapat lebih mudahditerima dan dicerna oleh masyarakat.

Contoh berikutnya:

.6-s:(94) at- li ,,.ri;Jt .lr4 r;le. d) .lr-. ,Jlf CP

(5) karena Sesungguhnya sesudah kesulitanitu ada kemudahan, (6) Sesungguhnya sesu-dah kesulitan itu ada kemudahan.

Padanan sastra IndonesiaB er akit r akit ke hulu :b erenang-renang ketepian

B ersakit sakit dnhulh.bersenang-senang kemu-dian16

Kita melihat dalam contoh tersebut ada-nya dua teks sastra Arab dan Indonesia yangsangat berbeda, tetapi dari segi pesan maknasebenarnya keduanya sama. Dalam konteks ko-munikasi sastra tentunya pemilihan akan jatuhpada teks sastra padanan sebagai bentuk inter-pretasi budaya yang berbeda namun memilikinilai pesan yang sama meskipun dari segi terje-mah leksikalnya tidak tepat. Jika terjemah lek-sikalnya yang diangkat ke permukaan, yar.gterjadi adalah adanya kesenjangan komunikasidengan audiensinya menjadi tidak nyaman. Se-

mentara itu, estetika teks sastranya menjadikering dan hilang, berubah wujud menjadi teksverbal dengan susunan kata yang menjadi kali-mat narasi yang datar danmungkinsaja terlihatkaku dan bahkan tidak menarik dalam kontekssastra.

,#tJt"44L'.5i +St,-tL:Jr Il *-; ^-;s v,L. L.

., i\st.f .f ,f .f-t+t".1-*ri

.!-

124 Widyapanua, Volume 42, Nomor 2, Desember 2014

4. Simpulan

Secara metodologis, analisis kontrastif ber-implikasi dengan para pengajar, praktisi ba-hasa, dan penerjemah, karena analisis ini ber-peran sebagai landasan pemikiran bagi merekadan bagi para parktisi bahasa asing khususnyapenerjemah dalam mengambil kebijakan yangmenyangkut metode-metode terjemah bahasa

dari sisi strategi dan konsentrasinya.

Bahwa analisis kontrastif sebagai cara ana-

lisis kebahasaan adalah satu metode yang cu-

kup menarik danmemiliki peran penting dalamdunia pengajaran bahasa asing dan secara khu-sus dunia terjemah sastra. Ketika analisis inibersinggungan dengan dunia wacana dan bu-daya, dalam penerapan analisis kebahasaan,sebaiknya peneliti dan penerjemah mengguna-kan metode dan teori yang dapat digunakanuntuk membedah makna-makna budaya yangcenderung tersirat atau implisit. Dengan cara

demikian, diharapkan adanya saling meleng-kapi antara metode-metode dalam proses ana-

lisis yang dilaksanakan.

Dalam menerjemahkan teks-teks sastra,

tala cara yang tepat sudah seharusnya mencaripadanan yang memiliki makna yang setara,

kemudian dikontrastifkan secara budaya. Prak-tek penerjemahannya tidak harus terpaku kakupada makna kosa kata secara leksikal yangmengantarkan pada deretan susunan kata na-

rasi biasa yang sunyi dari nilai estetika sastra-

nya. Dalam hal ini pendekatan budaya dengan

metode takwil dan tafsir terlihat cukup tepatdengan menghadirkan teks-teks yang memilikimakna yang sepadan dengan tidak mengu-rangi nilai estetika sastranya.

DAFTAR PUSTAKA

Gracia Jorge J.8.1995, A Theory of Textuality:The Logic and Epistemology, New York: State

University.

Hymes, Del. 1972a. "On CommunicatiaeCompetence". Dalam J.P. Pride & J. Holmes(eds.). Sociolinguistics, Hammondsworth:Penguin.

Ibrdhim,'Abd al'Allm, 1969, al N alia al T athbtqt,

Cairo: DAr al Ma'Arif.

James, Carl. 1980. Contrnstiae Linguistics,Harlow, Essex: T..ongman.

Kridalaksana, Harimqlti. \993. Kamus Linguistik.

Jakarta. Gramedla.

Mahmrid, Mohammad Bin ZaenBin,2004, al

Fashfril nl Nahwiyyah fi al Lughah al'Arabiyyah wa al Mahyawiyyah, Cafuo:Maktabah al Adab.

Mu'in H. Abdul, 2004, Annlisis Kontrastif Bahasa

Arnb dan lndonesia - Telaah terhadap Fonetik

dan Morfologi, Jakarta: Pustaka al Husnabaru. I

Nababaru Sri Utari Subyakto. 1993. Metodologi

P engaj aran B ahasa. Jakarta: Gramedia.

Analisis Kontrastif lndonesia-Arab dalam Padanan Terjemah Teks Sastra L25