Upload
indddri
View
76
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teori Keperawatan OremKonsep DasarAplikasi Teori Keperawatan di rumah sakit
Citation preview
Konsep Sentral Orem’s Theory
Orem memberi label teorinya (self care deficit theory of nursing) sebagai teori umum.
Teori umum ini disusun atas tiga teori yang berhubungan:
a. Self care theory, menggambarkan dan menjelaskan perawatan diri
b. Self care deficit theory, menjelaskan dan menggambarkan manusia bisa dibantu melalui ilmu
keperawatan
c. Nursing system theory, menjelaskan hubungan yang harus dipertahankan bagi hasil
keperawatan. (Fawcett, 2006)
2.3.1 Self care theory
Menggambarkan kematangan seseorang untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid dan dapat diukur untuk mengatur
fungsi dan perkembangan terhadap perubahan lingkungan. Teori ini juga menjelaskan tentang
aktifitas individu untuk menjaga keseimbangan hidup, kesehatan dan kesejahteraan.
Teori self care ini dibagi menjadi tiga teori yaitu:
a. Self care requisites
Suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan perawatan diri sendiri yangbersifat umum
dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh.
Teori Self care requisites ini terdiri dari tiga komponen yaitu:
Universal self-care requisites
Merupakan kebutuhan universal manusia yaitu berupa kebuhan dasar. Orem membagi
kebutuhan dasar ini menjadi 8 bagian yaitu: pemeliharaan udara, air, makanan (nutrisi),
eliminasi, aktifitas dan istirahat, menyendiri dan interaksi sosial, pencegahan bahaya serta
pengenalan fungsi makhluk hidup dan perkembangannya dalam kelompok sosial.
Developmental self care requisites
Merupakan proses perkembangan hidup manusia diberbagai kondisi atau peristiwa yang
terjadi dalam berbagai tingkat usia dalam proses kehidupan dan bisa merugikan bagi
perkembangan manusia itu sendiri.
Health deviation self care requisites
Yaitu kebutuhan yang timbul akibat kondisi pasien. Contoh seseorang yang sedang sakit atau
mengalami injury menunjukkan kebutuhan akibat penyakit yang dialaminya.
b. Self care agency
Merupakan suatu kemampuan individu melakukan perawatan diri sendiri dalam rangka
melanjutkan kehidupan, menjaga keseimbangan fungsi dan perkembangan serta meningkatkan
kesejahteraan. Istilah yang berhubungan dengan self care agency yaitu:
Agent, yaitu orang yang mengambil tindakan
Self care agent adalah penyedia perawatan mandiri
Dependent-care agent adalah penyelenggara perawatan bayi, perawatan anak atau orang
dewasa yang tidak bisa mandiri
c. Therapeutic self care demand
Upaya perawatan sendiri yang ditampilkan beberapa waktu agar menemukan syarat-syarat
perawatan mandiri dengan menggunakan metode-metode tertentu. (Marinner, 2001)
2.3.2 Self care deficit theory
Teori ini menjelaskan hubungan antar kemampuan seseorang dalam melakukan
perawatan sendiri dengan tuntutan kebutuhan perawatan sendiri. Apabila tuntutan lebih besar
dari kemampuan maka seseorang akan mengalami deficit perawatan sendiri. Dalam kondisi ini
keperawatan dibutuhkan untuk membantu seseorang yang tidak bisa melakukan perawatan
sendiri (Marinner, 2001)
2.3.3 Nursing system theory
Teori Nursing System
Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendesain dan menyediakan perawatan yang
mengatur kemampuan individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri (Kozier,
Erb, & Blais, 1997 dalam Jean Bridge, Sally Cabell, and Brenda Herring, 2006).
Sistem pelayanan yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan self care individu dan
memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan :
1. Wholly compensatory nursing system
Diberikan pada klien dengan ketergantungan tinggi, jika :
a. tidak mampu melakukan aktivitas, contoh : klien tak sadar
b. tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan, contoh pada klien fraktur tulang
belakang
c. tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan,contoh pada :
retardasi mental
2. Partly comensatory nursing system
Diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan sebagian/parsial. Biasanya
perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh
klien, misalnya pada lansia.
3. Supportive educative nursing system
Diberikan dengan pemulihan/ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan
kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk melakukan self care.
Basic Nursing System. Sumber: Ann M. Tomey & Martha R. Alligood (2002). Nursing Theorist
and Their Work. United State of America : Mosby Elsevier
4. Kebutuhan self care menurut Orem
Terdapat tiga tipe kebutuhan self care menurut Orem yaitu kebutuhan universal dan
perkembangan perawatan diri/self care serta penyimpangan kesehatan.
Kebutuhan universal self care
· Menyeimbangkan pemasukan udara, air, dan makanan.
· Pembekalan perawatan berhubungan dengan proses eliminasi dan eksresi.
· Mencapai keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
· Menghindari risiko-risiko yang membahayakan bagi kehidupan, peran dan tercapainya
kesejahteraan.
· Meningkatkan fungsi/peran dan perkembangan dalam kelompok sosial berdasarkan
potensi manusia, batasan-batasan, dan keinginan manusia untuk menjadi normal
(Orem, 1985 dalam Meleis, 1997).
Kebutuhan perkembangan/kemajuan self care
· Menyeimbangkan kondisi kehidupan yang mendukung proses kehidupan dan
perkembangan, dimana manusia berproses menuju tingkat yang lebih tinggi dan
menjadi matang.
· Pembekalan keperawatan ditujukan untuk mencegah terjadinya kehilangan
kondisi/faktor yang mendukung perkembangan manusia.
Kebutuhan self care deviasi/penyimpangan kesehatan
· Menjaga individu dari kondisi lingkungan fisik maupun biologis yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit dan menimbulkan kesadaran terhadap efek dari
kondisi patologik.
· Secara efektif mengembalikan individu dari kondisi patologis seperti deformitas atau
abnormalitas dimanai perawat berupaya mengkompensasi gangguan yang terjadi.
· Memodifikasi konsep diri dan gambaran diri pada seseorang dalam menerima
kesehatan dan perawatan kesehatan.
· Mempelajari efek dari kondisi patologik dan penangan yang mungkin digunakan untuk
mengembangkan kemampuan individu.
Method helping barupa tindakan yang dipilih dan dilakukan oleh perawat kepada pasien.
(Marinner, 2001)
Asuhan Keperawatan
2.5.1 Asuhan Keperawatan menurut Teori Orem
Proses keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan tidak terputus-
putus.
Proses Keperawatan Menurut Teori Orem
Konsep ini mempunyai 3 fase/ langkah yaitu :
a. Merencanakan (phase of planning)
b. Melakukan (phase of doing)
c. Memeriksa dan melihat kembali (phase of seeing or checking)
Sebagai panduan/arah membuat "kompleksitas terorganisir",ada beberapa langkah keperawatan
yang telah diidentifikasi oleh perawat dalam memahami kegiatan yang kompleks itu , tetapi
semua tetap sesuai dengan skema plan, do dan see.
Langkah I , Mengidentifikasi ;
a. Syarat perlunya self care
b. Hubungan self care untuk mencapai hasil kesehatan dan hidup efektif
c. Kemampuan untuk mencapai hasil kesehatan
d. Keterbatasan dalam self care
e. Kemungkinan terjadi perubahan dalam kemampuan self care dan keterbatasan
f. Kemungkinan memerlukan self care
g. Hubungan antara terapi self care dengan kemampuan perawatan sendiri dan keterbatasan
melakukan kegiatan.
Langkah II,
a. Tentukan sistem yang akan digunakan untuk membantu riwayat kesehatan pasien sekarang ;
Peran pasien dalam self care
Peran pasien dalam mengatasi keterbatasan sendiri
Peran perawat dalam pelaksanaan self care pasien
Peran perawat dalam mengatasi keterbatasan diri pasien
Peran orang lain, selain perawat dan pasien
b. Tentukan sistem yang akan digunakan selanjutnya pada pasien
Langkah III,
a. Mempersiapkan cara pasien dirawat sesuai desain sistem
b. Memberikan keperawatan sesuai dengan sistem bantuan yang telah dirancang (berdasarkan
pertimbangan dari pasien,perawat,dokter dan lainnya)
c. Kumpulkan informasi yang akan digunakan dalam menilai ;
Perubahan yang terjadi (pada pasien sebagai organisme dan sebagai agent)
Hasil yang dicapai (pada pasien sebagai organisme dan sebagai agent)
Faktor faktor yang mengindikasikan dibuatnya penyesuaian dalam sistem atau diubah
dalam sistem baru (self-care requirements, self-care agency, self-care limitations)
d. Membuat penilaian dan memutuskan tentang perubahan yang dibutuhkan
e. Membuat penyesuaian dengan tindakan keperawatan pada sistem sekarang atau membuat dan
memperkenalkan sistem baru. (Renpenning K.M & Taylor S.G, 2003)
2.5.2 Proses Keperawatan dengan fokus pada pengumpulan data
Setiap tahap dalam proses keperawatan membutuhkan :
a. Data yang dikumpulkan menggambarkan realitas situasi keperawatan yang benar-benar ada.
b. Pengetahuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan untuk memahami faktor-
faktor yang menggambarkan situasi dari sudut keperawatan.
c. Pengetahuan itu dibutuhkan untuk :
Mengenali adanya faktor-faktor.
Ada 10 faktor yang merupakan kondisi dasar yang berhubungan dengan kebutuhan self
care, yaitu : umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, status kesehatan, gaya hidup,
sistem pemeliharaan kesehatan, sistem keluarga, sosial budaya, tersedianya sumber
penghasilan, lingkungan eksternal ( Alligood & Tomey, 2010)
Mengumpulkan dan gambarkan data tersebut.
Membuat penilaian hubungan dan tingkat kepentingan
Buat keputusan tentang tindakan keperawatan yang diambil berdasarkan perubahan yang
terjadi.
Mengenali fakta-fakta perubahan
Menilai perubahan yang diinginkan dan yang tidak diinginkan
Menilai perubahan tertentu yang merupakan hasil yang diinginkan.
Pengumpulan data itu sendiri merupakan proses yang kompleks, meliputi :
a. Memperkenalkan pada seseorang tentang fenomena pengetahuan yang akan diamati
b. Mengenali faktor-faktor
c. Menggambarkan sifat-sifat dari faktor-faktor tersebut.
(Renpenning K.M & Taylor S.G, 2003)
2.5 Evidence Based Self Care Theory
a. Self care behaviour pada anak usia sekolah dengan thalasemia mayor
Self care behaviour merupakan strategi koping, pembelajaran fungsi regulator seseorang
terhadap kejadian yang menimbulkan stress serta suatu bentuk aktivitas nyata dari seseorang
untuk berpartisipasi aktif terlibat dalam upaya mempertahankan status kesehatannya dan
menunjukkan fungsi perawatan dirinya. (Orem, 2001; Chen & Wang, 2007). Dengan self care
behaviour yang efektif maka komplikasi yang terjadi karena perjalanan penyakit dapat
diminimalkan, meningkatkan kepuasaan pasien dalam menjalani hidup, menurunkan biaya
perawatan, meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian pasien serta meningkatkan kualitas
hidup pasien karena self care behaviour merupakan faktor utama dalam upaya peningkatan
kesehatan (Slusher, 1999; Lenoci, et.al, 2002; Lee, Lin & Tsai, 2008).
Fan (2008) mengungkapkan bahwa self care pada anak dengan penyakit jantung
dipengaruhi oleh kondisi fisik yang terjadi seperti kelelahan, palpitasi, dyspneu, nyeri dada, serta
intoleran aktivitas. Kondisi tersebut hampir sama dengan yang dialami oleh anak dengan
thalasemia, anak dengan thalasemia juga mengalami sesak napas, kelelahan, palpitasi, nyeri dada
dan intoleran aktivitas karena dampak dari anemi yang dialami (Hockenberry & Wilson, 2007).
Self care behaviour pada pasien thalasemia merupakan bentuk aktivitas nyata pasien thalasemia
untuk berpartisipasi aktif terlibat dalam upaya mempertahankan status kesehatannya yaitu
keterlibatan dalam program terapi. Ketaatan dalam menjalankan program terapi merupakan salah
satu bentuk self care behaviour yang efektif, hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan pasien
tentang penyakitnya dan dukungan keluarga (Lie, Lin & Tsai, 2008).
Self care pada pasien thalasemia merupakan bentuk aktivitas nyata untuk berpartisipasi
aktif terlibat dalam upaya mempertahankan status kesehatannya yaitu keterlibatan dalam
program terapi, diet, latihan, kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan mekanisme koping
dalam menghadapi penyakit talasemia (Yang, Chen, Mao & Lin, 2001; Chen & Wang, 2007;
Jaarsma, Abu Saad, Dracup & Haflens, 2000 dalam Fan Ling, 2008). Pada pasien thalasemia,
aspek self care yang berkaitan dengan perubahan status kesehatan dapat dilihat dari bagaimana
self care behaviour ditunjukkan, meliputi kepatuhan pasien dalam program terapi, pengaturan
diet yang mampu meningkatkan status kesehatan, mekanisme koping yang digunakan serta
latihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self care behaviour pada pasien thalasemia dalam hal
ini mengacu pada faktor yang mempengaruhi self care dari Orem (2001) yaitu usia, jenis
kelamin, status perkembangan, status kesehatan, keadaan sosial budaya, sistem pelayanan
kesehatan, sistem keluarga, keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari, lingkungan dan sumber daya
yang mendukung.
b. Self care behaviour pada pasien diabetes mellitus
Menurut teori self care deficit Orem, orangtua yang mengalami diabetes terbukti
memiliki self care deficit dalam perkembangan atau faktor social. Usia berhubungan dengan
defisit perkembangan (faktor personal) seperti perubahan kognitif, keterampilan manual yang
menurun, penurunan visi, yang mungkin mempengaruhi manajemen self care diabetes dalam
mengurangi kemampuan orangtua untuk memenuhi kebutuhan self care mereka dengan
keterbatasan informasi self care dan materi yang digunakan (Bernbaum, et al, 2000).
Pusat dari self care diabetes adalah pengetahuan khusus tentang penyakit. Pengetahuan
khusus tentang penyakit adalah tingkatan dan sejumlah informasi yang berkaitan dengan kondisi
dan jalannya penyakit. Tujuan penting dari program pendidikan diabetes adalah menyiapkan
individu melalui teknik self care, memaparkan beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi
langsung keefektifan hasil program pendidikan (Bernbaum, et al, 2000).
c. Instrumen penelitian dan praktik yang berasal dari kerangka kerja self care
Instrumen Deskripsi
1. Kuesioner persepsi self care agent
(Hanson, 1981; Bickel, 1982; Hanson &
Bickel, 1985; Weaver, 1987; Bottorff,
1988; Cleveland, 1989; McBride, 1991;
Young et al, 2001)
Mengukur persepsi orang dewasa
terhadap agen self care mereka. Item
menunjukkan ada 10 komponen kekuatan.
Ini tidak cocok digunakan pada orangtua
2. Kuesioner self care anak-anak (Mosher
& Moore, 1998; Young et al, 2001)
Mengukur aktivitas self care pada area
yang umum, perkembangan, dan
kebutuhan self care kesehatan yang
menyimpang dari anak-anak dengan
kanker
3. Kuesioner penerapan self care pada anak
dan remaja (Moore, 1995; Moore &
Mosher, 1997; Young et al, 2001)
Mengukur aktivitas self care pada area
yang umum, perkembangan, dan
kebutuhan self care kesehatan yang
menyimpang
4. Kuesioner agen self care dependen
(Moore & Gaffney, 1989; Young et al,
2001)
Pengukuran aktivitas self care pada ibu
dan anak mereka
5. Skala self care agen yang berhubungan
dengan kesehatan jiwa (West &
Isenberg, 1997; Young et al, 2001)
Mengukur kemampuan individu akan
kesehatan jiwa mereka yang berhubungan
dengan self care
6. Instrument self care pada anak-anak Mengukur angka prilaku self care
(Rew, 1987) orangtua yang memliki anak dengan
penyakit kronis termasuk kepada prilaku
kesehatan sehari-hari yang umum dan
prilaku khusus sepanjang waktu yang
menunjukkan koping