Upload
dolien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK
MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LU’LUATUL QULUBIYYAH
NIM 11113053
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
i
ii
KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK
MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LU’LUATUL QULUBIYYAH
NIM 11113053
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
iii
iv
v
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lu‟luatul Qulubiyyah
NIM : 11113053
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI
ANAK MENURUT MOHAMMAD FAUZIL
ADHIM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga
tanpa menuntut konsekuensi apapun.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
vi
MOTTO
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS. Luqman: 13).
vii
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan ketulusan hati yang
paling dalam, kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Ibu Siti Rohmah dan Bapak Zuhri tercinta yang telah memberikan kasih
sayang, doa, motivasi, dukungan, bimbingan dan nasihat dalam
kehidupan ini.
2. Dosen pembimbing skripsi Bapak Prof. Dr. H. Mansur M.Ag yang
memberikan bimbingan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
3. Rekan-rekan yang turut membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT,
Atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang mukmin yang senantiasa
mengikutinya. Berkat rahmat dan karuni-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI
ANAK MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam,Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan di dalamnya. Tanpa bantuan dari berbagai pihak
penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam.
ix
x
ABSTRAK
Qulubiyyah, Lu‟luatul. 2017. Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut
Mohammad Fauzil Adhim. Skripsi. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Keimanan, Anak, Mohammad Fauzil Adhim.
Penelitian ini merupakan upaya penggalian konsep pendidikan keimanan
bagi anak menurut Mohammad Fauzil Adhim. Adapun rumusan masalah pada
skripsi ini adalah (1) bagaimana konsep pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim?, (2) bagaimana implementasi pendidikan keimanan
bagi anak menurut Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer?. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan informasi kepada
semua pihak.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang disajikan secara
kualitatif, dengan menganalisa buku-buku atau teks yang berkaitan dengan
Mohammad Fauzil Adhim. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
dokumentasi dan wawancara, sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis
isi (content analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Keimanan menurut Mohammad
Fauzil Adhim adalah kesediaan untuk mengakui, menerima dan berserah diri
kepada Allah Ta‟ala yang dinyatakan secara lisan dan diwujudkan dengan
perbuatan, serta mengikatkan diri dengan Islam dan memiliki komitmen
kepadanya, menjadikan Al-Qur‟an dan Al-Hadist sebagai peganganya di dalam
kehidupan. Adapun secara garis besar materi pendidikan keimanan bagi anak
menurut Mohammad Fauzil Adhim yaitu dengan mengenalkan Allah kepada anak
seperti membacakan kalimat tauhid kepada anak,. membina keimanan anak,
mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak, menumbuhkan kecintaan anak terhadap
agama Islam, mengajarkan mereka untuk berislam dengan Ihsan dan dorongan
untuk berdakwah. (2) Dalam implementasi atau penerapan pendidikan keimanan
bagi anak Mohammad Fauzil Adhim memberikan beberapa metode seperti
metode motivasi, kasih sayang, keteladanan, pembiasaan, nasihat dan ditambah
dengan metode hukuman. Serta menggunakan langkah-langkah seperti
mendekatkan anak dengan kisah atau cerita tentang mengesakan Allah,
menanamkan keimanan anak dengan mengenalkan sifat Allah melalui bahasa,
mengajak anak untuk mengenali dan merenungkan ciptaan Allah serta membekali
anak untuk menuntut ilmu dan mencintai orang yang berilmu.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................................
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. i
JUDUL .......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING… .......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN… .............................................................. iv
DEKLARASI ................................................................................................ v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN…… ................................................................................. vii
KATA PENGANTAR………………………………………… .................. viii
ABSTRAK………………………………………. ....................................... x
DAFTAR ISI………………………………………… ................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian… ................................................................... 7
E. Metode Penelitian…..................................................................... 7
F. Kajian Pustaka…………………………………………………. 11
G. Penegasan Istilah .......................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan…………………………………………... 16
BAB II BIOGRAFI MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
A. Latar Belakang Keluarga Mohammad Fauzil Adhim .................. 17
xii
B. Latar Belakang Pendidikan Mohammad Fauzil Adhim ............... 18
C. Karya-karya Mohammad Fauzil Adhim ...................................... 20
D. Aktivitas Pendidikan Mohammad Fauzil Adhim………….….. .. 23
BAB III KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK MENURUT
MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
A. Hakikat Keimanan……………. ................................................... 31
B. Dasar Pendidikan Keimanan Bagi Anak… .................................. 33
C. Indikator Keimanan ..................................................................... 34
D. Materi Pendidikan Keimanan Bagi Anak .................................... 35
BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI
ANAK MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
A. Analisis Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut
Mohammad Fauzil Adhim dengan Tokoh Lain ........................... 58
B. Implementasi Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut
Mohammad Fauzil Adhim Di Masa Kontemporer ...................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 79
B. Saran. ............................................................................................ 80
xiii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pertanyaan yang diajukan kepada Mohammad Fauzil Adhim
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Mohammad Fauzil Adhim
Lampiran 3 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 4 Daftar Nilai SKK
Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 7 Ringkasan Power Point Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang
(pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan
maksimal yang positif (Tafsir, 2014: 28). Pendidikan dapat diperoleh tidak
hanya melalui pendidikan formal tetapi juga in-formal dan non-formal.
Manusia dalam menjalani kehidupanya di dunia, tidak bisa lepas
dari permasalahan keimanana. Karena keimanan sebagai fondasi manusia
dalam menjalani kehidupannya. Keimanan ialah kepercayaan yang
terhujam di kedalaman hati dengan penuh keyakinan (Qardhawi, 2005: 27).
Adapun menurut Ash-Shiddieqy (1997: 630) keimanan itu membenarkan
dengan lisan, membuktikan dengan perbuatan serta meyakini dalam hati.
Keimanan merupakan hal pertama dan paling utama dalam ajaran
Islam yang harus tertanam dalam setiap individu. Pertumbuhanya yang
bermula sekali, masuk melalui pendidikan yang amat sederhana yaitu dari
apa yang kita lihat sehari-hari, dari pekerjaan ibu bapak dan keluarga kita
sendiri, dan dari apa yang kita dengar dari pembicaraan-pembicaraan
mereka, juga dari apa yang kita alami dalam pengajian-pengajian,
semuanya itu ditampung oleh panca indra dan masuk ke dalam perasaan
kita dengan cara sederhana (Sutan Mansur, 1981: 10).
2
Di dalam pandangan Islam anak adalah amanat yang dibebankan
oleh Allah kepada orang tuanya, oleh karena itu orang tua harus menjaga
dan memelihara amanah tersebut. Manusia adalah milik Allah dan orang
tua wajib mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri
kepada Allah. Oleh karena itu sulit bagi orang tua untuk mengabaikan
peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hingga usia
prasekolah memiliki lingkungan tunggal, yakni keluarga. Oleh sebab itu
tidak mengherankan jika dikatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-
anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan dalam keluarga, sejak dari
bangun tidur hingga saat tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan
pendidikan dari lingkungan terutama keluarga.
Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan utama,
pendidiknya adalah orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik
kodrati, pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak
diberi anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua. Dengan naluri ini
timbul rasa kasih sayang pada orang tua kepada anak-anak mereka, hingga
secara moral keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk
memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan
mereka (Mansur, 2005: 336-338).
Menurut Uhbiyati (2009:67) langkah awal yang perlu dilakuakan
oleh orang tua atau pendidik adalah menanamkan keimanan, yaitu dengan
cara mengenalkanlah kalimat tauhid kepada anak semenjak dini. Ketika
anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Biasanya, tanpa
3
diperintah ia akan segera menirukan ucapan yang ia dengar ataupun
gerakan yang ia saksikan, maka ajarkanlah laa ilaaha illalllah sebagai
kalimat yang pertama kali bisa mereka ucapkan secara fasih, sehingga
kalimat itu menjadi yang pertama-tama mereka ucapkan (Choiriyah dan
Al-Atsary 2010: 65).
Dalam Islam penanaman kalimat laa ilaaha illallah ke dalam lubuk
hati anak sangat penting. Hal itu merupakan fundamen bagi aspek-aspek
kehidupan yang lain. Kalimat laa ilaaha illallah harus lebih dahulu
ditanamkan ke dalam sanubari anak-anak lewat ucapan, sebelum anak
mengenal kalimat yang lain. Meskipun pada waktu anak dilahirkan telah
dibacakan adzan ditelinga mereka (telinga kanan) dan iqomah (telinga kiri)
namun pada waktu itu anak belum mengenalinya dengan baik. Sedangkan
penyampaian kalimat laa ilaaha illalllah pada saat ini, anak telah memiliki
pemahaman atas kesadaran yang demikian baik, sehingga akibatnya pun
akan berpengaruh besar terhadap aqidah atau keimanan mereka (Uhbiyati,
2009: 68).
Allah memerintahkan hal ini secara jelas di dalam Al Qur‟an
melalui kisah Luqman dengan anaknya, yang terdapat dalam QS. Luqman
ayat 13:
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar."
4
Ayat tersebut memberi gambaran secara jelas bahwa pendidikan
pertama yang harus diberikan orang tua kepada anaknya adalah nilai
keimanan yang merupakan sumber moral dan akhlak.
Usaha penanaman iman sejak dini bisa dilakukan oleh orang tua
dengan cara: memperkenalkan Allah kepada anak dengan membiasakan
mereka di setiap memulai pekerjaan apapun bentuknya untuk membaca
basmallah. Kita ajari mereka menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang (Adhim, 2006: 229). Dengan membiasakan anak
untuk membaca basmallah di setiap kebaikan, maka akan memupuk anak
akan pentingnya menyandarkan harapan hanya kepada Allah. Sekaligus
sebagai bentuk rasa syukur sehingga kebiasaan baik tersebut membuat
anak akan mengenal dan dekat dengan tuhan-Nya.
Pendidikan keimanan sejak dini akan mampu membentuk
kepribadian anak menjadi lebih baik dalam kehidupanya. Maka dari itu,
orang tua harus benar-benar menanamkan nilai keimanan dengan baik.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa orang tua wajib
mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada
Allah. Jika para orang tua menempuh jalan yang baik dan benar dalam
mendidik anak, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mulia.
Menurut Fauzil Adhim (2013: 40) tugas utama orang tua adalah
mengantarkan anak menjadi manusia yang mengerti tujuan hidupnya,
untuk apa ia diciptakan. Kita bekerja keras agar bisa memeberi pendidikan
yang terbaik, bukan dengan memasukkan mereka ke sekolah unggulan
5
yang kita inginkan, tetapi memasukkan landasan hidup yang penting ke
dalam jiwa mereka sehingga kemanapun mereka pergi, ridha Allah juga
yang mereka cari.
Di dalam penelitian ini, penulis mengangkat karya-karya dari
Mohammad Fauzil Adhim mengenai pendidikan keimanan bagi anak.
Mohammad Fauzil Adhim adalah seorang penulis yang berkompeten
tentang keluarga dan pendidikan anak. Beliau menyukai kajian tentang
perkembangan anak, keluarga, komunikasi dan ia produktif menulis di
berbagai media massa.
Menurut beliau pendidikan keimanan sangat penting diterapkan
dalam pola pengasuhan anak khususnya dalam menghadapi tantangan di
jaman modern seperti sekarang ini. Orang tua harus membekali anak-
anaknya dengan iman. Mohammad Fauzil Adhim bercita-cita melahirkan
generasi ulil-albab yaitu generasi pilihan yang cemerlang hidupnya, tajam
pikiranya, jernih hatinya, kukuh jiwanya, dan kuat imanya.
Karena tidak ada yang lebih berharga untuk kita wariskan kepada
anak-anak kita melebihi segenggam iman yang kita harapkan dengan
sepenuh kesungguhan agar tumbuh berakar menguat di dalam jiwa mereka.
Karena iman itu menggerakkan mereka untuk senantiasa bersungguh-
sungguh dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya, termasuk
belajar mendalami berbagai cabang pengetahuan. Mereka akan menjadi
pribadi yang kuat karena mereka tidak menyandarkan harapan kecuali
kepada Allah „Azza wa Jalla semata (Adhim, 2013: 13-14).
6
Berangkat dari pernyataan di atas penulis tertarik untuk
mengangkat pemikiran Mohammad Fauzil Adhim mengenai pendidikan
keimanan bagi anak dan membahasnya dalam skripsi dengan judul
“Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut Mohammad Fauzil
Adhim”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang hendak dicarikan jawabanya melalui penelitian. Di
dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil
penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim?
2. Bagaimana implementasi pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah dalam mengadakan pembahasan
setiap kegiatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan keimanan bagi anak
menurut Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah keilmuan khususnya dalam pendidikan keimanan bagi anak
yang sesuai dengan syariah dan dapat memberikan kontribusi yang
cukup signifikan bagi para orang tua atau para pendidik dalam
meningkatkan kualitas dalam mendidik anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua, guru, maupun lembaga, hasil dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan informasi tentang beberapa
gagasan dari Mohammad Fauzil Adhim dalam pendidikan anak
sehingga dapat dijikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan
bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya yang
berhubungan dengan pendidikan anak.
b. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai salah satu bahan acuan bagi pelaksanaan penelitian-
penelitian yang lebih relevan.
E. Metode Penelitian
Secara umum metodologi penelitian dapat diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
(Sugiyono, 2009: 3). Adapun komponen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
8
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dan termasuk
jenis penelitian bibliografi karena berusaha mengumpulkan data,
menganalisa, dan membuat interpretasi tentang pemikiran tokoh, dalam
hal ini pemikiran Mohammad Fauzil Adhim dengan menggunakan
telaah kepustakaan (library research), atau dalam bahasa lain dengan
melakukan studi kepustakaan.
Library research sendiri merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk mengumpulkan data serta informasi dengan bantuan
buku-buku, peredodikal, naskah-naskah, catatan-catatan, kisah sejarah
tertulis, dokumen, dan materi pustaka lainya yang terdapat dalam
koleksi perpustakaan. Di sini menuntut seorang penulis harus bersifat
“prespetif emic” yang berarti memperoleh data bukan “sebagaimana
seharusnya” tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang dialami dan
difikirkan oleh partisipan atau sumber data (Sugiyono, 2009: 295-296).
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu mengumpulakan
atau memaparkan konsep-konsep dan pemikiran Mohammad Fauzil
Adhim tentang pendidikan keimanan bagi anak, implementasinya di
masa kontemporer serta menganalisanya dengan menggunakan
pendekatan atau teori yang telah ada.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu langkah penelitian,
diperlukan prosedur sistematik, logis dan valid, baik secara langsung
9
(primer) atau tidak langsung (seconder) dan (tersier). Metode ini terkait
dengan keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) riset
secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban
(output) dan sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang
dihadapi (Ruslan, 2010: 27).
Adapun metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan
data adalah:
a. Metode dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter,
data yang relevan (Sudaryono, 2013: 41).
b. Metode wawancara mendalam adalah teknik wawancara yang
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada informan yang
mengarah kepada kedalaman informasi serta dilakukan tidak formal,
tidak terstruktur guna menggali informasi yang lebih jauh dan
mendalam (Sutopo, 2002: 56-60).
3. Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan
adalah sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Data yang
terkumpul melalui penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus
penelitian yaitu mengenai konsep pendidikan keimanan bagi anak.
menurut Mohammad Fauzil Adhim. Adapun sumber data yang penulis
paparkan sebagai berikut:
10
a. Sumber data primer, merupakan sumber utama yang digunakan
penulis untuk penelitian. Adapun data primer dalam penelitian ini
yaitu buku hasil karya Mohammad Fauzil Adhim yang berjudul:
Segenggan Iman Anak Kita (Pro-U media, Yogyakarta, cetakan
kedua Oktober, 2013). Positive Parenting: Cara-cara Islami
Mengembangkan Karakter Positif pada Anak Anda (PT Mizania,
Bandung, September, 2006). Saat Berharga untuk Anak Kita (Pro-U
Media, Yogyakarta, 2009). Salahnya Kodok: Bahagia Mendidik
Anak bagi Ummahat (Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1996). Mendidik
Anak Menuju Taklif (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996) dan
wawancara dengan Mohammad Fauzil Adhim (27 April 2017).
b. Sumber data sekunder, yaitu karya orang lain yang berkenaan
dengan pemikiran tokoh lain atau sumber lain yang berhubungan
dengan penelitian ini, dan berbagai literatur yang relevan dengan
objek penelitian berupa wawancara, buku, majalah, dan website.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini di anataranya yaitu: Tips
Mendidik Anak Gemar Beribadah Sejak Dini (Umi Munawaroh,
Brilliant Books, Yogyakarta, 2011). Mencetak Generasi Rabbani
(Ummu Ihsan Choiriyah dan Abu Ikhsan Al-Atsary, Pustaka Darul
Ilmi, Bogor, 2010). Pendididkan Islam: Antara Tradisi dan
Modernitas (Muhammad Hafidz dan Kastolani, STAIN Salatiga
Press, Salatiga, 2009), Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam
(Mansur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005).
11
4. Metode Analisis Data
Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan
yang penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah.
Sebab data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi
barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati,
data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini
berfungsi untuk member arti, makna dan nilai yang terkandung dalam
data itu (Kasiram, 2010: 351).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis isi (content analysis) yaitu suatu teknik untuk menarik
kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan
dilakukan secara obyektif dan sistematis (Suryabrata, 1983: 94).
Metode ini menitikberatkan pada bagaimana memperoleh
sebuah keterangan dari berbagai banyak sumber. Keterangan-
keterangan ini kemudian akan dianalisis ke dalam suatau konstruksi
yang rapi dan teratur. Dan hasilnya akan dibuat kesimpulan-
kesimpulan dari konsep yang dianalisis mengenai pendidikan
keimanan bagi anak.
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatan dan penelusuran penulis, tedapat beberapa
karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengkaji tentang pemikiran
Mohammad Fauzil Adhim. Pertama, skripsi Asmarita (2016) dengan judul
“Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim Tentang Konsep Pendidikan
12
Keluarga”. Penelitian ini berisi tentang pendidikan anak sangat penting
dalam keluarga. Perlunya pendidik dan orang tua mengetahui
perkembangan anak pada masa usia dini jika ingin generasi yang mampu
mengembangkan diri secara optimal.
Kedua, skripsi Fajar Ekawati (2008) dengan judul “Telaah
Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim Tentang Pendidikan Tauhid dan
Relevansinya dalam Pengembangan Kreativitas terhadap Anak“.
Penelitian ini berisi tentang hubungan pendidikan tauhid dengan
kreativitas anak.
Ketiga, skripsi Irni Iriani Sopyan (2010) dengan judul “Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Buku „Salahnya Kodok‟ (Bahagia Mendidik Anak
Bagi Ummahat) Karya Mohammad Fauzil Adhim”. Penelitian ini berisi
tentang mendidik dan mengajar anak bukan hal mudah, serampangan, atau
sampingan. Minimal ada dua pendidikan islam yang harus diterapkan oleh
orang tua kepada anaknya yaitu pendidikan akhlak dan pendidikan aqidah.
Keempat, skripsi Erny Tyas Rudati (2010) dengan judul “Konsep
Positive Parenting Menurut Mohammad Fauzil Adhim dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Anak”. Penelitian ini berisi tentang cara yang
dilakukan dalam mendidik dan mengasuh anak agar memiliki kemampuan
intelektual, fisik, emosi dan sosial yang bagus. Implikasinya jika anak
dididik dengan kasih sayang akan menjadikan anak berjiwa besar dan jika
dididik dengan kasar akan menjadikan anak menjadi penakut, brutal, kasar
dan tak bermoral.
13
Di antara karya ilmiah di atas tidak ada yang membahas pemikiran
Mohammad Fauzil Adhim tentang konsep pendidikan keimanan bagi anak.
Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian di atas.
G. Penegasan Istilah
Judul skripsi ini tentang “Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak
Menurut Mohammad Fauzil Adhim” supaya tidak menyimpang dari alur
substansinya, maka penulis akan mendifinisikan beberapa istilah pokok
yang terkandung dalam judul tersebut, di antaranya sebagai berikut:
1. Konsep Pendidikan Keimanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa,
konsep yaitu: rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakan dari
peristiwa konkret (Pustaka bahasa Depdiknas, 2007: 588). Pendidikan
adalah suatu aktvitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian
manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak
hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas.
Pendidikan tidak bersifat formal saja, tetapi mencakup pula non formal
(Zuhairini, 1995: 149).
Pendidikan menurut Arifin (1994: 10) diartikan sebagai latihan
mental, moral dan fisik (jasmani) yang menghasilkan manusia
berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung
jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti
menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa
tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai
14
makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan
manusia.
Achmadi (1992: 16) berpendapat bahwa pendidikan ialah
tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan
mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan Negara
(Maslikhah, 2009: 130).
Perkataan Iman (اإلمان) secara etimologis berarti 'percaya'.
Perkataan iman (إمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمه), „yukminu'
.yang berarti “percaya” atau “membenarkan” (Said, 1979: 11) (ؤمه)
Menurut KBBI (1985: 174) Keimanan berasal dari kata dasar
iman yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an yang mempunyai arti
keyakinan, ketepatan hati dan keteguhan hati. Sedangkan menurut Ash-
Shiddieqy (1997: 630) keimanan itu membenarkan dengan lisan,
membuktikan dengan perbuatan serta meyakini dalam hati.
Berdasarkan beberapa istilah di atas, maka konsep pendidikan
keimanan yang dimaksud penulis adalah suatu rancangan ide guna
15
mewujudkan dan mengembangkan potensi diri dengan memberikan
bimbingan agar memiliki keimanan.
2. Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat bahasa
Depdiknas, 2007: 41) dijelaskan bahwa anak adalah keturunan kedua,
manusia yang masih kecil (baru berumur 6 tahun).
3. Mohammad Fauzil Adhim
Mohammad Fauzil Adhim adalah Seorang Ustadz kosmopolitan
yang memiliki segudang karya. Selain sebagai seorang pendakwah,
ustadz Fauzil (panggilannya) ini juga merupakan seorang penulis yang
aktif dan produktif tentang masalah-masalah pendidikan anak, rumah
tangga, keluarga Islami dan komunikasi. Beberapa tulisannya begitu
menyentuh dan menginspirasi banyak orang.
Mohammad Fauzil Adhim tercatat sebagai penulis tetap di
kolom parenting majalah Suara Hidayatullah. Selain itu juga aktif di
akun facebook dan twitter menegenai berbagai hal, di antaranya adalah
pendidikan anak. Mohammad Fauzil Adhim juga aktif mengisi seminar
dan kajian-kajian seputar keluarga dan pendidikan anak, baik itu di
dalam maupun di luar negeri.
Sebagai seorang penulis dan konsultan parenting Islami
mohammad Fauzil Adhim telah menorehkan banyak karya yang
berpengaruh. Sudah ada 28 buku yang ditulis. Beberapa karya
bestseller-nya antara lain: Kupinang Engkau dengan Hamdalah,
16
Saatnya untuk Menikah dan Mencari Ketenanangan di Tengah
Kesibukan dan buku lainnya yaitu Segenggam Iman Anak Kita, Saat
Berharga untuk Anak Kita (Adhim, Wawancara melalui Facebook, 27
April 2017).
H. Sistematika Penullisan
Sistematika penulisan skripsi yang disususn terbagi dalam tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima
bab yang rincianya dalah sebagai berikut:
BAB I : Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah yang mendasari
terjadinya penelitian, rumusan masalah, menentukan tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, memilih metode penelitian yang tepat untuk
memecahkan permasalahan, penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini akan diuraikan mengenai biografi dari Mohammad
Fauzil Adhim tentan sekilas pandang kehidupan Mohammad Fauzil
Adhim, latar belakang keluarga, pendidikan, pengalaman, karir serta
karya-karyanya. Hal ini dimaksudkan untuk memeberikan pemahaman
awal kepada pembaca tentang tokoh yang sedang dikaji.
BAB III : Analisis tentang pemikiran Mohammad Fauzil Adhim tentang
konsep pendidikan keimanan bagi Anak.
BAB IV : Bab ini berisi implementasi pendidikan keimanan bagi anak
menurut Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer.
BAB V : Dalam bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
17
BAB II
BIOGRAFI MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
A. Latar Belakang Keluarga
Mohammad Fauzil Adhim, lelaki kelahiran Mojokerto, 29
Desember 1972, ibunya bernama Aminatuz Zuhriyah seorang guru TK.
Mohammad Fauzil Adhim sangat menyukai kajian tentang pendidikan
anak, keluarga dan komunikasi (Adhim, 1996:129).
Mohammad Fauzil Adhim dikenal sebagai ustadz kosmopolitan
yang memiliki segudang karya. Selain sebagai seorang pendakwah, ustadz
Fauzil (panggilannya) juga merupakan seorang penulis yang aktif dan
produktif. Beberapa tulisanya begitu menyentuh dan menginspirasi banyak
orang. Sebagai seorang penulis dan konsultan parenting Islami
Mohammad Fauzil Adhim ditunjuk menjadi pemateri tetap forum diskusi
parenting para orang tua di Yogyakarta dan menjadi kolumnis majalah
„Aisyah (majalah khusus pra-nikah dan awal nikah bagi muslimah)
Kualalumpur, Malaysia, mulai Desember 2012 (Adhim, Wawancara
melalui Facebook, 27 April 2017).
Penulis tetap Jendela Keluarga majalah suara Hidayatullah ini
sekarang aktif sebagai narasumber berbagai seminar dan workshop bagi
para guru, khususnya tentang merancang program motivasi di sekolah dan
menjadi guru yang disegani. Mohammad Fauzil Adhim juga aktif mengisi
seminar keayahbundaan (parenting), termasuk powerful seminar dan I
18
Care Training sebagai salah satu trainer, seminar for Parents and teacher
on raising Young Khalifah, Dewan Tabung Haji Kualalumpur, Malaysia,
November 2012. Dan menjadi kolumnis tetap Amanah Ayah di majalah
Demi Cinta, Kualalumpur, mulai Oktober 2014 (Adhim, Wawancara
melalui Facebook, 27 April 2017).
Mohammad Fauzil Adhim menikah pada saat kuliah, dengan
seorang wanita yang bernama Mariana Anas Beddu, dan sampai sekarang
dikaruniai tujuh anak. Empat putra, dan tiga putri yaitu: Fatimatuz Zahra,
Muhammad Husain As-Sajjad, Muhammad Hibatillah Hasanin,
Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, Muhammad Navies Ramadhan,
Syahidah Nida‟ul Haq, dan Sakinah Nida‟uz Zakiyyah (Adhim,
Wawancara melalui Facebook, 27 April 2017).
Saat ini Mohammad Fauzil Adhim beserta istri dan ketujuh
anaknya tinggal di Jln. Monjali Gg. Masjid Mujahadah RT 15 RW 40,
Karangjati, SIA, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Untuk menjalin silaturahim
dengan Mohammad Fauzil Adhim bisa juga mengunjungi di alamat
virtual: Facebook page Mohammad Fauzil Adhim, Twitter @Kupinang,
Telegram Channel @MohammadFauzilAdhim dengan nama channel
Bincang Parenting Fauzil Adhim.
B. Latar Belakang Pendidikan
Berdasarkan keterangan Mohammad Fauzil Adhim (Wawancara
melalui Facebook, 27 April 2017), beliau telah mengenyam pendidikan di
beberapa sekolah yaitu:
19
1. SDN Ketidur, Kecamatan Mojokerto Jawa Timur, lulus tahun 1985.
2. SMPN Kutorejo, Mojokerto, lulus tahun 1988.
3. SMAN 2 Jombang, lulus tahun 1991.
4. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Beliau masuk di UGM mengambil jurusan Psikologi, lulus
tahun 2001.
Berawal dari buku yang dipinjamkan ibunya dari perpustakaan,
Mohammad Fauzil Adhim tumbuh menjadi pecinta buku semenjak SD.
Buku-buku itu yang kemudian merangsangnya untuk menulis. Mohammad
Fauzil Adhim menulis di media masa sejak SMP kelas 3, tetapi mulai
benar-benar ditekuni semenjak masuk SMA Negeri 2 Jombang. Menulis
buku untuk pertama kali sebenarnya ketika masih belajar di SMP Negeri
Kutorejo, Mojokerto. Ketika itu buku tentang belajar bahasa Inggris secara
mudah. Tetapi buku itu tidak selesai, Mohammad Fauzil Adhim baru bisa
menulis buku sampai benar-benar selesai dan diterbitkan akhir tahun
kedua kuliahnya.
Sebagai seorang penulis yang aktif dan produktif Mohammad
Fauzil Adhim telah menelorkan banyak karya yang berpengaruh. Saat ini
sudah ada 28 buku yang ditulis. Beberapa karya bestseller-nya antara lain:
Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Saatnya untuk Menikah dan
Mencari Ketenanangan di Tengah Kesibukan, dan buku lainya adalah
Segenggam Iman Anak Kita, Saat Berharga untuk Anak Kita.
20
Mohammad Fauzil Adhim telah menulis buku-buku yang cukup
marketable di kalangan pembaca, khususnya yang berkaitan dengan
masalah pendidikan anak, keluarga dan komunikasi. Kepiawaiannya
memainkan pena di atas kertas serta rangkaian kata-kata sepertinya sudah
terlatih sejak kecil. Sehingga mampu menulis secara ringan namun
mengandung arti yang dalam, bisa menyampaikan pesan pemikirannya
secara sederhana dengan bahasa yang menarik dan mudah untuk
dimengerti oleh para pembaca.
C. Karya-karya Mohammad Fauzil Adhim
Semenjak Mohammad Fauzil Adhim tinggal di Yogyakarta,
kegemarannya menulis seakan-akan tidak terbendung lagi, mulai tulisan
yang sering menghiasi media masa dan buku-buku. Berikut ini ada 28
buku karya Mohammad Fauzil Adhim yang sudah terbit (Wawancara
melalui Facebook, 27 April 2017) yaitu, sebagai berikut:
1. Positive Parenting: Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif
pada Anak Anda. PT Mizania, Bandung, Oktober 2015, Cetakan 4.
2. Membuat Anak Gila Membaca. Pro-U Media, Yogyakarta, Maret 2015,
Cetakan 3.
3. Segenggan Iman Anak Kita. Pro-U media, Yogyakarta, Oktober 2013,
cetakan kedua Oktober 2013, sekarang mau cetakan 5.
4. Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan. Pro-U Media, Yogyakarta,
2012, cetakan kedua (edisi diperkaya) Desember 2012.
21
5. Saat Berharga untuk Anak Kita. Pro-U Media, Yogyakarta, 2009.
Cetakan kesepuluh, sedang antre cetak ulang.
6. Agar Cinta Bersemi Indah, buku kedua trilogy Indahnya Pernikahan
Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Januari 2002.
7. Salahnya Kodok: Bahagia Mendidik Anak bagi Ummahat. Mitra
Pustaka, Yogyakarta, 1996, cet. Ke-2.
8. Mendidik Anak Menuju Taklif. Pustaka Pelajar, 1996.
9. Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah. Mitra Pustaka, Yogyakarta,
1997, cetakan ke 26.
10. Mencapai Pernikahan Barakah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997,
cetakan ke-33.
11. Kado Pernikahan untuk Istriku. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1998,
cetakan ke-28.
12. Memasuki Pernikahan Agung. Mitra Pustaka , Yogyakarta, 1998.
13. Mencapai Pernikahann Barokah, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997.
14. Disebabkan oleh Cinta Kupercayakan Rumahku Padamu. Mitra
Pustaka, Yogyakarta, 1998, cet. Ke-7.
15. Indahnya Pernikahan Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Januari 2002.
Terbit juga kaset dengan judul yang sama sebagai audio book. Telah
dicetak 25.000 eksemplar dalam waktu 6 bulan.
16. Agar Cinta Bersemi Indah, buku kedua dari trilogy Indahnya
Pernikhahan Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Agustus 2002.
17. Membuka Jalan ke Surga. Pustaka Inti, Bekasi, 2004.
22
18. Mengajar Anak Anda Mengenal Allah Melalui Membaca. Bandung, Al-
Bayan, 1994.
19. Menuju Kreativitas, tulisan bersama Wahyudin. Gema Insani Press,
Jakarta, 2003.
20. Janda, kolaborasi dengan H. Abdul Azis Salim Basyaril. Gema Insani
Press, Jakarta, 1999.
21. Saat Anak Kita Lahir, Gema Insani Press, Jakarta, Desember, 2001.
22. Dunia Kata Mewujudkan Impian Menjadi Penulis Brilian. Mizan,
Bandung, 2004.
23. Saatnya untuk Menikah. Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
24. Di Ambang Pernikahan. Gema Insani Press, Jakarta, Juni, 2002,
kolaborasi dengan M. Nazhif Masykur.
25. Bahagia saat Hamil bagi Ummahat.Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2003.
26. Menjadi Ibu Bagi Muslimah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1995.
27. Menembus UMPTN Tanpa Stress. Pustaka Pelajar, 1996.
28. Bersikap Terhadap Anak: Pengaruh Perilaku Orang Tua Terhadap
Kenakalan Anak. PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2006.
Banyak sekali tulisan-tulisannya Mohammad Fauzil Adhim tentang
pernikahan, keluarga dan pendidikan anak, dalam buku-bukunya. Hal ini
mengindikasikan bahwa Mohammad Fauzil Adhim adalah orang yang
mempunyai perhatian khusus terhadap pendidikan anak.
23
D. Aktivitas Pendidikan Mohammad Fauzil Adhim
Mohammad Fauzil Adhim seorang tokoh yang begitu intens
memperhatikan pendidikan anak-anak, baik lembaga pendidikan formal
(sekolah) maupun lembaga pendidikan informal yang paling mendasar
(keluarga). Mohammad Fauzil Adhim juga beberapa kali menulis tentang
tema pernikahan dan keluarga. Banyak bukunya yang seringkali masuk
dalam kategori best seller. Masa remaja dihabiskan oleh Mohammad
Fauzil Adhim untuk mengasah potensi kreatifnya dalam dunia baca-tulis,
dengan mengawalinya sebagai kolumnis di berbagai majalah yang ada
kaitannya dengan pendidikan keluarga.
Mohammad Fauzil Adhim merupakan lulusan Fakultas Psikologi
UGM Yogyakarta, lulus tahun 2001. Kini tercatat sebagai penulis tetap di
kolom parenting majalah Suara Hidayatullah. Selain itu juga aktif di akun
facebooknya mengenai berbagai hal, di antaranya adalah pendidikan anak.
Mohammad Fauzil Adhim juga aktif mengisi seminar dan kajian-kajian
seputar keluarga dan pendidikan anak (Adhim, Wawancara melalui
Facebook, 27 April 2017).
1. Perjalanan Kerja Kepenulisan
a. Koresponden majalah Ayahbunda (Jakarta), freelance, 1994-1995
b. Kolumnis tetap Jendela Keluarga majalah Suara Hidayatullah
mulai Agustus 2002, khusus untuk masalah parenting.
24
c. Kolumnis tetap Kolom Fauzil Majalah Anggun, Jakarta (2006-
2008).
d. Kolumnis majalah parenting Karima (Surabaya), majalah baru
yang terbit mulai Desember 2012.
e. Kolumnis majalah „Aisyah (majalah khusus pra-nikah dan awal
nikah bagi muslimah) Kualalumpur, Malaysia, mulai Desember
2012.
f. Kolumnis tetap Amanah Ayah di majalah Demi Cinta,
Kualalumpur, mulai Oktober 2014.
g. Kolumnis tetap majalah An-Nida selama satu tahun sampai
Agustus 2003.
h. Pengaruh rubrik konsultasi psikologi majalah Nebula, majalah
komunitas ESQ Jakarta.
i. Menjadi pemateri tetap forum diskusi parenting para orang tua di
Yogyakarta.
j. Menjadi pemateri tetap untuk pelatihan menulis ibu-ibu rumah
tangga di Yogyakarta.
2. Aktivitas Terkait PAUD dan Guru
a. Anggota Team Penulis Modul pada Direktorat Jendral Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD &
DIKMAS) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdibud)
pusat, 2015.
25
b. Team Reviewer Bahan / Modul PCP Direktoriat Pembinaan
Pendidikan Keluarga (Bindikeel) Dirjen PAUD & Dikmas
Kemdibud Pusat, Mei 2016.
c. Narasumber / trainer untuk PCP / TOT pelatih tingkat provinsi se-
Sumatra dan Maluku.
d. Participant on National Parenting and ECCE International
Seminar, Jakarta, 25 Juli 2016 bersama Prof. Matthew Sanders,
Ph.D., dan beberapa narasumber internasional lainnya yang
diselenggarakan oleh Kemdikbud Pusat di Gedung Kemdikbud.
e. Narasumber ahli pada penyusunan rekomendasi program di
Direktorat Anak dan remaja Dirjen PAUD & Dikmas, Bogor, 26-
27 Juli 2016.
f. Seminar for Parents and teacher on raising Young Khalifah,
Dewan Tabung Haji Kualalumpur, Malaysia, November 2012.
g. Pembina SD Hidayatullah Yogyakarta sekaligus menjadi anggota
tim perancang kurikuluam SD unggulan.
h. Dosen Psikologi keluarga (marriage dan Parenting), dan psikologi
komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, 2001-
2004.
i. Staff pengajar sekolah guru taman kanak-kanak Islam terpadu
(SGTKIT), Yogyakarta, 1996-1998.
26
3. Aktivitas Sekarang
a. Sahabat suriah dengan konsentrasi pada penanganan anak-anak
korban kekejaman perang suriah, di samping bantuan medis
(ambulance).
b. Sahabat Al-Aqsa dengan perhatian utama untuk dana sosial-
kemanusiaan bagi muslimin di Gaza, termasuk untuk fasilitas
pendidikan bagi anak-anak (Adhim, Wawancara melalui Facebook,
27 April 2017).
Dari uraian di atas telah memberikan gambaran bahwa Mohammad
Fauzil Adhim adalah seorang penulis yang berkonsentrasi pada tema
pendidikan anak (parenting). Dalam bidang pendidikan anak Mohammad
Fauzil Adhim banyak mencurahkan perhatiannya terhadap pendidikan
keimanan. Mohammad Fauzil Adhim (2013: 13) berpendapat pendidikan
keimanan sangat penting untuk diterapkan dalam pola pengasuhan anak
khususnya dalam menghadapi jaman modern seperti saat ini. Oleh karena
itu, setiap orang tua harus memperhatikan masa depan anak-anaknya, masa
depan yang jauh penting yaitu masa depan akhirat. Karena tidak ada yang
lebih berharga untuk diwariskan kepada anak melebihi segenggam
keimanan yang diharapkan, agar tumbuh di jiwa anak.
Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim dalam membekali pendidikan
keimanan bagi anak sangat diperlukan dan harus diperhatikan oleh orang
tua maupun guru dalam kehidupan sekarang. Melalui lingkungan keluarga
yaitu orang tua sebagai lingkungan yang terdekat dalam pembentukan
27
kepribadian anak dan unsur utama dalam membekali pendidikan
keimanan. Banyak orang tua yang sibuk mencari kesuksesan tanpa
memperhatikan pendidikan yang utama untuk anaknya. Lupa untuk
memberikan, perhatian, kasih sayang, membekali iman yang kokoh serta
salah dalam mengasuh dan mendidik anaknya.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya yang berjudul
Saat Berharga untuk Anak Kita (2009: 99), diterangkan pendapat dari
Adnan Shahih Baharits yang menyatakan tentang pendekatan keimanan
bagi anak atau cara membangkitkan muraqabah pada diri anak dilakukan
dari sejak dini. Anak memiliki kecerdasan bahwa dalam setiap langkah
senantiasa mendapatkan pengawasan dari Allah Ta‟ala. Hal ini membuat
anak merangsang untuk memiliki kendali perilaku yang berasal dari dalam
dirinya (internal locus of control). Pendapat ini dikutip dari sebuah hadist
yang diriwayatkan oleh Ahmad yang berbunyi:
“Jagalah (hak) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Peliharalah
(hak) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.
Kenalilah Dia di saat kau bahagia, niscaya dia akan mengenalimu di saat
kau susah. Apabila kau meminta, maka mintalah kepada Allah.
Sesungguhnya pena telah mengering, mencatat apa yang ada. Seandainya
seluruh makhluk bermaksud menolongmu dengan sesuatu yang tidak
ditetapkan oleh Allah untukmu, niscaya mereka tidak akan sanggup
melakukannya. Dan jika (manusia) bermaksud mencelakakanmu dengan
sesuatu yang tidak ditetapkan Allah bahwa sesuatu itu akan
28
mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya.”
(H.R Ahmad).
Dari hadist di atas merupakan ajaran yang mengarahkan pada
pendidikan keimanan, di mana anak diajarkan untuk menyakini Allah,
menyandarkan diri hanya kepada Allah, sehingga tidak merasa lemah di
hadapan menusia. Serta mengikatkan diri kepada Allah, sebagai penentu
takdir..
Keimanan atau pendidikan keimanan menurut Mohammad Fauzil
Adhim (2013: 136-137) adalah sebuah jalan untuk mencapai keselamatan
dengan didasari pada akidah yang lurus dan agama yang benar sehingga
semuanya berserah pada Allah „Azza wa Jalla. Pendapat ini diadopsi dari
Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 128 yaitu, sebagai berikut:
Artinya: “Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Berakar pada keimanan, orang tua harus dapat membangun
keyakinan yang kuat dan kokoh dalam diri anak terhadap syari‟at Allah,
dengan tidak menyekutukan Allah serta memurnikan tauhid sehingga akan
memancarkan keimanan yang bersih.
Demikianlah Selayang pandang riwayat hidup Mohammad Fauzil
Adhim dalam segala pemikiran dan karyanya, beliau mempunyai peran
29
yang sangat penting khususnya bidang komunikasi, dan bidang pendidikan
anak. Mohammad Fauzil Adhim memilliki pandangan dalam lapangan
pengetahuan yang luas, termasuk dalam pendidikan keluarga. Dengan
kepiawaianya dan kepakaranya, banyak hal menarik dan inspiratif yang
bisa dipetik dari perjalan Mohammad Fauzil Adhim. Baik melalui aktivitas
dan karya-karyanya maupun perjalanan hidupnya yang penuh warna, telah
memberikan inspirasi bagi generasi penerusnya.
30
BAB III
PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK
MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
Pendidikan adalah suatu hal yang paling dibutuhkan oleh setiap manusia,
oleh karena itu banyak orang yang berbondong-bondong untuk mengenyam
pendidikan baik yang formal sampai yang informal. Adapun Kata “pendidikan”
berasal dari kata dasar “didik” lalu kata ini mendapat awalan “me‟ sehingga
menjadi “mendidik”, yang memilki arti memelihara dan memberi latihan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232). Pendidikan secara luas dan umum
sebagai dasar yang diajarkan oleh pendidik melalui bimbingan dan latihan untuk
membantu peserta didik mengalami proses kemajuan kearah tercapainya pribadi
dewasa (Zuhairini, 1993: 89).
Menurut Suharto (2006: 11) pendidikan memiliki beberapa komponen
yaitu, tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, kurikulum pendidikan, metode
pendidikan dan konteks pendidikan. Pendidik dapat terdiri dari orang tua, guru,
masyarakat, dan semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Kemudian,
proses pendidikan terjadi sejak anak berada dalam kandungan, kemudian anak
lahir ke dunia, dan proses pendidikan berlanjut ke liang lahat. Setiap proses
pendidikan memerlukan tujuan yang jelas, ke arah mana anak akan dibawa. Orang
tua sebagai pihak yang paling berkepentingan dalam pendidikan, pada umumnya
menentukan tujuan pendidikan yang sesuai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam
hidupnya.
31
Pendidikan sangat penting untuk setiap kalangan termasuk anak-anak.
pada masa anak-anak perlu diberi pendidikan agama karena keyakinan agama
akan mengakar dan tersimpan dalam memorinya yang terdalam. Salah satu
pendidikan agama yang harus diajarkan kepada anak adalah keimanan.
Fase anak-anak merupakan tempat yang subur bagi pembinaan dan
pendidikan. Pada umumnya masa anak-anak ini berlangsung cukup lama. Seorang
pendidik dalam hal ini orang tua, bisa memanfaatkan waktu yang cukup untuk
menanamkan segala sesuatu dalam jiwa anak, apa saja yang orang tua kehendaki.
Jika masa anak-anak ini dibangun dengan pondasi keimanan yang kuat, maka
dengan ijin Allah kelak anak akan tumbuh menjadi generasi yang kokoh. Orang
tua hendaknya memanfaatkan masa ini dengan sebaik-baiknya, maka dari itu
orang tua harus mengutamakan pendidikan keimanan bagi anak. Berikut ini
pemikiran Mohammad Fauzil Adhim tentang pendidikan keimanan bagi anak.
A. Hakikat Pendidikan Keimanan
Pendidikan keimanan merupakan perpaduan dari dua istilah, yaitu:
pendidikan dan keimanan. Sebelum melakukan kajian lebih dalam
mengenai pendidikan keimanan bagi anak, terlebih dahulu perlu diketahui
apa arti pendidikan itu sendiri. Adapun beberapa istilah pendidikan yang
dikemukakan oleh para pakar pendidikan antara lain:
1. Mohammad Fauzil Adhim (1996: 15-17) memandang pendidikan dalam
konteks keseluruhan kehidupan manusia dan ia menjadikan pendidikan
itu sebagai sesuatu yang berkesinambungan dari lahir hingga anak
tersebut mencapai usia taklif yaitu melaksanakan perintah Allah.
32
2. Syed Muhammad al-Naquib al-Attas (1990: 35) menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri
manusia.
3. Ahmad Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentunya
kepribadian yang utama.
4. Hasil rumusan Konggres se-Dunia ke-11 pada tahun 1980 tentang
pendidikan Islam (dikutip dalam M. Arifin, 1987: 15) menetapkan
bahwa pendidikan adalah usaha mengembangkan seluruh aspek
kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah,
ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun kolektif, serta
mendorong aspek-aspek itu kearah kebaikan dank kearah pencapaian
kesempurnaan hidup.
Dari konsep di atas pengertian pendidikan memiliki maksud yang
hampir sama yaitu, segala usaha yang dilakukan secara sadar dan
berkesinambungan, oleh si pendidik dalam mengarahkan, membimbing
dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani si terdidik untuk
menuju terbentuknya pribadi yang utama.
Sedangkan keimanan itu mencakup seluruh kewajiban yang
ditetapkan bagi seorang hamba untuk beriman kepada Allah, kepada para
Malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada hari akhir dan
33
percaya kepada qadha dan qadar dari Allah (Hafidz dan Kastolani, 2009:
81).
Adapun definisi keimanan menurut Mohammad Fauzil Adhim
(2015: 72) yaitu: kesediaan untuk mengakui, menerima dan berserah diri
kepada Allah Ta‟ala yang dinyatakan secara lisan dan diwujudkan dengan
perbuatan, serta mengikatkan diri dengan Islam dan memiliki komitmen
kepadanya. Dengan pendidikan keimanan diharapkan agar kelak anak
hanya mengenal Islam sebagai agamanya dan menjadikan Al-Qur‟an dan
Al-Hadist sebagai peganganya di dalam kehidupan.
B. Dasar Pendidikan Keimanan bagi Anak
Mohammad Fauzil Adhim berpendapat tentang pentingnya
keimanan bagi pendidikan anak sejalan dengan ajaran dalam Al-Qur‟an,
dalam surat Al-Luqman ayat 13, Allah Ta‟ala berfirman:
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar."
Berpijak pada Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini memuat dua pesan
utama. Pertama, Luqman bin Anqa‟ Sadaun berpesan agar anaknya
menyembah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kedua, wanti-
wanti dan pesan kepada anak bahwa “sesungguhnya mempersekutukan
Allah itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar.” Hal ini selaras
dengan yang ditulis oleh Mohammad Fauzil Adhim bahwa “syirik
34
merupakan pebuatan paling zalim di antara kezaliman-kezaliman”
(Adhim, 2013: 111).
Inilah dasar-dasar yang harus ditanamkan kepada anak. Agar
mereka menjadi orang yang memiliki kepribadian kuat dan memiliki arah
yang jelas, Nilai dasar kehidupan harus mereka miliki sejak belia,
sehingga nantinya anak tidak akan terjerumus dalam kesesatan dan
mempersekutukan Allah. Karena mempersekutukan Allah merupakan
kezaliman yang besar.
C. Indikator Keimanan
Pendidikan keimanan pada anak akan membangkitkan muraqabah
pada diri anak sejak dini. Sehingga anak memiliki kesadaran bahwa setiap
langkahnya senantiasa mendapat pengawasan dari Allah Ta‟ala. Hal ini
dapat merangsang anak untuk memiliki kendali perilaku yang berasal dari
diri sendiri. Selain dari pada itu, pendidikan keimanan akan
membangkitkan komitmen dan tanggung jawab sehingga pikiran dan
tindakan anak lebih terarah. Sehingga dampak yang akan didapat dalam
pendidikan keimanan ini, akan memperkuat dan mensucikan hati demi
tujuan dalam kehidupan sosial. Sehingga memudahkan anak untuk
memiliki rasa rela berkorban. Karena sebenarnya pendidikan keimanan
akan dapat menjaga dan memelihara anak itu sendiri dengan cara
mengenalkan apa saja yang harus dilakukan seorang anak untuk mengenal
Tuhannya, seperti:
35
a. Mengenali Tuhan-Nya.
b. Mengetahui rambu-rambu dari Tuhan-Nya.
c. Menjaga dan melaksanakan aturan-aturan dari Tuhan-Nya.
Diadopsi dari hadits riwayat Ahmad (Adhim, 2009: 99).
Dari hadist di atas merupakan ajaran yang mengarahkan pada
pendidikan keimanan. Di mana anak diajarkan untuk mengenali Tuhan-
Nya melalui hal-hal yang sederhana, dengan memperkenalkan sifat Allah
yang penuh kasih sayang terhadap semua makhluknya. Anak diajarakan
untuk mengetahui rambu-rambu dari Tuhan-Nya serta menjaga batasan-
batasan-Nya, hak-hak, perintah-perintah, serta larangan-larangan-Nya.
Bentuk pelaksanaannya yaitu dengan berkomitmen untuk menjalankan
perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan tidak melampaui
batasan yang dilarang oleh-Nya. Sehingga akan tumbuh rasa cinta dan
harapan yang selalu ditunjukan hanya kepada Allah Ta‟ala semata.
D. Materi Pendidikan Keimanan bagi Anak
Menurut Mohammad Fauzil Adhim orang tua harus memberikan
pendidikan keimanan pada anak sejak dini, saat anak mulai dapat
memahami lingkunganya. Hal ini dilakukan agar anak memiliki pondasi
keimanan yang kuat, sehat jasmani, rohani serta kepekaan sosial. Tujuan
ini dapat dicapai apabila seluruh materi pendidikan keimanan dapat
difungsikan secara optimal oleh orang tua dalam proses mendidik anak.
36
Adapun materi pendidikan keimanan yang harus diperhatikan oleh
orang tua sebagaimana menurut Mohammad Fauzil Adhim yaitu, sebagai
berikut:
a. Mengenalkan Allah kepada Anak.
1. Membacakan Kalimat Tauhid kepada Anak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar anak memiliki
iman yang kuat dan kokoh, yaitu orang tua harus mengenalkan dan
memperdengarkan kalimat La Ilaha Illallah kepada anak yang baru
lahir. Mohammad Fauzil Adhim (2012 : 72) mengutip dari Ibnu
Qayim Al-Jauziyyah dalam Tuhfat al-Maudud bi Ahkam Al Maulud
mengatakan ”Diawal waktu, ketika anak-anak mulai bisa bicara,
hendaknya mendiktekan kepada mereka kalimat laa ilaha illa llah
muhammadarrasulullah, dan hendaknya sesuatu yang pertama kali
didengar oleh telinga mereka adalah laa ilaha illallah (mengenal
Allah)”. Hal ini bertujuan agar pertama kali yang didengar oleh anak
adalah kalimat tauhid serta pengetahuan tentang Allah, dan ke-
Esaanya.
Kalimat suci inilah yang perlu dikenalkan pada awal
kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan
menghidupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi pada saat
awal-awal kehidupanya akan berpengaruh pada perkembangan
berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan
dengan cara yang mengesankan (Adhim, 2006: 229-230). Selain itu
37
juga ajarkan kepada mereka bahwa Allah bersemayam di atas
singgasana-Nya yang senantiasa melihat dan mendengar perkataan
mereka, senantiasa bersama mereka di manapun mereka berada.
2. Membiasakan Melafadzkan Kalimat Thoyyibah.
Mengenalkan Allah kepada anak dilakukan dengan terus-
menerus melafadzkan kalimat thoyyibah. Seperti mengucapkan
Subhanallah Al Hamdulillah Allahu Akbar disertai dengan aktivitas
yang dilakukan, sehingga anak bisa menyambung bacaan dan
aktivitasnya. Mohammad Fauzil Adhim (2006: 229) berpendapat
setiap memulai pekerjaan apa pun bentuknya, orang tua mengajari
mereka mengucap basmalah. Mengajari mereka menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah
diucapkan sebagai rasa syukur, ketika melakukan aktivitas tertentu.
Subhanallah dilafadzkan jika melihat ciptaan Allah dan sebagainya.
3. Memperkenalkan Sifat-Sifat Allah Ta’ala.
a) Orang tua pertama kali mulai memperkenalkan Allah kepada
anak melalui sifat-Nya, yakni Al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita
tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa ke mana pun kita
menghadap wajah kita, di situ kita menemukan ciptaan Allah.
Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa
segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah.
Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak
38
kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk
kepadaNya (Adhim, 2006: 234).
b) Memberikan sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang
pertama kali diperkenalkan oleh Allah swt, melalui Rasulullah
saw. yakni Al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua
keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah
kepekaan anak untuk menagkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat
pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga
tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah (Adhim, 2006:
236).
b. Membina Anak untuk Beriman kepada Allah.
Dalam membina anak untuk tetap beriman kepada Allah Ta‟ala
Mohammad Fauzil Adhim memaparkan sebagai berikut:
1. Mengajarkan Anak untuk Tidak Mempersekutukan Allah.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim dalam majalah Suara
Hidayatullah (2013: 72-73), menerangkan bahwa orang tua harus
mengajarkan anak untuk tidak mempersekutukan Allah dengan
selainnya. Ini prinsip dasar tauhid yang melandasi apapun pelajaran
agama yang diberikan berikutnya. Tidak akan bermanfaat apapun
amal yang dikerjakan oleh seseorang jika mempersekutukan Allah,
meskipun ia merasa benar-benar mencintai Allah. Pendapat ini
dikutip dari firman Allah dalam surat Luqman ayat 13, yang
berbunyi:
39
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”
Dari surat Lukman ayat 13 dapat dipetik pelajaran bahwa
tidak ada landasan yang lebih bagi keimanan anak-anak kita
melebihi kemurniaan tauhid dengan tidak mempersekutukan Allah
„Azza wa Jalla.
Berpijak pada Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini memuat dua pesan
utama. Pertama, Luqman bin Anqa‟ Sadaun berpesan agar anaknya
menyembah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kedua,
wanti-wanti dan pesan kepada anak bahwa “sesungguhnya
mempersekutukan Allah itu benar-benar merupakan kezaliman yang
besar.” Hal ini selaras dengan dengan yang ditulis oleh Mohammad
Fauzil Adhim bahwa “syirik merupakan pebuatan paling zalim di
antara kezaliman-kezaliman” (Adhim, 2013: 111). Inilah yang perlu
kita perhatikan agar segenggam iman anak kita tidak rapuh dan
lemah.
2. Menanamkan Perasaan Takwa kepada Allah di Jiwa Anak.
Takwa ialah hasil hakiki dan buah alami emosi keimanan
yang mendalam, yang berhubungan dengan (perasaan) selalu diawasi
Allah, takut kepada-Nya, takut kepada murka dan siksa-Nya, serta
40
mengharapkan ampunan dan pahala daripada-Nya (Ulwan, 1990: 2).
Takwa merupakan nilai yang mendasar dan sangat mulia yang harus
dimiliki oleh seseorang muslim karena menjadi ukuran jauh
dekatnya seseorang dengan Allah (Wiyani, 2012: 27).
Berbekal takwa kepada Allah swt, menjadikan anak dapat
mengendalikan ucapan dan tindakannya tidak akan melampaui batas.
Seorang pemarah dan mudah meledak emosinya, akan mudah luluh
jika ia bertakwa. Ia luluh bukan karena lemahnya hati, melainkan ia
amat takut kepada Allah swt. Menundukkan dirinya agar tidak
melanggar larangan-laranganNya (Adhim, 2013: 52).
3. Berbicara dengan Perkataan yang Benar (qaulan sadidan).
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2009: 77) qaulan
sadidan adalah berkata jujur, benar dan tidak mengelabuhi. Agar
orang tua dapat berkata benar, perkataan orang tua kepada anak
harus sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Di anataranya dengan
mengungkapkan kebenaran pada waktu yang tepat.
Berbicara dengan perkataan benar (qaulan sadidan) akan
mendorong kita untuk tetap berbenah. Membiasakan anak berkata
yang jujur dan benar kepada orang lain. Sehingga anak akan
menyampaikan segala hal kepada orang lain tanpa dibuat-buat
ataupun ditambah-tambahkan. Selain itu dengan qaulan sadidan
merupakan kunci untuk melahirkan generasi yang kuat dan tidak
41
menghawatirkan. Karena dengan berbicara benar akan membawa
kepada kebaikan-kebaikan (Adhim, 2013: 52).
4. Mendisiplinkan Anak untuk Shalat.
Shalat adalah media terbesar untuk menghubungkan seorang
hamba dengan Tuhannya. Shalat juga menjadi wasilah (perantara)
yang sangat penting untuk membentuk tameng agama bagi seorang
anak (Hadi, 2005: 95).
Orang tua harus mengasuh anak untuk mendisiplinkan shalat
yang dimulai pada usia tujuh tahun. Jadi kalau anak belum berusia
tujuh tahun tidak mengerjakan shalat, orang tua harus memaklumi
dan melapangkan hati. Sehingga tugas orang tua adalah
menumbuhkan perasaan positif terhadap kebiasaan yang ingin
ditumbuhkan, membangkitkan perasaan bahwa dirinya memiliki
kompetensi serta menjamin bahwa mereka memiliki harga diri yang
tinggi. Orang tua memperlakukan anak secara terhormat, tetapi
bukan memanjakan (Adhim, 2013: 265).
5. Membiasakan Anak untuk Berpuasa.
Agar anak-anak berhasrat besar melakukan puasa, mereka
harus memiliki perasaan yang sangat positif terhadap bulan
Ramadhan. Orang tua perlu menumbuhkan perasaan bukan sekedar
memahamkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah,
bulan yang berlimpah kebaikan di dalamnya, bulan yang penuh
kegembiraan karena setiap kebaikan akan dilipatgandakan
42
ganjarannya. Tak ada bulan yang lebih mulia dibanding bulan
Ramadhan. Karena itu, Ramadhan harus dinanti dan disambut
dengan suka cita.
Jika anak-anak sudah mempunyai perasaan yang sangat
positif terhadap Ramadhan, maka mereka akan berebut untuk
menjadikan dirinya sebagai orang yang mampu berpuasa secara
penuh. Meski sebagai orang tua kita tidak boleh mengharuskan anak
yang belum cukup umurnya untuk berpuasa sebagai orang dewasa,
tetapi memacu hasrat sangat mungkin dilakukan (Adhim, 2009:
131).
Orang tua harus menjadikan anak merasa, bahwa Allah swt.
mencintai orang-orang yang berpuasa. Dalam hal ini, orang tua dapat
membuat kesepakatan dengan anak. Misalnya, orang tua sepakat
agar anak mau berpuasa sampai dzuhur. Setelah itu, orang tua dapat
menambahkan waktu puasa anak secara berangsur-angsur sampai
akhirnya anak dapat terbiasa berpuasa sehari penuh (Hadi, 2005:
100).
6. Membangun Sikap Beriman Terhadap Takdir.
Orang tua perlu menanamkan kepada anak sikap beriman
terhadap takdir. Karena berawal dari sikap yang benar terhadap
takdir, kita bisa berharap lahirnya anak-anak yang kuat memegangi
prinsip, kokoh pendirianya, kuat keyakinanya kepada Allah „Azza wa
Jalla beserta segala yang dituntunkan-Nya, serta memiliki integritas
43
pribadi yang kuat. Sikap yang tepat kepada takdir mengantarkan
anak untuk jujur dan mandiri. Anak akan belajar menempa diri untuk
tidak berharap selain kepada Allah „Azza wa Jalla.
Melalui pembentukan sikap yang benar terhadap takdir, kita
bisa berharap akan lahir para pemberani yang perkasa untuk
memimpin dunia. Mereka perkasa justru karena kepasrahannya
terhadap setiap ketentuan-Nya. Inilah yang sekarang perlu orang tua
pikirkan. Sudah saatnya mengubah cara membangun kepribadian
anak. Percaya diri yang kokoh sudah seharusnya lahir dari iman yang
kuat. Salah satunya iman kepada takdir (Adhim, 2013: 117-119).
7. Membangkitkan Muraqabah Sejak Dini
Sebagai orang tua semestinya yang diterapkan dalam
mendidik anak ialah dengan selalu menanamkan sifat muraqabah.
Muraqabah yaitu merasa senantiasa diawasi dan tidak pernah luput
dari penglihatan Allah. Sesungguhnya pengawasan Allah sangat
tajam dan jeli. Tidak ada satu pun perbuatan yang luput dari
pengawasan Allah. Dan tidak ada satu pun kezaliman yang terbebas
dari perhitungan Allah (Adhim, 2009: 248)
Membangkitkan muraqabah pada diri anak semenjak dini,
membuat anak memiliki kesadaran bahwa setiap langkahnya
senantiasa mendapat pengawasan dari Allah. Hal ini akan
merangsang anak untuk memiliki kendali perilaku yang berasal dari
dalam dirinya (internal locus of control). Ia sekaligus
44
membangkitkan komitmen dan tanggung jawab, sehingga pikiran
dan tindakan anak lebih terarah. Pada akhirya akan memperkuat
maksud dan tujuan sosialnya sehingga ia akan mudah untuk
berkorban (Adhim, 2009: 99).
c. Mengajarkan Al-Qur’an pada Diri Anak.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2013: 158-159) ada
keyakinan kuat yang harus anak-anak pegangi agar bisa tegak
kepalanya, mantab langkahnya, jelas tujuannya dan ada alasan yang
kuat untuk bertindak dan bekerja keras. Keyakinan kuat kepada Allah
Yang Maha Menciptakan hampir tidak ada artinya jika tidak ada
petunjuk yang pasti benarnya untuk hidup yang sesuai dengan
kehendak-Nya. Tidak ada artinya pula jika petunjuk itu berubah-ubah
tanpa kepastian. Petunjuk itu harus pasti dan meyakinkan. Betul-betul
petunjuk dari Allah „Azza wa Jalla yaitu Al-Qur‟an.
Mohammad Fauzil Adhim (2013: 72) berpendapat sebaik-baik
perkataan adalah kalamullah, yakni Al-Qur‟an dan sebaik-baik petunjuk
adalah Petunjuk Nabi Muhammad saw,. Dengan menjadikan Al-Qur‟an
dan sunnah sebagai pedoman hidup yang muaranya adalah menjadi
pribadi yang shaleh di hadapan Allah dan seluruh makhluknya.
Sehingga, kelak anak tersebut dapat mendoakan orang tuanya.
Mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak dapat dilakukan dengan
mulai mengenalkan, mengajari membaca, dan menghafalkanya.
45
1. Menghidupakan Jiwa Anak dengan Al-Qur’an
Sebagai orang tua hendaknya berusaha menghidupakan jiwa
anak-anak dengan Al-Qur‟an. Dengan cara melimpahkan kasih sayang
sebagaimana melihat lemah-lembutnya Rasulullah terhadap anaknya.
Berlimpahnya kasih sayang saat sedang bersama anak atau lebih-
lebih saat mengajarkan Al-Qur‟an merupakan bekal untuk membuat
jiwanya hidup tatkala belajar. Selain itu, menghidupkan jiwa berarti
membuat anak-anak senantiasa melihat dan merasakan ada ayat Al-
Qur‟an dalam setiap kejadian yang mereka jumpai. Hasil dari upaya
menghidupakan jiwa adalah anak-anak yang memiliki orientasi hidup
sangat kuat. Mereka menjadi pribadi visioner semenjak usianya yang
belia. (Adhim, 2013: 168-169).
2. Mengajarkan Anak untuk Membaca Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah firman Allah, keutamaanya atas segala
perkataan seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya.
Membacanya adalah amalan yang paling utama dilakukan oleh lisan.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2015: 72) ada tiga arti
mengajarka membaca Al-Qur‟an untuk anak, yaitu:
a. Memperdengarkan kepada anak ayat-ayat yang kita hafal atau kita
baca dengan melihat mushaf. Dalam hal ini proses yang
berlangsung adalah anak menerima dan merekam sehingga
memudahkan baginya untuk menghafal dikemudian hari.
46
b. Memperdengarkan kepada anak, lalu anak menirukan apa yang kita
perdengarkan tersebut. Proses memperdengarkan tersebut dapat
berbentuk ayat-ayat yang kita hafal, dapat pula dengan melihat
mushaf. Hanya saja anak kita minta untuk menirukan. Dalam hal
ini proses yang terjadi lebih kompleks, yakni menerima, mengolah,
dan memproduksi ucapan sesuai ia dengar.
c. Mengajarkan anak mengenali simbol-simbol berupa huruf dan
mengubah rangkaian simbol menjadi satu kata yang bermakna dan
selanjutnya menjadi kalimat utuh bermakna. Sebuah proses yang
sangat kompleks. Inilah yang secara umum disebut mengajarkan
membaca.
Mengajar anak membaca Al-Qur‟an sangatlah penting, dan
dilanjutkan dengan mengajar anak cara memahaminya dengan baik
dan benar. Dan di antara hal-hal yang perlu orang tua catat untuk
kemudian diusahakan pada anak adalah dengan menumbuhkan
kecintaan dan keyakinannya pada kitabullah. Jika sudah yakin dengan
Al-Qur‟an, maka akan menerima sepenuhnya apa yang difirmankan
oleh Allah Ta‟ala. Menyambutnya tanpa ada keraguan dan
membacanya dengan penuh kecintaan. Dan betapa tidak ada yang
lebih mudah diingat melebihi apa yang dicintai (Adhim, 2013: 153).
3. MengajarkanTahfidz Al-Qur’an untuk Anak
Dalam menanamkan aqidah, ilmu pengetahuan agama dan
tentunya pengajaran Al-Qur‟an, hendaknya kita mulai mengajarkan
47
anak-anak semenjak berusia dini. Karena pada usia ini, selain sangat
berpengaruh terhadap perkembangan otak dan memori anak-anak
yang masih polos, juga mereka bagaikan kaset kosong yang siap diisi
oleh apa saja, apapun yang didengar anak pasti akan terekam dalam
memorinya. Oleh karena itu, seoptimal mungkin orang tua harus
memperdengarkan Al-Qur‟an kepada anak, baik secara langsung
membacakannya atau dengan menggunakan kaset dan semacamnya.
Cara ini pula, yang pernah dilakukan oleh para sahabat dan
telah menjadi tradisi mereka dalam mengajarkan Al-Qur‟an kepada
anak-anaknya. Mereka memiliki perhatian yang sangat tinggi dalam
mengajarkan Al-Qur‟an. Demikian pula para tabi‟in dan orang yang
mengikuti mereka dengan baik samapai kiamat kelak (Munawaroh,
2011: 128-129).
Menghafal al-Qur‟an bukan sekedar hafal. Karena kalau soal
hafal, ada orang yang hafal Al-Qur‟an tetapi tidak memahami
kandunganya, sehingga tidak berpengaruh pada perilaku. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah agar membentuk kepribadian mereka serta
memeberi motivasi kepada anak-anak untuk selalau meraih derajat
tertinggi di hadapan Allah, dengan menghafal Al-Qur‟an. Kemudian
memenuhi benak anak dengan Al-Qur‟an dan selanjutnya membuat
anak memahami dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur‟an
(Munawaroh, 2011: 133-134).
48
Allah berfirman dalam surat maryam ayat 12-14:
Artinya; “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan
sungguh-sungguh. dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia
masih kanak-kanak. Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi
kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa.
Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah
ia orang yang sombong lagi durhaka:.
Dari ayat ini dapat diambil hikmahnya. Bahwasanya alangkah
baiknya jika anak mendapatkan hikmah selagi masih anak-anak,
dengan menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an. Selain itu menurut
Mohammad Fauzil Adhim dengan menghafal Al-Qur‟an akan menjadi
pertolongan bagi para orag tua dan pribadi anak, mendapatkan
keistimewaan dan kemuliaan seperti halnya Nabi Yahya. Allah Ta‟ala
akan melimpahkan ilmu, monolong mereka dan menjadikan mereka
hamba-Nya yang bersyukur serta dapat meninggikan kalimat Allah
Ta‟ala di muka bumi (Adhim, 2013:153).
Begitulah seharusnya orang tua memperkenalkan dan
mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak dalam menghafal dan berusaha
mewujudkan Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Dan
mendo‟akan anak kepada Allah Ta‟ala agar dilimpahi kasih sayang
dengan Al-Qur‟an.
49
4. Mengajarkan Anak Mewujudkan Al-Qur’an dalam Kehidupaan
Orang tua dapat mengajari anak-anak untuk menghafal dengan
cepat dan membaca dengan lancar. Tetapi ketrampilan melafazkan Al-
Qur‟an dengan benar tidak dengan sendirinya membuat anak-anak
dekat hatinaya pada Al-Qur‟an. Bisa membaca dengan baik tidak
sama dengan mampu mengambil petunjuk.
Mengajarkan ketrampilan membaca dan menghafal Al Qur‟an
tanpa menanamkan keyakinan yang kuat sekaligus pengalaman
berinteraksi dengan ayat-ayat Al-Qur‟an, sama seperti meletakkan
bertumpuk kitab di punggung keledai. Banyak ilmu di dalamnya,
tetapi tak bisa mengambil pelajaran darinya (Adhim, 2013: 167-168).
Di zaman keemasan Islam, lahir para pemimpin yang disegani
dan ilmuwan yang melahirkan sangat banyak penemuan, termasuk
dibidang sains. Mereka produktif melakukan terobosan ilmiah dalam
matematika, kimia, mekanika, fluida, sosiologi, dan cikal bakal ilmu
psikologi terutama karena kedekatan dengan Al Qur‟an. Mereka
membaca, merenungi, mengamalkan dan berusaha untuk senantiasa
memperoleh manfaat yang besar (Adhim, 2013: 172).
Orang tua harus mendidik anaknya kelak menjadi manusia
yang mendapatkan petunjuk, yakni orang yang mendapat hidayah dari
Allah serta menjadikan Al-Qur‟an sebagai petunjuk, pembeda yang
tegas, antara yang haq dan yang bathil, serta penjelas yang terang di
50
antara petunjuk-petunjuk, orang tua perlu menghujamkan di dada
mereka keinginan kuat untuk mengamalkan Al-Qur‟an.
Ini berarti orang tua perlu memberi pengalaman religius yang
mengesankan kepada anak. Jika bergabung dalam diri mereka
pengetahuan agama, pengalaman religius, serta perasaan religius yang
kuat, mereka akan menjadi pribadi yang kaya inspirasi, penuh
semangat, serta gigih berusaha karena dorongan iman. Sehingga
pengalaman religius ini penting diberikan pada saat mengajarkan Al
Qur‟an. Sehingga Anak akan memiliki perasaan yang kuat bahwa Al
Qur‟an adalah petunjuk dan sumber inspirasi yang penuh kebaikan
(Adhim, 2013: 174).
Maka, orang tua perlu menghidupkan budaya mengambil
petunjuk dari Al-Qur‟an semenjak anak-anak masih amat belia.
Mengakrapkan mereka dengan kebiasaan mengenali bagaimana
kemauan Al-Qur‟an, orang tua harus membiasakan anak untuk
mencerna ayat Al-Qur‟an, lalu mengajak untuk menemukan apa yang
harus dikerjakan berdasarkan ayat-ayat tersebut.
Hal ini berarti orang tua telah memperkenalkan tradisi untuk
mendeduksikan pesan-pesan Al-Qur‟an dalam pemahaman. Artinya,
bermula dari ayat Al-Qur‟an belajar merumuskan sikap dan tindakan.
Bermula dari Al-Qur‟an dapat mengarahkan perasaan dan pikiran
untuk berpijak pada Al-Qur‟an menilai segala sesuatu (Adhim, 2013:
159-160).
51
5. Membangun Tradisi Berpikir yang Berpijak pada Al-Qur’an
Orang tua harus membiasakan anak memikirkan ayat serta
mengambil pelajaran darinya. Dengan menanamkan pola pikir berupa
tradisi mendeduksikan ayat Al-Qur‟an dengan memahami makna
(tafsirnya) dari orang-orang yang memiliki otoritas dan literatur
terpercaya. Sesudah itu baru mengajak anak untuk menggunakan
nalarnya agar mampu memahami lebih jauh. Jadi, bukan
menggunakan nalarnya lebih dulu baru memahami maknanya. Sebab,
ini lebih dekat dengan praduga daripada tafsir, lebih cenderung kepada
pembenaran pikir daripada menemukan kebenaran sehingga bisa
mengoreksi kesalahan dalam berpikir.
Anak-anak diajak untuk melihat realitas, memikirkan sebab
akibat serta berusaha menemukan cara berpikir, sesudah itu baru
mencari ayat-ayat Al-Qur‟an yang sesuai. Yang demikian itu dapat
menimbulkan kesalahan berpikir bahwa kebenaran Al-Qur‟an itu
relative. Jika cara berpikir semacam ini sudah tumbuh, akibat
berikutnya adalah runtuhnya keyakinan bahwa kebenaran Al-Qur‟an
bersifat mutlak. Tak ada keraguan di dalalmnya. Pada giliran ini
menyebabkan anak kelak tidak lagi mengambil petunjuk dari Al-
Qur‟an (Adhim, 2013: 169-170).
6. Memegang Al-Qur’an dengan Kuat
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2013: 170) orang tua
harus mengajarkan anak untuk memegangi Al-Qur‟an dengan kuat.
52
Ada beberapa aspek kekuatan yang perlu dibangun pada anak agar
bisa berpegang pada Al-Qur‟an. Semuanya saling berkait dan saling
mendukung kesanggupan untuk mengenggam erat petunjuk Al-
Qur‟an.
Secara sederhana, beberapa aspek tersebut meliputi: kekuatan
hati sehingga mereka memiliki antusiasme yang kuat, kecintaan yang
mendalam, dan kemampuan menghafal yang baik, kekuatan pikiran
sehingga memudahkan mereka belajar, menajamkan kemampuanya
dalam memahami maupun mengambil pelajaran, kekuatan fisik
sehingga mereka memiliki kesanggupan untuk mempertahankan,
memperjuangkannya, dan daya untuk belajar, serta kekuatan motivasi
sehingga mereka bisa belajar dengan keinginan yang kuat dan
perhatian yang penuh.
d. Menumbuhkan Kecintaan Anak pada Agama Islam
Mohammad Fauzil Adhim (2013: 142-143) berpendapat,
sebagai orang tua yang harus dilakukan agar anak-anak bangga dengan
agamanya sehingga ia akan belajar meyakini dengan sungguh-sungguh
dengan menunjukan kepadanya kesempurnaan agama ini. Yakinkan
kepada mereka bahwa inilah agama yang benar melalui pembuktian
yang cerdas. Setelah anak meyakini bahwa Islam agama yang
sempurna dan satu-satunya agama yang diridhai Allah „Azza wa Jalla
orang tua perlu menguatkan mereka dengan beberapa hal yaitu:
53
1. Kita bangkitkan kebanggan menjadi Muslim di dada mereka.
Semenjak awal orang tua harus menumbuhkan kepercayaan
diri yang kuat dan harga diri sebagai seorang Muslim kepada anak,
sehingga mereka memiliki kebanggaan yang besar terhadap
agamanya. Anak akan berani menunjukkan identitasnya sebagai
seorang Muslim dengan penuh percaya diri, “Isyhadu bi anna
Muslimun. Saksikanlah bahwa aku seorang Muslim!” dengan
demikian anak berani menunjukkan keislamannya dengan penuh
rasa bangga. Tidak takut dicela dan tidak khawatir direndahkan
(Adhim, 2013: 144-145).
2. Membiasakan anak memperlihatkan identitas sebagai Muslim.
Orang tua harus membiasakan anak untuk memperlihatkan
identitasnya sebagai seorang Muslim, baik yang bersifat fisik,
mental, maupun cara berfikir. Inilah yang sekarang perlu orang tua
gali lebih jauh dari khazanah Islam, bukan untuk menemukan
sesuatu yang baru, tetapi untuk menemukan apa yang sudah ada
pada generasi terdahulu yang berasal dari didikan Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa Sallam dan sekarang nyaris tidak kita
temukan pada sosok kaum Muslimin di zaman ini (Adhim, 2013:
145).
3. Al-wala’ wal bara’
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2013: 145-146), orang
tua perlu membagkitkan pada diri anak Al-wala‟ wal bara‟
54
sehingga akan memperkuat percaya diri anak. Apabila mereka
berjalan, ajarkanlah untuk tidak menepi dan menyingkir karena
grogi hanya karena berpapasan dengan orang kafir yang sedang
berjalan dari arah lain. Kita tidak bersikap arogan, kita hanya
menunjukkan percaya diri, sehingga tidak menyingkir karena
gemetar.
Sikap ini sangat perlu ditumbuhkan agar kelak mereka
sanggup bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan lembut
terhadap orang-orang yang beriman. Ingatlah ketika Allah
berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 54:
Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap
orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-
Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.
e. Mengajarkan Mereka untuk Berislam dengan Ihsan
Jika percaya diri sudah tumbuh di diri anak, orang tua harus
mengajarkan kepada mereka sikap ihsan. Kita tunjukkan kepada anak-
anak bagaimana seorang mukmin dapat dilihat dari kemuliaan akhlak
dan lembutnya sikap. Ada saat untuk tegas, ada saat untuk bersikap
55
menyejukkan. Bukan untuk menyenangkan hati orang-orang kafir
dikarenakan hati yang lemah dan diri yang tak berdaya, tetapi karena
memuliakan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Pada saatnya, orang tua harus mengajarkan kepada anak untuk
menghormati hak-hak tetangga, Muslim maupun kafir. Kita tunjukkan
kepada mereka hak-hak tetangga beserta prioritasnya, mana yang harus
didahulukan. Ada tetangga yang dekat pintunya dirumah, ada pula
yang jauh, ada tetangga yang masih memiliki hubungan keluarga, ada
pula yang orang lain sama sekali, serta ada tetangga Muslim, ada pula
tetangga kafir. Masing-masing memiliki hak yang berbeda-beda
(Adhim, 2013: 146).
f. Dorongan untuk Berdakwah
Agar anak-anak memiliki percaya diri yang lebih kuat lagi
sebagai seorang Muslim, kita perlu tanamkan dorongan untuk
menyampaikan kebenaran serta mengajak orang lain pada kebenaran.
Hal ini sangat penting untuk menjaga anak dari kebingungan terhadap
masalah keimanan dan syariat. Tidak jarang anak mempertanyakan,
bahkan mengenai sesama Muslim yang tidak melaksanakan sebagai
syariat Islam. Misalnya mengapa ada yang tidak pakai jilbab.
Melalui dorongan agar mereka menjadi penyampai kebenaran,
maka kebingungan itu hilang dan berubah menjadi kemantapan serta
percaya diri yang tinggi. Pada diri mereka ada semacam perasaan
bahwa ada tugas untuk mengingatkan dan menyelamatkan. Ini sangat
56
berpengaruh terhadap citra dirinya kelak, dan pada gilirannya
mempengaruhi konsep diri, penerimaan diri, percaya diri, dan orientasi
hidup (Adhim, 2013: 48).
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa penanaman
keimanan bagi seorang anak merupakan rangkaian tanggung jawab yang
paling penting, dan harus ditanamkan sejak dini. Dengan demikian orang
tua berkewajiban untuk menanamkan keimanan ke dalam jiwa anak.
Dengan mendorong anak agar senantiasa berada di dalam suatu ikatan
akidah dengan Tuhan-Nya, sehingga anak akan selalu tumbuh dan
berkembang mempunyai rasa muroqabah kepada Allah. Karena anak
memiliki kecerdasan bahwa dalam segala tindakan dan perbuatannya,
mereka akan selalu diawasi oleh Allah. Selain itu, orang tua harus
mendidik anak-anaknya untuk mengadakan ikatan rohani dengan Tuhan-
Nya.
Ada beberapa materi pokok untuk mengikat jiwa anak dengan
Tuhan-Nya antara lain: dengan cara mengenalkan Allah kepada anak
semenjak mereka lahir dengan memperdengarkan kalimat la ilaha illallah,
selain itu orang tua harus memperkenalkan sifat-sifat Allah dalam
kehidupan sehari-hari dengan pembinaan dan bimbingan yang diberikan
pada saat anak sudah dapat mengenal dan membedakan sesuatu. Orang tua
harus membina anak untuk percaya kepada Allah melalui berbagai
pembuktian tentang ciptaan-ciptaanNya.. Selain menanamkan dasar-dasar
keimanan kepada Allah, orang tua harus menghidupkan Al-Qur‟an di jiwa
57
anak, dengan mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mengajarkan dan
mendekatkan anak-anaknya dengan Al-Qur‟an. Serta mengajak anak untuk
bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena berkaitan
mendidik anak, pelajaran pentingnya adalah betapa orang tua perlu
menanamkan keimanan serta iltizam kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Apabila anak sejak lahir telah ditanamkan dasar-dasar keimanan
dalam jiwanya dan terus dikembangkan, maka akan membentuk
pemikiran-pemikiran yang berdasarkan oleh dalil-dalil tauhid, sehingga
akan sulit untuk dipengaruhi keburukan yang datang dari luar. Sebab anak
sudah dibentengi oleh keyakinan-keyakinan yang sulit untuk digoyahkan.
Dan semuanya akan berpengaruh dalam membentuk tingkah laku
dikehidupannya.
58
BAB IV
IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK
MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
DI MASA KONTEMPORER
A. Analisis Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut
Mohammad Fauzil Adhim dengan Pemikiran Tokoh Lain.
Dari pemaparan bab 3 telah diketahui bahwa Mohammad Fauzil
Adhim (2013: 111) berpendapat orang tua dalam membekali pendidikan
keimanan kepada anak harus berpijak pada QS. Luqman ayat 13 yaitu:
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Dari surat Luqman ayat 13 dapat dipetik pelajaran bahwa tidak ada
landasan yang lebih bagi keimanan anak-anak kita melebihi kemurniaan
tauhid dengan tidak mempersekutukan Allah „Azza wa Jalla.
Sesungguhnya syirik merupakan kezaliman yang sangat besar. Inilah yang
perlu kita perhatikan agar segenggam iman anak kita tidak rapuh dan
lemah sehingga anak akan termotivasi untuk senantiasa beribadah dengan
niatan yang tulus hanya kepada Allah Ta‟ala.
Aspek penting keimanan menurut Mohammad Fauzil Adhim
adalah kesediaan untuk mengakui, menerima dan berserah diri kepada
59
Allah Ta‟ala yang dinyatakan secara lisan. Meyakini kebaikan Islam tanpa
bersedia mengucapkan kalimat syahadatain, maka keyakinan tersebut tidak
ada nilainya di hadapan Allah Ta‟ala. Aspek lainya adalah mampu
mengikatkan diri dengan Islam dan memiliki komitmen kepada-Nya. Ini
akan membawa konsekuensi bahwa kita dituntut untuk memiliki komitmen
(iltizam) kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah (2015: 72).
Adapun secara garis besar pendidikan keimanan anak menurut
mohammad Fauzil Adhim mencakup:
A. Mengenalkan
Allah kepada
Anak.
1. Membacakan Klaimat Tauhid kepada Anak.
2. Membiasakan Melafadzkan Kalimat
Thoyyibah.
3. Memperkenalkan Sifat-Sifat Allah Ta‟ala.
B. Membina anak
untuk beriman
kepada Allah.
1. Mengajarkan Anak untuk Tidak
Mempersekutukan Allah.
2. Menanamkan Perasaan Takwa kepada Allah
di Jiwa Anak.
3. Berbicara dengan Perkataan yang Benar
(qaulan sadidan).
4. Mendisiplinkan Anak untuk Shalat.
5. Membiasakan Anak untuk Berpuasa.
6. Membangun Sikap Beriman Terhadap
Takdir.
7. Membangkitkan Muraqabah Sejak Dini.
60
C. Mengajarkan
Al-Qur‟an pada
Diri Anak.
1. Menghidupakan Jiwa Anak dengan Al-
Qur‟an.
2. Mengajarkan Anak untuk Membaca Al-
Qur‟an.
3. MengajarkanTahfidz Al-Qur‟an untuk Anak
4. Mengajarkan Anak Mewujudkan Al-Qur‟an
dalam Kehidupaan.
5. Membangun Tradisi Berpikir yang Berpijak
pada Al-Qur‟an.
6. Memegang Al-Qur‟an dengan Kuat.
D. Menumbuhkan
Kecintaan Anak
pada Agama
Islam
1. Kita bangkitkan kebanggan menjadi Muslim
di dada mereka.
2. Membiasakan anak memperlihatkan
identitas sebagai Muslim.
3. Al-wala‟ wal bara‟.
E. Mengajarkan
Mereka untuk
Berislam dengan
Ihsan
F. Dorongan
untuk
Berdakwah
61
Kemudian penulis ingin menganalisis pemikiran Mohammad
Fauzil Adhim tentang pendidikan keimanan bagi anak, dengan pemikiran
tokoh lain seperti pendapat Munawaroh serta Choiriyah dan Al-Atsary.
Analisis pemikiran ini bertujuan untuk mengetahui posisi pemikiran
Mohammad Fauzil Adhim di antara penulis-penulis lainnya.
Menurut Munawaroh (2011: 27) dalam buku Tips Mendidik Anak
Agar Gemar Beribadah, bahwa dalam menanamkan aspek keimanan
kepada anak dapat dilakukan dengan mengadopsi proses kehidupan
Rasulullah dalam membina dan mendidik anak-anak yang dibagi menjadi
lima pola, yaitu sebagai berikut:
1. Mengajarkan Kalimat Tauhid
Ibnu Abbas r.a menceritakan bahwa Rasalullah saw. Bersabda:
“Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak
adalah kalimat laa ilaaha illallaah. Dan bacakan padanya ketika
menjelang maut kalimat laa ilaaha illallaah.” (HR. Al-Hakim).
Tujuan dari memperdengarkan dan mengajarkan kalimat tauhid
ini, agar pertama kali yang didengarkan adalah kalimat tauhid dan
pengetahuan tentang Allah. Mengajarkan kalimat tauhid sejak dini,
dilakukan dengan memperdengarkan adzan di telinga kanan dan iqamah
di telinga kiri (Munawaroh, 2011: 30).
2. Menanamkan Cinta Kepada Allah.
Mengenalkan Allah pada anak juga dapat dilakukan dengan
terus menerus melafadzkan kalimat thoyyibah. Seperti mengucapkan
62
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar disertai dengan aktivitas
yang dilakukan, sehingga anak bisa menyambungkan bacaan dan
aktivitasnya. Alhamdulillah diucapkan sebagai wujud rasa syukur,
ketika selesai melakukan aktivitas tertentu. Subhanallah dilafadzkan
jika melihat ciptaan Allah dan sebagainnya. Selain itu anak juga mulai
dapat dikenalkan Allah melalui ciptaan-Nya (Munawaroh, 2011: 31).
3. Menanamkan Cinta Kepada Rasulullah.
Orang tua perlu mengenalkan dan menanamkan rasa kecintaan
anak kepada Nabi Muhammad saw. Dengan cara menceritakan sejarah
kehidupan beliau dengan diselingi materi pelajaran Al-Qur‟an.
Pemahaman terhadap sejarah kehidupan nabi, diyakini akan
memberikan pengaruh kepada pendidikan dan dan perkembangan jiwa
anak. Karena pemahaman yang baik terhadap kepribadian nabi, secara
tidak disadari akan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap pribadi
beliau. Anak akan menjadikan nabi Muhammad sebagai tokoh pujaan
yang akhirnya, akan berusaha meniru apa yang nabi Muhammad telah
lakukan selama hidupnya.
Hal ini akan membentuk pribadi anak tidak lepas dari patokan
agama, mampu memahami makna cinta yang sebenarnya terhadap
beliau, serta memiliki semangat jihad yang tinggi dalam rangka
menyelamatkan ummat manusia dari lingkungan yang penuh dengan
kesesatan menuju lingkungan yang baik, dari dunia yang penuh dengan
kebatilan menuju dunia yang penuh dengan kebenaran, dan dari
63
lingkungan yang penuh kebodohan menuju cahaya Islam yang gemilang
(Munawaroh, 2011: 31-33).
4. Mengajarkan Al-Qur’an Kepada Anak.
Mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak berarti mengajak anak
untuk dekat kepada pedoman hidupnya. Dengan cara itu diharapkan
ketika beranjak dewasa anak benar-benar dapat menjalani hidupnya
sesuai dengan Al-Qur‟an. Hal ini menjadi jalan untuk membentuk
menjadi manusia yang shalih. Mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak
dilakukan dengan mulai mengenalkan, memperdengarkan, dan
menghafalkan. Tak heran jika Rasulullah mengingatkan untuk mendidik
anak dengan Al-Qur‟an (Munawaroh, 2011: 33).
5. Mendidik Anak Untuk Berpegang Teguh Pada Aqidah dan Rela
Berkorban.
Aqidah yang tumbuh dan tertanam dalam jiwa anak, merupakan
sesuatu yang sangat penting sebagai salah satu pijakan dan pedoman
hidup, dalam menata masa depan yang berarti dan secara tidak langsung
akan memberi dampak yang positif bagi kelangsungan hidup
bermasyarakat.
Penanaman aqidah pada anak sejak dini merupakan sarana
pendidikan yang efektif bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa
anak. Aqidah yang tertanam dalam jiwa anak akan semakin kokoh
apabila anak yang bersangkutan memiliki nilai-nilai perjuangan dan
pengorbanan dalam dirinya untuk membela aqidah yang diyakini
64
kebenarannya. Semakin kuat nilai perjuangan dan pengorbanan
seseorang akan semakin kokoh pula aqidah yang dimiliki (Munawaroh,
2011: 36-37).
Selanjutnya penulis memaparkan pendapat dari Choiriyah dan
Al-Atsary bahwasanya orang tua harus lebih mengutamakan pendidikan
keimanan bagi anak. Karena setiap bayi yang lahir, diciptakan oleh
Allah Ta‟ala di atas fitrah keimanan (Choiriyah dan Al-Atsary,
2010:63). Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A‟rah ayat 172
yaitu:
Artimya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan).”
Juga Sabda Rasulullah yaitu:
سلهم ما عل صلهى للاه عى قال قال رسل للاه للاه رة رض عه أب ر
اي لد إله لذ على الفطرة فأب كما مه م ساو مج أ راو ىص أ داو
ن فا مه جذعاء ثمه قل}فطرة للاه مت جمعاء ل تحس مت ب تىتج الب
ه الق م رلك الذ ا ل تبذل لخلق للاه {)راي البخاري(الهت فطر الىهاس عل
Artinya :”Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW
bersabda : “Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia
berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan
membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana
65
hewan yg dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah
kalian merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila
kalian mau, maka bacalah firman Allah yg berbunyi: '…tetaplah atas
fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak
ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30):30). (HR. Muslim)
(Choiriyah dan Al-Atsary 2010: 64).
Menurut Choiriyah dan Al-Atsary (2010: 64-65), cara
menanamkan keimanan anak yaitu dengan mengenalkan anak dengan
Rabb mereka. Mengenalkan kalimat tauhid kepada anak semenjak dini.
Ketika anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, ia mulai
mendengar setiap kata dan menyaksikan gerakan. Biasanya, tanpa
diperintah anak akan segera meniru ucapan yang ia dengar ataupun
gerakan yang disaksikannya. Maka ajarkan mereka kalimat laa ilaaha
illallah sebagai kalimat yang pertama kali bisa mereka ucapkan secara
fasih, sehingga akan menjadi kalimat yang pertama diucapkan.
Berakar pada keimanan orang tua harus menanamkan kecintaan
yang mendalam kepada Allah Ta‟ala. Dengan kisah-kisah serta mengajak
anak untuk memikirkan dan memperhatikan tentang ciptaan Allah yang
menunjukkan keesaan-Nya. Dengan demikian sedikit demi sedikit akan
tertanam dalam dirinya keimanan kepada Allah dengan dalil dan bukti
(Choiriyah dan Al-Atsary, 2010: 66).
Kemudian orang tua harus menanamkan kecintaan kepada Al-
Qur‟an semenjak dini. Tujuannya untuk mengarahkan mereka kepada
keyakinan bahwa Allah Ta‟ala adalah Rabb mereka dan bahwa Al-Qur‟an
ini adalah kalam-Nya. Sehingga ruh Al-Qur‟an dapat berhembus dalam
jiwa mereka dan akan mempengaruhi pemikiran dan intelektuas mereka.
66
Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-Qur‟an sejak kecil,
kemudian tumbuh dan berkembang di atas kecintaan kepada Allah dan
rasul-Nya. Sehingga mereka akan melaksanakan perintah-perintah Al-
Qur‟an, menjauhi larangan-Nya, dan berakhlak dengan Al-Qur‟an
(Choiriyah dan Al-Atsary, 2010: 113).
Selanjutnya menanamkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw,
yang merupakan pilar syahadat Muhammad Rasulullah. Dan hal ini harus
diutamakan oleh orang tua. Apabila kecintaan kepada Nabi Muhammad
telah tertanam, jiwa anak akan tergerak dan semangat keislamannya akan
meningkat. Di antara upaya untuk menumbuhkan kecintaan anak kepada
Nabi Muhammad saw. adalah dengan mengajarkan sirah nabawi yang
akan memberikan gambaran kepada mereka dalam segala kondisi dan
keadaan beliau. Sehingga dapat dijadikan teladan yang terbaik dalam
kehidupan (Choiriyah dan Al-Atsary, 2010: 115).
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemikiran
Mohammad Fauzil Adhim dekat dan mempunyai kesamaan dengan
pemikiran Munawaroh tentang pola dalam mendidik keimanan anak dan
senada juga dengan tulisan Choiriyah dan Al-Atsary tentang pentingnya
menanamkan pendidikan keimanan anak. Hanya dalam pengkajiannya,
Mohammad Fauzil Adhim lebih banyak mengaitkan dengan hal-hal yang
sedang terjadi dimasa sekarang.
67
B. Implementasi Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut
Mohammad Fauzil Adhim Di Masa Kontemporer.
1. Metode-Metode Pendidikan Keimanan Bagi Anak.
Metode mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah
proses pendidikan Islam. Karena seni dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan sebagai materi pengajaran dari pendidik kepada peserta
didik adalah melalui sebuah metode. Adapun yang dimaksud metode
dalam pendidikan keimanan bagi anak adalah cara yang dapat ditempuh
dalam memudahkan tujuan pendidikan keimanan bagi anak. Menurut
Mohammad Fauzil Adhim metode-metode yang digunakan untuk
pendidikan keimanan bagi anak antara lain:
a. Metode Motivasi
Motivasi adalah sebuah proses bangkitnya seseorang baik
dari dalam dirinya (internal) atau dari luar dirinya (eksternal) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Chotimah, 2014: 392).
Orang tua harus banyak tampil memotivasi anak, menurut
Mohammad Fauzil Adhim (2013: 89) jika anak-anak memiliki
motivasi yang kuat, mereka akan memiliki energi yang besar untuk
belajar. Mereka tergerak untuk berusaha dengan sungguh-sungguh
melakukan apa yang menurutnya baik. Semakin kuat motivasinya
semakin kuat usahanya. Motivasi yang kuat juga akan
mempengaruhi tingkat ketekunan anak saat mempelajari sesuatu.
Jika motivasinya bersifat intrinsik, anak akan memperoleh penguat
68
yang semakin menyalakan semangatnya setiap kali melakukan
kegiatan.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (1996: 113) anak yang
berhasil, seringkali lahir justru bukan dari banyaknya fasilitas yang
dimiiki. Lebih penting dari itu, motivasi yang tinggilah yang banyak
memberi sumbangan pada semangat anak demi berusaha dan
menyikapi sesuatu.
b. Metode Kasih Sayang
Mohammad Fauzil Adhim menjelaskan cara untuk
menanamkan keimanan pada anak dengan metode kasih sayang.
Karena mendidik dengan kasih sayang, anak sudah dapat merasakan
apakah ia disayangi, diperhatikan, diterima, dan dihargai atau tidak.
Orang tua dapat menunjukkan kasih sayangnya secara wajar sesuai
umur anak. Dengan mencium atau membelai, berkata lembut, hingga
anak merasa disayang. Karena dengan kasih kasih sayang yang
diberikan orang tua, anak akan memiliki orientasi hidup yang jelas.
Orang tua harus menghidupkan perasaan anak dengan
meluangkan waktunya untuk bercanda dan bermain kepada mereka.
Seperti halnya yang dicontohkan Rasulullah saw, saat menggendong
cucunya Umamah putri Zainab ketika sedang shalat. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya orang tua untuk meluangkan waktu
bermain serta memberikan perhatian yang hangat bagi aqidah anak
kelak (Adhim, 2013: 44-45).
69
Mohammad Fauzil Adhim (1996: 90) memaparkan bahwa
kasih sayang adalah mata air yang mengalir dan menyuburkan
potensi-potensi anak. Kasih sayang orang tua akan memberikan
keteduhan hati dan perasaan berharga pada diri anak. Maka orang tua
perlu mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya. Pencurahan
kasih sayang ini harus dilakukan secara konsisten, tulus, dan nyata
sehingga anak benar-benar merasakannya.
c. Metode Keteladanan
Orang tua harus menjadi contoh teladan bagi anak. Jadilah
potret nyata dalam melaksanakan kebaikan yang kita ajarkan dan
meninggalkan perkara yang kita larang. Keteladanan yang baik
adalah sarana terpenting dalam pendidikan keimanan anak. Karena ia
memiliki pengaruh yang begitu besar. Mohammad Fauzil Adhim
(2009: 77) memberikan contoh pembelajaran dengan qaulan sadidan
yaitu: berkata jujur, benar dan tidak mengelabuhi. Agar orang tua
dapat berkata benar, perkataan orang tua kepada anak harus sesuai
dengan prinsip-prinsip kebenaran. Di antaranya dengan
mengungkapkan kebenaran pada waktu yang tepat.
Berbicara dengan perkataan benar (qaulan sadidan) akan
mendorong kita untuk tetap berbenah. Membiasakan anak berkata
yang jujur dan benar kepada orang lain. Sehingga anak akan
menyampaikan segala hal kepada orang lain tanpa dibuat-buat
ataupun ditambah-tambahkan. Selain itu dengan qaulan sadidan
70
merupakan kunci untuk melahirkan generasi yang kuat dan tidak
menghawatirkan. Karena dengan berbicara benar akan membawa
kepada kebaikan-kebaikan.
Di era yang modern ini, metode keteladanan masih sangat
diperlukan dalam dunia pendidikan, terlebih lagi pendidikan dalam
keluarga. Keteladanan akan memberikan kontribusi yang sangat
berarti bagi tercapainya tujuan pendidikan dalam keluarga, begitu
pula dalam hal pendidikan Keimanan. Orang tua merupakan contoh
tauladan utama sebagai panutan bagi anak-anaknya, memegang
teguh keimanan dan menjaganya, serta mengamalkan nilai-nilai
keimanan dalam keluarga.
d. Metode Pembiasaan
Dalam mendidik anak dikehidupan sehari-hari pembiasaan
sangat penting dilakukan. Pembiasaan ini akan memberikan
kesempatan kepada anak untuk terbiasa mengamalkan apa yang telah
diajarkan orang tua kepada anaknya, sehingga akan membantu
proses pembentukan karakter anak. Jika orang tua maupun pendidik
mampu membiasakan anak dengan hal-hal baik, maka ketika mereka
sudah menginjak usia dewasa akan mudah untuk melaksanakannya.
Maka Orang tua perlu membiasakan anak setiap memulai pekerjaan
apa pun bentuknya, orang tua mengajari mereka mengucap
basmalah. Mengajari mereka menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah diucapkan sebagai
71
rasa syukur, ketika melakukan aktivitas tertentu. Subhanallah
dilafadzkan jika melihat ciptaan Allah dan sebagainya (Adhim,
2006: 229).
Selain itu Mohammad Fauzil Adhim mencontohkan
pembelajaran anak untuk membiasakan dan mendisiplinkan shalat
yang dimulai pada usia tujuh tahun. Jadi kalau anak belum berusia
tujuh tahun tidak mengerjakan shalat, orang tua harus memaklumi
dan melapangkan hati. Sehingga tugas orang tua adalah
menumbuhkan perasaan positif terhadap kebiasaan yang ingin
ditumbuhkan, membangkitkan perasaan bahwa dirinya memiliki
kompetensi serta menjamin bahwa mereka memiliki harga diri yang
tinggi (Adhim, 2013: 265).
e. Metode Nasehat
Di anatara metode yang masyhur sejak berabad-abad yang
silam adalah metode pemberian nasehat. Anak kadang-kadang lebih
senang mendengarkan atau memperhatikan nasehat orang-orang
yang ia cintai dan ia jadikan tempat mengadukan segala
permasalahannya. Dalam situasi demikian pelajaran atau nasehat
akan benar-benar mempunyai pengaruh yang mendalam bagi anak
(Al-Jamali, 1993: 130).
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2009: 244-252), metode
keimanan melalui nasehat yang baik digunakan oleh orang tua
72
adalah apa yang terkandung di dalam Al-Qur‟an. Sebagaimana yang
dikutip dari surat Luqman ayat 13-19 yaitu:
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang
Telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku,
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
73
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Nasehat Luqman terhadap anaknya sebagaimana terdapat
pada ayat 13-19, mencerminkan pendidikan yang harus dilaksanakan
oleh orang tua terhadap anaknya. Pendidikan tersebut mencakup
pembinaan iman dan tauhid, akhlak dan juga ibadah. Dalam surat
lukman ayat 13 terlihat nasihat untuk anaknya agar tidak
menyekutukan Allah, dan pada ayat lain Luqman menasehati
anaknya dengan kata perintah agar mereka melaksanakan shalat, dan
nasihat untuk menghindari kesombongan.
f. Metode Hukuman
Bila pendidikan melalui keteladanan tidak mampu memberi
bekas, dan begitu juga nasihat, maka pada waktu itu perlu diadakan
tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan itu dengan benar
sesuai koridor agama, tindakan tegas itu adalah memberi hukuman.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2013: 204-207) ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam memberi hukuman
pada anak, yaitu:
74
a. Menghukum anak bukan sebagai luapan emosi, apalagi sebagai
pelampiasan jengkel karena perilaku mereka. Tampaknya sepele
tetapi ini mempengaruhi sikap kita dan cara kita bersikap
mempengaruhi penerimaan anak. Selain itu, dengan senantiasa
belajar membenahi niat kita dalam menghukum anak, perilaku
kita lebih terkendali.
b. Menghukum merupakan tindakan mendidik agar anak memiliki
sikap yang baik. Artinya, hal terpenting dalam menghukum
adalah anak mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan
memahami apa yang menyebabkan dia dihukum.
c. Tindakan memberi hukuman kepada anak adalah dalam rangka
mengajari anak bahwa setiap perbuatan mempunyai konsekuensi.
Orang tua menghukum anak bukan karena marah atau membalas
kejengkelan, juga bukan untuk mempermalukan anak.
d. Hukumlah anak tapi jangan sakiti anak. Banyak orang taua
bermaksud menghukum anak tapi yang terjadi sebenarnya adalah
menyakiti hati anak. Orang tua sering memojokkan anak dengan
pertanyaan yang membuatnya mati kutu, dan menghujani anak
dengan ancaman-ancaman yang menakutkan. Lebih tragis lagi
dengan kalimat-kalimat yang menyakiti hati anak.
e. Tetap berfikir jernih saat menghukum anak. orang tua harus
berfikir jernih ketika memberi hukuman kepada anak agar tidak
75
memperumit keadaan. Karena berfkir jernih bisa dilakukan ketika
hati tenang dan emosi terkendali.
f. Kasih sayang mendahului kemarahan, meskipun orang tua
memberi hukuman kepada anak tunjukkanlah bahwa kita
melakukanya didorong oleh rasa cinta dan kasih sayang.
2. Langkah-Langkah Menanamkan Keimanan Bagi Anak
a. Mendekatkan Anak dengan Kisah-kisah atau Cerita yang
Mengesakan Allah.
Terkait menanamkan keimanan anak, orang tua perlu
mengenalkan anak dengan kisah-kisah inspiratif, karena anak-anak
memiliki imajinasi yang sangat tinggi. Sehingga di otaknya akan
segera berimajinasi dan kemungkinan besar akan terus teringat
hingga dewasa.
Orang tua bisa membacakan kisah bernafaskan Islam yang
semuanya menanamkan nilai ketauhidan. Seperti riwayat kehidupan
Nabi besar Muhammad saw. atau tokoh-tokoh Islam yang lainnya.
Dengan menggambarkan sosoknya dalaam kehidupan sehari-hari
ketika berhadapan dengan berbagai rintangan. Orang tua harus bisa
menyampaikan secara tepat, sehingga anak akan lebih bisa
mengembangkan imajinasinya untuk menangkap situasi batin dan
kedalaman sang tokoh untuk kemudian menginternalisasi (Adhim,
1996: 33).
76
b. Menanamkan Keimanan Anak dengan Mengenalkan Sifat Allah
Melalui Bahasa.
Penanaman keimanan melalui bahasa ini, dimaksudkan agar
anak mengenal nama dan sifat Allah. Misalnya, kedua orang tuanya
dalam mengenalkan nama dan sifat-sifat Allah SWT, mereka harus
seseringkali mengucapkan kalimat thoyyibah seperti: Bismillah,
setiap akan memulai suatu pekerjaan, Alhamdulillah setiap selesai
melakukan suatu aktivitas tertentu, bila melihat suatu keajaiban
ciptaan Allah mengucap subhanallah (Adhim, 2006: 229). Jika hal
ini dilakukan oleh orang tua secara terus menerus, maka lama-
kelamaan tanpa disadari akan masuk ke dalam pikiran anak serta
tertanam dalam jiwanya dan menjadi pengalaman agamis.
c. Mengajak Anak untuk Mengenali dan Merenungkan Ciptaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya orang tua mengajak anak untuk merenungkan
ciptaan Allah, dengan mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat
yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka
menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Perlahan-
lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah dibalik
kesempurnaan penciptaan anggota badannya.
Katakan, misalnya mata. “Mana matanya? Wow, matanya
dua ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah Allah menciptakan mata
yang bagus. Matanya buat apa nak?”. Dengan demikian hal ini bisa
77
merangsang kecerdasan anak dan yang paling pokok bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran bahwa ia diciptakan Allah dan karena itu
harus menggunakan hidupnya untuk Allah (Adhim, 2006: 234-235).
d. Membekali Anak untuk Menuntut Ilmu dan Mencintai Orang
yang Berilmu.
Dalam menanamkan keimanan di jiwa anak orang tua perlu
menanamkan semangat untuk menuntut ilmu. Sudah saatnya orang
tua menanamkan semangat pergi menuntut ilmu ke dalam jiwa anak.
Sehingga, setiap langkah anak menempuh perjalanan menuju tempat
belajar, memberi arti bagi anak secara keseluruhan. Memberi arti
bagi mental, kepribadian, dan perasaan bermakna anak.
Selama menempuh perjalanan anak akan banyak mengalami
hal-hal baru. Ia akan mengalami berbagai kesulitan yang menempa
kematangan pribadinya sesuai taraf perkembangannya. Anak akan
belajar mengenali dan menghayati alam ciptaan Tuhan ini,
merasakan kebesaran-Nya dari ketakjubannya terhadap ciptaan-
ciptaan Allah. Sehingga anak terangsang untuk suka berpikir dan
sekaligus merasakan apa yang dipikirkannya. Hal ini akan mengasah
ketajaman pikiran dan kehalusan perasaan. Mengajarkan kelembutan
akhlak, sekaligus ketegasan sikap. Melihat berbagai peristiwa af‟al
Allah Ta‟ala sebagai rahmat (Adhim, 1996: 71-73).
Selain itu dorong anak untuk mencintai ilmu dan
menanamkan kepada anak kemuliaan orang-orang yang berilmu
78
dalam rangka mencari ridha Allah Ta‟ala. Kita dapat menunjukkan
bagaimana para ulama terdahulu dari kalangan salafush-ahalih
bahkan merelakan hartanya demi meraih ilmu. Mereka tetap gigih
belajar, meskipun sudah menjadi orang yang sangat berilmu, bahkan
hingga akhir hayat (Adhim, 2016: 73).
Dengan demikian anak akan tergugah untuk mengamalkan
ilmu, bukan hanya menjelaskan kepada anak agar berusaha
mengamalkan ilmu serta mengajarkannya kepada orang lain.
Sekiranya keinginan kuat untuk senantiasa menambah ilmu,
mengamalkan, dan mengajarkannya kepada orang lain benar-benar
hidup pada diri anak-anak kita, niscaya akan menjadikan anak
menjadi generasi yang rabbani.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis yang berkaitan dengan “Konsep
Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut Mohammad Fauzil Adhim”
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan Keimanan adalah kesediaan untuk mengakui, menerima
dan berserah diri kepada Allah Ta‟ala yang dinyatakan secara lisan
dan diwujudkan dengan perbuatan, serta mengikatkan diri dengan
Islam dan memiliki komitmen kepadanya. Dengan pendidikan
keimanan diharapkan agar kelak anak hanya mengenal Islam sebagai
agamanya dan menjadikan Al-Qur‟an dan Al-Hadist sebagai
peganganya di dalam kehidupan.
2. Implementasi pendidikan keimanan bagi anak menggunakan metode
motivasi, kasih sayang, keteladanan, pembiasaan, nasihat dan ditambah
dengan metode hukuman. Serta menggunakan langkah-langkah
mendekatkan anak dengan kisah atau cerita tentang mengesakan Allah,
menanamkan keimanan anak dengan mengenalkan sifat Allah melalui
bahasa, mengajak anak untuk mengenali dan merenungkan ciptaan
Allah serta membekali anak untuk menuntut ilmu dan mencintai orang
yang berilmu.
80
B. Saran
1. Sebagai Orang Tua
Dalam menghadapi tantangan globalisasi modern seperti sekarang ini,
orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan anak, terlebih
pendidikan keimanannya dengan menanamkan dasar-dasar keimanan di
jiwa anak. Dan mampu memberikan keteladanan nyata bagi anak-
anaknya secara terus menerus sehingga akan berpengaruh dalam
membentuk tingkah laku dan perbuatannya.
2. Sebagi Guru
Sebagai guru hendaknya membentuk lingkungan pendidikan yang
agamis dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan memberikan
waktu lebih untuk mengenal nilai-nilai mulia pada ajaran agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media.
Adhim, Mohammad Fauzil. 1996. Salahnya Kodok; Bahagia Mendidik
Anak bagi Ummahat. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
. 2003. Mendidik Anak Menuju Taklif.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
. 2006. Positve Parenting: Cara-cara Islami
Mengembangkan Karakter Positif pada Anak Anda. Bandung: PT
Mizania.
. 2009. Saat Berharga untuk Anak Kita.
Yogyakarta: Pro-U Media.
. 2013. Segenggam Iman Anak Kita.
Yogyakarta: Pro-U Media.
. 2012. Mengawali Ta‟dib. Suara
Hidayatullah. hlm. 72.
. 2013. Sebaik-baik Nasehat. Suara
Hidayatullah. hlm. 72-73.
. 2015. Karena Iman Bukan Sekedar
Pengetahuan. Suara Hidayatullah. hlm. 72.
. 2015. Mengajarkan Membaca Memang
Sejak Lahir. Suara Hidayatullah. hlm. 72.
. 2016. Generasi Rabbani: Shaleh Saja Tidak
Cukup. Suara Hidayatullah. hlm. 73.
Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Arifin, H.M. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Choiriyah, Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al-Atsary. 2010. Mencetak
Generasai Robbani. Bogor: Pustaka Darul Ilmi.
Chotimah, Chusnul dan Muhammad Fathurrohman. 2014. Komplemen
Manajemen Pendidikan Islam: Konsep Integratif Pelengkap
Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Hadi, Jamal Abdul, dkk. 2005. Menuntun Buah Hati Menuju Surga. Solo:
Era Intermedia.
Hidayati, Anisa. 1994. Buku Pegangan Anak Shaleh. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ilyas, Yunhar. 1992. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPII
Jumali, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah
Universitas Press.
Kasiram. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN
Maliki Press.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mansur, Sutan. 1981. Tauhid Membentuk Pribadi Muslim. Jakarta:
Yayasan Nurul Islam.
Maslikhah. 2009. Ensiklopedi Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga.
. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi
Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Orbitus Corp.
Munawaroh, Umi. 2011. Tips Mendidik Anak Gemar Beribadah Sejak
Dini. Yogyakarta: Brilliant Books.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Qardhawi, Yusuf. 1992. Tauhidullah dan Fenomena Kemusyrikan.
Surabaya: Pustaka Progresif.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relations dan
Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Said, Abdullah. 1979. Gelora Iman Dalam Islam. Bandung: Al-Ma‟arif.
Sudaryono., dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS
Press.
Syukur, Amin. 2006. Pengantar Studi Islam. Semarang: Lembkota
Semarang.
Tafsir, Ahmad. 2014. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam
Kandungan Samapai Lansia. Semarang: Walisongo Press.
Ulwan, Abdullah Nasih. 1990. Pendidikan Sosial Anak. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan
Taqwa. Yogyakarta: Teras.
Zuhairini dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. II. Jakarta: Bumi
Aksara.
. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Bandung:
Ramadhani.
DAFTAR PUSTAKA DARI FACEBOOK
Qulubiyyah, Lu‟luatul. (Lu‟luatul Qulubiyyah). 27 April 2017. Curriculum
Vitae dan Pertanyaan. Facebook kepada Mohammad Fauzil
Adhim (Mohammad Fauzil Adhim).
DAFTAR LAMPIRAN
Wawancara yang diajukan pada Mohammad Fauzil Adhim
Bismillah….
Assalamu‟alaikum Warahmatullah. Wabarakatuh.
Ustadz, perkenalkan nama saya Lu‟luatul Qulubiyyah. Mahasiswa
semester 8 (delapan) IAIN Salatiga angkatan 2013, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, program studi Pendidikan Agama Islam. Disemester ini saya sedang
mengambil skripsi dengan judul “Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak
Menurut Mohammad Fauzil Adhim” untuk mengerjaknan skripsi tersebut, saya
memohon ijin semoga ustadz Fauzil bersedia untuk menjawab pertanyaan,
memberi bimbingan dan masukan bagi saya. Berikut pertanyaanya:
A. Latar Belakang Keluarga
1. Nama Orang tua :
2. Jumlah Saudara :
3. Nama istri :
4. Nama anak :
B. Latar Belakang Pendidiakan
1. SD :
2. SMP :
3. SMA :
4. Perguruan Tinggi :
C. Karya Tulis :
D. Aktivitas dakwah :
Mohon balasan dari Ustadz, semoga ustadz diberi keistiqomahan dalam
mengemban dakwah amanah. Syukron, jazakallah khairan katsiran.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullah. Wabrakatuh.
Hasil Wawancara dengan Mohammad Fauzil Adhim
Informasi Umum
1. Nama : Mohammad Fauzil Adhim
2. Tempat/Tgl Lahir : Mojokerto, 29 Desember 1972
3. Alamat Rumah : Jln. Monjali Gg. Masjid Mujahadah RT 15 RW 40
Karangjati,
SIA, Mlati, Sleman, Yogyakarta
4. HP. : 0818 269 672
5. Alamat Virtual
a. Fb Page : Mohammad Fauzil Adhim
b. Telegram Channel : @MohammadFauzilAdhim dengan nama channel
Bincang
Parenting Fauzil Adhim
c. Twitter : @kupinang
d. Email : [email protected]
6. Nama Istri : Mariana Anas Beddu
7. Nama Anak : 1. Fathimatuz Zahra
2. Muhammad Husain As-Sajjad
3. Muhammad Hibatillah Hasanin
4. Muhammad Nashiruddin An-Nadwi
5. Muhammad Navies Ramadhan
6. Syahidah Nida‟ul Haq
7. Sakinah Nida‟uz Zakiyyah
Informasi Pendidikan
1. SDN Ketidur, Kutorejo, Mojokerto lulus tahun 1985.
2. SMP Negeri Kutorejo, Mojokerto lulus tahun 1988.
3. SMA Negeri 2 Jombang lulus tahun 1991.
4. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta lulus tahun
2001.
Perjalanan Kerja Kepenulisan
1. Koresponden majalah Ayahbunda (Jakarta), freelance, 1994-1995
2. Kolumnis tetap Jendela Keluarga majalah Suara Hidayatullah mulai
Agustus 2002, khusus untuk masalah parenting.
3. Kolumnis tetap Kolom Fauzil Majalah Anggun, Jakarta (2006-2008).
4. Kolumnis majalah parenting Karima (Surabaya), majalah baru yang terbit
mulai Desember 2012.
5. Kolumnis majalah „Aisyah (majalah khusus pra-nikah dan awal nikah bagi
muslimah) Kualalumpur, Malaysia, mulai Desember 2012.
6. Kolumnis tetap Amanah Ayah di majalah Demi Cinta, Kualalumpur, mulai
Oktober 2014.
7. Kolumnis tetap majalah An-Nida selama satu tahun sampai Agustus 2003.
8. Pengaruh rubrik konsultasi psikologi majalah Nebula, majalah komunitas
ESQ Jakarta.
9. Menjadi pemateri tetap forum diskusi parenting para orang tua di
Yogyakarta.
10. Menjadi pemateri tetap untuk pelatihan menulis ibu-ibu rumah tangga di
Yogyakarta.
Aktivitas Terkait PAUD & Guru, antara lain:
1. Anggota Team Penulis Modul pada Direktorat Jendral Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD & DIKMAS)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdibud) pusat, 2015.
2. Team Reviewer Bahan / Modul PCP Direktoriat Pembinaan Pendidikan
Keluarga (Bindikeel) Dirjen PAUD & Dikmas Kemdibud Pusat, Mei
2016.
3. Narasumber / trainer untuk PCP / TOT pelatih tingkat provinsi se- Sumatra
dan Maluku.
4. Participant on National Parenting and ECCE International Seminar,
Jakarta, 25 Juli 2016 bersama Prof. Matthew Sanders, Ph.D., dan beberapa
narasumber internasional lainnya yang diselenggarakan oleh Kemdikbud
Pusat di Gedung Kemdikbud.
5. Narasumber ahli pada penyusunan rekomendasi program di Direktorat
Anak dan remaja Dirjen PAUD & Dikmas, Bogor, 26-27 Juli 2016.
6. Seminar for Parents and teacher on raising Young Khalifah, Dewan
Tabung Haji Kualalumpur, Malaysia, November 2012.
7. Pembina SD Hidayatullah Yogyakarta sekaligus menjadi anggota tim
perancang kurikuluam SD unggulan.
8. Dosen Psikologi keluarga (marriage dan Parenting), dan psikologi
komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, 2001-2004.
9. Staff pengajar sekolah guru taman kanak-kanak Islam terpadu (SGTKIT),
Yogyakarta, 1996-1998.
Aktivitas Sekarang, antara lain:
1. Sahabat Al-Aqsha dengan perhatian utama untuk dana sosial-kemanusiaan
bagi muslimin di Gaza, termasuk untuk fasilitas pendidikan dan medis.
2. Sahabat Suriah dengan konsentrasi pada penanganan anak-anak korban
kekejaman perang Suriah, disamping bantuan medis (ambulance).
Ada 28 Buku yang Terbit, yaitu:
1. Positive Parenting: Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif pada
Anak Anda. PT Mizania, Bandung, Oktober 2015, Cetakan 4.
2. Membuat Anak Gila Membaca. Pro-U Media, Yogyakarta, Maret 2015,
Cetakan 3.
3. Segenggan Iman Anak Kita. Pro-U media, Yogyakarta, Oktober 2013,
cetakan kedua Oktober 2013, sekarang mau cetakan 5.
4. Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan. Pro-U Media, Yogyakarta,
2012, cetakan kedua (edisi diperkaya) Desember 2012.
5. Saat Berharga untuk Anak Kita. Pro-U Media, Yogyakarta, 2009. Cetakan
kesepuluh, sedang antre cetak ulang.
6. Agar Cinta Bersemi Indah, buku kedua trilogy Indahnya Pernikahan Dini.
Gema Insani Press, Jakarta, Januari 2002.
7. Salahnya Kodok: Bahagia Mendidik Anak bagi Ummahat. Mitra Pustaka,
Yogyakarta, 1996, cet. Ke-2.
8. Mendidik Anak Menuju Taklif. Pustaka Pelajar, 1996.
9. Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997,
cetakan ke 26.
10. Mencapai Pernikahan Barakah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997, cetakan
ke-33.
11. Kado Pernikahan untuk Istriku. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1998, cetakan
ke-28.
12. Memasuki Pernikahan Agung. Mitra Pustaka , Yogyakarta, 1998.
13. Mencapai Pernikahann Barokah, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997.
14. Disebabkan oleh Cinta Kupercayakan Rumahku Padamu. Mitra Pustaka,
Yogyakarta, 1998, cet. Ke-7.
15. Indahnya Pernikahan Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Januari 2002.
Terbit juga kaset dengan judul yang sama sebagai audio book. Telah
dicetak 25.000 eksemplar dalam waktu 6 bulan.
16. Agar Cinta Bersemi Indah, buku kedua dari trilogy Indahnya Pernikhahan
Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Agustus 2002.
17. Membuka Jalan ke Surga. Pustaka Inti, Bekasi, 2004.
18. Mengajar Anak Anda Mengenal Allah Melalui Membaca. Bandung, Al-
Bayan, 1994.
19. Menuju Kreativitas, tulisan bersama Wahyudin. Gema Insani Press,
Jakarta, 2003.
20. Janda, kolaborasi dengan H. Abdul Azis Salim Basyaril. Gema Insani
Press, Jakarta, 1999.
21. Saat Anak Kita Lahir, Gema Insani Press, Jakarta, Desember, 2001.
22. Dunia Kata Mewujudkan Impian Menjadi Penulis Brilian. Mizan,
Bandung, 2004.
23. Saatnya untuk Menikah. Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
24. Di Ambang Pernikahan. Gema Insani Press, Jakarta, Juni, 2002,
kolaborasi dengan M. Nazhif Masykur.
25. Bahagia saat Hamil bagi Ummahat.Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2003.
26. Menjadi Ibu Bagi Muslimah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1995.
27. Menembus UMPTN Tanpa Stress. Pustaka Pelajar, 1996.
28. Bersikap Terhadap Anak: Pengaruh Perilaku Orang Tua Terhadap
Kenakalan Anak. PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2006.
DAFTAR NILAI SKK
NAMA : Lu‟luatul Qulubiyyah
NIM : 111-13-053
FAKULTAS : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
JURUSAN : Pendidikan Agama Islam
DOSEN PA : Dr. Muh Saerozi, M.Ag.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. OPAK STAIN Salatiga 2013 26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2. OPAK TARBIYAH 2013 29 Agustus 2013 Peserta 3
3.
Masa Ta‟aruf (MASTA)
dengan Tema: “Making an
Incredible Youth Generation”
06 September 2013 Peserta 2
4.
LIBRARY USER
EDUCATION (Pendidikan
Pemakaian Perpustakaan)
16 September 2013 Peserta 2
5. Training Pembuatan Makalah 18 September 2013 Peserta 2
6.
Talk Show Spirit of Global
Entrepreneurship dengan
Tema: “How to be a
Successful Creative Preneur
to ASEAN Economic
Community 2015”
7 April 2014 Peseta 2
7.
Ibtida‟ Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) dengan
Tema: “Mahasiswa Istimewa
Menuju Generasi Rabbani”
12-13 April 2014 Peserta 2
8
IPST (Islamic Public
Speaking Training)
dilaksanakan oleh LDK
09 Juni 2014 Peserta 2
9
Achievement Motivator
Training (AMT) dengan
Tema: “Dengan AMT
Semangat Menyongsong
Prestasi”
23 Agustus 2014 Peserta 2
10 Training Pembuatan Makalah
diselenggarakan oleh LDK 17 September 2014 Panitia 2
11 Training Kader 2
diselenggarakan oleh LDK 27 September 2014 Peserta 2
12 Bedah Buku Membidik
Bintang oleh LDK 01 Oktober 2014 Panitia 2
13
Ibtida‟ 2014 dengan Tema:
“Ikatan Bingkai Cinta dalam
Titian Dakwah Menuju Insan
Kamil”
18-19 Oktober 2014 Panitia 2
14
GSQ Umum Ke-VI Se- Jawa
Tengah dengan Tema:
“Aktualisasi Makna dan
Syi‟ar Al-Qur‟an Sebagai
Sumber Inspirasi”
05 November 2014 Peserta 2
.15
TalkShow Pranikah dengan
Tema: “Menjemput Jodoh
Impian”
09 November 2014 Peserta 2
16
Seminar Pendidikan dengan
Tema: “Mempertegas Peran
Pendidikan dalam
Mencerahkan Masa Depan
19 November 2014
Peserta
2
Anak Bnagsa”
17
INTERNATIONAL
SEMINAR on the Inaguration
of IAIN Salatiga dengan
Tema: “ASEAN Economic
Community 2015; Prospect
and Challenges for Islamic
Higher Education”
28 Februari 2015 Peserta 8
18
Surat Keputusan Rektor IAIN
Salatiga Tentang
Pengangkatan Pengurus
Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Fathir Ar Rasyid IAIN
Salatiga Masa Bakti 2015
17 Maret 2015 Pengurus 4
19
Sosialisasi Program
Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP)
diselenggarakan oleh Pusat
Informasi (PIK) IAIN
Salatiga
12 Juni 2015 Peserta 2
20
Diskusi Aktif dengan Tema:
“Peran Perempuan dalam
Dunia Pendidikan”
10 September 2015 Peserta 2
21
Seminar Nasional dengan
Tema: “Wacana Islam
Nusantara dalam Menjaga
Kebhinekaan dan Keutuhan
NKRI”
31 Oktober 2015 Peserta 8
22 Seminar Nasional dengan
Tema: “Jendral Sudirman 11 November 2015 Peserta 8
Inspirasi Anak Bangsa”
23
Sertifikat PESAT (Pesantren
Akhir Tahun) untuk Pelajar
Salatiga dan Sekitarnya
diselenggarakan oleh
Yayasan Alumni Salatiga
(AL KAHFI)
26-27 Desember
2015 Peserta 2
24
Talkshow Kemuslimahan
dengan Tema: “Percantik
Hati, Perindah diri dibulan
suci, Raih Ridho Illahi”.
13 Juni 2016 Peserta 2
25 Tabligh Akbar dengan Tema:
“Surat Cinta dari Surga” 13 Juni 2016 Peserta 2
26
National Achievement
Motivation Training dengan
Tema: “Solusi Cerdas, Sukses
Akademis dan Organisasi‟.
01 Oktober 2016 Peserta 8
27
Seminar Nasional dengan
Tema: “Revitalisasi Budaya
Filsafat dalam Pemikiran
Islam Kontemporer”
03 November 2016 Peserta
8
28
Talkshow dengan Tema:
“Satu Jam Lebih Dekat
Bersama Kandidat dan Wakil
Walikota Salatiga Periode
2017-2022”
05 November 2016 Peserta 2
29
Seminar Nasional DEMA
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga
dengan Tema: “Di Manakah
09 November 2016 Peserta 8
Kiblat Pendidikan Kita?”
30
Seminar Nasional dengan
Tema: “Bersama Merajut Asa
Membrantas Korupsi di
Indonesia”
10 November 2016 Peserta 8
31
Seminar Nasional
Edupreneurship dengan
Tema: “Strategi Marketing
Kunci Sukses Wirausaha”
13 November 2016 Panitia 8
32
Seminar Nasional
Edupreneurship dengan
Tema: “Strategi Marketing
Kunci Sukses Wirausaha”
13 November 2016 Peserta 8
33
Praktikum Mata Kuliah
Kewirausahaan (Mahasiswa
Jurusan PAI, PGMI dan
PGRA) dengan Tema: “Keren
itu Mahasiswa Kreatif,
Inovatif, Mandiri dan Berani
Berwirausaha
14 Desember 2016 Panitia 3
34
Praktikum Mata Kuliah
Kewirausahaan (Mahasiswa
Jurusan PAI, PGMI dan
PGRA) dengan Tema: “Keren
itu Mahasiswa Kreatif,
Inovatif, Mandiri dan Berani
Berwirausaha
14 Desember 2016 Peserta 2
35
Organized by International
Class Program of IAIN
Salatiga dengan Tema:
26 April 2017 Peserta 2
“Kidung Katresnan Dewi
Arimbi”.
36
Seminar Nasional dengan
Tema: “Dengarkan Bisikan
Alam Tentang Manusia”
29 April 2017 Peserta 8
37
Seminar Nasional dengan
Tema: “Serukan Persatuan
Ummat Islam Dalam
Mewaspadai Konspirasi
Pemurtadan”.
15 Mei 2017 Peserta 8
38
Seminar Remaja Islam
dengan Tema: “Ketika Aku
Jatuh Cinta”.
20 Mei 2017 Peserta 2
Jumlah 147
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lu‟luatul Qulubiyyah
Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 14 Mei 1995
Alamat : Dsn. Jembangan RT 18 RW 06, Dsa. Sruwen, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Pendidikan : 1. RA Sruwen 04, lulus tahun 2001
2. MI Sruwen 04, lulus tahun 2007
3. SMP N 03 Tengaran, lulus tahun 2010
4. SMA N 1 Tengaran, lulus tahun 2013
5. IAIN Salatiga, lulus tahun 2017
E-mail : [email protected]
No. Hp : 081575788239
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
POWER POINT
KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK
MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LU’LUATUL QULUBIYYAH
NIM 11113053
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keimanan merupakan hal pertama dan paling utama dalam ajaran Islam
yang harus tertanam dalam setiap individu. Pertumbuhanya yang bermula
sekali, masuk melalui pendidikan yang amat sederhana yaitu dari apa yang
kita lihat sehari-hari, dari pekerjaan ibu bapak dan keluarga kita sendiri,
dan dari apa yang kita dengar dari pembicaraan-pembicaraan mereka, juga
dari apa yang kita alami dalam pengajian-pengajian, semuanya itu
ditampung oleh panca indra dan masuk ke dalam perasaan kita dengan cara
sederhana
Pendidikan keimanan sangat penting diterapkan dalam pola pengasuhan
anak khususnya dalam menghadapi tantangan di jaman modern seperti
sekarang ini. Orang tua harus membekali anak-anaknya dengan iman.
Mohammad Fauzil Adhim bercita-cita melahirkan generasi ulil-albab yaitu
generasi pilihan yang cemerlang hidupnya, tajam pikiranya, jernih hatinya,
kukuh jiwanya, dan kuat imanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim?
2. Bagaimana implementasi pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan keimanan bagi anak
menurut Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
khususnya dalam pendidikan keimanan bagi anak yang sesuai dengan syariah dan
dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi para orang tua atau para
pendidik dalam meningkatkan kualitas dalam mendidik anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua, guru, maupun lembaga, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi tentang beberapa gagasan dari Mohammad Fauzil Adhim dalam
pendidikan anak sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan
bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya yang berhubungan dengan
pendidikan anak.
b. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu
bahan acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang lebih relevan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang disajikan secara kualitatif,
dengan menganalisa buku-buku atau teks yang berkaitan dengan Mohammad Fauzil
Adhim.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode dokumentasi dan
wawancara
3. Sumber Data
a. Primer: Segenggan Iman Anak Kita (Pro-U media, Yogyakarta, cetakan kedua
Oktober, 2013). Positive Parenting: Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter
Positif pada Anak Anda (PT Mizania, Bandung, September, 2006). Saat Berharga untuk
Anak Kita (Pro-U Media, Yogyakarta, 2009). Salahnya Kodok: Bahagia Mendidik Anak
bagi Ummahat (Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1996). Mendidik Anak Menuju Taklif
(Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996) dan wawancara dengan Mohammad Fauzil Adhim
(27 April 2017).
b. Sekunder: Tips Mendidik Anak Gemar Beribadah Sejak Dini (Umi Munawaroh,
Brilliant Books, Yogyakarta, 2011). Mencetak Generasi Rabbani (Ummu Ihsan
Choiriyah dan Abu Ikhsan Al-Atsary, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, 2010). Pendididkan
Islam: Antara Tradisi dan Modernitas (Muhammad Hafidz dan Kastolani, STAIN
Salatiga Press, Salatiga, 2009), Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Mansur,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005).
4. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelotian ni adalah analisis isi (content analysis).
F. Penegasa Istilah
1. Konsep Pendidikan Keimanan
konsep pendidikan keimanan yang dimaksud penulis adalah suatu rancangan ide guna
mewujudkan dan mengembangkan potensi diri dengan memberikan bimbingan agar
memiliki keimanan.
2. Anak
Anak adalah keturunan kedua, manusia yang masih kecil (baru berumur 6 tahun).
3. Mohammad Fauzil Adhim
Mohammad Fauzil Adhim adalah Seorang Ustadz kosmopolitan yang memiliki segudang
karya. Selain sebagai seorang pendakwah, ustadz Fauzil (panggilannya) ini juga
merupakan seorang penulis yang aktif dan produktif tentang masalah-masalah
pendidikan anak, rumah tangga, keluarga Islami dan komunikasi. Beberapa tulisannya
begitu menyentuh dan menginspirasi banyak orang.
Mohammad Fauzil Adhim tercatat sebagai penulis tetap di kolom parenting majalah
Suara Hidayuatullah. Selain itu juga aktif di akun facebook dan twitter menegenai
berbagai hal, di antaranya adalah pendidikan anak.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah yang mendasari terjadinya
penelitian, rumusan masalah, kemudian menentukan tujuan penelitian dan manfaat
penelitian, selanjutnya memilih metode penelitian yang tepat untuk memecahkan
permasalahan, penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini akan diuraikan mengenai biografi dari Mohammad Fauzil
Adhim tentan sekilas pandang kehidupan Mohammad Fauzil Adhim, latar belakang
keluarga, pendidikan, pengalaman, karir serta karya-karyanya. Hal ini dimaksudkan
untuk memeberikan pemahaman awal kepada pembaca tentang tokoh yang sedang
dikaji.
BAB III : Analisis tentang pemikiran Mohammad Fauzil Adhim tentang konsep
pendidikan keimanan bagi Anak.
BAB IV : Bab ini berisi implementasi pendidikan keimanan bagi anak menurut
Mohammad Fauzil Adhim di masa kontemporer.
BAB V : Dalam bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
BIOGRAFI MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
A. Latar Belakang Keluarga
Nama : Mohammad Fauzil Adhim
Tempat/Tgl Lahir : Mojokerto, 29 Desember 1972
Alamat Rumah : Jln. Monjali Gg. Masjid Mujahadah RT 15 RW 40 Karangjati,
SIA, Mlati, Sleman, Yogyakarta
HP. : 0818 269 672
Alamat Virtual
Fb Page : Mohammad Fauzil Adhim
Telegram Channel : @MohammadFauzilAdhim dengan nama channel Bincang
Parenting Fauzil Adhim
Twitter : @kupinang
Email : [email protected]
Nama Istri : Mariana Anas Beddu
Nama Anak : Fathimatuz Zahra, Muhammad Husain As-Sajjad, Muhammad
Hibatillah Hasanin, Muhammad Nashiruddin An-Nadwi,
Muhammad Navies Ramadhan, Syahidah Nida‟ul Haq,
Sakinah Nida‟uz Zakiyyah.
B. Latar Belakang Pendidikan
1. SDN Ketidur, Kutorejo, Mojokerto lulus tahun 1985
2. SMP Negeri Kutorejo, Mojokerto lulus tahun 1988
3. SMA Negeri 2 Jombang lulus tahun 1991
4. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta lulus tahun 2001
C. Karya-karya Mohammad Fauzil Adhim
1. Positive Parenting: Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif pada Anak
Anda. PT Mizania, Bandung, Oktober 2015, Cetakan 4.
2. Membuat Anak Gila Membaca. Pro-U Media, Yogyakarta, Maret 2015, Cetakan 3.
3. Segenggan Iman Anak Kita. Pro-U media, Yogyakarta, Oktober 2013, cetakan kedua
Oktober 2013, sekarang mau cetakan 5.
4. Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan. Pro-U Media, Yogyakarta, 2012, cetakan
kedua (edisi diperkaya) Desember 2012.
5. Saat Berharga untuk Anak Kita. Pro-U Media, Yogyakarta, 2009. Cetakan kesepuluh,
sedang antre cetak ulang.
6. Agar Cinta Bersemi Indah, buku kedua trilogy Indahnya Pernikahan Dini. Gema
Insani Press, Jakarta, Januari 2002.
7. Salahnya Kodok: Bahagia Mendidik Anak bagi Ummahat. Mitra Pustaka,
Yogyakarta, 1996, cet. Ke-2.
8. Mendidik Anak Menuju Taklif. Pustaka Pelajar, 1996.
9. Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997, cetakan
ke 26.
10. Mencapai Pernikahan Barakah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997, cetakan ke-
33.
11. Kado Pernikahan untuk Istriku. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1998, cetakan ke-
28.
12. Memasuki Pernikahan Agung. Mitra Pustaka , Yogyakarta, 1998.
13. Mencapai Pernikahann Barokah, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997.
14. Disebabkan oleh Cinta Kupercayakan Rumahku Padamu. Mitra Pustaka,
Yogyakarta, 1998, cet. Ke-7.
15. Indahnya Pernikahan Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Januari 2002. Terbit
juga kaset dengan judul yang sama sebagai audio book. Telah dicetak 25.000
eksemplar dalam waktu 6 bulan.
16. Agar Cinta Bersemi Indah, buku kedua dari trilogy Indahnya Pernikhahan
Dini. Gema Insani Press, Jakarta, Agustus 2002.
17. Membuka Jalan ke Surga. Pustaka Inti, Bekasi, 2004.
18. Mengajar Anak Anda Mengenal Allah Melalui Membaca. Bandung, Al-Bayan,
1994.
19. Menuju Kreativitas, tulisan bersama Wahyudin. Gema Insani Press, Jakarta,
2003.
20. Janda, kolaborasi dengan H. Abdul Azis Salim Basyaril. Gema Insani Press,
Jakarta, 1999.
21. Saat Anak Kita Lahir, Gema Insani Press, Jakarta, Desember, 2001.
22. Dunia Kata Mewujudkan Impian Menjadi Penulis Brilian. Mizan, Bandung,
2004.
23. Saatnya untuk Menikah. Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
24. Di Ambang Pernikahan. Gema Insani Press, Jakarta, Juni, 2002, kolaborasi
dengan M. Nazhif Masykur.
25. Bahagia saat Hamil bagi Ummahat.Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2003.
26. Menjadi Ibu Bagi Muslimah. Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1995.
27. Menembus UMPTN Tanpa Stress. Pustaka Pelajar, 1996.
28. Bersikap Terhadap Anak: Pengaruh Perilaku Orang Tua Terhadap
Kenakalan Anak. PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2006.
D. Aktivitas Dakwah Mohammad Fauzil Adhim
1. Perjalanan Kerja Kepenulisan
a. Koresponden majalah Ayahbunda (Jakarta), freelance, 1994-1995
b. Kolumnis tetap Jendela Keluarga majalah Suara Hidayatullah mulaiAgustus 2002, khusus untuk masalah parenting.
c. Kolumnis tetap Kolom Fauzil Majalah Anggun, Jakarta (2006-2008).
d. Kolumnis majalah parenting Karima (Surabaya), majalah baru yangterbit mulai Desember 2012.
e. Kolumnis majalah „Aisyah (majalah khusus pra-nikah dan awal nikah bagimuslimah) Kualalumpur, Malaysia, mulai Desember 2012.
f. Kolumnis tetap Amanah Ayah di majalah Demi Cinta, Kualalumpur, mulaiOktober 2014.
g. Kolumnis tetap majalah An-Nida selama satu tahun sampai Agustus 2003.
h. Pengaruh rubrik konsultasi psikologi majalah Nebula, majalah komunitasESQ Jakarta.
i. Menjadi pemateri tetap forum diskusi parenting para orang tua diYogyakarta.
j. Menjadi pemateri tetap untuk pelatihan menulis ibu-ibu rumah tangga diYogyakarta.
2. Aktivitas Terkait PAUD & Guru
a. Anggota Team Penulis Modul pada Direktorat Jendral Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD &
DIKMAS) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdibud)
pusat, 2015.
b. Team Reviewer Bahan / Modul PCP Direktoriat Pembinaan
Pendidikan Keluarga (Bindikeel) Dirjen PAUD & Dikmas Kemdibud
Pusat, Mei 2016.
c. Narasumber / trainer untuk PCP / TOT pelatih tingkat provinsi se-
Sumatra dan Maluku.
d. Participant on National Parenting and ECCE International Seminar,
Jakarta, 25 Juli 2016 bersama Prof. Matthew Sanders, Ph.D., dan
beberapa narasumber internasional lainnya yang diselenggarakan
oleh Kemdikbud Pusat di Gedung Kemdikbud.
e. Narasumber ahli pada penyusunan rekomendasi program di
Direktorat Anak dan remaja Dirjen PAUD & Dikmas, Bogor, 26-27
Juli 2016.
f. Seminar for Parents and teacher on raising Young Khalifah, Dewan
Tabung Haji Kualalumpur, Malaysia, November 2012.
g. Pembina SD Hidayatullah Yogyakarta sekaligus menjadi anggota tim
perancang kurikuluam SD unggulan.
h. Dosen Psikologi keluarga (marriage dan Parenting), dan psikologi
komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, 2001-
2004.
i. Staff pengajar sekolah guru taman kanak-kanak Islam terpadu
(SGTKIT), Yogyakarta, 1996-1998.
3. Aktivitas Sekarang, antara lain:
a. Sahabat Al-Aqsha dengan perhatian utama untuk dana sosial
kemanusiaan bagi muslimin di Gaza, termasuk untuk fasilitas
pendidikan dan medis.
b. Sahabat Suriah dengan konsentrasi pada penanganan anak-anak
korban kekejaman perang Suriah, disamping bantuan medis
(ambulance).
BAB III
PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAKMENURUT MOHAMMAD
FAUZIL ADHIM
A. Hakikat Keimanan
Adapun definisi keimanan menurut Mohammad Fauzil Adhim yaitu:kesediaan untuk mengakui, menerima dan berserah diri kepada AllahTa‟ala yang dinyatakan secara lisan dan diwujudkan dengan perbuatan,serta mengikatkan diri dengan Islam dan memiliki komitmen kepadanya.Dengan pendidikan keimanan diharapkan agar kelak anak hanya mengenalIslam sebagai agamanya dan menjadikan Al-Qur‟an dan Al-Hadist sebagaipeganganya di dalam kehidupan.
B. Dasar
Mohammad Fauzil Adhim berpendapat tentang pentingnya keimanan bagipendidikan anak sejalan dengan ajaran dalam Al-Qur‟an, dalam surat Al-Luqman ayat 13, Allah Ta‟ala berfirman:
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktuia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamumempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalahbenar-benar kezaliman yang besar."
C. Indikator Keimanan
pendidikan keimanan akan dapat menjaga dan memelihara anak itu
sendiri dengan cara mengenalkan apa saja yang harus dilakukan
seorang anak untuk mengenal Tuhannya, seperti:
a. Mengenali Tuhan-Nya.
b. Mengetahui rambu-rambu dari Tuhan-Nya.
c. Menjaga dan melaksanakan aturan-aturan dari Tuhan-Nya.
D. Materi Pendidikan Keimanan Anak
1. Mengenalkan Allah kepada Anak.
2. Membina anak untuk beriman kepada Allah.
3. Mengajarkan Al-Qur‟an pada Diri Anak..
4. Menumbuhkan Kecintaan Anak pada Agama Islam
5. Mengajarkan Mereka untuk Berislam dengan Ihsan
6. Dorongan untuk Berdakwah
BAB IV
IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK
MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
DI MASA KONTEMPORER
A. Analisis Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut Mohammad
Fauzil Adhim dengan Pemikiran Tokoh Lain.
Pemikiran Mohammad Fauzil Adhim dekat dan mempunyai kesamaan
dengan pemikiran Munawaroh tentang pola dalam mendidik keimanan
anak dan senada juga dengan tulisan Choiriyah dan Al-Atsary tentang
pentingnya menanamkan pendidikan keimanan anak. Hanya dalam
pengkajiannya, Mohammad Fauzil Adhim lebih banyak mengaitkan dengan
hal-hal yang sedang terjadi dimasa sekarang.
B. Implementasi Konsep Pendidikan Keimanan Bagi Anak MenurutMohammad Fauzil Adhim Di Masa Kontemporer.
1. Metode-Metode Pendidikan Keimanan Bagi Anak.
a. Metode Motivasi
b. Metode Kasih Sayang
c. Metode Keteladanan
d. Metode Pembiasaan
e. Metode Nasehat
f. Metode Hukuman
2. Langkah-Langkah Menanamkan Keimanan Bagi Anak
1. Mendekatkan Anak dengan Kisah-kisah atau Cerita yang MengesakanAllah.
2. Menanamkan Keimanan Anak Dengan Mengenalkan Sifat Allah MelaluiBahasa
3. Mengajak Anak untuk Mengenali dan Merenungkan Ciptaan Allah Subhanallahu wa Ta‟ala
4. Membekali Anak untuk Menuntut Ilmu dan Mencintai Orang yang Berilmu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis yang berkaitan dengan “Konsep
Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut Mohammad Fauzil
Adhim” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan Keimanan adalah kesediaan untuk mengakui, menerima
dan berserah diri kepada Allah Ta‟ala yang dinyatakan secara lisan
dan diwujudkan dengan perbuatan, serta mengikatkan diri dengan
Islam dan memiliki komitmen kepadanya. Dengan pendidikan
keimanan diharapkan agar kelak anak hanya mengenal Islam sebagai
agamanya dan menjadikan Al-Qur‟an dan Al-Hadist sebagai
peganganya di dalam kehidupan.
2. Dalam implementasi atau penerapan pendidikan keimanan bagi
anak Mohammad Fauzil Adhim memberikan beberapa metode seperti
metode motivasi, kasih sayang, keteladanan, pembiasaan, nasihat dan
ditambah dengan metode hukuman. Serta menggunakan langkah-
langkah seperti mendekatkan anak dengan kisah atau cerita tentang
mengesakan Allah, menanamkan keimanan anak dengan mengenalkan
sifat Allah melalui bahasa, mengajak anak untuk mengenali dan
merenungkan ciptaan Allah serta membekali anak untuk menuntut
ilmu dan mencintai orang yang berilmu.
B. Saran
1. Sebagai Orang Tua
Dalam menghadapi tantangan globalisasi modern seperti sekarang ini, orang
tua hendaknya memperhatikan pendidikan anak, terlebih pendidikan
keimanannya dengan menanamkan dasar-dasar keimanan di jiwa anak. Dan
mampu memberikan keteladanan nyata bagi anak-anaknya secara terus
menerus sehingga akan berpengaruh dalam membentuk tingkah laku dan
perbuatannya.
2. Sebagi Guru
Sebagai guru hendaknya membentuk lingkungan pendidikan yang agamis
dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan memberikan waktu lebih
untuk mengenal nilai-nilai mulia pada ajaran agama Islam.