Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP HYPNOTEACHING DALAM AL-QUR’AN
(Studi Atas Komunikasi Guru dengan Murid dalam Kisah
Luqman)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Iik Hikmatul Hidayat
NIM. 11150110000015
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Iik Hikmatul Hidayat, NIM 11150110000015, “Konsep Hypnoteaching
Dalam al-Qur’an (Studi Atas Komunikasi Guru Dengan Murid Dalam Kisah
Luqman)”, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui Konsep Hypnoteaching dalam
al-Qur‟an. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi
ini adalah kualitatif dengan metode pembahasannya menggunakan deskriptif
analisis. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada dengan menganalisis dan menjelaskan dengan
teliti kenyataan-kenyataan faktual dari subjek yang akan diteliti, sehingga
diperoleh gambaran yang utuh berdasarkan fakta.
Dalam skripsi ini akan membahas konsep hypnoteaching dalam al-Qur‟an,
yang menitikberatkan pada pembahasan mengenai pola komunikasi dalam
hypnoteaching dan komunikasi dalam al-Qur‟an serta korelasinya, dengan
berpegang pada surah Luqman ayat 12-19 sebagai gambaran komunikasi yang
berpengaruh antara seorang guru dan murid.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat hubungan antara
pola komunikasi dalam hypnoteaching dengan komunikasi dalam al-Qur‟an.
Keduanya menggunakan pola yang sama dalam berkomunikasi. Seperti sama-
sama menggunakan kata-kata lemah lembut dan kata-kata yang positif. Pola ini
menjadi langkah awal dalam melakukan komunikasi yang berpengaruh terhadap
seseorang. Oleh karenanya, antara pola komunikasi dalam hypnoteaching dan
polas komunikasi dalam al-Qur‟an saling berkaitan.
Kata kunci : Hypnosis, Teaching, dan al-Qur’an
ABSTRACT
Iik Hikmatul Hidayat, NIM 11150110000015, "The Concept of
Hypnoteaching in the Qur'an (Study of Teacher Communication with
Students in the Story of Luqman)", Thesis Department of Islamic Education,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
This study aims to know the Hypnoteaching Concept in the Qur'an. The
method used by the author in preparing this thesis is qualitative with the method
of discussion using descriptive analysis. Descriptive analysis method is a method
used to solve existing problems by analyzing and explaining carefully the factual
facts of the subject to be studied, so as to obtain a complete picture based on facts.
In this paper we will discuss the concept of hypnoteaching in the Koran,
which focuses on the discussion of communication patterns in hypnoteaching and
communication in the Qur'an and its correlation, holding on to sura Luqman
verses 12-19 as an overview of influential communication between teachers and
students.
Based on the research that has been done, there is a relationship between
communication patterns in hypnoteaching with communication in the Qur'an.
Both use the same pattern of communication. Like both use soft words and
positive words. This pattern is the first step in communicating that affects
someone. Therefore, between the patterns of communication in hypnoteaching
and communication polas in the Qur'an are interrelated.
Keywords: Hypnosis, Teaching, and the Qur'an
ii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرالرحمن الرحيمTiada untaian kata yang pantas dipanjatkan dari seorang hamba yang
lemah, selain untaian puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
menganugerahkan berbagai kenikmatan yang tak terhingga. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji, memohon rahmat, pertolongan dan ampunan. Kami berlindung
kepada Allah dari berbagai kejahatan dan keburukan atas diri kami. Aku bersaksi
tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah yang Maha Esa dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba
utusan-Nya.
Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpahkan kepada manusia
pilihan, dan reformer Islam sejati, yaitu Nabi Muhammad SAW. juga kepada
keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kelak kita mendapatkan syafa‟atnya di
hari akhir nanti.
Dalam proses penulisan skripsi ini, tentu banyak tantangan dan hambatan
yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, motivasi, serta
bantuan dari berbagai pihak, semua hambatan dan kesulitan itu dapat diatasi. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda tercinta
Abdurrahman dan Ibunda tercinta Entik Fatimah yang telah memotivasi,
mendidik, dan berjuang dengan susah payah sehingga penulis bisa menyelesaikan
pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. begitu juga
kepada adikku tercinta Ilma Nafiza yang telah memotivasi dan mengisi hari-hari
penulis dengan penuh canda dan tawa.
Selain itu, tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. dan Ibu Marhamah Shaleh, Lc.
M.A. selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-
2019
3. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag. dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.
selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2019-2024
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, fikiran, dan tenaganya dalam
memberikan arahan dan bimbingan serta memberikan saran-saran kepada
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag. selaku dosen Penasehat Akademik yang
telah melayani dan memberikan arahan konsutasi perkuliahan kepada
penulis.
6. Bapak Dr. Sholeh Hasan, Lc. M.A. beserta keluarga yang telah
memberikan motivasi dan arahan serta memberikan tempat tinggal yang
nyaman kepada penulis sehingga skripsi ini selesai tepat waktu.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
kepada penulis.
8. Pimpinan dan Staff Karyawan Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keluasan
dalam peminjaman buku-buku yang penulis butuhkan.
9. Bapak Farid Wajdi, M.Si dan Bapak Mukhtar Luthfi, selaku founder FWN
Business and Motivator School yang telah banyak memberikan ilmu,
motivasi, serta arahan, baik dalam menjalani hidup selama kuliah maupun
dalam penulisan skripsi ini.
iv
10. Kepada teman-teman mahasiswa PAI angkatan 2015 khususnya kelas B
yang telah memotivasi dan melakukan canda tawa selama proses
perkuliahan sehingga memberikan pengalaman baru bagi penulis.
11. Kepada teman-teman yang telah menjadi tempat tempat sharing dalam
berbagai kondisi serta menjadi tempat berbagi ilmu pengetahuan, yaitu
Ananda Rakhmatul Ummah, Zara Fauziah, Wahyu Adiningsih, Pebrinaldi,
dan Muhammad Farid Perdana.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih dan
semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan.
Aamiin...
Jakarta, 03 Mei 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Abstrak............................................................................................................... ..... i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................8
C. Pembatasan Masalah................................................................9
D. Rumusan Masalah.....................................................................9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Hypnoteaching............................................................12
1. Definisi Hypnoteaching.........................................................12
2. Gelombang Otak dalam Hypnoteaching..............................15
3. Langkah-Langkah dalam Melakukan Hypnoteaching.......17
4. Prinsip-Prinsip dalam Hypnoteaching.................................20
B. Kajian Surah Luqman Ayat 12-19.........................................21
1. Ayat Dan Terjemahan Q.S. Luqman Ayat 12-19...............21
2. Penafsiran Kata Kunci.........................................................23
vi
3. Asbabun Nuzul Q.S. Luqman..............................................24
4. Tafsir Q.S. Luqman Ayat 12-19........................................25
C. Pola Komunikasi Dalam Q.S. Luqman Ayat 12-19.............30
D. Hasil Penelitian yang Relevan................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian..................................................33
B. Metode Penelitian....................................................................33
C. Fokus Penelitian......................................................................35
D. Prosedur Penelitian.................................................................35
E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................36
F. Pemeriksaan Keabsahan Data................................................37
G. Teknik Analisis Data...............................................................37
BAB IV PEMBAHASAN
A. Biografi Luqman.....................................................................38
B. Komunikasi dalam Hypnoteaching.......................................41
C. Konsep Sugesti dalam Hypnoteaching..................................47
D. Komunikasi Dalam Q.S. Luqman Ayat 12-19......................48
E. Korelasi Komunikasi dalam Hypnoteaching dan
Komunikasi dalam al-Qur'an Surah Luqman Ayat 12-19..56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................61
B. Implikasi...................................................................................63
vii
C. Saran.........................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan Indonesia telah mencapai usia 73 tahun. Dan 17 Agustus 1945
merupakan momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia yang juga merupakan
puncak perjuangan bangsa Indonesia. Dan ini merupakan tanda kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia. Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia memiliki arti dan harapan
adanya perubahan yang lebih baik bagi warga negaranya.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah disebutkan mengenai
sebuah janji dengan adanya kemerdekaan, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.1
“Mencerdaskan kehidupan bangsa” menjadi kata kunci dari tujuan
kemerdekaan yang disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dan menjadi tujuan yang harus dipenuhi untuk setiap anak bangsa Indonesia. Hal
ini dikarenakan pendidikan dianggap menjadi sebuah proses untuk mencapai
tujuan kemerdekaan.
Pendidikan yang berkualitas tentu akan melahirkan generasi yang juga
berkualitas. Contoh, Korea Selatan pada tahun 1960 masih menjadi negara
berkembang yang tidak memiliki pengaruh. Namun, saat ini Korea Selatan
menjadi negara yang diperhitungkan di dunia Internasional. Selain itu, bangsa
Eropa yang terkena dampak renaissance memunculkan paham kebebasan
berpikir, namun akhirnya melahirkan masyarakat terdidik yang mampu
mendorong kemajuan bangsa Eropa. Ini menunjukkan pendidikan memegang
peran penting bagi perubahan sebuah negara.
1 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke IV
2
Pada tahun 1945, ketika Ir. Soekarno dan M. Hatta memproklamirkan
kemerdekaan bangsa Indonesia, angka buta huruf bangsa Indonesia sangat tinggi.
Lalu pada tahun 2012 tercatat bahwa angka buta huruf di Indonesia mulai
mengalami penurunan, yaitu sebesar 1,15%, pada tahun 2013 0,92% dan pada
tahun 2014 sebesar 0,64%.2 Penurunan angka buta huruf yang ada di Indonesia ini
terjadi karena adanya proses pendidikan.
Pendidikan yang dilakukan tidak dapat dilepaskan dari peran guru sebagai
penentu berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan. Karena tugas
guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tapi guru juga sebagai teladan
yang dapat membentuk perilaku peserta didik. Oleh karena itu, setidaknya
terdapat dua hal yang harus dikuasai seorang guru, yaitu pembelajaran dan
kepemimpinan.3
Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran merupakan suatu hal yang
sangat penting. Namun, cara menyampaikan materi itu dirasa lebih penting
daripada materi itu sendiri. Karena kemampuan seorang guru dalam
menyampaikan suatu materi ajar dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam menerima materi yang diberikan oleh guru.
Dalam beberapa penelitian, telah ditemukan sebuah metode baru dalam
pembelajaran, yaitu metode hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan sebuah
metode yang dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi siwa. Hypnoteaching
berasal dari dua kata, yaitu hypnosis yang berarti mensugesti dan teaching yang
berarti mengajar.4
Hypnosis merupakan suatu fenomena yang sering memunculkan opini yang
beragam. Walaupun keberadaannya telah ada sejak ratusan tahun yang lalu,
2 Armadi Setiawan, Statistik Pemuda Indonesia 2014, (Jakarta : Badan Pusat Statistik,
2014), h. 46. 3 Muhammad Yusuf, Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Berbasis Nilai, (Jurnal
Al-Ulum, Vol 13, 2014), h. 15. 4 Hadi Kasmaja, Evektifitas Implementasi Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Negeri, (Jurnal of EST, p-ISSN : 2460-
1497 e-ISSN : 2477-3840, Vol 2 No. 1, April 2016), h. 3.
3
ternyata belum bisa menghilangkan opini negatif tentang hypnosis. Dikalangan
masyarakat ada yang berpendapat bahwa hypnosis sebagai hal yang positif,
namun masih ada juga masyarakat yang beranggapan bahwa hypnosis sebagai hal
yang negatif, bahkan masih banyak yang beranggapan bahwa hypnosis sebagai
hal yang haram.
Minimnya pemahaman masyarakat terhadap hypnosis menyebabkan opini-
opini negatif terus berkembang di kalangan masyarakat. Salah satu opini yang ada
adalah hypnosis sebagai suatu hal yang magis dan mistis karena bisa membuat
orang menjadi tidak sadarkan diri dan menuruti semua perintah yang diberikan
oleh seorang hypnotis. Selain itu, maraknya kejahatan yang menggunakan metode
hypnosis oleh pihak-pihak tertentu semakin menambah kekhawatiran masyarakat
terhadap hypnosis.
Mitos dan opini yang salah mengenai hypnosis yang terus berkembang di
masyarakat yang beranggapan bahwa hypnosis erat kaitannya dengan kekuatan
ghaib, mistik, praktik perdukunan, makhlus halus dan lain sebagainya disebabkan
karena minimnya informasi yang tidak tepat mengenai hypnosis itu sendiri.
Semua opini ini diperparah dengan informasi dari media masa baik itu surat
kabar, radio maupun televisi yang tidak tepat. Selain itu, pembawaan acara
hypnosis yang ditayangkan di televisi lokal maupun nasional terkesan mistis dan
menyeramkan semakin memperkuat pandangan negatif masyarakat terhadap
hypnosis.
Opini-opini negatif yang berkembang di masyarakat merupakan opini yang
kurang tepat, karena pada dasarnya client secara penuh masih berada pada kontrol
dirinya sendiri. Jika client merasa apa yang diperintahkan trainer itu adalah sangat
rahasia dan tidak menginginkan mengucapkannya, maka client tidak akan
mengucapkannya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang lebih
dalam, hypnosis ternyata memiliki banyak manfaat yang bisa dirasakan dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Banyak diantara masyarakat yang telah
4
merasakan manfaat dari adanya hypnosis itu sendiri. Bahkan dalam
perkembangannya hypnosis telah masuk dan diajarkan pada berbagai jenis
profesi, serta telah memiliki banyak cabang. Diantara aplikasi hypnosis dalam
kehidupan adalah :5
1. Stage Hypnosis
Ini merupakan aplikasi hypnosis sederhana. Stage hypnosis biasanya
digunakan dalam rangka hiburan dan memiliki karakter humor. Pada tahap ini
seorang hypnotis harus memiliki keterampilan dalam memilih client dengan
tingkat sugesttifitas yang tinggi agar bisa diajak kerjasama.
2. Hypnotherapy
Hypnotherapy merupakan aplikasi hypnosis untuk penyembuhan. Penyakit
yang biasa disembuhkan dengan hypnotherapy adalah penyakit gangguan
psikologis seperti phobia terhadap sesuatu atau untuk memecahkan mental
block. Seperti stress management, minder, latah, trauma, anxiety, sexual
issue, stop smoking dan narkoba, sleeping problem, paint management, tidak
bisa memaafkan orang lain atau memaafkan dirinya sendiri, serta masalah-
masalah psikologis lainnya yang masih berkaitan dengan cara kerja pikiran.
3. Hypnoslimming
Hypnoslimming digunakan untuk membantu orang yang ingin melakukan
diet dengan menggunakan metode hypnosis.
4. Forensic Hypnosis
Forensic hypnosis digunakan untuk membantu aparat penegak hukum
dalam melakukan investigasi kepada pelaku tindak kriminal. Metode ini
digunakan sebagai metode terakhir yang digunakan oleh aparat jika pelaku
tetap melakukan penolakan.
5. Hypnomotivation
Hypnomotivation digunakan sebagai metode membangkitkan semangat
kepada seseorang dengan metode hypnosis. Metode ini biasanya digunakan
bagi orang-orang yang memiliki masalah dalam pembelajaran. Selain itu,
5 Gian Sugiana Sugara, Seni Memprogram Ulang Pikiran Bawah Sadar, (Jakarta : PT.
Indeks, 2013), Cet. 1, h. 6.
5
hypnomotivation juga bisa digunakan untuk membangkitkan atau bahkan
menemukan potensi terpendam yang ada dalam tubuh seseorang.
6. Hypnoselling
Metode ini biasanya digunakan untuk membangkitkan semangat karyawan
dalam melakukan penjualan. Selain itu dalam hypnoselling juga diajarkan
mengenai bagaimana berjualan dengan menggunakan metode hypnosis.
7. Hypnobirthing
Selain forensic hypnosis, hypnosis juga telah diaplikasikan dalam bidnag
kedokteran, salah satunya hypnobirthing. Hypnobirthing biasanya diapakai
untuk ibu-ibu saat smau melahirkan. Metode ini diterapkan untuk membantu
proses melahirkan tanpa rasa sakit.
Jika dilihat dari pemanfaatan hypnosis di atas, ternyata hypnosis banyak
dimanfaatkan untuk membantu dalam menyelasaikan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan masalah psikologis dan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia agar lebih baik dan positif. Namun, selain aplikasi hypnosis seperti di
atas, dalam perkembangannya, hypnosis juga telah digunakan dalam bidang
pendidikan yang dikenal dengan hypnoteaching.
Hypnoteaching membahas mengenai pendidikan dalam hypnosis. Bahkan
lebih dalam lagi pada hypnoteaching membahas mengenai pola komunikasi yang
dilakukan guru terhadap siswa. Karena pada prinsipnya, guru adalah seorang
hypnotis bagi muridnya. Karena komunikasi yang dilakukan oleh seorang guru
dapat mempengaruhi muridnya. Emosi, bahasa tubuh dan kata-kata yang
dikeluarkan guru dapat mempengaruhi siswa. Oleh karena itu, suksesnya
pembelajaran berasal dari terciptanya koneksi antara guru dan siswa yang begitu
kuat sehingga meningkatkan suasana hati dan menguatkan motivasi belajar
siswa.6
Gorman dalam bukunya mengatakan bahwa, untuk menciptakan konektifitas
antara guru dan murid maka guru perlu membangun komunikasi yang baik
6 Eric Jensen, Super Teaching, (California : 2009, A Sage Company), h. 121.
6
dengan muridnya. Dan komunikasi yang baik hanya akan terjalin ketika keduanya
memahami bahasa yang digunakan serta adanya respon yang baik dari guru dan
murid.7 Namun, realitanya banyak guru yang tidak sadar serta tidak paham
mengenai hal ini. Sehingga tanpa disadari ketika guru melakukan komunikasi
yang salah ia telah memberikan dampak negatif terhadap perilaku murid.
Padahal, dunia pendidikan merupakan tempat terjadinya komunikasi. Baik
komunikasi antara guru dengan siswa, guru dengan guru lain, maupun komunikasi
antara siswa dengan siswa lain. Komunikasi yang terjadi dalam pendidikan ini
disebut sebagai komunikasi edukatif atau komunikasi pembelajaran. Komunikasi
edukatif merupakan komunikasi yang terjadi dalam suatu ikatan dengan tujuan
untuk pendidikan dan pengajaran8.
Permasalahan ini disebabkan karena pemahaman masyarakat terhadap ilmu
hypnosis sering kali hanya dipahami secara parsial. Ketika suatu ilmu hanya
dipahami secara parsial, maka akan melupakan integralitas ilmu tersebut,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kesalahpahaman masyarakat dalam
memahaminya. Hal ini menunjukkan bahwa integralitas suatu ilmu menjadi
sangat penting, karena sebagai upaya untuk mengembalikan tradisi para ilmuan
terdahulu.
Husein Heriyanto mengatakan bahwa keterkaitan satu disiplin ilmu dengan
ilmu lain menjadi sangat penting. Ibarat sebuah pohon, al-Qur‟an dan hadis
seperti akar dan batang kemudian ilmu-ilmu umum lah yang menjadi ranting,
daun dan bunga.9 Di dalam al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang memuat
ajaran Islam, baik aqidah, syari‟ah, mu‟amalah maupun „ubudiyah. Ayat-ayat ini
perlu dipahami secara tekstual dan kontekstual. Ketika ayat al-Qur‟an hanya
dipahami secara tekstual saja, maka akan menimbulkan sikap jumud, statis dan
bahkan akan menimbulkan problem yang tidak bisa diterima secara psikis.
7 Alfred H. Gorman, Teachers and Learners The Interactive Process of Education,
(Boston : 1971, Fourth Printing), h. 26. 8 Hadi Kasmaja, Op.cit. h. 3
9 Husein Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, (Jakarta : Mizan, 2011),
Cet. 1, h. 51.
7
Sebaliknya, ketika ayat al-Qur‟an hanya dipahami secara kontekstual saja,
maka akan memunculkan kesimpangsiuran interpretasi karena kesubyektifan
mufassir yang nantinya akan menimbulkan penyelewengan dan kerasionalan
ajaran Islam itu sendiri. Sebagai contoh, seperti aliran hakikat yang melaksanakan
shalat hanya cukup dengan dzikir, dan mengingat Allah tanpa rukuk dan sujud.10
Dengan berdasarkan pandangan dan pemahaman masyarakat terhadap
hypnoteaching yang kurang tepat tersebut, maka penulis mencoba meneliti guna
membuktikan kepada masyarakat mengenai konsep hypnoteaching dalam al-
Qur‟an. Karena di dalam al-Qur‟an sendiri banyak ayat-ayat yang membahas
tentang komunikasi pendidikan, karena ayat-ayat al-Qur‟an sendiri sebenarnya
telah mengandung unsur-unsur komunikasi pendidikan di dalamnya. Namun
demikian, tidak semua interaksi dikatakan edukatif, kecuali ada beberapa faktor
yang menyebabkan dikatakan bahwa itu interaksi edukatif.
Adapun sebuah interaksi dapat dikatakan interaksi edukatif apabila telah
memiliki beberapa unsur dasar, yaitu ; bahan atau materi, tujuan yang jelas yang
hendak di capai, adanya pelajar (peserta didik), guru (pendidik) yang
melaksanakan, metode tertentu untuk mencapai tujuan, serta proses tersebut
berlangsung dalam ikatan situasional.11
Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu interaksi dapat dikatakatakan
interaksi edukatif jika telah memiliki syarat di atas. Berdasarkan hal tersebut
penulis mendapatkan tiga kisah di dalam al-Qur‟an yang termasuk ke dalam
interaksi edukatif, seperti kisah antara Nabi Khidir dengan Nabi Musa dalam
surah al-Kahf ayat 60-82, kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam surah al-
Shaffat ayat 102-107 dan kisah Luqman dengan anaknya dalam surah Luqman
ayat 12-19.
10
Yusuf Qardhawi, al-Ghazali Antara Pro dan Kontra, (Surabaya : Pustaka Progressif,
1997), h. 108. 11
Moch. Kalam Mollah, Konsep Interaksi Edukatif dalam Pendidikan Islam Dalam
Perspektif al-Qur‟an, (Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol 3, 2015).
8
Dalam kisah Nabi Khidir dengan Nabi Musa merupakan kisah yang menjadi
contoh komunikasi pendidikan. Namun, ketika dikaitkan dengan proses
hypnoteaching, maka dalam kisah itu tidak terdapat konsep hypnoteaching.
Sedangkan kisah antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berisi mengenai sikap atau
etika seorang murid kepada guru. Maka kisah Luqman dengan anaknya lah yang
tepat untuk dijadikan sebagai konsep hypnoteaching. Karena dalam ayat ini
menjelaskan bagaimana Luqman berkomunikasi dengan anaknya sehingga bisa
mengajarkan, menumbuhkan, dan menanamkan keyakinan tentang nilai-nilai baik
dalam diri anak.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka pada
penelitian ini terdapat 3 variabel yang berbeda, yaitu Hypnosis, Teaching dan al-
Qur’an. Dari ketiga variabel ini maka penulis tertarik mengetahui lebih lanjut
mengenai korelasi antara komunikasi dalam hypnoteaching dan komunikasi dalam
al-Qur‟an yang pada penelitian ini penulis ramu dalam sebuah proposal yang
berjudul “Konsep Hypnoteaching Dalam al-Qur’an (Studi Atas Komunikasi
Guru Dengan Murid Dalam Kisah Luqman)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka dapat
dipahami bahwa, betapa pentingnya untuk meneliti dan mengkaji mengenai
komunikasi dalam hypnoteaching serta komunikasi dalam al-Qur‟an lebih dalam
yang diharapkan dapat menghasilkan output baru yang dapat memngetahui
korelasi komunikasi diantara keduanya, serta dapat mengatasi krisis kepercayaan
yang sedang terjadi di masyarakat mengenai hypnosis. Maka berdasarkan realita
yang telah ada, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Opini negatif mengenai hypnoteaching yang terjadi di masyarakat, sehingga
membutuhkan kajian secara akademik guna memperbaiki dan mengklarifikasi
opini negatif masyarakat tersebut.
2. Masih kurangnya pemahaman guru mengenai konsep dasar hypnoteaching.
9
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarahnya penelitian yang dilakukan, maka penulis membatasi
permasalahan dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang dibahas dalam
penilitian ini adalah, penulis hanya mengungkapkan konsep komunikasi dalam
hypnoteaching serta komunikasi antara guru dan murid dalam al-Qur‟an dan
korelasi diantara keduanya yang pembahasannya menggunakan ayat-ayat yang
berkaitan dengan komunikasi antara guru dan murid yaitu surah Luqman ayat 12-
19 yang berorientasi pada metode tafsir tematik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah yang
penulis ajukan adalah :
1. Bagaimana konsep komunikasi dalam hypnoteaching?
2. Bagaimana konsep komunikasi antara guru dan murid dalam Q.S. Luqman :
12-19?
3. Bagaimana korelasi antara komunikasi dalam hypnoteaching dengan
komunikasi antara guru dan murid dalam al-Qur‟an surah Luqman : 12-19?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah penulis ingin
mengubah cara pandang masyarakat terhadap hypnosis serta memberikan
pemahaman baru tentang korelasi antara komunikasi dalam hypnoteaching dan
komunikasi dalam al-Qur‟an.
Secara rinci, tujuan dan manfaat penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut
:
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak di capai dari
penelitian ini adalah :
a. Mengetahui komunikasi dalam hypnoteaching.
10
b. Mengetahui konsep komunikasi antara guru dan murid dalam Q.S.
Luqman :12-19.
c. Mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru mengenai korelasi antara
komunikasi dalam hypnoteaching serta komunikasi dalam al-Qur‟an surah
Luqman ayat 12-19.
2. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini diselesaikan, maka dengan adanya penelitian ini
diharapkan mampu bermanfaat bagi :
a. Manfaat Teoritis
1) Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai konsep
hypnoteaching dalam al-Qur‟an (studi atas komunikasi antara guru dan
murid dalam kisah Luqman).
2) Penelitian ini diharapkan dapat memicu dan memotivasi peneliti lain
untuk melakukan penelitian lebih dalam tantang konsep hypnoteaching
dalam al-Qur‟an.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
a) Sebagai prasarat mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b) Sebagai sarana belajar melakukan penelitian.
2) Bagi Masyarakat
a) Sebagai sumbangan pikiran dalam bentuk tulisan yang sifatnya
ilmiah yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang
memerlukannya.
b) Menambah pengetahuan baru kepada masyarkat mengenai
penggunaan hypnosis dalam pendidikan.
c) Mengurangi opini negatif mengenai hypnosis yang terjadi di
masyarakat.
3) Bagi Guru
a) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
11
b) Dapat memberikan alternatif baru bagi guru dalam memilih metode
pembelajaran serta dalam melakukan pengelolaan pembelajaran.
c) Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di kelas, khususnya pada materi Pendidikan Agama
Islam.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Hypnoteaching
1. Definisi Hypnoteaching
Hypnoteaching merupakan perpaduan dari dua kata yaitu Hypnosis dan
Teaching. Hypnoteaching termasuk ke dalam bagian ilmu hypnosis yang
dikembangkan di dunia pendidikan. Oleh karenanya, untuk memahami bagaimana
hypnosis digunakan dalam proses pembelajaran, maka seorang guru harus
memahami konsep dasar hypnosis secara komprehensif terlebih dahulu. Hypnosis
secara bahasa berasal dari kata Hypnos. Penamaan ini diambil dari nama Dewa
Hypnos yang berasal dari Yunani yang berarti Dewa Tidur.12
Namun, kondisi tidur dalam hypnosis berbeda dengan kondisi tidur pada
umumnya. Dalam wawancara yang dilakukan dengan Mr. Farid Wajdi selaku
trainer hypnosis dan pendiri Asian Hypnotherapist Association, beliau
mengatakan :
“Hypnosis memang diambil dari nama Dewa di Yunani yaitu Dewa Hypnos
atau Dewa Tidur. Namun ini bukan berarti bahwa Hypnosis sama dengan
tidur. Kondisi tidur dalam hypnosis berbeda dengan kondisi tidur pada
umumnya. Kondisi tidur hypnosis seseorang akan menjadi sangat sadar dan
sangat fokus sehingga ia masih bisa mengendalikan dirinya serta masih bisa
merasakan yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan ti dur yang terjadi pada
umumnya ia tidak bisa mengendalikan dirinya dan tidak tahu mengenai hal
yang terjadi di sekitarnya”.13
Berdasarkan catatan sejarah, penamaan hypnosis pertama kali diberikan oleh
James Braid yang dinobatkan sebagai Father of Hypnosis. Namun, jauh sebelum
itu, James Braid menamakannya dengan Neuro Hypnotism. Setelah beberapa
lama, kemudian ditemukan penemuan baru bahwa hypnosis bisa dilakukan tanpa
membuat client tertidur. Istilah ini kemudian dikenal dengan Mono Ideism yang
berarti ketika manusia fokus pada suatu hal, maka critical area yang ada terbuka,
12
Indonesia Board of Hypnotherapy, Basic Hypnotherapy, (Jakarta : IBH, 2015), h. 1-2. 13
Farid Wajdi, Interview, “Definisi Hypnosis”, (Ciputat : 18 Desember 2018).
13
sehingga bisa masuk ke alam bawah sadar. Jadi pada dasarnya, tidak ada kaitan
antara hypnosis dengan tidur. Adapaun penamaan ini, karena James Braid ketika
pertama kali melihat peristiwa hypnosis “seperti tidur”. Dan ketika hendak
diubah, istilah ini telah menyebar di kalangan masyarakat seihingga ada sampai
saat ini. Maka secara bahasa hypnosis dapat diartikan sebagai imajinasi yang
dipandu.14
W. Gunawan seorang pakar hypnosis dalam bukunya memberikan definisi
hypnosis secara istilah sebagai berikut :
a. Hypnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat
sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.
b. Hypnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga
mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan
gelombang otak.
c. Hypnosis adalah seni eksplorasi alam bawah sadar.
d. Hypnosis adalah kondisi kesadaran yang meningkat.
e. Hypnosis adalah suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh sugesti.15
Hypnosis juga diartikan sebagai penembusan faktor kritis pikiran sadar dan
diikuti dengan diterimanya suatu sugesti atau ide sehingga menyebabkan
perubahan perilaku pada tatanan mental dan emosional.16
Definisi lain menyebutkan bahwa hypnosis adalah suatu keadaan trance yang
mirip dengan tidur normal ketika persepsi dan ingatan diubah, sehingga
meningkatkan ketanggapan terhadap sugesti.17
Dari beberapa pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa hypnosis
merupakan sebuah cara menyampaikan pesan kepada orang lain atau kepada diri
14
Farid Wajdi, Interview, “Sejarah Hypnosis”, (FWN School : 02 Januari 2019). 15
Adi W. Gunawan, Hypnosis : The Art of Subconciuous Communication, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 3. 16
MD. Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orang Tua,
(Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2010), h. 72. 17
C. Roy Hunter, The Art of Hypnosis : Mastering Basic Techniques, Third Edition, Terj.
Paramita, PT. Indeks,
14
sendiri tanpa dikritisi. Atau dapat juga dikatakan sebagai suatu mekanisme
persuasif yang dilakukan baik sengaja atau tidak disengaja, sehingga
memudahkan subjek memasuki kondisi hypnotic atau trance (kondisi mirip tidur),
agar subjek menerima induksi data dalam pikiran bawah sadar dan mampu
berikiran, merasakan dan bertindak sesuai dengan sugesti yang diberikan. Jadi,
ketika sebuah ide kita sampaikan kepada orang lain, dan dia menerimanya secara
penuh, yang kemudian mempengaruhi dirinya, baik terpengaruh fikirannya,
perbuatannya, ataupun perasaannya, maka itulah definisi hypnosis.
Berdasarkan definisi tersebut, maka hypnoteaching dapat diartikan sebagai
perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar (Conciuous Mind) dan
pikiran bawah sadar (Subconciuous Mind)18
. Secara sederhana, hypnoteaching
berarti menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa alam
bawah sadar.19
Dalam sumber yang lain, hypnoteaching diartikan sebagai salah
satu strategi mengajar yang dapat meningkatkan motivasi dan kualitas belajar
siswa20
.
Dalam konsep hypnoteaching guru tidak hanya memberikan materi ajar
kepada siswa, tetapi juga sekaligus sebagai pembimbing dan memberikan sugesti
baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya dalam hypnoteaching, guru
juga perlu memahami karakteristik komunikan yang dihadapi.
Dalam teori psikologi, terdapat empat teori yang menjelaskan tentang
karakter manusia, yaitu teori psikoanalisis, behavioris, kognitif dan teori humanis.
Dari ke empat teori yang ada, karakter yang tampak dalam diri manusia
merupakan perpaduan dari ke empat pendekatan itu. Sesekali, manusia bisa
menjadi makhluk yang sangat menuruti kemauannya, namun pada waktu yang
lain ia bisa menjadi makhluk yang berpikir logis. Atau pada saat tertentu ia
18
Novian Triwidia Jaya, Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar”, (Bekasi, D-Brain,
2010), h. 4. 19
Hasbullah dan Rahmawati, Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap
Motivasi Belajar Mahasiswa Indarprasta PGRI, (Jurnal Formatif 5 (1) : 83-90, ISSN : 2088 351X,
2015), h. 84. 20
Salami, Hypnoteaching dan Hypnotic Teacher, (Jurnal Pendidikan Vol. 3 No 1.
Januari-Juni 2017), h. 36.
15
menerima proses kebiasaan dari lingkungannya, namun pada saat yang lain ia
mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dimilikinya.21
Dari beberapa penjelasan tersebut, maka hypnoteaching merupakan metode
yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk mencapai keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Dalam penerapannya, metode ini menggunakan teknik
hypnosis, sehingga pikiran siswa akan dikondisikan pada kondisi alpha. Pada
kondisi inilah siswa akan mudah dipengaruhi dan mudah menerima informasi
yang disampaikan dalam jangka waktu yang lama.
2. Gelombang Otak dalam Hypnoteaching
Penggunaan hypnosis dalam pembelajaran (hypnoteaching) bukan seperti
yang ditayangkan di media seperti acara Uya Kuya, Romy Rafael, dan lain
sebagainya. Hypnosis dalam pembelajaran hanya digunakan untuk menurunkan
gelombang otak sehingga proses pembelajaran menjadi nyaman dan segala sugesti
atau materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh murid.
Jadi pada dasarnya, hypnoteaching merupakan komunikasi dengan bawah sadar
siswa yang dilakukan dengan berbagai teknik.
Untuk dapat menurunkan gelombang otak seseorang, terlebih dahulu kita
mengetahui pembagian gelombang otak. Berikut merupakan pembagian
gelombang otak :22
a. Beta
Gelombang ini memiliki frekuensi sekitar 14-30 Hz. Pada gelombang
beta ini, seseorang berada pada kondisi normal. Gelombang ini ditandai dengan
adanya pemikiran yang bercabang. Gelombang ini sangat baik digunakan jika
seseorang ingin memikirkan sesuatu secara bersamaan dan ingin menyerap
informasinya dengan cepat.
21
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media,
2018), h. 22-37. 22
Muhammad Zuhri Dj & Sukarnianti, Using Hypnoteaching Strategy to Improve
Students Writing Ability, (STAIN Watampone : Dinamika Ilmu, 2015), Vol 15, h. 191.
16
b. Alpha
Gelombang ini memiliki frekuensi 8-13,9 Hz. Pada kondisi ini, seseorang
akan mengalami kondisi relax dan fokus tunggal. Gelombang otak alpha sangat
baik digunakan dalam proses pembelajaran. Karena pada gelombang ini
seseorang akan lebih mudah menerima informasi dari biasanya.
c. Theta
Gelombang ini memiliki frekuensi 4-7,9 Hz. Gelombang tetha sering
disebut sebagai kondisi meditasi. Pada kondisi ini, seseorang akan sangat lebih
mudah untuk melakukan penyembuhan secara mental. Serta banyak yang
memanfaatkan gelombang ini untuk melakukan perubahan perilaku secara
cepat, peningkatan pemahaman terhadap materi ajar serta digunakan untuk
berkomunikasi dengan alam bawah sadar (unconciuous mind).
d. Delta
Gelombang delta memiliki frekuensi 0,1-3,9 Hz. Gelombang ini
merupakan gelombang terakhir dan memiliki frekuensi yang paling dalam.
Orang yang berada pada gelombang ini biasanya mengalami tidur lelap tanpa
mimpi. Selain itu, orang yang berada pada gelombang delta juga biasanya
dialami oleh orang yang sedang koma.
Dari pemaparan berbagai gelombang otak di atas, maka dapat dipahami bahwa
gelombang otak yang sangat baik untuk digunakan metode hypnopteaching adalah
pada gelombang alpha. Karena pada gelombang ini siswa berada pada alam
bawah sadar. Kondisi ini sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat masuk ke gelombang ini guru
terlebih dulu harus mengkondisikan gelombang beta ke dalam alpha. Agar bisa
mengkondisikan gelombang beta, guru dapat melakukannya dengan
melakukannya dengan berbagai permainan, humor, atau dengan bercerita terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai.23
23
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung : Mizan Pustaka, 2014), h. 90-109.
17
3. Langkah-Langkah Melakukan Hypnoteaching
Hypnoteaching merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan
teknik hypnosis sehingga memudahkan siswa untuk menerima saran, informasi,
dan meteri pembelajaran dengan mudah. Penggunannya yang mudah membuat
metode ini dapat diterapkan oleh semua guru. Namun, sebelum mengethaui
langkah-langkahnya, hypnotic teacher harus mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri
siswa yang telah masuk dalam keadaan trance.
Dalam sebuah pelatihan hypnotherapy yang diadakan pada 6-7 Januari 2019,
disebutkan bahwa setidaknya terdapat 5 tanda orang yang telah masuk ke dalam
kondisi trance, yaitu fokus tunggal, meningkatnya kemampuan seluruh atau
sebagian panca indra, terjadinya relaksasi fisik, mata memerah, serta pernafasan
yang teratur.24
Adapun langkah-langkah pelaksanaan hypnoteaching pada intinya terbagi
menjadi 3 bagian yaitu, conditioning, kegiatan inti, dan empowerment.25
a. Conditioning
Conditionng atau Opening merupakan hal yang penting dalam memulai
suatu pembelajaran. Tujuan adanya conditioning adalah untuk menyamakan
frekuensi pikiran dan perasaan siswa dengan guru sehingga terciptanya
learning state atau kondisi yang siap untuk belajar. Karena informasi yang
disampaikan akan mudah diterima ketika memiliki frekuensi pikiran dan
perasaan yang sama, dalam istilah NLP (Neuro Language Programming)
disebut pacing.26
Untuk mendapatkan pacing, yang harus dilakukan guru adalah :
1) Berdo‟a bersama
24
Asian Hypnotherapist Association, Train The Trainer Hypnosis and Hypnotherapy,
(Jakarta : AHA, 04-06 Januari 2019). 25
Indonesia Board of Hypnotherapy, Advanced Hypnotherapy, (Jakarta : IBH, 2015), h.
6. 26
Farid Wajdi, Neuro Linguistic Programming for Trainer, (Jakarta : FWN Business and
Motivator School, 2018), h. 11
18
Berdo‟a bersama dapat menyamakan frekuensi otak. Karena ketika
berdo‟a, semua orang berada dalam posisi yang sama. Kata-kata yang
diucapkan pun sama, sehingga hal ini lah yang menurunkan gelombang
otak sehingga membuat siswa menjadi lebih relax dan siap menerima
materi pelajaran.
2) Ice breaking
Ice breaking dilakukan untuk mengetahui tingkat fokus seseorang
serta untuk membuat suasana lebih terasa nyaman. Dalam pelaksanaannya
ice breaking bisa dilakukan dengan berbagai varisi, seperti dengan
melakukan senam otak yang digunakan untuk menyeimbangkan fungsi
kerja otak kiri dan kanan.
Jika pacing telah dilakukan, maka selanjutnya adalah lakukan leading.
Leading berarti memimpin atau mengarahkan, leading ini mudah
dilakukan ketika pacing telah dilakukan. Karena siswa telah nyaman
dengan guru, sehingga apapun yang diperintahkan oleh guru akan diterima
dan dilakukan dengan bahagia. Pada saat inilah guru bisa mengarahkan
siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan.
b. Kegiatan Inti
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam
menyampaikan materi, yang harus dipahami oleh guru adalah prinsip
komunikasinya. Agar materi dapat disampaikan dengan baik dan menarik,
maka yang ia harus mampu mengkombinasikan 3 v (Vokal, Visual dan
Verbal).
1). Vokal
Pertama, yang harus dimiliki oleh guru ketika menyampaikan
materi ajar adalah harus pandai memainkan vokal suara. Vokal disini
berarti erat kaitannya dengan tinggi rendahnya suara yang digunakan.
19
Vokal disini terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu vokal full, setengah, dan
seperempat27
.
Pertama vokal dengan nada full. Biasanya ini digunakan untuk
melakukan orasi. Guru yang mengajar di tempat terbuka dengan jumlah
siswa yang banyak bisa menggunakan vokal full dalam mengajar. Kedua,
vokal setengah. Nada setengah ini biasanya digunakan untuk
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, vokal seperempat.
Suara dengan nada seperempat biasanya digunakan untuk melakukan
penegasan atau bisa juga digunakan untuk menyampaikan materi inti yang
berisi mengenai hal penting yang ingin disampaikan.
2). Visual
Kedua, yang harus dimiliki oleh guru ketika mengajar adalah
pandai memainkan visual. Dalam hal ini, visual diartikan sebagai gerakan
tubuh atau lebih populer dikenal dengan mimik atau gestur28
. Seorang
guru, tentu harus pandai bermain peran. Artinya pendai memainkan wajah
atau memainkan peran sesuai dengan materi yang diajarkannya.
3). Verbal
Ketiga, yang harus dimiliki oleh guru ketika mengajar adalah
memiliki verbal yang baik. Verbal disini berarti kejernihan kata-kata atau
artikulasi29
. Untuk menjadi guru yang baik dan didengar oleh murid, tidak
cukup dengan menguasai visual dan vokal yang baik, tapi juga setiap kata
yang diucapkan oleh guru harus jelas. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menimbulkan kata yang bermakna ganda.
Ketiga hal di atas merupakan syarat bagi seorang guru yang ingin
menyampaikan materi dengan baik dan tentunya didengar oleh murid.
27
Indonesian Public Speaking Academy, Train The Trainer (Certified Trainer &
Outbond Fasilitator), (Batang : Tazakka Institute Foundation, 2016), h. 7. 28
Indonesian Public Speaking Academy, Loc.Cit. 29
Indonesian Public Speaking Academy, Loc.Cit.
20
Namun, selain itu, dalam pelaksanaannya, sesekali dapat guru dapat
mlakukan ice breaking untuk menjaga learning state yang nyaman.
c. Empowerment
Ini merupakan kegiatan penutup. Dalam melakukan penutupan, banyak hal
yang bisa dilakukan oleh guru, seperti :
1). Menyampaikan inti pembelajaran yang telah dilakukan.
2). Memberikan motivasi positif atau quotes positif kepada siswa.
3). Memberikan salam dengan penuh semangat disertai dengan senyuman
yang ikhlas, sehingga ketika siswa meninggalkan ruang belajar, siswa
merasakan bahagia dan tentunya energi positif yang baru.
4. Prinsip-Prinsip dalam Hypnoteaching
Hypnoteaching bukan merupakan hal yang baru. Keberadaannya dalam
bidang pendidikan telah memberikan warna baru dalam hal strategi pembelajaran.
Pada prinsipnya, hypnoteaching merupakan proses penurunan gelombang otak
menjadi lebih rileks dan siap digunakan dalam menghadapi proses pembelajaran.
Dalam hal ini, guru menjadi peran utama dalam keberhasilan pelaksanaan
hypnoteaching. Oleh karena itu, seorang guru harus memperhatikan prinsip-
prinsip dalam melakukan hypnoteaching. Prinsip-prinsip itu adalah :30
a) Mengidentifikasi kebutuhan murid. Mengetahui kebutuhan murid merupakan
sesuatu yang sangat penting dilakukan oleh guru sebelum memulai
pembelajaran. Dengan mengetahui kebutuhan murid, guru akan dengan
mudah memberikan materi ajar.
b) Membuat afirmasi atau mengatakan sesuatu yang positif untuk murid. Hal ini
dimaksudkan untuk melatih ide atau kreatifitas siswa. Karena afirmasi erat
kaitannya dengan imajinasi.
c) Menggambarkan ide dan kreativitas siswa dan menghubungkannya dengan
materi ajar yang sedang dipelajari.
30
Muhammad Zuhri Dj & Sukarnianti, Op.Cit. h. 188-189.
21
d) Merefleksikan kegiatan belajar sebelum proses pembelajaran ditutup. Ini
bertujuan untuk memperkuat ingatan siswa dalam menyerap materi ajar.
B. Kajian Q.S. Luqman Ayat 12-19
1. Ayat dan Terjemahan Q.S. Luqman Ayat 12-19
22
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji".
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
23
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
2. Penafsiran Kata Kunci
a. الحكمة Al Hikmah
Al Hikmah memiliki arti kebijaksanaan. Ini menunjukkan bahwa Luqman
merupakan orang yang bijak. Hal ini dilihat dari beberapa kata-kata bijak
yang dikeluarkan oleh Luqman. Salah satunya adalah : “Barang siapa yang
menasihati dirinya sendiri, niscaya ia akan mendapat pemeliharaan dari
Allah. Dan barang siapa yang dapat menyadarkan orang lain akan dirinya
sendiri, niscaya Allah akan menambah kemuliaan baginya karena hal
tersebut. Hina dalam rangka ketaatan kepada Allah lebih baik daripada
membanggakan diri dalam kemaksiatan”.
Selain itu, Luqman juga pernah berkata : “Hai anakku, jika engkau
hendak menjadikan seseorang sebagai teman (saudaramu), maka buatlah dia
marah kepadamu. Apabila dia memaafkanmu, maka persaudarakanlah dia.
Akan tetapi, jika dia tidak memaafkanmu maka berhati-hatilah
terhadapnya”.31
31
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi Juz XII, (Semarang : Toha Putra,
1992), h. 145-146.
24
b. الشكر Al Syukru
Al Syukru memiliki arti memuji Allah dengan cara mengerahkan
seluruh anggota tubuh untuk melakukan ketaatan kepada Nya.
c. يعظه Ya‟idzuhu
Kata di atas berasal dari kata وعظ (wa‟zh) yang memiliki arti
memberikan nasihat tentang berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati.
Kata ini menggambarkan bagaimana suatu pesan disampaikan dengan penuh
kasih sayang, tidak dengan suara yang keras.32
d. جاهداك Jāhadāka
Jāhadāka diambil dari kata جهد (juhd) yang berarti kemampuan. Dalam
ayat ini, kata ini digunakan untuk menunjukkan bahwa adanya upaya dengan
sungguh-sungguh.
e. مثقال حبة Mitsqāla habbah
Kata ini merupakan ungkapan untuk segala jenis benda yang berukuran
kecil. Artinya setiap amal perbuatan sekecil apapun akan ditimbang sesuai
dengan balasannya.
3. Asbabun Nuzul Q.S. Luqman
Surah Luqman termasuk kedalam golongan surah Makiyyah. Surah ini turun
sebelum hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah. Surah ini turun untuk
menjawab pertanyaan kaum musyirik Quraisy mengenai kisah Luqman dengan
anaknya. Dan sikap anaknya yang begitu berbakti kepada Luqman33
Penamaan surah ini dengan nama Luqman sudah sangat jelas karena hikmah
yang dimilikinya sehingga ia mampu memberikan nasihat yang sangat menyentuh
hati, dan nasihat-nasihat itu hanya disebutkan dalam surah ini. Adapun tema yang
dibahas dalam surah ini adalah mengenai ajakan tauhid kepada Allah dan
pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama.
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah (Jakarta : Lentera Hati, 2002), Vol. 10, h.298. 33
M. Quraish Shihab, Al Lubab, (Jakarta : Lentera Hati, 2012), h. 167.
25
4. Tafsir Q.S. Luqman Ayat 12-19
a. Ayat 12
12. “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah”
Ayat ini menjelaskan mengenai seorang laki-laki bernama Luqman yang
Allah berikan hikmah (kebenaran yang diperoleh melalui ratio).34
Kebenaran yang
diperoleh melalui rationya adalah perlunya manusia bersyukur kepada Allah
SWT.
Kata ( ان اشكر لله ) menjadi tanda bahwa Allah telah memberikan hikmah
kepada Luqman sehingga ia memuji Allah atas karunia yang diberikan kepadanya.
Selain itu, kalimat ini juga menjadi penjelas kata الحكمة karena bersyukur kepada
Allah atas karunia yang telah diberikan-Nya merupakan bagian dari hikmah yang
diberikan kepada Luqman.
“dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri”
Ayat ini berarti bahwa orang yang kufur kepada Allah atas nikmat yang telah
diberikan, maka sesungguhnya ia telah berbuat buruk terhadap dirinya sendiri.
Karena ketika seseorang itu kufur maka Allah akan menghukum atas
kekufurannya tersebut. Dengan demikian syukur itu perlu dilakukan agar keadaan
semakin baik.35
34
Salman Harun, Tafsir Tarbawi : Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Jakarta :
UIN Jakarta Press, 2013), h. 20. 35
Abu Ja‟far Muhammad, Tafsir At-Thabari, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), Jil. 20
Cet. 1, h. 750-751
26
“dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".
Sesungguhnya Allah itu Maha Kaya, maka sesungguhnya Allah tidak butuh
rasa syukur seseorang terhadap-Nya, karena kesyukuran itu tidak akan menambah
kekuasaan-Nya, dan kekufuran seseorang tidak akan mengurangi kekuasaan-Nya.
Kata disini berarti bahwa Allah itu Maha Kaya dari penyembahan makhluk-
Nya. Serta kata حميد bermakna bahwa Allah Maha Terpuji disisi makhluk-Nya.36
b. Ayat 13
13. “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
Ayat ini berisi nasihat yang disampaikan Luqman kepada anaknya agar
anaknya beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya. Kata يعظه diambil dari kata
yang berarti nasihat yang menyangkut berbagai kebajikan dengan cara وعظ
menyentuh hati. Selain itu kata يعظه yang diletakkan setelah kata هو menunjukkan
bagaimana Luqman menyampaikan pesan kepada anaknya dengan tidak
membentak, tetapi dengan penuh kasih sayang.37
Pada ayat ini dapat dipahami
36
Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), Jil 14. Cet. 1., h.
149. 37
M. Quraish Shihab, Op.Cit. h. 297-298.
27
bahwa komunikasi pembelajaran harus dilakukan dengan penuh kasih sayang
terhadap peserta didik.
Hal ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membangun
pendekatan emosional dengan anak. Ketika seseorang telah merasa dekat secara
emosinya, maka telah terjadi connectedness antara satu orang dengan lawan
bicaranya yang menyebabkan mudahnya menerima sebuah informasi.
c. Ayat 14
14. “dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”.
Dalam ayat 14 Allah memerintahkan agar bersyukur kepada-Nya dengan
hanya menyembah kepada-Nya. Selain itu, dalam ayat ini pula, selain manusia
diperintahkan bersyukur kepada-Nya, ia juga diperintahkan untuk bersyukur
kepada orang tuanya. Hal ini menjadi bukti tingginya kedudukan berbakti kepada
kedua orang tua, karena berbakti kepada orang tua ditempatkan setelah bersyukur
kepada Allah SWT.38
38
Salman Harun, Op. Cit. h. 24.
28
d. Ayat 15
15. “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat ini merupakan pengecualian mentaati kedua orang tua, bila keduanya
memerintahkan mensyrikkan Allah SWT. Namun, walapupun begitu ia tetap
harus hormat dan berbuat baik kepada orang tuanya dengan cara-cara yang baik.
Kata أناب dalam ayat ini berarti condong dan kembali kepada sesuatu. Ini
merupakan peringatan bahwa setiap manusia pasti kembali kepada-Nya untuk
diminta pertanggungjawabannya mengenai masalah perlakuannya kepada ornag
tuanya.39
e. Ayat 16
16. “(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui”.
39
Salman Harun, Ibid. h. 26.
29
Ayat ini merupakan lanjutan nasihat Luqman kepada anaknya. Luqman
berkata : “Wahai anakku, jika ada perbuatan baik atau buruk walau seberat biji
sawi dan berada di tempat yang paling tersembunyi, misalnya di dalam batu
karang sesempit apapun itu, atau di langit yang luas dan tinggi, atau di dalam
perut bumi yang demikian dalamnya, niscaya Allah akan mendatangkannya dan
membuat perhitungan dan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha Halus
yang dapat menjangkau segala sesuatu lagi Maha Mengetahui segala sesuatu
sehingga tidak ada satupun yang dapat luput dari Allah SWT.
f. Ayat 17
17. “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Dalam ayat ini Luqman melanjutkan nasihatnya. Kata يبني اقم الصلاة merupakan
wasiat Luqman kepada anaknya mengenai ketaatan yang paling besar, yaitu
shalat, menyuruh berbuat makruf, dan menjauhi yang munkar, setelah dia sendiri
melaksanakan yang makruf dan menjauhi yang mungkar.40
g. Ayat 18 dan 19
40
M. Quraish Shihab, Op.Cit. h. 309.
30
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Ayat ini merupakan nasihat Luqman kepada anaknya mengenai akhlak dan
sopan santun dalam berinteraksi sesama manusia. Mengenai perilaku baik yang
disampaikan Luqman dalam ayat ini terdapat dua hal yaitu perintah berjalan
dengan biasa, dalam arti antara cepat dan lambat serta perintah merendahkan
suara.
Selain itu, dalam ayat ini juga terdapat kalimat yang bermakna negatif, yaitu
larangan untuk tidak sombong dan angkuh. Namun, seperti penjelasan
sebelumnya, banyak ayat dalam al-Qur‟an yang bermakna negatif atau larangan.
Akan tetapi, setelah ayat yang mengandung larangan tersebut dilanjutkan dengan
kalimat yang menjelaskan kenapa larangan itu ada.
Di ayat 19 berisi tentang analogi. Analogi ini sangat berkaitan dengan
imajinasi, dimana hal ini juga merupakan sifat dari pikiran alam bawah sadar. Di
dalam ayat ini, banyak mengungkap mengenai sifat sifat alam bawah sadar yang
tentunya menjadi acuan mengenai langkah yang perlu dilakukan untuk
menghasilkan komunikasi yang berpengaruh dan tanpa ada bantahan.
C. Pola Komunikasi dalam Q.S. Luqman Ayat 12-19
Mendidik sebagimana yang telah dicontohkan Luqman dalam Q.S. Luqman
ayat 12-19 ini harus dengan penuh kasih sayang. Luqman menggunakan kata يبني
untuk menyeru anaknya. Ini merupakan panggilan yang penuh dengan kasih
sayang, kelembutan, indah dan menyejukkan dalam mendidik anaknya.41
Dalam
41
Ahmad Irwan Irfany, Pola Interaksi Guru Dengan Murid Dalam Al-Qur‟an Surah
Luqman Ayat 12-19 dan Surah „Abasa Ayat 1-10, (Skripsi), (Ciputat : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Jakarta, 2013), h. 66-67.
31
kata ini juga mengandung rasa manja, kelembutan, bersahabat dan kemesraan, tapi
tetap dalam koridor kedisiplinan. Kata-kata ini diperlukan sebagai prasyarat
terciptanya pembelajaran yang efektif.42
Mendidik anak dengan keras hanya akan menyisakan dan membentuk anak
berjiwa keras dan kasar. Kepribadiannya kental dengan kekerasan, serta fikiran,
hati dan perkataannya jauh dari ketenangan dan kesejukan.
Sikap yang ditunjukkan dalam kisah Luqman dan anaknya menunjukkan
bahwa anaknya merupakan murid yang mempunyai sikap baik. Hal ini terbukti
dari sikap patuh anaknya terhadap Luqman. Hal ini terbukti dari sikap patuh dan
menuruti apa yang dikatakan oleh Luqman tanpa disertai protes dan bantahan dari
anaknya.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan kajian yang relevan,
baik dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi, seperti :
1. Ahmad Irwan Irfany (FITK UIN Jakarta, 2013), dalam skripsinya yang
berjudul “Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam al-Qur‟an surat Luqman
Ayat 12-19 dan surat „Abasa ayat 1-10”.43
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Irwan Irfany dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah :
Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan
teknik pengumpulan datanya menggunakan analisis dokumentasi yang
digabungkan dengan teknik wawancara.
Sedangkan perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Irwan Irfany
hanya meneliti mengenai konsep komunikasi guru dengan murid yang terjadi
dalam surat Luqman ayat 12-19 dan surat „Abasa ayat 1-10. Sedangkan
penulis meneliti konsep komunikasi dalam surat Luqman ayat 12-19 yang
kemudian dihubungkan dengan konsep komunikasi dalam hypnoteaching.
42
Yosal Iriantara, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media,
2014), Cet. 1, h. 72-73. 43
Ahmad Irwan Irfany, Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam al-Qur‟an surat
Luqman Ayat 12-19 dan surat „Abasa ayat 1-10, (FITK UIN Jakarta, 2013).
32
2. Muhammad Mansur (Pascasarjana UIN Yogyakarta, 2016), dalam tesisnya
yang berjudul “Penerapan Hypnoteaching dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI di SD IT Salsabila Klaseman”.44
Persamaan pada penelitian ini terletak pada kajian teorinya yang membahas
mengenai konsep hypnoteaching. Adapun perbedaanya, penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan penulis menggunakan
pendekatan kualitatif.
3. Tubagus Wahyudi (PTIQ Jakarta, 2016), dalam disertasinya yang berjudul
“Hypnosis di dalam al-Qur‟an”.45
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Tubagus
Wahyudi dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah :
Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan
teknik pengumpulan datanya yaitu dengan menggunakan analisis
dokumentasi dan digabung dengan teknik wawancara.
Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Tubagus Wahyudi meneliti
mengenai konsep hypnosis yang terjadi dalam al-Qur‟an secara umum.
Sedangkan penulis hanya meneliti mengenai konsep komunikasi yang ada
dalam hypnoteaching yang kemudian dihubungkan dengan komunikasi dalam
surat Luqman ayat 12-19.
44
Muhammad Mansur, Penerapan Hypnoteaching dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI di SD IT Salsabila Klaseman, (Pascasarjana UIN Yogyakarta, 2016). 45
Tubagus Wahyudi, Hypnosis di dalam al-Qur‟an, (PTIQ Jakarta, 2016).
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah konsep hypnoteaching
sebagai salah satu cabang hypnosis. Lebih dalam lagi, pada penelitian ini dibahas
mengenai konsep dasar hypnoteaching, langkah-langkah melakukan
hypnoteaching serta konsep komunikasi dalam hypnoteaching yang kemudian
dikaitkan dengan komunikasi yang terjadi dalam al-Qur‟an surah Luqman ayat
12-19. Sedangkan waktu penelitian dilakukan adalah pada bulan Desember
sampai selesai.
B. Metode Penelitian
Jika dilihat dari tempat dilaksanakannya penelitian, penelitian ini termasuk ke
dalam penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian kepustakaan
bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan berbagai jenis materi
yang terdapat dalam kepustakaan. Sebagai contoh, kitab tafsir, kitab hadis, koran,
majalah, naskah sejarah, dan lain lain. Dan pada dasarnya, data-data yang telah
didapatkan pada penelitian kepustakaan dijadikan sebagai alat utama untuk
analisis praktek penelitian.
Metode pembahasan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan
menggunakan teknik analisis kajian isi melalui studi kepustakaan (library
research)46
. Artinya setelah data diperoleh kemudian dibahas dengan
memeberikan gambaran deskriptif tentang masalah yang diteliti, selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan pendekatan eksoteris dan esoteris. Dengan
demikian akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai integrasi konsep
hypnoteaching dalam al-Qur‟an.
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 202.
34
Selain itu, penulis juga menggunakan teknik analisis kajian isi47
melalui
pendekatan interpretasi hypnoteaching dalam al-Qur‟an, yaitu lebih mengarah
pada proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang lebih mengarah
pada makna terpendam dan tersembunyi, memahami konsep hypnoteaching dalam
al-Qur‟an secara utuh. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019.
Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini
dikelompokkkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Yang dimaksud sumber data pada penelitian ini adalah dari mana data diperoleh.48
Dalam penelitian ini, karena penulis menggunakan metode library research,
sumber data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
a. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber asli yang berisi
informasi pokok dari data tersebut. Karena pada penelitian ini penulis
mengkaji mengenai hypnoteaching dalam al-Qur‟an, maka penulis
menggunakan buku-buku tentang hypnoteaching dan buku-buku tafsir
sebagai sumber data primer yang menjadi acuan dasar penulis.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber bukan asli yang
berisi informasi penunjang dari data yang dibutuhkan.49
Karena belum adanya
buku tafsir yang menjelaskan hypnoteaching dalam al-Qur‟an, mka penulis
menggunakan buku hypnoteaching secara umum dan pengalaman penulis
menjadi data empiris yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Selain
itu, penulis juga menggunakan data penunjang lain, seperti dengan
melakukan wawancara dengan paraktisi hypnoteaching.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2008), h. 12. 48
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 129. 49
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1995), h. 133.
35
Dari beberapa sumber penelitian yang ada, penulis lebih banyak
menggunakan sumber primer sebagai rujukan utama yang kemudian diperkuat
dengan sumber sekunder.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul yang ditulis, maka penulis memfokuskan kajian pada
bagaimana korelasi antara komunikasi dalam hypnoteaching dengan komunikasi
dalam al-Qur‟an. Lebih dalam lagi penulis memfokuskan pada komunikasi
pembelajaran dalam kisah Luqman dalam surah Luqman ayat 12-19.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan data dan
informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam
kepustakaan50
. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara
baru atau untuk keperluan baru.
Dalam penelitian ini, bahan-bahan pustaka ini diperlukan sebagai sumber ide
untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk
melakukan deduksi, dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori
baru dapat dikembangkan, atau sebagai bahan untuk memecahkan suatu masalah.
Penelitian kepustakaan juga dapat dipahami sebagai penelitian teoritik dan
terkait pada values, tetapi tetap diperlukan keterkaitannya dengan empiris.51
Dengan demikian, data yang diperoleh dari penelitian ini di deskripsikan apa
adanya kemudian dianalisis.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan prosedur penelitian
sebagai berikut :
50
Sugiyono, Op.Cit. h. 12. 51
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996),
h. 55.
36
1. Tahap persiapam
Dalam melakukan tahap persiapan, penulis berkunjung ke perpustakaan
terlebih dahulu untuk melakukan pengumpulan data. Setelah itu barulah kemudian
penulis mengajukan proposal penelitian ke jurusan.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini penulis mencari data dari berbagai sumber, kemudian
mengolah data yang di dapat kemudian menganalisis data yang telah diolah
tersebut.
3. Tahap penyelesaian
Pada bagian ini penulis melakukan kesimpulan dari data yang telah dianalisis
yang kemudian ditafsirkan dalam bentuk laporan (hasil).
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Diantaranya adalah :
1. Studi Literatur
Studi literatur atau biasa disebut dengan telaah dokumen merupakan suatu
cara pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya.52
Dalam melaksanakan studi
dokumentasi ini, penulis menggunakan buku-buku terkait dengan hypnoteaching
dan buku tafsir sebagai bahan dalam melakukan pengumpulan data.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mengubah data menjadi informasi informasi yang diberikan secara
langsung oleh seseorang (subjek). Dalam pelaksanaannya penulis melakukan
wawancara kepada tiga narasumber yang berbeda, yaitu kepada Farid Wajdi, M.Si
selaku praktisi hypnoteaching. Dalam wawancara ini penulis mendapatkan
gambaran umum tentang konsep dasar hypnoteaching.
52
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 231.
37
Wawancara kedua dilakukan kepada Dr. Abdul Ghofur, M.A. Dalam
wawancara ini penulis mendapatkan informasi mengenai konsep komunikasi
pembelajaran dalam al-Qur‟an, khususnya dalam surah Luqman ayat 12-19.
Sedangkan wawancara ketiga dilakukan kepada Richad Afandi, S.Psi., CHA.
Dalam wawancara terkahir ini penulis mendapatkan data mengenai konsep
sugesti.
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Pengecekan atau pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan triangulasi data. Triangulasi diartikan sebagai suatu teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu dari luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.53
Dalam penelitian ini penulis melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Selain itu, penulis juga membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Penulis menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Teknik analisis ini
merupakan kesimpulan yang benar dari sebuah buku atau dokumen. Teknik ini
juga digunakan untuk menemukan karakteristik dari sebuah pesan yang
penggarapannya dilakuka secara objektif dan sistematis.54
Untuk memudahkan
dalam memecahkan masalah, penulis menganalisis secara kritis dan konstruktif
menganai integrasi konsep hypnoteaching dalam al-Qur‟an surah Luqman ayat
12-19.
53
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman
Penulisan Skripsi, 2015, h. 56. 54
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991),
h. 263.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan paparan pada bab terdahulu mengenai
konsep hypnoteaching dalam al-Qur‟an, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan.
Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
Pertama, hypnoteaching berasal dari dua kata, yaitu hypnosis dan teaching.
Hypnosis secara sederhana berarti komunikasi yang memiliki pengaruh atau
komunikasi dengan menggunakan kekuatan pikiran alam bawah sadar. Sedangkan
teaching berarti pengajaran. Maka hypnoteaching dapat diartikan sebagai
komunikasi pembelajaran dengan memaksimalkan kekuatan pikiran alam bawah
sadar. Alam bawah sadar ini digunakan karena kekuatannya sangat luar biasa
dalam mengingat dan menerima suatu informasi.
Dalam melakukan hypnoteaching, seorang guru harus mampu menguasai
dasar komunikasi, yaitu vokal, verbal, dan visual. Vokal terkait dengan intonasi
atau tinggi rendahnya suara guru dalam mengajar. Verbal terkait dengan
kejernihan atau kejelasan kata-kata yang dikeluarkan oleg guru. Sedangkan visual
terkait dengan gesture atau penampilan seorang guru.
Selain itu, agar proses hypnoteaching dapat berjalan dengan lancar, maka
yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah mengenai
penjiwaan seorang guru itu sendiri ketika melakukan proses pembelajaran. Hal ini
dilakukan agar guru dapat membuka kritikal area siswa. Karena ketika kritikal
area telah terbuka, maka guru dapat dengan mudah masuk ke dalam pikiran bawah
sadar siswa. Atau dengan kata lain guru dapat “menghypnosis” siswa.
62
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hypnoteaching adalah mengenai cara
guru dalam membangun kepercayaan kepada murid. Hal ini perlu dilakukan oleh
guru, karena ketika siswa telah percaya kepada guru, maka apapun yang dikatakan
dan diperintahkan oleh guru akan diterima dan diikuti oleh siswa. Maka, inilah
pentingnya guru mempelajari hypnoteaching, agar tidak terjadi komunikasi yang
salah antara guru dan murid.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam melakukan
hypnoteaching adalah : conditioning, kegiatan inti, dan empowerment. Dalam
conditioning berisi bagaimana guru menguasai dasar komunikasi dan cara ia
membangun kepercayaan kepada murid. Setelah langkah pertama selesai
dilakukan, maka guru masuk ke tahap kedua, yaitu kegiatan inti, disini guru mulai
memberikan materi ajar kepada siswa. Dan langkah yang terakhir yaitu guru
memberikan empowerment atau penguatan dari materi yang telah diberikan.
Kedua, surah Luqman merupakan salah satu surah yang menjadi contoh
komunikasi pembelajaran yang memberikan efek hypnosis. Hal ini dikarenakan
apa yang disampaikan Luqman kepada anaknya diterima secara langsung tanpa
ada bantahan dari anaknya. Jika merujuk pada kisah ini, maka ini menunjukkan
peristiwa hypnosis sebenarnya sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam surah Luqman, banyak mengajarkan mengenai konsep hypnoteaching.
Hal ini dapat dilihat dari cara Luqman berkomunikasi dan mengajarkan sesuatu
kepada anaknya. Salah satunya adalah dengan memanggil anaknya dengan penuh
kelemah lembutan dan menggunakan panggilan kesayangan. Secara tidak
langsung hal ini dapat membuka kritikal area anaknya, sehingga ketika kritikal
area telah terbuka maka sugesti yang diberikan akan dengan mudah diterima.
Karena dengan menggunakan panggilan-panggilan tertentu dapat membangun
kepercayaan kepada anaknya, sehingga ketika kepercayaan telah terbangun, akan
dengan mudah bagi Luqman untuk membuka kritikal area anaknya dan masuk ke
pikiran bawah sadar anaknya.
63
Ketiga, kaitan antara komunikasi dalam hypnoteaching dan komunikasi
antara guru dan murid dalam surah Luqman terdapat pada cara yang digunakan
Luqman ketika berkomunikasi dengan anaknya sama seperti proses terjadinya
hypnosis. Luqman menggunakan kata-kata yang lemah lembut dan kata-kata
positif dalam berkomunikasi dengan anaknya. Dalam hypnosis ini penting
dilakukan dan merupakan langkah awal untuk membangun kepercayaan kepada
client.
Selain itu, Luqman juga selalu menggunakan kata-kata positif dalam
berkomunikasi. Hal ini juga sama seperti konsep hypnoteaching, karena pada
prinsipnya alam bawah sadar tidak menerima kata yang bermakna negatif. Dengan
demikian, Apa yang dilakukan Luqman sesuai dengan konsep hypnoteaching.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas yang menyatakan bahwa konsep komunikasi
dalam hypnoteaching dengan konsep komunikasi pembelajaran dalam al-Qur‟an
tidak bertentangan, bahkan keduanya memiliki konsep yang sama. Ini berarti
hypnoteaching yang merupakan perkembangan dari hypnosis menunjukkan tidak
berkaitan sama sekali dengan bentuk penguasaan pikiran atau bahkan berkaitan
dengan hal-hal ghaib. Dari kesimpulan ini, maka implikasinya adalah
hypnoteaching dapat dijadikan sebagai sebuah metode pembelajaran baru yang
dapat membantu siswa menuju tingkat fokus yang dalam, sehingga akan
memudahkan dalam menerima materi ajar.
Dengan adanya konsep ini, diharapkan tidak lagi menimbulkan kekhawatiran
bagi guru untuk menerapkan metode hypnoteaching ketika mengajar. Bahkan jauh
lebih dalam lagi, dengan adanya konsep komunikasi dalam hypnoteaching ini bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena semua orang dapat
mempelajarinya dan menerapkannya dalam berbagai permasalahan.
64
C. Saran
Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga akan menyampaikan beberapa saran
kepada berbagai pihak, seperti praktisi hypnosis, guru, dan tentunya kepada
masyarakat Indonesia sebagai pemerhati pendidikan di Indonesia.
Diantara saran-saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1. Kepada praktisi hypnosis (trainer hypnosis), hendaknya agar terus
membumikan konsep islamic hypnosis (konsep hypnosis dalam islam) dan
memperkuat pemahaman sejarah hypnosis dan perkembangannya guna
meluruskan pemahaman yang salah terhadap hypnosis.
2. Kepada praktisi pendidikan (guru, staf pengajar, dan yang lainnya),
hendaknya agar memahami dan mencoba menggunakan metode
hypnoteaching sebagai salah satu metode dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas. Metode ini perlu dilakukan secara berulang, karena dalam
hypnoteaching yang terpenting adalah mengenai perhatian dan fokus guru
terhadap siswa. Selain itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif
(siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru), maka guru harus
mampu menggunakan berbagai media interaktif yang dapat mempengaruhi
learning modalities siswa dalam belajar. Meskipun, media yang digunakan
terkadang belum mampu “menghipnosis” siswa. Hal ini bukan berarti metode
hypnoteaching gagal, akan tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi
terhadap kerja otak. Salah satunya adalah faktor lingkungan sekitar.
3. Kepada lembaga pendidikan, hendaknya mampu mengaplikasikan dan
mendukung penerapan metode hypnoteaching sebagai salah satu metode
pembelajaran yang diterapkan di sekolah.
4. Kepada mahasiswa diharapkan agar melakukan penelitian yang lebih dalam
dan lebih kompleks mengenai konsep hypnoteaching dalam al-Qur‟an.
65
DAFTAR PUSTAKA
Al Basri, Abi Al Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al Mawardi. Al Nukat wa
Al „Uyun Tafsir Al Mawardi. (Beirut Lebanon : Daar Al Kutub Al
„Ilmiyah). Juz 4.
Al Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al Maraghi Juz XII. (Semarang : Toha Putra,
1992).
Almatin, MD. Isma. Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orang Tua.
(Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2010).
Al Qarni, „Aidh. Tafsir Muyassar. terj. Tim Qisthi Press. (Jakarta : Qisthi Press,
2008). Cet. 1.
Al Qurthubi. Tafsir Al Qurthubi. (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009). Jil 14. Cet. 1.
Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1995).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002).
Asian Hypnotherapist Association, Train The Trainer Hypnosis and
Hypnotherapy, (Jakarta : AHA, 04-06 Januari 2019).
Az Zuhaili, Wahbah. At Tafsiir al Muniir : Fil „Aqidah wasy-Syari‟ah wal
Manhaj. (Damaskus : Darul Fikr, 2005).
Deporter, Bobbi dan Micke Hernacki. Quantum Learning, terj. Alwiyah
Abdurrahman. (Bandung : Kaifa Learning, 2015).
Dj, Muhammad Zuhri & Sukarnianti. Using Hypnoteaching Strategy to Improve
Students Writing Ability. (STAIN Watampone : Dinamika Ilmu,
2015). Vol 15.
66
Gorman, Alfred H. Teachers and Learners The Interactive Process of Education.
(Boston : 1971, Fourth Printing).
Gunawan, Adi W. Hypnosis : The Art of Subconciuous Communication. (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2006).
Harun, Salman. Tafsir Tarbawi : Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an.
(Jakarta : UIN Jakarta Press, 2013).
Hasbullah dan Rahmawati. Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching
Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Indarprasta PGRI. (Jurnal
Formatif 5 (1) : 83-90, ISSN : 2088 351X, 2015).
Heriyanto, Husein. Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam. (Jakarta : Mizan,
2011), Cet. 1.
Hunter, C. Roy. The Art of Hypnosis : Mastering Basic Techniques, Third Edition.
Terj. Paramita, PT. Indeks
Indonesia Board of Hypnotherapy. Basic Hypnotherapy. (Jakarta : IBH, 2015).
Indonesia Board of Hypnotherapy. Advanced Hypnotherapy. (Jakarta : IBH,
2015).
Indonesian Public Speaking Academy. Train The Trainer (Certified Trainer &
Outbond Fasilitator). (Batang : Tazakka Institute Foundation,
2016).
Irfany, Ahmad Irwan. Pola Interaksi Guru Dengan Murid Dalam Al-Qur‟an
Surah Luqman Ayat 12-19 dan Surah „Abasa Ayat 1-10 (Skripsi).
(Ciputat : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta,
2013).
Iriantara, Yosal. Komunikasi Pembelajaran. (Bandung : Simbiosa Rekatama
Media, 2014), Cet.1.
67
Jaya, Novian Triwidia. Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar”. (Bekasi, D-
Brain, 2010).
Jensen, Eric. Super Teaching. (California : 2009, A Sage Company).
Kasmaja, Hadi. Evektifitas Implementasi Metode Hypnoteaching untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa
SMP Negeri. (Jurnal of EST, p-ISSN : 2460-1497 e-ISSN : 2477-
3840, Vol 2 No. 1, April 2016).
Katsir, Ibnu. Tafsir al-Qur‟an al „Azhim. (Lebanon : Dar al Kutub al „Ilmiyah,
2008).
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1991).
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta : Rake Sarasin,
1996).
Muhammad, Abu Ja‟far. Tafsir At-Thabari. (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009). Jil.
20 Cet. 1.
Rahman, Masykur Arif. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan
Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. (Jogjakarta : Diva Press,
2011).
Shihab, M. Quraish. Ensiklopedia al-Qur‟an (Kajian Kosakata). (Jakarta :
Lentera Hati, 2007). Cet. 1.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al Misbah. (Jakarta : Lentera Hati, 2002). Vol. 10.
Shihab, M. Quraish. Al Lubab. (Jakarta : Lentera Hati, 2012).
Salami. Hypnoteaching dan Hypnotic Teacher. (Jurnal Pendidikan Vol. 3 No 1.
Januari-Juni 2017).
68
Sugara, Gian Sugiana. Seni Memprogram Ulang Pikiran Bawah Sadar. (Jakarta :
PT. Indeks, 2013).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung :
Alfabeta, 2008).
Wahyudi, Tubagus. Hypnosis Di Dalam Al-Qur‟an (Disertasi). (Jakarta : PTIQ
Jakarta, 2016).
Wajdi, Farid. Neuro Linguistic Programming for Trainer. (Jakarta : FWN
Business and Motivator School, 2018).
Wajdi, Farid. Interview,.“Definisi Hypnosis”. (Ciputat : 18 Desember 2018).
Wajdi, Farid. Interview. “Sejarah Hypnosis”. (FWN School : 02 Januari 2019).
Wajdi, Farid. Interview. “Komunikasi Hypnosis”. (Ciputat : 14 April 2019).
Wajdi, Farid. Interview. “Prinsip Komunikasi Hypnoteaching”. (Ciputat : 14 April
2019).
Qaraati, Mohsen. Seri Tafsir Untuk Anak Muda Surah Luqman. terj. M. Ilyas.
(Jakarta : Al-Huda, 2005). Cet. 1.
Qardhawi, Yusuf. al-Ghazali Antara Pro dan Kontra. (Surabaya : Pustaka
Progressif, 1997).
Zainurrahman. Educational Hypnosis : Pemanfaatan Hypnosis Dalam Konteks
Pendidikan. (Zona Hypnosis Ebook, 2018).
69
70
71
72
73