47
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal NO. REGISTER Penting diketahui untuk mengetahui rekam medik pasien, memudahkan dalam mencari riwayat kesehatan, kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya. ANAMNESA Tanggal : (mengetahui tanggal pelaksanaan pengkajian) Jam : (mengetahui waktu pelaksanaan pengkajian) Oleh : (mengetahui orang yang melakukan pengkajian) Tempat : (mengetahui tempat dilakukannya pengkajian) I. PENGKAJIAN I.1 Data Subjektif Adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan klien/ keluarga dan tim kesehatan berupa keluhan- keluhan tentang masalah kesehatan. (manajemen kebidanan, pusdiklat, 1996) a. Identitas Nama : (Nama klien dan pasangan ditanyakan untuk mengenal dan membedakan antara klien satu dengan yang lain). Umur : (perlu diketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan (Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI:10) ,

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

NO. REGISTER

Penting diketahui untuk mengetahui rekam medik pasien, memudahkan dalam mencari

riwayat kesehatan, kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya.

ANAMNESA

Tanggal : (mengetahui tanggal pelaksanaan pengkajian)

Jam : (mengetahui waktu pelaksanaan pengkajian)

Oleh : (mengetahui orang yang melakukan pengkajian)

Tempat : (mengetahui tempat dilakukannya pengkajian)

I. PENGKAJIAN

I.1 Data Subjektif

Adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan klien/ keluarga dan

tim kesehatan berupa keluhan-keluhan tentang masalah kesehatan. (manajemen

kebidanan, pusdiklat, 1996)

a. Identitas

Nama : (Nama klien dan pasangan ditanyakan untuk mengenal dan membedakan

antara klien satu dengan yang lain).

Umur : (perlu diketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan

tindakan yang dilakukan (Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa,

Depkes RI:10), termasuk masalah-masalah yang menyertai dalam

rentang umur tersebut).

Suku/Bangsa : (Suku: perlu diketahui untuk mengidentifkasi kebiasaan/ adat/ budaya

dan karakter masyarakat yang dapat mempengaruhi kesehatan, termasuk

ada tidaknya Herd Immunity/ kekebalan alami suatu kelompok terhadap

penyakit tertentu akibat dari sistem adaptasi tubuh yang sudah terbentuk

secara alami untuk menangkal penyakit tersebut.

Bangsa: berkaitan dengan rhesus, warna kulit dan letak geografis suatu

negara. WNI memiliki Rhesus negatif dan WNA (Eropa) memiliki

Rhesus positif. Adanya rhesus yang berbeda antara ibu dan suami akan

Page 2: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

dapat menimbulkan masalah saat kehamilan, apalagi janin memilki

memilki tipe rhesus yang berbeda dengan Ibu, akan dapat menimbulkan

ancaman bagi bayi yang dikandungnya. Warna kulit akan dapat

mempengaruhi kemungkinan penyakit yang dapat diderita, dan letak

geografis akan mempengaruhi anatomis dan fungsional tubuh dan akan

mempengaruhi sebaran penyakit yang diderita).

Agama : (berkaitan dengan keyakinan yang dianut klien dan pasangan yang

mempengaruhi kehidupannya. Dengan mengetahui agama pasien akan

memudahkan bidan melakukan pendekatan dialam melaksanakan asuhan

kebidanan).

Pekerjaan : (berkaitan dengan tingkat pendapatan dan status sosial klien, yang akan

berpengaruh pada tingkat kesehatan dan gaya hidupnya. Hal ini penting

agar nasehat yang diberikan sesuai dengan kemampuan klien).

Alamat : (mengetahui lingkungan/tempat tinggal klien yang juga berpengaruh

dengan kesehatan)

No.Telepon : (agar tetap bisa menghubungi klien sewaktu-waktu jika diperlukan)

b. Keluhan

(mengkaji keluhan yang dirasakan klien untuk mengidentifikasi adanya tanda bahaya/

masalah pada persalinan).

Keluhan utama ibu persalinan adalah:

1) Ketuban pecah spontan

2) Tekanan rectum, sensasi ingin defekasi selama kontraksi

3) Muntah

4) Bercak atau keluar cairan merah dari vagina

5) Garis ungu memanjang dari anus, mencapai bokong (Hobbs, 1998)

6) Perlambatan DJJ pada puncak kontraksi

Secara umum berikut contoh keluhan yang biasa dialami :

1) Ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering dan bertahan lama.

2) Ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung memancar ke perut bagian

depan

Page 3: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

3) Keluarnya lendir bercampur berdarah dari jalan lahir

4) Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir jika ketuban

sudah pecah (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1985).

c. Riwayat Menstruasi

Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini memungkinkan bidan

untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu, memperkirakan usia

kehamilan saat itu. (Fraser,2009)

Menarche : normalnya 12-16 tahun

Menarche merupakan menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar

dari vagina) yang dialami oleh remaja putri. Ovarium memasuki masa pertumbuhan

cepat pada umur 8-9 tahun, yang menandai mulai timbulnya pubertas. Estrogen mulai

meningkat dengan cepat pada umur kurang lebih 11 tahun. Bersama-sama dengan

produksi estrogen, ciri-ciri seks sekunder mulai timbul. Pubertas berlangsung selama

kurang lebih 4-5 tahun. Daur haid pertama (menarche) terjadi pada akhir pubertas

pada umur kurang lebih 12,5 tahun (Swartz, 1995).

Usia menarche berkaitan dengan adanya faktor endogen dan eksogen.

Faktor endogen terdiri dari genetik dan status gizi pada remaja putri (Maestripieri et

al, 2004). Selain itu, dari faktor eksogen meliputi status sosial ekonomi keluarga,

aktivitas fisik, keterpaparan media massa (televisi, radio, majalah, situs jejaring

sosial) (Brown et al, 2005) yang dapat mempengaruhi kecepatan usia pubertas remaja

yang secara tidak langsung menyebabkan cepatnya usia menarche remaja putri.

Seseorang dikatakan mengalami pubertas prekoks (lebih cepat dari

normal) apabila menarche terjadi dibawah usia 8 tahun da mengalami pubertas tarda

(terlambat) apabila menarche terjadi di atas usia 18 tahun. Kedua keadaan tersebut

merupakan keadaan patologis akibat gangguan kasis hipotalamus, hipofisis, dan

ovarium (Uche-Nwachi, 2007).

Siklus : normalnya 28/35 hari.

Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen

pada ovarium dan uterus.

Di ovarium terjadi dua fase, yaitu fase folikular dan fase luteal:

Page 4: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

a.Fase Folikular, umpan balik hormonal menyebabkan kematangan folikel pada

pertengahan siklus dan mempersiapkan untuk ovulasi. Panjang fase folikular kurang

lebih antar 10-14 hari.

b. Fase Luteal, waktu dari ovulasi sampai awal menstruasi, dengan waktu kurang

lebih 14 hari.

Sementara di uterus terjadi dua fase, yaitu fase proliferasi yang terjadi

bersamaan dengan fase folikular di ovarium, dan fase sekretorik yang bersamaan

dengan fase luteal di ovarium. Fase proliferasi merupakan fase pertumbuhan/

penebalan endometrium sebagai persiapan untuk menerima hasil konsepsi. Fase

sekretorik merupakan pengeluaran/sekresi hormon progesterone dan estrogen untuk

mempertahankan ovum yang telah matur untuk dibuahi. Jika dalam 24 jam ovum

tidak dibuahi, maka estrogen da progesterone akan meluruh bersamaan dengan ovum

dan endometrium dalam darah haid (Jane Coad, 2006).

Anamnesa mengenai siklus haid ini untuk mengidentifikasi adanya

kemungkinan kelainan siklus haid pada seseorang. Kelainan siklus tersebut meliputi

polimenorea, oligomenorea, dan amenorea.

Polimenorea merupakan siklus haid yang memendek dari normal, yaitu

kurang dari 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap. Polimenorea dapat

disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan pada proses

ovulasi atau memendeknya fase luteal dari siklus haid. Penyebab terjadinya

polimenorea lainnya adalah adanya kongesti (bendungan) pada ovarium yang

disebabkan oleh proses peradangan (infeksi), endometritis, dan sebagainya.

Oligomenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang

siklus haid normal, yaitu lebih dari 35 hari. Volume perdarahannya umumnya lebih

sedikit dari volume perdarahan haid biasanya.

Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus

haid normal (oligomenorea) atau tidak terjadinya haid minimal tiga bulan berturut-

turut. Terjadinya amenorea dan oligomenorea seringkali mempunyai penyebab yang

sama. Amenorea dibedakan menjadi dua jenis.

- Amenorea primer, yaitu tidak terjadinya haid sekalipun pada wanita yang

mengalami amenorea.

Page 5: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

- Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid, yang diselingi dengan haid sesekali

pada wanita yang mengalami amenorea.

Lama : normalnya 5 – 7 hari.

Kelainan yang berhubungan dengan banyaknya darah dan lama

terjadinya proses perdarahan haid terdiri atas hipermenorea (menoragia) dan

hipomenorea.

Hipermenorea (menoragia) adalah terjadinya haid yang terlalu banyak

dari normalnya (lebih dari 8 hari). Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan uterus

seperti tumor uterus (mioma uteri) dengan permukaan endometrium uteri yang lebih

luas dari biasanya, gangguan kontraksi uterus, adanya polip endometrium uteri, dan

gangguan pelepasan lapisan endometrium uteri pada saat terjadinya perdarahan haid

(irregular endometrial shedding).

Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya,

tetapi tidak mengganggu fertilitas. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal endokrin dan kelainan uterus. Penanganannya adalah pemberian

konseling psikoterapi dan penenangan diri.

Teratur/tidak

Anamnesa untuk mengetahui keteraturan haid diperlukan untuk

mengetahui tingkat fertilitas (kesuburan) seseorang. Infertilitas (ketidaksuburan)

dapat disebabkan oleh kegagalan berovulasi, yang dikenal sebagai anovulasi, atau

tidak memadainya fungsi korpus luteum. Kedua keadaan ini dapat terjadi terjadi

pada wanita dengan perdarahan haid siklis. Oleh karena itu fakta bahwa seorang

wanita mendapat haid tidak menunjukkan fertilitasnya. Wanita dengan gejala

infertilitas meliputi siklus haid yang tidak teratur, pernah menderita penyakit

kelamin, sedang/pernah menjalani pemeriksaan untuk penyakit tiroid, dan pernah

meminum obat untuk meningkatkan kesuburan (Swartz, 1995).

Masa subur dapat diperhitungkan pada siklus menstruasi yang teratur,

dan siklus menstruasi yang teratur dapat menunjukkan bahwa faal ovarium cukup

baik (Manuaba, 2007).

Banyaknya : normalnya 2 – 3 pembalut/hari

Page 6: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Jumah darah haid biasanya sekitar 50 hingga 100 ml selama periode (3-5

hari). Jumlah darah haid yang dikeluarkan biasanya belum begitu banyak pada hari

pertama, dan baru bertambah banyak pada hari kedua, sesudah itu, banyaknya haid

tersebut berangsur-angsur berkurang.

Anamnesa mengenai banyaknya darah haid untuk mengkaji apakah ada

kelainan volume darah yang dikeluarkan atau tidak. Kelainan volume darah yang

keluar saat haid disebut sebagai menorrhagia. Gangguan tersebut ditandai dengan

haid yang tidak teratur, darah haid yang sangat banyak (lebih dari 80 ml) dan haid

lebih dari 8-10 hari, atau siklus haid yang pendek (setiap 21 hari). Penyebabnya

adalah infeksi penyakit kelamin, komplikasi dari kehamilan, penyakit kronis,

trauma, konsumsi obat-obatan tertentu, gangguan hormon atau kanker.

Sifat darah : darah haid berwarna merah, encer, tidak membeku, terkadang

membeku jika banyak. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1985)

Darah bersifat encer dan tidak membeku dikarenakan darah haid tidak

mengandung fibrin sehingga tidak membeku. Jika aliran darah haid banyak sekali,

seperti pada hari 1-2, mungkin ada bekuan darah (gumpalan darah).

Bekuan/gumpalan tersebut bukan merupakan fibrin tetapi merupakan kombinasi sel

darah merah, glikoprotein, dan zat mukoid yang dianggap terbentuk di dalam

vagina bukan di dalam rongga uterus. Warna merah disebabkan adanya sel darah

merah yang ikut keluar saat haid (Farrer, 2001).

Dismenorrhoea : normalnya sebelum/ saat/ setelah haid.

Beberapa perempuan mengalami sakit dank ram saat haid berlangsung.

Rasa sakit biasanya terjadi terjadi di perut bagian bawah. Ada dua jenis

dismenorrhea, yaitu dismenorrhea primer dan sekunder.

Apabila rasa sakit tidak disertai adanya riwayat infeksi pada panggul atau

keadaan panggul normal, gejalanya ditandai dengan ingin muntah, mual, sakit

kepala, nyeri punggung, dan pusing maka dinamakan dismenorrhea primer.

Namun jika rasa sakit juga disebabkan oleh peradangan pada panggul,

struktur panggul yang tidak normal, perlekatan jaringan dalam panggul,

endometriosis, tumor, polip, kista ovarium dan penggunaan alat kontrasepsi IUD,

maka jenis ini dinamakan dismenorrhea sekunder (Farrer, 2001).

Page 7: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Fluor albus : normalnya tidak berbau, tidak berwarna dan tidak gatal.

HPHT : menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan (sebagai patokan

apakah klien melahirkan at term atau tidak. Bila hari pertama haid terakhir

diketahui maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan

dengan rumus Nagel (hari + 7, bulan – 3, tahun + 1)

d. Riwayat Obstetri Lalu

No

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

K

e

t

Sua

mi

ke

Anak

keUK

Pen

yul

Pen

olJenis

Peny

ul

Tm

ptSeks

PB/

BB

hid

upmati

Lama

me

neteki

pen

yul

(mengetahui berapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus, jika sudah pernah

melahirkan, usia anak terkecil ditanyakan untuk mengetahui jarak kelahiran)

e. Riwayat Kehamilan Sekarang

Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan ke…… dan UK….minggu.

Keluhan pada trimester I…., trimester II….., trimester III……, klien kontrol kehamilan

(ANC) di…… ,……kali. Pergerakan anak pertama kali pada UK… minggu, dan gerak

janin terakhir pada jam ….imunisasi TT sebanyak …. kali, status emosional ……, HE yang

sudah didapat……… , dan obat-obatan yang sudah didapat…..

f. Riwayat KB

Metode KB terakhir yang digunakan klien sebelum hamil terakhir.

g. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien

Page 8: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Klien pernah sakit apa saja. Apakah klien dulu pernah menderita penyakit menurun seperti

jantung, hipertensi, asma diabetes mellitus, ginjal, hepatitis, dan TBC, maupun penyakit

menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV AIDS. Apakah klien dulu pernah operasi.

(untuk mengetahui riwayat penyakit yang akan berpengaruh pada proses persalinan).

Penyakit apa saja yang diderita klien sekarang. (mengetahui penyakit yang menyertai klien

selama persalinan).

Jantung

Menurut Sarwono, 2005, tanda dan gejala adanya penyakit jantung yang berat

(Dekompensasi kordis) yaitu bising diastalik, peristaltik, bising jantung terus-

menerus, kordiomegali, aritmia berat, bising jantung nyaring terutama bisa disertai

thrill.

Hipertensi

Menurut Manuaba, 1998, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi essensial dan

hipertensi ganas. Hipertensi essensial jika tekanan darah 140/90 – 160/100. hipertensi

TD systole > 200 mmHg.

Ginjal

Menurut Rostam Mochtar, 1998, ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah

kering, plyun, hipertensi, proteinun, nokturia.

Hepatitis

Menurut Sarwono, 2005, hepatitis venis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan

mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu.

Asma

Menurut Sarwono, 2005, gejala asma biasanya penderita mengeluh nafas pendek,

berbunyi, sesak dan batuk-batuk.

Diabetes

Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah “3P” yaitu polydipsia,

polyphagia dan polyuria.

TBC

Page 9: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Menurut Sarwono, 2005, tanda dan gejala penyakit TBC adalah batuk-batuk yang

lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-

kadang batuk darah dan sakit di dada.

h. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi menurun atau

menular kepada ibu dan bayi, meliputi penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes

mellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli.

Menurut manuaba, 1998, gemelli juga dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur

dan paritas.

i. Riwayat Psikososial dan Budaya

Riwayat Perkawinan

1. Berapa kali menikah

2. Usia pertama kali menikah (suami dan istri)

3. Lama pernikahan

Bagaimana respon pasien dan keluarga terhadap kodisi kehamilan klien saat ini.

(Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan sosial klien,

serta mengetahui apakah bayi yang dilahirkan termasuk HSVB (High Social Value

Baby) atau tidak.

Tradisi yang mempengaruhi kehamilan

1. Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar.

2. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak.

3. Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang

mengganggu kehamilan ibu.

j. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola nutrisi

Terakhir makan: (meliputi waktu terakhir makan, jumlah, dan jenis makanan yang

dimakan ibu).

Page 10: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Terakhir minum: (meliputi waktu terakhir minum, jumlah, dan jenis minuman yang

diminum ibu).

(Untuk memperkirakan besarnya intake ibu menjelang persalinan sebagai cadangan

energi ibu untuk meneran).

Pada saat hamil, peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari,

konsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, cukup cairan (minum), buah-

buahan, dan sayur-sayuran. Ibu sebaiknya mengurangi konsumsi lemak dan minyak

karena susah dicerna oleh tubuh sehingga dapat menyebabkan mual. Ibu lebih banyak

mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan tinggi serat untuk mengurangi

obstipasi. Minum air putih yang cukup, ± 8 gelas perhari (±2 L/hari). Pengaturan pola

makan saat hamil selain penting untuk kesehatan ibu dan perkembangan janin, juga

penting untuk kelancaran proses persalinan (Hulme Hunter, 2005).

2. Pola Eliminasi

Meliputi waktu terakhir ibu BAB dan BAK.

3. Pola istirahat tidur

Ibu terakhir tidur pada pukul berapa dan berapa lama (untuk menentukan

status istirahat terakhir ibu yang juga merupakan cadangan energi sebelum melahirkan).

Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk istirahat cukup dimalam hari 6-8 jam dan

1-2 jam disiang hari (Hulme Hunter, 2005).

4. Pola aktivitas

Pola aktivitas ibu sehari – hari menjelang persalinan, aktivitas terakhir apa dan

jam berapa, yang dilakukan ibu sebelum mendapati tanda-tanda persalinan.

Selama kehamilan, ibu boleh beraktivitas normal tetapi tidak berlebihan dan

terlalu memaksa, sebaiknya ibu berhenti jika ibu mulai merasa lelah. Lama

beraktivitas untuk ibu hamil adalah maksimal 8 jam/ hari (Hulme Hunter, 2005).

5. Pola Aktivitas Seksual

Kapan terakhir kali ibu melakukan hubungan seksual.

Pada akhir kehamilan, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan

perasaan sakit dan perdarahan (Sarwono, 2009). Apabila ketuban pecah koitus

dilarang karena dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan janin, selain itu koitus

Page 11: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

dapat menyebabkan kontraksi uterus karena zat prostaglandin yang terkandung dalam

sperma dapat menyebabkan kontraksi sehingga dapat terjadi partus prematur (Rustam,

Mochtar, 1998).

6. Pola personal hygiene

Kapan ibu terakhir mandi, ganti pakaian dan celana dalam.

Kebersihan diri terutama lipatan kulit, ketiak, buah dada, dan daerah genetalia

dengan cara dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan (Jane Coad, 2006).

7. Pola Kebiasaan

Merokok :

Alkohol :

Narkoba :

Obat-obatan :

Jamu-jamuan :

Binatang peliharaan :

Pantangan makanan :

Adat/ budaya masyarakat menjelang persalinan:

1.2 Data Objektif

Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi, maupun pemeriksaan penunjang.

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum: Baik/ jelek

Tanda-Tanda Vital (Jane Coad, 2006):

Tekanan Darah

Tekanan darah normal antara 100/60, 140/90 mmHg

Nadi

Normalnya antara 80-110 x/mnt

Respiration Rate (RR)

Page 12: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Pernafasan normal 16-24x/menit. Bila lebih dari 24x/menit menandakan adanya

takipnea.

Suhu

Suhu normal 36,10C – 37,60C, suhu tubuh > 37,60C dikatakan demam dan perlu

dicurigai adanya infeksi.

Berat Badan

Peningkatan BB normal total selama kehamilan adalah 12,5 kg. atau kita bisa hitung

dengan menggunakan BMI (Fraser, 2009).

Tinggi Badan

Ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm, kemungkinan mempunyai panggul sempit

(Fraser, 2009).

Lingkar Lengan Atas (LILA)

LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang

kurang (Hulme Hunter, 2005).

b. Pemeriksaan Fisik (data fokus)

Muka/ Wajah

Wajah tidak ada oedema, tidak ikterus, conjungtiva merah muda, dan sklera

putih.

Mulut

Bibir tidak pucat, gigi tidak caries.

Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

dan tidak ada pembesaran vena jugularis.

Payudara

Tidak ada pembesaran, simetris, puting susu menonjol, bersih, konsistensi

lunak, ada pengeluaran colostrum.

Abdomen/ uterus

Page 13: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Terdapat linea nigra, striae gravidarum, dan tidak ada luka bekas SC maupun

operasi lain.

Pemeriksaan Leopold, dilakukan dengan palpasi, meliputi palpasi Leopold I-IV

dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Leopold I

Alasan : untuk mengetahui tuanya kehamilan dan bagian apa yang

terdapat di fundus. Normal : teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting,

mengetahui TFU dan TBJ.

Tabel 4. KriteriaTFU menurut usia kehamilan

TFU Umur Kehamilan (minggu)

3 jari atas simfisis 12

Pertengahan pusat - simfisis 16

3 jari bawah pusat 20

Setinggi pusat 24

3 jari atas pusat 28

Pertengahan pusat – px 32

3 jari bawah px 36

Pertengahan pusat – px 40

Mengukur TFU dengan metline pada UK > 22 minggu. Rumus

perkiraan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm (Mac Donald):

Tinggi Fundus Uteri = Tuanya kehamilan dalam bulan

3,5

Tabel 5. Perkiraan Usia Kehamilan berdasarkan TFU dalam cm

TFU dalam cm Usia Kehamilan

20 5 bulan

23 6 bulan

Page 14: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

26 7 bulan

30 8 bulan

33 9 bulan

Rumus Johnson Tausak (untuk mengetahui TBJ)

Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk PAP / divergen, TBJ

= (TFU – 11) x 145

Bila baian terendah janin sebagian kecil sudah masuk PAP / sejajar, TBJ =

(TFU – 12) x 145

Bila bagian terendah janin belum masuk PAP / konvergen, TBJ= (TFU – 13)

x 145

Caranya : pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil menentukan tinggi

fundus uteri dan bagian janin dalam fundus, konsistensi uterus

b. Leopold II :

Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada disamping kiri

dan kanan uterus ibu.

Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba bagian

keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba bagian

kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan pada letak yang lain.

c. Leopold III :

Menentukan bagian terendah janin dan apakah bagian terendah tersebut

sudah masuk PAP atau belum (Posisi tangan petugas konvergen, divergen

atau sejajar)

d. Leopold IV :

Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas pinggul

Menurut WHO, penurunan bagian terendah/terbawah dengan metode lima

jari perlimaan (buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal, 2002).

Periksa luar Periksa dalam Keterangan

Page 15: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Kepala di atas pintu atas

panggul, mudah

digerakkan

HI – H II

Sulit digerakkan : bagian

terbesar belum masuk

panggul

H II – H III

Bagian terbesar kepala

sudah masuk panggul

H III +

Bagian terbesar kepala

sudah masuk panggul

H III – H IV

Kepala berada di dasar

panggul

H IV

Kepala sudah berada di

perineum

- Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)

DJJ harus diantara 110-160 x/menit. Sedangkan menurut Asuhan Persalinan

Normal, 2008, kisaran normal DJJ adalah 100-180x/ menit, namun sebaiknya

bidan harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120x/ menit atau di atas

160x/ menit.

Ekstremitas Atas/ Bawah

- Oedema : -/-

- Varices : -

Menurut Manuaba, 1998, varices merupakan pembesaran dan pelebaran

pembuluh darah yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vagina,

paha, tungkai bawah.

Page 16: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Menurut Pusdiknas, 2000, oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena

terganggu akibat terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul.

- Refleks patella : +/+

Menurut Depkes RI, 2000, dianggap normal jika tungkai bawah akan bergerak

sedikit ketika tendon diketuk. Menurut pusdiknakes, 1993, bila refleks patella

negatif, kemungkinan pasien kekurangan vitamin B1. Pemeriksaan ini akan

sangat berguna jika menghadapi pasien dengan preeklamsia atau eklamsi.

Karena reflek patella akan digunakan untuk syrat pemberian terapi SM.

Genetalia

a. Vulva dan Vagina

- Oedema : tidak

- varices : tidak

- bartholinitis : tidak

- pembesaran kelenjar skene : tidak

Menurut Sarwono, 1999, adanya hipervaskulonisasi mengakibatkan vagina

dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan, tanda Chadwick. Pada

wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.

Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal).

b. Perineum

Ada atau tidaknya bekas luka episiotomy/robekan/sikatrik

Anus

- Anus: tidak ada hemorrhoid

Menurut Sarwono, 2005, wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi

pelebaran vena haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal

karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus.

Page 17: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Dalam (VT)

Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan pemeriksaan langsung pada

jalan lahir.

Tanggal : jam : oleh :

1. adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum

2. Pembukaan : 1-10 cm (evoluasi tiap 4 jam)

1) Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam

2) Pada multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam

3. penipisan / effacement

4. Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih

5. Presentasi : kepala

6. Denominator : UUK depan

7. adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi ganda)

8. Hodge : I – II

Pemeriksaan lain yang dibutuhkan.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH, DAN KEBUTUHAN

Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada klien

Diagnosa Aktual :

G… PAPIAH, usia kehamilan, tunggal, hidup, letak, intrauterine, kesan jalan lahir normal,

keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I atau kala II.

Masalah : masalah yang muncul berdasarkan hasil pemeriksaan

Kebutuhan : penanganan yang dibutuhkan ibu berdasarkan masalah yang muncul.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan

berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Page 18: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang

dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.

V. RENCANA TINDAKAN

a. Kala I

1. Fase laten

1) Tujuan

Untuk mengetahui batas waktu normal pembukaan 0 sampai 4, normalnya pada

primipara, 12 jam dan pada multipara 8 jam (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

2) Kriteria Hasil

(1) Fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam kontraksi mulai teratur

tetapi lamanya masih diantara 20-40 detik atau lebih dari 40 detik.

(Asuhan Persalinan Normal, 2007)

(2) Keadaan ibu

ku : baik

kesadaran : composmentis

TD : 110/70 – 120/80 mmHg

RR : 16-24 kali per menit

Suhu : 360 – 370C

Nadi : 76-88 x/menit

Pembukaan : 1-4 cm

(3) Keadaan bayi

DJJ normal : 110 x/mnt

Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.

3) Rencana Kala I fase laten

(1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien keluarga

R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.

(2) Jaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan orang tanpa

setahu ibu dan membuka bagian tubuh ibu seperlunya.

R/ Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat proses

persalinan.

Page 19: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

(3) Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi dukungan dan mengajari

ibu untuk menarik nafas panjang saat ada kontraksi.

R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak kaku

dalam menjalani persalinan.

(4) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi-posisi nyaman

R/ Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya vena cavainferior sehingga

memperlancar sirkulasi darah ibu.

(5) Penuhi kebutuhan makan, minum dan support

R/ Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan

nyaman ibu.

(6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama

persalinan sedikitnya 2 jam.

R/ Kandung kemih penuh dapat menghalai penurunan kepala janin.

(7) Sarankan ibu untuk berjalan-jalan di area

R/ Dengan mobilisasi dapat membantu mempercepat penurunan bagian

terendah janin dan mengurangi nyeri dan cemas pada ibu.

(8) Lakukan observasi fase laten di lembar observasi

Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi setiap 30-60 menit,

DJJ setiap 1 jam, kontraksi setiap 1 jam, pembukaan serviks setiap 4 jam,

penurunan setiap 4 jam.

R/ Kemajuan persalinan pada fase laten ditulis dilembar observasi sehingga

diketahui perkembangan kondisi ibu dan janin.

Lembar Observasi Kala I

untuk fase laten maupun aktif perlu diobservasi dalam lembar observasi

Fase aktif bisa langsung di partograf

Tgl / jam HIS Lama DJJ TD Nadi Suhu RR Ket

a. Fase aktif

1) Tujuan

Page 20: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Untuk mengetahui batasan waktu normal pembukaan 4 sampai lengkap.

2) Kriteria hasil

(1) Fase aktif akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam

(primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multigravida) dan terjadi

penurunan bagian terendah janin. (Asuhan Persalinan Normal, 2007)

(2) Keadaan ibu

ku : baik

kesadaran : composmentis

Tekanan Darah : 110/70 – 120/80 mmHg

Respiration Rate : 16-24 kali per menit

Suhu : 360 – 370C

Nadi : 76-88 x/menit

Pembukaan : 4-10 cm

(3) Keadaan bayi

DJJ normal : 110 – 160 x/mnt

Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.

3) Rencana kala I Fase aktif

(1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga

R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.

(2) Jaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan orang tanpa

setahu, membuka seperlunya.

R/ Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat proses

persalinan.

(3) Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi dukungan dan

mengajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada kontraksi.

R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak kaku

dalam menjalani persalinan.

(4) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi yang nyaman

R/ Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya VCI sehingga sirkulasi darah

ibu lancar.

(5) Penuhi kebutuhan makan, minum dan support

Page 21: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

R/ Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan

nyaman ibu.

(6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama

persalinan minimal 2 jam.

R/ Blost penuh menghalagi penurunan kepala janin.

(7) Siapkan portus set dan obat-obatan yang diperlukan.

R/ Kelengkapan dan kesiapan alat-alat persalinan dapat mengurangi

keteledoran yang dapat terjadi.

(8) Observasi fase aktif di partograf

Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi setiap 30-60 menit,

DJJ setiap 30 menit, kontraksi tiap 30 menit, pembukaan serviks setiap 4

jam, penurunan setiap 4 jam.

R/ Dengan menggunakan partograf, kemajuan persalinan dapat diketahui

sesegera mungkin serta menghindari adanya keterlambatan merujuk.

(9) Libatkan keluarga atau suami dalam proses persalinan

R/ Asuhan sayang ibu dalam melibatkan keluarga dapat memberikan rasa

aman dan nyaman sehingga persalinan lancar.

(10) Apabila pembukaan lengkap dan tanda gejala kala II muncul sediakan alat,

keluarga dan diri, kemudian segera pmpin persalinan.

R/ Pimpinan persalinan yang benar akan mempercepat proses persalinan dan

mengurangi komplikasi yang terjadi.

b. Kala II

1. Tujuan

Proses dimulai dari mengejan pada pembukaan lengkap sampai baik lahir tidak

boleh lebih dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi).

2.Kriteria Hasil

Lama persalinan kurang dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi). Bayi lahir spontan

belakang kepala, keadaan ibu dan bayi baik.

1) Keadaan ibu

TTV = TD : 110/60 – 140/90 mmHg RR : 16-24 x/menit

Page 22: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

S : 360C– 370C

N : 55-90 reguler/mnt

Kontraksi : his adekuat (+ 3 x dalam 10 menit) lama 40-60 detik.

2) Keadaan janin

AS = 7-10

APGAR SCORE

No Kategori 1 menit 5 menit

1 Frekuensi jantung

2 Pernafasan

3 Warna kulit

4 Tonus otot

5 Reflek terhadap rangsangan

(1)Bunyi jantung > 100 x/menit

(2)Usaha bernafas spontan dan menangis 30 detik setelah lahir

(3)Warna seluruh badan merah muda.

(4)Tonus otot pergerakan aktif

(5)Reflek moro baik, reflek menghisap baik

3. Rencana Kala II

1) Jelaskan hasil periksaan kepada ibu.

R/ Informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan.

2) Pimpin persalinan saat ada his, maksimal selama 2 jam pembukaan

lengkap

R/ Pada primipara kala II harus berlangsung maksimal 2 jam.

3) Berikan dukungan dan dampingi ibu

R/ Dengan dukungan dan pendamping, ibu merasa lebih aman dan nyaman

sehingga mempercepat persalinan.

4) Berikan ibu minum manis/asupan diantara 2 his

R/ Menegah dehidrasi, dan memberikan tambahan energi

Page 23: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

5) Anjurkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisien, mengikuti dorongan

alamiah

R/ Cara meneran yang baik memperlancar proses persalinan

6) Anjurkan pada ibu posisi yang nyaman untuk meneran

R/ Posisi yang nyaman dan benar dapat memperlancar proses persalinan

7) Anjurkan ibu untuk beristirahat / relaksasi sat tidak ada his

R/ Dengan teknik relaksasi yang benar dapat menghemat tenaga ibu

8) Observasi kondisi ibu dan bayi, dan dokumentasikan hasilnya dalam lembar

observasi.

R/ Dengan lembar observasi, dapat diketahui kapan pembukaan lengkap dan

bayi lahir serta tindakan yang dilakukan termasuk penilaian terhadap BBL.

Lembar Observasi Kala II

Tgl/ jam Keterangan

4. Langkah – langkah memimpin persalinan

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

3. Pakai celemek plastik

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa

dalam.

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai

sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik).

Page 24: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air

DTT.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan

rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci

kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10. Periksa DJJ setelah kontraksi, saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa

DJJ dalam batas normal (120-160x/ menit).

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan

bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya.

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin

meneran dan terjadi kontaksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk

atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran:

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala

bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.

Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau

bernapas cepat dan dangkal.

Page 25: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala

ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arcus pubis dan

kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari

dan jari-jari lainnya).

25. Lakukan penilaian (selintas) pada bayi

26. Keringkan tubuh bayi

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

(hamil tunggal).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3

paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan

oksitosin).

30. Setelah dua menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan jepit kembali

tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk

mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

Page 26: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan

yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-

hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tegangan dorso kranial).

38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput

ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau

tempat khusus.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi/ robekan pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam.

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri salep mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuscular dip aha kiri

anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B

dipaha kanan anterolateral.

46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

47. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

Page 27: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1

jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.

50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60

kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50C)

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,

lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

54. Pastikan ibu dalam kondisi yang nyaman.

55. Dekontaminasikan alat yang terkontaminasi setelah membersihkan ibu.

56. Celupkan sarung tangan dan lepas dalam posisi terbalik.

57. Mencuci semua peralatan yang telah didekontaminasi, kemudian

mengeringkan untuk kemudian di sterilisasi.

58. Mencatat hasil observasi dan asuhan yang diberikan dalam partograf.

c. Kala III

1.Tujuan

Untuk menghasilkan kontraksi yang efektif saat placenta lahir, sehingga dapat

memperpendek waktu pada kala III dan mengurangi perdarahan dalam waktu 30

menit.

2. Kriteria hasil

1) Plasenta lahir lengkap tidak lebih dari 30 menit

2) Kontraksi uterus baik, keras (glabuler)

3) Jumlah perdarahan < 500 cc

4)TTV : N : Normal : 80-110 x/menit

S : Normal : 360-370C

RR : Normal : 16-24 x/menit

TD : Normal : 110/70 – 140/90 mmHg

Page 28: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

3.Rencana kala III

Lakukan manajemen aktif kala III meliputi :

Berikan oksitosin 10 IU IM 2 menit setelah bayi lahir. Lakukan penegangan tali

pusat terkendali.

1) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit apda waktu kala II pada tali pusat kira-

kira 5-10 cm dan vulva.

2) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat di atas tulang pubis, ini

bertujuan untuk meraba kontraksi uterus. Menahan uterus pada saat PTT.

Setelah ada kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat lalu tangan kiri menekan

korpus uteri ke arah dorso kranial. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari

inversion uteri.

3) Bila placenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi kuat kira-kira 2-3 menit.

4) Pada saat uterus berkontraksi, uterus mulai menjadi bulat dan tali pusat

bertambah panjang, tegangkan kembali tali pusat kearah bawah dengan hati-hati

bersamaan dengan itu lakukan penekanan uterus ke arah dorsokra niat hingga

plasenta lepas dari implantasinya.

5) Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran sedikit dan tangan kanan

menarik tali pusat ke arah bawah. Kemudian ke atas hingga plasenta tampak

pada vulva kira-kira separuh, kemudian pegang dengan kedua tangan dan

lakukan putaran searah jarum jam sehingga selaput plasenta terpilih.

6) Tangan kanan memeriksa plasenta dan tangan kiri memasase perut ibu.

7) Setelah plasenta lahir, memeriksa kontraksi uterus

8) Lakukan penjahitan apabila terdapat robekan jalan lahir

9) Masase perut ibu dan ajarkan ibu serta keluarga teknik masase.

10) Mengukur darah yang dikeluarkan dan bersihkan ibu.

11)Buang alat-alat bekas pakai dan masukkan dalam larutan klorin 0,5 %

12) Bereskan alat-alat kedalam tempat yang disediakan

13) Dokumentasikan semua hasil yang ditemukan dalam lembar observasi. Hal ini

untuk mengetahui lamanya kala uri dan keadaan plasenta serta tindakan yang

dilakukan

Page 29: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Lembar Observasi Kala III

Tgl / jam Keterangan

d. Kala IV

1. Tujuan

Setelah 2 jam post partum tidak terjadi komplikasi.

2. Kriteria Hasil

1) Perdarahan < 500 cc

2) Kontraksi keras

3) TFU 1-2 jari dibawah pusat

4) TTV : N : 76-80 x/menit

T : 360-370C

RR : 16-24 x/menit

TD : 110/70 – 140/90 mmHg

3. Rencana Kala IV

1) Lanjutkan observasi kontraksi uterus dan pendarahan

(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama persalinan

(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama persalinan

(3) Setiap 30 menit pada 1 jam kedua persalinan

(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang

sesuai untuk penatalaksanaan karena atonia uteri.

R/ Dua jam pertama merupakan saat-saat yang memerlukan perhatian khusus

sehubungan dengan adanya komplikasi kala III.

2) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.

R/ Vulva hygiene dan personal hygiene bagi ibu.

3) Periksa tekanan darah, suhu, nadi dan kandung kemih

Page 30: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

R/ Untuk mengetahui perkembangan kondisi ibu dan memastikan tidak terjadi

komplikasi atau resiko potensial komplikasi.

4) Masase perut ibu dan anjurkan keluarga tentang teknik masasse

R/ Pemantauan terhadap kontraksi uterus diperlukan untuk menghindari

bahaya komplikasi dan waspada kemungkinan atonia.

5) Mengukur darah keseluruhan yang dikeluarkan

R/ Pengeluaran darah > 500-600 cc tanda terjadi HPP

6) Ajarkan ibu cara menyusui anaknya

R/ Kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah persalinan.

7) Berikan makanan dan minuman pada ibu

R/ Mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah

persalinan.

8) Ajarkan ibu untuk mobilisasi dini di tempat tidur seperti miring l ke kanan

dan ke kiri

R/ Mobilisasi penting untuk mempercepat penyembuhan luka pasca

persalinan dan mencegah trombosis vena.

9) Dokumentasikan semua hasil yang ditemukan (khususnya dalam 2 jam PP)

dalam lembar balik partograf.

R/ Hal ini untuk mengetahui hasil pemantauan keadaan ibu setelah bersalin

Lembar Observasi Kala IV

Jam

ke

Wakt

u

TD

(mmHg)

N

(x/mnt

)

Suhu

(0C)TFU

Kontraksi

Uterus

Kandung

KemihPerdarahan

I

II

Page 31: Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal