24

Click here to load reader

Konsep Dasar Analisis

  • Upload
    vq19

  • View
    174

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep Dasar Analisis

WHO. Konsep Dasar Analisis Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio)

Keterbatasan anggaran pemerintah merupakan hal yang umum ditemui. Di sisi lain, pemerintah

dihadapkan pada berbagai alternatif program yang akan dilaksanakan. Hal tersebut

menyebabkan pemerintah harus jeli dalam menentukan program yang diprioritaskan. Pemilihan

prioritas suatu proyek tidak mudah. Dalam memutuskan kelayakan suatu proyek yang

berhubungan dengan sektor publik, pemerintah dihadapkan pada banyak pertimbangan dan

permasalahan. Dalam hal ini, prioritas yang dipilih harus mempertimbangkan kepentingan publik

atau masyarakat umum.

Terkait dengan proses pengambilan keputusan mengenai kelayakan suatu proyek atau program,

pemerintah memerlukan suatu alat analisis yang mampu digunakan dalam meminimalkan

kesalahan dalam pemilihan keputusan. Salah satu analisis yang dapat digunakan sebagai alat

untuk memilih program yang layak diprioritaskan adalah dengan menggunakan analisis

Benefit Cost Ratio (BCR) atau disebut juga analisis manfaat dan biaya.

WHAT. Pengertian Analisis Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio)

Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran

keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini

memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Dalam

analisis benefit dan cost perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum

menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan dengan makna tekstualnya

yaitubenefit cost (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat

keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan

dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor

dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam

pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan

dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan.

Dibandingkan penerapannya dalam bidang investasi, penerapan Benefit Cost Ratio (BCR) telah

banyak mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan analisis BCR antara lain yaitu

penerapannya dalam bidang pengembangan ekonomi daerah. Dalam bidang pengembangan

ekonomi daerah, analisis ini umum digunakan pemerintah daerah untuk menentukan kelayakan

Page 2: Konsep Dasar Analisis

pengembangan suatu proyek. Relatif berbeda dengan penerapan BCR di bidang investasi, penerapan

BCR dalam proses pemilihan suatu proyek terkait upaya pengembangan ekonomi daerah relatif lebih

sulit. Hal ini dikarenakan aplikasi BCR dalam sektor publik harus mempertimbangkan beberapa aspek

terkait social benefit (social welfare function) dan lingkungan serta tak kalah penting adalah faktor

efisiensi. Faktor efisiensi mutlak menjadi perhatian menimbang terbatasnya dana dankemampuan

pemerintah daerah sendiri. Secara terinci aspek-aspek tersebut juga mempertimbangkan dampak

penerapan suatu program dalam masyarakat baik secara langsung (direct impact) maupun tidak

langsung (indirect impact) faktor eksternalitas, ketidakpastian (uncertainty), risiko (risk) serta shadow

price. Terkait perhitungan risiko dan ketidakpastian, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan asuransi

dan melakukan lindung nilai (hedging).

Efisiensi ekonomi merupakan kontribusi murni suatu program dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Sehingga yang menjadi perhatian utama dalam penerapan BCR dalam suatu proyek

pemerintah yang berkaitan dengan sektor publik adalah redistribusi sumber daya.

Manfaat Analisis Benefit Cost Ratio

Terkait dengan penerapan BCR dalam perekonomian suatu daerah, maka sesuai dengan

pedoman penyusunan anggaran berbasis kinerja, pemerintah harus menentukan target kinerja.

Target tersebut ditetapkan berdasarkan prioritas tertentu. Dalam hal ini, BCR tidak hanya

membantu pengambil kebijakan untuk memilih alternatif terbaik dari pilihan yang ada, yang dalam

hal ini pemilihan alternatif terbaik dilakukan berdasarkan alasan perbandingan antara life cycle’s

benefit dengan biaya yang dikeluarkan, melainkan juga dapat membandingkan alternatif-alternatif

tersebut.

Analisis BCR masih dapat diterapkan ketika suatu proyek telah diputuskan untuk dilakukan, sehingga

manfaat yang kedua dari dilakukannya analisis BCR adalah dapat mengontrol perkembangan dari proyek

yang bersangkutan pada tahun-tahun ke depan. Manfaat ketiga dari penerapan BCR adalah BCR dapat

digunakan untuk evaluasi suatu proyek yang telah selesai dikerjakan. Tujuan dilakukannya evaluasi ini

adalah untuk mengetahui kinerja suatu proyek dan hasil analisis yang telah dilakukan dapat digunakan

untuk perbaikan program yang selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis ini, pemerintah dapat

menentukan pilihan yang tepat dan anggaran dapat dialokasikan secara efektif. Pemilihan alternatif dan

penentuan prioritas ini berkontribusi pada pencapaian anggaran berbasis kinerja, yang merupakan salah

satu pilar reformasi anggaran.

Page 3: Konsep Dasar Analisis

Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa landasan utama penetapan suatu proyek dalam

kapasitas pengembangan daerah tidak mutlak hanya dilakukan berdasarkan variable manfaat dan biaya.

Dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah, analisis utama yang harus dikedepankan oleh

pemerintah daerah adalah sejauh mana kontribusi suatu proyek dalam komunitas dan ekonomi lokal

suatu wilayah.

Secara umum, BCR dapat membantu penggunanya untuk:

1. membantu dalam proses pengambilan keputusan,

2. menambah alternatif atau pilihan, dan

3. mengurangi biaya alternatif yang tidak efektif.

Penerapan Analisis Benefit Cost Ratio

Salah satu pengembangan dari model BCR di Indonesia adalah metode Analisis Kelayakan Suatu Proyek.

Metode ini umum digunakan dalam penilaian kelayakan suatu proyek. Analisis ini merupakan suatu

analisis yang dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh terhadap suatu kelayakan proyek yang

mencakup analisis dari berbagai aspek yang harus dilakukan secara terpadu. Pada prinsipnya analisis ini

mencakup analisis aspek pemasaran, analisis aspek keuangan, analisis aspek teknis dan operasi, analisis

aspek sumber daya manusia, analisis aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta analisis dampak

lingkungan. Keseluruhan aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam metode Analisis Kelayakan

Proyek dapat dilihat pada

Gambar 1, Hirarki untuk Penilaian Kelayakan Proyek Investasi.

Gambar 1

Hirarki Penilaian Kelayakan Proyek Investasi

Sumber: Joesron, Tati S (2001).

Dalam Gambar 1 tersebut, analisis aspek pemasaran merupakan kunci utama dalam dalam menentukan

kelayakan suatu proyek. Pemahaman terhadap pasar menurut Kottler diawali dengan identifikasi produk

yang akan dipasarkan dan seberapa besar produk ini dibutuhkan oleh konsumen. Salah satu persyaratan

Page 4: Konsep Dasar Analisis

suatu proyek yang layak adalah keharusan dalam memiliki prospek penguasaan pangsa pasar yang baik.

Namun tidak cukup hanya itu, penting juga untuk menganalisis kesinambungan performansi penguasaan

pasar di masa depan. Hal inilah harus dipersiapkan dalam penyusunan business plan dan road map

proyek.

Analisis kedua yang harus dilakukan adalah analisis finansial. Dalam analisis ini dilakukan pengukuran

kelayakan suatu proyek secara finansial dimulai dari estimasi biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari

proyek tersebut. Estimasi biaya menurut Petty. J.W. mencakup:

1. Estimasi biaya investasi awal

Estimasi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang pasti mengenai keseluruhan biaya yang

dibutuhkan. Keseluruhan biaya ini meliputi biaya perolehan ijin usaha, biaya peralatan, biaya instalasi,

biaya engineering, biaya pelatihan, biaya pembelian tanah dan biaya lain yang dikeluarkan pada awal

investasi dilakukan.

2. Estimasi biaya operasi

Terdapat tiga macam biaya operasi.

Pertama, biaya langsung, yaitu segala biaya yang mempunyai keterkaitan langsung dengan proses

produksi mencakup biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

Kedua, biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi. Biaya ini

mencakup biaya bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung dan berbagai biaya tak langsung

lainnya.

Ketiga, biaya komersial. Biaya komersial adalah biaya yang mencakup biaya pemasaran dan biaya

administrasi.

3. Estimasi pendapatan

Biaya pendapatan dapat diestimasi dengan menggunakan proyeksi pendapatan yang akan diperoleh per

tahun. Estimasi per tahun dilakukan untuk mempermudah perhitungan sehingga estimasi yang

dilakukan cenderung lebih tepat. Perlu dicatat bahwa estimasi pendapatan ini dilakukan berdasarkan

cash flow yaitu aliran kas yang akan dihasilkan oleh suatu proyek. Dasar evaluasi adalah menggunakan

cash flow dan bukan menggunakan pendapatan. Hal ini dilakukan karena perhitungan dividen maupun

reinvestasi yang akan dilakukan adalah menggunakan kas dan bukan menggunakan pendapatan.

Terdapat dua indikator finansial yang umum digunakan untuk menilai sehat atau tidaknya suatu proyek

secara finansial. Indikator-indikator ini juga biasa digunakan dalam perhitungan analisis benefit cost

(atau analisis benefit cost ratio). Indikator-indikator tersebut antara lain:

Page 5: Konsep Dasar Analisis

1. Internal Rate of Return (IRR)

IRR (Tingkat Pengembalian Internal) didefinisikan sebagai tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan

suatu proyek yang diukur dengan membandingkan cash flow yang dihasilkan proyek dengan investasi

yang dikeluarkan untuk proyek tersebut. Untuk dapat digunakan sebagai analisis pembanding dalam

keputusan investasi maka nilai IRR harus dibandingkan dengan nilai perhitungan Minimal Attractive Rate

of Return (MARR). MARR merupakan suatu tingkat pengembalian tertentu yang diperoleh relatif tanpa

risiko misalnya dengan membandingkan tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan melalui

deposito.

2. Net Present Value (NPV)

NPV didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara

cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV yang dianggap layak adalah NPV

yang bernilai positif. NPV bernilai positif mengindikasikan cash flow yang dihasilkan melebihi jumlah

yang diinvestasikan. Perhitungan NPV dapat diketahui sebagai berikut.

3. Payback Period

Payback Period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar cash flow yang dihasilkan sama besar

dengan investasi yang dikeluarkan. Terkait dengan hal ini, semakin singkat payback period suatu

investasi menunjukkan investasi tersebut lebih disukai oleh investor. Dalam melakukan analisis baik

dengan menggunakan IRR maupun NPV, terdapat dua factor yang perlu diperhatikan, yaitu periode

evaluasi dan konsep nilai uang terhadap waktu (time value of money). Dalam periode evaluasi, periode

yang dipergunakan untuk melakukan evaluasi secara finansial diestimasikan berdasarkan faktor

tertentu, misalnya usia kepemilikan (ownership life)

.

Sementara itu, dalam konsep Time value of money, uang didefinisikan mempunyai nilai terhadap waktu

dan besaran nilai tersebut sangat tergantung pada saat kapan uang tersebut diterima. Konsep ini

mengandung implikasi bahwa nilai uang sekarang tidak sama dengan nilai uang yang sama pada masa

lalu maupun masa yang akan datang. Suatu proyek yang dapat dikatakan layak secara teknis dan operasi

harus memperhitungakan kelayakan dari beberapa aspek operasional.

Menurut Heizer. J dan Render terdapat enam aspek yang merupakan aspek operasional suatu proyek.

Keenam aspek operasional tersebut antara lain adalah perencanaan produk, perencanaan kapasitas,

perencanaan proses dan fasilitas produksi, perencanaan lokasi, perencanaan persediaan, dan

perencanaan kualitas.

Page 6: Konsep Dasar Analisis

Dalam perencanaan lokasi, pemilihan lokasi ditentukan oleh tiga faktor antara lain adalah aspek

sumber faktor produksi (akses terhadap sumber faktor produksi berupa bahan baku, sumber daya

manusia, tanah, modal dan infrastruktur), aspek produk dan aspek lingkungan. Terkait dengan analisis

kelayakan suatu proyek dalam sektor publik, selain menekankan pada analisis aspek keuangan atau

finansial, analisis BCR juga menekankan pada analisis ekonomi dan sosial serta lingkungan. Hal ini

disebabkan penerapan BCR dalam pengembangan ekonomi wilayah (sektor publik) tidak dapat lepas

dari berbagai pertimbangan dengan memasukkan berbagai variabel kualitatif selain variabel kuantitatif.

Salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan sektor publik adalah proporsi kontribusi sektor

tersebut dalam masyarakat. Aspek sosial yang berkaitan dengan penerapan BCR dalam sektor publik ini

harus mempertimbangkan kriteria Social Cost and Benefit Analysis SCBA). Analisis ini memperhatikan

eksternalitas, yaitu dampak eksternal yang ditimbulkan baik yang menguntungkan atau merugikan bagi

perekonomian daerah sekitar proyek), distribus penghasilan masyarakat, peningkatan saving yang

diharapkan untuk meningkatkan investasi, maupun pertimbangan manfaat pada masyarakat. Aspek

sosial ekonomi penting dilakukan agar pada masa depan suatu proyek investasi tidak membebani

daerah tersebut.

Analisis ekonomi ini, menurut Suad Husnan dan Suwarsono, harus dilakukan mengingat adanya

ketidaksempurnaan pasar, adanya pajak dan subsidi, dan berlakunya konsep consumers surplus

(berkaitan erat dengan konsep consumers willingness to pay yang berguna untuk menghitung harga

yang relevan dengan kemampuan konsumen) dan producers surplus (berkaitan erat dengan konsep

producers willingness to invest yang berguna untuk menghitung biaya yang akan diinvestasikan). Pada

hakikatnya kegiatan pembangunan adalah upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Namun, dampak negatif seringkali timbul dan

memberikan akibat hal-hal yang tidak diinginkan dimana kegiatan itu dilaksanakan, baik terhadap

lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.

Pada aspek lingkungan, analisis dampak lingkungan mencakup jumlah manusia yang terkena dampak,

luas wilayah penyebaran dampak, lamanya dampak berlangsung, dan intensitas dampak. Kelayakan

proyek sangat ditentukan oleh seberapa besar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan sampai

dengan batas toleransinya. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan upaya ini harus diperhitungkan

dalam evaluasi risiko proyek investasi.

Tahapan Penetapan BCR Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum menganalisis BCR.

Page 7: Konsep Dasar Analisis

1. Jenis proyek

Dalam meningkatkan pendapatan daerahnya berbagai macam proyek pengembangan usaha unggulan

dicanangkan oleh pemerintah daerah. Proyek pengembangan daerah tersebut dapat berbagai macam

jenis dan bidang yang berbeda. Jenis proyek sangat menentukan dalam penentuan variabel-variabel

yang akan digunakan dalam perhitungan BCR. Variabel yang digunakan dalam proyek yang menghasilkan

keuntungan atau pendapatan daerah cenderung berbeda dengan variabel yang digunakan dalam proyek

untuk mendukung perekonomian masyarakat.

2. Estimasi biaya proyek

Terdapat tiga macam biaya proyek yang dimasukkan dalam perhitungan.

pertama, biaya keseluruhan proyek (project cost) dalam hal ini adalah biaya keuangan atau finansial

Biaya ini meliputi biaya tetap ( fixed cost ), biaya variabel (variabel cost ), pajak (taxes ), pengembalian

pinjaman (loan repayment ), biaya bunga (interest ). Terkait dengan perhitungan biaya proyek, untuk

mempermudah perhitungan maka sunken cost tidak dimasukkan dalam perhitungan project cost.

sunken cost adalah biaya yang telah dikeluarkan untuk proyek yang bersangkutan sebelum dilakukannya

analisis BCR.

Kedua, biaya ekonomi dalam masyarakat (economic cost to the community). Jenis biaya yang kedua

tersebut cenderung sulit untuk dilakukan karena memasukkan keseluruhan variabel yang

mempengaruhi masyarakat akibat dari hadirnya (dilakukannya) proyek tersebut di wilayah yang

bersangkutan.

3. Estimasi keuntungan

Estimasi ini dilakukan per tahun sepanjang proyek terkait masih berlangsung. Perhitungan keuntungan

ini memasukkan revenue per tahun dan serta manfaat proyek tersebut dalam masyarakat. Estimasi

keuntungan yang memasukkan biaya kesejahteraan masyarakat sulit dilakukan karena harus

memperhatikan banyak faktor lain. Faktor-faktor yang mempersulit perhitungan ini antara lain dapat

dilihat pada Tabel 1. Untuk mempermudah perhitungan estimasi keuntungan maka diterapkan

perhitungan shadow pricing.

Dari Tabel 1 dapat dilihat beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai proksi perhitungan dampak

suatu proyek dalam masyarakat. Variabel yang dapat digunakan sebagai proksi untuk mengetahui

tampak langsung suatu proyek antara lain adalah variable tenaga kerja, pendapatan atau gaji tenaga

kerja serta pemanfaatan lahan disekitar lokasi proyek. Sementara variabel proksi yang dapat digunakan

untuk mengetahui dampak tidak langsung suatu proyek antara lain efek multiplier dapa tenaga kerja,

Page 8: Konsep Dasar Analisis

peningkatan nilai properti serta biaya sosial lainnya. Sementara variabel dampak tidak langsung

cenderung lebih banyak dibanding dampak langsung.

Tabel 1

Perhitungan Dampak suatu Proyek

i: Tingkat diskonto (suku bunga)

Sebelum menggunakan BCR dalam analisis , pemerintah sebelumnya harus mengidentifikasi

alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan. Setelah alternatif-alternatif tersebut diidentifikasi,

langkah selanjutnya menghitung kebutuhan (biaya) dan keuntungan yang akan diperoleh dari

masing-masing pilihan. Dalam hal ini, pengambil keputusan dapat menghitung biaya yang

dikeluarkan untuk melaksanakan masing-masing pilihan dari tahap awal sampai pilihan

tersebut menghasilkan keuntungan. Di luar perhitungan ekonomis yang dilakukan, pengambil

keputusan harus memperhitungkan biaya sosial dan eksternalitas yang muncul dari masing-

masing pilihan.

Setelah melakukan perhitungan di atas, pengambil keputusan akan mengurutkan pilihan tersebut

dengan membuat pemeringkatan. Pemeringkatan ini dibuat dengan menggunakan perhitungan Net

Present Value (nilai waktu sekarang) dan Interest Rate of Return (tingkat pengembalian bunga). Selain

mengetahui perhitungan BCR, pengambil keputusan juga perlu mengetahui prinsip perhitungan Net

Present Value (NPV) atau nilai uang sekarang. Perhitungan BCR dengan menggunakan nilai waktu

sekarang akan mempermudah pengambil keputusan untuk menentukan pilihan mana yang akan

diprioritaskan. Untuk mempermudah pemahaman terhadap penjelasan tersebut, berikut disajikan

contoh perhitungannya.

Tabel 2

Contoh Perhitungan Benefit Cost Ratio

Dengan demikian, proyek tersebut layak di pilih.

Pada perhitungan baik BCR maupun NPV, diperlukan variabel tingkat diskonto. Penentuan tingkat

diskonto ini merupakan hal yang sangat menentukan akurasi hasil analisis. Tingkat diskonto harus dapat

mencerminkan biaya oportunitas penggunaan dana. Penentuan tingkat diskonto mengacu pada tingkat

bunga tabungan, deposito, atau bunga pinjaman bank. Tidak ada perbedaan antara tingkat diskonto

yang digunakan oleh pemerintah dan swasta.

Page 9: Konsep Dasar Analisis

Hal ini mengingat aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah juga harus mencerminkan biaya

penggunaan dana oleh sektor swasta.

B. Maksimalisasi

Benefit – Cost

Maximize Benefit – Cost

kendala:

a) Fungsi Produksi antara input dan output

b) Anggaran

c) Lainnya

Asumsi yang digunakan dalam metoda maksimalisasi benefit – cost ini adalah proyek dinyatakan baik

dan layak operasi bila benefit yang dihasilkan melebihicost yang harus ditanggung. Rumus umum yang

dapat digunakan adalah

Max TB-TC s.t

constraint of production function )

Kelebihan Benefit Cost Ratio

BCR merupakan alat analisis yang sederhana, sehingga memudahkan pengambil keputusan dalam

menentukan prioritas. Selain itu BCR juga sangat membantu pengambil keputusan dalam mengurutkan

prioritas pilihan. Penentuan prioritas ini tentu saja akan meningkatkan efektifitas penggunaan anggaran.

Apabila BCR atau alat lain tidak dimanfaatkan oleh pengambil keputusan, terdapat kemungkinan bahwa

pengambil keputusan tersebut telah membuang waktu, tenaga dan biaya untuk pilihan program yang

kurang esensial untuk dilakukan pada waktu tertentu. Sebaliknya, penggunaan BCR dapat menjadi alat

untuk membandingkan pilihan-pilihan yang tidak seragam dalam kerangka waktunya. Dalam laporan

RPJMD tahun 2004 menyebutkan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam

rangka meningkatkan kemitraan pemerintah-swasta, namun tidak semua jenis prasarana dan sarana

dapat dilakukan kerja sama, ada bagian-bagian tertentu yang memungkinkan dapat dilakukan. Pada

kenyataannya, calon investor umumnya menilai kriteria financial atau ekonomi, seperti Benefit Cost

ratio (BCR), Net Persent Value (NPV),Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back Period . Untuk

menunjang hal tersebut maka aparat pemerintahd aerah harus mampu meningkatkan kapabilitasnya

agar mampu menjalin kemitraan denganberbagai pihak di bidang penyediaan pelayanan jasa bagi

masyarakat.

Page 10: Konsep Dasar Analisis

Kekurangan Benefit Cost Ratio

Mengingat BCR menggunakan pendekatan peramalan nilai waktu uang, metode ini memiliki masalah

dalam hal akurasi. Peramalan biaya dan keuntungan tidak selamanya mendekati nilai riil pada saat yang

ditentukan. Selisih antara nilai prakiraan dan nilai riil dapat positif, dan sebaliknya negatif. Meskipun

demikian, ketidaksesuaian ini terkadang disebut sebagai risiko yang harus dihadapi oleh pengambil

keputusan. Meskipun pada bagian sebelumnya telah disebutkan biaya yang perlu dimasukkan ke dalam

analisis BCR, pada praktiknya pengambil keputusan seringkali mengalami kesulitan untuk

mengidentifikasi pos biaya yang akan dianalisis. Hal ini tentu saja mempengaruhi akurasi hasil BCR.

Terdapat beberapa sektor publik yang sulit dilakukan penerapan BCR dalam studi kelayakan proyek.

Proyek publik tersebut antara lain adalah air minum, jalan, kesehatan, pendidikan dan pertahanan

keamanan. Analisis BCR akan sangat sulit dilakukan dalam proyek-proyek tersebut dikarenakan

banyaknya pertimbangan dan kepentingan di dalamnya. Dalam penggunaan BCR, aspek ketidakpastian

menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk menyiasati ketidakpastian ini, pengambil keputusan

dapat menggunakan salah satu dari tiga metode di bawah ini:

1. Analisis nilai yang diekspektasi (expected value analysis )

Metode ini digunakan untuk melihat kemungkinan besarnya nilai variabel tertentu. Sebagai contoh

biaya listrik per kilowat/jam saat ini adalah Rp1.000. Selama 20 tahun ke depan, kemungkinan harganya

tetap adalah 50 persen, sedangkan kemungkinan biayanya akan turun menjadi Rp700 adalah 25 persen.

Sementara itu, kemungkinan biaya listrik naik menjadi Rp1.500 adalah 75 persen. Berdasarkan

kemungkinan-kemungkinan tersebut, maka ekspektasi biaya listrik dalam 20 tahun ke depan adalah:

L(Harga Ekspektasi) = (0.5)(1000) + (0.25)(700) + (0.75)(1500)

= 500 + 175 + 1125

= 1.800

Dengan demikian, ekspektasi biaya listrik dalam 20 tahun mendatang adalah Rp1.800

per kilowat/jam.

2. Analisis sensitifitas (sensitivity analysis )

Analisis sensitifitas adalah metode yang menganalisis ketidakpastian dengan mengganti variabel input

dan melihat sensitifitas perubahannya. Dalam analisis BCR, analisis sensitifitas dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa tingkat diskonto. Variasi nilai BCR yang dihasilkan dapat menjadi rambu-rambu

bagi pengambil keputusan untuk memilih alternatif mana yang akan diprioritaskan. Dalam

Page 11: Konsep Dasar Analisis

memvariasikan perubahan variabel input ini, pengambil keputusan dapat memilih untuk menggunakan

skenario optimis dan sebaliknya, skenario pesimis. Pilihan lain yang dapat diambil adalah mengambil

nilai tengah dari kedua skenario tersebut.

3. Evaluasi pilihan (evaluating “option” )

Evaluasi pilihan ini pada dasarnya lebih mengarah pada langkah mencari alternatif lain selain pilihan

yang telah ada. Terdapat dua tipe analisis, yaitu sequential decision analysis dan irreversible investment

theory .

Pendekatan pertama adalah dengan membagi proses pelaksanaan program ke dalam beberapa

urutan/tahap, misalnya tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pos-pelaksanaan. Dengan

demikian, perhitungan manfaat dan biaya dalam BCR dilakukan untuk setiap tahap program yang

ditentukan. Hasil BCR dengan menggunakan metode ini tentu saja menjadi lebih detil. Sementara itu

untuk pendekatan irreversible investment theory lebih memperhitungkan apakah suatu program benar-

benar akan dilaksanakan atau tidak. Pengambil keputusan dapat melihat apakah dana yang disiapkan

sebaiknya diinvestasikan sekarang atau tidak.

Contoh Penerapan Benefit Cost Ratio Analysis Dalam kerangka keuangan daerah, BCR dapat digunakan

untuk menganalisis pilihan investasi pemerintah yang menjanjikan. Selain itu analisis BCR juga

membantu pemerintah dalam mengevaluasi pengeluaran pemerintah.

Contoh Penggunaan Analisis BCR

Sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah, Pemerintah Daerah Kediri berencana untuk membangun

beberapa fasilitas publik, antara lain pembangunan pasar dan terminal. Dalam sepuluh tahun ke depan,

diharapkan ketiga fasilitas publik tersebut dapat terealisasi.

A. Pembangunan pasar

Tujuan:

Pembangunan pasar ditujukan untuk membantu pedagang kecil dalam berusaha. Dengan lokalisasi ini

tidak hanya pedagang yang dipermudah, melainkan juga konsumen pasar. Bagi pemerintah,

pembangunan pasar berpotensi mendatangkan penerimaan, khususnya dari pos retribusi.

Pembangunan pasar ini diperkirakan memakan waktu tiga tahun dengan biaya sebesar Rp400 juta.

Penerimaan sewa dan retribusi baru akan diterima oleh pemerintah dalam empat tahun mendatang.

Page 12: Konsep Dasar Analisis

Besarnya penerimaan per tahun diasumsikan sebesar Rp50 juta. Sementara itu pasar diperkirakan akan

dapat berfungsi dengan baik selama 15 tahun. Saat ini, tingkat bunga tabungan masyarakat nasional

sebesar 10 persen pertahun, tabungan masyarakat di Kediri sebesar 11 persen, dan tingkat bunga

deposito mencapai 13 persen per tahun. Berdasarkan ilustrasi singkat di atas, perhitungan BCR dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Pilih tingkat diskonto yang akan digunakan (misalnya 10 persen)

2. Masukkan data ke dalam excel dengan cara seperti terlihat dalam Gambar 3 berikut.

Gambar 3

Memasukkan Data ke D

3. Buatlah rumus dalam excel untuk menghitung tingkat diskonto

Gambar 4

Menentukan Tingkat Diskonto

Tuliskan dalam kolom tingkat diskonto: =(1+10%)^0. Rumus tersebut dapat dibaca “satu ditambah

sepuluh persen dipangkatkan dengan nol.” Pangkat ini akan berubah sesuai dengan tahun yang dihitung.

4. Menghitung nilai sekarang untuk total biaya dan manfaat.

Total biaya yang dikeluarkan merupakan hasil penjumlahan kolom modal (K) dan biaya (C). Jumlah biaya

tersebut kemudian dihitung berdasarkan nilai waktu sekarang. Rumus yang digunakan adalah:

Total C = (K

t

+C

t

)/(1+i)

t

Demikian pula dengan perhitungan manfaat dapat diperoleh dari rumus:

Total B = B

t

/(1+i)

t

Dengan memasukkan rumus tersebut dalam excel, maka didapatkan perhitungan

Page 13: Konsep Dasar Analisis

sebagaimana terdapat dalam Gambar 5.

124

Gambar 5

Perhitungan Benefit Cost Ratio

Pembangunan Pasar

Hasil perhitungan BCR dengan rumus yang terdapat pada bagian sebelumnya, diketahui

bahwa jumlah keuntungan yang diterima sebesar 294, sedangkan jumlah biaya yang

dikeluarkan sebesar 281. Dengan angka tersebut, nilai BCR didapatkan dari pembagian

294 oleh 281 dan menghasilkan rasio sebesar 1,039. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

kegiatan tersebut layak untuk dilakukan.

B. Pembangunan terminal

Tujuan

Pembangunan terminal ditujukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas akibat kurang

teraturnya pemberhentian kendaraan umum. Selain itu, kendaraan umum yang berhenti

di sembarang tempat juga memperburuk kualitas udara. Manfaat pembangunan terminal

juga meliputi penerimaan retribusi bagi pemerintah, baik yang berasal dari kendaraan

yang masuk maupun pedagang yang berusaha di dalamnya.

Biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah terminal cukup besar, selain memakan

waktu yang tidak singkat. Untuk menyelesaikan bangunan lengkap diperlukan waktu

empat tahun. Pemerintah baru akan mendapatkan manfaat terminal pada tahun ke lima.

Setiap tahunnya, terminal diperkirakan dapat berkontribusi sebesar Rp60 juta.

Sementara itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan dan memelihara

terminal tersebut sebesar Rp250 juta. Dengan biaya tersebut, diperkirakan bangunan

tersebut dapat berfungsi selama 20 tahun. Tingkat diskonto yang dipilih mengikuti bunga

tabungan masyarakat Kediri, yaitu 11 persen.

Dengan melakukan proses perhitungan yang sama dengan contoh sebelumnya,

didapatkan hasil sebagaimana terdapat dalam Tabel 3

Tabel 3

Perhitungan

Page 14: Konsep Dasar Analisis

Benefit Cost Ratio

Pembangunan Terminal

Tahun Modal (K) Biaya (C)

Keuntungan

(B)

Tingkat Diskonto

( i=11%)

K+C NPV (K+C) NPV (B)

1 2 3 4 5 6 7 8

0 150 5 0 1,000 155 155,00 0,00

1 0 7 0 1,110 7 6,31 0,00

2 0 8 0 1,232 8 6,49 0,00

3 0 4 40 1,368 4 2,92 29,25

4 0 8 40 1,518 8 5,27 26,35

5 0 7 40 1,685 7 4,15 23,74

6 0 9 40 1,870 9 4,81 21,39

7 0 7 40 2,076 7 3,37 19,27

8 0 5 40 2,305 5 2,17 17,36

9 0 5 40 2,558 5 1,95 15,64

10 0 10 40 2,839 10 3,52 14,09

11 0 10 40 3,152 10 3,17 12,69

12 0 15 40 3,498 15 4,29 11,43

13 0 11 40 4,310 11 2,55 9,28

14 0 15 40 4,310 15 3,48 9,28

15 0 16 40 4,785 16 3,34 8,36

16 0 12 40 5,311 12 2,26 7,53

17 0 10 40 5,895 10 1,70 6,79

18 0 13 40 6,544 13 1,99 6,11

19 0 13 40 7,263 13 1,79 5,51

20 0 10 40 8,062 10 1,24 4,96

Dengan angka dalam tabel, jumlah keuntungan yang diperoleh sebesar 249, sedangkan

Page 15: Konsep Dasar Analisis

total biaya yang dikeluarkan mencapai 222. Berdasarkan hasil perhitungan dalam rumus

BCR diperoleh ilai BCR yaitu sebesar 1,123. Sesuai dengan aturan umum BCR, proyek

ini pun layak untuk dilakukan. Sesuai dengan hasil perhitungan BCR, diketahui bahwa

kedua program pemerintah ini layak untuk dilaksanakan. Tugas pemerintah selanjutnya

adalah menentukan program mana yang akan diprioritaskan untuk dijalankan tahun

depan.

Dengan membandingkan nilai BCR, terlihat bahwa program yang perlu diprioritaskan

adalah program yang memiliki rasio lebih besar, yaitu pembangunan terminal. Apabila

dianalisis lebih lanjut, pembangunan terminal dapat menimbulkan

intangible benefit

yaitu

terserapnya tenaga kerja selama proses pembangunan dan semakin lancarnya distribusi

faktor-faktor produksi.

Dari keseluruhan pembahasan BCR dalam implikasinya di bidang perekonomian daerah dapat

disimpulkan bahwa kajian kelayakan terhadap suatu proyek harus dilakukan secara integral

terhadap setiap aspek dan merupakan suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan secara

sungguh-sungguh.

Page 16: Konsep Dasar Analisis

Add a Comment

kucinggandikleft a comment

thanks

01 / 04 / 2012

rirazleft a comment

knpa gak bisa download y???

05 / 09 / 2011

Page 17: Konsep Dasar Analisis

,